Modul PAI - Hukum Mawaris

21
Hukum Mawaris Islam I. Pengertian Mawaris Proses perjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua tahap itu membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, terutama ,dengan orang yang dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan. Kelahiran membawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain sertatimbulnya hubungan hukum antara dia dengan orang tua, kerabat dan masyarakat lingkungannya. Demikian juga dengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu, kematian tersebut menimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan pengurusan jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hukum lain secara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya. Mawaris adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara pembagian harta waris. Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta peninggalan orang mati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang berarti peninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Di kalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka. Banyak terjadi fitnah berkenaan dengan harta waris. Terkadang hubungan persaudaraan dapat terputus karena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam hadir memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris. Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras ( وارث م), yang merupakan mashdar (infinitif) dari kata

description

Modul PAI Hukum Mawaris

Transcript of Modul PAI - Hukum Mawaris

Page 1: Modul PAI - Hukum Mawaris

Hukum Mawaris IslamI. Pengertian Mawaris

Proses perjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua tahap itu membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, terutama ,dengan orang yang dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan.

Kelahiran membawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain sertatimbulnya hubungan hukum antara dia dengan orang tua, kerabat dan masyarakat lingkungannya.

Demikian juga dengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu, kematian tersebut menimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan pengurusan jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hukum lain secara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya.

Mawaris adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara pembagian harta waris. Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta peninggalan orang mati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang berarti peninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Di kalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka. Banyak terjadi fitnah berkenaan dengan harta waris. Terkadang hubungan persaudaraan dapat terputus karena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam hadir memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris.

Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras ,(موارث) yang merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa –yarisu – irsan – mirasan. Maknanya menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatudari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Sedangkan maknanya menurut istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik yang legal secara syar’i. Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidup sesuai dengan ketentuan dalam al-Quran danal-Hadis.

Sedangkan istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan ilmu fiqih yang mempelajari siapa-siapa ahliwaris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhak menerima, sertabagian-bagian tertentu yang diterimanya.

Page 2: Modul PAI - Hukum Mawaris

Sedangkan Wirjono Prodjodikoro mendefinisikan warisan sebagai berikut; soal apakah dan bagaimanakah pelbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorangpada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup.

Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, diambil dari lafazh faridhah, yang oleh ulama faradhiyun semakna dengan lafazh mafrudhah, yakni bagian yang telah dipastikan kadarnya. Jadi disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta warisan telah ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhak, dan jumlah (kadarnya) yang akan diterima oleh ahli waris telah ditentukan.

Pembagian hartawaris dalam islam menggunakan dasar hokum yang terdapat antara lain dalam Qs.An-nisa[4];7 dan 12;

ال� ج �لر� ص�يب� ل ك م�م�ا ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ب�ن ر �دان� ت ل و ٲل ل� �ون������� ٱ ب قر أ ول ل�ل� اء� ٱ �س �لن ب�� ول صي ك م�م�ا ن� ر �دان� ت ل و ٲل ل� �ون������� ٱ ب قر أ ول ل�ل� ل� ننننننننننننننم�نه��� قل� م�م�ا ٱ ن���ر ث ا����� ك ' ص�يب ��ن وض'ا�������� ب ر� )٧ (ل�ب��م�ف

Artinya:“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian [pula] dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”. (Q.S. An-Nisa{4}: 7)

م� ك� ن� ك� ن� م ك ما ص� ر �م, ت واج�ك ز, �ن, أ م, إ �ن, ل ك ه�ن� ي � ل� ن� �ن, ن� ان فإ ه�ن� ك � ل� ن� ك� ن� ك� �ن �ك� ن ك ك"! ,ن م�م�ا �� ك ر ع,د� م�ن, ت ة# ب "ي ن ص% �وص�ين ن� ي�ها و, ب

,ن9 أ ه�ن� دي ك� ول ك ك"! �م, م�م�ا �� ,ت ك ر �ن, ت م, إ �ن, ل ك �م, ي ك � ل� ن� �ن, ن� ان فإ �م, ك ك � ل� ن� ه�ن� ن� ك& فل ك' ك") �م, م�م�ا �� ,ت ك ر ع,د� م�ن, ت ب�ة9 �وص�ون وص�ي �ها ت و, ب

,ن9 أ �ن, دي ان وإ �* ك ك+ ك- ن, ن, �# ك/و ن� ن1ا و� ن2 �3 أ ن�� ن! م4 ك5 � ن� �6 ن� و, ن��

�7 أ م8 �ل� ك�� �ك د9 فل ,ه�ما واح� ك9 م�ن �ك ك": �ن, �� �وا فإ ان كر ,ث ك

�ك م�ن, أ ك; فه�م, ذ?ل ن2ا ن! Bل�ث� ص�ي ك= ع,د� م�ن, الث �ة9 ب ى? وص�ي ن% �ها ك/و و, ب ,ن9 أ ,ر دي �ة' م�ضارD غي �ه� م�ن وص�ي ك5 الل �" ن �� ن��� ص�ي Aن �� ص�ي Bن

Artinya :“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau [dan] sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau dan sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki seibu saja atau seorang saudara perempuan seibu saja maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat kepada ahli waris . Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syari’at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”. (Q.S. An-Nisa{4}: 12)

II. Adapun dasar atau sumber hukum waris yang berasal dari sunah rasul ataupun hadist di antaranya :

Page 3: Modul PAI - Hukum Mawaris

1. yang artinya ”Allah telah menurunkan hukum waris bagi saudara-saudaramu yang perempuan itu dan alloh telah menerangkan bahwa mereka mendapat bagian dua pertiga dari hartamu”

2. yang artinya ”bagi yang membunuh tidak mendapatkan hak waris atau bagian harta warisan”(HR.An nasai)

3. yang artinya ”seorang muslim tidak berhak mendapat bagian harta warisan dari seorang kafir,dan sebaliknya seorang kafir tidak berhak mandapat bagian harta warisan dari seorang muslim”(HR.jamaah ahlu hadist)

4. Dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Berikanlah faraidh (bagian-bagian yang telah ditentukan) kepada yang berhak, dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dari keturunan laki-laki yang terdekat." (HR Bukhari dan Muslim)kesimpulan atau intisari hadits ini: Dalam pembagian warisan, ahli waris yang mendapat bagian lebih dahulu adalah ahli waris golongan ashhabul-furudh (ahli waris yang bagian mereka sudah tertentu), kemudian kalau ada sisanya baru diberikan kepada ahli waris golongan ‘ashabah (ahli waris penerima sisa).

5. Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata: Janda (dari Sa'ad RA) datang kepada Rasulullah SAW bersama dua orang anak perempuannya.Lalu ia berkata: "Wahai Rasulullah, ini dua orang anak perempuan Sa'ad yang telah syahid pada Perang Uhud. Paman mereka mengambil semua harta peninggalan ayah mereka dan tidak memberikan apa-apa untuk mereka. Keduanya tidak dapat kawin tanpa harta." Nabi SAW bersabda: "Allah akan menetapkan hukum dalam kejadian ini." Kemudian turun ayat-ayat tentang warisan. Nabi SAW memanggil si paman dan berkata: "Berikan dua pertiga untuk dua orang anak Sa'ad, seperdelapan untuk isteri Sa'ad, dan selebihnya ambil untukmu." (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)Kesimpulan atau intisari hadits ini:Dalam kasus pembagian warisan yang ahli warisnya terdiri dari dua orang anak perempuan, isteri, dan paman, maka kedua anak perempuan mendapat 2/3 bagian, isteri mendapat 1/8, dan paman menjadi ‘ashabah bin-nafsi yang mendapat sisanya.

6. Dari Huzail bin Surahbil RA, dia berkata: Abu Musa RA ditanya tentang kasus kewarisan seorang anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki, dan seorang saudara perempuan. Abu Musa RA berkata: "Untuk anak perempuan setengah, untuk saudara perempuan setengah. Datanglah kepada Ibnu Mas'ud RA, tentu dia akan mengatakan seperti itu pula." Kemudian ditanyakan kepada Ibnu Mas'ud RA dan dia menjawab: "Saya menetapkan berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW. Yaitu untuk anak perempuan setengah, untuk cucu perempuan seperenam sebagai pelengkap dua pertiga, sisanya untuk saudara perempuan." (HR Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)Kesimpulan atau intisari hadits ini:Hadits ini menjadi dasar hukum yang menetapkan hak waris cucu perempuan (dari anak laki-laki) yang mendapat 1/6 bagian jika bersama dengan seorang anak perempuan yang mendapat 1/2 bagian. Sementara itu, saudara perempuan mendapat sisanya (dalam hal ini, saudara perempuan menjadi ‘ashabah ma’al-ghair dengan sebab adanya anak perempuan dan/atau cucu perempuan).

Kembalilah dulu, nanti saya akan bertanya kepada orang lain tentang hal ini." Mughirah bin Syu'bah RA berkata: "Saya pernah menghadiri majelis Nabi SAW yang

Page 4: Modul PAI - Hukum Mawaris

memberikan hak nenek sebanyak seperenam." Abu Bakar RA berkata: "Apakah ada orang lain selain kamu yang mengetahuinya?" Muhammad bin Maslamah RA berdiri dan berkata seperti yang dikatakan Mughirah RA. Maka akhirnya Abu Bakar RA memberikan hak warisan nenek itu." (HR Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)Kesimpulan atau intisari hadits ini:Hadits ini menjadi dasar hukum yang menetapkan hak waris nenek, yaitu nenek mendapat 1/6 bagian jika cucunya meninggal dengan syarat tidak ada ibu.

III. Asbabul irsi dan Mawani’ ul irsi

A. Sebab-sebab seseorang menerima hartawarisan (Asbabul irsi) menurut Islam ialah sebagai berikut:1. Adanya pertalian darah dengan yang meninggal (mayat) baik pertalian ke

bawah ataupun ke atas.2. Hubungan pernikahan, yaitu suami atau isteri.3. Adanya pertalian agama. Contoh jika seorang hidup sebatang kara, lalu

meninggal maka harta waris masuk baitul mal.4. Karena memerdekakan budak.

B. Sebab-sebab seseorang tidak mendapat harta waris ialah (Mawani’ ul irsi) sebagai berikut1. Hamba(budak) ia tidak cakap memiliki sebagaimana firman Allah swt. berikut.

ب �ه� ضر ال' الل ,د'ا مث 'ا عب �وك ق,د�ر� ال مم,ل ى? ي ء9 عل ي, اه� ومن, ش ق,ن ز �ا ر ق'ا م�ن 'ا ر�ز, ن ,ف�ق� فه�و حس �ن ي ,ه� ا م�ن Pر ا س� و�ون هل, وجه,ر' ت س, ,حم,د� ي �ه� ال �ل ل, ل ه�م, ب ر� ,ث ك

م�ون ال أ ع,ل ي

Artinya: ” Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui” ( Q.S. An-Nahl:75).

2. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang dibunuh. Sabda Rasulullah SAW.Artinya: ”Yang membunuh tidak dapat mewarisi sesuatu dari yang dibunuhnya”(H.R. Nasai)

3. Murtad dan kafir, orang yang keluar dari Islam, yaitu antara pewaris atau yang mati, murtad salah satunya. Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu berkata sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ر�ث� ي �م� ال ,م�سل اف�ر� ال ,ك ال اف�ر� وال ,ك �م ال ل ,م�س, ال

Artinya :“Tidak boleh orang Muslim mewarisi harta orang kafir, dan tidak boleh orang kafir mewarisi harta orang Muslim” [Hadits Riwayat Bukhari 6/2484]

Page 5: Modul PAI - Hukum Mawaris

4. Ibu Tiri Atau Bapak TiriAnak tiri tidak mendapatkan warisan bila bapak tiri atau ibu tirinya meninggal dunia.

,ه� وي ب �ل� وأل� �ك د9 ل ,ه�ما واح� د�س� م�ن Bم�م�ا الس ك ر �ن, ت ان إ ه� ك د� ل ول

Artinya :“Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak” [An-Nisa : 11]

5. Auladul Li’an Atau Anak Li’an Apabila suami menuduh isterinya berzina dan bersumpah atas nama Allah empat kali, bahwa tuduhannya benar, dan sumpah yang kelima disertai dengan kata-kata “ Laknat Allah atas diriku bila aku berdusta”, kemudian isterinya juga membalas sumpahnya sebagaimana disebutkan di dalam surat An-Nur ayat 6, maka anaknya dinamakan anak li’an (tidak diakui oleh suami), maka anak tersebut tidak mendapat warisan bila yang meli’an meninggal dunia. Demikian pula sebaliknya, jika anak tersebut meninggal. Alasannya, karena anak itu tidak diakui oleh yang meli’an. Anak yang dili’an hanya mendapatkan harta waris dari ibunya dan sebaliknya.

6. Auladuz Zina Atau Anak Yang Lahir Hasil Zina Anak yang dilahirkan hasil zina, maka anak tersebut tidak mendapatkan harta waris dari laki-laki yang menzinai, dan sebaliknya. Tetapi, anak mendapatkan warisan dari ibunya dan juga sebaliknya. Alasannya, karena anak yang mendapatkan harta waris ialah anak senasab atau satu darah, lahir dengan pernikahan syar’i. Lihat Al-Fiqhul Islami Wa Adillatih (8/256)

7. Al-Muthallaqah Raj’iah Atau Talak Raj’i Yang Telah Habis Masa IddahnyaWanita yang sudah habis masa iddahnya, tidak mendapatkan warisan dari suaminya yang meninggal dunia. Demikian pula sebaliknya. Tetapi bila meninggal dunia sebelum habis masa iddahnya, jika salah satunya meninggal dunia, maka mendapat harta waris. Lihat Muhtashar Al-Fihul Islam oleh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwajiri, hal. 775. Dalilnya ialah.

ح,ص�وا ,ع�د�ة وأ �ق�وا ال �ه وات �م, الل �ك ب �خ,ر�ج�وه�ن� ال ر �ه�ن� م�ن, ت �وت �ي ج,ن وال ب خ,ر� �ال� ي ن, إ �ين أ ,ت أ ي ة9 �فاح�ش ة9 ب �ن ي م�ب

Artinya :“Dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Rabb-mu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar, kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang”. [At-Thalaq : 1]

8. Yang dapat diambil pelajaran dari ayat ini, jika isteri dalam masa iddah, maka statusnya masih isteri sampai keluar masa iddah. Karena itu si isteri harus

Page 6: Modul PAI - Hukum Mawaris

tinggal di rumah suami, tidak boleh diusir atau keluar dari rumah suami, selama masa iddah.

9. Al-Muthallaqah Al-Bainah Atau Talak TigaWanita yang dicerai tiga kali dinamakan thalaq ba’in. Bila suami menceraikannya dalam keadaan sehat, lalu meninggal dunia, maka si isteri tidak mendapat warisan. Demikian pula sebaliknya. Atau suami dalam keadaan sakit keras dan tidak ada dugaan menceraikannya karena takut isteri mengambil warisannya, maka si isteri tidak mendapat warisan pula. Tetapi bila suami menceraikannya karena bermaksud agar isteri tidak mendapatkan warisan, maka isteri mendapatkan warisan. Lihat Mukhtashar Al-Fiqhul Islami, Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri, hal. 775

10. Al-Laqit Atau Anak AngkatDalam hal ini termasuk juga orang tua angkat. Keduanya tidak medapat warisan bila salah satunya meninggal dunia, sekalipun sama agamanya dan diakui sebagai anaknya sendiri, atau bapaknya sendiri, sudah memiliki akte kelahiran dan di catat sebagai anak atau bapak kandung, karena istilah orang tua dan anak ialah yang satu darah yang disebabkan pernikahan menurut syar’i. Dalilnya ialah firman Allah.

�ن� ؤ� إ ك ام,ر� ,س هل ي ه� ل د� ل ه� ول �خ,ت� ول أ

Artinya :“ … Jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan” [An-Nisa :176]

IV. Syarat berlakunya pewarisan ada tiga :A. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi.B. Adanya harta warisan.C. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan.

V. Ahlul Irsi (ahli waris)

Ahli waris adalah orang-orang yang mempunyai hubungan dengan simayat. Hubungan

itu bisa berupa perkawinan, hubungan nasab (keturunan),atau pernah memerdekakan

simayat jika pernah menjadi budak.

Ditinjau dari segi bagiannya, ahli waris dibagi menjadi tiga macam;yaitu ahli waris

zawil furud, asabat, dan zawil arham:

A. Ahli waris zawil furud

Page 7: Modul PAI - Hukum Mawaris

Ahli waris zawil furud ialah ahli waris yang bagiannya telahditentukan banyak

sedikitnya, misalnya sebagai berikut :

1. Suami memperoleh setengah dari harta peninggalan istri jika istritidak

meninggalkan anak. Apabila istri meninggalkan anak, bagian

suamiseperempat.

2. Istri mendapat seperempat dari harta peninggalan suami jika suamitidak

meninggalkan anak. Apabila suami menginggalkan anak, bagian

istriseperdelapan.

B. Ahli waris asabat

Ahli waris asabat ialah ahli waris yang belum ditentukan besarkecilnya bagian

yang diterima, bahkan ada kemungkinan asabat tidak memperolehbagiaan sama

sekali. Hal ini dipengaruhi ahli waris zawil furud. Asabat dibagi menjadi tiga

macam, yaitu asabat binafsih, asabatbil-gair, dan asabat ma’al-gair.

1. Asabat binafsih, yaitu ahli waris yang secara otomatis dapatmenjadi asabat,

tanpa sebab yang lain. Mereka itu ialah :

a. Anak laki-laki, cucu laki-laki terus ke bawah garis laki-laki.

b. Bapak, kakek, terus ke atas garis laki-laki.

c. Saudara laki-laki sekandung dan sebapak.

d. Anak saudara laki-laki sekandung dan sebapak.

e. Paman sekandung dengan bapak atau sebapak saja.

f. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak atau sebapak.

2. Aasabat bil-gair, yaitu ahli waris yang dapat menjadi asabat   apabila ditarik

ahli waris lain. Mereka itu ialah :

a. Anak perempuan karena ditarik oleh anaklaki-laki.

b. Cucu perempuan karena ditarik cucu laki-laki.

c. Saudara perempuan sekandung karena ditariksaudara laki-laki sekandung.

d. Saudara perempuan sebapak karena ditarik saudara laki-laki sebapak.

3. Asabat ma’al-gair, yaitu ahli waris yang menjadi asabat bersamaahli waris

lainnya. Mereka itu ialah :

a. Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih) bersama dengananak

perempuan (seorang atau lebih).

Page 8: Modul PAI - Hukum Mawaris

b. Saudara permpuan sebapak (seoarang atua lebih) bersama dengan anak

perempuan (seorang atau lebih).

C. Ahli waris zawil ahram

Ahli waris zawil ahram ialah ahli waris yang sudah jauh hubungan

kekeluargaannya denganmayat. Ahli waris ini tidak mendapat bagian, kecuali

karena mendapat pemberiandari zawil furud dan asabat atau karena tidak ada ahli

waris lain (zawil furuddan asabat).

VI. Furul muqaddarah

Furudul muqaddarah  atau ketentuan bagian ahli waris ada beberapa macam.

Terkadang, ketentuan itu bisa berubah-ubah karena suatu sebab. Berikutketentuan-

ketentuan bagian ahli waris dan pembahasannya.

A. Ketentuan awal

1. Yang mendapat bagian setengah (1/2) adalah :

a. Anak perempuan tunggal.

b. Cucu perempuan tunggal tunggal dari anak Laki-laki.

c. Saudara perempuan sekandung sebapak (jika sekandung tidak ada).

d. Suami jika istri yang meninggal tidak mempunyai anak.

2. Yang mendapat bagian seperempat (1/4) adalah :

a. Suami jika istri yang meninggal punya anak.

b. Istri jika suami yang meninggal tidak mempunyai anak.

3. Yang mendapatkan bagian seperdelapan (1/8) adalah ;

a. Istri jika suami yang meninggal mempunyai anak.

4. Yang mendapat bagian dua pertiga (2/3) adalah ;

a. Dua anak perempuan atau lebih jika tidak anak laki-laki.

b. Dua cucu atau lebih dari anak laki-laki  jika tidak ada anak perempuan.

c. Dua saudara perempuan sekandung atau lebih.

Page 9: Modul PAI - Hukum Mawaris

d. Dua saudara peempuan atau lebih yang sebapak jika yang sekandung tidak

ada.

5. Yang mendapat bagian sepertiga (1/3) adalah ;

a. Ibu jika yang meninggal tidak mempunyai anak atau saudara perempuan.

b. Dua saudara perempuan atau lebih jika yang meninggal tidak mempunyai

anakatau orang tua.

6. Yang mendapat bagian seperenam (1/6) adalah ;

a. Ibu jika anak atau cucu dari anak laki-laki, atau tidak ada dua saudara atau

lebih, sekandung atau seribu saja.

b. Bapak jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki (baik laki-lakimaupun

perempuan).

VII. Perubahan ketentuan bagian ahli waris

Bagian yang diterima ahli wari zawil furud tidak pasti, tetapi dapat berubah karena

adanya ahli waris lain yang sama-sama berhak atas harta waris. Perubahan-prubahan

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

A. Suami mendapat

1. ½ jika tidak ada anak

2. ¼ jika ada anak

B. Istri mendapat

1. ¼ jika tidak ada ada anak

2. 1/8 jika ada anak

C. Anak laki-laki

1. Menghabiskan seluruh harta apabila tidak ahli waris lain.

2. Harta dibagi sama jika bersama saudara laki-lakinya.

3. Dua kali lipat bagian anak perempuan jika bersama-sama saudara

perempuannya.

4. Mendapat sisa jika ada ahli waris lain dan ada sisa.

Page 10: Modul PAI - Hukum Mawaris

D. Anak perempuan

1. ½ jika sendiri

2. 2/3 jika dua orang atau lebih

3. Asabat jika bersama sauadara laki-lakinya.

E. Cucu laki-laki

1. Menghabiskan seluruh harta jika tidak ada ahli waris lainnya.

2. Dibagi rata jika bersama saudaranya laki-laki.

3. Dua kali bagian saudara perempuannya jika ada saudara  perempuan.

4. Asabat jika bersama waris yang lain yang mendapat bagian tertentu.

F. Cucu perempuan mendapat

1. ½ jika seorang

2. 2/3 jika banyak (untuk mereka 2/3 bagian rata)

3. Asabat jika ditRIK oleh saudaranya laki-laki (cucu laki-laki)

4. 1/6 jika bersama anak perempuan

G. Bapak mendapat

1. 1/6 jika bersama anak laki-laki atau cucu laki-laki perempuan darianak laki-

laki atau bersama saudara.

2. 1/6 dari jika bersama anak perempuan

3. Asabat jika tidak ada ahli waris

4. 2/3 jika ahli hanya inu dan bapak

5. 2/3 dari sisa harta (dalam masalah garawain ) yaitu :

a. Ahli waris terdiri atas ibu dan bapak saja

b. Ahli waris terdiri atas istri, ibu dan bapak

H. Ibu mendapat

1. 1/6 jika bersama anak atau cucu dari anak laki-laki

2. 1/3 jika hanya ibu dan bapak

3. 1/3 dari sisa Dalam masalah garawain

I. Kakek mendapat

1. 1/6 jika bersama anak atau cucu dari anak laki-laki

Page 11: Modul PAI - Hukum Mawaris

2. 1/6 ditambah sisa jika bersama anak atau cucu peremuan, sedangkan

mayattidak meninggalkan anak laki-laki dan cucu laki-laki

3. Semua harta jika tidak ada ahli waris yang lain

4. Semua sisa harta jika mayat tidak meninggalkan anak atau cucu

J. Nenek mendapat

1. 1/6 baik bersama ahli waris yang lain atau tunggal

2. 1/6 dibagi bila dua orang atau lebih

K. Saudara laki-laki sekandung mendapat

1. Seluruh harta jika tidak ada ahli Waris lain

2. Dua kali bagian saudara perempuan

3. Asabat jika bersama ahli waris lain

L. Saudara perempuan sekandung mendapat

1. ½ jika ia sebagai ahli waris tunggal

2. 2/3 jika lebih dari seorang dan tidak ada ahli waris lain

3. Asabat bersama saudara laki-laki sekandung

4. Asabat bersama anak perempuan dan cucu perempuan

M. Saudara laki-laki sebapak mendapat

1. Menerima seluruh harta jika tidak ada ahli waris lain, dibagi sama rataapabila

lebih dari seorang

2. Asabat jika ada ahli waris lain

N. Saudara perempuan sebapak mendapaat

1. ½ jika hanya seorang diri

2. 2/3 jika lebih dari seorang

3. 1/6 jika bersama saudara perempuan sekandung

4. Asabat bersama saudaranya laki-laki

5. Asabat jika ada anak atau cucu perempun seorang atau lebih dan tidak

adasaudara perempuan seibu

O. Saudara laki-laki atau perempuan seibu mendapat

Page 12: Modul PAI - Hukum Mawaris

1. 1/6 jika seorang diri

2. 1/3 jika dua orng atau lebih.   

 

VIII. Hijab dan mahjub

Hijab ialahahli waris yang menjadi penghalang bagi ahli waris lain untuk menerima

bagianharta waris. Hijab dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijab hirman dan hijab

nuqsan.

A. Hijab hirman apabila menutupnya secara mutlak sehingga mahjub (orang

yangtertutup) sama sekali tidak memperoleh bagian.

B. Hijab nuqsan apabila menutupnya tidak mutlak (sekedar mengurangi jatah

yangditerima mahjub), misalnya dari ¼ menjadi 1/8.

Mahjub ialahahli waris yang tertutup ahli waris lain untuk menerima bagian harta

waris.Apabila hijabnya hirman, mahjub pun hirman, demekian pula sebaliknya.  

1. Nenek dari garis ibu gugur haknya karena adanya ibu.

2. Nenek dari garis ayah gugur haknya karena adanya ayah dan ibu

3. Saudara seibu gugur haknya baik laki-laki ataupun perempuan oleh:

a. anak kandung laki/perempuan

b. cucu baik laki-laki/perempuan dari garis laki-laki

c. bapak

d. kakek

4. Saudara seayah baik laki-laki/perempuan gugur haknya oleh :

a. Ayah

b. anak laki-laki kandung

c. cucu laki-laki dari garis laki-laki

d. Saudara laki-laki kandung

5. Saudara laki-laki/perempuan kandung gugur haknya oleh:

a. anak laki-laki

b. cucu laki-laki dari garis anak laki-laki

c. ayah

6. Jika semua ahli waris itu laki-laki yang dapat bagian ialah.

a. Suami

b. Ayah

Page 13: Modul PAI - Hukum Mawaris

c. anak laki-laki

7. Jika semua ahli waris itu semuanya perempuan dan ada semua, maka yang

dapatwarisan ialah:

a. Isteri

b. Anak perempuan

c. Cucu perempuan

d. Ibu

e. Saudara perempuan kandung

8. Urutan pembagian antara saudara laki-laki kandung/ saudara laki-laki

seayahsampai kebawah dan urutan paman kandung / paman seayah sampai

kebawah.

Page 14: Modul PAI - Hukum Mawaris

MODUL PAIHukum Mawaris

Farah Aulia RahmiXII AK 3

SMK Negeri 13 BandungJl. Soekarno-Hatta km. 10 Bandung