Makalah Mawaris Pai

31
MAWAARIITS MAKALAH Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : PAI Dosen pembimbing: Ust.M.Rudi Hartanto Lc. Disusun oleh : 1.Asep Sopian 2.Lili Muslihat 3.Sunarya 4.Iwan Ridwansyah SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIDAYAH BOGOR Kampus:Jl.Raya Dramaga Km.6,Kel.Margajaya,Kec.Bogor Barat Kota Bogor.Telp. : (0251) 8625187

Transcript of Makalah Mawaris Pai

Page 1: Makalah Mawaris Pai

MAWAARIITS

MAKALAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : PAI

Dosen pembimbing: Ust.M.Rudi Hartanto Lc.

Disusun oleh : 1.Asep Sopian

2.Lili Muslihat

3.Sunarya

4.Iwan Ridwansyah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIDAYAH BOGOR

Kampus:Jl.Raya Dramaga Km.6,Kel.Margajaya,Kec.Bogor Barat

Kota Bogor.Telp. : (0251) 8625187

Page 2: Makalah Mawaris Pai

2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah

kepada umat ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada nabi kita

Muhammad Saw. yang tidak ada nabi setelahnya. sebagai contoh dan panutan yang

paling baik bagi seluruh umat manusia.

Alhamdulillah kami dapat menyusun Makalah dengan tema "Mawarriits”

Walaupun kami sadari masih banyak kekurangan yang belum bisa kami tutupi dalam

pembuatannya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan dapat menambah

pengetahuan bagi pembaca dan terutama penyusun dan semoga makalah ini dapat

menjadi pelengkap nilai dalam mata kuliah PAI .

Saran dan masukkan sangat kami harapkan agar dapat menjadi lebih baik di

masa yang akan datang. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya. Amin.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Bogor, 20 Januari 2013

Tim Penyusun

Page 3: Makalah Mawaris Pai

3

DAFTAR ISI

A.Kata pengantar……………………………………………………………………01

B.Daftar isi………………………………………………………………………….02

C. Rumusan Masalah

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………. 04

Bab II Hukum kewarisan …………………………………………………..06

Bab III Unsur-unsur dan Syarat kewarisan……………………………….. 14

Bab IV Sebab-sebab adanya kewarisan …………………………………… 16

Bab V Sebab-sebab yang menjadi penghalang kewarisan ……………….. 19

Bab VI Hajib dan Mahjub ………………………………………………... 23

Bab VII Cara Menghitung dan membagikan warisan ……………………. 28

D. Kesimpulan……………………………………………………………………….29

E. Penutup ………………………………………………………………………… 30

C. Daftar pustaka………………………………………………………………… 31

Page 4: Makalah Mawaris Pai

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN MAWARIS

Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras (موارث), yang

merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa – yarisu – irsan – mirasan.

Maknanya menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Sedangkan maknanya menurut istilah yang dikenal para ulama ialah,

berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang

masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang

berupa hak milik yang legal secara syar’i.

Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan

hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidup

sesuai dengan ketentuan dalam al-Quran dan al-Hadis.

Sedangkanm istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan ilmu fiqih yang mempelajari

siapa-siapa ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhak

menerima, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.

Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, diambil dari lafazh faridhah, yang oleh

ulama faradhiyun semakna dengan lafazh mafrudhah, yakni bagian yang telah

dipastikan kadarnya. Jadi disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta

warisan telah ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak

berhak, dan jumlah (kadarnya) yang akan diterima oleh ahli waris telah ditentukan.1

1 Miftah Effendi,Fiqh Mawaris,”http//Miftah Effendi.blog.spot.com”,diunduh 2 januari 2013

Page 5: Makalah Mawaris Pai

5

B. TUJUAN KEWARISAN ISLAM

Adapun tujuan kewarisan dalam Islam dapat kita rumuskan sebagai berikut :

1. Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima secara rinci dan

jelas, bertujuan agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikaian antara

ahli waris. Karena dengan ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masing

ahli waris harus mengikuti ketentuan syariat dan tidak bisa mengikuti

kehendak dan keinginan masing-masing.

2. Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang pada masa

jahiliyah hanya laki-laki yang berhak) sebagai upaya mewujudkan

pembagian kewarisan yang berkeadilan berimbang. Dalam artian masing-

masing berhak menerima warisan sesuai dengan porsi beban dan

tanggung jawabnya

BAB II

Page 6: Makalah Mawaris Pai

6

HUKUM DAN SUMBER HUKUM KEWARISAN

A. HUKUM KEWARISAN

Dalam hukum kewarisan terdapat dua hal, yaitu, hukum membagi harta warisan

menurut ketentuan syari’at Islam dan hukum mempelajari dan mengajarkannya.

1. Hukum membagi harta warisan menurut ketentuan syari’at Islam

Bagi umat Islam melaksanakan peraturan-peraturan syari’at yang telah ditentukan

nash yang sharih adalah suatu keharusan, selama peraturan tersebut tidak ditunjuk

oleh dalil nash yang lain yang menunjukkan ketidak-wajibannya.

Dalam hal ini kita dapat merujuk nash al-Quran maupun al-Hadis yang berkaitan

dengan hal tersebut, yaitu :

a. Surat an-Nisa’ ayat 13 dan 14 :

š� ù=Ï? ߊρ ߉ãm «!$# 4 ∅tΒuρ ÆìÏÜム©!$# …ã& s!θ ß™u‘ uρ ã& ù#Åz ô‰ãƒ ;M≈Ζy_ ”Ì� ôfs?

ÏΒ $ yγÏFós s? ã�≈yγ÷ΡF{$# šÏ$ Î#≈yz $ yγŠÏù 4 š�Ï9≡sŒ uρ ã—öθ x�ø9 $# ÞΟŠÏà yè ø9 $# ∩⊇⊂∪

∅tΒuρ ÄÈ÷è tƒ ©! $# …ã& s!θ ß™u‘ uρ £‰yè tGtƒ uρ …çνyŠρ ߉ãn ã& ù#Åz ô‰ãƒ #�‘$tΡ #V$Î#≈ yz $yγ‹ Ïù

…ã& s!uρ ÑU#x‹ tã ÑÎγ•Β ∩⊇⊆∪

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang

siapa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam

surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya

dan itulah kemenangan yang besa. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan

Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, Allah bakal memasukkannya ke

dalam neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.

(Q.S. An-Nisa’ : 13-14).

Page 7: Makalah Mawaris Pai

7

b. Hadis Rasulullah SAW.

Bagilah harta (warisan) antara ahli-ahli waris menurut kitabullah (al-Quran).

(H.R. Muslim dan Abu Dawud).

Berdasarkan nash al-Quran dan al-Hadis tersebut, maka diisyaratkan

keharusan (kewajiban) membagi harta warisan menurut ketentuan al-Quran dan al-

Hadis. Tetapi selain pemindahan hak kepemilikan melalui kewarisan, adanya

ketentuan wasiat dan hibah. Sehingga terhadap orang lain yang tidak mendapatkan

harta melalui kewarisan dapat diberikan melalui wasiat atau hibah. Demikian pula

bagi ahli waris yang merasa tidak membutuhkan dan tidak mau menerima pembagian

harta warisan, dapat memberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan melalui

hibah.

Dalam Undang-undang Kewarisan Mesir adanya ketentuan wasiat wajibah

bagi cucu perempuan dari garis perempuan yang tidak memperoleh harta warisan

karena sebagai zawil arham. Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam ditemukan

pula ketentuan wasiat wajibah bagi orang tua angkat atau anak angkat. Hal tersebut

menurut penulis langkah yang tepat demi mewujudkan keadilan dengan tanpa

menyalahi ketentuan syari’at.

2. Hukum mempelajari dan mengajarkannya.

Islam mengatur ketentuan pembagian harta waris secara rinci agar tidak

terjadinya perselisihan dan pertikaian antara ahli waris. Hal tersebut seringkali terjadi

jika seseorang meninggal dunia, menimbulkan perselisihan bagi ahli warisnya dalam

pembagian harta, bahkan tidak jarang terjadi pertikaian. Sebagai antisipasi hal

tersebut, maka ditentukan secara rinci tentang pembagian harta warisan sebagai

pedoman.

Dengan telah ditetapkannya pembagian harta warisan dalam Islam, maka

harus ada orang yang mempelajari dan mengajarkannya. Sehingga orang-orang yang

telah mempelajarinya dapat merealisasikan didalam pembagian harta warisan bagi

umat Islam.

Page 8: Makalah Mawaris Pai

8

Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan fiqih mawaris

adalah wajib kifayah. Dalam artian apabila telah ada sebagian orang yang

melakukannya (memenuhinya) maka dapat menggugurkan kewajiban semua orang.

Tetapi apabila tidak ada seorang pun yang melaksanakan kewajiban tersebut, maka

semua orang menanggung dosa.

Dalam hadis Nabi dinyatakan ; Pelajari oleh kalian al-Quran dan ajarkanlah

kepada orang lain, dan pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain.

Karena aku adalah orang yang bakal terengut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan.

Hampir saja dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak

mendapatkan seorang pun yang dapat memberikan fatwa kepada mereka. (H.R.

Ahmad, Nasai dan al-Daruqutny).

Berdasarkan hadis tersebut, ditempatkan perintah mempelajari dan

mengajarkan ilmu faraidh dengan perintah mempelajari dan mengajarkan al-Quran,

menandakan betapa pentingnya ilmu faraidh tersebut. Hal tersebut sebagai upaya

mewujudkan pembagian warisan yang berkeadilan dan menurut ketentuan syariat

Islam. Terlebih kecenderungan manusia yang materialistik, maka ketentuan

pembagian warisan tersebut sangat penting agar terhindarnya konflik dan

perselisihan.

Ilmu ini dinamakan ilmu Faraaidh bentuk plural (jamak) dari faridhah yang

diambil dari kata Fardh yang berarti ketentuan (taqdiir) karena bagian-bagian harta

yang diberikan kepada ahli waris telah ditentukan. Oleh karena itu, makna fariidhah

adalah bagian-bagian ahli waris yang telah ditentukan oleh syara’. Dan makna ilmu

faraidh adalah ilmu yang mempelajari pembagian warisan dan cara penghitungannya

dilihat dari kacamata fiqh.2

B. SUMBER HUKUM KEWARISAN 2 Saleh Al-Fauzan,Fiqh sehari-hari,(Jakarta: gema insani,2000) hlm-561-562

Page 9: Makalah Mawaris Pai

9

Hukum kewarisan bersumber pada al-Quran dan al-Hadis yang menjelaskan

ketentuan hukum kewarisan.

1. Al-Quran

a. Surat an-Nisa’ ayat 7 :

ÉΑ%y Ìh�=Ïj9 Ò=ŠÅÁ tΡ $ £ϑÏiΒ x8t� s? Èβ#t$Î!≡uθø9 $# tβθ ç/t� ø%F{$#uρ Ï !$ |¡ÏiΨ=Ï9 uρ Ò=Š ÅÁtΡ $ £ϑÏiΒ x8t� s?

Èβ#t$ Î!≡uθ ø9 $# šχθç/t� ø% F{$#uρ $£ϑÏΒ ¨≅ s% çµ÷ΖÏΒ ÷ρr& u� èYx. 4 $ Y7ŠÅÁtΡ $ ZÊρã�ø� ¨Β ∩∠∪

Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan

bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,

baik sedikit maupun banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (An-Nisa’ : 7).

Menurut ayat kewarisan tersebut baik laki-laki maupun perempuan berhak

mewarisi harta yang ditinggalkan ibu-bapa maupun kerabatnya. Hal tersebut

menghapuskan tradisi yang berlaku pada masa jahiliyah, yang berhak menerima

warisan hanya laki-laki yang dewasa saja.

b. Surat al-Ahzab ayat 6

Page 10: Makalah Mawaris Pai

10

÷É<Ζ9 $# 4’ n< ÷ρr& šÏΖÏΒ÷σßϑ ø9 $$ Î/ ô ÏΒ öΝÍκ Ŧà�Ρr& ( ÿ…çµã_≡uρø—r& uρ öΝ åκçJ≈yγ ¨Βé& 3 (#θ ä9'ρé& uρ

ÏΘ% tnö‘ F{$# öΝåκÝÕ÷è t/ 4†n<÷ρr& <Ù÷è t7Î/ ’Îû É=≈tF Å2 «!$# z ÏΒ šÏΖÏΒ÷σ ßϑ ø9 $# tÌ� Éf≈yγ ßϑø9 $#uρ Hω Î) βr&

(#þθ è=yè ø�s? #’n< Î) Νä3 Í←!$ uŠ Ï9 ÷ρr& $ ]ùρ ã� ÷èΒ 4 šχ%Ÿ2 y7 Ï9≡sŒ ’ Îû É=≈tGÅ6 ø9 $# #Y‘θäÜó¡ tΒ ∩∉∪

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari mereka

sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai

hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam kitab Allah

daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin kecuali kalau kamu mau

berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama), adalah yang demikian itu telah

tertulis dalam kitab (Allah). (Al-Ahzab : 6).

Berdasarkan ayat tersebut, orang-orang yang mempunyai hubungan

kekerabatan lebih berhak mewarisi harta seseorang yang meninggal dunia daripada

orang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan, jika mau berbuat baik kepada orang

lain (seagama) dengan melalui hibah atau wasiat.

c. Surat an-Nisa’ ayat 11 dan 12 :

ÞΟä3ŠÏ¹θムª!$# þ’ Îû öΝ à2ω≈s9 ÷ρr& ( Ì�x. ©%#Ï9 ã≅ ÷VÏΒ Åeá ym È÷ u‹sVΡW{$# 4 βÎ*sù £ä. [!$ |¡ ÎΣ

s− öθsù È÷ tGt⊥ øO$# £ßγ n=sù $sVè=èO $ tΒ x8t� s? ( βÎ)uρ ôMtΡ%x. Zοy‰Ïm≡uρ $ yγn=sù ß# óÁÏiΖ9 $# 4 ϵ÷ƒ uθ t/ L{uρ Èe≅ä3Ï9 7‰Ïn≡uρ

$ yϑåκ÷]ÏiΒ â¨ ß‰�¡9 $# $ £ϑÏΒ x8t� s? βÎ) tβ%x. …çµs9 Ó$ s!uρ 4 βÎ*sù óΟ©9 ä3tƒ …ã& ©! Ó$s!uρ ÿ…çµrOÍ‘uρuρ çν#uθ t/r& ϵÏiΒT| sù

Page 11: Makalah Mawaris Pai

11

ß] è=›W9 $# 4 βÎ*sù tβ%x. ÿ…ã& s! ×οuθ ÷z Î) ϵÏiΒT|sù ⨠߉�¡9 $# 4 .ÏΒ Ï‰÷è t/ 7π§‹ Ï¹uρ Å»θム!$ pκÍ5 ÷ρr& Aø yŠ 3 öΝä. äτ!$ t/# u

öΝ ä.äτ !$oΨö/r& uρ Ÿω tβρâ‘ ô‰s? öΝß㕃 r& Ü>t� ø%r& ö/ ä3s9 $Yèø� tΡ 4 ZπŸÒƒ Ì� sù š∅ÏiΒ «!$# 3 ¨βÎ) ©!$# tβ%x. $ϑŠÎ=tã

$ VϑŠÅ3ym ∩⊇⊇∪ * öΝà6s9 uρ ß#óÁÏΡ $tΒ x8t� s? öΝ à6ã_≡uρ ø—r& βÎ) óΟ©9 ä3tƒ £ßγ ©9 Ó$ s!uρ 4 βÎ*sù tβ$ Ÿ2

�∅ßγ s9 Ó$ s!uρ ãΝà6n= sù ßì ç/ ”�9 $# $£ϑ ÏΒ z ò2 t� s? 4 .ÏΒ Ï‰÷è t/ 7π§‹ Ï¹uρ šÏ¹θム!$ yγÎ/ ÷ρr& &ø yŠ 4

�∅ßγs9 uρ ßìç/ ”�9 $# $ £ϑÏΒ óΟçF ø.t� s? βÎ) öΝ ©9 à6tƒ öΝä3©9 Ó‰s9 uρ 4 βÎ*sù tβ$Ÿ2 öΝà6 s9 Ó$ s!uρ £ ßγn=sù ß ßϑ›V9 $#

$ £ϑÏΒ Λ äò2t� s? 4 .ÏiΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹ uρ šχθß¹θè? !$yγÎ/ ÷ρr& &ø yŠ 3 βÎ)uρ šχ%x. ×≅ ã_u‘ ß u‘θ ム»' s#≈n=Ÿ2

Íρr& ×οr& t�øΒ$# ÿ…ã& s!uρ îˆ r& ÷ρr& ×M÷z é& Èe≅ä3 Î=sù 7‰Ïn≡uρ $ yϑßγ ÷ΨÏiΒ â¨ ß‰�¡9 $# 4 βÎ*sù (#þθ çΡ%Ÿ2 u�sYò2 r& ÏΒ y7Ï9≡sŒ

ôΜßγsù â!%Ÿ2 u�à° ’ Îû Ï] è=›W9$# 4 .ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹ uρ 4|»θム!$ pκ Í5 ÷ρr& Aø yŠ u�ö�xî 9h‘ !$ ŸÒãΒ 4 Zπ§‹ Ï¹uρ zÏiΒ «!$# 3

ª!$#uρ íΟŠÎ=tæ ÒΟŠÎ=ym ∩⊇⊄∪

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak

perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka

dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka

ia memperoleh separoh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;

Page 12: Makalah Mawaris Pai

12

jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya

(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai

beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian

tersebut diatas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar

hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa

diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan

dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. (An-Nisa’ :

11).

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,

jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu mempunyai anak, maka kamu

mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang

mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh

seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu

mempunyai naka, maka para isteri meperoleh seperdelapan dari harta yang kamu

tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar

hutang-hutangmu. Jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak

meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara

laki-laki (seibu saja) atau saudara perempuan (seibu saja) maka bagi masing-masing

dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu

lebih dari seorang maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi

wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi

mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat

yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (An-

Nisa’ : 12).

Kedua ayat tersebut menjelaskan secara rinci bagian-bagian ahli waris

baik yang termasuk ashabul furudl maupun ashabah.

Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan kewarisan adalah

al-Baqarah 180, An-nisa’ 8,9,176 dan al-Anfal 75.

Page 13: Makalah Mawaris Pai

13

2. Al-Hadis

a. Riwayat Bukhari dan Muslim.

Nabi SAW. bersabda; Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang

yang berhak, sesudah itu sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama (dekat

kekerabatannya). (H.R. Bukhari dan Muslim).

b. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

Orang muslim tidak berhak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak berhak

mewarisi orang muslim. (H.R. Bukhari dan Muslim).

c. Riwayat Bukhari dan Muslim dari Sa’ad ibn Abi Waqqas tentang batas

maksimal pelaksanaan wasiat.

Rasulullah SAW. datang menjengukku pada tahun haji wada’ diwaktu aku

menderita sakit keras. Lalu aku bertanya kepada beliau,” wahai Rasulullah, aku

sedang menderita sakit keras, bagaimana pendapatmu, aku ini orang berada

sementara tidak ada yang akan mewarisi hartaku selain seorang anak perempuan,

apakah aku sedekah (wasiat) kan dua pertiga hartaku? “Jangan” jawab Rasul. Aku

bertanya “setengah”? “jangan” jawab Rasul. Aku bertanya “sepertiga”? Rasul

menjawab “sepertiga” sepertiga adalah banyak atau besar, sungguh kamu jika

meninggalkan ahli warismu dalam keadaan yang cukup adalah lebih baik daripada

meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang.

(H.R. Bukhari dan Muslim).

BAB III

Page 14: Makalah Mawaris Pai

14

UNSUR-UNSUR DAN SYARAT KEWARISAN

A. UNSUR KEWARISAN

Dalam kewarisan Islam terdapat tiga unsur (rukun), yaitu :

1. Maurus.

Maurus atau miras adalah harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya

perawatan jenazah, pelunasan hutang dan pelaksanaan wasiat. Dalam hal ini yang

diamaksdukan hal tersebut adalah :

a. Kebendaan yan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan. Misalnya benda-

benda tetap, benda-benda bergerak, piutang-piutang si mati, diyat wajibah (denda

wajib) yang dibayarkan kepadanya.

b. Hak-hak kebendaan, seperti monopoli untuk mendayagunakan dan menarik

hasil dari suatu jalan lalu lintas, sumber air minum, irigasi dan lain sebagainya.

c. Benda-benda yang bukan kebendaan, seperti hak khiyar dan hak syuf’ah, hak

memanfaatkan barang yang diwasiatkan dan sebagainya.

d. Benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain, seperti benda yang

sedang digadaikan, benda yang telah dibeli oleh si mati sewaktu masih hdup yang

sudah dibayar tetapi barang belum diterima.

2. Muwaris.

Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang

mewariskan hartanya.

3. Waris.

Waris, adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan muwaris karena

mempunyai hubungan kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab

perkawinan atau akibat memerdekakan hamba sahaya.

B. SYARAT KEWARISAN

Adapun syarat-syarat terjadinya pembagian harta warisan dalam Islam adalah ;

Page 15: Makalah Mawaris Pai

15

1. Matinya muwaris.

Kematian muwaris dibedakan kepada tiga macam yaitu :

a. Mati haqiqy.

Mati haqiqy, ialah kematian seseorang yang dapat disaksikan oleh panca indra

dan dapat dibuktikan dengan alat pembuktian.

b. Mati hukmy.

Mati hukmy, ialah suatu kematian disebabkan adanya vonis hakim. Misalnya

orang yang tidak diketahui kabar beritanya, tidak diketahui domisilinya, maka

terhadap orang yang sedemikian hakim dapat memvonis telah mati. Dalam hal ini

harus terlebih dahulu mengupayakan pencarian informasi keberadaannya secara

maksimal.

c. Mati taqdiry (menurut dugaan).

Mati taqdiry, yaitu orang yang dinyatakan mati berdasarkan dugaan yang kuat.

Semisal orang yang tenggelam dalam sungai dan tidak diketem,ukan jasadnya, maka

orang tersebut berdasarkan dugaan kuat dinyatakan telah mati. Contoh lain, orang

yang pergi kemedan peperangan, yang secara lahiriyah mengancam jiwanya. Setelah

sekian tahun tidak diketahui kabar beritanya, maka dapat melahirkan dugaan kuat

bahwa ia telah meninggal.

2. Hidupnya waris.

Dalam hal ini, para ahli waris yang benar-benar hiduplah disaat kematian

muwaris, berhak mendapatkan harta peninggalan. Berkaiatan dengan bayi yang masih

berada dalam kandungan akan dibahas secara khusus.

3. Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi.

Tidak ada penghalang kewariosan, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

hal-hal yang menjad penghalang kewarisan.

BAB IV

SEBAB-SEBAB ADANYA KEWARISAN MENURUT ISLAM

Page 16: Makalah Mawaris Pai

16

Dalam kewarisan Islam, sebab-sebab adanya hak kewarisan ada tiga, yaitu;

hubungan kekerabatan, hubungan perkawinan dan hubungan karena sebab al-wala’.3

A. HUBUNGAN KEKERABATAN

Kekerabatan ialah hubungan nasab antara orang yang mewariskan dengan orang

yang mewarisi yang disebabkan oleh kelahiran. Kekerabatan merupakan sebab

memperoleh hak mewarisi yang terkuat, karena kekerabatan termasuk unsure

causalitas adanya seseorang yang tidak dapat dihilangkan. Berlainan dengan

perkawinan, jika perkawinan telah putus (cerai) maka dapat hilang.

Dasar hukum kekerabatan sebagai ketentuan adanya hak kewarisan adalah

firman Allah :

Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya

dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan

kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (Q.S.

An-Nisa’ : 7).

Demikian pula dalam surat al-Anfal ayat 75 : …Orang-orang yang mempunyai

hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang

bukan kerabat) didalam kitab Allah. (Q.S. Al-Anfal : 75).

B. HUBUNGAN PERKAWINAN

Hubungan perkawinan yang menyebabkan terjadinya saling mewarisi adalah

perkawinan yang sah, yaitu perkawinan yang syarat dan rukunnya terpenuhi. Dalam

3 Saleh al-Fauzan,Fiqh sehari-hari,(Jakarta: gema insani,2000) hlm-564-565

Page 17: Makalah Mawaris Pai

17

hal ini, terpenuhinya rukun dan syarat secara agama. Tentang syarat administrative

masih terdapat perbedaan pendapat. Hukum perkawinan di Indonesia, memberikan

kelonggaran dalam hal ini. Yang menjadi ukuran sah atau tidaknya perkawinan bukan

secara administrasi (hukum positif, Pen.) tetapi ketentuan agama.

Disebagian negara muslim, seperti Pakistan, perkawinan yang tidak dicatat

dapat dihukum penjara atau denda atau bahkan kedua-duanya. Di Indonesia

hendaknya ini menjadi perhatian, karena perkawinan yang tidak terpenuhinya secara

administrative (hukum positif) akan dapat menimbulkan kemudlaratan, seperti

penyangkalan terhadap suatu perkawinan karena tidak adanya bukti tertulis (secara

administratif).

Berkaitan dengan perkawinan yang menyebabkan saling mewarisi adalah

perkawinan yang masih utuh atau dianggap masih utuh. Yang dimaksud dengan

perkawinan yang dianggap masih utuh ialah apabila perkawinan telah diputus dengan

thalak raj’i (cerai pertama dan kedua) dan masa iddah raj’i bagi seorang isteri belum

selesai. Perkawinan tersebut dianggap masih utuh karena selama masa iddah, suami

berhak penuh merujuk isterinya tanpa memerlukan kerelaan isteri, tanpa membayar

mas kawin baru dan tanpa menghadirkan dua orang saksi dan wali.

Sehingga isteri yang sedang berada dalam masa iddah talak raj’i, apabila

suaminya meninggal ia berhak mewarisi harta suaminya. Demikian pula sebaliknya,

suami berhak mewarisi harta isterinya.

C. HUBUNGAN KARENA SEBAB AL-WALA’

Wala’ dalam pengertian syariat adalah ;

Page 18: Makalah Mawaris Pai

18

1) Kekerabatan menurut hukum yang timbul karena membebaskan (memberi

hak emansipasi) budak.

2) Kekerabatan menurut hukum yang timbul karena adanya perjanjian tolong

menolong dan sumpah setia antara seseorang dengan seseorang yang lain.

Wala’ yang pertama disebut dengan wala’ul ‘ataqah (disebabkan karena adanya

sebab telah membebaskan budak) Orang yang membebaskan budak disebut mu’tiq

jika laki-laki dan mu’tiqah jika perempuan. Sedangkan wala’ yang kedua disebut

dengan walaul-muwalah, yaitu wala’ yang timbul akibat kesediaan seseorang tolong

menolong dengan yang lain melalui suatu perjanjian. Misalnya seseorang berkata

kepada orang lain; wahai fulan engkau dapat mewarisi hartaku bila aku telah mati dan

dapat mengambil diyat (denda) untukku bila aku dilukai seseorang, demikian pula

aku dapat mewarisi hartamu dan menagambil diyat karenamu. Kemudian orang lain

tersebut menerima perjanjian itu. Pihak pertama disebut al-mawali dan pihak kedua

disebut al-mawala.

Adapun bagian orang yang memerdekakan hamba sahaya (budak) adalah 1/6

(seperenam) dari harta peninggalan. Terhadap wala al-muwalah menurut jumhur

ulama demikian pula Undang-undang Kewarisan Mesir telah dinasakah melalui surat

al-Anfal ayat 75 :

Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak

terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

BAB V

SEBAB-SEBAB YANG MENJADI

Page 19: Makalah Mawaris Pai

19

PENGHALANG KEWARISAN

Hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang terhalang untuk mewarisi

Para ulama mazhab sepakat bahwa ada tiga hal yang menghalangi (موانع االرث )

warisan, yaitu: ( perbudakan, pembunuhan, dan berlainan agama )4

A. PERBUDAKAN

Perbudakan menjadi penghalang untuk mewarisi berdasarkan adanya petunjuk

umum yang menyatakan budak tidak memiliki kecakapan melakukan perbuatan

hukum. Hal ini berdasarkan surat al-Anfal ayat 75 :

Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki

yang tidak dapat bertindak terhadap sesutupun…(Q.S. Al-Anfal : 75).

Mafhum ayat tersebut menjelaskan bahwa budak itu tidak cakap untuk

mengurusi hak milik kebendaan dengan jalan apa saja. Hak-hak kebendaannya

sepenuhnya berada ditangan tuannya. Dan status kekerabatan dengan keluarganya

sudah putus. Sebagaimana dinyatakan oleh Drs. Fatchur Rahman, bahwa budak tidak

dapat mewarisi karena :

a. Ia dipandang tidak cakap mengurusi harta milik;

b. Status kekeluargaannya terhadap kerabat-kerabatnya sudah putus dan

karenanya ia sudah menjadi keluarga asing (bukan keluarganya).

Menurut Ali Ahmad Al-Juejawy, budak itu tidak dapat mewarisi harta

peninggalan tuannya bila tuannya meninggal, disebabkan budak itu sendiri berstatus

sebagai harta milik bagi tuannya.

Kitab Undang-undang Kewarisan Mesir tidak memuat pasal tentang penghalang

mewarisi karena perbudakan, karena di negara tersebut perbudakan dilarang oleh

undang-undang.

Hal tersebut merupakan hal yang sangat positif, karena pada hakikatnya Islam

tidak menghendaki adanya perbudakan. Hal tersebut dapat kita perhatikan dari

gencarnya Islam menghapuskan perbudakan dengan adanya hukuman yang diberikan 4 Muhammad Jawad Mughniyah,Fiqh Lima Mazhab,(Jakarta: lentera, 2000) hlm: 541

Page 20: Makalah Mawaris Pai

20

kepada seseorang berupa pembebasan budak. Budak adalah tetap manusia yang

mempunyai harkat dan martabat, hanya karena statusnya yang tidak memiliki

kecakapan apapun. Hal tersebut terjadi karena masa jahiliyah (sebelum Islam dating)

budak diposisikan dengan cara yang tidak terhormat, dapat diperlakukan apa saja dan

dianggap seperti barang/harta. Sehingga ajaran Islam yang sangat memperhatikan

keadaan dan kondisi suatu masyarakat, tidak dengan serta merta (secara totalitas)

menghapuskan tradisi tersebut. Proses tasyri’ yang sedemikian dapat juga kita

perhatikan dari proses pengharaman khamar (minuman keras) yang dilakukan dengan

bertahap.

B. PEMBUNUHAN

Pembunuhan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap al-muwarris

menyebabkannya tidak dapat mewarisi hartanya. Demikian kesepakatan mayoritas

(jumhur) ulama. Hal tersebut merupakan hal yang cukup beralasan, karena tidak

menutup kemungkinan untuk menguasai harta seseorang membunuh orang lain.

Karena motivasi yang tidak baik tersebut, maka terhadap orang yang membunuh

tidak diperkenankan dan tidak berhak mewarisi harta peninggalannya.

Terhadap masalah ini, golongan khawarij, yang memisahkan diri dari Ali bin

Abi Thalib dan Muawiyah, menentang pendapat ini. Alasan mereka, ayat-ayat al-

Quran bersifat umum dan tidak mengecualikan si pembunuh. Karena ayat-ayat

kewarisan hanya memberi petunjuk umum, sehingga keumuman ayat-ayat tersebut

harus diamalkan.

Dalam hal ini mereka hanya mengacu pada keumuman ayat-ayat kewarisan.

Padahal dalam hadis nabi Muhammad SAW. adanya pengecualian terhadap

pembunuh. Adapun dasar hukum yang dipergunakan oleh mayoritas (jumhur) ulama

yang menyatakan pembunuh terhalang untuk mewarisi adalah;

1. Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas :

Page 21: Makalah Mawaris Pai

21

Rasulullah SAW. bersabda : Barang siapa membunuh seseorang korban, maka

ia tidak dapat mewarisinya, walaupun korban tidak mempunyai ahli waris selain

dirinya. (Begitu juga) walaupun korban itu adalah orang tuanya atau anaknya sendiri.

Maka bagi pembunuh tidak berhak menerima warisan. (H.R. Ahmad).

2. Riwayat An-Nasai :

Tidak ada hak bagi pembunuh sedikitpun untuk mewarisi. (H.R. An-Nasai).

Berdasarkan hadis-hadis tersebut, maka secara jelas dinyatakan pembunuh

terhalang untuk mewarisi harta orang yang dibunuhnya. Hal tersebut, walaupun tidak

ada ahli waris lain selain dirinya, ataupun yang dibunuhnya orang tua atau anaknya.

Yang menjadi permasalahan adalah, mengingat banyaknya jenis dan macam

pembunuhan. Apakah secara keseluruhan pembunuhan menjadi penghalang untuk

mewarisi. Dalam hal ini ada beberapa pendapat, yaitu :

C. BERLAINAN AGAMA

Terhadap orang yang berlainan agama, maka hal tersebut dalam Islam menjadi

penghalang mewarisi. Semisal seorang muslim tidak dapat mewarisi harta

peninggalan orang yang beragama non Islam.

Adapun dasar hukumnya adalah hadis rasulullah SAW. : Orang Islam tidak

mewarisi harta orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi harta orang Islam.

Kemudian hadis riwayat Ashab Al-Sunan (Imam Abu daud, Al-Tirmizi, Al-

Nasai, dan Ibnu majah) :

Tidak dapat saling mewarisi antara dua orang pemeluk agama yang berbeda.

Dalam hal ini nabi Muhammad SAW. ketika membagikan harta warisan paman

beliau, Abu Thalib, orang yang cukup berjasa dalam perjuangan nabi SAW. yang

meninggal sebelum masuk Islam, oleh nabi harta warisannya hanya dibagikan kepada

anak-anaknya yang masih kafoir, yaitu, ‘Uqail dan Talib. Sedangkan terhadap anak-

anaknya yang sudah masuk Islam, yaitu Ali dan Ja’far, tidak diberi bagian.

Page 22: Makalah Mawaris Pai

22

Dalam hal ini terdapat permasalahan, yaitu apabila pewaris masuk Islam

sesudah meninggalnya orang yang mewarisi, dan harta peninggalan (ketika ia masuk

Islam) belum dibagikan. Ada beberapa pendapat sebagai berikut :

1. Jumhur ulama tetap berpendapat terhalangnya orang tersebut untuk mewarisi

hartanya. Karena yang menyebabkan timbulnya hak mewarisi adalah sejak (karena)

kematian orang yang mewarisi, bukan saat dimulainya pembagian harta waris.

2. Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, menyatakan bahwa pewaris

tersebut tidak terhalang, dengan alas an predikat “berlainan agama’ sudah hilang

sebelum pembagian harta warisan.

3. Fuqaha aliran Imamiyah berpendapat sama dengan Ahmad bin Hanbal, tidak

terhalang, karena harta peninggalan itu belum menjadi milik harta waris secara tetap,

sebelum dibagi-bagikan kepada ahli waris

BAB VI

AHLI WARIS, HARTA YANG HARUS DIKELUARKAN,

Page 23: Makalah Mawaris Pai

23

HAJIB DAN MAHJUB A. AHLI WARIS

Ahli Waris ialah orang yang berhak menerima warisan, ditinjau jenisnya dapat

dibagi dua, yaitu zawil furud dan ashobah.

Penggolongan ahli waris ahli waris ada dua jenis lelaki dan perempuan .

1. Ahli Waris lelaki terdiri dari

a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki.

c. Ayah

d. Kakek sampai keatas garis ayah

e. Saudara laki-laki kandung

f. Saudara laki-laki seayah

g. Saudara laki-laki seibu

h. Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah.

i. Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah.

j. Paman kandung

k. Paman seayah

l. Anak paman kandung sampai kebawah.

m. Anak paman seayah sampai kebawah.

n. Suami

o. Laki-laki yang memerdekakan

2. Ahli Waris wanita terdiri dari

a. Anak perempuan

b. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki.

c. Ibu

d. Nenek sampai keatas dari garis ibu

e. Nenek sampai keatas dari garis ayah

f. Saudara perempuan kandung

g. Saudara perempuan seayah

h. Yang Saudara perempuan seibu.

Page 24: Makalah Mawaris Pai

24

i. Isteri

j. Wanita yang memerdekakan

Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu : Ashhabul furudh

dan Ashobah.

1. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari

a. Yang dapat bagian ½ harta.

• Anak perempuan kalau sendiri

• Cucu perempuan kalau sendiri

• Saudara perempuan kandung kalau sendiri

• Saudara perempuan seayah kalau sendiri

• Suami

b. Yang mendapat bagian ¼ harta

• Suami dengan anak atau cucu

• Isteri atau beberapa kalau tidak ada (anak atau cucu)

c. Yang mendapat 1/8

• Isteri atau beberapa isteri dengan anak atau cucu.

d. Yang mendapat 2/3

• dua anak perempuan atau lebih

• dua cucu perempuan atau lebih

• dua saudara perempuan kandung atau lebih

• dua saudara perempuan seayah atau lebih

e. Yang mendapat 1/3

• Ibu jika tidak ada anak, cucu dari grs anak laki-laki, dua saudara

kandung/seayah atau seibu.

• Dua atau lebih anak ibu baik laki-laki atau perempuan

f. Yang mendapat 1/6

• Ibu bersama anak lk, cucu lk atau dua atau lebih saudara perempuan kandung

atau perempuan seibu.

• Nenek garis ibu jika tidak ada ibu dan terus keatas

• Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas

Page 25: Makalah Mawaris Pai

25

• Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki bersama satu anak

perempuan kandung

• Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara perempuan

kandung.

• Ayah bersama anak lk atau cucu lk

• Kakek jika tidak ada ayah

• Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan.

2. Ahli waris ashobah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu

tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. Ashobah terbagi tiga

jenis yaitu ashabah binafsihi, ashobah bighairi dan ashobah menghabiskan bagian

tertentu

a. Ashobah binafsihi adalah yang ashobah dengan sndirinya. Tertib ashobah

binafsihi sebagai berikut:

• Anak laki-laki

• Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah

• Ayah

• Kakek dari garis ayah keatas

• Saudara laki-laki kandung

• Saudara laki-laki seayah

• Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah

• Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah

• Paman kandung

• Paman seayah

• Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah

• Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah

• Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal

b. Ashobah dengan dengan saudaranya

• Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki.

• Cucu perempuan bersama cucu laki-laki

Page 26: Makalah Mawaris Pai

26

• Saudara perempkuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau

saudara laki-laki seayah.

• Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah.

c. Menghabiskan bagian tertentu

• Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu atau lebih

(2/3).

• Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah (2/3)

B. Harta yang harus dikeluarkan

Harta yang harus dikeluarkan sebelum dibagikan kepada ahli waris:

1. Biaya jenazah

2. Utang yang belum dibayar

3. Zakar yang belum dikeluarkan

4. Wasiat

C. Hajib dan mahjub

1. Nenek dari garis ibu gugur haknya karena adanya ibu.

2. Nenek dari garis ayah gugur haknya karena adanya ayah dan ibu

3. Saudara seibu gugur haknya baik laki-laki ataupun perempuan oleh:

a. anak kandung laki/perempuan

b. cucu baik laki-laki/perempuan dari garis laki-laki

c. bapak

d. kakek

4. Saudara seayah baik laki-laki/perempuan gugur haknya oleh :

a. ayah

b. anak laki-laki kandung

c. cucu laki-laki dari garis laki-laki

d. Saudara laki-laki kandung

5. Saudara laki-laki/perempuan kandung gugur haknya oleh:

a. anak laki-laki

b. cucu laki-laki dari garis anak laki-laki

Page 27: Makalah Mawaris Pai

27

c. ayah

6. Jika semua ahli waris itu laki-laki yang dapat bagian ialah.

a. suami

b. ayah

c. anak laki-laki

7. Jika semua ahli waris itu semuanya perempuan dan ada semua, maka yang

dapat warisan ialah:

a. Isteri

b. Anak perempuan

c. Cucu perempuan

d. Ibu

e. Saudara perempuan kandung

8. Urutan pembagian antara saudara laki-laki kandung/ saudara laki-laki seayah

sampai kebawah dan urutan paman kandung / paman seayah sampai kebawah.

a. Saudara laki-laki kandung menggugurkan saudara seayah( L/P )

b. Saudara laki-laki seayah menggugurkan anak lk saudara kandung

c. Anak laki-laki saudara kandung menggugurkan anak lk saudara seayah

d. Anak laki-laki saudara seayah menggugurkan cucu lk saudara kandung.

e. Cucu laki-laki saudara kandung menggugurkan cucu lk saudara seayah dts

f. Cucu laki-laki saudara seayah menggugurkan Paman kandung

g. Paman kandung menggugurkan paman seayah

h. Paman seayah menggugurkan anak laki-laki paman kandung

i. Anak laki-laki paman kandung menggugurkan anak lk paman seayah

j. Anak laki-laki paman seayah menggugurkan cucu lk paman kandung

k. Cucu laki-laki paman kandung menggugurkan cucu lk paman seayah.

b. demikian seterusnya

BAB VII

CARA MENGHITUNG, MEMBAGIKAN WARISAN

Page 28: Makalah Mawaris Pai

28

Contoh Kasus

Pertanyaan :

Seseorang Meninggal dunia meninggalkan harta warisan senilai

Rp 66.000.000.00. Ahli waris terdiri dari kakek, bapak, dan 2anak laki-laki. Berapa

bagian masing-masing?

Jawab :

Untuk dapat menjawab kasus ini mari kita buka materi yang terdapat pada

BAB VI, disana dikatakan bahwa Bapak mendapatkan bagian 1/6

penyelesainnya adalah 1 x Rp 66.000.000.00 / 6 = Rp 11.000.000.00 jadi bapak

mendapatkan bagian sejumlah Rp 11.000.000.00, sedangkan 2 Anak laki-laki adalah

asobah/sisa, maka Penyelesainnya Rp 66.000.000.00 - Rp 11.000.000.00 = Rp

55.000.000.00, seorang anak laki-laki adalah Rp 55.000.000.00 / 2 = Rp

27.500.000.00

Bagimana dengan kakek, kakek tidak memiliki hak waris karena terhalang oleh

ayah.

KESIMPULAN

Page 29: Makalah Mawaris Pai

29

Seorang yang meninggal dunia tidak usai begitu saja, dia masih menimbulkan hukum

Bagi yang ditinggalkannya salah satunya yaitu hukum kewarisan.

Hukum kewarisan : hukum yang mengatur ketentuan yang diperoleh oleh

ahliwaris menurut ketentuan syara. Yakni memungkinkan seseorang mendapat

Warisan.

Dalam menyikapi hukum mawaris ada beberapa poin penting yang memang kita

harus pelajari yaitu :

• Hukum kewarisan

• Unsur-unsur dan Syarat kewarisan

• Sebab-sebab adanya kewarisan

• Sebab-sebab yang menjadi penghalang kewarisan

• Hajib dan Mahjub

• Cara Menghitung dan membagikan warisan

Apabila kita sudah mengetahui keenam poin diatas insyaAllah minimal kita dapat

mempelajari ataupun menerapkan hukum mawaris sesuai tuntunan syariat

islam.waAllahualam

PENUTUP

Page 30: Makalah Mawaris Pai

30

Demikian materi makalah Fikih Mawaris dapat saya suguhkan, semoga dengan

uraian sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penyusun dan para

pembaca yang budiman pada umumnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ustad Rudi hartanto Lc., Dosen mata

kuliah PAI yang telah memberikan tugas makalah sehingga penyusun mendapat

pengalaman dan pengetahuan baru mengenai ilmu fiqih mawaris. Semoga dengan ini

kita semua dapat meningkatkan kualitas ilmu kita scara maksimal sehingga kita

menjadi hamba Alloh yang bermanfaat dengan ijin-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Makalah Mawaris Pai

31

1. Al-Qur’an In- word

2. Jawad Muhammad, Fiqh Lima Mazhab, Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000

3. Al- Faujan Saleh, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani, 2006

4. Effendi Miftah blog.spot.com, Fiqh Mawaariits, April 2010