PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS...

90

Click here to load reader

Transcript of PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS...

Page 1: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS

(Studi Naskah Kitab Taudlihul adillah)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

OLEH :

SYAMSUL BAHRI

NIM. 1111044100068

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439 H / 2018 M

Page 2: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

ii

PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS

(Studi Naskah Kitab Taudhihul Adillah)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

SYAMSUL BAHRI

NIM 1111044100068

Pembimbing

Sri Hidayati, M.Ag

NIP : 197102151997032002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 3: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

MAWARIS (Studi Naskah Kitab Taudlihul Adillah), telah diujikan dalam sidang Munaqasah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 2 Juli 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah).

Jakarta, 2 Juli 2018

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Asep Saepudin Jahar, MA.

NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

1. Ketua : Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. (……………………….....)

NIP. 196706081994031005

2. Sekretaris : Indra Rahmatullah, MH. (……………………….…)

NIP.

3. Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag. (……………………….....)

NIP. 197102151997032002

4. Penguji I : Afwan Faizin, M.A. (……………………….…)

NIP. 1972102620031210001

5. Penguji II : Mara Sutan Rambe, S.H.I., M.H. (……………………….…)

NIP.

Page 4: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2018

Syamsul Bahri

Page 5: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

ABSTRAK

Syamsul Bahri. NIM 1111044100068. PEMIKIRAN KH. MUHAMMAD SYAFI'I

HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS (Studi Naskah Kitab Taudhihul Adillah).

Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. xi +78

halaman.

Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian yang menjadikan sumber pustaka

sebagai tumpuan utamanya, ini digunakan agar dapat melakukan efisiensi dalam penelitian

dan memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pandangan serta landasan dan hujjah

yang digunakan oleh seorang Mu’allim KH. Syafi’i Hadzami dalam menjawab sebuah

persoalan yang timbul, terkhusus persoalan ataupun pertanyaan yang berkaitan dengan waris.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, beliau dalam menjawab sebuah pertanyaan

yang berkaitan dengan waris, selalu berpedoman kepada al qur’an dan al hadits. Sumbangsih

pemikiran beliau dalam keilmuaan agama sangatlah luar biasa. Corak pemikiran beliau dalam

menjawab pertanyaan seputar warisan tidak pernah jauh dari pemikiran ulama mazhab

syafi’iyyah.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemikiran beliau yang tak

pernah lepas dari al qur’an dan as sunnah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

masuk kepada beliau, terkhusus yang berkaitan dengan hukum waris, beliau juga terkenal

sangat hati-hati (ikhtiyath) apabila menjawab sebuah persoalan-persoalan baru yang muncul

(persoalan kontemporer).

Kata Kunci : Waris, Risalah, Mu’allim, Majelis, AsySyirotus-Syafi’iyyah

Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1972 s.d Tahun 2015

Page 6: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, nikmat, hidayah dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepadasuri tauladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta Almh Rutiyah binti Garut

dan Ayahanda tercinta Alm. Djamhari bin H Djahari yang selalu memberikan kasih sayang,

bimbingan, dan doa tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat

dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini,

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum. Karena itu

penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr Abdul Halim, M.Ag. dan Indra Rahmatullah, SH.I, MH. selaku Ketua dan

sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.

3. Sri Hidayati, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah membimbing,

mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi

ini.

4. Afwan Faizin, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran-saran bagi penulis

hingga terselesaikan skripsi ini.

Page 7: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan memberikan

arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus

untuk Bapak Arip Purkon, M.A. yang senantiasa mendongkrak semangat penulis

dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Kepada seluruh staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membantu

dalam segala hal terutama Pak Faza dan Bu Yanti.

7. Kepada seluruh Abang-abang dan kakak-kakak penulis: Wiyalkah, Nunung

Rusmaidah, Esih Sumarsih, Alm Ujud Nazaruddin, Ruhiyat, Hairuddin, S.Ag, Neneng

Hawaliyah, S.Pd.SD, Idham Cholid, Marwati, Saubis yang semuanya selalu

membantu penulis dalam segala hal tanpa rasa lelah semenjak penulis ditinggal oleh

kedua orang tua yang sangat penulis cintai.

8. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang telah

memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang berkaitan dengan

skripsi ini.

9. Kepada Keluarga Besar Yayasan Al-Asyirotusy Syafi'iyyah Khususnya kepada Ust.

Hariri Syafi'I Hadzami yang banyak memberikan bantuan, dukungan, pengetahuan

mengenai sedikit banyaknya sosok KH. Muhammad Syafi'I Hadzami.

10. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama Muhammad

Fathinnuddin, S.Sy, MH, Rahmatullah Tiflain, S.H., S.Sy Muhammad Hira Hidayat,

S.Sy, Hendrawan, S.Sy, Ahmad Firdaus, S.Sy, Moch Shandika Rizkiyandi,

Muhammad Fahry, S.Sy, Muhammad Fakhru, S.Sy, Nabilla Alhalabi, S.Sy,

Muhammad Nazir, S.Sy, Chaidar Alif, S.Sy, Fauzan Hakim, S.Sy, Hatoli Salman,

S.Sy, MH serta seluruh rekan-rekan lainnya yang telah mendoakan penulis.

11. Kepada seluruh pengurus Ikatan Remaja Masjid Nurul Ikhwan (IRMANI) Kampung

Tajur, Ciledug, Kota Tangerang atas doa dan dukungannya.

Page 8: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

12. Keluarga Besar Majelis Sirojul Munir Tangerang yang tak pernah lelah mendoakan

penulis.

13. Keluarga besar K.U.A SQUAD yakni Muhammad Rizki Romdhon dan Nurul

Khomsah serta seluruh rekan-rekan lainnya yang telah memeberikan motivasi,

dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses membuka

wawasan pengetahuan, menambah khazanah keilmuan, dan dapat menjadi salah satu

cahaya penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.

Jakarta, 24 Juni 2018

Penulis

Page 9: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

1

Daftar Isi

Pemikiran KH. M. Syafi’i Hadzami mengenai Fikih Mawaris

(Studi Naskah Kitab Taudlihul Adillah)

BAB I ........................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 3

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 9

D. Metodologi Penelitian ...................................................................................................... 9

E. Teknik Pengolahan data ................................................................................................. 11

F. Review Studi Terdahulu ................................................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan .................................................................................................... 13

BAB II ..................................................................................................................................... 15

KETENTUAN HUKUM WARIS ISLAM ............................................................................. 15

A. Pengertian Waris ........................................................................................................... 15

B. Dasar Hukum Waris ..................................................................................................... 17

C. Rukun dan Syarat Waris ............................................................................................... 22

D. Sebab-Sebab Kewarisan ................................................................................................ 25

E. Penghalang Kewarisan.................................................................................................. 27

F. Hikmah Kewarisan ....................................................................................................... 29

G. Ahli Waris dan Bagiannya ............................................................................................ 30

H. Metode Pembagian Waris ............................................................................................. 33

I. Hukum Pembagian Waris Berdasarkan Musyawarah .................................................. 35

Page 10: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

2

BAB III ................................................................................................................................... 40

BIOGRAFI SINGKAT K.H.M. SYAFI‟I HADZAMI ........................................................... 40

A. Kelahiran, Silsilah Keluarga dan Masa Kecil ................................................................ 40

B. Perjalanan Pendidikan .................................................................................................... 42

C. Perkawinan dan Keluarga ............................................................................................... 47

D. Karir dan Profesi ............................................................................................................ 47

E. Kontribusi KH M Syafi‟i Hadzami dalam Pendidikan Islam ......................................... 52

BAB IV ................................................................................................................................... 61

IJTIHAD KH. M. SYAFI‟I HADZAMI DALAM PERSOALAN WARIS DAN ANALISIS

PENULIS ................................................................................................................................ 61

A. Perkara Waris dalam Kitab Taudhiul Adillah ............................................................... 61

B. Analisis Penulis ............................................................................................................ 70

BAB V .................................................................................................................................... 77

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 77

A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 77

B. SARAN-SARAN .......................................................................................................... 78

Page 11: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran Islam di Jakarta dan semakin banyaknya masjid yang didirikan

pada abad ke -18, terutama setelah membludaknya orang Batavia yang menuntut ilmu

di Mekah, membawa daya jelajah intelektual yang luar biasa pada abad-abad

berikutnya. Banyaknya ulama yang bermunculan di abad ke-20 di berbagai penjuru

kota Jakarta, dengan masjid dan lembaga pengajian sebagai locus intelektual,

membawa dampak pada kecenderungan masyarakat Betawi (sebagai suku asli) yang

dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama (religius). Bahkan, Rafless sampai

mengakui kemajuan perkembangan Islam di kalangan penduduk kota Batavia bentuk

asimilasi antara penduduk pribumi dengan pendatang selalu disebut islamisasi orang

selam.1

Muhammad Syafi‟i,. itulah nama yang diberikan Bapak Muhammad Saleh

Raidi dan Ibu Mini untuk anak tertua mereka yang lahir pada tanggal 31 Januari 1931

M bertepatan dengan 12 Ramadhan 1349 H. dikemudian hari ia lebih dikenal dengan

nama Syafi‟i Hadzami atau lengkapnya K.H.M. Syafi‟i Hadzami. Oleh anak-anak dan

cucu-cucunya, ia kini biasa dipanggil jid (dari kata bahasa arab yang berarti kakek).

Adapula yang memanggilnya buya. Sedangkan murid-muridnya biasa menyebutnya

1 Mastuki HS dan M Ishom El-saha (ed.), Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka,

2003), cet ke-1, hlm 113

Page 12: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

4

dengan sebutan Muallim. Ada cerita menarik dibalik nama Hadzami yang akan

dijelaskan nanti. Di kemudian diberi nama Hadzami menjadi sangat melekat pada

dirinya dan banyak orang mengira bahwa Syafi‟i Hadzami adalah nama beliau sejak

lahir. Sehingga, jika disebut nama Muhammad Syafi‟i, mungkin tidak tahu bahwa itu

nama beliau.2

Silsilah dari garis ayah hanya diketahui sampai generasi ketiga, meskipun

hanya dari orang tua laki-lakinya saja. Lengkapnya : Muhammad Saleh Raidi Bin

Raidi Bin Sholihin. Nama yang terakhir ini berasal dari Sumedang, Jawa Barat.

Dengan demikian, nenek moyang KH. M. Syafi‟i Hadzami baik dari garis ibu

ataupun garis ayah, berasal dari Jawa Barat. Sedangkan silsilah garis ibu ; ibu Mini,

tidak diketahui secara jelas bahkan untuk nama ayah dan ibunya saja tidak diketahui.

Yang jelas, KH. Syafi‟i Hadzami hanya mengetahui bahwa ibunya tersebut

mempunyai empat orang saudara3.

Sejak kecil Muallim Syafi‟i dikenal sangat gigih dalam menuntut ilmu.

Kegigihan ini terus berlanjut dan tak pernah hilang dalam perjalanan hidupnya. Tak

ada satu masapun dalam masa hidupnya yang kosong dari kegiatan menimba ilmu.

Dalam perkara yang satu ini ia benar-benar tak merasa puas. Selalu saja ia merasa

kekurangan. Pada usia sekitar 4 tahun ia telah mulai belajar al-Qur‟an beserta

2 Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 11 3 Muhlis, laporan penelitian dan penulisan biografi KH. M. Syafi‟i Hadzami di Provinsi DKI

Jakarta, (Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Agama, Departemen Agama RI, Jakarta,

1989/1990), hlm. 32

Page 13: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

5

tajwidnya dan dasar-dasar ilmu agama pada kakenya sendiri. Tahun demi tahun

dijalaninya hal itu dengan tekun. Kegiatan ini terus berlanjut sampai kakeknya itu

wafat yaitu tidak lama setelah Muallim Syafi‟i lulus sekolah dasar.4

Kitab-kitab adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Muallim

Syafi‟i Hadzami. Karena pergumulan yang demikian intens sejak muda dengan

sumber ilmu itu, ia semakin haus untuk terus memburu ilmu. Semangatnya yang

menggebu-gebu untuk mendapatkan hal-hal yang baru memberikan dorongan yang

sangat besar pada dirinya untuk memiliki banyak kitab. Karenanya, sejak muda ia

mengumpulkan kitab sedikit demi sedikit. Obsesinya adalah memiliki referensi yang

lengkap dalam berbagai disiplin ilmu.5

Dalam hal kitab, boleh dikatakan Muallim benar-benar seorang pecintanya.

Satu demi satu kitab ia kumpulkan. Kalau ada uang lebih, penggunaannya hampir

selalu untuk beli kitab. Bahkan, pernah ia menjual sepeda sekedar untuk membeli

kitab. Kejadian ini diceritakan oleh seorang kawan mengaji Muallim dulu, K.H.

Fathullah Harun yang kemudian bermukim di Malaysia dan menjabat sebagai Imam

Negara. Dengan kecintaannya yang luar biasa pada kitab-kitab, koleksi kitab Muallim

dari tahun ke tahun makin bertambah dan terus bertambah. Bahkan dalam tahun-

4Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm 31

5Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm 54

Page 14: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

6

tahun terakhir ini, ia masih sering memesan kitab dari Timur Tengah dalam jumlah

yang tidak sedikit dengan biaya pengiriman yang mencapai jutaan rupiah.6

Selain mengajar kitab-kitab pada majelis-majelis taklim, Muallim juga pernah

mengasuh pengajian di Radio Cendrawasih, Jakarta. Pengajian udara ini dimulai

sejak tahun 1970 dan terus mengudara selama beberapa tahun. Acara ini sangat

diminati oleh para pendengar, sehingga menjadi sangat terkenal. Dakwah Islamiyah

melalui Radio Cendrawasih mencerminkan gairah dan kepedulian Muallim terhadap

syiar Islam. Sebenarnya isi dan sifat pengajian tersebut tidak berbeda dengan

pengajian-pengajian lain yang diberikannya di berbagai pelosok Jakarta, hanya saja

tidak langsung bertatap muka. Pengajian udara memiliki kelebihan karena mampu

menjangkau sasaran yang lebih luas dan lebih beragam.7

Pengajian udara yang diasuh Muallim juga membuahkan hasil yang dapat

memberikan manfaat secara lebih luas. Pada tahun 1971, yaitu setahun setelah acara

itu berjalan, jawaban-jawaban yang beliau sampaikan berikut dengan pertanyaan-

pertanyannya diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul Taudhihul-Adillah yang

artinya menjelaskan dalil-dalil, disertai judul dalam bahasa Indonesia Seratus

Masalah Agama. Dalam buku itu, permasalahan-permasalahan yang ditanyakan

diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, misalnya aqidah, akhlak,

6 Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 54

7 Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 97

Page 15: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

7

adzan/khutbah, puasa/zakat, qurban/aqiqah, doa, zikir, sedekah, muamalah,

munakahah, khitan, dan sebagainya.8

K.H. M. Syafi‟i Hadzami memiliki keahlian yang tidak biasa dimiliki oleh

banyak pengajar agama, yaitu keahliannya dalam hal tulis menulis. Banyak karya

yang telah beliau tulis. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari karya-karya beliau

diluar kitab Taudhihul Adillah yang merupakan masterpiece dari karya-karya beliau

dan sudah dijadikan bahan studi di Negara Malaysia.

Hukum kewarisan islam merupakan hukum waris yang wajib di pelajari dan

di terapkan dalam setiap pristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat terutama

mereka yang beragama Islam. Namun hukum waris yang berlaku di Indonesia bukan

hanya hukum waris Islam tetapi ada pula hukum waris adat, dan hukum waris

perdata. Seiring berkembangnya jaman hukum waris adat pun sudah jarang di

gunakan pada masyarakat urban yang pada umumnya mereka lebih suka memakai

hukum waris islam karna agamanya dan hukum waris perdata. Di sini pemerintah

sangat sulit untuk mengatur unifikasi hukum waris di Indonesia9. Adapun dalam

istilah umum, waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang yang meninggal

dunia kepada ahli waris yang masih hidup. Seperti yang disampaikan oleh Wiryono

Projodikoro, definisi waris adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak

8 Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 99

9 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995),

hlm. 6

Page 16: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

8

dan kewajiban kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal akan

beralih kepada orang lain yang masih hidup10

.

Pada kesempatan ini penulis berusaha untuk memaparkan mengenai

pemikiran KH. A. Syafi‟i Hadzami dalam hal mawarits berdasarkan dari salah satu

kitab yang beliau karang, dari berbagai macam kitab yang dikarang oleh beliau. Kitab

yang akan dijadikan landasan penulis adalah kitab Taudhihul-Adillah, menurut

penulis kitab tersebut mencerminkan pemikiran beliau dalam berbagai aspek,

khususnya fikih mawarits. Karena penyusunan kitab tersebut pun berdasarkan

jawaban-jawaban beliau ketika menjadi pembicara di radio Cenderawasih, sehingga

dapat disimpulkan bahwa jawaban tersebut merupakan hujjah hasil pemikiran beliau.

Penulis tertarik meneliti hal ini sehingga judul penelitian dari skripsi ini adalah

Pemikiran KH. M. Syafi’i Hadzami mengenai Fikih Mawarits (Studi Naskah

Kitab Taudlihul Adillah)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah pada skripsi ini dibatasi pada persoalan Pemikiran K.H.

M. Syafi‟i Hadzami yang berkaitan dengan persoalan-persoalan seputar Fikih

Mawarits yang terdapat pada salah satu karya yaitu kitab Taudhihul Adilah.

Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Apa pendapat K.H. Muhammad Syafi‟i Hadzami terhadap ayat-ayat waris ?

10

Wiryono Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, (Bandung: Sumur, 1983), hlm. 13

Page 17: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

9

2. Bagaimana pengaruh hukum positif terhadap pendapat K.H. Muhammad

Syafi‟i Hadzami mengenai waris?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lebih mendalam pemikiran K.H. Muhammad Syafi‟i

Hadzami dalam konsep mawarits.

2. Untuk mengetahui konsep ijtihad yang digunakan K.H. Muhammad Syafi‟i

Hadzami dalam menentukan suatu hukum.

3. Mengetahui landasan hukum yang digunakan K.H. Muhammad Syafi‟i

Hadzami dalam mengistinbatkan suatu persoalan yang ditanyakan kepada

beliau.

4. Sebagai sumbangsih bagi khazanah pengetahuan fikih mawarits khususnya di

Indonesia.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian skripsi ini penulis melakukan satu jenis penelitian, yaitu dengan

penelitian pustaka (Library Research)

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif, penelitian bermaksud memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

Page 18: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

10

persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

2. Sumber Data

Pada penelitian kualitatif, sumber data primernya adalah kata-kata dan

tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dalam hal ini K.H.

Muhammad Syafi‟i Hadzami (berupa hasil karya beliau, yaitu dalam kitab Taudlihul

Adillah). Penulis menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan

analisis isi (content analysis). Analisis isi merupakan teknik untuk mempelajari

dokumen. Dari dokumen yang tersedia, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap

informasi-informasi yang berguna di bidang masing-masing12

.

Sedangkan sumber sekunder dari penelitian kualitatif, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Lexy J. Moloeng13

, adalah berasal dari sumber tertulis, seperti buku,

dan majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. dicatat melalui

catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau

film.

11

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), Cet. Ke-22, hlm. 3, 12

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung : CV. Pustaka Setia,

2001), hlm. 37 13

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 159

Page 19: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

11

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a) Penggunaan Dokumen

Dokumen yang akan penulis jadikan rujukkan adalah berupa karya-karya tulis

yang dibuat oleh Mu‟allim Syafi‟i Hadzami baik berupa artikel, buku, dan dokumen

resmi lainnya.

Penekanan penelitian ini adalah ingin menemukan berbagai teori, hukum,

dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dipakai untuk menganalisis dan

memecahkan masalah yang diteliti. Jadi, penelitian ini mengacu pada buku-buku,

artikel, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang penulis

teliti14

.

E. Teknik Pengolahan data

Sebagai proses kerja penulisan skripsi ini lazimnya penulisan karya sejarah

ada empat tahapan yaitu:

1. Kritik, yaitu meneliti atau menganalisis kevalidan informasi dari sekian

banyak sumber tertulis. Terhadap sumber data, dilakukan kritik internal dan

kritik eksternal. Kritik internal berkenaan dengan ontensitas sumber yang

sangat tergantung kepada motivasi, tingkat kemencengan (bias) dan

14

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008),

hlm. 1

Page 20: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

12

keterbatsan dalam pengamatan. Sedangkan kritik eksternal berkenaan dengan

relevansi dan akurasi sumber berkenaan dengan struktur dan pola budaya

yang melingkupi peristiwa tersebut.

2. Interpretasi, yaitu menafsirkan fakta-fakta yang saling berhubungan.

3. Penulisan sebagai langkah terakhir dari prosedur penulisan sejarah ini

diusahakan agar selalu memperhatikan aspek kronologis.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis isi (content analysis) yang

merupakan proses memilih, membandingkan, menggabungkan, memilih berbagai

pengertian hingga ditemukan pengertian yang relevan dengan fokus penelitian15

.

F. Review Studi Terdahulu

Dari beberapa skripsi yang terdapat di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta, penulis menemukan data yang

berhubungan dengan penelitian yang sedang ditulis:

Penulis yang bernama Suryanih dengan judul “ KH Muhammad Syafi‟i

Hadzami, Riwayat Hidup dan Perjuangannya di Kalangan Masyarakat Betawi” Tahun

2007 dibawah bimbingan Drs. H. E. Hasan Saleh dan Dra. Hj. Tati Hartimah, MA.

Hanya membahas mengenai peran muallim Syafi‟i Hadzami di kalangan masyarakat

Betawi. Skripsi ini belum sama sekali membahas mengenai dasar Ijtihad yang beliau

gunakan dalam menentukan suatu persoalan dalam agama.

15

Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multi Disipliner, (Yogyakarta:

Kurnia Kalam Semester, 2006), hlm. 226

Page 21: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

13

Penulis yang bernama Ahmad Fauzie dengan judul “Studi Metodologi dan

Hasil Ijtihad K.H.M. Syafi‟i Hadzami Yang Terkait Dengan Persoalan-Persoalan

Kekinian” Tahun 2006 dibawah bimbingan Dr. H. A. Mukri adji, MA. Membahas

mengenai pemikiran mualim dalam konteks kontemporer (kekinian) belum

membahas mengnai waris dalam perspektif KH Muhammad Syafi‟I Hadzami baik

secara umum maupun secara khusus.

Setelah melakukan analisa terhadap berbagai literatur di atas, penulis rasa

bahwa pembahasannya tidak ada yang menitik beratkan kepada ” Pemikiran KH. M.

Syafi’i Hadzami mengenai Fikih Mawarits (Studi Naskah Kitab Taudlihul

Adillah) ”. Berdasarkan pertimbangan penulis, penelitian ini perlu dikembangkan

lebih jauh dan dikembangkan lebih luas agar bagaimana masyarakat dan penulis

khususnya dapat lebih memahami dan mengerti tentang apa faktor-faktor yang

melatar belakangi pemikiran K.H. M. Syafi‟i Hadzami dan metodologi ijtihad yang

digunakan khususnya dalam bidang kewarisan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atsa lima bab dengan penjelasan sebagai

berikut:

Bab I : PENDAHULUAN, yang menjelaskan latar belakang masalah, tujuan

penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian, yang

Page 22: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

14

dipergunakan sebagai kerangka menuju uraian yang sistematis dan berakhir

sistematika penulisan

Bab II : FIKIH MAWARIS, menguraikan tentang: Pengertian fikih mawaris,

memahami pembagian mawaris dalam Islam dan bagaimana pendapat ulama

mengenai pembagian waris.

Bab III : BIOGRAFI KH MUHAMMAD SYAFI‟I HADZAMI, membahas

tentang: masa hidup beliau, latar belakang pendidikan beliau, karya-karya beliau dan

latar belakang pemikiran beliau.

Bab IV : METODOLOGI DAN HASIL IJTIHAD KH MUHAMMAD

SYAFI‟I HADZAMI DALAM PERSOALAN FIKIH MAWARIS, membahas

tentang: metodologi Ijtihad KH Muhammad Syafi‟i Hadzami dalam mengeluarkan

pendapat mengenai waris.

Bab V : KESIMPULAN, membahsa tentang beberapa kesimpulan yang bisa

disarikan dari skripsi ini, juga disertai dengan saran-saran yang akan sangat berguna

kelanjutan dari skripsi ini ke depan.

Page 23: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

15

BAB II

KETENTUAN HUKUM WARIS ISLAM

A. Pengertian Waris

Kata waris atau mawaris secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab,

yaitu “waritsa, yuritsu, waritsan atau wirtsan, yang berarti mempusakai”.16

Dalam

literatur Indonesia sering digunakan kata “Waris” atau “Warisan”, tetapi sebaiknya

kata “kewarisan” saja yang harus digunakan. Alasannya dengan adanya awalan “ke‟

dan akhiran “an” jelas menunjukkan kata benda dan mempunyai makna yang

berhubungan dengan mewarisi, diwarisi, dan mewariskan.17

Hukum waris dalam

ajaran Islam disebut dengan istilah “Faraidh”. Kata faraid adalah bentuk jamak dari

faridah yang berasal dari kata fardu yang berarti ketetapan, pemberian sedekah.18

Ilmu faraid adalah ilmu yang membahas tentang peralihan hak milik terhadap

harta kekayaan dalam hal ini penentuan siapa-siapa saja yang berhak menjadi ahli

waris, berapa bagian masing-masing ahli waris, kapan harta peninggalan (tirkah) itu

bisa dibagi dan bagaimana cara pembagian/membagikannya.19

16 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, cet VII (Jakarta : PT. Hidakarya Agung), hlm.

496.

17 Achmad Kuzari, Sistem Asabah, cet I (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 1.

18 Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan, cet I (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

2012), hlm. 49.

19 Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam dalam Pendekatan Teks dan

Konteks, cet I (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm. 11.

Page 24: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

16

Hukum kewarisan Islam mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah

meninggal kepada yang masih hidup, aturan tentang peralihan harta ini disebut

dengan berbagai nama. Dalam literatur hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk

menamakan Hukum Kewarisan Islam seperti : Faraid, Fikih Mawaris dan Hukm al-

Waris. Perbedaan dalam penamaan ini terjadi karena perbedaan dalam arah yang

dijadikan titik utama dalam pembahasan. Kata yang lazim dipakai adalah Faraid.20

Hukum kewarisan mengatur hubungan antara seseorang dengan benda

dikarenakan ada orang (lain) meninggal dunia, artinya satu sisi mungkin sekali orang

memperhatikan Hukum Kewarisan karena mengatur benda dihubungkan dengan

subyek (orang), atau pada sisi lain karena mengatur subyek (orang) yang mempunyai

hubungan dengan benda tersebut.21

Di dalam al-Qur`an dan hadits Nabi SAW tidak dijumpai ayat tertentu

maupun hadis nabi yang memberikan penjelasan tentang pengertian hukum kewarisan

Islam. Untuk itu dikalangan para ulama juga terjadi perbedaan pendapat dalam

memberikan deifnisi kewarisan Islam sebagai perpindahan pemilik dari si mati

kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkannya itu berapa harta

maupun hak.22

Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), pengertian hukum kewarisan adalah

hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)

20 Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, cet I (Jakarta : Kencana 2004), hlm. 1.

21 Achmad Kuzari, Sistem Asabah, hlm. 5.

22 Muhammad Ali as-Syabuni, al-Mawaris fi asy-Syariiah al-Islamiyah, (Beirut : Daar al-

Qalam 1409H/1989M), hlm. 32.

Page 25: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

17

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing.23

Dari pengertian ini dapatlah diketahui bahwa substansi

dari hukum kewarisan termasuk kewarisan Islam ialah pengaturan tentang peralihan

hak milik dari si mayit (pewaris) kepada ahli warisnya.

B. Dasar Hukum Waris

Hukum kewarisan Islam pada dasarnya bersumber kepada beberapa ayat al-

Qur`an sebagai Firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

dan Hadits Rasul yang terdiri dari ucapan, perbuatan dan hal-hal yang didiamkan

Rasul. Baik dalam al-Qur`an maupun Hadits-hadits Rasul dasar hukum kewarisan itu

ada yang secara tegas mengatur, dan ada yang secara sirat, bahan kadang-kadang

hanya berisi pokok-pokoknya saja yang paling banyak ditemui dasar atau sumber

hukum kewarisan itu dalam surat an-Nisaa` di samping surah-surah lainnya sebagai

pembantu.24

Dasar hukum waris Islam diantaranya ialah :

1. Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah wahyu Allah SWT, yang merupakan mu`jizat yang

diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai sumber hukum dan pedoman

hidup bagi pemeluk agama Islam. Di dalam al-Qur`an hal-hal yang berkaitan dengan

23 Kompilasi Hukum Islam, Bab I, Buku II, Pasal 171, huruf a, hlm. 56.

24 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, cet I (Jakarta : Pedoman Ilmu

Jaya 1992), hlm. 46.

Page 26: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

18

warisan sebagian besar nya diatur dalam QS. an-Nisa ayat 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

dan 176, beberapa dalam surat lain seperti QS. al-Anfaal ayat 75.

ل ان وٱ ل و

م ا ترك ٱ م ساء هطيب م كربون ونلن ل

ان وٱ ل مو

ا ترك ٱ م لرجال هطيب م فروضا كربون ن ا كل منه ٱو كث هطيبا م مم

( 7: 4 /)سورة امنساء

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan

kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan

ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah

ditetapkan”.

Pada intinya ayat tersebut berbicara tentang pengalihan harta pusaka dari

pewaris kepada ahli warisnya yang terdekat. Oleh karena itu, al-Raghib mengatakan

bahwa kewarisan adalah pengalihan harta milik seseorang yang telah wafat kepada

seseorang yang masih hidup tanpa terjadi aqad terlebih dahulu. Ini berarti unsur yang

sangat penting dalam proses pelaksanaan kewarisan adalah terdiri dari pewaris, ahli

waris, dan harta pusaka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa esensi kewarisan

dalam al-Qur`an adalah proses pelaksanaan hak-hak pewaris kepada ahli warisnya

dengan pembagian harta pusaka melalui tata cara yang telah ditetapkan oleh nash.

Atau lebih khusus dapat dicatat bahwa apabila seseorang telah wafat, maka siapa ahli

warisnya yang terdekat dan berapa saham yang diterima setiap ahli waris.25

ثنتي فل ن كن وساء فوق ٱ

لهثيي فا

كر مثل حظ ٱ دك نذل ف ٱوم لل

حدة فلها هن ثلثا ما ترك وضيك ٱ ن كهت و

وا

م يكن ل ن مۥ ول فا ن كن ل

ا ترك ا دس مم مس

نما ٱ حد م منطف ولبوه مك و

ن كن ٱ

فا ل مث

ه ٱ م ف ۥ ول وورثهۥ ٱبوا

ه ٱ م خوة ف

ۥ ا م ٱكرب ل دس من بؼد وضية وص با ٱو دين ءابؤك وٱبناؤك ل ثدرون ٱي ن مس

ا لل

ن ٱ مك هفؼا فرضة م

كن ػلميا حكميا )سورة امنساء لل ( ١١: 4 /ٱ

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang

anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi

25

Ali Parman, Kewarisan Dalam al-Qur`an : Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir

Tematik, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1995), hlm. 27.

Page 27: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

19

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang

saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi

masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu

mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi

oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-

pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak

mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.

ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”.

Al-Raghib al-Ashfahaniy menjelaskan secara khusus bahwa pengalihan harta

pusaka yang dikehendaki oleh ayat 11 di atas terdiri dari dua kemungkinan. Pertama,

pewaris mempunyai keturunan. Kedua, pewaris tidak mempunyai keturunan.

Konsekuensi kedua hal tersebut adalah bahwa pengalihan harta pusaka tetap

dilaksanakan, meskipun pewaris tidak mempunyai keturunan.26

2. Hadits

Hadits adalah perkataan nabi Muhammad SAW, perbuatannya dan

keterangannya. Di dalam hadits yang menerangkan mengenai pentingnya

mempelajari ilmu faraid dan cara pembagiannya terdapat dalam Hadits Ibnu Majah

dan Hadits Ibnu Abbas.

26

Ali Parman, Kewarisan Dalam al-Qur`an : Suatu Kajian Hukum dengan Pendekatan Tafsir

Tematik, hlm. 26.

Page 28: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

20

و فاهه هطف امؼل اامفرائظ وػلموه مواثؼل اي ٱب هريرة كال رسول هللا ضىل هللا وسل هللا غنه كال:هريرة ريض غن ايب

)روا ابن ماجه( ع من ٱميتاهه نىس وهو ٱول ن 27

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasullah saw bersabda : Waha Abu

Hurairah, pelajarilah ilmu Faraid dan lalu ajarkanlah. Karena dia separuh dari

ilmu dan akan (mudah) dilupakan orang. Dan dia adalah ilmu yang akan pertqama

kali dicabut dari umatku. (HR. Ibnu Maajah).

Pengertian hadits di atas menunjukan bahwa dalam mempelajari ilmu faraid

amat sangat penting, dikarenakan pembelajaran ilmu ini terkait dengan pemindahan

harta yang sudah meninggal kepada ahli waris nya yang masih hidup.

احللواامفرائظ بهلها مفا بلى لوىل رجل ذكر. )متفق رسول هللا ضيل هللا وسل غن ابن غباس ريض اهللا غنه كال:كال

ػليه(28

Dari Abbas r.a. berkata,Rasullah saw bersabda : Berikanlah bagian-bagian

kepada ahli-ahlinya, maka apa yang lebih, adalah bagi laki-laki yang lebih hampir.

(Muttafaq `Alaih).

Pengertian dari hadits tersebut menyatakan bahwa harta peninggalan

seseorang, hendaklah dibagikan kepada ahli warisnya menurut al-Qur`an dan Sunnah,

dan yang lebih dari pembagian itu hendaklah diberikan kepada `ashabah laki-laki

yang paling hampir dari yang ada.

Jumlah bagian yang telah ditentukan al-Qur`an ada enam macam, yaitu

setengah (1/2), seperempat (1/4 ), seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga

(1/3), dan seperenam (1/6).

27

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks dan

Konteks, hlm 49 28

An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi (Beirut: Dar al Fikr, 1972) hlm 52

Page 29: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

21

3. Ijtihad

Ijtihad artinya sepakat, setuju atau sependapat. Ijtihad adalah menggunakan

seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum syara` dengan jalan menyimpulkan

dari al-Qur`an dan hadits.29

Meskipun al-Qur`an dan hadits sudah memberikan ketentuan terperinci

mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih diperlukan adanya

ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan dalam al-Qur`an maupun hadits.

Misalnya mengenai bagian warisan banci (waria), diberikan kepada siapa harta

warisan yang tidak habis terbagi, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan

ayah dan suami atau istri atau sebagainya.

Contoh lain: Status saudara-saudara yang mewarisi bersama-sama dengan

kakek. Di dalam al-Qur`an hal ini tidak dijelaskan, yang dijelaskan hanyalah status

saudara-saudara bersama-sama dengan ayah atau bersama-sama dengan anak laki-laki

yang dalam kedua keadaan ini mereka tidak mendapatkan apa-apa lantaran terhijab,

kecuali dalam masalah kalalah maka mereka mendapatkan bagian.

Menurut pendapat kebanyakan sahabat dan imam-imam mazhab yang

mengutip pendapat Zaid bin Tsabit, saudara-saudara tersebut mendapatkan pusaka

secara muqasamah dengan kakek. Status cucu yang ayahnya lebih dahulu meninggal

daripada kakek yang bakal diwarisi yang mewarisi bersama-sama dengan saudara-

29

Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta :

Darunnajah Production House 2007), hlm. 6.

Page 30: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

22

saudara ayahnya. Menurut ketentuan mereka tidak mendapat apa-apa lantaran dihijab

oleh saudara ayahnya.30

C. Rukun dan Syarat Waris

Rukun waris ada tiga, yaitu:

a) Tirkah, harta peninggalan si-mati setelah diambil biaya-biaya perawatan,

melunasi hutang-hutanitu orang yang, dan melaksanakan wasiat.

b) Muwarits (pewaris), yang meninggal dunia dengan meninggalkan harta

peninggalan.

c) Warits (ahli waris), yaitu orang yang akan mewarisi atau menerima harta

peninggalan lantaran mempunyai sebab-sebab untuk mewarisi, seperti

adanya ikatan perkawinan, hubungan darah (keturunan) dan hubungan

hak perwalian dengan muwarits.31

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan bahwa ahli waris adalah orang

yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan

perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum

untuk menjadi ahli waris.32

30

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika Offset 2009), hlm. 22.

31 Otje Salman dan Musthofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung : PT Refika Aditama),

hlm 4 32

Tim Redaksi Citra Umbara, hlm 375

Page 31: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

23

Menurut jumhur ulama ahli waris dari kalangan laki-laki ada sepuluh yaitu: 33

a. Anak laki-laki

b. Bapak

c. Suami

d. Kakek shohih (bapaknya bapak)

e. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah

f. Saudara laki-laki

g. Anak laki-laki saudara laki-laki, kecuali dari saudara seibu

h. Paman

i. Anak laki-laki paman

j. Orang laki-laki yang memerdekakan budak (mu‟tiq)

Sedangkan ahli waris dari kalangan perempuan ada tujuh:34

a. Anak perempuan

b. Ibu

c. Isteri

d. Nenek

e. Cucu permpuan dari anak laki-laki, dan terus kebawah

f. Saudara perempuan

33

Muhammad bin Abdurrahman ad-DImasyqi, Fiqih Empat Madzhab, terjemah Abdullah

Zaki Alkaf, (Bandung: Hasyimi, cet. Ke-13, 2010, hlm 321 34

Muhammad bin Abdurrahman ad-DImasyqi, Fiqih Empat Madzhab, hlm 322

Page 32: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

24

g. Orang perempuan yang memerdekakan budak (mu‟tiqah)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pewarisan adalah sebagai berikut:

a. Matinya muwarits35

Kematian muwarits, menurut ulama dibedakan menjadi tiga macam:

1) Mati haqiqy, adalah hilangnya nyawa seseorang yang semula nyawa

itu sudah berujud kepadanya. Kematian itu dapat disaksikan oleh

panca indera dan dapat dibuktikan dengan alat pembuktian. Sebagai

akibat dari kematian seseorang ialah bahwa seluruh harta yang

ditinggalkannya setelah dikurangi untuk memenuhi hak-hak yang

bersangkutan dengan harta peninggalanny, beralih dengan sendirinya

kepada ahli waris yang masih hidup di saat kematian muwaris, dengan

syarat tidak terdapat salah satu dari halangan-halangan mewarisi.

2) Mati hukmy adalah seseorang yang secara yuridis melalui keputusan

hakim dinyatakan telah meninggal dunia. Ini bisa terjadi seperti dalam

kasus seseorang yang dinyatakan hilang (mafqud) tanpa diketahui di

mana dan bagaimana keadaannya, melalui keputusan hakim, sebagai

keputusan hakim mempunyai kekutan hukum yang mengikat.

3) Mati taqdiry adalah anggapan bahwa seseorang telah meninggal dunia.

Misalnya karena ia ikut ke medan perang, atau tujuan lain secara

lahiriyah mengancam dirinya. Setelah sekian tahun tidak diketahui

35

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung: PT Al-Ma‟arif), cet. Ke-2 1981, hlm 79

Page 33: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

25

kabar beritanya, dan melahirkan dugaan kuat bahwa ia telah

meninggal, maka dapat dinyatakan bahwa ia telah meninggal.36

b. Hidupnya warits (orang yang mempusakai) di saat kematian muwarits.

Para ahli waris yang benar-benar hidup disaat kematian muwarits, baik

mati hakiki, mati hukmy maupun mati taqdiry berhak mewarisi harta

peninggalannya.

c. Tidak ada penghalang untuk mewarisi.

Walaupun ada syarat waris dan mewarisi itu telah ada pada muwarits

dan warits, namun salah seorang dari mereka tidak dapat mewariskan harta

peninggalannya kepada yang lain atau mewarisi harta peninggalan dari yang

lain, selama masih terdapat salah satu dari empat macam penghalang

mempusakai, yakni: perbudakan, pembunuhan, perbedaan agama, dan

perbedaan negara.37

D. Sebab-Sebab Kewarisan

Pewarisan merupakan pengalihan hak dan kewajiban, dari orang yang meninggal

dunia kepada ahli warisnya dalam memiliki dan memanfaatkan harta peninggalan.

Pewarisan tersebut harus terjadi manakala ada sebab-sebab yang mengikat pewaris

dengan ahli warisnya. Adapun sebab-sebab tersebut adalah:

36

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawarits, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm 22 37

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, hlm 81

Page 34: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

26

a. Perkawinan

Salah seorang suami atau isteri secara hukum mendapatkan bagian yang telah

ditentukan kadarnya (furudh al muqaddarah) dari isteri atau suaminya, yaitu

setengah, seperempat atau seperdelapan. Suami isteri tersebut disebut ahli waris

(ashab al furudh) sababiayah. Perkawinan yang menjadi sebab pewarisan tersebut di

isyaratkan harus menjadi akad yang sah menurut syari‟at walaupun dalam

perkawinan tersebut masih utuh atau dianggap masih utuh.

b. Kekerabatan

Kekerabatan yaitu hubungan nasabiyah antara pewaris dengan ahli waris.

Kekerabatan ini terdiri atas al furu‟ (keturunan kebawah), al ushul (keturunan keatas),

dan al hawaasy (keturunan menyamping). Kekerabatan merupakan sebab pewarisan

karena kelahiran, suatu hubungan kausalitas adanya seseorang yang tidak dapat

dihilangkan, baik untuk anak turun (cabang) dari orang yang meninggal (furu‟al

mayyit), leluhur yang menyebabkan adanya orang yang meninggal, atau keluarga

yang dihubungkan dengan orang yang meninggal melalui garis menyamping. Mereka

yang memiliki ikatan kekerabatan dengan orang yang meninggal, sebagai sebab

dalam menerima harta peninggalan, adalah bapak dan ibu, anak-nak dan orang yang

bernasab kepada mereka.38

38

Suparman Usman, Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris hukum kewarisan Islam,

(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1997), hlm 28-30

Page 35: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

27

c. Wala‟

Wala‟ adalah pewarisan karena jasa seseorang yang telah memerdekakan

seorang hamba. Jika orang yang dimerdekakan itu meninggal dunia, orang yang

memerdekakannya berhak mendpatkan warisan. Wala‟ yang dikategorikan sebagai

kerabat secara hukum, disebut juga dengan istilah wala‟ al itqi, dan/atau wala‟ al

nikmah. Hal ini karena pemberian kenikmatan kepada seorang yang telah dibebaskan

dari statusnya sebagai hamba sahaya. Jika seseorang membebaskan hamba sahaya

dengan seluruh barang-barang yang dimilikinya itu, berarti telah terjadi hubungan

antara hamba sahaya yang dibebaskan dengan orang yang membebaskannya dalam

sutau ikatan yang disebut wala‟ al itqi.39

E. Penghalang Kewarisan

Halangan untuk menerima warisan atau disebut mawani‟ al irs adalah

tindakan atau hal-hal yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mempusakai

beserta adanya sebab-sebab dan syarat-syarat mempuskai.

Adapun hal-hal yang dapat menghalangi tersebut, yang disepakati ulama ada tiga,

yang tidak disepakati ulama adalah berlainan negara, yaitu:

a) Pembunuhan

Jumhur ulama telah sepakat untuk menetapkan bahwa pembunuhan itu, pada

dasarnya menjadi penghalang mempusakai bagi pembunuh terhadap harta

peninggalan orang yang telah dibunuhnya. Hanya ulama fikih dari golongan khawarij

39

Dian Khoirul Umam , Fiqih Mawaris, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm 13

Page 36: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

28

saja yang membolehkannya. Golongan ini mensinyalir periwayatan dari Ibn al

Musayyab dan Ibn al Jubair yang membolehkan kepada pembunuh untuk

mempusakai harta orang yang terbunuh. Mereka juga beralasan bahwa ayat-ayat

waris memberikan faedah yang umum, tidak dikecualikan pembunuh. Oleh karena itu

keumuman ayat tersebut harus diamalkan.

b) Perbudakan

Perbudakan menjadi penghalang mewarisi, bukan Karen ststus

kemanusiaannya, tetapi karena semata-mata karena status formalnya sebagai hamba

sahaya (budak). Mayoritas ulama sepakat bahwa seorang budak terhalang untuk

menerima warisan karena ia dianggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum.40

c) Berlainan Agama

Berlainan agama yang menjadi penghalang mewarisi apabila antara ahli waris

dan muwarrisnya salah satunya beragama Islam, yang lain bukan Islam. Misalnya

muwarrisnya Bergama Kristen atau sebaliknya. Demikian kesepakatan mayoritas

ulama. Jadi, apabila ada orang meninggal beragama Budha, ahli warisnya Bergama

Hindu diantara mereka tidak ada halangan untuk mewarisi.41

Orang kafir tidak

mewarisi terhadap pewarisnya yang beragam Islam. Menurut Imam Syafi‟I tidak

boleh dibunuh orang Islam yang membunuh orang kafir, Karen Allah tidak member

suatu jalan kepada orang kafir berhadapan dengan orang mukminin.42

40

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawarits, hlm 31 41

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawarits, hlm 28 42

Abdul Halim Hasan, Tafsir al Ahkam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm

319-320

Page 37: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

29

F. Hikmah Kewarisan

Kewarisan telah diatur sedemikian rupa dalam al-Qur‟an. Tentu ada hikmah

yang ingin dicapai oleh al-Qur‟an tentang ketegasan hukum dalam kewarisan.

Berikut ini ada beberapa hikmah adanya pembagian waris menurut Islam:

a) Pembagian waris dimaksudkan untuk memelihara harta (hifdz al maal ). Hal

ini sesuai dengan salah satu tujuan syariah (maqasid al syari‟ah) itu sendiri

yaitu memelihara harta.

b) Mengentaskan kemiskinan dalam kehidupan berkeluarga.

c) Menjalin tali silaturahmi antar anggota keluarga dan memeliharanya agar

tetap utuh.

d) Merupakan suatu bentuk pengalihan amanah atau tanggung jawab dari

seseorang kepada orang lain, karena hakikatnya harta adalah amanah Allah

SWT yang harus dipelihara dan dipertanggung jawabkan kelak.

e) Adanya asas keadilan antara laki-laki dan perempuan sehingga akan tercipta

kesejahteraan sosial dalam menghindari adanya kesenjangan maupun

kecemburuan sosial.

f) Selain itu harta warisan bisa juga menjadi fasilitator untuk seseorang

membersihkan dirinya maupun hartanya dari terpuruknya harta tersebut.

g) Dilihat dari berbagai sudut, warisan atau pusaka adalah kebenaran, leadilan,

dan lemaslahatan bagi umat manusia.

Page 38: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

30

h) Ketentuan hukum waris menjamin perlindungan bagi keluarga dan tidak

merintangi kemerdekaan serta kemajuan generasi ke generasi dalam

bermasyarakat.43

G. Ahli Waris dan Bagiannya

Ahli waris ialah orang-orang yang berhak atas harta warisan orang yang

meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada pasti menerima harta

warisan, sebab para ahli waris ada yang lebih dekat kepada pewaris, dan ada yang

lebih jauh berdasarkan urutan atau nasabnya. Jika dikelompokkan dalam

golongannya, maka ada ahli waris laki-laki yang berjumlah 15 orang dengan urutan :

anak laki-laki; bapak; suami; cucu laki-laki dari garis anak laki laki; kakek, yaitu

ayahnya bapak; saudara lai-laki sebapak; saudara laki-laki seibu; anak laki-laki dari

saudara (keponakan) sekandung; anak laki-laki dari saudara (keponakan) sebapak;

saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung; saudara laki-laki bapak (paman)

yang sebapak; sepupu (misan) laki-laki sekandung; sepupu (misan) laki-laki sebapak;

yaitu anak laki-laki dari paman sebapak; orang laki-laki yang memerdekakan budak.

Jika semua ahli waris diatas ada, maka yang hanya mendapatkan warisan anak laki-

laki, bapak, dan suami. Ahli waris perempuan yang berjumlah 10 orang dengan

urutan : Ibu, nenek (ibunya ibu) dan seterusnya ke atas dari garis perempuan; nenek

(ibunya ayah) dan seterusnya ke atas dari garis perempuan; atau berturut-turut dari

43

Jaenal Aripin, Filsafat Hukum Islam, Tasyri dan Syar‟i, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hlm 130

Page 39: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

31

garis laki-laki kemudian sampai kepada nenek; atau berturut-turut dari garis laki-laki

lalu bersambung dengan berturut-turut dari garis perempuan; anak perempuan; cucu

perempuan (anak dari anak laki-laki) dan seterusnya kebawah dari garis laki-laki;

saudara perempuan sekandung; saudara perempuan sebapak; saudara perempuan

seibu; istri; perempuan yang memerdekakan budak.44

Jika dikelompokkan dalam macam-macamnya, maka ada 3 macam ahli waris

diantaranya :

1. Ahli Waris Dzawil Furudh

Bagian masing-masing ahli waris yang mendapat bagian tertentu sebanyak 12

orang.

2. Ahli Waris `Ashabah

Ahli waris `Ashabah ialah ahli waris yang menerima bagian sisa dari harta

peninggalan yang telah dikurangi dengan ahli waris dzawil furudh (bagian-

bagian tertentu.

3. Ahli Waris Dzawil Arham

Dzawil arham ialah : keluarga jauh dari si pewaris dan tidak disebut dalam

urutan ahli waris yang diuraikan di atas. Dzawil arham ini memiliki hubungan

dengan pewaris, tetapi tidak termasuk ahli waris dzawil furudh dan ahli waris

44

Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, hlm. 9.

Page 40: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

32

`ashabah. Ahli waris ini baru berhak atas harta peninggalan bila ahli waris

dzawil furudh dan `ashabah tidak ada.45

Ahli waris dalam pengertian Kompilasi Hukum Islam pasal 172 yang

menjelaskan bahwa ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari

Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang

sudah lahir atau anak yang belum dewasa, beragama menurut ayahnya atau

lingkungannya.46

Orang-orang yang berhak mendapatkan setengah dari harta waris

peninggalan pewaris ada lima, satu golongan dari golongan laki-laki dan empat

lainnya perempuan. Kelima ashabul furudh tersebut ialah suami, anak perempuan,

cucu perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara

perempuan seayah. Rinciannya sebagai berikut, seorang suami berhak untuk

mendapatkan setengah harta warisan, dengan syarat apabila pewaris tidak mempunyai

keturunan, baik anak laki-laki maupun perempuan, baik anak keturunan itu dari suami

tersebut ataupun bukan.47

Dalilnya dalam firman Allah SWT:

“..dan bagi kalian (para suami) mendapat setengah dari harta yang

ditinggalkan istri-istri kalian,bila mereka (para istri) tidak mempunyai anak…” (An-

Nisa (4): 12)

Adapun kerabat pewaris yang mendapat bagian seperempat dari harta peninggalan

istrinya dengan satu syarat, yaitu bila sang istri mempunyai anak atau cucu laki-laki

45

Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, hlm. 10.

46 Kompilasi Hukum Islam, Bab I, Buku II, Pasal 172, hlm. 57.

47 A. Hassan, Al-Fara`id, (Surabaya : Penerbit Pustaka Progressif 1992), hlm. 45.

Page 41: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

33

dari keturunan anak laki-lakinya, baik anak atau cucu tersebut dari darah dagingnya

ataupun dari suami lain (sebelumnya). Hal ini berdasarkan firman Allah SWT :

ن كن مهن ول ف ا تركن )سورة امنساءفا بع مم مر

(١2: 4 /لك ٱ

“…jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat

dari harta yang ditinggalkannya” .

Selain itu kerabat pewaris yang berhak memperoleh bagian seperdelapan

yaitu istri. Istri, baik seorang maupun lebih akan mendapatkan seperdelapan dari harta

peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau cucu, baik anak tersebut

lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain. Berdasarkan firman Allah SWT :

ن كن مك ن بؼد وضية ثوضون با ٱو دين )سورة امنساءفا ا تركت م مثمن مم

(١2: 4 /ول فلهن ٱ

“…jika kamu mempunyai anak,maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan sesudah dipenuh,wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah

dibayar hutang-hutangmu…” .

H. Metode Pembagian Waris

Contoh pertama, seseorang meninggal dunia, meninggalkan ayah dan anak

laki-laki, maka ayah mendapatkan bagian seperenam, sedangkan sisanya dibagikan

kepada anak laki-laki sebagai bagian lunak. Contoh kedua, seseorang meninggal

dunia, meninggalkan istri dan ayah. Dalam contoh ini, mendapatkan bagian

seperempat (1/4), sedangkan ayah mendapatkan sisa sebagai bagian lunak. Contoh

terakhir, seseorang meninggal dunia, meninggalkan anak perempuan, ibu dan ayah,

maka anak perempuan mendapatkan bagian separuh, ibu mendapatkan bagian

seperenam, dan ayah mendapatkan bagian seperenam secara fardh (menerima bagian

Page 42: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

34

tetap) serta sisa nya secara ta`shib (harta sisa dari golongan fardh). Berikut ini adalah

tabel dari kasus atau contoh di atas.

Asal masalah : 6

Ahli waris Bagian Hasil pembagian

Anak perempuan

Ibu

Ayah

½

1/6

1/6 + Sisa

3

1

1 secara fardh + 1 secara

ta`shib = 2

Setelah warisan dibagikan kepada ash-habul furudh dan sisanya hanya

seperenam, maka bagian untuk ayah hanyalah yang seperenam itu. Contoh kasusnya,

seseorang meninggal dunia, meninggalkan dua orang anak perempuan, ibu dan ayah.

Asal masalah dari kasus ini adalah 6. Dengan demikian, dua orang anak perempuan

mendapatkan bagian dua per tiga (2/3), ibu mendapatkan bagian seperenam (1/6), dan

ayah hanya mendapatkan bagian seperenam (1/6) karena memang tidak ada harta

yang tersisa, kecuali sebesar itu. Di bawah ini adalah tabel dari kasus tersebut.

Asal masalah : 6

Ahli waris Bagian Hasil pembagian

2 orang anak perempuan

Ibu

Ayah

2/3

1/6

1/6

4

1

1

Jika setelah dibagikan kepada ash-habul furudh, ternyata sisa bagian lebih

kecil dari seperenam (1/6), maka asal masalah harus di-`aul-kan „dinaikkan‟ untuk

menyempurnakan bagian seperenam. Misalnya, seseorang meninggal dunia,

Page 43: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

35

meninggalkan suami, dua orang anak perempuan, dan ayah, maka bagian untuk suami

adalah seperempat (1/4) dengan hasil pembagian 3, dua orang anak perempuan

tersebut mendapat bagian dua per tiga (2/3) dengan hasil pembagian 8, dan ayah

mendapatkan seprenam (1/6) dengan hasil pembagian 2. Dengan demikian, asal

masalah pada kasus ini adalah 12, lalu di-`aul-kan (dinaikkan) menjadi 13. Berikut ini

tabel kasus tersebut.48

Asal masalah : 12/13

Ahli waris Bagian Hasil pembagian

Suami

2 orang anak perempuan

Ayah

1/4

2/3

1/6

3

8

2

I. Hukum Pembagian Waris Berdasarkan Musyawarah

Pembagian waris berdasarkan musyawarah antara para ahli waris dapat

disamakan dengan hal nya التخازد. Takaharuj ialah suatu perjanjian yang diadakan

oleh para ahli waris untuk mengundurkan (mengeluarkan) salah seorang ahli waris

dalam menerima bagian pusaka dengan memberikan suatu prestasi, baik prestasi

tersebut berasal dari harta milik orang yang pada mengundurkannya, maupun berasal

dari harta peninggalan yang bakal dibagi-bagikan.49

48

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Mesir, Hukum Waris, hlm. 101.

49 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung : Al-Ma`arif 1975), hlm. 468.

Page 44: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

36

Takharuj dapat terjadi, misalnya salah seorang ahli waris mengadakan

persetujuan damai dengan ahli waris lain, bahwa bagiannya diserahkan kepada ahli

waris lain itu dengan ketentuan dia cukup menerima uang dalam jumlah tertentu saja

dari waris bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan setelah para ahli waris mengetahui

dan menyadari bagian yang sebenarnya. Dalam hal ini, harta warisan dibagi kepada

semua ahli waris yang ada; kemudian bagian waris yang mengadakan takharuj

menjadi hak ahli waris yang menyerahkan uang seratus ribu kepadanya sebab ahli

waris tersebut berarti telah menjual bagiannya kepada salah seorang ahli waris lain

dengan harga tersebut.50

1. Al-Qur`an

Dasar hukum mengenai takharuj dalam al-Qur`an tertera dalam surat an-Nisa ayat

29:

رة غن تر ٱن تكون ت لطل ا مب

مك بينك بأ ين ءامنوا ل ثأكوا ٱمو ل

ا ٱ أي كن بك لل

ن ٱ

نك ول ثلتلوا ٱهفسك ا رحميا اض م

( 29: 4 /)سورة امنساء

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Kaitannya ayat diatas dengan pembagian waris secara musyawarah atau

berdamai yaitu pada potongan ayat ض هنن استعي yang menekankan adanya

kerelaan kedua belah pihak. Walaupun kerelaan adalah sesuatu yang tersembunyi di

50

Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, hlm. 36.

Page 45: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

37

lubuk hati, tetapi indikator dan tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan Kabul, atau apa

saja yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-bentuk

yang digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan.51

2. Hadits

Pembagian harta warisan dalam bentuk takharuj tidak dijumpai dasar

hukumnya dalam hadits Nabi SAW. Dasar hukumnya merupakan hasil ijtihad (atsar

sahabat) atas peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin

Affan. Atsar tersebut sebagai berikut : telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa

Abdurrahman bin `Auf menceraikan Istrinya bernama Tumadhir binti Ashba` al-

Kalbiyah saat dia sakit keras. Ketika Abdurrahman wafat, ahli waris Abdurrahman

yang lain mengajukan permohonan kepada Tamadhir, agar ia memberikan satu per

tiga puluh dua (1/32) harta waris yang menjadi haknya. Sebagai gantinya, ahli waris

Abdurrahman itu bersedia memberikan 80 atau 83 ribu dirham atau dinar

kepadanya.52

Atsar Shahabi tersebut tidak cukup kuat untuk dijadikan dalil untuk

menyimpang dari ketentuan umum yang berlaku. Tetapi nyatanya di kalangan ulama

Hanafi yang biasa berfikir praktis menggunakannya atas dasar kerelaan dan

51

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, cet II

(Jakarta : Lentera Hati 2002), hlm. 413.

52 Abdul Qodir al-Bakaar, Ahkamul Mawarits, cet III (Kairo : Daarussalaam 2001), hlm. 606.

Page 46: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

38

penerimaan bersama dari pihak yang berhak. Cara ini juga diikuti oleh Hukum

Kewarisan yang berlaku di Mesir.53

3. Kompilasi Hukum Islam

Dalam Kompilasi Hukum Islam, pembagian waris secara musyawarah atau

secara damai tertera dalam pasal 183 yang menjelaskan bahwa para ahli waris dapat

bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-

masing menyadari bagiannya.54

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 183 tentang usaha perdamaian yang

menghasilkan pembagian yang berbeda dari petunjuk namun atas dasar kerelaan

bersama, memang dalam kitab-kitab fiqih pada umumnya tidak dijelaskan dalam

waktu membahas kewarisan. Meskipun secara formal menyalahi ketentuan fiqih,

namun dapat diterima dengan menggunakan pendekatan pemahaman at-Takharuj

yang dibenarkan dalam mazhab Hanafi.

Latar belakang munculnya pasal 183 Kompilasi Hukum Islam tentang

pembagian waris secara perdamaian adalah pendekatan kompromi dengan hukum

Adat terutama untuk mengantisipasi perumusan nilai-nilai hukum yang tidak

dijumpai nashnya dalam al-Qur`an. Pada segi lain, nilai-nilai itu sendiri telah tumbuh

53

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus 2005), hlm. 329.

54 Kompilasi Hukum Islam, Bab I, Buku II, Pasal 183, hlm. 59.

Page 47: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

39

subur berkembang sebagai norma adat dan kebiasaan itu nyata-nyata membawa

kemaslahatan, ketertiban, serta kerukunan dalam kehidupan masyarakat.55

Kemungkinan untuk melakukan pendekatan kompromi dengan hukum Adat

bukan terbatas pada pengambilan nilai-nilai hukum Adat untuk diangkut dan

dijadikan ketentuan hukum Islam yang telah ada nashnya dengan nilai-nilai hukum

Adat. Tujuannya agar ketentuan hukum Islam lebih dekat dengan kesadaran hidup

masyarakat. Sikap dan langkah yang demikian dapat dinyatakan dalam suatu

ungkapan : mengislamisasi hukum Adat sekaligus bebarengan dengan upaya

mendekatkan hukum Adat ke dalam Islam.56

55

Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

Nasional, hlm. 47.

56 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

Nasional, hlm. 47.

Page 48: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

40

BAB III

BIOGRAFI SINGKAT K.H.M. SYAFI’I HADZAMI

A. Kelahiran, Silsilah Keluarga dan Masa Kecil

Kehadiran Islam di Jakarta dan semakin banyaknya masjid yang didirikan

pada abad ke -18, terutama setelah membludaknya orang Batavia yang menuntut ilmu

di Mekah, membawa daya jelajah intelektual yang luar biasa pada abad-abad

berikutnya. Banyaknya ulama yang bermunculan di abad ke-20 di berbagai penjuru

kota Jakarta, dengan masjid dan lembaga pengajian sebagai locus intelektual,

membawa dampak pada kecenderungan masyarakat Betawi (sebagai suku asli) yang

dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama (religius). Bahkan, Rafless sampai

mengakui kemajuan perkembangan Islam di kalangan penduduk kota Batavia bentuk

asimilasi antara penduduk pribumi dengan pendatang selalu disebut islamisasi orang

selam.57

Bersamaan dengan perkembangan Islam di Jakarta dan semakin banyaknya

kelompok ulama, lahirlah sosok ulama Betawi yang menjadi generasi kedua dalam

jaringan intelektual Islam Betawi pada abad ke-20, yakni K.H.M. Syafi‟i

Hadzami.58

Nama Hadzami diberikan oleh jamaah pengajiannya, sehingga orang lebih

57

Mastuki HS dan M Ishom El-saha (ed.), Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka,

2003), cet ke-1, hlm 113 58

Mastuki HS dan M Ishom El-saha (ed.), Intelektualisme Pesantren, hlm 113

Page 49: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

41

mengenalnya dengan nama KH. Syafi‟i Hadzami daripada nama aslinya, Muhammad

Syafi‟i.59

Ayahnya bernama Muhammad Saleh Raidi dilahirkan pada tanggal 31

Desember 1911, Sedangkan ibunya bernama Mini yang berasal dari Citeureup,

Bogor, Jawa Barat.

Silsilah dari garis ayah hanya diketahui sampai generasi ketiga, meskipun

hanya dari orang tua laki-lakinya saja. Lengkapnya : Muhammad Saleh Raidi Bin

Raidi Bin Sholihin. Nama yang terakhir ini berasal dari Sumedang, Jawa Barat.

Dengan demikian, nenek moyang KH. M. Syafi‟i Hadzami baik dari garis ibu

ataupun garis ayah, berasal dari Jawa Barat. Sedangkan silsilah garis ibu ; ibu Mini,

tidak diketahui secara jelas bahkan untuk nama ayah dan ibunya saja tidak diketahui.

Yang jelas, KH. Syafi‟i Hadzami hanya mengetahui bahwa ibunya tersebut

mempunyai empat orang saudara60

.

Berbeda dengan saudara-saudaranya, Syafi‟i “kecil” menghabiskan masa

kanak-kanaknya bersama paman ayahnya yang bernama Husin di Batu Tulis XIII

(dulu disebut Gang Lebar), Pecenongan, Jakarta Pusat. Syafi‟i “kecil” biasa

memanggilnya dengan sebutan jid (kakek, dalam bahasa Arab). Di masa kanak-

kanaknya ini, Syafi‟i “kecil” termasuk anak yang pendiam. Walaupun suka bermain,

tetapi ia tidak seperti anak-anak lain. Beberapa permainan yang ia sukai adalah ketok

59

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 11 60

Muhlis, laporan penelitian dan penulisan biografi KH. M. Syafi‟i Hadzami di Provinsi DKI

Jakarta, (Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Agama, Departemen Agama RI, Jakarta,

1989/1990), hlm. 32

Page 50: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

42

kadal dan ketok keladi. Sedangkan tempat main favoritnya adalah di Pacenongan, ia

juga suka bermain di daerah Djuanda yang bersebelahan dengan Pacenongan. Di

Djuanda ini melintas sungai Ciliwung, karenanya yang paling ia sukai adalah

berenang di sungai tersebut atau dalam bahasa betawinya: ngebak. Kebiasaan ini

terus berlanjut sampai ia remaja.61

B. Perjalanan Pendidikan

1. Pendidikan Membaca Al-Qur’an Dari Kakek

Pendidikan pertamanya diperoleh dari Kakek Husin, dari orang yang terdekat

inilah mental disiplin dan kecintaannya pada ilmu-ilmu ke-Islaman mulai dibangun.

Dalam mengajar, Kakek Husin sangat keras. Misalnya: shalat harus dikerjakan tepat

waktu. Bila waktu shubuh telah tiba tetapi ia bangun, maka kakek Husin Kan

mengguyurnya dengan air. Bahkan pukulan rotanpun sering mendarat ke Syafi‟i, jika

ia terlambat mengerjakan sholat zuhur. Kepadanya Syafi‟i “kecil” belajar membaca

al-Qur‟an dan untuk pertama kalinya khatam pada usia 9 tahun. Dalam mengajarkan

al-Qur‟an, kakek Husin sangat memperhatikan kefasihan lafal dan juga tajwidnya.

Selain itu, dari kakeknya ini, Syafi‟i “kecil” juga memperoleh pengajaran ilmu dasar-

dasar nahwu dan ilmu shorof. 62

61

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 20-21 62

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 12

Page 51: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

43

2. Pendidikan Zikir dari Kiai Abdul Fattah

Syafi‟i “kecil” sering sekali diajak kakeknya untuk mengaji dan membaca

zikir dikediamannya Kyai Abdul Fattah (1884-1947), seorang ulama kelahiran

Cidahu, Tasikmalaya, kabarnya, beliaulah yang membawa Tarekat Idrisiah di

Tasikmalaya ia diberi panggilan kehormatan: Syekh Al-Akbar (guru

agung).63

Pembacaan zikir dan tarekat ini dilakukan pada malam hari. Dari gurunya,

Kyai Abdul Fattah, Syafi‟i yang menginjak remaja diberi sebuah do‟a khusus.

Pemberian do‟a ini memiliki cerita tersendiri: pada melakukan zikir disuatu waktu,

Syafi‟i mengalami tahap fana‟ (lupa dan hilang kesadaran karena dibimbing agar

ingat kepada Allah semata). Ketika ia mengalami hal ini, ia tidak ingat apa-apa walau

telah dipanggil oleh Kyai Abdul Fattah, setelah sadar , ia dipanggil sendirian oleh

Kyai Abdul Fattah dan diberikan do‟a khusus. Kyai pun mendo‟akan agar Syafi‟i

menjadi orang baik.64

3. Mengaji Al-Qur’an, Dasar-Dasar Nahwu, dan Shorof dari Pak Sholihin

Syafi‟i “belia” juga mengaji kepada Pak Sholihin yang masih dibilang

kerabat. Istri Pak Sholihin ini merupakan keponakan dari nenek yang mengasuh

Syafi‟i. selama dua tahun, ia mengaji al-Qur‟an, Nahwu dan Shorof dari Pak

Sholihin.

63

Abdul Aziz Dahlan (ed) et.al., “Idrisiah”, dalam Enslikopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2002), Cet ke-8, hlm. 176 64

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 20-21

Page 52: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

44

4. Pendidikan dari KH. Sa’idan

Dari tahun 1948 sampai dengan tahun 1953 atau selama 5 tahun, Syafi‟i

belajar kepada KH. Sa‟idan di Kemayoran, Syafi‟i belajar ilmu tajwid, ilmu nahwu

(dengan kitab pegangan Mulbatul-I‟rab) dan ilmu fikih (dengan pegangan kitab

berjudul Ats-Tsimar Al-Yani‟ah yang merupakan sarah dari kitab Ar-Riyadh Al-

Badhi‟ah). Selain belajar ilmu ilmu agama, Syafi‟i juga belajar ilmu silat kepadanya.

KH. Sa‟idan juga menyuruhnya belajar kepada guru-guru yang lain, misalnya kepada

guru Ya‟kub Sa‟idi (Kebon Sirih), Guru Khalid (Gondangdia), Guru Abdul Majid

(Pekojan), dan lain-lain.65

5. Pendidikan dari Habib bin Husein Al-Attas, Bungur

Kepada Habib yang biasa dipanggil Habib Ali Bungur ini, Syafi‟i “dewasa”

mengaji sejak sekitar 1958 sampai dengan gurunya ini diwafatkan pada tahun 1976.

Banyak kitab-kitab yang dipelajari Syafi‟i “dewasa” dari Habib Ali Bungur yang lahir

di Huraidhah, Hadramaut, Yaman. Pada tanggal 1 Muharram 1309 dan selama 5

tahun menuntut ilmu di Mekkah kemudian sampai ke Jakarta sampai ia diwafatkan.

Syafi‟i merupakan murid kesayangannya yang mendapatkan ijazah langsung darinya

seminggu sebelum wafat. 66

65

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 41 66

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 44

Page 53: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

45

6. Pendidikan dari Habib Abdurrahman Al-Habsyi

Syafi‟i “dewasa” juga rajin mengikuti pengajian umum yang diasuh oleh

Habib Ali Al-Habsyi Kwitang. Habib kelahiran Kwitang, Jakarta pada tanggal 20

Jumadil Akhir 1286 H (1876 M) ini memberikan pengajian kepadanya dengan

berbagai disiplin ilmu ke-Islaman.

7. Pendidikan dari K.H. Mahmud Romli

Dari K.H. Mahmud Romli yang tinggal di daerah Menteng, Jakarta Pusat ini,

Syafi‟i menimba ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Kitab fikih yang digunakan dalam

belajar adalah Bujairimi, sedangkan kitab tasawufnya adalah Ihya‟ U‟lumuddin.

Biasanya, yang membaca kitab-kitab tersebut adalah guru Mahmud sendiri.67

Lebih

dari 6 tahun (1950-1956) Syafi‟i menimba ilmu darinya.

8. Pendidikan dari K.H. Ya’kub Saidi

K.H. Ya‟kub Saidi yang bermukim di Kebon Sirih Jakarta Pusat merupakan

lulusan dari Mekkah. Kepada gurunya ini Syafi‟i menguji banyak kitab yang

dibacanya dihadapan Guru Ya‟kub sampai khatam, terutama kitab-kitab dalam ilmu

ushuluddin dan mantiq. Diantara kitab-kitab yang dikhatamkan padanya adalah

Idhahul Muhbab, Darwis Quwaysini, dan lain-lain.68

67

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 46 68

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 47

Page 54: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

46

9. Pendidikan dari K.H. Muhammad Ali Hanafiyyah

KH. Muhammad Ali Hanafiyah masih tergholong kakeknya Syafi‟i. kitab-

kitab yang dipelajari Syafi‟i dari beliau adalah Kafrawi, Mulbatul I‟rab,dan Asymawi.

10. Pendidikan dari K.H. Mukhtar Muhammad

Lebih kurang 5 tahun, yaitu sejak 1953 sampai tahu 1958, Syafi‟i belajar

kepada K.H. Mukhtar Muhammad di Kebon Sirih. Beliau ini masih terhitung

mertuanya sendiri dan juga murid dari Guru Ya‟kub. Diantara kitab yang dibaca oleh

Syafi‟i kepada beliau adalah kitab Kafrawi (dalam ilmu nahwu).69

11. Pendidikan dari Guru-guru Yang Lain

Guru-guru lain yang berjasa dalam mendidiknya adalah: K.H. Muhammad

Sholeh Mushonnif (darinya, Syafi‟i belajar ilmu ushuluddin), K.H. Zahruddin

Utsman (darinya Syafi‟i mendapatkan ijazah kitab Al Hikam), Syekh Yasin bin Isa

Al Fadani (darinya Syafi‟i banyak belajar ilmu hadist, imu ushul fikih, dan lain lain),

dan K.H. Muhammad Thoha. 70

69

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 48 70

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 48-51

Page 55: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

47

C. Perkawinan dan Keluarga

K.H. M. Syafi‟i Hadzami menikahi isterinya, Nonon, pada usia yang masih

tergolong remaja, yaitu 17 Tahun.71

Pernikahan ini terjadi pada tahun 1948, Setelah

menikah, ia dan isterinya tetap tinggal bersama neneknya di Kemayoran, Jakarta

Pusat. Tak lama pasangan ini pindah ke daerah Kebin Sirih, Jakarta Pusat dan tinggal

di rumah milik keluarga sang isteri. Dari istrinya ini, yang kemudian dengan nama

Hajjah Siti Khiyar, ia mendapatkan delapan orang anak dan dari isteri lainnya, ia

memiliki 6 orang anak.

Sejak tahun 1982, beliau bersam isterinya, Hajjah Siti Khiyar, dan anak-anak

mereka pindah dari Kepu, kemayoran, Jakarta Pusat ke Kampung Dukuh, Kebayoran

Lama, Jakarta Selatan sampai sekarang. Rumah yang ditempatinya berada diatas

tanah seluas kira-kira delapan ratus meter persegi dan terletak dalam satu komplek

dengan perguruan Al-„Asyirotusy Syafi‟iyyah.

D. Karir dan Profesi

Sejak belia K.H.M. Syafi‟i telah giat mencari uang, berjualan barang-barang

kelontong pun ia jalani. Pekerjaan formalnya atau karir yang ditempuhnya pertama

kali adalah di Balai Pustaka, kemudian di awal tahun 50-an, ia bekerja di RRI pada

bagian Trancription service, yaitu pada bagian rekaman musik-musik. Setelah

71

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, (Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy-Syafi‟iyah,

2012), hlm. 26

Page 56: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

48

bertugas cukup lama di RRI, ia memutuskan berhenti pada tahun 1969. Statusnya

sebgai pegawai negeri ia tinggalkan.72

Setelah berhenti bekerja, ia kembali berdagang dan mendirikan sebuah CV

yang bergerak di bidang penyediaan dan pelayan alat-alat tulis untuk perkantoran,

terutama untuk perguruan tinggi.73

Ia menyalurkan barang dagangannya sampai ke

Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya. Dari penghasilan dagang ini kemudian ia

menunaikan ibadah haji yang pertama pada tahun 1966. Setelah pulang dari ibadah

haji, ia berhenti berdagang dan kegiatannya hanya mengajar saja. Ia yakin bahwa

bekerja untuk Allah SWT tidak akan membuatnya susah secara ekonomi.

Profesinya sebagai guru agama dan da‟i sudah dijalaninya sebelum pergi haji

pada tahun 1963, K.H. M. Syafi‟i Hadzami telah memiliki 14 majelis taklim.

Kemudian pada tahun yang sama, ia membentuk sebuah lembaga yang bernama

BMMT (Badan Musyawarah Majelis Taklim) yang mengkoordinasikan majelis-

majelis taklimnya. Baru pada musyawarah yang diadakan pada tanggal 17 April

1963, bersama rekan-rekannya disahkanlah susunan pengurus BMMT yang diberi

nama Al-„Asyirotusy-Syafi‟iyah dengan memposisikan beliau sebagai ketua kehormatan.

Namun, baru pada sejak tahun 1970 masyarakat luas mengenal sosok kyai

muda ini dari pengajian yang diberikannya melalui Radio Cendrawasi, Jakarta.

72

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 29 73

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm. 29

Page 57: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

49

Terlebih ketika isi-isi pengajian di Radio tersebut dibukukannya dan diberi judul

Taudhihul Adillah yang menjadi kitab pegangan para murid yang mengaji kepadanya

sampai hari ini. Pada tanggal 30 Juni 197, BMMT Al-„Asyirotusy-Syafi‟iyah

didaftarkan ke Notaris M.S. Tadjoedin sebagai badan hukim dengan nomor 288

dengan ketua umumnya K.H. M. Syafi‟i Hadzami. Yayasan ini bergerak di bidang

sosial kemasyarakatan dan pendidikan Islam sampai sekarang.

Pada tahun 1980, K.H. M. Syafi‟i Hadzami diangkat sebagai salah satu ketua

MUI DKI Jakarta periode 1980-1985 dan juga pada tahun 1985 terpilih lagi di posisi

yang sama untuk periode 1985-1990, beliau terpilih sebagai ketua umum MUI DKI

Jakarta untuk periode 1995-2000. Pada muktamar NU ke-29 pada bulan Desember

1994 di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, ia terpilih sebagai salah satu Rois Syuriah.

Namun di usianya yang sudah lanjut ini sang muallim, panggilan yang biasa

digunakan oleh murid-muridnya, tetap mengajar tanpa ada kata pensiun atau tidak

diangkat lagi, sampai Allah SWT sendiri yang mengangkatnya.

Semasa hidupnya, KH Syafi‟i Hadzami dikenal sebagai ulama yang produktif

menuliskan pemikirannya dalam bentuk buku. Pada umumnya, karya-karyanya ditulis

dalam bentuk risalah-risalah kecil dengan bahasa Indonesia bertuliskan Arab. Karya-

karyanya hampir semuanya ditulis di era 80-an sebagai puncak intelektual sang kyai.

Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, produktifitas menulisnya sudah mulai

berkurang. Meskipun karya-karya KH Syafi‟i Hadzami terkesan sangat sederhana,

baik dari penampilan fisik buku-bukunya maupun dari bahasanya, namun materi-

Page 58: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

50

materi yang ditulis adalah tema-tema penting yang sangat dibutuhkan masyarakat

luas, karya karyanya adalah:74

1. Tawdhih al-adhillah, Seratus Masalah Agama.

Buku ini merupakan Tanya jawab yang diasuhnya di Radio Cendrawasih.

Hingga kini sudah terbit dalam 7 jilid dan telah berkali-kali dicetak ulang,

yang peredarannya bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negeri jiran

Malaysia.

2. Sullamul „Arsy fi Qira‟at Warsy.

KH Syafi‟i Hadzami menyusunnya di usia muda, yaitu pada usia 25 tahun.

Risalah yang setebal 40 halaman ini berisi kaidah-kaidah khusus dalam

pembacaan al-Qur‟an menurut Syekh Warasy dan terdiri dari mukadimah,

sepuluh mathlab (pokok pembicaraan) dan satu khatimah (penutup).

3. Qiyas dan Hujjah Syar‟iyyah.

Risalah ini merupakan karya dalam bidang ushul fiqih. Dalam risalah ini

dikemukakan dalil-dalil al-Qur‟an, Hadits, dan Ijma‟ ulama, yang

menunjukan bahwa qiyas merupakan salah satu argumentasi syariah.

4. Qabliyyah Jum‟at.

Risalah ini membahas kesunatan shalat sebelum jum‟at dan hal-hal yang

berkaitan dengannya. Dalam risalah ini dikemukakan nash-nash al-Qur‟an,

Hadist, dan para ahli fikih.

74

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, hlm 107-127

Page 59: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

51

5. Shalat Tarawih.

Untuk memenuhi kaum muslimin akan penjelasan tentang shalat Tarawih di

dalamnya dikemukakan dan dijelaskan dali-dalil dari hadist dan keterangan

para ulama yang berkaitan dengan shalat tarawih. Mulai dari pengetiannya,

ikhtilaf tentag jumlah rakaatnya, cara pelaksanaannya, dan lain-lain dibahas

dalam risalah ini.

6. „Ujalah Fidyah Shalat.

Risalah ini membahas perbedaan pendapat tentang pembayaran fidyah

(mengeluarkan bahan makanan pokok) untuk seorang muslim yang telah

meninggal dunia yang dimas hidupnya pernah meninggalkan beberapa shalat

fardhu. Risalah ini disusun karena adanya pertanyaan tentang masalah

tersebut yang diajukan oleh seroang jamaah pengajiannya.

7. Mathmah al-Rubafi Ma‟rifah al-Riba.

Dalam risalah ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan riba, bank

simpan pinjam, deposito, dan sebagainya.

Keunikan yang KH Muhammad Syafi‟i Hadzami dari ulama betawi yang lain

adalah beliau termasuk orang alim yang tidak mondok atau mengalami pendidikan

pesantren, namun beliau mengaji rapih dari satu fan ilmu ke fan ilmu yang lain

dengan mendatangi guru demi guru. Selain itu, beliau menjadi ulama Betawi

pilihan dari Habib Ali Bungur untuk salah seorang dari kalangan sa‟adah yaitu

Habib Ahmad al-„Attas untuk mulazamah (selalu menyertai) KH. M. Syafi‟i

Page 60: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

52

Hadzami. Hal ini belum pernah ditemui ulama di Jakarta pada waktu iu bahwa

ada seorang habib terkemuka yang merupakan seorang alim „alamah meminta

kepada kalangan saadah ‟Alawiyyin sendiri untuk menjadi pendamping seorang

kiai yang bukan dari golongan „alawiyyin.

Pada hari ahad, 07 Mei 2006 pukul 08.30 WIB KH Syafi‟i Hadzami

berpulang ke rahmatullah. Ratusan ribu umat Islam dari berbagai penjuru kota

jabotabek berta‟ziyah dikediamannya, Pondok Pesantren al Asyiratu as Syafi‟iyah

di Jl KH Syafi‟i Hadzami dimakamkan dipemakaman keluarga di samping

mushalanya.

E. Kontribusi KH M Syafi’i Hadzami dalam Pendidikan Islam

Keistiqomahan KH. M. Syafi‟i Hadzami dalam dunia pendidikan Islam

amatlah luar biasa, bahkan bisa dikatakan Beliau mendedikasikan hidupnya untuk

dunia pendidikan yaitu belajar, mengkaji dan mengajar. Bahkan saat sakit pun hal

yang paling Beliau khawatirkan adalah majelis-majelis yang diasuhnya, karena begitu

cintanya pada dunia pendidikan.

Page 61: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

53

Daftar Majelis-majelis Taklim

KH. M. Syafi’i Hadzami

No Majelis Taklim Alamat Kitab Yang Dibaca

1. Al-Himmatul „Aliyyah Cempaka Putih XI 1. Bidayatul

Mujtahid (fiqih)

2.Syarh al-Hikam

(tsf)

2. Baitul Muta‟ali Kreo, Cipadu, Ciledug,

Tangerang

1. Kifayatul Atqiya‟

(tsf)

3. Al-Barokah Kepu Dalam IV

Kemayoran, Jakpus

1. Sab‟ah Kutub

Mufidah (fiqih)

2. Tanbihul

Mughtarrin (tsf)

4. At-Taqwa Jl. Ketapang,

Kemayoran, Jakpus

1. Fathul Mu‟in

(fiqih)

5. Al-Awwabin Jl. Spoor II Dalam 1. Anwarul Masalik

(fiqih)

Page 62: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

54

2. Riyadhus

Sholihin (hadist)

6. Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang 1. Tafsin Ibn Katsir

(tafsir)

2. Shohih Muslim (

Hadits)

3. Mughnil Muhtaj

(fiqih)

4. Syarh Hidayatul

Atqiya‟ (tsf)

7. Al-Istiqomah Jl. Raya Cempaka Baru 1. Minhajut

Tholibin (fiqih)

8. Yayasan At-Taqwa Johar Baru III/22 Jakpus 1. Al-Mahalli (fiqih)

9. Sholatiah Kebon Kosong,

Kemayoran, Jakpus

1. Fathul Qorib

(fiqih)

10. As-Sa‟adah Simprug Golf, Grogol

Selatan, Kebayoran

1. Tafsir an-Nasafi

(tafsir)

Page 63: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

55

Lama, Jaksel 2. Shohih al-

BUkhori (hadits)

3. Kifayatul Akhyar

(fiqih)

4. Tarikh

Muhammad (siroh)

11. Riyadhul Jannah Pangkalan Pati, Pondok

Bambu, Jaktim

1. Fathul Wahhab

(fiqih)

2. Tanbihul

Mughtarrin (tsf)

12. Al-Mabruk Condet, Jaktim 1. Tafsir Munir

(fiqih)

2. Tuhfath Thullab

(fiqih)

3. Minhajul „Abidin

(tsf)

13. Al-Hidayah Kemanggisan Raya, 1. Kifayatul Akhyar

Page 64: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

56

Jakbar (fiqih)

2. Tanbihul

Mughtarrin (tsf)

14. At-Ta‟ibin Senen Raya IV, Jakpus 1. Iqhozul Himam

(tsf)

2. Fathul Mu‟in

(fiqih)

15. Az-Zawiyah Rumah KH Syafi‟i

Hadzami

1. Al-Itqon (u.q)

2. Al-Muhadzdzab

(fiqih)

16. Al-Mabrur Tanah Tinggi, Gg. XII,

Jakpus

1. Sirojul Wahhaj

(fiqih)

2. Tanbihul

Mughtarrin (tsf)

17. Al-„Asyirotus Syafi‟iyah Kp. Dukuh, Kby Lama,

Jaksel

1. Tafsir Khozin

(tafsir)

2. Qolyubi wa

Page 65: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

57

„Umairoh (fiqih)

3. Nailul Awthar

(hadits)

4. Syarh al-Hikam

(tsf)

18. As-Surur JL. Raya Kb Jeruk No.

27 Jakbar

1. Tausyih (fiqih)

2. Riyadhus

Sholihin (hadits)

19. Ad-Dirosatul „Ulya Lit-

Tafaqquh fid-Din

Kp. Dukuh, Kby Lama,

Jaksel

1. Irsyadul Fuluh

(u.f)

2. Al-Muhadzdzab

(fiqih)

3. Iqhozul Himam

(tsf)

20. Himmatul Masakin Jl. Bacang I/B, Kby.

Baru, Jaksel

1. Ihya „Ulumuddin

(tsf)

21. An-Nizhomiyyah Jl. Kebon Mangga, 1. Tafsir Ibn Katsir

Page 66: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

58

Cipulir, Jaksel (tafsir)

2. Tuhfatuth

Thullab (fiqih)

3. Tuhfatul Murid

(tauhid)

22. Khoirul Biqo‟ Jl. Pembangunan

Dalam, Jakpus

1. Tafsir Jalalain

(tafsir)

2. Tanwirul

Hawalik (Hadits)

23. Al-„Asyirotus Syafi‟iyah Kp. Dukuh, Kby Lama,

Jaksel

1. Jam‟ul Jawami‟

(u.f)

2. Syarh Ibn „Aqil

(nahwu)

24. Al-Manshuriyyah Jembatan Lima 1. Tafsir Munir

(tafsir)

2. NIhayatu Zain

(fiqih)

Page 67: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

59

3. Maroqil

„Ubudiyah (tsf)

4. Nuruz Zholam

(tauhid)

25. Al-Muhsinin Kp. Kepu, Kemayoran,

Jakpus

Tafsir Munir (tafsir)

2.Muhawibush

Shomad (fiqih)

26. Al-Ma‟mur Tanah Abang, Jakpus 1. Fathul Mu‟in

(fiqih)

2. Asymuni (nahwu)

3. Mukhtasar Abi

Jamrah (fiqih)

4. Al-Majalisus

Saniyyah (Hadits)

27. At-Taqwa Jl. Sriwijaya Raya, Kby.

Baru, Jaksel

1. Fathul Qorib

(fiqih)

2. kifayatul Awwam

Page 68: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

60

(tauhid)

3. Kifayatul „Atqiya

(tsf)

28. Al-Ma‟ruf Jl. Simprug III/Grogol 1. Fathul Mu‟in

(fiqih)

2. Tanbihul

Mughtarrin (tsf)

29. Al-Falah JL. Kediman Buntu,

Kemayoran, Jakpus

1. Tafsir Munir

(tafsir)

2. Tajul „Arus (tsf)

30. „Isyarotur Rodiyah Johar Baru, Jakpus 1. Mathla‟ul

Badrain (fiqih)

2. Minhajul „Abidin

(tsf)

Keterangan: u.q = Ulumul Qur‟an

tsf = Tasawuf

u.f = Ushul Fiqih

Page 69: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

61

BAB IV

IJTIHAD KH. M. SYAFI’I HADZAMI DALAM PERSOALAN WARIS DAN

ANALISIS PENULIS

A. Perkara Waris dalam Kitab Taudlihul Adillah

Dalam kitab ini terdapat persoalan waris yang dijawab langsung oleh Mu‟allim

Syafi‟i Hadzami, berikut penulis akan merincikan 3 buah pertanyaan dari jama‟ah

sekaligus jawaban mu‟allim berkaitan dengan pertanyaan tersebut.

Ny. MARDIYAH MARZUKI, Jln Johar Baru Utara I No. 6 Jakarta Pusat

1. Bagaimana cara pembagian ahli waris, kalau saya ini anak wanita dari saudara

semua ada 8 (delapan) orang, 1 sampai 5 putra dan ke 6 saya serta 7 dan 8

anak putra, Mohon penjelasan Pak Ustadz?

2. Bagaimana kalau hal tersebut pembagiannya disamaratakan dengan anak laki-

laki?

Jawaban Mu‟allim KH. Syafi‟i Hadzami:

Kalau almarhum mempunyai 7 orang anak laki-laki, dan seorang anak

perempuan, masih mempunyai isteri dan kedua orang tua, maka isteri almarhum

mendapat bahagian 1/8 dari harta warisan, sedang ayah dan ibu almarhum, masing-

masing 1/6, maka pembagian terhadap ashabul furudh adalah :

1/8 untuk isteri sama dengan 3/24

Page 70: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

62

1/6 untuk ayah sama dengan 4/24

1/6 untuk ibu sama dengan 4/24

Jumlahnya menjadi 11/24

Maka sisanya 13/24 adalah untuk ashabah, dalam masalah ini adalah anak

laki-laki dan anak perempuan, dibagi menurut ketentuan yang laki-laki dua kali lipat

dari bahagian perempuan. Akan tetapi jika almarhum, sudah tidak mempunyai isteri,

dan tidak mempunyai ayah dan ibu, maka yang memperoleh warisan adalah anak-

anak kandung beliau yang 8 orang itu, yaitu yang perempuan 1 bahagian sedang 7

orang anak laki-laki sama dengan 14 bahagian, menjadi masalah lima belas. Dengan

ketentuan bahwa yang laki-laki masing masing mendapat 2 bahagian dari lima belas

bahagian, dan yang perempuan mendapat 1 bahagian dari lima belas bagian. Artinya

kalau warisannya seharga Rp. 15.000.000,- maka setiap anak laki-laki mendapat

Rp.2.000.000,- dan anak perempuan mendapat Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).

Sebagaimana firman Allah SWT, di dalam kitab suci Al Qur‟an pada surat

Annisa ayat 11 berikut:

كر دك نذل ـ ف ٱوم لل لهثيي وضيك ٱ

(١١: 4 /)سورة امنساء مثل حظ ٱ

Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak

perempuan.

Page 71: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

63

Adapun minta disamaratakan pembagian yang laki-laki dengan anak

perempuan, adalah tergantung kepada anak-anak yang laki-laki. Kalau mereka semua

ridha dengan pembagian seperti itu, tentu boleh. Tanya saja kepada saudara anda

yang laki-laki karena itu hak mereka. Kalau mereka mau menggugurkan haknya itu

boleh.75

Ny. E. KUSMINI, Kramat Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat

1. Saya adalah anak kandung perempuan tunggal dari ayah kandung saya

almarhum Bapak Imong Satiman, ayah saya meninggal dunia, meninggalkan

seorang isteri (yaitu Ibu tiri saya) dan saya sendiri sebagai anak kandung

tunggal, ayah saya meninggal dunia dengan meninggalkan sebuah rumah yang

didiami oleh ibu tiri saya tersebut. saya sebenarnya tidak mempersoalkan

rumah tersebut, karena saya seolah olah sudah seperti anak sendiri bagi ibu tiri

saya tersebut. Namun karena ibu tiri saya tersebut memberitahukan kepada

saya, bahwa rumah tersebut ada yang mau beli, maka yang menjadi

pertanyaan saya ialah : “Berapa persenkah hak waris saya atas rumah

tinggalan ayah saya tersebut, dan berapa pula hak ibu tiri saya. Hal itu saya

tanyakan untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya kami

kembalikan kepada ketentuan-ketentuan agama Islam yang saya anut agar

75

M. Syafi‟i Hadzami, Taudlihul Adillah Jilid VI, (Kudus: Menara Kudus, 1986), hlm 229-

230

Page 72: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

64

semua pihak mematuhinya. Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak

kyai untuk menjawab pertanyaan kami diatas.

Jawaban Mu‟allim KH. Syafi‟i Hadzami :

Kalau rumah peninggalan mendiang ayahanda ada yang mau membeli dan semua ahli

waris setuju untuk menjualnya, sudah barang tentu si pembeli menginginkan supaya

jual beli itu dengan nota-riel-akte, dan Notaris tidak dapat melaksanakannya jika anda

tidak mempunyai fatwa waris, yang dapat anda peroleh dari Kantor Pengadilan

Agama. Surat fatwa waris yang dimaksud, adalah surat penetapan tentang siapa-siapa

yang menjadi ahli waris almarhum ayahanda.

Menurut penjelasan anda, bahwa ahli waris, hanya anda dan seorang isteri

almarhum, yaitulah ibu tiri anda. Berarti almarhum ayahanda, tidak meninggalkan

ayah kandung dan ibu kandung, atau saudara kandung baik laki-laki atau perempuan,

yang seibu sebapak, atau sebapak. Tegasnya: ahli waris almarhum hanyalah anda

seorang anak perempuan, dan seorang ibu tiri anda yang menjadi isteri almarhum

seketika beliau berpulang ke rahmatulaah. Perlu anda ketahui, bahwa jawaban yang

akan saya berikan ini tidak laku untuk Notaris, karena saya bukan Pejabat Kantor

Pengadilan Agama, tetapi hanya menjadi konsultan hukum Islam amatir dan bukan

professional. Jadi, transaksi penjualan rumah pusaka tidak bisa berlaku hanya dengan

fatwa hukum yang saya berikan, tanpa Surat Fatwa Waris yang resmi. Hak waris ibu

tiri anda, menurut hukum Islam adalah 1/8 (satu perdelapan) dari seluruh peninggalan

Page 73: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

65

almarhum. Sedangkan hak anda, sebagai seorang anak perempuan, adalah terdiri dari

dua jalan.

1. Sebagai ash-habul furudh anda mendapat ½ (satu perdua), atau separuh dari

seluruh peninggalan almarhum).

2. Sebagai penerima Radd (membagi sisa pusaka) 3/8 (tiga perdelapan) dari seluruh

peninggalan almarhum.

Jadi jumlah seluruh bagian anda adalah ½ = 4/8

Ditambah 3/8

_____________________ +

7/8

Singkatnya :

Ibu tiri anda beroleh 1/8

Sedang anda beroleh 7/8, disebut sebagai Fardhan wa Roddan.

Perhatikan firman Allah SWT. Dalam Surat An-Nisa ayat 12, yang menerangkan

pembagian isteri.

ا بع مم مر ا تركت ومهن ٱ مثمن مم

ن كن مك ول فلهن ٱ

ك ول فا م يكن م ن م

(١2: 4 /)سورة امنساء تركت ا

Artinya;

Page 74: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

66

Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan

Perhatikan pula firman Allah SWT, pada surat An-Nisa ayat 11, yang menerangkan

pembagian seorang anak perempuan.

منطف حدة فلها ٱ ن كهت و

(١١: 4 /)سورة امنساء وا

…jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta…

Bagian anda 1/2, dan bagian ibu tiri anda 1/8, menurut istilah hitungan, nisbah

antara 2 dan 8 adalah tadakhul. Karena makhraj bagian anda 2, dan makhraj bagian

ibu tiri anda 8. Dalam masalah faraidh kalau terdapat angka tadakhul, maka angka

yang kecil dianggap tidak ada maka diambil angka besar.

Dalam masalah ini angka 2 dihilangkan diambil angka 8, jadi disebut masalah

delapan.

Anda dapat separuh dari 8=4

Ibu tiri anda mendapat 1/8=1

_______+

Jumlahnya =5

Sedang makhrajnya yang mesti dibagi ada delapan, berarti masih bersisa 3.

Menurut ilmu faraidh, sisa pembagian pusaka itu dibagi kepada ahli waris yang

Page 75: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

67

bukan istri atau suami, yang disebu Radd, maka dalam hak ini andalah sebagai anak

perempuan yang berhak menerimanya. Secara praktisnya dapatlah saya katakan, ibu

tiri anda mendapat 1/8. Anda mendapat 4/8 sebagai fardh + 3/8 sebagai Radd jadi

anda mendapat 7/8. Fadlan Wa Raddan tersebut dalam kitab Alfa

Waidusyansyuriyyah, pada Hamisi Atthufatul Khairiyyah halaman 217, sebagai

berikut:

ٱهه اذا مل نتظم ٱمر بيت املال مكون المام غري املفىت به من مذهبنا الي ٱفيت به املتأخرون من امشافؼية وهو املذهب

فضل غن فروضهم الي منا فرض ٱحد امزوجي بمنس بةػادل املول بمرد ػىل ٱهل امفروض غري امزوجي ما

Dan menurut apa yang difatwakan dalam Madzhab kita, yang telah difatwakan oleh

Ulama Mutaakhiriin Syafi‟iyyah, dan yaitulah yang menjadi haluan, bahwasanya jika

tidak teratur urusan Baitul Maal, karena keadaan pemimpinnya tidak adil, ditetapkan

qaul mengembalikan sisa pusaka kepada orang-orang yang mempunyai bahagian

tertentu selain suami isteri, apa yang lebih dari bahagian-bahagian mereka, yang

setengah daripadanya adalah bahagian dari salah seorang suami isteri dengan

perbandingan.

Dan menurut kitab yang sama, pada halaman 220, sebagai berikut:

كول كزوجة و بنت( فأضل مسأةل امرد مثاهية خمرج فرض امزوجية لن من يرد اميه خشص واحد فللزوجة واحد ونلبنت (

س بؼة فرضا وردا

Artinya:

Katanya: seperti isteri dan anak perempuan, maka asal masalah Radd adalah

8, yaitu tempat keluar bagian isteri, karena orang yang yang akan dikembalikan

Page 76: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

68

kepadanya hanya seorang, maka untuk isteri satu bahagian, dan untuk seorang anak

perempuan 7 bagian, sebagai bagian tertentu ditambah pengambalian sisa.76

MAHMUDAH, Jl. Sukamulya Gg.7 Kamp. Sukasari Rt.02, Rw. 04, Kelurahan

Harapan Mulya, Jakarta Pusat

a. Ada seorang wanita sudah berumah tangga dan sudah dikaruniai seorang

anak, waktu suaminya masih bujangan dia sudah merabot, pokoknya komplit

segala alat rumah tangga. Kira-kira perkawinan berjalan dua tahun suaminya

meninggal dunia, dan isterinya itu pulang kerumah orang tuanya, sebab rumah

yang didiaminya adalah warisan dari kedua orang tuanya. Yang saya ingin

tanyakan: bagaimana jika seketika isteri itu pindah ke rumah orang tuanya,

tidak boleh membawa satupun barang-barang peninggalan suaminya, semua

dikuasai oleh kakaknya. Sedangkan almarhum meninggalkan seorang anak.

Bagaimana hukumnya?

Jawaban Mu‟allim KH. Syafi‟i Hadzami:

Menurut hukum syara‟, seorang isteri yang suaminya meningalkan anak, berhak

menerima warisan sebesar tsumun yaitu seperdelapan dari harta yang ditinggalkan

suami. Apabila anaknya itu laki-laki, maka sisa dari semuanya itu untuk anak laki-

laki tersebut. dan jika anak itu seorang perempuan, ia mendapat separuh dari harta

tersebut, dan jika rumah yang didiami itu warisan dari orang tua almarhum, maka

76

M. Syafi‟i Hadzami, Taudlihul Adillah Jilid VII, (Kudus: Menara Kudus, 1986), hlm 239-

242

Page 77: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

69

almarhum pun mempunyai bagian dari rumah itu, dimana karerna almarhum telah

meninggal maka isteri dan anaknya lah yang menjadi ahli waris dari bagian

almarhum, dalam hal rumah warisan itu. Mengenai harta benda almarhum, jika

anaknya laki-laki, yang menjadi ahli waris hanyalah isteri dan anaknya itu, sedang

saudara-saudara al-marhum adalah mahjub, terdinding dan tidak beroleh warisan.

Akan tetapi jika anak almarhum itu perempuan, maka saudara-saudara almarhum

memang beroleh pula warisan, yaitu memiliki sisa pembagian isteri dan anak

perempuan, jadi isteri 1/8, anak perempuan ½ dan saudara adalah 3/8, sisa dari 1/8 +

1/2. Itulah faroidh menurut Islam.

Perhatikan firman Allah SWT. pada Surat An-Nisa ayat 12, sebagai berikut :

ا تركت مثمن مم ن كن مك ول فلهن ٱ

(١2: 4 /)سورة امنساء فا

Artinya :

Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari

harta yang kamu tinggalkan.

Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Aljama‟ah kecuali Muslim dan

Attirmidzi. Berkata Abdullah bin Mas‟ud ra.

ت البن امسدس تمكةل امثلثي وما بلي نطف ومب ت امن نالل ضىل الل غليه وسل نلب كىض رسول غن غبد هللا ابن مسؼود

خت فل

Page 78: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

70

Artinya :

Pernah menghukum oleh Rasulullah SAW untuk seorang anak perempuan

separuh dan untuk cucu perempuan seperenam, buat mencukupkan dua pertiga, dan

selebihnya itu buat saudara perempuan.

Jika pada saat isteri almarhum itu akan pindah, maka saudaranya menahan

untuk tidak dibawa barang-barang atau perabot rumah, mungkin sekali keseluruhan

harta itu belum diperhitungkan, karena sulit memecah bagian perabotan sebelum

dinilai dengan harga, untuk dibagi kepada 1/8 untuk isteri, ½ untuk anak perempuan

dan 3/8 yaitu sisa untuk saudara almarhum. Akan tetapi bila anak almarhum laki-laki,

maka isterinya mendapat seperdelapan, dan 7/8 sisanya itu seluruhnya untuk anak

laki-laki, dan saudaranya tidak beroleh bahagian. Kalau anak masih kecil, maka

paman saudara ayahnyalah yang menjadi waliyyul maal, pengurus harta jika datuknya

telah tiada, untuk diberikan jika anak tersebut sudah dewasa.77

B. Analisis Penulis

Penulis akan coba menganalisis 3 pertanyaan di atas yang diajukan oleh jama‟ah

untuk melihat pertimbangan hukum yang digunakan oleh Mu‟allim. Pada pertanyaan

pertama, beliau mengutip ayat suci Al Qur‟an surat An Nisa ayat 11. Begitupun

dengan pembagian jatah para ahli waris, beliau berpegang teguh dengan rincian

pembagian yang telah ditentukan oleh Syari‟at Islam, yaitu:

77

M. Syafi‟i Hadzami, Taudlihul Adillah Jilid VI, (Kudus: Menara Kudus, 1986), hlm 247-

249

Page 79: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

71

أصحاب الفسض

1. Suami a. 1/2

b. 1/4

Apabila pewaris tidak meningalkan

keturunan (Annisa:12)

ف ل نن ا ص ك ه جنن ت س ي ي ني لن إى أ ش ل

ل د Apabila pewaris ada meninggalkan

keturunan (Annisa:12)

اى ف إى... ي م ل د ل بع ف ل نن ا ٱلس ي هو م ...ت س 2. Istri a. 1/4

b. 1/8

Apabila pewaris tidak meninggalkan

keturunan (Annisa:12)

ي ... ل بع ا ٱلس تن هو م ل د لنن ي ني لن إى ت س

... Apabila pewaris ada meninggalkan

keturunan (Annisa:12)

اى ف إى... ل د ل نن م ي ا ٱلخوي ف ل تن هو م ...ت س

3. Bapak a. 1/6

b. 1/6 + Sisa

c. Ashabah

Apabila pewaris ada meninggalkan

keturunan laki-laki (Annisa:11)

... ي ل ب حد لنل ا و دس ه ا ٱلس هو

ك اى إى ت س ۥ م ل د ل ... Apabila pewaris ada meninggalkan

keturunan perempuan (Annisa:11)

... ي ل ب حد لنل ا و دس ه ا ٱلس هو

ك اى إى ت س ۥ م ل د ل ...

Apabila pewaris tidak meninggalkan

keturunan (Annisa:11)

ۥ ي ني لن ف إى ... ل د ل ۥ زح ا أ ب ف له

...ٱلخلج 4. Ibu a. 1/3

b. 1/6

Apabila pewaris tidak meninggalkan

keturunan (Annisa:11)

ۥ ي ني لن ف إى ... ل د ل ۥ زح ا أ ب ف له

...ٱلخلج

Apabila pewaris hanya mempunyai 1

orang saudara/saudari

Apabila pewaris ada meninggalkan

keturunan (Annisa:11)

Page 80: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

72

... ي ل ب حد لنل ا و دس ه ا ٱلس هو

ك اى إى ت س ۥ م ل ل ... د 5. Anak

perempuan

a. ½

b. 2/3

c. Ashabah

Apabila tunggal (Annisa:11)

إى ... ا ت ة م حد ف ف ل ا ...ٱلص

2 orang atau lebih (Annisa:11)

ا ء مي ف إى ى ... ق س ي ٱح ت ي ي ف ا حلخ ا ف ل ه

ك ...ت س Apabila bersama anak laki-laki

(Annisa:11) يصينن دمن فى ٱلل

ل س أ ظ هخ ل للرم ح

خ ي ي ٱل 6. Cucu

Pr/ ت ب

االبي

a. Terhijab oleh

b. ½

c. 2/3

d. 1/6

1. Anak laki-laki pewaris

2. 2 orang atau lebih anak

perempuan pewaris

Apabila tunggal (Annisa:11)

2 orang atau lebih

Apabila bersama 1 orang anak

perempuan pewaris (hadist Nabi)

7. Saudari

Sebapak

Seibu/

أخت شقيقة

a. Terhijab oleh

b. ½

c. 2/3

d. Ashabah/ABG

e. Ashabah/AMG

1. Keturunan pewaris laki-laki

2. Bapak pewaris

Apabila tunggal

2 orang atau lebih

Apabila bersama dengan saudara

(sekandung) sebapak seibu / شقيكأخ

Apabila bersama dengan keturunan

pewaris perempuan (anak perempuan

Page 81: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

73

atau cucu perempuan)

8. Saudari

Sebapak/

a. Terhijab oleh

b. ½

c. 2/3

d. 1/6

e. Ashabah/ABG

f. Ashabah/AMG

1. Keturunan pewaris laki-laki

2. Bapak pewaris

3. Saudara sebapak seibu/ أخ

شقيقة

4. Saudari sebapak seibu/ أخت

yang kedudukannya شقيقة

sebagai “Ashabah (AMG)”

bersama keturunan pewaris

perempuan

5. 2 orang atau lebih saudari

sebapak seibu/

Apabila tunggal (Annisa: 176)

ا إى ... سؤ ۥ ل ي س ل ل ٱه ل د ل ۥ ل ت ف ل ا أخ

ف ا ص ك ه ...ت س

2 orang atau lebih (Annisa: 176)

ا ت ا إى ... ا ٱح ت ي ي م و ا ٱلخلخ اى ف ل ك هو ...ت س Apabila bersama 1 orang saudari

sebapak seibu / أخت شقيقة Apabila bersama dengan saudara

sebapak/اخ الب Apabila bersama dengan keturunan

pewaris perempuan (anak perempuan

atau cucu perempuan)

9. Saudara a. Terhijab oleh 1. Keturunan pewaris

Page 82: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

74

Saudari

Seibu/ أح

أخت لم

b. 1/6

c. 1/3

2. Bapak atau kakek pewaris

Apabila tunggal laki-laki atau

perempuan (Annisa:12)

إى ... اى جل م ث ز ل ة يز ل م أ ة أ س ۥ ٱه ل

أ خ ت أ حد ف لنل أخ ا و دس ه ...ٱلس Lebih dari 1 orang (laki-laki dan

perempuan dibagi sama rata)

(Annisa:12)

ا ف إى ... ا خ س م لل هي أ م ن ذ ا ء ف م فى شس

...ٱلخلج

10. Kakek/ اب

االب

1. Terhijab oleh

2. 1/6

3. 1/6 + Sisa

4. Ashabah

1. Bapak 2. Apabila pewaris ada

meninggalkan anak keturunan

laki-laki

Apabila pewaris ada meninggalkan

anak keturunan perempuan

Apabila pewaris tidak meninggalkan

keturunan

11. Nenek

Dari bapak

a. Terhijab oleh Bapak dan ibu

12. Nenek

Dari Ibu

a. Terhijab oleh

b. 1/6

Ibu

Sendiri atau lebih (dibagi sama)

Pada pertanyaan kedua, beliau menentukan pembagian waris dengan dua ahli

waris yaitu seorang ibu tiri dengan anak tirinya, dalam hal ini beliau mengutip kitab

Page 83: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

75

Alfa Waidusyansyuriyyah, pada Hamisi Atthufatul Khairiyyah. Serta membahas

mengenai Aul dan Rad yang menjelaskan bahwa Aul menurut bahasa (etimologi)

berarti irtifa‟: mengangkat. Dikatakan „alal miizan bila timbangan itu naik,

terangkat. Kata aul ini terkadang berarti cenderung kepada perbuatan aniaya

(curang). Secara terminologi (istilah) Aul adalah bertambahnya saham dzawil furudh

dan berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka, atau bertambahnya jumlah

bagian yang ditentukan dan berkurangnya bagian masing-masing ahli waris.78

Sedangkan Radd secara bahasa (etimologi) berarti i‟aadah: mengembalikan.

Dikatakan radda „alaihi haqqah artinya a‟aadahu ilaih: dia mengembalikan haknya

kepada yang berhak. Kata radd juga berarti sharf: memulangkan kembali. Dikatakan

radda „anhu kaida „aduwwih: dia memulangkan kembali tipu muslihat musuhnya.

Secara terminologi radd adalah mengembalikan apa yang tersisa dari bagian dzawul

furudh nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka apabila

tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.79

Pada pembahasan yang

ketiga beliau menekankan bahwa pembagian hukum Islam harus disesuaikan dengan

syari‟at Islam, yang sudah ditentukan dalam beberapa ayat dan surat di dalam Al

Qur‟an. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengenai ahli waris pengganti, yang

mana atura hukum di Indonesia memperbolehkan “Penggantian” ahli waris atas

sebuah harta warisan. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu masih memiliki

78

Muhubbin dan M Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), cet ke-2, hlm 122 79

Muhubbin dan M Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, hlm 128

Page 84: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

76

hubungan darah dengan ahli waris yang akan digantikannya tersebut. Seseorang

menggantikan keududukan ahli waris akan mempunyai kedudukan yang sama dengan

ahli waris yang diganti. Hal ini diatur dalam pasal 841 KUHPerdata yang menyatakan

bahwa penggantian memberikan hak kepada orang yang mengganti untuk bertindak

sebagai pengganti dalam derajat dan dalam segala hak orang yang digantikannya.80

ىل جؼلنا ومك ا مو ان ترك مم ل مو لكربون ٱ

ين وٱ ل

نك غلدت وٱ ن هطيبم فـاثوه ٱم

ا لل

ء ك ػىل كن ٱ شهيدا. ش

(33: 4سورة امنساء/)

"Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) Kami telah menetapkan

para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib

kerabatnya. Dan orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka,

maka berikanlah kepada mereka bagiannya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan

segala sesuatu."

80

NM. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa Sukses,

2015), cet ke-1, hal 50

Page 85: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hukum waris yang diterapkan oleh KH M Syafi‟i Hadzami adalah hukum

waris yang sesuai dengan syariat Islam. Beliau juga banyak mengutip beberapa

pendapat ulama madzhab terkhusus pendapat imam Syafi‟i dan para ulama

dikalangan Syafi‟iyah (pengikut madzhab Syafi‟i/ahlu sunnah wal jama‟ah).

Kitab-kitab yang dijadikan rujukannya pun merupakan kitab-kitab yang dikarang

oleh para ulama Syafiiyah, sebagai contoh yaitu kitab Alfa Waidusyansyuriyyah.

KH M. Syafi‟i Hadzami juga termasuk ulama yang sangat hati hati (ikhtiyat)

dalam memberikan jawaban terhadap para jamaah yang memiliki pertanyaan

kepada beliau, sebagai contoh perihal waris ini beliau menjawab penuh dengan

kehati-hatian dan merujuk beberapa sumber dalil (al-qur‟an, hadits, dan perkataan

ulama).

Sebagai ulama kontemporer beliau juga beberapa kali mengutip Kompilasi

Hukum Islam (KHI) dalam setiap jawaban-jawaban pada pertanyaan yang

diberikan oleh para jamaah. Beliau juga mengdepankan kemaslahatan pada setiap

persoalan yang timbul sehingga jawaban-jawaban beliau menjadikan jamaah

memiliki kepuasan tersendiri setelah pertanyaannya dijawab.

Page 86: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

78

B. SARAN-SARAN

Bagi para akademisi, ilmuwan muslim, dan para peneliti hendaknya

lebih banyak lagi untuk mau belajar kepada karya-karya ataupun risalah-

risalah beliau, terlebih dalam kaitannya dengan hukum waris.

Pemikiran dalam karya-karya KH. M. Syafi‟‟i Hadzami perlu untuk

ditumbuh kembangkan, mengingat betapa banyak karya dan/atau risalah yang

telah beliau hasilkan, sehingga akan berdaya guna bagi kelangsungan

pembelajaran di masa yang akan datang.

Lembaga-lembaga pendidikan yang telah KH. M. Syafi‟‟i Hadzami

rintis semasa hidupnya hendaknya mendapat perhatian serius dari pemerintah,

khususnya oleh para pengurus dan yayasan agar metode pembelajaran yang

diterapkan akan mempunyai mutu yang tidak kalah saing dengan lembaga

lainnya.

Page 87: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

DAFTAR PUSTAKA

A. Hassan, Al-Fara`id, Surabaya : Penerbit Pustaka Progressif 1992

Achmad Kuzari, Sistem Asabah, cet I, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996

Abdul Aziz Dahlan (ed) et.al., “Idrisiah”, dalam Enslikopedi Islam, Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002

Abdul Halim Hasan, Tafsir al Ahkam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2006

Abdul Qodir al-Bakaar, Ahkamul Mawarits, cet III, Kairo : Daarussalaam 2001

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawarits, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1993

Ali Parman, Kewarisan Dalam al-Qur`an : Suatu Kajian Hukum dengan

Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1995

Ali Yahya, Sumur Yang Tak Pernah Kering, Jakarta:Yayasan Al- „Asyirotusy

Syafi‟iyah, 2012.

Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multi Disipliner,

Yogyakarta: Kurnia Kalam Semester, 2006.

Amien Husein Nasution, Hukum Kewarisan, cet I, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada 2012

Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, cet I, Jakarta : Kencana 2004

An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, Beirut: Dar al Fikr, 1972

Page 88: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi

Pustaka, 1997.

Dian Khoirul Umam , Fiqih Mawaris, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009

Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1981

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 1995.

Jaenal Aripin, Filsafat Hukum Islam, Tasyri dan Syar’I, Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006

Kompilasi Hukum Islam, Bab I, Buku II, Pasal 171, huruf a

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2006, Cet. Ke-22.

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, cet VII, Jakarta : PT. Hidakarya Agung

M. Syafi‟i Hadzami, Taudlihul Adillah Jilid VI, Kudus: Menara Kudus, 1986

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an,

cet II Jakarta : Lentera Hati 2002

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008.

Mastuki HS dan M Ishom El-saha (ed.), Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Diva

Pustaka, 2003, cet ke-1.

Muhlis, laporan penelitian dan penulisan biografi KH. M. Syafi’i Hadzami di

Provinsi DKI Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)

Agama, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989/1990.

Page 89: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

Muhibbin dan M Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan

Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, cet ke-2

M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, cet I (Jakarta :

Pedoman Ilmu Jaya 1992

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung : CV. Pustaka

Setia, 2001.

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan

Hukum Positif di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika Offset 2009

Muhammad Ali as-Syabuni, al-Mawaris fi asy-Syariiah al-Islamiyah, Beirut :

Daar al-Qalam 1409H/1989M

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam dalam Pendekatan Teks

dan Konteks, cet I, Jakarta : Rajawali Pers, 2013

Muhammad bin Abdurrahman ad-DImasyqi, Fiqih Empat Madzhab, terjemah

Abdullah Zaki Alkaf, Bandung: Hasyimi, 2010

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab

Muhlis, laporan penelitian dan penulisan biografi KH. M. Syafi’i Hadzami di

Provinsi DKI Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)

Agama, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989/1990

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, Jakarta : Pustaka Firdaus 2005

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. Ke-9, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2013.

Page 90: PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH MAWARIS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44790/1/SYAMSUL...PEMIKIRAN KH. M. SYAFI’I HADZAMI MENGENAI FIKIH

NM. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan dan Solusinya, Jakarta: Raih Asa

Sukses, 2015

Otje Salman dan Musthofa Haffas, Hukum Waris Islam, Bandung : PT Refika

Aditama

Saifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan,

Jakarta : Darunnajah Production House 2007

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia

Press, 1986.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press, 2004

Sunan ibn Majah, Riyadh : Saudi Arabia t.t.

Suparman Usman, Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris hukum kewarisan Islam,

Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Wiryono Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung: Sumur, 1983.