Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

13
Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana NOTULENSI Acara : Rapat Revisi Juknis Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Perencana Hari/Tanggal : Selasa/13 April 2010 Waktu : 10.30 s/d selesai Tempat : Ruang Rapat Kapusbindiklatren Bappenas Peserta Rapat : 1. Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA; 2. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc; 3. Dr. Herry Darwanto; 4. Reghi Perdana, SH, LLM; 5. Wildawati, SH, M.Si; 6. Myda Susanti, S.Kom, MMSi; 7. Dr. Guspika, MBA; 8. Hariyanto, SE, MA; 9. Dra. Zamilah Chairani, MSi; 10. Drs. Hari Nasiri, M.Com; 11. Meily Djohar, SH, MBA; 12. Drs. Edy Purwanto, MA; 13. Wiwit Kuswidiati, SS, MA; 14. Wahyu Pribadi, S.Pt, MT, MA; 15. Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA; 16. Sugiyanti, S.Sos, MAP; 17. Yuliarni, S.Sos; 18. Karyoto, S.Sos; 19. Dwi Harini Septaning Tyas, SE; 20. Rose Pandanwangi, SE; 21. Jajang Muhari. Notulis : Wahyu Ris Indarko Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA -1-

description

Catatan Penting mengenai Penilaian Angka Kredit bagi Fungsional Perencana

Transcript of Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Page 1: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

NOTULENSIAcara : Rapat Revisi Juknis Penilaian Angka

Kredit Jabatan Fungsional Perencana

Hari/Tanggal : Selasa/13 April 2010

Waktu : 10.30 s/d selesai

Tempat : Ruang Rapat Kapusbindiklatren Bappenas

Peserta Rapat : 1. Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA;2. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc;3. Dr. Herry Darwanto;4. Reghi Perdana, SH, LLM;5. Wildawati, SH, M.Si;6. Myda Susanti, S.Kom, MMSi;7. Dr. Guspika, MBA;8. Hariyanto, SE, MA;9. Dra. Zamilah Chairani, MSi;10. Drs. Hari Nasiri, M.Com;11. Meily Djohar, SH, MBA;12. Drs. Edy Purwanto, MA;13. Wiwit Kuswidiati, SS, MA;14. Wahyu Pribadi, S.Pt, MT, MA;15. Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA;16. Sugiyanti, S.Sos, MAP;17. Yuliarni, S.Sos;18. Karyoto, S.Sos;19. Dwi Harini Septaning Tyas, SE;20. Rose Pandanwangi, SE;21. Jajang Muhari.

Notulis : Wahyu Ris Indarko

Pada hari ini Selasa, tanggal 13 April 2010 diselenggarakan Rapat Revisi Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit bagi Jabatan Fungsional Perencana, sebagai pemimpin rapat adalah Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA (Plt. Kapusbindiklatren-Bappenas) dan Ketua Pelaksananya: Drs. Hari Nasiri, M.Com (Kepala Bidang Pembinaan

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-1-

Page 2: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

Jabatan Fungsional Perencana, Pusbindiklatren – Bappenas). Pelaksanaan Rapat tersebut sebagai berikut:

I. SESI PEMAPARAN

Pada kesempatan ini, Drs. Hari Nasiri, M.Com memaparkan materi rapat hari ini tentang Perubahan atas Kep Meneg PPN/Ka Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana, yang isinya adalah: (1) Pendahuluan; (2) Kegiatan yang dapat dinilai dan diberikan angka kredit; (3) Komposisi presentasi angka kredit. Sedangkan materi tentang perubahannya, atara lain:

1. Penambahan Gelar Pada S2 Linkage Program

Perencana yang memperoleh tambahan gelar /ijazah S2/S3 ganda (double degree) sebagai akibat program pendidikan yang diselenggarakan da bersifat saling pengakuan terhadap kredit transfer yang berlaku maka ijazah yang diakui sebagai angka kredit adalah satu sehingga hanya memperoleh AK sebesar 50.

Sebagai contoh: Muhsidin, S.Sos, seorang Perencana Pertama, memperoleh tugas belajar dan mendapatkan tambahan gelar ganda S2 karena program double degree (linkage) yaitu MAP dan MSc, karena program tersebut merupakan satu kesatuan maka yang bersangkutan hanya memperoleh AK sebesar 50 sebagai akibat memperoleh gelar S2.

2. Komposisi Prosentase Angka Kredit

a. Bagi Perencana yang akan naik pangkat/jabatan pertama kali setelah yang bersangkutan memangku Jabatan Fungsional Perencana, angka kredit yang diperlukan sekurang-kurangnya adalah selisih dari angka kredit yang diperlukan angka kredit komulatif minimal yang diperlukan untuk naik pangkat/ jabatan setingkat diatasnya.

Contoh:

A adalah seorang PNS dengan pangkat/golongan ruang Penata Muda (III/a) yang diangkat menjadi Perencana Pertama dengan Angka Kredit 106 yang terdiri dari sub unsur Pendidikan. Untuk naik pangkat berikutnya yang bersangkutan harus mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 50 angka kredit yang merupakan selisih dari nilai komulatif minimal untuk Perencana Pertama golongan III/b (150 AK) dengan Perencana Pertama III/a (100 AK).

B adalah seorang PNS dengan gelar S2 dengan Pangkat/golongan ruang Penata (III/c), yang diangkat menjadi Perencana Muda dengan

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-2-

Page 3: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

angka kredit 253. AK tersebut terdiri dari 153 dari pendidikan, 48 dari kegiatan perencanaan, 12 dari kegiatan pengembangan profesi, dan 40 dari kegiatan penunjang. Untuk naik pangkat setingkat lebih tinggi Penata Tk. I (III/d) yang bersangkutan harus memiliki angka kredit minimal 300 AK sehingga AK yang harus dipenuhi adalah selisih dari 300 dikurangi 253 yaitu = 47 AK.

b. Untuk kenaikan pangkat/jabatan berikutnya, angka kredit yang diperlukan sekurangnya telah memenuhi angka kredit minimal untuk naik pangkat/jabatan setingkat diatasnya. Sebagai contoh: Si Badu adalah Perencana Muda golongan III/d dengan Angka Kredit 322 yang terdiri dari Pendidikan dengan angka kredit 153, Kegiatan Perencanaan dengan angka kredit 35, Pengembangnan Profesi dengan angka kredit 75, dan Unsur Penunjang dengan angka kredit 59. Untuk naik pangkat, Sdr. Badu harus memenuhi = 400 AK komulatif yang terdiri dari:- Kegiatan Perencanaan sekurang-kurangnya = 96 AK- Pengembangan Profesi sebanyak-banyaknya = 224 AK- Unsur Penunjang sebanyak-banyaknya = 80 AK

Kemudian mengusulkan penetapan angka kredit sebesar = 120 AK dengan perincian sebagai berikut:- Pendidikan = 5 AK- Kegiatan Perencanaan = 65 AK- Kegiatan Pengembangan Profesi = 30 AK- Unsur Penunjang = 20 AK

Berdasarkan penilaian yang dilakukan, angka kredit komulatif yang diperoleh adalah = 442 AK yang terdiri dari:- Pendidikan = 158 AK- Kegiatan Perencanaan = 100 AK- Kegiatan Pengembangan Profesi = 105 AK- Unsur Penunjang = 79 AK

Berdasarkan hasil penetapan angka kredit yang ada, maka Sdr. Badu mempunyai kelebihan angka kredit dari kegiatan perencanaan sebesar = 4 AK, karena sekurang-kurangnya untuk naik pangkat Sdr. Badu memerlukan AK kegiatan perencanaan sebesar = 96 AK.

II. SESI TANYA JAWAB DAN MASUKAN

Masukan, komentar, dan pertanya dalam rapat Revisi Juknis Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Perencana, antara lain:

1. Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA

Untuk Powerpoint yang kerjakan oleh staf Bappenas diakui sebagai makalah atau tidak? Dan bagaimana cara menilainya?

Masih belum ada kesepakatan dengan apa yang dinamakan produk Perencanaan itu?

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-3-

Page 4: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

Dalam Kep Men PPN/Ka. Bappenas No.: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana pada butir (2), 1 s/d 6, apakah memenuhi salah satu unsur atau kedua-duanya? Sedangkan di Bappenas minimal 2 unsur.

Untuk pemilihan data skunder harus diatur kembali.

Bagaimana dengan kegiatan perencanaan dan pengembangan profesi?

Untuk hasil pekerjaan notulen rapat, laporan-laporan yang sifatnya periodik (mingguan, bulanan dan tahunan), sebagai contoh: Laporan periodik Harga Komoditi, laporan ini sama formatnya, hanya yang berubah pada angka-angkanya saja. Apakah ini bisa dinilai atau mendapatkan angka kredit?

Sedangkan makalah-makalah/naskah-naskah yang dimuat di majalah, media perencanaan, kalau isinya: bersifat ilmiah = 6 AK, popular = 4 AK, dan belum diterbitkan = 2.5 AK.

2. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc

Dalam merumuskan tujuan, maka tujuan yang lama harus diganti dengan tujuan yang baru, sehingga memang benar-benar direvisi dan bukan hanya di copy paste dalam pengerjaan revisi ini.

Kep Men PPN/Ka. Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana, terdapat kerancuan dan harus di revisi. Dalam merevisi ini, harus melibatkan Biro Hukum Bappenas dan pelaksanaan revisi ini dibagi menjadi: (1) Umum; (2) Perencanaan; dan (3) Pengembangan Profesi. Dalam pembentukan tim revisi ini, harus dihadapkan dari yang lama dengan yang baru (menggunakan matriks). Untuk pelaksana-an revisi, secara administrasi dilaksanakan oleh Pusbindiklatren, sedangkan anggotanya dari JFP yang lain. Dalam merevisi/ menambahkan pada item Perencanaan dan Pengembangan Profesi harus dilakukan secara detail, jangan hanya melihat yang minor-minornya, karena hal ini menyangkut kepentingan nasional.

3. Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA

Dalam melakukan revisi Kep Men PPN/Ka. Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana ini, jangan sampai terjadi kehilangan inter-prestasi, namun demikian caranya diserahkan oleh pelaksanaannya masing-masing.

4. Dr. Herry Darwanto

Untuk melakukan revisi Kep Men PPN/Ka. Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-4-

Page 5: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

Kredit Perencana, jangan sampai sia-sia. Hal ini harus tercatat sebagai masukan-masukan yang diberikan dan menggunakan matriks dengan pola pembagiannya menjadi 3 (tiga) kolom, yaitu: (1) Kolom peraturan yang lama; (2) Kolom peraturan yang baru; dan (3) Kolom penjelasannya.

Setiap rapat harus ada proses notulensi, agar masukan-masukan hasil rapat yang lama dapat menjadi acuan pada pembahasan rapat yang berikutnya.

Apabila sudah selesai merevisi Kep Men PPN/Ka. Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana, maka harus di konsultasikan kehadapan publik dahulu sebelum ditandatangini oleh Menneg PPN/Kepala Bappenas, dalam hal ini, banyak sekali masukan-masukan dari publik.

5. Dr. Guspika, MBA

Dalam menambahkan atau merevisi Kep Men PPN/Ka. Bappenas Nomor: 235/M.PPN/04/2002, tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana, secara mendalam, maka akan memakan waktu yang lama, karena harus diadakan konsultasi publik terlebih dahulu.

Pada kegiatan tersebut di atas, harus ada dasar hukum yang tercermin dalam surat keputusan bersamaan dengan proses pelak-sanaan revisi ini.

Harus membuat peraturan internal di setiap instansi yang tidak bertentangan dengan peraturan nasional. Sedangkan karaktristik dari instansi masing-masing itu berbeda-beda, untuk itu peraturan yang dibentuk dapat disesuaikan dengan karaktristik di instansi masing-masing. Sebagai ilustrasi adalah pada setiap kabupaten/ kota mempunyai karakteristik berbeda dalam melakukan suatu pekerjaan kegiatan perencanaan. Untuk itu, dalam peraturan yang dibentuk secara internal tidak berbeda atau bertentangan dengan peraturan yang telah terbentuk secara nasional.

6. Wildawati, SH, M.Si

Untuk persyaratan mengikuti Diklat apakah bebas komposisinya? (pada halaman Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penjenjengan Perencana).

7. Dr. Ir. Dida Heriyadi Salya, MA

Badan Kepegawaian Negara (BKN) menginginkan komposisinya adalah komulatif keseluruhan atau komulatif tambahan. Dalam hal ini, Tim Penilai Bappenas menemui kejanggalan-kejanggalan.

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-5-

Page 6: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

Untuk yang baru pertama kali menjadi JFP tidak perlu menerapkan komposisi tersebut.

8. Dr. Guspika, MBA

Hanya satu pasal untuk menjelaskan dan menerangkannya dengan menggunakan ilustrasi. Dalam penilaian angka kredit dokumen yang di nilai harus terdiri dari butir-butir kegiatan.

Perencanaan yang dilakukan oleh seorang perencana, apakah boleh satu persatu atau secara parsial?

9. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc

Seharusnya dalam melakukan perumusan perencanaan harus sama, walaupun disiplin ilmunya berbeda-beda. Harus diberi ilustrasi pada perumusan perencanaan dengan disiplin ilmu yang berbeda itu. Sebagai contoh: seorang yang berdisiplin ilmu teknik dengan sosial dalam perumusan perencanaan harus sama, walau-pun teknik mendapatkan hasil dari perencanaan itu berbeda-beda. Mulai dari Identifikasi masalah, perumusan kebijakan, dan pengendalaian alternatif pelaksanaan sebagai bentuk dalam sebuah laporan.

10. Reghi Perdana, SH, LLM

Beberapa komentar dalam rapat revisi tentang Juknis Penilaian Angka Kredit, antara lain:

a. Legal Formal, sesuai dengan UU Nomor 10 mengenai mayor dan minor;

b. Subtansi, untuk persoalan yang mayor sebagai contoh pada halaman 6 (Buku: Peraturan-Peraturan JFP terbitan 2009); BAB III Unsur dan Sub Unsur Kegiatan Pasal 5 point b (1) Identifikasi Permasalahan, pada proses selanjutnya dibentuk tim untuk merumuskan masalah dan dituangkan dalam matriks yang berupa kolom-kolom. Dalam kolom-kolom ini memuat: (1) Kolom peraturan yang lama; (2) Kolom peraturan yang baru; dan (3) Kolom penjelasannya; (4) Kolom masukan dari Fokus Group Discusion (FGD);

c. Dalam penulisan surat keputusan harus disertakan ahli bahasa yang dapat diambil dari luar Bappenas.

11. Myda Susanti, S.Kom, MMSi

Ada beberapa hal yang perlu disampaikan berkaitan dengan perubahan atas Petunjuk Teknis Penilain Angka Kredit Perencana.

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-6-

Page 7: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

(a)Pada halaman 1 (satu) Romawi II (dua), point A. Unsur Kegiatan Utama, sub point (a) pada bukti fisik, point (1) Fotocopy Surat Ijin Tugas Belajar dari instansi yang bersangkutan. Dalam hal ini sebaiknya tidak diperlukan, hal tersebut disebabkan: (i) tidak semua pegawai tugas belajar dari instansi, sehingga tidak ada surat ijin tugas belajar; (ii) untuk keperluan tersebut di atas hanya cukup dengan membuktikan ijasah yang diperoleh dan sudah di legalisir. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, ijin tugas belajar dari instansi sebaiknya tidak diperlukan karena dalam konteks pengusulan Angka Kredit (AK), cukup dibuktikan dengan fotocopy ijasah yang sudah terlampir;

(b)Pada halaman 3 point (5) dan contoh point (5) tersebut telah mengakomodir dari hasil konsinyering tim penilai angka kredit, bahwa gelar yang diperoleh dari hasil studi program double degree dalam perhitungannya dihitung dalam 1 (satu) paket gelar, yaitu 50 AK;

(c) Halaman 3 (tiga) pada item b dalam hal Jumlah dan Pelajaran dan Angka Kredit (AK) terdapat point a s/d f, sebaiknya ditambah point lagi yang berbunyi: Kurang dari 30 jam (< 30 jam), hal seperti ini disebabkan karena adanya kegiatan-kegiatan, seperti: workshop, seminar, dan diklat teknis yang dilaksanakan kurang dari 30 jam. Sebagai contoh: Diasumsikan 1 (satu) hari = 9 jam dalam pelaksanaan Diklat, seminar atau/ dan workshop (Diklat dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00). Sementara itu di Bappenas sendiri banyak dilakukan pelatihan-pelatihan, seperti: training/workshop/diklat teknis lainnya yang pelaksanaannya memakan waktu 1 (satu) hari s/d 3 (tiga) hari kerja dengan jam pelajaran (jampel) antara 9 jampel s/d 27 jampel. Dengan demikian, pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di atas tidak memenuhi kreteria dari jampel yang sudah menjadi peraturan di atas. 27 jampel kurang dari 30 jampel. Jadi pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan sebanyak 27 jampel tidak bisa dimasukan ke dalam angka kredit. Dengan demikian sangat disayangkan;

(d)Halaman 4 pada contoh dalam penulisan pangkat IIIC dalam konsep perubahan tersebut, seharusnya ditulis menggunakan angka 3 (tiga) Romawi, lalu garis miring, dan huruf c menggunakan huruf kecil. Pada halaman 5, paragraph 2 dalam penulisan pangkat IVB, cara penulisannya sama dengan di atas;

(e)Halaman 5 item a, pada sub unsur Identifikasi Masalah, sub item 1) pada bukti fisik: hasil penyusunan disain, dst., … ”seharusnya ditambah kata “Laporan Tertulis Berisi” hasil penyusunan desain, dst., …” Sebagai masukan hal demikian berlaku juga untuk semua bukti fisik yang serupa;

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-7-

Page 8: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

(f) Halaman 6 (enam) nomor 6) Pemasukan Data, ada beberapa hal yang perlu diketahui, sebagai berikut: (i) Bukti Fisik: “… proses pemasukan data …” harus lebih kongkrit dalam hal ini, bukti fisik yang diajukan serta perlu dicontoh adalah tampilan data tersebut; (ii) Bukti Fisik: “… dalam bentuk disket …” mungkin perlu ditambah” (dalam bentuk disket/CD/print out cetak). Pada nomor 7) Bukti Fisik yang dijelaskan kurang kongkrit dan bias dengan nomor 6). Dalam hal ini pada pemasukan data harus lebih dijelaskan, sehingga lebih kongkrit bukti fisik yang diajukan dalam mentabulasikan data dan harus dijelaskan sebagai contoh dan bukti tampilannya;

(g)Pada halaman 7 nomor 9) Mereview Kelengkapan Data. Bukti Fisik yang dijelaskan kurang kongkrit dan bias dengan nomor 6 dalam memasukan data, nomor 7 dalam mentabulasikan data, dan nomor 8 dalam mengolah data, dalam hal ini harus dijelaskan lebih kongkrit mengenai bukti fisiknya serta perlu contoh dan tampilannya. Pada nomor 10) Pembuatan Diagram dan Tabel, bukti fisik yang dijelaskan kurang kongkrit dan bias dengan nomor 6) dalam memasukan data, nomor 7) dalam mentabulasikan data, nomor 8) dalam mengolah data, dan nomor 9) dalam menginterview kelengkapan data. Dalam hal ini harus dijelaskan lebih kongkrit mengenai bukti fisiknya dan diperlukan contoh-contohnya;

(h)Pada Unsur Perencanaan, mungkin perlu ditambah butir kegiatan dan angka kreditnya untuk ruang lingkup dan kesimpulan;

(i) Pada halaman 29, point 3) Karya Tulis/Karya Ilmiah berupa tinjauan atau tulisan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang perencanaan yang tidak dipublikasikan pada sub point a) Penjelasan sudah mengakomodir pada kesepakatan rapat tim penilai, dalam hal ini karya tulis berbentuk buku yang tidak dipublikasikan dapat dinilai jika digunakan sebagai referensi diklat, skripsi/thesis/disertasi atau digunakan sebagai bahan diskusi dalam suatu seminar/lokakarya bidang perencanaan pembangunan, dengan bukti fisik: buku, notulensi dan daftar hadir seminar/lokakarya;

(j) Halaman 30, point 5) Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau usulan ilmiah dalam pertemuan ilmiah di bidang Perencanaan dalam bukti fisik, ada hal yang perlu diperhatikan, antara lain: (i) Bukti Fisik: Makalah yang diseminarkan, notulensi dan daftar hadir peserta, sebaiknya tidak perlu notulensi, karena antara makalah itu sendiri dengan notulensi yang dibuat tidak jauh berbeda secara subtansi dan makalah mempunyai nilai lebih daripada notulensi; (ii) Apakah

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-8-

Page 9: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

diperbolehkan, jika bukti fisiknya hanya menggunakan surat/ memo undangan atau disposisi atasan?

(k)Pada halaman 34 item B. Unsur Penunjang Kegiatan Perencanaan point 2), diusulkan: Dalam peran sebagai notulen dalam hal ini apakah mendapat angka kredit? Sebagai contoh: AK = 1 atau 0,5 dengan pembuktian surat penugasan/sertifikat;

(l) Halaman 38 point D (1) paragraph, RALAT: Contoh: kalimat terakhir “… dengan Perencana Pertama III/a (150), “seharusnya III/a (100)”, pada point D salah pencantuman angka kreditnya karena dari contoh awal sudah disebutkan AK = 253 maka paragraph 3: “… selisih dari 300 dikurangi 259 yaitu 41 AK”. Seharusnya “… selisih dari 300 dikurangi 253, yaitu 47 AK.

12. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc

Untuk Pengembangan Profesi Perencana dalam penilaian angka kredit Perencana yang dinilai adalah profesi nya, bukan Diklatnya.

13. Wildawati, SH, M.Si

Dalam melakukan Penilaian Angka Kredit pada halaman 4 berkas perubahan atas petunjuk teknis penilaian angka kredit Perencana harus berdasarkan Kep Menneg PPN/Kepala Bappenas tentang Standard Opersi Prosedur (SOP).

14. Myda Susanti, S.Kom, MMSi

Pada halaman 6 (buku hijau) harus di revisi disket diganti menjadi softcopy.

Untuk bukti fisik pengolahan data harus dilampirkan, bukan hanya layout nya saja yang diserahkan untuk dinilai.

Pada halaman 30 berkas (konsep) perubahan atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana mengenai menyampaikan prasarana berupa tinjauan gagasan dan usulan ilmiah dalam pertemuan ilmiah di Bidang Perencanaan (AK 2.5 untuk semua jenjang).

Pertemuan ilmiah dimaksud adalah pertemuan internal/eksternal yang menggunakan metode pembahasan sistematis sesuai dengan prinsip-prinsip dan proses perencanaan dan sekurang-kurangnya dihadiri oleh 10 peserta AK sebesar 2.5 diberikan untuk setiap makalah (gagasan) yang diseminarkan dalam peraturan ilmiah di Bidang Perencanaan.

Bukti fisik yang akan dinilai adalah makalahnya sedangkan notulensi tidak perlu dilampirkan.

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-9-

Page 10: Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA

Perubahan Atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana

Halaman 33 berkas (konsep) perubahan atas Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Perencana, Item B. Unsur Penunjang Kegiatan Perencanaan point (2) Sub Unsur Mengikuti Seminar/ Lokakarya di Bidang Perencanaan Pembangunan. Perencana yang mengikuti seminar diberikan angka kredit. Apabila yang bersangkutan berperan sebagai peserta, pemrasaran, pembahas, narasumber atau moderator. Namun frekuensi sebagai peserta seminar/lokakarya dibatasi hanya 2 (dua) kali dalam satu tahun. Bukti fisiknya adalah Sertifikat dari Penyelenggara Seminar.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas seorang perencana yang mengikuti seminar/lokakarya dan membuat notulen dan hasil dari notulen itu dituangkan ke dalam tulisan perencanaan, maka akan mendapat angka kredit juga.

15. Ir. Ferrerius Sugiono, MSc

Untuk Bapak Guspika, kalau perlu diadakan studi banding ke daerah mengenai JFP yang sudah baik pelaksanaannya, sebagai contoh: Pemda Provinsi Jawa Barat dan Pemda Provinsi Jawa Timur.

Wahyu Ris Indarko, S.Sos, MA, MPA-10-