Wahyu Data

16
Pembangunan Sosial Sebagai Investasi Sosial Dr Edi Suharto Pembahasan tentang kesejahteraan menjadi penting, bukan saja karena berbagai kekeliruan persepsi terhadapnya, tetapi juga karena selama ini kesejahteraan sosial dan identik dengan penanganan dampak-dampak negatif pembangunan. Padahal secara konseptual dan empirik, kesejahteraan adalah tujuan akhir dari semua proses pembangunan karena menyangkut manusia sebagai pelaku dan penerima hasil-hasil pembangunan. khir-akhir ini pembangunan sosial menjadi semakin populer dan diterima di berbagai negara.hal ini terbukti dengan diselenggarakan berbagai konferensi pembangunan sosial, yang salah satunya adalah World Summit on Social Development tahun 1995 di Kopenhagen, Denmark. Negara peserta konferensi menyepakati untuk melaksanakan tiga agenda utama pembangunan sosial, yaitu:pengentasan kemiskinan, perluasan kerja produktif dan pengurangan pengangguran, dan peningkatan integrasi sosial. A Perhatian berbagai negara terhadap pembangunan sosial merupakan respon terhadap situasi pembangunan di berbagai negara yang banyak terdistorsi. Distorsi tersebut ditujukan dengan lebih banyak mengukur hasil pembangunan dari segi ekonomi. Akibatnya aspek-aspek kesejahteraan sosial yang seharusnya terintegrasi dalam pembangunan menjadi terabaikan. Padahal investasi dalam program-program sosial telah memberikan dampak nyata bagi pembangunan ekonomi (Birdsall, 1993). Selanjutnya Birdsall menyimpulkan suatu pengembangan ekonomi yang cukup menjanjikan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan sosial pada dasarnya merupakan suatu pendekatan untuk mengupayakan atau meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang sering pula

description

My Data

Transcript of Wahyu Data

Page 1: Wahyu Data

Pembangunan Sosial Sebagai Investasi Sosial

Dr Edi Suharto

Pembahasan tentang kesejahteraan menjadi penting, bukan saja karena berbagai kekeliruan persepsi terhadapnya, tetapi juga karena selama ini kesejahteraan sosial dan identik dengan

penanganan dampak-dampak negatif pembangunan.Padahal secara konseptual dan empirik, kesejahteraan adalah tujuan akhir dari semua proses

pembangunan karena menyangkut manusia sebagai pelaku dan penerima hasil-hasil pembangunan.

khir-akhir ini pembangunan sosial menjadi semakin populer dan diterima di berbagai negara.hal ini terbukti dengan diselenggarakan berbagai konferensi pembangunan sosial, yang salah satunya adalah World Summit on Social Development tahun 1995 di Kopenhagen, Denmark. Negara peserta konferensi

menyepakati untuk melaksanakan tiga agenda utama pembangunan sosial, yaitu:pengentasan kemiskinan, perluasan kerja produktif dan pengurangan pengangguran, dan peningkatan integrasi sosial.

APerhatian berbagai negara terhadap pembangunan sosial merupakan respon terhadap

situasi pembangunan di berbagai negara yang banyak terdistorsi. Distorsi tersebut ditujukan dengan lebih banyak mengukur hasil pembangunan dari segi ekonomi. Akibatnya aspek-aspek kesejahteraan sosial yang seharusnya terintegrasi dalam pembangunan menjadi terabaikan. Padahal investasi dalam program-program sosial telah memberikan dampak nyata bagi pembangunan ekonomi (Birdsall, 1993). Selanjutnya Birdsall menyimpulkan suatu pengembangan ekonomi yang cukup menjanjikan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan sosial pada dasarnya merupakan suatu pendekatan untuk mengupayakan atau meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang sering pula disebut dengan pembangunan yang berpusat pada rakyat, yang sering pula disebut dengan pembangunan yang berpusat pada rakyat. Idealnya cakupan pembangunan sosial bersifat komprehensif, universal, dan merupakan harmonisasi antara berbagai dimensi pembangunan ekonomi, politik, budaya, termasuk pembangunan sosial itu sendiri.

Upaya untuk menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan pembangunan telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa cita-cita perjuangan bangsa adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, yaitu masyarakat yang berkeadilan dan berkesejahteraan sosial. Dasar filosofi lain yang menjadi pijakan pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia adalah Undang-Undang No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

Namun pada kenyataannya kesejahteraan sosial hanya menjadi subsektor dari pembangunan sosial. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah lahirnya berbagai kebijakan yang menempatkan kesejahteraan sosial pada posisi yang kurang penting. Sebagai subsektor, kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial lebih bersifat terpusat (imperatif),

Page 2: Wahyu Data

pendekatannya lebih bersifat individual dan residual dengan prinsip selektivitas, bahkan pada pelaksanaannya program pembangunan kesejahteraan sosial sering dianggap ‘sisa’ permasalahan yang tidak tertampung di dalam program pembangunan sektor lainnya. Dampak dari persoalan tersebut adalah masyarakat hanya ditempatkan sebagai objek pembangunan yang mengabaikan prinsip partisipatif dan pemberdayaan.

Kondisi tersebut terkait dengan masih terbatasnya pembahaman pembuat maupun pelaksana kebijakan tentang pembangunan sosial. Mereka juga kurang menyadari bahwa pembangunan sosial merupakan investasi sosial di masa datang.

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Undang-Undang no.25 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka pelaksanaan pembangunan sosial harus diselaraskan dengan kewenagan pusat dan daerah yang tercantum dalam kedua aturan tersebut. Pembagian kewenangan secara proporsional antara pusat dan daerah pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan pembangunan sosial yang terintegrasi.

Dalam upaya mencapai hal tersebut tampaknya perlu upaya sosialisasi tentang pembangunan sosial di era otonomi daerah yang berkesinambungan, baik ditujukan pada pembuat maupun pelaksana kebijakan, khususnya di daerah.

Investasi Sosial Melalui Pembangunan SosialA. Pembangunan dan Pembangunan yang Terdistorsi

Pembangunan sering diasosialsikan dengan proses perubahan secara ekonomis sebagai akibat terjadinya industrialisasi. Ukuran-ukuran ekonomis untuk mengetahui keberhasilan pembangunan menjadi lebih dominan dibanding ukuran secara sosial. Masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan dimikian yang diukur ditunjukkan di antaranya oleh kekayaan rata-rata, pemerataan, kualitas kehidupan, dan lain-lain. Walaupun dalam pembangunan suatu negara dipastikan terdapat unsur kesejahteraan seperti pendidikan atau kesehatan namun hal tersebut hanya bersifat pelengkap. Pembangunan tetap dipandang sebagai perubahan ekonomi.

Berpijak pada konsep pembangunan tersebut, maka walaupun secara sosial terdapat beberapa kemajuan yang diperoleh akibat pembangunan, namun sesungguhnya tujuan kesejahteraan sosial bagi semua belum terdapat terealisasi. Hal tersebut terbukti dari masih dihadapkannya negara-negara terutama negara berkembang pada masalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi isu mendasar dalam mebahas pembangunan dan merupakan gambaran bahwa di berbagai belahan dunia pembangunan ekonomi ternyata tidak memberikan kemajuan sosial yang memadai.

Fenomena tersebut sering disebut dengan distorsi pembangunan yang terjadi manakala pembangunan ekonomi tidak disertai dengan pembangunan sosial. Pembangunan yang teridstorsi ditunjukkan tidak hanya oleh masalah kemiskinan, status kesehatan yang rendah dan penyediaan perumahan yang tidak adekuat tetapi juga oleh eksklusi populasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Page 3: Wahyu Data

Dengan kata lain, negara gagal membuat harmonisasi antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial dan membagi keuntungan dari kemajuan ekonomis yang dicapai kepada seluruh masyarakat.

Pada perkembangannya pembangunan ekonomi dianggap gagal karena ketegangan cenderung terus meningkat akibat kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi antar kelompok dalam tataran nasional maupun internasional.

Indonesia sebagai bagian dari dunia global tidak terlepas dari kondisi tersebut. Pendewaan terhadap pembangunan ekonomi sejak masa pemerintahan orde baru membawa pada situasi yang terpuruk. Hal ini terlihat nyata dari tidak mampunya negara mengatasi krisis yang muncul mulai pertengahan 1997. Hasil pembangunan selama 50 tahun lebih mengalami kehancuran karena fondasi yang tidak kokoh, sebagai akibat terlalu menekankan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan yang menekankan pada pencapaian kesejahteraan sosial di luar indikator ekonomi hanya menjadi pelengkap. Oleh sebab itu terdapat kebutuhan mendasar untuk merespon berbagai masalah yang muncul sebagai akibat dari pembangunan yang terdistorsi. Salah satu jawabannya adalah melalui pembangunan ekonomi dengan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.

B. Posisi Kesejahteraan Sosial dalam Pembangunan SosialKesejahteraan sosial merupakan istilah yang sangat penting dalam pembangunan

sosial. Oleh karenanya pembahasan tentang pembangunan sosial tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang kesejahteraan sosial. Khusus untuk Indonesia, kajian tentang pembangunan sosial juga perlu mengaitkan dengan konsep pembangunan kesejahteraan sosial yang selama ini dikembangkan di Indonesia.

Pembahasan tentang kesejahteraan menjadi penting bukan saja karena berbagai kekeliruan persepsi terhadapnya, tetapi juga karena selama ini kesejahteraan sosial lebih diposisikan sebagai dampak-dampak negatif pembangunan. Padahal secara konseptual dan empirik, kesejahteraan adalah tujuan akhir dari semua proses pembangunan karena menyangkut manusia sebagai pelaku dan penerima hasil-hasil pembangunan. Pembangunan manusia adalah pengembangan manusia dalam setiap tahapan hidupnya dengan memberikan kemampuan menggali potensi-potensi yang ada pada diri, masyarakat, alam tanpa merusaknya.

Istilah kesejahteraan sosial dapat diartikan secara luas dan sempit. Menurut Romanyshin (1971) kesejahteraan sosial diartikan secara sempit untuk menunjukkan bantuan keuangan dan pelayanan-pelayanan lainnya kepada golongan terlantar. Sedangkan secara luas lingkupnya meliputi semua bentuk intervensi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perorangan dan masyarakat secara keseluruhan. Upaya tersebut menyangkut berbagai penyediaan pelayanan, penyembuhan dan pencegahan masalah-masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia, serta perbaikan kualitas hidup.

Friendlander (1976) mengartikan kesejahteraan sebagai sistem yang terorganisasi dari berbagai pelayanan untuk membantu perorangan/kelompok guna mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan sosial dan pribadi yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan sepenuhnya dan meningkatkan kesejahteraan serasi dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Page 4: Wahyu Data

Bila dikaitkan dengan pembangunan sosial, kesejahteraan sosial mempunyai makna yang lebih luas dari sekedar pemberian bantuan yang bersifat amal dan belas kasihan. Kesejahteraan sosial akan tercipta ketika keluarga, komunitas dan seluruh masyarakat mencapai tingkatan ‘social well-being’ yang optimal. Untuk itu kesejahteraan sosial harus mencakup tiga elemen yaitu: 1) kemampuan untuk mengelola dan menangani permasalahan sosial; 2) terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat yang mampu memnuhi kebutuhannya akan mengalami coolective sense of well being; dan 3) kesempatan yang diberikan untuk mencapai peningkatan yang diharapkan. Kesejahteraan sosial hanya dicapai dalam komunitas yang memberikan kesempatan sosial kepada anggotanya untuk meningkatkan dan merealisasikan potensinya.

Ketiga elemen tersebut berlaku untuk individu, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat sosial, yaitu filantrofi sosial, pekerjaan sosial dan administrasi sosial. Pendekatan filantrofi sosial menekankan pada bantuan donatur, upaya sukarela dan organisasi nirlaba untuk menangani individu, kelompok dan masyarakat mencapai kesejahteraannya. Sedangkan pendekatan administrasi sosial yang dikenal juga dengan intervensi pemerintah melalui berbagai pelayanan sosial.

Ketiga pendekatan tersebut telah dikenal secara luas, berbeda dengan pembangunan sosial yang masih perlu disosialisasikan secara intensif. Meskipun sama-sama bertujuan untuk mempromosikan kesejahteraan sosial namun terdapat perbedaan kunci yang mendasar antara ketiga pendekatan tersebut dengan pembangunan sosial. Esensi pembangunan sosial adalah terletak pada upayanya untuk mengaitkan secara langusng kebijakan dan program-program sosial dengan proses pembangunan ekonomi yang komprehensif. (Midgley, hal.16).

C. Pembangunan SosialMunculnya pembangunan sosial sebagai pendekatan yang mempromosikan

kesejahteraan sosial dan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dapat ditelusuri dari upaya yang dilakukan oleh administrasi pada masa kolonial Inggris di Afrika tahun 1940-1950an. Saat ini terdapat upaya untuk mengidentifikasi bentuk kesejahteraan sosial yang dapat berdampingan dengan pembangunan ekonomi (Midgley, 1995). PBB kemudia mendiseminasikan pendekatan ii mulai tahun 1960-an.

PBB kemudia pada tahun 1990-an mulai mempublikasikan serangkaian laporan tentang pembangunan manusia atau pembangunan sosial yang merupakan indikasi adanya perubahan perhatian dunia internasional terhadap pembangunan kesejahteraan manusia. Puncaknya, perhatian berbagai negara itu diwujudkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi tentang pembangungan sosial di Denmark tahun 1995 yang menghasilkan tiga agenda utama untuk melaksanakan pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja produktif dan peningkatan integrasi sosial.

Pembangunan sosial menawarkan perspektif makro yang komprehensif yang memfokuskan pada komunitas dan masyarakat keseluruhan, menekankan pada intervensi terencana, mempromosikan pendekatan yang berorientasi peruabahan yang dinamis namun bersifat inklusif dan universal. Kesemuanya dimaksudkan untuk menyelaraskan intervensi sosial dengan upaya pembangunan ekonomi. Dengan sendirinya pembangunan sosial tidak hanya mengakui pentingnya pembangunan ekonomi dalam meningkatkan standar hidup

Page 5: Wahyu Data

masyarakat tetapi juga berupaya untuk memadukan pembangunan ekonomi untuk tujuan sosial atau mengintegrasikan tujuan ekonomi dengan tujuan sosial.

Pembangunan adalah pembangunan masyarakat yang tujuannya tidak hanya untuk masyarakat itu sendiri akan tetapi bagaimana masyarakat dapat membangun atau mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, nilai-nilai dan aspirasinya. Midgley (1995) mendefinisikan pembangunan sosial sebagai perubahan sosial populasi sejalan dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Definisi tersebut sekaligus menunjukkan ciri-ciri pembangunan sosial yaitu: Terkait dengan pembangunan ekonomi sehingga bersifat unik dibandingkan pendekatan

untuk meningkatkan kesejahteraan lainnya. Memfokuskan pada pendekatan berbagai disiplin ilmu untuk menganalisis dan

menangani masalah sosial maupun untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Bersifat progresif Proses pembangunan sosial adalah hasil intervensi karena upaya untuk memperbaiki

kondisi kesejahteraan sosial membutuhkan upaya yang terorganisasi Menggunakan berbagai strategi untuk mencapai tujuan, strategi-strategi tersebut secara

langsung tidak mengatkan intervensi sosial dengan upaya pembangunan ekonomi. Ruang lingkup pembangunan sosial bersifat inklusif dan universal karena perhatiannya

terhadap keseluruhan populasiKarakteristik pembangunan sosial jelas sekali menunjukkan bahwa tujuan dasar

pembangunan sosial adalah untuk meningkatkan atau memajukan kesejahteraan sosial. Secara spesifik Cox, Pawar dan Picton (1998) menyatakan bahwa pembangunan sosial bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan/kualitas hidup masyarakat dan memuaskan aspirasi mereka dan merealisasikan potensi mereka. Berdasarkan hal tersebut nilai-nilai yang dikembangkan dalam pembangunan sosial sangat spesifik dan sangat memperhatikan kepentingan manusia: Menghormati individu dan percaya terhadap kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Memahami eksistensi manusia secara holistik Menerima pluralisme secara sosial maupun budaya dan memberikan perhatian pada

budaya dan nilai-nilai yang dimiliki orang lain. Memahami pentingnya isu ekologis dan keterkaitan individu terhadap alam dan

lingkungan mereka Memahami bahwa relasi sosial didasarkan pada hak dan kewajiban untuk berpartisipasi,

persamaan kesempatan dan hak orang terhadap keadilan sosial.(Cox, Pawar, Picton, 1999).

Pengembangan sosial merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan saja mengangkatkan kualitas hidup semua warga masyarakat, tetapi juga memberi solusi terhadap masalah-masalah sebagai akibat pembangunan yang terdistorsi. Dengan kata lain pembangunan sosial merupakan pendekatan terhadap permasalahan sosial yang berkembang dimasyarakat. Strategi yang digunakan pada tingkat lokal,, nasional dan internasional adalah: Membangun kapasitas (capacity building) individu, kelompok dan komunitas. Membangun institusi lokal (local institution building) dan mendukung organisasi

masyarakat.

Page 6: Wahyu Data

Mengembangkan self reliance. Menciptakan dan memungkinkan lingkungan yang memberikan kesempatan bagi

individu untuk berkembang Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan memfungsikan institusi

sosial Mempromosikan ketersediaan sumber-sumber yang adekuat dan akses terhadap

pelayanan bagi semua orang Mempromosikan peranan negara secara produktif dalam mendukung perencanaan yang

partisipatoris Terlibat dalam pembangunan dan mengimplemantasikan kebijakan untuk meningkatkan

pembangunan sosial Mengkoordinasikan inisiatif pembangunan pada semua tingkatan Memperkuat masyarakat madani dan berbagai aspeknya.

Bahasan tersebut semakin menegaskan bahwa pembangunan kesejahteraan sosial dan hubungannya dengan pembangunan sosial. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terdapat kerancuan dalam menyusun dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan. Selama ini istilah pembangunan sosial lahir sebagai dampak dari kebijakan penempatan kesejahteraan sosial sebagai sebuah subsektor dari sektor sosial. Akibatnya pembangunan kesejahteraan sosial tersebut lebih berperan menangani masalah-masalah marjinal atau residual daripada merupakan kebutuhan manusia secara institusional.

Sejalan dengan perkembangan kondisi masyarakat konsep pembangunan sosial sudah selayaknya dapat diterapkan secara akurat. Apalagi Indonesia juga tidak mengingkari kesepakatan yang telah diberikan pada KTT pembangunan sosial di Denmark. Kesadaran terhadap hal ini menuntut adanya reposisi pembangunan kesejahteraan sosial dalam lingkup pembangunan nasional Menjadi aspek yang terintegrasi. Diharapkan, walaupun istilah yang digunakan pembangunan kesejahteraan sosial bukan pembangunan sosial namun dalam pelaksanaannya paradigma pembangunan sosial lah yang menjadi dasar.

Tuntutan untuk dapat melaksanakan pembangunan kesejahteraan sosial secara utuh atau pembangunan sosial semakin meningkat pada era otonomi daerah. Pertanyaan yang terlontar dengan adanya pembagian kewenangan antara pusat dan daerah adalah, strategi apa yang perlu diterapkan pada lingkup individu, masyarakat maupun pemerintah pusat dan lokal agar pembangunan dapat terlaksana dengan baik.

Strategi Pembangunan SosialStrategi pembangunan sosial yang dibahas berikut ini lebih bersifat teoritik, meskipun

pembangunan sosial itu sendiri sebenarnya lebih merupakan suatu upaya praktis yang meliputi program-program, kebijakan-kebijakan, maupun berbagai strategi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Walaupun demikian harus dipahami bahwa teori dan praktik dalam pembangunan sosial bukanlah merupakan dua hal yang dapat dipisahkan. Teori akan memberntuk praktik pembangunan sosial, dan sebaliknya, pengalaman-pengalaman praktis akan memberikan masukan bagi pemikiran teoritik.

Terdapat tiga bentuk strategi utama dalam pembangunan sosial, yaitu: Pertama, strategi pengembangan pembangunan sosial melalui pendekatan individual. Kedua, strategi

Page 7: Wahyu Data

pembangunan sosial yang lebih menekankan pada pentingnya masyarakat lokal. Ketiga, strategi pembangunan sosial yang lebih menekankan pada peranan pemerintahan.

A. Strategi pengembangan pembangunan sosial melalui pendekatan individuPendekatan individu menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat akan meningkat jika

individu anggota masyarakat berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri di mana peran pemerintah masih diharapkan untuk membantu individu untuk berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan ekonomi pasar. Pendukung pendekatan ini tetap memandang perlunya intervensi yang berskala besar seperti kebijakan serta program-prgoram yang bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan budaya usaha yang kondusif bagi individu, maupun intervensi berskala kecil yang bertujuan untuk membantu keluarga-keluarga ekonomi lemah maupun kelompok usaha kecil atau sering disebut sektor informal untuk bekerja secara efektif dalam ekonomi pasar.

Strategi ini dikembangkan melalui:1. Mengembangkan budaya wiraswasta untuk meningkatkan kemajuan sosial

Para pendukung strategi ini menganggap bahwa pengembangan wiraswasta secara positif harus diciptakan dan didukung oleh pemerintah maupun oleh organisasi yang relavana. Oleh karena itu intervensi tertentu sangat diperlukan dalam memaksimalkan kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi serta berfungsi dalam kegiatan pasar.

2. Pengembangan usaha kecilDalam strategi ini diyakini bahwa pemerintah harus menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuhnya kegiatan usaha kecil, yang disebut sebagai sektor informal yang mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin dalam memaksimalkan sumberdaya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

3. Pengembangan kesejahteraan sosial melalui peningkatan keberfungsian individuPara pendukung strategi ini meyakini bahwa jika masyarakat ingin mengembangkan kesejahteraannya, mereka harus mampu melaksanakan keberfungsiannya secara efektif serta mampu bekerja dengan penuh keyakinan dalam konteks budaya wiraswasta. Strategi ini berusaha menciptakan serta mengembangkan budaya wiraswasta maupun usaha kecil. Strategi ini akan efektif jikam asyarakat mampu memanfaatkan kesempatan yang disediakan oleh pemerintah. Pada kenyataannya banyak individu tidak dapat memanfaatkan kesempatan tersebut, ini disebabkan oleh kompleksnya birokrasi modern, bervariasinya pengetahuan dan pemahaman serta penilaian terhadap kesempatan tersebut, adanya diskriminasi, serta letak geografis. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu diambil langkah penting untuk membantu individu tersebut dalam mengatasi atau menghilangkan berbagai faktor yang menghambat keberfungsian sosial secara efektif. Para pendukung strategi ini memiliki keyakinan bahwa pekerja sosial adalah salah satu profesi yang paling cocok untuk menerima tanggung jawab ini.

B. Strategi pembangunan sosial yang lebih menekankan pada pentingnya masyarakat lokalPandangan ini beranggapan bahwa pembangunan sosial sebaiknya dilakukan oleh

masyarakat itu sendiri, atau biasa disebut dengan pendekatan communitarian. Para pendukung strategi ini yakin bahwa masyarakat memiliki kemampuan dalam mengorganisir dirinya untuk memahami dan memecahkan masalahnya dalam memenuhi kebutuhannya, serta mampu menciptakan kesempatan untuk mengembangkan diri. Untuk mencapai tujuan

Page 8: Wahyu Data

tersebut mereka perlu saling bekerjasama. Dengan demikian masyarakat mampu menguasai sumber-sumber baik internal maupun eksternal secara lebih baik. Secara garis besar terdapat tiga strategi dalam pendekatan ini yaitu: Pertama, strategi community development yang merupakan strategi untuk memobilisasi partisipasi aktif warga masyarakat, terutama masyarakat pedesaan pada kegiatan ekonomi. Kedua, strategi community action yang lebih bersifat radikal. Ketiga, gender dan peningkatan kontribusi kaum perempuan dalam pembangunan sosial.1. Strategi community development dan pembangunan sosial.

Stragi ini merupakan model pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan partisipatif serta kemampuan lokal untuk mengatasi permasalahan lokal dalam memenuhi kebutuhannya (prinsip self determination serta self help). Strategi ini seringkali efektif dalam mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.

2. Berbeda dengan strategi sebelumnya, strategi ini lebih bersifat radikal dan berusaha mengatasi persoalan dengan cara mengambil jalan pintas untuk memberdayakan kelompok yang paling rentan terhadap permasalahan. Para pendukung strategi ini memiliki keyakinan bahwa masyarakat yang menjadi sasarannya adalah orang-orang yang seringkali tertindas oleh struktur kekuasaan. Masyarakat mengalami kemiskinan akibat intervensi negatif dari penguasa. Oleh karena itu teknik yang digunakan adalah teknik-teknik pemberdayaan kelompok rentan tersebut menentang atau melawan para penindasnya.

3. Strategi gender dan peningkatan kontribusi kaum perempuan dalam pembangunan sosial.Gender merupakan istilah yang sering digunakan untuk menentukan peran laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Pada kenyataannya di negara-negara berkembang, kedudukan dan peran perempuan berada pada posisi yang kurang menguntungkan karena mereka seringkali diidentifikasikan dengan pekerjaan domestik. Kenyataannya beberapa aktivis perempuan menunjukkan bahwa perempuan sebenarnya dapat memiliki suatu yang sangat strategis dalam melaksanakan pembangunan sosial. Jika program-program pembangunan sosial juga diarahkan untuk mengembangkan potensi perempuan serta memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk berperan pada sektor publik, maka pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya akan meningkat, yang pada akhirnya kesejahteraan sosial pun akan meningkat.

C. Strategi pembangunan sosial yang lebih menekankan pada pemerintahKeyakinan bahwa pembangunan sosial sebaiknya dilakukan oleh pemerintah, yang

terlaksana melalui para perencana kebijakannya, lembaga-lembaga khususnya, serta para administratornya membentuk suatu landasan yang disebut Pendekatan Statist pada pembangunan sosial. Pendekatan ini memandang bahwa negara merupakan penjelmaan dari kepentingan masyarakat secara menyeluruh, dan dengan demikian tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyatnya. Pendekatan ini yakin bahwa pemerintah secara kolektif oleh rakyat, dengan kata lain negara adalah kolektivitas akhir.

Pendekatan statis berkeyakinan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kesejahteraan sosial rakyatnya, serta memiliki kewenangan memobilisasi sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan sosialnya dapat dilaksanakan dengan baik, serta mengupayakan secara optimal bagi harmonisasi kebijakan ekonomi maupun sosialnya. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini, yaitu: 1) strategi memajukan pembangunan sosial melalui perencanaan secara terpadu, 2) strategi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan persamaan, 3) strategi kesejahteraan dan kebutuhan dasar, serta 4) strategi pembangunan yang berkelanjutan

Page 9: Wahyu Data

1. Strategi memajukan pembangunan sosial melalui perencanaan secara terpaduPenerapan strategi ini mengharuskan pemerintah untuk mengupayakan seoptimal mungkin harmonisasi dari perencanaan pembangunan ekonomi serta perencanaan pembangunan sosial. Selain itu strategi ini juga mengharuskan adanya penekanan yang sama pada pertumbuhan ekonomi maupun kemajuan sosial, serta mengharuskan para perencana ekonomi maupun sosial untuk bersama membahas upaya perencanaan peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.Tema sentral yang sering muncul dalam pendekatan ini adalah tervensi negara, keahlian teknis, serta kemauan politis untuk memadukan kedua tujuan utama dari pemerintah, yaitu pertumbuhan ekonomi serta penciptaan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.

2. Strategi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan persamaanModel strategi ini beranggapan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi secara pesat akan menjamin munculnya industri dengan secara besar yang akan menyerap ribuan bahkan jutaan tenaga kerja, yang dengan sendirinya akan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial bagi seluruh buruh, mengurangi kemiskinan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.

3. Strategi kesejahteraan dan kebutuhan dasarPara pendukung strategi ini berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan mampu mengurangi kemiskinan serta tidak akan mampu meningkatkan standar hidup bagi rakyat. Pertumbuhan ekonomi yang diperoleh melalui pemberian dorongan bagi pertumbuhan industri maupun bisnis dengan skala besar akan menghasilkan ketimpangan yang justru akan memicu permasalahan lain yang juga memerlukan biaya yang sangat besar.Penerapan strategi ini mengharuskan pemerintah untuk mengupayakan perencanaan sosial maupun program pelayanan sosial yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi kelompok miskin.

4. Strategi pembangunan yang berkelanjutanDalam strategi ini mengharuskan pemerintah untuk melakukan intervensi bagi perlindungan terhadap lingkungan, sekaligus juga tidak mengabaikan aspek ekonomi dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan rakyat. Aspek ekonomi dari lingkungan ini berupa migas, hutan, air, serta unsur-unsur tambang lainnya. Pemanfaatan lingkungan ini tidak terlepas dari profesi secara menyeluruh.

KesimpulanPembangunan sering diasosiasikan dengan proses perubahan secara ekonomi.

Masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan jika pertumbuhan ekonominya cukup tinggi. Namun pada perkembangannya pembangunan ekonomi dinilai gagal, dan salah satu penyebabnya adalah karena pelaksanaan pembangunan tidak terintegrasi.Indonesia sebagai bagian dari dunia global tidak terlepas dari kondisi tersebut. Pendewaan terhadap pembangunan ekonomi sejak masa pemerintah orde baru membawa situasi yang terpuruk. Untuk mengatasi persoalan ini salah satu jawabannya adalah melalui pembangunan ekonomi dengan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.

Tuntutan untuk dapat melaksanakan pembangunan sosial secara utuh, dengan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah adalah dengan mempertimbangkan penerapan strategi yang tepat, baik pada lingkup individu, maupun pemerintah pusat dan lokal.

Terdapat tiga strategi utama pembangunan sosial yang terdapat, yaitu:

Page 10: Wahyu Data

1. Strategi pengembangan pembangunan sosial melalui pendekatan individu, yang menganggap kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan jika individu meningkatkan kesejahteraan sendiri.

2. Strategi pembangunan sosial yang telah menekankan pada pentingnya masyarakat memiliki kemampuan dalam mengorganisir dirinya untuk memahami dan memecahkan masalahnya dalam memenuhi kebutuhannya, serta mampu menciptakan kesempatan untuk mengembangkan diri,

3. Strategi pembangunan sosial yang lebih menekankan pada peranan pemerintah. Pendekatan ini memandang bahwa negara merupakan penjelmaan dari kepentingan masyarakat secara menyeluruh. Karenanya pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kesejahteraan sosial rakyatnya, serta memiliki kewenangan memobilisasi sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut.Agar pembanganunan sosial dapat mencapai tujuan yang diharapkan, tampaknya perlu penerapan ketiga strategi tersebut secara terpadu.Pengembangan sosial selalu terkait dengan kesejahteraan sosial yang mempunyai

makna lebih luas, tidak hanya menyelenggarakan program-program yang bersifat residual atau karitatif, tetapi juga melaksanakan program-program yang bersifat pengembangan, baik pengembangan individu, kelompok, maupun masyarakat. Oleh karena itu pelayanan sosial mempunyai tradisi yang dilandasi oleh motivasi konsumsi, dan investasi.

Referensi Cox, Monahar, and Picton. (1999). Social Development, in the social work curiculum,

Victoria ; La Trobe University. Justika S Baharsjah. (1999). Menuju Masyarakat Yang Berketahanan Sosial, Pelajaran

dan Krisis. Jakarta: Departemen Sosial RI. Kahn Alfred J (1997). Social Policy and Social Services, New York : Random House

Inc. Midgley, James (1995). Social Development, the development perspective in social

welfare, Sage Publication. Romanyshyn, John M (1997). Social Welfare and Social Welfare. New York: Random

House Inc. Wilensky and Lebeaux (1965). Industrial Society and Social Welfare. New York: A

Division of Macmillan Publishing Co., Inc.