VOLUME IV/ NO. 12/2010 ISSN 1907-7858 PENGENDALIAN...

2
ISSN 1907-7858 ISSN 1907-7858 VOLUME IV/ NO. 12/2010 SERAMBI PERTANIAN VOLUME IV/ NO. 12/2010 Pendahuluan Tikus merupakan salah satu hama utama di Indonesia yang menimbulkan kerugian besar. Kehilangan hasil akibat serangan tikus sawah diperkirakan mencapai 200.000 – 300.000 ton per tahun. Beberapa cara pengendalian hama tikus telah dilaksanakan oleh para pelaku utama, namun dalam pelaksanaan di lapangan belum ada keterpaduan antara cara yang satu dengan yang lain dan cara penerapannya. Sehingga walaupun sudah dilakukan usaha pengendalian namun masih terjadi kerusakan tanaman yang selanjutnya terjadi kegagalan panen. Tikus meyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembuni dalam sarangnya di tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang dan di daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang vase generatif. Cara Pengendalian 1. Tanam dan panen serempak Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus. 2. Sanitasi habitat. Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang. 3. Gerakan bersama (gropyokan massal) Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanam melibatkan seluruh petani. Gunakan berbagai cara untuk menangkap/ membunuh tikus seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan, pengeboran malam, perburuan dengan anjing dan sebagainya. . 4. Fumigasi/ pengemposan Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi. 5. Trap Barrier System (TBS) TBS atau Sistem Bubu Perangkap dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di daerah endemik tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 x 20 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha. 6. Linier Trap Barrier System (LTBS) LTBS berupa bentangan pagar plastik/ terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah. 7. Memanfaatan musuh alami Yaitu dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain- lain. 8. Penggunaan Rodentisida Digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan PENGENDALIAN TIKUS Mendukung Produksi Padi Nasional Oleh Basri AB

Transcript of VOLUME IV/ NO. 12/2010 ISSN 1907-7858 PENGENDALIAN...

ISSN 1907-7858

ISSN 1907-7858VOLUME IV/ NO. 12/2010

SERAMBI PERTANIAN VOLUME IV/ NO. 12/2010

PendahuluanTikus merupakan salah satu hama utama di Indonesiayang menimbulkan kerugian besar. Kehilangan hasilakibat serangan tikus sawah diperkirakan mencapai200.000 – 300.000 ton per tahun.Beberapa cara pengendalian hama tikus telahdilaksanakan oleh para pelaku utama, namun dalampelaksanaan di lapangan belum ada keterpaduan antaracara yang satu dengan yang lain dan carapenerapannya. Sehingga walaupun sudah dilakukanusaha pengendalian namun masih terjadi kerusakantanaman yang selanjutnya terjadi kegagalan panen.Tikus meyerang padi pada malam hari. Pada siang hari,tikus bersembuni dalam sarangnya di tanggul-tanggulirigasi, jalan sawah, pematang dan di daerahperkampungan dekat sawah. Pada periode bera,sebagian tikus bermigrasi ke daerah perkampungandekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelahpertanaman padi menjelang vase generatif.

Cara Pengendalian1. Tanam dan panen serempakDalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanamdan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untukmembatasi tersedianya pakan padi generatif, sehinggatidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terusmenerus.

2. Sanitasi habitat.Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan caramembersihkan gulma dan semak-semak pada habitatutama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah,batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi,dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggidan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakansebagai tempat bersarang.

3. Gerakan bersama (gropyokan massal)Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanammelibatkan seluruh petani. Gunakan berbagai cara untukmenangkap/ membunuh tikus seperti penggalian sarang,

pemukulan, penjeratan, pengeboran malam, perburuandengan anjing dan sebagainya. .

4. Fumigasi/ pengemposanFumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa besertaanak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplahlubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dansarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selamamasih dijumpai sarang tikus terutama pada stadiumgeneratif padi.

5. Trap Barrier  System (TBS)TBS atau Sistem Bubu Perangkap dengan tanamanperangkap diterapkan terutama di daerah endemik tikusdengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 x 20m dapat mengamankan tanaman padi dari serangantikus seluas 15 ha.

6. Linier Trap Barrier  System (LTBS)LTBS berupa bentangan pagar plastik/ terpal setinggi60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m,dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m denganpintu masuk tikus berselang-seling arah.

7. Memanfaatan musuh alamiYaitu dengan tidak mengganggu atau membunuh musuhalami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burunghantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain.8. Penggunaan RodentisidaDigunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggiterutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan

PENGENDALIAN TIKUSMendukung Produksi Padi Nasional

Oleh Basri AB

SERAMBI PERTANIANTerbit setiap bulan. Penerbit : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehPembina : Ir. T. Iskandar, MSi Dewan Redaksi : Nazariah, SP, MSi, Ir. Basri A. Bakar, MSi, Ir. M. Ferizal, MScAlamat Redaksi : Jl. TP. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh. Telp. (0651) 7551811, Fax. (0651)7552077, Website : nad.litbang.deptan.go.id, Email : [email protected]

ISSN 1907-7858SERAMBI PERTANIAN VOLUME IV/ NO. 12/2010

rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpanditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi,jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.

9. Pengendalian cara setempatDengan memanfaatkan cara pengendalian tikus yangabiasa digunakan petani setempat, seperti penggenangansarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya.Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakanindikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadaiadalah populasi tikus yang masih hidup, karena akanterus berkembang biak dengan pesat selama musimtanam padi. Di samping itu monitoring keberadaan danaktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agarusaha pengendalian dapat berhasil.

Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif,jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakantanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalahmewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi(perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah laindalam jumlah yang besar.

Pengendalian Menyeluruh1. Setelah panen sampai persiapan dan pengolahan tanahPada saat ini, pengendalian yang tepat adalah pengemposan dan gropyokan. Apabila tidak dilakukanpengendalian pada saat selepas panen ini , maka semuatikus yang ada dalam lubang akan tumbuh dewasa danakan berkeliaran.2. Pengolahan tanahMenjelang pengolahan tanah sebaiknya seluruh lahandikeringkan, agar tikus yang masih tinggal di petakandan galengan merasa kehausan. Pada saat itu gabah

yang tertinggal di lapangan sudah tumbuh sehinggamakanan untuk tikus mulai berkurang. Pengendalianyang tepat pada kondisi ini adalah pengumpanan dangropyokan di malam hari.

3. PesemaianPesemaian sebaiknya dipagar plastik yang dilengkapidengan bubu perangkap tikus. Bubu perangkap tikusyang berukuran panjang 65 cm, lebar 24 cm dan tinggi24 cm memiliki kapasitas 20 – 30 ekor/ malam tergantungbanyaknya populasi tikus. Apabila sebelum tanam tidakdilakukan pengendalian, maka pada fase tanam sampaifase berikutnya akan terus terjadi serangan.

4. Fase VegetatifKondisi tanaman pada fase vegetatif adalah tanamansudah rimbun/ anakan maksimum, fase awal tikusmembuat lubang di galengan. Fase ini merupakankondisi yang sangat sulit untuk mengadakanpengendalian yang efektif. Upaya pengendalian yangtepat adalah dengan pengumpanan menggunakan klerattempatkan umpan pada jalan tikus lewat dan pasangpagar plastik dengan bubu perangkapnya.

5. Fase generatif dan menjelang panenPada fase ini umumnya tikus pada fase beranak danberada di dalam lubang. Kondisi pada fase generatifadalah makanan sudah tersedia dan galengan semakinkotor. Pengendalian untuk tikus yang sudah menetap dilubang dengan cara pengemposan.

6. PanenApabila padi sudah berisi dan menguning, maka pengendalian yang paling tepat adalah dengan carapengeringan total. Dalam keadaan kering, tikus akanmengurangi makan dan tikus tidak bisa makan kalautidak disertai minum. Pengemposan dapat dilakukanuntuk mengendalikan tikus yang ada dalam lubang.