Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

12
Volume 4, Nomor 2, Desemb Kalpa JURNAL SEJ PEMBELAJAR Program Studi Pen Jurusan Pen Fakultas Keguruan d Universitas Persatuan Gu Palem ber 2018 Kajian Ta Batu Bala Kota P Pembelaja Muhamma Nilai Sejar Kecil Kot Pembelaja Palemban Dedi Beria Upaya Pembelaja Outdoor L Muhamma Arman, Fa Senjang: S Musi Bany Brian Apria Peningkat Siswa M Discovery Palemban Sri Mulyati Jenis-Jen Tanjung Pembelaja Muhamma Ajaran 201 Lita Sepria Persepsi Media Film Manusia Sejarah di M. Edo Nu Sejarah T Penulisan Ilir Muhamad Pengaruh Instruction Pada Mat Menengah Ramoni Ha Pengaruh Dokument Pada Mat Menengah Vina Pratiw ataru JARAH DAN RAN SEJARAH ndidikan Sejarah ndidikan IPS dan Ilmu Pendidikan uru Republik Indonesia mbang P-ISSN 2460-6383 E-ISSN 2621-7058 ata Ruang Lukisan Dinding Pada ai di Desa Tegur Wangi Lama Pagaralam Sebagai Sumber aran Sejarah ad Randi Saputra, H. Rudi Asri rah Toponim di Kecamatan Bukit ta Palembang Sebagai Sumber aran Sejarah di SMP Negeri 33 ng anto Meningkatkan Kualitas aran Sejarah Melalui Penerapan Learning Berbasis Inkuiri di SMA adiyah 1 Palembang atmah Sejarah Tradisi Lisan Masyarakat yuasin adi, Eva Dina Chairunisa tan Hasil Belajar dan Aktifitas Melalui Model Pembelajaran y Learning di SMA Negeri 8 ng i, Nurhayati Dina, Apriana nis Peninggalan Megalit di Desa Aro Sebagai Sumber aran Sejarah di Kelas X SMA adiyah 3 Palembang Tahun 17/2018 ani Siswa Terhadap Penggunaan m Dokumenter Materi Kehidupan Purba Pada Mata Pelajaran i SMK Negeri 6 Palembang uryana Tulung Selapan Sebagai Sumber n Sejarah Lokal Ogan Komering Idris h Model Pembelajaran Explicit n Terhadap Hasil Belajar Siswa ta Pelajaran Sejarah di Sekolah h Atas Negeri 1 Gelumbang andayani h Penggunaan Media Film ter Terhadap Hasil Belajar Siswa ta Pelajaran Sejarah di Sekolah h Atas Sriguna Palembang wi

Transcript of Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Page 1: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

P-ISSN 2460-6383E-ISSN 2621-7058

Volume 4, Nomor 2, Desember 2018

Kajian Tata Ruang Lukisan Dinding PadaBatu Balai di Desa Tegur Wangi LamaKota Pagaralam Sebagai SumberPembelajaran SejarahMuhammad Randi Saputra, H. Rudi Asri

Nilai Sejarah Toponim di Kecamatan BukitKecil Kota Palembang Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di SMP Negeri 33PalembangDedi Berianto

Upaya Meningkatkan KualitasPembelajaran Sejarah Melalui PenerapanOutdoor Learning Berbasis Inkuiri di SMAMuhammadiyah 1 PalembangArman, Fatmah

Senjang: Sejarah Tradisi Lisan MasyarakatMusi BanyuasinBrian Apriadi, Eva Dina Chairunisa

Peningkatan Hasil Belajar dan AktifitasSiswa Melalui Model PembelajaranDiscovery Learning di SMA Negeri 8PalembangSri Mulyati, Nurhayati Dina, Apriana

Jenis-Jenis Peninggalan Megalit di DesaTanjung Aro Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di Kelas X SMAMuhammadiyah 3 Palembang TahunAjaran 2017/2018Lita Sepriani

Persepsi Siswa Terhadap PenggunaanMedia Film Dokumenter Materi KehidupanManusia Purba Pada Mata PelajaranSejarah di SMK Negeri 6 PalembangM. Edo Nuryana

Sejarah Tulung Selapan Sebagai SumberPenulisan Sejarah Lokal Ogan KomeringIlirMuhamad Idris

Pengaruh Model Pembelajaran ExplicitInstruction Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Negeri 1 GelumbangRamoni Handayani

Pengaruh Penggunaan Media FilmDokumenter Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Sriguna PalembangVina Pratiwi

KalpataruJURNAL SEJARAH DAN

PEMBELAJARAN SEJARAH

Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Persatuan Guru Republik Indonesia

Palembang

P-ISSN 2460-6383E-ISSN 2621-7058

Volume 4, Nomor 2, Desember 2018

Kajian Tata Ruang Lukisan Dinding PadaBatu Balai di Desa Tegur Wangi LamaKota Pagaralam Sebagai SumberPembelajaran SejarahMuhammad Randi Saputra, H. Rudi Asri

Nilai Sejarah Toponim di Kecamatan BukitKecil Kota Palembang Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di SMP Negeri 33PalembangDedi Berianto

Upaya Meningkatkan KualitasPembelajaran Sejarah Melalui PenerapanOutdoor Learning Berbasis Inkuiri di SMAMuhammadiyah 1 PalembangArman, Fatmah

Senjang: Sejarah Tradisi Lisan MasyarakatMusi BanyuasinBrian Apriadi, Eva Dina Chairunisa

Peningkatan Hasil Belajar dan AktifitasSiswa Melalui Model PembelajaranDiscovery Learning di SMA Negeri 8PalembangSri Mulyati, Nurhayati Dina, Apriana

Jenis-Jenis Peninggalan Megalit di DesaTanjung Aro Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di Kelas X SMAMuhammadiyah 3 Palembang TahunAjaran 2017/2018Lita Sepriani

Persepsi Siswa Terhadap PenggunaanMedia Film Dokumenter Materi KehidupanManusia Purba Pada Mata PelajaranSejarah di SMK Negeri 6 PalembangM. Edo Nuryana

Sejarah Tulung Selapan Sebagai SumberPenulisan Sejarah Lokal Ogan KomeringIlirMuhamad Idris

Pengaruh Model Pembelajaran ExplicitInstruction Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Negeri 1 GelumbangRamoni Handayani

Pengaruh Penggunaan Media FilmDokumenter Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Sriguna PalembangVina Pratiwi

KalpataruJURNAL SEJARAH DAN

PEMBELAJARAN SEJARAH

Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Persatuan Guru Republik Indonesia

Palembang

P-ISSN 2460-6383E-ISSN 2621-7058

Volume 4, Nomor 2, Desember 2018

Kajian Tata Ruang Lukisan Dinding PadaBatu Balai di Desa Tegur Wangi LamaKota Pagaralam Sebagai SumberPembelajaran SejarahMuhammad Randi Saputra, H. Rudi Asri

Nilai Sejarah Toponim di Kecamatan BukitKecil Kota Palembang Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di SMP Negeri 33PalembangDedi Berianto

Upaya Meningkatkan KualitasPembelajaran Sejarah Melalui PenerapanOutdoor Learning Berbasis Inkuiri di SMAMuhammadiyah 1 PalembangArman, Fatmah

Senjang: Sejarah Tradisi Lisan MasyarakatMusi BanyuasinBrian Apriadi, Eva Dina Chairunisa

Peningkatan Hasil Belajar dan AktifitasSiswa Melalui Model PembelajaranDiscovery Learning di SMA Negeri 8PalembangSri Mulyati, Nurhayati Dina, Apriana

Jenis-Jenis Peninggalan Megalit di DesaTanjung Aro Sebagai SumberPembelajaran Sejarah di Kelas X SMAMuhammadiyah 3 Palembang TahunAjaran 2017/2018Lita Sepriani

Persepsi Siswa Terhadap PenggunaanMedia Film Dokumenter Materi KehidupanManusia Purba Pada Mata PelajaranSejarah di SMK Negeri 6 PalembangM. Edo Nuryana

Sejarah Tulung Selapan Sebagai SumberPenulisan Sejarah Lokal Ogan KomeringIlirMuhamad Idris

Pengaruh Model Pembelajaran ExplicitInstruction Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Negeri 1 GelumbangRamoni Handayani

Pengaruh Penggunaan Media FilmDokumenter Terhadap Hasil Belajar SiswaPada Mata Pelajaran Sejarah di SekolahMenengah Atas Sriguna PalembangVina Pratiwi

KalpataruJURNAL SEJARAH DAN

PEMBELAJARAN SEJARAH

Page 2: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

KalpataruJurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah

Volume 4, Nomor 2, Desember 2018

Penanggung JawabDr. Dessy Wardiah, M.Pd.

Ketua Dewan RedaksiDrs. Sukardi, MPd

Penyunting PelaksanaMuhamad Idris, MPd

Eva Dina Chairunisa, MPdJeki Sepriady, SPd

Penyunting AhliDr Tahrun, M.Pd. (Universitas PGRI Palembang)Drs. Supriyanto, MHum (Universitas Sriwijaya Palembang)Dra Retno Purwati, MHum (Balai Arkeologi Sumatera Selatan)Dr. Nor Huda Ali, M.Ag., M.A (Masyarakat Sejarawan Indonesia Sumsel)Budi Agung Sudarman, S.S, MPd (Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan)Dr. Purmansyah, MA (Universitas Muhammadiyah Palembang)

Alamat RedaksiProgram Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palembang

Telp 0711-510043Email: jurnalkalpatarusejarah@gmailcom

Website: https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Kalpa

Page 3: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

KalpataruJURNAL SEJARAH DAN

PEMBELAJARAN SEJARAH

Terbit dua kali setahun padaJuli dan Desember

Diterbitkan oleh:Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPSFakultas Keguruan

dan Ilmu PendidikanUniversitas PGRI Palembang

Gambar Cover:Pohon Kalpataru

Candi Prambanan

Koleksi: Muhamad Idris

DAFTAR ISI

Kajian Tata Ruang Lukisan Dinding Pada Batu Balai diDesa Tegur Wangi Lama Kota Pagaralam SebagaiSumber Pembelajaran SejarahMuhammad Randi Saputra, H. Rudi Asri..........................................89-98

Nilai Sejarah Toponim di Kecamatan Bukit Kecil KotaPalembang Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah diSMP Negeri 33 PalembangDedi Berianto...................................................................................99-110

Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SejarahMelalui Penerapan Outdoor Learning Berbasis Inkuiridi SMA Muhammadiyah 1 PalembangArman, Fatmah...............................................................................111-115

Senjang: Sejarah Tradisi Lisan Masyarakat MusiBanyuasinBrian Apriadi, Eva Dina Chairunisa ................................................116-123

Peningkatan Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa MelaluiModel Pembelajaran Discovery Learning di SMANegeri 8 PalembangSri Mulyati, Nurhayati Dina, Apriana...............................................124-128

Jenis-Jenis Peninggalan Megalit di Desa Tanjung AroSebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kelas X SMAMuhammadiyah 3 Palembang Tahun Ajaran 2017/2018Lita Sepriani....................................................................................129-134

Persepsi Siswa Terhadap Penggunaan Media FilmDokumenter Materi Kehidupan Manusia Purba PadaMata Pelajaran Sejarah di SMK Negeri 6 PalembangM. Edo Nuryana..............................................................................135-145

Sejarah Tulung Selapan Sebagai Sumber PenulisanSejarah Lokal Ogan Komering IlirMuhamad Idris................................................................................146-153

Pengaruh Model Pembelajaran Explicit InstructionTerhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata PelajaranSejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1GelumbangRamoni Handayani .........................................................................154-161

Pengaruh Penggunaan Media Film DokumenterTerhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata PelajaranSejarah di Sekolah Menengah Atas SrigunaPalembangVina Pratiwi.....................................................................................162-169

Page 4: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 116

SENJANG: SEJARAH TRADISI LISAN MASYARAKAT MUSI BANYUASIN

Brian ApriadiGuru IPS Terpadu di SMP Nurul Iman Palembang

Email: [email protected]

Eva Dina ChairunisaDosen Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas PGRI Palembang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Senjang salah satu tradisi lisan masyarakat Musi Banyuasin, pada awalnya disampaikan secara lisan.Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sejarah tradisi lisan masyarakat MusiBanyuasin?. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif kualitatif, teknik yangdigunakan dalam pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitiansenjang merupakan tradisi lisan masyarakat Musi Banyuasin muncul pertama kali didaerah sungai Keruhdan juga sebagai salah satu kebudayaan asli masyarakat Musi Banyuasin awalnya musik pengiringsenjang menggunakan kenong, sebagai salah satu musik pengiring dari senjang, ketika Belanda masukke Sumatera Selatan maka musik pengiringnya pun mengalami perubahan pada saat ini musiknya punmengalami modernisasi dan memakai musik orgen tunggal sebagai pengiringnya dan juga senjangdisampaikan secara tunggal ataupun berpasangan.

Kata Kunci: Senjang, Tradisi Lisan, Musi Banyuasin.

A. PENDAHULUANSenjang adalah salah satu bentuk

kesenian yang menggunakan media pantun,secara bersahutan antara dua orang atauberpasangan. Namun demikian dapat jugaditampilkan secara tunggal. Senjangdibangun oleh tiga unsur yaitu musikinstrumental, lagu vokal dari syair pantunyang dilantunkan, dan tarian, namun ketigaunsur tersebut masing-masing berdirisendiri. Artinya tidak saling berhubunganseperti pada umumnya sebuah pertunjukan.Saat vokal dari syair pantun senjangdilagukan oleh pe-senjang, musikinstrumental diam, begitupun sebaliknyasaat musik instrumental senjang dimainkanoleh pemusik, vokal dari pe-senjang diam.Pe-senjang hanya bergerak menari-narimengikuti irama musik senjang. Inilahkeunikan dari senjang (Sukma, 2015:2).Biasanya senjang di bawakan oleh duaorang pe-senjang yang berpasangan yaitulaki-laki dan wanita yang diiringi musik, padazaman dulu senjang diiringi dengan tanjidor.

Dalam perkembangannya senjangmemiliki beberapa perubahan mendasaryang tidak bisa dielakkan lagi karenamanusia sebagai mahluk sosial jugamengalami sebagian perubahan dalamkehidupannya. Tradisi senjang kini dapatdijumpai dalam acara-acara adat maupunseremonial seperti acara perkawinan,penyambutan tamu undangan dalam acarapemerintahan, pertemuan dan acarasyukuran. Perubahan yang terjadi padamusik pengiring senjang dahulu musikpengiring senjang yaitu tanjidor, tanjidorsebagai salah satu musik tradisional sudahtidak lagi digunakan, sekarang pe-senjangsenang menggunakan orgen tunggalsebagai pengiring (Ardiansyah, 2016:79).

Bahasa yang digunakan dalampenyampaian senjang adalah bahasa Musi.Bahasa Musi juga merupakan bagian daribahasa Melayu. Bahasa Melayu sudah adasejak dari zaman awal dari zaman kerajaanHindu-Budha yang mana sumber tertulistersebut terdapat dalam prasasti-prasasti

Page 5: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 117

yang terdapat di seluruh Indonesia yangdahulunya berbahasa Melayu Kuno sepertidalam prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang yang berangkatahun 605 Saka (683 M). Dari temuanprasasti tersebut dapat diindikaskan bahwabahasa Melayu sudah ada sejak zamankerajaan Hindu-Budha di Nusantara. Padaperkembangan selanjutnya pada kekuasaankerajaan Islam di Nusantara bahasa Melayuberubah menjadi bahasa yang modern yangsemula dari tulisan sansekerta berubahmenjadi memakai tulisan Arab (Puspa,2013:10). Dalam masyarakat Melayu pantunmerupakan satu corak komunikasi berseniyang digunakan di tempat tertentu, dalamupacara tertentu atau untuk menyampaikansesuatu dalam maksud tertentu termasukkiasan atau sindiran. Pantun merupakanbagian dari tradisi lisan, adapun tradisi lisanmerupakan salah satu gejala kebudayaanyang terdapat dalam masyarakat dan isinyadapat mengenai berbagai peristiwa yangterjadi atau kebudayaan pemilik tradisitersebut (Santosa, 2013:13). Tradisi lisanmemiliki peran dalam penyusunan ulangmasa lalu. Pentingnya bagian ini tergantungmenurut tempat dan waktu. Ia merupakanbagian yang serupa dengan bagian yangdimainkan oleh sumber-sumber tertuliskarena keduanya merupakan pesan darimasa lalu ke masa kini dan pesan-pesan inimerupakan elemen-elemen yangmerupakan kunci terpenting daripenyusunan sejarah (Vansina, 2014:309).

Sejarah lokal merupakan bagianpenting bagi pembelajaran sejarah. Melaluimateri sejarah lokal inilah, siswa dikenalkandengan sejarah dan kebudayaan yangpaling dekat dengan kehidupan merekasendiri. Materi dalam sejarah lokal mampumemperkaya gambaran perkembangankehidupan masyarakat lokal di masalampau. Siswa merasa dekat dengan materisejarah lokal yang dipilih guru sesuaidengan potensi daerah masing-masing,sehingga diharapkan mampu menumbuhkanantusiasme siswa dalam menggali

pengetahuan kesejarahan. Dengan katalain, pengenalan sejarah lokal dapat menjadisalah satu cara untuk memancing rasaketertarikan dan keingintahuan siswa hinggamenumbuhkan kecintaan pada kesejarahan.Selain itu, pembelajaran sejarah lokaldiharapkan mampu mengajak siswa untukmengenali ciri khas dan identitaskedaerahan sebagai bagian dari Indonesiadan pada akhirnya mampu mengenalipotensi kedaerahan masing-masing(Chairunisa, 2017:4). Sebagai bagian darikebudayaan Musi Banyuasin senjangmemiliki potensi yang dapat di kembangkansebagai pembelajaran sejarah lokal disekolah yang ada di Musi Banyuasin. Makadari itu peneliti tertarik untuk mengangkatjudul penelitian tentang Senjang: SejarahTradisi Lisan Masyarakat Musi Banyuasin?.

B. METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data:

observasi, dokumentasi dan wawancara.Observasi: mendatangi tempat lokasipenelitian dan melihat apa yang menjadipermasalahan dilapangan. Wawancara:digunakan sebagai teknik pengumpulandata apabila peneliti ingin melakukan studipendahuluan untuk menemukan masalahyang harus diteliti. Dokumentasi:digunakan untuk mendapatkan data yangada dilapangan seperti arsip, foto, dandokumen yang menyimpan tentangpenelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASANSejarah Senjang

Indonesia salah satu negara yangmempunyai kebudayaan yang cukupberagam misalnya kebudayaan salahsatunya tradsi lisan. Tradisi lisan merupakansalah satu hasil dari kebudayaanmasyarakat Indonesia yang hidup dari masake masa. Sumatera Selatan memilikiberagam tradisi lisan yang muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat

Page 6: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 118

Sumatera Selatan, misalnya tadut, tangisayam, senjang dan lain sebagainya. Tradisilisan Musi digunakan sebagai salah satuhasil dari kebudayaan suku Musi yang hadirsebagai salah satu media berkomunikasimasyarakat Musi yang hidup di daerahpedalaman. Daerah Musi Banyuasinmemiliki sejumlah ekspresi budaya yangbersifat tradisi lisan (Ardiansyah, 2016:76).Daerah kabupaten Musi Banyuasinkhususnya Sekayu mempunyai banyakkebudayaan yang berupa tradisi lisan yangada di dalam kehidupan masyarakat MusiBanyuasin salah satunya adalah senjang(Gafar, 1989:12).

Senjang hadir dalam kebudayaanmasyarakat Musi Banyuasin sebagai salahsatu pengingat agar masyarakat banggaakan kebudayaan yang telah diwariskanoleh nenek moyang masyarakat MusiBanyuasin yang di pesankan oleh nenekmoyang terdahulu agar tidak hilang tergeruszaman dan perkembangan teknologi yangpesat karena pada zaman sekarang kaummuda sudah kurang menjaga danmengetahui tradisi-tradisi yang ada disetiapdaerah malahan ada suatu daerah yangsudah meninggalkan tradisi di daerahnyakurang dilestarikan.

Senjang lahir dari hasil dari kebiasaanmasyarakat yang hidup didaerah Talang.Penduduk didaerah talang cenderungmemiliki karakteristik yang sangat mencolokmulai dari cara berbicara, adat istiadat danjuga tata cara hidup mereka sehari-hari. Daridaerah talang senjang baru menyebar kedaerah Sekayu dan sekitarnya karenaSekayu merupakan daerah renah. Daerahtalang yang disebutkan di dalam ini adalahdaerah sungai Keruh, daerah inilah senjangpertama kali lahir dikarnakan dilihat daritopografi daerahnya daerah sungai Keruhmerupakan daerah yang berbukit sehinggadaerah sungai Keruh merupakan daerahyang kering dan tidak adanya rawa-rawadan juga daerah talang merupakan daerahyang tidak di pengaruhi oleh pasang surutair sungai sehingga daerah ini mempunyai

karakteristik tanah kering dan berkerikil.Sedangkan daerah Sekayu, Babat Tomandan sekitarnya merupakan daerah renahkarena dearah ini sangat di pengaruhi olehpasang surut air sungai sehinggamasyarakat pendukungnyapun bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani.

Perubahan budaya terjadi ketikatanah renah kelebihan bahan panganmenyebabkan adanya kontak dagangdengan dunia luar. Ketika masyarakat aslirenah memiliki tanah yang subur merekatidak lagi menerima budaya dari luar ketikaorang talang bermigrasi ke daerah renahterjadinya bentuk komunikasi yang lebihkuat sehingga senjang pun berkembangmenjadi sarana berkomunikasi antaramasyarakat renah dan talang. Awalnyapetama kali senjang masuk kedaerah renahketika masyarakat talang menyampaikansenjang di balai desa lewat sistem sepertipantun sehingga masyarakat renahpun ikutbersenjang sehingga senjang menjadisebuah hiburan baru di masyarakat renahsehingga budaya renah di Musi Banyuasinsedikit mengalami perubahan akibatnyamasyarakat Musi Banyuasin memiliki tipikalmasyarakat talang dikarnakan komunikasiantara masyarakat renah dan talang(Peeters, 1997:38).

Perlunya senjang ini sebagai salahsatu wadah untuk mewarisi tradisi lisanmasyarakat Musi Banyuasin supaya dimasadepan tradisi ini terus hadir di tengah-tengahmasyarakat yang modern dan anak anakmuda Musi Banyuasin melestarikan budayadaerah yang kaya akan dengan tradisi lisansehingga tetap terjaga hingga kini.

Senjang Sebagai KebudayaanMasyarakat Musi Banyuasin

Kebudayaan berasal dari kata Budidan Daya, Buddhayah yaitu, bentuk jamakdari Buddhi yang berarti akal. Dengandemikian kebudayaan dapat di defenisikansebagai hal-hal yang bersangkutan denganakal kebudayaan juga dalam bahasa Inggrisyang berarti Culture merupakan berasal dari

Page 7: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 119

bahasa Latin yaitu Colere yang berartimengelola dari arti itu berkembang artiCulture sebagai segala daya upaya sertatindakan manusia untuk mengelola tanahdan mengelola alam (Koejaraningrat,2009:144).

Kebudayaan dalam kehidupanmanusia tidak lepas dari apa yang dilakukanoleh manusia, kebudayaan muncul karenaaktivitas yang dilakukan oleh manusiasehingga mempunyai pengetahuan yangmaju untuk membuat suatu kebudayaan.Kebudayaan yang maju akan muncul akibatpola pikir manusia yang maju danberkembang, manusia dan kebudayaanmerupakan satu kesatuan yang erat sekalidan tidak dapat dipisakan. Jika ada manusiaakan ada kebudayaan: tidak akan adakebudayaan jika tidak ada manusia,manusia sebagai salah satu pendukung darikebudayaan. Akan tetapi manusia itu hiduptidak akan lama, ia lalu mati untukmelangsungkan kebudayaan, makapendukungnya harus lebih dari satu orang,bahkan harus lebih dari satu keturunannya(Soekmono, 1973:09). Perubahankebudayaan diakibatkan oleh dua hal yaitudisebabkan dari dalam diri masyarakatpendukungnya sendiri, dan sebab yangbarasal dari luar yaitu dari luar lingkunganmasyarakat.

Sejarah kebudayaan SumateraSelatan memiliki ciri khas yang unik dantidak semua provinsi di Indonesia memilikiciri-ciri tersebut. Ciri budaya SumateraSelatan dibangun selama berabad-abad,lapisan demi lapisan mulai dari lapisankebudayaan Austronesia yang datangkekawasan ini sejak lebih kurang dari 5000tahun yang lalu. Tradisi Autroneisa inibertahan dan mampu menyesuaikandengan kebudayaan-kebudayaan yangmasuk keseluruh daerah yang ada diSumatera Selatan dan juga seiringperkembangan zaman maka kebudayaantersebut kelak akan menjadi kebudayaanMelayu Sumatera Selatan (Apriadi,2017:76). Sumatera Selatan di ibaratkan pot

raksasa tempat munculnya beragamkebudayaan sehingga menghasilkankebudayaan muda yang unik dan memilikiciri khas tersendiri. Faktor lingkunganmemberi kontribusi yang besar bagiperkembangan kebudayaan campurantersebut. Bentang alam berupa laut, rawa-rawa, sungai, dan daratan rendah danperbukitan membentuk ciri khas sub-subkebudayaan Melayu Sumatera Selatan.

Kebudayaan Sumatera Selatan yangjuga dikenal dengan kebudayaan BatanghariSembilan karena masyarakat pendukungnyayang hidup dan berkembang di daerahsepanjang aliran sungai Musi dan anaksungainya. Kebudayaan Sumatera Selatanmampu bertahan di tengah gempurankebudayaan asing yang mulai masuk danberkembang seperti sekarang ini. Makabanyak kebudayaan asli pada akhirnyamulai tergerus dan terancamkeberadaannya sebagai akibat kurangnyaminat gerasi muda untuk melestarikankebudayaan asli yang ada di daerahSumatera Selatan.

Senjang sebagai salah satu warisanbudaya tak benda masyarakat MusiBanyuasin yang hadir sebagai salah satuhasil dari kebudayaan nenek moyangmasyarakat pada zaman dahulu. Senjanghadir sebagai salah satu dari tujuh unsurkebudayaan yang ada di masyarakat berupahasil dari kebudayaan masyarakat MelayuSumatera Selatan yang ada di daerah MusiBanyuasin dan juga disebut sebagai salahsatu dari tradisi masyarakat BatanghariSembilan. Mengingat bahwa kabupatenMusi Banyuasin di lintasi oleh sungai Musi.Sungai berfungsi sebagai tempatperdagangan dan perniagaan ini memilikiarti dan posisi strategis dalammembesarkan kebudayaan Musi Banyuasin.Melalui fungsi ini, dapat dilihat bagaimanakebudayaan Musi Banyuasin adalahkebudayaan yang terbuka terhadappertukaran dan penyerapan budaya daridaerah lain. Melalui perdagangan juga,maka masyarakat Musi Banyuasin

Page 8: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 120

membiasakan diri menjadi komunitas yangterbuka, toleran, dan memuliakan tamunya(Ardianyah, 2016:642). Senjang tidak hanyamenggambarkan kondisi geografis, flora,dan fauna yang ada di kabupaten tersebuttetapi juga menjelaskan berbagaipenguasaan teknologi membuat perangkapikan, seperti membuat rawai, bubu. Selainitu, pemukiman seperti bentuk pemukimanpada lingkungan sungai yang mengikuti alursungai dan bentuk-bentuk rumah selalumenghadap ke sungai yang disebut rumahrakit adalah pengetahuan lokal yang dimilikioleh masyarakat Musi Banyuasin.

Penyampaian SenjangPada awalnya senjang di sampaikan

di balai-balai desa setempat dan musikpengiringnya pun menggunakan kenongkarena belum adanya musik pengiringsenjang, setelah itu barulah seiringperkembangan zaman pada masa kolonialBelanda senjang disampaikan memakai alatmusik. Alat musik yang digunakan pertamakali untuk mengiring seni senjang adalahTanjidor. Tanjidor alat musik yangberkembang luas di masyarakat SumateraSelatan ketika Belanda dapat memperluaswilayah kekuasaannya sampai kepedalaman Sumatera Selatan.

Pada saat Kesultanan PalembangDarussalam sedang berperang melawanBelanda yang dikenal dengan perangMenteng. Perang ini berakhir pada tahun1821 yang dimenangkan oleh pihak Belandayang ditandai dengan ditangkapnya SultanMahmud Badaruddin II dan diasingkan keTernate hingga akhir hayatnya. BudayaEropa yang masuk seiring masuknyabangsa Belanda ke Sumatera Selatanditandainya dengan percampurankebudayaan Nusantara dengan kebudayaanEropa yang sering dikenal dengankebudayaan Indies (Soekiman, 2014:27).Setelah menguasai Sumatera SelatanBelanda membagi daerah tersebut menjadiIliran dan Uluan dan sebagai pusat

pemerintahan berpusat di Palembang(Santun, 2010:1).

Daerah Iliran disebut sebagai daerahyang berada di kawasan delta sungai Musidan daerah Uluan disebut sebagai daerahyang berada di pedalaman atau daerah luarKeresidenan Palembang. Selanjutnyapemerintah kolonial Belanda membagiPalembang menjadi dua daerah yangdisebut Afdeeling, dan daerah yang beradasecara langsung dibawah pengawasanBelanda mengakui secara langsungpemerintahan Belanda. Pada saat itupemerintah Belanda membentuk sistempemerintahan yang dikendalikan olehseorang residen yang berkedudukan diPalembang. Sedangkan di pedalamanSumatera Selatan Belanda mengangkatControleur sebagai pendamping divisi.

Wilayah pemerintahan KaresidenanPalembang, kemudian dibagi menjadi tigaAfdeeling dan Onder-Afdeeling yangmeliputi: 1. Afdeeling PalembangscheBendenladen Palembang Ilir dengan AsistenResiden berkedudukan di Palembang yangmembawahi beberapa Onder-Afdeelingyaitu: Palembang, Ogan Ilir Komering Ilir,Banyuasin, Musi Ilir dan Rawas. 2. AfdeelingPalembangsche Bovenlanden PalembangUlu dengan Asisten Residen berkedudukandi Lahat yang membawahi beberapa Onder-Afdeeling yaitu: Lematang Ulu, LematangIlir, Tanah Pasemah, Tebing Tinggi danMusi Ulu. 3. Ogan dan Komering Ulu,dibawah Asisten Residen yangberkedudukan di Baturaja yang membawahiOnder-Afdeeling yaitu: Ogan Ulu, MuaraDua, dan Komering Ulu (Novita, 2015:10-13).

Ketika Sekayu menjadi Onder-Afdeeling dari Afdeeling PalembangscheBendenladen maka seluruh adat danbudaya masyarakat Sekayu pun sebagianbercampur dengan kebudayaan orangEropa percampuran itulah menyebabkandari segi alat musik pengiring senjang punmengalami perubahan dahulu sebelumBelanda masuk ke Sumatera Selatan

Page 9: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 121

senjang di sampaikan dengan cara tidakmemakai alat musik melainkan disampaikansecara sederhana barulah ketika masuknyakekuasaan Belanda di Onder-Afdeeling MusiHilir barulah senjang disampaikan memakaimusik pengiring Tanjidor. Selaindisampaikan di dalam acara pernikahansenjang disampaikan dalam acara resmiseperti acara khitanan dan acarapemerintahan dalam menyambut tamu. Pe-senjang ingin menunjukkan kepadakhalayak yang mendengar bahwa merekapunya budaya lama yang bernama senjang.Bersenjang agar hati bisa terhibur. Tapi pe-senjang menyadari jika budaya lamaterancam. Globalisasi membuat budayalama perlahan (begoyo) hilang. Namundemikian, pe-senjang berusaha optimiskarena masih berusia muda masih adakesempatan untuk mempertahankan tradisiini, apalagi dengan diadakannya festivalrandik atau festival tradisi makin adaharapan agar budaya lama tidak akanterendam. Senjang disampaikan sebagaiinformasi dan pesan pada acara pernikahanagar nanti perkawinannya berjalan langgengdan tidak akan ada masalah yang timbuldikemudian hari nanti. Senjang bukan hanyadisampaikan acara pernikahan saja tetapijuga disampaikan dalam acara perpisahansekolah, acara penyambutan tamu pentingdan juga acara lainnya. Senjang sebagaibudaya lama dan milik Musi Banyuasin terusmenerus disuarakan, tidak hanya dalamacara perkawinan semata-mata tetapi jugadalam acara-acara festival.

Kabupaten Musi Banyuasin memilikisejumlah tradisi lisan diantaranya adalahsenjang. Bahasa yang digunakan dalambersenjang memakai bahasa Musi. BahasaMusi digunakan sebagai salah satu bahasayang digunakan sebagai bersenjang,penyampaian senjang yang salah dapatmenyebabkan arti dan pesan yangdisampaikan tidak sesuai dengan inisenjang.

Bentuk dan Isi SenjangDalam penyampaian tradisi lisan

semua memiliki bentuk. Aturan-aturanbahasa merupakan syarat formal yangpertama. Semua pesan dalam tradisi lisanmemiliki pesan, sebuah kombinasi isi ataubentuk yang menghasilkan kategori-kategorisastra yang dikenali dan dipraktikkan dalammasyarakat yang dipelajari, sehingga tidakada ucapan yang tidak termasuk kedalamsuatu genre sastra, dan sebaliknya harapanmasyarakat ada kaitannya dengan pesanmempengaruhi setiap pesan. Dalam ilmulinguistik, masalah-masalah bentuk rupamerupakan hal yang terpisah secara jelasdari masalah-masalah isi, dimana bentukmerupakan suatu hal yang bersifat tetap danberulang-ulang.

Senjang berbentuk seperti pantunyang terdiri dari 4 sampiran dan juga ter diridari 4 sisi dan juga ada yang 8 sampirandan 8 sisi dan ada juga yang 10 sampirandan juga 10 isi dan juuga senjang memilikinada penyampaian yang berbeda misalkansenjang sungai Keruh dan senjang BabatToman senjang sungai Keruh. Perbedaansenjang sungai Keruh berbeda dengansenjang Sekayu senjang sungai Keruh lebihcenderung bahasanya yang berbeda daribahasa Sekayu justru juga senjang SangaDesa berbeda juga dengan senjang sungaiKeruh perbedaannya ialah dari segi logatbahasannya saja tetapi mengandung artiyang sama.

Dalam penelitian ini penelitimenggunakan senjang dari hasil observasiyang didapatkan dari seniman lokal Yuliadan Alfian. Adapun contoh isi dari senjangyang peneliti dapatkan sebagai berikut:Contoh senjang yang terdiri dari 4 sampiran:

Meli kaen ke palembangSerte pulek meli angkumbanguntuk andon kekarang anyarandon makai kreto borokkereto borok peca mangkok

Page 10: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 122

Mintek ejen kami besenjangrika dan riki numpang bepesanpesan eee due pengenten anyarngingat ke pulek penganten burukmalang mujur kalu ke ilok

Terjemahan:Meminta izin kami untuk bersenjangRika dan riki permisi berpesanPesan ee dua pengantin baruMengingat kan juga pengantin lamaMalang beruntung kalaukan enak

Meminta izin kami untuk bersenjangRika dan riki permisi berpesanPesan ee dua pengantin baruMengingat kan juga pengantin lamaMalang beruntung kalaukan enak

Contoh senjang yang terdiri dari 5 sampiran:

Ngape dak kami ngasek gemeraPutra daerah jadi panglimaPanglima arif dan bijaksanaMurah senyum lagike ramahKebanggaan segalek masyarakatmuba

Walau ikak tandang bengaranKami rakyat banyak harapanJanganlah tandang cuman sekaliGalek-galek inorke gawe kamiKami sangat senang ati

Terjemahan:Kenapa tidak kami merasa gembiraPutra daerah jadi panglimaPanglima arif dan bijaksanaMurah senyum lagi ramahKebanggaan semua masyarakatmuba

Walau ini kunjungan awalKami rakyat banyak berharapJanganlah kunjungan Cuma sekaliSemua-semua lihat kerja kamiKami sangat senag hati

Contoh senjang yang terdiri dari 8 sampiran:

Koyongku joni ai hebat niaMerojong anak ngangkat sedekaNgumpulke segalek sanak keluargaNgundang penceramah daripalembangLurah hadir serte rombonganPejabat camat dak ketinggalanSanak royot baju saragamYang senjang bakal dapat saweran

Kitek tampil ke budayo senjangAdat tradisi ay jangan ilangKalu mojor bakal ke agamAgam mare ai dak janganMeski yang senjang kurang sengatanGemok pendek lagike kencangMak idar karong disimacang

Terjemahan:Kakakku joni ai henat sekaliMerojong anak ngangkat sedekahMengumpulkan semua sanak dankeluargaMengundang penceramah daripalembangLurah hadir beserta rombonganPejabat camat tidak ketinggalanSanak semua yang pakai bajuseragamYang senjang bakal mendapatkansawiran

Kita tampilkan budaya senjangAdat tradisi jangan sampai hilangKalu mujur bakal sukaSuka laju tidak janganMeski yang senjang kurang sengatangemuk pendek lagi kencangSeperti karung disi buah mbacang.

D. SIMPULANSebagai tradisi lisan masyarakat Musi

Banyuasin senjang pertama sekali munculdidaerah sungai Keruh, dengan berjalannyawaktu kesenian senjang menyebar kedaerah yang ada di kabupaten Musi

Page 11: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

Kalpataru, Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 (116-123)

Brian Apriadi, Eva Dina Chairunisa | 123

Banyuasin. Musik pengiring senjangdahulunya memakai kenong denganmasuknya kebudayaan dari luar makasenjang disampaikan memakai alat musiktanjidor dan sekarang musik tanjidor sudahdigantikan dengan alat musik orgen tunggalsehingga adanya perubahan dari segi alatmusik pengiringnya.

DAFTAR PUSTAKAArdiansyah, Arif. 2016. “Pemanfaatan

Tradisi Lisan Senjang MusiBanyuasin Sumatera Selatan SebagaiIdentitas Kultural”. DalamPEMBAHSI. Volume 6, Nomor 1,November 2016. (79-94).

______________. 2016. “Identitas BudayaPada Teks-Teks Lisan Senjang MusiBanyuasin Sumatera Selatan”. DalamLANGEL UNJ. Noermanza, dkk (Ed).Jakarta: Universtas Negeri Jakarta.

Apriadi, Brian. “Jejak KebudayaanAustronesia di Pantai Timur SumateraSelatan”. Dalam Kalpataru. Volume 3,Nomor 1, Juli 2017. (73-79).

Chairunisa, Eva Dina. 2017. Model EvaluasiPada Pembelajaran Sejarah Lokal diSMA. Palembang: Universitas PGRIPalembang. Tidak di terbitkan.(Laporan Penelitian Dosen PemulaPDP Kemenristek Dikti).

Gaffar, Zainal Abidin. 1989. Struktur SastraLisan Musi. Jakarta: Depdikbud.

Koenjaraningrat. 2009. Pengantar IlmuAntropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita, Aryadini dan Samsudin. 2016.Warisan Belanda di Tanah SumateraSelatan. Palembang: DinasKebudayaan dan Pariwisata ProvinsiSumatera Selatan.

Peeters, Jeroen. 1997. Kaum Tuo-KaumMudo Perubahan Relegius diPalembang 1821-1942. Jakarta: INIS.

Puspa, Ety. 2013. Sastra Besemah BagianDari Sastra Melayu Lama. Bandung:Uvula Press.

Santun, Dedi Irwanto Muhammad, dkk.2010. Iliran dan Uluan: Diktonomi dan

Dinamika Sejarah KulturalPalembang. Palembang: EjaPublisher.

Santosa, Djoko. 2013. Pantun Puisi LamaMelayu dan Pribahasa Indonesia.Yogyakarta: Araska.

Soekmono. 1973. Pengantar SejarahKebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta: Kanisius.

Soekiman, Djoko. 2014. Kebudayaan Indiesdari Zaman Kompeni SampaiRevolusi. Depok: Komunitas Bambu.

Sukma, Irawan. 2015. KeberadaanKesenian Senjang Pada Masyarakatkabupaten Musi Banyuasin ProvinsiSumatera Selatan. Surakarta: InstitutSeni Indonesia. (Tesis tidakditerbitkan).

Vansina, JAN. 2014. Tradisi Lisan SebagaiSejarah. Yogyakarta: Ombak.

Page 12: Volume 4, Nomor 2, Desember 2018 P-ISSN 2460-6383 E-ISSN ...

KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL KALPATARU

1. Naskah berbahasa Indonesia yang disempurnakan bertemakan kesejarah yang meliputi hasilpenelitian sejarah, pengajaran sejarah dan penelitian kebudayaan.

2. Naskah harus asli dan belum pernah dimuat dalam media lain. Naskah dapat berupa hasilpenelitian/artikel kajian konseptual yang ditulis oleh perorangan dan atau kelompok.

3. Naskah ditulis dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan penulisan artikel ilmiah menggunakanbahasa Indonesia yang baku, berupa ketikan, beserta soft file dalam CD-RW atau denganmengirimkan email pada redaksi jurnal Kalpataru dengan alamat [email protected],spasi tunggal, jenis huruf arial narrow ukuran 12, dengan panjang naskah antara 8-15 halaman padakertas A4.

4. Artikel hasil penelitian memuat:JUDUL : XXX (HURUF KAPITAL)Nama Penulis : (disertai jabatan, institusi, dan email)Abstrak : (Bahasa Indonesia yang memuat 100-200 kata diikuti kata kunci,

dengan jenis huruf arrial narrow dan ukuran huruf 11 serta dicetakmiring).

A. PENDAHULUAN : (memuat latar belakang masalah, tinjauan pustaka secara ringkas,masalah penelitian, dan tujuan penelitian).

B. METODE PENELITIANC. HASIL DAN PEMBAHASAND. SIMPULAN : (berisi simpulan).DAFTAR PUSTAKA : (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian naskah).

5. Artikel Kajian Konseptual memuat:JUDUL : XXX (HURUF KAPITAL)Nama Penulis : (disertai jabatan, institusi, dan email)Abstrak : (Bahasa Indonesia yang memuat 100-200 kata diikuti kata kunci,

dengan jenis huruf arrial narrow dan ukuran huruf 11 serta dicetakmiring.

PENDAHULUAN : (memuat latar belakang masalah, tinjauan pustaka secara ringkas,masalah penelitian, dan tujuan penelitian).

Sub Judul : Sesuai dengan kebutuhan (tanpa numbering).Simpulan : (berisi simpulan dan saran).DAFTAR PUSTAKA

6. Referensi sumber dalam teks artikel ditulis dengan menggunakan side note, contoh (Jalaludin,1991:79); sementara penulisan daftar pustaka disusun dengan ketentuan. Nama pengarang. Tahunterbit. Judul (dicetak miring). Kota terbit: Nama Penerbit. Contoh: Koentjaraningrat. 2010. Manusia danKebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Daftar pustaka hanya memuat pustaka/sumber yangdirujuk dalam uraian dan disusun menurut abjad tanpa nomor urut.

7. Naskah yang dimuat akan disunting kembali oleh redaksi tanpa mengubah isinya.8. Naskah yang ditolak (tidak bisa dimuat) akan dikirim kembali ke penulis dengan pemberitahuan tertulis

dari redaksi atau melalui email.9. Penulis yang naskahnya dimuat akan mendapat 1 (satu) majalah nomor yang bersangkutan.10. Kontak person: Muhamad Idris (081271498618); Eva Dina Chairunisa (082281267851); Jeki Sepriady

(085269261780).