ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1...

102
Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA Vol. 4 No. 1 Hal. 1-96 Mataram, Juli 2018 ISSN : 2460-4070 SK 0005.24604070/JI.3.2/SK.ISSN/2015.07 ISSN : 2460-4070

Transcript of ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1...

Page 1: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

Vol. 4

No. 1

Hal. 1-96

Mataram, Juli 2018

ISSN : 2460-4070

SK 0005.24604070/JI.3.2/SK.ISSN/2015.07

ISSN : 2460-4070

Page 2: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Mulai tahun 2015, terbit 2 kali setahun, pada bulan Juli dan Desember

Penanggung jawab : Minhajul Ngabidin, S.Pd, M.Si

Pemimpin umum : Drs. Sakban

Ketua Penyunting : Dr. Syamsul Hadi

Penyunting : Dr. Wirman Kasmayadi, M.Pd; Anggraini Naskawati, M.Pd; Ahmad Sahid, M.Pd; Bakhtiar Ardiansyah, M.Pd; Nur Hidayati, S.Kom, MT

Desain Grafis : Dedy Wahyudin, ST

Tim Sekretariat : Rohady, S.Pd; Rapiki, S.Pd; St. Agung Budiwidodo, SE; Sarijan, S.Pd

Distribusi dan Sirkulasi : Seksi Sistem Informasi

Alamat : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jln. Panji Tilarnegara No. 8 Mataram

Telp./ Fax. : (0370) 631088, 636310 / (0370) 629835

E-mail : [email protected]

Website : http://lpmpntb.org

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Page 3: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Mulai tahun 2015, terbit 2 kali setahun, pada bulan Juli dan Desember

Daftar Isi

Volume 4, Nomor 1 – Juli 2018 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS VIIA SMPN 7 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ....................................................................................................... 1-13 Nurrafaan PENGGUNAAN METODE LEARNING BY DOING DENGAN MEDIA EDS (EVALUASI DIRI SISWA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN UNJUK KERJA SISWA ....................................................................................................................... 14-33 Siti Romdhijah ALICE (AL-QUR’AN LEARNING CENTER) : SISTEM PENDIDIKAN TERPADU DALAM TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN .................................................. 34-43 Haya Fauziah, Berry Ahmad, Dinda Safitri, Fahmi Handika, Rizwan Khairurrozikin PENGINTEGRASIAN LITERASI BACA TULIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM UJIAN PRAKTEK MEMBUAT RESENSI BUKU PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 SELONG ......................................................................... 44-54 Islahuddin SELF MAPPING STRATEGY (SMS) DALAM PERUMUSAN INDIKATOR MENUJU PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 ....................................................... 55-60 Zulkipli MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN METODE PERMAINAN DI KELAS VI SDN 1 MONGGAS KECAMATAN KOPANG, KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ....................................................................................................................... 61-73 Ibrahim MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) KELAS III SEMESTER I SDN 1 PENDEM KECAMATAN JANAPRIA TAHUN PELAJARAN 2018/2019 ........................... 74-96 Muh. Ali

Page 4: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

SAMBUTAN KEPALA LPMP NTB Assalamualaikum wr. wb. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA edisi ketujuh (Vol. 4, No. 1, Juli 2018 dapat diselesaikan penyusunannya dengan baik sesuai harapan. Jurnal ini diharapkan dapat menjadi sarana dan wadah untuk menampilkan karya tulis ilmiah pendidikan bagi semua pihak, baik guru, widyaiswara, dosen, maupun pendidik lainnya, serta masyarakat umumnya yang peduli untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada edisi ini, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA berusaha berbuat untuk mutu pendidikan dengan menampilkan berbagai topik terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi guru dalam menguasai karakteristik peserta didik, strategi pembelajaran, dan penggunaan perangkat maupun media pembelajaran. Kami berharap keberadaan Jurnal ini dapat memberikan manfaat yang optimal sebagai sumber belajar untuk pengembangan profesi maupun pengembangan karir bagi tenaga fungsional seperti Widyaiswara, Dosen, Pengawas, Guru, dan tenaga fungsional lainnya. Kami juga mengharapkan peran aktifnya untuk menyumbangkan ide dan gagasan dalam bentuk artikel maupun hasil kajian ilmiah untuk edisi mendatang. LPMP NTB dan semua pihak untuk Bersama Menjamin Mutu, dalam kerangka pencapaian visi “Terselenggaranya Layanan Prima dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Berstandar Nasional dan Berwawasan Global Menuju Insan NTB yang Cerdas dan Berdaya Saing”. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berusaha keras dalam mewujudkan penerbitan ini, kami menghaturkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik, hidayah, dan innayah-Nya kepada kita semua. Amin. Wassalaamualaikum wr. wb.

Kepala LPMP NTB,

ttd Minhajul Ngabidin, S.Pd, M.Si NIP. 196905101992011002

Page 5: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Format Penulisan Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

Juli 2018 | ISSN : 2460-4070 | Tahun Ke-4 No. 1 Hal. 1 s.d. 96 1. Artikel yang ditulis untuk jurnal meliputi hasil penelitian dan kajian konseptual di bidang pendidikan.

Artikel merupakan suatu bentuk pemaparan ide secara ilmiah yang memiliki daya dukung berupa teori dan atau hasil temuan penelitian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA LPMP NTB dapat menerima artikel penelitian atau artikel gagasan.

2. Artikel diserahkan ke redaksi dalam bentuk hardcopy 1 (satu) eksemplar dan softcopy. Berkas file softcopy dapat pula dikirim ke email: [email protected].

3. Sistematika penulisan:

a. Jika berupa hasil penelitian, memuat judul; nama penulis; abstrak (maksimal 250 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang memuat latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

b. Jika berupa kajian konseptual, memuat judul; nama penulis; abstrak (maksimal 250 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang memuat latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; pembahasan (dapat dibagi ke dalam beberapa sub bagian); kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

4. Kaidah penulisan:

a. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali pada abstrak dapat dalam Bahasa Inggris. Pada bagian lainnya, apabila memerlukan penulisan dalam Bahasa Inggris agar ditulis dengan huruf miring;

b. Judul ditulis dengan huruf kapital dan ditetakkan di tengah-tengah, ukuran font Arial 13;

c. Nama penulis ditulis dengan huruf besar pada awal nama dan tanpa dicantumkan gelar akademik. Dibawah nama penulis dituliskan jabatan dan alamat email penulis;

d. Abstrak ditulis dengan font Arial 11 dan 1 spasi serta cetak miring. Kata-kata kunci (key word) terdiri dari 3 sampai dengan 5 kata dan dituliskan segaris dengan abstrak;

e. Daftar rujukan ditulis dengan font Arial 11 dan 1 spasi dan diurutkan sesuai abjad;

f. Sumber rujukan sedapat mungkin menggunakan pustaka terbitan 10 tahun terakhir, rujukan yang diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, atau disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau majalah ilmiah;

g. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Jika sumber pada kutipan langsung wajib mencantumkan halaman tempat asal kutipan;

5. Jenis kertas, jenis huruf, jumlah halaman, margin, dan jumlah kolom tulisan.

a. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas HVS ukuran A4, menggunakan font Arial 11 dan 1,5 spasi. Jumlah halaman antara 10 s.d. 15 halaman;

b. Margin normal yaitu 4 cm tepi atas, 3 cm tepi bawah, 4 cm tepi kiri, dan 3 cm tepi kanan;

c. Kolom tulisan dalam jurnal dalam bentuk 2 kolom kecualli pada tabel dan grafik.

6. Penulisan judul tabel, gambar, dan grafik

a. Judul tabel, gambar, dan grafik menggunakan font Arial 10, dan dicetak tebal;

b. Judul tabel diberi nomor dan diletakkan di atas tabel dan ditengahkan;

c. Judul gambar dan grafik diberi nomor, diletakkan dibawah, dan ditengahkan;

d. Apabila tabel, gambar, dan grafik diambil dari suatu sumber, maka sumber harus ditulis dan diletakkan dibagian bawah tabel atau dibawah judul gambar atau judul grafik;

Page 6: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS VIIA

SMPN 7 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Nurrafaan Guru Bahasa Inggris pada SMPN 7 Kota Bima

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Pembelajaran kolaboratif memberikan kontribusi terhadap pengembangan /kohesi-fitas kelompok warga belajar, karena dalam kelompok akan terjadi interaksi yang lebih leluasa diantara warga belajar, serta kelompok dijadikan sarana untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga dimungkinkan warga bekajar memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan tujuan pembelajarannya rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris melalui metode kolaboratif pada siswa kelas VIIA SMPN 7 tahun pelajaran 2016/2017? Tujuan dalam penelitian ini adalah unuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris melalui metode kolaboratif pada siswa kelas VIIA SMPN 7 tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 7 Kota Bima pada siswa kelas VIIA dengan jumlah siswa 25 orang 13 orang siswa laki-laki dan 12 perempuan dengan kemampuan kognitif yang relatif heterogen. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 selama bulan Pebruari sampai dengan April 2017. Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I hanya mencapai 43% meningkat menjadi 76% pada siklus II. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I hanya 27% meningkat menjadi 82% pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata kelas 65 dengan ketuntasan 40% meningkat menjadi rata-rata kelas 85 dengan ketuntasan belajar 92% pada siklus II berarti pencapaian ketuntasan klasikal sudah terpenuhi yaitu minimal ≥ 85%. Kepada guru, agar dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar termasuk menggunakan model pembelajaran kolaboratif agar motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Disarankan kepada guru, dalam pembelajaran agar mempertimbangkan perkembangan dan taraf berpikir anak sebagai acuan dalam memilih pendekatan dan metode belajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan introspeksi oleh guru dalam proses belajar mengajar. Kata Kunci : Peningkatan Hasil Belajar, Metode Kolaboratif

Page 7: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

2

PENDAHULUAN A. Latar Beakang

Interaksi antara guru dan

siswa yang optimal berimbas pada

penigkatan penguasaan konsep

siswa yang pada gilirannya dapat

meningkatkan prestasi belajar

siswa. Dengan perkataan lain, untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa

diperlukan peran guru kreatif yang

dapat membuat pembelajaran

bahasa Inggris menjadi lebih baik,

menarik dan disukai oleh peserta

didik.

Selama 4 (empat) tahun

terakhir ini prestasi belajar siswa di

SMP Negeri 7 Kota Bima

khususnya pada Mata Pelajaran

Bahasa Inggris selalu menempati

peringkat terakhir atau dengan kata

lain menempati urutan 4 dari Empat

mata pelajaran Ujian Nasionalkan

(UN), oleh sebab itu peneliti

berkeinginan untuk mencari solusi

untuk mengatasi dari keterpurukan

Hasil ujian tersebut. Pada tahun-

tahun sebelumnya sekolah sudah

berusaha mengadakan kegiatan

pemberian pembelajaran tambahan

atau kegiatan les pada sore hari

tetapi hasilnya tetap juga posisi

peringkatnya terakhir juga.

Salah satu upaya untuk

mengatasi masalah peningkatan

mutu dalam mata pelajaran Bahasa

Inggris tersebut adalah dengan

menerapkan pembelajaran yang

menitikberatkan pada keterampilan-

keterampilan tertentu seperti

keterampilan dalam menyelesaikan

masalah, ketrampilan dalam

mengamati obyek, keterampilan

dalam mengambil keputusan,

keterampilan dalam menganalisis

data, berfikir secara logis, sistematis

serta keterampilan dalam meng-

ajukan pertanyaan. Sehingga

pembelajaran akan lebih menitik

beratkan kepada siswa dan siswa

aktif dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar (Rustaman, 2005).

Maka tujuan dalam penelitian

ini adalah unuk memperbaiki mutu

atau dengan kata lain untuk

meningkatkan hasil belajar Bahasa

Inggris pada Ujian Nasional pada

tahun-tahun berikutnya melalui

metode kolaboratif. Mata Pelajaran

Bahasa Inggris di SMP bertujuan

agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut. (1)

Mengembangkan kompetensi

berkomunikasi dalam bentuk lisan

dan tulisan untuk mencapai tingkat

literasi functional, (2) Memiliki

kesadaran tentang hakikat dan

pentingnya bahasa Inggris untuk

meningkatkan daya saing bangsa

Page 8: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

3

dalam masyarakat global, (3)

Mengembangkan pemahaman

peserta didik tentang keterkaitan

antara bahasa dengan budaya.

Dengan demikian Hipotesis

penggunaan pendekatan kolaboratif

dalam pembelajaran dapat mening-

katkan hasil belajar siswa. Oleh

karena itu penulis merasa tertarik

untuk melakukan pengkajian secara

teoretis maupun praktis

permasalahan ini dengan judul

peningkatan hasil belajar bahasa

inggris melalui metode kolaboratif

pada siswa kelas VIIA SMPN 7 Kota

Bima tahun pelajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

tersebut di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana meningkatkan hasil

belajar Bahasa Inggris melalui

metode kolaboratif pada siswa kelas

VIIA SMPN 7 Kota Bima tahun

pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan

masalah di atas maka tujuan dalam

penelitian ini adalah unuk

meningkatkan hasil belajar Bahasa

Inggris melalui metode kolaboratif

pada siswa kelas VIIA SMPN 7 Kota

Bima tahun pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang

diperoleh dalam melakukan

penelitian ini, antara lain :

1. Sebagai masukan dan dasar

pemikiran guru untuk dapat

memilih metode yang tepat dalam

kegiatan belajar mengajar sesuai

dengan materi yang dibahas.

2. Kepada para guru diharapkan

dapat mengetahui, memahami

dan menerapkan metode

Kolaboratif dalam upaya

peningkatan hasil belajar bahasa

inggris.

3. Bagi siswa supaya memiliki

kemandirian belajar yang tinggi

agar dapat memperoleh prestasi

belajar yang lebih baik.

KAJIAN TEORI

Menurut pandangan

konstruktivisme, belajar berarti

membentuk makna. Makna

diciptakan oleh siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan dan

alami Bagi kaum konstruktivisme

mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengeta-huan dari

guru ke murid, melainkan suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa

membangun sendiri

pengetahuannya (Suparno, 1997).

Page 9: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

4

Pendekatan pembelajaran

yang menitik beratkan kepada siswa

dan siswa aktif dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar adalah

model pembelajaran kolaborasi.

Pembelajaran kolaboratif memberi-

kan kontribusi terhadap pengem-

bangan kohesifitas kelompok warga

belajar, karena dalam kelompok

akan terjadi interaksi yang lebih

leluasa diantara warga belajar, serta

kelompok dijadikan sarana untuk

mengembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan, sehingga

dimungkinkan warga bekajar me-

miliki tanggung jawab terhadap

keberhasilan tujuan pembelajaran-

nya (Jacob, 2010).

METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penenlitian ini dilaksanakan di

SMPN 7 Kota Bima pada siswa

kelas VIIA dengan jumlah siswa 25

orang 13 orang siswa laki-laki dan

12 perempuan dengan kemampuan

kognitif yang relatif heterogen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan

pada semester 2 selama bulan

Februari sampai dengan April 2017.

B. Prosedur Penelitian Model penelitian pada penelitian

ini merujuk pada proses pelak-

sanaan penelitian tindakan kelas

yang meliputi menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan

tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting).

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini guru memper-

siapkan sesuatu yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan penelitian yang

dibuat, adalah menyusun rencana

pembelajaran bersama guru,

menyiapkan RPP, penyiapkan

lembar pengamatan observasi pada

saat mengamati pembelajaran,

menyiapkan instrumen tes untuk

evaluasi pada akhir siklus,

pelaksanaan tindakan direncanakan

pada awal bulan Februari 2017.

2. Tahap Implementasi Penelitian

Pada tahap implementasi ini

guru melaksanakan proses pembe-

lajaran materi pokok mengungkap-

kan makna dalam teks tulis

fungsional pendek sangat seder-

hana dengan menggunakan ragam

bahasa tulis secara akurat, lancar,

dan berterima untuk berinteraksi

dengan lingkungan terdekat sesuai

dengan RPP yang dibuat.

Pemberian tes akhir tindakan

Page 10: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

5

dilaksanakan setelah siswa

melaksanakan proses pembelajaran.

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Melakukan observasi (peng-

amatan) oleh peneliti dan teman

sejawat terhadap pelaksanaan

tindakan dengan berdasarkan format

observasi yang telah dibuat.

4. Tahap Refleksi

Setelah melakukan tindakan

dan pengamatan, maka tahap-tahap

dalam siklus diakhiri dengan tahap

refleksi. Peneliti melakukan diskusi

dengan pengamat guna membahas

hasil pengamatan pada pelaksanaan

tindakan. Dari hasil diskusi tersebut

selanjutnya memperbaiki tindakan

pada siklus berikutnya.

C. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Ada dua instrumen observasi

dalam penelitian ini yaitu (a) lembar

observasi tentang aktivitas siswa

dalam pembelajaran kolaboratif, dan

(b) lembar observasi tentang

aktivitas yang dilakukan oleh guru

dalam pembelajaran kolaboratif.

2. Tes hasil belajar

Instrumen tes digunakan untuk

mengumpulkan data tentang hasil

belajar siswa, yang diberikan setiap

akhir siklus tindakan. Instrumen tes

disusun dengan bentuk soal pilihan

ganda sebanyak 12 nomor.

Penyusunan soal tersebut, mengacu

pada model Bloom`s Taxonomy,

yang meliputi: pengetahuan (C1),

pemahaman (C2), penerapan (C3),

analisis (C4), sintesis (C5), dan

evaluasi (C6) (Purwanto, 1984;

Depdiknas, 2003). D. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak

tindakan pembelajaran dilaksana-

kan, dikembangkan selama proses

refleksi sampai dengan proses

penyusunan laporan. Analisis data

digunakan rumus sebagai berikut:

1) Keaktifan siswa dan guru dalam

pembelajaran

Mengenai hasil aktivitas siswa

dan guru akan dianalisa dengan

rumus sebagai berikut:

Ag =

Keterangan: Ag = Skor rata-rata keaktifan

siswa/guru x = Skor masing-masing

indikator i = Banyaknya indikator

2) Prestasi belajar

Untuk mengetahui prestasi

belajar yang diperoleh siswa

secara klasikal selama proses

pembelajaran yaitu dengan

menggunakan rumus sebagai

berikut:

%100xNpKB

Page 11: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

6

Dimana :

KB = Ketuntasan belajar P = banyak siswa yang

memperoleh nilai > 65 N = banyaknya siswa

Ketuntasan belajar dikatakan

tercapai jika KB > 85% (Sudjana,

2008).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini berusaha

menjawab hipotesis tindakan yang

diajukan yaitu metode kolaboratif

dapat meningkatkan hasil belajar

Bahasa Inggris siswa kelas VIIA

SMPN 7 Kota Bima tahun pelajaran

2016/2017. Materi yang disajikan

dalam penelitian ini dilaksanakan

dalam dua siklus dengan materi

menulis khsusnya mengungkapkan

makna dalam teks tulis fungsional

pendek sangat sederhana dengan

menggunakan ragam bahasa tulis

secara akurat, lancar, dan berterima

untuk berinteraksi dengan

lingkungan terdekat. Berikut ini akan

dijelaskan data tiap siklus. 1. Siklus I a. Perencanaan

Sebelum proses belajar dimulai

pada siklus I, peneliti telah

mempersiapkan perangkat pembe-

lajaran yang terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP),

memyiapkan lembar observasi atau

instrumen penelitian, menyaiapkan

alat evaluasi dan menyiapkan

lembar kerja siswa (LKS).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I

telah dimulai pada bulan Februari

2017, yang terdiri dari dua kali

pertemuan untuk pembelajaran dan

satu kali untuk eveluasi. Pertemuan

pertama membahas mengenai

materi menulis. Sebagai pelaksana

pembelajaran adalah peneliti sendiri,

sedangkan observer melibatkan

guru sejawat.

c. Observasi dan Evaluasi

1) Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Untuk mengetahui tingkat

aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kolaboratif pada siklus

I dapat dilihat pada pada lampiran 1.

Berdasarkan lampiran 1 pada siklus

I baru 43% keaktifan yang dilakukan

siswa dalam pembelajaran

kolaboratif. Berdasarkan data

tersebut pada siklus I keaktifan

belajar siswa rata-rata masih rendah

yaitu 43%.

2) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Proses observasi dilaksanakan

oleh guru Bahasa Inggris selama

Page 12: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

7

proses belajar mengajar dengan

mengisi lembar observasi yang telah

di siapkan untuk memantau jalannya

proses belajar mengajar.

Berdasarkan aktivitas guru

dalam menerapakan pembelajaran

kolaboratif pada siklus I baru

dilaksanakan 27% dan belum

dilaksanakan 73%. Karena indikator

kinerja yang ditentukan dalam

proses pembelajaran aktivitas guru

adalah 85% maka pada disiklus I ini

belum mencapai indikator kinerja

yang direncanakan.

3) Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa pada

siklus I dapat dilihat lampiran 5. dari

data tersebut pada siklus I siswa

yang belum tuntas belajar masih ada

15 orang atau 60% sedangkan yang

sudah tuntas belajar baru 10 orang

atau 40%. Berdasarkan data

tersebut maka berdasarkan kriteria

ketuntasan di SMPN 7 Kota Bima

bahwa ketuntasan klasikal apabila

telah mencapai 85%.

d. Refleksi

Setelah selesai siklus I maka

diadakan refleksi dan diskusi dengan

guru Bahasa Inggris . Beberapa hal

yang direfleksi adalah dari aspek

keaktifan belajar siswa, aktivitas

guru dan prestasi belajar siswa. Dari

aspek motivasi siswa sebagaian

besar masih belum mencapai

indikator kinerja yang telah

ditentukan dimana motivasi siswa

harus mencapai 85%. Beberapa

aspek yang belum mencapai target

indikator kinerja adalah aktif

melakukan konfirmasi tentang tugas

dalam kelompok asal, siswa juga

belum aktif mencari bahan untuk

mendalami materi yang ditugaskan

dalam kelompok ahli. Selain itu

siswa juga belum termotivasi

mengajukan pertanyaan kepada

guru atau teman apabila ada materi

yang tidak dimengerti. Motivasi

siswa dalam memberikan penguatan

atau sanggahan pada saat diskusi

dan memberikan pertanyaan pada

siswa yang presentasi masih belum

terlihat pada siklus I. Walaupun

demikian persentase motivasi untuk

aspek mendengarkan dan

memperhatikan petunjuk atau

penjelsan guru, selalu menujukkan

sikap ingin tahu dengan mengajukan

pertanyaan, dan aspek menunjukkan

sikap senang berdiskusi baik di

kelompok asal maupun kelompok

berada pada 40% ke atas, namun

secara umum hasil observasi

terhadap aktivitas siswa dengan

menggunakan model kolaboratif

baru mencapai 27%.

Page 13: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

8

Dari aspek aktivitas yang

dilakukan guru pada siklus I baru

beberapa aspek yang dilakukan

guru. Pada kegiatan pendahuluan

guru baru melaksanakan Guru

membagi Konsep menjadi bagian-

bagian sesuai dengan jumlah

kelompok kecil, Guru membentuk

kelompok kecil, dan Guru

menyiapkan LKS siswa. Sedangkan

kegiatan pokok guru baru melakukan

aktivtas Guru membimbing siswa

untuk mempresentasikan hasil

kelompok, dan kegiatan penutup

guru baru melakukan 2 aspek dari

tiga aspek aktivitas guru yaitu Guru

menerima hasil kerja kelompok kecil

dan Guru menyelenggarakan tes

yang mencakup materi satu Bab.

Masih banyak yang belum dilak-

sanakan guru dalam aktivitas

pembelajaran seperti guru menyiap-

kan alat bantu yang diperlukan

siswa, guru menjelaskan tugas dari

masing-masing anggota kelompok,

guru memberi pengarahan kepada

kelompok dan membimbing jalannya

pembelajaran, guru mendorong

siswa untuk mengajukan pertanyaan

ke penyaji kelompok, dan guru

memberikan penghargaan minggu-

an. Secara keseluruhan aktivitas

guru pada siklus I guru baru

melakukan aktivitas pembelajaran

43%.

Dari aspek prestasi belajar

siswa pada siklus I masih banyak

siswa yang belum tuntas belajar.

Data prestasi belajar siswa

menunjukkan bahwa ketuntasan

klasikal baru mencapai 10% dari

85% yang diharapkan.

Berdasarkan refleksi terhadap

motivasi belajar, aktivitas yang

dilakukan guru dan prestasi belajar

siswa yang telah dilaksanakan pada

siklus I ternyata masih belum

mencapai indikator kinerja yang

telah ditentukan dan kriteria

ketuntasan yang ditentukan oleh

karena itu masih perlu dilanjutkan

pada siklus II untuk melakukan

perbaikan terhadap kendala-kendala

yang terjadi pada siklus I. 2. Siklus II a. Perencanaan

Sama seperti pada siklus I,

sebelum proses belajar dimulai pada

siklus II, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), skenario pembelajaran (SP),

lembar observasi dan lembar kerja

siswa (LKS). Persiapan pada saat

perencanaan tentunya melakukan

Page 14: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

9

revisi seperlunya setelah melihat

kelemahan pada siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada

siklus II dilakukan pada bulan Maret

2017. Materi diajarkan sama seperti

siklus I yaitu tentang materi menulis.

Guru sebagai observer menyiapkan

lembar observasi dan LKS yang

akan dikerjakan dengan model

pembelajaran kolaboratif.

c. Observasi dan Evaluasi

1) Hasil Observasi Motivasi Belajar

Siswa

Pada siklus II ini hasil observasi

tentang motivasi belajar siswa dapat

dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan data yang

disajikan pada lampiran 2

menunjukkan motivasi belajar siswa

pada siklus II mencapai 76% berarti

sudah mencapai indikator kinerja

yang ditetapkan sebesar 85%.

2) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi yang dilakukan

terhadap aktivitas guru siklus II

menunjukkan bahwa semua aspek

sudah dilaksanakan oleh guru

dengan sangat baik hal ini dapat

dilihat bahwa hampir semua aspek

telah dilaksanakan oleh guru kecuali

guru belum memberikan peng-

hargaan mingguan pada siswa.

Secara keseluruhan persentase

capaian dari aktivitas guru dalam

proses pembelajaran adalah

mencapai 82%. Selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.

3) Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa pada

siklus II mengalami peningkatan

yang cukup berarti. Dari 25 orang

siswa hanya dua orang siswa yang

belum tuntas belajar. Selebihnya

yaitu 23 orang atau 92% siswa

sudah tuntas belajar. Dua orang

siswa tersebut belum mencapai

KKM yang ditetap di SMPN 7 Kota

Bima, mereka hanya mencapai nilai

60. Sementara KKM Bahasa Inggris

terpadu di SMPN 7 Kota Bima

sebesar 65. Adapun dua orang

siswa yang belum tuntas tersebut

atas nama Arfifi Susanti dan

Musyamin dengan nilai masing-

masing 58. Namun rata-rata kelas

cukup tinggi yaitu 85 dan persentase

ketuntasan 92%. Prestasi belajar

siswa pada siklus II dapat dilihat

pada Lampiran 6.

d. Refleksi

Pada akhir siklus II peneliti dan

guru Bahasa Inggris di kelas VII

melakukan refleksi tentang proses

pembelajaran yang telah ber-

langsung di siklus II.

Refleksi dilakukan terhadap proses

pembelajaran dan aspek yang

Page 15: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

10

diobservasi seperti aspek motivasi

belajar, aktivitas guru dan prestasi

belajar. Persentase ketercapaian

dari tiga hal tersebut pada siklus II

adalah sebagai berikut: motivasi

belajar persentase ketercapaiannya

mencapai 86, aktivitas guru 91%,

dan prestasi belajar rata-rata kelas

80 dan presentase ketuntasan 93%.

Berdasarkan refleksi

terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilaksanakan pada siklus

II dapat dijelaskan bahwa dari

aktivitas siswa cukup tinggi yaitu

76%, demikian juga aktivitas guru

juga sangat tinggi yaitu 82%. Hasil

belajar siswa mencapai rata-rata 85.

Dengan perincian hanya 2 orang

siswa yang belum tuntas pada siklus

II dan ketuntasan mencapai 92%.

Berdasarkan uraian di atas maka

tidak dilakukan lagi perbaikan pada

siklus berikutnya, dengan kata lain

pelaksanaan pembelajaran ini tidak

dilanjutkan pada siklus ke-III. B. Pembahasan

Dalam penelitian ini, penerapan

model pembelajaran kolaboratif

dengan harapan hasil belajar siswa

kls VIIA SMPN 7 Kota Bima dapat

dioptimalkan sehingga ketuntasan

belajar dapat tercapai. Materi yang

disampaikan pada siklus I dan II

adalah mengenai materi Menulis

khususnya tentang mengungkapkan

makna dalam teks tulis fungsional

pendek sangat sederhana dengan

menggunakan ragam bahasa tulis

secara akurat, lancar, dan berfariasi

untuk berinteraksi dengan

lingkungan terdekat.

Penelitian tindakan ini ingin

mengetahui apakah dengan

menggunakan model pembelajaran

kolaboratif dapat meningkatkan hasil

belajar Bahasa Inggris di siswa kelas

VIIA SMPN 7 Kota Bima, maka

dapat dilihat dari aktivitas siswa dan

guru dalam proses pembelajaran di

kelas.

Hasil penelitian ini menujukkan

bahwa pada siklus I aktivitas siswa

masih rendah yaitu baru mencapai

43% dan meningkat menjadi 76%

pada siklus II. Demikian pula hasil

pengamatan terhadap aktivitas yang

dilakukan oleh guru pada siklus I

baru mencapai 27% meningkat

menjadi 82% pada siklus II.

Dilihat dari hasil belajar siswa

dapat diketahui pada siklus I belum

tercapai ketuntasan seperti yang

diharapkan. Tidak tercapainya

ketuntasan belajar pada siklus I

disebabkan beberapa hal

diantaranya masih kurangnya

keaktifan guru dalam membimbing

dan mengarahkan kelompok siswa

Page 16: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

11

dalam membuat rangkuman materi

sendiri dari penjelasan yang

dilakukan, kurangnya aktivitas siswa

dari tiap kelompok dalam mengikuti

pelajaran. Pada siklus I ketuntasan

belajar yang dicapai baru 40%

artinya baru 10 orang siswa yang

tuntas belajar, dan 60% siswa atau

15 orang siswa yang belum tuntas

belajar. Hal ini masih jauh dari

ketuntasan yang diharapkan yaitu

85%. Pada siklus II siswa yang

mencapai ketuntasan belajar 23

orang atau mencapai 92% artinya

hanya 2 orang siswa atau 8% saja

siswa yang belum tuntas belajar.

Pada siklus II hasil evaluasi

yang diperoleh tidak tuntas 2 orang

siswa, hal ini disebabkan karena

siswa dari tiap kelompok masih

kurang aktif dalam menanyakan hal-

hal yang belum dimengerti,

kurangnya kesiapan siswa dalam

menerima pelajaran, dan kurangnya

penguasaan siswa terhadap materi

yang diajarkan. Hasil yang diperoleh

pada siklus II adalah 93%. Karena

capai ketuntasan ini melampaui di

atas KKM dan indikator kinerja maka

tidak perlu lagi dilanjutkan pada

siklus berikutnya.

Dari hasil penelitian tentang

keaktifan belajar Bahasa Inggris

siswa kelas VIIA SMPN 7 Kota Bima

menunjukkan bahwa siswa telah

aktif didalam kelompok saat

memecahkan masalah materi

menulis, siswa juga selalu bertanya

kepada teman bila ada yang kurang

paham saat mengerjakan soal-soal

Bahasa Inggris , selalu aktif didalam

mengeluarkan pendapatnya baik

dalam diskusi maupun saat

pelajaran berlangsung dan apabila

ada permasalahan yang kurang tahu

maka siswa berusaha untuk mencari

tahu, melalui bertanya kepada guru

maupun mencari materi tambahan

dari buku paket yang diberikan. Hal

ini sependapat dengan Sudjana

(1988:72), yang menyatakan bahwa

keaktifan siswa dalam mengikuti

proses belajar mengajar meliputi :

turut serta dalam melaksanakan

tugas belajarnya, terlibat dalam

pemecahan masalah, bertanya

kepada siswa lain atau guru apabila

tidak memahami persoalan yang

dihadapinya, berusaha mencari

berbagai informasi yang diperlukan

untuk memecahkan masalah,

melatih diri dalam memecahkan

masalah atau soal dan menilai

kemampuan dirinya dan hasil-hasil

yang diperoleh.

Keaktifan belajar dalam siswa dapat

dilihat dari perhatian siswa terhadap

penjelasan guru, kkerjasamanya

Page 17: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

12

dalam kelompok, kemampuan siswa

mengemukakan pendapat, memberi

kesempatan berpendapat kepada

teman dalam kelompok, men-

dengarkan dengan baik ketika teman

berpendapat, memberi gagasan

yang cemerlang, membuat peren-

canaan dan pembagian kerja yang

matang, keputusan berdasarkan

pertimbangan anggota yang lain,

memanfaatkan potensi anggota

kelompok dan saling membantu dan

menyelesaikan masalah.

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan, dapat peneliti

simpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar siswa meningkat

dari siklus I hanya mencapai 43%

meningkat menjadi 76% pada

siklus II.

2. Aktivitas pembelajaran yang

dilakukan guru pada siklus I

hanya 27% meningkat menjadi

82% pada siklus II.

3. Hasil belajar siswa pada siklus I

baru mencapai rata-rata kelas 65

dengan ketuntasan 40%

meningkat menjadi rata-rata kelas

85 dengan ketuntasan belajar

92% pada siklus II berarti

pencapaian ketuntasan klasikal

sudah terpenuhi yaitu minimal ≥

85%. B. Saran

Dari hasil penelitian yang

diperoleh, maka peneliti dapat

memberikan saran:

1. Kepada guru Bahasa Inggris,

agar dapat menggunakan metode

yang bervariasi dalam mengajar

termasuk menggunakan model

pembelajaran kolaboratif agar

motivasi belajar dan prestasi

belajar siswa dapat ditingkatkan.

2. Kepada guru Bahasa Inggris di

kelas VII, dalam pembelajaran

agar mempertimbangkan

perkembangan dan taraf berpikir

anak sebagai acuan dalam

memilih pendekatan dan metode

belajar. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan

sebagai alat evaluasi dan

introspeksi oleh guru dalam

proses belajar mengajar.

3. Kepada para guru Bahasa Inggris

diharapkan dapat mengetahui,

memahami dan menerapkan

model pembelajaran kolaboratif

dalam upaya peningkatan hasil

belajar Bahasa Inggris pada

siswa utamanya menulis

khususnya mengungkapkan

makna dalam teks tulis fungsional

pendek sangat sederhana

Page 18: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

13

dengan menggunakan ragam

bahasa tulis secara akurat, lancar

untuk berinteraksi dengan

lingkungan terdekat.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang

ingin menerapkan model

pembelajaran kolaboratif ini

sedapat mungkin mampu

mengelola alokasi waktu, dan

fasilitas pendukung termasuk

media pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2000. Guru Dalam Proses

Belajar Mengajar. PT Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Anggoro. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Penerbit Insan Cendekia. Surabaya.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.

Jacob. 2010. Belajar Kolaboratif Lawan Kooperatif: Suatu Perbandingan Dua Konsep Yang Dapat Membantu Kita Mengerti Ciri Utama Belajar Interaktif. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI. Email: [email protected].

Kasmadi. 2001. Teknologi Komunikasi Pendidikan, pengertian dan penerapannya di Indonesia. Jakarta : Rajawali.

Lie, A. 2002. Cooperative learning. Jakara: PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia.

Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur, M. 2001. Performance dalam Pendidikan Bahasa Inggris. Surabaya: Tanpa penerbit.

Nurhadi, Yasin B, dan Senduk, GA. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malan8ohn jniminub8nuimg: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Saptono, S. 2005. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Inggris. Universitas Negeri Semarang.

Sukmadinata. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: penerbit PT. Rosdakarya.

Purwanto, 1984. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.

_____, 2003. Evaluasi Hasil Belajar. Depdiknas.

Page 19: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

14

PENGGUNAAN METODE LEARNING BY DOING DENGAN MEDIA EDS (EVALUASI DIRI SISWA) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN UNJUKKERJA SISWA

Siti Romdhijah Guru SMKN 1 Kuripan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Tujuan pendidikan pada hakekatnya membekali siswa dengan kemampuan nyata (real skills), dengan demikian adanya penilaian unjukkerja sangat penting untuk mengetahui ketercapaian tujuan tersebut. Kemampuan unjukkerja siswa lebih akurat karena mengukur secara langsung dengan cara siswa berbuat sesuatu (learning by doing). Namun demikian untuk mengetahui kemampuan tersebut, terkadang guru mengalami kesulitan jika hanya mengamati saja tanpa adanya standar kinerja tertentu dalam mencapai suatu kompetensi. Penelitian ini mengembangkan metode pembelajaran learning by doing disertai tindakan penilaian unjukkerja siswa secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan dengan menggunakan media lembar observasi / pengamatan EDS (Evaluasi Diri Siswa). Kriteria penilaian menunjukkan standar unjuk kerja yang ditetapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Penggunaan metode learning by doing dengan Media EDS (Evaluasi Diri Siswa) akan memudahkan untuk mengukur kemampuan unjuk kerja individual siswa secara obyektif, disamping menanamkan nilai karakter kejujuran pada diri siswa dalam menilai kemampuan diri sendiri. Terdapat peningkatan perolehan skor unjukkerja siswa pada pembuatan tahu dengan media penilaian EDS dari siklus I, II, dan III. Prosentase siswa yang lulus / kompeten dengan perolehan skor unjuk kerja ≥ 75 dari 19,4 % pada siklus I meningkat menjadi 80,6 % pada siklus II dan 90,3 % pada siklus III. Siswa mendapatkan feedback/ umpan balik pada setiap pelaksanaan siklus melalui tahapan refleksi. Kata Kunci: learning by doing, media EDS, kemampuan unjuk kerja PENDAHULUAN

Belajar secara umum dapat

diartikan sebagai perubahan,

contohnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak mampu menjadi

mampu, dari tidak mau menjadi

mau, dan lain sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud

perubahan dalam belajar adalah

perubahan yang relatif, konstan, dan

berbekas pada peserta didik. Untuk

menghasilkan tamatan yang

Page 20: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

15

kompeten dibidangnya, perlu

pembelajaran yang menekankan

aspek ketrampilan/unjuk kerja (competency based curriculum)

selain aspek pengetahuan dan sikap

Bidang kejuruan/produktif lebih

menuntut kemampuan praktik yang

lebih menitikberatkan pada ranah

motorik sedangkan mata pelajaran

yang menuntut kemampuan teori

lebih menitik beratkan pada ranah

kognitif, dan keduanya selalu

mengandung ranah afektif.

Pembelajaran dengan

perbuatan mengajarkan siswa belajar melalui tindakan (doing),

sehingga cenderung kuat dalam segi

kemampuan melaksanakan tugas,

berani mengambil resiko, dan

mempengaruhi orang lain lewat

perbuatannya. Siswa akan

menghargai keberhasilannya dalam

menyelesaikan pekerjaan,

pengaruhnya pada orang lain, dan

prestasinya. Sedangkan teori

digunakan siswa untuk memecahkan

masalah dan mengambil keputusan.

Penerapan model

pembelajaran learning by doing

membutuhkan penilaian unjuk kerja

untuk mengukur tingkat ketercapaian

kompetensi peserta didik. Oleh

karena itu penggunaan media/alat

yang berupa format penilaian

menjadi penting dalam proses

pembelajaran karena dapat

memberikan informasi lebih banyak

tentang kemampuan peserta didik

dalam proses maupun produk,

bukan sekedar memperoleh

informasi tentang jawaban benar

atau salah saja.

Untuk mengukur tingkat

kemampuan hasil belajar diperlukan

perangkat penilaian yang tersusun

atas kriteria untuk mencapai standar

kompetensi. Kriteria penilaian

menunjukkan standar unjuk kerja

yang ditetapkan agar tujuan

pembelajaran tercapai. Atas dasar

inilah maka penggunaan

media/format penilaian unjuk kerja

merupakan kebutuhan yang perlu

untuk dikembangkan dalam proses

pembelajaran dan penilaian.

Penilaian kemampuan unjuk

kerja peserta didik diukur dengan tes

tindakan melalui proses pengamatan

/ tes perbuatan. Tes perbuatan yakni

tes yang penugasannya

disampaikan dalam bentuk lisan

atau tertulis dan pelaksanaan

tugasnya dinyatakan dengan

perbuatan atau unjuk kerja. Alat

yang dapat digunakan untuk

melakukan tes ini adalah lembar

observasi atau pengamatan

terhadap tingkah laku tersebut.

Page 21: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

16

Penilaian tes perbuatan

dilakukan sejak peserta didik

melakukan persiapan,

melaksanakan tugas, sampai

dengan hasil yang dicapainya. Untuk

menilai tes perbuatan diperlukan

media/format pengamatan yang

bentuknya dibuat sedemikian rupa

agar pencapaian skor/angka-angka

ditulis pada tempat yang sudah

disediakan. Beberapa jenis penilaian

diantaranya adalah penilaian unjuk kerja (performance), penugasan

(project), dan hasil karya (product).

Untuk itu perlu adanya media/format

yang dapat digunakan sebagai

rambu-rambu dalam

menilai/mengukur kemampuan

siswa tersebut. Hal inilah yang

nantinya tertuang dalam media /

format EDS (Evaluasi Diri Siswa)

yang berupa lembar observasi

penilaian unjuk kerja siswa.

Dengan penggunaan lembar

observasi penilaian (EDS)

diharapkan membantu guru maupun

peserta didik mendapatkan petunjuk

praktis, untuk menilai kemampuan

unjuk kerja peserta didik atau

peserta didik belajar menilai diri

sendiri melalui tes tindakan

berpedoman dengan metode learning by doing.

Lembar observasi penilaian

EDS memuat tes tindakan yang

berpedoman (rubrik penilaian) dalam

melakukan penilaian kepada peserta

didik dan disertai skor nilai

pencapaian. Sehingga setiap

peserta didik memperoleh tugas

yang sama, baik dari volume, tugas,

ataupun tingkat kesukaran tugas.

Melalui lembar observasi

penilaian (EDS), siswa secara

mandiri menilai kemampuan diri

sendiri secara obyektif melalui

kriteria standar berupa angka–angka

pencapaian kompetensi/kemampuan

kerja siswa. Hal ini juga untuk

menekankan penanaman nilai

karakter sifat kejujuran pada diri

siswa dalam menilai diri sendiri.

Berdasarkan uraian di atas,

maka penulis melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penggunaan Metode Learning by

doing dengan Media EDS (Evaluasi

Diri Siswa) untuk meningkatkan

kemampuan unjuk kerja siswa dalam

Pengoperasian Peralatan dan

Proses Pengolahan Hasil Pertanian

(Pembuatan Tahu) pada siswa Tk

XI/TPHP SMKN 1 Kuripan Lombok

Barat Tahun 2016/2017.

Page 22: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

17

Rumusan Masalah Untuk peningkatan kemampuan

unjuk kerja siswa maka dapat diiden-

tifikasi masalah–masalah sebagai

berikut :

1. Keaktifan siswa pada

pembelajaran praktek yang

menuntut unjuk kerja sangat

ditekankan dengan cara siswa

melakukan sendiri (by doing)

Penggunaan metode pembelajar-

an siswa aktif berbuat/melakukan

(learning by doing) diharapkan

meningkatkan kemampuan unjuk

kerja siswa secara individual.

2. Umumnya guru mengalami

kesulitan untuk melakukan

penilaian kemampuan unjuk kerja

peserta didik. Sebagian guru

melakukan penilaian ketrampilan

siswa hanya berdasarkan

pengamatan sikap, proses dan

produk akhir yang dilakukan oleh

peserta didik.

3. Dalam melakukan penilaian unjuk

kerja siswa, guru jarang/belum

melakukan dengan membuat skor

penilaian. Penggunaan media

EDS (Evaluasi Diri Siswa ) yang

berupa lembar observasi

penilaian berisi kriteria standar

berupa angka –angka pencapaian

kompetensi/kemampuan kerja

siswa, akan memudahkan menilai

kemampuan unjuk kerja siswa

sebagai standar penilaian secara

obyektif.

Berdasarkan uraian di atas maka

rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah :

“Apakah penggunaan metode

learning by doing dengan perangkat

media EDS

(Evaluasi Diri Siswa) dapat

meningkatkan kemampuan unjuk

kerja siswa dalam materi

Pengoperasian peralatan dan proses

pengolahan hasil pertanian (

pembuatan tahu ) pada siswa tingkat

XI / TPHP di SMKN 1 Kuripan

Lombok Barat?”

Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai

dalam pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini adalah

untuk mengetahui Peningkatan

Kemampuan Unjuk Kerja Siswa

pada materi pembuatan tahu

melalui Metode Pembelajaran

Learning by doing dengan media

penilaian EDS (Evaluasi Diri Siswa). Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan PTK ini

diharapkan memberikan manfaat :

1. Bagi siswa, sebagai wahana

baru dalam proses pembe-

lajaran untuk meningkatkan

Page 23: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

18

kemampuan unjuk kerja serta

keaktifan dan prestasi belajar

siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai

masukan/bahan pertimbangan

untuk meningkatkan kualitas

proses pembelajaran di kelas

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan dalam

membuat kebijakan untuk

peningkatan mutu pembelajaran

KAJIAN TEORI A. Metode Learning by Doing.

Pola pengajaran guru

berkaitan erat dengan pilihan

metode, jika bahan pelajaran

disajikan secara menarik, besar

kemungkinan motivasi belajar siswa

akan meningkat. Metode yang

dimaksud didasarkan pada model

pembelajaran yang dipakai, model

pembelajaran dalam hal ini diartikan

sebagai acuan proses perubahan

tingkah laku yang dihasilkan melalui

pengalaman.

Menurut Mills (1977),

pembelajaran keterampilan akan

efektif bila dilakukan dengan meng-

gunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing).

Model pembelajaran learning by

doing dilaksanakan untuk menun-

jang kreatifitas siswa dan menum-

buhkan sikap berani dan berparti-

sipasi di dalam kelas. Proses di

dalamnya mengandung kegiatan

seperti bermain sambil belajar,

melakukan praktik langsung yang

berhubungan dengan materi, dan

sebagainya. Dalam pelaksanaannya

siswa tidak hanya menjadi

pendengar tetapi juga diharapkan

berperan aktif saat di kelas. Model pembelajaran learning

by doing merupakan model pembe-

lajaran yang mampu mengaktifkan

siswa dalam pembelajaran di kelas.

Pembelajaran dengan model pembelajaran learning by doing ini

siswa lebih ditekankan untuk

berinteraksi langsung, hal ini sangat

ditekankan untuk dilakukan dalam

pembelajaran kejuruan/produktif . B. Kemampuan Unjukkerja.

Pasal 25 (4) Peraturan

Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional

Pendidikan menjelaskan bahwa

Kompetensi Lulusan mencakup

sikap, pengetahuan, dan keteram-

pilan. Ini berarti bahwa pembelajaran

dan penilaian harus mengem-

bangkan kompetensi peserta didik

yang berhubungan dengan ranah

afektif (sikap), kognitif (pengeta-

Page 24: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

19

huan), dan psikomotor (keteram-

pilan).

Pada umumnya penilaian

yang dilakukan oleh pendidik lebih

menekankan pada penilaian ranah

kognitif. Hal ini kemungkinan besar

disebabkan karena pendidik kurang

memahami penilaian ranah afektif

dan motorik. Oleh karena itu perlu

adanya acuan untuk mengembang-

kan perangkat penilaian motorik,

terlebih pada penggunaan metode pembelajaran learning by doing yang

menuntut siswa aktif berbuat/

melakukan tindakan (unjuk kerja).

Ada beberapa ahli yang

menjelaskan cara menilai hasil

belajar motorik. Ryan (1980)

menjelaskan bahwa hasil belajar

keterampilan dapat diukur melalui

(1) pengamatan langsung dan

penilaian tingkah laku peserta didik

selama proses pembelajaran praktik

berlangsung, (2) sesudah mengikuti

pembelajaran, yaitu dengan jalan

memberikan tes kepada peserta

didik untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, (3)

beberapa waktu sesudah

pembelajaran selesai dan kelak

dalam lingkungan kerjanya.

Penilaian kemampuan unjuk kerja (performance assessment)

secara sederhana dapat dinyatakan

sebagai penilaian terhadap kemam-

puan dan sikap siswa yang ditunjuk-

kan melalui suatu perbuatan.

Penilaian unjuk kerja merupakan

penilaian terhadap perolehan,

penerapan pengetahuan dan

ketrampilan yang menunjukkan

kemampuan siswa dalam proses

maupun produk yang mengacu pada

standar tertentu.

Berdasar pendapat Hari S.

(2008), penilaian unjuk kerja dapat

menilai pengetahuan, sikap dan

ketrampilan siswa. Penilaian unjuk

kerja memungkinkan siswa menun-

jukkan apa yang dapat mereka

lakukan (kemampuan nyata/ riil) dan

orang yang dinilai kemampuan

keterampilannya (skill) harus

menampilkan atau melakukan

keterampilan yang dimiliki di bawah

persyaratan-persyaratan kerja yang

berlaku. Sedangkan menurut

pendapat Zainal (1990) penilaian

unjuk kerja adalah bentuk tes yang

menuntut jawaban peserta didik

dalam bentuk perilaku, tindakan atau

perbuatan. Peserta didik bertindak

sesuai dengan apa yang

diperintahkan atau ditanyakan. Jadi performance assess-

ment adalah suatu penilaian yang

meminta peserta tes untuk

mendemonstrasikan dan mengapli-

Page 25: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

20

kasikan pengetahuan unjuk kerja ke

dalam berbagai macam konteks

sesuai dengan yang diinginkan.

Pengukuran penilaian hasil

belajar dengan menggunakan

instrumen non tes cocok untuk

mengevaluasi hasil belajar aspek

afektif dan keterampilan kinerja.

Bentuk penilaian yang mengguna-

kan alat ukur/instrumen non tes

yaitu: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian proyek/

produk, penilaian portofolio, dan

penilaian sikap (Wulan, 1999).

Keuntungan-keuntungan da-

lam penilaian unjuk kerja antara lain

(Wulan, 1999) :

1. Keuntungan yang paling penting

dari penilaian unjuk kerja adalah

dapat secara langsung meng-

ukur ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes (paper

and pencil test) saja.

2. Keuntungan yang kedua dari

penilaian unjuk kerja adalah

dapat mempengaruhi cara

belajar siswa dimana siswa

tidak hanya sekedar menghafal

saja tetapi bagaimana siswa

diharapkan dapat menunjukkan

kemampuannya dalam meng-

gunakan semua keterampil-

annya sehingga mereka dapat

mengingatnya dengan lebih

baik.

3. Keuntungan ketiga dari

penilaian unjuk kerja ini adalah

dapat mengukur proses kerja

siswa langkah demi langkah

sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan.

4. Memberikan motivasi yang

besar bagi siswa serta men-

ciptakan aplikasi pembelajaran

sesuai situasi kehidupan nyata

Penilaian unjuk kerja dapat

digunakan untuk mengevaluasi mutu

suatu pekerjaan yang telah selesai

dikerjakan, keterampilan, kemam-

puan merencanakan sesuatu

pekerjaan dan mengidentifikasikan

bagian-bagian sesuatu. Penilaian

unjuk kerja lebih menekankan

proses daripada hasil karena

memantau kerja siswa secara

langsung.

Hal yang penting dalam

penilaian unjuk kerja adalah cara

mengamati dan memberikan skor

pencapaian kemampuan unjuk kerja

peserta didik. Di samping itu, dalam

pelaksanaan penilaian diperlukan

standar pedoman/kriteria penilaian

yang bertujuan untuk memudahkan

penilai dalam menilai, sehingga

tingkat subyektifitas bisa ditekan

(Grounlund, 1985).

Page 26: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

21

Menurut Trespeces

(Depdiknas 2003), performance

assessment adalah berbagai macam

tugas dan situasi dimana peserta tes

diminta untuk mendemonstrasikan

pemahaman dan mengaplikasikan

pengetahuan yang mendalam, serta

keterampilan di dalam berbagai

macam konteks sesuai dengan

kriteria yang diinginkan

Penggunaan tes perbuatan/

unjuk kerja untuk mengukur

kemampuan siswa pada aspek

motorik dengan beberapa alasan

diantaranya adalah 1) guru secara

langsung dapat mengamati dengan

jelas sehingga lebih mudah dalam

memberikan penilaian 2) tes

perbuatan tepat untuk mengetahui

sikap yang merefleksi dalam tingkah

laku sehari-hari

(suaidinmath.wordpress.com, 2010). C. Penggunaan Media EDS

(Evaluasi Diri Siswa) Media merupakan salah satu

faktor yang menentukan keberhasil-

an pengajaran, karena membantu

guru dalam menyampaikan materi

pelajaran dan meningkatkan

efisiensi proses dan kualitas hasil

pendidikan.

Penilaian unjuk kerja bentuk

penugasannya dapat disampaikan

dalam bentuk lisan atau tertulis dan

pelaksanaan tugasnya dinyatakan

dengan perbuatan atau unjuk kerja.

Penilaian dilakukan sejak peserta

didik melakukan persiapan,

melaksanakan tugas, sampai

dengan hasil yang dicapainya.

Instrumen untuk mengamati

unjuk kerja peserta didik dapat

berupa lembar observasi. Lembar

observasi adalah lembar yang

digunakan untuk mengobservasi

kemunculan aspek-aspek keteram-

pilan yang harus dilakukan sesuai

tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa (check list)

atau skala penilaian (ratingscale)

(Wulan, 1999). Hal inilah yang

tertuang dalam media/alat penilaian

diri (EDS : Evaluasi Diri Siswa).

EDS (Evaluasi Diri Siswa) merupakan penilaian diri siswa (self

assessment) yang berisi lembar

observasi/pengamatan unjuk kerja

untuk memperoleh keterangan

tentang tingkat ketercapaian

kompetensi/ketrampilan siswa dalam

menyelesaikan tugas tertentu.

Penilaian unjuk kerja dengan

media EDS menggunakan daftar

cek/lembar observasi, dimana

peserta didik menilai kemampuan

unjuk kerja diri sendiri secara

mandiri dengan melakukan kriteria

Page 27: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

22

penguasaan kemampuan tertentu

sesuai standar kriteria unjuk kerja

yang ditetapkan.

Cara penilaian ini dianggap

lebih otentik daripada tes tertulis

karena apa yang dinilai lebih

mencerminkan kemampuan peserta

didik yang sebenarnya, termasuk

tingkat penguasaan terhadap

bagian-bagian yang sulit dari suatu

pekerjaan (Grounlund, 1985).

Secara garis besar penilaian

unjuk kerja pada dasarnya dapat

dilakukan terhadap dua hal, yaitu :

(1) proses pelaksanaan mencakup :

langkah kerja dan aspek personal;

(2) produk atau hasil pekerjaan.

Penilaian terhadap aspek proses

umumnya lebih sulit dibanding

penilaian terhadap produk atau hasil

kerja. Penilaian proses hanya dapat

dilakukan dengan cara pengamatan/

observasi (Zainul & Nasution, 2001).

Langkah-langkah yang perlu

diperhatikan dalam membuat

penilaian unjuk kerja antara lain :

(eurekapendidikan.com, 2015)

1. Identifikasi semua langkah-

langkah penting (indikator unjuk

kerja) yang akan dicapai siswa,

2. menuliskan fokus assessment

yang berupa proses (perilaku/

kemampuan-kemampuan spesifik),

produk atau keduanya yang penting

dan diperlukan untuk menyelesaikan

tugas dan menghasilkan hasil akhir

yang terbaik.

3. Usahakan untuk membuat kriteria-

kriteria kemampuan yang akan

diukur tidak terlalu banyak, sehingga

semua kriteria tersebut dapat

diobservasi selama siswa

melaksanakan tugas.

4.Definisikan dengan jelas kriteria

kemampuan yang akan diukur

berdasarkan kemampuan siswa

yang harus dapat diamati

5.Urutkan kriteria-kriteria kemam-

puan yang akan diukur berdasar-kan

urutan yang akan diamati untuk

memperkecil kesalahan penilai.

Penskoran dengan meng-

gunakan lembar observasi

merupakan cara yang paling

sederhana. Melalui cara penskoran

ini kriteria kemampuan tertentu

siswa atau produk yang dihasilkan

siswa dapat lebih diamati dan siswa

akan mendapat nilai jika ia

mengerjakan tahapan tertentu dari

tugas yang diberikan dan apabila

tidak maka siswa tersebut tidak

mendapat nilai.

Penilaian diberikan rentang-

an mulai dari yang tertinggi sampai

yang terendah. Rentangan ini bisa

dalam bentuk huruf (A, B, C, D),

angka (4,3,2,1) atau (10, 9, 8, 7, 6,

Page 28: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

23

5). Sedangkan rentangan kategori

bisa tinggi, sedang, rendah atau

baik, sedang, kurang. Adanya

kriteria yang jelas untuk setiap

alternatif hasil unjuk kerja siswa

akan mempermudah pemberian

penilaian dan terhindar dari subjek-

tifitas penilai. Skala penilaian lebih

tepat digunakan untuk mengukur

suatu proses, misalnya bentuk

perilaku seperti kemampuan unjuk

kerja siswa. (Wulan, 1999).

Standar kompetensi diper-

lukan dalam penilaian unjuk kerja

untuk mengidentifikasi secara jelas

apa yang seharusnya siswa ketahui

dan apa yang seharusnya siswa

lakukan. Standar tersebut dikenal

dengan rubrik. Rubrik dapat

dinyatakan sebagai pedoman

pemberian skor yang menunjukkan

sejumlah kriteria performance/unjuk

kerja pada proses atau hasil yang

diharapkan.

Rubrik terdiri atas gradasi

mutu unjuk kerja siswa mulai dari

unjuk kerja yang paling jelek hingga

unjuk kerja yang paling baik disertai

skor untuk setiap gradasi mutu

kinerja. Dengan mengacu pada

rubrik inilah pemberian skor

penilaian unjuk kerja siswa dalam

menyelesaikan tugas tertentu

(Wulan, 1999).

Format lembar observasi

dilengkapi rubrik yang memuat

kriteria/pedoman untuk menilai

setiap tahapan proses atau

perangkat tugas yang menuntut

siswa menunjukkan unjuk kerja

tertentu. Kriteria atau rubrik adalah

pedoman penilaian unjuk kerja atau

hasil kerja peserta didik. Dengan

adanya kriteria/pedoman, penilaian

yang bersifat subjektif dapat

dihindari atau paling tidak dikurangi.

Guru menjadi lebih mudah menilai

prestasi yang dapat dicapai peserta

didik, dan peserta didik pun akan

terdorong untuk mencapai prestasi

sebaik- baiknya karena kriteria

penilaiannya jelas. Rubrik terdiri atas

dua hal yang saling berhubungan

yaitu (1) skor dan (2) kriteria yang

harus dipenuhi untuk mencapai skor

itu (www.blog-guru.web.id, 2010)

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan ini

dilakukan di SMKN 1 Kuripan sekitar

bulan September sampai dengan

Oktober 2016, dengan menye-

suaikan jam mata pelajaran di

Tingkat XI Kompetensi Keahlian

TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil

Pertanian) Semester Gasal Tahun

Pelajaran 2016/2017.

Page 29: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

24

B. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian yang diambil

adalah siswa Tk XI/TPHP (Teknologi

Pengolahan Hasil Pertanian) yang

berjumlah 31 siswa putri. Sedangkan

obyek penelitian adalah penggunaan

metode learning by doing dengan

media EDS (Evaluasi Diri Siswa)

Prosedur Penelitian

Menurut Kemmis dan Taggart

ada empat tahapan prosedur/

langkah-langkah dalam penelitian

yang dilakukan dalam siklus

kegiatan. Tahapan tersebut meliputi 1) Perencanaan/planning, 2) Pelak-

sanaan/acting, 3) Pengamatan/

observing dan 4) Refleksi/reflection

(http://suhailayanti.blogspot.co.id,2011)

1. Tahapan Perencanaan :

Untuk melakukan pengukur-

an hasil belajar ranah psikomotor,

ada dua hal yang perlu dilakukan

oleh pendidik, yaitu membuat

perangkat/instrumen untuk meng-

amati unjuk kerja peserta didik.

Perangkat/instrumen untuk hasil be-

lajar ranah psikomotor dapat berupa

lembar kerja, lembar tugas, perintah

kerja, dan lembar eksperimen.

Pada tahap ini peneliti

melaksanakan a). observasi awal

untuk mengidentifikasi masalah, b).

mempersiapkan perangkat pembe-

lajaran sesuai dengan Standar

Kompetensi Mengoperasikan per-

alatan pengolahan hasil pertanian

dan Mengoperasikan proses peng-

olahan hasil pertanian. Perangkat

meliputi silabus, rencana pelak-

sanaan pembelajaran (RPP), handout, lembar kerja siswa (LKS)

serta perangkat lembar penilaian

siswa (EDS) dan c). mempersiapkan

sarana dan prasarana pendukung

dalam pelaksanaan tindakan

pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan/Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaku-

kan sesuai jadwal pembelajaran

pada Tingkat XI/TPHP (Teknologi

Pengolahan Hasil Pertanian). Inti

penelitian ini adalah mengembang-

kan pembelajaran metode learning

by doing dengan media EDS pada

materi pembuatan tahu. Dalam pe-

laksanaan tiap siklusnya diukur ke-

berhasilannya berdasarkan indikator

penelitian. Adapun sintaks tindakan

yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pertemuan I

1) Pendahuluan (waktu 15 menit) :

Penyampaian salam,absensi Menyampaikan tujuan mempe-

lajari Pengoperasian proses pengolahan hasil pertanian (pembuatan tahu).

2) Kegiatan Inti :

Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok

Page 30: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

25

Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan tentang :

a) SOP perlengkapan/peralatan pengolahan dan tempat proses pembuatan tahu

b) SOP pengoperasian peralatan soybean miller

c) SOP pengendalian proses pengolahan produksi tahu

d) SOP mutu produk tahu Siswa mempresentasikan hasil

kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi

Guru menjelaskan pengisian lembar penilaian siswa menggunakan EDS

Siswa melakukan persiapan perlengkapan/peralatan pengolahan dan tempat proses pembuatan tahu

Siswa mengisi lembar penilaian unjukkerja EDS secara mandiri

Guru sebagai fasilitator melakukan pemantauan pelaksanaan praktek

3) Penutup (15 menit) :

Siswa dan guru melakukan refleksi tentang materi diatas

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan kesimpulan dan rangkuman

3. Pengamatan / observasi

Dilakukan dengan menggu-

nakan lembar evaluasi diri siswa

(EDS) yang telah disiapkan untuk

mencatat pencapaian skor hasil

unjuk kerja siswa.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti

melakukan evaluasi/diskusi bersama

teman sejawat guru dari pelaksaaan

tindakan pada siklus I sebagai

bahan pertimbangan perencanaan

dan perbaikan pelaksanaan pem-

belajaran siklus berikutnya. Jika ha-

sil yang diharapkan belum tercapai

maka dilakukan perbaikan untuk

pelaksanaan pada tahapan siklus

kedua dan seterusnya. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah:

1. Observasi / pengamatan

Dalam penelitian ini dilakukan

pengamatan tentang tingkat kemam-

puan unjuk kerja siswa dalam

melakukan pengoperasian alat dan

proses pada praktek pembuatan

tahu.

2. Media/catatan penilaian

Dari hasil pengamatan unjuk

kerja siswa dalam melakukan unjuk

kerja selanjutnya dituangkan dalam

penilaian terinci dengan mengguna-

kan media EDS (Tabel 1) sebagai

alat untuk mengukur ketercapaian

kemampuan siswa secara individual.

3. Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dari

hasil isian lembar EDS siswa, dan

foto-foto kegiatan pelaksanaan

tindakan.

Page 31: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

26

Tabel 1. Lembar Evaluasi Diri Siswa (EDS ) Nama siswa : ..................................... No absen : ………………….…….

No

Komponen penilaian kompetensi

Deskripsi kompetensi Kriteria nilai

Hasil yang

dicapai A. Persiapan ( bobot 10 % )

I 1.1 Menyiapkan area kerja untuk proses produksi.

Semua area praktek/kerja dibersihkan dan dirapikan dengan menggunakan SOP sanitasi yang benar

9,0-10

Semua area praktek/kerja dibersihkan dengan menggunakan SOP sanitasi yang benar

8,0-8,9

Tidak semua area praktek/kerja dibersihkan 7,0-7,9 Area praktek/kerja tidak dibersihkan dan tidak dirapikan Tidak

1.2. Menyiapkan bahan baku yang diproses

kedele dipilih yang matang optimal, tidak rusak, tidak busuk, dan tidak memar dan direndam selanjutnya dicuci dan direndam dengan air bersih selama 6-8 jam dengan volume 3 kali lipat berat kedelai sampai didapatkan kedele yang mengembang dan agak lunak

9,0-10

kedele dipilih yang matang optimal, tidak rusak, tidak busuk, tetapi memar selanjutnya dicuci dan direndam dengan air bersih selama 4 jam dengan didapatkan kedele agak mengembang dan agak lunak

8,0-8,9

kedele dipilih yang matang optimal, tidak busuk, agak rusak, tetapi memar dan bentuk tidak beraturan selanjutnya tanpa dicuci kemudian direndam dengan air bersih selama 2 jam dengan didapatkan kedele agak mengembang dan masih agak keras

7,0-7,9

kedele dipilih yang matang optimal, tetapi rusak, busuk, dan memar selanjutnya tanpa dicuci kemudian direndam < 1 jam sehingg kedele belum mengembang dan masih keras

Tidak

1.3. Menyiapkan peralatan soybean miller sesuai kebutuhan

Disiapkan semua peralatan dengan lengkap, bersih, dan dikontrol terlebih dahulu sebelum dipakai

9,0-10

Disiapkan semua peralatan dengan lengkap, bersih, tetapi tidak dikontrol

8,0-8,9

Disiapkan semua peralatan dengan lengkap dan kurang bersih, serta tidak tidak dikontrol

7,0-7,9

Disiapkan peralatan tidak lengkap, kurang bersih, dan tidak dikontrol terlebih dahulu sebelum dipakai

Tidak

B. Proses ( bobot 50 % ) II 2.1.

Menghidupkan mesin peralatan pengolahan sesuai SOP

Dapat menghidupkan mesin dalam 1 x tarikan dengan waktu < 3 menit

9,0-10

Dapat menghidupkan mesin dalam 1-2 x tarikan dengan waktu < 5 menit

8,0-8,9

Dapat menghidupkan mesin dalam 3 -4 x tarikan dengan waktu < 5 menit

7,0-7,9

Dapat menghidupkan mesin lebih dari 5 x tarikan dengan waktu > 5 menit

Tidak

2.2.Dapat mengatur kerja mesin / peralatan pengolahan sesuai SOP

Kecepatan mesin stabil , masukknya kedele dalam mesin seimbang dengan bubur kedele yang keluar dengan penambahan air sebanyak 2 -3 kali berat kedele

9,0-10

Kecepatan mesin stabil , masukknya kedele dalam mesin kurang seimbang dengan bubur kedele yang keluar dengan penambahan air sebanyak < 2 kali berat kedele

8,0-8,9

Kecepatan mesin kurang stabil , masukknya kedele dalam mesin kurang seimbang dengan bubur kedele yang keluar dengan penambahan air sebanyak < 2 kali berat kedele

7,0-7,9

Page 32: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

27

Kecepatan mesin tidak stabil ( sering mati ) , masukknya kedele dalam mesin tidak seimbang dengan bubur kedele yang keluar dengan penambahan air sebanyak < 1 kali berat kedele

Tidak

2.3.Dapat menghentikan kerja mesin sesuai SOP

Mematikan mesin dengan urutan yang benar ( mengecilkan gas kemudian mematikan tombol on/off ) dan dikontrol dengan benar

9,0-10

Mematikan mesin dengan urutan yang benar dan kurang dikontrol dengan benar

8,0-8,9

Mematikan mesin tanpa mengecilkan tuas gas dan dikontrol dengan benar

7,0-7,9

Mematikan mesin dengan langsung menekan tombol on-off dan tanpa dikontrol dengan benar

Tidak

2.4.Dapat membersih- kan mesin sesuai SOP

Semua bagian mesin dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya dengan menggunakan SOP sanitasi yang benar

9,0-10

Semua bagian mesin dibersihkan tetapi tidak dikembalikan pada tempatnya dengan menggunakan SOP sanitasi yang benar

8,0-8,9

Tidak semua bagian mesin dibersihkan 7,0-7,9 bagian mesin tidak dibersihkan dan tidak dirapikan kembali Tidak

C. Produk ( bobot 30 %) III

4 5 6.

3.1. Menghasilkan bubur kedele dengan kriteria yang telah ditentukan

bubur kedele yang dihasilkan harus memenuhi kriteria halus warna putih susu, tidak terdapat kotoran, sedikit berbusa

9,0-10

bubur kedele yang dihasilkan harus memenuhi kriteria agak halus warna putih susu, tidak terdapat kotoran, sedikit berbusa

8,0-8,9

bubur kedele yang dihasilkan harus memenuhi kriteria agak kasar, warna putih susu, tidak terdapat kotoran, sedikit berbusa

7,0-7,9

bubur kedele yang dihasilkan harus memenuhi kriteria kasar, warna putih susu, terdapat kotoran, banyak berbusa

Tidak

3.2.Melakukan pemanasan dan penyaringan

Bubur kedele dimasak dengan api sedang sambil diaduk agar tidak terjadi kegosongan sampai suhu 90°C. Kemudian rebusan bubur kedele disaring dengan kain saring, dengan penambahan air hangat 2-3 kali berat kedele (total air hangat yang digunakan untuk penggilingan dan penyaringan 5 kali berat kedele), sampai air perasan agak bening.

9,0-10

Bubur kedele dimasak dengan api sedang sambil diaduk agar tidak terjadi kegosongan sampai suhu 90°C. Kemudian rebusan bubur kedele disaring dengan kain saring, dengan penambahan air dingin 2-3 kali berat kedele (total air hangat yang digunakan untuk penggilingan dan penyaringan 5 kali berat kedele), sampai air perasan agak bening.

8,0-8,9

Bubur kedele dimasak dengan api sedang sambil diaduk agar tidak terjadi kegosongan sampai suhu 90°C. Kemudian rebusan bubur kedele disaring dengan kain saring, dengan penambahan air hangat 2-3 kali berat kedele (total air hangat yang digunakan untuk penggilingan dan penyaringan 5 kali berat kedele), sampai air perasan masih keruh.

7,0-7,9

Bubur kedele dimasak dengan api sedang tanpa diaduk sampai suhu 90°C dan tercium bau hangus. Kemudian rebusan bubur kedele disaring dengan kain saring, dengan penambahan air dingin 2-3 kali berat kedele (total air hangat yang digunakan untuk penggilingan dan penyaringan 5 kali berat kedele), sampai air perasan masih keruh.

Tidak

3.3. Melakukan penggumpa- lan

Susu kedele digumpalkan dengan bahan penggumpal pada suhu 70 – 80 C sedikit-demi sedikit sambil diaduk perlahan sampai diperoleh gumpalan tahu

9,0-10

Susu kedele digumpalkan dengan bahan penggumpal pada suhu 70 – 80 C langsung semuanya sambil diaduk perlahan

8,0-8,9

Page 33: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

28

sampai diperoleh gumpalan tahu Susu kedele digumpalkan dengan bahan penggumpal pada

suhu 70 – 80 C sedikit-demi sedikit sambil diaduk dengan cepat sampai diperoleh gumpalan tahu

7,0-7,9

Susu kedele digumpalkan dengan bahan penggumpal pada suhu < 70 C sambil diaduk cepat sampai diperoleh gumpalan tahu

Tidak

3.4.Melakukan pencetakan

Gumpalan tahu dicetak dengan cetakan tahu yang dialasi kain saring kemudian dipres selama 1 -2 jam

9,0-10

Gumpalan tahu dicetak dengan cetakan tahu yang dialasi kain saring kemudian dipres selama > 2 jam

8,0-8,9

Gumpalan tahu dicetak dengan cetakan tahu yang dialasi kain saring kemudian dipres selama < 1 jam

7,0-7,9

Gumpalan tahu dicetak dengan cetakan tahu tanpa dialasi kain saring kemudian tidak dipres

Tidak

3.5 Melakukan pengemasan

Tahu dipotong sesuai dengan ukuran , direbus dengan air garam kemudian dikemas dalam kantong plastic sesuai ukuran ), diberi label sesuai dengan ketentuan (prinsip AIDAS)

9,0-10

Tahu dipoton dengan ukuran yang tidak sama , direbus dengan air garam kemudian dikemas dalam kantong plastic sesuai ukuran ,

8,0-8,9

Tahu dipotong sesuai dengan ukuran , direbus dengan air kemudian dikemas dalam kantong plastic sesuai ukuran

7,0-7,9

Tahu dipotong sesuai dengan ukuran , tanpa direbus kemudian dikemas dalam kantong plastic sesuai ukuran

Tidak

3.6 Menghasilkan tahu dengan kriteria yang telah ditentukan

Tahu yang dihasilkan berwarna putih, tekstur halus, rasa tidak pahit dan tidak asam serta flavor normal

9,0-10

Tahu yang dihasilkan berwarna putih, tekstur kasar, rasa tidak pahit dan tidak asam serta flavor normal

8,0-8,9

Tahu yang dihasilkan berwarna putih, tekstur halus, rasa agak pahit dan agak asam serta flavor normal

7,0-7,9

Tahu yang dihasilkan berwarna putih, tekstur kasar rasa agak pahit dan agak k asam serta flavor hangus

Tidak

D. Waktu ( bobot 5 % ) IV 4.1.Ketepatan

waktu penyelesaian tugas

Dapat menyelesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan 9,0-10 Dapat menyelesaikan lebih 5 menit dari waktu yang telah

ditentukan 8,0-8,9

Dapat menyelesaikan lebih 10 menit dari waktu yang telah ditentukan

7,0-7,9

Dapat menyelesaikan lebih 15 menit dari waktu yang telah ditentukan

Tidak

E. Sikap ( bobot 5 % ) V

5.1 Sikap kerja

Siswa berkonsentrasi, disiplin, bertanggung jawab, dan menjaga kebersihan selama melaksanakan kegiatan

9,0-10

Siswa tidak berkonsentrasi, disiplin, bertanggung jawab, dan menjaga kebersihan selama melaksanakan kegiatan

8,0-8,9

Siswa berkonsentrasi, disiplin, kurang bertanggung jawab, dan menjaga kebersihan selama melaksanakan kegiatan

7,0-7,9

Siswa tidak berkonsentrasi, tidak disiplin, bertanggung jawab, dan tidak menjaga kebersihan selama melaksanakan kegiatan

Tidak

5.2 Keselamatan kerja

Semua perangkat keselamatan kerja (baju praktek, topi, alas kaki dan masker) dipakai

9,0-10

Tiga perangkat keselamatan kerja dipakai 8,0-8,9 Dua perangkat keselamatan kerja dipakai 7,0-7,9 Satu perangkat keselamatan kerja dipakai Tidak

Page 34: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

29

Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan

adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penya-jian data dilakukan dengan dengan pengumpulan data dari hasil peng-amatan sehingga dapat disajikan dalam bentuk sederhana sehingga mudah dipahami (Sugiono, 2012).

Pada penelitian ini digunakan analisis data observasi unjuk kerja siswa. Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui tingkat kemampuan unjuk kerja siswa yang berpedoman pada kriteria penilaian lembar EDS. Penilaian dilihat dari hasil skor akhir pada lembar EDS yang digunakan.

Pada penilaian dengan menggunakan media EDS skor masing-masing komponen penilaian ditetapkan berdasarkan perolehan skor rata -rata dari sub komponen penilaian. Untuk perhitungan nilai akhir ketercapaian kemampuan unjuk kerja dengan menggunakan format berikut. Tabel 2. Prosentase bobot komponen

penilaian pada lembar EDS Prosentase bobot komponen penilaian Nilai

akhir Persiapan Proses Hasil Waktu Sikap Bobot (%)

10 % 50 % 30 % 5 % 5 %

Skor komponen

NK

Keterangan :

NK ( Nilai Komponen ) = perkalian dari bobot dengan skor komponen

Nilai akhir merupakan penjumlahan dari semua nilai komponen ( NK )

Keterangan skala penilaian:

Skala 4 : sangat baik (memperoleh nilai ≥ 86)

Skala 3 : baik (memperoleh nilai 70 ≤ skor < 86)

Skala 2 : cukup (memperoleh nilai 56 ≤ skor < 70)

Skala 1 : kurang baik (memperoleh nilai < 56)

Indikator Keberhasilan

Variabel dalam penelitian ini

adalah pencapaian skor / nilai unjuk

kerja siswa dengan menggunakan

media EDS. Dalam penelitian ini

dilakukan 3 siklus, dengan indikator

keberhasilan, yaitu 1) batas

kompeten dalam penilaian unjuk

kerja apabila peserta didik

memperoleh nilai ≥ 75, batasan ini

diambil sesuai dengan standar KKM

pada mata pelajaran produktif/

kejuruan, 2) jika kondisi siswa sudah

sekitar 90 % dari jumlah siswa

sudah dikatakan kompeten dalam

mengoperasikan peralatan dan

proses pada pembuatan tahu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perolehan skor dalam

melakukan penilaian unjuk kerja

terhadap 31 siswa Tingkat XI TPHP

dengan mengisi Lembar EDS

didapatkan data sebagai berikut.

Page 35: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

30

Tabel 3. Perolehan Skor unjuk kerja siswa pada siklus I

No Perolehan skor

Jumlah siswa

Prosentase ( % )

1 nilai < 56 5 16,1 2 56 ≤ skor < 70 20 64,5 3 70 ≤ skor < 86 6 19,4 4 nilai ≥ 86 - -

Nilai tertinggi = 78,5 Nilai terendah = 39,0 Nilai rata-rata = 48,6

Dari perolehan skor penilaian

unjuk kerja dengan media EDS pada

siklus I menunjukkan prosentase

jumlah siswa yang dianggap

kompeten dengan skor ≥ 7 masih

rendah yaitu 19,4 %.

Setelah pelaksaaan tindakan

pada siklus I dilakukan tahap refleksi

untuk evaluasi dengan diskusi dan

tanya jawab sebagai bahan pertim-

bangan perencanaan pelaksanaan

pembelajaran siklus berikutnya.

Hasil yang didapatkan antara

lain :

Siswa belum terbiasa dengan penilaian unjuk kerja secara mandiri dengan media EDS yang mencakup format penskoran untuk pencapaian kriteria kerja tertentu, sehingga siswa masih banyak melakukan unjuk kerja apa adanya serta motivasi untuk mencapai skor tertinggi masih rendah.

Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali format penilaian dengan media EDS agar siswa memahami betul langkah– langkah unjuk kerja yang harus dilakukan sehingga perolehan

skor/nilai hasil tindakan semaksimal mungkin .

Siklus II dilakukan pada

pertemuan kedua, dengan

melakukan penggulangan praktek

pengoperasian peralatan dan proses

pada pembuatan tahu. Hasil

perolehan skor penilaian unjuk kerja

pada siklus II sebagai berikut : Tabel 4.Perolehan Skor unjuk kerja

siswa pada siklus II No Perolehan skor Jumlah

siswa Prosentase

( % ) 1 nilai < 56 2 6,5 2 56 ≤ skor < 70 4 12,9 3 70 ≤ skor < 86 25 80,6 4 nilai ≥ 86 - -

Nilai tertinggi = 84,0 Nilai terendah = 43,0 Nilai rata-rata = 71,6

Dari hasil pencapaian skor

unjuk kerja yang didapatkan pada

siklus II, diperoleh prosentase siswa

kategori kompeten mencapai 80,6

%. Tahap refleksi yang dilakukan

setelah siklus II oleh peneliti lebih

menekankan bimbingan dan

motivasi pada siswa yang masih

belum lulus/kompeten.

Siswa Tingkat XI TPHP yang

semuanya perempuan umumnya

mengalami kesulitan pada kriteria

tahapan pengoperasian peralatan (penggiling kedele/soy bean miller),

sehingga perlu latihan yang lebih

sering.

Page 36: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

31

Siklus III dilakukan pada

pertemuan ketiga, dengan

melakukan penggulangan praktek

pengoperasian peralatan dan proses

pada pembuatan tahu. Pada

pelaksanaan siklus III, peneliti

terlebih dahulu mengutamakan

penilaian unjukkerja bagi siswa yang

belum lulus. Hasil perolehan skor

penilaian unjuk kerja pada siklus III

sebagai berikut. Tabel 5. Perolehan Skor unjuk kerja

siswa pada siklus III No Perolehan

skor Jumlah siswa

Prosentase ( % )

1 nilai < 56 - - 2 56 ≤ skor

< 70 3 9,7

3 70 ≤ skor < 86

28 90,3

4 nilai ≥ 86 - - Nilai tertinggi = 84,0 Nilai terendah = 47,0 Nilai rata-rata = 74,9

Dari hasil siklus III didapatkan

pencapaian skor penilaian unjuk

kerja siswa yang memperoleh nilai ≥

75 mencapai sekitar 90 % dari

jumlah siswa, sehingga pada siklus

III siswa Tingkat XI TPHP

dinyatakan tuntas/kompeten dalam

mengoperasikan peralatan dan

proses pada pembuatan tahu

Dari data pencapaian skor

kinerja/ unjukkerja siswa dengan

media EDS yang telah dilakukan

dapat dilihat pada Grafik 1 berikut.

Grafik1. Perbandingan perolehan

skor unjuk kerja pada siklus I,II,dan III

Dengan demikian secara

praktek penggunaan media penilaian EDS (Evaluasi Diri Siswa) dapat meningkatkan kemampuan unjuk kerja siswa dengan metode learning by doing pada pembuatan tahu, yang telah dilakukan pada siswa Tingkat XI TPHP SMKN 1 Kuripan Lombok Barat.

Selanjutnya penggunaan media EDS sebagai alat penilaian unjuk kerja akan membantu siswa meningkatkan kemampuan kinerjanya dari umpan balik (feedback) yang didapatkan dari setiap tugas-tugas yang dikerjakan siswa untuk kemudian diperbaiki. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator saja.

Disamping hal di atas penggunaan media EDS memberikan penanaman nilai-nilai kejujuran pada siswa dalam melakukan penilaian terhadap diri sendiri, yang nantinya dapat memberikan dampak positif dalam pembentukkan karakter siswa/peserta didik.

Page 37: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

32

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan

pembahasan penelitian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan

media/lembar observasi EDS

(Evaluasi Diri Siswa) dapat

meningkatkan kemampuan unjuk kerja siswa dengan metode learning

by doing, serta siswa mendapatkan

wahana baru dalam pembelajaran

dengan penilaian unjuk kerja siswa

menggunakan media observasi

(EDS) untuk menetapkan tingkat

pencapaian kompetensi tertentu. B. Saran

Untuk meningkatkan kemam-

puan peserta didik dalam pembe-

lajaran, diharapkan : 1) Siswa ter-

biasa dengan penilaian unjuk kerja

dengan menggunakan lembar

observasi EDS (Evaluasi Diri

Siswa), sehingga dapat meningkat-

kan kemampuan unjuk kerja/

motoriknya. 2) Guru diharapkan

melakukan penilaian unjuk kerja

dengan menggunakan lembar

observasi (EDS) yang dibuat

sistematis tentang proses atau

produk berdasarkan kriteria yang

jelas, sesuai tujuan kompetensi yang

ingin dicapai dan berfungsi sebagai

dasar penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

Hari S. 2008 . Penilaian Kinerja. Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Mansyur. 2009. Assesment Pembelajaran di Sekolah. Multi Pressindo. Yogyakarta

Moleong, L J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nana Sudjana .2009. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004. PT Gramedia Widiasarana Indonesia .Jakarta

Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description,comparation, and appraisal. Washington, DC: American Council of Education.diterbitkan, Pascasarjana UNY.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta . Bandung.

Wulan Ana. 1990. Penilaian Kinerja dan Portofolio pada pembelajaran Biologi. FPMIPA, UPI. Jakarta.

Zainal A. 1990. Evaluasi Instruksional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil belajar. Dirjen Dikti. Jakarta.

Page 38: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

33

_____. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas. Jakarta.

_____. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

_____, 2010. http://www.blog-guru.web.id/2010/02/asesmen-dalam-pembelajaran-sains-

sd.html (tanggal 27 November 2016)

_____, 2010. https://suaidinmath.wordpress.com/2010/05/14/evaluasi-pembelajaran-di-kelas (tanggal 7 Desember 2016)

_____, 2015. http://www.eurekapendidikan.com/2015/11/penilaian-pada-aspek-psikomotor-dalam.html (tanggal 7 Desember 2016)

Page 39: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

34

ALICE (Al-QUR’AN LEARNING CENTER): SISTEM PENDIDIKAN TERPADU DALAM TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN

Haya Fauziah1), Berry Ahmad2), Dinda Safitri3),

Fahmi Handika4), Rizwan Khairurrozikin5) 1)Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram,

E-mail : [email protected] 2)S1 Akuntansi, FEB, Universitas Mataram

E-mail : [email protected] 3)Sosiologi, FISIPOL, Universitas Mataram

E-mail : [email protected] 4)Matematika, FMIPA, Universitas Mataram

E-mail : [email protected] 5)Teknik Sipil, FTeknik, Universitas Mataram

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Lembaga Pendidikan Al-Quran dan Keagamaan di Dusun Selampang, Desa Jembatan Gantung, dibutuhkan sebagai lembaga informal bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga, yang mayoritas beragama islam. Sayangnya, tenaga pengajarnya belum terlembaga dengan baik. Sehingga, banyak generasi muslim di Dusun Selampang yang buta aksara Al-Qur’an. Keberadaan ALICE (Al-Qur’an Learning Center) di Dusun Selampang memberikan jasa di bidang pendidikan yaitu mengajarkan anak-anak Dusun Selampang agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan keterampilan berupa praktik amaliyah sehingga dapat membentuk moral dan budi pekerti yang baik. Sebagai muatan lokal, diberikan pula pendidikan lingkungan hidup, bahasa inggris dan bahasa arab. Oleh karena itu konsep pendidikan ALICE dinamakan Sistem Pendidikan Terpadu dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an. Program ini juga mempersiapkan berlangsungnya prinsip sustainability berupa rekruitmen pengajar dari masyarakat lokal. Selain itu, menginisiasi ALICE untuk menjadi nasabah bank sampah melalui peran aktif wali santri untuk menabung sampah agar sampah dapat ditukarkan menjadi rupiah dan dapat menjadi sumber dana kas ALICE, sehingga penyelenggaraan ALICE kedepan mendapat dukungan dari sumber dana ini. Kata Kunci : ALICE, Generasi Qur’ani, Pendidikan Keagamaan, Sistem Pendidikan Terpadu, Keberlanjutan PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama Islam dalam jumlah besar. Badan Pusat Statistik mencatat di tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam sebanyak

207.176.162 jiwa (87,18%). Bahkan laju pertumbuhan penduduk muslim terus berkembang pesat.

Salah satu provinsi penyumbang penduduk muslim adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tercatat, Provinsi NTB memberikan kontribusi

Page 40: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

35

sebesar 2,10% atau setara dengan 4.341.284 jiwa bagi jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia pada tahun 2010. Jumlah ini meningkat sebanyak 444.696 jiwa (10,24%) menjadi 4.785.980 jiwa tahun 2014.

Hal ini menunjukkan Sumber Daya Manusia Indonesia mayoritas beragama Islam. Sayangnya potensi kuantitas Sumber Daya Manusia ini tak berimbang dengan kualitasnya. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia (sebagaimana dilansir The Learning Curve Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan dunia memaparkan bahwa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam mutu pendidikan dunia) salah satunya, memaparkan realitas buta aksara, baik alphabet maupun aksara dalam bahasa lainnya. Dimana dalam hal ini sebagai muslim harusnya mereka pun menguasai baca tulis Al-Qur’an. Dikuatkan pula oleh Data Badan Pusat Statistik tahun 2015 bahwa 54 % dari populasi umat Islam di Indonesia buta aksara Al-Qur’an.

Permasalahan ini, menarik perhatian tim pengabdian masyarakat Alice untuk mencarikan solusi bagi pengentasan angka buta aksara Al-qur’an. Wilayah yang menjadi tujuan program ini terletak di Kecamatan Lembar, khususnya di Desa Jembatan Gantung. Berdasarkan keterangan dari pejabat desa setempat, Lembaga Pendidikan Al-Quran dan Keagaamaan seperti Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di desa tersebut masih belum layak. Penyebabnya adalah tidak

terlembaganya tenaga TPA dan sejenisnya di desa tersebut. Selain itu, perekonomian dan pendidikan masyarakat di desa Jembatan Gantung juga tergolong rendah. Anak-anak dari desa tersebut banyak yang menghabiskan waktunya untuk menjadi buruh di Pelabuhan Lembar dan tidak melanjutkan pendidikannya.

Masyarakat Dusun Selampang memiliki tingkat antusias yang tinggi pada pendidikan Al-Qur’an dan Keagamaan, namun belum diiringi oleh lembaga pendidikan Al-Qur’an dan Keagamaan yang memadai. Jika kegiatan belajar-mengajar Al-Qur’an dan Keagamaan mendapat perhatian khusus tentunya akan mengurangi angka buta aksara Al-Qur’an sehingga dapat meminimalisir terjadinya resiko penambahan angka buta aksara Al-Qur’an di Indonesia, khususnya di wilayah Dusun Selampang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB. Selain itu, adanya program ini di Dusun Selampang akan membuat tenaga pendidik Al-Qur’an di Desa Jembatan Gantung menjadi terlembaga.

Dusun Selampang yang menjadi tempat pelaksanaan program ini, terletak di pedalaman, dikelilingi perbukitan, persawahan dan jauh dari perkotaan. Pada umumnya warga dusun bekerja sebagai petani, peternak, buruh, dan ada pula yang pengangguran. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi Dusun Selampang masih tergolong rendah.

Page 41: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

36

METODE Program ALICE (Al-Qur’an

Learning Center) ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan; tahap pelaksanaan; serta tahap pengontrolan dan evaluasi. Tahap persiapan merupakan tahap awal yang harus dilakukan pada program ini. Tahap persiapan dilakukan dengan sebaik-baiknya karena dapat mempengaruhi terlaksananya program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) ini. Tahap persiapan meliputi sebuah rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis yakni : 1) Penetapan daerah sasaran, yaitu Dusun Selampang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat; 2) Memperoleh izin pelaksanaan untuk membentuk ALICE (Al-Qur’an Learning Center) oleh kepala dusun; 3) Pendataan peserta didik ALICE (Al-Qur’an Learning Center); 4) Sosialisasi program dan perekrutan pengajar dari masyarakat dusun dan/atau desa setempat; 5) Pembuatan silabus yang akan diterapkan; 6) Pembuatan Rencana Pembelajaran dan alokasi waktu. Tahap persiapan ini membutuhkan waktu selama 2 bulan untuk pelaksanaannya.

Penetapan daerah sasaran dilaksanakan dengan metode Survei lokasi, yaitu dengan melihat latar belakang pendidikan, kondisi masyarakat, permasalahan sosial, masyarakat dan wilayah lebih detail. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap sasaran

program. Kondisi masyarakat akan mempengaruhi cara penyampaian dan penempatan pendidikan keagamaan. Permasalahan sosial berpengaruh terhadap pembelajaran masyarakat dan wilayah berguna untuk penentuan lokasi.

Perizinan dilakukan di dusun Selampang desa Jembatan Gantung kecamatan Lembar. Perizinan terdiri dari perizinan pelaksanaan dan komponen pendukung pelaksanaan yaitu perizinan tempat, peminjaman peralatan & perlengkapan. Perizinan dilakukan dengan menjadikan kepala dusun Selampang sebagai mitra. Sosialisasi program dan perekrutan pengajar dilaksanakan dengan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat setempat khususnya kepada para pemuda. Kemudian perumusan kurikulum dan jadwal kegiatan, yang bertujuan agar pedoman pelaksanaan ALICE terarah.

Kurikulum yang digunakan adalah sistem pendidikan terpadu yang mengembangkan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif santri. Adapun muatan inti ALICE berupa pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, pengetahuan umum keislaman seperti hadist, kisah teladan Nabi dan sahabat, dan sebagainya. Untuk pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dikembangkan melalui muatan lokal yaitu keterampilan khusus berbahasa asing (bahasa arab dan bahasa inggris). Selain itu, ALICE memberikan perhatian khusus pada pendidikan lingkungan hidup melalui pendekatan

Page 42: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

37

Al-Qur’an dan hadist serta teladan rasul.

Tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan yang merupakan tahap inti dari program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) dan tidak kalah pentingnya dari tahap persiapan. Pada tahap pelaksanaan segala hal yang menjadi kegiatan inti dari program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) harus dilakukan dengan baik dan konsisten sehingga program ini berjalan lancar dan efektif. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan teknik kurikulum pendidikan Al-Qur’an yaitu membaca, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, tajwid serta menghafal do’a-do’a utama. Terdapat pula mata pelajaran muatan lokal yaitu bahasa arab dan bahasa inggris sebagai penunjang soft skill anak-anak.

Metode pembelajaran yang digunakan beragam sesuai dengan mata pelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran Iqra dan Al-Qur’an menggunakan metode Qiro’ati yang dilakukan dengan cara sorogan kepada guru, hafalan juz amma dan doa utama dengan metode drill atau latihan individu, hadist dan tauhid menggunakan metode diskusi, ibadah dan akhlak menggunakan metode demonstrasi sedangakan muatan lokal menggunakan metode belajar sambil bernyanyi agar kosa-kata mudah dihafalkan dan dipahami dengan baik. Pendidikan lingkungan hidup yaitu dengan mengajak santri mencintai lingkungan melalui "Islam Cinta Kebersihan". Santri diajak untuk

menghafal hadist tentang kebersihan, menanamkan pada diri mereka bahwa berperilaku cinta bersih itu ada landasannya dalam ajaran Islam. Serta melakukan modifikasi perilaku pada santri melalui permainan yang mengasah kepekaan mereka untuk menjaga kebersihan, seperti: mengumpulkan sampah, memilah sampah dan mengolah sampah.

Tahap pengontrolan dan evaluasi merupakan tahap akhir yang dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap tahap-tahap sebelumnya. Tahap pengontrolan dilakukan dengan cara mengontrol segala kegiatan pada tahap pelaksanaan. Tahap evaluasi memberikan penilaian terhadap tahap persiapan dan tahap pelaksanaan mulai dari kekurangan dan kelebihan kegiatan.

Pada tahap pengontrolan, dilakukan pengontrolan secara rutin terhadap berjalannya kurikulum dan silabus sesuai dengan tujuan, berjalannya agenda kegiatan santri, serta pengontrolan terhadap kehadiran tenaga pendidik maupun santri. Evaluasi kegiatan dilakukan secara bertahap dan berkala. Hasil kegiatan akan diukur dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dapat digunakan sebagai titik tolak dalam pengembangan selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) merupakan tempat pendidikan informal yang mengajarkan nilai-nilai agama Islam yang bertumpu pada Al-

Page 43: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

38

Qur’an dan Al Hadits sebagai pembelajaran yang utama, serta membimbing santri menjadi muslim yang taat beragama. Guru-guru atau ustadz dan ustadzah TPQ mengajarkan tentang materi-materi agama Islam seperti do’a harian, sejarah Islam, dan membimbing santri menjadi muslim yang taat beragama (Risti, 2015).

Taman pendidikan Al-qur’an (TPQ) dapat menjadi TPQ yang efektif apabila pada TPQ tersebut guru-guru atau ustadz dan ustadzah TPQ menjadi terlembaga sehingga segala hal yang mencakup kelancaran TPQ dapat dikendalikan dengan baik. ALICE (Al-Qur’an Learning Center) hadir dengan membawa TPQ dengan konsep pendidikan islam terpadu di dusun Selampang. Para aktor gerakan Sekolah Islam Terpadu mengungkapkan bahwa saat ini kondisi pendidikan nasional di Indonesia sedang mengalami keterpurukan. Padahal pada masa-masa sebelumnya, baik pada masa Nabi beserta Sahabat dan zaman kekholifahan Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah, pendidikan Islam mengalami puncak kejayaan. Salah seorang pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu mengungkapkan: Jika mengingat sejarah munculnya Sekolah Islam Terpadu pada tahun 1990an, sebenarnya sekolah ini muncul sebagai rasa kekecewaan para aktivis terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat itu. Para aktivis menganggap bahwa pendidikan di Indonesia belum cukup

mewakili praktek pendidikan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Praktek pendidikan di Indonesia cenderung memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum sehingga membuat anak didik mengalami split personality. Oleh karena itu Sekolah Islam Terpadu menawarkan satu model pendidikan yang terintegrasi antara pendidikan agama dan pendidikan umum (Wawancara dengan MZ, pengurus JSIT Wilayah Yogyakarta (Suyatno),2015).

ALICE (Al-Qur’an Learning Center) merupakan modifikasi dari TPQ yang telah berlangsung di dusun Selampang. Wujud modifikasinya yaitu menerapkan konsep pendidikan islam terpadu dengan indikator yang akan dicapai sebelum adanya program ALICE dan diukur keberhasilan setelah adanya ALICE yaitu diantaranya; 1) tercetaknya generasi Qur’ani dusun Selampang; 2) terlembaganya ALICE dengan Transformasi Pembelajaran pasca Pelaksanaan Program PKM; 3) berhasilnya pemberdayaan ALICE melalui pengadaan sumber dana. Ketiga indikator tersebut secara terperinci dalam pembahasan setiap paragraf.

ALICE : Sistem Pendidikan Terpadu dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an

Dalam mencetak generasi Qur’ani di dusun Selampang, ALICE menerapkan konsep “pendidikan terpadu” yang mengembangkan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif santri. Selain mampu membaca Al-

Page 44: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

39

Qur’an dengan baik dan benar, santri dituntun untuk menerapkan ilmu agama yang mereka peroleh melalui wadah pendidikan ALICE berupa doa, praktik amaliah, hadist dan hafalan doa dalam kehidupan sehari-hari dan ALICE cinta kebersihan.

Santri ALICE terdiri dari santri mengaji Al-Qur’an dan santri yang masih dalam tahap mengaji Iqro’. Relawan ALICE merupakan masyarakat dari dusun selampang, kemudian relawan tersebut membentuk lembaga pengurus ALICE yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan koordinator KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Santri tetap ALICE berjumlah 40 santri. Santri tetap ALICE terdiri dari santri mengaji Al-Qur’an dengan jumlah 25 santri dan santri mengaji Iqro’ dengan jumlah 15 santri.

Untuk mengetahui perkembangan prestasi setiap pertemuan maka dilakukannya pengontrolan yang dapat dibuktikan dengan kartu kontrol prestasi. Kartu kontrol prestasi dibagi menjadi kartu kontrol prestasi Iqro’, kartu kontrol prestasi Al-Qur’an, kartu kontrol hafalan Juz amma, kartu kontrol hafalan doa-doa pilihan, serta kartu kontrol prestasi praktik amaliyah.

Sistem yang diajarkan ALICE kepada pembelajaran Iqro’ adalah bahwa tidak akan beralih ke halaman selanjutnya apabila belum mengaji Iqro’ dengan baik dan benar pada halaman sebelumnya demi kelancaran ketika membaca Al-qur’an. Dengan harapan dapat mencapai indikator

yang diharapkan. Pembelajaran Al-Qur’an menggunakan metode Qiro’ati yang dilakukan dengan cara sorogan kepada guru, yaitu guru mencontohkan cara membaca ayat Al-Qur’an yang baik dan benar kemudian diikuti oleh santri, serta menjelaskan hukum bacaan yang berlaku. Sehingga santri akan mampu memahaminya. Kriteria dalam membaca Al-qur’an yang baik dan benar yaitu ketepatan tajwid (hukum-hukum bacaan Al-Qur’an), Makhrijul Huruf (tempat keluarnya huruf), Al Qosr Wal Mad (pendek dan panjang huruf).

Tahap evaluasi Program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) dilakukan penilaian dalam membaca Al-Qur’an terhadap santri dusun Selampang. Berdasarkan survey yang dilakukan sebelum adanya program ALICE yaitu dari 40 orang santri dusun selampang yang tergolong mencapai 3 kriteria sebelum adanya program ALICE hanya sebagian, sehingga diperlukannnya pengajar yang lebih intensif serta diperlukan pula adanya bimbingan dari orang tua santri dan perlu adanya perhatian khusus ke santri. Seperti membiasakan pengajar untuk selalu menanyakan apakah rajin mengaji dirumah dan lain sebagainya sehingga santri dusun Selampang tidak akan melupakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim sampai tercapainya generasi Qur’ani yang cerdas dan disiplin. Tabel 1. Indikator Pencapaian

Sebelum Program ALICE

Page 45: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

40

Sumber data: Survey Penulis

Ketika program ALICE berjalan dari 40 orang santri adanya peningkatan santri yang tergolong mencapai 3 kriteria, peningkatan yang diperoleh sebesar 87,5%. Dengan data sebagai berikut. Tabel 2. Indikator Pencapaian

Sesudah Program ALICE

Sumber data: Survey Penulis

Pencapaian ini didasarkan pada antusiasme dan kedisiplinan para santri ALICE dusun Selampang. Sering kali mereka menunggu pengajar lebih awal dan yang mereka lakukan adalah melancarkan bacaan mereka sebelum diawasi oleh pengajar. Faktor pendukung peningkatan pencapaian lainnya adalah adanya ilmu yang berasal dari buku tajwid yang dibagikan sebagai pedoman mereka dalam membaca Al-Qur’an.

Selain dibekali dengan tata cara membaca Al-Qur’an, santri ALICE juga dibekali dengan pembinaan kehidupan keagamaan yang nantinya akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk pembekalan ilmu maupun praktik amaliah. Hafalan juz amma dan doa pilihan menggunakan metode drill atau latihan individu yang hasilnya akan mereka setor dan ditulis dalam kartu

prestasi hafalan. Hadist dan tauhid menggunakan metode diskusi pengajar dengan para santri. Praktik amaliyah dalam ibadah dan akhlak atau menggunakan metode demonstrasi yang didukung dengan alat peraga berpa poster pendidikan. Kemudian muatan lokal menggunakan metode belajar sambil bernyanyi agar kosa-kata mudah dihafalkan dan dipahami dengan baik, serta praktek penerapannya dengan membuat kalimat serta melakukan percakapan dari kosa-kata yang telah dihafal.

Buku pedoman yang dibagikan kepada para santri yaitu terdiri dari buku Aqidah Akhlak, buku Sirah Nabawi, buku Fardu’ain, buku Masa’ilah, buku Fiqh, buku Al-Hikam, buku Bulgul Maraam, buku Riadussholihin, buku Usuluddin, buku Firussolihin dan buku Ar-Rahman.

Selain itu, ALICE memberikan perhatian khusus pada pendidikan lingkungan hidup melalui pendekatan Al-Qur’an dan hadist serta teladan rasul. Salah satu agenda ALICE adalah mengangkat tema "Islam Cinta Kebersihan". Santri diajak untuk menghafal hadist tentang kebersihan, memahamkan mereka bahwa berperilaku cinta bersih itu ada landasannya dalam ajaran Islam. Serta melakukan modifikasi perilaku pada santri melalui permainan yang mengasah kepekaan mereka untuk menjaga kebersihan, seperti: mengumpulkan sampah, memilah sampah dan mengolah sampah.

Page 46: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

41

Terlembaganya ALICE Sebagai Transformasi Pembelajaran Pasca Pelaksanaan Program PKM

Masa pelaksanaan ALICE (Al-Qur’an Learning Center) dalam Program Kreatifitas Mahasiswa hanya terhitung 3 bulan waktu efektif. Namun, bukan berarti lewat dari 3 bulan program ini harus berakhir. Tim mengupayakan rekayasa agar program dapat terus berjalan, dimiliki oleh warga dan dikelola secara langsung oleh mereka. Terwujudnya program yang sustainable (berkelanjutan) dimana ALICE ini akan menjadi lembaga milik dusun selampang desa Jembatan Gantung, yaitu dengan cara menggerakkan relawan dari masyarakat dusun Selampang dan sekitarnya. Untuk menarik peminat relawan maka kami dari tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat menyebarkan brosur perekrutan relawan. Selain itu, kepala Dusun Selampang bersedia untuk membantu berjalannya transformasi program ALICE (Al-Qur’an Learning Center). Esensi dari perekrutan relawan merupakan bentuk pokok dari ALICE (Al-Qur’an Learning Center) yang berbasis masyarakat. Manfaat yang diperoleh yaitu menurut pandangan agama Islam adalah menambah ilmu dan mendapatkan kebaikan-kebaikan.

Hasil yang dicapai untuk relawan pengajar yaitu 9 orang yang kemudian dibentuk menjadi susunan organisasi ALICE Dusun Selampang. Bentuk dari terlembaganya ALICE

adalah relawan yang telah direkrut kemudian dibuat terlembaga yaitu terdiri dari penanggung jawab, pembina ALICE, ketua ALICE, koordinator pengontrol kegiatan ALICE, sekretaris ALICE, bendahara ALICE dan Koordinator Pelaksana Pendidikan ALICE. Berdasarkan data yang diperoleh ALICE telah membentuk lembaga pendidikan ALICE yaitu dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Lembaga

Pendidikan ALICE

Kepedulian Wali Santri atas Keberlangsungan ALICE Melalui Pengadaan Sumber Dana

Program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) yang berkelanjutan tentu memerlukan pengadaan sumber dana untuk memenuhi sarana dan prasarana penunjang. ALICE melakukan kerjasama dengan bank sampah sebagai bentuk terlaksananya ALICE peduli lingkungan. Hal ini bertujuan untuk membiasakan santri

Page 47: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

42

dan santriwati dusun selampang hidup sehat dengan lingkungan yang bersih. Hadist mengatakan yang artinya “kebersihan itu adalah sebagaian dari iman”, hal demikian senantiasa diajarkan kepada santri dan santriwati dusun selampang.

ALICE (Al-Qur’an Learning Center) bekerja sama dengan bank sampah Tunas Muda dari sekotong. Sistem yang digunakan adalah apabila sampah sudah mencapai batas yang telah disetujui sebelumnya, maka pihak ALICE akan menghubungi bank sampah Tunas Muda. Pendapatan nantinya dijadikan sebagai kas ALICE (Al-Qur’an Learning Center). Sehingga sarana dan prasarana ketika pelaksanaan program ALICE menjadi terpenuhi.

ALICE (Al-Qur’an Learning Center) melakukan pemberdayaan kepada wali santri dibawah koordinasi Ibu Kepala Dusun Selampang. Wali santri senantiasa membimbing anak-anaknya dalam mempersiapkan sampah sebelum berangkat mengaji. Sampah yang dipersiapkan adalah sampah dari rumah, dan bukan merupakan hasil memulung. Jenis sampah yang digunakan sebagai tabungan nasabah bank sampah adalah jenis sampah yang dapat di daur ulang seperti sampah plastik, aluminium, kaleng bekas, besi, karet, kertas/kardus, dan jerigen.

Selain itu, pemberdayaan wali santri juga dilakukan dengan mengadakan pelatihan pengolahan dan pemilahan sampah yang dibimbing langsung oleh bank sampah

Tunas Muda yang diadakan sekali setiap dua bulan. Melalui pemberdayaan ini, kemanfaatan dari program ALICE sangat dirasakan oleh santri, wali santri, serta masyarakat dusun Selampang itu sendiri.

PENUTUP

ALICE (Al-Qur’an Learning Center) menerapkan konsep pendidikan islam terpadu yang mengembangkan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif santri. Selain mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, santri dituntun untuk menerapkan ilmu agama yang mereka peroleh melalui wadah pendidikan ALICE berupa doa, praktik amaliah, hadist dan hafalan juz amaa dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan lingkungan hidup.

Untuk mengetahui perkembangan santri setiap pertemuan, maka dilakukan pengontrolan dengan menggunakan kartu kontrol prestasi. Kartu kontrol prestasi dibagi menjadi kartu kontrol prestasi Iqro’, kartu kontrol prestasi Al-Qur’an, kartu kontrol hafalan Juz amma, kartu kontrol hafalan doa-doa pilihan, serta kartu kontrol prestasi praktik amaliyah. Kemudian pendidikan lingkungan hidup dilakukan dengan modifikasi perilaku pada santri melalui permainan yang mengasah kepekaan mereka untuk menjaga kebersihan, seperti: mengumpulkan sampah, memilah sampah dan mengolah sampah.

Keterlibatan masyarakat dengan berkontribusi secara langsung menjadi

Page 48: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

43

relawan demi keberlanjutan program ALICE. Relawan ALICE merupakan masyarakat dari dusun selampang dibina langsung oleh Kepala Dusun Selampang, kemudian relawan tersebut membentuk lembaga pengurus ALICE. Relawan yang telah direkrut kemudian dibuat susunan organisasi yang terdiri dari penanggung jawab, pembina ALICE, ketua ALICE, koordinator pengontrol kegiatan ALICE, sekretaris ALICE, bendahara ALICE dan Koordinator Pelaksana Pendidikan ALICE.

Keberlanjutan ALICE (Al-Qur’an Learning Center) tentu memerlukan dana untuk memenuhi sarana dan prasarana penunjang kegiatan program. ALICE melakukan kerjasama dengan bank sampah Tunas Muda di Sekotong, Lembar Selatan sebagai bentuk terlaksananya ALICE peduli lingkungan. ALICE (Al-Qur’an Learning Center) menjadi nasabah bank sampah yang kemudian menabung dan menyetor sampah setiap minggunya. Hasil dari tabungan sampah itu akan menjadi uang kas Alice.

Selain itu, pemberdayaan turut dilakukan sebagai bagian dari program pendidikan lingkungan hidup. Yaitu dengan keterlibatan santri serta wali santri dalam mengumpulkan sampah, mengolah serta memilah sampah yang dibimbing langsung oleh pihak bank sampah Tunas Muda.

Oleh karena itu, program ALICE (Al-Qur’an Learning Center) sangat bermanfaat baik untuk santri, wali

santri, serta masyarakat dusun selampang itu sendiri. Dengan demikian, ALICE (Al-Qur’an Learning Center): Sistem Pendidikan Terpadu Dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an telah mampu memberikan pendidikan Al-Qur’an dan pendidikan islam terpadu yang efektif bagi anak-anak usia dini dan sekolah dasar di Dusun Selampang, mengembangkan masyarakat Dusun Selampang melalui perlibatan mereka dalam program ALICE yaitu menjadi relawan dan peserta pemberdayaan, serta menciptakan lembaga pendidikan Al-Qur’an dan keagamaan yang berkelanjutan (sustainable) di Dusun Selampang.

DAFTAR PUSTAKA Usman, B. 2002. Metodologi

pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pers.

Risti, A.D.T. 2015. Rancangan Bangun Website dan E-Learning di TPQ Al-Fadhilah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan suku bangsa, agama, dan bahasa sehari-hari penduduk Indonesia: hasil sensus Penduduk 2010. Dalam https://www.bps.go.id, diakses pada 2 Desember 2017.

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2015. Banyaknya umat beragama menurut kabupaten/kota Provinsi NTB, 2014. Dalam http://ntb.bps.go.id/ , diakses pada 21 November 2017.

Page 49: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

44

PENGINTEGRASIAN LITERASI BACA TULIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DALAM UJIAN PRAKTEK MEMBUAT RESENSI BUKU PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 SELONG.

Islahuddin

Guru SMPN 1 Selong Lombok Timur E-mail : Islahuddin17@gmail

ABSTRAK

Best praktis ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan antara kegiatan literasi sekolah dengan kegiatan pembelajaran di kelas, bagaimana cara guru mengoptimalkan peranan kegiatan literasi baca tulis untuk meningkatkan kemampuan menulis resensi buku pada siswa kelas IX SMPN 1 Selong tahun 2017/2018. Kegiatan best praktis ini dilaksanakan selama 1 bulan, meliputi perencanaan, pemantauan kegiatan dan laporan literasi harian siswa, dan pendaftaran buku yang diresensi siswa. Penilaian terhadap produk berupa resensi buku dilakukan ketika ujian praktek bahasa Indonesia pada saat ujian nasional tahun 2017. Tes dengan soal berbentuk essay untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat teks resensi buku . Subyek tindakan ini yaitu siswa kelas IX semester 6 yang berjumlah 286 dan terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Selong yang mengikuti ujian nasional tahun 2016/2017. Hasil best praktis ini menunjukkan bahwa pelaksannaan literasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis resensi buku adalah dari 286 jumlah peserta, diperoleh nilai terendah siswa 78 dan tertinggi 97. Objektifitas siswa tumbuh, hal ini dibuktikan dengan buku yang diresensi sesuai dengan buku yang telah didaftarkan satu bulan sebelumnya, resensi yang dibuat siswa menunjukkan keaslian (orisinalitas). Simpulan dari kegiatan pembuktian Best Praktis ini adalah pengintegrasian kegiatan literasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX SMPN 1 Selong tahun 2017/2018 dalam menulis resensi buku, serta dapat meningkatkan peranan literasi baca tulis di sekolah secara nyata. Kata Kunci: literasi baca-tulis, teks resensi buku PENDAHULUAN

Bangsa yang maju tidak diperjuangkan hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat,

yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.

Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis. Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia.

Page 50: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

45

Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik.

Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya untuk melibatkan semua pihak di lingkungan sekolah, dari mulai kepala sekolah, jajaran komite, pengawas, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar dalam mendukung kegiatan literasi.

Pembuatan kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi baca-tulis sangat diperlukan. Adanya kebijakan yang dibuat terkait pelaksanaan literasi merupakan wujud keseriusan sekolah untuk mengembangkan budaya literasi. Dalam hal ini, sekolah dapat melakukan intervensi positif agar

seluruh warga sekolah dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan literasi. Kebijakan ini bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya, ditetapkannya waktu khusus untuk membaca bersama.

Program literasi merupakan program yang sangat penting bagi sekolah. Program literasi sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program penguatan pendidikan karakter. Tetapi sampai sekarang masih banyak kendala dalam pelaksanaannya. Di SMPN 1 selong program ini sudah dilaksanakan sejak sekolah ini menyandang status sekolah rujukan. Sejauh program ini dilaksanakan masih terdapat kendala dalam beberapa aspek. Kebijakan, strategi, program, dan kegiatan literasi baca-tulis dikembangkan dan diimplementasikan dengan mendasarkan dan mempertimbangkan konteks geografis, demografis, sosial, dan kultural yang ada di Indonesia, termasuk situasi dan kondisi sekolah.

Pengembangan dan implementasi literasi baca-tulis yang peka konteks seperti ini niscaya akan memiliki keberterimaan dan tingkat keberhasilan yang lebih baik. Pengembangan dan pelaksanaan kebijakan literasi baca-tulis di ranah sekolah, keluarga, dan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus di samping partisipasi dan keterlibatan berbagai

Page 51: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

46

pihak terkait secara terus-menerus diperluas dan diperkuat dari waktu ke waktu. Pada dasarnya, semua kegiatan pembelajaran dilandasi oleh aktivitas membaca dan menulis.

Untuk mengaitkan literasi baca tulis dengan pembelajaran perlu dikembangkan teknik-teknik membaca yang efektif agar dapat menangkap isi bacaan dengan baik. Selain itu, dikembangkan juga strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, baik menulis ilmiah maupun kreatif. Gerakan literasi baca-tulis dilaksanakan dengan mengintegrasikannya dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan ektrakurikuler. Pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas yang didukung oleh orang tua dan masyarakat. 1. Permasalahan

Program literasi baca-tulis di SMPN 1 Selong belum direspon secara serius oleh siswa karena belum ada tindak lanjut dan relevansi dengan pembelajaran .

2. Strategi Pemecahan masalah Strategi yang dilakukan di SMPN 1 Selong agar siswa termotivasi dalam kegiatan literasi adalah dengan mengaitkannya dengan program pembelajaran terutama pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam ujian praktek pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas IX, siswa diwajibkan untuk membuat

resensi buku berdasarkan buku yang dibaca. Tahapan operasional pelaksanaan

a. Keharusan membuat resensi buku berdasarkan kegiatan literasi diumumkan 1 bulan sebelum ujian praktek.

b. Siswa harus menentukan buku fiksi atau nonfiksi yang akan dibuat resensinya.

c. Guru mendata buku-buku yang akan dibuat resensi oleh siswa, dengan mengecek buku aslinya.

d. Setiap hari atau secara berkala, guru memeriksa laporan literasi siswa untuk mengetahui perkembangan kegiatan membaca buku yang sudah dipilih siswa sebagai bahan resensi.

e. Satu minggu sebelum membuat resensi guru menjelaskan hakikat resensi buku serta struktur resensi dan unsur kebahasaan resensi buku fiksi maupun nonfiksi.

f. Guru membuat kisi-kisi dan soal untuk ujian praktek membuat resensi buku fiksi dan nonfiksi, dengan pedoman penskoran.

g. Mengumumkan ketentuan-ketentuan penting dalam ujian praktek membuat resensi buku dan non fiksi.

h. Melaksanaan ujian praktek dengan SOP, yang sudah ditetapkan.

Page 52: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

47

i. Melakukan penilaian resensi buku fiksi dan non fiksi.

KAJIAN TEORI

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal.

Menurut Laksono (2015) istilah literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian, Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat dalam budaya masing-masing.

Menurut Satgas GLS (2015) literasi yaitu kemampuan

dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Peraktik pendidikan perlu menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran sepanjang hayat. Untuk mendukungnya Kemendikbud mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Menurut Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 Gerakan literasi sekolah memperkuat upaya penumbuhan budi pekerti, salah satu kegiatan dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum pelajaran dimulai.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai, materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik ( Depdikbud, 2017)

Adapun menurut Laksono (2017) istilah literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian, Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu

Page 53: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

48

dan masyarakat dalam budaya masing-masing.

Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi individu ataupun sekolah yang literat. Untuk itu, implementasi GLS pun merupakan sebuah proses agar siswa menjadi literat, warga sekolah menjadi literat, yang akhirnya literat menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individu atau sekolah tersebut (Laksono, 2017)

Literasi sekolah akan berhasil jika dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip 1) sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik bedasarkan karakteristiknya, 2) dilaksanakan secara berimbang menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik, 3) berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum, 4) kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan, 5) melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan, dan mempertimbangkan keberagaman ( Depdikbud, 2017)

Menurut Nuh (2013) keistimewaan kurikulum 2013 adalah menempatkan bahasa sebgai penghela ilmu pengetahuan. Ditegaskan oleh Mahsun (2014) penempatan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan pada kurikulum 2013, membuka peluang perancangan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dan memberi ruang pada peserta didik

untuk mengembangkan berbagai jenis struktur berpikir, karena setiap teks memiliki struktur berpikir yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai, maka semakin banyak struktur berpikir yang dikuasai peserta didik.

Menurut Retnaningdyah (2016) kegiatan literasi pada tahap pengembangan sama dengan kegiatan pada tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati dan membacakan nyaring) diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Mengingat kegiatan tindak lanjut memerlukan waktu tambahan di luar 15 menit membaca, sekolah didorong untuk memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran sebagai kegiatan Membaca Mandiri atau sebagai bagian dari kegiatan ko-kurikuler. Bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah.

Kegiatan literasi membaca buku fiksi dan nonfiksi yang bervariasi bertujuan agar siswa memiliki pengalaman yang beragam tentang berbagai jenis buku, serta dapat mengembangkan kemampuan

Page 54: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

49

berpikir dalam mengemukakan pandangan tentang kelebihan dan kekurangan sebuah buku. Hal ini dipertegas dengan pendapat bahwa pembelajaran teks mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Dengan satu topik tertentu, peserta didik dapat dilatih mengemukakan pandangan-nya tentang topik itu dalam berbagai cara ( Mahsun, 2014 ).

Resensi buku adalah pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku, dalam membuat resensi, perlu dilakukan penilaian terhadap kualitas buku ditinjau dari berbagai segi. Secara umum, resensi berguna untuk memberi tahu pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan tentang kelebihan maupun kekurangan buku (Nurhadi, 2005 )

Karena isinya mengulas tentang sebuah buku, maka resensi buku disebut teks ulasan. Menurut Mafrhuki (2016) teks ulasan buku adalah penilaian mengenai keunggulan dan kelemahan buku. Teks ulasan memiliki fungsi sosial yang sama dengan resensi buku yaitu untuk memberikan penilaian terhadap sebuah buku, agar masyarakat memperoleh gambaran tentang kualitas sebuah buku, sebagai bahan pertimbangan untuk membacanya.

Secara umum bagian-bagian penting dari resensi buku adalah 1) Identitas buku ( judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan

tebal halaman buku ), 2) Tujuan penulisan buku, 3) Ringkasan/ Sinopsis isi buku, 4) kelebihan dan kekurangan buku, 5) Simpulan dan saran (Nurhadi, 2005).

Penilaian autentik adalah penilaian berbasis kompetensi. Kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 adalah SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang dijabarkan menjadi kompetensi inti (KI), KI dijabarkan lagi menjadi KD, karena KD masih umum maka dijabarkan menjadi Indikator. Setelah menjadi Indikator dijabarkan menjadi tugas kinerja.

Menurut Mahsun ( 2014) pengembangan penilaian autentik berbasis teks dilakukan melalui tahapan : 1) penetapan kompetensi yang diukur, 2) Penjabaran kompetensi ke dalam indikator-indikator, 3) penjabaran indikator ke dalam tugas kinerja, 4) penentuan tugas kinerja, 5) pengembangan kriteria, dan penyusunan rubrik.

PEMBAHASAN 1. Alasan Pemilihan Strategi

Pemecahan Masalah. Melaksanakan ujian praktek

dengan menggunakan teknik pembuatan resensi buku fiksi dan nonfiksi merupakan pengembangan dari kegiatan literasi sekolah. Hal ini sesuai juga dengan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013. Dalam Lampiran Permen No, pada KI-KD kelas IX siswa diwajibkan mampu

Page 55: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

50

menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi nonfiksi yang dibaca.

Siswa tidak cukup dengan membuat catatan atau laporan dalam bentuk laporan kegiatan literasi harian. Tetapi dengan membuat resensi buku fiksi dan nonfiksi siswa dapat merefleksikan kemampuan memahami mengafresiasi buku secara utuh. Kegiatan memahami buku asli juga dimaksudkan agar siswa dapat memahami informasi dari sumber asli, bukan memperoleh dari tulisan-tulisan singkat yang didapatkan dari goegle.

Kebiasaan kebiasaan membaca informasi instan yang bertebaran di dunia maya, harus dibarengi dengan kegiatan merujuk pada sumber asli. Bahan literasi bisa juga dengan membaca artikel-artikel, essay, opini dan berita, synopsis singkat yang ada di internet, karena lebih praktis, tetapi banyak hal-hal positif yang didapatkan jika siswa mencari / membaca buku asli yang lebih lengkap. Sesungguhnya kebiasaan membaca dan kemampuan menulis yang baik akan dipengaruhi oleh kebiasaan memanfaatkan teknologi. Kegiatan memodifikasi tulisan dan karya seni dari internet untuk penyelesaian tugas akademik merupakan kebiasaan yang perlu diminimalisasi.

Berdasarkan penelitian di SMPN 1 Selong, 97,5% siswa kelas IX mengenal novel-novel terkenal dari filmnya hanya 2,5 % yang

pernah membaca novel aslinya. Sebelum diumumkan kegiatan praktik membuat resensi buku berdasarkan literasi buku fiksi dan nonfiksi, observasi awal menunjukkan rata rata 5% di tiap kelas yang menggunakan buku fiksi dan nonfiksi sebagai bahan literasi, selebihnya 95% menggunakan artikel atau tulisan serta berita yang didapatkan dari internet, koran dan majalah.

Untuk mengoptimalkan kegiatan literasi baik segi kualitas bahan maupun proses, maka umpan balik dari program literasi siswa, salah satu alternatifnya adalah membuat resensi buku fiksi dan nonfiksi. Dalam penulisan resensi yang baik siswa dituntut menentukan buku fiksi dan fiksi yang akan diresensi sesuai dengan minat dan kemampuan siswa tetapi tetap ditentukan batas minimal jumlah halamannya yaitu 50, isi sesuai dengan perkembangan psikologis, dan tidak mengandung unsur syara, kekerasan, dan fornografi.

Agar ujian praktek membuat resensi buku fiksi dan nonfiksi efektif dan efisien, maka perlu dibuatkan kisi-kisi soal ujian.contoh soal dan kisi-kisi sbb. : KISI KISI PENULISAN SOAL Jenjang Pendidikan : MTs/SMP Kelas : IX Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kurikulum : 2013

Page 56: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

51

Soal 1. Buatlah resensi buku fiksi atau nonfiksi

berdasarkan buku yang telah dibaca ! Dengan ketentuan sebagai berikut : A. Bagian bagian harus lengkap, seperti :

a. Terdapat judul yang sesuai dengan buku yang diresensi.

b. Terdapat identitas buku, yang berisi hal-hal penting dalam fisik buku secara lengkap.

c. Menyajikan bagian pendahuluan yang berisi : alasan Anda memilih buku yang diresensi, dan tujuan penulis/pengarang menulis buku yang diresensi.

d. Membuat Sinopsis / Ringkasan buku, maksimal satu setengah halaman kertas doble folio, minimal satu halaman double folio serta dapat menggambarkan isi buku / isi cerita buku yang diresensi.

e. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi secara objektif (berdasarkan keadaan buku yang sebenarnya tidak dibuat-buat).

f. Mengakhiri resensi dengan penutup, yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

B. Tulisan harus asli tidak berasal dari internet, dibuktikan dengan hasil oret-oretan dan laporan kegiatan literasi harian.

C. Mengumpulkan buku yang diresensi, setelah membuat resensi!

D. Resensi dibuat dengan tulisan tangan tinta hitam/biru pada kertas doble folio (boleh bolak balik ) yang sudah distempel, dengan garis pinggir kiri 3 cm, rapi dan bersih, hindari coretan dan type exs!

E. Kumpulkan resensi dengan oret-oretan tepat waktu, sesuai waktu yang tersedia!

F. Setiap pelanggaran pada butir ketentuan nomor 2,3,4,5 mengakibatkan skor dikurangi 5 – 10 skor.

2. Hasil atau dampak yang dicapai dari strategi yang dipilih

Setelah diperiksa dan diberi skor, ternyata didapatkn hasil penilaian terhadap resensi yang meningkat dari sebelumnya, peningkatan ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa. Dari 286 siswa, diperoleh nilai terendah siswa yaitu 78 sedangkan nilai tertinggi adalah 97.

Nilai kejujuran dan objektivitas

bisa dikembangkan dalam pembuat-an resensi buku ini. Sikap kejujuran diindikasikan dari kesesuaian antara buku yang diresensi dengan buku yang terdaftar sebelumnya. Rata-rata 99% kesesuaian itu setelah disinkronkan antara resensi yang ditulis siswa dengan buku yang dikumpulkan dan data pada tabel pendaftaran buku yang akan diresensi pada masing-masing kelas.

Tabel pendaftaran buku yang diresensi siswa

Page 57: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

52

Objektivitas terlihat dari kemampuan siswa menguraikan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi serta kemampuan siswa menyebutkan secara detail identitas buku. Sikap berpikir sistematis dan kritis terlihat dalam pembuatan synopsis dan ringkasan isi buku. Siswa mampu menyajikan isi cerita/buku dengan urutan yang logis dan bahasa yang dapat dipahami menggunakan ejaan dan tata bahasa yang standar sesuai tingkat kemamapuan siswa pendidikan dasar. 3. Kendala-kendala yang dihadapi Dalam melaksanakan strategi ini terdapat berbagai kelemahan dan keterbatasan, antara lain : a. Adanya kebebasan pemilihan

buku yang cendrung sesuai dengan selera remaja, jika tidak diarahkan dengan sungguh-sungguh.

b. Isi dan tema buku kadang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan remaja, membutuhkan sleksi yang lama.

c. Kalau diarahkan untuk memilih buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah, alternatif pilihan kecil, dan buku-buku terbatas jumlah maupun judulnya.

d. Kreatifitas anak kurang dalam membuat resensi cendrung mengikuti pola yang sesuai dengan ketentuan penilaian.

e. Membutuhkan persiapan waktu yang relatif lama.

f. Membutuhkan waktu verifikasi yang cukup lama.

g. Membutuhkan pengawasan dan keterampilan pengawas dalam pelaksanaan ujian.

4. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan

Adapun hal-hal yang dapat mendukung pelaksanaan kegitan literasi yang menghasilkan resensi buku adalah : a. Sekolah yang menyadari

pentingnya program literasi, SMPN 1 Selong adalah sekolah rujukan.

b. Lingkungan sekolah serta sarana dan prasarana yang memadai

c. Latar belakang ekonomi dan pendidikan keluarga siswa yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas.

d. Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan SMPN 1 Selong serta kesadaran literasi yang mulai bangkit.

5. Alternatif pengembangan Strategi pengembangan kegiatan literasi akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di semua kelas, bukan hanya di kelas Sembilan yang terikat pada pencapaian nilai ujian praktek. Penentuan buku lebih selektif, sehingga isi buku lebih menunjang ke hal-hal yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Agar kegiatan ini juga berkontribusi dalam menambah bahan literasi sekolah,

Page 58: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

53

perlu dipikirkan tekniknya, terutama untuk menciptakan pojok baca di seluruh kelas. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Pengembangan literasi agar kegiatan tersebut memiliki keterkaitan langsung dengan pembelajaran dan berdampak langsung dengan kemampuan siswa menulis dan membaca. Pembuatan/ menulis resensi buku berdasarkan buku yang dibaca pada program literasi dalam kegiatan ujian praktek bahasa Indonesia merupakan bentuk umpan balik dari proses membaca memahami buku. Setelah diperiksa resensi buku yang dibuat oleh siswa dengan pedoman penskoran yang sudah ditentukan nilai rata-rata 88, hal ini menunjukkan keterampilan siswa tinggi. Disamping nilai pengetahuan dan keterampilan juga terdapat penumbuhan sikap kejujuran dalam penulisan resensi yang indikasikan rata 99% terdapat kesesuaian antara buku yang terdaftar dengan yang diresensi. Sikap objektif siswa terlihat juga dalam menguraikan identitas buku. Kekritisan siswa ditunjukkan dengan kemampuan mengungkap kelebihan dan kekurangan buku secara objektif. 2. Saran / Rekomendasi Setelah diketahui hasil pengem-bangan kegiatan literasi yang dipaparkan terdahulu, maka dapat

dikemukakan rekomendasi operasio-nal atau saran tindak berikut : Pelaksanaan pengembangan

kegiatan literasi dalam bentuk penulisan resensi, hendaknya dilaksanakan secara berkesinam-bungan terencana dan terkontrol serta melibatkan partisipasi aktif dari elemen-elemen sekolah,

Penentuan jenis buku yang diresensi hendaknya dilakukan secara slektif, baik dari segi fisik buku dan isi.

Sistematika penulisan resensi buku hendaknya diutamakan agar mudah dinilai, disamping itu porsi kemampuan menggunakan bahasa secara kreatif berdasarkan kaidah-kaidah yang benar hendaknya mendapatkan porsi yang seimbang dalam penilaian dengan sistematika resensi.

DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, 2015. Gerakan Literasi

Sekolah. Dirjend Dikdasmen : Jakarta.

Laksono,Kisyani 2017. Pengembangan Budaya Literasi dan Strategi Literasi dalam Pembelajaran di sekolah Menengah Pertama, Satgas GLS Ditjend Dikdasmen Kemendikbud : Jakarta.

Depdikbud, 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMP, Dirjend Dikdasmen Kemendikbud : Jakarta.

Abidin, Yunus. 2016. Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama.

Page 59: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

54

Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Nurhadi, dkk. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk SMP/MTs Kelas IX. Penerbit Erlangga:Jakarta.

Mafrukhi. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia, Jilid 2 Kelas VIII SMP/MTs. Penerbit Erlangga:Jakarta.

Trianto, Agus.2018. Buku Guru Bahasa Indonesia. PT. Mancanan Jaya Cemerlang : Klaten.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, No 64 Tahun 2013 tentang “Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud : Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No 23 Tahun 2015 tentang “Gerakan penumbuhan budi pekerti.” Kemendikbud : Jakarta.

Page 60: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

55

SELF MAPPING STRATEGY (SMS) DALAM PERUMUSAN INDIKATOR MENUJU PENYUSUNAN RPP

KURIKULUM 2013

Zulkipli Guru SMPN 4Sikur

ABSTRAK

Penelitian sederhana ini bertujuan untuk membantu para guru dalam menemukan cara termudah untuk merumuskan indikator dan diharapkan mampu menemukan strategi tercepat untuk menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) khususnya untuk Kurikulum 2013 pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Metoda yang digunakan pada penelitian sederhana ini adalah metoda survey dengan melakukan wawancara langsung (Direct Interview) dan Praktik Terbaik (Best Practice). Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara kepada para guru Bahasa Inggris dengan menanyakan masalah utama mereka dalam merumuskan indikator dan kesulitan mereka dalam menyusun RPP. Setelah penulis menemukan masalah dan kesulitan mereka, penulis memberikan pemahaman kepada mereka tentang bagaimana merumuskan indikator dan membimbing mereka tentang cara tercepat menyusun RPP. Terkait dengan ini, penulis menyediakan mereka beberapa sumber pendukung untuk memudahkan mereka dalam penyusunan RPP seperti; Tabel Pemetaan, Silabus, Format RPP, dan Buku pendukung yang relevan. Penelitian sederhana ini dilakukan terhadap para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program pelatihan Kurikulum 2013 di SMPN 4 Sikur tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian, ada berbagai macam masalah yang dihadapi oleh guru Bahasa Inggris dalam merumuskan indikator, misalnya: (1) Mereka masih belum memahami kata-kata kunci yang ada pada masing-masing KD; (2) Mereka masih kebingungan memilih kata kerja operasional (KKO) yang tersedia pada teori tertentu; (3) Mereka masih kebingungan menentukan level berfikir (Kognitif dan Psikomotorik); dan (4) Mereka masih kesulitan dalam merancang RPP. Berangkat dari fenomena ini, penulis mencoba menemukan solusi untuk membantu guru Bahasa Inggris dalam memecahkan masalah mereka. Dalam penelitian ini, penulis menemukan sebuah strategi atau cara termudah dan sederhana untuk merumuskan indikator menuju penyusunan RPP. Strategi ini dinamakan “Self Mapping Strategy” (SMS) atau Strategi Pemetaan Sendiri. Mengacu dari penemuan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi ini mampu membantu guru bahasa Inggris dalam mengatasi masalah mereka. Mereka mampu menentukan level berfikir berdasarkan kata-kata kunci yang ada pada KD dan mampu merumuskan indikator dengan lebih mudah. Pada akhirnya mereka mampu menyusun RPP lebih mudah dan waktu yang dibutuhkan untuk menyusunnya lebih singkat dibandingkan dengan sebelum menggunakan strategi ini atau dapat dikatakan bahwa “Tiga hari menjadi tiga jam” (Three days being three hours). Kata Kunci : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Self Mapping Strategy, Kurikulum 2013

Page 61: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

56

PENDAHULUAN

RPP merupakan salah satu

perangkat pembelajaran yang paling

urgen diantara perangkat pembelajaran

lainnya. Tidak memiliki RPP artinya

tidak memiliki persiapan pembelajaran

yang matang. Dengan hal ini guru-guru

tidak akan fokus dalam mentransfer

ilmunya kepada siswa. Acap kali mereka

mengajar siswanya keluar dari silabus

yang disuguhkan oleh kurikulum.

Mereka kadang-kadang mengajar siswa

hanya berdasarkan buku (Book Based

Teaching) bukan berdasarkan tuntutan

KD. Oleh karena itu menyiapkan RPP

sangatlah penting sebelum guru

mengajar.

Dilain sisi, fakta menunjukkan

bahwa banyak guru-guru masih

mendapatkan masalah dalam

merumuskan indikator. Hal ini

disebabkan khususnya oleh kurangnya

pengetahuan mereka dalam memahami

kata-kata kunci yang ada pada masing-

masing KD, mereka masih bingung

untuk memilih dan memilah kata kerja

operasional yang paling cocok, dan

mereka masih ragu menentukan level

berfikir (Kognitif dan Psikomotorik)

yang yang ada. Masalah-masalah ini

terjadi ketika penulis melakukan tutorial

pendampingan Kurikulum 2013 di Hotel

Grand Royal Lombok Tengah, SMPN 2

Selong, SMPN 1 Labuhan Haji, SMPN

1 Masbagik, SMPN 4 Selong, dan

khususnya di SMPN 4 Sikur Lombok

Timur.

Oleh karena itu, penulis mencoba

menemukan solusi untuk memebantu

guru-guru Bahasa Inggris dalam

mengatasi masalah mereka. Dalam hal

ini, penulis menemukan sebuah strategi

atau cara termudah dan sederhana untuk

merumuskan indikator menuju

penyusunan RPP. Strategi ini dinamakan

“Self Mapping Strategy” (SMS) atau

Strategi Pemetaan Sendiri. Dalam

menciptakan strategi ini penulis

mengkonsultasikan dengan kata-kata

kerja operasional yang

direkomendasikan oleh Bloom,

Anderson, Barret, dan Morrisons dan

strategi ini dikaitkan dengan level

berfikir yang tersedia pada Taksonomi

Bloom, sebagaimana yang di tunjukkan

pada figure di bawah ini.

Gambar 1. Level Berfikir

Gambar 2. Kemampuan Berfikir Awal

Page 62: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

57

METODE Metoda yang digunakan pada

penelitian sederhana ini adalah metoda survey dengan melakukan wawancara langsung (Direct Interview) dan Praktik Terbaik (Best Practice). Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara kepada para guru Bahasa Inggris dengan menanyakan masalah utama mereka dalam merumuskan indikator dan kesulitan mereka dalam menyusun RPP. Setelah penulis menemukan masalah dan kesulitan mereka, penulis memberikan pemahaman kepada mereka tentang bagaimana merumuskan indikator dan membimbing mereka tentang cara tercepat menyusun RPP. Terkait dengan ini, penulis menyediakan mereka beberapa sumber pendukung untuk memudahkan mereka dalam penyusunan RPP seperti; Tabel Pemetaan, Silabus, Format RPP, dan Buku pendukung yang relevan.

Penelitian sederhana ini dilakukan terhadap para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program pelatihan Kurikulum 2013 di SMPN 4 Sikur tahun 2017. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa terhadap permasalahan para guru dan hasil praktik terbaik (Best Practice) yang dilakukan oleh penulis, telah ditemukan strategi termudah untuk membantu mereka dalam merumuskan indikator dan menyusun RPP. Strategi ini dikreasikan dalam bentuk pemetaan elemen silabus secara runut dan runtut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mereka dalam memilih dan memilah kata kerja operasional untuk merumuskan indikator, sehingga mereka akan lebih mudah dalam penyusunan RPP. Pemetaan tersebut di suguhkan dalam bentuk tabel 01, sebagai berikut.

Tabel 01. Pemetaan untuk Kelas VII

RNH NO KD

KATA KUNCI KD

LEVEL COG. & PSY. KKO INDIKATOR (SESUAI MATERI)

PENG

ETAH

UAN

3.1

Mengidentifikasi

Level – 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)

C1 - Mengidentifikasi - Mengidentifikasi 3.2 C1 - Menyebutkan - Menyebutkan 3.3 C2 - Mencontohkan - Mencontohkan 3.4 C1 - Mengenali - Mengenali 3.5 C3 - Menentukan - Menentukan 3.6 C1 - Mengungkapkan kembali - Mengungkapkan kembali

C1 - Menuliskan kembali - Menuliskan kembali

3.7 Membandingkan Level – 2 (Aplikasi)

C4 - Membandingkan - Membandingkan

C4 - Mengklasifikasikan - Mengklasifikasikan

C5 - Menjelaskan - Menjelaskan

3.8 Menafsirkan Level – 3 (Penalaran)

C5 - Menyimpulkan - Menyimpulkan

C4 - Merinci perbedaan dan persamaan

- Merinci perbedaan dan persamaan

C4 - Menganalisis - Menganalisis

KETE

ERAM

PILA

N 4.1

Menyusun teks Keter. Kongkrit

P1 - Menyusun (Menggabungkan) kata acak

- Menyusun (Menggabungkan) kata acak

4.2 P1 - Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

- Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

4.3 P2 - Bertanya dan menjawab - Bertanya dan menjawab 4.4 P2 - Melakukan - Melakukan (Mendemonstrasikan)

Page 63: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

58

(Mendemonstrasikan) monolog monolog 4.5 P2 - Melakukan

(Mendemonstrasikan) dialog - Melakukan (Mendemonstrasikan)

dialog 4.6 P3 - Menyusun (Memproduksi)

sendiri - Menyusun (Memproduksi) sendiri

4.72 4.7.1

Menangkap makna Keter. Abstrak

P1 - Menyalin (Menyesuaikan)

dengan baik dan benar (dikte) - Menyalin (Menyesuaikan) dengan

baik dan benar (dikte)

4.8 P1

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

P2 - Menyajikan berbagai informasi dari teks

- Menyajikan berbagai informasi dari teks

P2 - Membuat kesimpulan - Membuat kesimpulan

Tabel 02. Pemetaan untuk kelas VIII

RNH NO KD KATA KUNCI KD LEVEL COG. & PSY. KKO INDIKATOR (SESUAI MATERI)

PENG

ETAH

UAN

3.1

Menerapkan Level – 2 (Aplikasi)

C3 Menentukan Menentukan 3.2 C3 Menerapkan Menerapkan 3.3 C3 Mempragakan Mempragakan 3.4 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.5

Membandingkan

Level – 2 (Aplikasi)

C4 - Membandingkan - Membandingkan 3.11 C4 - Mengklasifikasikan - Mengklasifikasikan 3.12 C5 - Menjelaskan - Menjelaskan 3.13

Menafsirkan Level – 3 (Penalaran)

C5 - Menyimpulkan - Menyimpulkan

C4 - Merinci perbedaan dan persamaan

- Merinci perbedaan dan persamaan

C4 - Menganalisis - Menganalisis

KETE

ERAM

PILA

N

4.1

Menyusun

P1 - Menyusun (Menggabungkan) kata acak

- Menyusun (Menggabungkan) kata acak

4.2 P1 - Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

- Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

4.3 P2 - Bertanya dan menjawab - Bertanya dan menjawab 4.4 P2 - Melakukan

(Mendemonstrasikan) monolog - Melakukan (Mendemonstrasikan)

monolog 4.5 P2 - Melakukan

(Mendemonstrasikan) dialog - Melakukan (Mendemonstrasikan)

dialog 4.6 P2 - Membuat monolog - Membuat monolog 4.7 P2 - Membuat dialog - Membuat dialog 4.8 P3 - Menyusun (Memproduksi)

sendiri - Menyusun (Memproduksi) sendiri

4.9 4.10

4.11.2 4.12.2 4.11.1

Menangkap makna

P1 - Menyalin (Menyesuaikan)

dengan baik dan benar (dikte) - Menyalin (Menyesuaikan) dengan

baik dan benar (dikte)

4.12.1 P1

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

4.13 P2 - Menyajikan berbagai informasi dari teks

- Menyajikan berbagai informasi dari teks

P2 - Membuat kesimpulan - Membuat kesimpulan

Page 64: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

59

Tabel 03. Pemetaan untuk kelas IX

RNH NO KD

KATA KUNCI KD LEVEL COG. & PSY. KKO INDIKATOR (SESUAI MATERI)

PENG

ETAH

UAN

3.1

Menerapkan Level – 2 (Aplikasi)

C3 Menentukan Menentukan

3.2 C3 Menerapkan Menerapkan

3.5 C3 Mempragakan Mempragakan

3.6 3.8 3.3

Membandingkan Level – 2 (Aplikasi)

C4 - Membandingkan - Membandingkan

3.4 C4 - Mengklasifikasikan - Mengklasifikasikan

3.7 C5 - Menjelaskan - Menjelaskan

3.9 3.10 3.11

Menafsirkan Level – 3 (Penalaran)

C5 - Menyimpulkan - Menyimpulkan

C4 - Merinci perbedaan dan persamaan

- Merinci perbedaan dan persamaan

C4 - Menganalisis - Menganalisis

KETE

ERAM

PILA

N

4.1

Menyusun

P1 - Menyusun (Menggabungkan) kata acak

- Menyusun (Menggabungkan) kata acak

4.2 P1 - Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

- Menyusun (Menggabungkan) kalimat acak

4.5 P2 - Bertanya dan menjawab - Bertanya dan menjawab

4.6 P3 - Melakukan (Mendemonstrasikan) monolog

- Melakukan (Mendemonstrasikan) monolog

4.8 P4 - Melakukan (Mendemonstrasikan) dialog

- Melakukan (Mendemonstrasikan) dialog

4.9.2 P3 - Menyusun (Memproduksi) sendiri

- Menyusun (Memproduksi) sendiri

4.3

Menangkap makna

P1 - Menyalin (Menyesuaikan)

dengan baik dan benar (dikte) - Menyalin (Menyesuaikan) dengan

baik dan benar (dikte)

4.4 P1

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

- Menceritakan kembali (Mengubah) dengan bahasa sendiri

4.7 P2 - Menyajikan berbagai informasi dari teks

- Menyajikan berbagai informasi dari teks

4.9.1 P2 '- Membuat kesimpulan '- Membuat kesimpulan

4.10 4.11

Tabel di atas menunjukkan bahwa

sebelum menyusun RPP kita harus

menganalisa beberapa elemen yang ada

pada silabus seperti; ranah bahasa,

nomer KD, kata-kata kunci yang ada

pada KD, level berfikir, dan kata kerja

operasional. Dengan melakukan hal-hal

ini para guru akan lebih mudah

merumuskan indikator dan selanjutnya

lebih cepat dalam penyusunan RPP.

PENUTUP

Mengacu dari penemuan dan

pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa strategi ini mampu membantu

guru bahasa Inggris dalam mengatasi

Page 65: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

60

masalah mereka. Mereka mampu

menentukan level berfikir berdasarkan

kata-kata kunci yang ada pada KD dan

mampu merumuskan indikator dengan

lebih mudah. Pada akhirnya mereka

mampu menyusun RPP lebih mudah dan

waktu yang dibutuhkan untuk

menyusunnya lebih singkat

dibandingkan dengan sebelum

menggunakan strategi ini atau dapat

dikatakan bahwa “Tiga hari menjadi tiga

jam” (Three days being three hours).

DAFTAR PUSTAKA Anderson L.W.,& Krathwohl, D.R.

(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, Abridged Edition. Boston, MA: Allyn and Bacon.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Panduan Pembelajaran Untuk SMP Kurikulum 2013: Kemendikbud: Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Model Silabus Mata Pelajaran SMP/MTs: Kemendikbud: Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kisi Kisi Ujian Nasional SMP/MTs. Tahun Pelajaran 2016-2017: Kemendikbud: Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Permendikbud Tahun2016 Nomor 024 Lampiran 37 Tentang KI KD: Kemendikbud: Jakarta.

Nunik, P., Teguh, D. ,Ratna, D. (2017). Panduan Penyusunan RPP SMP Kurikulum 2013: Kemendikbud: Jakarta.

Rebecca, S. (2000). Assessing Critical Thinking in Middle and High School: Meeting the Coomon Core.

Rini, (2017). Materi Bimbingan Teknis Sekolah Menengah Pertama Rujukan: Kemendikbud: Jakarta.

Page 66: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

61

MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN

METODE PERMAINAN DI KELAS VI SDN 1 MONGGAS KECAMATAN KOPANG, KABUPATEN LOMBOK TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Ibrahim Guru SDN 1 Monggas

ABSTRAK

Hasil pengamatan di dalam kelas saat pembelajaran matematika berlangsung, siswa kelas VI cenderung pasif dan aktivitas belajar matematika siswa sangatlah kurang. Untuk pelajaran matematika nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VI pada materi pengukuran berat yang merupakan materi sebelum dilakukannya penelitian ini adalah 50,37 dan persentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar sebesar 33,33%. Nilai ini sangatlah jauh dari persentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar mengajar (SKBM) yang ditetapkan di SD Negeri 1 Monggas, yaitu sebesar 60%. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan selama 2 bulan dengan menggunakan metode permaian dalam upaya meningkatkan aktivitas dan persetasi belajar matematika siswa kelas VI SDN 1 Monggas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing terdiri dari dua pertemuan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut perencanaan, tindakan obervasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui lembar pengamatan tiap pertemuan oleh observer untuk melihat data tentang aktivitas belajar, sementara data tentang hasil belajar diperoleh melalui nilai ulangan harian dan prestasi belajar matematika siswa di siklus 1, dan disiklus 2. Hasil yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui model metode permainan, memperlihatkan peningkatan hasil aktivitas siswa terutama pada aktivitas untuk menyiapkan tempat, bahan dan alat sebesar 55,56%, aktivitas untuk mengungkapkan gagasan sebesar 66,67% dan untuk aktivitas membaca aturan permainan dan buku-buku mengalami sebesar 74,04%. Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa diperoleh nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,62 meningkat menjadi 73,51 pada siklus II. Presentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan juga meningkat pada siklus I sebesar 88,88% (Kategori Baik), meningkat menjadi 100% (Kategori Istimewa) pada siklus II. Kata Kunci : Metode Permainan, Aktivitas belajar, Perstasi Belajar Matematika

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika merupakan interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang melibatkan berbagai komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di sekolah terus diupayakan dalam rangka meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa. Berbagai cara terus dilakukan, salah satunya dilakukan dengan

mensinergikan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran. Komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut adalah tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan pembelajaran, metode, alat dan sumber serta evaluasi.

Salah satu materi pada pelajaran matematika adalah Geometri dan pengukuran. Tujuan diberikannya materi tersebut adalah siswa mampu menentukan cara

Page 67: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

62

menghitung berat suatu benda dalam kegiatan sehari-hari. Indikator yang harus dicapai olah siswa adalah dapat menggunakan kesetaraan satuan dalam perhitungan, melakukan hitungan berat dengan menggunakan alat hitung satuan berat. Jika tujuan dari materi ini dapat tercapai dengan maksimal maka sangatlah bermanfaat bagi siswa sebagai bekal selepas mereka dari bangku sekolah.

Terdapat beberapa permasalah-an yang ditemukan pada saat mempelajari materi ini. Diantaranya adalah kekurangpahaman siswa terhadap soal yang diberikan, karena pada umumnya soal berbentuk cerita dan mengandaikan siswa ke dalam situasi ekonomi tertentu. Ketidak-telitian siswa dalam menyelesaikan permasalahan, karena untuk menyelesaikan soal diperlukan rumus-rumus yang dihafalkan. Kurangnya penguasaan siswa terhadap proses perhitungan, karena dalam proses perhitungan menggunakan satuan berat. Sebagian besar siswa meng-anggap bahwa materi tersebut sangat membosankan karena dalam kenyataannya siswa tidak berada dalam situasi tersebut dan nilai sesungguhnya tidaklah sebesar nilai yang dihitung.Pada umumnya metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran adalah metode ekspositori, yaitu dengan memaparkan informasi yang dianggap penting untuk siswa di awal pelajaran, memberikan definisi dan rumus, menjelaskan contoh soal dan cara pengerjaannya, memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa dan kemudian memeriksa pekerjaan siswa di akhir pelajaran. Beberapa guru

merasa cocok dengan metode tersebut, namun jika guru mengajar dengan metode yang sama pada setiap pertemuan maka tidak jarang akan ditemui siswa yang bosan untuk mempelajari materi ini, terjadi penurunan aktivitas belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar matematika siswa.

Hasil pengamatan di dalam kelas saat pembelajaran matematika berlangsung, siswa kelas VI cenderung pasif dan aktivitas belajar matematika siswa sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari tidak adanya respon saat Tanya jawab berlangsung, tidak berminatnya siswa untuk menyelesaikan soal matematika dan banyak siswa yang bersikap acuh. Jika guru bertanya tentang sejauh mana pemahaman yang didapat mereka mengangguk tanda paham, tetapi jika diberkan satu saja permasalahan mereka tidak dapat menyelesaikannya. Untuk pelajaran matematika nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VI pada materi Mengumpulkan dan membaca data yang merupakan materi sebelum dilakukannya penelitian ini adalah 65,00 dan persentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar sebesar 35,29 % atau 6 dari 17 orang siswa . Nilai ini sangatlah jauh dari persentase jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah yaitu sebesar 85%.

Jika situasi pembelajaran tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi oleh guru maka akan berdampak negatif terhadap prestasi

Page 68: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

63

belajar matematika secara keseluruhan. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kembali aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa dalam mempelajari materi Geometri dan pengukuran adalah dengan melakukan perbaikan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan komponen pembelajaran lainnya. Salah satu metode yang dapat guru gunakan adalah metode permainan. Sudjana (2000:138) mengungkapkan bahwa penyajian teknik permainan yang baik akan menarik perhatian peserta didik sehingga menimbulkan suasana yang mengasyikan tanpa menimbulkan kelelahan. Hal ini senada diungkapkan Djaramah (2002:139) salah satu upaya guru dalam memotivasi siswa adalah dengan menggunakan simulasi dan permainan. Hal ini dapat meningkatikan interksi, menyajikan gambaran yang jelas mengenai kehidupan sebenarnya dan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Dalam materi Geometri dan pengukuran metode permainan yang dapat digunakan adalah permainan jual beli. Yaitu metode permainan yang menetapkan agar pembelajaran bertitik tolak pada hal-hal konkrit bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan memanipulasi benda-benda seperti uang mainan, timbangan, barang-barang dagangan, barang-barang yang menggunakan kemasan dan barang-barang yang tidak menggunakan kemasan ke dalam bentuk permainan.

Menekankan keterampilan dalam memainkan peran sebagai pedagang, penjual, pegawai pajak dan

pengawas bank. Selanjutnya mendiskusikan permasalahan yang ditemui dan menemukan sendiri cara menyelesaikan masalahnya dengan baik. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran. Kesungguhan dalam belajar dengan sendirinya akan memacu siswa untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Jika aktivitas dapat diciptakan dalam pembelajaran matematika, maka suasana saat pembelajaran akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal. Aktivitas yang tercipta akan mendorong siswa untuk berpikir dan berusaha untuk mendapatkan prestasi belajar matematika yang memuaskan.

KAJIAN TEORI Djaramah dan Aswan (2002:82)

mengungkapkan bahwa salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan pembelajaran.

Kedudukan metode dalam pembelajaran tersebut adalah: 1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. 2. Metode sebagai strategi pem-belajaran, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 3. Metode sebagai alat untuk men-capai tujuan, metode sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 69: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

64

Dari kedudukan metode pembelajaran di atas, dapat diambil satu definisi tentang metode tentang metode pembelajaran yaitu strategi pembelajaran yang berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang dan merupakan alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran yang mengarah pada teori tersebut adalah metode permainan. Sudjana (2000: 138) mengungkapkan bahwa metode permainan adalah suatu metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para peserta didik dengan menggunakan simbol-simbol atau alat-alat komunikasi lainnya. Berkenaan dengan pelajaran matematika, Hidayat (2004:16) meng-ungkapkan bahwa metode permainan matematika adalah setiap sumber hiburan yang mempunyai tujuan kognitif khusus yang dapat diukur dan tujuan afektif khusus yang dapat diamati. Suherman dan Udin (1999:258) mengungkapkan bahwa permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan intruksional pengamatan matematika.

Metode permainan matematika adalah suatu metode pembelajaran yang menetapkan agar pembelajaran bertitik tolak dari hal-hal konkrit bagi siswa, menekankan keterampilan dalam memainkan peran, berdiskusi, berargumentasi sehingga merangsang cara berfikir logis siswa untuk dapat menemukan sendiri dan mengguna-kan matematika untuk dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Zoltan P. Dienes (dalam Suherman dan Udin, 1999:175) mengemukakan

bahwa tiap-tiap konsep dalam mate-matika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Benda-benda dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik. Benda-benda ini dapat memelihara dan meningkatkan cara berfikir logis yang telah dimiliki siswa.

Dalam materi Geometri dan pengukuran metode permainan matematika yang dapat digunakan adalah permainan jual beli. Pada permainan jual beli siswa diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, men-diskusikan masalah-masalah yang di-temui dalam permainan, dan kemu-dian menentukan penyelesaiannya. Hal ini dapat merangsang pemikiran siswa secara logis. Pada permainan pengukuran dan jual beli, siswa di-hadapkan pada benda-benda nyata yaitu uang, timbangan, barang-barang dagangan, barang-barang yang meng-gunakan kemasan dan barang-barang yang tidak menggunakan kemasan. Benda-benda tersebut dapat memelihara dan meningkatkan cara berfikir logis yang telah dimiliki siswa.

Bermain memiliki tahapan-tahapan tersendiri. Zoltan P. Dienes (dalam Suherman dan Udin, 1999:176) membagi 6 tahapan bermain, yaitu : 1. Permainan bebas (free play), yaitu tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak terstruktur dan tidak diarahkan. 2. Permainan yang disertai aturan (Games), yaitu tahap belajar meneliti pola-pola dan keteruturan yang terdapat dalam konsep tertentu. 3. Permainan Kesamaan sifat (Suarching for Communities), yaitu tahap belajar

Page 70: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

65

menentukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. 4. Representasi, yaitu tahap belajar menyimpulkan kesamaan sifat yang yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapi. 5. Simbolisasi, yaitu tahap belajar merumuskan representasi dengan menggunakan symbol matematika atau melalui perumusan verbal. 6. Formalisasi, yaitu tahap belajar mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru dari konsep tersebut.

Penerapan 6 tahapan belajar Dienes dalam permainan jual beli adalah siswa berhadapan dengan unsur-unsur dalam interaksinya dengan lingkungan belajar. Lingkungan belajar ini dapat berupa pasar, toko, kantor pajak atau bank. Siswa secara bebas mengamati aktivitas-aktivitasnya yang terjadi. Hal ini dapat mempersiapkan siswa untuk memahami konsep Geometri dan pengukuran. Siswa yang telah memahami konsep tersebut dapat memulai permainan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Siswa melakukan simulasi seperti berdagang, membeli barang, menjual barang. Hal ini dapat mengajak siswa untuk mengenal dan memikirkan pola-pola yang terdapat dalam konsep Geometri dan pengukuran. Dari simulasi yang dilakukan, siswa dapat menemukan sifat-sifat kesamaan antara permainan yang dilakukan dengan konsep Geometri dan pengukuran. Misalnya dalam jual beli seorang pedagang mengalami keuntungan atau kerugian, pada saat membeli barang dikenai diskon atau

rabat, pada saat penimbangan barang diketahui berat brutto, netto dan tara.

Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan

aktualisasi dari potensi siswa melalui tes hasil belajar. Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku dalam individu yang dimanifestasikan ke dalam pola sikap dan tingkah laku (afektif), keterampilan dan komunikasi (psikomotor) serta pengenalan penge-tahuan, perkembangan kemam-puan dan keterampilan intelektual (kognitif) sebagai hasil belajar yang disadari dan dicapai setelah mela-kukan pembelajaran pada periode tertentu. Standar keberhasilan prestasi belajar dapat bersifat intrinsic yang berarti ditetapkan sendiri sesuai dengan kurikulum yang berlaku atau menurut standar yang telah ditetapkan juga dapat bersifat ekstrinsik yang meru-pakan tuntutan dari lingkungan sekitar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun suatu kalimat. Menurut Djamarah (2002:143) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut saling berkaitan. Misalnya dalam faktor instrumental, kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Program disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia baik tenaga guru, finansial, maupun sarana dan prasarana. Program akan berhasil jika didukung oleh tenaga guru

Page 71: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

66

yangmemadai. Setiap guru memegang mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan bertanggung jawab membina dan membimbing setiap siswa agar mencapai prestasi optimal dalam belajar. Program juga akan lebih baik jika didukung oleh fasilitas, siswa akan dapat belajar dengan baik dan menyenangkan jika sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar siswa. Faktor instrumental sebagai faktor dari luar juga erat kaitannya dengan faktor psokologis sebagai faktor dari dalam. Jiika faktor luar mendukung tetapi faktor psikologis sebagai faktor dalam tidak mendukung maka faktor luar akan kurang signifikan.

METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SDN 1 Monggas, Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 dan proses-proses interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan berlangsung.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah , Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober 2017 pada siswa Kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. B. Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningakatan aktifitas dan prestasi

belajar matematika siswa kelas VI semester I SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi Mengumpulkan dan membaca Data. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu upaya pembelajaran berupa metode permainan jual beli sebagai solusi praktis dan kontekstual tanpa mengabaikan hal-hal yang bersifat teoritik.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, metode penelitian yang dianggap tepat adalah metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas yang lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classrrom Action Research (CAR). Sukardi (2004:211) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Sependapat dengan hal ini Madya (1994:12) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan praktik tertentu ke dalam situasi kerja tertentu. C. Prosedur penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, mengembang-kan sebagimana lazimnya dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan tahap-tahap kegiatan yang ditempuh pada tiap siklus meliputi empat kegiatan, yaitu : (1) Tahap pe-rencanaan (plan), (2) Tahap pelak-sanaan atau tindakan (action), (3) Tahap pengamatan (Observation), (4) Tahap Refleksi (Reflective). Secara operasional siklus penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perencanaan (plan)

Page 72: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

67

Tahap perencanaan tindakan adalah langkah persiapan untuk : (a) Mengidentifikasi aktifitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VI semester satu SDN 1 Monggas, Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. (b) Menyusun rencana tindakan yang hendak dilakukan dalam penerapan metode permainan yaitu dengan menyusun rencana pembelajaran, menyusun aturan permainan, dan menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan. (c) Menyiapkan sumber, alat dan bahan yang hendak digunakan. Pada siklus I dibutuhkan buku paket matematika kelas VI, LKS, kartu peranan sebagai penjual dan pembeli, uang mainan, timbangan, buku, pensil, tas dan penggaris yang kemudian akan digunakan sebagai barang dagangan. Siklus II dibutuhkan buku paket matematika VI, LKS, kartu peranan sebagai penjada toko dan konsumen, buku, pensil, tas dan penggaris yang kemudian akan digunakan sebagai barang dagangan, timbangan, gelas, beras, terigu dan gula pasir. (d) Mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat pada siklus sebelumnya serta menetapkan pemecahan masalahnya untuk siklus berikutnya. 2. Pelaksanaan (action) Tahap tindakan adalah kegiatan pelaksanaan penerapan metode permainan jual beli sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Pada siklus I tindakan yang dilakukan dimulai dengan membahas masalah sehari-hari dalam perdagangan untuk menanamkan

konsep pada siswa tentang nilai keseluruhan, nilai per unit, dan nilai sebagian. Secara berkelompok siswa bermain jual beli dengan membagi peran, dua orang sebagai penjual dan dua orang sebagi pembeli kemudian melakukan jual beli dengan uang mainan sebagai alat pembayarannya. Sebagai acuan dalam bermain, siswa diberikan format tabel yang harus diisi sesuai dengan peran yang dimainkannya. Membahas beberapa catatan yang dibuat oleh siswa selama permainan jual beli dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada siklus II tindakan yang dilakukan dimulai dengan membahas masalah sehari-hari dalam perdagangan untuk memainkan konsep pada siswa tentang satuan berat, ton, kwintal, kg, dag, gram, cm, mg. Secara berkelompok siswa bermain jual beli dengan membagi peran, dua orang sebagai penjaga toko dan dua orang sebagai konsumen kemudian melakukan jual beli dengan menggunakan uang mainan sebagai alat pembayarannya. Sebagai acuan dalam bermain, siswa diberikan tabel format yang harus diisi sesuai dengan peran yang dimainkannya. Melakukan penimbangan beberapa barang dengan wadah/kemasannya dan penimbangan barang tanpa wadah/kemasannya dan mencatat dalam format tabel. Membahas beberapa catatan yang dibuat oleh siswa selama permainan jual beli dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari Pada setiap akhir siklus dilakukan evaluasi dengan tes prestasi belajar matematika siswa untuk mengetahui peningkatan prestasi

Page 73: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

68

belajar matematika siswa kelas VI semester satu SDN 1 Monggas , Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. 3. Observasi Tahap pengamatan adalah kegiatan langsung maupun tidak langsung untuk merekam semua peristiwa yang terjadi pada saat proses tindakan. Pengamatan ini digunakan untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajar matematika siswa kelas VI semester satu SDN 1 Monggas, Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. 4. Refleksi Tahap Refleksi adalah kegiatan mengkaji hasil observasi dan merenungkan kembali proses-proses tindakan dengan berbagai permasalahannya. Dalam tahap Refleksi ini diolah lembar observasi, jurnal siswa dan tes prestasi belajar matematika siswa yang didapat dari tahap tindakan kemudian menganalisanya untuk melihat peningkatan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VI semester I SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. Kegiatan Refleksi ini dilakukan untuk menentukan, merekomendasi dan mendapatkan masukan bagi perbaikan rencana selanjutnya. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai dipergunakan : 1. Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa

Nilai ulangan harian matematika siswa didapat dari nilai ulangan pada materi bilangan bulat yaitu materi sebelum dilakukannya penelitian ini. Nilai ulangan harian matematika siswa ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar matematika siswa kelas VI semester satu SDN 1 Monggas tahun ajaran 2017/2018. Nilai ini kemudian dijadikan prestasi awal dalam penelitian. Dari ulangan harian yang dilakukan oleh siswa VI semester I SDN 1 Monggas , Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi Mengumpulkan dan membaca data diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,37 dan persentasenya siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar sebesar 35,29%. 2. Tes Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku dalam individu yang dimanfaatkan kedalam pola pengetahuan sebagai hasil belajar yang disadari dan dicapai setelah melakukan pembelajaran pada materi Geometri dan pengukuran dengan metode permainan jual beli. Standar keberhasilan prestasi belajar bersifat instrinsik yang berarti ditetapkan sendiri sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Prestasi ini dinyatakan dalam bentuk angka puluhan. Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini terbentuk uraian karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan dan proses berpikir siswa yang sebenarnya terhadap materi yang disampaikan. Tes prestasi belajar ini diberikan setiap akhir siklus, untuk siklus satu memuat dua puluh butir soal, untuk siklus II memuat

Page 74: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

69

sepuluh butir soal. Tes prestasi ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika kelas siswa VI semester I SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018, setelah dilakukannya pembelajaran matematika dengan metode permainan jual beli. 3. Lembar Observasi Lembar observasi berisi daftar jenis aktifitas belajar siswa yang mungkin timbul dan akan diamati selama pembelajaran matematika dengan permainan jual beli berlangsung. Hasil dari lembar observasi ini disajikan data aktifitas belajar matematika siswa dan bahan Refleksi untuk perbaikan tiap siklus. 4. Jurnal Siswa Jurnal siswa diberikan di setiap akhir siklus dengan maksud untuk merekam semua peristiwa yang terjadi pada saat proses tindakan, kendala tindakan, langkah-langkah tindakan, permasalahan lain yang mungkin timbul selama pelaksanaan tindakan serta gagasan untuk siklus berikutnya 5. Foto Foto digunakan untuk merekam peristiwa penting pada proses tindakan. Hasil foto ini dapat didskusikan dengan guru dan siswa sehingga dapat memberikan andil dalam perbaikan siklus selanjutnya. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Data aktifitas belajar matematika siswa diperoleh melalui lembar observasi. Hasil observasi ini kemudian dianalisis untuk melihat aktifitas-aktfitas apa saja yang muncul

selama pembelajaran matematika dengan metode permainan jual beli berlangsung. Untuk melihat tingkat aktifitas belajar matematika siswa, selanjutnya dilakukan penskoran ter-hadap aktifitas-aktifitas yang muncul dengan cara menghitung persentase dari tiap-tiap aktifitas selama pembelajaran matematika dengan metode permainan berlangsung. G. Indikator keberhasilan 1. Ketuntasan secara perorangan Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila siswa telah memperoleh nilai 70. 2. Sedangkan ketuntasan secara Klasikal apabila prosentase ketuntasan secara klasikal telah mencapai 85% dari jumlah siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I a. Perencanaan

Berdasarkan permasalahan melalui data pada observasi awal, kemudian dibuat perencanaan tindakan untuk siklus I. Adapun tahap perencanaan tindakan untuk siklus I adalah: 1) Menyusun rencana pembelajaran 2) Menyusun aturan permainan 3) Membuat soal tes prestasi belajar matematika siswa yang memuat materi tentang Mengumpulkan danmembaca data. 4) Membuat lembar observasi dan jurnal siswa. 5) Mempersiapkan sumber, alat dan bahan berupa buku paket matematika kelas VI,LKS, kartu peranan sebagai penjual dan pembeli, uang mainan, timbangan, buku,pensil, ballpoint, tas

Page 75: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

70

dan penggaris yang akan digunakan sebagai barang dagangan. 6) Mempersiapkan foto untuk dokumentasi. b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 September 2017, di SDN 1 Monggas, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah, Pelaksanaan pembelajaran dilaksanaakan sesuai dengan rencana pembelajaran. c. Observasi Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 5 September, 2017. Sebelum pelajaran dimulai, guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan pengalaman dalam mengukur suatu berat. Misalnya mengukur berat badan, mengukur tinggi badan, membandingkan berat benda sejenis dan tidak sejenis, mengidentifikasikan jenis-jenis suatu benda kedalam ukuran berat, mengurutkan benda yang paling ringan hingga paling berat. Namun beberapa menit berlalu tidak ada satu pun siswa yang memberanikan diri untuk ke depan kelas, guru mempertegas kembali dengan memanggil nama siswa secara acak. Baru setelah itu siswa mau bercerita di depan kelas dengan malu-malu.

Setelah siswa mempunyai gambaran mengenai kegiatan pengukuran, guru melakukan tanya jawab yang mengarahkan siswa ke dalam materi. Misalnya “Ibu membeli 2 karung beras masing-masing beratnya 50 Kg, berapakah jumlah berat keseluruhan karung beras tersebut?”. Tanya jawab terus dilakukan sampai

siswa dapat menjabarkan konsep jumlah barang kedalam suatu rumus. Kemudian guru memberikan satu contoh. Dan contoh tersebut guru menginformasikan mengenai identifikasi jenis-jenis suatu benda kedalam ukuran berat. Pertemuan pertama ditutup dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari, mengungkapkan gagasan mengenai permainan yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dan memberikan tugas untuk menyiapkan pada pertemuan berikutnya dan memberikan tugas untuk menyiapkan sumber, bahan dan alat yang akan digunakan dalam permainan pengkuran. Pada pertemuan pertama ini, aktifitas belajar matematika masih di dominasi oleh guru dan sesekali mengungkapkan gagasan. d. Refleksi Selama pembelajaran berlangsung pada siklus I, observer melakukan observasi yang dilakukan siswa di kelas melalui pretes dan postes. Secara garis besar jumlah siswa yang melakukan aktifitas belajar matematika siswa belum optimal. Ke sepuluh aktifitas belajar matematika siswa belum semuanya dapat dilakukan oleh siswa. Terutama untuk aktifitas menyiapkan tempat, sumber, bahan dan alat sebesar 11,11%, mengungkapkan gagasan 25,93% dan membaca aturan permainan dan buku sebesar 29,63%. Aktifitas lainnya sudah tergolong ke dalam kategori sedang. Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil tes prestasi belajar matematika siswa dan rerfleksi pada

Page 76: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

71

siklus I, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode permainan jual beli. Dengan demikian perencanaan tindakan untuk siklus II adalah sebagai berikut : 1. Menyusun rencana pembelajaran. 2. Menyusun aturan permainan 3. Membuat soal tes prestasi belajar matematika siswa. 4. Membuat lembar observasi 5. Mempersiapkan sumber, alat dan bahan berupa buku paket matematika kelas VI, LKS, kartu peranan sebagai pedagang dan pembeli serta uang mainan. 6. Mempersiapkan foto untuk dokumentasi b. observasi Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 september 2017. Sebelum pelajaran dimulai, guru meminta siswa untuk menceritakan pengalamannya berbelanja di pasar? Tanpa disebutkan nama, siswa bergantian maju ke depan kelas untuk menceritakan pengalamannya. Kemudian guru melakukan Tanya jawab mengenai aktifitas berbelanja di pasar untuk mengetahui pemahaman siswa tentang cara menghitung berat suatu benda dan perbandingan berat beberapa buah benda. Siswa terlihat antusias dalam menjawab setiap soal yang dikemukakan oleh guru. Terlihat dari siswa yang menunjuk tangan dan saling berebut dalam menjawab. Kemudian guru memberikan satu contoh. Guru membiarkan siswa mengerjakan contoh tersebut dengan bantuan buku-buku yang menunjang. Setelah dianggap cukup guru bersama

siswa membahas soal tersebut hingga benar-benar paham mengenai satuan berat, ton, kwintal, kg, dag, gram, cm, mg. Pertemuan kedua ditutup dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari, mengungkapkan gagasan permainan yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dan memberikan tugas untuk menyiapkan sumber, bahan dan alat yang akan digunakan dalam permainan jual beli. Pada pertemuan keempat ini, aktifitas belajar matematika siswa terlihat aktif dimulai dari mendengarkan penjelasan guru, mengungkapkan gagasan, mengerjakan soal dan menyimpulkan materi. Pertemuan ke tiga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 12 september 2017 Pertemuan ini adalah pelaksanaan permainan jual beli. Walaupun dilaksanakan di dalam ruangan siswa tetap semangat dalam melaksanakan permainan. Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu guru memberikan informasi mengenai tujuan dari permainan kemudian bersama siswa menyiapkan tempat, sumber, bahan dan alat yang akan digunakan. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok satu kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Secara berkelompok siswa bermain jual beli dengan membagi peran, satu orang sebagai penjual, satu orang sebagai pelayan toko dan dua orang sebagai konsumen kemudian melakukan permainan dengan uang mainan sebagai alat pembayarannya. Sebagai acuan dalam bermain, siswa diberikan format table dalam aturan permainan yang harus diisi sesuai dengan peran yang dimainkannya. Siswa tampak

Page 77: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

72

menghayati peran yang dimainkannya, di sela permainan terdengar siswa mengungkapkan gagasannya kepada guru “Nanti kalau saya besar saya mau jadi Pedagang, bu?”. Setelah permainan usai, siswa bersama kelompoknya mendiskusi-kan catatan yang diperoleh selama permainan. Guru dengan teliti memeriksa hasil dari permainan, memeriksa tabel dan menyesuaikan dengan peran yang dimainkan. Kemudian guru membahas beberapa catatan yang dibuat oleh siswa tersebut dan bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada pertemuan kelima ini aktifitas belajar matematika siswa sudah aktif. Selama permainan berlangsung keadaan kelas terlihat tertib. Siswa mulai asyik dengan permainannya dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pertemuan ke enam pada hari sabtu tanggal 18 september 2017 ini adalah pertemuan terakhir pada siklus II maka untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa diadakan tes prestasi belajar matematika yang ke dua. c. Refleksi Pesan dan kesan yang dirasakan oleh siswa diberikan jurnal siswa. Dan jurnal siswa diperoleh pendapat bahwa sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan metode permainan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan yang signifikan dan indikator sudah dapat tercapai. Dengan demikian, penelitian ini terhenti pada siklus II. Pembahasan

Berdasarkan data yang didapat dari observasi, berikut adalah grafik aktivitas belajar matematika siswa pada setiap siklus.Secara umum aktivitas

belajar matematika siswa tiap siklus mengalami peningkatan. Aktivitas belajar matematika siswa yang masih rendah pada siklus I antara lain menyiapkan tempat, bahan dan alat sebesar 11,11%, mengungkap-kan gagasan sebesar 25,93% dan membaca aturan permainan dan buku-buku sebesar 29,63% aktivitas-aktivitas tersebut tergolong ke dalam kategori kurang. Sementara pada siklus II, aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu menyiapkan tempat, bahan dan alat sebesar 66,67%, mengungkapkan gagasan sebesar 55,56% dan untuk aktivitas membaca aturan permainan dan buku-buku mengalami peningkatan yaitu sebesar 74,04% yang tergolong ke dalam kategori sedang.Dengan demikian seluruh aktivitas belajar matematika siswa diperoleh nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69.59 mengalami peningkatan sebesar 2,47 pada siklus II menjadi 72,06

Selain rata-rata kelas yang meningkat diperoleh pula persentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 82,35% meningkat menjadi 94,12 % pada siklus II dan termasuk dalam kategori baik sekali.

PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pembalajaran dengan menggunakan metode permainan di kelas VI Semester I SD Negeri 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2017/2018 , pada pembelajaran Matematika, mendorong siswa melakukan aktivitas belajar mengajar dengan baik sehingga memacu siswa untuk memperoleh

Page 78: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

73

prestasi belajar yang memuaskan. Dari 10 aktivitas yang diamati, 7 diantaranya sudah tergolong ke dalam kategori sedang dan 3 diantaranya termasuk ke dalam kategori kurang. Ketiga aktivitas tersebut naik secara bertahap pada setiap siklusnya, ketiga aktivitas tersebut adalah menyiapkan tempat, bahan dan alat sebesar 25,93%, mengungkapkan gagasan sebesar 11,11% dan membaca aturan permainan dan buku-buku sebesar 29,63% dan masing-masing mengalami peningkatan, menjadi menyiapkan tempat, bahan dan alat sebesar 55,56%, mengungkapkan gagasan sebesar 66,67% dan untuk aktivitas membaca aturan permainan dan buku-buku mengalami peningkatan yaitu sebesar 74,04%.

Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa diperoleh nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 69,59 meningkat menjadi 72,06 pada siklus II. Presentase jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan juga meningkat pada siklus I sebesar 82,35% (Kategori Baik), meningkat menjadi 94,12% ( Baik Sekali ) pada siklus II. Dengan demikian metode permainan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VI Semester I SDN 1 Monggas Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2017/2018. Berdasarkan jurnal siswa diketahui dengan penggunaan metode permainan menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan, belajar tidak terlalu tegang namun tetap berkonsentrasi. Siswa lebih cepat mengerti konsep Geometri dan pengukuran dengan menghayati peran yang dimainkan. 2. Saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat diberikan saran berikut.

1. Metode permainan dapat digunakan guru sebagai variasi dalam metode pembelajaran 2. Dalam penggunaannya, sebaiknya guru merencanakannya dengan tujuan yang jelas, mempersiapkan hal- hal yang akan digunakan dengan maksimal, membantu siswa dalam melaksanakan permainan dan meminimalkan resiko buruk yang akan terjadi. Dengan demikian waktu yang digunakan dapat efisien dan permainan yang digunakan dapat efektif dan bermanfaat. 3. Dalam penyampaiannya guru harus tegas dan kreatif agar siswa tetap berada dalam aturan permainan yang ditetapkan dan memperbanyak latihan-latihan.

DAFTAR PUSTAKA Agus Saputra. (2004). Membuat Aplikasi

Absensi Dan Kuesioner untuk Panduan. Skripsi. PT. Elex Media

Djaramah, aswan. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat. 2004. Diktat Kuliah Teori Pembelajaran Matematika. Semarang:FMIPA UNNES.

Madya, Suarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP – Yogyakarta.

Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru.

Sudjana. 2000. Metode dan Teknik Pembelajran Partisipatif. Bandung : Falah Production.

Suherman dan Udin, S, dkk. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo.

Page 79: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

74

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) KELAS III SEMESTER I

SDN 1 PENDEM KECAMATAN JANAPRIA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Muh. Ali Guru SDN 1 Pendem

ABSTRAK

Selama ini proses pembelajaran khususnya di SDN 1 Pendem monoton pada metode ceramah, mengakibatkan anak menjadi kurang gairah dalam belajar akibatnya hasil belajar siswa kurang. Menindak lanjuti hal tersebut maka peneliti dapat mengidentifikasi akar permasalahan yang terletak pada penggunaan metode yang kurang tepat bahkan tidak pernah diupayakan sebagai penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran guna tercapainya apa yang diharapkan. Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya peneliti mencoba memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan belajar kelompok-kelompok yang dijadikan metode pembelajaran pada penelitian ini, karena belajar kelompok merupakan kegiatan yang menimbulkan keaktifan dan kerja sama yang baik bagi perilaku anak, sehingga dalam pembelajaran mereka tidak harus merasa terikat. Maka dari itu, tujuan peneliti setelah menggunakan metode kelopmok adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas III di SDN 1 Pendem Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah PTK yang terdiri dari 2 siklus yang pelaksanaannya melalui empat tahap yakni (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan/Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi dan (4) Refleksi. Rancangan ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC.Taggart. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas III SDN 1 Pendem dengan jumlah siswa seluruhnya 30 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 17orang siswa perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I tentang kemampuan siswa mengenal cara menghitiung Luas Persegi dan Bangun Datar Belum Tuntas dengan hasi Ketuntasan Belajar (KB) secara klasikal mencapai 60% artinya KB < 85%. Kemudian dari hasil refleksi siklus I yang dijadikan pengukur untuk inovasi pada siklus II maka diperoleh KB secara klasikal 100% dengan demikian peneliti terhenti sampai siklus II karena sudah mencapai KB ≥ 85% yang tergolong kemampuan siswa mengenal tentang gaya Sudah Tuntas secara keseluruhan. Sedangkan dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I Rendah dengan menghasilkan 17% < 19,5% dan pada siklus II cukup dengan hasil 22% > 19,5% sesuai harapan. Akhirnya, dengan menggunakan metode diskusi mampu Meningkatkan Hasil Belajar siswa dalam Mengenal gaya di SDN 1 Pendem khususnya untuk Kelas III.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Page 80: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

75

PENDAHULUAN Fungsi pokok Pancasila

sebagai dasar dan falsafah Negara termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 RI yang tercermin dalam pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945. Pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 adalah norma dasar yang mendasar dan menjiwai seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pandangan hidup Pancasila, manusia pada hakekatnya adalah makhluk bineka yang mengemban misi tunggal sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Bertolak dari pemikiran tersebut anak-anak di dalam kelas pada hakikatnya juga makhluk bineka, yang satu sama lain berbeda. Perbedaan dapat berkenaan dengan latar belakang budaya, ras, suku , agama, adat istiadat, dan sebagainya. Perbedaan juga berkenaan dengan potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh anak-anak, mencakup kognitif, fisik, maupun emosi.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan serta dengan tingkat usia siswa. Belajar aktif adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam proses belajar Matematika. Tidak ada satu metode belajar yang paling baik, kecuali metode yang telah disesuaikan dengan kondisi siswa

yang akan menjadi pusat perhatian ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru yang berperan sebagai fasilitator, hendaknya dapat menguasai bagaimana kondisi keberagaman siswa. Dengan demikian, siswa akan merasa tertarik dalam melakukan kegiatan belajar, baik ketika berada didalam ruang kelas, maupun ketika siswa berada di luar lingkungan sekolah.

Selain memuaskannya hasil dari inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran Matematika, pada sisi lain, pembelajaran Matematika pada perkembangannya saat ini masih banyak mengalami kendala. Hal ini disebabkan oleh karena Matematika itu sendiri dianggap pelajaran yang dianggap sangat sulit. Anggapan ini tidak saja berlangsung pada saat ini, akan tetapi telah berlangsung lama dan belum terjawab sepenuhnya yang pada akhirnya mengakibatkan anggapan-anggapan tersebut tetap berlaku. Selain itu, Matematika dalam pembelajarannya sering kali tidak dilakukannya penanaman konsep secara tepat, sehingga kekeliruan atau kekurangan yang terjadi berlangsung terus menerus sampai pada tingkat selanjutnya. Dalam pembelajaran Matematika juga, guru dalam hal ini masih belum memaksimalkan kemampuannya dalam menggunakan metode belajar yang akan diterapkan pada siswa. Tidak saja guru yang masih belum memaksimalkan pembelajaran Matematika, siswa juga sering kali tidak merasa tertarik untuk belajar

Page 81: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

76

Matematika, sehingga berdampak pada prestasinya.

Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas siswa perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Matematika dengan bekerja kelompok/diskusi kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). Aktivitas siswa dituntut juga dalam pembelajaran Matematika, sehingga guru sebagai fasilitator bisa mengetahui dan membantu menyelesaikan kesulitannya dalam belajar Matematika. Aktivitas siswa ini bisa dirangsang dengan pemberian tugas-tugas mandiri, maupun tugas-tugas kelompok dengan disertai pendampingan dan tanggapan-tanggapan dari hasil pekerjaan siswa. Dengan kata lain, antara guru dan siswa diharapkan tetap terjalin interaksi yang memadai, sehingga proses pembelajaran bisa dikendalikan.

Proses belajar dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Dalam pembelajaran di sekolah, lingkungan yang dimaksud biasanya disebut situasi belajar. Guru sebagai orang tua siswa di sekolah sekaligus sebagai fasilitator hendaknya mengelola keadaan sekitar sehingga terbangun suasana yang menyenangkan untuk kegiatan belajar. Di SD Negeri 1 Pendem

khususnya kelas III, prestasi belajar Matematika masih belum memenuhi harapan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa hal-hal ter-sebut belum terpenuhi dengan baik.

Kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran masih kaku dan monoton, artinya antara guru dan siswa masih belum menemukan titik temu yang berarti. Guru masih belum memaksimalkan kemampuannya dalam mencari cara untuk membuat siswa tertarik dalam belajar, khususnya dalam belajar Matematika. Disisi lain, siswa akhirnya merasa kurang tertantang untuk terus menelusuri apa yang ada pada hal yang sedang mereka pelajari.

SD Negeri 1 Pendem, Kecamatan Janapria mempunyai sarana dan prasarana yang belum memadai, sehingga pendidik yang ada pada sekolah tersebut masih menggunakan pengajaran yang bersifat tradisional. Hal ini yang menyebabkan peneliti yang kebetulan menjadi pendidik (guru) pada sekolah tersebut mencoba mengangkat Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT (Numbered Heads Together).

Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT adalah model pembelajaran yang tepat untuk menyikapi hal tersebut. Pembelajaran dengan Penggunaan

Page 82: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

77

Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menetapkan tujuan bersama.

Pembelajaran dengan Model Kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT (Numbered Heads Together) memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nurhadi dkk, 2004:61-62).

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya melalui Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Bagaimanakah hasil belajar matematika Materi Mengenal bentuk Persegi Dan Bagun Datar, dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa Kelas III SDN 1 Pendem Kecamatan Janapria Tahun Pelajaran 2018/2019?” Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembela-jaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN 1 Pendem Kecamatan Janapria, khususnya pada pokok bahasan Menghitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar.

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat : Bagi guru, dapat meningkatkan

dan memperbaiki sistem pembelajaran kelas

Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya pada pokok bahasan Menghitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar.

Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran Matematika pada khususnya bagi penulis sebagai latihan dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi khususnya kepada penulis lain

Page 83: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

78

yang akan mengkaji masalah yang relevan.

KAJIAN TEORI

Situasi lapangan pendidikan di seluruh tanah air Indonesia dalam menjalankan kebijakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diwarnai oleh berbagai perbedaan (disparity). Kondisi diluar pendidikan seperti sosial ekonomi masyarakat, kultur setempat dan berbagai faktor luar lainnya diyakini memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kualitas pendidikan, disamping faktor-faktor internal yang secara langsung mempengaruhinya. Mudhofir (1987: 21) menjelaskan:

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Salah satu diantara sekian banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

Sunaryo (2002: 49) menyatakan bahwa “… metode pengajaran sering disebut juga sebagai instruksional, yaitu diartikan sebagai cara menyajikan isi mata pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran (instruksional).” Dalam metode pengajaran sendiri dikenal prinsip bahwa seluruh jenis metode yang ada pada dasarnya baik. Persoalannya adalah terletak pada ketepatan guru dalam menentukannya bagi sebuah proses

pengajaran. Untuk itu seorang guru dapat secara asal memilih dan menetapkan metode pengajaran bagi kegiatan pengajarannya.

Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok-kelompok kecil adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

Page 84: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

79

1. Hasil belajar akademik stuktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu : 1. Pembentukan kelompok, 2. Diskusi masalah, 3. Tukar jawaban antar kelompok.

Sementara itu, untuk keberhasilan pengajaran secara menyeluruh perlu memperhatikan faktor internal dan eksternal dalam belajar-mengajar. Menurut pendapat Slameto (1991: 45), faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:

1. Faktor jasmani a). Kesehatan; Sehat berarti dalam keadaan baik seGanjil badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatannya terganggu. Selain itu, ia akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah sehingga akan menimbulkan malas untuk belajar. b) Cacat tubuh; Keadaan cacat tubuh juga akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga akan terganggu. Biasanya seseorang yang cacat belajar di lembaga-lembaga pendidikan khusus

2. Faktor psikologi a. Intelegensi; Intelegensi adalah suatu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Walaupun begitu siswa yang mempunyai intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar faktor yang mempengaruhinya. b. Perhatian; Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. c. Minat; Rumusan tentang minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar

Page 85: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

80

karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. d. Bakat; Bakat adalah kemampuan untuk belajar dimana kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. e. Motif; Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. f. Kematangan; Kematangan adalah suatu tingkat (fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru). Anak yang sudah matang dan tidak disertai dengan belajar, belum pasti dapat berhasil, melainkan anak akan lebih berhasil jika kematangannya disertai dengan belajar. g. Kesiapan; Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan berhubungan dengan kernatangan, karena kernatangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belaJar, supaya hasil belajarya akan lebih baik.

3. Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang

walaupun sulit untuk dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani melihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk beristirahat. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini akan menimbulkan kurangnya konsentrasi saat belajar, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Slameto (1991: 62), juga menjabarkan faktor ekstern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: 1. Faktor keluarga Cara orang tua mendidik anak sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Untuk kelancaran dan keberhasilan belajar anak, perlu diusahakan suatu hubungan yang baik antar anggota keluarga karena suasana rumah yang tentang dan tentram juga akan mendukung proses belajar siswa dalam keluarga, misalnya keadaan ekonomi keluarga, pengertian dari orang tua, dorongan atau motivasi serta perhatian dari keluarga. 2. Faktor sekolah Banyak faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, yaitu :Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru dengan siswa, Relasi siswa dengan siswa , Tugas rumah, Disiplin sekolah , Pelajaran, Keadaan gedung, dan lain-lain 3. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah satu contoh yaitu keikutsertaan anak di

Page 86: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

81

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat akan menambah wawasan serta pengetahuannya, tetapi jika siswa terlalu banyak ikut dalam kegiatan masyarakat dapat mempengaruhi belajarnya karena akan mengurangi waktunya untuk belajar.

Faktor interen dan eksteren tersebut tidak dapat dikesampingkan oleh karena berperan secara integratif, menyatu pada dalam mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar.

Dengan didahului dengan ceramah materi dan kemudian diberikan waktu untuk diskusi pendalaman materi terhadap masalah masalah kongkrit yang terkait dengan materi, maka akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III. SDN 1 Pendem Kecamatan Janapria pada Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan, dengan kemampuan yang heterogen. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakanakan adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri 1 Pendem, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019.Sedangkan, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober semester Ganjil Tahun pelajaran 2018/2019. Faktor yang Diselidiki

Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor Input yaitu kehadiran siswa yang menjadi subjek penelitian 2. Faktor proses yaitu aktifitas yang terjadi selama porses pembelajaran berlangsung, yang meliputi; a. Siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum dimengerti; b. Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru; c. Siswa yang menyelesaikan soal di papan tulis; d. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah; e. Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok; f. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja kelompok; g. Siswa yang memberi tanggapan terhadap presentase dari kelompok lain 3. Faktor output yaitu hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada setiap akhir siklus setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Instrumen Penelitian

Page 87: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

82

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Lembar observasi, untuk mem-peroleh data tentang kondisi pelak-sanaan model pembelajaran koope-ratif tipe NHT di kelas; b. Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembela-jaran kooperatif tipe NHT; c. Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini, direncanakan terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut : 1. Tahap kegiatan awal, meliputi: a. Observasi awal b. Tes awal: untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami konsep persamaan linear dua peubah sebelum diadakan tindakan, yang nantinya digunakan sebagai nilai awal yang diperlukan dalam pembagian kelompok melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Di samping itu,diperlukan dalam pengolahan nilai peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi: a. Membuat skenario pembelajaran b. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar

di kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan. c. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi telah dikuasai oleh siswa. d. Membuat jurnal refleksi diri. 3. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat. 4. Observasi/evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi. 5. Refleksi hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (dalam Mukhlis, 2000: 3), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Menurut Mukhlis (2000: 5) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.”“Adapun tujuan utama

Page 88: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

83

dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.” (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan

Kelas (PTK)

1. Siklus I a. Perencanaan

Tahap ini merupakan rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang sedang terjadi.Hal-hal yang disiapkan peneliti bersama teman sejawat antara lain : 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau skenario pembelajaran. 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 3) Menyusun Lembar atau instrumen observasi aktifitas guru dan siswa. 4) Menyusun alat evaluasi 5) Menyusun kisi-kisi dan lembar pedoman penskoran. b. Pelaksanaan Pada tahap ini, rancangan dan skenario pembelajaran yang tertuang dalam perangkat pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya diterapkan pada kelas tempat subjek penelitian. Pelaksanaan semua rancangan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. c. Observasi Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub

Page 89: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

84

pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki tiap sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. d. Refleksi Pada tahap ini akan dilakukan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data N informasi yang didapatkan dan terkumpul. Setelah itu, akan dilakukan perbaikan-perbaikan guna menyempurnakan tindakan pada tahap berikutnya. 2. Siklus II Pelaksanaan prosedur penelitian tindakan pada siklus ke II, tetap mengacu langkah-langkah pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini juga tetap dilakukan langkah-langkah penelitian tindakan, seperti dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Informasi yang diperoleh pada siklus sebelumnya bisa dijadikan bahan untuk memperbaiki yang masih memerlukan perbaikan-perbaikan ataupun pengurangan-pengurangan. Dan jika sampai pada akhir dari siklus ke II ini masih memerlukan perbaikan dalam pembelajaran, maka peneliti bisa melanjutkan ke siklus berikutnya dengan tidak mengurangi prosedur sebuah penelitian tindakan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Siklus I

Pada siklus I proses belajar mengajar hari selasa tanggal 13

Oktober 2018 sesuai dengan jadwal pelajaran kelas III SDN 1 Pendem. Materi yang dipelajari tentang Menghitung Keliling dan Luas Persegi dan Bangun Datar. a. Perencanaan Setelah ditetapkan untuk menerapkan penggunaan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, dimana proses belajar mengajar dilaksanakan 13 Oktober 2018 Proses perencanaan yang dilakukan meliputi: 1) Membuat rencana pembelajaran

untuk tindakan siklus I 2) Membuat lembar observasi

terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.

3) Membuat/menyediakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan dan dapat berguna untuk memudahkan siswa memahami bentuk persegi dan badung datar pada Matematika yang diajarkan.

4) Membuat alat evaluasi yang berupa LKS yang diberikan pada siswa tiap pertemuan sebagai upaya membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi.

5) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I.

6) Membuat jurnal untuk refleksi diri. b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus dilaksanakan terhadap 30 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Page 90: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

85

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Kegiatan yang dilakukan setiap pertemuan pada siklus 1 adalah diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki gambaran jelas tentang pengetahuan yang akan diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung. Selanjutnya memberi motivasi agar siswa bersemangat untuk belajar Matematika serta mengingatkan materi yang harus dikuasai sebelum mempelajari materi baru. Pada awal pertemuan guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau masalah tersebut secara mandiri. Setelah itu peneliti dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT menjelaskan pada siswa tentang Persegi dan Bangun Datar dan selama pembelajaran berlangsung siswa diberi kesempatan bertanya. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Proses pembelajaran pada siklus I diawali dengan guru menyajikan materi dan memberikan

penjelasan tentang Persegi dan Bangun Datar, kemudian guru meminta beberapa siswa mengerjakan soal Matematika di papan tulis setelah itu siswa dibentuk dalam 6 kelompok setiap kelompok berjumlah 5-6 orang, sehingga siswa dapat belajar bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, sedangkan guru membimbing siswa dalam kelompok, terutama kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Setelah siswa menyelesaikan masalah maka tiap kelompok mengumpulkan hasil kelompok dan guru memberikan penilaian.

Dari tabel dapat kita lihat Siswa yang mendapat nilai 75 keatas sebanyak 18 Siswa atau 60 %, sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 12 Siswa atau 40 % dari 30 Siswa. Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus I

No Rentang Frekuensi 1 2 3 4 5 6

41 -50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 -90 91 -100

1 1

10 18 0 -

Jumlah 30

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, penguasaan materi sebelum perbaikan pembelajarn bahwa dari jumlah 30 yang mendapat nilai 41 sampai 50 sebanyak 1 Siswa , nilai 51 sampai 60 sebanyak 1 Siswa, nilai 61 sampai 70 sebanyak tidak

Page 91: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

86

10, nilai 71 sampai 80 sebanyak 18 Siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 0 Siswa dan tidak ada yang mendapat nilai diatas 91. Apabila hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika dengan Materi Mengenal bentuk Persegi Dan Bagun Datar kelas III semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 di SD Negeri 1 Pendem, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, tahun pelajaran 2018/2019 jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut. c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, yakni melihat apakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 1. Observasi Guru Hasil observasi terhadap guru menunjukkan hal-hal sebagai berikut : a) Pada pertemuan pertama, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih memperhatikan materi pembelajaran. b) Guru tidak mengaitkan materi pembelajaran dengan materi pembelajaran sebelumnya. c) Keaktifan guru selama proses pembelajaran berlangsung d) Kemampuan guru menciptakan suasana kelas yang kondusif masih kurang.

e) Guru sudah mengarahkan kelompok yang mengalami kesulitan dengan baik dan sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti, tetapi peranan guru pada saat presentasi masih dominan, dimana siswa terlalu banyak diarahkan untuk dapat menemukan jawaban yang tepat. f) Pemanfaatan waktu yang kurang efisien sehingga guru tidak mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran. 2. Observasi kegiatan siswa Selain itu, perlu dilihat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang meliputi perhatian siswa terhadap informasi yang diberikan, kemampuan siswa selama menemukan penyelesaian masalah, keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan atau mengeluarkan pendapat. Sedangkan hasil observasi terhadap siswa antara lain menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a) Pada pertemuan pertama, siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru akibat kurangnya motivasi dari guru. Selain itu siswa kurang memperhatikan penjelasan guru karena mereka merasa asing dengan metode pembelajaran yang baru ini. b) Masih kurangnya siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang mereka tidak tahu serta tidak memahami masalah yang diberikan.

Page 92: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

87

c) Sebagian besar siswa lupa akan materi yang pernah mereka pelajari sebelumnya. d) Kurangnya pendapat yang dikemukakan oleh siswa karena siswa belum memahami betul materi yang diajarkan e) Kurangnya kerjasama dalam kelompok, dimana masih banyak siswa yang hanya mengharapkan jawaban dari teman kelompoknya.

Hasil observasi siswa pada siklus I termasuk dalam kategori rendah dengan skor total 39.

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Siswa dan Guru Siklus I

Komponen Jumlah Skor Kategori Guru 20 Kurang Siswa 39 Rendah

d. Evaluasi

Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, diadakan evaluasi atau tes tindakan siklus I yang bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi mengetahui Luas Keliling Persegi dan Bangun Datar. Hasil tes tindakan siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, jika dibandingkan dengan hasil tes awal. Berdasarkan tabel evaluasi siklus I diikuti oleh 30 orang siswa dengan jumlah nilai 1204, nilai rata-rata siswa adalah 72,37 dimana nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Dari hasil evaluasi siklus I, diketahui bahwa ketuntasan klasikal siswa masih di bawah standar (85%).

Karena ketuntasan belajar yang dicapai baru 60%, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 orang dan siswa yang belum tuntas 12 orang sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan siklus II. e. Refleksi Berdasarkan hasil observasi siswa, hasil observasi guru dan evaluasi siswa siklus I, terdapat beberapa kekurangan yang akan diperbaiki pada siklus II. Setelah dilakukan analisa terhadap kekurangan-kekurangan tersebut, maka dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II antara lain: 1) Guru tidak mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi seberlumnya dan tidak menyampaikan beberapa konsep penting untuk menunjang kegiatan diskusi dan ini termasuk pada indikator pemberian motivasi dan apersepsi kepada siswa. 2) Guru tidak membimbing siswa yang masih kesulitan dalam menerima materi 3) Guru kurang memberi bimbingan dalam mengerjakan soal latihan. 4) Guru tidak meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. 5) Guru tidak memberikan komentar dan saran terhadap hasil diskusi masing-masing kelompok 6) Setelah siswa selesai mengerja-kan soal guru tidak menjawab soal latihan bersama siswa. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada guru pada hasil penilaian observer pada siklus I adalah sebagai berikut:

Page 93: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

88

1) Guru tidak menyampaikan beberapa konsep penting yang belum dikuasai siswa. 2) Guru tidak memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan. 3) Guru tidak memberikan komentar dan saran terhadap hasil diskusi masing-masing kelompok. 4) Guru tidak memberikan pengharagaan pada kelompok yang sudah mempersentasikan hasil diskusinya. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa siklus 1,terdapat kekurangan selama proses pembelajaran ber-langsung. Kekurangan – kekurangan pada siklus 1, antara lain: 1) Keadaan kelas masih ribut karena ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru. 2) Masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan masih banyak siswa yang mengerjakan pekerjaan lain. 3) Siswa tidak merespon pertanyaan guru. 4) Siswa tidak mengemukakan pendapat pada guru. 5) Masih ada kelompok yang kurang bisa mengikuti petunjuk dalam mengerjakan LKS, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih banyak. 6) Kurang kerjasama dalam kelompok sehingga diskusi dalam kelompok lebih didominasi oleh siswa yang pintar. 7) Yang menulis jawaban soal latih-an di papan tulis hanya siswa yang pintar,sedangkan siswa yang lain hanya menyalin jawaban temannya.

8) Siswa belum mampu memberi tanggapan terhadap jawaban teman-nya ketika presentasi kelompok. 9) Siswa tidak bisa membuat kesimpulan akhir dari materi yang sudah dibahas. 10) Pada akhir pembelajaran siswa masih kurang aktif untuk mem-berikan respon dalam menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Mengingat masih ada kekurangan yang terjadi dan masih adanya kesempatan untuk memperbaiki dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi, dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, pada pembelajaran siklus II guru melakukan perbaikan-perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Adapun tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah: 1) Guru lebih mengefisienkan waktu untuk setiap tahap pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. 2) Guru perlu lebih terampil dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan. 3) Memperhatikan kondisi kelas dan mengelolanya dengan baik supaya pembelajaran lebih efektif dengan menambahkan imformasi-informasi yang dianggap perlu dan memberi catatan.

Page 94: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

89

4) Guru meransang siswa untuk aktif bertanya 5) Guru memberikan bimbingan merata kepada semua kelompok. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan hasil bahwa belum mencapai indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum sempurna, dimana kegiatan guru baru mencapai skor total 20 dengan rata-rata 2,0 dan kegiatan siswa dengan skor 39. Kendala umum yang dihadapi adalah belum sepenuhnya siswa memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru, akibatnya masih banyak yang belum dipahami siswa terkait dengan gaya. Selain itu, pada saat siswa belajar kelompok dimana sebagian besar siswa belum dapat berdiskusi dengan baik dan guru masih dominan pada saat siswa mempresentasekan hasil kerja kelompoknya. Faktor lain yang diketemukan adalah guru belum dapat memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga mengakibatkan pada akhir proses belajar mengajar tidak dapat mengarahkan siswa untuk mengambil kesimpulan atas materi yang telah diajarkan serta tidak sempat memberikan tugas rumah. 2. Siklus II Pada siklus II proses belajar mengajar dilaksanakan pada hari kamis tanggal 16 Oktober 2018 Materi yang dipelajari adalah

Mengenal bentuk Persegi Dan Bagun Datar, Kegiatan pada siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I, antara lain: a. Perencanaan Pelaksanaan siklus II didasarkan pada hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada siklus I yang belum memenuhi indikator keberhasilan pembelajaran, sehingga diharapkan pada siklus II ini, kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh guru dan siswa dapat diminimalisir. Ada-pun hal-hal yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah: 1) Guru harus menyampaikan secara tegas tujuan pembelajaran dan pengetahuan prasyarat yang akan digunakan dalam materi yang akan diajarkan pada awal pembelajaran berlangsung. 2) Pemanfaatan waktu yang harus lebih efisien, sehingga apa yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan yang telah ditetapkan 3) Pemberian kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang paling tidak dimengertinya. b. Pelaksanaan Pada tahap ini rancangan RPP pembelajaran akan diterapkan, serta dilakukan pengamatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I yaitu tahap pendahuluan, pengembangan,penerapan, evaluasi dan penutup dengan memperhatikan perbaikan-perbaikan yang telah

Page 95: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

90

direncanakan pada siklus I. Pada siklus II ini diharapkan siswa dapat memahami dan mengerti tentang mengitung keliling Persegi dan Bangun Datar. Proses pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan memperhatikan saran-saran refleksi siklus I sehingga berjalan dengan baik dan terarah. Untuk melihat runtutan rencana penerapannya dapat dilihat pada lampiran. Selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti kembali mengobservasi guru dan siswa, apakah proses belajar mengajar yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana pembelajaran atau belum. Pada siklus II ini, diawali dengan mempertegas penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki gambaran jelas tentang penge-tahuan yang akan diperoleh setelah proses belajar mengajar berlang-sung. Selanjutnya memberi motivasi agar siswa bersemangat untuk belajar Matematika serta mengingat-kan kembali materi lalu yang harus dikuasai sebelum mempelajari ma-teri baru. Hal ini merupakan penga-laman yang terjadi pada tahap siklus I sebelumnya, dimana hal-hal ter-sebut diatas kurang dirasakan oleh siswa.

Tabel 4.6 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II

No Rentang Frekuensi 1 41 - 50 0 2 51 - 60 0 3 61 - 70 0 4 71 - 80 20 5 81 - 90 10 6 91 - 100 0 Jumlah 30

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, penguasaan materi sebelum perbaikan pembelajarn bahwa dari jumlah 30 Siswa tak seorang pun yang mendapat nilai dibawah 60, nilai 61 sampai 70 sebanyak 0 Siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 20 Siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 10 Siswa dan yang mendapat nilai diatas 91 sebanyak 0 Siswa.

Apabila hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran Matematika Materi Mengenal bentuk Persegi Dan Bagun Datar kelas III semester I di SD Negeri 1 Pendem , Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, tahun pelajaran 2018/2019 c. Observasi 1) Observasi Aktivitas Guru

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II, dimana telah terjadi peningkatan dibandingkan pada siklus I sebelumnya. Hasil observasi terhadap guru menun-jukkan hal-hal sebagai berikut: a) Guru telah mampu melaksanakan skenario pembelajaran dengan baik b) Guru sudah mengarahkan kelompok yang mengalami kesulitan dengan baik serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengertinya. c) Pada saat diskusi di masing-masing kelompok, guru memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil yang

Page 96: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

91

diperolehnya dan menemukan jawaban yang benar. d) Guru juga lebih memotivasi siswa sehingga pada siklus II ini, siswa lebih aktif dalam mengajukan pendapat dan pertanyaan.

Pada siklus II ini aktivitas guru sudah termasuk dalam kategori baik dengan skor total 27 dan rata-rata 2,7. Lebih lengkapnya hasil observasi guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel (lampiran). 2) Observasi Aktivitas Siswa

Adapun hasil observasi terhadap siswa antara lain menun-jukkan hal-hal sebagai berikut: a) Siswa sebagian besar sudah mulai aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. b) Pada saat berdiskusi kelompok, setiap anggota kelompok sudah mulai mampu bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk menemukan jawaban yang benar. c) Sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan guru. d) Sebagian besar siswa telah mampu mengemukakan pendapat tentang materi yang diajarkan dan tidak canggung lagi menanyakan hal-hal yang dianggap kurang jelas.

Aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu termasuk dalam kategori cukup dengan skor 48. Hasilnya dapat dilihat pada tabel (lampiran).

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Siswa dan Guru Siklus II

Komponen Jumlah Skor Kategori Guru 27 Cukup Siswa 48 Cukup

d. Evaluasi Setelah pelaksanaan tindakan

siklus II yang membahas materi tentang Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar, kembali diadakan evaluasi dengan memberikan tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir soal dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk mengetahui peningkatan kemam-puan pemahaman siswa terhadap materi Persegi dan Bangun Datar .

Berdasarkan tabel Hasil tes siklus II diikuti oleh 30 orang siswa dengan jumlah nilai 2.420, nilai rata-rata siswa adalah 80,67 dimana nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 75 menunjukkan telah terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dibanding dengan siklus I yaitu 18 (60 %) yang telah memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 menjadi 100% atau sebanyak 30 siswa yang telah memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75. Berdasarkan hasil tes ini, terjadi peningkatan dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. e. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan hasil bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT sudah mencapai indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan, dimana berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru sudah mencapai kategori aktif begitu pula dengan hasil observasi terhadap

Page 97: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

92

kegiatan siswa, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum mampu menyelesaikan soal latihan dengan baik dan benar.

Hasil pelaksanaan tindakan siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas III SDN 1 Pendem terhadap Matematika khususnya pada pokok bahasan Menghitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar mengalami peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT sudah mencapai indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan dianggap telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pembelajaran dengan dua siklus tindakan dan penelitian ini dihentikan. Dengan demikian, hipotesis tindakan telah dipenuhi yaitu dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada pokok bahasan Menghitung Keliling dan Persegi Bangun Datar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 1 Pendem tahun pembelajaran 2018/2019.

Pembahasan

Dalam Penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada pokok bahasan Menghitung Kelilingdan Luas Persegi Bangun Datar. Pembelajaran diawali dengan penyajian tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi, penemuan konsep melalui kegiatan berfikir bersama dan demonstrasi dengan bimbingan melalui LKS, pemantapan dan penerapan konsep melalui latihan soal-soal, dan pada akhirnya membuat kesimpulan.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari terdiri proses pembelajaran dan kegiatan evaluasi, Guna mengetahui sejauh mana siswa menyerap materi yang sudah dipelajari bersama. Dimana pada siklus I diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 72,37 maka dengan demikian indikator ketercapaian yang diharapkan belum tercapai pada siklus ini. Karena, melihat masih adanya kekurangan-kekurangan pada siklus I dan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa maka kegiatan dilanjutkan pada siklus II.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada kekurangan dalam siklus I. Perbaikan dilakukan di antaranya dengan lebih memotivasi siswa dalam pembelajaran, memaksimal-kan kerjasama kelompok dengan memberi informasi kepada siswa untuk selalu serius dan lebih memanfaatkan penggunaan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered

Page 98: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

93

Heads Together) dalam diskusi kelompok karena guru akan memberikan sanksi bagi siswa yang tidak serius dalam diskusi, dan membimbing siswa dalam membuat kesimpulan materi Menhitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar.

Pada awalnya, saat siswa dibagi dalam beberapa kelompok, proses belajar mengajar belum berjalan dengan baik, dimana terlihat suasana kelas yang gaduh saat pembagian kelompok, sehingga siswa belum dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Selain itu, nampak pula siswa yang masih ragu dan malu untuk mengemukakan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru, sehingga guru tidak mengetahui dengan jelas letak kesulitan yang dialami siswa.

Kekurangan lain yakni guru kurang mengorganisasikan waktu dengan baik, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal ini mengakibatkan kegiatan akhir hanya dilakukan seadanya tanpa mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran dan untuk memberikan pekerjaan rumah pada siswa terpaksa dilaksanakan dengan mengambil jam pelajaran pada bidang studi lain.

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum

sempurna. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi kegiatan guru dan siswa yang masih dalam kategori cukup dan kategori rendah. Ini disebabkan karena uji coba dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) yang baru pertama kali dilakukan di kelas ini, sehingga guru dan siswa masih merasa asing dengan pendekatan pembelajaran ini.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan siklus I, nampak adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi tentang Menhitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar setelah menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together). Siswa yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 secara klasikal sebanyak 18 orang siswa atau sekitar 60% dengan nilai rata-rata 72,37 meningkat dari hasil yang diperoleh pada tes awal sebelumnya. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang masih ada serta pemahaman siswa terhadap materi pada tindakan siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni minimal 85% siswa telah memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II.

Pada tindakan siklus II ini masih tetap menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together). Hasil observasi terhadap guru dan siswa

Page 99: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

94

menunjukkan bahwa pada tindakan siklus II ini telah berhasil melakukan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan, dimana guru telah mampu memberikan bimbingan dan motivasi sebaik mungkin pada siswa sehingga siswa mulai berani untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Berdasarkan hasil evaluasi pada akhir tindakan siklus II nampak bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan 75 telah mencapai 100% atau 30 siswa, dimana telah meningkat jika dibandingkan pada siklus I yakni sebesar 100 % Dari hasil evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus kedua yang dilakukan diperoleh bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran terhadap siswa maupun guru. Hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa yang sudah termasuk kategori baik dan cukup. Bagi siswa yakni dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran, dimana dapat terlihat pada kerjasama dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan semakin baik. Selain itu siswa semakin berani untuk mengemukakan pendapat ataupun pertanyaan kepada guru, siswa juga semakin termotivasi untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. Dengan demikian terjadi peningkatan pada pemahaman konsep bagi siswa, ini terlihat pada nilai yang diperoleh siswa lebih besar sama dengan 75 yang lebih baik dibandingkan

dengan nilai sebelum pelaksanaan tindakan.

Sedangkan bagi guru menunjukkan bahwa telah berhasil melakukan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan, dimana guru telah mampu memberikan bimbingan dan motivasi pada siswa serta guru lebih kreatif dan disiplin dalam menggunakan waktu.

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam proses pembelajaran Matematika pada pokok bahasan Menghitung Keliling dan Luas Persegi Bangun Datar telah berhasil dengan baik dan berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar siswa kelas III SDN 1 Pendem tahun pembelajaran 2018/2019. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah terkumpul dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut: 1. Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang semakin meningkat.

2. Pada siklus I ketuntasan belajar belum mencapai 60% dengan KKM 75. Pada siklus II terdapat peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal. Yaitu

Page 100: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

95

sebesar 100 % ini disebabkan karena Setelah diadakan perbaikan tindakan pada lembar observasi guru dan pada pendekatan dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3. Setelah diadakan perbaikan secara menyeluruh yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) yang ditunjang dengan peran guru dan belajar siswa.

Saran Berdasarkan kesimpulan

diatas, maka dapat diajukan saran-saran sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap adalah sebagai berikut: 1. Untuk kepala sekolah, hendak

memberi keyakinan kepada guru-guru untuk menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) serta hendaklah dapat menjadi strategi pembelajaran yang perlu mendapat perhatian karena cukup epektif terhadap ranah kognitif siswa.

2. Untuk guru, hendaklah dapat meningkatkan motivasi siswa baik belajar dengan penerapan pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) maupun dengan pendekatan lain, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta agar guru memberikan saran-saran kepada

muridnya agar memiliki kemampuan untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

3. Utuk siswa, yang telah menggunakan pembelajaran pendekatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) tidak jenuh dan bosan yang artinya siswa bisa tetap mempertahankan hasil belajarnya dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Depdikbud (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka

Hudojo, H (1988) Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud

Ibrahim, dan Sudjana (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Kagan. 2000. Cooperative Learning Structure. Numbered Heads Together, (Online),http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm (5 Desember 2007).

Kagan.2007. Numbered Heads Together, (Online), http://www.eazhull.org.uk/ nlc/numbered_heads.htm, (5 Desember 2007).

Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-dan-hipotesis-

Page 101: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

96

tindakan.html (24 Oktober 2010)

Munjiali, (2004). Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar

Rahayu, Sri, (Online), http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-together-html (4 Agustus 2009)

Russefendi, (1991) Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Sardiman, (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali

Sudijono, H (2001) Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada

Suhena, E (2001) Pembelajaran Keterampilan Proses Matematika Melalui Belajar Kooperatif. Tesis Pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan

Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

Xpresiriau,(Online) http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pembelajaran-konvensional (27 Oktober 2010)

Yusuf, M (2003) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game.

Page 102: ISSN : 2460-4070lpmpntb.kemdikbud.go.id/upload/jurnal/20200618185554.pdf · 2020. 6. 18. · 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE KOLABORATIF PADA SISWA KELAS

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT