KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan...

78
Vol. 1 No. 4 Triwulanan Oktober-Desember 2015 (terbit Februari 2016) ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV 2015

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

Vol. 1 No. 4 Triwulanan

Oktober-Desember 2015 (terbit Februari 2016)

ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV

2015

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

Dasar Hukum Bank Indonesia

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung

jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

~UUD 1945 Pasal 23 D~

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan

Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur

dalam Undang-Undang ini.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan

November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari berbagai

provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui mekanisme

kerja internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan moneter, sistem

pembayaran, serta pengawasan perbankan dan sistem keuangan

secara makroprudensial. Publikasi ini berfungsi sebagai media

untuk menyampaikan penjelasan kepada para pemangku

kepentingan dan publik di daerah mengenai perkembangan

kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu yang

berkembang dan perlu dicermati.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9

Jayapura 99111

T +62 967 534 581

F +62 967 535 201

Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs

www.bi.go.id.

Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada

kesempatan pertama, silahkan mengirimkan surel ke

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

Dewan Redaksi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Penanggung Jawab : Joko Supratikto

(Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)

Pemimpin Redaksi : Fauzan

(Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan)

Mitra Bestari : Evy Marya Deswita Siburian

(Peneliti Ekonomi Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Ratu Miana Ulfani

(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Andree Breitner Makahinda

(Analis Ekonomi/ Departemen Regional IV Kantor Pusat BI)

Penyunting : Arya Jodilistyo

(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Penulis : Arya Jodilistyo

(Analis Ekonomi/Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Enggar Estiko Handoko

(Analis Ekonomi/ Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Dedy Swares Sinaga

(Pelaksana/ Unit Sumber Daya)

Kontributor : Yudi Prasetiyo

(Analis/ Manajer Unit Statistik Survei dan Liaison)

Yon Widiyono

(Analis/ Manajer Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)

Mifta Adi Nugraha

(Analis/ Unit Statistik Survei dan Liaison)

Sekretaris : Sari Wulandari

(Pelaksana Yunior/Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan)

Hartati Br. Nainggolan

(Pelaksana Yunior/Unit Statistik Survei dan Liaison)

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

i

Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya,

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Triwulan IV 2015 ini dapat terbit

tepat waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi

analisis makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan

keuangan daerah menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan

kalangan akademisi, maupun masyarakat luas.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui

Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut

tetap dapat terpelihara di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian

pada triwulan IV 2015 bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami kondisi

perekonomian Papua.

Jayapura, 16 Februari 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI PAPUA,

Joko Supratikto

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

2

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

iii

Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan IV 2015 mengalami pertumbuhan

positif yang signifikan (14,08%, yoy) dibandingkan dengan periode yang sama

pada 2014. Pertumbuhan ini bias atas seperti yang diantisipasi oleh proyeksi pada

Kajian triwulan lalu. Tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini akibat adanya

base effect periode lalu. Kenaikan pertumbuhan pada triwulan IV 2015 cukup signifikan

dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang hanya sebesar 2,54% (yoy)1

. Secara

keseluruhan 2015 (PDRB satu tahun), ekonomi Papua tumbuh positif sebesar 7,97%

(yoy), lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional (4,79%, yoy).

Selanjutnya, inflasi di Provinsi Papua, seperti yang telah diprediksi, turun signifikan

dibandingkan triwulan lalu, dari 7,07% (yoy) menjadi 3,57% (yoy) di triwulan ini.

Tidak hanya itu, besarannya juga lebih rendah dari rentang prediksi yang diantisipasi

oleh Bank Indonesia pada publikasi yang lalu (3,59% 4,59%, yoy). Penurunan inflasi

pada triwulan IV 2015 ini disebabkan oleh base effect komponen administered prices

dan komponen volatile food yang relatif tinggi pada tahun lalu dan terjaganya

ekspektasi inflasi di masyarakat sebagaimana dicerminkan dalam pergerakan

komponen core inflation.

Terkait perbankan, kondisinya secara umum masih menunjukkan pelemahan. Dari

sisi aset, kinerjanya melambat dari 11,54% (yoy) triwulan lalu menjadi 6,93% (yoy)

pada triwulan IV 2015. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), pelemahan

terjadi pada penghimpunan dana Giro dan Deposito yang mengalami kontraksi

dibandingkan dengan tahun lalu. Namun demikian, penghimpunan dana masyarakat

dalam bentuk Tabungan cenderung meningkat. Selanjutnya, aktivitas intermediasi

mengalami peningkatan, yang mana LDR naik dari 55% pada triwulan III 2015 ke 62%

di triwulan IV 2015. Sementara itu, spread suku bunga DPK dengan suku bunga kredit

yang relatif tinggi mengindikasikan efisiensi biaya intermediasi masih perlu ditingkatkan.

Terkait keuangan inklusif, indikator di Papua secara signifikan di bawah rata-rata

nasional. Sementara untuk sistem pembayaran, baik untuk tunai maupun nontunai

menunjukkan posisi net outflow pada triwulan IV 2015.

1

BPS melakukan koreksi atas angka PDRB yang dirilis pada triwulan lalu. Sebelumnya angka

pertumbuhan PDRB Papua tercatat -0,59%. Setelah direvisi berubah menjadi 2,54% (yoy)

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

iv

Sementara itu, realisasi kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan ini

menunjukkan perkembangan yang positif. Secara historis, realisasinya lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan peningkatan pagu APBN

dan APBD 2015 secara signifikan dibanding 2014, instansi vertikal Pemerintah dan

pemerintah daerah di Papua mengimbanginya dengan kinerja realisasi yang secara

persentase kurang lebih sama dengan pola historisnya. Kinerja realisasi APBN dan APBD

tersebut telah mendorong pertumbuhan ekonomi Papua di triwulan IV 2015 ini. Namun

demikian, kinerja dimaksud masih memiliki ruang perbaikan guna meningkatkan

persentase realisasi ke depannya.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan periode lalu belum

berdampak pada kemampuan pasar tenaga kerja mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk yang ingin bekerja. Hal tersebut ditunjukkan oleh naiknya Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,44% pada Agustus 2014 menjadi 3,99% di periode

yang sama pada 2015. Tren peningkatan TPT meski penciptaan lapangan kerja juga

bertambah tersebut telah berlangsung sejak semester awal 2013. Sementara itu, Nilai

Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan IV

2015 (96,08). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum

dapat mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.

Oleh karena itu, berdasarkan perkembangan terakhir, asesmen Bank Indonesia

memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua selama 2016 akan kembali

terakselerasi. Pertumbuhan diperkirakan akan berada di kisaran 8,59 9,59% (yoy)

dengan kecenderungan bias ke atas. Sama seperti 2015, faktor utama yang

mempengaruhi asesmen tersebut adalah kinerja lapangan usaha pertambangan yang

semakin meningkat. Untuk triwulan I 2016, akibat adanya pengaruh base effect pada

periode sebelumnya, pertumbuhan triwulan IV 2015 akan terlihat sedikit terdeselerasi

dari triwulan lalu. Meski demikian, pertumbuhannya (yoy) diproyeksikan masih di atas

dua digit (>10,00%).

Terkait tingkat harga agregat, asesemen menyimpulkan tidak ada tekanan yang

signifikan dari sisi core inflation dan administered prices. Oleh karena itu, jika

pergerakan komponen volatile foods relatif terjaga, inflasi Papua selama 2016

diperkirakan akan berada pada interval 3,8 4,8% (yoy). Realisasi akan lebih rendah jika

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat segera dibentuk di seluruh kabupaten kota

serta dioptimalkan peranannya dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

v

Daftar

Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Ringkasan Eksekutif....................................................................................................... iii

Daftar Isi......................................................................................................................... v

Daftar Tabel ................................................................................................................. vii

Daftar Grafik ............................................................................................................... viii

Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Papua ......................................................................... 1

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi .......................................................................... 1

B. Perbankan .............................................................................................................. 2

C. Sistem Pembayaran ................................................................................................ 3

1 PERTUMBUHAN EKONOMI......................................................................................... 4

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan ............................................................... 4

1.1.1 Konsumsi ....................................................................................................... 4

1.1.2 Investasi ......................................................................................................... 7

1.1.3 Ekspor Netto .................................................................................................. 9

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ........................................ 11

1.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan .......................................................... 12

1.2.2 Pertambangan dan Penggalian .................................................................... 13

1.2.3 Konstruksi .................................................................................................... 14

1.2.4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ............. 15

1.2.5 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib ............. 16

1.2.6 Kategori Lainnya .......................................................................................... 16

2 INFLASI ...................................................................................................................... 17

2.1 Inflasi Umum ...................................................................................................... 17

2.2 Komponen Inflasi ............................................................................................... 18

2.3 Kelompok Komoditas ......................................................................................... 21

2.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah .............................................................. 22

3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ............................................................... 25

3.1 Perkembangan Perbankan .................................................................................. 25

3.1.1 Ketahanan Sektor Korporasi dan Rumah Tangga ....................................... 29

3.1.2 Ketahanan Sektor UMKM ............................................................................ 30

3.1.3 Perkembangan Indikator Keuangan Inklusif ................................................. 30

3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................... 32

Vol. I No. 4 Triwulanan

Oktober-Desember 2015 (terbit Februari 2016)

ISSN 2460-4909 e-ISSN 2460-5980

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

vi

4 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................... 34

4.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua ............................................................ 34

4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua .......................................................... 35

4.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua .......................................... 36

4.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ................................................. 36

5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................. 38

5.1 Ketenagakerjaan ................................................................................................ 38

5.2 Kesejahteraan ..................................................................................................... 40

Boks 1 Isu-Isu Demografi dan Pembangunan Ekonomi di Papua .................................. 41

B1.1 Jumlah Penduduk vs. Kemakmuran .................................................................. 41

B1.2 Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografi ............................................. 42

B1.3 Papua Surplus Laki-Laki .................................................................................... 43

B1.4 Keberagaman, Fraksionalisasi dan Polarisasi Penduduk Provinsi Papua ............. 45

B1.5 Ketimpangan Kemiskinan Intra-Papua .............................................................. 45

6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................... 47

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 47

6.2 Prospek Inflasi .................................................................................................... 48

Boks 2 MENGENAL BANK INDONESIA: Kantor Perwakilan ........................................... 49

B2.1 Kantor Perwakilan BI ........................................................................................ 49

B2.2 Apa Misi dan Peranan Kantor Perwakilan BI? ................................................... 50

B2.3 Organisasi dan Protokoler Kantor Perwakilan BI ............................................... 52

B2.4 Sekilas KPwDN Provinsi Papua .......................................................................... 53

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

vii

Daftar

Tabel

Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%) ...................................................... 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy) ...................................................... 4

Tabel 1.3 Proyeksi Harga Tembaga dan Emas 2015-2020 .......................................... 8

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha .............................. 11

Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya ................................................................. 16

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen .......................... 18

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile Food Berdasarkan

Subkelompok ........................................................................................... 19

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok ............................ 21

Tabel 3.1 Non-Performing Loan Ratio Perbankan di Papua ...................................... 28

Tabel 3.2 Penyaluran Kredit Menurut Sektor di Papua ............................................. 28

Tabel 3.3 Indikator Keuangan Inklusif di Provinsi Papua ........................................... 31

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama .................... 38

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

viii

Daftar

Grafik

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen dan Penghasilan Saat ini ..... 5

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen di Provinsi Papua ................... 5

Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang Konsumsi di Provinsi Papua ........................ 5

Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi di Provinsi Papua .................. 6

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal Pemerintah Provinsi Papua ............. 6

Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan Investasi di Provinsi Papua .................. 7

Grafik 1.7 Impor Barang Modal ................................................................................ 7

Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor .............................................................................. 9

Grafik 1.9 Pangsa Ekspor Triwulan IV 2015 ............................................................... 9

Grafik 1.10 Impor Provinsi Papua ............................................................................ 10

Grafik 1.11 Pangsa Impor Triwulan IV 2015 ............................................................ 10

Grafik 1.12 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha ...... 11

Grafik 1.13 Produksi Tanaman Pangan yang Dominan di Provinsi Papua ................. 12

Grafik 1.14 Kredit Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............................... 12

Grafik 1.15 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika ................ 13

Grafik 1.16 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas Kabupaten Mimika .............. 13

Grafik 1.17 Penjualan Semen di Provinsi Papua ....................................................... 14

Grafik 1.18 Kredit Sektor Konstruksi di Papua ......................................................... 14

Grafik 1.19 Perbandingan Kredit Konstruksi dan NTB Konstruksi ............................ 15

Grafik 1.21 Pembelian Durable Goods..................................................................... 15

Grafik 1.20 Pendaftaran Kendaraan Baru ................................................................ 15

Grafik 1.22 Perkembangan Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi Papua ......... 16

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan ............................................................... 17

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan ................................................................ 17

Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi ............................................................................... 17

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan Menurut Daerah...................................... 17

Grafik 2.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan .................................................... 19

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan Komponen Core Inflation ............................. 19

Grafik 2.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen ................................................................... 19

Grafik 2.8 Harga Beberapa Bahan Pangan berdasarkan Survei Pemantauan Harga .. 20

Grafik 2.9 Pola Historis Inflasi Bulanan Akibat Kenaikan Harga BBM Bersubsidi ....... 21

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan .............................................................. 25

Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan DPK ........................................................ 25

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

ix

Grafik 3.3 Kinerja Intermediasi Perbankan ............................................................... 26

Grafik 3.4 Penyaluran Kredit Menurut Penggunaan ................................................. 26

Grafik 3.5 Penyaluran Kredit Menurut Sektor Usaha dengan Pangsa Terbesar ........ 26

Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga .................................................................... 26

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ....................................................... 29

Grafik 3.8 NPL Kredit Rumah Tangga ...................................................................... 29

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM ................................................................... 30

Grafik 3.10 NPL Kredit UMKM ................................................................................. 30

Grafik 3.11 Aliran Uang Kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Papua ....................................................................................................... 32

Grafik 3.12 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua .......................................................................................... 32

Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi SKNBI ............................................................ 32

Grafik 3.14 Perkembangan Transaksi BI-RTGS ......................................................... 33

Grafik 4.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup Provinsi Papua ............................. 34

Grafik 4.2 Distribusi APBN 2015 menurut Kementerian/Lembaga Negara Penerima

Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ........................................................... 34

Grafik 4.3 Realisasi APBN 2015 per Triwulan IV 2015 di Lingkup Provinsi Papua ..... 34

Grafik 4.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................ 35

Grafik 4.5 Distribusi Pagu Belanja Modal menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua ............................................ 35

Grafik 4.6 Perkembangan Pagu Pendapatan Pemdaprov Papua Menurut Jenis ........ 35

Grafik 4.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan IV ....... 36

Grafik 4.8 Perkembangan Realisasi PAD Pemdaprov Papua Triwulan IV ................... 36

Grafik 4.9 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Pemdaprov Papua Triwulan IV

................................................................................................................. 36

Grafik 4.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan

IV .............................................................................................................. 36

Grafik 4.11 Perkembangan Pagu Belanja Pemdaprov Papua Menurut Jenis ............. 37

Grafik 4.12 Perkembangan Realisasi Belanja Pemdaprov Papua Triwulan IV ............ 37

Grafik 5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ................ 38

Grafik 5.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (yoy) .............................................................................................. 38

Grafik 5.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ..................... 39

Grafik 5.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja ................................ 39

Grafik 5.5 Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 39

Grafik 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan ................. 39

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

x

Grafik 5.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani ............................................................ 40

Grafik 5.8 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional ...................................... 40

Grafik 5.9 Jumlah Penduduk Miskin ........................................................................ 40

Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan .. 40

Grafik B1.1 Jumlah Penduduk Papua Dibandingkan Singapura dan Brunei Darussalam

................................................................................................................. 41

Grafik B1.2 Pertumbuhan Penduduk Papua ............................................................. 42

Grafik B1.3 Piramida Penduduk Papua .................................................................... 42

Grafik B1.4 Piramida Penduduk Yogyakarta ............................................................ 42

Grafik B1.5 Rasio Jenis Kelamin (di atas 100 berarti laki-laki lebih banyak dari

perempuan) .............................................................................................. 43

Grafik B1.6 Rasio Jenis Kelamin di Papua ................................................................ 43

Grafik B1.7 Keberagaman Etnis di Papua pada 2015 ............................................... 44

Grafik B1.8 Indeks Fraksionalisasi di Papua .............................................................. 45

Grafik B1.9 Indeks Polarisasi di Papua...................................................................... 45

Grafik B1.10 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Antardaerah di Provinsi Papua ...... 46

Grafik B1.11 Korelasi Positif antara Pendidikan dan Kemiskinan.............................. 46

Grafik 6.1 Perbandingan Target Awal (T) dan Realisasi Akhir Tahun (R) Situs

Operasional FCX di Indonesia ................................................................... 47

Grafik B2.1 Tipologi Perbandingan KPwLN dan KPwDN .......................................... 50

Grafik B2.2 Fungsi KPwDN ...................................................................................... 51

Grafik B2.3 Perbandingan Struktur Umum Organisasi BPK, BI dan Kementerian ...... 52

Grafik B2.4 Perbandingan Tata Tempat pada Acara Kenegaraan atau Acara Resmi

menurut UU 9/2010 Tentang Keprotokolan ............................................. 53

Grafik B2.5 Struktur Regu Bank Indonesia yang Diberangkatkan untuk Operasi

Trikora di Irian Barat pada Oktober 1962 .................................................. 54

Grafik B2.6 Struktur BI Cabang Kotabaru ................................................................ 54

Grafik B2.7 Kartu Pos Bergambar Kantor NHM di Jayapura dari periode 1960 ........ 54

Grafik B2.8 Daftar Pemimpin Bank Indonesia di Jayapura ........................................ 54

Grafik B2.9 Fokus Kebijakan KPwDN Provinsi Papua 2016 ....................................... 54

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

1

Tabel Indikator Ekonomi

Provinsi Papua

A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Inflasi

2012 2013Total Total I II III IV Total I II III IV Total

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 1,72 8,55 6,38 15,13 7,00 (9,82) 3,81 1,60 13,80 2,54 14,08 7,97

Menurut Penggunaan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,47 6,23 6,40 6,95 7,21 7,77 7,10 6,15 6,22 6,24 5,82 6,11

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,87 7,25 12,49 14,23 11,66 10,84 12,29 3,17 3,07 6,51 10,59 5,87

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,43 8,44 12,38 6,93 9,91 8,31 9,28 6,35 4,23 4,31 5,63 5,14

Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,82 6,36 7,70 7,78 8,12 8,28 7,98 9,01 6,31 6,61 6,66 7,11

Perubahan Inventori (111,10) 90,61 48,93 (66,83) (409,76) (145,95) (182,91) (120,90) (650,35) (91,35) (138,51) (172,26)

Ekspor Luar Negeri (28,40) 32,38 (66,25) (92,70) 22,69 (56,28) (46,83) 91,86 1.531,64 (9,19) (15,86) 38,88

Impor Luar Negeri (8,69) (41,20) 281,70 32,50 147,03 76,27 105,27 (34,85) (23,58) (17,41) (1,61) (20,08)

Net Ekspor Antar Daerah (57,51) 390,52 (497,97) (311,95) (23,30) (61,93) (150,31) (85,41) (87,66) 48,05 (140,04) (103,17)

Menurut Kategori Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,18 6,04 6,72 6,92 3,60 6,06 5,79 6,89 3,45 6,78 9,73 6,73

Pertambangan dan Penggalian (6,41) 9,00 3,44 19,57 5,07 (27,87) (2,67) (7,67) 25,01 (4,40) 21,33 7,77

Industri Pengolahan 1,93 2,13 9,04 10,69 6,90 8,34 8,72 5,62 5,45 1,72 2,43 3,77

Pengadaan Listrik, Gas 10,45 7,45 8,80 8,70 6,90 0,87 6,24 (13,85) (2,85) (4,70) 4,81 (4,15)

Pengadaan Air 4,63 6,53 6,35 6,40 6,01 6,24 6,25 3,47 3,83 5,08 3,56 3,99

Konstruksi 13,99 11,79 7,21 17,29 8,95 2,09 8,56 14,99 7,54 7,79 12,86 10,70

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,84 9,36 5,90 8,51 6,62 8,12 7,30 8,35 7,13 8,72 8,77 8,25

Transportasi dan Pergudangan 8,74 8,15 8,58 10,32 11,03 11,00 10,26 10,39 9,04 8,63 10,06 9,53

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,86 11,67 17,06 16,54 10,67 7,12 12,57 4,97 5,85 8,64 10,36 7,52

Informasi dan Komunikasi 10,23 12,79 9,93 13,89 2,15 1,37 6,63 0,82 0,69 9,62 9,73 5,19

Jasa Keuangan 7,85 13,89 7,09 12,10 (0,01) 10,45 7,26 10,63 (12,63) 9,66 3,83 2,63

Real Estate 10,01 11,67 10,11 8,06 8,09 6,30 8,09 4,96 5,99 5,32 7,08 5,86

Jasa Perusahaan 6,52 5,88 10,49 10,20 9,70 8,34 9,65 1,66 3,89 5,55 4,59 3,97

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,36 2,80 13,21 20,67 22,69 8,58 15,96 10,17 12,33 7,63 13,88 11,03

Jasa Pendidikan 9,62 9,75 12,42 12,68 5,86 3,33 8,15 7,18 9,27 9,07 3,99 7,24

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,76 9,29 13,01 13,86 7,30 4,81 9,36 9,45 9,17 9,84 5,47 8,36

Jasa lainnya 9,11 10,42 13,00 13,19 6,23 3,54 8,55 7,56 7,71 8,73 4,56 7,04

Inflasi Nasional (% yoy) 4,30 8,38 7,32 6,70 4,53 8,36 8,36 6,38 7,26 6,83 6,83 8,36

Inflasi Papua (% yoy) 4,52 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 9,12 6,85 8,20 7,07 7,07 9,12

Kota

Jayapura 4,52 8,27 9,07 6,87 4,23 7,98 7,98 5,99 8,15 7,63 7,63 7,98

Merauke - - 11,02 8,89 5,29 12,31 12,31 9,25 8,35 5,49 5,49 12,31

Disagregasi Komponen

Inflasi Inti (Core Inflation ) 4,35 6,61 6,01 5,66 4,67 5,10 5,10 5,39 5,72 4,60 4,60 5,10

Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 7,46 6,59 14,56 9,36 2,82 12,14 12,14 5,95 10,45 12,02 12,02 12,14

Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 1,00 18,23 15,83 11,25 7,16 18,24 18,24 12,82 14,49 9,78 9,78 18,24

Kelompok Komoditas

Bahan Makanan 8,26 7,12 14,12 9,02 3,52 11,56 11,56 6,27 10,48 11,67 11,67 11,56

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4,02 8,18 9,25 8,86 10,15 8,78 8,78 8,63 8,74 6,30 6,30 8,78

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,28 9,18 8,25 7,26 5,82 7,44 7,44 7,06 7,59 5,12 5,12 7,44

Sandang 2,48 4,07 4,63 4,95 3,88 4,02 4,02 4,37 4,73 3,21 3,21 4,02

Kesehatan 0,57 3,80 5,56 4,88 2,86 4,47 4,47 6,73 7,67 7,46 7,46 4,47

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96 3,73 3,25 3,22 2,23 3,91 3,91 4,58 4,57 4,75 4,75 3,91

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 2,29 11,97 8,93 6,32 1,78 11,43 11,43 7,29 8,48 6,20 6,20 11,43

Indikator2014 2015

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

2

B. Perbankan

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Asset (Rp miliar) 38.806 34.244 33.974 37.381 40.244 36.820 35.419 42.916 49.479 41.929 43.569 50.098 55.188 44.833

DPK (Rp miliar) 27.786 26.928 25.924 28.446 29.823 29.126 28.756 32.371 35.851 34.119 32.819 35.880 39.017 35.418

Giro (Rp miliar) 12.642 8.297 9.193 11.085 12.821 9.057 9.728 12.452 13.948 12.383 9.972 12.566 14.867 9.475

Tabungan (Rp miliar) 10.467 13.595 11.393 11.347 11.648 14.687 12.524 12.238 12.606 13.378 13.929 13.557 14.002 18.587

Deposito (Rp miliar) 4.677 5.036 5.337 6.013 5.354 5.383 6.504 7.681 9.297 8.359 8.918 9.758 10.148 7.356

Penyaluran Kredit oleh Kantor Bank di Papua (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934

Lokasi Proyek di Prov. Papua 13.282 14.032 14.451 15.587 16.405 17.112 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528 20.957

Lokasi Proyek Luar Prov. Papua 241 316 400 427 442 530 564 708 751 833 798 868 909 977

Penyaluran Kredit di Prov insi Papua (Rp miliar) 14.135 14.893 15.288 16.643 17.503 18.321 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364 22.891

Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 13.282 14.032 14.451 15.587 16.405 17.112 17.470 18.352 18.950 19.484 19.373 20.317 20.528 20.957

Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 853 861 836 1.056 1.098 1.209 1.268 1.325 1.331 1.395 1.487 1.704 1.836 1.934

Kredit Penggunaan (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934

Modal Kerja 5.553 5.738 5.816 6.145 6.354 6.548 6.997 7.660 8.332 7.666 7.435 8.048 9.316 9.388

Investasi 2.109 2.255 2.199 2.602 2.605 2.895 2.766 2.911 2.863 3.314 3.285 3.472 2.172 2.389

Konsumsi 5.860 6.355 6.836 7.267 7.888 8.199 8.271 8.488 8.506 9.337 9.451 9.665 9.949 10.158

Kredit Sektoral (Rp miliar) 13.523 14.348 14.851 16.014 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 21.934

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 136 149 231 268 302 599 604 670 700 711 733 923 434 695

2. Pertambangan dan Penggalian 58 97 79 75 77 62 46 55 78 49 54 56 5 43

3. Industri Pengolahan 546 481 373 488 545 510 376 357 340 327 315 306 161 327

4. Pengadaan Listrik dan Gas 29 26 21 28 29 31 31 33 44 49 36 43 22 34

5. Pengadaan Air 1 1 1 - - - 2 4 7 5 3 6 2 6

6. Konstruksi 1.274 1.305 1.102 1.206 1.296 1.261 1.327 1.516 1.923 1.526 1.295 1.558 1.175 1.635

7. Perdagangan Besar dan Eceran 3.270 3.475 3.559 4.160 4.213 4.259 4.430 4.723 4.887 5.156 5.252 5.599 6.901 6.135

8. Transportasi dan Pergudangan 243 254 292 362 388 422 457 544 570 596 602 586 466 576

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 474 518 567 629 632 637 637 667 686 675 660 681 365 671

10. Informasi dan Komunikasi 9 6 6 7 6 7 10 10 18 18 18 18 7 9

11. Perantara Keuangan 156 215 244 122 116 125 105 160 96 135 128 124 60 105

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 160 161 161 162 152 169 225 175 176 171 184 186 140 210

13. Jasa Perusahaan 96 98 157 273 246 247 223 203 201 222 217 224 220 212

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 2 1 1 1 3 3 3 6 4 111 37 2 1 66

15. Jasa Pendidikan 105 119 24 30 34 31 32 18 29 14 12 16 10 14

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 20 19 16 19 24 24 31 30 32 31 30 36 29 37

17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 6.946 7.422 8.018 8.186 8.783 9.253 9.498 9.889 9.910 10.522 10.594 10.821 11.438 11.159

Kredit UMKM 5.322 5.460 5.122 5.841 6.119 7.443 7.528 8.178 8.401 8.815 8.780 9.100 6.904 9.209

Kredit Rumah Tangga 3.951 4.307 4.331 4.341 4.712 4.664 5.147 5.532 5.585 8.717 8.828 8.907 6.413 9.200

KPR/KPA 583 624 661 895 1.103 1.164 1.264 1.245 1.275 1.365 1.346 1.410 1.529 1.578

Kredit Ruko/Rukan 151 167 198 213 250 277 284 364 317 335 349 369 374 394

KKB 30 33 34 58 63 62 57 61 59 54 51 50 56 58

Multiguna 2.714 2.980 2.928 2.616 2.688 2.530 2.893 3.152 3.210 6.236 6.363 6.364 3.729 6.406

Lainnya 473 503 511 559 608 631 650 709 724 727 718 714 725 764

Non Performing Loan (Rp miliar) 187 179 231 291 322 309 361 593 638 795 896 1.004 1.288 1.104

NPL Ratio (%) 1,38 1,25 1,56 1,82 1,91 1,75 2,00 3,11 3,24 3,91 4,44 4,74 6,01 5,03

LDR 48,67 53,28 57,29 56,30 56,49 60,57 62,71 58,88 54,95 59,55 61,46 59,04 54,95 61,93

Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 2,21 2,38 2,22 2,23 2,41 2,76 3,03 2,99 3,19 3,03 3,37 3,30 4 3,25

Nasional 3,33 3,35 3,24 3,36 3,67 4,11 4,42 4,59 4,78 4,75 4,77 4,46 4 4,23

Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 12,97 12,82 12,74 12,61 12,60 12,61 12,60 12,70 12,75 12,74 12,73 12,80 13 12,84

Nasional 11,03 10,94 10,83 10,76 10,83 10,99 11,22 11,42 11,52 11,58 11,53 11,54 11 11,54

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Bank

Papua 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 25 25

Nasional 1.789 1.773 1.773 1.761 1.761 1.755 1.756 1.753 1.753 1.762 1.762 1.762 1.762 1.762

Jumlah Kantor Bank

Papua 248 260 267 267 267 272 273 273 273 287 287 287 289 289

Nasional 20.246 21.050 21.588 22.072 22.583 23.236 23.421 23.769 24.241 24.843 25.036 25.266 25.420 25.420

Jumlah Rekening (dalam ribu)

Rekening Dana Pihak Ketiga

Papua 1.196 1.242 1.609 1.370 1.424 1.674 1.630 1.591 1.633 1.692 1.653 1.671 1.707 1.795

Nasional 119.644 123.638 168.066 129.888 137.787 154.984 156.905 156.263 160.367 165.182 161.807 164.919 168.600 173.969

Rekening Kredit

Papua 158 163 167 173 177 180 182 186 190 193 195 197 197 202

Nasional 39.099 39.441 39.461 38.764 39.383 38.975 39.012 39.410 39.934 40.414 40.578 40.673 40.731 41.150

2015Prov insi Papua

2012 2013 2014

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

3

C. Sistem Pembayaran

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah

Inflow (Rp miliar) 1.664,51 1.628,75 2.702,12 1.260,27 3.894,13 5.391,32 2.853,48 1.224,47 1.497,83 1.468,08 2.646,47 909,17 1.497,86 856,08

Outflow (Rp miliar) 1.820,59 6.234,39 1.020,06 2.256,04 2.273,13 5.772,50 893,21 1.870,83 2.515,98 6.238,60 855,28 1.852,00 2.714,44 5.439,51

Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 43,30 57,96 107,59 327,13 529,66 274,82 395,49 200,57 332,06 260,02 408,07 301,30 262,63 193,13

Kliring

Total

Nominal (Rp juta) 1.026.907 1.144.667 1.173.119 983.045 1.153.039 1.221.579 1.169.841 1.071.287 1.126.530 1.449.761 1.123.097 1.202.372 1.553.207 3.127.063

Volume (lembar) 31.176 31.216 24.222 28.820 30.551 31.546 28.209 28.350 27.911 34.352 40.587 44.596 47.682 58.025

1. Kliring Kredit

Nominal (Rp juta) 48.705 66.358 51.696 48.851 69.409 110.352 70.116 73.113 73.382 184.197 306.530 219.173 461.277 1.527.788

Volume (lembar) 5.516 6.306 5.177 4.231 4.581 5.617 3.785 3.578 3.690 7.304 19.445 14.488 23.576 31.749

2. Kliring Debit

Nominal (Rp juta) 978.203 1.078.308 1.121.423 934.194 1.083.629 1.111.227 1.099.725 998.174 1.053.148 1.265.564 816.567 983.198 1.091.930 1.902.934

Volume (lembar) 25.660 24.910 19.045 24.589 25.970 25.929 24.424 24.772 24.221 27.048 21.142 30.108 24.106 26.735

2.1 Kliring Debit Penyerahan

Nominal (Rp juta) 1.007.995 1.108.860 1.175.210 975.065 1.116.542 1.155.567 1.143.978 1.051.820 1.085.299 1.328.203 1.052.941 1.139.485 1.123.330 1.599.275

Volume (lembar) 26.215 25.498 19.828 25.427 26.837 26.648 25.004 25.392 24.927 27.727 24.708 32.500 24.720 26.276

2.2 Kliring Debit Pengembalian

Nominal (Rp juta) 29.793 30.551 53.786 40.870 32.912 44.341 44.253 53.646 32.151 62.639 236.375 156.287 31.400 303.658

Volume (lembar) 555 588 783 838 867 719 580 620 706 679 3.566 2.392 614 459

Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

Outflow (from)

Nominal (Rp miliar) 6.929 11.090 5.260 6.483 8.095 10.634 7.155 5.947 7.735 12.713 7.835 9.650 10.207 4.980

Volume (lembar) 7.589 8.102 7.932 7.793 8.109 8.688 7.543 7.806 8.335 8.434 4.341 4.319 4.239 2.194

Inflow (to)

Nominal (Rp miliar) 10.408 11.840 8.403 9.821 13.077 16.124 8.599 10.351 12.880 18.303 9.160 9.007 9.583 3.550

Volume (lembar) 11.712 12.386 9.986 11.176 11.150 11.948 9.925 11.220 11.901 13.375 5.687 5.064 4.433 2.055

Intra-Papua

Nominal (Rp miliar) 1.567 3.608 716 1.336 2.836 4.788 1.000 1.375 2.291 5.460 900 1.906 2.637 1.574

Volume (lembar) 1.323 1.566 1.504 1.598 1.612 1.552 1.402 1.446 1.625 1.864 844 881 766 402

2014 2015Indikator Sistem Pembayaran

2012 2013

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

4

1 PERTUMBUHAN

EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan IV 2015 mengalami akselerasi yang

signifikan (14,08%, yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2015. Pertumbuhan ini bias

atas seperti yang diantisipasi oleh proyeksi pada Kajian triwulan lalu. Pertumbuhan yang

tinggi pada triwulan ini cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III

2015 yang hanya tumbuh sebesar 2,54% (yoy). Tingginya pertumbuhan ekonomi

terutama disebabkan adanya base effect periode lalu. Secara keseluruhan 2015 (PDRB

satu tahun), ekonomi Papua tumbuh positif sebesar 7,97% (yoy), lebih tinggi daripada

pertumbuhan ekonomi nasional (4,79, yoy).

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan

Kontributor utama tingginya pertumbuhan

ekonomi pada triwulan IV 2015 adalah

Ekspor Netto yang tumbuh sebesar

252,65% yang lebih disebabkan base

effect. Di sisi lain, komponen Konsumsi

yang menjadi penyumbang utama

pertumbuhan juga tumbuh sebesar 5,87%

(yoy), yang juga diikuti pertumbuhan

komponen Investasi yang naik sebesar

7,41% (yoy). Secara keseluruhan 2015,

kinerja Konsumsi, Ekspor Netto, dan

Investasi mengalami pertumbuhan positif.

1.1.1 Konsumsi

Dibandingkan triwulan sebelumnya,

komponen Konsumsi pada triwulan IV 2015

masih tumbuh positif sebesar 5,87% (yoy).

Pertumbuhan tersebut ditopang dari

Konsumsi Pemerintah yang tumbuh lebih

tinggi (5,63%, yoy) dibandingkan triwulan

sumber: BPS, diolah

Tabel 1.1 Struktur Ekonomi Sisi Penggunaan (%)

1

BPS melakukan koreksi atas angka PDRB yang dirilis pada triwulan lalu. Sebelumnya angka pertumbuhan PDRB

Papua tercatat -0,59%. Setelah direvisi berubah menjadi 2,54% (yoy)

2013 2015

Komponen Pengeluaran Total Total I II III IV Total

Konsumsi 60,95 62,98 64,08 57,26 62,48 63,31 61,71

Konsumsi Swasta 42,03 43,18 44,60 39,99 43,40 42,05 42,43

Konsumsi Pemerintah 18,92 19,80 19,47 17,27 19,08 21,26 19,28

Investasi 26,58 27,13 27,96 26,08 27,80 26,96 27,17

Ekspor Netto 12,47 9,89 7,97 16,66 9,72 9,73 11,12

2014 2015

Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Penggunaan (%,yoy)

sumber: BPS, diolah

2013 2014 2015

Komponen Pengeluaran Total Total I II III IV Total

Konsumsi 6,93 7,90 6,13 5,53 5,65 5,87 5,80

Konsumsi Swasta 6,27 7,28 6,04 6,10 6,25 6,00 6,10

Konsumsi Pemerintah 8,44 9,28 6,35 4,23 4,31 5,63 5,14

Investasi 6,70 6,61 5,94 8,94 10,12 7,41 8,11

Ekspor Netto 15,92 -17,23 -31,70 72,14 -26,03 252,65 21,44

P D R B 7,91 4,42 1,60 13,80 2,54 14,08 7,97

2015

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

5

Triwulan IV 2015

sebelumnya (4,31, yoy). Sementara itu,

Konsumsi Swasta yang pada triwulan

sebelumnya tumbuh sebesar 6,25% (yoy),

pada triwulan ini sedikit melemah ke 6,00%

(yoy).

Pertumbuhan positif sisi konsumsi diperkuat

oleh 3 faktor besar, yaitu: tingkat keyakinan

konsumen, tingkat penghasilan, serta

akumulasi dampak inflasi yang dalam

perspektif konsumen terjaga dengan baik.

Tingkat keyakinan konsumen relatif stabil

pada triwulan IV 2015. Hal tersebut

ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen

yang dilakukan oleh Bank Indonesia di Kota

Jayapura yang menunjukkan bahwa

penghasilan konsumen relatif meningkat

meski sempat turun di awal triwulan. Data

survei juga mengindikasikan bahwa

mayoritas responden optimistis akan kondisi

dan perkembangan ekonomi yang terjadi.

Temuan tersebut konsisten dengan rilis

Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai

tendensi konsumen di Provinsi Papua. ITK

meningkat pada triwulan IV 2015. Dari sisi

pendapatan, konsumen cenderung merasa

penghasilan yang diperolehnya lebih tinggi

(positif) dari periode lalu.

Selain itu, persepsi masyarakat atas dampak

inflasi yang sempat melonjak akhir tahun

lalu, kini mulai dapat diadaptasi oleh

masyarakat. Kenaikan harga juga relatif

terjaga sejak awal tahun, meski harga

beberapa komoditas strategis yang

ditetapkan Pemerintah cenderung

fluktuatif, seperti harga BBM bersubsidi dan

Tarif Tenaga Listrik.

Ketiga faktor yang dijabarkan diatas

menyebabkan fundamental konsumsi

rumah tangga cukup kuat. Akibatnya,

pertumbuhan Konsumsi Swasta pada

triwulan IV 2015 masih terjaga di level

6,00% (yoy).

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Tendensi

Konsumen di Provinsi Papua

0

20

40

60

80

100

120

140

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

ITK

Pendapatan RT

Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi

Garis 100

sumber: BPS

Grafik 1.3 Perkembangan Impor Barang

Konsumsi di Provinsi Papua

-100

100

300

500

700

900

(1,0)

1,0

3,0

5,0

7,0

9,0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nilai Impor Konsumsi Pertumbuhan [sk. kanan]

juta USD % yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Penghasilan Saat Ini

Garis 100

Optimistis

Pesimistis

sumber: Survei Konsumen

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen dan Penghasilan Saat ini

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

6

Triwulan IV 2015

Indikator yang dapat menggambarkan

pertumbuhan ekonomi lainnya adalah nilai

impor barang-barang konsumsi rumah

tangga. Data impor produk kategori ini

menunjukkan bahwa pada triwulan I 2015

terjadi kontraksi sebesar 68% (yoy), dan

masih terus terkontraksi pada triwulan III

2015. Namun pada triwulan ini impor

barang konsumsi rumah tangga telah

tumbuh positif sebesar 82,55% (yoy).

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa dampak

penguatan dolar atas berbagai mata uang

dunia sejak pertengahan 2013 yang lalu

telah dapat diadaptasi oleh perekonomian

Papua. Artinya, secara dampak terhadap

konsumsi total, penguatan dolar sejak 6

triwulan lalu tersebut hanya terasa dari

triwulan I-III 2015. Dari sisi kebijakan, paket

ekonomi yang dikeluarkan pemerintah pada

semester II 2015 terlihat cukup efektif

untuk meredam tekanan mata uang dolar

atas aktivitas perekonomian di Papua.

Namun demikian, asesmen masih tetap

mencermati kemungkinan dampak lanjutan

(residual effect) pada triwulan yang akan

datang.

Selanjutnya, data penyaluran Kredit

Konsumsi menunjukkan pertumbuhan yang

lebih rendah dibandingkan triwulan III

2015. Pada triwulan lalu, Kredit Konsumsi

tumbuh 17.96% (yoy) sementara pada

triwulan IV 2015, pertumbuhannya naik

tipis ke 8,44% (yoy). Hal ini sejalan dengan

pergerakan Konsumsi Rumah Tangga

sedikit melemah dari triwulan lalu.

Untuk komponen Konsumsi Pemerintah,

pertumbuhan meningkat sampai level

5,63% (yoy), dari triwulan sebelumnya

4,31% (yoy). Angka tersebut konsisten

dengan pertumbuhan penyerapan Belanja

Pemerintah Selain Belanja Modal yang lebih

tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun lalu. Jika diperhatikan,

penguatan Konsumsi Pemerintah pada

triwulan IV 2015 disebabkan oleh dua hal.

Pertama, peningkatan itu menunjukkan

Grafik 1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit

Konsumsi di Provinsi Papua

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit Konsumsi

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar% yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Selain Belanja Modal

Pemerintah Provinsi Papua

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Modal Kerja dan Investasi

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

7

Triwulan IV 2015

semakin besarnya alokasi belanja selain

belanja modal Pemerintah di Provinsi Papua.

Kedua, siklus pengeluaran pemerintah

historis menunjukkan bahwa peningkatan

penyerapan anggaran selalu meningkat di

triwulan IV.

1.1.2 Investasi

Nilai komponen Investasi Papua selama

tahun 2015 mencatatkan pertumbuhan

sebesar 8,11% (yoy). Angka ini meningkat

signifikan dibandingkan periode 2014

(6,61%, yoy). Secara triwulanan,

pertumbuhan Investasi di triwulan IV 2015

tercatat sebesar 7,41% (yoy). Nilai tersebut

lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

sebesar 10,12% (yoy).

Pertumbuhan komponen investasi tersebut

sejalan

oleh

perbankan di Papua selama triwulan ini

yang tumbuh sebesar 10,64% (yoy), lebih

besar dibandingkan triwulan sebelumnya

(4,56%, yoy). Impor barang modal yang

sejak triwulan IV 2014 mengalami

kontraksi, pada triwulan ini mengalami

pertumbuhan positif mencapai 34,41%.

Sebagaimana diketahui, perekonomian

Papua memiliki ketergantungan tinggi atas

kategori Pertambangan dan Penggalian.

Asesmen mencermati penurunan investasi

pada triwulan IV 2015 lebih banyak

disebabkan oleh penurunan investasi yang

dilakukan oleh salah satu perusahaan

tambang utama di Papua. Dalam rilis

resminya disebutkan bahwa perusahaan

menunda sekitar 15% belanja modalnya

(capital expenditures) pada 2015 ke tahun

berikutnya. Penundaan investasi tersebut

terkait dengan keputusan strategis jangka

panjang yang diambil dengan

memperhitungkan profitabilitas industri

pertambangan secara global.

Ketergantungan atas sektor Pertambangan

dan Penggalian yang tinggi tadi

Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja dan

Investasi di Provinsi Papua

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Modal Kerja dan Investasi

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 1.7 Impor Barang Modal

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Kredit Modal Kerja dan Investasi

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

8

Triwulan IV 2015

menyebabkan investasi juga ditentukan

oleh prospek jangka panjang sektor

tersebut. Oleh karena itu, meski sektor-

sektor lain khususnya Pemerintahan aktif

melakukan investasi, fluktuasi investasi

agregat tetap ditentukan oleh kinerja sektor

Penggalian dan Pertambangan.

Sebagai tambahan informasi, perlu

disampaikan bahwa prospek harga

komoditas tembaga maupun emas di pasar

internasional mengalami koreksi negatif

dalam jangka panjang. Sebagaimana

disebutkan pada rilis Commodity Markets

Outlook (CMO) Edisi Januari 2016, World

Bank telah mengubah view yang pada Edisi

Oktober 2015 memproyeksikan harga riil

tembaga dan emas 2016-2020 akan stabil

atau cenderung naik. Pada edisi Januari

2016 World Bank mengkoreksi proyeksi

mereka bahwa harga riil tembaga akan

turun. Harga riil (2010=100) komoditas

tembaga yang pada 2015 sebesar

$5.216/mt diperkirakan akan terus turun ke

$5.000/mt pada 2019. Tidak hanya itu,

harga riil tembaga yang adalah komoditas

utama yang dihasilkan dari aktivitas

pertambangan Papua pada 2016

diperkirakan hanya akan sekitar

$4.645//mt.

Selanjutnya, berdasarkan CMO edisi Januari

2016, view World Bank terhadap harga riil

Tabel 1.3 Proyeksi Harga Tembaga dan Emas 2015-2020

sumber: Commodity Markets Outlook (CMO), World Bank

Komoditas Periode CMO 2015 2016 2017 2018 2019 2020

2014-IV 6.451 6.351 6.255 6.158 6.059 5.960

2015-I 6.152 6.066 5.994 5.926 586 5.794

2015-II 5.584 5.560 5.548 5.538 5.529 5.520

2015-III 5.537 5.533 5.542 5.553 5.565 5.577

2015-IV 5.324 5.341 5.371 5.403 5.435 5.468

2016-I 5.216 4.645 4.744 4.847 4.952 5.060

2014-IV 1.163 1.132 1.103 1.074 1.046 1.018

2015-I 1.174 1.138 1.106 1.076 1.046 1.018

2015-II 1.174 1.138 1.106 1.076 1.046 1.018

2015-III 1.112 1.074 1.040 1.007 975 945

2015-IV 1.112 1.074 1.040 1.007 975 945

2016-I 1.098 999 975 952 929 907

Tembaga

($/mt)

Emas

($/ toz)

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

9

Triwulan IV 2015

emas dunia dalam 5 tahun ke depan masih

tetap negatif. Perkiraan World Bank, pada

2020, harga riil emas hanya sebesar

$907/toz, turun signifikan dibandingkan

harga tahun 2015 yang pada level

$1.098/toz.

Sementara itu, adanya kesepakatan antara

Pemerintah dengan perusahaan tambang

utama di Papua dalam hal keberlanjutan

usaha jangka panjang diperkirakan akan

semakin meningkatkan aktivitas investasi

pada periode mendatang. Sebagaimana

disebutkan dalam berbagai media masa dan

rilis perusahaan tersebut, pemerintah dan

induk perusahaan telah menjalin

komunikasi intensif terkait keberadaan

jangka panjang kegiatan operasionalnya.

Pada Oktober 2014 lalu Pemerintah dan

perusahaan pertambangan utama di Papua

sepakat untuk meneruskan pembangunan

pertambangan bawah tanah di Kabupaten

Mimika yang akan menyerap investasi

jangka panjang ± 18 milyar dolar. Akan

tetapi, mengingat belum adanya kontrak

resmi terkait keberlanjutan usaha dalam

jangka panjang, berpotensi menjadi kendala

realisasi investasi.

1.1.3 Ekspor Netto

Setelah terkontraksi signifikan pada

triwulan III 2015 (-26,03% yoy), komponen

Ekspor Netto Papua mencatatkan akselerasi

yang signifikan pada triwulan IV 2015

(252,65%, yoy). Pembalikan arah ini

merupakan implikasi dari naiknya penjualan

produksi Pertambangan dan Penggalian

serta faktor base effect periode lalu yang

cukup besar.

Secara riil, sebenarnya pelaku usaha

pertambangan mengalami kendala regulasi

regulasi terkait ekspor mineral mentah

mengharuskan perusahaan memperpanjang

kembali izin ekspor setiap enam bulan. Izin

tersebut harus diperoleh setidaknya dari

Grafik 1.8 Perkembangan Ekspor

-120

-70

-20

30

80

130

180

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

1.000

1.200

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nilai ekspor nonmigas Nilai ekspor pertambangan

Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]

USD juta % yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

40%

19%

17%

13%

5%

2%

India

Filipina

Jepang

RRT

Korea Selatan

Arab Saudi

Lain-lain

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.9 Pangsa Ekspor Triwulan IV 2015

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

10

Triwulan IV 2015

Kemeterian Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM) dan Kementerian

Perdagangan.

Melalui liaison kepada pemangku kebijakan

dan pengumpulan informasi anekdotal,

diketahui bahwa setelah memperoleh Surat

Persetujuan Ekspor mineral mentah dari

Kementerian ESDM, pada Juli lalu, hingga

Agustus 2015 eksportir belum memperoleh

izin lainnya dari Kementerian Perdagangan.

Izin dimaksud adalah penangguhan

ketentuan Letter of Credit sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 04/MDAG.PER/I/2015

tentang Ketentuan Penggunaan Letter of

Credit untuk Ekspor Barang Tertentu yang

berlaku mulai 1 April 2015.

Kendala yang dihadapi oleh eksportir

tersebut pada dasarnya berkaitan dengan

upaya pemerintah mendisinsentif kegiatan

ekspor mineral mentah. Oleh karena itu,

proses hilirisasi diperlukan untuk

menambah nilai tambah dari produk

tambang. Sejalan dengan itu, dalam

memberikan izin ekspor produk tambang,

pemerintah mensyaratkan adanya

komitmen pelaku usaha untuk melakukan

hilirisasi. Komitmen tersebut dievaluasi

setiap 6 bulan.

Ekspor Papua yang sebagian besar adalah

komoditas pertambangan, yaitu bijih

tembaga, pada triwulan ini sebagian besar

disalurkan ke India (40%), Filipina (19%),

dan Jepang (17%).

Dari sisi Impor Luar Negeri, jika pada

triwulan sebelumnya mengalami kontraksi (-

10,8%, yoy), pada triwulan IV 2015 telah

mencatatkan pertumbuhan positif 6,8%

(yoy). Pergerakan tersebut konsisten dengan

pergerakan nilai impor menurut data

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Perlu diketahui bahwa komponen impor

barang modal dan barang antara memiliki

porsi besar dalam struktur impor Provinsi

Grafik 1.10 Impor Provinsi Papua

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

800

-25

25

75

125

175

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Impor Nonmigas

Impor Barang Modal dan Antara

Pertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]

USD juta % yoy

sumber: Ditjen Bea dan Cukai

Grafik 1.11 Pangsa Impor Triwulan IV 2015

45,93%

3,70%

28,89%

6,77%

10,36%

Australia

Swedia

Amerika Serikat

Singapura

Jepang

Lainnyasumber: Ditjen Bea dan Cukai

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

11

Triwulan IV 2015

Papua. Kelompok barang tersebut sebagian

besar terkait dengan kegiatan operasional

dan investasi di sektor pertambangan. Oleh

karena itu, fluktuasi Impor Luar Negeri juga

ditentukan oleh kinerja pelaku usaha

pertambangan.

Terkait perdagangan antardaerah di luar

provinsi, pada triwulan IV 2015 Papua

mencatatkan posisi ekspor netto sebesar

Rp943 miliar. Namun demikian, sepanjang

2015 komponen perdagangan antardaerah

di luar provinsi Papua masih mencatatkan

net import. Sebagai informasi, perdagangan

keluar daerah Papua sebagian besar

ditopang oleh sektor tambang. Untuk

komoditas selain dari sektor tambang,

khususnya produk-produk kebutuhan

masyarakat sebagian besar disuplai dari luar

Papua. Oleh karena itu, dalam jangka

panjang, asesmen memperkirakan

perekonomian masih akan mencatatkan

posisi negatif pada komponen ekspor netto

perdagangan antardaerah.

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

Berdasarkan kategori lapangan usaha,

pertumbuhan pada triwulan IV 2015

disumbangkan oleh Pertambangan dan

Penggalian yang tumbuh 21,33% (yoy).

Pertumbuhan tinggi pada triwulan ini juga

(12,86%, yoy

Grafik 1.12 Struktur dan Pertumbuhan

Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

-10

-5

0

5

10

15

20

25

(8.000)

(3.000)

2.000

7.000

12.000

17.000

22.000

27.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial

Transportasi dan Pergudangan Perdagangan dan Reparasi

Konstruksi Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: BPS

sumber: BPS, diolah

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Kategori Lapangan Usaha

2011 2012 2013 2014 2015

Total Total Total Total I II III IV Total

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,87 6,18 6,04 5,79 6,89 3,45 6,78 9,73 6,73

Pertambangan dan Penggalian (16,22) (6,41) 9,00 (2,67) (7,67) 25,01 (4,40) 21,33 7,77

Konstruksi 16,04 13,99 11,79 8,56 14,99 7,54 7,79 12,86 10,70

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,09 9,84 9,36 7,30 8,35 7,13 8,72 8,77 8,25

Transportasi dan Pergudangan 9,90 8,74 8,15 10,26 10,39 9,04 8,63 10,06 9,53

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,67 8,36 2,80 15,96 10,17 12,33 7,63 13,88 11,03

Kategori Lapangan Usaha Lainnya 10,61 8,12 9,84 8,19 5,17 3,44 7,47 5,99 5,53

Produk Domestik Regional Bruto (4,28) 1,72 8,55 3,81 1,60 13,80 2,54 14,08 7,97

Kategori Lapangan Usaha2015

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

12

Triwulan IV 2015

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sepanjang 2015, pertumbuhan tertinggi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

(yoy). Selain itu pertumbuhan juga didorong

oleh oleh kategori

yoy

(9,53%, yoy).

1.2.1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

Lapangan usaha kategori

pada triwulan IV

2015 9,73% (yoy) tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(6,78%, yoy). Data produksi tanaman

pangan menunjukkan bahwa meskipun

telah memasukkan dampak El Nino, namun

secara keseluruhan, kinerjanya masih lebih

tinggi dari tahun lalu.

Sementara itu, meski berdampak negatif

terhadap tanaman pangan, El Nino justru

meningkatkan produksi perikanan. Hasil

Liaison melalui FGD dengan SKPD terkait

diperoleh informasi bahwa El Nino

menyebabkan pertumbuhan plankton

yang adalah struktur pertama pada rantai

makanan di laut menjadi lebih baik.

Akibatnya pertumbuhan ikan secara

keseluruhan jadi terdampak positif.

Sejalan dengan pertumbuhan di sektor

pertumbuhan kredit di sektor pertanian

terlihat meningkat. Meski pertumbuhannya

pada triwulan III 2015 hanya mencapai

4,5% (yoy), triwulan IV 2015 kinerjanya

semakin membaik dengan tumbuh sebesar

34,7% (yoy).

Grafik 1.13 Produksi Tanaman Pangan yang

Dominan di Provinsi Papua

0

2

4

6

8

10

12

14

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

2012 2013 2014 (ATAP) 2015 (ARAM I) 2015 (ARAM II)

Luas Panen Padi

Luas Panen Ubi Jalar

Produktivitas Padi [sk. kanan]

Produktivitas Ubi Jalar [sk. kanan]

ha ton/ha

sumber: BPS

Grafik 1.14 Kredit Sektor Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0

200

400

600

800

1000

1200

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit Sektor Pertanian

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: Laporan Bank

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

13

Triwulan IV 2015

1.2.2 Pertambangan dan

Penggalian

Sebagai kategori dominan dalam struktur

ekonomi Papua, fluktuasi Pertambangan

dan Penggalian menjadi faktor kunci dalam

pertumbuhan ekonomi Papua secara

keseluruhan. Pada triwulan lalu, sektor

terkontraksi 4,40% (yoy). Sementara pada

tinggi (21,33%, yoy). Secara keseluruhan

2015, kategori ini tumbuh sebesar 7,77%

(yoy).

Setelah pada triwulan II 2014 tidak ada

ekspor karena belum didapatkannya izin

ekspor mineral mentah dari Pemerintah,

pada triwulan III 2014, produksi

pertambangan meningkat drastis bahkan

sampai mencapai kisaran atas historisnya.

Sampai saat ini level tersebut masih belum

terlampaui lagi.

Dalam jangka menengah kinerja sektor ini

diperkirakan masih akan tertahan. Hasil

asesmen Bank Indonesia menyimpulkan

terdapat setidaknya tiga faktor yang

menahan kinerja Pertambangan dan

Penggalian tersebut. Ketiga faktor

dimaksud adalah kondisi pasar komoditas

internasional, prospek tembaga dan emas

dalam jangka panjang. Secara eksternal,

pasar komoditas tembaga dan emas berada

negara utama konsumen komoditas

tersebut relatif lemah. Pertumbuhan

ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT)

yang sering menjadi indikator utama

permintaan tembaga dunia juga

mengindikasikan sinyal pelemahan. Tidak

hanya itu, bank sentral RRT juga sempat

mendevaluasi nilai tukarnya secara

signifikan untuk lebih mendorong

pertumbuhan ekonomi. Berbagai ulasan

mengenai prospek ekonomi RRT juga masih

didominasi oleh view negatif. Hal tersebut

pada gilirannya akan mempengaruhi

Grafik 1.15 Produksi Konsentrat Tembaga dan

Emas Kabupaten Mimika

-100

-50

0

50

100

150

200

250

-240

-140

-40

60

160

260

360

460

560

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Produksi Konsentrat Tembaga (Cu)

Produksi Konsentrat Emas (Au)

Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan]

Pertumbuhan Emas [sk. kanan]

Cu: juta pound

Au: ribu ounce

% yoy

sumber:

FCX Quarterly Reports

Grafik 1.16 Penjualan Konsentrat Tembaga

dan Emas Kabupaten Mimika

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

-150

-50

50

150

250

350

450

550

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu)

Penjualan Konsentrat Emas (Au)

Pertumbuhan Cu [sk. kanan]

Pertumbuhan Au [sk. kanan]

Cu: juta pound

Au: ribu ounce

% yoy

sumber: FCX Quarterly Reports

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

14

Triwulan IV 2015

konsumsi tembaga yang menjadi bahan

baku utama sektor industri dan konstruksi

di RRT.

Kendati demikian, dalam jangka panjang

asemen memperkirakan sektor ini akan

kembali meningkat kinerjanya. Selain

karena kesepakatan yang sudah terjalin

antara pelaku tambang utama dengan

Pemerintah terhadap keberlangsungan

investasi jangka panjang, juga disebabkan

bertambahnya kapasitas produksi.

Sebagaimana disebutkan dalam rilis resmi

perusahaan tersebut, selama periode 2016

sampai dengan 2020 induk perusahaannya

berkomitmen untuk merealisasikan 800

miliar dolar per tahun (net) guna

meningkatkan kapasitas produksi di jangka

panjang. Namun angka indikasi tersebut

masih berpotensi tidak sepenuhnya tercapai

sesuai rencana. Hal ini mengingat

perusahaan secara eksplisit menyatakan

bahwa realisasi investasi yang dilakukan

akan tetap mempertimbangkan kondisi

pasar dan ekonomi global.

1.2.3 Konstruksi

Kinerja kategori Konstruksi telah

terakselerasi dari 7,79% (yoy) pada triwulan

lalu menjadi 12,86% (yoy). Realisasi

tersebut sejalan dengan angka penjualan

semen di Provinsi Papua yang juga

meningkat signifikan dibandingkan angka

penjualan triwulan lalu.

Peningkatan pada kategori ini dapat

merupakan dampak dari percepatan

realisasi proyek infrastruktur di pada akhir

tahun. Sebagaimana informasi yang tertulis

pada Kajian sebelumnya, realisasi proyek-

proyek infrastruktur pemerintah

mencatatkan kinerja kurang optimal pada

triwulan I-III 2015. Dengan adanya tekanan

dan kewajiban untuk menyelesaikan proyek

infrastruktur tepat waktu, pertumbuhan di

triwulan IV 2015 juga meningkat signifikan.

Selain itu, keberlanjutan proses

pembangunan infrastruktur dan sarana

Grafik 1.18 Kredit Sektor Konstruksi di Papua

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-2.000

-1.500

-1.000

-500

0

500

1.000

1.500

2.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit Konstruksi

Pertumbuhan [sk. kanan]

sumber: Laporan Bank

Rp miliar % yoy

Grafik 1.17 Penjualan Semen di Provinsi Papua

-50

-30

-10

10

30

50

70

90

(100)

(50)

-

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Penjualan Semen

Pertumbuhan [sk. kanan]

sumber: Asosiasi Semen Indonesia

ribu sak %, yoy

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

15

Triwulan IV 2015

pendukung jangka panjang pertambangan

juga berkontribusi atas pertumbuhan

Konstruksi di Papua.

Apabila melihat data penyaluran kredit

konstruksi, penyaluran kredit konstruksi

pada triwulan ini tumbuh sebesar 7,36%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi

sebesar 38,64% (yoy).

Jika memperhatikan data historis,

peningkatan penyaluran kredit di tahun

sebelumnya akan sejalan dengan kinerja

sektor Konstruksi pada tahun setelahnya.

Walaupun pada triwulan IV penyaluran

kredit ke Sektor Konstruksi tercatat positif,

namun secara keseluruhan penyaluran

kredit pada 2015 mengalami perlambatan.

Artinya kategori ini berpeluang mengalami

perlambatan pada 2016 (ceteris paribus:

jika tidak ada perubahan pada faktor-faktor

lain secara signifikan).

1.2.4 Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Nilai tambah yang dihasilkan oleh kategori

tumbuh tipis di

level 8,77% (yoy). Angka tersebut naik dari

8,72% (yoy) pada triwulan lalu. Hal ini

relatif kurang sejalan dengan hasil Survei

Konsumen yang menunjukkan tren

menurun pada pembelian durable goods di

triwulan ini. Data pendaftaran kendaraan

baru, baik roda empat maupun roda dua

menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan lalu. Pada tiga triwulan sebelumnya

pertumbuhan kendaraan berada di koridor

negatif. Akan tetapi, pada triwulan IV 2015

mengalami pertumbuhan positif

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

Grafik 1.20 Pendaftaran Kendaraan Baru

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

-15.000

-10.000

-5.000

0

5.000

10.000

15.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Jumlah Kendaraan Baru

Pertumbuhan [sk. kanan]

%, yoyunit

sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Papua

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2013 2014 2015

Pembelian Durable Goods

Garis 100

Optimistis

Pesimistis

sumber: Survei Konsumen

Grafik 1.21 Pembelian Durable Goods

Grafik 1.19 Perbandingan Kredit Konstruksi

dan NTB Konstruksi

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan PDRB Sektor Konstruksi

Pertumbuhan Kredit Konstruksi Tahun Sebelumnya

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

16

Triwulan IV 2015

1.2.5 Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan,

dan Jaminan Sosial Wajib

Sejalan dengan peningkatan realisasi

belanja pemerintah provinsi, sektor

akselerasi kinerja dari 7,63% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 13,88% (yoy) pada

triwulan ini. Berdasarkan data realisasi

belanja Pemda provinsi, dapat dilihat bahwa

secara tahunan, tingkat pertumbuhan

realisasi triwulan IV 2015 juga lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya.

1.2.6 Kategori Lainnya

Kategori - kategori lainnya pada triwulan ini

secara umum mengalami akselerasi lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumya. Namun beberapa sektor seperti

Jasa Keuangan, Real Estate, Jasa

Perusahaan, Jasa Pendidikan, Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa

lainnya sedikit mengalami perlambatan

pertumbuhan.

Jika diperhatikan kategori jasa keuangan

yang pada triwulan lalu tumbuh 9,66%

(yoy), pada triwulan IV 2015 hanya tumbuh

sebesar 3,83% (yoy). Pembahasan lebih

lanjut atas kinerja kategori ini dapat dilihat

pada Bab 3 Kajian ini.

Grafik 1.22 Perkembangan Realisasi Total

Belanja Pemerintah Provinsi Papua

-50

0

50

100

150

200

(3.000)

(1.000)

1.000

3.000

5.000

7.000

9.000

11.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Total Belanja Pemdaprov

Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

sumber: DJPK dan BPKAD Provinsi Papua

Tabel 1.5 Perkembangan Sektor Lainnya

sumber: BPS (2015)

Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Total Total Total Total I II III IV Total

Industri Pengolahan 5,32 1,93 2,13 8,72 5,62 5,45 1,72 2,43 3,77

Pengadaan Listrik, Gas 6,34 10,45 7,45 6,24 (13,85) (2,85) (4,70) 4,81 (4,15)

Pengadaan Air 3,29 4,63 6,53 6,25 3,47 3,83 5,08 3,56 3,99

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,15 7,86 11,67 12,57 4,97 5,85 8,64 10,36 7,52

Informasi dan Komunikasi 10,66 10,23 12,79 6,63 0,82 0,69 9,62 9,73 5,19

Jasa Keuangan 10,83 7,85 13,89 7,26 10,63 (12,63) 9,66 3,83 2,63

Real Estate 13,10 10,01 11,67 8,09 4,96 5,99 5,32 7,08 5,86

Jasa Perusahaan 14,29 6,52 5,88 9,65 1,66 3,89 5,55 4,59 3,97

Jasa Pendidikan 10,64 9,62 9,75 8,15 7,18 9,27 9,07 3,99 7,24

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,29 8,76 9,29 9,36 9,45 9,17 9,84 5,47 8,36

Jasa lainnya 12,02 9,11 10,42 8,55 7,56 7,71 8,73 4,56 7,04

Total Lapangan Usaha Lainnya 10,61 8,12 9,84 8,19 5,17 3,44 7,47 5,99 5,53

2015

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

17

2

INFLASI

nflasi di Provinsi Papua1

pada triwulan IV 2015, seperti yang telah diprediksi

sebelumnya, mengalami penurunan signifikan dibandingkan triwulan lalu dari

7,07% (yoy) menjadi 3,57% (yoy). Tidak hanya itu, besarannya juga lebih rendah

dari rentang prediksi yang diantisipasi oleh Bank Indonesia pada publikasi yang lalu

(3,59 3,59%, yoy). Penurunan inflasi pada triwulan ini ini disebabkan oleh base effect

komponen administered prices dan komponen volatile food yang relatif tinggi pada

tahun lalu serta terjaganya ekspektasi inflasi di masyarakat sebagaimana dicerminkan

dalam pergerakan komponen core inflation.

2.1 Inflasi Umum

Kenaikan tingkat harga agregat (inflasi) di

Provinsi Papua pada triwulan IV 2015

terkendali di posisi 3,57% (yoy). Seperti

yang telah diprediksi pada edisi lalu, rentang

proyeksi inflasi Bank Indonesia untuk

Provinsi Papua (3,59 4,59 %, yoy)

(KEKR 2015-III, hal. 47). Selain itu, proyeksi

juga memperkirakan tekanan inflasi

terutama akan berasal dari komponen core

inflation dan volatile foods.

Apabila dibandingkan dengan nasional,

secara umum inflasi di Papua masih sedikit

lebih tinggi. Perbedaan tersebut memiliki

kecenderungan konvergensi (gap mengecil).

Secara bulanan, pergerakan tingkat harga

berada pada rentang yang relatif konsisten

dengan data 3 tahun terakhir. Tren historis

menunjukkan harga-harga relatif stabil atau

turun pada semester pertama. Kemudian,

lonjakan yang mencolok cenderung terjadi

di triwulan akhir. Fluktuasi di luar triwulan

akhir, umumnya disebabkan oleh shock dari

kebijakan pemerintah. Pada triwulan akhir,

tingkat harga mempunyai tren naik seiring

tingginya permintaan menjelang Natal dan

Tahun Baru. Namun demikian, inflasi pada

triwulan ini terlihat lebih rendah karena

base effect dari tahun sebelumnya.

Untuk triwulan IV 2015, kompilasi rilis BPS

di dua kota IHK di Papua menunjukkan

I

1

Inflasi Papua dihitung dengan menggunakan metode rerata tertimbang berdasarkan bobot kota dari inflasi

Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Jayapura (0,45) dan Kabupaten Merauke (0,16).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan

0

2

4

6

8

10

12

III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Papua

Nasional

sumber: BPS, diolah

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rerata 2010-2014 2012

2013 2014

2015

% mtm

sumber: BPS, diolah

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015

Papua Jayapura Meraukesumber: BPS

%, mtm

Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi

-2

-1

0

1

2

3

4

5

0

2

4

6

8

10

12

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014 2015

yoymtm [skala kanan]

BBMs turun

Natal,Tahun Baru

BBMs naik,Natal

BBMs naik

Akhir Panen

sumber: BPS, diolah

Ramadhan

Pasca-Lebaran

% %

Pasca-Lebaran

Ramadhan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

18

Triwulan IV 2015

inflasi yang rendah pada kedua kota pada

bulan Oktober dan November 2015. Tidak

hanya itu, pada Oktober Kota Jayapura

mengalami deflasi tipis. Namun demikian,

pada Desember, kedua kota sama-sama

menunjukkan kenaikan tingkat harga yang

signifikan dibandingkan bulan-bulan

sebelumnya. Hal yang masih tetap perlu

diperhatikan adalah bahwa pergerakan

inflasi daerah yang disampel untuk survei

Indeks Harga Konsumen (IHK) periode 2015

cenderung berb eda secara arah. Kondisi

tersebut mengkonfirmasi adanya disparitas

(kesenjangan) struktur ekonomi dan tata

niaga dalam satu wilayah Provinsi Papua.

Asesmen Bank Indonesia menyimpulkan

bahwa minimnya infrastruktur konektivitas

antardaerah di Papua menjadi faktor utama

penyebab masalah disparitas ini.

2.2 Komponen Inflasi

Seiring dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang relatif terjaga, tekanan atas

komponen inti (core inflation) juga turun pada triwulan IV 2015. Komponen inti turun

signifikan dari 4,60% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 3,64 % (yoy) pada triwulan ini.

Komponen harga-harga yang diatur pemerintah juga turun drastis dari 9,78% (yoy)

triwulan lalu, menjadi 3,27% (yoy). Sementara itu komponen volatile food juga terlihat

mengalami penurunan yang signifikan dari 12,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya,

menjadi 3,26% (yoy) pada triwulan ini.

sumber: BPS

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Komponen

III IV I II III IV I II III IV

Core Inflation 6,55 6,61 6,01 5,66 4,67 5,10 5,39 5,72 4,60 3,64

Volatile Food 8,68 6,59 14,56 9,36 2,82 12,14 5,95 10,45 12,02 3,26

Administered Prices 17,30 18,23 15,83 11,25 7,16 18,24 12,82 14,49 9,78 3,27

Headline Inflation 8,58 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07 3,57

2015Disagregasi Komponen

2013 2014

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

19

Untuk komponen inflasi inti, jika diuraikan

berdasarkan kategori komoditas pangan

dan nonpangan, keduanya mengalami

penurunan yang signifikan. Akibatnya,

inflasi inti turun dari 4,60% (yoy) di triwulan

lalu menjadi 3,64%(yoy) di triwulan IV

2015.

Dari sisi ekspektasi, inflasi yang diantisipasi

masyarakat sebagaimana yang ditunjukkan

oleh Survei Konsumen Bank Indonesia di

Kota Jayapura menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Selain itu, gap ekspektasi jangka menengah

dan jangka panjang juga cenderung

konvergen meski sempat melebar di awal

triwulan. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa tingkat harga agregat

yang saat ini terbentuk telah sesuai dengan

level yang diantisipasi oleh masyarakat.

Dengan demikian, tekanan atas inflasi inti

diperkirakan akan semakin mereda ke

depannya, kecuali terjadi shock yang belum

diantisipasi oleh perekonomian.

Grafik 2.5 Disagregasi Komponen Inflasi Bulanan

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014 2015

Core Inflation

Volatile Food

Administered Prices

sumber: BPS, diolah

% mtm

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan

Komponen Core Inflation

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015

Core

Core Pangan

Core Nonpangansumber: BPS, diolah

% mtm

Grafik 2.7 Ekspektasi Inflasi Konsumen

0

50

100

150

200

250

9 12 3 6 9 12 3 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014 2015

Ekspektasi Inflasi 3 Bulan YADEkspektasi Inflasi 6 Bulan YADEkspektasi Inflasi 12 Bulan YAD

sumber: Survei Konsumen

sumber: BPS, diolah

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Komponen Volatile Food Berdasarkan Subkelompok

Komponen-Subkelompok

Inflasi

Desember

2014

Inflasi

September

2015

Inflasi

Desember

2015

Rerata

periode

Des-14

Des-15

Deviasi

Standar

Des-14

Des-15

Koefisien

Variasi

(%)

Volatile Food 11,19 2,35 3,82 1,17 3,39 289

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7,10 0,49 0,12 1,09 2,70 247

Daging dan Hasil-hasilnya 0,36 3,16 2,53 0,33 1,72 528

Ikan Segar 14,31 (1,37) 0,80 1,48 4,97 335

Ikan Diawetkan (1,19) 0,89 1,09 (1,42) 8,29 585

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1,18 0,10 3,44 0,61 1,73 284

Sayur-sayuran 11,99 5,86 2,89 1,37 5,70 415

Kacang-kacangan 0,00 0,26 2,12 0,56 1,02 181

Buah-buahan 8,81 5,24 0,70 0,70 3,89 552

Bumbu-bumbuan 54,56 16,67 36,22 5,55 22,91 413

Lemak dan Minyak 2,15 2,83 0,17 0,54 1,35 247

Bahan Makanan Lainnya 0,58 4,52 0,73 0,48 2,37 492

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

20

Triwulan IV 2015

Untuk komponen volatile food,

pergerakannya menurun tajam pada

triwulan IV 2015 (3,82%, yoy). Secara

besaran bulanan, nilainya masih di atas

rata-rata inflasi dalam setahun terakhir

(1,17%, mtm). Komoditas yang berfluktuasi

paling tinggi2

adalah yang termasuk dalam

-

-

Sebagai ilustrasi, hasil Survei Pemantauan

Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia

di Jayapura, rata-rata harga tomat sayur per

kg pada September 2015 adalah Rp16.552.

Sementara pada Oktober, harga rata-

ratanya hanya Rp11.911. Sementara itu,

pada Desember, harganya telah menjadi

Rp13.984. Contoh lainnya adalah

komoditas cabai merah. Pada Oktober

2015, rata-rata harganya sekitar Rp53.541.

Sementara itu, pada Desember 2015 harga

rata-ratanya sudah mencapai Rp74.473.

Pergerakan harga yang demikian

menyebabkan tingkat harga secara umum

menjadi fluktuatif. Agar dapat

mengendalikan fluktuasi harga di kelompok

ini, kerja sama berbagai pihak khususnya

melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) perlu semakin diperkuat.

Informasi mengenai volatile food tersebut

dapat dijadikan pertimbangan untuk

kebijakan pengendalian inflasi dalam

rangka menjaga keterjangkauan barang

dan jasa di daerah, sebagaimana yang

diamanatkan oleh Instruksi Menteri Dalam

Negeri Nomor 027/1696/SJ Tahun 2013.

Dengan informasi tersebut, opsi kebijakan

pengendalian harga dapat difokuskan pada

komoditas dari subkelompok komoditas

yang mempunyai andil besar bagi inflasi.

Terkait komponen administered prices,

risiko kenaikan harga komoditas minyak

2

Fluktuasi tertinggi dilihat dari nilai koefisien

variasi antara nilai deviasi standar dan

reratanya.

0,00

10.000,00

20.000,00

30.000,00

40.000,00

50.000,00

60.000,00

70.000,00

80.000,00Beras

Tomat Sayur

Cabe Merah

Bawang Merah

sumber: Survei Konsumen

Grafik 2.8 Harga Beberapa Bahan Pangan

berdasarkan Survei Pemantauan Harga

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

21

Triwulan IV 2015

dunia yang diprediksi akan semakin

mengecil. Sempat mencatatkan rebound

(kenaikan kembali) pada bulan Maret 2015,

harga minyak dunia kembali tertekan

menuju level paling rendah dalam 10 tahun

terakhir. Kebijakan pemerintah yang sempat

menaikkan harga BBM pada Maret 2015

menunjukkan bahwa dampak terhadap

inflasi sangat kecil, berbeda dengan

kebijakan kenaikan harga BBM pada tahun-

tahun sebelumnya.

Perlu diperhatikan bahwa seandainya harga

minyak dunia kembali naik dan pemerintah

kembali menempuh kebijakan menaikkan

harga BBM bersubsidi mengingat setiap

kebijakan menaikkan akan dilakukan secara

bertahap pengaruhnya bagi tingkat harga

secara keseluruhan diperkirakan tidak akan

sebesar dampak yang ditimbulkan oleh

rezim subsidi sebelumnya yang menerapkan

fixed price subsidy).

Tidak hanya itu, tren dampak kenaikan

harga BBM bersubsidi juga menunjukkan

penurunan secara konsisten. Dengan kata

lain, masyarakat telah semakin mampu

mengadaptasi fluktuasi harga BBM

bersubsidi. Oleh karena itu, ke depannya isu

kenaikan harga BBM bersubsidi

diperkirakan akan mengecil dampaknya

terhadap pembentukan harga di

perekonomian.

2.3 Kelompok Komoditas

Dekomposisi atas kelompok komoditas

penyusunnya menunjukkan bahwa

pergerakan inflasi Papua pada triwulan IV

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok

sumber: BPS

Grafik 2.9 Pola Historis Inflasi Bulanan Akibat

Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

1,5

6,8

5,9

3,4

1,2

0,3

4,3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2005-3 2005-10 2008-5 2013-6 2014-11 2015-3

m-1 M m+1

m+2 tren (M)

%, mtm

sumber: BPS, diolah

M : bulan kenaikan harga BBM bersubsidi

III IV I II III IV I II III IV

Bahan Makanan 8,21 7,12 14,12 9,02 3,52 11,56 6,27 10,48 11,67 4,34

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,37 8,18 9,25 8,86 10,15 8,78 8,63 8,74 6,30 5,26

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 8,22 9,18 8,25 7,26 5,82 7,44 7,06 7,59 5,12 3,16

Sandang 3,70 4,07 4,63 4,95 3,88 4,02 4,37 4,73 3,21 3,91

Kesehatan 2,89 3,80 5,56 4,88 2,86 4,47 6,73 7,67 7,46 5,93

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,75 3,73 3,25 3,22 2,23 3,91 4,58 4,57 4,75 3,29

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 15,40 11,97 8,93 6,32 1,78 11,43 7,29 8,48 6,20 0,50

UMUM 8,58 8,27 9,58 7,40 4,51 9,12 6,85 8,20 7,07 3,57

Kelompok Komoditas2013 2014 2015

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

22

Triwulan IV 2015

2015 dipengaruhi kelompok komoditas

Kesehatan dan kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok, dan Tembakau.

Pada triwulan IV 2015, kenaikan harga

komposit komoditas Bahan Makanan tidak

sebesar triwulan-triwulan sebelumnya, yaitu

hanya sebesar 4,34% (yoy). Angka tersebut

turun signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 11,67% (yoy).

Kenaikan tingkat harga pada kelompok

komoditas Bahan Makanan tersebut sejalan

dengan inflasi pada komponen volatile

foods.

Sejalan dengan penurunan harga BBM

bersubsidi, harga gabungan untuk

Perubahan indeksnya secara tahunan naik

dari 6,20% (yoy) menjadi 0,50% (yoy).

Secara historis kelompok ini merupakan

indikator atas kebijakan Pemerintah terkait

harga BBM bersubsidi sekaligus respons

pertama atas kebijakan tersebut. Respons

terbesar biasanya terjadi pada subkelompok

transpor.

2.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah

Perkembangan harga barang dan jasa di

Provinsi Papua sepanjang 2015 relatif

berfluktuasi dengan inflasi akhir tahun

mencapai 3,56% (yoy). Angka realisasi

inflasi Papua tersebut relatif berada dalam

rentang sasaran inflasi nasional sebesar

4%±1%. Meskipun demikian, rendahnya

angka realisasi inflasi di akhir tahun tersebut

bukan disebabkan oleh faktor fundamental

perekonomian, namun lebih dipengaruhi

oleh faktor base effect. Sebagaimana

diketahui, inflasi Papua secara bulanan pada

Desember 2014 berada di level yang tinggi

sebesar 4,33%, sementara inflasi bulanan

pada Desember 2015 mencapai 1,82%.

Dengan demikian, apabila realisasi inflasi

kedua periode tersebut dibandingkan maka

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

23

Triwulan IV 2015

inflasi tahunan pada 2015 menjadi lebih

rendah. Selain itu, secara riil, tekanan harga

komoditas pada akhir 2015 khususnya

bumbu dan tarif angkutan udara relatif

tinggi. Bahkan, tingkat inflasi cabai rawit di

Papua mencapai 121,04% dan menjadi

yang tertinggi secara nasional.

Tekanan inflasi ke depan diperkirakan akan

semakin berat. Kondisi perekonomian yang

sangat dinamis membuat pemerintah pusat

harus melakukan berbagai penyesuaian tarif

dan harga sehingga berpotensi memicu

kenaikan tingkat harga. Selain itu, kondisi

cuaca yang relatif sulit diprediksi dan

tingginya ketergantungan Papua terhadap

komoditas dari daerah produsen di luar

Papua juga semakin memperbesar tekanan

inflasi. Untuk mengantisipasi tekanan inflasi

tersebut maka koordinasi pengendalian

inflasi perlu lebih ditingkatkan dan

dioptimalkan, salah satunya melalui Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sebagai

informasi, hingga saat ini baru terbentuk 4

TPID di Papua, yaitu TPID Provinsi Papua,

TPID Kota Jayapura, TPID Kabupaten

Merauke dan yang baru saja terbentuk TPID

Kabupaten Jayawijaya. Sementara di 26

kabupaten lainnya di Papua masih belum

terbentuk TPID.

Dengan menyadari pentingnya koordinasi

dalam pengendalian inflasi, Pemerintah

telah menginstruksikan seluruh Kepala

Daerah (Gubernur, Walikota, dan Bupati) di

wilayah Indonesia yang belum memiliki TPID

agar segera membentuk TPID. Hal ini

mengacu pada arahan Presiden dalam

Rakornas TPID VI pada Mei 2015 dan

Instruksi Menteri Dalam Negeri No.

027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang

Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa

di Daerah serta Instruksi Menteri Dalam

Negeri No.500/6414/SJ tanggal 19

September 2013 perihal Rencana Aksi

Tindak Lanjut Paket Kebijakan Stabilisasi

dan Pertumbuhan Ekonomi.

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

24

Triwulan IV 2015

Berkenaan dengan hal tersebut, Bank

Indonesia akan berupaya semaksimal

mungkin untuk menginisiasi pembentukan

TPID seluruh kabupaten/kota di Papua.

Namun demikian, agar upaya tersebut

dapat terlaksana dengan baik, diperlukan

dukungan dari seluruh pengampu

kebijakan, khususnya para kepala daerah

untuk dapat mempercepat dan

memfasilitasi pembentukan TPID tersebut.

Akhirnya, harapan untuk mencapai inflasi

Papua yang terkendali dapat terwujud dan

memberikan manfaat nyata bagi

masyarakat.

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

25

3 PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

inerja perbankan di Provinsi Papua masih menunjukkan pelemahan. Dari sisi aset,

kinerjanya melambat dari 11,54% (yoy) triwulan lalu menjadi 6,93% (yoy) pada

triwulan IV 2015. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), pelemahan

terjadi pada penghimpunan dana Giro dan Deposito yang mengalami kontraksi

dibandingkan dengan tahun lalu. Namun demikian, penghimpunan dana masyarakat

dalam bentuk Tabungan masih meningkat. Selanjutnya, aktivitas intermediasi

mengalami peningkatan, yang mana LDR naik dari 55% pada triwulan III 2015 ke 62%

di triwulan ini. Sementara itu, spread suku bunga DPK dengan suku bunga kredit yang

relatif tinggi mengindikasikan efisiensi biaya intermediasi masih perlu ditingkatkan.

Terkait keuangan inklusif, indikator di Papua secara signifikan di bawah rata-rata

nasional. Sementara untuk sistem pembayaran, baik untuk tunai maupun nontunai

menunjukkan posisi net outflow pada triwulan IV 2015.

3.1 Perkembangan Perbankan

Secara umum perbankan di Provinsi Papua

menunjukkan pelemahan kinerja. Lesunya

perekonomian global yang menyebabkan

tekanan pada perekonomian domestik

seperti penurunan pertumbuhan ekonomi,

penurunan harga komoditas, dan fluktuasi

nilai tukar memberikan dampak ke sektor

keuangan

Dari sisi aset, tanda-tanda pelemahan

kinerja perbankan yang dimulai sejak

triwulan II 2015, semakin nampak pada

triwulan IV 2015. Pertumbuhan aset

melambat dari 23,01% (yoy) pada triwulan

II 2015, kemudian turun 16,74% (yoy) pada

triwulan III 2015, dan masih terus turun ke

level 6,93% pada triwulan ini. Apabila

dilihat dari pola historis, aset perbankan

cenderung turun pada triwulan IV. Hal ini

disebabkan oleh kebutuhan likuiditas yang

meningkat pada akhir tahun, terutama dari

sektor pemerintah terkait realisasi

anggaran.

Jika memperhatikan penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan di

Papua, dapat dilihat bahwa pertumbuhan

deposito cenderung menurun sejak triwulan

K

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan

Grafik 3.2 Perkembangan Penghimpunan DPK

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

(10.000)

(5.000)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Giro Tabungan Deposito

growth Giro (sk. kanan) gr. Tabungan (sk. kanan) gr. Deposito (sk. kanan)

sumber: Laporan Bank

Rp miliar%, yoy

0

5

10

15

20

25

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Total Aset

Pertumbuhan (sk. Kanan)

sumber: Laporan Bank

Rp miliar %, yoy

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

26

Triwulan IV 2015

IV 2014. Perlu diperhatikan bahwa pada

triwulan ini, penempatan deposito oleh

masyarakat mengalami pertumbuhan

negatif. Begitu pula dengan pertumbuhan

dana giro yang juga mengalami

pertumbuhan negatif pada triwulan ini.

Sementara pertumbuhan positif hanya

dicatatkan oleh tabungan yang mengalami

pertumbuhan sebesar 38,9% yoy.

Pertumbuhan negatif pada deposito dan

pertumbuhan positif pada tabungan dapat

menjadi indikasi awal bahwa investor atau

masyarakat cenderung mengurangi

penempatan dana pada instrumen

simpanan yang mempunyai tenor lebih

panjang dan memindahkan kepada

instrumen simpanan yang dapat diambil

sewaktu-waktu.

Jika pertumbuhan aset dan penghimpunan

DPK perbankan mengalami pelemahan, dari

sisi aktivitas intermediasi, kinerja perbankan

masih relatif stabil. Loan to Deposit Ratio

(LDR) perbankan naik dari 55% pada

triwulan lalu ke level 62% pada triwulan IV

2015. Peningkatan level LDR tersebut bukan

karena diakibatkan penyaluran kredit yang

meningkat tinggi, namun lebih dikarenakan

menurunnya DPK yang dihimpun oleh

perbankan.

Kompilasi laporan bank terbaru

menunjukkan bahwa penyaluran kredit

untuk Konsumsi dan Modal Kerja relatif

membaik. Akan tetapi, kinerja penyaluran

Investasi terus melemah secara signifikan

dan masih terkontraksi pada triwulan IV

2015. Hal ini perlu mendapatkan perhatian

lebih karena pertumbuhan negatif pada

kredit untuk investasi telah berlangsung

sejak dari triwulan III 2015.

Dari sisi sektoral, untuk sektor-sektor

penerima kredit terbesar, penyalurannya

mengalami pertumbuhan untuk sektor

konstruksi dan perdagangan. Pertumbuhan

kredit di sektor perdagangan yang pada

triwulan lalu mengalami pertumbuhan

signifikan sebesar 41% yoy, pada triwulan

Grafik 3.3 Kinerja Intermediasi Perbankan

Grafik 3.4 Penyaluran Kredit Menurut

Penggunaan

(25)

(15)

(5)

5

15

25

35

45

(12.500)

(7.500)

(2.500)

2.500

7.500

12.500

17.500

22.500

III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

Modal Kerja InvestasiKonsumsi g. Modal Kerja (sk. kanan)

sumber: Laporan Bank

Rp miliar%, yoy

Grafik 3.5 Penyaluran Kredit Menurut

Sektor Usaha dengan Pangsa Terbesar

(50)

(30)

(10)

10

30

50

70

90

(4.000)

(2.000)

-

2.000

4.000

6.000

8.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Pertanian Konstruksi Perdagangan

g. Pertanian (sk. kanan) g. Konstruksi (sk. kanan) g. Perdagangan (sk. kanan)

sumber: Laporan Bank

Rp miliar %, yoy

0

2

4

6

8

10

12

14

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

DPK PapuaDPK NasionalKredit PapuaKredit Nasional

sumber: Laporan Bank p.a. (per annum/ per tahun)

% p.a.

sprea

59

55

62

-

10

20

30

40

50

60

70

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Total Aset

DPK

Penyaluran Kredit

LDR (sk. kanan)

Rp miliar%

sumber: Laporan Bank

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

27

Triwulan IV 2015

ini tetap tumbuh sebesar 19% yoy.

Sedangkan pertumbuhan kredit sektor

Konstruksi yang pada triwulan sebelumnya

mengalami kontraksi, pada triwulan IV

2015 menguat sebesar 7%. Hal tersebut

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi

daerah pada triwulan IV dimana sektor

konstruksi dan sektor perdagangan

mengalami pertumbuhan positif masing-

masing sebesar 12,86% dan 8,77%.

Sementara itu, kredit di sektor Pertanian

mengalami sedikit pelemahan.

Untuk kinerja spread suku bunga yang

dikenakan oleh perbankan di Papua

terhadap kreditornya, secara umum masih

lebih tinggi dibandingkan suku bunga yang

ditanggung oleh kreditor secara nasional.

Sementara itu, suku bunga yang dinikmati

oleh pihak ketiga yang melakukan

penempatan dana di perbankan Papua

secara umum lebih rendah dari rata-rata

nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan

kapasitas dan kapabilitas perbankan di

Papua dalam meningkatkan efisiensi biaya

intermediasi masih perlu ditingkatkan. Hal

ini bukan saja menjadi tanggung jawab

perbankan melainkan juga berbagai

pemangku kepentingan di daerah, terutama

pemerintah daerah. Upaya meningkatkan

efisiensi perbankan membutuhkan juga

dukungan sarana dan prasarana penunjang

sektor keuangan seperti infrastruktur

konektivitas fisik, telekomunikasi, dan

teknologi informasi. Dukungan lainya yang

tak kalah penting adalah kepastian hukum,

stabilitas politik dan jaminan rasa aman

yang saat ini dipersepsikan masih belum

optimal.

Selain efisiensi dalam intermediasi,

permasalahan lain yang mengemuka di

sektor perbankan Papua adalah tingginya

Gross Non-Performing Loans (Gross NPL).

Tingginya NPL Papua dalam beberapa

triwulan terakhir telah menarik perhatian

otoritas pengawas perbankan (baik secara

makroprudensial maupun mikroprudensial).

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

28

Triwulan IV 2015

Hal ini mendorong perbankan melakukan

usaha-usaha penurunan NPL. Hasilnya mulai

terlihat pada triwulan ini dengan turunnya

NPL dari 6,01% pada triwulan lalu menjadi

5,03% pada triwulan IV 2015. Namun

demikian, angka tersebut masih sedikit di

atas batas aman risiko kredit yang

diindikasikan oleh Bank Indonesia (5%).

Perlu diperhatikan bahwa angka tersebut

masih bersifat Gross. Untuk mengatasi

permasalahan NPL ini perbankan di Papua

sebenarnya telah melakukan mitigasi risiko

dan pencadangan atas kredit berkualitas

buruk tersebut. Namun demikian, hal ini

tetap perlu mendapat perhatian serius dari

berbagai pemangku kepentingan dan

pemangku kebijakan di Provinsi Papua.

Tabel 3.2 Penyaluran Kredit Menurut Sektor di Papua

sumber: Laporan Bank Umum

sumber: Laporan Bank Umum

Tabel 3.1 Non-Performing Loan Ratio Perbankan di Papua

III IV I II III IV I II III IV

Gross NPL Ratio (%) 1,91 1,75 2,00 3,11 3,24 3,91 4,44 4,74 6,01 5,03

Kredit Penggunaan

Modal Kerja 2,71 2,63 3,03 4,31 4,32 5,99 6,93 7,34 10,78 9,11

Investasi 1,92 1,45 1,48 4,40 4,54 6,28 7,25 7,37 4,28 3,85

Konsumsi 1,27 1,16 1,29 1,59 1,73 1,36 1,50 1,62 1,91 1,55

Kredit Sektoral -

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,32 1,17 1,32 2,09 2,29 1,41 1,36 1,73 1,38 26,47

2. Pertambangan dan Penggalian - - - - - - 3,70 5,36 - 4,65

3. Industri Pengolahan 4,95 5,10 7,98 20,73 21,47 22,94 22,86 21,90 4,35 21,10

4. Pengadaan Listrik dan Gas 10,34 9,68 9,68 9,09 6,82 6,12 8,33 9,30 - 11,76

5. Pengadaan Air - - - - - - - - - -

6. Konstruksi 3,16 3,01 3,24 5,47 4,84 17,23 24,02 18,49 3,15 15,90

7. Perdagangan Besar dan Eceran 2,33 2,28 2,55 3,24 3,11 2,77 3,20 4,16 10,95 3,28

8. Transportasi dan Pergudangan 1,29 1,42 1,75 12,13 12,46 14,60 15,12 16,72 4,08 16,32

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,58 1,10 1,88 1,80 2,62 2,37 3,64 5,73 4,93 5,66

10. Informasi dan Komunikasi - - - - - - - - - -

11. Perantara Keuangan - - - 1,25 - - - - - -

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 5,26 1,78 2,22 2,29 5,11 4,68 2,17 3,23 2,86 4,29

13. Jasa Perusahaan 2,85 3,24 3,59 3,94 2,99 3,15 4,15 4,91 5,00 4,72

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib - - - - - - - - - -

15. Jasa Pendidikan 11,76 12,90 12,50 16,67 13,79 28,57 33,33 31,25 20,00 21,43

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,33 8,33 6,45 6,67 6,25 6,45 6,67 5,56 - 8,11

17. Lainnya 1,29 1,17 1,33 1,71 1,92 1,67 1,84 2,13 3,73 2,04

Prov insi Papua201520142013

2015

III IV I II III IV I II III IV

Kredit Sektoral (Rp miliar) 16.847 17.642 18.034 19.060 19.701 20.317 20.171 21.185 21.438 1.104

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 302 599 604 670 700 711 733 923 434 184

2. Pertambangan dan Penggalian 77 62 46 55 78 49 54 56 5 2

3. Industri Pengolahan 545 510 376 357 340 327 315 306 161 69

4. Pengadaan Listrik dan Gas 29 31 31 33 44 49 36 43 22 4

5. Pengadaan Air - - 2 4 7 5 3 6 2 -

6. Konstruksi 1.296 1.261 1.327 1.516 1.923 1.526 1.295 1.558 1.175 260

7. Perdagangan Besar dan Eceran 4.213 4.259 4.430 4.723 4.887 5.156 5.252 5.599 6.901 201

8. Transportasi dan Pergudangan 388 422 457 544 570 596 602 586 466 94

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 632 637 637 667 686 675 660 681 365 38

10. Informasi dan Komunikasi 6 7 10 10 18 18 18 18 7 -

11. Perantara Keuangan 116 125 105 160 96 135 128 124 60 -

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 152 169 225 175 176 171 184 186 140 9

13. Jasa Perusahaan 246 247 223 203 201 222 217 224 220 10

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 3 3 3 6 4 111 37 2 1 -

15. Jasa Pendidikan 34 31 32 18 29 14 12 16 10 3

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 24 24 31 30 32 31 30 36 29 3

17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 8.783 9.253 9.498 9.889 9.910 10.522 10.594 10.821 11.438 228

2014Prov insi Papua

2013

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

29

Triwulan IV 2015

3.1.1 Ketahanan

Sektor Korporasi dan

Rumah Tangga

Berdasarkan porsinya dalam total

penyaluran kredit di Provinsi Papua, 5 sektor

penerima terbesar pada triwulan III 2015

adalah:

1. Perdagangan Besar dan Eceran

(Rp6,1 triliun)

2. Konstruksi (Rp1,6 triliun)

3. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan (Rp695 miliar)

4. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum (Rp671 miliar)

5. Transportasi dan Pergudangan

(Rp576 miliar).

Dari kelima sektor tersebut, sektor dengan

urutan NPL tertinggi adalah Sektor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

(26,47%) disusul oleh sektor Industri

Pengolahan (21,10%). Yang perlu

mendapat perhatian adalah NPL pada

kedua sektor tersebut mengalami kenaikan

signifikan daripada triwulan lalu.

Berdasarkan angka NPL ini, para pemangku

kepentingan perlu memberikan perhatian

lebih kepada risiko kredit sektor dimaksud.

Para pemangku kepentingan dimaksud

bukan hanya para nasabah, pemilik dan

manajemen perbankan melainkan juga

otoritas pengawas sistem keuangan secara

mikroprudensial serta institusi pemerintahan

terkait.

Untuk sektor rumah tangga, sebagian besar

kredit disalurkan merupakan kredit

Multiguna dan KPR/KPA. Pertumbuhannya

kredit untuk sektor rumah tangga

mengalami pertumbuhan 6% yoy yang

disokong oleh pertumbuhan KPR yang

mencapai 16% yoy pada triwulan ini. Gross

NPL pada kredit sektor rumah tangga pada

triwulan IV 2015 berada di level 1,63%,

menurun signifikan dibandingkan dengan

triwulan lalu yang mencapai 2,34% pada

triwulan lalu.

Grafik 3.8 NPL Kredit Rumah Tangga

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit RT KPR/KPA MultigunaNPL Kredit RT NPL KPR/KPA NPL Multiguna

sumber: Laporan Bank

Rp miliar%

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

(4.000)

(2.000)

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit RT KPR/KPA Multiguna g. Kredit RT g.KPR/KPA g.Multiguna

sumber: Laporan Bank

Rp miliar%, yoy

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

30

Triwulan IV 2015

3.1.2 Ketahanan Sektor UMKM

Penyaluran kredit kepada sektor UMKM

secara nilai total sebagian besar

didistribusikan kepada kelompok usaha

Menengah. Total posisi penyaluran kepada

UMKM hingga triwulan ini mencapai Rp9,2

triliun dari total Rp21,9 triliun yang

disalurkan oleh perbankan di Papua. Alokasi

tersebut cenderung meningkat antar

triwulan.

Risiko kredit sektor ini pada triwulan ini naik

dibandingkan triwulan lalu, berbeda

dengan NPL di Provinsi Papua yang

menurun pada triwulan ini. Secara

keseluruhan, NPL sektor ini berada di

kisaran 9,87% dari total kredit yang

disalurkan. Triwulan lalu NPL sektor UMKM

berada di kisaran 5,58%. Pada triwulan IV

2015, NPL tertinggi dimiliki oleh Subsektor

Kredit Menengah yang mencapai 15,79%,

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

III 2015 sebesar 7,10%.

3.1.3 Perkembangan Indikator

Keuangan Inklusif

Sejak triwulan II 2015, Kajian telah

menambahkan ulasan mengenai

perkembangan indikator keuangan inklusif

(financial inclusion) di Papua, khususnya

terkait sektor perbankan.

Pengukuran indikator keuangan yang resmi

dilakukan oleh Bank Indonesia pada

dasarnya mencakup 3 dimensi yaitu akses

(access), penggunaan (usage), dan kualitas

(quality). Namun demikian, dengan alasan

ketersediaan data, Kajian ini hanya

melakukan pengukuran berkala untuk 2

aspek saja, yaitu: akses dan penggunaan.

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

(10.000)

(5.000)

-

5.000

10.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit Mikro Kredit Kecil

Kredit Menengah g. Kredit Mikro

Rp miliar %, yoy

sumber: Laporan Bank

Grafik 3.10 NPL Kredit UMKM

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kredit Mikro Kredit Kecil Kredit Menengah

NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil NPL Kredit Menengah

Rp miliar %

sumber: Laporan Bank

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

31

Triwulan IV 2015

\

Dari sisi akses, indikator keuangan inklusif

menunjukkan bahwa tingkat inklusivitas

kantor bank per 100.000 penduduk usia 15

perbedaan yang mencolok dibandingkan

dengan rata-rata nasional. Akan tetapi,

apabila diukur dalam dimensi wilayah

(jumlah kantor bank per 1.000 km2

), sangat

terlihat disparitas antara akses keuangan

penduduk di Papua dengan rata-rata

nasional. Secara nasional, dalam suatu area

dengan luas 1.000 km2

rata-rata dapat

ditemukan setidaknya 13 kantor bank.

Sementara itu, dalam luas radius yang sama

di Papua belum tentu dapat ditemukan

satupun bank.

Untuk dimensi penggunaan, akses

penduduk di Papua terhadap produk

simpanan lebih rendah dibandingkan rata-

rata nasional. Di Papua, per seribu

penduduk dewasa, terdapat 820 rekening

simpanan (Dana Pihak Ketiga). Sementara

secara nasional, terdapat 936 rekening

simpanan. Kesenjangan semakin mencolok

ketika indikator akses keuangan dilihat

dengan membandingkan akses ke pinjaman

(kredit). Secara nasional, angka rasio

rekening kredit per seribu penduduk usia

kerja mencapai 221 rekening . Hal tersebut

kontras dengan rasio di Provinsi Papua yang

hanya 92 rekening kredit per seribu

Tabel 3.3 Indikator Keuangan Inklusif di Provinsi Papua

sumber: Laporan Bank Umum

III IV I II III IV I II III IV

Indikator Keuangan Inklusif (Aspek Akses)

Jumlah Kantor Bank per 100.000 Penduduk Usia 15+

Papua 12,3 12,6 13,0 13,0 12,8 13,5 13,3 13,3 13,2 13,4

Nasional 12,5 12,9 12,9 13,1 13,2 13,6 13,6 13,7 13,7 20,5

Jumlah Kantor Bank per 1000 km2

Papua 0,8 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9

Nasional 11,8 12,2 12,3 12,4 12,7 13,0 13,1 13,2 13,3 19,9

Indikator Keuangan Inklusif (Aspek Penggunaan)

Jumlah Rekening DPK per 1000 Penduduk Usia 15+

Papua 658 773 777 759 767 795 766 775 780 820

Nasional 766 861 866 862 876 903 877 893 906 935

Jumlah Rekening Kredit per 1000 Penduduk Usia 15+

Papua 82 83 87 89 89 91 90 91 90 92

Nasional 219 217 215 218 218 221 220 220 219 221

2015Prov insi Papua

2013 2014

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

32

Triwulan IV 2015

penduduk dewasa. Artinya, probabilitas

penduduk di Provinsi Papua untuk

memperoleh fasilitas kredit secara signifikan

lebih rendah dari rata-rata nasional.

3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal melalui Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

menunjukkan posisi net outflow pada

triwulan ini. Hal tersebut sejalan dengan

pola historis pada periode laporan. Posisi

net outflow sebesar Rp4,58 triliun tersebut

menggambarkan kecenderungan untuk

menarik uang dari sistem perbankan

menjelang akhir tahun. Kecenderungan

tersebut dapat dimaklumi karena umumnya

pada triwulan akhir tahun adalah masa

pembayaran proyek dan kebutuhan

konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal

dan Tahun Baru.

Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak

Edar (UTLE) yang dimusnahkan di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

pada triwulan IV 2015 lebih sedikit

dibandingkan triwulan yang sama pada

tahun lalu. Pemusnahan UTLE tersebut

merupakan bagian dari upaya Bank

Indonesia untuk memenuhi kebutuhan

uang layak edar di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. UTLE tersebut

berasal dari setoran perbankan serta

langkah aktif melalui intervensi langsung ke

masyarakat. Intervensi dimaksud adalah

layanan kas keliling yang rutin diadakan

sekitar 3 kali seminggu. Kegiatan kas

keliling juga mencapai daerah terpencil dan

daerah terdepan perbatasan dengan negara

lain.

Terkait sistem pembayaran nontunai, terjadi

peningkatan signifikan baik secara volume

maupun nilai transaksi yang dilakukan

melalui Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI). Implementasi SKNBI

Generasi II pada triwulan II 2015

Grafik 3.11 Aliran Uang Kartal melalui

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

Grafik 3.12 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar di

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi SKNBI

(8.000)

(6.000)

(4.000)

(2.000)

-

2.000

4.000

6.000

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Outflow

Inflow

Netflow

Rp miliar

0

100

200

300

400

500

600

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Pemusnahan UTLERp miliar

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nominal

Volume

Rp juta lembar warkat

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

33

Triwulan IV 2015

menyebabkan perkembangan transaksi

nontunai di Papua naik secara konsisten.

Pada triwulan IV 2015, nilai yang

ditransaksikan melalui kliring mencapai

Rp3,12 triliun dengan volume di atas 58

ribu warkat. Jumlah tersebut mengalami

kenaikan secara signifikan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang hanya

mencatatkan nilai sebesar Rp 1,5 triliun

dengan volume hanya 47 ribu warkat. Hal

ini selain disebabkan oleh peningkatan

transaksi pada akhir tahun, juga disebabkan

oleh perubahan regulasi terkait batas

minimum nilai yang dapat ditransaksikan

melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS).

Berbeda dengan SKNBI, transaksi melalui BI-

RTGS menunjukkan penurunan nilai dan

jumlah transaksi. Posisi Papua pada triwulan

ini berstatus net outflow sebesar Rp1,4

triliun. Perlu diinformasikan bahwa data

triwulan IV 2015 yang disajikan hanya

mencakup transaksi sampai 13 November

2015.

Penurunan transaksi RTGS dan peningkatan

transaksi melalui SKNBI erat kaitannya

dengan kebijakan Bank Indonesia yang

menaikkan batas minimal transfer melalui

RTGS yaitu Rp 500 juta.

Grafik 3.14 Perkembangan Transaksi BI-RTGS

* Data RTGS pada Triwulan IV 2015 hanya

sampai 13 November 2016.

(15.000)

(10.000)

(5.000)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Inflow Outflow Intra-Papua Netflow

Rp miliar

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

34

Triwulan IV 2015

4 KEUANGAN

PEMERINTAH

ealisasi kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan IV 2015 menunjukkan

perkembangan yang positif. Secara historis, realisasinya lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan peningkatan pagu APBN dan APBD

2015 secara signifikan dibanding 2014, instansi vertikal Pemerintah dan pemerintah

daerah di Papua mampu mengimbanginya dengan kinerja realisasi yang secara

persentase kurang lebih sama dengan pola historisnya. Kinerja realisasi APBN dan APBD

tersebut telah mendorong pertumbuhan ekonomi Papua di triwulan ini. Namun

demikian, kinerja dimaksud masih memiliki ruang perbaikan guna meningkatkan

persentase realisasi ke depannya.

4.1 Realisasi APBN di Lingkup Provinsi Papua

Pada 2015, pagu APBN di lingkup Provinsi

Papua mengalami kenaikan signifikan

dibandingkan dengan 2014. Secara alokasi,

Belanja Modal mengalami kenaikan yang

signifikan menjadi Rp8,36 triliun untuk

2015 (naik 27,2% dari Rp6,59 triliun).

Sementara itu untuk meningkatkan

kesejahteraan aparatur, Belanja Pegawai

juga meningkat dari Rp2,89 triliun menjadi

3,22 triliun (naik12%) pada tahun ini.

Jika diuraikan menurut Kementerian dan

Lembaga Negara, Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PU Pera)

mendapatkan pagu terbesar (35,29%) dari

seluruh alokasi di lingkup Provinsi Papua.

Hal tersebut sejalan dengan alokasi belanja

modal khusus terkait infrastruktur yang

menjadi kewenangan Pemerintah (pusat)

yang juga memperoleh porsi besar.

Kementerian yang juga memperoleh alokasi

signifikan adalah Kementerian Perhubungan

(18,84%) dan Kementerian Pertahanan

(9,53%).

Sejalan dengan peningkatan pagu yang

signifikan pada tahun anggaran 2015,

persentase realisasi APBN triwulan IV 2015

di lingkup Provinsi Papua meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Jika pada triwulan IV 2014

R

Grafik 4.1 Perkembangan Pagu APBN di Lingkup

Provinsi Papua

2.885 3.216

3.482 3.464

6.594

8.362

799

209

Pagu 2014 Pagu 2015Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos

Rp miliar

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 4.2 Distribusi APBN 2015 menurut

Kementerian/Lembaga Negara Penerima Terbesar

di Lingkup Provinsi Papua

35,29%

18,84%

9,53%

6,93%

Kemen. PUPR Kemen. Perhubungan Kemen. Pertahanan Kepolisian RI Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 4.3 Realisasi APBN 2015 per Triwulan IV

2015 di Lingkup Provinsi Papua

2.592 3.162

3.149 2.920

6.325

8.066

792

187

2014-12 2015-12Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos

Rp miliar

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

35

Triwulan IV 2015

penyerapannya mencapai 93,33%, pada

triwulan ini penyerapan APBN lebih baik

yaitu sebesar 94,24%.

Meski secara keseluruhan penyerapan APBN

menunjukkan perkembangan yang positif,

penyerapan khusus untuk untuk jenis

Belanja Barang dan Belanja Bansos

mengalami penurunan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu.

Perlu diinformasikan bahwa realisasi Belanja

Barang sampai triwulan III mengalami

penurunan yang signifikan. Realisasi turun

sekitar 36,39% dari periode triwulan III

2015. Sementara itu, Belanja Modal turun

15,66%. Berdasarkan alokasi, Kementerian

PU Pera dan Kementerian Perhubungan

adalah penerima alokasi terbesar untuk

jenis-jenis belanja ini.

Penurunan kinerja fiskal APBN Pemerintah

di lingkup Provinsi Papua triwulan lalu

bukanlah sesuatu yang bersifat unifaktor.

Hasil liaison dan asesmen Bank Indonesia

menyimpulkan penyebabnya adalah

kombinasi dari beberapa faktor, yaitu:

perubahan nomenklatur mengikuti

pergantian struktur Kementerian

atau Lembaga Negara

implementasi aplikasi anggaran

(SPAN) yang belum sepenuhnya

dikuasai oleh stakeholders di daerah

SK penetapan pejabat pengelola

keuangan (KPA, PPK, PP atau PPTK)

yang terlambat diterbitkan.

4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Papua

Berbeda dengan kinerja APBN, kinerja

realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi

(Pemdaprov) Papua tidak mengalami

penurunan pada triwulan IV 2015. Baik dari

sisi pendapatan maupun dari sisi belanja,

kinerjanya sama-sama naik secara nominal.

Grafik 4.4 Distribusi Pagu Belanja Pegawai

menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua

46,32%

25,43%

6,33%

21,91%

Kemen. Pertahanan Kepolisian RI Kemen. Agama Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 4.5 Distribusi Pagu Belanja Modal

menurut Kementerian/Lembaga Negara

Penerima Terbesar di Lingkup Provinsi Papua

63,12%

25,24%

11,63%

Kemen. PUPR Kemen. Perhubungan Lainnya

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Grafik 4.6 Perkembangan Pagu Pendapatan

Pemdaprov Papua Menurut Jenis

927 882

2.753 3.457

7.122 7.648

Pagu 2014 Pagu 2015

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

36

Triwulan IV 2015

Akan tetapi jika dibandingkan dengan

kenaikan pagunya, kinerjanya relatif stabil.

4.2.1 Realisasi Pendapatan

Pemerintah Provinsi Papua

Dari sisi pendapatan, sumber terbesar yang

dimiliki oleh adalah Lain-lain Pendapatan

Daerah yang Sah. Realisasi pos tersebut

mencapai Rp5,82 triliun pada triwulan IV

2015. Sumber pendapatan tertinggi

berikutnya adalah Dana Perimbangan, lalu

disusul oleh PAD.

Untuk komponen PAD, penyumbang

terbesarnya adalah Pajak Daerah. Porsi pos-

pos lainnya relatif tidak signifikan

dibandingkan dengan Pajak Daerah. Dari

total Rp607 miliar PAD yang terkumpul di

triwulan III ini, Rp401 miliar disumbangkan

oleh Pajak Daerah.

Sementara itu, pada realisasi Dana

Perimbangan, pos Dana Alokasi Umum

(DAU) adalah yang terbesar. Dari total

realisasi dana perimbangan triwulan III 2015

(Rp2,5 triliun), sekitar 70% merupakan

komponen DAU (Rp1,7 triliun).

Selanjutnya, di Lain-lain Pendapatan Daerah

yang Sah, sama dengan tahun sebelumnya,

pos Dana Otonomi Khusus

menyumbangkan porsi terbesar.

Realisasinya mencapai Rp3,7 triliun.

4.2.2 Realisasi Belanja

Pemerintah Provinsi Papua

Sama seperti sisi pendapatan, sisi belanja

APBD Pemdaprov Papua juga relatif stabil

pada triwulan IV 2015. Perkembangan yang

mencolok dapat dilihat pada pos Belanja

Pegawai dan Belanja Modal. Realiasi Belanja

Pegawai meningkat dari Rp528 miliar tahun

lalu menjadi Rp631 miliar (naik 19,5%).

Sementara itu, realisasi Belanja Modal naik

lebih dari 232% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Tahun lalu, realisasi sampai

Grafik 4.7 Perkembangan Realisasi Pendapatan

Pemdaprov Papua Triwulan IV

92

7

2.7

53

7.1

22

87

7

2.6

44

7.1

21

88

2

3.4

57

7.6

48

92

4

3.2

56

7.6

37

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Penda yang Sah

2014 Pagu 2014 Realisasi Tw. IV

2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. IV

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Grafik 4.8 Perkembangan Realisasi PAD

Pemdaprov Papua Triwulan IV

59

3

54

33

24

8

56

6

57

33

22

1

65

9

60

16

14

7

61

8

49

16

24

1

Pajak Retribusi Hasil yang Dipisahkan Lain-lain PAD

2014 Pagu

2014 Realisasi Tw. IV

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Grafik 4.9 Perkembangan Realisasi Dana

Perimbangan Pemdaprov Papua Triwulan IV

64

1

1.9

91

12

1

53

2

1.9

91

12

1

71

9

2.2

78

46

0

51

8

2.2

78

46

0

DBH DAU DAK

2014 Pagu

2014 Realisasi Tw. IV

2015 Pagu

2015 Realisasi Tw. IV

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Grafik 4.10 Perkembangan Realisasi Lain-lain

Pendapatan Pemdaprov Papua Triwulan IV

34

5

4.7

77

2.0

00

34

4

4.7

77

2.0

00

45

7

4.9

40

2.2

50

44

6

4.9

40

2.2

50

Dana Peny. dan BOS Dana Otsus Dana Tambahan Infr.

2014 Pagu 2014 Realisasi Tw. IV2015 Pagu 2015 Realisasi Tw. IV

Rp miliar

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

37

Triwulan IV 2015

triwulan IV hanya mencapai Rp298 miliar.

Tahun ini realisasinya telah mencapai Rp990

miliar.

Dari hasil liaison Bank Indonesia triwulan

lalu diperoleh informasi bahwa banyak

proyek pemerintah daerah yang terkendala

tahun lalu karena musim pemilu di semester

pertama 2014. Kondisi tersebut

menyebabkan penyerapan Belanja Modal

juga terhambat. Tahun ini, kendala tersebut

sudah tidak ada lagi. Kendati demikian,

realisasi tersebut masih jauh dari pagu yang

dialokasikan tahun ini. Pagu Belanja Modal

selama tahun anggaran 2015 adalah Rp3,2

triliun.

Grafik 4.11 Perkembangan Pagu Belanja

Pemdaprov Papua Menurut Jenis

1.117 1.221 157 100

2.190 2.730

2.270

3.169

5.787

6.049

Pagu 2014 Pagu 2015

Belanja Lainnya

Belanja Modal

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Pegawai

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Grafik 4.12 Perkembangan Realisasi Belanja

Pemdaprov Papua Triwulan IV

1.1

17

15

7

2.1

90

2.2

70

5.7

87

94

1

88

1.9

98

1.6

89

5.5

87

1.2

21

10

0

2.7

30

3.1

69

6.0

49

93

0

83

5

2.2

86

2.8

69

5.9

67

Pegawai Bantuan Sosial Barang & Jasa Modal Lainnya

2014 Pagu2014 Realisasi Tw. IV2015 Pagu2015 Realisasi Tw. IV

sumber: Dispenda dan BPKAD Provinsi Papua

Rp miliar

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

38

5 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

ertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan periode lalu belum

berdampak pada kemampuan pasar tenaga kerja mengimbangi peningkatan

jumlah penduduk yang ingin bekerja. Hal tersebut ditunjukkan oleh naiknya

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,44% pada Agustus 2014 menjadi 3,99% di

periode yang sama pada 2015. Tren peningkatan TPT meski penciptaan lapangan kerja

juga bertambah tersebut telah berlangsung sejak semester awal 2013. Sementara itu,

Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan IV

2015 (96,08). Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum

dapat mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.

5.1 Ketenagakerjaan

Secara komposisi penyerapan tenaga kerja

tidak terdapat perubahan signifikan pada

semester II 2015 ini. Mayoritas penduduk

Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan

Kemasyarakatan, Sosial,

(10,2%), khususnya di bidang

pemerintahan. Penyerapan tenaga kerja di

naik 8,3% (yoy),

berbeda dari penyerapan tenaga kerja di

Per

dibandingkan tahun lalu. Hal ini

menunjukkan terjadinya peralihan

pekerjaan dari sektor tersebut ke sektor

lain.

P

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

sumber: BPS (2015)

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags

Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.017 1.989 2.057 2.073 2.097 2.129 2.157 2.189

Angkatan Kerja (ribu orang) 1.595 1.557 1.645 1.610 1.689 1.675 1.710 1.742

Bekerja (ribu orang) 1.548 1.500 1.598 1.560 1.630 1.617 1.646 1.672

Penganggur (ribu orang) 47 57 47 51 59 58 64 69

Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 422 432 412 462 408 454 447 447

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,07 78,27 79,98 77,70 80,54 78,67 79,26 79,57

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,95 3,65 2,86 3,15 3,48 3,44 3,72 3,99

20152013 2014Uraian

2012

Grafik 5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2012 2013 2014 2015

LainnyaJasa kemasyarakatan, sosial dan peroranganPerdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasiIndustriPertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan

ribu orang

sumber: BPS, diolah

Grafik 5.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (yoy)

-100

-50

0

50

100

150

200

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2013 2014 2015

Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan

Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi

Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan

Lainnya

Industri [skala kanan]

sumber: BPS, diolah

% %

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

39

Triwulan IV 2015

Secara umum, penyerapan tenaga kerja di

seluruh sektor pekerjaan utama mengalami

penurunan pada semester ini. Jika

memperhatikan data terakhir, terjadi

yang sebelumnya menyerap 13,5% total

pekerja, menjadi hanya 10,2%. Pekerja dari

sektor tersebut berpindah ke sektor

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

.

Selanjutnya, dari sisi pengangguran, secara

nasional tingkat pengangguran terbuka di

Papua masih relatif rendah (Papua 3,99%,

sementara Nasional 6,89%). Walaupun

demikian, 81,5% penduduk yang bekerja

hanya bekerja di sektor informal. Apabila

dirinci kembali, dari 81,5% penduduk yang

bekerja di sektor informal tersebut, 37%

merupakan Pekerja Keluarga / Tak Dibayar.

Selain itu, lebih dari 44% bukanlah pekerja

penuh waktu (tidak full time workers).

Terkait kualitas sumber daya manusia (SDM)

pekerja di Papua, mayoritas pekerja hanya

berpendidikan tertinggi SD (63,3%).

Sementara 30,35% pekerja berstatus tamat

SMP-SMA, dan hanya 6,32% dari tenaga

kerja di Papua yang telah menamatkan

pendidikan jenjang perguruan tinggi.

Perkembangan yang perlu dicermati adalah

bahwa tingkat pengangguran angkatan

kerja yang berpendidikan sarjana turun

signifikan pada periode ini. Namun

demikian, pada saat yang sama tingkat

pengangguran yang berpendidikan SMA

dan Diploma juga meningkat signifikan. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa

perlambatan laju pertumbuhan ekonomi

tidak saja mempersulit angkatan kerja

memperoleh pekerjaan. Kondisi ini juga

menyebabkan para lulusan sarjana mulai

berpindah ke pekerjaan yang secara

tradisional cukup diisi oleh lulusan diploma

bahkan SMA (overqualified), sehingga

mempersulit lulusan diploma dan SMA

untuk bersaing di pasar tenaga kerja.

Grafik 5.3 Penduduk yang Bekerja Menurut

Status Pekerjaan Utama

Grafik 5.4 Penduduk yang Bekerja Menurut

Jumlah Jam Kerja

Grafik 5.5 Penduduk yang Bekerja Menurut

Tingkat Pendidikan

Grafik 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Tingkat Pendidikan

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2012 2013 2014 2015

Penuh WaktuTidak Penuh Waktu

ribu orang

sumber: BPS, diolah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2012 2013 2014 2015

Perguruan Tinggi

SMP s.d. SMTA

SD ke Bawah

sumber: BPS, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2012 2013 2014 2015

SD ke Bawah Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan

Diploma I/II/III Universitas

TPT Papua

%

sumber: BPS, diolah

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2012 2013 2014 2015

Informal

Formal

ribu orang

sumber: BPS, diolah

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

40

Triwulan IV 2015

5.2 Kesejahteraan

Sebagian besar penduduk Papua bekerja di

sektor

Oleh

karena itu, perkembangan kinerja lapangan

erat dengan kesejahteraan masyarakat

Papua.

Salah satu indikator bagi tingkat

kesejahteraan petani dan nelayan yang rutin

dirilis oleh BPS adalah Nilai Tukar Petani

(NTP). NTP disusun dengan

membandingkan sisi pendapatan dan sisi

pengeluaran petani. Jika pendapatan

tumbuh lebih tinggi dari pengeluarannya,

nilai NTP akan meningkat. Ringkasnya,

semakin tinggi NTP berarti semakin

sejahtera pula petani.

Publikasi terakhir menunjukkan bahwa NTP

Papua kembali turun di triwulan ini.

Penurunan tersebut sejalan dengan

pelemahan kinerja lapangan usaha kategori

triwulan lalu yang masih belum mampu

diimbangi oleh penguatan pada triwulan IV

2015. Akibatnya NTP turun dari 96,67 pada

triwulan III menjadi 96,08 di triwulan ini.

Data yang ada juga menunjukkan bahwa

petani masih mengalami defisit. Artinya,

dibandingkan periode acuan (2012), tingkat

kesejahteraan petani di Papua cenderung

lebih buruk. Selain itu, NTP Papua juga

secara persisten lebih rendah dari NTP

Nasional dengan pergerakan yang

berkebalikan.

Terkait dengan tingkat kemiskinan, data

terakhir menunjukkan kecenderungan

adanya kenaikan penduduk miskin.

Kesenjangan antara pengeluaran rata-rata

penduduk miskin dengan Garis Kemiskinan

(GK) yang ditunjukkan oleh Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) juga meningkat

signifikan. Selain itu, ketimpangan

kesejahtaraan di antara kelompok

penduduk miskin (P2) juga terus ikut naik.

Grafik 5.8 Perbandingan NTP Papua dengan

NTP Nasional

92

94

96

98

100

102

104

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2014 2015

NTP Nasional

NTP Papua

sumber: BPS, diolah

Grafik 5.9 Jumlah Penduduk Miskin

25

26

27

28

29

30

31

32

800

820

840

860

880

900

920

940

960

980

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2012 2013 2014 2015

Jumlah Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin [skala kanan]

sumber: BPS, diolah

ribu jiwa %

Grafik 5.10 Perkembangan Indeks Kedalaman

dan Indeks Keparahan Kemiskinan

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2012 2013 2014 2015

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) [skala kanan]

sumber: BPS (2015), diolah

Grafik 5.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani

80

85

90

95

100

105

110

115

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015

NTP Papua

NTP Tanaman Pangan

NTN Perikanan Tangkap

sumber: BPS, diolah

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

41

Boks 1 Isu-Isu Demografi dan Pembangunan Ekonomi di

Papua

su demografi dan kependudukan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan

oleh berbagai pemangku kebijakan dalam merumuskan kebijakan pembangunan

yang akan ditempuh. Meski fokus studi demografi dan ekonomi kependudukan

migrasi dan seterusnya, namun implikasi kebijakannya ternyata tidak bisa diabaikan

begitu saja. Seringkali fenomena demografi yang tidak diantisipasi dengan hati-hati,

berday

ekonomi suatu daerah. Kepadatan penduduk dan kemacetan di DKI Jakarta adalah

contohnya. Kajian triwulan ini akan mencoba membahas isu-isu demografi yang relevan

dengan proses pembangunan ekonomi di Papua. Isu-isu yang dibahas diambil dari

paparan yang disampaikan oleh Dr. Evi Nurvidya Arifin, pakar demografi dan ekonomi

kependudukan dari Universitas Indonesia pada Seri Seminar Nasional Pembangunan

Ekonomi Papua pada Desember 2015 yang lalu.

B1.1 Jumlah Penduduk vs. Kemakmuran

Umumnya, negara dengan jumlah

penduduk kecil cenderung lebih sejahtera

karena sumber daya ekonomi yang ada

sedikit. Jika dibandingkan dengan negara

tetangga berpenduduk sedikit dan

sedikit dibanding Singapura namun lebih

banyak dari Brunei. Akan tetapi, data

kependudukan menunjukkan tingkat

kemiskinan Papua masih di atas 20%

populasi. Pendapatan rata-rata Papua pada

2015 yang lalu adalah Rp48 juta per

penduduk per tahun. Hal ini kontras

I

0,33 0,39 0,44

2,21

2,833,14

4,03

5,08

5,54

2000 2010 2015

Brunei Papua Singapura

Grafik B1.1 Jumlah Penduduk Papua Dibandingkan

Singapura dan Brunei Darussalam

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

42

Triwulan IV 2015

dengan Singapura (55 ribu dolar AS per

penduduk per tahun pada 2013) atau

Brunei yang perekonomiannya berbasis SDA

sama dengan Papua (38 ribu dolar AS per

penduduk per tahun pada 2013). Bercermin

dari kedua negara tetangga tersebut,

terlihat bahwa mekanisme distribusi

kesejahteraan di Provinsi Papua perlu

mendapatkan perhatian lebih agar dapat

dinikmati oleh lebih banyak penduduk di

Papua.

B1.2 Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografi

Pertumbuhan penduduk di Papua relatif

lebih tinggi dari angka nasional. Implikasi

dari kondisi ini adalah: agar tingkat

kesejahteraan penduduk di Papua dapat

mengimbangi peningkatan kesejahteraan di

bagian Indonesia lainnya, pertumbuhan

ekonomi Papua mau tidak mau harus lebih

tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.

Papua sebenarnya memiliki potensi besar

untuk ekonominya tumbuh lebih tinggi dari

nasional. Selain karena potensi sumber daya

alam yang masih melimpah untuk diutilisasi,

secara demografi porsi penduduk berusia di

bawah 15 tahun juga masih cukup besar.

Kelompok usia tersebut dapat menjadi

pendidikan tenaga kerjanya menjadi lebih

produktif.

Hal tersebut berbeda dengan daerah-

daerah lain yang penduduk usia di bawah

15 tahunnya semakin berkurang. Jika

perhatian atas pendidikan kelompok

2,47

2,08

1,49 1,44

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

2000-10 2010-15

Papua

Indonesia

200,000 150,000 100,000 50,000 0 50,000 100,000 150,000 200,000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75-79

80-84

85-89

90-94

95+

Female

Male

Grafik B1.2 Pertumbuhan Penduduk Papua

Grafik B1.3 Piramida Penduduk Papua

200,000 150,000 100,000 50,000 0 50,000 100,000 150,000 200,000

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75-79

80-84

85-89

90-94

95+

Female

Male

Grafik B1.4 Piramida Penduduk Yogyakarta

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

43

Triwulan IV 2015

tersebut dapat ditingkatkan secara serius,

baik melalui pendidikan formal maupun

pelatihan keterampilan yang relevan,

niscaya Papua memiliki modal tenaga kerja

yang mumpuni untuk melakukan

pembangunan ekonomi ke depan. Akan

pendidikan yang tepat, Papua dalam 40-50

tahun ke depan harus berpuas diri dengan

tenaga kerja dengan kualitas SDM yang

rendah. Mengapa demikian? Karena begitu

penduduk pada kelompok di bawah 15

tahun bergerak ke kelompok usia kerja

(15+), akan lebih sulit bagi para pemangku

kebijakan untuk mendorong mereka

melakukan upgrading pendidikan dan

keterampilan.

B1.3 Papua Surplus Laki-Laki

Jika memperhatikan struktur jenis kelamin

penduduk Papua, terlihat bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak daripada

perempuan. Ada banyak faktor yang

menyebabkan hal tersebut, termasuk

lingkungan sosial budaya yang memberikan

preferensi lebih kepada anak dengan jenis

kelamin laki-laki. Pada 2015, Rasio Jenis

Kelamin (RJK) di Papua mencapai 111,6 per

100 penduduk perempuan. Berdasarkan

dimensi kewilayahan, Kabupaten Mimika,

Sarmi dan Keerom merupakan daerah

dengan surplus tertinggi.

Selain memengaruhi mating competition

(persaingan perkawinan) antarpenduduk

usia kawin, ketidakseimbangan jenis

kelamin tersebut juga berpotensi

menimbulkan gesekan di masyarakat yang

110,4112,6 111,6

94,2 94,1 94

80

85

90

95

100

105

110

115

2000 2010 2015

Papua Indonesia NTB

Grafik B1.5 Rasio Jenis Kelamin (di atas 100 berarti

laki-laki lebih banyak dari perempuan)

Kee-

rom

121

Sarmi

124

Mimika 130

100 - 109

110 – 114

115 – 119

120 – 129

> 130

Sumber: Digambar dari BPS (2015) Supas 2005, hasil sementara

Grafik B1.6 Rasio Jenis Kelamin di Papua

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

44

Triwulan IV 2015

pada gilirannya mempengaruhi kondusifitas

aktivitas ekonomi di Papua. Beberapa studi

terbaru juga menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara

ketidakseimbangan RJK dengan perilaku

ekonomi di masyarakat. Hasilnya antara lain

menunjukkan bahwa perekonomian

dengan RJK di atas 100 secara signifikan

menurunkan kecenderungan (willingness)

laki-laki untuk menabung demi masa

depan, dan meningkatkan willingness untuk

berutang di masa sekarang.3

3

Male-

desire to save for the future and increased

their willingness to incur debt for immediate

expenditures. Sex ratio appears to influence

behavior by increasing the intensity of same-

sex competition for mates. Accordingly, a

scarcity of women led people to expect men

to spend more money during courtship, such

(Vladas Griskevicius, Joshua M. Tybur, Joshua

M. Ackerman, Andrew W. Delton, Theresa E.

Robertson, dan Andrew E. White, 2012;

dikutip pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pmc/articles/PMC3302970/)

Dani; 23,3

Auwye/Mee; 11,3

Javanese; 8,4

Biak-Numfor

; 5,3Ngalik;

4,8

Asmat; 4,4Dauwa; 3,5

Buginese; 3,2

Yapen; 2,6

Toraja; 1,7

Ketengban; 1,5

Moni; 1,5

Makassarese; 1,5

Marind Anim; 1,3

Ambonese; 1,2

Butonese; 1,1

Ngalum; 1,1

Sentani; 1,0

Hupla; 1,0

Waropen; 0,9

Others; 19,4

Grafik B1.7 Keberagaman Etnis di Papua pada 2015

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

45

Triwulan IV 2015

B1.4 Keberagaman, Fraksionalisasi dan

Polarisasi Penduduk Provinsi Papua

Provinsi Papua adalah daerah yang

berpenduduk heterogen. Hal ini

ditunjukkan oleh indeks fraksionalisasi

Papua yang relatif tinggi (0,95). Indeks

fraksionalisasi menunjukkan besarnya

peluang dua orang individu yang diambil

secara acak di Papua akan memiliki etnis

atau berasal dari suku yang berbeda.

Namun demikian, indeks polarisasi yang

mengukur kesenjangan jarak (gap)

antarkelompok menunjukkan angka yang

relatif rendah. Dengan demikian, Papua

adalah provinsi dengan fraksionalisasi tinggi

dan polarisasi rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa insiden konflik yang terjadi di Papua

lebih disebabkan oleh faktor selain

perbedaan etnis atau sekedar isu

faktor ketidakpuasan ekonomi dan politik

justru lebih dominan menjadi penyebab

insiden tersebut dibandingkan faktor

etnisitas.

B1.5 Ketimpangan Kemiskinan Intra-Papua

Secara nasional, angka kemiskinan Papua

merupakan yang tertinggi. Namun demikian

jika diteliti lebih jauh, tingkat kemiskinan

antardaerah di dalam provinsi tidak bersifat

homogen (seragam). Beberapa daerah,

porsi orang miskinnya sekitar 20%,

sementara di daerah lain, justru hanya 20%

penduduknya yang tidak masuk kategori

miskin.

9401 Javanese9401

Javanese

9413 Mandobo9414

Asmat

9415Asmat

9417Ngalum

9420Javanese

9403 Sentani

9416Ngalik

9418Dani

9409 Biak

9408 Yapen

9404 Javanese

9419Biga

9428Waropen9426

Waropen

9412 Mimika

9434Auwye 9436

Auwye

9410 Auwye

9435Moni

9433Dani

9411 Dani

9429Dauwa

9430Dani 9402

Dani

9431Dani

9432Ngalik

9106 Tehid

9110Ayfat

9103Wanda

men

9102Irahutu

9101 Baham

9105 Arfak

9104Aikwakai

9109Karon

9107Javanese

< 0.20

0.20 – 0.39

0.40 – 0.59

0.60 – 0.79

> 0.80

9108Biak Numfor

9171Javanese

9427Biak Numfor

9471Javanese

Grafik B1.8 Indeks Fraksionalisasi di Papua

94019401

94139414

9415

9417

9420

9403

9416

9418

9409

9408

9404

94199428

9426

9412

9434

9436

9410

9435

9433

9411

9429

9430

9402

94319432

9106

9110

9103

9102

9101

9105

9104

9109

9107

< 0.20

0.20 – 0.39

0.40 – 0.59

0.60 – 0.79

> 0.80

9108

9171

9427

9471

Grafik B1.9 Indeks Polarisasi di Papua

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

46

Triwulan IV 2015

Data yang ada menunjukkan bahwa

disparitas atau ketimpangan tingkat

kemiskinan antardaerah tersebut erat

kaitannya dengan tingkat pendidikan

penduduk. Hal ini lagi-lagi menunjukkan

bahwa isu pendidikan merupakan kunci

dalam kebijakan mengentaskan penduduk

miskin di Papua dari kondisinya saat ini.

0

20

40

60

80

100

Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Tidak Miskin

Grafik B1.10 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Antardaerah di Provinsi Papua

y = -0,0049x2 + 0,9088x + 2,1492R² = 0,6427

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Miskin

% <SD

Grafik B1.11 Korelasi Positif antara Pendidikan dan

Kemiskinan

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

47

6 PROSPEK

PEREKONOMIAN DAERAH

Asesmen Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Papua selama 2016

akan kembali terakselerasi. Pertumbuhan diperkirakan akan berada di kisaran 8,59

9,59% (yoy) dengan kecenderungan bias atas. Sama seperti 2015, faktor utama yang

mempengaruhi asesmen tersebut adalah kinerja lapangan usaha pertambangan yang

semakin meningkat. Untuk triwulan I 2016, akibat adanya pengaruh base effect pada

periode sebelumnya, pertumbuhan triwulan IV 2015 akan terlihat sedikit terdeselerasi

dari triwulan lalu. Meski demikian, pertumbuhannya (yoy) diproyeksikan masih di atas

dua digit (>10,00%).

Terkait tingkat harga agregat, asesemen menyimpulkan tidak ada tekanan yang

signifikan dari sisi core inflation dan administered prices. Oleh karena itu, jika

pergerakan komponen volatile foods relatif terjaga, inflasi Papua selama 2016

diperkirakan akan berada pada interval 3,8 4,8% (yoy). Realisasi akan lebih rendah jika

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dapat segera dibentuk di seluruh kabupaten kota

serta dioptimalkan peranannya dalam memitigasi risiko inflasi yang ada.

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Dari sisi lapangan usaha, kategori pertambangan diperkirakan akan kembali menjadi

mesin utama pertumbuhan ekonomi Papua. Hal ini didasarkan target penjualan pada

laporan triwulanan yang dirilis oleh induk perusahaan pelaku tambang utama di Papua.

Laporan itu menyatakan bahwa selama 2015 situs operasional mereka di Indonesia

menjual 1,2 juta ounce emas dan 744 juta pound tembaga. Untuk 2016, situs

operasional itu ditargetkan akan menjual 1,8 juta ounce emas dan 1,5 milyar pound

tembaga. Setelah mengevaluasi realisasi historisnya serta perkembangan terbaru terkait

isu politik dan hukum di sektor pertambangan, realisasi penjualan 2016 diperkirakan

tidak akan memenuhi target dimaksud. Dengan view pesimistis, asesmen memprediksi

kategori pertambangan akan tumbuh sedikit di atas 10,0% (yoy) selama 2015.

Grafik 6.1 Perbandingan Target Awal (T) dan Realisasi Akhir Tahun (R)

Situs Operasional FCX di Indonesia

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tembaga [T] Tembaga [R]Emas [T] Emas [R]NTB Tambang (sk. kanan)

Cu: juta poundAu: juta ounce

Rp milyar

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

48

Dari sisi penggunaan, komponen Konsumsi pada tahun lalu mengalami pelemahan yang

signifikan. Setelah mencermati tendensi dan ekspektasi konsumen dalam Survei

Konsumen BI dalam enam edisi terakhir, konsumsi diperkirakan berpotensi menguat

pada kisaran 6,4 7,4% (yoy). Sementara itu, Investasi diperkirakan akan sedikit

meningkat pada rentang 7,1 8,1% (yoy). Perlu diinformasikan bahwa terkait investasi,

asesmen tidak menggunakan sepenuhnya angka indikasi rencana 2016 pengeluaran

modal (capital expenditure) pelaku usaha di sektor pertambangan Papua.

Akselerasi yang signifikan diperkirakan akan dialami juga oleh komponen Konsumsi

Pemerintah. Prakiraan ini didasarkan pada rencana Pemerintahan Joko Widodo untuk

meningkatkan aktivitas pembangunan di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua.

Realisasi komitmen pemerintah tersebut pada gilirannya akan turut mendorong

Konsumsi Pemerintah yang sempat melambat tahun lalu akibat perubahan signifikan

pada administrasi fiskal pasca-Pemerintahan baru. Konsumsi Pemerintah selama 2016

diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 9,1 10,1% (yoy).

Untuk triwulan I 2016, akibat base effect periode lalu, pertumbuhan kategori

pertambangan diperkirakan akan lebih rendah dari triwulan lalu yang mencapai 21,3%

(yoy). Namun demikian, triwulan IV 2015 kategori dimaksud diproyeksikan masih akan

tumbuh di atas 15,0% (yoy). Dari sisi penggunaan, searah dengan sisi lapangan usaha,

komponen Ekspor Netto yang didominasi produk pertambangan akan tumbuh di atas

50,0% (yoy). Hal ini sejalan dengan perpanjangan izin ekspor mineral mentah yang

diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kementerian

Perdagangan pada awal Februari lalu. Sementara itu, seluruh komponen konsumsi

(swasta maupun pemerintah) akan kembali menguat di atas 6,0% (yoy) pada triwulan

berjalan. Selanjutnya, komponen investasi akan menguat pada level 6,9 7,9% (yoy)

dengan tendensi bias ke bawah. Berkaitan dengan perkembangan yang telah diuraikan

tadi, PDRB Papua akan tumbuh dua digit (di atas 10,0%, yoy) pada triwulan I 2016.

6.2 Prospek Inflasi

Sejalan dengan tren yang berlaku secara nasional, inflasi Papua selama 2016

diperkirakan akan stabil pada kisaran 3,8 4,8% (yoy). Proyeksi tersebut memiliki

kecenderungan bias ke atas. Tekanan inflasi khususnya dari komponen komoditas

volatile foods. Sementara itu, dampak lanjutan dari El Nino yang telah berakhir pada

November 2015, diantisipasi masih akan terasa dampaknya hingga 2016. Dampak

tersebut utamanya akan dirasakan oleh komoditas tanaman bahan makanan yang

mengalami pergeseran kalender tanam akibat El Nino tahun lalu.

Rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS untuk Januari 2015 menunjukkan inflasi Papua

secara bulanan relatif stabil di level 4,34% (yoy). Sementara itu, berdasarkan Survei

Pemantauan Harga (SPH) di Jayapura, harga komposit beberapa komoditas utama

menunjukkan penurunan tren inflasi yang persisten. Secara historis peningkatan laju

inflasi tahunan yang signifikan diperkirakan terjadi pada triwulan akhir.

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

49

Boks 2 MENGENAL BANK INDONESIA:

Kantor Perwakilan

ank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga negara yang sangat

vital dalam kehidupan perekonomian nasional karena kebijakan-kebijakan yang

diputuskan oleh BI memiliki pengaruh langsung kepada kehidupan masyarakat.

Secara resmi, pendirian BI diperingati pada 1 Juli 1953, meski secara evolusi

kelembagaan, BI yang menggantikan De Javasche Bank telah eksis sejak hampir dua

ratus tahun yang lalu (1828). Namun demikian, masih banyak masyarakat yang tidak

mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang sudah diambilnya.

Akibatnya, seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap BI. Masyarakat juga

sering salah menganggap BI sama dengan bank-bank lain atau menganggap BI sebagai

lembaga pencetak uang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat akan BI, bagian ini akan memberikan ulasan singkat tentang BI.

B2.1 Kantor Perwakilan BI

Dalam UU No. 23 Tahun 1999 disebutkan

Bank Indonesia dapat mempunyai

kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah

Untuk itu, BI memiliki

jaringan kantor perwakilan di seluruh

provinsi di Indonesia kecuali Kalimantan

Utara (sedang dibentuk), beberapa kota

yang berskala ekonomi cukup besar, serta

di luar negeri. Jaringan yang ada sebagian

merupakan warisan De Javasce Bank,

sementara sebagian lain baru didirikan guna

mempermudah akses masyarakat ke

otoritas bank sentral republik kita. Di luar

negeri, BI memiliki kantor perwakilan di

kota-kota yang menjadi pusat finansial

global, yaitu: New York, London, Tokyo dan

Singapura.4

Pendirian tersebut bertujuan

mendukung fungsi internasional BI

mengoptimalkan pelaksanaan tugas

mengawal stabilitas rupiah dari sisi

eksternal.

4

Sebelumnya BI memiliki perwakilan atau

cabang lain di luar negeri yaitu: Amsterdam

(tutup 1965), Meksiko (tutup 1966), Kairo

(tutup 1966), Kuala Lumpur (tutup 1998) dan

Dili (tutup 1999).

B

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

50

B2.2 Apa Misi dan Peranan Kantor Perwakilan BI?

Kantor perwakilan BI di luar negeri memiliki

misi dan peranan yang berbeda dengan

kantor perwakilan dalam negeri. Secara

ringkas kantor perwakilan luar negeri

n

pengelolaan cadangan devisa dan

5

.

Terkait pengelolaan cadangan devisa,

cadangan devisa untuk mengoptimalkan

penerimaan dengan memperhatikan faktor-

6

Untuk fungsi internasional

dan menjaga persepsi positif dunia

internasional terhadap perekonomian

7

Berbeda dengan KPwLN, kantor perwakilan

dalam negeri (KPwDN) bertujuan

Perwakilan yang kredibel dalam

pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontributif bagi pembangunan ekonomi

8

Visi tersebut

kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga

(1) stabilitas nilai rupiah, (2) stabilitas sistem

keuangan, (3) efektivitas pengelolaan

rupiah dan (4) kehandalan sistem

pembayaran untuk mendukung

5

SE No.11/77/INTERN Tahun 2009 Perihal

Organisasi Kantor Perwakilan BI 6

Ibid. 7

Ibid. 8

SE No.16/36/INTERN Tahun 2013 Perihal

Perubahan Kedua SE No. 15/62 Perihal

Organisasi KPwDN

KPwLN

London

Tokyo

Singapura

New York KPwDN

KPwDN Provinsi

KPwDN Kota

Grafik B2.1 Tipologi Perbandingan KPwLN dan KPwDN

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

51

pembangunan ekonomi daerah maupun

nasional jangka panjang yang inklusif dan

9

Dalam rangka menjalankan misi tersebut,

KPwDN diperlengkapi dengan fungsi:10

a. pengembangan ekonomi dan advisor

kebijakan pada kepala daerah

(Gubernur);

b. regional financial surveillance (fokus

untuk memelihara stabilitas sistem

keuangan);

c. pengumpulan data untuk pengambilan

keputusan di pusat maupun daerah;

d. pengelolaan uang kartal;

e. pengawasan sistem pembayaran;

f. pelaksanaan sistem pembayaran,

contoh elektronifikasi;

g. pelaksanaan financial inclusion

(khususnya) UMKM;

h. melakukan komunikasi kebijakan;

i. dukungan SDM, sistem informasi,

perencanaan dan anggaran,

manajemen fasilitas dan keamanan.

Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi

KPwDN tadi adalah:11

1. Integrasi dan Komunikasi

a. mengintegrasikan seluruh output

kegiatan KPwDN ke dalam Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional

(KEKR);

b. penyelarasan data dan informasi

daerah dan pusat;

2. Ekstensifikasi dan Intensifikasi Output

a. meningkatkan keluasan dan

kedalaman KEKR;

9

Ibid. 10

Ibid. 11

Ibid.

Fungsi

policy advisory

statistika

pegawasan SP

financial inclusion

TI dan manajemen

internal

komunikasi kebijakan

SP nontunai

pengelolaan uang kartal

financial surveillance

Grafik B2.2 Fungsi KPwDN

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

52

b. KEKR menjadi bagian pembahasan

dalam Rapat Dewan Gubernur

(RDG) maupun fora internasional;

3. Layanan Prima

a. layanan kas, kliring/RTGS,

perizinan, pengawasan sistem

pembayaran, peran fasilitasi,

informasi dan kajian yang

berkualitas;

b. meningkatkan jangkauan

distribusi pengedaran uang

melalui pendekatan geografis,

perluasan jaringan, dan

manajemen persediaan;

4. Pemberian Saran Strategis

a. rekomendasi perumusan kebijakan

BI dari KPwDN;

b. evaluasi implementasi kebijakan BI

di daerah;

c. rekomendasi atas kebijakan

ekonomi daerah yang akan/telah

diambil oleh pemerintah daerah

yang berimplikasi terhadap

pelaksanaan tugas BI.

B2.3 Organisasi dan Protokoler Kantor Perwakilan BI

Secara struktur, KPwLN dipimpin oleh

seorang pejabat dengan level Direktur.

Sementara itu, kepangkatan pemimpin

KPwDN disesuaikan dengan ukuran

ekonomi wilayah kerja yang menjadi

tanggung jawabnya. Sebagai contoh,

KPwDN Provinsi Sulawesi Selatan dipimpin

oleh seorang kepala perwakilan setingkat

Direktur Eksekutif, KPwDN Provinsi Riau

dipimpin oleh setingkat Direktur, sementara

KPwDN Kota Solo dipimpin oleh setingkat

Deputi Direktur. Sejalan dengan itu, struktur

BPK

9 Anggota

Auditorat Utama

Auditor Utama

Auditorat

Kepala Auditorat

Subauditorat

Kasubauditorat

Bank Indonesia

Dewan Gubernur

Departemen

Direktur Eksekutif

Grup

Direktur

Divisi

Deputi Direktur

Kementerian

Menteri

Direktorat Jenderal

Direktur Jenderal

Direktorat

Direktur

Subdirektorat

Kasubdit

Grafik B2.3 Perbandingan Struktur Umum Organisasi BPK,

BI dan Kementerian

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

53

organisasi antar-KPwDN menjadi sedikit

bervariasi.

Namun demikian karena sama-sama

mewakili Dewan Gubernur BI di wilayah

kerjanya, maka kepala-kepala perwakilan

diberi wibawa protokoler yang relatif sama.

Sebagai pewakil pimpinan lembaga negara

di daerah, para kepala perwakilan juga

diberikan suatu pengaturan protokoler

enghormatan

kepada mereka sesuai jabatan dan/atau

kedudukannya dalam negara,

12

Lingkup

pengaturan tersebut meliputi tata tempat,

tata upacara dan tata penghormatan.13

Dalam hal tata tempat, pada acara resmi di

provinsi, kepala KPwDN provinsi menempati

urutan yang sama dengan kepala

perwakilan BPK provinsi, segera setelah

bupati/wali kota dan tepat sebelum ketua

DPRD kabupaten/kota.

B2.4 Sekilas KPwDN Provinsi Papua

Kehadiran Bank Indonesia di Papua dapat

ditelusuri hingga 13 Desember 1962.

Keberadaan Bank Indonesia di Irian Barat

kala itu memiliki misi khusus, yaitu

memperjuangkan Tri Komando Rakyat

(Trikora) guna menggerakkan roda

perekonomian, perdagangan, dan

keuangan di Irian Barat. Selain itu, BI juga

sekaligus berperan sebagai agent of

development bagi pemerintah Republik

Indonesia.

12

UU 9/2010 Tentang Keprotokolan. 13

Ibid.

Acara Kenegaraan/

Resmi

Presiden

Wakil Presiden

Ketua MPR

Ketua DPR

...

Gubernur BI

Menteri

...

DGS/DG BI/ Pim. Lembaga

Negara Lain menurut UU

Gubernur Provinsi

...

Acara Resmi

Provinsi

Urutan Kenegaraan

Gubernur

Wakil Gubernur

...

Bupati/ Walikota

Kaper BPK/ BI Provinsi

Ketua DPRD Kabkot

Wabup/ Wawalkot

Anggota DPRD Kabkot

Asisten Sekdaprov/ Kadisprov/ Kakantor

Vertikal Eselon II Lainnya

...

Acara Resmi

Kab. Kota

Urutan Kenegaraan

Urutan Provinsi

Bupati/ Wali Kota

...

Asisten Sekdakabkot/ Kadis Sekdakabkot/

Kaper BI Kota

Ka. Instansi Vertikal Kabkot

...

Grafik B2.4 Perbandingan Tata Tempat pada

Acara Kenegaraan atau Acara Resmi

menurut UU 9/2010 Tentang Keprotokolan

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

54

Pada masa Trikora, Bank Indonesia (BNI Unit

I)14

terlibat langsung dengan mengerahkan

personelnya ikut membebaskan Irian Barat

dari penjajahan Belanda. Pada saat itu

dibentuk Peleton Bank yang dipersiapkan

untuk membuka bank pada 5 kota di Irian

Barat (Kotabaru15

, Biak, Manokwari, Sorong

dan Merauke). Sebelum diberangkatkan,

para personel Peleton Bank dilatih terlebih

dahulu secara militer karena satuan tersebut

kemungkinan besar akan diterjunkan saat

pendaratan pertama bersama Induk Satuan

Tempur RI di Irian Barat. Kendati awalnya

dipersiapkan 5 regu yang terdiri dari BI, BNI,

BKTN, BBD dan BDN, sesuai Keputusan

Panglima Komando Tertinggi (Presiden)

hanya Regu BI yang akhirnya

diberangkatkan.

Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut,

tugas mempersiapkan pembukaan bank

secara definitif diserahkan kepada Bank

Indonesia. Ketika Irian Barat masih dalam

pengawasan UNTEA, Peleton Bank berhasil

membuka cabang pertama di Kotabaru

pada 13 Desember 1962. Peresmiannya

14

Pada masa Demokrasi Terpimpin dikenal

adanya Doktrin Bank Berdjoang dan Sistem

Bank Tunggal. Kala itu, seluruh bank

pemerintah termasuk BI dilebur menjadi satu

Bank Negara Indonesia (BI sebagai BNI Unit I;

Bank Koperasi, Tani dan Nelayan sebagai Unit

II, BNI 46 sebagai Unit III, Bank Umum Negara

sebagai Unit IV dan BTN sebagai Unit V.)

Meski secara formal, telah terintegrasi, dalam

kenyataannya masing-masing bank tetap

beroperasi seperti saat sebelum dilebur.

Semua harapan dan rencana yang

dikumandangkan oleh rezim masa itu ternyata

hanya bagus pada tataran teori. 15

Nama yang digunakan untuk menyebutkan

Jayapura antara lain: Hollandia, Kotabaru,

Soekarnapura, Jayapura dan Port Numbay.

Djoko Soetargo (Pimpinan)

Ph. K. Intama, Moh Sidik (Pejabat)

Saenan Soesanto, Soekanto (Staf/Kuasa Kas)

M. Koesnan Danoeatmojo| Soenarto, K. R. Th. De Queljo|

Adnin | Soeratno (Pegawai Tata Usaha)

Kristiono | Lim Soen Kim| Dimin B. Tardjo | Ngafani B.

Matkirom (Kasir)

Grafik B2.5 Struktur Regu Bank Indonesia yang

Diberangkatkan untuk Operasi Trikora di Irian Barat

pada Oktober 1962

Djoko Soetargo (Pemimpin Cabang)

Ph. K. Intama

(Pemimpin Cabang

Pengganti)

Soekanto, Saenan Soesanto

(Staf/ Kuasa Kas)

Moh. Sidik

(Pemegang Buku)

Grafik B2.6 Struktur BI Cabang Kotabaru

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

55

dihadiri oleh Ketua UNTEA (Dr. Jalal Abdoh)

dan Direksi Bank Indonesia (R. Soerjadi S.E.).

Setelah itu diresmikan juga cabang baru di

Biak (19 Februari 1963), Sorong (14 Maret

1963), Manokwari (17 Maret 1963), dan

Merauke (19 Maret 1963).

Ketika BI masuk ke Irian Barat, satu-satunya

bank yang beroperasi di daerah ini adalah

Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM).

Pada 23 Maret 1963, BI mengambil alih

NHM. Saat itu NHM di Kotabaru berkantor

di tempat yang saat ini menjadi Kompleks

Perkantoran BI (Koperbi) di Jayapura.

Sejalan dengan renovasi Koperbi di

Jayapura, sisa-sisa gedung peninggalan

NHM telah dirubuhkan dan didirikan

bangunan lain yang lebih sesuai dengan

kebutuhan dan aktivitas perkantoran BI di

Jayapura.

Sumber: www.delcampe.net

Grafik B2.7 Kartu Pos Bergambar Kantor NHM di Jayapura dari periode 1960

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

56

Selanjutnya sejak 1 September 1969, fungsi

Bank Indonesia kembali difokuskan kepada

fungsi-fungsi bank sentral. Oleh karena itu,

keempat kantor cabang Irian Jaya di luar

Jayapura diserahkan kepada Bank Ekspor

Impor untuk dikelola sebagai kantor bank

komersil. Akan tetapi, sehubungan dengan

pembukaan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua Barat, BI kembali

menempati kantor cabang yang dulu

diserahkan kepada Bank Ekspor Impor.

Gedung tersebut sempat digunakan oleh

Bappeda Provinsi Papua Barat sebelum

resmi ditempati kembali oleh BI pada 4

Desember 2014.

Jika dihitung sejak hadir di Tanah Papua

sampai dengan saat ini, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Papua telah

dipimpin oleh 24 pemimpin atau kepala

perwakilan. Kepala perwakilan sekarang

adalah Joko Supratikto yang menjabat sejak

10 Juli 2015.

Sejalan dengan evolusi peran BI secara

nasional maupun di regional Papua, KPwDN

Provinsi Papua di bawah kepimpinan Joko

Supratikto memandang tantangan

pengendalian inflasi dan kecukupan

investasi sebagai tantangan utama

kebijakan ekonomi di Papua. Oleh karena

itu, pada 2016 ini, KPwDN Provinsi Papua

akan fokus mendorong pembentukan

sekaligus optimalisasi peran TPID di seluruh

kabupaten kota sebagai forum koordinasi

kebijakan yang menyinergikan seluruh

pemangku kebijakan mengendalikan

stabilitas harga di Papua.

Djoko Soetargo

(1963)

M. Rifai

(1963)

Gusti Abdul Aziz

(1963-1965)

Bambang Susilo

(1965-1968)

R. Soejoto

(1968-1969)

Sunyoto Kusumadidjoyo

(1969-1972)

Dewa Made Gunawan

(1972 1976)

Permadi Sofian

(1976-1977)

A.A. Ngurah Alit Muhawan (1977-1981)

Soedharinto

(1981-1984)

V. F. Soewadji

(1984-1986)

Sudarto Wirjodarmojo (1986-1989)

M. Ma'ruf Saleh

(1989-1992)

Sri Sularmo

(1992-1993)

Moeljono

(1993-1996)

Rubino

(1996-1998)

C. Y. Boestal

(1998-1999)

Norman John

(1999-2001)

Sahat Tampubolon (2001-2003)

Budiman Usman

(2003-2006)

Suratno Koestamar

(2006-2009)

Leo R. Tandiarang (2009-2012)

Hasiholan Siahaan

(2012-2015)

Joko Supratikto (2015- ...)

Grafik B2.8 Daftar Pemimpin Bank Indonesia di

Jayapura

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

57

Terkait masalah kecukupan investasi, BI

mendukung sepenuhnya agenda RPJMD

Provinsi Papua 2013-2018 yang

menetapkan 2016 sebagai tahun investasi.

Sejalan dengan itu, BI akan

menyelenggarakan riset khusus mengenai

isu investasi, tata niaga dan diagnosis

pembangunan di Papua. Hasil riset tersebut

diharapkan dapat menjadi advis (masukan

dan rekomendasi) bagi para pemangku

kebijakan. Selanjutnya, bekerja sama

dengan berbagai stakeholders di Papua, BI

berencana mengadakan Papua Investment

Summit 2016 untuk semakin

mempromosikan peluang investasi di

Papua.

Selain itu, dari sisi pemberdayaan sektor riil,

BI akan turut bersinergi dengan SKPD teknis

terkait dalam membangun dan

mengembangkan klaster-klaster pangan

strategis atau komoditas unggulan daerah.

Pengembangan tersebut akan difokuskan

pada peningkatan akses masyarakat ke

sistem keuangan (financial inclusion)

khususnya institusi perbankan.

Untuk mendukung pelaksanaan fungsi

pengawasan bank dan sistem keuangan

secara makroprudensial yang diemban oleh

BI pasca-UU OJK, KPwDN Provinsi Papua

akan menyusun alat surveilans stabilitas

sistem keuangan regional yang telah

dikembangkan di level nasional. Pada tahap

pertama di 2016 ini, Papua akan menyusun

Regional Financial Account (RFA) yang

mengkompilasi transaksi antaragen

ekonomi di regional Papua. Agen-agen

Moneter: TPID

di seluruh Kabupaten Kota

Moneter: Riset Investasi,

Riset Tata Niaga, dan Riset Growth Diagnostic

Moneter: Papua

Investment Summit 2016

Makroprudensial: Pengembangan

Klaster dalam rangka Financial Inclusion

Makroprudensial: Regional Financial

Account

Sistem Pembayaran: Clean Money

Policy

Sistem Pembayaran: Pilot Project

CCNP

Sistem Pembayaran: Kewajiban Penggunaan

Rupiah

Grafik B2.9 Fokus Kebijakan KPwDN Provinsi Papua

2016

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

58

yang dimaksud setidaknya mencakup

rumah tangga, perusahaan, pemerintah,

institusi keuangan dan bank sentral. Pada

tahap selanjutnya, untuk meningkatkan

efektivitas surveilans menggunakan RFA,

akan disusun Regional Balance Sheets (RBS)

yang memberikan gambaran lebih

komprehensif terkait risiko imbalances dan

shock atas stabilitas sistem keuangan di

level regional.

Selain itu, di sisi sistem pembayaran, untuk

mendukung kebijakan clean money policy,

BI akan meningkatkan alternatif

pendistribusi uang layak edar di Papua.

Selain meneruskan pelayanan langsung ke

masyarakat melalui kas keliling yang

diadakan rutin dan sewaktu-waktu, BI

berencana mengimplementasikan CCNP

bekerja sama dengan institusi perbankan

yang ada di Papua. Pilot Project akan

dimulai tahun ini bekerja sama dengan

Bank Papua. Kebijakan ini diharapkan

mampu meningkatkan kualitas uang kartal

yang beredar di masyarakat sekaligus

alat pembayaran yang sah di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

LAMPIRAN

TABEL-TABEL

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

b

Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan IV 2015

TABEL I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2010 2011 2012

MENURUT PENGGUNAAN Total Total Total Total Total I II III IV Total

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 39.287,3 41.832,1 44.536,0 47.326,6 50.742,6 12.922,9 13.099,7 13.525,2 14.043,1 53.590,8

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.404,3 1.550,6 1.657,1 1.777,2 1.997,2 502,1 515,7 535,0 559,8 2.112,7

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18.241,8 18.930,8 20.339,8 22.059,1 23.862,1 6.131,9 5.915,9 6.206,7 7.382,2 25.305,2

Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.059,4 27.028,0 28.830,6 30.661,0 33.014,5 8.436,7 8.670,0 8.976,7 9.343,2 35.530,2

Perubahan Inventori 11.237,1 (1.046,4) 116,1 221,4 (183,5) (39,2) (49,6) (50,1) 17,6 132,6

Ekspor Luar Negeri 46.973,0 33.910,1 24.281,1 32.143,1 17.091,2 3.680,8 7.056,3 8.004,5 4.866,8 23.736,8

Impor Luar Negeri 9.752,6 10.153,4 9.271,4 5.451,8 11.190,9 1.886,6 2.070,9 2.490,2 2.430,3 8.943,3

Net Ekspor Antardaerah (21.642,1) (5.985,2) (2.598,4) (12.308,0) 4.883,8 646,7 (534,4) (2.913,1) 943,2 (193,9)

MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHA

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.681,1 12.133,3 12.883,7 13.661,8 14.453,2 3.622,4 3.793,3 3.869,2 4.104,2 15.425,2

Pertambangan dan Penggalian 59.693,9 50.008,9 46.801,2 50.313,5 48.219,3 12.178,1 13.792,8 12.294,5 13.817,1 53.506,3

Industri Pengolahan 2.097,5 2.209,2 2.251,7 2.299,7 2.500,1 628,8 663,3 641,8 660,5 2.594,4

Pengadaan Listrik, Gas 30,3 32,2 35,6 38,3 40,3 9,1 10,4 9,9 10,5 38,9

Pengadaan Air 56,8 58,6 61,3 65,3 69,4 17,6 17,8 18,3 18,5 72,2

Konstruksi 7.973,1 9.252,1 10.546,6 11.790,6 12.857,2 3.300,4 3.454,3 3.569,3 3.843,9 14.169,4

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.892,1 7.518,9 8.258,6 9.031,5 9.690,7 2.528,9 2.560,6 2.611,3 2.789,5 10.490,3

Transportasi dan Pergudangan 3.516,0 3.864,1 4.201,6 4.544,0 5.010,3 1.306,1 1.334,9 1.376,3 1.470,4 5.487,7

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 557,6 608,7 656,5 733,1 825,3 210,4 214,3 223,4 239,2 887,3

Informasi dan Komunikasi 3.103,3 3.434,2 3.785,4 4.269,7 4.553,0 1.111,3 1.195,6 1.208,0 1.274,4 4.789,3

Jasa Keuangan 1.268,9 1.406,3 1.516,7 1.734,7 1.862,8 475,9 415,6 500,5 494,6 1.901,5

Real Estate 1.956,7 2.213,1 2.434,6 2.718,6 2.938,7 747,6 772,7 776,2 814,3 3.110,8

Jasa Perusahaan 1.009,1 1.153,4 1.228,6 1.300,9 1.426,4 342,1 366,6 380,9 393,4 1.483,0

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.093,3 7.850,2 8.506,3 8.744,1 10.140,1 2.481,7 2.560,2 2.802,0 3.137,4 11.258,7

Jasa Pendidikan 1.756,0 1.942,8 2.129,6 2.337,1 2.527,7 640,3 653,4 677,7 739,3 2.710,8

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.250,3 1.403,9 1.526,9 1.668,8 1.825,0 470,0 471,1 493,7 542,7 1.977,6

Jasa lainnya 872,1 976,9 1.065,9 1.176,9 1.277,5 324,5 325,6 341,7 375,7 1.367,5

TOTAL 110.808,2 106.066,7 107.890,9 116.428,6 120.217,0 30.395,3 32.602,7 31.794,7 34.725,4 131.270,9

2013 2014 2015

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

c

Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan IV 2015

TABEL II. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA ATAS DASAR HARGA BERLAKU

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2010 2011 2012

MENURUT PENGGUNAAN Total Total Total Total Total I II III IV Total

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 39.252,3 44.810,4 50.164,8 57.324,0 65.488,3 17.152,2 17.489,1 18.152,4 19.098,9 71.892,6

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1.402,0 1.645,5 1.867,4 2.162,4 2.592,8 685,9 709,9 738,2 773,9 2.907,8

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18.189,5 20.351,4 22.734,8 26.106,0 30.559,3 7.626,5 7.909,3 8.408,2 10.239,5 34.183,6

Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.009,8 28.606,1 32.070,9 36.270,8 41.554,0 10.971,3 11.374,9 11.883,3 12.574,1 46.803,5

Perubahan Inventori (7.917,3) (1.141,4) 171,4 335,8 (378,2) (80,7) 386,9 (56,7) 40,9 290,3

Ekspor Luar Negeri 46.999,0 33.037,5 20.707,4 30.253,2 19.619,1 4.714,5 8.935,7 9.273,0 5.053,6 27.976,7

Impor Luar Negeri 9.740,5 10.860,5 10.846,8 6.744,4 14.019,6 2.476,5 2.631,2 3.163,1 3.095,8 11.366,6

Net Ekspor Antardaerah (7.202,3) (8.260,2) (4.057,3) (25.935,8) (11.876,3) (3.880,6) (5.533,7) (7.552,2) (3.595,5) (20.562,0)

MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHA

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.681,1 12.762,6 14.139,9 15.595,4 17.385,2 4.751,4 4.974,2 5.101,4 5.523,0 20.350,0

Pertambangan dan Penggalian 59.693,9 50.321,5 46.611,8 45.170,1 46.139,6 11.056,8 13.913,7 11.891,1 12.724,2 49.585,8

Industri Pengolahan 2.097,5 2.346,8 2.480,2 2.589,4 3.007,0 783,1 834,6 819,2 865,4 3.302,4

Pengadaan Listrik, Gas 30,3 28,8 34,9 31,9 40,1 13,2 10,5 10,6 18,5 52,7

Pengadaan Air 56,8 60,1 63,9 71,8 80,3 20,9 21,1 22,0 22,4 86,3

Konstruksi 7.973,1 9.410,6 11.361,9 13.173,9 16.786,5 4.701,0 4.776,0 4.997,1 5.617,3 20.091,4

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.892,1 7.148,7 8.334,3 9.766,5 11.297,3 3.166,1 3.251,9 3.389,9 3.767,2 13.575,2

Transportasi dan Pergudangan 3.516,0 4.142,5 4.843,8 5.808,8 6.747,5 1.833,3 1.893,5 1.989,0 2.202,7 7.918,4

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 557,6 651,1 727,0 876,2 1.064,0 283,5 293,2 311,9 344,2 1.232,9

Informasi dan Komunikasi 3.103,3 3.512,0 4.023,7 4.359,7 5.005,2 1.279,9 1.412,9 1.460,9 1.588,9 5.742,6

Jasa Keuangan 1.268,9 1.478,4 1.741,7 2.090,2 2.347,2 624,6 549,6 677,5 660,6 2.512,3

Real Estate 1.956,7 2.317,7 2.756,6 3.159,8 3.548,5 956,3 1.001,0 1.018,4 1.106,8 4.082,5

Jasa Perusahaan 1.009,1 1.195,5 1.348,7 1.434,9 1.617,8 396,3 429,9 455,8 489,7 1.771,7

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.093,3 8.386,5 9.392,3 10.095,5 12.269,2 3.226,9 3.616,6 3.772,0 4.189,0 14.804,5

Jasa Pendidikan 1.756,0 1.962,3 2.196,2 2.423,7 2.661,4 683,9 714,9 749,3 828,7 2.976,7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.250,3 1.452,7 1.632,7 1.849,3 2.118,4 563,9 573,7 616,3 691,2 2.445,1

Jasa lainnya 872,1 1.010,7 1.123,2 1.275,1 1.424,2 371,4 373,6 400,7 449,6 1.595,3

TOTAL 110.808,2 108.188,8 112.812,6 119.772,0 133.539,4 34.712,6 38.640,9 37.683,0 41.089,5 152.126,0

2013 2014 2015

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

d

Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan IV 2015

TABEL III. IMPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

IMPOR

Nilai Impor Nonmigas (juta USD) 163,7 173,2 171,7 194,5 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5 174,11

Nilai Impor Konsumsi 2,9 3,4 4,1 3,8 1,5 3,5 2,3 0,9 8,9 7,6 5,4 3,8 2,8 3,9 4,2 7,0

Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong 127,1 123,2 132,0 136,4 49,6 117,5 85,4 44,7 121,3 145,2 152,7 131,7 89,6 97,0 142,8 127,3

Nilai Impor Barang Modal 33,8 46,6 36,6 54,7 4,6 39,6 16,1 13,4 49,8 32,5 41,6 28,0 23,2 21,8 30,9 40,5

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 27,3 21,4 20,8 22,2 10,9 23,1 19,3 10,8 35,9 22,9 23,8 29,2 13,4 22,3 17,2 65,2

Volume Impor Konsumsi 0,3 0,5 0,4 0,5 0,1 0,3 0,3 0,0 0,7 0,7 0,5 0,5 0,3 0,6 0,4 0,5

Volume Impor Bahan Baku dan Penolong 25,2 18,4 18,9 18,6 10,7 18,9 17,7 7,9 28,2 19,4 20,9 27,0 11,2 19,9 15,0 62,3

Volume Impor Barang Modal 1,8 2,6 1,5 3,1 0,2 3,9 1,4 2,9 7,3 2,9 2,5 1,9 2,0 1,9 1,9 2,5

Negara Asal Impor (juta USD) 163,7 173,2 171,7 194,5 55,6 160,4 103,7 58,4 179,3 184,8 199,0 163,0 115,1 122,3 177,5 174,1

Malaysia - - - 0,0 - - 0,1 0,0 0,2 0,3 2,5 0,6 8,4 0,4 0,3 1,1

Singapura 35,0 38,0 37,3 38,4 9,7 35,5 20,0 12,3 42,0 19,4 9,6 13,2 6,6 18,4 20,3 11,8

Jepang 10,1 9,7 14,3 14,1 4,1 4,9 13,3 4,3 9,2 13,9 13,4 10,8 4,1 3,7 4,8 7,6

RRT 0,2 0,2 1,7 1,1 0,1 0,3 0,9 5,5 4,0 3,0 3,8 2,7 2,0 1,7 1,4 1,8

Australia 61,2 70,1 77,2 97,1 36,6 56,0 49,5 26,5 65,0 72,3 81,8 65,5 44,9 43,8 56,0 80,0

Amerika Serikat 55,0 54,4 40,3 42,9 4,8 61,5 19,2 9,2 41,2 54,9 50,3 42,3 27,4 35,1 38,9 50,3

Swedia - - - - - - - - 2,0 3,9 13,2 13,3 13,5 7,8 44,7 6,5

Finlandia - - - - - - - 0,0 9,6 5,4 3,7 4,0 2,0 3,3 1,3 1,1

2015

RINCIAN

2012 2013 2014

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

e

Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan IV 2015

TABEL IV. EKSPOR LUAR NEGERI NONMIGAS PROVINSI PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

EKSPOR

Nilai Ekspor (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,15

KPBC Jayapura 1,2 0,1 0,1 1,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,1 0,1 0,0 0,5

KPBC Merauke 20,8 25,2 19,0 22,6 23,4 25,6 18,3 22,2 26,7 24,7 23,7 25,8 18,4 19,6 11,7 13,48

KPBC Amamapare 414,2 670,0 437,0 459,6 486,2 467,2 672,6 973,7 102,8 1,5 731,6 535,8 318,4 575,7 595,6 345,07

KPBC Biak 5,8 7,7 7,9 0,7 - 7,6 5,2 8,8 9,2 10,7 10,5 9,8 16,9 18,5 13,2 6,11

KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - - - -

Volume Ekspor (ribu ton) 166,0 303,0 237,2 240,3 265,0 273,8 373,1 445,6 88,2 46,1 301,1 272,6 204,6 335,4 370,8 246,3

KPBC Jayapura 0,2 0,0 0,0 0,5 0,1 0,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,0 0,22

KPBC Merauke 39,6 33,9 22,0 48,2 48,2 33,5 45,2 20,4 33,0 30,2 28,6 30,8 19,2 20,9 12,8 15,07

KPBC Amamapare 117,0 257,3 203,2 190,6 216,8 229,4 320,3 413,8 41,1 0,1 259,4 227,2 165,0 291,7 337,6 220,98

KPBC Biak 9,3 11,7 12,0 1,1 - 10,7 7,6 11,4 14,0 15,8 12,9 14,4 20,4 22,7 20,3 10,03

KPBC Nabire - - - - - - - - - - - - - - - -

Total Komoditas (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,15

Kayu Olahan 22,0 27,5 25,3 19,2 18,3 26,0 19,1 23,9 26,4 26,3 27,3 29,0 35,3 38,2 24,9 19,59

Bijih Tembaga 411,3 663,2 435,7 458,2 486,2 467,2 672,2 973,7 102,6 - 730,7 534,4 318,3 575,5 594,1 343,85

Negara Tujuan Ekspor (juta USD) 442,0 702,9 464,1 484,0 509,7 500,4 696,2 1.004,8 138,7 37,1 766,2 571,8 353,9 614,0 620,5 365,2

Amerika Serikat - - - 0,0 - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 0,0 -

Kayu Olahan - - - - - - - - - - 3,2 - 7,1 7,2 - -

Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - - - -

Filipina - - 71,0 98,8 94,6 - 80,3 39,0 19,8 0,1 - - - 45,8 68,3 69,2

Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga - - 71,0 98,8 94,6 - 80,3 39,0 19,8 - - - - 45,8 68,3 69,2

India 106,7 154,2 95,4 93,8 212,0 - 191,0 351,6 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5 147,5

Kayu Olahan - - - - - - - 0,1 - - - - - - - -

Bijih Tembaga 106,7 154,2 95,4 93,8 212,0 - 191,0 351,4 - - 286,5 52,3 196,5 206,7 227,5 147,5

Jepang 181,7 185,0 133,5 82,8 87,2 173,2 148,8 273,2 - 0,7 73,8 195,8 33,7 154,3 154,5 60,6

Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - - - -

Bijih Tembaga 181,7 185,0 133,5 82,8 87,2 173,2 148,8 273,2 - - 72,4 195,3 33,7 154,3 154,5 60,6

RRT 5,7 148,0 37,7 29,7 5,1 86,4 193,9 132,7 29,4 8,4 145,0 171,7 88,2 105,5 67,9 49,2

Kayu Olahan 1,5 - - 1,2 - - 1,3 - - - - - - - - -

Bijih Tembaga - 143,8 36,4 24,4 - 79,3 188,2 126,8 19,9 - 139,6 164,3 88,2 105,5 67,9 49,2

Arab Saudi 13,5 21,5 17,3 9,1 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3 12,6

Kayu Olahan 13,5 21,5 17,3 9,1 13,1 21,9 13,2 17,3 15,8 15,4 17,7 15,7 23,7 23,4 14,3 12,6

Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - - - -

Korea Selatan - 98,4 34,5 85,1 23,4 90,9 63,9 83,1 4,6 1,8 47,9 25,8 - 65,5 25,0 18,8

Kayu Olahan - - - - 1,4 - - 0,8 4,6 1,8 - - - 2,2 5,7 1,58

Bijih Tembaga - 98,4 34,5 85,1 21,9 90,9 63,9 82,4 - - 47,9 25,8 - 63,4 19,3 17,26

2015

RINCIAN

2012 2013 2014

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL … · e-ISSN 2460-5980 KAJIAN EKONOMI DAN ... mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal ... Grafik 1.6 Penyaluran Kredit Modal Kerja

f

Lampiran KEKR Provinsi Papua Triwulan IV 2015

TABEL V. PENYALURAN KREDIT PERBANKAN NASIONAL (LOKASI PROYEK DI PROVINSI PAPUA)

Sumber: Laporan Bank Umum

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Menurut Penggunaan

Modal Kerja 4.962 5.411 5.867 6.021 6.025 6.396 6.615 6.786 7.258 7.890 8.433 7.705 7.550 8.178 9.350 9.512

Investasi 1.562 2.100 2.206 2.330 2.296 2.852 2.868 3.170 3.037 3.186 3.200 3.620 3.625 3.922 2.813 3.018

Konsumsi 5.119 5.600 6.061 6.542 6.966 7.395 8.020 8.365 8.443 8.601 8.648 9.555 9.685 9.921 10.201 10.361

Menurut Sektor Lapangan Usaha

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 141 158 163 164 237 457 505 739 736 792 828 842 887 1.082 865 1.134

2. Pertambangan dan Penggalian 75 89 77 120 106 90 102 86 70 79 92 72 79 81 30 43

3. Industri Pengolahan 317 432 552 486 377 488 546 506 374 364 335 318 308 296 153 352

4. Pengadaan Listrik dan Gas 34 47 48 43 45 51 34 36 33 35 45 51 38 46 25 36

5. Pengadaan Air 2 2 1 1 1 - - - 2 4 7 5 3 6 2 6

6. Konstruksi 1.012 1.234 1.393 1.424 1.092 1.201 1.302 1.260 1.316 1.502 1.858 1.454 1.265 1.527 1.140 1.561

7. Perdagangan Besar dan Eceran 2.563 2.908 3.200 3.385 3.457 4.075 4.122 4.215 4.383 4.618 4.766 4.959 5.035 5.358 6.550 5.820

8. Transportasi dan Pergudangan 176 197 255 265 342 409 434 470 520 611 649 669 671 651 522 641

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 424 468 483 525 573 642 643 647 647 677 695 688 678 708 398 703

10. Informasi dan Komunikasi 35 35 61 48 16 16 16 16 19 17 18 18 18 18 1 2

11. Perantara Keuangan 147 254 332 399 452 340 357 390 376 487 460 496 542 695 608 727

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 225 219 190 189 186 183 179 194 244 179 177 181 187 189 145 208

13. Jasa Perusahaan 79 100 103 99 157 277 246 247 234 214 199 221 230 224 221 211

14. Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2 2 2 1 1 1 3 3 3 6 4 111 37 2 1 66

15. Jasa Pendidikan 53 66 104 119 24 28 33 31 32 17 30 15 13 17 11 15

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11 18 20 19 16 18 24 24 31 30 32 30 29 35 30 36

17. Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 6.349 6.882 7.150 7.606 8.206 8.366 8.959 9.458 9.718 10.044 10.086 10.749 10.840 11.086 11.660 11.329

TOTAL 11.643 13.112 14.135 14.893 15.288 16.643 17.503 18.321 18.737 19.677 20.281 20.879 20.860 22.021 22.364 22.891

2015URAIAN

2012 2013 2014