ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah...

40
PENANGGUNG JAWAB Dr. Muhammad Azrai, MP Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia DEWAN REDAKSI Ketua Dr. Amran Muis (Hama dan Penyakit Tanaman) Anggota Prof. Dr. Suarni (Pascapanen) Ir. M. Yasin HG., MS (Pemuliaan Tanaman) Ir. Bahtiar, MS (Sosial Ekonomi) Ir. Syafruddin. MS (Budidaya Tanaman) Dr. Ramlah Arief (Perbenihan) Dr. Muh. Aqil (Mekanisasi Pertanian) Redaksi Pelaksana Ir. A. Haris Talanca Umriana, SE Suriani, MP FREKUENSI TERBIT Dua nomor per tahun: Juni dan Desember ALAMAT Redaksi Buletin Serealia Balitsereal Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514 Telp. 0411-371529 – 371016, Fax: 0411-371961 WA: 0853-9980-0153 Email: [email protected] ISSN: 2460-6138 DAFTAR ISI Perbaikan Genetik dan Evaluasi Daya Hasil Plasma Nutfah Jagung Merah “MESI” M Yasin HG, Musdalifah Isnaeni, NN Andayani, dan Faesal ................... 1 Seleksi Beberapa Genotipe Mutan Gandum Berdasarkan Komponen Hasil terhadap Cekaman Suhu Tinggi pada Dataran Rendah Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta, Kaimuddin, Muh. Farid Bdr, dan Amin Nur 7 Pemberian Air Berdasarkan Fase Pertumbuhan Tanaman terhadap Hasil dan Brix Batang Sorgum Suwardi dan Muhammad Aqil............................................................. 13 Tanggapan Penyuluh Pertanian terhadap Pembangunan Industri Tepung Jagung di Kabupaten Bantaeng Bahtiar dan Syuryawati...................................................................... 20 Model Ketersediaan Jagung Nasional Mendukung Swasembada Pangan Sumarni Panikkai, Rita Nurmalina, Sri Mulatsih, Handewi P. Saliem....... 28 KATA PENGANTAR Buletin Serealia ini merupakan terbitan keempat yang isinya membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain padi. Pada terbitan keempat ini terdapat lima (5) tulisan yang terdiri dari: (1). Perbaikan Genetik dan Evaluasi Daya Hasil Plasma Nutfah Jagung Merah “MESI”, (2). Seleksi Beberapa Genotipe Mutan Gandum Berdasarkan Komponen Hasil terhadap Cekaman Suhu Tinggi pada Dataran Rendah, (3). Pemberian Air Berdasarkan Fase Pertumbuhan Tanaman terhadap Hasil dan Brix Batang Sorgum, (4). Tanggapan Penyuluh Pertanian terhadap Pembangunan Industri Tepung Jagung di Kabupaten Bantaeng, dan (5). Model Ketersediaan Jagung Nasional Mendukung Swasembada Pangan. Buletin ini hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil penelitian serealia terkini. Redaksi Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 2 Nomor 2, Desember 2018

Transcript of ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah...

Page 1: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

PENANGGUNG JAWABDr. Muhammad Azrai, MP Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia

DEWAN REDAKSIKetuaDr. Amran Muis(Hama dan Penyakit Tanaman)

AnggotaProf. Dr. Suarni(Pascapanen)Ir. M. Yasin HG., MS(Pemuliaan Tanaman)Ir. Bahtiar, MS(Sosial Ekonomi)Ir. Syafruddin. MS(Budidaya Tanaman)Dr. Ramlah Arief(Perbenihan)Dr. Muh. Aqil(Mekanisasi Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. A. Haris TalancaUmriana, SESuriani, MP

FREKUENSI TERBITDua nomor per tahun: Juni dan Desember

ALAMATRedaksi Buletin Serealia BalitserealJl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514Telp. 0411-371529 – 371016,Fax: 0411-371961WA: 0853-9980-0153Email: [email protected]

Volume 1, No. 1, Maret 2015

ISSN: 2460-6138

PENANGGUNG JAWAB Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule, M.Si Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia DEWAN REDAKSI Ketua Dr. Amran Muis (Hama dan Penyakit Tanaman) Anggota: Prof. Dr. Suarni (Pascapanen) Ir. M. Yasin HG., MS (Pemuliaan Tanaman) Ir. Bahtiar, MS (Sosial Ekonomi) Ir. Syafruddin. MS (Budidaya Tanaman) Dr. Ramlah Arief (Perbenihan) Dr. Muh. Aqil (Mekanisasi Pertanian) Redaksi Pelaksana: Ir. A. Haris Talanca Umriana, SE Suriani, MP FREKUENSI TERBIT Dua nomor per tahun: Juli dan Januari ALAMAT Redaksi Buletin Serealia Balitsereal Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, 90514 Telp. 0411-371529 – 371016, Fax: 0411-371961 Email: [email protected]

Volume 1 Nomor 2, Januari 2016

DAFTAR ISI

Indeks Toleran dan Karakter Seleksi Jagung Inbrida Toleran Pemupukan Nitrogen Rendah. Herawati dan Roy Efendi ................................................ 1 Parameter Genetik dan Korelasi Karakter Komponen Hasil Jagung Hibrida. Slamet Bambang Priyanto, Muhammad Azrai, dan Andi Takdir Makkulawu ................................................. 9 Uji Daya Hasil Populasi Jagung Provit A (βeta carotene) pada Zona Dataran Rendah Tropis. Jamaluddin, Musdalifah Isnaeni, dan M. Yasin H.G. ....... 16 Analisis Sidik Lintas Karakter Morfologi dan Komponen Hasil Jagung Hibrida Genjah. Suriani, R. Neni Iriany M., dan A.Takdir M..................... 24 Karakter Agronomis Dan Hasil Beberapa Galur Sorgum Fatmawati dan M. Yasin HG......................................... 32

Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

KATA PENGANTAR

Buletin Serealia ini merupakan terbitan kedua yang isinya membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain padi.

Pada terbitan kedua ini terdapat 5 tulisan yang terdiri dari bidang pemuliaan, penyakit, dan agronomi.

Buletin hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil penelitian serealia terkini. Redaksi,

DAFTAR ISI

Perbaikan Genetik dan Evaluasi Daya Hasil Plasma Nutfah Jagung Merah “MESI”M Yasin HG, Musdalifah Isnaeni, NN Andayani, dan Faesal ................... 1

Seleksi Beberapa Genotipe Mutan Gandum Berdasarkan KomponenHasil terhadap Cekaman Suhu Tinggi pada Dataran RendahAndi Nadia Nurul Lathifa Hatta, Kaimuddin, Muh. Farid Bdr, dan Amin Nur 7

Pemberian Air Berdasarkan Fase Pertumbuhan Tanaman terhadap Hasildan Brix Batang SorgumSuwardi dan Muhammad Aqil ............................................................. 13

Tanggapan Penyuluh Pertanian terhadap Pembangunan Industri TepungJagung di Kabupaten BantaengBahtiar dan Syuryawati ...................................................................... 20

Model Ketersediaan Jagung Nasional Mendukung Swasembada PanganSumarni Panikkai, Rita Nurmalina, Sri Mulatsih, Handewi P. Saliem ....... 28

KATA PENGANTAR

Buletin Serealia ini merupakan terbitan keempat yang isinya membahas tentang hasil-hasil penelitian serealia selain padi.

Pada terbitan keempat ini terdapat lima (5) tulisan yang terdiri dari: (1). Perbaikan Genetik dan Evaluasi Daya Hasil Plasma Nutfah Jagung Merah “MESI”, (2). Seleksi Beberapa Genotipe Mutan Gandum Berdasarkan Komponen Hasil terhadap Cekaman Suhu Tinggi pada Dataran Rendah, (3). Pemberian Air Berdasarkan Fase Pertumbuhan Tanaman terhadap Hasil dan Brix Batang Sorgum, (4). Tanggapan Penyuluh Pertanian terhadap Pembangunan Industri Tepung Jagung di Kabupaten Bantaeng, dan (5). Model Ketersediaan Jagung Nasional Mendukung Swasembada Pangan.

Buletin ini hanya memuat tulisan primer terutama hasil-hasil penelitian serealia terkini.

Redaksi

Balai Penelitian Tanaman SerealiaPusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Volume 2 Nomor 2, Desember 2018

Page 2: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...
Page 3: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

1

Perbaikan Genetik dan Evaluasi Daya Hasil Plasma NutfahJagung Merah “MESI”

M Yasin HG, Musdalifah Isnaeni, NN Andayani, dan FaesalBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

AbstrakPlasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Jagung ini disenangi petani dan banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas karena warna biji berwarna merah cerah dengan tekstur mutiara. Perbaikan genetik telah dilakukan pada tiga karakter yaitu menurunkan tinggi tanaman dan tinggi tongkol serta meningkatkan hasil biji dengan menambah ukuran kelobot. Metode perbaikan genetik dilakukan dengan silang balik, menggunakan donor galur jagung Provit A1 yang teridentifikasi berwarna merah dengan tekstur mutiara. Penelitian dilaksanakan dalam tahun 2013-2016 di KP Maros. Hasil perbaikan dievaluasi melalui uji daya hasil sebanyak 13 entri termasuk dua pembanding jagung Mesi status awal (MS.C0) dan Sukmaraga dengan RAK tiga ulangan, dilakukan dengan jarak tanam 75x20 cm empat baris per entri dipupuk urea-ponska (300-200)kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada generasi silang balik BC2F1 (MS.BC2F1.F) telah terjadi penurunan karakter tinggi tanaman, tinggi tongkol sebesar 26,4% sedangkan produksi bobot biji bertambah 81,8%. Tinggi tongkol yang dihasilkan sudah sangat sesuai dengan kriteria seleksi yaitu sekitar setengah dari tinggi tanaman, periode umur berbunga jantan dan betina (asi) tiga hari, aspek tanaman dan aspek penutupan kelobot adalah skor satu (sangat baik).

Kata kunci: jagung Mesi, silang balik, pakan.

AbstractThe red corn seed germplasm of flint texture is derived from Sigi Regency, Central Sulawesi, by red corn farmers it called local varieties “Mesi Corn”. This corn is favored by farmers because the color of the seeds is bright red, and is widely used as poultry feed. Genetic improvement has been carried out in three characters, namely reducing plant height and ear height and increasing grain yield by increasing the size of the husks. The method of genetic improvement was done with back cross, using the donor of the Provit A1 corn line which was identified as red with a flint texture. The research was carried out from 2013 to 2016 at Maros Experimental Farm. The results of the improvement were evaluated through 13 entries including Mesi in cycle C0 (MS.C0) and Sukmaraga with RCBD, three replications, carried out with a planting space of 75x20 cm four lines per entry, fertilized by Urea-Phonska (300-200) kg/ha. The results of the study showed that in the generation of back crossing BC2F1 (MS.BC2F1.F) there has been a decrease in the character of plant height, the height of ear by 26.4% while the production of seed weight increased by 81.8%. The height of the cob produced was very suitable with the selection criteria which is about half of the height of the plant, the period of anthesis-silking interval (ASI) was three days, the aspect of the plant and the aspect of closing the husk was score one (very good).

Keywords: Mesi corn, back rosslinking, feed.

PendahuluanVarietas jagung lokal berupa plasma nutfah

di Kab Sigi Sulteng dinamai jagung “Mesi”. Petani menanam terutama untuk pakan unggas ayam. Pemberian jagung Mesi menjadikan kuning-telur berwarna merah cerah serta bobot badan ayam lebih cepat bertambah dan meningkat dibanding pakan dari jagung biasa. Varietas lokal Mesi

mempunyai keunggulan yaitu umur sedang dan tahan bulai, namun mempunyai kekurangan yaitu mudah rebah karena tinggi tanaman mencapai ±2,5 m, diameter batang kecil serta produktivitas hasil relatif rendah yaitu 4,0-5,0 t/ha, karena itu diperlukan perbaikan genetik dari varietas lokal Mesi, sehingga mempunyai karakter dan produktivitas yang unggul. Pengelolaan plasma

Page 4: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

M Yasin HG et al.: Perbaikan Genetik dan ...

2

nutfah nabati dapat dirakit untuk menghasilkan vub dengan daya adaptasi yang lebih baik serta mempunyai ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik (Sutrisno dan Silitonga 2003; Besson et al. 2014).

Perbaikan genetik dari sejumlah karakter jagung dapat dilakukan dengan perbaikan dalam dan antar populasi (intra and inter population improvement). Apabila perbaikan genetik melibatkan lebih dari satu populasi dinamakan inter population improvement, dan jika melibatkan pada populasinya sendiri dinamakan intra population improvement. Granados (2002); Yasin et al. (2015) telah melakukan perbaikan genetik jagung QPM melalui perbaikan dua populasi, satu populasi sebagai donor dan lainnya sebagai tetua berbalikan (recurrent parent). Hallauer dan Miranda (1998) dan Amzeri (2016) menyatakan bahwa perbaikan karakter dapat dilakukan pada populasi awal melalui perbaikan antar populasi dengan metoda silang balik, donor sebagai induk betina dan jantan sebagai tetua berbalikan.

Penelitian bertujuan untuk memperbaiki karakter jagung Mesi yaitu menurunkan tinggi tanaman dan tinggi tongkol serta meningkatkan produksi bobot biji.

Bahan dan MetodePenelitian menggunakan materi genetik

berupa plasma nutfah jagung local (jagung Mesi) yang berasal dari wilayah Kab. Sigi Sulawesi Tengah dalam tahun 2012.

Penelitian terbagi atas dua tahapan :

a. Perbaikan genetik Metoda silang balik dilakukan sampai

generasi BC2F1. Tetua dari galur Provit A (CLP-5-1-1) digunakan sebagai donor induk betina pada status awal S2, tetua berbalikan (recurrent parent) jagung Mesi status C0 (MS.C0) sebagai induk jantan. Setiap generasi dilakukan seleksi dan pemilihan biji (discard) sampai BC2F1 dilanjutkan dengan penggaluran sampai dua generasi. Plot mempunyai ukuran 15,0 m dengan jarak tanam 75x20 cm. Induk ditanam sebanyak betina lima baris dan jantan dua baris. Pemupukan menggunakan urea-ponska dengan dosis 300 dan

200 kg/ha. Penelitian dilaksanakan dalam tahun 2013/2015 di KP Maros.

b. Evaluasi daya hasil Populasi Mesi yang telah mengalami

perbaikan genetik pada status BC2F1 selanjutnya dilakukan evaluasi daya hasil dilaksanakan di KP Maros dalam MT 2016. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan 13 entri (11 materi andalan ditambah dua pembanding) yaitu (1) populasi Mesi pada status C0 (MS.C0) dan (2) Sukmaraga. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua ulangan. Setiap entri dipisahkan (discard) berdasarkan generasi benih dengan tipe biji mutiara dan gigi kuda (flint, dent). Ditanam dua baris setiap entri, panjang plot 5,0 m, satu tanaman per rumpun, dipupuk urea-ponska (300-200)kg/ha. Pemberian pupuk awal secara tugal saat 8-10 hst dengan takaran urea-ponska (150-200) kg/ha, dan saat 38-40 hst sebanyak urea 150 kg/ha.

Hasil dan PembahasanHasil penelitian pada setiap tahapan disajikan

sebagai berikut :

a. Perbaikan genetikTahapan kegiatan silang balik diuraikan

sesuai Gambar 1 berikut :

MT 1. A x B

MT 2. F1

MT 3. F2 x B

MT 4. BC1F1 x B

MT 5. BC2F1

MT 6. BC2F2

MT 7. BC2F3

A : donor CLP-5-1-1, (CLP : CIMMYT Line Provit)B : tetua berbalikan MS.C0, Populasi Mesi siklus awal

Gambar 1. Perbaikan karakter jagung lokal populasi Mesi, KP Maros 2012-2015

Page 5: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

3

Tahap kegiatan silang balik sesuai Gambar 1 adalah melakukan persilangan kawin diri (selfing) pada 80-100 tanaman. Secara individual tanaman dipilih untuk persilangan yaitu sinkron masa pembungaan, tanaman tegap/kuat, tinggi tanaman dan tongkol masing-masing <2,00 m dan <90,0 cm. Karakter tanaman hasil persilangan guna menghasilkan BC2F1 disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa populasi tanaman pada status MS.C0 yang telah disilang balik karakter tinggi tanaman sudah berkurang mencapai sekitar 150-170 cm dan tinggi tongkol 80-100 cm. Jumlah tanaman yang mengalami rebah batang dan rebah akar 10-12,5%. Adapun bobot biji sebesar 18-25 gr per tongkol. Hasil silang balik pada penelitian ini sudah memperlihatkan bahwa populasi awal jagung Mesi sudah mengalami perbaikan pada karakter tinggi tanaman, tinggi tongkol dan bobot biji.

Tabel 1. Karakter populasi jagung lokal “Mesi”. MT 2015 KP. Maros

Karakter PengukuranTinggi tanaman, cm 150-170Tinggi tongkol, cm 80-100

Karakter PengukuranUmur menyerbuk, hr 44-47Aspek tanaman, skor 2Aspek kelobot, skor 1Aspek tongkol, skor 1-2Rebah batang, % 10,0Rebah akar, % 12,5Keseragaman, % 95Umur panen, hari 90Kadar air, % 29-30Warna malai merah mudaWarna rambut merah mudaPanjang tongkol, cm 15,0Diameter tongkol, cm 3,3Jumlah barisan biji 12-14Jumlah biji per baris 20Warna biji Merah darahTekstur biji MutiaraBarisan biji LurusBobot biji per tongkol, gr 18-25Jumlah tongkol yang dihasilkan 40

b. Evaluasi daya hasilHasil rataan pengamatan serta nilai statistik uji untuk semua peubah disajikan pada Tabel 2 dan

Tabel 3.

Tabel 2. Rataan peubah bobot biji dan komponen agronomis jagung Mesi. KP Maros 2016

GenotipeHasil

(t/ha)Tbh(%)

Tinggi tan (cm)

Tinggi tkl. (cm)

Berbunga jtn (hr)

Berbunga btn (hr)

G1. MS.BC2F1.F 8,69a 77,5 182.5a 85,0a 42,0b 45,0bG2. MS.BC2F1.FS.1-2-# 6,69a 83,0 170.0ab 80,0ab 42,0b 45,5bG3. MS.BC2F1.C1.F-2-2-# 6,74a 95,3ab 182.5ab 102,5 42,5b 46,5bG4. MS.BC2.F1.C1(S2)-2-3 5,36 99,0ab 185.0ab 102,5 43,5b 46,0bG5. MS.BC2.F1(S1).SF 7,26a 75,5 175.0ab 47,0ab 42,5b 45,0bG6. MS.BC2.F1(S1).SF-5 6,54a 85,4ab 197.5ab 92,5 43,0b 45,5bG7. MS.BC2.F1(S2).F-3-4-# 6,71a 85,4ab 187.5ab 87,5a 42,0b 45,5bG8. MS.BC2.F1(S1).F-5 7,89a 87,8ab 177.5ab 82,5ab 43,0b 46,5bG9. MS.BC2.F1(S2).SD-5-2-# 7,20a 90,3ab 182.5ab 95,0 43,0b 46,0bG10. MS.BC2.F1(S2).SD-5-4-# 5,79 95,3ab 200.0ab 112,5 42,0b 45,0bG11.MS.BC1.F1 5,93 92,8ab 180.0ab 92,5 43,0b 46,0bChek

Page 6: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

M Yasin HG et al.: Perbaikan Genetik dan ...

4

GenotipeHasil

(t/ha)Tbh(%)

Tinggi tan (cm)

Tinggi tkl. (cm)

Berbunga jtn (hr)

Berbunga btn (hr)

G12. MS.C0 4,78 75,5 230.0 115,0 43,5 46,5G13. Sukmaraga 7,66 75,4 205.0 107,5 50,0 54,0KK (%) 18,52 7,90 7.84 20,45 2,48 1,85BNT (5%) 1,56 8,54 18.48 23,59 1,35 1,08BNT (1%) 2,19 11,98 25.91 33,08 1,89 1,51

a. berbeda nyata taraf 95% terhadap chek populasi awal Mesi (MS.C0)b. berbeda nyata taraf 95% terhadap chek Sukmaraga

Tabel 3. Rataan peubah komponen biji dan tongkol jagung Mesi. KP Maros 2016

Genotipe Renda-men, %

Pjg tkl, cm

Diameter tkl, cm

Jlh baris /tkl

Jlh bj /baris

Bobot 1000 bj,

grG1. MS.BC2F1.F 78,7 14,0 3,7 12,0 23,0 242,5G2. MS.BC2F1.FS.1-2-# 77,3 15,0 4,1a 11,0 19,5 257,5G3. MS.BC2F1.C1.F-2-2-# 74,3 14,0 3,6 11,0 34,0 277,5G4. MS.BC2F2.C1(S2)-2-3 76,8 15,0 4,0a 10,0 30,0 260,0G5. MS.BC2.F1(S1).SF 77,7 15,5 3,9a 9,0 33,0 262,5G6. MS.BC2.F1(S1).SF-5 77,2 14,0 3,8a 12,0 36,0a 277,5G7. MS.BC2.F1(S1).F-3-4-# 74,6 13,5 3,5 11,0 31,0 267,5G8. MS.BC2.F1(S1).F-5 77,5 15,5 3,6 11,0 24,5 252,5G9. MS.BC2.F1(S1).SD-5-2-# 78,9 14,0 4,0a 14,0a 24,5 280,0G10. MS.BC2.F1(S1).SD-5-4-# 76,0 15,5 3,9a 13,0 28,0 260,0G11.MS.BC1.F1 75,3 17,0a 3,8a 14,0a 31,5 270,0ChekG12. MS.C0 76,0 13,5 3,3 11,0 27,5 285,0G13. Sukmaraga 76,6 17,0 3,8 14,0 32,0 300,0KK (%) 3,31 16,51 9,17 14,59 19,27 6,59BNT (5%) 3,19 3,09 0,43 2,16 6,98 22,27BNT (1%) 4,47 4,33 0,61 3,03 9,79 31,22

a. berbeda nyata taraf 95% terhadap chek populasi awal Mesi (MS.C0)b. berbeda nyata taraf 95% terhadap chek Sukmaraga

Peubah hasil memperlihatkan bahwa semua entri yang perbaikan genetic kecuali entri G4 dan G10 menunjukkan kenaikan hasil yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan produktivitas yang nyata dibanding populasi awal Mesi dan mempunyai hasil yang tidak berbeda dibanding varietas Sukmaraga. Entri-entri tersebut mempunyai hasil 6,54- 8,69 t/ha, sedangkan populasi asal Mesi 4,78 t/ha dan Sukmaraga mempunyai hasil 7,66 t/ha. Entri G1 memberikan hasil tertinggi (81,8% lebih tinggi dibanding populasi awal Mesi. Peubah tinggi

tanaman dan letak tongkol mengalami perbaikan yang nyata yang ditunjukkan dengan lebih pendeknya tinggi tanaman dan letak tongkol pada entri yang dievaluasi dibanding populasi awal (MS.Co), pada populasi awal mempunyai tinggi tanaman 230,0 cm dengan tinggi tongkol 115 cm, sedangkan populasi perbaikan mempunyai tinggi tanaman 170 – 200 cm dengan tinggi letak tongkol 80 – 112 cm. Peubah umur berbunga jantan dan umur berbunga betina tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan populasi awal, tetapi lebih genjah dibandingkan Sukmaraga. Selisih

Page 7: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

5

umur berbunga jantan dan betina atau asi (anthesis silking interval) adalah sebanyak tiga hari. Nilai asi sama dengan tiga hari dari perbaikan genetik jagung Mesi sudah sangat sesuai untuk menghasilkan produksi tinggi. Kisaran asi tertinggi untuk memperoleh hasil jagung adalah ≤6,0 hari (Kasim dan Yasin 2002; David et al. (2014). Data asi sangat berkorelasi dengan ukuran tongkol dan bobot biji jika asi >6,0 maka tidak akan terjadi sinkronissasi pembungaan sehingga pengisian biji tidak sempurna, sehingga produksi tidak maksimal (Gambin et al. 2007; Kasim et al. 2010; Kalefetoğlu and Ekmekçi 2005). Hasil pengamatan komponen peubah tongkol dan biji (Tabel 3) bahwa peubah yang memperlihatkan pengaruh nyata adalah diameter tongkol dan jumlah baris, sedangkan peubah lainnya tidak nyata. Entri G9 dan G11 memiliki diameter tongkol dan jumlah baris biji yang nyata lebih tinggi dibanding populasi awal MS.Co (pembanding). Entri G9 dan G11 mempunyai diameter tongkol masing-masing 4,0 dan 3,8 mm dengan jumlah baris biji 14 sedangkan MS.Co berdiameter tongkol 3,3 mm dan jumlah baris biji 11 (Tabel 3). Berdasarkan hasil penelitian ini genotipe MS.BC2F1.F merupakan andalan untuk meningkatkan hasil bobot biji jagung Mesi dengan perbaikan sejumlah karakter. Hasil BC2F1 dapat dilanjutkan dengan persilangan kawin diri untuk menghasilkan tanaman lebih seragam/homogenous (Monneveux et al.,2006). Hasil penelitian ini diharapkan menjadi perbaikan bagi petani di Kab Sigi kedepan untuk mengembangkan jagung lokal sigi dengan warna biji merah cerah, dengan produksi lebih tinggi

KesimpulanPerbaikan populasi jagung Mesi sampai

generasi silang balik BC2 dari genotipe MS.BC2F1.F telah menurunkan tinggi tanaman dan tinggi tongkol dibanding populasi awal yaitu dari 230,0 cm menjadi 182,5 cm atau turun 26,0%. Hasil biji MS.BC2F1.F adalah 8,69 t/ha atau meningkat 81,8% dibanding populasi awal serta mempunyai hasil yang setara dengan Sukmaraga. Peubah selisih umur berbunga jantan dan betina atau asi

(anthesis silking interval) adalah sebanyak tiga hari.

Daftar PustakaAmzeri, A., 2016. Dasar-Dasar pemuliaan tanaman.

UTM Press. Bangkalan Madura.p. 145Besson. E.S., S. Guileano., N. Schhable. 2014.

Evaluation of evolution and diversity of opv cultivated under constrasted environmental and farmer’s selection pressure; A Phenotypic approach. Jurnal biometrical and life sciences. Vol 4(2). OJGen. p.125

Cordova. H. and S. Pandey. 2002. QPM Project Description. Testing unit. CIMMYT. Lisboa 27. D.F. Mexico:2 Cordova. H. and S. Pandey. 2002. QPM Project Description. Testing unit. CIMMYT. Lisboa 27. D.F. Mexico:2

David. B. L., M. J. Robert., W. Schlenker., N. Braum., B. B. Little. R. M.. Rejesus., G. L.. Hammer. 2014. Greater Sensitivity to Drought Accompanies Maize Yield Increase in the U.S. Midwest Science. Vol. 344. DOI. 10

Gambin. B. L., L. Barras., and M. E. Otegui. 2007. Is Maize Kernel Size Limited by Its Capacity to Expand. MAYDICA. A Journal Devoted to Maize and Allied Species. Instituto Sperimentale pe la Cerealicoltura Section of Bergamo. Italy. Vol. 52 No. 4. p.434

Granados. G. 2002. Population Improvement of Maize. Maize Breeding Devision of CIMMYT. Adiestramiento en maize. CIMMYT El Batan Mexico. p.2

Hallauer. A. R., and J. B. Miranda. Fo. 1988. Quantitative Genetics in Maize Breeding. 2nd. Iowa State University Press/Amess. p. 159

Kalefetoğlu T, and Ekmekçi Y. 2005. The effects of drought on plants and tolerance mechanisms. G.U. Journal of Science 18:723-740.

Kasim. F., Yasin HG. M dan AT Dewi. 2010. Model ASI Populasi Jagung POOL2 dan AMATL Tercekam kekeringan dan lahan PMK. Kumpulan Populasi Jagung Khusus. Balitsereal Maros. Kelti Pemuliaan dan Plasma Nutfah. Balitsereal Maros

Monneveux P, Sa´nchez C, Beck D, and Edmeades GO. 2006. Drought Tolerance Improvement in

Page 8: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

M Yasin HG et al.: Perbaikan Genetik dan ...

6

Tropical Maize Source Populations: Evidence of Progress. Crop Sci. 46:180–191.

Sutrisno dan Silitonga TS. 2003. Pengelolaan plasma nutfah nabati (tumbuhan dan tanaman) sebagai asset dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Makalah disampaikan

pada “Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah”. Bogor, 23-27 Juni 2003.

Yasin. HG. M., Sumarno, A. Nur. 2015 Perakitan Varietas Unggul Jagung Fungsional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Page 9: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

7

Seleksi Beberapa Genotipe Mutan Gandum Berdasarkan Komponen Hasil terhadap Cekaman Suhu Tinggi pada Dataran Rendah

Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta1), Kaimuddin2), Muh. Farid Bdr2), dan Amin Nur3)

1) Mahasiswa Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian UNHAS2) Budidaya Tanaman Fakultas Pertanian UNHAS

3) Balai Penelitian Tanaman SerealiaEmail: [email protected]

AbstrakGandum merupakan salah satu komoditas serealia penting bagi masyarakat Indonesia. Berbagai metode seleksi dilakukan untuk mendapatkan genotype unggul, salah satunya dengan menggunakan teknik iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi genotipe mutan gandum hasil iradiasi sinar gamma yang berpotensi untuk dikembangkan pada dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca yang bertempat di Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Makassar pada Mei sampai Agustus 2017. Penelitian dilaksanakan secara hidroponik dengan ketinggian tempat <80 m dpl dengan suhu rata-rata 29-37oC. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 17 genotipe mutan hasil iradiasi sinar gamma dan 3 varietas pembanding (Selayar, Nias, dan Munal), sehingga terdapat 20 genotipe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe mutan gandum hasil iradiasi sinar gamma yang adaptif pada dataran rendah dengan produksi diatas 1,5 g.rumpun-1 adalah N.350 3.1.4 (1,71 g.rumpun-1), N.300 4.3.6 (1,60 g.rumpun-1), N.200 2.4.B.6 (1,53 g.rumpun-1).

Kata kunci: seleksi, genotipe, gandum, dataran rendah.

AbstractWheat is one of the important cereal commodities for the people of Indonesia. Various selection methods are carried out to obtain high yielding genotypes, one of which is using the gamma ray irradiation technique. This study aimed to select wheat mutant genotypes from gamma ray irradiation that have the potential to be developed in the lowlands. The study was carried out in a greenhouse located in Tamalanrea Indah Village, Tamalanrea District, Makassar from May to August 2017. The study was carried out in hydroponics with an altitude of <80 m above sea level with an average temperature of 29-370C. The study used a randomized block design with 17 mutant genotypes from gamma ray irradiation and 3 check varieties (Selayar, Nias and Munal), so that there were 20 genotypes. The results showed that wheat mutant genotypes from adaptive gamma ray irradiation in the lowlands with production above 1.5 g-rumpun-1 were N.350 3.1.4 (1.71 g. Rumpun-1), N.300 4.3. 6 (1.60 g.rumpun-1), N.200 2.4.B.6 (1.53 g.rumpun-1).

Keywords: selection, genotype, wheat, low land.

PendahuluanGandum merupakan tanaman serealia penting

di dunia karena memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Wittenberg (2004), gandum sebagai sumber pangan dikonsumsi sekitar dua miliar penduduk atau 36% dari total penduduk dunia. Di Indonesia, kebutuhan gandum sebagai sumber pangan, dimana pemenuhannya sepenuhnya bersumber dari impor sehingga impor gandum dalam bentuk biji maupun tepung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Nilai Impor gandum ke Indonesia tahun 2010 sebesar 5,2 juta ton, 2011 sebesar 6,3 juta ton, 2012 sebesar 7,4 juta ton, 2013/2014 sebesar 7.39 ton, 2014/2015 sebesar 7.49 ton dan tahun 2015/2016 sebesar 8.1 ton (Aptindo 2017). Menurut Laoli dan Carutini (2017) bahwa impor gandum sampai tahun 2017 telah mencapai 8,17 juta ton. Peningkatan impor gandum harus diatasi dengan program diversifikasi pangan yaitu melalui pengembangan pertanaman gandum lokal di lingkungan tropis Indonesia, khususnya daratan menengah – rendah.

Page 10: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta et al.: Seleksi Beberapa Genotipe Mutan ...

8

Pengembangan gandum pada dataran rendah di Indonesia ini mengalami kendala yaitu salah satu diantaranya cekaman suhu suhu tinggi. Cekaman suhu tinggi ini berpengaruh langsung terhadap penurunan produksi gandum. Suhu udara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan gandum adalah 8–10oC (subtropis). Di Indonesia, suhu yang demikian hanya dapat dijumpai pada daerah dengan ketinggian > 1.000 m dpl (15–24oC). Sementara suhu dataran menengah-rendah berkisar antara 25–35oC (Handoko 2007). Oleh karena itu, program jangka panjang pengembangan gandum tropis lokal di lingkungan tropis Indonesia diarahkan pada daerah dengan ketinggian menengah-rendah. Hasil penelitian Nur (2014) menunjukkan keragaman genetik gandum tropis pada populasi M3 yang di evaluasi pada ketinggian < 400 m dpl (Bogor Jawa Barat) lebih tinggi dibanding dengan populasi M3 pada ketinggian >1000 m dpl (Cipanas Jawa Barat), hal ini adanya peluang perbaikan genetik gandum tropis melalui pemuliaan mutasi. Menurut Reynolds (2002), produksi gandum menurun secara nyata pada lingkungan dengan cekaman kekeringan. Cekaman suhu pada fase akhir pertumbuhan tanaman menjadi masalah pada 40% area pertanaman gandum di daerah temperate yang mencapai 36 juta ha.

Beragam metode seleksi telah dikembangkan saat ini, baik secara konvensional maupun dengan menggunakan teknologi pemuliaan dengan mutasi. Dengan keragaman genetik gandum yang tinggi, kegiatan perbaikan genetik tanaman dapat dilakukan untuk mendapatkan karakter morfologi tanaman gandum yang sesuai untuk dibudidayakan pada wilayah dataran rendah tropis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi genotipe mutan gandum hasil iradiasi sinar gamma yang berpotensi untuk dikembangkan pada dataran rendah secara hidroponik.

Bahan dan MetodePenelitian dilaksanakan di rumah kaca yang

bertempat di Kelurahan Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Makassar pada bulan Mei - Agustus 2017. Penelitian dilaksanakan

dengan menggunakan media hidroponik dengan ketinggian tempat <80 m dpl dengan suhu rata-rata 29-37oC. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, 3 ulangan dengan menggunakan mutan gandum 20 genotipe. yang terdiri atas 17 genotipe mutan yaitu g1 = Munal 1.7.1, g2 = N.350 3.6.2 , g3 =N.300 3.6.1, g4 =.350 3.1.3, g5 = N.350 3.2.2, g6 = N.250 4.5.2, g7 = N.350 3.1.4, g8 = Munal 200 1.7.1, g9 = N.250 4.6.2, g10 = N.350 3.8.9, g,11 = S. 6.4.1, g12 = S.300 8.3.1, g13 = S. 8.4.2, g14 = N.200 2.4.B.6, g15 = N.200 2.5.2, g16 = N.200 2.3.3, g17 = N.300 4.3.6 dan 3 varietas pembanding sebagai induk mutan yang diradiasi, yaitu g18 = Selayar, g19 = Nias, dan g20 = Munal dengan jumlah unit semuanya 60 unit percobaan. Analisis data dilakukan dengan analisis varian yang dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.

Benih yang telah berkecambah dengan tinggi 10 cm dipindahkan pada media arang sekam dan cocopeat pada gelas plastik (220 ml) dengan sumbu kain flanel di instalasi hidroponik. Media Hidroponik menggunakan AB Mix dengan konsentrasi satu bungkus AB Mix (1,8 kg) per 1000 liter air. pH larutan dipertahankan 5,5-6,5 dengan cara menambahkan NaOH apabila lebih rendah dari 5,5 dan HCl bila lebih tinggi dari 6,5. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Volume air untuk satu instalasi hidroponik 240 liter. Penambahan larutan hara AB Mix dilakukan setiap hari sesuai penurunan air pada bak instalasi hidroponik dari volume awal. Dosis AB Mix setiap penambahan ke dalam bak instalasi adalah melarutkan masing-masing stok a dan stok b kedalam 5 liter air kemudian mengambil 5 ml untuk setiap satu liter air yang akan ditambahkan kedalam bak instalasi.

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah spikelet (JSP), jumlah anakan produktif (JAP), persentase floret hampa (J.FH,%), jumlah biji per malai (JBM), bobot biji per malai (BBM, g), dan produksi (Prod., g)

Hasil dan PembahasanCekaman suhu tinggi pada tanaman gandum

di dataran rendah dapat menyebabkan kegagalan dalam proses pengisian biji, yang disebabkan oleh tidak terjadinya sinkronisasi antara waktu

Page 11: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

9

anthesis pada bunga jantan dan waktu reseptifnya bunga betina (Natawijaya 2012). Oleh karena itu untuk menyeleksi genotipe gandum yang adaptif pada dataran rendah dapat dilihat dari parameter komponen hasilnya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa genotipe mutan gandum berpengaruh sangat nyata pada semua karakter pengamatan.

Uji LSD0,05 menunjukkan bahwa genotipe mutan gandum hasil iradiasi sinar gamma yang

diuji lebih baik dari varietas pembanding yang tidak diiradiasi sinar gamma. Hal ini sesuai dengan penelitian Nur (2013) yang menunjukkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma 0-700 gy memperlihatkan daya kecambah yang lebih baik pada dosis 100 gy, 200 gy dan 300 gy dibanding kontrol (tidak diiradiasi sinar gamma) dengan populasi M3 pada dataran rendah keragaman genetik yang lebih tinggi (Nur 2014)

Tabel 1. Nilai rata-rata seluruh karakter pada berbagai genotipe gandum

Genotipe mutan gandum

Jumlah Spikelet

Jumlah Anakan

Produktif

Persentase Floret

Hampa (%)

Jumlah Biji Per Malai

Bobot Biji Per Malai (g)

Produksi(g.rumpun-1)

g1 (M 1.7.1) 10,58 1,73 59,88a 12,67abc 0,47 0,65g2 (N.350 3.6.2) 11,63c 2,33 59,13ab 14,17abc 0,54abc 0,80g3 (N.300 3.6.1) 11,04c 1,93 61,59a 12,67abc 0,49c 0,90g4 (N.350 3.1.3) 11,94bc 2,00 66,46 12,00a 0,44 0,88g5 (N.350 3.2.2) 11,28c 2,67b 62,52 12,67abc 0,46 0,81g6 (N.250 4.5.2) 10,97c 2,17 70,63 9,67 0,39 0,84g7 (N.350 3.1.4) 11,41c 3,17bc 54,92abc 15,42abc 0,67abc 1,71abc

g8 (M. 200 1.7.1) 9,61 2,33 35,22abc 18,67abc 0,80abc 1,29ac

g9 (N.250 4.6.2) 9,64 4,33abc 49,22abc 14,78abc 0,68abc 1,52abc

g10 (N.350 3.8.9) 11,73bc 2,00 74,46 9,00 0,36 0,71g11 (S. 6.4.1) 10,45 2,17 61,39a 12,00a 0,50ac 1,07g12 (S.300 8.3.1) 12,34bc 2,33 66,63 12,33abc 0,47 0,83g13 (S. 8.4.2) 11,24c 2,83bc 67,13 11,00 0,42 0,93g14 (N.200 2.4.B.6) 10,93c 3,94abc 56,32ab 14,00abc 0,65abc 1,53abc

g15 (N.200 2.5.2) 10,27 2,44 61,03a 11,75 0,46 0,80g16 (N.200 2.3.3) 8,97 3,00bc 63,81 9,67 0,34 0,91g17 (N.300 4.3.6) 11,26c 2,53 45,66abc 18,33abc 0,86abc 1,60abc

g18 (Selayar) (a) 11,23 2,67 71,78 9,50 0,39 0,79g19 (Nias) (b) 10,35 2,00 68,88 9,67 0,40 1,16g20 (Munal) (c) 9,56 2,17 65,85 9,67 0,38 0,87Rata-rata 10,82 2,54 61,12 12,48 0,51 1,03Genotipe ** ** ** ** ** **KK 7,42 15,68 9,20 11,55 12,23 9,20NP BNT 1,33 0,66 9,30 2,38 0,10 9,30

Keterangan : a = berbeda nyata dengan varietas Selayar pada uji BNT 0,05; b = berbeda nyata dengan varietas Nias pada ujiBNT 0,05; c = berbeda nyata dengan varietas Munal pada uji BNT 0,05.

Hasil yang diperoleh pada karakter jumlah spikelet berkisar antara 8,97-12,34 (Tabel 1). Genotipe mutan gandum yang memperlihatkan jumlah spikelet tertinggi adalah g12 (S.300 8.3.1) (12,34) diikuti oleh genotipe mutan g4 (N.350

3.1.3) (11,94), g10 (N.350 3.8.9) (11,73) berbeda nyata lebih tinggi dibanding dengan kedua varietas cek Nias dan Munal (Tabel 1).

Karakter jumlah anakan produktif memiliki kisaran 1,73-4,33 dengan rata-rata 2,54. Genotipe

Page 12: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta et al.: Seleksi Beberapa Genotipe Mutan ...

10

mutan gandum yang memperlihatkan jumlah anakan produktif tertinggi dan berbeda nyata dengan ketiga varietas cek yaitu g9 (N. 250. 4.6.2) (4,33) dan g14 (N.200 2.4.B.6) (3,94) (Tabel 1). Persentase floret hampa terendah dan berbeda nyata denga ketiga varietas cek adalah g8 (M. 200 1.7.1) (35,22 %) dengan jumlah biji/malai (18,67). (Tabel 1). Karakter bobot biji per malai memiliki kisaran 0,34-0,86 g, dengan rata-rata 0,51 g. Genotipe mutan gandum yang memiliki bobot biji tertinggi adalah g17 (N.300 4.3.6) (0,86 g) dan berbeda nyata terhadap ketiga varietas pembanding (Tabel 1). Hasil penelitian Nur et al. (2016) memeperlihatkan bahwa lokasi pengujian dengan genotipe yang diuji memperlihatkan pengaruh interaksi yang sangat nyata pada karakter persentase floret hampa, jumlah biji/malai, dan bobot biji/ tanaman. Untuk mempertahankan produktivitas gandum di bawah tekanan suhu tinggi, penelitian harus diarahkan untuk

merakit varietas atau genotipe toleran panas pada kondisi lokasi yang berbeda (Hassan et al. 2013).

Produksi menunjukkan bahwa genotipe mutan gandum tertinggi pada g7 (N.350 3.1.4) dengan hasil (1,17 g.rumpun-1), disusul oleh g17 (N.300 4.3.6) (1,60 g.rumpun-1), g14 (N.200 2.4.B.6) (1,53 g.rumpun-1), dan g9 (N.250 4.6.2) (1,52 g.rumpun-1) (Tabel 1). Keempat genotipe tersebut memilki hasil uji lanjut yang berbeda nyata lebih tinggi terhadap ketiga varietas pembanding (Tabel 1). Perbedaan genetik dari masing-masing genotipe mutan gandum yang diuji menjadi salah satu penyebab perbedaan hasil yang diperoleh. Kamal (2001) menjelaskan bahwa perbedaan produksi total disebabkan oleh perbedaan komposisi genetik dari masing-masing genotipe tanaman gandum, sehingga responnya terhadap lingkungan juga berbeda.

Tabel 2. Matriks Korelasi Antar Parameter

Karakter JSP JAP PFH JBM BBM Prod.JSP 1,00 0,24tn 0,35tn 0,09tn 0,17tn 0,22tnJAP 1,00 0,35tn 0,29tn 0,40tn 0,64**PFH 1,00 0,94** 0,92** 0,68**JBM 1,00 0,97** 0,67**BBM 1,00 0,80**Prod 1,00

Keterangan : JSP = jumlah spikelet; JAP = jumlah anakan produktif; PFH = persentase floret hampa; JBM = jumlah biji per malai; BBM = bobot biji per malai; Prod. = produksi.

Hasil analisis korelasi pada (Tabel 2) menunjukkan bahwa parameter jumlah anakan produktif dengan produksi berkorelasi positif sangat nyata, hal ini meperlihatkan bahwa kedua parameter ini memiliki hubungan keeratan yang sangat kuat, dimana semakin banyak jumlah anakan produktif maka produksinya semakin tinggi. Pada parameter persentase floret hampa nilai korelasinya terhadap produksi (Tabel 2) menunjukkan bahwa semakin rendah persentase floret hampa maka produksinya semakin tinggi. Suriani (2014) menyatakan bahwa produksi yang dihasilkan oleh tanaman gandum sangat dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah spikelet, dan jumlah floret hampa yang dihasilkan.

Nilai korelasi antara persentase floret hampa dengan jumlah biji permalai (Tabel 2) adalah 0,94** yang berarti semakin rendah nilai persentase floret hampa maka semakin banyak jumlah biji yang dihasilkan. Secara umum pada malai gandum satu spikelet mempunyai tiga floret dan masing-masing floret berisi satu biji gandum. Oleh karena itu semakin banyak jumlah spikeletnya, maka semakin banyak pula jumlah biji yang dihasilkan (Wahyu 2013).

Parameter produksi dipengaruhi oleh karakter hasil lainnya, tetapi tidak mutlak bahwa genotipe mutan gandum yang terbaik pada karakter produksi merupakan genotipe mutan gandum terbaik juga pada karakter komponen hasil. Produksi tertinggi diperoleh g7 (N.350

Page 13: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

11

3.1.4) (Tabel 1). Genotipe mutan gandum g7 memiliki bobot biji per malai yang cukup rendah yaitu (0,67 g) dengan karakter jumlah anakan produktif sebesar 3,17 urutan ketiga setelah g9 (N.250 4.6.2) dan g14 (N.200 2.4.B.6) (Tabel 1).

Genotipe mutan gandum g17 (N.300 4.3.6) memperlihatkan karakter komponen hasil terbaik pada bobot biji per malai yaitu (0,86 g), tetapi berada pada urutan kedua untuk nilai produksi (Tabel 1). Genotipe mutan gandum g14 (N.200 2.4.B.6) memiliki nilai produksi pada urutan ketiga yaitu (Tabel 1). Karakter jumlah anakan produktif pada g14 (N.200 2.4.B.6) cukup tinggi yaitu (3,94), namun memiliki persentase floret hampa yang cukup tinggi yaitu (56,32%). Menurut Putri (2013), biji hampa terjadi karena gagalnya floret berpolinasi sehingga gagal dalam membentuk biji. Kegagalan pembentukan biji disebabkan oleh pengaruh cekaman abiotik.

Genotipe g9 (N.250 4.6.2) memiliki nilai karakter jumlah anakan produktif tertinggi, tetapi memiliki jumlah biji per malai dan bobot biji per malai yang cukup rendah sehingga produksinya hanya pada urutan keempat (Tabel 1). Cekaman suhu tinggi dapat diasumsikan sebagai penyebab tanaman gagal dalam melakukan pengisian biji yang maksimal sehingga mempengaruhi jumlah produksi biji dan berat biji. Hal ini sesuai dengan pendapat Aggarwal (1991) yang menyatakan produktivitas gandum memiliki kaitan erat dengan suhu udara untuk derajat celcius kenaikan suhu udara rata-rata, hasil gandum akan turun 504 kg/ha.

Kesimpulan1. Hasil uji genotype mutan gandum pada

media hidropolik menunjukkan adanya empat genotype yang berdaya adaptasi baik pada dataran rendah yaitu N.350 3.1.4 (1,17 g.rumpun-1), N.300 4.3.6 (1,60 g.rumpun-1), N.200 2.4.B.6 (1,53 g.rumpun-1), dan N.250 4.6.2 (1,52 g.rumpun-1).

2. Karakter agronomi yang berkorelasi dengan hasil mengindentifikasikan mutan gandum dapat tumbuh pada kondisi panas pada ketinggian <100 mdpl

SaranGenotipe mutan gandum yang terseleksi perlu

dilanjutkan untuk melihat potensi produksinya pada kondisi lapangan dengan tingkat cekaman suhu yang lebih beragam pada dataran rendah.

Ucapan Terima KasihTerima kasih kepada Litbang Pertanian yang

telah membiayai kegiatan penelitian ini dalam bentuk progam KP4S.

Daftar PustakaAggarwal, P. K. 1991. Simulating growth,

development, and yield of wheat in warmer areaS. Pages 429-446 in Saunders, D.A.(ed). Wheat For Non-Tradisional Warm Area. Proc. Of the Internasional Conference, Brazil.

Aptindo. 2017. Konsumsi terigu nasional meningkat 7%. http:// www.imq21.com/news/read/121486/20130125/135804/ Aptindo-konsumsi-Terigu-Nasional-Meningkat-7-.html [3 Desember 2017]

Handoko. 2007. Gandum 2000 Penelitian dan Pengembangan Gandum di Indonesia. Seameo-Biotrop, Bogor. hlm. 30.

Hassan, M.S., G.I. Mohamed, and R. El-Said. 2013. Stability analysis of grain weight and its component of some durum wheat genotypes (Triticum durum L.) under different environments. Asian J. Crop Sci. 2:179-189

Kamal, Y. F. 2001. Parameter genetik beberapa galur introduksi padi (Oryza sativa L.) [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Laoli N, dan N. Carutini. 2017. Impor gandum 2017 diprediksi tembus 8.79 juta ton. Artikel Industr/Agribisnis [Internet].[diunduh 2017 Desember 22]. Tersedia pada http://industri.kontan.co.id/news/

Natawijaya A. 2012. Analisis genetik dan seleksi generasi awal segregan gandum (Triticum aestivum L.). [Thesis]. Bogor:Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nur A, M. Azrai, dan Trikoesoemaningtyas. 2016. Interaksi genetik x lingkungan dan variabilitas genetik galur gandum introduksi (Triticum

Page 14: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Andi Nadia Nurul Lathifa Hatta et al.: Seleksi Beberapa Genotipe Mutan ...

12

aestivum L.) di agroekosistem tropika. Jurnal Agrobiogen 10(3):93-100.

Nur A, S. Human, dan Trikoesoemaningtyas. 2014. Keragaman genetik gandum populasi mutan M3 di agroekosistem tropis. Jurnal Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol. 10 No. 1 hal. 35 – 44.

Nur A. 2013. Adaptasi tanaman gandum (Triticum aestivum L.) toleran suhu tinggi dan peningkatan keragaman genetik melalui induksi mutasi dengan menggunakan iradiasi sinar gamma [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Putri, NE. 2013. Seleksi beberapa genotipe gandum berdasarkan komponen hasil di daerah curah hujan tinggi. Jurnal Agroteknologi, Vol. 4 No. 1 : 1-6

Reynolds, M.P. 2002. Physiological approaches to wheat breeding. In B.C. Curtis, S. Rajaram, and H.G. Macpherson (Eds.). Bread Wheat

Improvement and Production. FAO, Rome. 567 pp.

Stone, P. 2001. The effects of heat stress on cereal yield and quality. p. 243-291. In A.S. Basra (ed.) Crop Responses and Adaptations to Temperature Stress. Binghamton NY. Food Products Press

Suriani. 2014. Uji Adaptasi dan karakterisasi beberapa genotipe gandum (Triticum aestivum L.) pada dataran rendah [Tesis]. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Wahyu, Y. 2013. Adaptasi genotipe gandum introduksi di dataran rendah. Bul. Agrohorti 1 (1) : 1 - 6 (2013).

Wittenberg, H. 2004. The inheritance and molecular mapping of genes for post anthesis drought tolerance (PADT) in wheat. Dissertation. Martin Luther University.

Page 15: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

13

Pemberian Air Berdasarkan Fase Pertumbuhan Tanaman terhadap Hasil dan Brix Batang Sorgum

Suwardi dan Muhammad AqilBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jln. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi SelatanEmail: [email protected]

Abstrak Pertumbuhan tanaman sorgum sangat tergantung dari ketersediaan air yang dapat diserap oleh perakaran tanaman. Tingkat kebutuhan air tanaman sorgum untuk produksi yang optimal berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruhi jumlah pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan tanaman sorgum terhadap komponen hasil, hasil, volume nira dan kadar gula brix. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Mei – September 2015 di Kebun Percobaan Bontobili, Gowa, Sulawesi Selatan. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian air pada setiap fase pertumbuhan tanaman (awal, vegetatif, pembungaan, pengkisian bij, dan pemasakan). Faktor kedua adalah jenis varietas yaitu Super 1, Super 2 dan Numbu. Pada setiap fase dilakukan pengamatan karakter tanaman seperti klorofil daun, tinggi tanaman, diameter batang, gula brix, dan hasil biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi frekuensi pemberian air dengan varietas berpengaruh nyata terhadap hasil biji dan kandungnan gula brix batang tanaman sorgum. Perlakuan pemberian air enam kali memberikan hasil 3,51 t/ha, tidak berbeda nyata dengan pemberian delapan kali per musim dengan varietas Numbu dengan hasil 3,77 t/ha. Sementara itu perlakuan pemberian air empat kali per musim dengan varietas Super 2 memberikan nilai kadar gula brix tertinggi yaitu 14,55%.

Kata kunci: pemberian air, fase pertumbuhan, sorgum, hasil, gula brix

AbstractThe growth of Sorghum plant depends on the availability of water that can be absorbed by the roots of plants. The level of sorghum plant water needs for optimal production differs according to the growth phases. The objective of the study was to determine the effect of the amount of water given to various phases of sorghum plant growth on the components of yield, yield, volume of sap and sugar content of brix. This trial was conducted in May - September 2015 at Bontobili Experimental Farm, Gowa, South Sulawesi. The treatments were arranged in a two-factor randomized completely block design (RCBD) with 3 (three) replications. The first factor was the frequency of giving water at each stage of plant growth (initial, vegetative, flowering, filling, and ripening). The second factor was varieties, namely Super 1, Super 2 and Numbu. In each phase, the character of plants such as leaf chlorophyll, plant height, stem diameter, sugar brix and grain yield were observed. The results showed that the combination of the frequency of giving water with varieties significantly affected the grain yield and the content of sugar brix stem of sorghum plants. Treatment of watering frequency of six times per season (yield =3.51 t/ha) was not significant to eight times per season by using Numbu variety (yield = 3.77 t/ha). Meanwhile the treatment of watering frequency of four times per season on Super 2 variety gave the highest brix sugar content of 14.55%.

Keywords: water supply, growth phase, sorghum, yield, brix sugar.

iklim yang menyebabkan kekeringan perlu diatasi dengan varietas sorgum yang mampu berproduksi tingi pada biomas, biji dan kadar nira, serta volume nira yang optimal. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasinya yang luas, toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Andriani dan Isnaini 2013). Tanaman

PendahuluanPerubahan iklim saat ini menyebabkan

tanaman sorgum sering terjadi kelebihan air dan kekurangan air pada fase-fase tertentu, sehinggan menyebabkan produktivitas tanaman menurun baik biomas, biji dan kadar nira serta volume nira tanaman sorgum. Dengan adanya perubahan

Page 16: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Suwardi dan Muhammad Aqil: Pemberian Air Berdasarkan Fase ...

14

sorgum berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia terutama lahan kering yang sumber airnya terbatas.

Tanaman sorgum memiliki peluang yang sangat besar sebagai bahan pangan, pakan dan sumber bietanol. Industri bioetanol memerlukan lahan untuk pertanaman sorgum manis yang luas dan harus dilakukan sepanjang tahun dan sebaiknya tidak memanfaatkan lahan-lahan yang merupakan lahan pertanaman pangan seperti jagung, kacang hijau, padi gogo (Samanhudi 2010). Pengembangan tanaman sorgum pada lahan kurang subur/marjinal akibat tergeser dengan tanaman lain seperti padi, jagung dan kacang-kacangan (Kedelai, Kacang hijau). Kendala utama pengembangan pertanian pada kawasan lahan kering yang pada umumnya didominasi oleh tanah ultisol antara lain keterbatasan atau kadar air tanah tersedia rendah.

Pada kondisi keterbatasan air tanaman sorgum dapat mengalami defisit air sehingga sulit memberikan hasil sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga berpengaruh secara langsung terhadap berbagai proses fisiologi dalam tanaman, defisit air juga mengurangi daya tanaman dalam menyerap unsur hara (Mapegau 2001). Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marjinal, relatif tahan terhadap hama penyakit, menghasilkan gula terlarut terdapat pada nira batang dan kebutuhan air tanaman sorgum lebih sedikit dibanding tanaman lain seperti 1/3 dari tanaman tebu dan ½ dari tanaman jagung, sehingga lebih efisien penggunaan airnya (Pabendon at al. 2012). Tanaman sorgum manis toleran terhadap kekeringan yang tingkat ketahanan tergantung dari fase pertubuhannya. Dalam mengatasi permasalahan pemanfaatan air khususnya untuk tanaman sorgum perlu adanya cara pemberian yang efisien dan tepat waktu sesuai fase tanaman. Dengan adanya cara pemberian air yang tepat dan efisien tersebut maka akan memperoleh produksi yang optimal. Ketepatan pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman sorgum sangat berpengaruh terhadap produksi biji dan gula brix sorgum.

Andriani dan Isnaini (2013) menyatakan bahwa fase-fase pertumbuhan tananam yaitu (1) fase vegetatif pada saat tanaman berumur 1-30 hari yang terdiri dari tahap 0, tanaman berumur 3-10 hari, tahap 1 saat pelepah daun ke-3 mulai terlihat sekitar umur 10 hari, tahap 2 saat daun ke-5 mulai terlihat pada sekitar 20 hst dan tahap ke-3 yaitu tahap deferensial titik tumbuh tanaman berumur sekitar 30 hst, (2) fase generatif yaitu tahap 4 yaitu saat munculnya daun bendera tanaman berumur sekitar 40 hst, tahap 5 yaitu telah menggelembungnya daun bendera tanaman berumur sekitar 50 hst, tahap 6 yaitu tanaman telah berbunga 50% pada saat tanaman bermur sekitar 60 hst, (3) fase pembentukan dan pemasakan biji berlansung 3 tahap yaitu tahap 7 biji masak susu pada saat tanaman berumur sekitar 70 hst, tahap 8 pengerasan biji tanaman berumur sekitar 85 hst, dan tahap 9 biji matang fisiologis pada saat tanaman berumur sekitar 95 hst.

Aqil at al. (2001) melaporkan bahwa periode pertumbuhan tanaman dibagi atas 5 fase yaitu fase pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20 hari), fase pengisian biji (35-45 hari) dan fase pematangan (10-25 hari). Sorgum setelah ditanam sebaiknya diberikan air sesuai kebutuhannya pada fase-fasenya, yaitu pada saat lengas tanah diantara titik layu permanen dan kapasitas lapang, sehingga hasil optimal.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan tanaman sorgum terhadap komponen hasil, hasil biji, volume nira dan kadar gula brix.

Bahan dan MetodePercobaan ini dilaksanakan pada bulan

Mei–September 2015 di KP. Bontobili Kabupaten Gowa. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pengairan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman. Perlakuan ini menggunakan tiga taraf yaitu P1 (delapan kali pemberian air), P2 (enam kali pemberian air) dan P3 (empat kali pemberian

Page 17: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

15

air). Faktor kedua jenis varietas yaitu A= varietas Super 1, B= varietas Super 2, dan C= varietas Numbu. Frekuensi pemberian air pada setiap fase dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan frekuensi pemberian air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman

No Fase pertumbuhanFrekuensi pemberian air (kali)

P1 P2 P312345

Pertumbuhan awalVegetatifGeneratifPengisian bijiPemasakan

11221

11121

1111

Total 8 6 4

Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga varietas tersebut masih memiliki kecukupan air untuk mendukung pertumbuhannya. Aqil dan Zainuddin (2013) menyatakan bahwa kekurangan air pada fase vegetatif akhir tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan fase generatif.

Varietas Super 1 pada 75 hst mengalami penurunan tinggi tanaman seiring berkurangnya jumlah pemberian air. Hal sebaliknya pada varietas Super 2 dimana semakin berkurang frekuensi pemberian airnya namun pertambahan tinggi tanaman terus berlangsung (Tabel 2). Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat genetik setiap varietas yang berbeda-beda walaupun ditanam pada lingkungan yang sama. Pabendon (2013) melaporkan bahwa varietas Super 2 mempunyai karakter fenotifik yang khas dimana tanaman bertambah tinggi hingga 230 cm, lebih tinggi dibandingkan varietas lain yang tingginya umumnya dibawah 180 cm. Tesso (2011) menyatakan bahwa tanaman yang tinggi memiliki jumlah daun lebih banyak dan luas area daun yang lebih besar untuk mendukung produksi yang optimal. Azrai dan Sunarti (2013) juga melaporkan pengaruh genetic lebih dominan dalam mementukan karakter tinggi tanaman sorgum.

Nilai klorofil daun dari berbagai jumlah pemberian air pada 30 dan 75 hst berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini menujukkan bahwa dari berbagai varietas memiliki pengaruh terhadap jumlah pemberian air terhadap nilai klorofilnya.

Benih Sorgum varietas Super 1. Super 2 dan Numbu ditanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm (3 biji per lubang). Ukuran petak 9 m x 4 m (4 baris/varietas x 3 total per petak 12 baris. Tiap baris 16 tanaman) dan jumlah 12 petak dengan jarak antar petak 1 meter. pada umur 14 hst dijarangkan menjadi 1 tanaman. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pemupukkan pertama dilakukan pada 10 hst takaran pupuk 150 kg/ha urea. 100 kg/ha P. 100 kg KCl/ha dan pemupukan kedua dilakukan pada 30 hst dengan pemberian 150 kg/ha urea. Penyiangan/pembumbunan dilakukan 2 (dua) kali pada umur 10 hst dan 35 hst.

Pemanenan batang sorgum dan biji sorgum dilakukan setelah masak fisiologis yaitu ditandai biji telah mengeras dengan memotong malai untuk panen biji. Pemanenan brangkasan (batang) dilakukan setelah pemanenan malai dengan cara pemotongan batang ruas pertama diatas permukaan tanah. Pengambilan sampel 10 tanaman setiap petak perlakuan. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, klorofil daun, diameter batang, lebar malai, Panjang malai, produksi biji, kadar air, bobot 1000 biji, volume nira 1 kg batang serta kadar gula brix.

Hasil dan PembahasanHasil uji Anova menunjukkan bahwa frekuensi

pemberian air tidak memperlihatkan adanya perbedaan tinggi tanaman pada pengamatan 30 hst. Namun demikian seiring pertambahan umur tanaman, perlakuan memperlihatkan hasil yang berbeda nyata pada umur 75 hst.

Page 18: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Suwardi dan Muhammad Aqil: Pemberian Air Berdasarkan Fase ...

16

Nilai klorofil daun berdasarkan pengukuran SPAD rata-rata > 40, mengindikasikan bahwa walaupun kondisi lahan kering dan pemberian air terbatas namun system transortasi makanan tetap berjalan dengan baik (Xu et al. 2000; Awala and Wilson

2005). Namun demikian, kandungan klorofil daun akan menurun seiring penuaan tanaman. Haboudane et al. (2002) menyarankan bahwa tingkat klorofil daun dapat dijadikan indicator untuk menentukan waktu panen sorgum manis.

Tabel 2. Tinggi tanaman. nilai klorofil daun. diamater batang dan jumlah daun dengan jumlah frekuensi pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan tanaman.

PerlakuanTinggi tanaman

30 hst(cm)

Nilai klorofil daun 30 hst

(unit)

Tinggi tanaman 75 hst(cm)

Nilai klorofil daun 75 hst

(unit)Jumlah daun

75 hst

P1A 18,94a 42,82a 194,06ab 50,69a 9,83aP1B 15,83a 40,14b 160,33b 49,15ab 9,27abP1C 19,78a 42,68a 162,44b 49,21ab 9,11abP2A 20,50a 42,87a 188,16ab 43,46c 9,11abP2B 17,06a 40,04b 213,45ab 45,81bc 8,38bP2C 24,17a 41,62ab 161,56b 50,21ab 9,33abP3A 21,11a 43,32a 183,22ab 46,17bc 9,66abP3B 19,00a 39,81ab 247,39a 44,34c 8,44bP3C 21,17a 41,64ab 159,61b 46,15bc 9,22ab

Keterangan: P1A = pemberian air 8 kali varietas Super 1, P1B = pemberian air 8 kali varietas Super 2, P1C = pemberian air 8 kali varietas Numbu, P2A = pemberian air 6 kali varietas Super 1, P2B = pemberian air 6 kali varietas Super 2, P2C = pemberian air 6 kali varietas Numbu P3A = pemberian air 4 kali varietas Super 1, P3B = pemberian air 4 kali varietas Super 2, P3C = pemberian air 4 kali varietas Numbu

Hasil analisis hasil biji, karakter malai dan diameter batang menunjukkan hasil yang berbeda nyata anta perlakuan (Tabel 2 dan Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa total dan fase pemberian air berpengaruh terhadap parameter tersebut. Produksi tertinggi varietas Super 1 (1,86 t/ha) pada perlakuan P3 (pemberian air 6 kali) lebih tinggi dibanding perklakuan P1 dan P2, varietas Super 1 dengan pemberian air yang sedikit (4 kali) mampu produksi lebih tinggi hal ini menunjukkan varietas tersebut dengan pemberian air yang tinggi kurang berpengaruh terhadap hasil biji. Varietas Super 2 nilai produksi tertinggi (1,84 t/ha) dengan pemberian air 4 kali lebih tinggi dibanding perlakuan air, hal ini menunjukkan bahwa varietas Super 2 juga kurang berpengaruh yang siknifikan terhadap pemberian air tinggi.

Varietas Numbu (3,77 t/ha) dengan perlakuan P1 (total pemberian air 8 kali) dibanding perlakuan (P2 dan P3), hal ini menunjukkan bahwa varietas Numbu dengan pemberian air tersebut akan memberikan hasil yang optimal/tinggi. Pada Varietas numbu, pengurangan frekuensi pemberian air signifikan menurunkan produksi biji. FAO (2001) menyatakan bahwa defisit air pada fase vegetatif akhir dan fase pemasakan relatif tidak mempengaruhi hasil panen. Penurunan hasil terbesar terjadi apabila kekurangan air terjadi pada fase pembungaan dan pengisian biji yang dapat menurunkan hasil panen sampai 50%. Hal ini disebabkan karena penyerbukan tidak terjadi dan mengeringnya sebagian besar malai.

Page 19: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

17

Tabel 3. Produksi biji. panjang dan lebar malai serta diameter batang pada berbagai frekuensi pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan tanaman.

PerlakuanProduksi biji (t/

ha)Panjang malai

(cm)Lebar malai

(cm)Diameter batang

(cm)P1A 1,73c 22,08a 4,83ab 9,83aP1B 1,53c 19,80abc 5,16ab 9,27abP1C 3,77a 16,16de 6,16a 9,11abP2A 1,55c 18,91bcd 5,83a 9,11abP2B 1,52c 20,36ab 4,00b 8,38bP2C 3,51a 17,00cde 5,00ab 9,33abP3A 1,86c 20,79ab 5,00ab 9,66abP3B 1,84c 18,21bcd 4,66ab 8,44bP3C 2,68b 14,83e 5,83a 9,22ab

berbagai varietas dan jumlah pemberian air tidak berbeda nyata, namun jumlah daun berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dari berbagai jumlah pemberian air pada berbagai varietas kemampuan tanaman terhadap pembentukan diameter batang memiliki kemampuan yang sama, meskipun ketersediaan air dalam tanah berbeda.

Analisis panjang dan lebar malai menunjukkan bahwa dari berbagai varietas dan total pemberian air berbeda nyata. Nilai tertinggi diperoleh pada varietas Super 1 (22,08 cm) dengan frekuensi pemberian air 8 kali, sedangkan terendah pada varietas Numbu (14,83 cm) pada P3 (pemberian air 4 kali). Lebar malai tertinggi varietas Numbu (6,16 cm) pada pemberian air 8 kali dan terendah varietas Super 2 (4,00 cm). Diameter batang dari

Gambar 1. Pengaruh frekuensi pemberian air terhadap hasil tiga varietas sorgum manis.

Kadar air panen nilai tertinggi varietas Super 2 (11,20%) perlakuan P1 (8 kali pemberian air) dan terenda varietas Numbu (8,53%). Bobot 1000 biji nilai tertinggi varietas Numbu (38,30 g) pada perlakuan P1 (pemberian air 8 kali)

dan nilai terendah varietas Super 2 ( 25,53 g) pada perlakuan P2 (pemberian air 6 kali). Pada berbagai perlakuan pemberian air kadar air dan bobot 1000 biji sangat bervariasi antar varietas.

Page 20: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Suwardi dan Muhammad Aqil: Pemberian Air Berdasarkan Fase ...

18

Tabel 4. Kadar air, bobot 1000 biji. volume nira. kadar gula brix pada berbagai perlakuan pemberian air

PerlakuanKadar Air

(%)Bobot 1000 biji

(g)Volume Nira 1 kg

BatangKadar Gula Brix

(%)P1A 8,53c 29,00cd 310,00a 11,47abP1B 9,90abc 24,93d 170,00bcd 12,17abP1C 11,20a 38,30a 230,00abc 10,44bP2A 8,70c 26,16d 226,67abc 11,17abP2B 9,90ab 25,53d 103,33d 13,04abP2C 10,33ab 32,83bc 260,00ab 11,19abP3A 9,16bc 29,556cd 300,00a 13,71abP3B 9,43bc 26,83d 118,33cd 14,55aP3C 10,56ab 35,96ab 266,67ab 10,44b

brix batang. Perlakuan pemberian air sebanyak empat kali per musim dengan varietas Super 2 memberikan nilai kadar gula brix tertinggi yaitu 14,55%. Penambahan frekuensi pemberian air tidak menaikkan gula brix batang sorgum manis. Diperlukan analisis lanjutan pengaruh waktu panen (pagi/sore) serta musim (hujan/kemarau) terhadap dinamika gula brix batang.

Daftar PustakaAlmodares, R. Taheri, and S. Adeli. 2008. Stalk

yield and carbohydrate composition of sweet sorghum (Sorghum bicolor L. Maoench) cultivars and lines at different growth stages. Journal of Malesian Applied Biology, vol. 37, pp. 31–36, 2008.

Andriani A. dan M. Isnaini. 2013. Morfologi dan fase pertumbuhan sorgum. Bunga Rampai. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 47-68.

Aqil M, dan B. Zainuddin. 2013. Pengelolaan air tanaman sorgum. Bunga Rampai Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor

Aqil M, A. Prabowo, U. F. Imam, Riyadi dan Suwardi. 2001. Rekayasa irigasi sederhana berbahan lokal untuk tanaman pangan dan hortikulutura. Prosiding Seminar Regional.

Volume nira dalam 1 (satu) kilo gram nilai tertinggi varietas Super 1 (310 ml) pada perlakuan P1 (pemberian air 8 kali) dan terendah varietas Super 2 (103,33 ml) pada perlakuan P2 (pemberian air 6 kali). Kadar gula brix tertinggi varietas Super 2 (14,55) pada perlakuan P3 (pemberian air 4 kali), Hal ini menunjukkan bahwa varietas Super 2 dengan pemberian air 4 kali menghasilkan kadar gula brix lebih tinggi dibanding varietas Super 1 dan Numbu. Oiyer et al. (2017) dan Almodares et al. (2008) menyatakan bahwa waktu panen dan genotype merupakan dua faktor utama yang mempengaruhi volume nira. Lebih lanjut, volume nira dan kandungan gula brix berpengaruh terhadap produksi etanol. Puncak volume nira tertinggi terjadi antara 20-25 hari setelah pembungaan.

KesimpulanTingkat kebutuhan air tanaman sorgum

berbeda berdasarkan fase pertumbuhan tanaman dan jenis varietas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi frekuensi pemberian air dengan varietas berpengaruh nyata terhadap hasil biji. Varietas Numbu dengan perlakuan pemberian air sebanyak enam dan delapan kali secara statistic tidak berbeda nyata dengan hasil biji masing -masing 3,51 t/ha dan 3,77 t/ha. Oleh karena itu direkomendasikan untuk pemberian air optimal enam kali dengan varietas Numbu untuk produksi biji. Sementara itu, frekuensi pemberian air tidak berkorelasi linier dengan tingkat kemanisas/

Page 21: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

19

Pengembangan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi di Sulawesi Tengah. Palu. Hal. 164.

Awala, S.K. and J.P. Wilson. 2005. Expression and segregation of Stay-Green in pearl millet. Int. Sorghum and Millets Newsl., 46: 97-100.

Azrai, M. dan S. Sunarti. 2013. Pembentukan varietas unggul baru sorgum. Bunga Rampai Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor

FAO. 2001. Crop Water Management-Maize. Land and Water Development Division (www.fao.org). p. 3-8.

Haboudane, D., J. R. Miller, N. Tremblay, P. J. Zarco-Tejada, and L. Dextraze. 2002. “Integrated narrow-band vegetation indices for prediction of crop chlorophyll content for application to precision agriculture,” Remote Sensing of Environment, vol. 81, no. 2-3, pp. 416–426, 2002.

Mapegau. 2001. Pengaruh pupuk kalium dan kadar air tanah tersedia terhadap serapan hara tanaman jagung kultivar Arjuna. Jumal Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 3, No. 2, 2001. 107-110.

Moses Owuor Oyier,1 James O. Owuoche. 2017. Effect of harvesting stage on sweet sorghum (Sorghum bicolor L.) genotypes in Western Kenya. Hindawi Scientific World Journal Volume 2017.

Pabendon M. B, S. Mas’ud, Rosalla S., S. Sarungallo dan Amin Nur. 2012. Penampilan fenotipik dan stabilitas sorgum manis untuk bahan baku bioetanol. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 31 No. 1.

Pabendon, MB, Santoso SN dam Subekti NA, 2013. Prospek sorgum manis sebagai bahan baku bioetanol. Bunga Rampai Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor

Samanhudi. 2010. Pengujian cepat ketahanan tanaman sorgum manis terhadap cekaman kekeringan. Agrosains 12; 9-13.

Tesso, T.A, Tirfessaand H. Mohammed. 2011. Association between morphological traits and yield components in the Durra sorghums in Ethiophia. Hereditas 148:98-109.

Xu, W., D.T. Rosenow and H.T. Nguyen. 2000. Stay green trait in grain sorghum: Relationship between visual rating and leaf chlorophyll concentration. Plant Breed., 119: 365-367.

Page 22: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Bahtiar dan Syuryawati: Tanggapan Penyuluh Pertanian ...

20

Tanggapan Penyuluh Pertanian terhadap Pembangunan Industri Tepung Jagung di Kabupaten Bantaeng

Bahtiar dan SyuryawatiBalai Penelitian Tanaman Serealia

Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi SelatanEmail: [email protected]

AbstrakPenyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang tersebar di pelosok pedesaan sangat potensil menjadi pembimbing petani dalam melakukan aktivitas usahatani jagung, tidak terbatas pada aktivitas bercocok tanam saja, tetapi juga pada pembinaan dalam pemasaran hasilnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon PPL terhadap potensi pasokan bahan baku jagung ke industri tepung jagung di kabupaten Bantaeng. Penelitian menggunakan pendekatan Focus Group Discussion di setiap kabupaten. Penelitian ini dilaksanakan pada 6 kabupaten yaitu Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, dan Soppeng dengan pertimbangan bahwa terdapat peluang jagung dipasarkan ke kabupaten Bantaeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon PPL bervariasi dari sangat setuju sampai agak setuju. Di kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, seluruh PPL berpendapat sangat setuju dan mendukung dengan pertimbangan bahwa, selain biaya pengangkutan yang lebih murah karena jarak antara produsen jagung dengan pabrik relatif dekat, juga industri tepung jagung memerlukan jagung dalam jumlah yang banyak, sehingga dipandang sebagai pasar potensil yang dapat mengangkat harga jagung di tingkat petani. Di kabupaten Jeneponto, Sinjai, dan Bone sebagian PPL sangat setuju dan sebagian hanya memberi penilaian setuju. PPL yang sangat setuju didaerah tersebut beralasan pedagang dapat mengalihkan penjualan jagungnya ke Bantaeng apabila harga yang ditawarkan oleh industri tepung jagung minimal sama dengan penawaran pasar yang tersedia. Lain halnya di kabupaten Soppeng 60% PPL berpendapat kurang setuju dengan pertimbangan jaraknya jauh dan juga terdapat pasar jagung potensil yang dapat menyerap produksi jagung di kabupaten Soppeng yaitu peternak ayam di Sidrap dan eksportir antar pulau di pelabuhan Pare-Pare, serta industri pakan ternak di Kawasan Industri Makassar.

Kata kunci: industri tepung jagung, respon PPL, pemasaran jagung.

AbstractField Agricultural Extension Workers (FAEW) scattered in rural areas are very potential to be farmers’ mentors in conducting corn farming activities, not only limited to farming activities, but also in coaching in the marketing of the results. The objective of this study was to determine the response of FAEW to the potential supply of raw materials for corn to the corn flour industry in Bantaeng district. Implemented with the Focus Group Discussion approach in each district. This study was carried out in 6 districts, namely Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, and Soppeng with the consideration that there was a chance that corn would be marketed to Bantaeng district. The results showed that the FAEW response varied from strongly agree to somewhat agree. In Bantaeng and Bulukumba districts, all FAEWs were of the utmost agreement and support with the consideration that, in addition to cheaper transportation costs because the distance between corn producers and factories was relatively close, also the corn flour industry needed large amounts of corn, which was considered a potential market that can raise the price of corn at the farm level. In Jeneponto, Sinjai, and Bone districts some FAEWs strongly agree and some just give an agree rating. FAEW who strongly agree in the area argued that traders can divert corn sales to Bantaeng if the price offered by the corn flour industry is at least equal to the available market offer. Another case in Soppeng district, 60% of FAEWs thought that they do not agree with the long distance and there is also a potential corn market that can absorb corn production in Soppeng regency, namely Sidrap chicken farmers and inter-island exporters in Pare-Pare port, and the animal feed industry in Makassar Industrial Area.

Keywords: corn flour industry, FAEW response, corn marketing.

Page 23: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

21

PendahuluanSaat ini sudah mulai bermunculan industri

makanan: nasi jagung, krifik jagung, susu jagung, es krim jagung, saus dan juga custard sebagai isian kue maupun untuk pelengkap puding jagung yang membutuhkan tepung jagung untuk pembuatan (Nuhung 2016; www.markaindo.co.id, 2017a). Keunggulan jagung sebagai bahan makanan antara lain: mempunyai kandungan serat tinggi yang bermanfaat untuk pencegahan penyakit diabetes, dapat dicampur dengan terigu dengan perbandingan 1:3 untuk berbagai kue-kue kering, tepung jagung dapat membuat masakan renyah (WWW.markaindo.co.id 2017b).

Pelibatan swasta dalam pembangunan ketahanan pangan mendukung Nawacita Presiden Jokowi JK sangat diperlukan. PT. Inensunan Mills Indonesia, tahun 2016 mendapat kesempatan untuk membangun pabrik tepung yang berkapasitas 100 ton per hari yang rencananya beroperasional di tahun 2017 (Baramuli 2016a). PT. Inensunan Mills Indonesia membangun pabrik tepung dengan prinsif tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga ingin berpartisifasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui berbagai kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti penyerapan hasil panen, penyerapan tenaga kerja dalam seluruh rangkaian kegiatan (Baramuli 2016b).

Peranan industri pengolahan jagung sangat banyak antara lain menjadi salah satu alternatif pasar yang diharapkan dapat mengurangi tingkat fluktuasi harga jagung di tingkat petani, penyedia alternatif bahan makanan mendukung diversifikasi menu, menjadi arah dan tantangan bagi lembaga penelitian untuk melahirkan varietas-varietas spesifik yang mempunyai kualitas biji yang baik untuk kesehatan manusia (Bahtiar 2016).

Salah satu komponen masyarakat yang paling diharapkan memberi dukungan adalah tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) karena: 1) Pendidik dan pemimpin petani dalam berusahatani, 2) Mitra petani dalam perencanaan kegiatan musiman, 3) Mitra petani dalam

pemasaran hasil pertanian, dan 4) Penyampai informasi teknologi pertanian melalui berbagai aktivitas riil di lapangan dan agen pembaharu di pedesaan (Kartasapoetra 1994; https://wordpress.com/2010; Wowor 2013; Titahena 2001; Murdiyani 2001; Suhardiyono 1992; Rufaidah, Zahri, Sriati, dan Rizal 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon dan reaksi Penyuluh Pertanian Lapangan terhadap pembangunan pabrik tepung jagung di kabupaten Bantaeng.

Bahan dan Metode

1. Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni

sampai Desember 2016 dengan menggunakan metode survei pada enam kabupaten sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan, yaitu Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, dan Soppeng. Penetapan lokasi tersebut didasari pertimbangan bahwa daerah tersebut yang mempunyai peluang besar untuk mensuplai jagung ke kabupaten Bantaeng karena jaraknya yang lebih dekat dibanding ke pusat-pusat pembelian jagung besar lainnya di Sulawesi Selatan.

2. Penentuan RespondenResponden adalah Penyuluh Pertanian

Lapangan yang senior yang dipandang mempunyai pengalaman dan kinerja dalam menjalankan tugasnya. Kriteria responden adalah Penyuluh senior di tingkat kecamatan (PPK). Asal responden dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pendapat dari berbagai penyuluh yang tersebar di beberapa kabupaten sekitar Bantaeng terhadap rencana pendirian pabrik tepung jagung di Bantaeng. Melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian setempat dapat dihadirkan responden yang berkompoten dalam setiap pelaksanaan FGD di masing-masing kabupaten. Mereka berasal dari kecamatan sentra produksi jagung. Jumlah responden setiap kabupaten melebihi target dan bervariasi dari 6 PPL sampai 10 PPL dengan latar belakang PPL Tanaman Pangan (Tabel 1).

Page 24: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Bahtiar dan Syuryawati: Tanggapan Penyuluh Pertanian ...

22

Tabel 1. Penyebaran Responden pada kegiatan peranan PPL dalam penyediaan jagung bagi industri tepung Jagung, 2016

Kabupaten Jumlah (PPL) Kecamatan yang mewakili

Jeneponto 10 Bangkala Barat, Binamo, Tammalatea, Bonto Ramba, Kelara.Bantaeng 9 Bissapu, Sinoa, Ermerase, Pa’jukukang, Gattarengkeke, Bulukumba 7 Herlang, Bontotiro, Bontobahari, Kajang, Ujung Loe

Sinjai 8 Sinjai Utara, Sinjai Timur, Bulupoddo, Sinaji Tengah, Sinjai Selatan

Bone 6 Kahu, Kajuara, Libureng, Salomekko, PatimpengSoppeng 10 Marioriwawo, Ganra, Lilirilaja, Lilirilau, Citta

sangat setuju. Skala tersebut dilengkapi dengan penjelasan sebab akibat yang mempengaruhinya. Tanggapan positif semakin baik semakin besar nilanya, sedangkan tanggapan negatif semakin jelek semakin rendah nilainya (Mueler, D.J., 1996). Skor Skala Litkert dirumuskan sebagai berikut:

∑i1-5nix biSkor = ------------- N

Keterangan: Skor = 1 sampai 5, semakin besar skornya

semakin setujuh/sesuai. ni = Jumlah responden pada i

bi = Bobot penilaian pada i

N = Jumlah Responden

Hasil dan PembahasanPembahasan dalam penelitian ini difokuskan

pada empat hal yang terkait dengan PPL yaitu: penyebarannya, identitasnya, dukungan dan tanggapanya terhadap pembangunan pabrik tepung jagung di kabupaten Bantaeng.

a. Identitas RespondenKemampuan penyuluh dalam memotivasi

petani sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, pendidikan, pengalaman dan modal yang dimiliki (Titahena 2001). Sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan memerlukan kemahiran berkomunikasi dan berinteraksi dengan petani (Suhardiyono 1992; Chambers 1983). Selain itu juga harus memiliki jiwa

3. Pengumpulan DataPen deka t a n ya n g dig u n a ka n da l a m

pengumpulan data adalah pendekatan Forum Group Discussion (FGD) dengan pertimbangan data yang ingin digali adalah data tidak tertulis tetapi merupakan pengetahuan dari responden. Pendekatan ini dinilai lebih efisien waktu dan biaya dibanding dengan pendekatan wawancara karena respondennya adalah pakar yang mengetahui kondisi obyek yang diteliti, sehingga diberikan kesempatan untuk menceritakan proses yang terjadi dalam sistim produksi dan pemasaran jagung di tingkat petani.

Tiga informasi/data yang difokuskan pada tingkat PPL yaitu: identitas PPL yang menggambarkan potensinya untuk melaksanakan tugas penyuluhan, tanggapanya terhadap pembangunan pabrik tepung di Bantaeng terkait dengan persaingan pasar jagung di tingkat petani, dan peran yang diharapkan dilakukan sebagai pendukung pembangunan pabrik tepung jagung di Bantaeng.

4. Analisa dan Penyajian DataData dan informasi yang diperoleh diedit,

ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Untuk mengetahui respon atau tanggapan, dilakukan dua analisis yaitu analisis persentase dan analisis skoring berdasarkan klasifikasi skala Likert. Analisis persentase menunjukkan jumlah responden yang mempunyai pendapat yang sama, sedang analisis skoring menunjukkan pernyataan penilaian yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju, dan 5 =

Page 25: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

23

kepemimpinan yang dapat memotivasi dan menggerakkan petani (Syahyuti 2006), kepercayaan diri yang tinggi dan keinginan untuk mentransfer teknologi ke pengguna (Kartasapoetra 1994). Kondisi tersebut terbentuk dengan sendirinya apabila PPL memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh pertanian lapangan.

Berdasarkan identitas, dapat diketahui bahwa kemampuan PPL berkomunikasi dan berinteraksi dengan petani cukup memadai karena telah ditunjang oleh pendidikan dan pengalaman yang

banyak. Eksistensi PPL berdasarkan umur dapat dikategorikan terancam, karena sebagian besar sudah berada pada umur menjelang pensiun (>45 tahun) sementara pengangkatan sangat terbatas. Di kabupaten Jenepontoh 40%, di Bantaeng 45% di Bulukumba 57%, bahkan di Sinjai mencapai 62% yang berumur lebih dari 45 tahun. Dengan demikian persentase PPL yang telah berpengalaman selama lebih 30 tahun menjalankan tugas sebagai penyuluh juga rata-rata diatas 40%, bahkan di kabupaten Bone dan Soppeng mencapai 80% (Tabel 2).

Tabel 2. Identitas responden pada studi peranan PPL terhadap pembangunan pabrik tepung jagung di kabupaten Bantaeng, 2016

Identitas Penyuluh Pertanian Lapangan

Kabupaten (%)Jeneponto

n=10Bantaeng

n=9Bulukumba

n=7Sinjai n=8

Bone n=6 Soppeng n=10

Umur (th) : < 45 tahun 60 55 43 38 83 60 = 45 tahun 0 0 0 0 0 20 > 45 tahun 40 45 57 62 17 20Pendidikan (thn): SM 20 0 28 25 33 20 S1 80 100 71 75 67 60 S2 0 0 1 0 0 20Pengalaman (thn): < 30 thn 40 55 0 0 0 0 = 30 thn 20 0 28 37 17 20 > 30 thn 40 45 72 63 83 80Pekerjaan sampingan Bertani 80 44 100 100 100 100 Berdagang 20 0 28 37 33 0 Mengajar 0 0 0 25 0 0Fungsional: Penyuluh Muda 0 22 0 0 0 0Penyuluh Madya 60 44 80 62 67 80Penyuluh Utama 40 34 20 38 33 20Alat transfortasi: Sepeda 100 100 100 100 100 100 Roda 2 100 100 100 100 100 100 Roda 4 20 44 43 25 17 40

Page 26: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Bahtiar dan Syuryawati: Tanggapan Penyuluh Pertanian ...

24

Identitas Penyuluh Pertanian Lapangan

Kabupaten (%)Jeneponto

n=10Bantaeng

n=9Bulukumba

n=7Sinjai n=8

Bone n=6 Soppeng n=10

Pengalaman Training Frekuensi < 5 20 44 0 0 17 0 Frekuensi = 5 0 22 43 25 33 20 Frekuensi > 5 80 34 57 75 50 80

daerah, sehingga banyak PPL beralih fungsi dari tugas fungsional ke tugas struktural (Wowor 2013). Walaupun dengan kondisi demikian, PPL masih sangat diharapkan melakukan tugas-tugas penting dalam pembangunan pertanian.

Te r k a i t d e n g a n p e n d i r i a n p a b r i k tepung jagung di kabupaten Bantaeng, PPL memungkinkan dapat berperan aktif melakukan dukungan terhadap ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh industri tepung. Bentuk dukungan yang dapat dilakukan adalah membina petani dalam hal bercocok tanam dengan teknologi modern, dalam pasca panen agar tidak terkontaminasi dengan jamur aflatoxine, melakukan pendekatan kepada pedagang yang ada di daerahnya agar turut bersama-sama mengembangkan industri tepung jagung di Bantaeng. Aktivitas PPL yang terkait langsung atau tidak langsung dengan industri tepung jagung adalah memantau kemajuan perjagungan di wilyah kerjanya, membimbing petani menerapkan teknologi bercocok tanam dan teknologi pasca panen jagung, dan mengkordinasikan penyediaan saprotan dan pemasaran hasil.

Aktivitas PPL di enam kabupaten terlihat sangat jelas. Di kabupaten Jeneponto, seluruh PPL mengetahui potensi produksi jagung di wilyahnya, mengetahui teknologi bercocok tanam modern, mengetahui keberadaan pedagang, namun yang akrab dengan pedagang hanya 20%. Lain halnya di Bantaeng, Bone dan Soppeng PPL yang akrab dengan pedagang sudah mencapai lebih dari 40% (Tabel 3). Kondisi tersebut merupakan potensi SDM yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sistem pemasaran jagung yang memihak kepada industri tepung jagung di Bantaeng.

Perbaikan status PPL melalui peningkatan pendidikan tergambar cukup baik. Hal ini dimungkinkan karena adanya perguruan tinggi di daerah yang dapat menampung mahasiswa dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat, sehingga PPL dapat melanjutkan pendidikan dengan biaya sendiri. Di semua kabupaten persentase PPL yang berpendidikan S1 lebih besar dari 60% bahkan di kabupaten Soppeng 20% berpendidikan S2. Hal ini menggambarkan potensi pendidikan sudah cukup memadai dan juga mengangkat status fungsionalnya ke jenjang yang lebih tinggi (penyuluh Utama) mencapai rata-rata di atas 20%, bahkan dikabupaten Jenepontoh mencapai 40%.

Kemudian yang sangat menunjang mobilitas PPL dalam menjalankan tugasnya adalah kendaraan yang dimiliki. Kendaraan yang dimaksud ada yang berstatus kendaraan dinas (Motor) tetapi juga ada yang milik pribadi. Untuk kendaraan roda 4 semuanya milik pribadi yang jumlahnya 17 sampai 43% PPL memiliki kendaraan roda 4.

b. Dukungan Penyuluh Pertanian LapanganTenaga Penyuluh Pertanian Lapangan merupakan

aparat pertanian terdepan yang berhadapan langsung dengan petani (Faqih 2014). Di jaman Bimas tahun 80-an dikenal sebagai ujung tombak dalam mencapai swasembada beras tahun 1984 (Jamal 2016), program penyuluhannya terencana dan terukur melalui kunjungan lapangan dan melaporkan dalam agenda pertemuan penyuluhan (https://wordpress.com/2010). Tetapi dalam perkembangannya mengalami banyak perubahan, dan yang paling berpengaruh terhadap kinerja PPL adalah adanya peralihan status kepegawaian dari pusat ke daerah yang penanganannya tidak maksimal oleh pemerintah

Page 27: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

25

Tabel 3. Tugas yang diharapkan dari PPL mendukung pabrik tepung jagung di Bantaeng, 2016

Tugas yang diharapkanKabupaten (%)

Jeneponto n=10

Bantaeng n=9

Bulukumba n=7

Sinjai n=8

Bone n=6

Soppeng n=10

Mengetahui luas tanam dan produksi jagung di wilayah kerjanya 100 100 100 100 83 100

Mengetahui tingkat produktivitas jagung di wilayah kerjanya 100 100 42 48 83 100

Mengetahui teknologi budidaya modern dan teknologi yang diterapkan petani

100 55 42 48 67 80

Mengetahui teknologi pasca panen dan yang diterapkan petani 100 89 42 48 50 80

Mengetahui jumlah pedagang jagung diwilayah kerjanya 100 78 100 100 67 100

Akrab dengan pedagang jagung di wilayah kerjanya 20 44 14 32 50 40

Mempunyai bakat/jiwa bisnis hasil-hasil pertanian 20 44 14 16 33 20

Berperanan dalam penyediaan saprodi 100 100 100 100 100 100Berperanan dalam penjualan hasil 0 0 0 16 0 0Akrab dengan pemilik kendaraan pengangkut jagung 0 0 0 16 0 0

Mengetahui permasa lahan pemasaran jagung 100 100 100 87 100 100

sangat setuju (Tabel 4). Hal itu dapat dipahami karena terbuka pasar baru di daerahnya. Jagung di kabupaten Bantaeng dan Bulukumba selama ini pemasarannya ke Gudang Penampungan di kabupaten Gowa atau ke Industri Pakan Ternak di Kawasan Industri Makassar (KIMA) dapat beralih ke Industri Tepung Jagung di Bantaeng. Dengan demikian biaya transportasi dapat dihemat dan diharapkan dapat memicu peningkatan harga di tingkat petani.

Lain halnya dengan respon PPL di kabupaten Jeneponto, Bone, Sinjai, dan Soppeng. Di Jeneponto hanya 20% sangat setuju, 40% setuju, dan 40% agak setuju. Di kabupaten Bone dan kabupaten Sinjai persentase PPL yang sangat setuju lebih tinggi, sedang di Kabupaten Soppeng 60% setuju dan 40% agak setuju. Pertimbangan dari masing PPL di setiap kabupaten hanya ada dua yaitu jarak dan harga jagung. Jarak berkaitan dengan biaya transfortasi. Kabupaten

Satu hal yang sesungguhnya kurang dimiliki PPL adalah jiwa bisnis yang rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, hampir seluruh PPL tidak berperanan dalam penjualan hasil kecuali di kabupaten Sinjai terdapat 16% PPL yang terlibat dalam penjualan hasil jagung. Hal ini dapat dipahami karena ada kehati-hatian PPL untuk tidak melanggar aturan bahwa PPL tidak diperbolehkan berbisnis.

c. Respon Penyuluh Pertanian LapanganPembangunan industri tepung di kabupaten

Bantaeng secara bertahap dilakukan. Tahun pertama fokus pada penyelesaian drayer sebanyak tiga unit dengan kapasitas tampung 100 ton/unit, membutuhkan jagung yang tidak sedikit dari petani (Baramuli 2016a). Tanggapan PPL terkait dengan pasokan jagung tersebut beragam. Di kabupaten Bantaeng dan Bulukumba meresponnya dengan pernyataan

Page 28: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Bahtiar dan Syuryawati: Tanggapan Penyuluh Pertanian ...

26

Jeneponto terletak diantara dua pasar yang sama jaraknya yaitu gudang penampungan di kabupaten Gowa dan industri tepung jagung di Bantaeng. Demikian pula di kabupaten Bone bagian Selatan dan kabupaten Sinjai, jaraknya ke industri tepung jagung lebih dekat dibanding dengan ke KIMA. Kemudian di kabupaten Soppeng, kecil peluangnya ke Bantaeng karena

posisi Soppeng lebih dekat dengan tiga penyerap jagung yaitu: peternak di kabupaten Sidrap, eksportir di pelabuhan Kotamadya Pare-Pare dan industri pakan ternak di KIMA. Namun demikian pedagang akan pertimbangkan ke Bantaeng jika harga yang ditawarkan oleh industri tepung jagung lebih tinggi.

Tabel 4. Respon Petugas Pertanian Lapangan terhadap pembangunan pabrik tepung jagung di kabupaten Bantaeng, 2016

Respon PPLKabupaten (%)

Jeneponto n=10

Bantaeng n=9

Bulukumba n=7 Sinjai n=8 Bone n=6 Soppeng

n=10Sangat setuju 20 100 100 75 67 0Setuju 40 0 0 25 17 40Kurang setuju 40 0 0 0 16 60Tidak setuju 0 0 0 0 0 0Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0

Tantangan yang berat dihadapi pihak industri tepung jagung untuk mendapatkan jagung adalah pedagang pengumpul di setiap daerah. Mereka sudah lama menjadi mitra petani, bahkan berani memberi pinjaman untuk pembiayaan usahatani jagungnya dengan perjanjian mereka yang harus membeli dengan standar harga yang disepakati. Oleh karena itu, potensi pasar bagi industri tepung jagung hanya petani mampu dan tidak terikat oleh pedagang pengumpul (rentenir), atau bekerjasama dengan pedagang pengumpul menata harga jagung di tingkat petani yang saling menguntungkan.

Potensi lain yang dapat dikembangkan oleh industri tepung jagung adalah melibatkan tenaga PPL untuk menyerap hasil. Beberapa keuntungannya adalah tenaga PPL tersebar di setiap desa dan sudah terampil dan akrab dengan petani, sehingga dengan mudah mereka mengajak petani untuk kerjasama dalam pemasaran jagung di wilayahnya. Peran PPL dalam hal ini dapat memberikan gambaran potensi hasil dan waktu-waktu ketersediaan jagung di wilayahnya serta harga yang berlaku di tingkat petani,

sehingga pihak industri tepung jagung dapat mengantisipasinya dengan baik.

KesimpulanRespon PPL terhadap pembangunan industri

tepung jagung di kabupaten Bantaeng beragam dari kurang setuju sampai sangat setuju. Penilaian sangat setuju dinyatakan oleh 100% PPL di kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, 20% PPL di Jeneponto, 75% PPL di Sinjai, dan 67% PPL di Bone. Mereka mengemukaan beberapa alasan antara lain: 1) industri tepung jagung di Bantaeng dapat menjadi pasar potensial baru bagi pedagang pengumpul, 2) biaya transportasi berkurang karena jarak yang lebih dekat dibanding dengan pasar sebelumnya, 3) Bagi petani sekitar industri tepung jagung dapat pilihan pembeli yang sebelumnya dimonopoli oleh pedagang pengumpul, 4) stabilitas harga jagung di tingkat petani dapat ditingkatkan, 5) Semua alasan tersebut berlaku apabila industri tepung jagung menawarkan harga jagung yang bersaing.

Pendapat yang kurang setuju dikemukakan oleh 40% PPL di Jeneponto, 16% PPL di Bone, dan 60% PPL di Soppeng. Mereka berpendapat

Page 29: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

27

bahwa industri tepung jagung di Bantaeng hanya dapat menyerap jagung jika berani menawarkan pembelian yang lebih tinggi, karena pedagang selama ini sudah mempunyai kontrak dengan perusahaan industri pakan ternak.

Daftar PustakaBahtiar, Syuryawati, M. S. Lalu, H.A. Dahlan,

Suarni, dan A.Biba. 2016. Studi Kelayakan Pasokan Bahan Baku Pabrik Tepung Jagung di Bantaeng. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama PT. Unicotin dengan Balitsereal, Maros, 2016.

Baramuli, A.Y.S. 2016a. Proposal pabrik pengering dan tepung jagung. Disampaikan pada Acara Sosialisasi Rencana Pembangunan Pabrik Tepung, Bantaeng.

Baramuli, A.Y.S. 2016b. Company Profile 2016 of The Poleko Group. Disampaikan pada Acara Sosialisasi Rencana Pembangunan Pabrik Tepung, Bantaeng.

Faqih, Achmad. 2014. Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi kasus pada kelompok tani tanaman pangan di pesisir pantai Kabupaten Cirebon). Other thesis, Universitas Sebelas Maret

https://wordpress.com. 2010 . Aanalisis-penilaian-petani-terhadap-peranan-penyuluh-pertanian-lapangan-sebagai-a g e n - p e r u b a h a n - d i - K e c a m a t a n Mojosongo-Kabupeten-Boyolali.

Kartasapoetra, G.A. 1994. Teknologi penyuluhan Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta

Mueler, D.J. 1996. Measuring Social Attitudes. A handbook for Reaserchers and Practitioners Dalam: Kartawidjaja, E.S (Penerjemah). Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Murdiyani. 2001. Studi kinerja penyuluh pertanian lapangan (PPL) menurut petani padi sawah di wilayah kerja balai penyuluhan pertanian (WKBPP) Suluh Manuntung Lempake Kota

Samarinda. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (tidak dipublikasikan).

Nuhung, A.I. 2016. Jagung sebagai bahan pangan masa depan. Disampaikan pada Acara Sosialisasi Rencana Pembangunan Pabrik Tepung Jagung, Bantaeng.

Rufaidah, E.,I. Zahri, Sriati, dan S.Rizal. 2008. Analisis pemasaran buah duku di kabupaten ogan komering ilir, Sumatera Selatan. Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian. Vol.7 No.1, 2008.

Sri Mas Sari. 2016. Produsen Pakan Ternak Ragukan Data Produksi Jagung. Bisnis.com, Jakrta

Subagyo, 2014. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak 14,7 juta ton. ANTARA News, Jakarta.

Sudirman. 2015. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Disampaikan pada Acara Kongres ke-13. Tema Kepastian Ketersediaan Bahan Pakan Untuk Menunjang Daya Saing. Bogor.

Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan petunjuk bagi penyuluh pertanian. Erlangga. Jakarta.

Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Penjelasan «Konsep, Istilah, Teori, dan Indikator serta Variabel. Penerbit PT. Bina Rena Pariwara.

Titahena, M. L. J. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PPL pertenakan (kasus usaha peternakan domba di Kabupaten Cianjur). Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor (tidak dipublikasikan).

Wowor, V. 2013. Peranan penyuluh dalam m e n d u ku n g ke t a h a n a n p a n ga n d a n swasembada beras di provinsi Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertania.

www.markaindo.co.id. 2016. Berbagai manfaat Tepung Jagung.

Page 30: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Sumarni Panikkai et al.: Model Ketersediaan Jagung Nasional ...

28

Model Ketersediaan Jagung Nasional Mendukung Swasembada Pangan

Sumarni Panikkai1, Rita Nurmalina2, Sri Mulatsih2, Handewi P. Saliem3

1) Balai Penelitian Tanaman Serealia2) Dosen Fakultas Ekonomidan Managemen IPB

3) Peneliti Pusat Studi Ekonomidan Kebijakan PertanianJl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan

E-mail: [email protected]

AbstrakJagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Kebutuhan akan jagung semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Metode pengumpulan data adalah studi literatur dengan mengumpulkan data sekunder terkait produksi jagung nasional dalam kurun waktu 2010-2015. Metode analisis data menggunakan pendekatan sistem dinamik. Hasil penelitian diperoleh bahwa model skenario yang dikembangkan dengan skenario 1 (intensifikasi lahan) dan skenario 2 (ekstensifikasi lahan), mampu menjawab kebijakan terhadap ketersediaan jagung nasional. Hasil skenario 1 yaitu grafik ketersediaan menunjukkan defisit sebesar 11,69 juta ton pada tahun 2015. Hasil skenario 2 Grafik ketersediaan menunjukkan defisit sebesar 13,31 juta ton pada tahun 2015 dan pada tahun 2026 surplus sebesar 169.249,54 ton. Skenario 3 merupakan skenario kombinasi antara program ekstensifikasi dengan program intensifikasi. Grafik ketersediaan menunjukkan defisit sebesar 11,69 juta ton pada tahun 2015 dan pada tahun 2020 surplus sebesar 108.057 ton. Peningkatan produktivitas lahan rata-rata 2,0 ton/hektar akan berimplikasi pada berbagai upaya peningkatan produktivitas lahan seperti; program benih unggul, peningkatan pemupukan dan lain-lain.

Kata kunci: sistem dinamis, ketersediaan, jagung.

AbstractCorn is one of the food crops that have a strategic role in the development of agriculture and the economy of Indonesia. Corn can be used for food, feed and industrial raw materials. Demand of corn increases with population growth. Methods of data collection is the literature study by collecting secondary data related to national maize production in the period 2010-2015. Methods of data analysis used dynamic system approach. The result showed that the model scenarios were developed with scenario 1(intensification of land) and scenario 2 (extension of land), were able to answer the national policy on the availability of corn. Results of scenario 1 was a graph showing a deficit availability of 11.69 million tons in 2015. The results of scenario 2 graph availability showed a deficit of 13.31 million tons in 2015 and in 2026 the surplus amounted to 169,249.54 tons. Scenario 3 was the combination scenario between extension and intensification program. Availability graph showed a deficit of 11.69 million tons in 2015 and in 2020 a surplus of 108 057 tonnes. The increase in land productivity on average 2.0 tonnes / hectare will have implications in various efforts of improving productivity, such as; superior seed program, improved fertilization and so on.

Key words: dynamic system, availability, corn

utama (60%) dalam pakan, dengan pesatnya perkembangan industri peternakan, diperkirakan lebih dari 57% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya (Dirjen Tanaman Pangan 2010).

Berdasarkan pangsa produksi jagung tahun 2014, provinsi utama penghasil jagung di

PendahuluanJagung merupakan salah satu komoditas

tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna,untuk pangan (food), pakan (feed), bahan bakar (fuel) dan bahan baku industri. Jagung merupakan komponen

Page 31: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

29

Indonesia adalah Porvinsi Jawa Timur (30,93%), Jawa Tengah (15,89%), Lampung (9,26%), Sulawesi Selatan (7,26), Sumatera Utara (6,75%), Jawa Barat (5,43%), Nusa tenggara Timur (3,73), Gorontalo (3,5), Nusa Tenggara Barat (3,4%) dan Sumatera Barat (2,95%), (BPS 2015).

Kebutuhan jagung untuk industri pakan mengalami pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan produksi jagung dalam negeri. Sebelum tahun 1980, jagung hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung atau sebagai pangan. Tahun 1990, penggunaannya sudah mulai bertambah untuk industri baik pangan maupun pakan, setelah tahun 2002 penggunaan jagung lebih banyak untuk industri pakan. Gambaran ini mengindikasikan bahwa orientasi pengembangan jagung kedepan lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri pakan dan pangan, mengingat produk kedua industri ini merupakan barang normal (elastis terhadap peningkatan pendapatan), sebaliknya merupakan barang inferior dalam bentuk jagung konsumsi langsung seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat (Purwanto 2007).

Tingginya permintaan jagung nasional, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan bahan baku industri pangan, pakan dan kebutuhan benih, seiring dengan pertumbuhan penduduk, maka ketersediaan (stock) jagung nasional menjadi sangat penting agar tidak bergantung pada impor. Kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) jagung nasional haruslah senantiasa dapat terjaga agar tidak terjadi kelangkaan disatu sisi dan

over-supply disisi yang lain. Agustian (2012) menyatakan bahwa ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan bahan baku bagi industri pakan ternak maupun industri pangan. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak.

Aplikasi sistem dinamik dalam mengestimasi tingkat kebutuhan dan ketersediaan jagung nasional menjadi sangat penting, mengingat sistem dinamik dapat memproyeksi keduanya dimasa yang akan datang. Dukungan pengembangan ketersediaan jagung nasional oleh pemerintah dituangkan dalam kebijakan/ program yang dilakukan pemerintah UPSUS Pajale, dimana tujuan utamanya adalah peningkatan produksi jagung nasional untuk memenuhi kebutuhan jagung.

Penelitian bertujuan untuk: (1) menganalisis model ketersediaan jagung nasional dengan pendekatan system dinamis (2) merumuskan strategi dan kebijakan mendukungketersediaan jagung nasional.

Bahan dan MetodeJenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terkait supply-demand jagung di tingkat nasional. Sumber data diperoleh dari laporan, buku statistik pertanian dan sekunder lainnya.

Tabel 1. Jenis dan sumber data yang digunakan

No Jenis data Sumber data1 Data produksi jagung nasional (ton) Kementan Pertanian (2010-2015)2 Data luas lahan tanaman jagung (hektar) Kementan Pertanian (2010-2015)3 Tingkat produktivitas lahan jagung nasional (ton/ha) Kementan Pertanian (2010-2015)4 Luas potensi lahan jagung nasional (hektar) Kementan Pertanian (2010-2015)5 Harga jagung nasional di tingkat petani (Rupiah) BPS 20156 Volume kebutuhan jagung konsumsi (kg/perkapita/thn) BPS 20157 Volume kebutuhan jagung bahan baku industri pakan

dan pangan (ton)BPS 2015

8 Volume impor dan ekspor jagung (ton) BPS 2015

Page 32: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Sumarni Panikkai et al.: Model Ketersediaan Jagung Nasional ...

30

No Jenis data Sumber data9 Volume tingkat kebutuhan jagung nasional (ton) BPS 2015

Simulasi KebijakanKebijakan termasuk merancang strategi

baru, menyusun dan memutuskan suatu aturan (Sterman,2000; Coyle, 1996). Model dinamika pengembangan ketersediaan jagung menggunakan simulasi dari target swasembada jagung nasional. Skenario dimasukkan untuk memperoleh suatu model terbaik dengan melakukan perubahan pada struktur dan variabel serta mempertimbangkan waktu. Dalam penelitian ini skenario dibuat dalam 2 bagian yakni a) Skenario-1; peningkatan produksi (melalui ekstensifikasi sebesar 2% dari rata-rata tahun sebelumnya yakni dari 4% menjadi 6% per tahun). b) Skenario-2; dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi(peningkatan rata-rata produktivitas lahan sebesar 1 ton per hektar).

Untuk melihat sistem ketersediaan jagung dibuat diangram lingkar sebab akibat yang menggambarkan keterkaitan hubungan antar sistem penyediaan dan sistem kebutuhan jagung, serta komponen atau elemen yang berinteraksi di dalam sistem seperti pada (Gambar 1).

Model Causa Loop Diagram diadopsi dari ketersediaan beras nasional Indonesia dalam disertasi (Nurmalina 2007) dan di modifikasi berdasarkan karakteristik atau kondisi pada komoditi jagung.

Metode Analisis DataAnalisis data menggunakan pendekatan

sistem dinamik dengan menggunakan tahun dasar dalam model adalah tahun 2015. Validasi model menggunakan uji validitas kinerja/output model. Validasi kinerja model menggunakan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Uji validitas kinerja model dilakukan untuk menilai apakah kinerja model yang ada tersebut dapat mewakili sistem yang ada dilapangan

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode, salah satunya metode uji MAPE atau nilai tengah kesalahan persentase absolut dengan rumus. Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah 5% (Morecroft 2007).

%1001∑ −= x

XXX

nMAPE

d

dm

Diagram sebab akibat model ketersediaan jagung nasional dijelaskan pada Gambar 1. Terdapat dua macam hubungan causal loop diagram, yaitu hubungan kausal positif dan negatif. Struktur umpan positif menghasilkan perilaku pertumbuhan sedangkan umpan balik negatif, menghasilkan perilaku menuju sasaran (Coyle,1996; Muhammadi et al. 2001).

S

Perluasanlahan

LuasTanam Konversi

Lahan

GAP

ProduksiJagung

S

O

S

S

Produktivitas

DelayProduksi

SPotensiLahan

S

LuasPanen

S

O

tingkatkonsumsi

KonsumsiJagungS

SS

Koefisienkonsumsi

KebutuhanTotal

S

Tingkatkebutuhan pakan

KebutuhanIndustriPanganS

S

S

KoefisienKIP

Tingkatkebutuhanpakan

KebutuhanBahan Pakan

SS

S

KoefisienKBP

S

S

SKoefisienkonversi

SSO

penyediaan

Impor

S

S

KETERSEDIAANS

S

Kebutuhan

O

Ekspor

S

S

Koef.perluasan

Kebutuhanbenih

Tingkatkebutuhanpakan

Koef. KB

I P

Gambar 1. Causal Loop Diagram Model Ketersediaan Jagung Nasional

Page 33: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

31

Hasil dan PembahasanValidasi Model

Analisis sistem dinamis dalam ketersediaan jagung nasional bertujuan untuk mengetahui dinamika perilaku produksi dalam memenuhi kebutuhan jagung nasional yang meliputi; kebutuhan konsumsi, kebutuhan bahan pakan dan kebutuhan industri pangan. Model yang dikembangkan merupakan model dinamik dengan data basis tahun 2010-2015. Model dikembangkan dengan 2 sub-model meliputi; sub-model produksi, sub-model kebutuhan.

Model yang baik adalah model yang merepresentasikan kondisi sebenarnya, atau model yang memiliki kemiripan dengan kondisi aktual (Muhammadi et al. 2001). Uji validasi

dilakukan terhadap 2 sub model utama yakni; sub-model produksi dan sub-model kebutuhan.

1. Validasi Sub-Model Produksi, nilai MAPE validasi sub model produksi 3,19% yang menunjukkan nilai yang kurang dari 5%, dis-impulkan bahwa simulasi sub-model produksi yang dilakukan valid dan sangat tepat sesuai dengan dunia nyatanya.

2. Validasi Sub-Model Kebutuhan, validasi sub-model kebutuhan jagung diperoleh 1,89% yang menunjukkan nilai yang kurang dari 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa simulasi sub-model kebutuhan jagung yang dilakukan valid dan sangat tepat sesuai den-gan dunia nyatanya (Gambar 2).

Gambar 2. Grafik validasi sub-model penyediaan dan kebutuhan

Perilaku model merupakan penggambaran pola/dinamika dari model yang dibangun. Simulasi model dilakukan dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2016. Simulasi tersebut meliputi; simulasi sub-model penyediaan dan simulasi sub-model kebutuhan

Perilaku sub-model penyediaan dimaksudkan untuk melihat pola dinamika dari simulasi produksi dalam kurun waktu 2010-2015, guna memenuhi kebutuhan jagung nasional. Produksi sangat ditentukan oleh pertambahan luas lahan tanam dan produktivitas lahan.

Page 34: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Sumarni Panikkai et al.: Model Ketersediaan Jagung Nasional ...

32

Gambar 3. (a) produksi jagung, (b) Total Kebutuhan Jagung pada kondisi aktual tahun 2010-2015

dan peningkatan produktivitas (intensifikasi). Potensi lahan untuk tanaman jagung yang mencapai 17.757.652 ha termasuk untuk lahan sawah dan lahan kering, yang hingga tahun 2015 baru dapat ditanami seluas 4.131.676 ha. Demikian pula halnya untuk tingkat produktivitas lahan yang saat ini baru mencapai rata-rata 4,81 t/ha, sedangkan potensi produktivitas jagung bisa mencapai >10 t/ha.

Perilaku sub-model kebutuhan dimaksudkan untuk melihat pola dinamika dari simulasi kebutuhan jagung nasional yang meliputi; kebutuhan untuk konsumsi, kebutuhan untuk bahan pakan, kebutuhan untuk industri pangan dan kebutuhan untuk benih, dalam kurun waktu 2010-2015. Kebutuhan jagung nasional sangat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan penduduk, tingginya diversifikasi pangan berbahan dasar jagung, kebutuhan akan pakan ternak dan kebutuhan benih. Berdasarkan data Kementerian

Produksi jagung nasional dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2015) menunjukkan produksi yang mengalami pertumbuhan eksponential (Gambar 3a). Produksi jagung nasional pada tahun 2015 mencapai 23.176.826 ton, sedangkan total kebutuhan 37,40 juta ton Dengan demikian dibutuhkan peningkatan produksi jagung nasional, sehingga bisa memenuhi kebutuhan nasional.

Produksi jagung nasional dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2015) menunjukkan produksi yang mengalami pertumbuhan eksponential (Gambar 3a). Produksi jagung nasional pada tahun 2015 mencapai 23.176.826 ton, sedangkan total kebutuhan 37,40 juta ton Dengan demikian dibutuhkan peningkatan produksi jagung nasional, sehingga bisa memenuhi kebutuhan nasional.

Peningkatan produksi jagung nasional dapat dilakukan dengan peningkatan faktor produksi seperti, penambahan areal tanam (ekstensifikasi)

Page 35: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

33

Pertanian tahun 2015, total kebutuhan jagung nasional mencapai 37.596.570 ton, dimana untuk konsumsi 18.326.249 ton, untuk bahan pakan 16.885.118 ton, untuk industri pangan sekitar 501.634 ton dan untuk kebutuhan benih 40.577 ton. Grafik pertumbuhan kebutuhan jagung nasional dalam kurun waktu 2010-2015 ditunjukkan pada Gambar 3(b)

Dilihat dari Gambar 3(b) menunjukkan bahwa model kebutuhan jagung, menunjukkan tren atau pola exponential growth, yakni kebutuhan jagung mengalami peningkatan seiring pertambahan waktu. Pertumbuhan signifikan terus terjadi hingga tahun 2015, terlebih lagi untuk tingkat kebutuhan jagung sebagai bahan pakan dan industri pangan. Sedangkan perilaku model untuk kebutuhan konsumsi relatif stabil dengan peningkatan yang terjadi relatif lambat. Kebutuhan akan jagung nasional tahun 2015 diperkirakan mencapai 17,38 juta ton, 16,61 juta ton untuk industry pakan dan selebihnya untuk industry pangan.

Simulasi Kebijakan penyediaan dan kebutuhan jagung Nasional

Analisis penyediaan dan kebutuhan jagung dimak udkan untuk melihat pola dinamika dari simulasi antara produksisebagai penyediaan dan kebutuhan jagung nasional dalam kurun waktu 2015-2030. Ketersediaan menjadi sangat penting, khususnya dalam penetapan kebijakan nasional untuk pengembangan komoditi jagung. Perimbangan antara supply (produksi) dan demand (kebutuhan) menjadi sangat penting, karena jaminan ketersediaan akan memberikan nilai

tambah (added value), khususnya dalam industri pengolahan berbahan dasar jagung. Kebutuhan akan jagung nasional pada tahun 2016 sebesar 38,04 juta ton dengan penyediaan jagung sebesar 21,87 juta ton, belum mampu memenuhi kebutuhan.

Hasil simulasi dapat dilihat pada gambar bahwa penyediaan jagung nasional memiliki kecenderungan meningkat, sementara itu kebutuhan jagung mengalami pertumbuhan (growth) yang lebih cepat sebagai akibat semakin meningkatnya permintaan industri yang cukup tinggi, sehingga grafik kebutuhan jagung nasional selalu berada di atas grafik penyediaan jagung nasional selama simulasi

Model AktualSimulasi model dimaksudkan untuk melihat

perubahan perilaku model dalam kurun waktu tertentu (2015-2030), dengan serangkaian intervensi terhadap model (variabel) yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hal ini memenuhi kebutuhan jagung nasional.

Hasil simulasi penyediaan jagung dan kebutuhan jagung untuk model aktual secara kuantitatif diketahui bahwa pada tahun 2015 neraca ketersediaan jagung nasional terlihat defisit sebesar 15,56 juta ton, bila tidak dilakukan kebijakan, maka ketersediaan jagung nasional ini defisit selama periode simulasi dengan peningkatan yang cukup tinggi sehingga pada tahun 2030 terjadi deficit sebesar10,51 juta ton. Sementara itu kebutuhan jagung mengalami pertumbuhan eksponential lebih cepat daripada penyediaan, artinya produksi jagung tidak dapat memenuhi kebutuhan seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik perilaku ketersediaan (aktual) (ton)

Page 36: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Sumarni Panikkai et al.: Model Ketersediaan Jagung Nasional ...

34

Model Skenario 1 ( Peningkatan Intensifikasi )

Gambar 5. Grafik simulasi ketersediaan (skenario 1)

3,86 juta ton. Skenario 1 diangap masih relatif belum mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional.

Model Skenario 2 (Peningkatan Ekstensifikasi)

Skenario 2 ini merupakan peningkatan produksi jagung nasional melalui ekstensifikasi (perluasan areal lahan) dan menekan laju konversi lahan, misalnya dengan memanfaatkan lahan yang kosongdan non produktif, sesuai program pemerintah yaitu peningkatan areal panen 1 juta hektar/tahun. Upaya ini masih bisa dilakukan, mengingat masih terdapat potensi lahan 17.757.652 ha, khususnya untuk pulau di luar Jawa, seperti Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara dan Papua.

Hasil simulasi scenario 1 terlihat pada Gambar 5, bahwa kebutuhan jagung nasional selama periode simulasi (2015-2030) terus meningkat sedangkan grafik penyediaan juga terlihat meningkat walaupun berada di bawah garis kebutuhan. Perubahan penyediaan jagung nasional melalui peningkatan produktivitas jagung dalam hal ini penerapan teknologi tepat guna (penggunaan benih unggul, peningkatan IP) menyebabkan ketersediaan semakin meningkat dan semakin mendekati surplus.

Hasil simulasi jagung nasional pada tahun 2015 menunjukkan bahwa kebutuhan akan jagung masih relatif tinggi dibandingkan dengan penyediaan sehingga ketersediaan masih deficit sebesar 11,69 juta ton dan pada akhir simulasi tahun 2030 defisit semakin berkurang sebesar

Gambar 6. Grafik simulasi ketersediaan (skenario 2)

Page 37: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

35

Hasil simulasi skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 7, bahwa dengan upaya perluasan areal lahan dari produksi jagung nasional terlihat bahwa kebutuhan jagung selama periode simulasi (2015-2030) terus meningkat dengan pola eksponential growth, demikian juga dengan grafik penyediaan terus meningkat pada tahun 2026 berada diatas grafik kebutuhan yang menyebabkan ketersediaan mengalami suplus

sebesar 169.249,54 ton dan meningkat pada akhir simulasi tahun 2030 sebesar 2, 61 juta ton sehingga mampu memenuhi kebutuhan jagung. Awal simulasi tahun 2015 sampai tahun 2025 penyediaan jagung sebesar 24.80 juta ton, dengan kebutuhan sebesar 38.11 juta ton,sehingga ketersediaan jagung masih defisit sebesar 596.533 ton, dan pada tahun 2030 ketersediaan surplus sebesar 2.62 juta ton.

Model Skenario 3 (Gabungan Peningkatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi)

Gambar 7. Grafik simulasi ketersediaan (skenario 3)

Skenario 3 yaitu gabungan skenario 1 dan 2 yaitu peningkatan intensifikasi produksi dan ektensifikasi lahan. Merupakan pengembangan dari skenario 1 dan 2, yaitu selain peningkatan produktivitas juga peningkatan ekstensifikasi. Dimana perbaikan intensifikasi dengan adanya peningkatan IP (intensitas pertanaman) dan ektensifikasi dengan perluasan lahan yang tidur, pemanfaatan hutan dan lain-lain. Perluasan lahan ini dapat dilakukan di luar jawa yang lahannya masih tersedia, potensial dan sesuai dengan potensi pengembangan jagung

Hasil simulasi skenario 3 dapat dilihat pada Gambar 7, bahwa kebijakan intensifikasi serta ekstensifikasi secara bersamaan dapat meningkatkan penyediaan jagung mencapai 25,93 juta ton pada awal simulasi pada tahun 2015 dan sebesar 59,65 juta ton pada akhir simulasi pada tahun 2030, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan jagung nasional selama 15 tahun kedepan. Pada gambar dapat dilihat bahwa grafik penyediaan jagung yang selalu berada dibawah garis kebutuhan jagung nasional, dan meningkat selama periode analisis (2015-2030) artinya ketersediaan jagung nasional surplus setiap tahun. Pada tahun 2020 pada penyediaan jagung sebesar 40,76 juta hektar dan mampu diatas grafik kebutuhan. Artinya bahwa penyediaan jagung sudah mampu memenuhi kebutuhan. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa kegiatan pada periode simulasi, ketersediaan pada periode tahun 2015 masih defisit sebesar11,69 juta ton ha dan akhir simulasi surplus sebesar11,97 juta ton.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kebijakan yang mendukung langsung berpengaruh pada system penyediaan jagung dapat meningkatkan penyediaan jagung yang dapat menyebabkan ketersediaan positif dan berkelanjutan.

Page 38: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Sumarni Panikkai et al.: Model Ketersediaan Jagung Nasional ...

36

Perbandingan antar skenarioHasil simulasi perbandingan antar skenario

dapat dilihat pada Gambar 9, bahwa selama periode simulasi pada tahun 2020 mulai

menunjukkan kenaikan diatas 1 juta ton per tahun dan skenario 3 dianggap relevan dan cukup handal untuk memenuhi kebutuhan jagungyang akan datang.

Gambar 8. Perbandingan ketersediaan dan penyediaanjagung antar skenario 1, 2 dan 3

Berdasarkan gambar 8, penyediaan jagung nasional skenario 3 yang tertinggi dengan pertumbuhan yang meningkat. Implikasi dari model ini adalah bahwa kebijakan peningkatan produktivitas,peningkatan IP dan ekstensifikasi. Hasil simulasi selama periode 2015-2030 kebutuhan jagung pada tahun 2015 sebesar 37,62 juta ton dan pada tahun 2030 sebesar 47,70 juta ton (26,73%) sedangkan penyediaan jagung pada tahun 2015 sebesar 25,93 juta ton dan pada tahun 2030 sebesar 59,65 juta ton (129,34%).

Skenario model yang dikembangkan memberikan jawaban yang cukup baik terhadap pemenuhan kebutuhan jagung nasional. Potensi lahan yang sangat besar untuk tanaman jagung baik pada lahan kering maupun lahan tumpang sari menjadi sangat potensial untuk dikembangkan. Senada dengan hal tersebut Armando (2009) menyebutkan bahwa peningkatan produktivitas jagung pada lahan kering ultisol melalui penggunaan bokashi serbuk gergaji kayu dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung nasional. Selain optimalisasi lahan yang telah ada disebutkan pula oleh Siagian dan Mangasa (2005) bahwa budidaya jagung lokal dan varietas unggul dengan memanfaatkan kelimpahan air embung dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung di lahan kering.

Lebih jauh disebutkan pula oleh Mejaya et al. (2008) bahwa pembentukan bibit unggul menjadi sangat penting untuk peningkatan produktivitas jagung secara nasional. Dengan hibrida peningkatan produktivitas jagung dapat melalui dengan penggunaan varietas unggul baru termasuk varietas dan pemupukan yang berimbang, penerapan teknologi tepat guna.

KesimpulanModel dinamis pengembangan ketersediaan

jagung nasionalmeningkatkan produksi jagung Nasional sebagai upaya memenuhi kebutuhan akan jagung nasional, menunjukkan trend atau pola pertumbuhan eksponensial (exponential growth). Pola tersebut menggambarkan bahwa terjadi peningkatan produksi jagung nasional seiring waktu. Strategi dan kebijakan penediaan jagung nasional masih bertumpu pada perluasan areal tanam dan peningkatan kualitas pemanfaatan input baik pada lahan eksisting maupun pada lahan bukaan baru.

Daftar PustakaAgustian A. 2012. Pengaruh harga dan

infrastruktur terhadap penawaran output, permintaan input dan daya saing usahatani

Page 39: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

Buletin Penelitian Tanaman Serealia Vol. 2, No. 2, Desember 2018

37

jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Armando, Y. G. 2009. Peningkatan produktivitas jagung pada lahan kering ultisol melalui penggunaan bokashi serbuk gergaji kayu. Akta Agrosia Vol 12 No. 2 hlm 124-129.

BPS. 2015. Badan Pusat Statistik. 2015. JakartaCoyle, R.G. 1996. System Dynamics Modelling:

Practical Approach, Chapman&Hall. London.Ditjen Tanaman Pangan. 2010. Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. 2010. Jakarta.

Mejaya, M. J., M. Azrai, dan R. N. Iriany. 2008. Pembentukan varietas unggul jagung bersari bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Morecroft, J.D.W. 2007. Strategic Modeling and Business Dynamics: a FeedbackSystem Approach. England: John Wiley & Sons Ltd.

Muhammadi , E, Aminullah, B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamik: Lingkungan Hidup Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta: UMJ Press.

Purwanto, S. 2007. Perkembangan produksi dan kebijakan dalam peningkatan produksi jagung. Dalam Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Litbang Pertanian, Puslitbangtan, Hal 456-461.

Nurmalina R. 2007. Model Neraca Ketersediaan Beras Yang Berkelanjutan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Siagian, M. H. 2005. Budidaya jagung lokal dan varietas unggul dengan memanfaatkan kelimpahan air embung di Ekafalo, Timur Tengah Utara, NTT, Balitbang Botani-LIPI, Bogor.

Sterman, J.D. 2000. Business Dynamics : System Thinking and Modelling for a Complex World. USA (US):McGraw-Hill.

Page 40: ISSN: 2460-6138balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/12/... · Plasma nutfah jagung varietas lokal “Jagung Mesi” adalah berasal dari Kabupaten Sigi, ...

PEDOMAN BAGI PENULIS

RUANG LINGKUP. Buletin Serealia memuat tulisan primer hasil penelitian tanaman serealia dari berbagai disiplin ilmu mencakup plasmanutfah dan pemuliaan, fisiologi/budidaya, perlindungan tanaman, pascapanen, dan sosial ekonomi termasuk kebijakan pengembangan tanaman serealia. Naskah yang dikirim untuk diterbitkan hendaknya belum pernah diterbitkan atau sedang dikirimkan untuk diterbitkan di penerbitan lainnya.

BAHASA. Buletin Serealia memuat karangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setiap naskah dilengkapi dengan abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia yang digunakan mengikuti aturan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa).

NASKAH. Naskah yang dikirim adalah naskah primer; disusun dengan urutan;Judul tulisan (dwi bahasa). Nama penulis (disertai nama lembaga asal penulis dan alamatnya, termasuk email penulis); Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (lengkap dengan judul dan kata kunci untuk masing-masing abstrak); Pendahuluan, diikuti Sub-Judul (sesuai dengan materi tulisan); Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih (bila perlu), diakhiri dengan Daftar Pustaka. Panjang Abstrak maksimal 250 kata.

Naskah. Diketik dengam program MS Word, Times New Roman 12 point, dua spasi, jarak kanan dan kiri 2 cm dari pinggir kertas. Panjang naskah maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. Naskah tercetak diserahkan ke Redaksi rangkap 2 (dua), disertai file. File gambar asli harus disertakan.

Pustaka (literatur). Komposisi pustaka acuan adalah 80% terbitan lima tahun terakhir dan 80% dari terbitan sumber acuan primer. Pengacuan pustaka (literatur) di dalam teks menggunakan nama penulis, diikuti tahun terbit tulusan. Setiap pustakan yang disitir harus tercantum dalam daftar pustaka, dan disusun menurut abjad sesuai nama penulis. Pustaka harus mencerminkan secara benar tetang judul tulisan, penulis (-penulis), halaman, penyunting (jika bagian dari suatu buku, prosiding, bunga rampai), penerbit, dan kota terbit. Penyingkatan judul terbitan dan penerbit harus mengikuti aturan standar.

Tabel. Jumlah kolom, panjang baris, dan penggunaan digit dalam tabel hendaknya tidak berlebihan. Setiap tabel harus diberi judul secara singkat tetapi jelas dengan keterangan secukupnya, sehingga dapat disajikan secara mandiri. Tiap tabel harus disitir dalam teks.

Ilustrasi. Ilustrasi berupa gambar (termasuk foto, grafik, bagan, dan yang lainnya), harus tajam dan jelas sehingga memungkinkan pengecilan dalam proses pencetakan. Ilustrasi yang dibuat dengan program komputer atau foto digital hendaknya disertakan file aslinya. Setiap gambar harus diberi nomor urut dan disitir dalam teks. Keterangan yang dimuat pada ilustrasi harus cukup jelas agar disajikan secara mandiri.

Satuan Ukuran. Di dalam teks, tabel, dan ilustrasi menggunakan sistem metrik atau Satun Internasional (SI) misalnya dalam satuan micron, mm, cm, kg, untuk panjang: cm3, liter untuk volume; dan g, kg, ton untuk bobot. Hindari pemakaian satuan yang berlaku terbatas, misalnya kuintal, pikul, dan lain sebagainya.

PROSES PENYUNTINGAN. Redaksi berhak melakukan koreksi dan perbaikan serta mengubah format sesuai dengan kebijakan Redaksi tanpa mengubah maknanya. Redaksi berhak menolak naskah yang tidak sesuai atau tidak mengikuti pedoman penulisan. Redaksi akan mengembalikan naskah kepada penulis untuk diperbaiki seuai dengan koreksi Redaksi atau Mitra Bestari. Penulis diharapkan segera mengembalikan perbaikan naskah agar dapat diterbitkan pada waktunya. Kepada penulis pertama diberikan dua eksemplar Buletin Serealia ditambah 5 eksemplar cetak lepas (reprint).