Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS...

56

Transcript of Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS...

Page 1: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 1

Page 2: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.20192

Page 3: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Daya saing Indonesia Tahun 2018 menurut laporan World Economic Forum berada pada peringkat ke 45 dari 140 negara dengan skor 65. Merujuk laporan tersebut, Amerika Serikat (AS) berada di urutan pertama dengan skor 85,6 atau paling mendekati skor teratas 100; diikuti Singapura dengan skor 83,5; lalu Jerman (82,8); Swiss (82,6); dan Jepang (82,5). Sementara untuk negara-negara ASEAN, setelah Singapura, Malaysia berada di urutan kedua tertinggi dengan peringkat 25 dengan skor 74,5. Selanjutnya adalah Thailand di posisi 38 dengan skor 67,5; Filipina (posisi 56), Brunei Darussalam (62), Vietnam (77), Kamboja (110) dan Laos (122).

Penyebab masih cukup rendahnya indeks daya saing negara-negara berkembang termasuk Indonesia, secara umum karena rendahnya nilai pada aspek-aspek infrastruktur, penerapan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan dan keterampilan, pengembangan sistem finansial, serta kemampuan berinovasi. Aspek pendidikan dan keterampilan serta kemampuan inovasi, erat kaitannya dengan pembangunan sumberdaya manusia (SDM) yang saat ini menjadi prioritas pembangunan pemerintah. Pembangunan SDM yang berkualitas akan melahirkan multiplier effect terhadap peningkatan sektor-sektor pembangunan yang lain.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sejak dibentuk Tahun 2014, secara konsisten terus berupaya untuk menciptakan SDM-SDM kompetitif melalu berbagai program strategis. Berbagai capaian dalam pembangunan SDM bisa dilihat dari indikator-indikator berikut. Angka Partisipasi Kasar (APK) usia pendidikan tinggi terus meningkat dari 29,92% pada Tahun 2015 menjadi 34,58% pada Tahun 2018. Penyaluran beasiswa Bidik Misi, terus ditingkatkan jumlahnya dari 258.015 penerima di Tahun 2015 menjadi 367.133 mahasiswa di Tahun 2018. Program ini telah banyak menghasilkan lulusan dengan prestasi diatas rata-rata, melanjutkan studi di berbagai universitas terkemuka, serta bekerja dan menjalankan berbagai profesi di masyarakat. Demikian pula untuk memperkecil kesenjangan mutu SDM di daerah terdepan, terluar, tertinggal; beasiswa afirmasi ADik yang dikelola Kemenristekdikti terus meningkat jumlahnya dari 2.151 mahasiswa Tahun 2015 menjadi 5.039 mahasiswa di tahun 2018.

Pembentukan SDM unggul tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa, namum juga terhadap tenaga pengajar (dosen), SDM Iptek (peneliti/perekayasa), serta pelaku wirausaha berbasis teknologi (teknopreneur). Hasilnya, publikasi internasional Indonesia meningkat tajam menjadi 31.569 (data SINTA per 20 Februari 2019). Angka ini menempatkan Indonesia berada pada peringkat ke-2 di ASEAN setelah Malaysia. WIPO (2017) mencatat, perolehan paten domestik Indonesia juga mencatakan angka tertinggi di ASEAN dengan 2.271 paten di Tahun 2017.

Tentu saja, untuk menjadikan hasil-hasil iptek tersebut memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian, maka implementasi iptek menjadi produk/jasa yang bernilai ekonomi menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, inovasi baik di level usaha mikro, kecil, menengah maupun besar menjadi perhatian Kemenristekdikti. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menumbuhkembangkan wirausaha baru berbasis teknologi melalui program inkubasi, disamping kerjasama lisensi teknologi dengan industri. Kemenristekdikti telah menargetkan 1000 perusahaan pemula berbasis teknologi akan lahir hingga 2019, melalui program PPBT.

Pembaca yang Budiman,Dalam edisi kali ini, Majalah Ristekdikti akan mengupas secara lebih mendalam mengenai hasil dan dampak berbagai program Kemenristekdikti dalam upaya membangun SDM unggul dan kompetitif, termasuk testimoni dari alumnus penerima beasiswa bidikmisi, insetif PPBT serta dampak pembangunan ekosistem inovasi secara umum. Dengan harapan, berbagai testimoni yang dimunculkan akan menjadi pembuktian sekaligus pemicu semangat anak bangsa, bahwa kita mampu untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain, mampu mengambil kesempatan yang muncul di era revolusi industri 4.0 dan era VUCA (Volatile, Uncertain, Complexity and Ambiguity) yang dunia hadapi saat ini. Kuncinya adalah SDM yang kompetitif dan inovatif !

Selamat membaca.

Salam Redaksi

Vol.9.I.2019 3

Page 4: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Volume 9 | I | 2019

PelindungMohamad Nasir

Pembina Ainun Na`im

Penanggung JawabNada Marsudi

Pimpinan RedaksiDadan Nugraha

Redaktur PelaksanaDoddy Zulkifli

Penyunting NaskahDinna Handini, Yoggi Herdani, Firman Hidayat

PenulisDwi Yunanto, Satya Herlina, Suryo Boediono

Ayu Pravita, M.S Fajri

DistribusiAdnan Nugroho

FotograferFatimah LarasatiArdian Syaputra

KontributorGamaSyarief

Citra LarasatiNeneng Zubaidah

Rini Suryati

SekretariatWinda, Ayu Widyaningsih

Alamat RedaksiBagian Publikasi dan Dokumentasi

Biro Kerjasama dan Komunikasi PubllikSetjen Kemenristekdikti

Gedung. D Lt.8, Jl. Jendral Sudirman,Pintu 1 Senayan, Jakarta

Layout dan GrafisAgeng Prasetyo

Boni Agusta, Anastasia Lintang

Nomor ISSN : 2502-7344SK ISSN : 0005.25027344/Jl.3.1/SK.ISSN/2019.03

06 Kabar

08 Tokoh

10 Laporan Utama10 Genjot Kuota Bidikmisi12 Memupuk Lulusan Hybrid Bisnis dan Informatika14 Akselerasi Ekosistem Digital ala Google Indonesia16 Akreditasi, kini Melihat Kualitas di Mata Penggunanya

08 Doktor Termuda Lulusan ITS

Vol.9.I.20194

Daftar Isi

Page 5: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

18 Aktual

22 Ragam

32 Rana

38 Sosok

42 Infografis

48 Inovasi

28 Opini

30 Etalase

24 Feature

22 Kota Depok

32 Tuan Rumah Hardiknas 2019

38 Purwa Hartono40 Son Kuswadi

42 Infografis UTBK 2019 & SBMPTN 2019

48 Solusi Pintar Pilih Jurusan50 Proflavo, Riset yang sukses di Pasaran

28 Perspektif SDM Kompetitif di Era Revolusi Industri 4.0

30 LTPMT Jadi Indung Seleksi Mahasiswa Indonesia

24 Bidikmisi Satukan Dua Hati dan Prestasi26 Pengusaha Tani Muda berkat Bidikmisi

18 Tim Sapu Angin ITS Ciptakan Mobil Cepat dan Hemat

Vol.9.I.2019 5

Daftar Isi

Page 6: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Kemenristekdikti mengawali kinerja di tahun 2019 dengan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2019 di Universitas Diponegoro, Semarang. Rakernas 2019 ini mengambil tema “Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang Terbuka, Fleksibel, dan Bermutu” dan akan berlangsung dari 3-4 Januari 2019.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa Rakernas 2019 menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan Kemenristekdikti untuk mempersiapkan diri secara matang dalam menghadapi era disrupsi yang berdampak pada bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi.

Menteri Nasir menjelaskan bahwa Pemerintah menginginkan agar Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menjadi lebih terbuka, fleksibel dan bermutu. Untuk itu, kita harus membuat ekosistem riset, teknologi dan pendidikan tinggi yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, yaitu masyarakat dan industri.

Kemenristekdikti menyelenggarakan acara Bedah Kinerja 2018 dan Fokus Kinerja 2019 dengan tema Penyiapan SDM Milenial Indonesia Kreatif, Inovatif dan Berdaya Saing Tinggi.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan bahwa pembangunan SDM di bidang Iptek dan Pendidikan Tinggi menjadi prioritas program kerja Kemenristekdikti di tahun 2019. Hal ini sesuai dengan fokus kerja Pemerintah di tahun 2019 yaitu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kemenristekdikti mendapatkan anggaran yang meningkat, dari 40,3 Triliun Rupiah pada 2018 menjadi 41,26 Triliun Rupiah pada 2019. Sebagian besar anggaran tersebut dirancang untuk mencetak SDM Indonesia unggul, mulai dari beasiswa mahasiswa, dosen, peneliti dan perekayasa hingga pengembangan riset dan inovasi. Mereka merupakan tulang punggung dalam menjadikan SDM Indonesia Inovatif, kreatif dan berdaya saing tinggi,” ujar Menristekdikt.

Dalam menjalankan amanat Presiden RI Jokowi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerja sama dengan GeoForschungsZentrum German Research Center for Geosciences. Kerjasama ini merupakan satu dari lima kerjasama bilateral Iptek dan Inovasi Indonesia Jerman yang telah dimulai sejak 29 Maret 1979. Selain kerjasama Iptek dan Inovasi Pengembangan Panas Bumi, Indonesia dan Jerman memiliki Kerjasama Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Germany Tsunami Early Warning System – IG TEWS) yang telah di serah terimakan per 2006, IG Biotechnology and Biodiversity (Keanekaragaaman Hayati), Pengembangan Business Technology Center (BTC) dan Business Innovation Center (BIC).

Menristekdikti berharap dengan sudah diserahterimakan aset geothermal ini, dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia di bidang geothermal, pendidikan dan penelitian.

Rakernas 2019 Kemenristekdikti Menjadi Momentum Mempersiapkan SDM Millenial, Memformulasikan Regulasi di Era Disrupsi,

Menciptakan Inovasi untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa

Kemenristekdikti Siapkan SDM Milenial Indonesia Kreatif, Inovatif, dan Berdaya Saing

Tinggi

Kerja Sama Indonesia-Jerman, Menristekdikti Hadiri Serah Terima Pembangkit Listrik Tenaga

Panas Bumi (PLTP) Merah Putih Lahendong, Rintisan Energi Bersih untuk Indonesia

Vol.9.I.20196

Kabar

Page 7: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Menristekdikti menghadiri Indonesia Startup Summit (ISS) 2019 dengan mengendarai motor listrik Gesits, salah satu startup kebanggaan tanah air karya Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan diproduksi PT. Wijaya Manufakturing. Menristekdikti didampingi oleh Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im, Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe dan Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron Mukti melakukan uji coba motor listrik Gesits yang rencananya akan diluncurkan secara resmi pada bulan April ini.

Dalam sambutannya Menristekdikti menyampaikan bahwa geliat startup di Indonesia tumbuh dengan sangat pesat dalam kurun waktu 4-5 tahun terakhir. Menristekdikti mengatakan Kemenristekdikti membina lebih kurang 1.307 startup dari berbagai bidang fokus. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun 2015 lalu yang hanya 52 startup. Saat ini jumlah startup di Indonesia berada pada peringkat pertama di ASEAN.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) raih penghargaan “Silver Award kategori E-Magz Sub Kategori Kementerian edisi Ristekdikti Vol. 8/II/2018” dalam Public Relation Indonesia Awards (PRIA) 2019. Penghargaan tersebut diterima oleh Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik Kemenristekdikti Nada Marsudi di Grand Ballroom Trans Luxury Hotel, Bandung, Kamis (28/3) malam.

Nada Marsudi katakan bahwa penghargaan ini adalah hasil seluruh kerja tim kehumasan di Kemenristekdikti. Dan diharapkan, ini adalah awal prestasi di tahun ini.

“Saya harap penghargaan e-magz, atau yang biasa kita sebut G-Magz Ristekdikti adalah awal prestasi Kami di tahun ini. Mudah-mudahan akan semakin banyak prestasi yang ditorehkan Kementerian di tahun ini dan tahun selanjutnya. Sekaligus penghargaan ini adalah bukti bahwa bidang kehumasan di Ristekdikti akan terus berinovasi mengiringi zaman,” ungkapnya.

Launching Hakteknas ke 24 di Tahun 2019, ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Menristekdikti Mohamad Nasir, Gubernur Bali I Wayan Koster, Ketua Pelaksana Hakteknas Jumain Appe, Sekretaris Jenderal Ainun Na’im, Inspektur Jenderal Jamal Wiwoho, Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Ali Ghufron Mukti, dan Kepala LLDikti Wilayah VIII I Nengah Dasi Astawa. Kemudian peluncuran Hakteknas-24, dilanjutkan dengan pelepasan balon udara bertuliskan Hakteknas-24.

Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan bahwa ini kali ke tiga acara Peringatan Hakteknas diselenggarakan di luar pulau Jawa. Sebelumnya, acara Peringatan Hakteknas ke 22 dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan (2017), dan Hakteknas ke 23 Pekanbaru, Riau (2018). Provinsi Bali dipilih karena memiliki potensi wisata, budaya, industri kreatif, entrepreneur, institusi pendidikan tinggi, peneliti dan inovator, serta berkelas internasional. Hal ini sesuai dengan tema yang diambil terkait pengembangan industri kreatif 4.0 untuk kemandirian dan daya saing daerah.

Hadiri Indonesia Startup Summit 2019 dengan Mengendarai Motor Listrik Gesit, Menristekdikti

Sebut Startup Indonesia Nomor 1 di ASEAN

Ristekdikti Raih Penghargaan untuk E-MagzLaunching Hakteknas 2019 Diikuti 50.000 Mahasiswa Bali

Vol.9.I.2019 7

Kabar

Page 8: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Tidak ada yang berubah pada penampilan Rendra Panca Anugraha, pascawisuda ke-119 yang digelar di Grha Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 16-17 Maret 2019 lalu. Ia masih gemar ranselan (memakai tas ransel), “kaos polo-an” (memakai kaos polo), dan pakai sepatu kets di kesehariannya, khas anak muda.

Pada tanggal itu, telah menjadi hari bersejarah tidak hanya bagi ITS, namun juga si bungsu lima bersaudara ini. Hari itu Rendra yang baru berusia 24 tahun empat bulan, diwisuda.

Perhelatan itu menjadi istimewa, karena Rendra dari Departemen Teknik Kimia ITS ini diwisuda sebagai Doktor termuda di kampusnya, menyamai rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) yang selama ini dipegang Grandprix Thomryes Marth Kadja dari ITB yang dibukukan sejak 2017 lalu.

Rendra adalah mahasiswa ITS, peraih program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program yang digulirkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di 2015 ini menantang para sarjana unggulan untuk menyambung studi mereka hingga ke tingkat Doktoral dalam kurun empat tahun.

“Normalnya program ini memang empat tahun, tapi kebetulan saya bisa menyelesaikan lebih cepat, 3,5 tahun,” kata Rendra saat ditemui di Laboratorium Termodinamika, Departemen Teknik Kimia, ITS Surabaya beberapa waktu lalu.

Waktu kuliah yang lebih cepat itu, kata Rendra, tak lepas dari peran tangan dingin dosen pembimbingnya, Prof. Dr. Ir. I Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya.Rendra yang kala itu masih berada dalam

Menolak Pinangan Kampus Lain, Doktor Termuda Ini Pilih

“Balik” ke ITS

Vol.9.I.20198

Tokoh

Oleh : Citra & BoniFoto : Lintang

Page 9: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Tidak hanya cukup, bahkan sebagai anak muda, Rendra tak kehilangan waktu me time-nya yang biasanya dihabiskan bersama teman-teman sebaya Rendra. “Di sela-sela 3,5 tahun itu saya masih sempat kok main bersama teman, makan bareng, nonton bioskop, travelling ke tempat-tempat wisata di sekitar Jawa Timur, bahkan saya juga sempat kerja part time sebagai guru les,” sebut asisten peneliti ini.

Memberikan les kepada siswa SMA sengaja ia lakukan, tidak hanya karena bisa menghasilkan tambahan uang saku, namun juga untuk melatih skill mengajarnya. Maklum saja, Doktor berpostur tubuh mungil ini memang bercita-cita menjadi dosen dan peneliti, sehingga kemampuan mengajar disadarinya akan menjadi sebuah keterampilan lain yang harus dimiliki. Untuk diketahui, saat ini Rendra tengah menjalani proses perekrutan dan seleksi untuk menjadi dosen di ITS.

Untuk pekerjaan ini, Rendra bahkan rela menolak pinangan untuk menjadi dosen dari sejumlah PTN dan PTS. Ia pun belum terpikirkan untuk melamar bekerja di perusahaan swasta sebagai karyawan. Baginya, menjadi dosen dan peneliti lebih dari sekadar sebuah pekerjaan, namun juga sebuah pengabdian. Apalagi dirinya penyandang gelar Doktor, di mana baginya Doktor adalah orang yang berdiri di ujung horison perkembangan ilmu pengetahuan.

Menjadi peneliti di Indonesia diakui Rendra memang belum seberapa menjanjikan secara ekonomi jika dibandingkan dengan peneliti-peneliti di luar negeri, sebut saja di wilayah Asia Tenggara. “Soal kecukupan ekonomi itu pada prinsipnya tergantung gaya hidup kita masing-masing. Tapi secara umum kita dibandingkan dengan Malaysia saja sangat jauh. Namun sekali lagi, bukan hanya materi semata yang saya cari,” ujar Rendra yang juga penerima beasiswa Bidikmisi ini.

bimbingan Prof. Dr. Ir. Ali Altway, MS, mendapat tawaran untuk mengikuti program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). “Pencapaian saya ini berkat Prof. Gede, yang memberikan timeline yang jelas. Prof. Gede juga yang banyak memberikan bimbingan, mulai dari konsep riset hingga publikasi yang target-targetnya jelas, terarah, dan terukur, sehingga semua proses berjalan lebih cepat,” ungkapnya.

Ia menegaskan, manajemen waktu menjadi sangat penting dalam pencapaian gelar Doktoralnya di usia muda ini. “Saya juga banyak dididik soal manajemen waktu oleh ibu saya,” terang putra pasangan Suwardjito dan Miftachul Djannah ini.

Pendampingan itu pula yang membuat Rendra dalam waktu 3,5 tahun telah mengantongi tiga karya ilmiah yang terpublikasi di jurnal bereputasi internasional. “Sebab syarat kelulusan PMDSU ini salah satunya adalah menghasilkan dua jurnal internasional,” ujar pemuda asal Malang, Jawa Timur ini.

Dalam disertasinya, Rendra terfokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin. Alasannya, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas.

Tidak hanya itu, penggunaan bahan bakar bensin juga sangat tidak ramah lingkungan. Untuk itu, ia menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa yang dapat dengan mudah propertinya ditemukan di Indonesia.

Untuk meneliti ini, Rendra mengakui harus melalui banyak kesulitan. Salah satunya adalah kesulitan dalam mendapatkan bahan baku kimia yang harus diimpor dari luar negeri.

“Jadi karena pembelian bahan-bahan kimia itu dilakukan saya sebagai individu (bukan lembaga seperti kampus) jadi izin masuknya barang pesanan saya itu ke Indonesia sangat sulit,” terang kelahiran 25 November 1994 ini.

Meski begitu, hal tersebut tidak mengganggu target waktu yang diberikan Pemerintah di program PMDSU. “Tenggat waktu yang pemerintah berikan sudah pas, kami penerima program PMDSU dapat cukup waktu untuk menyelesaikan proses perkuliahan, penelitian, hingga disertasi,” ujar Rendra.

“ “Saya ingin menjadi dosen, karena dosen merupakan salah satu profesi yang

memberi kebebasan kita untuk berkarya. Saya ingin melakukan banyak penelitian

dan berkarya,

Rendra Panca AnugrahaDoktor Termuda

Vol.9.I.2019 9

Tokoh

Page 10: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Tahun 2019 ini Pemerintah akan berfokus untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), untuk itu sejumlah langkah dilakukan dalam berbagai bidang. Khusus bidang pendidikan tinggi anggarannya ditingkatkan dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa juga digenjot, diantaranya kuota beasiswa Bidikmisi.

Bagi Kemenristekdikti peningkatan SDM melalui penerima Bidikmisi selain mewujudkan program Pemerintahan, juga untuk melaksanakan Undang-undang PendidikanTinggi yang mengamanatkan kuota beasiswa mesti ditingkatkan.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Ismunandar mengutarakan dari tahun ke tahun kuota Bidikmisi terus meningkat, Sejak diluncurkan pertama kali dengan kuota untuk 60 ribu mahasiswa, pada 2018 kuota nasional Bidikmisi mencapai 90 ribu mahasiswa dan tahun 2019 ini, Pemerintah meningkatkan anggaran Bidikmisi sehingga kuotanya mencapai 130 ribu mahasiswa di seluruh Indonesia. Ratusan ribu lulusan Bidikmisi pun kini tersebar di tanah air dengan berbagai macam profesi pekerjaan dan bahkan ada yang melanjutkan hingga ke jenjang S2.“Sejumlah langkah kita lakukan untuk program

Vol.9.I.201910

Oleh : SyariefFoto : Ageng

Laporan Utama

Page 11: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Ditjen Belmawa dalam meningkatkan mutu SDM kita, untuk pendidikan tinggi yang bermutu, dengan meningkatkan APK yang saat ini mencapai 34,5 persen, dan ditargetkan pada 5 tahun ke depan menjadi 50 persen yakni dari 7,5 juta mahasiswa menjadi 11 juta pada tahun 2024. Ini merupakan langkah peningkatan besar,” kata Ismunandar.

Ismunandar mengutarakan upaya mencapai itu mesti dilakukan antara lain dengan kuliah daring (dalam jaringan) yang diperbanyak, kuota beasiswa mahasiswa miskin ditambah seperti Bidikmisi dan lain lain. Pihaknya juga terus membahas hal ini bersama Kementerian Keuangan dan Bappenas. Selain Bidikmisi, Ia juga menyebutkan berfokus pada beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik) beasiswa khusus untuk mahasiswa Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (3T) untuk wilayah Papua, Papua Barat dan kawasan Timur.

Saat ditanya evaluasi dan prestasi apa saja yang dicapai pada program beasiswa Bidikmisi, Ismunandar mengutarakan prestasi lulusan mahasiswa peserta Bidikmisi sangat baik. Pihaknya meminta kalangan perguruan tinggi penerima kuota Bidikmisi melakukan pemantauan dan pembinaan atau tracer study yang mencakup pendataan tentang keberadaan lulusan program ini. Misalnya, berapa lama setelah kelulusan mendapat pekerjaan, mendapat pekerjaan jenis apa dan dilembaga atau perusahaan apa saja.

“Selama ini laporan para alumni Bidikmisi yang kita lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK yang baik, cepat mendapat pekerjaan, dan tingkat kegagalannya rendah. Kalaupun ada yang gagal mereka tidak lulus ini pun sangat kecil sekali,” cetus Ismunandar yang dikenal sebagai salah satu Guru Besar termuda di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Hemat dia, prestasi yang baik dari para lulusan Bidikmisi dimungkinkan karena mereka dari kalangan tidak mampu, kemudian mendapat beasiwa dan bantuan yang memadai guna membantu penyelesaian kuliahnya, sehingga memantik semangat mereka berprestasi.

Mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Washington, Amerika Serikat ini mengatakan jajaran Ditjen Belmawa Kemenristekdikti terus berupaya melakukan pengelolaan yang lebih baik untuk program Bidikmisi dan beasiswa lainnya. Para penerima

beasiswa merupakan orang yang tepat bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Pengelolaannya mesti tepat waktu dan tepat jumlah dalam penyalurannya.

Kalangan Perguruan Tinggi penerima kuota diharapkan terus melakukan pembinaan secara rutin melakukan monitoring dan dialog menyangkut kondisi pembelajaran dan prestasi para penerima Bidikmisi. Penerima Bidikmisi diwajibkan meraih IPK tidak kurang dari 2,75. ”Kalangan Perguruan Tinggi kita minta terus memonitoring dan lakukan pembinaan guna memotivasi para mahasiswa peserta Bidikmisi,” ujarnya seraya menambahkan pihaknya pasti memantau pula melalui sistem online.

“ “Bidikmisi akan selalu menjadi andalan

agar akses anak-anak yang ingin berkuliah selalu terjaga dengan baik. Dengan

demikian pula, SDM Indonesia yang kompeten juga akan dipupuk dengan baik

beberapa tahun ke depan

IsmunandarDirektur Jenderal Pembelajaran dan

Kemahasiswaan

Vol.9.I.2019 11

Laporan Utama

Page 12: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Dunia ekonomi dan bisnis di Indonesia sedang berada pada eforia dengan pencapaian bebarapa perusahaan start up yang mendapatkan label unicorn. Yaitu perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar. Hingga saat ini terdapat tujuh perusahaan start up unicorn di Asia Tenggara, dan empat di antaranya berasal dari Indonesia.

Wajah baru perekonomian berbasis digital inilah yang kemudian diantisipasi oleh Universitas Padjadjaran, Bandung dengan membuka Program Studi (Prodi) Bisnis Digital pada tahun ajaran 2018/2019. Prodi yang baru pertama kali ada di Indonesia ini di bawah Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

“Ahmad Zaky (pendiri Bukalapak, red) dan Nadiem Makarim (pendiri Gojek, red) pernah datang dan mengaku kekurangan data scientist. Untuk mengurusi tentang user experience saja misalnya, mereka harus mendatangkan dari luar negeri. Sehingga biayanya menjadi sangat tinggi,” ungkap Kepala Prodi Bisnis Digital Sunu Widianto.

Menurut Sunu Widianto, hingga saat ini di Australia hanya ada 2 prodi sejenis, sedangkan di Inggris hanya ada sekitar 3. Tak

mengherankan apabila pada industri bisnis digital, terdapat kebutuhan yang sangat tinggi dan kelangkaan SDM di area keahlian ini.

Kenyataan di atas memberikan sedikit gambaran terhadap kendala yang biasanya dihadapi di pasar. Banyaknya ahli informatika ataupun komputer, tetapi kurang memiliki kepekaan bisnis. Begitu pula sebaliknya, tak sedikit pula pakar bisnis yang sama sekali tak mengerti teknologi informasi. Mereka dapat begitu saja melewatkan peluang-peluang dalam teknologi informasi yang dapat dimonetisasi.

Bedasarkan kurikulum yang dirancang, sekitar 60 persen hingga 70 persen mata kuliah yang diberikan bakal berhubungan dengan bisnis, sedangkan sisanya lebih ke arah hardskill. Contohnya, mahasiswa akan mempelajari tentang web design, coding, programming, hingga Phyton. Sehingga para lulusan prodi ini akan menjawab tantangan zaman dengan kemampuan hybrid.

“Mereka akan memiliki naluri atau kepekaan bisnis yang tinggi, sekaligus juga menguasai teknologi informasi,” jelas Sunu Widianto.

Memupuk Lulusan Hybrid,Bisnis dan Informatika

Oleh : Dinna & DoddyFoto : Gama

Vol.9.I.201912

Laporan Utama

Page 13: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Beberapa jenis softskill seperti halnya leadership skill dan managerial skill juga akan diberikan kepada para mahsiswa. Menurut Sunu Widianto, masalah kepemimpinan ini sering jadi penyebab sebuah perusahaan start up tak mampu berkembang.Secara garis besar, pada semester pertama dan kedua, mahasiswa diberikan fondasi tentang bisnis, ekonomi, dan penelaahan komputer. Pada semester 2 pula, mereka diajarkan tentang desain thinking, yaitu bagaimana membuat project-project yang memiliki empati.

Peminatan pada masing-masing keahlian akan dimulai pada semester ke-4, dimana para mahasiswa dapat mengambil paket-paket mata kuliah yang sesuai. Keahlian yang dimaksud, terbagi bedasarkan tiga hasil pembelajaran (learning outcome) dari prodi ini, yaitu yang terkait dengan Start Up, Data Scientist, dan Fintech (financial technology).

Pada tingkat semester ini pula akan diberlakukan sistem Mentor Kampus dan Mentor Start Up. Sehingga para mahasiswa juga akan magang di perusahaan Start up rekanan. Hal ini sangat berguna, khususnya bagi mahasiswa Peminatan Start Up. Karena di akhir perkuliahan mereka diminta untuk menciptakan Start up sendiri.

Selain itu, Prodi Bisnis Digital juga memiliki kerjasama dengan Mandiri Capital. Mahasiswa dapat mengajukan ide atau konsep bisnisnya untuk mengakses pemodalan dari institusi tersebut.Optimisme terhadap lulusan yang memilih Peminatan Data Scientist, dapat dilihat dari fenomena Big Data dan kaitannya dengan riset pasar yang kini begitu dibutuhkan oleh sebuah industri ketika ingin meluncurkan, memasarkan, atau juga mempromosikan sebuah produk. Ketika bekerja, para lulusan diharapkan mampu mengolah data untuk tujuan-tujuan industri tersebut.

Pembentukan formasi dosen pada awal-awal berdirinya prodi ini juga menyisakan cerita tersendiri. Adanya mata kuliah bisnis dan informatika dalam kurikulum, mensyaratkan ketersediaan dosen-dosen yang berasal dari dua latar belakang keilmuan berbeda.

Sementara beberapa orang yang menguasai Big Data, kini bekerja di perusahaan-perusahaan unicorn dengan gaji yang selangit. Sehingga sulit diajak untuk menjadi dosen.

Beruntung kemudian ia bertemu dengan para peneliti di LIPI Bandung. Merekalah yang nanti akan mengampu beberapa mata kuliah yang bersifat hardskill. Sementara saat ini terdapat juga beberapa dosen yang sedang disekolahkan ke luar negeri untuk mempelajari hal-hal tersebut.

Pada tahun ajaran pertamanya ini, Prodi Bisnis Digital menerima 42 mahasiswa dari sekitar 3000 peminat. Para mahasiswanya rata-rata memiliki ekspektasi dan antusiasme tinggi. Seperti halnya Azahra Arumita (18) yang mengaku tertarik untuk menjadi seorang data scientist.

“Waktu pertama kali tahu, kayaknya jurusan ini kekinian banget. Campuran antara bisnis dengan masa kini yang serba digital. Sesuai untuk berbagai perkerjaan ke depannya,” ujar mahasiswi yang berasal dari Kota Bekasi tersebut.

Lain halnya dengan Alief Riansyah (18), dengan bekal pelajaran yang didapatnya ia berniat untuk memodernisasi pengelolaan usaha keluarga yang bergerak di bidang catering. Walau untuk itu, ia yang memiliki latar belakang IPS pada saat SMU mengaku harus belajar ekstra keras demi menguasai programming, coding, dan sebagainya.

Sementara, Ivan (18) dan Michael (18) yang berasal dari Kota Bandung, secara kecil-kecilan mencoba mendirikan usaha bersama. Pada saat liburan semester pertama, mereka bersama satu orang temannya lagi membuat usaha makanan siap saji berkonsep rice bowl yang saat ini cukup populer di masyarakat. Walau masih seumur jagung dan volume penjualan yang rendah, mereka tetap optimis untuk mengasah project bisnis tersebut.

“ ““Ternyata di lapangan yang benar-benar mengerti tentang

Big Data itu jarang,”

Sunu WidiantoKepala Prodi Digital dan Bisnis

Universitas Padjajaran

Vol.9.I.2019 13

Laporan Utama

Page 14: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Teknologi informasi yang kini hadir dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mendorong terwujudnya fenomena revolusi industri 4.0. Indonesia pun tak pelak harus mampu mengantisipasinya dengan mempersiapkan diri, terutama dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM). Tujuannya agar kompetisi ini dapat membawa perubahan positif bagi perekonomian nasional.

Tanggung jawab bersama ini pun ditanggapi secara positif oleh perusahaan multinasional yang bergerak di bidang digital, Google. Mereka berusaha untuk turut mendorong digitalisasi di Indonesia untuk mendukung percepatan revolusi industri 4.0. Upaya tersebut dilakukan dengan menumbuhkan ekosistem digital, khususnya start up melalui berbagai komunitas di masyarakat.

Kehadiran Presiden RI Joko Widodo di markas besar Google di Silicon Valley, Amerika Serikat menjadi pemicu semakin cepat terwujudnya niatan tersebut. Saat itu, salah satu petinggi Google menjanjikan kepada Presiden RI Jokowi untuk memberikan pelatihan kepada 100.000 developer di Indonesia hingga tahun 2020.

“Namun ternyata kami melampaui target tersebut. Sejak 2016 hingga akhir 2018, kami telah berhasil melatih hingga 110.000 developer asli Indonesia,” jelas Putri Alam, Head of Public Policy

& Government Relations Google Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya diwujudkan dalam berbagai program pelatihan yang dilakukan oleh Google bekerjasama dengan berbagai pihak.

Google Developers Launchpad merupakan salah satu yang paling dikenal. Bekerjasama dengan institusi lokal bernama Kibar, mereka meluncurkan program “Digitaraya”. Diluncurkan selaras dengan Program 1000 startup Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), selama beberapa bulan peserta mendapatkan materi dan pengajaran Google dari mentor lokal dan asing.

Khusus pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Google memiliki program Gapura Digital. Kemudian mereka bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian untuk mengadakan pelatihan langsung untuk kelompok yang telah terpilih. Program kerjasama bertajuk “Sahabat Go Digital” ini berupaya meningkatkan kemampuan UKM yang memiliki potensi untuk melebarkan target pasar yang lebih luas dan menjangkau pelanggan dari luar negeri.

“Saat ini kami juga fokus untuk mempelajari dampak ekonominya. Apakah hasil pelatihan ini berdampak terhadap kehidupan ekonomi mereka maupun juga perekonomian negara,” jelas Putri Alam.

Oleh : Gama & DoddyFoto : Adnan

Akselerasi Ekosistem Digitalala Google Indonesia

Vol.9.I.201914

Laporan Utama

Page 15: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Selain program-program tersebut, Google juga membina berbagai komunitas yang tergabung dalam Google Developers Community. Termasuk di dalamnya Google University Students Club yang tersebar di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Berbagai komunitas ini berkembang cukup pesat, salah satunya dikarenakan mudahnya proses pengurusan. Para pegiat komunitas yang memiliki ketertarikan terhadap teknologi digital cukup mengajukan diri kepada Google untuk membentuk klub tersendiri.

Budaya Kerja Google

Hadir di Indonesia sejak tahun 2012, Google Indonesia terus mengembangkan diri. Dalam waktu dekat, mereka pun akan membuka Google Cloud Region di Indonesia untuk mendukung kinerja produk yang mereka miliki.

Investasi dalam bisnis ini pun selaras dengan pengembangan SDM yang mereka miliki. Bedasarkan pengalaman selama beberapa tahun belakangan, mereka menilai bahwa kompetensi SDM di Indonesia sudah baik.

Google memiliki beberapa kriteria dalam memilih SDM. Saat perekrutan, terdapat empat buah pilar yang menjadi kriteria mereka dalam memilih karyawan. Kriteria pertama ialah General Cognitive Ability, yaitu bagaimana seseorang dapat

memecahkan masalah, berpikir kritis, dan kreatif. Kemudian ada Role Related Knowledge, yaitu bagaimana kemampuan seseorang terhadap bidang kerjanya; serta Leadership atau kepemimpinan.

Kriteria terakhir dan yang paling penting ialah, Googlines. Kriteria ini mensyaratkan kesehatan calon karyawan dengan nilai-nilai dasar dan budaya Google. Seperti halnya fleksibilitas. Hal ini terkait dengan Google yang tidak menerapkan waktu kerja, maupun keharusan karyawan untuk hadir ke kantor. Keseriusan mereka dalam bekerja dinilai dari tanggung jawab terhadap pekerjaan, bukan menggunakan absensi.

“ “Yang paling penting dan paling mendasar ialah kecintaan terhadap teknologi.

Percaya bahwa teknologi hadir untuk membantu hidup seseorang

Putri Alam

Head of Public Policy & Government Relations

Google Indonesia

Akselerasi Ekosistem Digitalala Google Indonesia

Vol.9.I.2019 15

Page 16: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Akreditasi dalam dunia pendidikan tinggi bermakna sebuah pengakuan atas suatu lembaga pendidikan yang menjamin standar minimal. Sehingga lulusannya kompetitif, memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memasuki pendidikan spesialisasi, atau untuk dapat menjalankan praktik profesinya.

Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT, Prof. T. Chan Basaruddin, Drs, M.Sc, Ph.D mengatakan, pihaknya telah melakukan pengembangan Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi (IAPT) terbaru pada 1 Oktober 2018 lalu. Pengembangan ini ditandai dengan peluncuran IAPT yang baru atau versi 3.0, pada 28 Maret 2019 lalu.

Dibandingkan versi sebelumnya, versi terbaru ini lebih menekankan pada outcome dan diferensiasi misi dalam pengelolaan perguruan tinggi. Di mana akreditasi tidak lagi hanya fokus pada persoalan administratif dan input semata. “Dulu kita hanya menanyakan input, jumlah dosen berapa, mahasiswa berapa. Karena diharapkan kalau input bagus maka proses akan bagus juga,” jelas Vice-President of The Association of QA Agencies in the Islamic World (IQA) ini.

Namun sekarang output dan outcome representatif. Akan dilihat juga bagaimana perspektif user. “Sebab bicara mutu, maka quality is into eyes of the order,” ungkap Chan.Dalam praktiknya, sistem baru ini membuat perbedaan yang sangat besar, karena akan melibatkan proses berpikir kritis. Kita akan temukan di mana kelemahan dan kekuatan dari perguruan tinggi. “Jadi tidak hanya sekadar mengisi form, ada analitiknya,” terang Chan.

IAPT yang baru ini juga didasarkan pada aspek misi penyelenggaraan dan tata kelola perguruan tinggi. Aspek misi dibagi menjadi dua, yaitu akademik dan vokasi. Sementara pada aspek tata kelola dibagi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU), Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN Satker), dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Terus dikembangkannya instrumen akreditasi, menurut Chan sangat penting, terlebih lagi saat ini pemerintah dalam hal ini Kemenristekdikti tengah menggenjot Angka

Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi. Upaya ini, menurut Chan harus dilakukan secara hati-hati, karena meningkatkan APK dalam waktu yang terlalu singkat konsekuensinya berpotensi mengorbankan mutu. Chan

justru menyarankan, prioritas lebih baik diposisikan pada peningkatan mutu. Sementara peningkatan akses dapat dilakukan secara bertahap dan terukur.

“Ibaratnya kalau sekarang 34 persen, jangan langsung menargetkan 40 persen,” ucap Pria kelahiran Bengkulu ini.Sebab menurut Chan, persoalan mutu perguruan tinggi juga membutuhkan perhatian besar di Indonesia. Masih terkait mutu, Chan menjelaskan, bahwa secara umum kendala yang dihadapi perguruan tinggi saat ini adalah persoalan SDM dosen. Perguruan tinggi di Indonesia rata-rata masih menggunakan prinsip satu prodi enam dosen. “Padahal banyak bidang-bidang yang membutuhkan lebih banyak dosen, seperti bidang seni, vokasi-vokasi tertentu, dan engineering,” sebutnya.

Jumlah dosen di Indonesia saat ini baru sekitar 300 ribu orang. Dari jumlah tersebut populasi dosen yang sudah mengantongi S3 juga masih kecil. Dibandingkan dengan Malaysia saja Indonesia terhitung tertinggal, mayoritas dosen di negeri jiran itu sudah S3. “Di kita sebaliknya, padahal untuk jadi dosen yang benar itu harus mengambil pengalaman studi tingkat tinggi,” ungkap Chan.

Ia berharap persoalan pemenuhan jumlah serta kualifikasi dosen ini dapat dipenuhi melalui program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). “SDM yang dikirim melalui LPDP itu potensinya cukup besar,” ujar Chan.

Ketika ditanya bagaimana proses akreditasi di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain, Chan mengakui jika di lingkup kawasan Asia Tenggara Indonesia terhitung leading.

Oleh : CitraFoto : Adnan

Vol.9.I.201916

Laporan Utama

Budaya akademik yang belum mapan di Indonesia, menyebabkan akreditasi menjadi aset penting yang harus

dimiliki setiap perguruan tinggi. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terus berbenah, memperbarui instrumen untuk menyesuaikan standar penilaian dengan

kebutuhan zaman.

Page 17: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

“Tidak mudah melakukan perbandingan. Tapi kalau di ASEAN, Indonesia dan Malaysia terhitung leading. Singapura tidak punya (sistem akreditasi), karena kampus mereka sudah bagus-bagus, Filipina sudah cukup lama, dan lebih maju,” terang Chan.

Sedangkan jika dibandingkan dengan negara maju, Chan menceritakan bahwa akreditasi justru tidak diwajibkan di sana. Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengambil ataupun tidak mengambil akreditasi. Hal ini disebabkan karena budaya akademik di negara maju sudah mapan. “Akreditasi di perguruan tinggi negara maju itu pilihan, sifatnya volunteer,” jelas dia.

Di Indonesia diwajibkan, karena negara ini masih pada fase awal membangun budaya akademik. Semakin dewasa diharapkan kesadaran mutu di masyarakat maupun di perguruan tinggi akan semakin baik. Upaya menjaga mutu ini, kata Chan, tentu saja harus dilakukan secara berkala, atau sesuai aturan harus dilakukan lima tahun sekali atau kurang dari lima tahun apabila perguruan tinggi yang bersangkutan mengajukan permohonan untuk diakreditasi ulang. Namun menurutnya, hal tersebut belum cukup, sistem monitoring harus lebih ketat dilakukan agar Kemenristekdikti memiliki early warning system yang baik.

“Di mana jika ada ketidakberesan harus ada alarm,” ujar Chan.Misalkan, sebuah perguruan tinggi ketika sudah terakreditasi A seringkali kalap dan merekrut mahasiswa banyak-banyak, karena namanya semakin menjual setelah mengantongi akreditasi tersebut. Akibat yang sering terjadi, penambahan mahasiswa tidak diikuti penambahan jumlah dosen yang memadai yang menyebabkan rasio dosen dan mahasiswa tidak memadai.

“Kalau sudah 1:80 sudah tidak bagus. Bisa turun akreditasinya,” jelas Chan. Jangka waktu untuk melakukan akreditasi ulang pada perguruan tinggi menurut Chan juga baiknya dievaluasi. Tidak disamaratakan semuanya lima tahun sekali, melainkan dapat dibedakan antara yang sudah terakteditasi A, B dan C.Seperti di luar negeri, semakin baik dan stabil akreditasinya diperbolehkan agak jarang melakukan akreditasi ulang. Sebaliknya, semakin rendah dan mengkhawatirkan akreditasi perguruan tinggi, maka harus semakin sering dievaluasi akreditasnya.

“Saya mengusulkan akreditasi C tiga tahun sekali, B lima tahun, dan A tujuh tahun. Lalu semakin mengkhawatirkan kondisi PT, maka harus annual dilakukan,” terang pria yang menyelesaikan Master of Science dan Ph.D di Computing di University of Manchester, Inggris ini.

Chan mengatakan, menjadi badan akreditasi perguruan tinggi di Indonesia memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya tantangan jumlah perguruan tinggi yang tidak sedikit harus

berjalan seirama dengan jumlah SDM asesor yang terbatas di BAN-PT itu sendiri.

Per 28 Februari 2019 jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi di Indonesia sudah mencapai 2.003 dari total 4.700-an perguruan tinggi di indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.180 di antaranya masih terakreditasi C. Sedangkan jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi A masih 86 saja.“Dari sisi proporsi (akreditasi) A dan B masih sedikit, mayoritas di C. Sedangkan dari sisi prodi, sebanyak 19.651 dari 28.000 prodi sudah terakreditasi. Masih ada 8.000-an prodi lebih yang belum terakreditsdi. Lumayan dari jumlah tersebut, yang terakreditasi A sudah hampir 3.500 prodi,” kata alumnus UGM ini.

Dari sisi akreditasi tidak masalah penyesuaian terhadap prodi kekinian. Menurut Chan, akreditasi untuk prodi kekinian atau yang berbau 4.0 masih tetap menggunakan instrumen yang sama sepanjang berada di jalur yang sama, apakah itu akademik atau vokasi. Tidak hanya itu, instrumen akreditasi juga dibedakan berdasarkan jenjang S1 atau S2.

“Karena BAN PT itu bersifat generik. Kalau mau yang spesifik itu ada di Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Maka kalau akreditasi prodi diserahkan pada LAM, untuk prodi kekinian harus di-update instrumennya,” jelas mantan Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ini.

Ia memaparkan, bahwa berdasarkan UU, BAN PT memang diminta fokus pada proses akreditasi perguruan tinggi. Sedangkan yang lebih spesifik diserahkan pada LAM, meski disayangkan, karena sampai detik ini baru ada satu LAM, yakni LAM di bidang kesehatan.

Sementara yang lain belum berdiri karena berbagai alasan. Untuk LAM dalam hal ini Pemerintah, pasif menunggu apakah sudah ada proposal belum dari masyarakat. Ada proposal yang masuk tapi tidak sederhana. Kementerian mereview, kementerian cukup hati-hati dalam memberikan izin, jangan sampai LAM tidak ada legitimasi.

“Kalau BAN-PT lebih pasif sifatnya untuk permintaan me-review usulan itu. Untuk dipelajari dan disampaikan rekomendasi pembentukan LAM,” imbuh Dekan Fakultas Ilmu Komputer UI ini.

Kemudian terkait perizinan prodi, Chan juga meminta pemerintah lebih mengencangkan pengawasan setelah prodi tersebut beroperasi. Jika dalam asesmen dan evaluasi prodi tersebut tidak benar dan melenceng, maka Pemerintah tidak boleh segan-segan untuk menutupnya. “Namun perlu juga diperhatikan agar langkah penutupan tidak merugikan masyarakat,” pungkas Chan.

Vol.9.I.2019 17

Page 18: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

General Manager ITS Tim Sapuangin Mochammad Hafis Habibi mengatakan, kemenangan tim di London 2018 kemarin merupakan hasil kerja keras dan kerja sama yang baik di internal tim.

Juli 2018 lalu merupakan peristiwa membanggakan bagi bangsa, sebab delapan anak muda yang tergabung dalam tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) berhasil meraih piala karena menjadi yang terdepan di ajang Shell Eco-Marathon (SEM) Driver World Championship (DWC) di sirkuit Queen Elizabeth Olympic Park, London. Ajang ini merupakan kejuaraan yang menguji kecepatan dan daya tahan kendaraan hemat energi.

Kemenangan mereka menjadi oase sebab dua kali kejuaraan sebelumnya mereka gagal meraih juara. Tapi jangan salah, mereka gagal bukan karena kendala teknis atau kalah inovasi teknologi dengan tim lain.

Pada gala 2016, mobil ciptaan mereka secara mengejutkan terbakar didalam peti kemas. Hati siapa yang tak hancur ketika melihat mobil yang seharusnya bisa dipacu di medan laga malah ditemukan telah gosong, Sementara pada 2017, Sapuangin juga gagal karena kendala cuaca.

Oleh : NenengFoto : Adnan

Vol.9.I.201918

Aktual

Page 19: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Habibi merupakan pengendara mobil juara Sapuangin XI Evo

2 di London. Dia saat ini merupakan mahasiswa

tingkat akhir yang sangat ingin

meninggalkan warisan berbagai

kemenangan Sapuangin di level

internasional. Dia menuturkan, target kejuaraan dalam waktu dekat ini adalah, Shell Eco Marathon (SEM) Asia di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia dan Student Formula Japan (SFJ).

Menariknya adalah, setelah sejak 2009 berhasil mengembangkan mobil Sapuangin generasi 11 yang hemat energi, selanjutnya tim berhasil mengembangkan mobil Sapuangin Speed 6 yang siap berlaga di Jepang. Habibi menjelaskan, Sapuangin sendiri diambil dari ajian Sunan Kalijaga yang konon bisa bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain.

Oleh karena itu, tim akan terus mengasah keahlian mereka agar tidak hanya bisa memenangkan piala mobil irit di DWC di London, namun juga bisa unjuk gigi di SFJ yang tidak sekedar adu cepat namun juga piawai bermanuver, ketahanan, konsistensi desain, dan punya strategi pemasaran yang baik.

Tentu untuk mencapai juara pasti ada hal yang dikorbankan. Bagaimana para mahasiswa ini membagi waktu antara kuliah dan ngebengkel patut diapresiasi oleh berbagai pihak. Biasanya, ujar laki-laki berkulit hitam manis ini, anggota tim sampai harus menginap di workshop/bengkel. ‘’Biasanya kalau garap mesin itu dari jam 7 (malam) sampai jam 1 (pagi). Lalu kita testdrive sampai jam 6 pagi,’’ katanya.

“ “Mobil kompetitor itu banyak yang lebih bagus dari kami. Namun kunci

kemenangan kami adalah kekompakan strategi yang baik di internal tim

HabibiGeneral Manager ITS Tim Sapuangin

Vol.9.I.2019 19

Aktual

Page 20: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Apakah jadwal ngebengkel ini tidak mengganggu aktivitas kuliah, Habibie mengaku, memang sedikit terpengaruh. Apalagi jika ada jadwal kuliah jam 7 pagi maka mereka pun sehabis test drive langsung berlarian ke ruang kelas. Habibi menjelaskan, kekompakan tim tidak hanya terjadi dilapangan, namun bagi anak yang memiliki kemampuan akademik tinggi ini senantiasa membantu belajar anggota lain agar tidak menurun IPKnya.

Habibi mengaku, IPKnya sendiri saat ini masih aman yakni masih diatas 3. Atas perjuangannya di bangku kuliah dan juga dibangku setir, orangtuanya pun sangat mendukung dimanapun kiprah yang menurut Habibi tidak bisa lepas dari keduanya itu. ‘’Sebab kami memiliki dua target tahun ini. Target pertama adalah bisa lolos DWC dan menjadi juara. Sementara untuk SFJ kami berharap bisa masuk 20 besar dan juga berharap bisa meraih JAMA Award yakni penghargaan bagi tim yang bisa selesaikan

semua subeven SFJ,’’ harapnya.

Khusus untuk SEM di Sepang, Habibi mengaku tim saat ini sedang berkutat dengan perbaikan mesin. Selain itu juga ada regulasi baru di SEM yang kini mewajibkan mobil memiliki dua pintu. ‘’Kompetisinya semakin mepet dan kita dikejar waktu untuk memperbaiki kedua hal itu agar mbil kita bisa sesuai regulasi. Tapi Insya Allah kita masih bisa mencapai tujuan kita,’’ ungkapnya.

Manajemen tim Sapuangin sendiri dibuat seprofesional mungkin. Dari yang awalnya hanya sekumpulan anak tehnik mesin yang berhasrat menang di Shell Eco Marathon pada 2010 lalu, kini susunan organisasinya semakin berkembang. Habibi menuturkan, ada dua divisi yang dibentuk yakni divisi teknik dan non teknik. Teknik terbagi atas empat subdivisi yakni engine and drive train, vehicles dynamis, electrical dan body and frame. Sementara nonteknis terbagi atas subdivisi branding and design, publication, external relation, sponsorship serta accomodation and administration.

Habibi menjelaskan, tiap-tiap anggota diberi tanggung jawab untuk diberi tanggung jawab

mobil yang berbeda. Untuk mobil urban, katanya, diserahkan pengembangannya ke generasi yang lebih

muda sementara untuk mobil formula dibuat dan dikembangkan oleh anggota Sapuangin yang sudah memiliki dua tahun

pengalaman.

Atas prestasi yang telah diraih dan juga manajemen tim yang

bagus itu lalu bagaimana posisi tim Sapuangin dibandingkan tim dari

kampus lain, Habibi menjawabnya dengan memamerkan puluhan piala yang tersusun

rapi di lantai dua workshopnya. Katanya, untuk mobil urban posisi timnya masih nomor

satu teririt di Indonesia. Sementara untuk mobil formula posisinya di Indonesia

itu berada di posisi ketiga.

Vol.9.I.201920

Aktual

Page 21: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Habibi mengatakan, selama ini wadah bagi tim mobil irit dari berbagai kampus di Indonesia masih terbatas. Kalau untuk tingkat internasional masih mengandalkan Shell Eco Marathon sementara di Indonesia hanya ada Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) dimana KMHE sendiri menjadi ajang latihan bagi tim mobil irit se-Indonesia untuk persiapan SEM. Maka diapun ingin agar ada kompetisi nasional sebagai ajang persiapan bagi SFJ.

Sebagai mahasiswa akhir yang juga akan semakin dekat waktunya untuk berpisah dengan tim, Habibi ingin sekali lagi berkontribusi untuk membanggakan Indonesia di kompetisi internasional. Dia pun ingin agar tim Sapuangin dapat terus beregenerasi karena tim sebesar ini sangat sayang sekali jika tidak berkembang potensinya. ‘’Sebab momen yang ingin dirasakan terus itu ketika kita meraih hasil yang baik. Kita menang itu rasanya kayak buah yang manis dari kerja keras tim,’’ katanya menutup sesi wawancara.

Vol.9.I.2019 21

Aktual

Page 22: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota dengan luas wilayah 200,29 km2 ini terletak di antara Jakarta dan Bogor. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur.

Kota Depok terbentuk pada 27 April 1999 berdasarkan UU No. 15 Tahun 1999. Pada mulanya, Depok merupakan kota kecamatan dari Kabupaten Bogor. Namun pada tahun 1981 Pemerintah menjadikan Depok sebagai kota administratif.

Oleh : Fajri & Dadan Foto : Humas Universitas Indonesia

Foto : Peta Kota Depok

Vol.9.I.201922

Ragam

Page 23: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Menurut beberapa catatan, asal muasal nama Depok merujuk pada kata Deprok atau duduk-duduk santai ala Melayu. Konon Prabu Siliwangi sangat terkesima dengan keindahan alam bantaran Sungai Ciliwung dan deprok di kawasan itu. Akhirnya oleh masyarakat sekitar kawasan tersebut disebut Depok secara turun temurun.

Salah satu ikon Kota Depok adalah Belimbing. Belimbing Depok dikenal dengan Belimbing Dewa. Merujuk pada laman resmi Pemerintah Kota Depok, belimbing varietas ini merupakan hasil penangkaran petani bernama H. Usman Mubin. Belimbing Dewa memiliki buah yang cukup besar.

Keberadaan Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Gunadarma, dan perguruan tinggi lain membawa perubahan yang sangat besar bagi Kota Depok, perekonomian masyarakat pun tumbuh. Usaha kos-kosan, kuliner, maupun percetakan dan usaha lainnya tumbuh subur di sekitar kampus. Margonda contohnya, Anda dapat menemui berbagai usaha itu. Kuliner populer kekinian tumbuh subur di kawasan ini, es pocong salah satu contohnya.

Kota Depok sebagai bagian kawasan metropolitan Jabodetabek diharapkan menjadi daerah yang rapi nyaman bagi penduduknya.

Berat per buah Belimbing Dewa yang berwarna kuning jingga ini bisa mencapai 800 gram. Rasa buah Belimbing Dewa, manis, dan konon memiliki khasiat sebagai penurun darah tinggi, nyeri lambung, serta kencing manis. Penasaran dengan manisnya buah spesies Averrhoa carambola L, Anda bisa menemukannya di agro wisata Belimbing Dewa di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

Selain terkenal akan belimbingnya, Depok juga terkenal sebagai Kota Pendidikan. Julukan ini muncul dikarenakan munculnya berbagai kampus baik negeri maupun swasta di Kota Depok. Bermula dengan pemindahan basis Universitas Indonesia dari Jakarta ke Depok pada dekade 1980-an.

Foto : Rektorat Universitas Indonesia

Foto : Ilustrasi Belimbing Dewa

Vol.9.I.2019 23

Ragam

Page 24: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah berupaya meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi masyarakat dan warga negaranya di tanah air. Diantaranya, dengan program beasiswa Bidikmisi yang memberi kesempatan dan partisipasi bagi mahasiswa tidak mampu, namun berprestasi melanjutkan kuliah ke pendidikan tinggi. Sejak dirintis, Pemerintah terus meningkatkan kuota program beasiswa ini. Tercatat tahun 2018 kuota Bidikmisi 90 ribu orang, tahun 2019 ditingkatkan menjadi 130 ribu orang dan akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.

Terkait program ini, sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memberikan kesaksian dan apresiasi tentang manfaat program tersebut. Diantaranya, penerima Bidikmisi Ulfa Nurjanah dan Agung Prasetiono Nugroho. Keduanya menempuh kuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Keduanya dipertemukan di Kampus tersebut dan berjodoh menjadi pasangan suami istri. Mereka merupakan aktivis Kampus. Pendek kata, beasiswa Bidikmisi menyatukan hati kedua aktivis kampus ini menjadi pasangan yang kompak, berjiwa aktivis, dan berjiwa entrepreneur, dan kini berwirausaha. Ulfa Nurjanah, merupakan lulusan SMK Negeri 1 Slawi, Jawa Tengah tahun 2013. Lahir dari keluarga sederhana dengan sang ayah yang berprofesi sebagai kondektur bus. Ulfa kelahiran Brebes, 17 September 1995, merupakan anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Sunjoyo dan Maprikhatun. Dengan kesederhanaan hidup di kampungnya, Slawi, kedua orang tuanya tidak menginginkan Ulfa melanjutkan kuliah karena menyadari keterbatasan biaya. Namun demi tekadnya untuk

menempuh pendidikan lebih tinggi, Ulfa nekad dan berinisiatif mencoba sendiri mendaftar kuliah di Kampus Unnes.

Ia mendaftar dan lulus pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unnes sekaligus lolos mengikuti program Bidikmisi tahun 2013. Bidang manajemen dan marketing yang ditekuni selama kuliah ia manfaatkan diwaktu senggang untuk menambah penghasilan dan menunjang biaya hidup sehari hari dengan berjualan melalui online seperti kerudung, kosmetik, dan lain-lain. Tidak hanya berjualan online ia juga ikut serta kegiatan Kampus di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unnes sebagai bendahara BEM.

Nah, di organisasi Kampus inilah ia dipertemukan dengan seniornya, Agung Prasetiono Nugroho yang merupakan Ketua BEM Unnes. Di organisasi kampus itulah mereka saling tertarik satu sama lain, apalagi sang senior sekaligus mentor dirinyalah yang juga mendorong bakat dan jiwa wirausaha yang telah dimilikinya. Dengan menjadi aktivis dikampus diiringi tugas belajar yang padat serta menyibukkan diri dengan berjualan online, otomatis waktu yang dimiliki Ulfa pun amat ketat. Ia rela melakukan itu semua demi kesuksesan belajar dan kehidupannya.“Saya terpaksa mengorbankan waktu untuk bermain, karena harus mengatur waktu untuk kuliah dan belajar, mengatur waktu di organisasi BEM, mengatur waktu untuk berjualan online, guna menambah sangu sehari-hari serta biaya kos.

Alhamdulillah, semuanya dapat saya lalui dengan baik bahkan nilai kuliah dan kelulusan saya pun memuaskan atau cum laude dan saya tercatat lulusan tercepat pula,” papar Ulfa Nurjanah

Bidikmisi Satukan Dua

Hati dan PrestasiOleh : Doddy & Syarief Foto : Ageng

Vol.9.I.201924

Feature

Page 25: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

dengan senyum bahagia didampingi suaminya Agung di kediaman pribadinya, di kawasan perumahan Kota Semarang, Jawa Tengah. Kepada Tim Majalah Ristekdikti Ulfa menuturkan memutuskan menikah pada tahun 2018 dan kini dikaruniai seorang anak. Ulfa mengutarakan manfaat beasiswa Bidikmisi bagi dirinya amat membantu dalam memenuhi kewajiban belajar guna lulus dengan baik kendati ia aktif berorganisasi dan aktif wirausaha online. Karena prestasinya sebagai lulusan Bidikmisi dipercaya menjadi narasumber dan motivator di kalangan Kampus, Bahkan ia sudah pernah tampil di televisi swasta guna memberikan testimoni sebagai mahasiswa, aktivis kampus peserta Bidikmisi yang menjadi lulusan terbaik Kampusnya.

Selepas menikah, Ulfa melepas berjualan online dan kini merintis wirausaha Wedding Organizer (WO). Diapun berniat dapat melanjutkan kuliah S2 bidang Manajemen di Kampus selanjutnya, yaitu Universitas Diponegoro (Undip). Diapun membuka pelatihan kelas wedding dan salon kecantikan/Make Up Artist (MUA) bagi masyarakat.

Mr. Cuki Perluas Jaringan Mengisahkan pengalamannya berwirausaha, sang suami Agung yang menjadi mentor Ulfa, rupanya jadi mentor yang mempunyai pengalaman luas dalam mengembangkan jaringan usaha. Cumi Krispi dengan merk Mr. Cuki adalah usaha yang dirintis dan diproduksinya.

Penerima Bidikmisi yang ayahnya seorang supir truk ini kini mempunyai outlet atau cabang ke-29 di berbagai Kota, antara lain Semarang, Tegal, Jepara, dan juga di Jakarta. Adapun launching pertama usahanya digelar di Kampusnya, Unnes, sekitaran awal tahun 2017.

Pria kelahiran Jepara, 25 April 1992 ini merupakan anak ketiga dari pasangan keluarga Purwanto dan Tiur. Mengawali wirausahanya, dalam proses produksinya, Agung memperkerjakan lima orang yang terdiri dari kalangan ibu-ibu yang secara ekonomi juga tidak mampu.

Jebolan SMAN 1 Donorejo, ini masuk Fakultas Teknik di Unnes tahun 2010, dan merupakan penerima beasiswa Bidikmisi angkatan pertama. Dia mengaku sebagai orang yang berasal dari keluarga sederhana, beasiswa Bidikmisi amat membantu

aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kewajibanya untuk belajar, membayar biaya kos, membeli buku, dan uang jajan selama kuliah.

“Tentu kami amat bersyukur dengan beasiswa Bidikmisi, karena dengan ini memotivasi kami dalam kuliah dan belajar serta dapat beraktivitas di organisasi kampus dengan baik,” cetusnya di kediaman yang sama didampingi istri tercinta.Mengawali dengan modal awal Rp. 15 juta, dengan menggunakan gerobak dan kulakan, Ia berhasil menjual 100 porsi pertamanya saat peluncuran di Unnes.Ia mengaku per porsi Mr. Cuki ketika itu dijual seharga Rp. 6 ribu.

Ternyata animo konsumen di pasaran pada Mr. Cuki cukup besar. Kendati baru berusia dua tahun, kini Ia mempunyai 29 outlet dengan omzet yang terus meningkat. Ia pun membuka kerja sama kepada masyarakat yang berminat jualan Mr. Cuki dengan sistem franchise.

Kendati telah cukup maju, Agung dengan rendah hati mengaku masih dalam proses belajar. Ia bertekad untuk terus berkarya dan berinovasi apalagi menghadapi era kemajuan revolusi industri 4.0. Sistem pemasaran ia kemas dengan digital dan kerja sama dengan Gojek.

“Kami tengah berusaha terus mengembangkan inovasi Mr. Cuki, dan kami juga akan terus berinovasi menyiapkan antisipasi dengan sektor usaha lainnya jika kelak pasar Mr. Cuki mengalami kejenuhan,” cetusnya.

Agung yang awalnya bercita-cita ingin menjadi guru ini berkeinginan kelak dapat membangun pabrik sendiri sehingga dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat luas. Mengakhiri perbincangan, kedua sejoli peraih beasiswa Bidikmisi ini berpesan agar para penerima Bidikmisi dapat memanfaatkan penggunaan beasiswa dengan sebaik baiknya.

Vol.9.I.2019 25

Feature

“ “Tentu saya dan keluarga amat bersyukur atas beasiswa Bidikmisi ini sehingga saya

pun dapat lulus dengan cepat dan nilai yang memuaskanUlfa Nurjanah

Mahasiswa Lulusan Bidikmisi

Page 26: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Jangan pernah menyerah dan minder. Pemilik usaha berbendera “Sarjana Tani Jaya” (STJ) ini juga meyakini, setiap orang punya kesempatan sukses yang sama di dunia ini.

“Yang menentukan sukses adalah diri kita sendiri dan doa orangtua,” kata Sutarjo, saat ditemui di tengah perkebunan buah naga, di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Lahir dari keluarga “pas-pasan” membuat Sutarjo sempat jungkir balik, hanya untuk dapat sekadar menikmati pendidikan layak. Ia mengaku tak malu untuk melakukan banyak pekerjan halal, asalkan menghasilkan rupiah.

“Dulu saya pemulung rongsokan, hasilnya untuk bayar uang gedung dan SPP di SMA Negeri 2 Rembang (Jawa Tengah),” ungkap Sutarjo yang lulus dari IPB tahun 2014 ini.

Setelah lulus SMA, ia mendapat beasiswa Bidikmisi, sehingga dapat melanjutkan kuliah di jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). “Saya sangat bersyukur dapat Bidikmisi,” kata Sutarjo.

Berkat Bidikmisi juga, urusan pembiayaan kuliahnya di IPB berjalan lancar, ia pun dapat belajar dengan tenang hingga lulus jenjang sarjana. Kehidupan ekonomi Sutarjo pascalulus kuliah juga diakuinya jauh lebih baik.

Melalui ilmu yang didapatnya dari IPB, Sutarjo merintis usaha di bidang perkebunan, dengan membudidayakan buah naga jenis Sabila merah dan putih dari Yogyakarta. “Kini alhamdulillah, keuangan saya membaik, sudah mampu menghidupi diri sendiri, istri, dan putranya, kirim uang ke orangtua, memiliki tabungan, bahkan memiliki aset perkebunan,” sebut Sutarjo.

Awal perkenalannya dengan usaha buah naga terjadi di 2014. Kala itu Sutarjo belajar berkebun buah naga di Sabisa Farm, Bogor, Jawa Barat selama satu tahun. “Di Sabisa saya dilatih berwirausaha,” kata kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini.

Setelah lulus dari Sabisa, ia mendapat investor yang menawarkan sebidang lahan berukuran 0,5 hektare untuk dikelola pada 2015. “Selain uang, saya ditawarkan mengelola sebidang tanah, dengan sistem hak guna tanam,” sebutnya.

Lahan pertama yang dikelola Sutarjo terbilang sukses, mampu menghasilkan rupiah yang menjanjikan meski saat itu masih mengalami masalah keterbatasan lahan. Keberhasilan itu mengundang ketertarikan investor lain, yang kemudian memberikan kepercayaan lahan berikutnya di Balaraja, Banten. Hingga akhirnya, Sutarjo mampu memiliki lahannya sendiri di daerah Cijeruk, Bogor, Jawa Barat.

Dalam mengelola dan mengembangkan perkebunan buah naga, Sutarjo mengaku banyak menerapkan ilmu-ilmu yang didapatnya selama ia mahasiswa di Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. “Ditambah ilmu kewirausahaan dari Sabisa Farm, bagaimana cara menjual, melakukan pendekatan sosial kepada masyarakat di sekitar kebun, dan menjaga loyalitas konsumen,” sebut Sutarjo.

Awal membuka kebun diakuinya tidak banyak pohon buah naga yang bisa ditanamnya, hanya sekitar 50 tiang (pohon). “Secara nilai ekonomis masih susah,” imbuhnya.

Tahun kedua, investor pertama tersebut mempercayakan untuk menambah luas lahannya. Penambahan itu membuat lahan bisa ditanami 450 tiang buah naga. Diakui Sutarjo, ia sempat mengalami masa-masa sulit ketika pertama kali mendapat

Oleh : CitraFoto : Ardian

Mengenal Bidikmisi menjadi salah satu hal paling disyukuri dalam hidup Sutarjo, 28 tahun. Bidikmisi mengubah hidupnya, dari pemulung rongsokan yang bekerja untuk membayar biaya pendidikan, hingga

menjadi pengusaha tani muda sukses.

Vol.9.I.201926

Feature

Jadi Pengusaha Tani MudaBerkat Bidikmisi

Page 27: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

investor. “Bingung, pendapatannya dari mana, karena ini full di lahan, sementara kita belum punya pengalaman,” terangnya.

Perlahan segala upaya dijalankan, menanam, panen, hingga mulai memperkenalkan hasil panen dari kebunnya kepada masyarakat. Masa memperkenalkan buah naga produk dari kebun Sutarjo ini bukan perkara mudah. Pilihan jenis buah naga sehat yang ditanam tanpa pestisida memaksa harga jual buah naga Sutarjo lebih mahal dari harga buah naga pada umumnya.

“Buah Naga saya ini memang tidak ada pestisidanya di buah, kami tidak menggunakan zat pembesar buah, semua alami,” ungkapnya.

Bahan NPK dan KCL diakuinya hanya diberi di tahun pertama. Selebihnya pupuk kandang, Herbisida. “Pada umumnya mereka ada yang memakai pembesar buah, sedangkan kami mau buah besar alami, dengan cara diserbuk di malam hari atau dibantu serangga,” papar bapak satu putra ini.

Masa panen raya biasanya di November-April, selebihnya adalah masa tanam dan perawatan. Tidak hanya itu, Sutarjo juga hanya memanen buah naga yang sudah matang 100 persen untuk dijual. “Sehingga buah naga kami lebih manis, selesai panen bisa tahan di luar 7-10 hari,” ujar Sutarjo.

Dengan mempertahankan pengelolaan kebun buah naga sehat, buah hasil kebunya juga memiliki ciri khas yang membedakan dengan buah naga pada umumnya. Selain rasanya lebih manis, ukurannya juga stabil di antara 0,6-0,8 kg per buahnya.

“Kami menjual di antara Rp25 ribu-Rp35 ribu per kg-nya,” sebut kelahiran 3 Februari 1991 ini.

Harga yang sedikit lebih mahal ini juga memberi tantangan tersendiri. Sutarjo tidak dapat melepas penjualan ke pasar pada umumnya. “Kami tidak pernah jual di toko buah maupun swalayan,” kata dia.

Ia memilih melakukan direct selling ke perumahan-perumahan, perkantoran, dan alumni IPB. Sutarjo juga memanfaatkan para reseller, dan penjualan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram

dan sebagainya.

“Karena puas akan kualitas buah naga kami, rata-rata pembeli melakukan repeat order,” jelas peraih penghargaan Praktisi Muda Pertanian dari Kementerian Pertanian ini.

Selain menanam dan menjual buah naga, Sutarjo juga memiliki usaha lain yang menjadi sumber pemasukannya, yakni memberi pelatihan berkebun buah naga sehat dengan menjadi mentor di Sabisa Farm, menjual bibit, dan Tabulampot Buah Naga. Dari lini bisnis pelatihan budidaya buah naga ini, Sutarjo mampu menghasilkan Rp5 juta-Rp 10 juta setiap bulannya. Sedangkan dari perkebunan, ia bisa meraup untung sekitar Rp9 juta-12 juta per bulan.

Layaknya pengusaha perkebunan lainnya, Sutarjo terus mengembangkan bisnis buah naga miliknya dengan inovasi. Salah satunya, ia akan mengembangkan lahan perkebunannya di Balaraja menjadi mini agroedutourism.

“Jadi semacam kebun edukasi wisata, pengunjung bisa belajar budidaya buah naga yang benar, membedakan buah naga sehat seperti apa dan sebagainya,” ucap pemilik cita-cita menjadi Menteri Pertanian ini.

Rencana ke depan, Sutarjo akan melibatkan lebih banyak lagi anak-anak muda untuk meregenerasi petani muda on farm. Memperkenalkan sistem Tabulampot (Tanam Buah dalam Pot) yang cocok dikembangkan di perkotaan. Berbagai tanaman buah pun cocok ditanam di dalam pot, seperti Tomat Cherry.

Selain itu, ia juga ingin mengembangkan Ojek Buah Sayur dan Bibit atau disebut Obuyurbit. Sebuah platform digital yang akan menyediakan buah, sayur dan bibit serta jasanya untuk diakses. Ide bisnis ini muncul, karena selama ini ia banyak mengandalkan ojek pangkalan untuk mengantar buah naga ke pelanggan. “Jadi akan melibatkan anak-anak muda untuk jadi sosiopreneur, untuk aplikasi Obuyurbit kami bekerja sama dengan adik-adik dari IPB,” terangnya.

Bisnis lain yang juga ingin dikembangkan adalah pelatihan urban farming, pelatihan perkotaan tabulapot dan hidroponik. Sasarannya adalah pensiunan, LPTA, dan anak-anak sekolah. Cukup dengan mambayar sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribu per orang. “Tarif anak sekolah beda lagi. Ini bukan hanya pelatihan, tapi bisnis yang bisa dilakukan selama satu tahun,” ujar dia.

Tidak hanya rencana bisnis, secara pribadi Sutarjo juga memiliki cita-cita untuk menjadi orang yang bermanfaat, serta memotivasi orang lain terutama di Rembang, tanah kelahirannya. Sutarjo yang menjadi sarjana IPB pertama di desanya ini, ingin mendorong desanya melahirkan lebih banyak lagi sarjana.

Vol.9.I.2019 27

Feature

“ “Jika ada keterbatasan ekonomi, jangan ragu, ada Bidikmisi. Sekarang ada dua orang lagi dari desa

saya yang masuk IPB

SutarjoMahasiswa Lulusan Bidikmisi

Page 28: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Pendahuluan

Seperti kita ketahui, Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Bapak Ki Hadjar Dewantara atau nama aslinya yang dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau adalah pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ucapan beliau yang terkenal dan mampu membangkitkan semangat para guru dan pendidik adalah “Guru adalah pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa”. Selain itu, semboyan yang terkenal lainnya dari beliau adalah “Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso”. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa yang merupakan sebuah tempat yang memberikan kesempatan bagi

rakyat biasa untuk dapat menikmati pendidikan yang sama dengan orang-orang dari tingkat perekonomian yang lebih mapan atau memiliki “strata” yang lebih tinggi di masa tersebut. Tanpa jasa beliau yang gigih mencerdaskan dan membangun bangsa, mungkin saat ini kita masih terbelakang di dalam dunia pendidikan.

SDM Kompetitif di Industri 4.0

Pengantar di alenia atas tadi menggambarkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, kompeten dan beretika merupakan aset berharga bangsa Indonesia. Memiliki SDM yang kompetitif juga merupakan harapan institusi di bidang pendidikan. Era industri 4.0 bercirikan kebutuhan akan SDM yang terampil digital untuk menopang penerapan industri 4.0 yang kental dengan bidang kecerdasan buatan/Artificial

Perspektif SDM Kompetitifdi Era Revolusi Industri 4.0

Oleh : Prof. Widodo Budiharto*

Widodo Budiharto, Profesor di Bidang Kecerdasan BuatanUniversitas Binus, Jakarta

Vol.9.I.201928

Opini

Page 29: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Intelligence (AI). Pendidikan adalah modal dasar menciptakan SDM dan bidang yang sangat terpengaruh positif dari hadirnya AI. Sebagai contoh, di kampus penulis, mahasiswa yang mengambil semester pendek sudah tidak perlu lagi hadir (menggunakan online learning) agar dapat meningkatkan waktu interaksi dan kebersamaan antara mahasiswa dengan keluarga. Selain itu, materi pembelajaran yang sangat menarik dapat dibagikan (sharing) menggunakan Video Based Learning dan blended learning yang dapat diakses siapa saja untuk memeroleh gelar kesarjanaan dan sertifikat kompetensi. Sistem rekomendasi cerdas (recommender system) akan banyak digunakan di Universitas guna pemilihan materi yang sesuai kebutuhan dan meningkatkan kecepatan pemahaman mahasiswa pada mata kuliah yang dipelajarinya. Oleh karena itu, penulis berpendapat, ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh institusi terkait bagi bangsa Indonesia untuk dapat memeroleh SDM yang kompetitif di industri 4.0:

1. Disediakannya berbagai beasiswa dan tugas belajar dari pemuda-pemudi terbaik bangsa untuk belajar ke luar negeri agar menghasilkan SDM yang kompetitif di masa depan dalam 5-10 tahun ke depan. Bidang terapan untuk dapat mengembangkan sekolah kejuruan dan penguasaan teknologi digital untuk siap industri 4.0 dan mampu menghadapai society 5.0 juga perlu mendapatkan prioritas utama.

2. Dibukanya kelas pendidikan online yang free, berkualitas, dan bersertifikat bagi masyarakat.

3. Pembinaan pendidik dan dosen muda untuk magang di institusi yang lebih mapan yang dibina oleh pendidik senior di dalam negeri.

4. Pelibatan pendidik, dosen, dan Aparat Sipil Negara (ASN) untuk mengikuti program-program terapan yang berpotensi meningkatkan soft skills dan penguasaan teknis ke industri-industri terbaik di dunia.

5. Memberikan kemudahan bagi para cerdik cendekia kita yang tinggal di luar negeri untuk mau balik membangun bangsa.

SDM yang kompetitif dapat dilihat dari luarannya yang sangat dibutuhkan dan terserap oleh pihak yang membutuhkan, kemampuan menciptakan inovasi serta menjadi agen perubahan di lingkungannya. Dengan 5 program di atas, penulis berpendapat bahwa kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh pendidik, dosen, dan Aparat Sipil Negara(ASN) dapat ditingkatkan dengan lebih terarah sesuai dengan minat mereka. Semoga program-program yang sudah sangat baik dan telah dilaksanakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Pemerintah selama ini dapat terus

ditingkatkan untuk mewujudkan SDM kompetitif yang lebih banyak dan memiliki kualitas yang lebih baik.

Penutup

Sebagai penutup, penulis yakin bahwa niat suci para pendahulu kita di dalam memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan perlahan dan pasti akan terwujud, asalkan kita semua berkomitmen untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telan ditanamkan dan selalu meningkatkan kompetensi kita.

Dedikasi dalam bekerja dan inovasi dalam berkarya

menghasilkan prestasi

Widodo Budiharto

“ “

Prestasi

Vol.9.I.2019 29

Opini

Page 30: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Guna mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) keluaran Perguruan Tinggi (PT) yang bermutu, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah menginisiasi sebuah lembaga baru yang diberi nama Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Untuk itu, lembaga ini diberi tugas untuk menyeleksi calon mahasiswa baru dengan kualifikasi yang diharapkan, dan dapat menelurkan lulusan yang bermutu.

Hal tersebut di atas dikemukakan Ketua LTMPT yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Ravik Karsidi di ruang Rektorat. “Sebagai lembaga yang baru diinisiasi oleh Kemenristekdikti, LTMPT sebenarnya secara format kelembagaannya sendiri itu masih proses, untuk nanti bentuk pastinya akan ditentukan. Sekarang dengan Keputusan Menteri ada LTMPT yang itu merupakan proses modifikasi dari dulu yang namanya panitia SNMPTN, SBMPTN,” ujarnya.

Menurut Ravik, sebenarnya penerimaan mahasiswa merupakan wewenang pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). “Intinya seleksi penerimaan mahasiswa baru itu sebenarnya kewenangan Rektor, ini yang diatur dalam UU nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Karena para Rektor supaya lebih efisien maka bergabung dan membentuklah apa yang namanya Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI). Dimana salah satu kegiatannya adalah melakukan penerimaan mahasiswa baru,” tutur pria kelahiran Sragen ini.

Tujuannya sendiri adalah membantu Perguruan Tinggi untuk bisa memperoleh calon mahasiswa yang diprediksi mampu menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi dengan berkualitas. Artinya mempunyai nilai-nilai akademik dan prestasi yang bagus, sehingga jangan sampai nanti orang bisa masuk tapi kemudian tidak bisa keluar dengan kompetensi yang memadai.

LTMPTJadi IndungSeleksi MahasiswaIndonesia

Oleh : Rini & Anisa AnwarFoto : Lintang

Ravik KarsidiKetua LTMPT

Vol.9.I.201930

Etalase

Page 31: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

“Lebih dari itu, sebenarnya kalau misalnya tujuan diselenggarakannya LTMPT, lebih khusus lagi seleksi seperti SNMPTN atau SBMPTN, itu kan membantu untuk memperoleh calon mahasiswa yang sebenarnya itu tugas Rektor. Tapi kalau Rektor sendiri-sendiri kan menjadi gaduh, supaya tidak gaduh kita ada yang namanya Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi yang bersifat nasional (SBMPTN),” ucapnya.

Bersifat nasional dan kebersamaan inilah yang kemudian dirakit, dan Menristekdikti mempunyai satu pemikiran kalau seperti ini nanti sifatnya hanya adop. “Maka, supaya lebih permanen dibentuklah LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi).

Pertanyaan timbul mengapa tidak LTMPTN? Kedepan Menteri punya visi, tidak hanya negeri saja, tetapi juga Perguruan Tinggi lain. Seperti Perguruan Tinggi Swasta maupun Perguruan Tinggi Kedinasan, itu akan sangat bagus,” jelasnya.

Termasuk, tambah Ravik, kalau sekarang ini baru Universitas, bisa jadi suatu saat nanti akan melayani sampai ke Politeknik, Akademi, Sekolah Tinggi, dan sebagainya. Tentunya hal ini akan dilakukan secara bertahap, karena itu jelasnya, maka proses-proses untuk melakukan seleksi itu, dirinya ditugasi untuk secara bertahap melakukan perbaikan-perbaikan. Misalnya, yang terpenting untuk tahun ini adalah menyesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, seperti adanya kondisi millenialitas.

Karena itu, paparnya, ujian tidak lagi menggunakan seleksi memakai basis kertas atau berbasis cetak, tetapi sekarang sudah berbasis komputer atau yang disebut Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Dan ini tak hanya untuk ujian seleksinya saja yang menggunakan sistem digital, namun untuk pendaftarannya pun sudah dengan sistem

online. Sehingga suasananya pun tak seperti dulu tampak tegang, mulai dari pendaftaran hingga ujian masuknya. Suasana seperti itu mulai tak ada lagi. Disamping itu, tak tampak lagi kerumunan-kerumunan siswa yang ingin mendaftar. Ini artinya masyarakat dipermudah dengan adanya sistem digitalisasi ini.

“Ujian ini sifatnya wajib diikuti bagi setiap calon peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. Selain itu, hasil UTBK ini nantinya dapat digunakan untuk proses seleksi mandiri yang dibuka oleh Perguruan Tinggi. Satu hal yang paling penting adalah keberadaannya sebagai syarat untuk mendaftar SBMPTN 2019,” paparnya.

Dari sisi soal sendiri, Ravik jelaskan bahwa soal-soal tersebut merupakan soal yang cukup kredibel dan kualitasnya dijaga dengan baik. Dan yang pasti dibuat secara mandiri. “Materi soal kami persiapkan sendiri, kami punya tim profesional dari dosen yang berpengalaman dan mendengarkan dari guru-guru SMA,” tukas Ravik.

Ravik berharap LTMPT akan menjadi Lembaga yang tidak hanya membantu Perguruan Tinggi untuk mendapatkan mahasiswa yang kompeten, tetapi juga ikut membantu mempermudah akses bagi calon mahasiswa dalam mendapatkan informasi yang tepat serta berujung pada lebih terkoordinirnya calon mahasiswa yang akan masuk ke Perguruan Tinggi yang diinginkannya.

Vol.9.I.2019 31

Etalase

Ke depan saya yakin LTMPT akan ikut membantu Perguruan Tinggi dalam melakukan seleksi

mahasiswa dalam rangka menghasilkan lulusan Perguruan

Tinggi yang kompeten dan kredibel,

RavikKarsidi

Page 32: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201932

Rana

Universitas Indonesia (UI) adalah perguruan tinggi tertua di Indonesia yang berawal dari Dokter-Djawa School yang didirikan pada 1849. Selain menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, UI juga menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTNBH) yang memiliki mahasiswa terbanyak. Pada 2019 tercatat 46.301 mahasiswa aktif berkuliah di Kampus Perjuangan tersebut.

Foto : Humas Universitas Indonesia

PandangUniversitas Indonesia

Universitas Indonesia (UI), salah satu Perguruan Tinggi penuh sejarah di Indonesia. Tahun ini UI didapuk menjadi tuan rumah peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Yuk, kita lihat, ikon apa saja sih yang menjadi kebanggaan UI lewat foto dari rana kali ini.

Page 33: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 33

Rana

Page 34: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201934

Rana

Gedung Perpustakaan UI yang bernama Crystal of Knowledge ini mampu menampung 1,5 juta koleksi buku cetak. Letaknya yang strategis di pusat Kampus UI Depok menjadikan gedung ini menjadi titik pertemuan (meeting point) dari mahasiswa berbagai fakultas. Mahasiswa UI juga dapat mengakses ratusan ribu buku dan jurnal dengan mengakses www.lib.ui.ac.id

Foto : Humas Universitas Indonesia

Page 35: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 35

Rana

Page 36: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201936

Rana

Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) adalah rumah sakit pendidikan dengan tipe b yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. RSUI memiliki luas bangunan 82 ribu meter persegi dan dapat diakses melalui Gerbang Utama Universitas Indonesia, Stasiun Pondok Cina, Stasiun Universitas Indonesia, dan Tol Cinere-Jagorawi.

Foto : Humas Universitas Indonesia

Page 37: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 37

Rana

Page 38: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Ikuti Passion menjadi Pengajar, Ingin Hasilkan Lulusan IT Mumpuni

Di ruang kerjanya yang nyaman, Purwa Hartono peraih gelar Master di bidang teknik komputer University of Southern California menyampaikan hasratnya yang ingin menjadi guru. ‘’Rasanya ada kepuasan tersendiri jika dengar murid kita berhasil. Makmur. Itu yang kita mesti miliki di hati pendidik kita,’’ katanya ketika ditemui di ruang kerja yang juga sekolahnya di kawasan BSD Green Office Park, Tangerang Selatan, Banten.

Baginya membangun bangsa ini agar naik tingkat menjadi negara maju senjatanya ialah melalui pendidikan agar bisa menghasilkan generasi penerus yang berkualitas. Hasratnya menjadi guru itulah yang membuatnya membangun sekolah yang kini telah menginjak usia 32 tahun.Purwa memang tidak bisa dilepas dari semesta ilmu komputer. Minatnya itu dimulai sejak dia dibangku SMP yang ingin sekali menekuni ilmu di bidang komputer. Lepas dari SMA, diapun mencari Negara terbaik untuk kuliah di jurusan impiannya itu yakni di Amerika Serikat.

Pada awal dia kembali ke Indonesia pada tahun 1987, Purwa ingin sekali membuka Universitas. Namun karena membutuhkan investasi yang besar, maka diapun beralih untuk mendirikan lembaga pelatihan dibidang hardware and software. ‘’Pada zaman itu Menristeknya Pak Habibie dimana sedang booming perangkat software dan hardware karena muncul PC-PC baru,’’ katanya.

Meski masih berstatus lembaga pelatihan, katanya, namun dia berani menjamin bahwa kualitas pendidikannya itu setara S2 sebab murid-muridnya adalah para insinyur lulusan S1 yang merasa tidak puas dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah. Muridnya pun bukan sembarang karena ada yang dari lulusan ITB, UI dan sederet sekolah top lainnya.

Peralatan praktik yang digunakan pun bukan main-main. Dia berani mendatangkan perangkat impor dimana perangkat hardwarenya bukan dengan solder tetapi dengan perangkat soket khusus berkaki panjang dan wire wraping. ‘’Saya sendiri yang mengajar. Kita bongkar PC sampai ke per komponen

sampai mereka bisa rancang bangun kembali,’’ katanya.

Hebatnya, dalam kurun waktu empat tahun dia membuka lembaga pelatihan, pemerintah langsung meliriknya untuk ikut pameran ristek. Purwadhika pun berhasil mejeng

bersama dengan perusahaan-perusahaan BUMN dan juga Perguruan

Tinggi Negeri ternama lainnya.

Pada pameran tahun 1991 itu

Purwa dan anak muridnya memamerkan inovasi peta

sentuh, alat penetas telur, lalu miniatur LED display yang kini biasa dipakai sebagai medium iklan luar

ruang. Hasilnya, Presiden Soeharto didampingi Menteri

Habibie pun terkagum-kagum kala mereka mengunjugi stand miliknya itu.

Lalu muncullah invasi internet yang menjadikan dunia tidak lagi berbatas.

Oleh : Neneng & SuryoFoto : Ardian

Vol.9.I.201938

Sosok

Page 39: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Adanya world wide web sebagai pusat dan informasi dunia, pesan elektronik atau email, dan terus bergerak ke komputasi awan yang memunculkan adanya infrastruktur yang super power hingga bisnis e-commerce pun muncul.

Puwadhika pun mengikuti roda zaman itu, tidak lagi mengoprek jeroan komputer kini mengikuti trend dengan pelatihan startup dan koding. ‘’Seiring dengan cloud dan mobile computing Purwadhika pun beralih. Kita sudah tahu orang kedepannya itu akan berbisnis berbasis internet dan online. Makanya sekolah kami namakan startup and coding school,’’ jelasnya.

Purwa menuturkan sekolahnya memiliki falsafah masuk gampang tetapi lulusnya susah. Pedoman ini mungkin terasa ganjil bagi sekolah yang pastinya ingin mendapat supply siswa baru sebanyak-banyaknya. Namun Purwa tidak takut kehilangan siswa sebab dia tidak mau sekolah yang dia rintis ini kehilangan kualitas karena menekankan pendidikan berbasis komersial semata.

Di sekolahnya setiap murid pasti akan diberi wejangan bahwa untuk menjadi sukses itu bukan karena mencontek. Penekanan ini penting agar mereka sadar bahwa setiap tugas di sekolah dipastikan tidak boleh ada hasil contek. Semua tugas pun wajib dipresentasikan dan dibedah oleh para penguji dan pastinya jika memang tugas itu hasil mereka sendiri pasti mereka akan lancar menjawabnya.

Purwa menjelaskan, ada dua program unggulan di lembaga pelatihannya untuk menciptakan tenaga IT yang memiliki skills mumpuni. Dia mengakui dalam satu tahun sekolahnya bisa menampung hingga 1.000 peserta didik. Program pertama adalah, Startup Incubation dimana mereka melatih masyarakat yang ingin beralih kerja menjadi entrepreneur.

Purwadhika membantu business model, menyusun ide hingga membuat prototipe bisnis yang bisa dikembangkan. Setelah itu, ide bisnis mereka akan dikawinkan dengan salah satu unit produksi Purwadhika Studio yang menyediakan tenaga hipster dan hacker, dua tenaga yang dibutuhkan untuk membentuk startup. ‘’Kita latih selama 4 bulan dan jika cocok akan berpartner dengan Purwadhika lalu jadilah startup,’’ katanya.Lantas sudah berapa startup yang tercipta dari program ini?

Purwa mengatakan, memang pada akhirnya ditengah jalan banyak yang mundur. Hal ini membuktikan memang menjadi pengusaha itu tidak mudah karena hanya orang yang berani ambil risiko saja yang bisa menjadi entrepreneur.

Sementara pelatihan unggulan kedua ialah Job Connector Web and Developer yang bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang dibutuhkan dunia startup. Profesi yang bisa digeluti ialah koder, saintis dan analisis, dan juga digital marketer. Gaji para ahli ini fantastis yakni bisa sampai Rp. 6-15 juta.

Tidak berhenti di sini, Purwadhika pun ingin memperlebar sayapnya dengan membuka Sekolah Tinggi tahun depan. Ada dua jurusan yang mau dibangun yakni intelligence system engineer dengan materi ajar berupa intelligence system, artificial intelligence dan internet of things. Mahasiswa yang dihasilkan nanti akan bisa membuat sistem pintar berbasis teknologi yang dibutuhkan industri, rumah sakit, pemerintahan hingga perkotaan.

Prodi kedua ialah business system. Mahasiswa nanti akan diajari dari segi bisnis dibidang teknologi. Mulai dari membuat startup, business design, digital transformation hingga block chain.

Purwa mengatakan, untuk menghasilkan lebih banyak tenaga IT di Indonesia jalan satu-satunya ialah melalui pendidikan. Ada empat unsur di dunia pendidikan yang harus dibenahi, yakni guru, kurikulum, murid, dan fasilitas. Susunan ini menurut Purwa tidak bisa diputar balik, misal fasilitasnya dulu yang dibaguskan sementara kualitasnya gurunya malah bobrok.

Bagi Purwa, tujuan jalan hidupnya berjuang di dunia pendidikan ini adalah ingin memberikan stimulasi kepada generasi muda dan kalangan profesional agar mereka tidak berhenti berinovasi. Jadi manusia pembelajar sepanjang hayat, katanya, sangat diperlukan sebab tranformasi proses digital akan terus berlangsung sehingga harus terus diakselerasi.

Vol.9.I.2019 39

Sosok

“ “

Kualitas murid itu penting, Menggembleng mental (orang) Indonesia itu menjadi

tantangan saya. Makanya bagaimana caranya supaya penilaian itu objektif dan bukan

karena mencontek.Purwa Hartono

CEO Purwadhika Codding School

Page 40: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Daerah Tapal Kuda di ujung Provinsi Jawa Timur ini telah banyak berubah. Bagi mereka yang belum pernah atau sudah lama tak berkunjung ke Banyuwangi, kemungkinan besar akan terkejut dengan kemajuannya. Hotel-hotel berbintang telah berdiri dengan megah, sawah-sawah yang luas pun sudah

dipanen menggunakan traktor.

Geliat perkembangan industri pada berbagai sektor di kampung halaman Suku Osing ini beriringan dengan semakin kuatnya eksistensi Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi). Perguruan Tinggi yang baru berdiri tahun 2003 ini salah satunya hadir sebagai penopang di bidang sumber daya manusia.

Sosok di balik semakin bersinarnya Poliwangi dalam beberapa tahun terakhir tak lain ialah Son Kuswadi, Dr.Eng. Sejak dilantik pada akhir 2017,

dirinya langsung bekerja menyusun perencanaan kampus ini ke depannya. Baginya, yang paling

utama ialah strategic management. Yaitu bagaimana visi, misi, tujuan, dan strategi, harus dapat diturunkan

hingga ke dalam bentuk program.

Secara lebih sederhana, ia membagi hal yang ingin dicapainya dalam 2 poin utama. Yaitu, technopreneur dan global. Dosen yang juga pernah mengemban tugas di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ini menekankan bahwa terdapat perbedaan antara istilah entrepreneur dengan technopreneur.

Oleh : Doddy & GamaFoto : Firman & Gama

Vol.9.I.201940

Page 41: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

(KMLI) Politeknik Negeri Bandung (Polban), pada tahun 2018. Sedangkan Tim Teknik Sipil Poliwangi berhasil meraih juara 1 pada kegiatan Education of Civil Engineering di ITN Malang dengan inovasi berupa campuran beton ringan yang memiliki nilai kuat tekan tinggi.

Prestasi di tingkat nasional ini merupakan kesuksesan Poliwangi dalam langkah mewujudkan visi “Global” yang dimaksud oleh Son Kuswadi. Kualitas mahasiswa mereka kini kompetitif pada tingkat nasional. Dan nantinya diharapkan bisa berbicara pula di tingkat dunia.

Namun menurut mantan Staf Khusus Mendikbud ini, Poliwangi harus tetap memiliki manfaat dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. “Harus kita ingat bahwa Poliwangi merupakan PTN-B yang didirikan di daerah 3T. Dari sejarahnya, kampus ini didirikan bersama oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Pemerintah Pusat,” jelas alumni Teknik Elektro ITS ini.

Ia pun lalu merujuk pada kriteria dari sebuah lembaga pemeringkatan perguruan tinggi internasional. Bahwa daya saing global dapat berarti juga peran sebuah perguruan tinggi di masyarakat, dinamika kehidupan di kampus, serta akses mahasiswa untuk berkuliah. Beberapa hal tersebut menurutnya paling tidak bisa dijadikan pedoman untuk menjadi perguruan tinggi yang baik.

Terkait dengan Banyuwangi yang beberapa tahun terakhir kegiatan ekonominya dihela oleh industri pariwisata, dampaknya yang menjadi favorit di Poliwangi adalah Program Studi Pariwisata. Selain memiliki fasilitas yang memadai seperti hotel kampus yang mereka kelola sendiri, Poliwangi juga menjalin kerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Malaysia agar mahasiswa dapat melakukan kerja praktik di sana. “Kita memang ingin membantu memperkuat pariwisata Banyuwangi,” pungkas Son Kuswadi.

urikulum pun sudah diarahkan agar mata kuliah yang diberikan tidak hanya bagus secara teoritis melainkan juga memiliki nilai guna. “Teman-teman dosen kita harapkan dapat menyampaikan materi sekaligus bisa menjelaskan bagaimana realisasi atau bahkan nilai ekonomisnya,” ungkap mantan Atase Pendidkan dan Kebudayaan KBRI New Delhi ini.

Cetak biru pembentukan technopreneur, akan diwujudkannya dalam sebuah ekosistem perkuliahan yang menunjang. Berupa teorinya yang bersifat aplikatif, laboraturium untuk eksperimen, fasilitas untuk berinovasi, hingga akses terhadap permodalan. Sehingga mulai dari awal kuliah hingga lulus nantinya, para mahasiswa Poliwangi mampu mewujudkan apa yang dicita-citakan.

Kemudian Poliwangi pun menjalin kerjasama dengan Pusan National University, Korea dalam bentuk program bertema “Beyond Engineering Education”. Sehingga pendidikan teknik tidak hanya berkutat daiam praktikum maupun teori semata, melainkan langsung terjun ke masyarakat. Sehingga mahasiswa dapat mengetahui persoalan, serta berusaha memberikan solusi bedasarkan pendekatan teknik. “Bentuknya seperti KKN, tetapi membantu memecahkan masalah sesuai kelimuannya,” jelas Doctor of Engineering, Mechanical and Environmental Informatics dari Tokyo Institute of Technology ini.

Menyeimbangkan Lokal dan Global

Belakangan ini nama Poliwangi semakin sering menghiasi halaman media massa. Hal ini tak lepas dari sederet prestasi yang mereka raih di kancah nasional. Dua diantaranya yang paling menonjol ialah nama mobil listrik dan inovasi beton ciptaan mahasiswa Poliwangi.

Mobil listrik yang diberi nama Gajah Oling KM 13 ini meraih juara pertama kategori efisiensi di ajang Kompetisi Mobil Listrik Indonesia

technopreneur harus berwirausaha sesuai bidang yang mereka geluti

ketika, terutama yang ada kaitannya dengan teknologi. “Jadi mereka bisa

berwirausaha yang dari sisi keilmuan-nya sesuai,

Vol.9.I.2019 41

Sosok“

“Son Kuswadi

Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi

Page 42: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201942

Page 43: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 43

Sosok

Page 44: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201944

Page 45: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 45

SBMPTN 2019SELEKSI BERSAMA MASUK

PERGURUAN TINGGI NEGERI TAHUN 2019

1. Siswa SMA/MA/SMK/Sederajat

lulusan tahun 2017, 2018 harus

sudah memiliki ijazah.

2. Bagi siswa SMA/MA/SMK/Sederajat

lulusan tahun 2019 memiliki Surat

Keterangan Lulus Pendidikan

Menengah, sekurang-kurangnya

memuat informasi jati diri dan

pasfoto berwarna terbaru

yang bersangkutan dengan

ditandatangani oleh kepala

sekolah dan dibubuhi cap stempel

yang sah.

3. Memiliki Nilai UTBK.

4. Memiliki kesehatan yang memadai

sehingga tidak mengganggu

kelancaran proses studi.

5. Memiliki NISN.

6. Bagi peserta yang memilih

program studi bidang seni dan

olahraga wajib mengunggah

PORTOFOLIO.

7. Biaya UTBK ditanggung oleh

peserta dan subsidi pemerintah.

8. Tidak lulus jalur SNMPTN 2019.

persyaratan peserta

Informasi selengkapnya:

https://sbmptn.ltmpt.ac.id

Penerimaan mahasiswa baru

melalui jalur SBMPTN dilakukan

dalam dua tahap, yaitu mengikuti

UTBK dan mendaftar SBMPTN.

Persyaratan pendaftaran SBMPTN

adalah sebagai berikut.

Kegiatan Waktu

pENDAFTARAN utbk 01 MARET - 1 april 2019

PELAKSANAAN utbk 13 april - 26 mei 2019

PENGUMUMAN HASIL UTBK 23 april - 2 JUNI 2019

Jadwal utbk 2019UTBK : Ujian Tulis Berbasis Komputer

Kegiatan Waktu

pENDAFTARAN SBMPTN 10 - 24 juni 2019

PENGUMUMAN HASIL sbmptn 2019 9 juli 2019

Jadwal SBMPTN 2019SBMPTN : Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Page 46: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201946

Infografis

Tahapan Pendaftaran

Tahapan pendaftaran SBMPTN 2019 dilakukan melalui laman

http://pendaftaran.sbmptn.ac.id dengan cara sebagai berikut

Portofolio Olahraga

Portofolio Seni Rupa, Desain, dan Kriya

Portofolio Tari (termasuk Sendratasik opsi Tari)

Portofolio Teater (termasuk Sendratasik opsi Teater/Drama)

Portofolio Musik (termasuk Sendratasik opsi Musik)

Portofolio Seni Karawitan

Portofolio Etnomusikologi

Portofolio Fotografi

Portofolio Film dan Televisi

Khusus untuk pendaftar

program studi bidang

seni dan olahraga,

peserta wajib

mengunggah portofolio

sebagai materi tambahan

untuk proses seleksi

dalam SBMPTN 2019. Jenis

Portofolio SBMPTN 2019

adalah:

*)Borang Portofolio

Mengisi Biodata

(kecuali peserta

yang sudah terdaftar

di SNMPTN 2019).

Mengunggah

dokumen lain sesuai

dengan persyaratan

pendaftaran SBMPTN

2019.

Memilih PTN dan program studi

dengan ketentuan bahwa pendaftar

dapat memilih paling banyak dua

PTN dan memilih paling banyak dua

program studi dalam satu PTN atau

dua PTN

Mengunggah borang portofolio*)

bagi pendaftar yang memilih program

studi bidang seni dan olahraga.

Tata cara pengisian borang

portofolio dapat diunduh dari laman

http://download.sbmptn.ac.id

Kelompok Program Studi

dan Jumlah Pilihan

1. Program studi yang ada di PTN dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok Saintek dan kelompok Soshum.

2. Peserta dapat memilih program studi paling banyak dua program

studi dengan ketentuan sebagai berikut:

3. Jika program studi yang dipilih semuanya dari kelompok Saintek,

peserta mengikuti kelompok ujian Saintek.

4. Jika program studi yang dipilih semuanya dari kelompok Soshum,

peserta mengikuti kelompok ujian Soshum.

5. Jika program studi yang dipilih dari kelompok Saintek dan

kelompok Soshum, peserta mengikuti kelompok ujian Saintek dan

juga kelompok ujian Soshum

6. Urutan dalam pemilihan program studi menyatakan prioritas

pilihan.

7. Peserta SBMPTN 2019 dapat memilih program studi di PTN mana pun.

Kelompok program studi dan jumlah pilihan pada

SBMPTN 2019 adalah sebagai berikut.

Program studi, daya tampung per PTN

tahun 2019 peminat program studi per PTN

tahun 2018 dapat dilihat di laman Informasi selengkapnya:

https://sbmptn.ltmpt.ac.id

Page 47: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 47

Infografis

Peserta Pelamar Program

Bidikmisi dan ADik

http://bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id/

http://adik.ristekdikti.go.id/

Siswa pendaftar dari

keluarga kurang mampu

secara ekonomi dapat

mengajukan bantuan

biaya pendidikan Bidikmisi.

Calon peserta penerima Bidikmisi

dan ADik terlebih dahulu harus

mempelajari dan mendaftar program

Bidikmisi dan ADik melalui laman

masing-masing sebagai berikut:

Calon peserta penerima Bidikmisi

dan ADik yang dinyatakan

memenuhi persyaratan oleh

Direktorat Jenderal Pembelajaran

dan Kemahasiswaan Kemristekdikti

mendaftar UTBK di laman dan tidak

dikenakan biaya ujian

https://pendaftaran-utbk.sbmptn.ac.id

Calon peserta penerima

Bidikmisi dan ADik yang

telah dinyatakan lulus

SNMPTN 2019,

tidak diperbolehkan

mendaftar SBMPTN 2019.

Informasi selengkapnya:

https://sbmptn.ltmpt.ac.id

Laman Resmi dan Alamat LTMPT

Informasi resmi LTMPT dapat dilihat pada laman

http://www.ltmpt.ac.id

Informasi resmi SBMPTN 2019 dapat diunduh melalui

laman https://sbmptn.ltmpt.ac.id

HelpDesk

http://halo.ltmpt.ac.id dan

http://halo sbmptn.ac.id atau

hubungi call center 0804 1 450 450

Informasi resmi juga dapat diperoleh di Kantor

Humas PTN terdekat.

Alamat LTMPT:

Gedung BPPT Lantai 23

Jl. M.H. Thamrin 8, Jakarta 10340

Email: [email protected]

Telp. : (021) 3104041

Faks. : (021) 3104042

Page 48: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Persoalan memilih jurusan kuliah memang tidak sederhana. Antara minat, potensi, dan perencanaan masa depan kerap dibalut dengan kurangnya informasi serta kebimbangan mahasiswa atau calon mahasiswa. Hal ini jamak kita temui atau alami dalam lingkungan sehari-hari.

Pengalaman seperti itu pula yang dirasakan oleh Lutvianto Pebri Handoko. Ia bahkan merasa salah jurusan ketika sudah menyelesaikan jenjang sarjana Teknik Kimia di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Saat itu dirinya sedang melanjutkan pascasarjana Jurusan Magister Manajemen Teknologi ITS sambil menekuni bisnis di bidang teknologi informasi (IT).

Ide awal berasal dari saya pribadi ketika saya merasa salah jurusan, dulu saya mahasiswa Teknik Kimia di Institut Teknologi sepuluh Nopember lalu setelah lulus saya merasa potensi atau minat saya ada pada hal lain, kala itu saya berbisnis pada bidang IT, lalu sambil menjalankan bisnis saya juga melanjutkan pendidikan S2 pada jurusan Magister Manajemen

Teknologi ITS, ungkap Pebri membuka penjelasannya.

“Pada suatu waktu saya merenungi hal ini. Tentang tidak sesuainya jurusan S1, S2, serta bisnis yang saya jalani. Maka saya mencoba mencari tahu apakah hal salah jurusan ini banyak terjadi,” jelas pemuda kelahiran 21 Februari 1993 tersebut.

Keingintahuan tersebut membawanya pada hasil temuan Integrity Development Flexibility (IDF) 2017 yang menyebutkan bahwa lebih dari 87 persen pelajar dan mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan, serta data lainnya dari Indonesia Career Center Network (ICCN) 2017 yang menyebutkan bahwa lebih dari 71,7 persen orang bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.

Hal ini segera menginspirasi Pebri untuk membuat sebuah aplikasi agar para pelajar dapat sedini mungkin mengetahui jurusan yang sesuai minatnya, serta bisa lebih optimal dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Bersama 8 orang

Merasa salah pilih jurusan kuliah bukanlah hal baru, aplikasi android bernama AkuPintar ini berusaha untuk menjadi solusi pencegahnya.

Oleh : GamaFoto : Dokumentasi Pribadi

Solusi PintarPilah-Pilih Jurusan

Vol.9.I.201948

Inovasi

Page 49: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

alumni dan mahasiswa ITS lainnya, selama kurang lebih 6 bulan mereka mengembangkan aplikasi yang dinamakan AkuPintar hingga berhasil melakukan soft launching pada 26 September 2018.

Tiga Fitur Unggulan

AkuPintar ternyata diterima dengan baik oleh publik Indonesia. Hanya dalam waktu 5–6 bulan sejak diluncurkan, aplikasi ini telah diunduh oleh lebih dari 220.000 pengguna. Kesuksesan ini berkat tiga fitur unggulan di dalamnya, yaitu Minat Pintar, Belajar Pintar, dan Kampus Pintar. Ketiganya saling terintegrasi, dapat diakses secara gratis, serta memiliki tampilan interaktif yang menyenangkan.

Fitur Minat Pintar menyajikan tes kepribadian yang hasilnya berupa rekomendasi kampus sesuai minat pengguna. Kemudian ada pula hasil yang berupa persentase kemungkinan sesuai atau tidaknya jurusan dengan lingkungan kerja si pengguna tersebut. “Saat ini pun kami juga mengembangkan layanan untuk membantu pemilihan jurusan bagi pelajar tingkat SMP sederajat yang akan melanjutkan ke tingkat SMA atau SMK,” jelas Pebri yang kini menjabat sebagai CEO AkuPintar.

Sementara fitur Belajar Pintar memberikan penggunannya berbagai macam materi, soal, kuis, dan try out untuk siswa kelas X sampai XII baik IPA dan IPS. Soal dan kisi-kisi materi pelajaran ini dibuat oleh tim tentor AKuPintar dan di-update setiap hari. Fitur lain terkait bank soal pada aplikasi ini ialah Tes Pintar dan APlive. “Terkait beberapa fitur untuk berlatih soal membaca materi maupun try out, dirasa efektif bagi pengguna. Karena semua ini sudah disesuaikan dengan kurikulum,” ungkap Pebri.

Sebagai penunjang, fitur Kampus Pintar disediakan untuk memberi informasi mengenai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Pengumpulan data dalam konten Kampus Pintar ini membutuhkan waktu lebih dari 4 bulan dan tim konten tersendiri. Saat ini AkuPintar tengah menjajaki kerjasama dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk memberikan hak akses di fitur tersebut.

Berbagai rencana ke depan untuk mengembangkan aplikasi ini sudah ada di dalam rencana para punggawa AkuPintar. Kepercayaan diri ini ditunjang dengan total tim yang mencapai 26 orang, serta investor yang membantu masalah pemodalan. Tujuan utamanya tetap untuk menunjang kegiatan belajar para siswa dan membantu pemerintah mewujudkan Indonesia Pintar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Vol.9.I.2019 49

Inovasi

“ “Harapannya setiap perguruan tinggi bisa melakukan update setiap saat guna memperbaharui informasi

mengenai kampusnya masing-masing

PebriCEO Aku Pintar

Page 50: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Nanotech Herbal Indonesia (NHI) merupakan perusahaan nanotechnology dan manufaktur global yang beragam. NHI berada di TBIC Puspipek serpong yang terkenal sebagai kawasan pusat penelitian dan teknologi di Indonesia.

NHI menghasilkan berbagai jenis produk herbal dan layanan pengolahan non material guna mencetak produk berkualitas. Selama lebih dari 10 tahun NHI berkembang menjadi retailer dan multi channel corporate.

NHI berkomitmen menyediakan pelayanan dan produk herbal terbaik melalui nanoteknologi sehingga dapat memberi kualitas dan profit yg lebih. Sejak berdiri tahun 2013 hingga kini, melalui penggunaan nanoteknologi yang merupakan karya anak bangsa, NHI terus berinovasi menciptakan dan memproduksi banyak produk unggul. Diantaranya yang

terkenal adalah nano propolis. Produk nano propolis sejak awal perintisannya sejalan dengan berdiri NHI 2013 menjadi backbone atau tulang punggung NHI.

Pasalnya sekitar 98 persen produk yang dihasilkan dari propolis membuat NHI terus berkembang dan berhasil pula menghasilkan variasi produk nano lainnya. “Ini alhamdulillah capaian luar biasa melalui produk nano propolis mencapai cashflow yang bagus, selama 5 tahun menjadi unggulan utama, dan selama 5 tahun tersebut kita ciptakan produk inovasi lain yang kita buat seperti nano chitosan,” papar CEO PT Nanotech Novan Maulana kepada Tim Majalah Ristekdikti di kantor NHI, kawasan Puspiptek Serpong.

Sejak 2013, Novan menjelaskan, TBIC Puspiptek telah ikut mengawal produk propolis dengan formulasi terbaik. “Memang

Proflavo Hasil Riset yang

Sukses di Pasaran

Oleh : Syarief & DadanFoto : Ardian

Vol.9.I.201950

Inovasi

Page 51: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

hal lumrah, di awal banyak komplain dan keluhan yang masuk kepada saya sebagai project leader produk propolis. Kami mengawali penjualan awal sebanyak 20 pieces pada awal 2014, dan itu juga berkat bekal yang didapat dari TBIC,” ungkapnya.

Saat itu pasar produk propolis sudah padat tapi kami punya keyakinan add value atau nilai tambahnya yang luar biasa. Propolis yang dibuat dapat menarik perhatian dan didukung data laboratorium. Novan menjelaskan, NHI antara lain mempunyai visi menjadi perusahaan herbal terkemuka di Indonesia yang menitikberatkan pada inovasi produk berbasis teknologi nano. Adapun misi NHI menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dibidang nanoteknologi berbasis herbal dan natural serta meningkatkan kapasitas, kualitas, dan kapabilitas industri herbal nasional dengan layanan uji standar produk nanoteknologi.

“Pola pikir konsumen masyarakat atau mindset customer kita arahkan dan orientasikan untuk mereka percaya pada produk propolis yang NHI produksi bekerjasama dengan Natural Nusantara dengan merek Proplavo sehingga perlahan tetapi pasti dapat melakukan pemesanan ulang atau repeat order,” jelas Novan.

Guna meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspansi pemasaran produk pihaknya bermitra dengan perusahaan Natural Nusantara. Selain itu seiring perkembangannya, selain melakukan inovasi dalam produk, pihaknya melakukan inovasi dalam penjualan yakni menggelar pemasaran dengan model

Multi Level Marketing alias MLM. Dengan model penjualan ini, angka penjualan pun menjadi meningkat yakni order pertama mencapai 3.000 pieces di akhir tahun 2014.

Keyakinan masyarakat semakin diperkuat melalui testimoni atau kesaksian masyarakat pengguna tentang manfaat dan keunggulan produk produk NHI. Diantaranya, testimoni pengguna Proplavo tentang manfaat bagi terjaganya kesehatan dan stamina dalam beraktivitas sehari hari. Misalnya ada juga testimoni pengguna yang terkena kanker payudara dapat terobati berkat penggunaan dan manfaat propolis Proplavo tersebut.

Adapun produksi Proplavo terus meningkat setiap bulannya mencapai 3000-5000 pieces. Pada 2018 sekitar 700 ribu pieces/ botol propolis per tahunnya. “Target tahun 2019 ini sekitar 1 juta botol per tahun. Dengan pendapatan Rp. 500 juta per bulan,” tukas Novan.

“Dari sini kami mulai mendapat cash flow, Ini berkat kerja keras kami meyaķinkan masyarakat

bahwa produk kami bukan produk abal-abal. Dengan menggunakan

metode nano dan uji laboratorium kami mempunyai keunggulan

tersendiri”.

Novan MaulanaCEO PT. Nanotech

Vol.9.I.2019 51

Inovasi

Page 52: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Sebuah penelitian menyebutkan, satu dari tiga orang yang tengah menjalani terapi kanker mengalami nyeri. Rasa nyeri hebat ini, sering kali membuat penderita kanker tak dapat beraktivitas dan bahkan terpaksa mengkonsumsi

obat-obatan pengontrol rasa sakit.

Nyeri yang dirasakan seseorang yang tengah mengidap penyakit kanker biasanya terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, nyeri ringan, di mana kondisi nyeri ini masih dapat diredakan dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti Parasetamol, dan Asam Mefenamat.

Namun obat-obat itu tidak akan mempan lagi, jika seseorang sudah merasakan nyeri skala sedang atau sekitar di skala 5-6. Obat penghilang rasa nyeri yang harus diberikan pun memiliki dosis lebih tinggi, seperti Kodein, Tramadol, dan Opioid kuat.

Kemudian terakhir, nyeri skala 7-10 yang yang biasanya masuk kategori nyeri hebat. Nyeri inilah yang biasanya dialami para penderita kanker stadium lanjut. Pada nyeri level ini, rasa sakit, dalam dunia medis dapat dihilangkan dengan menggunakan morfin. Namun untuk berbagai alasan, morfin pun masih kurang diminati masyarakat. Sehingga tidak semua orang yang anggota keluarganya menderita kanker mau mengizinkan penggunaan morfin ini untuk meredakan rasa sakit kepada pasien penderita kanker.

Meski begitu, tidak sedikit juga penderita kanker yang memutuskan mengkonsumsi morfin untuk meredakan rasa sakitnya tersebut. Penggunaan morfin yang masuk golongan narkotika ini, menimbulkan efek “fly” atau penurunan kesadaran pada pasien. Efek inilah yang membuat penderita kanker tidak bisa beraktivitas secara normal saat mengkonsumsi morfin.

Namun jangan khawatir, Badan Tenaga Nuklir (BATAN) melalui melalui Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) telah menghasilkan produk analgesik (pereda nyeri) alternatif bagi pasien kanker yang enggan menggunakan morfin.

Produk tersebut bernama Samarium (Sm) 153 EDTMP (Ethylen Diamine Tetra Methylen Phosphonate). Sebuah produk penelitian BATAN yang bermanfaat di dunia kesehatan khususnya sebagai obat terapi paliatif atau penghilang rasa sakit pada penderita kanker, terutama sel kanker yang sudah menyebar ke organ tubuh lain (metastasis) khususnya ke tulang.

Oleh : Citra & DadanFoto : Humas Batan

Samarium-153, Alternatif Pereda Nyeri untuk Kanker

Vol.9.I.201952

Inovasi

Page 53: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Selain tidak menimbulkan efek fly, penggunaan Samarium ini juga memiliki keunggulan lebih tahan lama menghilangkan rasa sakit, yakni bertahan 1-2 bulan. “Serta tidak menimbulkan efek ketagihan seperti pada morfin,” kata Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR), Rohadi Awaludin.

Penelitian Samarium ini sudah dilakukan sejak 1998 lalu dan melibatkan banyak peneliti, karena penelitian ini menyangkut banyak disiplin ilmu. Saat itu, kata Rohadi, ada pertemuan internasional tentang radiofarmaka, di mana salah satunya adalah membahas radiofarmaka paliatif.

Setelah pertemuan itu, BATAN akhirnya mengembangkan juga teknologi tersebut. BATAN memilih Samarium-153 sebagai radionuklida terapi paliatif, karena memungkinkan diproduksi di reaktor GA Siwabessy BATAN di Serpong.

Dalam mengembangkan Samarium, Rohadi dan para peneliti lain menemui tantangan di tahap awal pengembangan, karena diakuinya kala itu pengetahuan para peneliti masih terbatas. “Maka berbagai langkah dilakukan, termasuk mengundang expert dari luar negeri guna meningkatkan kapasitas para peneliti di PTRR-BATAN,” jelasnya.

Salah satu upaya yang dilakukan BATAN kala itu adalah menjalin kerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA). Kerja sama ini dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk capacity building, meningkatkan kompetensi para peneliti di PTRR-BATAN.

Samarium dapat diberikan kepada penderita kanker paru-paru, payudara, prostat, hingga kanker tulang. “Perlu diketahui, Samarium ini untuk sementara hanya bisa diberikan kepada orang di atas 18 tahun,” jelas Rohadi.

Hal ini karena penelitian tentang keamanan pemberian Samarium pada anak di bawah 18 tahun belum mumpuni. Selain itu juga ada pengecualian lain, yakni ibu hamil dan menyusui tidak diperbolehkan menerima injeksi Samarium. “Ibu menyusui boleh, asalkan berhenti menyusu dulu,” terangnya.

Rohadi juga menegaskan, bahwa Samarium ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang telah menerima terapi paliatif saja. Dengan kata lain, bisa dibarengi dengan terapi lain seperti kemoterapi.

Secara teknis, Samarium diberikan dengan cara diinjeksi, dengan dosis 0,4-0,6 milikuri per kilogram badan pasien. Setelah 2-24 jam penyuntikan, tubuh akan dipindai dengan

kamera gamma untuk melihat persebaran Samarium. Berbeda dengan morfin yang harus diberikan setiap hari kepada pasien, Samarium ini cukup diinjeksikan 1-2 bulan sekali, dan hanya boleh diberikan oleh dokter nuklir yang kompeten.

“Bahkan pada beberapa kasus dilaporkan, Samarium bisa bertahan hingga tiga bulan. Ini tentu memudahkam pasien, dari pada harus mengkonsumsi obat konvensional setiap hari, “ terang Rohadi.

Untuk mendapatkan Samarium sebagai analgesik, pasien dapat menebusnya dengan harga sekitar Rp3 juta setiap vialnya. “Saya kurang tahu harga terakhir, tapi di sejumlah rumah sakit seperti di RSUP dr. Kariadi Semarang sudah gratis, karena ditanggung BPJS,” terangnya.

Rohadi menambahkan, BATAN menggandeng sejumlah perusahaan farmasi, antara lain PT. Kimia Farma untuk menghilirisasi produk radiofarmaka ke masyarakat. Menurut Rohadi, PT Kimia Farma sangat membantu dalam pengembangan sistem cara pembuatan obat yang baik (CPOB) di PTRR-BATAN.

PT Kimia Farma memiliki pengalaman yang panjang dalam pengembangan dan produksi sediaan farmasi . Pengalaman PT Kimia Farma tersebut sangat membantu PTRR-BATAN dalam pengembangan radiofarmaka yang merupakan salah satu jenis sediaan farmasi.

Menurut Rohadi, hingga hari ini baru sekitar 12 Rumah Sakit di seluruh Indonesia yang memanfaatkam Samarium, di antaranya RS Kanker Dharmais dan RS Hasan Sadikin Bandung. Ia berharap, ke depannya fasilitas kedokteran nuklir tidak lagi menjadi barang langka di Rumah Sakit.

Vol.9.I.2019 53

Inovasi

Page 54: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201954

Page 55: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.2019 55

Page 56: Vol.9.I.2019 1 · 2019. 5. 2. · Gede Wibawa, M.Eng. Gede yang merupakan profesor Teknik Kimia ITS ini telah membersamai Rendra sejak ia menyelesaikan program sarjananya. Rendra

Vol.9.I.201956