Case Report Rendra
description
Transcript of Case Report Rendra
CASE REPORT
STROKE DENGAN PENURUNAN KESADARAN
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Listyo Asist Pujarini, Sp.S
dr. Eddy Raharjo, Sp.S
Oleh :
Najib Rendra Mukti, S.Ked
J 500 100 113
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
CASE REPORT
STROKE DENGAN PENURUNAN KESADARAN
Oleh :
Najib Rendra Mukti, S.Ked
J 500 100 113
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari Selasa tanggal 10 Juni 2014
Pembimbing I
dr. Listyo Asist P, Sp.S (...........................................)
Pembimbing II
dr. Eddy Raharjo, Sp.S (...........................................)
Disahkan Ka Profesi FK UMS
dr. Dona Dewi Nirlawati (...........................................)
STATUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 75 tahun
Alamat : Malanggaten 3/2 Malanggaten Kebakkramat
Karanganyar
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
No. Rekam Medis : 00308232
Tanggal Masuk RS : 01 Juni 2014
II. ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara alloanamnesis.
A. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak kanan
B. Keluhan Tambahan
Penurunan kesadaran
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar, dengan keluhan
kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan disertai dengan penurunan
kesadaran. Keluhan ini dirasakan mendadak dan tidak membaik setelah
pasien jatuh didekat sumur dengan posisi jatuh tidak diketahui. Pagi hari
sebelum jatuh pasien terlihat sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa keluhan apapun. Pada siang harinya pasien terjatuh dan
ditemukan oleh tetangganya dengan keadaan tidak sadar. Pasien terlihat
lemah dan belum sadar kemudian sore harinya pasien dibawa ke IGD
RSUD Karanganyar. Pasien sering menggerakan tangan maupun kaki
sebelah kiri, tapi tangan dan kaki sebelah kanan terlihat diam terus.
Keluhan lain seperti mual (-), muntah (-), kesemutan (-), demam (-),
keringat dingin (-), sesak nafas (-), batuk (-), kejang (-), berdebar-debar (-
), susah menelan (-), ma/mi tersedak (-), BAB dan BAK lancar seperti
bias. Kegiatan seharianya pasien adalah seorang pedagang dipasar dan
lebih banyak menghabiskan waktunya mengurus cucunya dirumah.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
2. Riwayat penyakit Kolesterol : disangkal
3. Riwayat Asam Urat : disangkal
4. Riwayat penyakit Stroke : disangkal
5. Riwayat Penyakit Hipertensi : diakui
6. Riwayat Penyakit DM : disangkal
7. Riwayat penyakit Jantung : disangkal
8. Riwayat Trauma Kepala : diakui
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
2. Riwayat penyakit Kolesterol : disangkal
3. Riwayat Asam Urat : disangkal
4. Riwayat penyakit Stroke : disangkal
5. Riwayat Penyakit Hipertensi : disangkal
6. Riwayat Penyakit DM : disangkal
7. Riwayat penyakit Jantung : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat merokok : disangkal
2. Riwayat minum kopi : disangkal
3. Riwayat Konsumsi alkohol : disangkal
4. Riwayat olah raga : disangkal
G. Anamnesis Sistemik
Serebrospinal :
Nyeri kepala berdenyut (-) penurunan kesadaran (+), kejang (-),
demam (-)
Kardiovaskuler :
Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), pucat (+), kebiruan pada
ekstremitas (-)
Respirasi :
Batuk (-), pilek (-), sesak napas (-)
Gastrointestinal :
Mual (-), muntah (-), BAB (dbn), kesulitan menelan (-), diare (-).
Musculosceletal :
Kelemahan anggota gerak kanan (+), nyeri otot (-)
Integumentum :
Bintik merah (-), gatal (-), kulit warna kecoklatan
Urogenital :
Tidak bisa menahan kencing (-), sulit kencing (-), nyeri berkemih (-),
panas berkemih (-), keluar darah saat berkemih (-).
H. Resume Anamnesis
Pasien perempuan berusia 75 tahun datang ke IGD RSUD
Karanganyar dengan keluhan kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan
disertai penurunan kesadaran. Keluhan dirasakan mendadak dan tidak
membaik setelah pasien jatuh dengan posisi jatuh tidak diketahui. Pasien
sering menggerakan anggota gerak kiri sedangkan anggota gerak kanan diam
terus. Pasien tidak merasa mual dan muntah. Riwayat penyakit dahulu seperti
hipertensi (+), DM (-), stroke (-) dan penyakit jantung (-).
III. STATUS INTERNA
A. Keadaan Umum
KU : Lemah
Kesadaran : Coma : E1 V1 M4
Vital Sign : Tekanan Darah : 190/110 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 37,7 º C
Pernapasan : 24 x/menit
B. Pemeriksa Fisik
1. Kepala : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), sianosis (-),
pupil miosis ɸ 2mm, reflek cahaya (-/-)
2. Leher : leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-),
massa (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
3. Thorax :
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan pernapasan simetris kanan kiri, retraksi
intercostae (-), ketinggalan gerak (-), sikatrik (+)
Palpasi :
- Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - Sulit dinilai Sulit dinilai
- - Sulit dinilai Sulit dinilai
- - Sulit dinilai Sulit dinilai
- Fremitus
Depan Belakang
N N Sulit dinilai Sulit dinilai
N N Sulit dinilai Sulit dinilai
N N Sulit dinilai Sulit dinilai
Perkusi
Depan Belakang
S S Sulit dinilai Sulit dinilai
S S Sulit dinilai Sulit dinilai
S S Sulit dinilai Sulit dinilai
Auskultasi
Suara Dasar Vesikuler
Depan Belakang
+ + Sulit dinilai Sulit dinilai
+ + Sulit dinilai Sulit dinilai
+ + Sulit dinilai Sulit dinilai
- Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : dinding dada pada daerah precordium tidak
cekung/ cembung, ictus cordis tampak.
Palpasi : ictus cordis teraba kuat angkat pada SIC V linea
midclavucularis sinistra.
Perkusi : batas jantung
- Batas kiri jantung :
Atas : SIC II sisi lateral linea parasternalis sinistra.
Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra.
- Batas kanan jantung :
Atas : SIC II linea parasternalis dextra
Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra.
Auskultasi : bunyi jantung I/II reguler, bising (-)
4. Abdomen
Inspeksi : simetris, distended (-), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani di empat kuadran
Palpasi : Supel, defans muskuler (-), nyeri tekan (-), lien
tidak teraba, hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba, nyeri
costovertebrae (-)
5. Ekstremitas : clubbing finger tidak ditemukan, palmar eritema (-),
edema pada ekstremitas superior dan inferior (-/-), pitting oedem (-),
akral hangat (+/+)
IV. Status Psikis
Cara berpikir : sulit dievaluasi
Orientasi : sulit dievaluasi
Perasaan hati : sulit dievaluasi
Tingkah laku : sulit dievaluasi
Ingatan : sulit dievaluasi
Kecerdasan : sulit dievaluasi
V. Status Neurologis
a. Kesadaran : coma, GCS = E1, V1, M4
b. Meningeal sign
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-)
Brudzinski IV : (-)
Kernig : (-)
c. Nervus Cranialis
Nervus Pemeriksaan Dextra Sinistra
I (Olfaktorius) Daya Pembau Sulit dinilai Sulit dinilai
II (Optikus) Visus Sulit dinilai Sulit dinilai
Pengenalan
warna
Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang
penglihatan
Sulit dinilai sulit dinilai
Fundus okuli Tak dilakukan Tak dilakukan
Retina Tak dilakukan Tak dilakukan
Papil Tak dilakukan Tak dilakukan
III
(Occulomotorius)
Ptosis - -
Gerakan mata ke
atas
Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerak mata ke
tengah
Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan mata ke
bawah
Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran pupil
-reflek direct
-reflek indirect
2mm
miosis
2mm
miosis
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
IV (Trochlearis) Gerakan mata
medial ke bawah
Sulit dinilai Sulit dinilai
Strabismus
konvergen
Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
V (Trigeminus) Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai
Membuka mulut Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai
Trismus Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek Masetter - -
Reflek Kornea + +
Sensibilitas
wajah
Sulit dinilai Sulit dinilai
VI (Abducens) Gerakan mata ke Sulit dinilai Sulit dinilai
lateral
Strabismus
konvergen
Sulit dinilai Sulit dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
VII (Facialis) Mengangkat alis Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengerutkan
dahi
Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata + +
Lipatan
nasolabial
Sulit dinilai Sulit dinilai
Meringis Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggembungk
an pipi
Sulit dinilai Sulit dinilai
Daya kecap 2/3
lidah depan
Sulit dinilai Sulit dinilai
Tiks facial Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek glabella - -
Bersiul Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek aurikulo
palpebra
Sulit dinilai Sulit dinilai
VIII
(Vestibulocochlea
ris)
Detik arloji Sulit dinilai Sulit dinilai
Suara berbisik Sulit dinilai Sulit dinilai
Tes swabach Sulit dinilai Sulit dinilai
Tes rinne Sulit dinilai Sulit dinilai
Tes Weber Sulit dinilai Sulit dinilai
IX
(Glossopharyngeu
s)
Daya kecap 1/3
lidah belakang
Sulit dinilai Sulit dinilai
Arkus faring Uvula ditengah
Reflek muntah + +
X (Vagus) Arkus Faring Uvula ditengah
Nadi + +
Bersuara Sulit dinilai Sulit dinilai
Gangguan
Menelan
Sulit dinilai Sulit dinilai
XI (Accesorius) Memalingkan
kepala
Sulit dinilai Sulit dinilai
Menahan bahu Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengangkat
bahu
Sulit dinilai Sulit dinilai
Trofi otot bahu Sulit dinilai Sulit dinilai
XII (Hipoglossus) Menjulurkan
lidah
Sulit dinilai Sulit dinilai
Tremor lidah Sulit dinilai Sulit dinilai
Artikulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Kekuatan lidah Sulit dinilai Sulit dinilai
d. Badan
Trofi otot punggung Sulit dinilai
Nyeri membungkukkan badan Sulit dinilai
Kolumna vertebralis Sulit dinilai
Palpasi dinding perut Supel, distensi (-), nyeri tekan (-)
Gerakan Sulit dinilai
Reflek dinding perut N
Reflek Kremaster Tidak dilakukan
e. Anggota Gerak Atas
Kanan Kiri
Pergerakan Terbatas Bebas
Kekuatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Melemah Normotonus
Refleks
Biseps + +
Triseps + +
Hoffman-Trommer - -
Sensibilitas
Taktil Sulit dinilai Sulit dinilai
Nyeri - +
Termis Sulit dinilai Sulit dinilai
Diskriminasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Posisi Sulit dinilai Sulit dinilai
Vibriasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Drophand - -
Pitcher’s hand - -
Claw hand - -
Warna kulit Kecoklatan Kecoklatan
kontraktur - -
f. Anggota gerak bawah
Kanan Kiri
Pergerakan Terbatas Bebas
Kekuatan Sulit dinilai Sulit dinilai
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Menurun Normotonus
Klonus Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek tungkai jatuh Lateralisasi + Lateralisasi -
Reflek
Patella Sulit dinilai Sulit dinilai
Achilles Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensibilitas
Taktil Sulit dinilai Sulit dinilai
Nyeri - +
Termis Sulit dinilai Sulit dinilai
Posisi Sulit dinilai Sulit dinilai
Diskriminasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Vibrasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Reflek Kanan Kiri
Babinski + -
Chaddock + -
schaffer - -
Oppenheim + -
Gordon - -
Provokasi Nyeri
Tes Laseque : sulit dinilai
Tes Patrick : sulit dinilai
Tes kontra patrick : sulit dinilai
Test O’connel : sulit dinilai
Koordinasi Keseimbangan
Cara berjalan : sulit dinilai
Test romberg : sulit dinilai
Disdiadokinesia : sulit dinilai
Ataksia : sulit dinilai
Disimetri : sulit dinilai
Nistagmus : sulit dinilai
Gerakan-gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Fungsi Vegetatif
Miksi : N
Defekasi : N
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. DARAH RUTIN
Keterangan 01-06-2014 Satuan Nilai rujukan
Haematologi Rutin
Hb 13,7 g/DL 12,00-16,00
Hct 37,4 % 37,00-47,00
AL 9,2 10ᵌ/µl 5-10
Trombosit 160 10ᵌ/µl 150-300
Eritrosit 4,02 10ᵌ/µl 4,00-5,00
MPV 6,3 (L) fL 6,5-12,00
PDW 17,3 (H) % 9,0-17,0
Indeks Eritrosit
MCV 93,0 (H) fL 82,0-92,0
MCH 34,1 (H) pg 27,0-31,0
MCHC 36,6 g/DL 32,0-37,0
Hitung jenis
Limfosit% 60, 9 (H) % 25,0-40,0
Monosit% 6,0 % 3,0-9,0
Limfosit# 4,7 (H) 10ᵌ/µl 1,25-4,0
Monosit# 0,6 10ᵌ/µl 0,30-1,00
Gran% 42,1(L) % 50,0-70,0
Gran# 3,0 10ᵌ/µl 2,50-7,00
RDW 12,4 % 11,5-14,7
Gula Darah
GDS 87 Mg/100ml 70-150
Faal Lemak dan Jantung
Ureum 72 (H) Mg/dl 10-50
Creatinin 0,66 (H) Mg/dl 0,5-0,9
VII. RESUME PEMERIKSAAN
KU : Lemah
Kesadaran : Coma E1V1M4
Nn. Cranialis : Normal (+/+)
Tanda Meningeal : (-)
Kaku kuduk : (-)
Kanan Kiri
Reflek Fisiologi + +
+ +
Reflek Patologi - -
+ -
Kekuatan Otot Sulit dinilai Sulit dinilai
Sulit dinilai Sulit dinilai
Tonus Otot Menurun Normal
Menurun Normal
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Gerakan Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Klonus - -
Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
Sulit dinilai Sulit dinilai
VIII. DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Klinis : Penurunan kesadaran
Hemiparesis dextra UMN
Diagnosa Topik : Lobus temporoparietal hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa Etiologis : Stroke Hemoragik
IX. DIAGNOSIS BANDING
o Stroke Hemoragic
o Stroke non Hemoragic
Hemoragik Non Hemoragik
Permulaan Sangat akut Subakut
Waktu serangan Aktif Tidak aktif
Peringatan
sebelumnya
++ ++
Muntah ++ -
Kejang ++ -
Penurunan kesadaran ++ -
Bradikardi +++ (hari I) + (hari IV)
Perdarahan retina ++ -
Papil edem + -
Rangsangan
meningeal
++ -
Ptosis ++ -
Lokasi (topis) Sub kortikal Sub/ kortikal
Siriraj score >1 <1
VIII. USULAN PEMERIKSAAN
CT-Scan kepala, EKG
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Infus RL 16 tetes per menit
2. Infus manitol 125ml/6 jam selama 30 menit
3. Inj. citicholin 500mg/12 jam
4. Inj. Ranitidin amp/12 jam
5. Inj. Pragesol amp/8jam
6. Inj. Ceftriaxon vial 1gr/12 jam
7. Inj. Furosemid ½ amp/12 jam
Rehabilitasi Medik
Kompres hangat
Fisioterapi
XI. PROGNOSIS
Death: dubia ad malam
Disease: ad malam
Disability: ad malam
Discomfort: ad malam
Disatisfication: ad malam
FOLLOW UP
Tgl 02-06-2014 03-06-2014 04-06-2014 05-06-2014
S Pasien dibawa ke
bangsal dengan
keadaan penurunan
kesadaran.
Kelemahan pada
anggota gerak kanan
sedangkan anggota
gerak kiri sering
digerakan berpindah
posisi. Riwayat
trauma(+),
Hipertensi(+), DM(-
). Keluhan Mual (-),
Muntah(-)
Pasien masih
mengalami
penurunan
kesadaran. Anggota
gerak kanan masih
tidak dapat
digerakan sedangkan
anggota gerak kiri
sering digerakan.
Mual (-), Muntah (-
), Hipertensi (+)
Pasien masih belum
sadar. Kedua
anggota gerak diam
saja. Anggota gerak
kiri yang kemarin
sering bergerak
sekarang diam saja.
Mual(-), muntah(-),
Hipertensi(+)
Pasien masih belum
sadar. Kedua
anggota gerak masih
diam terus.
Pernafasan pasien
cepat. Mual(-)
muntah(-)
Hipertensi(+)
O KU : tampak lemah,
coma
TD : 190/110
RR: 24
HR : 84
Suhu : 37,7º C
Status Neurologis
GCS : E1V1M4
KU : tampak lemah,
coma
TD : 170/100mmHg
RR: 24x/mnt
HR : 84x/mnt
Suhu : 37,7º C
Status Neurologis
GCS : E1V1M4
KU : tampak lemah,
coma
TD : 190/120mmHg
RR: 20x/mnt
HR : 88x/mnt
Suhu : 36,7º C
Status Neurologis
GCS : E1V1M1
KU : tampak lemah,
coma
TD : 180/100mmHg
RR: 40x/mnt
HR : 124x/mnt
Suhu : 40,7º C
Status Neurologis
GCS : E1V1M1
Meningeal Sign (-)
N.cranialis :
- Reflek pupil (-)
(miosis 2mm)
- Reflek kornea (+)
- Reflek muntah (+)
- Dolls eyes
fenomena (-)
Motorik : gerakan
terbatas
Kekuatan
TVD TVD
TVD TVD
Lateralisasi dexta
Sensoris (sulit
dinilai)
Reflek fisiologis
+ +
+ +
Reflek Patologis
- -
+ -
Tonus : normotonus
Klonus (-/-)
Provokasi Nyeri
(sulit dinilai)
Meningeal Sign (-)
N.cranialis :
- Reflek pupil (-)
(miosis 2mm)
- Reflek kornea (+)
- Reflek muntah (+)
- Dolls eyes
fenomena (-)
Motorik : gerakan
terbatas
Kekuatan
TVD TVD
TVD TVD
Lateralisasi dexta
Sensoris (sulit
dinilai)
Reflek fisiologis
+ +
+ +
Reflek Patologis
- -
+ -
Tonus : normotonus
Klonus (-/-)
Provokasi Nyeri
(sulit dinilai)
Meningeal Sign (-)
N.cranialis :
- Reflek pupil (-)
(miosis 2mm)
- Reflek kornea (+)
- Reflek muntah (+)
- Dolls eyes
fenomena (-)
Motorik : gerakan
terbatas
Kekuatan
TVD TVD
TVD TVD
Lateralisasi dexta
Sensoris (sulit
dinilai)
Reflek fisiologis
+ +
+ +
Reflek Patologis
- -
+ -
Tonus : normotonus
Klonus (-/-)
Provokasi Nyeri
(sulit dinilai)
Meningeal Sign (-)
N.cranialis :
- Reflek pupil (-)
(miosis 2mm)
- Reflek kornea (+)
- Reflek muntah (+)
- Dolls eyes
fenomena (-)
Motorik : gerakan
terbatas
Kekuatan
TVD TVD
TVD TVD
Lateralisasi dexta
Sensoris (sulit
dinilai)
Reflek fisiologis
+ +
+ +
Reflek Patologis
- -
+ -
Tonus : normotonus
Klonus (-/-)
Provokasi Nyeri
(sulit dinilai)
A Dx Klinis:
Penurunan
kesadaran dan
Hemiparesis dextra
UMN
Dx Topik: Lobus
temporoparietal
hemisfer cerebri
sinistra
Dx Etiologis :
Stroke Hemoragik
Dx Klinis:
Penurunan
kesadaran dan
Hemiparesis dextra
UMN
Dx Topik: Lobus
temporoparietal
hemisfer cerebri
sinistra
Dx Etiologis :
Stroke Hemoragik
Dx Klinis:
Penurunan
kesadaran dan
Hemiparesis dextra
UMN
Dx Topik: Lobus
temporoparietal
hemisfer cerebri
sinistra
Dx Etiologis :
Stroke Hemoragik
Dx Klinis:
Penurunan
kesadaran dan
Hemiparesis dextra
UMN
Dx Topik: Lobus
temporoparietal
hemisfer cerebri
sinistra
Dx Etiologis :
Stroke Hemoragik
P Medikamentosa
1. Infus RL 16 tetes per menit
2. Infus manitol 125ml/6 jam selama 30 menit
3. Inj. Citicholin 500mg/12 jam
4. Inj. Ranitidin amp/12 jam
5. Inj. Pragesol amp/8jam
6. Inj. Ceftriaxon vial 1gr/12 jam
7. Inj. Furosemid ½ amp/12 jam
Non Medikamentosa
Kompres hangat
Fisioterapi
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai
darah ke bagian otak atau merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional
maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah
serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. Penyebab dari stroke
adalah 1) trombosis, 2) embolisme serebral (3/4 kasus stroke), dan 3) perdarahan
baik intra serebral maupunn subarachnoid (1/4 kasus stroke).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi
suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis,
terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap
perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma).
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungan serta dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan
mengadakan pembatasan (limitasi) terhadap lingkungan dan dirinya sendiri
(melalui perhatian). Bila kesadaran baik, maka akan terjadi orientasi (waktu,
tempat dan orang), pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk
secara efektif (melalui ingatan dan pertimbangan).
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter paling mendasar dan paling
penting yang harus ditentukan dan dikaji untuk menentukan status kerusakan pada
sistem persarafan khususnya pada kasus stroke. Tingkat keterjagaan klien dan
respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
I. OTAK (ENSEFALON)
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),
dan diensefalon.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan
memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan
primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
II. SIRKULASI DARAH OTAK
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20%
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis
interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini
saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke
dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi
suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen
basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik.Arteri serebri media mensuplai darah
untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini
bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai
setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris.
Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah
dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena
interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak yang
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung.
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan
karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral,
arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior dan kedua arteri
komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini memungkinkan darah
bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari bagain
anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan
sirkulasi kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan.
C. FAKTOR RISIKO STROKE
Hipertensi, faktor resiko utama
Penyakit kardiovaskuler
Kadar hematokrit tinggi
DM (peningkatan anterogenesis)
Pemakaian kontrasepsi oral
Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
Obesitas, perokok, alkoholisme
Kadar esterogen yang tinggi
Usia > 35 tahun
Penyalahgunaan obat
Gangguan aliran darah otak sepintas
Hyperkolesterolemia
Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa)
Lansia
Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
Asam urat
D. KLASIFIKASI
I. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu:
a) Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
(a) Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan
serebelum.
(b) Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik, afasia, dll).
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis
dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,
yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub
Arachnoid (PSA)
Gejala PIS PSA
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan
Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf otak
Dalam 1 jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
++
+
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun sementara
Sering fokal
+++
+/-
+++
b) Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umummnya baik.
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:
Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan
Permulaan (awitan)
Waktu (saat “serangan”)
Peringatan
Nyeri Kepala
Kejang
Muntah
Kesadaran menurun
Sub akut/kurang
mendadak
Bangun pagi/istirahat
+ 50% TIA
+/-
-
-
Kadang sedikit
Sangat
akut/mendadak
Sedang aktifitas
-
+++
+
+
+++
Koma/kesadaran
menurun
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan Retina
Bradikardia
Penyakit lain
Pemeriksaan:
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
CT Scan
Opthalmoscope
Lumbal pungsi
· Tekanan
· Warna
· Eritrosit
Arteriografi
EEG
+/-
-
-
-
-
hari ke-4
Tanda adanya
aterosklerosis di retina,
koroner, perifer. Emboli
pada ke-lainan katub,
fibrilasi, bising karotis
-
+
Oklusi, stenosis
Densitas berkurang
(lesi hypodensi)
Crossing phenomena
Silver wire art
Normal
Jernih
< 250/mm3
oklusi
di tengah
+++
++
+
+
+
sejak awal
Hampir selalu
hypertensi,
aterosklerosis, HHD
+
Kemungkinan
pergeseran glandula
pineal
Aneurisma. AVM.
massa intra hemisfer/
vaso-spasme.
Massa intrakranial
densitas bertambah.
(lesi hyperdensi)
Perdarahan retina
atau corpus vitreum
Meningkat
Merah
>1000/mm3
ada shift
shift midline echo
II. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a) TIA (Trans Iskemik Attack):
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan
dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Stroke involusi:
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit:
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.
E. Manifestasi Klinis
Terdapat manifestasi akibat stroke, yaitu:
a Defisit Motorik
Hemiparese, hemiplegia
Distria (kerusakan otot-otot bicara)
Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)
b Defisit Sensori
Defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri)
Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang
pandang sisi yang sama)
Diplopia (penglihatan ganda)
Penurunan ketajaman penglihatan
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superficial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
c Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan
menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)
Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Apraksia (kehilangan kmampuan menggunakan obyek dengan tepat)
Agnosia (ketidakmampuan mengidentifikasi lingkungan melalui indera)
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang
Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
Disorientasi kanan kiri
d Defisit Bahasa/Komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang
dapat difahami)
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif)
Tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)
e Gangguan Kesadaran
Kesadaran menurun adalah keadaan dengan kemampuan persepsi,
perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara
kuantitatif), kemudian munculah amnesia sebagian atau total.
Beberapa tingkat dalam menurunnya kesadaran yaitu:
a) Apati
Mulai mengantuk, acuh-tak acuh terhadap stimulus, untuk menarik
perhatiannya diperlukan stimulus yang sedikit lebih keras
b) Somnolen
Sudah mengantuk, untuk menarik perhatiannya dibutuhkan
stimulus yang lebih keras
c) Sopor
Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang. Hanya berespon
dengan rangsangan yang keras
d) Subkoma dan koma
Tidak ada respon terhadap stimulus yang kuat/keras, pupil melebar,
reflek muntah hilang.
F. PROSES PATOLOGIS PENYEBAB GANGGUAN KESADARAN
1) Keadaan yang secara luas dan langsung menekan fungsi hemisfer serebri
(biasanya pada waktu bersamaan juga mengenai struktur batang otak)
2) Kelainan yang menekan atau merusak substansia grisea (diencepalon,
mesenchepalon dan pons atas).
G. DIAGNOSIS
Algoritma Stroke Gajah Mada
H. PENATALAKSANAAN
a. Stroke Iskemik
Terapi umum:
1. Letakkan kepala pasien pada posisi 30oubah posisi tidur setiap 2
jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
2. Bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit
3. Demam kompres dan antipiretik
4. Kandung kemih penuh dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten).
5. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau salin isotonik. Gangguan menelan atau
kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang nasogastrik.
6. Kadar gula darah >150 mg% dikoreksi sampai gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-
3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau <
80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv
sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
7. Nyeri kepala atau mual dan muntah pemberian obat-obatan
sesuai gejala.
8. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan
sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood
Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg. Penurunan tekanan darah maksimal
adalah 20% natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta,
penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
9. Jika terjadi hipotensi (tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70
mmHg) NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL
selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi
dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik
masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai
tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
10. Jika kejang diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan
per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
11. TlK meningkat manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB
per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6
jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas
(<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik
(NaCl 3%) atau furosemid.
b. Stroke Hemoragic
Terapi umum
Dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL, perdarahan
intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid
atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila
terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20
mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv
0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
TIK meningkat, posisi kepala dinaikkan 30o, posisi kepala dan dada
di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke
iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak
lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan
fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
PEMBAHASAN
Dilakukan pemeriksaan pada seorang pasien perempuan berusia 75 tahun
dengan diagnosa klinis kelemahan pada anggota gerak kanan disertai penurunan
kesadaran. Keluhan utama pasien kelemahan anggota gerak sebelah kanan,
keluhan ini merupakan keluhan yang sangat khas pada penderita stroke.
Gangguan sensoris dan motoris pada pasien stroke menyebabkan gangguan
keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas jaringan lunak,
serta gangguan kontrol motorik dan sensorik. Fungsi yang hilang akibat gangguan
kontrol motorik pada pasien stroke mengakibatkan hilangnya koordinas,
hilangnya kemampuan keseimbangan postur dan tubuh. Penurunan fungsi otot
pada ekstremitas bawah mengakibatkan penurunan kemampuan untuk
menyanggah, menahan, dan menyeimbangkan masa tubuh.
Pada pasien stroke sering dikaitan dengan penurunan kesadaran hal ini
dapat terjadi karena keadaan yang secara luas dan langsung menekan fungsi
hemisfer serebri (biasanya pada waktu bersamaan juga mengenai struktur batang
otak) dan mungkin adanya suatu kelainan yang menekan atau merusak substansia
grisea (diencepalon, mesenchepalon dan pons atas).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien tersebut didapatkan
penurunan kesadaran (+), muntah (-), nyeri kepala (-), diastol (110), tanda
atenoma (+), reflek babinski(+) maka berdasarkan:
1. Siriraj Score:
(2,5xkesadaran) + (2xmuntah) + (2xnyeri kepala) + (0,1xdiastole) –
(3xateroma) – 12 = …….
Interpretasi: >0,5 = SH ; <-1 = SNH
SSS= (2,5x1) + (2x0) + (2x0) + (0,1 x 110) – (3x 0) -12 =1,5 stroke
Hemoragic
2. Gajah Mada Score:
Penurunan kesadaran (+)
Babinski (+)
Nyeri kepala (-)
Pada kriteria Gajah Mada Score apabila terdapat 2 atau 3 gejala
maka didiagnosis sebagai stroke hemoragic.
Berdasarkan gejala data di atas, maka pasien ini dapat ditegakkan
diagnosis stroke hemoragik. Tetapi untuk mengetahui lebih diagnosis yang pasti
perlu dilakukan pemeriksaan sesuai dengan gold standarnya yaitu menggunakan
CT scan.
DAFTAR PUSTAKA
Goetz, Christopher G. 2007. Cerebrovascular Disease. In : Goetz : Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke: Diagnosis Dan Penatalaksanaannya,
Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Ropper, AH, Brown RH. 2005. Cerebrovascular Disease. In: Adam and Victors
Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill
Rumantir, CU. 2007. Gangguan Perdarahan Otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD
Arifin Achmad/ FK UNRI. Pekanbaru
Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,
Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.
Tuelsen, T. Begg, S.Matters, C. 2000. The Global Burden of Cerebrovascular
Diseases. Burden of Diseases. World Health Organization