Vol.5 No.1 Januari 2016 Nilai Cerdas, Sigap, Dan Dengan...
Transcript of Vol.5 No.1 Januari 2016 Nilai Cerdas, Sigap, Dan Dengan...
Nilai Cerdas, Sigap, Dan Dengan Hati Membentuk Sekretaris Profesional Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc.Th.
Pengaruh Mutu Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi Terhadap Penurunan Tingkat Pengangguran Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.
Pentingnya Pengembangan Kepribadian Sebagai Sekretaris Profesional Oleh : V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.
Tantangan Profesi Sekretaris Menuju Masyarakat Ekonomi Asean Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.
Rajin, Jujur, Beretika Sebagai Faktor Utama Berjaya Dalam Karier Oleh : Drs. R. Sriyono DH, Bc.Th.
Vol.5 No.1 Januari 2016
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5 No.1 - Januari 2016 i
Vol.5 No.1 - Januari 2016 ISSN 2089-4198
ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS
Susunan Kepengurusan Jurnal Ilmiah Dunia Sekretaris :
Penanggung Jawab
:
Muller Sagala, S.E., M.M.
Mitra Bestari/Reviewer
Pimpinan Redaktur
:
:
Dr. Nicolaus Uskono, S.Sos., M.Si.
Dr. V.W. Cahyana, M.Si.
Dr. Hendrikus Passagi
Dr. Zulkifli Rangkuti
V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.
Wakil Pimpinan Redaktur : Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.
Redaktur : Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.
Astuti Widiati, S.E
Penyunting / Editor : Ir. Markonah, ASAI, M.M.
Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.
Muller Sagala, S.E., M.M
Desain Grafis dan Fotografer : Widyastuti Listyawati, S.Sos.
Sekretariat : M.V. Mieke Marini M.P., S.Pd
Widyastuti Listyawati, S.Sos.
Theresia Pawarti
A. Niken Budi Palupi
Alamat Redaksi : Kampus Asekma Don Bosco
Jl. Pulomas Barat V
Jakarta Timur
Telp: 021-4898774 Faks:021-4701190.
Situs http://www.asekma.ac.id
Email: [email protected]
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5 No.1 - Januari 2016 ii
PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang terhormat,
Buku Jurnal Dunia Sekretaris nomor Vol.5 No.1 Januari 2016 ini
merupakan karya ilmiah dari para dosen, dan mahasiswi Akademi Sekretari dan
Manajemen Don Bosco yang relevan dengan dunia sekretaris. Buku Jurnal Ilmiah
ini menyajikan beberapa kajian yang menarik antara lain mengenal faktor-faktor
apa saja yang membentuk sekretaris profesional, sejauh mana kompetensi lulusan
program vokasi dapat menurunkan tingkat pengangguran, tantangan profesi
sekretaris atau personal assistant menuju MEA, dan bagaimana cara untuk berjaya
dalam karier.
Topik-topik di atas sangat relevan dalam rangka menyambut Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dan AFTA yang dimulai tahun 2016. MEA penuh
dengan tantangan dan adanya dorongan daya saing yang kuat. Softskill merupakan
faktor dominan dalam dunia ketenagakerjaan selain hardskill yang dimiliki.
Semoga para pengguna buku Jurnal Ilmiah ini mendapatkan manfaat besar
dalam bidangnya masing-masing sekaligus untuk mendorong perkembangan
profesi sekretaris dalam dunia yang terus berubah.
Salam sukses dari Dewan Redaksi.
Jakarta, 2 Januari 2016
Dewan Redaksi
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5 No.1 - Januari 2016 iii
Vol.5 No.1 - Januari 2016 ISSN 2089-4198
ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS
DAFTAR ISI
Hal
1. Nilai Cerdas, Sigap, Dan Dengan Hati Membentuk Sekretaris
Profesional
Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.
1
2. Pengaruh Mutu Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi Terhadap
Penurunan Tingkat Pengangguran
Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.
20
3. Pentingnya Pengembangan Kepribadian Sebagai Sekretaris
Profesional
Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti
40
4. Tantangan Profesi Sekretaris Menuju Masyarakat Ekonomi Asean
Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.
57
5. Rajin, Jujur, Beretika Sebagai Faktor Utama Berjaya Dalam Karier
Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.
75
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 1
NILAI CERDAS, SIGAP, DAN DENGAN HATI MEMBENTUK
SEKRETARIS PROFESIONAL
Studi Kasus : ASEKMA Don Bosco
Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.
(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
Changes in business technology has led to the establishment of the level of high efficiency
and effectiveness. This requires a professional way of working, including the workings of a
professional secretary. Being a professional secretary is not formed instantly granted, but
necessary process of planting the ethical values and professional. Those values must be
owned by every professional. There are many ways of testing whether a person can be
called as a professional secretary. In this paper, there are two ways of testing is test
reliability and test ethical values. ASEKMA Don Bosco reliability and instill these values
in three words: intelligent, alert, and with the heart. By planting the value of intelligent,
alert, and with the heart, ASEKMA Don Bosco was able to produce graduates professional
secretary.
Keywords: intelligent, alert, with the heart
PENDAHULUAN
Setiap mahasiswa yang telah lulus ingin bekerja dan menjalankan pekerjaannya secara
profesional dan ingin agar apa yang mereka kerjakan dapat berhasil dan sukses.
Kesuksesan menjadi dambaan bagi setiap mahasiswa, karena dengan meraih kesuksesan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 2
maka hidup mereka akan menjadi lebih nyaman dibanding yang keadaan mereka
sebelumnya.Tetapi tidak banyak yang mengetahui bahwa kesuksesan merupakan hasil
kerja keras dan ketekunan (rajin) dalam jangka waktu tertentu. Tidak akan ada kesuksesan
tanpa usaha. Dan untuk meraih kesuksesan kadang-kadang akan melewati kegagalan demi
kegagalan di dalamnya. Kegagalan yang terjadi tidak boleh berhenti berusaha. Ketika
menghadapi kegagalan dan berhenti di titik tersebut, maka akan kehilangan kesuksesan
yang telah menanti.
Dalam kenyataannya banyak lulusan perguruan tinggi yang sudah gagal sebelum
menyerahkan berkas lamarannya, tidak ada semangat dan kerja keras untuk bersama
bersaing dengan pelamar lainnya. Banyak juga yang gagal ketika pelaksanaan wawancara.
Idealnya dengan memiliki nilai-nilai cerdas, sigap, dan dengan hati dapat membantu
keberhasilan wawancara. Hardskill sangat perlu tetapi jangan juga mengesampingkan
softskill. Untuk seorang sekretaris profesional justru yang diutamakan adalah softskill yang
dimilikinya.
Tidak sedikit mahasiswa yang ingin meraih keberhasilan, tetapi tidak mau bekerja
keras atau bahkan tidak melakukan apapun untuk mendapatkannya. Khususnya pada
masyarakat informasi ini, setiap orang harus memiliki jiwa infopreneurship dan harus
proaktif dalam melihat peluang, kreatif dan inovatif untuk mengolahnya (Budi Sutedjo
Dharma Oetomo: 2011). Demikian diharapkan para mahasiswa ASEKMA Don Bosco
memiliki semangat juang yang tinggi dan mau bekerja keras dalam menggapai kesuksesan
dalam kariernya. Kenyataannya tidak semua mahasiswa setelah selesai langsung siap
memasuki dunia kerja, masih banyak yang memiliki kekurangan-kekurangan antra lain:
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 3
a. Kurang keterampilan berkomunikasi secara efektif.
b. Kurang keterampilan dalam mencari, menginterperetasikan dan memanfaatkan
informasi.
c. Tingkat berpikir yang kurang dalam mengidentifikasikan masalah dan pencarian solusi.
d. Kurang keterampilan dengan menangani tugas: administrasi, resepsionis, keuangan,
personal matters, monitoring and procuring order, general affair duties.
e. Kurang kemampuan dalam mengembangkan skill Human Relation.
f. Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.
g. Kurangnya wawasan atau pengetahuan sebagai seorang sekretaris.
Agar tertanam dalam diri mahasiswa kebiasaan tantang hal mana yang baik sehingga
mahasiswa bukan saja menjadi paham (cerdas) tentang mana yang baik dan mana yang
salah, mahasiswa juga mampu merasakan (menjadi sigap) atas nilai yang baik dan mampu
melakukannya dengan hati. Diharapkan nantinya setelah bekerja sebagai seorang sekretaris
profesional, mereka adalah :
a. Sekretaris profesional yang memiliki kepribadian matang, tangguh dan dewasa.
b. Sekretaris profesional yang religius, bermoral dan taqwa.
c. Sekretaris profesional yang berwawasan luas.
d. Sekretaris profesional yang tanggap dan mampu memenuhi tuntutan perubahan zaman
dan pasar kerja global.
Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini adalah hal-hal apa yang membentuk
sikap cerdas, sigap, dan dengan hati mahasiswa dan dampaknya sehingga dapat
menghasilkan sekretaris profesional. Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 4
komponen-komponen apa saja yang terkait dengan sikap cerdas, sigap, dan dengan hati
mahasiswa.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode kepustakaan (library
research) yaitu dengan mencari literatur termasuk hasil penelitian yang berhubungan
dengan bahasan karya tulis ini.
LANDASAR TEORI
1. Pengertian Kecerdasan
Menurut kamus Bahasa Indonesia (http://www.kamusbesar.com), cerdas berarti
sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya),
tajam pikiran. Sigap berarti tangkas, cepat dan kuat (penuh semangat dan meyakinkan).
Dengan hati berarti bertindak dengan sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang
dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian
(perasaan dan sebagainya), apa yang terasa dalam batin, atau sifat (tabiat) batin
manusia. Ketiga kata cerdas, sigap, dan dengan hati ini merupakan satu kesatuan
makna untuk membentuk seorang sekretaris profesional.
Disadari bahwa setiap individu memiliki perbedaan kemampuan, demikian juga
berlaku pada kecerdasan. Menurut psikolog terkenal Prof. Howard Gardner kecerdasan
merupakan kemampuan dalam memecahkan suatu persoalan serta menciptakan suatu
produk dengan berbagai sudut pandang dan terjadi dalam kondisi yang nyata.
Ada banyak manfaat jika dapat mengetahui macam-macam tipe kecerdasan. Baik
nantinya akan digunakan sebagai pengetahuan untuk dapat mengoptimalkan
kemampuan diri, atau sebagai profesi seperti pendidik yang tentu perlu memahami
kelebihan dan kekurangan peserta didiknya, atau bahkan sebagai seorang direktur yang
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 5
mengetahui kemampuan karyawannya sehingga bisa menempatkannya pada posisi
yang sesuai. Oleh karena itu kali ini akan dipaparkan tipe-tipe kecerdasan beserta ciri-
cirinya menurut Prof. Howard Gardner atau lebih sering dikenal dengan Delapan Tipe
Kecerdasan menurut Gardner.
a. Kecerdasan Matematis-Logis: Kemampuan menggunakan angka dengan baik dan
melakukan penalaran yang benar. Kepekaan pada dan kapasitas mencerna pola-pola
logis atau numeris kemampuan mengolah alur pikiran yang panjang.
b. Kecerdasan Spasial: Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara
akurat dan mentransformasikannya. Kepekaan mempersepsi (merasakan) dunia
spasial-visual secara akurat dan mentransformasi persepsi awal.
c. Kecerdasan Kinestetis Jasmani: Kemampuan menggunakan seluruh tubuhnya.
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan
serta keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu.
d. Kecerdasan Musikal: Kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk, dan mengekspresikan bentuk-bentuk musikal.
e. Kecerdasan Interpersonal : Kemampuan mempersuasi dan membedakan suasana
hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kemampuan mencerna dan
merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang
lain.
f. Kecerdasan Intrapersonal: Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak
berdasarkan pemahaman tersebut. Memahami perasaan sendiri dan kemampuan
membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
g. Kecerdasan Naturalis : Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan
fauna di lingkungan sekitar. Keahlian membedakan anggota-anggota suatu spesies,
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 6
mengenali eksistensi spesies lain dan memetakan hubungan antara beberapa spesies
baik secara informal, maupun formal.
2. Kriteria Sekretaris Profesional
Kriteria sekretaris profesional dapat dilihat dari sisi prinsip-prinsip berperilaku.
Prinsip-prinsip perilaku etis dan profesional meliputi akuntabilitas, transparansi,
kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan sebagaimana diuraikan berikut ini.
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan
kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah
otoritas eksternal. Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang paling
fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait
dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah
seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara
lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik. Dalam
pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang
dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 7
manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan.
Terkait dengan penjelasan tersebut diperlukan memiliki peran penting dalam
penegakan akuntabilitas, terutama dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia. Oleh karena itu mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademika pemilik
masa depan merupakan target pelaku penegakan akuntabilitas masa kini dan masa
depan. Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian antara aturan dengan
pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa dapat semakin ditingkatkan.
b. Transparansi
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Dalam bentuk
yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan,
keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi
para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa
kini dan masa mendatang.
c. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark-up
maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima
hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan
informatif.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 8
Prinsip kewajaran dapat mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam kehidupan di
kampus. Misalnya, dalam penyusunan anggaran program kegiatan kemahasiswaan
harus dilakukan secara wajar. Demikian pula dalam menyusun laporan
pertanggung-jawaban, harus disusun dengan penuh tanggung-jawab.
d. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di
dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
e. Kontrol kebijakan
Prinsip kebijakan juga dapat mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam kehidupan
di kampus. Misalnya, dalam membuat kebijakan atau aturan main tentang kegiatan
kemahasiswaan harus mengindahkan seluruh aturan dan ketentuan yang berlaku di
kampus.
Prinsip kontrol kebijakan dapat mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam
kehidupan kemahasiswaan di kampus. Misalnya, dengan melakukan kontrol pada
kegiatan kemahasiswaan, mulai dari penyusunan program kegiatan, pelaksanaan
program kegiatan, sampai dengan pelaporan. Setelah memahami prinsip yang
terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat berperan aktif dalam
melakukan tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 9
reformasi pada kebijakan-kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran
mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat,
organisasi, maupun institusi.
SEKRETARIS PROFESIONAL DAN PENGARUHNYA
Ada banyak kriteria yang dapat dijadikan patokan untuk menyebut seseorang itu
sekretaris profesional. Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan nilai-nilai yang
terkandung dan prinsip-prinsip perilaku etis profesional.
Dalam kasus ASEKMA Don Bosco, para mahasiswanya telah lama disiapkan untuk
menyambut era Masyarakat Ekonomi Asean yang segera akan diberlakukan dan sekaligus
membangun semangat bersaing dalam Dunia Usaha dan Dunia Industri di Era ini. Seperti
diketahui dunia usaha dan dunia industri di era MEA menuntut SDM yang mempunyai
kompetensi tinggi dan profesional. ASEKMA Don Bosco adalah lembaga pendidikan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang kesekretarisan yang
profesional dan berintegritas. Melalui program studinya ASEKMA Don Bosco
menyiapkan mahasiswanya agar menjadi cerdas, sigap, dan dengan hati.
ASEKMA Don Bosco membangun sekretaris profesional dan berintegritas tinggi
dengan sikap:
1. Cerdas dalam hal pendidikan, maksudnya mahasiswa memiliki pola pikir, pola sikap
dan pola tindak serta kompetensi sesuai dengan tuntutan zaman pendidikan yang
bermutu yang mampu bersaing dengan bangsa lain.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 10
2. Cerdas secara ekonomi, maksudnya memaksimalkan sumber daya atau potensi yang
ada, di antaranya adalah layanan teknologi informasi dan komunikasi, tata kelola, dan
peran sumber daya manusia yang baik.
3. Cerdas secara sosial, maksudnya cerdas yang memiliki keamanan, kemudahan, dan
kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama mahasiswa ataupun
dengan para dosen dll.
Perilaku etis dan profesional yang telah ditanamkan dan wajib dimiliki oleh setiap
sekretaris profesional tentu harus teruji. Sikap profesional tersebut akan teruji ketika tugas-
tugas yang didelegasikan pimpinan dapat diselesaikan oleh sekretaris secara tepat dan
cepat.
Berikut ini adalah salah satu cara untuk menguji apakah seseorang tersebut telah dapat
disebut sekretaris profesional dan dapat diandalkan. Jika seseorang dimaksud tidak
termasuk dalam 8 butir yang disebut di bawah ini maka yang bersangkutan dapat disebut
sebagai sekretaris profesional.
1. Menolak diberi tugas
Pembimbing Akademik / dosen meminta mahasiswanya untuk mengerjakan suatu
tugas di luar tanggung jawab perkuliahan. Tugas tersebut membutuhkan waktu dan
tenaga, tapi mahasiswa tak tertarik untuk mengerjakan tugas tersebut, sehingga ada
mahasiswa menolak tugas tersebut. Jika alasan mahasiswa tidak benar, penolakan
tersebut bisa menjadi bumerang bagi mahasiswa sendiri. Adalah hal yang tidak
bijaksana untuk membangun reputasi di mata bos (pimpinan) sebagai orang yang tidak
dapat diandalkan. Selama mahasiswa masih bisa mengakomodir perintah atasan, dan
memiliki waktu untuk mengerjakan tugas, lakukanlah. Jawaban “tidak” dari mahasiswa
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 11
meyakinkan dosen untuk berhenti menawarkan kesempatan berkembang dan
memperluas tanggung jawab kepada mahasiswa, termasuk tugas-tugas yang menarik
bagi mahasiswa.
2. Terlalu “manja”
Mahasiswa yang selalu minta perhatian dari dosennya terus menerus, akan
membuat dosen bertanya. Perhatian konstan yang diminta oleh mahasiswa dari dosen
terus menerus akan mengganggu pekerjaannya. Apalagi jika sampai mengusik tugas
pentingnya, bisa-bisa ia akan tidak memperdulikan para mahasiswanya.
3. Kurang komunikatif
Dalam pekerjaan, komunikasi adalah unsur penting. Pastikan mahasiswa dan
dosen berada dalam “gelombang” komunikasi yang sama. Mahasiswa harus bisa
memahami bagaimana cara dosen berkomunikasi. Apakah ia lebih suka mendapatkan
laporan mendetail, atau yang ringkas. Apakah ia lebih suka melalui email/ SMS untuk
penjelasan, atau lebih suka penjelasan langsung.
4. Terlalu banyak bertanya
Selalu dengarkan pembimbing akademik / dosen dengan seksama. Kalau perlu,
bawalah selalu buku catatan tiap kali ia bicara. Ia tak akan senang jika harus terus
menerus mengulang perintahnya. Usahakan untuk berpikir selangkah lebih maju ketika
ia mengajukan perintah, supaya mahasiswa tidak perlu mengganggunya ketika ada
yang terlewat. Jika memang mahasiswa terpaksa bertanya soal tugas tersebut, pastikan
untuk mendekati dosen tersebut dengan pertanyaan spesifik, langsung, singkat, dan
lugas di saat yang tepat.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 12
5. Enggak nyambung
Mahasiwa harus mampu mengkritik diri sendiri agar hasil pekerjaannya tidak
melulu mengalami koreksi dari dosen. Pastikan tidak ada kesalahan pengetikan saat
mengerjakan tugas/menuliskan laporan. Atau, ketika mahasiswa dipercaya menyiapkan
sebuah pertemuan, pastikan semua peralatan dalam keadaan baik dan tidak ada
kesalahan teknis saat akan digunakan. Pastikan persiapan kertas presensi dan konsumsi
sudah tersedia. Pastikan kondisi mahasiswa tenang dan mampu mengatasi situasi.
6. Menolak mengakui kesalahan
Menciptakan alasan tak masuk akal untuk mengelak dari tanggung jawab atas
kesalahan yang mahasiswa buat bukanlah tindakan profesional. Plus, kebohongan pun
akan terkuak juga pada akhirnya. Jika memang ada mahasiswa melakukan kesalahan,
baik sengaja atau tidak, akuilah. Lalu siapkan rencana untuk mengkoreksi masalah
tersebut, hitung-hitung menjadikan insiden tersebut sebagai pelajaran, agar tidak
terulang di masa depan.
7. Tidak waspada
Ada mahasiswa merasa tidak mampu menyelesaikan tugas sulit sesuai dengan
tenggat waktu yang diminta, padahal sudah diterima jauh-jauh hari. Jika pekerjaan /
tugas tersebut tidak selesai atau mengalami kesulitan seharusnya bisa mencari bantuan
orang lain. Jadi perlu waspada. Dosen akan menghargai mahasiswa yang sudah
mencobanya dan menjelaskan alasan tidak mampu menyelesaikannya.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 13
8. Tidak bisa dipercaya
Para dosen mengharapkan mahasiswa yang memiliki sifat positif. Sikap dan sifat
penuh antusiasme bisa menyebar. Apalagi di saat perusahaan menghadapi situasi
genting, diperlukan mahasiswa yang bisa tetap tenang. Jangan sampai ada mahasiswa
kedapatan menjadi orang yang menyebar gosip di kampus. Dalam situasi demikian
tentu diperlukan orang yang dapat dipercaya.
Selanjutnya, sekretaris profesionalpun dapat diuji dari sisi nilai-nilai dan perilaku
otomatis yang dimiliki. Nilai dan perilaku otomatis pada setiap diri mahasiswa ASEKMA
Don Bosco yang telah tertanam adalah nilai cerdas, sigap, dan dengan hati. Nilai-nilai dan
perilaku otomatis itu adalah :
1. Kejujuran
Kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa. Tanpa
sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya atau dalam
kariernya nanti.
Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya akademik
sangatlah diperlukan. Jika mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur,
baik pada lingkup akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu
merasa ragu untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Akibatnya mahasiswa akan selalu
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Jika seorang
mahasiswa pernah melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari mahasiswa lainnya.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 14
Sebaliknya jika terbukti bahwa mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan
tindakan kecurangan maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran harus
dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-masa ini untuk memupuk dan
membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi mahasiswa.
2. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Nilai kepedulian
sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di masyarakat.
Sebagai calon pekerja profesional di masa depan, seorang mahasiswa perlu memiliki
rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun
lingkungan di luar kampus. Seorang mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap proses
belajar mengajar di kampus, terhadap pengelolaan sumber daya di kampus secara
efektif dan efisien.
Nilai kejujuran di dalam kampus dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam bentuk
tidak melakukan kecurangan akademik. Antara lain dapat berupa: tidak mencontek saat
ujian, tidak melakukan plagiarisme, dan tidak memalsukan nilai. Nilai kejujuran juga
dapat diwujudkan dalam kegiatan kemahasiswaan, misalnya membuat laporan kegiatan
kepanitiaan dengan jujur.
Menjadikan kampus sebagai rumah kedua. Hal ini dimaksudkan agar kampus
menjadi tempat untuk mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler,
tanpa adanya batasan ruang gerak.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa
untuk menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 15
yang membutuhkan. Dengan adanya aksi tersebut, maka interaksi mahasiswa satu
dengan lainnya akan semakin erat. Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses
mahasiswa kepada dosen di luar jam kuliah melalui pemanfaatan internet dan juga
meningkatkan peran dosen sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator. Ini penting
dilakukan karena hubungan baik mahasiswa dengan dosen akan memberikan dampak
positif bagi tertanamnya nilai kepedulian.
3. Kemandirian
Kemandirian bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain.
4. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer di barak militer namun hidup disiplin bagi
mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik
maupun sosial kampus.
Selain itu disiplin dalam belajar perlu dimiliki oleh mahasiswa agar diperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal.
Dosen diharuskan mampu mendisiplinkan mahasiswa dengan kasih sayang,
khususnya disiplin diri (self discipline). Dalam usaha tersebut, dosen perlu
memperhatikan dan melakukan:
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 16
a. Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, misalnya
waktu belajar di rumah, lama mahasiswa harus membaca atau mengerjakan tugas.
b. Menggunakan pelaksanaan aturan akademik sebagai alat dan cara untuk
menegakkan disiplin, misalnya menerapkan reward and punishment secara adil,
sesegera mungkin dan transparan.
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Mahasiswa
yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan
tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan tugas dengan
sepenuh hati karena berpikir bahwa jika suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan
baik dapat merusak citra namanya di depan orang lain. Mahasiswa yang memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat
misalkan dalam memimpin suatu kepanitiaan yang diadakan di kampus.
Tanggung jawab merupakan nilai penting yang harus dihayati oleh mahasiswa.
Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar
sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik
dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.
Mahasiswa mempunyai banyak kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan.
Misalnya tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, tanggung jawab untuk belajar,
tanggung jawab untuk menyelesaikan perkuliahan sampai lulus, tanggung jawab
menjaga diri sendiri.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 17
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Adalah penting sekali bahwa
kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain. Jika interaksi
antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama dengan usaha kerja keras maka hasil
yang akan dicapai akan semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal yang penting
guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target.
7. Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa
mengenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini
merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama mahasiswa
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya. Prinsip hidup sederhana juga menghindari
seseorang dari keinginan yang berlebihan.
8. Keberanian
Kerja keras dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak
melakukan jalan pintas, belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademik dengan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 18
sungguh-sungguh. Harus ada keberanian untuk memulai dan membiasakan kerja keras
dan berani untuk mengambil risiko, misalnya mengalami kegagalan di awal.
Dari uraian-uraian di atas baik melalui cara pengujian keandalan maupun melalui
pengujian nilai dan perilaku otomatis jelaslah bahwa seorang sekretaris profesional harus
mempunyai nilai dan perilaku tertentu. Apabila nilai dan perilaku tersebut tidak tertanam
dengan baik pada dirinya maka tugas-tugas yang didelegasikan oleh pimpinan kepadanya
tidak terselesaikan dengan tepat dan cepat.
ASEKMA Don Bosco sejak awal telah menamamkan nilai-nilai dasar yang harus
dimiliki oleh mahasiswa. Dalam perkembangannya diperlukan penyesuaian dan motivasi
untuk menjadikan nilai-nilai tersebut menjadi suatu kebiasaan sehari-hari (habits) dan
merupakan perilaku otomatis.
Dengan nilai-nilai cerdas, sigap, dan dengan hati yang menempatkan prinsip
berperilaku, dapat diandalkan dan tertanamnya nilai-nilai etis profesional diharapkan
lulusan ASEKMA Don Bosco yaitu menjadi sekretaris profesional dapat tampil bersaing di
tatanan internasional.
PENUTUP
Agar nantinya setelah lulus dari ASEKMA Don Bosco, para mahasiswa siap bersaing
di dunia kerja di Era Masyarakat Ekonomi Asean, maka sejak para mahasiswa masuk dan
mengikuti program studi sekretari di ASEKMA Don Bosco, mereka sudah digembleng,
ditempa melalui kegiatan belajar mengajar baik yang bersifat teori maupun praktik dan
terutama melalui pembangunan karakter. Kurikulum disusun sedemikian rupa sehingga
diharapkan mampu mendukung terwujudnya mahasiswa yang nantinya mumpuni: cerdas,
sigap, dan dengan hati. Untuk mewujudkan harapan tersebut baik dosen maupun
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 19
mahasiswa melangkah bersama dalam semangat dan kerja serius. Utamanya memotivasi
mahasiswa agar memiliki semangat dan daya saing yang kuat untuk siap memasuki dunia
kerja yang semakin mengglobal.
Untuk tetap mampu bersaing ditataran internasional, tidak hanya melibatkan perubahan
pada pemerintah, institusi pendidikan, dunia usaha dan dunia industri, tetapi terutama pada
individu mahasiswa itu sendiri harus terus belajar tanpa henti. Pembelajaran yang
berkesinambungan tanpa henti dimaksud untuk tetap dapat menyesuaikan diri terhadap
setiap perkembang teknologi bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
__________. http://www.kamusbesar.com, diakses tanggal 1 Desember 2015
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern Secretary:
Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM. Jakarta.
2010.
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom,M.M. Smart Infopreneur: Sukses Manajemen Konten
Web. Penerbit Pohon Cahaya. Yogjakarta. 2011.
Jansen Sinamo. 8 Etos Kerja Profesional: Mengantar Anda Menuju Sukses. Grafika Mari
Yuana. Bogor. 2005.
Titiek Triwidodo Djoko Kristanto. Pengembangan Kepribadian Sekretaris. PT. Gramedia
Widiasarana Indoensia. Jakarta. 2004.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 20
PENGARUH MUTU KOMPETENSI LULUSAN PERGURUAN
TINGGI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENGANGGURAN
Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.
(Direktur dan dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
The mindset of the Indonesian people still prefer the strata S1 compared to the quality of
the qualifications of college graduates. It participated and contributed to high
unemployment. Moreover, the mindset is shaped by the requirements of recruitment / new
employees in government and private institutions that require minimal S1. This makes
problems for graduate D3 level. Demand factors and supply prevailing in the economic
field, it applies also in the field of education. The number of public interest to acquire S1
was responded well by educational institutions. As of 11 November 2015 the number of
students S1 as many as 3,622,442 people, or about 82 percent of all students in Indonsesia
(http://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/homegraphperbandinganjenjang). In line with the
development of business since a few years ago and the enactment of agenda agreement
among countries such as the Asean Economic Community has changed the conditions of
industrial demand for qualified college graduates. The industry today and in the future
prefer graduates with a high competence (high skilled) compared with low or non-skilled
and no longer S1. Thus, to be able to decrease the unemployment rate, government and
private institutions in Indonesia is expected to not just merely put S1 but has provided
quality portion competence although the diploma D3, equal, or lower.
Keywords: high skilled, unemployment, AEC
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 21
PENDAHULUAN
Harapan seseorang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, disamping
untuk mendapatkan gelar sarjana tetapi juga mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Tetapi kenyataannya dunia kerja tidak sepenuhnya dapat menerima lulusan perguruan
tinggi tersebut, dengan kata lain lulusan perguruan tinggi belum match dengan dunia kerja.
Sepanjang para lulusan mempunyai kompetensi dan kualitas yang rendah maka akan
mengalami kesulitan mencari kerja. Akibatnya terjadilah pengangguran.
Tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator pokok dalam mengelola suatu
negara. Semakin besar tingkat pengangguran maka negara tersebut dipandang sebagai
suatu negara yang mempunyai beban dan tingkat risiko yang tinggi. Pengangguran
dipandang sebagai suatu beban negara.
Usaha untuk mengurangi beban negara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Negara
dapat menurunkan tingkat pengangguran dengan cara membuka sebanyak mungkin
lowongan kerja, membuka berbagai pelatihan kerja, dan mendorong peran lembaga
pendidikan agar lulusannya siap kerja.
Beberapa pengamat pendidikan bahkan mengkaitkan tingkat pengangguran ini dengan
agenda dan dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di tahun 2016.
Sebagaimana diketahui dengan berlakunya MEA maka terdapat kebebasan arus tenaga
kerja, barang, jasa antar negara. Negara Singapura misalnya dipandang telah lebih maju
dari Indonesia. Standar mutu yang berlaku di Singapura akan lebih tinggi dibandingkan di
Indonesia. Indonesia dipandang tidak siap bersaing. Kondisi inilah yang dianggap oleh
beberapa kalangan akan dapat menambah angka pengangguran di Indonesia.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 22
Lalu pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk
mampu bersaing, agar mutu kompetensi sumber daya manusia Indonesia lebih baik?
Bagaimana peran institusi pendidikan dan instansi pemerintah, serta peran dunia usaha dan
dunia industri?
Untuk itu kerangka berpikir yang dibangun dalam kajian ini adalah penetapan tiga
variable yaitu jumlah lulusan dari institusi pendidikan sebagai variabel bebas, tingkat
prosentase pengangguran sebagai variable tidak bebas, dan kriteria kebutuhan pasar kerja
atau industri sebagai variable penghubung.
Angka pengangguran akan menurun jika jumlah lulusan sebagian besar diterima dan
sesuai (match) dengan kriteria yang ditetapkan oleh pasar kerja. Sebaliknya apabila jumlah
lulusan terus ditambah oleh institusi pendidikan tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar
kerja maka angka pengangguran akan semakin meningkat.
Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran apa yang menjadi penyebab
sulitnya menurunkan angka pengangguran dan alternative solusi apa yang dapat dilakukan.
Manfaat yang diperoleh melalui kajian ini adalah (a) bagi institusi pemerintah / swasta
selaku regulator/ pengguna lulusan institusi pendidikan dapat menerapkan kebijakan yang
dapat berakibat turunnya angka pengangguran; (b) bagi institusi pendidikan dapat
mengatur keseimbangan jumlah lulusan dalam berbagai program studi menurut kebutuhan
pasar kerja; dan (c) bagi masyarakat umum khususnya para orang tua, siswa, mahasiswa
dapat semakin memahami dan bijak dalam memilih dan menetapkan program studi yang
akan diambil. Metodologi analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah riset
perpustakaan (library research).
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 23
PENGERTIAN KUALIFIKASI, KOMPETENSI, DAN PENGANGGURAN
1. Pengertian Kualifikasi
Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan
kedudukannya dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Peraturan Presiden
No.8 Tahun 2014). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pangakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor.
KKNI menyediakan sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari kualifikasi jenjang 1
sebagai kualifikasi terendah dan kualifikasi jenjang 9 sebagai kualifikasi tertinggi.
Penjenjangan kualifikasi pada KKNI dengan jenjang sembilan sebagai jenjang
tertinggi tidak serta‐merta berarti bahwa jenjang tertinggi KKNI tersebut lebih tinggi
dari jenjang kualifikasi yang berlaku di Eropa (8 jenjang) dan Hongkong (7 jenjang)
atau sebaliknya lebih rendah dari jenjang kualifikasi yang berlaku di Selandia Baru (10
jenjang). Hal ini lebih tepat dimaknai bahwa jenis kualifikasi pada KKNI dirancang
untuk memungkinkan setiap jenjang kualifikasinya bersesuaian dengan kebutuhan
bersama antara penghasil dan pengguna lulusan perguruan tinggi, kultur
pendidikan/pelatihan di Indonesia saat ini serta gelar lulusan setiap jalur pendidikan
tinggi yang berlaku di Indonesia.
Secara skematik pencapaian setiap jenjang atau peningkatan ke jenjang yang lebih
tinggi pada KKNI dapat dilakukan melalui empat tapak jalan (pathways) atau
kombinasi dari keempatnya. Tapak jalan dimaksud terdiri dari tapak jalan melalui
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 24
pendidikan formal, pengembangan profesi, peningkatan karir di industri, dunia kerja
atau melalui akumulasi pengalaman individual. Dengan pendekatan tersebut maka
KKNI dapat dijadikan rujukan oleh para pemangku kepentingan yang terkait dengan
pengembangan sumberdaya manusia di dalam lingkungannya atau oleh masyarakat
luas untuk perencanaan karir individual. Sektor pendidikan formal, misalnya dapat
menggunakan KKNI sebagai rujukan dalam merencanakan sistem pembelajaran
perguruan tinggi di Indonesia sehingga dapat dengan tepat memposisikan kemampuan
lulusannya pada salah satu jenjang kualifikasi KKNI dan memperkirakan
kesetaraannya dengan jenjang karir di dunia kerja. Hal ini juga dapat bermanfaat di
dalam merencanakan pengembangan relevansi pendidikan tinggi yang lebih
komprehensif. KKNI juga dapat dijadikan panduan oleh asosiasi profesi untuk
melakukan penyesuaian dan penilaian kesetaraan di tingkat nasional tentang kriteria
kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya. Sektor‐sektor lain seperti dunia usaha,
birokrasi pemerintahan, industri, dan lain‐lain juga membutuhkan KKNI sebagai
pedoman untuk merencanakan pengelolalan sumberdaya manusia masing‐masing
secara lebih komprehensif baik yang berhubungan dengan sistem karir, remunerasi
atau pola rekrutmen baru.
Secara konseptual, setiap jenjang kualifikasi dalam KKNI disusun oleh empat
parameter utama yaitu (a) keterampilan kerja, (b) cakupan keilmuan/pengetahuan, (c)
metoda dan tingkat kemampuan dalam mengaplikasikan keilmuan/pengetahuan
tersebut, serta (d) kemampuan manajerial. Ke‐empat parameter yang terkandung
dalam masing‐masing jenjang disusun dalam bentuk deskripsi yang disebut deskriptor
KKNI. Dengan demikian ke‐9 jenjang KKNI merupakan deskriptor yang menjelaskan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 25
hak, kewajiban, dan kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keahliannya.
Keterampilan kerja atau kompetensi merupakan kemampuan dalam ranah
kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif yang tercermin secara utuh dalam
perilaku atau dalam melaksanakan suatu kegiatan, sehingga dalam menetapkan tingkat
kompetensi seseorang dapat ditilik lewat unsur‐unsur dari kemampuan dalam ketiga
ranah tersebut.
Cakupan keilmuan/pengetahuan merupakan rumusan tingkat keluasan,
kedalaman, dan kerumitan/kecanggihan pengetahuan tertentu yang harus dimiliki,
sehingga makin tinggi kualifikasi seseorang dalam KKNI ini dirumuskan dengan
makin luas, makin dalam, dan makin canggih pengetahuan/keilmuan yang dimilikinya.
Metoda dan tingkat kemampuan adalah kemampuan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, keahlian, dan metoda yang harus dikuasai dalam melakukan suatu tugas
atau pekerjaan tertentu, termasuk didalamnya adalah kemampuan berpikir (intellectual
skills).
Kemampuan manajerial merumuskan kemampuan manajerial seseorang dan sikap
yang disyaratkan dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, serta tingkat tanggung
jawab dalam bidang kerja tersebut
2. Pengertian Kompetensi
Pengertian kompetensi sebagai bagian dari KKNI telah dijelaskan di atas.
Menurut kamus Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id/), kompetensi adalah
kemampuan, misalnya dalam bidang Bahasa, kemampuan menguasai gramatik suatu
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 26
Bahasa secara abstrak dan batiniah; kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan) sesuatu.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka
Kualikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa
kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seorang individu, yaitu
penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif.
Lebih jauh menurut Spencer and Spencer (1993) dalam
http://onlinelibrary.wiley.com menyebutkan bahwa ada 5 karakter kompetensi yaitu :
a. Motif (motives) yaitu seseorang secara konsisten berpikir dan menginginkan yang
menyebabkan ia melakukan tindakan.
b. Watak dan ciri (traits) yaitu bagaimana seseorang berperilaku atau merespon
sesuatu dengan cara tertentu.
c. Sikap dan nilai-nilai (self concept) yaitu sikap-sikap, nilai-nilai, gambaran
seseorang.
d. Pengetahuan (knowledge) yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu karena pengetahuan itu merupakan kompetensi yang sangat luas dan
kompleks.
e. Keterampilan (skills) yaitu kemampuan, kecakapan seseorang untuk melaksanakan
tugas tertentu baik secara fisik dan mental.
3. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 27
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran).
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam: (1)
Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. (2) Pengangguran
setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan. (3) Pengangguran
terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang
belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal .
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9
macam yaitu : (1) Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah
pengangguran karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik; (2)
Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah pengangguran yang
disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja; (3) Pengangguran
teknologi (technology unemployment) adalah pengangguran yang disebabkan
perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja
harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan; (4)
Pengangguran kiknikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran
ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja
yang ada; (5) Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi
yang berfluktuasi karena pergantian musim, umumnya pada bidang pertanian dan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 28
perikanan; dan (6) Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran di
saat pekerja yang hanya bekerja di bawah jam normal (sekitar 7-8 jam per hari).
Bentuk pengangguran lainnya antara lain pengangguran keahlian,
pengangguran total, dan penggangguran unik. Pengangguran keahlian adalah
pengangguran yang disebabkan karena tidak adanya lapangan kerja yang sesuai
dengan bidang keahlian. Contohnya adalah mahasiswa, mereka ahli pencari ilmu,
tetapi mereka tidak menghasilkan uang dan justru harus mengeluarkan uang atau
biaya untuk membeli buku atau membayar biaya kuliah. Pengangguran total adalah
pengangguran yang benar-benar tidak mendapat pekerjaan, karena tidak adanya
lapangan kerja atau tidak adanya peluang untuk menciptakan lapangan kerja.
Pengangguran unik adalah pekerja yang menerima gaji secara rutin tanpa
pemotongan, tetapi di tempat kerjanya hanya sering diisi dengan bercerita sesama
pekerja karena minimnya pekerjaan yang harus dikerjakan. Hal ini disebabkan
karena tempat kerjanya kelebihan tenaga kerja. Pengecualian untuk pegawai atau
petugas pemadam kebakaran atau penanggulangan bencana alam. Pegawai atau
petugas seperti demikian tenaganya harus disimpan dan dipersiapkan secara khusus
jika ada pelatihan atau simulasi atau harus diterjunkan pada situasi sebenarnya.
Pengangguran tersebut tentu mempengaruhi kegiatan negara dan kegiatan
masyarakat. Akibat pengangguran antara lain : (1) bagi perekonomian negara
meliputi: penurunan pendapatan perkapita; penurunan pendapatan pemerintah yang
berasal dari sektor pajak; meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah; dapat menambah utang negara; dan (2) bagi masyarakat :
pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis; pengangguran dapat
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 29
menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja;
pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan
efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.
TUNTUTAN INDUSTRI TERHADAP MUTU KOMPETENSI LULUSAN
PERGURUAN TINGGI
Statistik Data Pengangguran
Pembahasan dalam karya tulis ini dimulai dengan penyajian data jumlah pengangguran
menurut perbandingan tahun (Tabel 1), data jumlah pengangguran menurut jenjang
akademi dan universitas (Tabel 2), dan data jumlah mahasiswa berdasarkan ratio dan
jumlah mahasiswa jenjang D3 and S1 (Tabel 3).
Tabel 1 : Jumlah Pengangguran (juta orang)
Bulan / Tahun 2014 2015 % Kenaikan
Februari 7,15 7,45 4,20
Agustus 7,24 7,56 4,42
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Tabel 2: Jumlah Pengangguran Periode 2004-2013
Periode Akademi Universitas Ratio
Total, 2004 237.251 348.107 146.73
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 30
Februari 2005 322.836 385.418 119.39
Februari 2006 297.185 375.601 126.39
Februari 2007 330.316 409.890 124.09
Februari 2008 519.867 626.202 120.45
Februari 2009 486.399 626.621 128.83
Februari 2010 538.186 820.020 152.37
Februari 2011 434.457 612.717 141.03
Februari 2012 252.877 541.955 214.32
Februari 2013 192.762 421.717 218.78
Sumber: www.bps.go.id, diakses 11 November 2015
Tabel 3 : Jumlah Mahasiswa Per 11 November 2015 (orang)
Keterangan D3 S1 Ratio
Jumlah mahasiswa (orang) 569.843 3.622.442 635,69%
Sumber: www.forlap.go.id, diakses 11 November 2015
Angka-angka di atas menyatakan bahwa masih banyak lulusan perguruan tinggi
sebagai pencari kerja yang belum memenuhi syarat dan kondisi (belum match) dengan apa
yang dikehendaki oleh unit pengguna misalnya dari dunia usaha dan dunia industri. Lalu
apabila institusi pendidikan masih menambah jumlah lulusan maka akan dapat menaikan
angka pencari kerja (pengangguran).
Dari tabel di atas dapat dijelaskan: (1) Tabel 1 dan Tabel 2 menjelaskan bahwa setiap
tahun jumlah pengangguran bertambah secara prosentase dan ratio. Tabel 2 menjelaskan
bahwa jumlah lulusan universitas lebih banyak yang menganggur dibandingkan dengan
lulusan jenjang D3 dan lebih meningkat pada tahun 2012 dan 2013; dan; (2) Tabel 3
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 31
menunjukkan ratio jumlah mahasiswa jenjang S1 terhadap jenjang D3 sebesar 635,69
persen atau lebih dari 6 kali lipat.
Kurangnya Link and Match
Menanggapi kondisi di atas, Andi Endre Cecep Lantara, pemerhati pendidikan
Sulawesi Selatan, mengatakan : “Jika setiap luaran lembaga pendidikan tinggi tidak
memiliki kemampuan softskill maupun hardskill yang baik, maka ia akan mengalamai
kesulitan di masyarakat nantinya. Sebab dunia kerja selalu membutuhkan mereka kualitas
unggul”.
Sementara menurut Indra (Pengamat Pendidikan, dalam acara Bincang Pagi Metro TV,
Sabtu, 7 Nopember 2015), persoalan tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi akan
memuncak pada awal tahun 2016 sebagai tahun dimulainya agenda Masyarakat Ekonomi
Asean. Disamping mindset masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan gelar yang
tercatat dalam ijazah, juga adanya tuntutan kualifikasi angkatan kerja abad 21 yang
meminta minimal memiliki 7 keterampilan sebagai standar dunia yaitu (1) berpikir kritis;
(2) kreatif; (3) mampu berkolaborasi; (4) mampu berkomunikasi dengan baik; (5) toleransi
dalam berbagai budaya, agama, ras; (6) menguasai teknologi komputer (ICT); dan (7)
kemandirian dalam karier yaitu belajar sepanjang hayat.
Dua orang pemerhati pendidikan di atas sama-sama menyoroti masalah kompetensi di
bidang hardskill terutama softskill yang merupakan bagian tuntutan kompetensi dari dunia
usaha dan dunia industri di era MEA. Hal ini juga sejalan dengan apa yang dijelaskan
dalam KKNI.
Beberapa catatan lainnya misalnya dari Wardiman Djojonogoro, ahli pendidikan tinggi
dalam berita Kompas.com menyebutkan kelindan (kelindan artinya benang yang baru
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 32
digulung atau dipintal, berkelindan artinya erat menjadi satu) berbagai faktor seperti
kurangnya lapangan kerja; pertumbuhan perguruan tinggi dan program studi begitu cepat,
minimnya kompetensi para lulusan atau tidak sesuainya kompetensi dengan kebutuhan
pengguna tenaga kerja. Sementara itu Dr.Cosmos Batubara (dalam buku Future
Menavigasi profesi SDM, Sebuah Rekam Jejak:2010) mengatakan “…Saya selalu
mengatakan bahwa pelamar yang waktu muda terbiasa ikut berbagi, berorganisasi,
termasuk aktif dalam berbagai olah raga, maka biasanya orang itu akan taat kepada aturan
dan terlatih bekerjasama untuk mencapai tujuan. Maka orang seperti itulah yang dipilih
menjadi pegawai”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat pengangguran adalah mutu kualifikasi lulusan suatu perguruan tinggi. Dalam hal
ini diasumsikan bahwa terjadi keseimbangan jumlah demand dan supply terhadap calon
tenaga kerja hasil lulusan perguruan tinggi.
Dalam kondisi keseimbangan tersebut, demand tenaga kerja yang berasal dari unit
pengguna lulusan mempunyai syarat dan kondisi tingkat mutu kompetensi. Apabila syarat
dan kondisi dimaksud mempunyai kesesuaian (match) maka calon tenaga kerja lulusan
perguruan tinggi tersebut dapat diterima sebagai pegawai. Artinya jumlah pencari kerja
akan berkurang, dan secara kumulatif akan mengurangi angka pengangguran.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 33
Tuntutan Dunia Usaha dan Dunia Industri
Sebagai referensi, grafik di atas ini menjelaskan bahwa dunia kerja membutuhkan
sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan tinggi (high skilled). Hal ini dapat
berarti, para pengguna tenaga kerja lebih memprioritaskan yang mempunyai keterampilan
dibandingkan dengan mereka yang tidak mempunyai keterampilan, lebih memprioritaskan
high skilled dibanding low skilled. Grafik ini sekaligus memperkuat pendapat para
pemerhati pendidikan di Indonesia, dan sejalan dengan konsep KKNI. Program vokasi
(D3) memang dimaksudkan untuk mengisi peluang itu yaitu lulusan yang high skilled.
Dari beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa ada 5 (lima) faktor yang perlu
diperhatikan untuk menghasilkan lulusan yang tidak menyumbang pertambahan
pengangguran, yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi yang rendah (low economy growth). Dalam kondisi ini pihak
industri dan perusahaan perlu melakukan kalkulasi untuk melakukan ekspansi, artinya
ada lowongan kerja baru.
2. Kualifikasi keterampilan terlalu tinggi (over qualified skills). Lowongan pekerjaan
yang tersedia cukup untuk kualifikasi keterampilan setingkat SMA/SMK. Misalnya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 34
untuk tukang jahit atau menjaga toko, cukup lulusan setingkat SMA/SMK, tidak perlu
harus lulusan S1. Dengan kata lain kualifikasi keterampilan jenjang S1 terlalu tinggi
untuk lowongan kerja yang tersedia.
3. Terlalu banyak lulusan jurusan sosial (too many social graduates). Berdasarkan studi
Worldbank dalam web: \\strategimanagemen.net menunjukan negara seperti Jepang,
Korea, Taiwan, dan Cina lebih membutuhkan lulusan engineering dibandingkan
dengan lulusan sosial seperti ekonomi, manajemen, hukum, sosial, politik, sastra, dll.
Bagi kondisi Indonesia, jumlah lulusan sosial lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan
engineering. Dengan demikian wajarlah jika jumlah lulusan jenjang S1 banyak yang
menganggur (over supply).
4. Lulusan yang tidak kapabel (stupid graduates). Mahasiswa yang mengambil program
akademik harus lebih menguasai bidang ilmunya secara konsep, secara teori,
sedangkan mahasiswa yang mengambil program vokasi harus lebih menguasai praktik
dalam kerja. Kondisi yang demikian disebut sebagai lulusan yang tidak kapabel.
5. Keunggulan khusus (no wow factor). Lulus dengan kualitas hardskill dan softskill yang
sama dengan orang lain tidak akan mampu bersaing dan tidak akan dinomorsatukan
oleh pasar kerja. Salah satu syarat agar diperhitungkan dalam mengisi lowongan kerja
adalah lulusan yang bersangkutan harus mempunyai keunggulan khusus (wow factor).
Keunggulan ini tercipta melalui adanya kreatifitas, daya juang, ketekunan, dan dengan
niat yang tinggi.
Peningkatan Softskill
Sumber lainnya berbicara tentang beberapa hal yang sering terabaikan yaitu sisi
softskill. Misalnya untuk menjadi orang sukses minimal mimiliki beberapa karakter
(Andrinal: 2015,103-105) yaitu segera bangun dari kekalahan / kegagalan; bekerja keras;
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 35
melakukan dengan rasa suka cita (passion), pembelajar sejati, terbuka dan mempunyai
human relation yang baik, jaringan sosial (networking) yang terpelihara dengan baik, cepat
dan tanggap mengambil keputusan, berani dengan spiritual yang tinggi. Setiap lulusan
diharapkan memikili karakter-karakter tersebut, dan perlu ditanamkan oleh setiap institusi
pendidikan.
Suatu inspirasi lain untuk menjadi unggul dan diperhitungkan dalam pekerjaan, yaitu
membangun dan memiliki etos kerja. Jepang merupakan negara maju yang banyak
dicontoh. Dengan moto Kaizen mereka memang beda dengan negara lain. Kaizen berarti
perbaikan yang berkesinambungan. Jepang mempunyai 3 hal penting yang selalu menjadi
acuan orang sukses yaitu etos kerja, mind set, dan habits. Etos kerja orang Jepang adalah
semangat merampungkan pekerjaan dengan cepat dan baik. Mind set-nya yaitu terbuka
pada kemajuan dan prestasi, sedangkan habits-nya yaitu senang jika orang lain sukses, dan
persaingan kerja merupakan hal yang positif.
Alternatif Solusi
Dari berbagai kemungkinan penyebab masih tingginya angka pengangguran di
Indonesia sebagaimana diuraikan di atas, dalam kajian ini difokuskan pada 2 penyebab
yaitu tidak sesuainya kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pengguna
tenaga kerja (link and match), dan terlalu banyak melulusan jenjang S1 untuk bidang
sosial.
Kesenjangan kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja
adalah salah satu hal utama penyebab tingginya angka pengangguran. Pada dasarnya faktor
penyebab ini telah mendapatkan solusi dari pemerintah yaitu melalui Peraturan Presiden
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Dengan peraturan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 36
ini maka seseorang dapat mencapai jenjang kualifikasi tertentu dapat melalui program
akademik (SMA,S1,S2,S3), program vokasi (SMK,D1,D2,D3,D4,S2 terapan), program
profesi, dan melalui pengakuan kemampuan kerja. Dengan demikian keberhasilan seorang
lulusan perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh ijazah.
Institusi pendidikan perlu mempertajam kualifikasi dari masing-masing program
akademik, vokasi, profesi, atau pengakuan kemampuan kerja. Contohnya program vokasi
seperti Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco, lulusannya sudah dijamin siap
kerja tanpa perlu lagi pihak pengguna lulusan memberikan pelatihan ulang.
Setelah mengetahui akar permasalahan penyebab bertambahnya angka pengangguran
di Indonesia maka dapatlah ditentukan langkah tindak untuk mencari solusi atas
permasalahan tersebut yaitu secara konsep dalam jangka panjang dan dalam jangka
pendek. Secara jangka panjang, untuk mengatasinya bermacam-macam pengangguran
tersebut yaitu: 1) Cara mengatasi pengangguran struktural : peningkatan mobilitas modal
dan tenaga kerja; segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan; mengadakan pelatihan tenaga
kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan; segera
mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran. 2) Cara
mengatasi pengangguran friksional : perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya; deregulasi dan debirokratisasi di
berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru; menggalakkan
pengembangan sektor informal, seperti home industry; menggalakkan program
transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya;
pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan
raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 37
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta. 3) Cara mengatasi
pengangguran musiman : pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di
sektor lain; melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu. 4) Cara mengatasi pengangguran siklis : mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa; meningkatkan daya beli masyarakat.
Sementara itu secara konsep jangka pendek dapat dilakukan :
1. Institusi pemerintah perlu mengatur keseimbangan kualifikasi yang dibutuhkan oleh
dunia usaha dan dunia industri. Dengan demikian beberapa sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh dunia kerja dapat tersedia dengan tepat baik secara kualitas dan
kuantitas, sehingga tidak terjadi pengangguran. Misalnya apabila dunia kerja
membutuhkan lebih banyak lulusan bidang engineering maka disesuaikan program
pada institusi pendidikan untuk membuat lulusan engineering lebih banyak.
2. Institusi pendidikan jangan hanya berorientasi pada demand dan supply mahasiswa
baru, tetapi memberikan mereka hardskill dan softskill secara seimbang dengan
mempertimbangkan kebutuhan pasar kerja. Hal umum yang terjadi adalah institusi
pendidikan kurang menanamkan softskill kepada para mahasiswanya pada hal itu
merupakan kebutuhan dasar.
PENUTUP
Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia dipicu oleh beberapa faktor antara
lain : (1) Lapangan kerja sedikit karena pertumbuhan ekonomi yang rendah; (2) kebutuhan
mutu kualitas di Indonesia tidak sesuai dengan kualifikasi lulusan; (3) lulusan perguruan
tinggi belum siap bekerja sama yang mengakibatkan timbulnya biaya tambahan training;
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 38
(4) lulusan yang tidak kapabel karena terlalu mengutamakan hardskill; dan (5) tidak
mempunyai keunggulan khusus dibandingkan orang lain.
Langkah tindak yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka pengangguran adalah
dengan cara :
1. Dalam penerimaan pegawai instansi pemerintah dan swasta sebagai pengguna lulusan
perlu mempertimbangkan tingkat kompetensi sebagai unsur utama disamping unsur
ijazah dan membuka kemungkinan tingkat strata 1 atau lebih rendah;
2. Institusi pendidikan memperhitungkan jumlah kebutuhan pasar kerja dan tidak hanya
berdasarkan faktor demand dan supply dari masyarakat, misalnya menyesuaikan
mahasiswa untuk program akademi dan menambah program vokasi dan profesi untuk
periode tertentu;
3. Menyelenggarakan keseimbangan antara hardskills dengan softskills, minimal mengacu
7 keterampilan tuntutan dunia yaitu (1) berpikir kritis; (2) kreatif; (3) bisa
berkolaborasi (bekerja dalam tim); (4) komunikasi dengan baik; (5) toleransi (fleksibel
dalam berbagai hal); (6) menguasai teknologi komputer; dan (7) kemandirian dalam
karier (belajar sepanjang hayat).
4. Peraturan mengenai KKNI dapat dipercepat penerapannya khususnya di setiap
perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
_________, Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2014 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
_________, Permindikbud No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 39
Andrinal Tanjung, Putar Arah Sekarang Juga, 2015, Yogyakarta, Mailfa Media Publishing
dan Semudera Biru
Rina Suci Handayani, Future Menavigasi profesi SDM, Sebuah Rekam Jejak (Maria
T.Kurniawati), 2010, Jakarta, PT.CX ProIndonesia
Soft Skill Yang Dibutuhkan Calon Sekretaris Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asean 2015 oleh Yohanes Adven Sarbani, dalam Jurnal ADB’S Secretary Vol.4, No.2, Juli
2015.
strategimanagemen.net, diakses 11 November 2015
http://onlinelibrary.wiley.com, diakses 11 November 2015
www.bps.go.id, diakses 11 November 2015
www.forlap.go.id, diakses 11 November 2015
http://elantara.com/80-persen-sarjana-tak-bekerja/, diakses tanggal 23 Nopember 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran, diakses tanggal 11 November 2015
http://kbbi.web.id/, diakses tanggal 11 November 2015
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 40
PENTINGNYA PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SEBAGAI
SEKRETARIS PROFESIONAL
Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti
(Dosen ASEKMA Don Bosco,[email protected])
ABSTRACT
Personality development aimed at improving the quality of the personality of a secretary
through creating positive thinking patterns every day so that everyone will achieve the
degree of better lives from day to day. But it is not an easy thing to be able to perform
these activities. The successful development of the personality requires determination and
awareness of the benefits of personality development. Personality development means also
as a form of personality that can be accepted by the environment in all circumstances of
life. Eg action humble, not arrogant, gentle, patient, unselfish, and able to control
themselves. Personality development for a secretary is very important, because it is an
important requirement to become secretary truly professional. Self-development to a real
secretary has a multiplier effect on the pattern of thought, speech patterns, patterns of
action / deed or behavioral attitudes in many ways professionally. Secretary professional
development, can be evidenced by its ability to handle the job / task to practice proper time
management.
Keywords: positive thinking, personality, time management
DASAR PEMIKIRAN
Manusia sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial. Kedua sifat kodrat
manusia tersebut tidak mungkin berkembang di luar hubungan sosial dengan sesamanya.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 41
Dan juga tidak mungkin mengembangkan hubungan sosialnya jika ia sendiri tidak
menjadikan dirinya seorang person atau menjadi diri sendiri.
Pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain sebagai partner ataupun pembimbing.
Jadi orang yang ingin mengembangkan kepribadiannya dituntut untuk dapat bergaul
ditengah-tengah masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, pangkat ataupun ideologi.
Segala sesuatu yang dimiliki dapat hancur apabila tidak mampu membaca situasi. Hal
ini dapat berakibat salah membawa diri dan seterusnya salah dalam bersikap. Dalam diri
seseorang bernama sekretaris sangat perlu pengembangan pribadi terutama dalam
membaca situasi membawa diri dan menentukan. Karena sikap sekretaris yang baik dan
tepat dapat membuat orang simpati; dengan demikian kehadirannya dapat diterima dengan
suka cita.
Dalam karya tulis ini yang akan menjadi fokusnya adalah pengembangan diri manusia
dalam menjalani profesi sebagai sekretaris yang dituntut profesional.
Tujuan karya tulis ini adalah seorang sekretaris profesional dapat melakukan langkah-
langkah untuk menjadi yang terbaik. Sedangkan manfaat karya tulis ini adalah setiap orang
termasuk seorang sekretaris profesional dapat memahami, memilih, dan melakukan
langkah-langkah untuk menjadi yang terbaik.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode kepustakaan (library
research) yaitu dengan mencari literatur termasuk hasil penelitian yang berhubungan
dengan bahasan karya tulis ini.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 42
DASAR TEORI
1. Kepribadian
Kepribadian adalah sifat hakiki yang unik sebagai hasil interaksi timbal balik antara
dirinya dengan lingkungannya yang tercermin dalam sikap dan membedakan dirinya
dengan orang lain.
Jadi pengembangan kepribadian adalah pengembangan sifat hakiki seseorang ke
arah yang lebih baik demi terwujudnya suatu bentuk kepribadian yang dapat diterina
oleh lingkungannya dalam segala situasi kehidupan. Sebagai langkah awal yaitu rendah
hati, tidak sombong, lemah lembut, sabar, tidak mementingkan diri sendiri, dan mampu
mengendalikan diri.
Namun harus disadari bukan hal yang mudah untuk dapat melakukan langkah-
langkah tersebut. Demi keberhasilan pengembangan kepribadian diperlukan tekat dan
kesadaran akan manfaatnya. Manfaat pengembangan kepribadian ini adalah setiap
orang akan berusaha menjadi yang terbaik dalam bekerja serta membantu dan melayani
orang lain secara baik.
Secara umum pengembangan kepribadian bertujuan memperbaiki kualitas
kepribadian secara langsung maupun tidak langsung melalui kegiatan menciptakan
pola berpikir yang positif setiap hari sehingga setiap orang akan mencapai derajat
kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari.
Konsep diri mempunyai pengaruh besar dalam hidup seseorang. Konsep diri yang
baik dapat berakibat baik pada dirinya dan sebaliknya. Konsep diri erat kaitannya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 43
dengan pengenalan diri sendiri. Pengenalan diri yang benar akhirnya akan membawa
penerimaan pada diri sendiri.
Kaitannya dengan hasil tersebut John Powel S.J. mengatakan bahwa penerimaan
diri mengandung arti kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya apa adanya. Jadi
pengenalan diri merupakan salah satu sumber kebahagiaan. Namun menerima diri
sendiri bukanlah hal yang mudah.
Faktor penghambat penerimaan diri antara lain berupa menipu diri sendiri, tidak
jujur, rendah diri, pesimis, penyesalan yang berlarut-larut, serta sifat distruktif lainnya
termasuk dari orang lain, lingkungan tempat tinggal, lingkungan pengenalan, adat
istiadat. Faktor penghambat tersebut biasanya telah mengkristal sehingga sulit diubah.
Tetapi setiap kebisaan dapat diubah. Kunci untuk mengubah adalah pengendalian
diri. Manusia harus menemukan suatu cara untuk pengendalian diri / mengendalikan
diri. Sumber pengendalian tersebut antara lain berasal dari pengendalian indranya. Jadi
kunci untuk mengubah kebiasaan yang menghambat penerimaan diri adalah
pengendalian diri yang kemudian diikuti dengan mengembangkan kepribadian diri.
Kemampuan mengatur diri mengarahkan seseorang pada pengisian waktu dengan
kegiatan-kegiatan produktif dan mampu mengalihkan keinginan negative menjadi
kegiatan positif. Mengatur diri merupakan upaya penting yang harus dilakukan seorang
sekretaris demi terselesaikannya tugas-tugas kantor sekaligus perkembangannya ke
masa depan. Seseorang yang tidak mampu mengatur pekerjaannya mencerminkan
ketidakmampuan mengatur dirinya sendiri.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 44
2. Sekretaris
Sekretaris pada umumnya mempunyai arti rahasia atau pemegang rahasia karena
di dalam suatu perusahaan memiliki hal-hal penting dan rahasia bagi perusahaan
maupun pimpinan yang tidak seharusnya diketahui oleh kalangan umum. Disinilah
sekretaris pemegang rahasia yang menjadi ujung tombak perusahaan baik swasta
maupun pemerintah.
Ada beberapa ahli yang menyampaikan definisi tentang sekretaris, yaitu:
a. Sekretaris adalah seorang pembantu dari seorang kepala atau pimpinan yang
menerima pendiktean menyiapkan surat menyurat menerima tamu, memeriksa atau
mengingatkan pimpinannya akan kewajibannya yang resmi atau perjanjiannya dan
melakukan banyak kewajiban lainnya yang berhubungan guna meningkatkan
efektifitas dari pimpinannya (menurut Gram dan Ramon).
b. Sekretaris adalah seorang pegawai yang bertugas membantu pimpinan kantor
dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pimpinannya (menurut
Drs.Ig.Wursanto).
c. Drs. The Liang Gie mengatakan bahwa sekretaris adalah seorang petugas yang
pekerjaannya menyelenggarakan urusan surat menyurat termasuk menyiapkan bagi
seorang pejabat penting ataupun organisasi.
3. Peran Sekretaris Pimpinan
Sekretaris pimpinan memegang peranan yang penting dan dapat menentukan
berhasil tidaknya tujuan suatu organisasi. Pentingnya peranan seorang sekretaris ini
tentunya sesuai dengan jabatan sekretaris pada masing-masing organisasi tersebut.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 45
Peranan sekretaris secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Peranan sekretaris terhadap atasan, meliputi :
1) Sebagai perantara saluran komunikasi dan pembinaan hubungan yang baik bagi
orang yang ingin berhubungan dengan pimpinan.
2) Sebagai sumber informasi yang diperlukan pimpinan dalam memenuhi fungsi,
tugas, dan tanggungjawab.
3) Sebagai pelanjut keinginan pimpinan kepada bawahan dalam pelaksanaan
tugas.
4) Alternative pemikiran dari pimpinan dalam ide-ide.
5) Sebagai faktor penunjang dalam keberhasilan pekerjaan dan cerminan pimpinan
dan bawahan.
b. Peranan sekretaris terhadap bawahan, meliputi :
1) Penentuan kebijakan yang berlalu bagi pegawai bawahan secara adil, yaitu
mengenai peraturan penempatan pegawai yang sesuai dengan kecakapan dan
kemampuan (rule of the place).
2) Memberikan motivasi kerja kepada pegawai bawahan sehingga pekerjaan dapat
berjalan lancar dan berhasil dengan baik.
3) Memberikan rasa bangsa dan puas kepada pegawai bawahan dalam
menjalankan pekerjaan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 46
4) Menerima pendapat dan usul bawahan dalam berbagai bawahan untuk lebih
mengerahkan dan mengetahui kelemahan dan kehendak pegawai bahawan.
Peran sekretaris terhadap bawahan merupakan penilaian dari bawahan sehingga sikap
dan tingkah laku sekretaris akan berpengaruh terhadap pekerjaan pegawai bawahan.
Bagi sekretaris yang ramah dan komunikatif akan memberikan suasana hubungan kerja
yang baik bagi bawahan sehingga segala permasalahan dapat didiskusikan dan dicari
cara penyelesaiannya.
4. Tugas Sekretaris
Tugas sekretaris tentunya sesuai dengan fungsi jabatan sekretaris tersebut. Bagi
organisasai yang besar, tugas sekretaris juga lebih berat karena selain bertugas dan
bertanggungjawab terhadap pimpinannya, ia juga harus bertanggungjawab untuk
mengatur dan mengawasi tugas dan kegiatan bawahannya.
Secara umum tugas-tugas sekretaris meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Menerima dikte pimpinan;
b. Melaksanakan korespondensi;
c. Menyimpan arsip-arsip yang dinilai penting;
d. Menerima tamu-tamu pimpinan;
e. Membuat jadual pertemuan dan perjanjian-perjanjian pimpinan dengan teman relasi
maupun kegiatan lainnya;
f. Menyiapkan bahan-bahan keterangan kepada pimpinan sesuai dengan kebutuhan
pimpinan dalam rapat maupun kegiatan lainnya;
g. Bertindak sebagai perantara antara bawahan dan atasan;
h. Mengatur rapat-rapat dan seminar pimpinan dengan bawahan;
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 47
i. Menemani pimpinan dalam pertemuan penting;
j. Menyusun pidato-pidato untuk pimpinan.
Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya pada setiap orang untuk menjadi
lebih baik harus ada motivasi atau semangat kerja. Hal ini sangat penting bagi
sekretaris terutama sekretaris eksekutif atau manajer karena mereka mempunyai tugas
ganda, yaitu tugas terhadap kegiatan pimpinan sehari-hari dan tugas terhadap
koordinasi maupun pengendalian bawahan.
PEMBAHASAN
Pengembangan kepribadian bagi seorang sekretaris sangatlah penting, karena hal
tersebut merupakan syarat penting untuk menjadi sekretaris yang sungguh-sungguh
profesional. Pengembangan kepribadian bagi sekretaris mempunyai tujuan yang sangat
komplek, yaitu :
1. Mampu mengenal diri sendiri dengan baik
Pengenalan diri menimbulkan rasa menghargai diri sendiri lebih lanjut pada rasa
menyenangi diri sendiri. Sementara itu hal yang dapat ditimbulkan dari menghargai
dan menyenangi diri yaitu terbentuknya citra diri yantg positif. Citra diri akan
menentukan bagaimana orang lain bersikap terhadap sseorang.
Selain itu pencapaian pengenalan diri juga mempengaruhi kualitas interaksi
seseorang dengan orang lain. Interaksi yang berkualitas akan menghasilkan kerja sama
yang baik dan citra diri yang baik.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 48
Pada kenyataannya kemampuan seorang sekretaris dalam mengembangkan
hubungan yang baik dan luas dengan orang lain menentukan keberhasilannya sebagai
sekretaris profesional.
2. Memperoleh simpati orang sekitar
Bagi seorang sekretaris memperoleh simpati dari orang lain (atasan ataupun
bawahan ataupun pihak ekstern perusahaan) penting artinya. Dengan memperoleh
simpati dari lingkungan sekitar membuktikan bahwa sekretaris dapat tampil menarik
dan mempesona.
o Simpati dari atasan mengisyaratkan kepercayaan dan penghargaan;
o Simpati dari bawahan mengisyaratkan kecintaan dan keseganan.
Hal tersebut akan menciptakan atmosfer kerja yang kondusif, baik bagi dirinya
ataupun rekan lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang kondusif memungkinkan
terselesaikannya tugas-tugas pekerjaan.
Sesungguhnya simpati dari lingkungan sekitar dapat diperoleh dengan cara
menerapkan tata krama dalam pergaulan / komunikasi. Atas dasar itu perlu
dikembangkan sikap yang memperhatikan dan menghargai orang lain.
3. Peka terhadap lingkungan
Hubungan sekretaris dengan lingkungannya terutama lingkungan sosial
berlangsung tidak searah, artinya lingkungan punya pengaruh terhadap
profesionalismenya seorang sekretaris begitu juga sebaliknya sekretaris yang
profesional juga mempengaruhi lingkungannya. Untuk itu penting dikembangkan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 49
kepekaan dan rasa tanggungjawab sekretaris terhadap lingkungannya demi
terbentuknya lingkungan yang baik dan kepribadian manusia yang unggul serta
mantap.
Jadi seorang sekretaris yang berkepribadian harus mampu menumbuhkan
kepekaannya dengan baik sehingga kehadirannya dapat menyenangkan hati
lingkungannya dan tercapainya kepuasan batin, kebahagian batin.
4. Tampil mempesona
Tampil mempesona didukung oleh pribadi yang mempesona. Pribadi yang
mempesona adalah pribadi yang mendapatkan ketenangan untuk dirinya sendiri.
Penampilan sekretaris yang mempesona merupakan penampilan yang bukan hanya
dapat memanfaatkan kelebihannya secara optimal, melainkan juga mau menghadapi
akibat dari kekurangn yang ada pada dirinya sehingga terdapat ketenangan dan ada
kemauan untuk memperbaikinya.
5. Disiplin dalam hidup sehari – hari
Disiplin berasal dari disco-didici yang artinya belajar, dan belajar berarti
menambah ilmu atau pengetahuan serta mempertinggi martabat yang bersangkutan.
Disiplin adalah pengendalian diri dan pengarahan diri. Hal ini sangat penting bagi
sekretaris ataupun karyawan pada umumnya. Disiplin merupakan keadaan yang
menyebabkan atau memberikan dorongan kepada sekretaris atau karyawan untuk
berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau aturan–aturan
yang telah ditetapkan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 50
Point penting dalam disiplin terletak pada kemauan yang kuat untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari–hari sehingga diperoleh manfaatnya. Disiplin
yang dilakukan secara suka rela menghasilkan pengembangan karakter pengendalian
diri ke arah penumbuhan sikap hidup yang bernilai tinggi dan profesional, yang akan
menciptakan keadaan yang teratur dan efisien.
6. Dapat mengatasi stress
Jaman modern ditandai dengan adanya pergolakan sosial yang cepat, keretakan
institusi keluarga dan beragam penyakit psikologis lainnya.
Dr. Norman.V.Peale mengemukakan bahwa apabila Tuhan ingin menghadiahkan
sesuatu yang berharga, Tuhan membungkus hadiah tersebut dalam suatu masalah yang
pelik, lalu memperhatikan dari jauh apakah kita sanggup menerima / membuka hadiah
tersebut sebagai sesuatu yang berharga, sebagai mutiara yang mahal harganya yang
tersembunyi di dalam kulit kerang. Hal tersebut mengisyaratkan manusia hidup
memang tempatnya salah, namun demikian masalah bukan untuk dihindari, melainkan
harus dipecahkan.
Demikian juga halnya seorang sekretaris mendapat masalah dari dalam ataupun
dari luar kantor, tempat sekretaris bekerja. Lari dari masalah hanya akan membuat
hidup tertekan. Setiap masalah hendaknya diselesaikan dengan tuntas dan akhirnya
hidup menjadi bersemangat dan penuh suka cita dalam segala keberadaannya.
7. Mampu menggunakan ide dan menghargai pendapat orang lain
Berfikir merupakan kegiatan mengingat, menangkap, memutuskan, tetapi
hakikatnya sukar dilukiskan secara tepat. Rene Descrates mendifinisikan berfikir
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 51
sebagai seluruh kisaran proses mental yang sadar, meliputi pemikiran akal budi,
perasaan, pengindraan dan penghendakan, pikiran senantiasa bekerja meskipun orang
tersebut tertidur.
Dengan demikian kehidupan berfikir merupakan seluruh proses mental yang
sadar, yang mencakup akal budi, imajinasi, pengindraan dan penghendakan yang
terwujud dalam mengingat, menangkap dan memutuskan.
Pada abad ini manusia mengalami ledakan pengetahuan yang merombak struktur
pemikirannya, yaitu rasionalisasi dalam segala bidang. Akibatnya adalah eksistensi
seseorang salah satunya dapat dilihat dari pola berfikir serta ide – idenya. Seorang
sekretaris tidak boleh enggan berfikir. Dengan berfikir di dalam hidup kesehariannya
dapat mendorong perkembangan kepribadian sekretaris tersebut pada tahap optional.
Dalam berfikir tersebut kemauan menimbang dan selanjutnya dapat menerima
pendapat orang lain walaupun bertentangan dengan pendapatnya bila pendapat orang
lain memang lebih baik. Manfaat berfikir yang lain adalah hidup yang bergairah dan
menarik karena penuh inovasi – inovasi.
8. Memiliki inovasi dalam mencapai tujuan
Motivasi adalah proses yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku. Ada juga
yang menjelaskan motivasi adalah segala sesuatu yang menyebabkan gerakan atau
yang mendorong seseorang untuk bertindak. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari yang mendorong, mengarahkan dan
menjalankan roda organisasi–organisasi sosial memulai dari bangsa kepada keluarga,
sampai kepada pribadi–pribadi untuk bertindak demi mencapai tujuan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 52
Dengan motivasi manusia memiliki alasan untuk tetap gigih dalam
memperjuangkan harapannya hingga terwujud. Jadi seorang sekretaris dalam tugasnya
harus memiliki motivasi dan mampu memotivasi orang lain. Langkah awal untuk
memiliki motivasi adalah berfikir tentang sisi positif yang dimiliki, mengorelasikannya
dengan tujuan serta menerapkannya dalam tindakan. Hal tersebut akan membangun
rasa percaya diri. Rasa percaya diri inilah yang akan membangun motivasi diri.
Seorang sekretaris yang memiliki motivasi adalah sekretaris yang menghendaki
agar suatu pekerjaan dapat selesai tepat waktu, disiplin dalam kerja, rendah hati,
memiliki kesediaan memberikan yang terbaik dan tidak suka menggerutu.
Pengembangan diri untuk seorang sekretaris sesungguhnya mempunyai dampak
multiplier terhadap pola pikir, pola bicara, pola tindakan / perbuatan ataupun tingkah laku
sikap dalam berbagai hal secara profesional. Dengan demikian, atas profesionalnya
seorang sekretaris tersebut dapat terlihat atau dirasakan, bahwa seorang sekretaris :
1. Mengetahui sejarah dan budaya perusahaan / institusi secara luas, antara lain
mengetahui visi – misi nya :
Hal ini penting karena visi – misi perusahaan / institusi setelah diketahui perlu untuk
dijiwai yang akan berperan sebagai kekuatan spiritual seorang sekretaris dalam
melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya.
2. Mengetahui dan mengenal para pimpinannya dari level bawah sampai pada level
teratas seorang sekretaris mengenal pimpinan itu merupakan syarat mutlak, karena
pekerjaan sekretaris adalah mendampingi pimpinan. Jadi harus memahami, mengikuti
karakter pimpinan. Hal ini sangat penting sebagai dasar kuat dalam mewujudkan
komunikasi yang efektif dan efisien.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 53
3. Mengetahui dan mengenal staft karyawan, serta bawahan lainnya, hal ini penting
mengingat meskipun sebagai sekretaris pimpinan dan tangan kanan pimpinan tetapi
kerja di institusi / perusahaan adalah team work, jadi kualitas komunikasinya juga perlu
dijaga.
4. Berorientasi pada pengembangan institusi untuk sekarang dan masa depan (global
oriental).
5. Sekretaris itu keberadaannya sebagai jati diri yang tidak menyakitkan, akan tetapi jati
diri yang suka melayani / membantu.
6. Sekretaris mempunyai pola bekerja yang efisien. Seorang sekretaris profesional
maupun bekerja secara efisien yaitu dapat bekerja dengan menggunakan pengelolaan
watu yang baik dan tepat. Dalam hal ini sekretaris profesional mempuyai pengaturan
waktu yang baik.
7. Mampu menjaga dan menata dengan baik dan bijaksana dalam hal berpenampilan dan
menjaga kesehatannya.
8. Mampu mengelola suara dengan baik pada saat berkomunikasi melalui telephone
maupun komunikasi langsung ketemu orang lain. Bagaimana seorang sekretaris
berkomunikasi secara profesional juga ditentukan oleh kualitas kata yang digunakan,
intonasi suara, kejelasan menyampaikan pesan / maksud atau sistematika bicaranya
jelas, mudah dimengerti.
9. Mampu bersikap dengan baik, tepat, ukuran profesional sekretaris juga dipengaruhi
oleh perilaku atau sikap dalam berjalan, duduk, berdiri, diam semua sikap tersebut
perlu dikelola/ diatur dengan baik agar menimbulkan daya tarik dan kesan yang positif
bagi siapa saja yang ditemui.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 54
PENUTUP
Kepribadian sering diidentikan dengan identitas seseorang baik yang menyangkut
watak, sifat, perbuatan atau tindakan yang merupakan usaha seseorang mengaktualisasikan
jati dirinya. Seorang sekretaris sangat penting mengenal dirinya dengan baik, karena hal ini
akan menjadi dasar yang baik untuk membangun percaya diri.
Mengenal diri dengan baik berarti mengenali keunggulan dan kelebihan dan
kekurangan atau kelemahan diri dengan baik. Hal ini penting agar rasa percaya diri yang
dimiliki dapat tumbuh, berkembang dengan baik selaras dengan adanya kerendahan hati
dan percaya diri pada seorang sekretaris.
Perpaduan antara dua karakter tersebut dapat menjadikan kepribadian sekretaris benar-
benar profesional dan bijaksana bukan profesional yang arogan. Mengenal diri dengan baik
juga dapat berarti mau menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. Hal ini
akan membawa sekretaris pada kebiasaan untuk berfikir positif, optimis dan menghargai
orang lain.
Pengembangan kepribadian sekretaris juga membawa pada sikap terbukanya sekretaris
dalam menerima kritik dan saran yang datang dari pimpinan maupunan rekan kerja di
kantor ataupun urusan diluar kantor. Keadaan ini membawa sikap positif seorang sekretaris
yang terwujud dengan adanya pola pikir positif, konstruktif dan efektif tetapi juga
persuasif dalam implementasinya.
Profesionalnya seorang sekretaris juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam
berperan sebagai asisten, sekretaris executive ataupun manager kantor karena adanya
keterampilan prima yang dimiliki dan berorientasi global.
Pengembangan sekretaris yang profesional, dapat dibuktikan dengan kemampuannya
dalam menangani pekerjaan / tugas dengan mempraktikan manajemen waktu yang tepat.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 55
Dengan manajemen waktu yang tepat dan baik seorang sekretaris dapat menyusun skala
prioritas atas segala tugas-tugasnya yang diembannya.
Sekretaris profesional mampu menunjukan perilaku otomatisnya dalam menentukan
skala prioritas atas tugas–tugasnya yaitu : penting dan mendesak, penting dan tidak
mendesak, tidak penting dan mendesak, tidak penting dan tidak mendesak.
Profesionalnya sekretaris dapat dikembangkan dari sisi penampilan yang menarik,
mempesona, sehingga mampu menimbulkan pesona yang mendalam. Hal-hal tersebut
dapat dimiliki oleh seorang sekretaris karena seorang sekretaris profesional mampu
menjaga kesehatan dan kebersihan diri dengan baik, yang dipadukan dengan intonasi suara
dan tingkah laku serta busana ataupun tata rias yang tepat, baik, proporsional.
Kondisi profesional sekretaris tersebut dapat dimaksimalkan lagi dengan sikap atau
tingkah laku yang tepat dan baik dalam hal berjalan, duduk, berdiri, berbicara bahkan
diam.
Jadi sesungguhnya kesempurnaan profesionalnya sekretaris dapat dilihat secara soft
skill maupun hard skill secara keseluruhan dan semua itu terwujud karena adanya
pengembangan kepribadian seorang sekretaris.
Harapannya semoga tulisan ini sungguh-sungguh mampu menjadikan pengetahuan
yang berharga dan menginspirasi dalam mengembangkan diri sebagai sekretaris
profesional maupun karyawan profesional pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
ASEKMA DON BOSCO. Handbook of Modern Secretary: Panduan Sukses Secretaris
dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM. Jakarta. 2010.
ASEKMA Don Bosco. Jurnal Dunia Secretary Vol 3 No 2. Jakarta. Juli 2014.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 56
Hariyatmoko. Etika Komunikasi (Cetakan ke 5). Penerbit Kanisus. Yogyakarta. 2008.
Titik Tri Widodo Kristanto. Pengembang Kepribadian Sekretaris. PT GRASINDO. Jakarta.
2004.
http://Organisasi.org/manajemen-sekretaris-pengertian-tugas-fungsiperan-syarat-tata-kerja, dll,
diakses tanggal 9 September 2015
Franz Magnis-Suseno. Etika - Pustaka Filsafat. Kanisius. Yogyakarta. 2006.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 57
TANTANGAN PROFESI SEKRETARIS MENUJU MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN
Oleh: Muller Sagala, S.E.,M.M.
(Direktur dan dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
Implementation of the Asean Economic Community (AEC) as of early 2016 can not be
postponed. All countries that have agreed to be deal with it, ready or not ready, able or not
able to. For a particular field of employment agenda secretarial profession is one that is
affected. If the pattern of secretarial work is still done manually and traditionally it is
ascertained and were forced to shift to a personal assistant working patterns. A secretary
or personal assistant should be able to adjust (match) with the demands of the workings of
the business and industrial world in the era of the MEA. The demands in the era of MEA to
the labor especially secretary, among others, working with a high level of expertise (high
skilled), working 24 hours a day, with a very broad scope of duties and growing.
Keywords: personal assistant, secretary, AEC
PENDAHULUAN
Ketika ada pertanyaan apa itu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)? Apa itu Personal
Assistant (PA)? Apa itu sekretaris? Secara cepat orang lebih mudah dan lebih cepat
menjelaskan arti sekretaris walaupun masih banyak masyarakat yang memaknainya dengan
‘miring’. Tidak banyak orang memahami MEA dan PA bahkan banyak masyarakat yang
tidak perduli dengan MEA dan PA. Mereka tidak tau juga dengan dampaknya. (Kompas,
14 Desember 2015).
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 58
Adanya demo para buruh yang menolak tenaga kerja asing masuk ke Indonesia
menandakan bahwa mereka belum memahami agenda MEA yang akan efektif tahun 2016.
Kondisi ini yang dapat menambah rumitnya menghadapi implementasi MEA di Indonesia.
Berlakunya MEA, Asean pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya mempunyai
tantangan eksternal maupun internal. Tantangan eksternal dimaksud antara lain
menghadapi kondisi ekonomi internasional yang tidak stabil, ekonomi yang penuh dengan
ketidakpastian, iklim dunia yang cukup berat, dan adanya persaingan global yang semakin
tajam. Tantangan internal antara lain adanya tuntutan yang meningkat dari masyarakat
yang semakin maju, jumlah masyarakat kelas menengah semakin banyak yang menuntut
lebih besar, dan setiap masyarakat harus mampu menyesuaikan diri dengan butir-butir
ketentuan yang telah disepakati bersama dalam blueprint MEA.
Masalah yang dikaji dalam karya tulis ini adalah apa saja yang menjadi tantangan
khususnya bagi mereka yang berprofesi sekretaris saat ini untuk menghadapi MEA.
Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui tantangan apa saja yang kemungkinan
dihadapi oleh para sekretasris dan apa alternative solusinya. Manfaat karya tulis ini bagi
mereka yang sudah atau calon sekretaris perlu mengetahui tantangan yang mungkin
dihadapi pada tahun 2016 saat dimulainya kesepakatan MEA; bagi institusi pendidikan
diharapkan dapat mempersiapkan lulusannya untuk mampu memenuhi tuntuntan
kompetensi yang diharapkan dunia usaha dan dunia industri di era MEA. Metodologi yang
digunakan dalam karya tulis ini adalah kajian perpustakaan (library research).
LANDASAN TEORI
1. Sekretaris, Personal Assistant dan Perannya
Sekretaris adalah sebuah profesi administratif yang bersifat asisten atau
mendukung tugas-tugas antara lain : melaksanakan perkerjaan rutin, tugas-tugas
administratif, atau tugas-tugas pribadi dari atasannya. Sekretaris identik pula dengan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 59
mode dan gaya dalam berbusana ke kantor. Sudah umum bila sekretaris mempunyai
tampilan yang menarik sebagai citra dari atasan yang diwakilinya.
Di dunia kerja saat ini ada lagi profesi yang merupakan perkembangan dari
sekretaris yaitu Personal Assistant (PA) atau asisten pribadi. Secara singkat perbedaan
dari PA dan sekretaris adalah PA lebih bertanggung jawab untuk satu orang saja,
dalam hal ini eksekutif atau bos yang mempekerjakan dirinya, sedangkan sekretaris
lebih bertanggung jawab kepada perusahaan secara umum.
Namun demikian hampir tidak ada perbedaan antara sekretaris dan PA di
beberapa perusahaan. Di Indonesia contohnya, umumnya sekretaris kadangkala
membantu hal-hal personal dari si bos yang berhubungan dengan kerja. Akan tetapi di
Hongkong misalnya, dunia kerja sudah lebih profesional sehingga perbedaan antara
PA dan sekretaris ini sangat menonjol.
Seorang asisten pribadi untuk seorang eksekutif di dunia bisnis harus memiliki
beberapa bakat dalam berbagai fungsi pekerjaan yang berbeda dan berdasarkan
kebutuhan majikan. Namun, tanggung jawab umum PA akan melaksanakan secara
skrining panggilan telepon dan menerima pesan, penjadwalan janji, mengatur untuk
mengambil atau pengiriman dari kurir yang diperlukan. Untuk memegang posisi ini,
seseorang harus memiliki kemampuan multi-tasking yang sangat baik, manajemen
waktu dan keterampilan bisnis yang baik.
Berikut ini adalah contoh resume (ringkasan daftar riwayat hidup) yang
mencerminkan kompetensi seorang sekretaris atau personal assistant pada saat
melamar pekerjaan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 60
“Career Objective: Seeking a responsible position of a Personal Assistant to utilize my
skills and abilities to fulfill the needs of clients and the organization.
Core Competencies:
1) Highly organized, accomplished with extensive knowledge of handling daily
administrative tasks
2) Ability to communicate professionally and effectively
3) In-depth knowledge of open source technologies and event planning
4) Enthusiastic, and ability to take initiatives with excellent telephone etiquette
5) Extensive knowledge of customer service, accounting, human relations and
management
6) Ability to write business mails in a clear and concise way
7) Possess excellent organizational and multi-tasking skills
8) Attention to detail and ability to take initiatives
9) Good with problem solving and has excellent time management skills
10) Possess extensive working knowledge of Word, Excel and the Internet.
Professional Experience:
Personal Assistant di perusahaan (sebutkan) tahun (sebutkan) s/d sekarang:
1) Assisting managers, executives and senior level professionals
2) Handling phone calls and inquiries
3) Organizing meetings and conferences
4) Arranging transportation and assigning tasks to junior employees
5) Monitoring and supervising administrative staff
6) Accepting important invitations and handling business proposals
7) Running personal errands and managing daily electronic diary
8) Preparing official correspondence like letters of support invitations, memos, etc.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 61
9) Drafting monthly activities and status reports as well as employee
announcements and other communications
10) Typing documents and updating website
11) Taking dictation, writing minutes, and attending meetings.
Personal Assistant di (sebutkan) tahun (sebutkan) s/d 2011 di (sebutkan):
1) Screened telephone calls, requests and inquiries and passed on accordingly
2) Maintained and organized diaries as well as making appointments with senior
executive professionals
3) Handled faxes and incoming e-mails
4) Prepared reports and presentations as well as briefing papers
5) Managed the tasks of corresponding on behalf of the manager
6) Organized and attended various business meetings
7) Liaise with suppliers, clients and staff of the organization
8) Assigned the tasks of recruiting Junior staff and delegate specific responsibilities
to them
9) Handled the tasks of booking tickets and hotel accommodation for the managers
10) Drafted budget reports, newsletters and executive summaries.
Education. (sebutkan)
Reference. (sebutkan)”
Dari contoh resume di atas terlihat bahwa tugas seorang personal assistant lebih
luas dari sekedar tugas seorang sekretaris.
2. Kebutuhan Masyarakat Ekonomi Asean
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah perwujudan integrasi ekonomi Asean
yaitu sistem perdagangan bebas antar negara-negara Asean. MEA terbentuk atas
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 62
dorongan dari masing-masing anggota untuk menanggapi pesatnya perkembangan
industri dan perdagangan yang akhirnya dapat menimbulkan tuntutan masyarakat agar
pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Indonesia sebagai
salah satu negara anggota Asean telah menyepakati dibentuknya Masyarakat Ekonomi
Asean yang bertujuan untuk menjadikan Asean kawasan yang stabil, makmur dan
kompetitif. Dengan demikian Masyarakat Ekonomi Asean akan menjadi daerah
perdagangan bebas atas barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan aliran modal.
Adapun agenda atau bentuk kerjasama dalam MEA diantaranya: 1)
Pengembangan sumber daya manusia serta peningkatan kapasitas; 2) Pengakuan
kualifikasi profesional; 3) Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan
keuangan; 4) Langkah-langkah pembiayaan perdagangan; 5) Meningkatkan
infrastruktur; 6) Pengembangan transaksi elektronik melalui e-Asean; 7)
Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;
dan 8) Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangung Masyarakat
Ekonomi Asean. Namun dalam pelaksanaannya, MEA memiliki 4 karakteristik dasar
(pilar), yaitu: 1) Pasar tunggal dan berbasis produksi (segi arus bebas); 2) Kawasan
ekonomi yang kompetitif (politik persaingan); 3) Wilayah pembangunan ekonomi yang
merata (pembangunan UKM); dan 4) Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global
(hubungan perdagangan internasional).
Agenda (blueprint) MEA sebagaimana diuraikan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 63
PEMBAHASAN
Tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dilaksanakan di tahun 2016
merupakan kerjasama di negara – negara Asia Tenggara. Tujuannya adalah meningkatkan
ekonomi masing – masing negara dengan konsep utama menciptakan Asean sebagai
sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang,
jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar
negara Asean. Harapannya adalah dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
diantara negara – negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling
menguntungkan. Hadirnya MEA ini memaksa negara – negara di dalamnya untuk
memperkuat daya saing dalam segala bidang, terutama dalam bidang ketenagakerjaan.
(http://ditjenkpi.kemendag.go.id).
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 64
1. Pelaksanaan Agenda Masyarakat Ekonomi Asean
Indonesia melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia telah menyiapkan
tiga program dalam rangka menghadapi MEA yang juga mendukung Materplan
Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, disingkat MP3EI, (MP3EI
adalah sebuah pola induk dari pembangunan negara RI) yaitu : 1) Identifikasi
kebutuhan tenaga kerja profesional/terampil untuk mendukung 22 kegiatan ekonomi di
enam koridor ekonomi dan meningkatkan daya saing 12 sektor prioritas MEA; 2)
Memfasilitasi pengembangan standar kompetensi dan pembentukan lembaga sertifikasi
profesi (LSP) oleh Asosiasi Industri terkait 22 kegiatan ekonomi di koridor ekonomi
dan 12 sektor prioritas MEA; serta 3) Pengembangan Kadin Training Center (KTC)
untuk mendorong pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi sesuai
kebutuhan industri oleh Kadin Provinsi.
Selanjutnya, ada 12 sektor prioritas MEA yang disebut free flow of skilled labor
(arus bebas tenaga kerja terampil) yaitu: perawatan kesehatan (health care), turisme
(tourism), jasa logistik (logistic services), E-Asean, jasa angkutan udara (air travel
transport), produk berbasis agro (agrobased products), barang-barang elektronik
(electronics), perikanan (fisheries), produk berbasis karet (rubber based products),
tekstil dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis
kayu (wood based products). Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia
ketenagakerjaan di Indonesia dalam menghadapi MEA.
2. Tantangan Implementasi MEA
Ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka
menghadapi MEA, yaitu: 1) masih tingginya jumlah pengangguran terselubung
(disguised unemployment); 2) rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 65
mempercepat perluasan kesempatan kerja; 3) pekerja Indonesia didominasi oleh
pekerja tak terdidik (unskilled labor) sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi
rendah; 4) meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, sebagai akibat
dari ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja; 5) ketimpangan produktivitas tenaga kerja antar sektor ekonomi; 6) sektor
informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum mendapat
perhatian optimal dari pemerintah; 7) pengangguran di Indonesia merupakan
pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota Asean sehingga terjadi ketidaksiapan
tenaga kerja terampil dalam menghadapi MEA; 8) tuntutan pekerja terhadap upah
minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan; serta 9) masalah
Tenaga Kerja Indonesia yang banyak tersebar di luar negeri. (Seminar Kesiapan
Tenaga Kerja dalam Menghadapi Pasar Asean oleh Bappenas).
Masuknya investor ke Indonesia tentu dibarengi dengan konsepsi baru bagi para
investor tersebut, salah satunya perubahan dari industri padat karya menjadi padat
modal. Keuntungan industri padat modal sendiri bagi perusahaan adalah dapat
mengurangi tenaga kerja kasar yang selama ini dianggap paling besar konstribusinya
dalam hal biaya produksi. Penggantian tenaga kerja kasar yang dialihfungsikan
menjadi tenaga mesin dan tentu saja membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM)
terampil untuk pengoperasiannya. Hal ini tentu lebih menarik bagi para investor atau
perusahaan, karena di dalam MEA nantinya arus tenaga kerja dari luar negeri (negara –
negara Asean) bebas masuk di lingkup pasar bebas Asean, terutama di sektor jasa dan
sektor industri.
Sudah tentu perusahaan – perusahaan baik asing ataupun dalam negeri lebih
tertarik dengan tenaga kerja yang lebih terampil. Para investor ini lebih tertarik dengan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 66
tenaga kerja asing yang dianggap lebih terampil dan bebas masuk di seluruh negara –
negara anggota MEA ini.
Raider 2: (to p.23). Secara umum ada ciri tantangan dunia usaha dan dunia industri
pada era MEA yaitu : (1) Arah serba teknologi; (2) Bisnis ke arah horizontal; (3)
Kompetensi ke arah vertical; dan (4) Minimal batas dan hambatan. // uraikan
Ciri tantangan tersebut perlu menjadi perhatian para pihak dalam penetapan fokus
target ke depan.
3. Sekretaris dan Personal Assistant
Tantangan dalam implementasi agenda MEA sebagaimana disebutkan di atas tentu
harus dihadapi dan harus berani melakukan langkah pencarian solusi. Kuatnya
persaingan khususnya dalam bidang ketenagakerjaan termasuk profesi sekretaris atau
personal assistant sesuatu hal yang dapat disikapi dengan bijak dan tepat. Komitmen
dan koordinasi antara pemerintah, pelaku dunia usaha dan dunia industri, dan lembaga
penyelenggara pendidikan bukan suatu barang yang mahal dan bukan tidak mungkin
dilakukan.
Raider 24: Menyikapi persaingan yang ada perlu mengenal ciri sekretaris dan
personal assistant saat ini secara umum. Ciri tugas sekretaris saat ini yaitu : (1) Masih
menggunakan proses manual dan tradisional; (2) Terikat pada jam kerja tertentu; (3)
Terikat kepada aturan perusahaan; (4) Menggunakan physical office; (5) Ada batas
lingkup tugas; (6) Mandiri; dan (7) Kompetensi lebih mendalam. //uraikan Sedangkan
ciri tugas personal assistant saat ini yaitu : (1) ICT oriented; (2) Virtual office; (3) Jam
keja 24 jam; (4) Terikat kepada person; (5) Lingkup tugas lebih luas (horizontal); (6)
Lebih mandiri; (7) Kompetensi mendalam. //uraikan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 67
Masing-masing pihak bisa mengambil peran. Misalnya pihak penyelenggara
pendidikan, perguruan tinggi, dapat lebih fokus kepada kurikulum untuk menghasilkan
lulusan yang terampil dan siap kerja. Keterampilan tersebut dapat ditentukan oleh
pihak dunia usaha dan dunia industri dalam era MEA. Peran pemerintah dapat
membuat regulasi agar para pihak fokus pada perannya masing-masing untuk
menjawab tantangan dalam era MEA.
Langkah yang lebih konkrit misalnya, perguruan tinggi ingin memenuhi kebutuhan
tenaga profesi sekretaris atau personal assistant bagi dunia usaha dan dunia industri.
Pihak perguruan tinggi menetapkan karakter yang harus dimiliki oleh seorang
sekretaris oleh personal assistant sebagai berikut :
a. Datang Lebih Awal, Pulang Lebih Akhir
Bagi seorang Personal Assistant, harus siap datang lebih awal untuk
mempersiapkan kebutuhan bos, baik itu jadwal kerjanya, janji meetingnya dengan
orang lain atau sekadar merapikan map yang bertumpuk di atas meja kerjanya.
Pastikan keadaan meja bos sudah rapi dan segala informasi yang dia butuhkan
dalam satu hari sudah berada di tempatnya. Pulang lebih akhir adalah untuk
menuntaskan pekerjaan bos yang masih dipending. Pastikan pekerjaan pada hari itu
selesai dan tidak tertunda.
b. Lebih Cepat Lebih Baik
Semua bos menyukai karyawan yang dapat bekerja dengan cepat, apalagi sebagai
orang kepercayaan bos. Personal Assistant harus pintar-pintar menyiasati waktu
dan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Fokus pada pekerjaan, buat daftar,
tentukan mana yang harus lebih dulu dikerjakan dan selesaikan. Jangan menunda
pekerjaan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 68
c. Sosok yang Berwibawa
Seorang Personal Assistant harus bisa memberikan kesan yang berbeda dari
karyawan lain. Perlu diketahui bahwa Personal Assistant adalah salah satu ujung
tombak dari perusahaan. Menjadi seorang Personal Assistant akan berhadapan
dengan banyak orang dengan banyak karakteristik. Wibawa akan membuat jauh
lebih mudah mengatasi orang lain.
d. Mengenali dan Memahami Bos
Tipikal setiap bos berbeda-beda dan sebagai Personal Assistant tidak bisa memilih
siapa bos. Yang bisa dilakukan adalah membaca situasi dan kondisi dan
menyesuaikan diri. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan baik
dengan bos adalah salah satu pencapaian terbaik bagi seorang Personal Assistant.
Menjalin hubungan baik dengan bos sangatlah sulit. Cara terbaik adalah dengan
mengalahkan ego dan mengutamakan kepuasan hati bos.
e. Fleksibel
Sering terjadi secara tiba-tiba mendapat tugas untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan di luar negeri, maka harus siap sedia menjalankan misi tersebut. Menjadi
seorang Personal Assistant dituntut untuk menerima semua jenis pekerjaan yang
dibebankan. Semakin fleksibel, maka semakin besar nilainya di mata pimpinan.
f. Penampilan
Seorang Personal Assistant adalah satu dari bagian perusahaan yang diperhatikan
oleh masyarakat luar dan relasi dari luar perusahaan. Oleh sebab itu dituntut untuk
selalu berpenampilan yang rapi karena penampilan mempengaruhi penilaian orang
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 69
lain tentang perusahaan. Semakin baik penampilan, semakin baik citra perusahaan
di mata orang lain.
g. Jaringan Yang Luas
Setiap kali berkenalan dengan relasi baru dari perusahaan sahabat atau mitra kerja,
diwajibkan menyimpan kartu nama mereka atau kontak mereka untuk kepentingan
bisnis di masa yang akan datang. Selalu berhubungan dengan baik dan
berkomunikasi dengan mitra dan klien juga sangatlah penting untuk menjaga
keharmonisan bisnis.
Raider 25: Dalam kuliah umum dengan tema “Profesi Sekretaris : Peluang dan
Tantangan.” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Bengkulu terungkap beberapa hal sebagai berikut :
1. Ada empat perspektif tantangan dunia sekretaris, yaitu penguasaan teknologi, memiliki
knowledge, memiliki orientasi bisnis dan memiliki kemampuan pelayanan (service).
Keempat hal ini harus dimiliki dan benar-benar menjadi perhatian bagi seorang
sekretaris. Dengan menguasai teknologi seorang sekretaris akan lebih mudah
berkomunikasi, membangun sinergi antar unit kerja dan bisa melakukan tertib
administrasi. Kemampuan service juga harus dimiliki sehingga bisa memberikan
pelayanan prima, menciptakan brand image dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Cara-cara berkomunikasi yang baik dan benar mutlak dimiliki dan dikuasai oleh
seseorang yang profesi sekretaris. Seorang sekretaris harus berorientasi bisnis untuk
mendukung kegiatan operasional, dan menjadi marketing yang handal. Dan ilmu
pengetahuan atau knowledge juga harus ditingkatkan terus-menerus sehingga bisa
memahami core bisnis, memahami regulasi serta mudah menjalin hubungan baik
dengan siapapun atau human relation
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 70
2. Dalam menghadapi tantangan yang terjadi, seorang sekretaris harus berani mengambil
sikap. Jenis pekerjaan ini menuntut keluwesan, ketelitian sekaligus kesabaran, yang
mungkin tidak semua orang bisa memilikinya. Ada orang yang mengganggap remeh
pekerjaan seperti ini. Ada 3 contoh tantangan yang hanya bisa dilewati oleh sekretaris:
a. Bisa tersenyum dan ramah saat tidak mood
Tidak peduli apa yang sedang terjadi dalam kehidupan pribadi, seorang sekretaris
harus selalu ramah menghadapi klien yang menelepon atau datang. Sekretaris sejati
sangat pandai memisahkan antara pekerjaan dan emosi pribadi karena kesan
perusahaan ada di atas pundaknya.
b. Bisa menyimpan rahasia kantor meski tahu banyak hal
Sebagai sekretaris maka akan sering berurusan dengan banyak data sensitif dan
informasi pribadi. Mungkin rasanya sangat ingin memberitahu kepada teman kerja
tentang apa yang baru saja diketahui, apa daya rahasia perusahaan harus tetap
tersimpan dalam hati saja. Bisa menangani masalah di menit terakhir
c. Semua jenis kondisi darurat bisa terjadi di kantor.
Tentu saja, sekretaris yang harus menangani hal tersebut. Apakah undangan belum
dibuat atau bos butuh kartu nama sekarang juga, membuat sendiri atau apa pun
yang terjadi semua harus segera terwujud.
Dari uraian tersebut di atas terlihat adanya tantangan Indonesia dalam menghadapi
MEA. Tantangan-tantangan tersebut juga dihadapi oleh negara Asean lainnya namun bagi
Indonesia tantangan tersebut, khususnya di bidang ketenagakerjaan, menjadi fokus bagi
pemerintah, dunia usaha dan dunia industri, dan institusi pendidikan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 71
Untuk itu perlu dari pemerintah memberikan solusi nyata terhadap keberlangsungan
nasib tenaga kerja Indonesia. Bagi tenaga kerja potensial masih belum terlambat untuk
menyongsong MEA ini. Peningkatan mutu SDM menjadi harga mati, dan ketertinggalan
dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia harus segera dikejar, peningkatan skill
terutama mengenai bahasa Inggris yang menjadi faktor determinan nantinya diperlukan
dalam penyeleksian tenaga kerja oleh perusahaan asing. Pelatihan–pelatihan intensif dan
pemberian sertifikasi tenaga kerja menjadi wajib dilakukan oleh pemerintah.
Institusi pendidikan sebagai lembaga yang memproduksi SDM harus mampu
menciptakan SDM yang mempunyai daya saing dengan SDM di luar negeri. Perlu ada
pembenahan disetiap lini pendidikan untuk menciptakan mutu SDM Indonesia yang
berkualitas dan berdaya saing.
Adanya ketidaksesuaian kebutuhan antara keinginan buruh (kesejahteraan) dengan
hadirnya MEA tidak dapat didiamkan. MEA mempunyai titik tekan pada daya saing
terutama tenaga kerja, dan itu harus mampu dijawab oleh tenaga kerja (buruh) Indonesia.
Disisi sisi lain pemerintah juga harus mampu dalam proses peningkatan dan perlindungan
mutu terhadap SDM Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan dibentuknya MEA adalah sangat agung yaitu bagaimana cara meningkatkan
ekonomi masing-masing negara dengan konsep utama menciptakan Asean sebagai pasar
tunggal dan kesatuan basis produksi. Untuk itu diperlukan dukungan kuat dan partisipasi
dari masyarakat terutama dari sektor swasta. Hal ini dimaksud untuk mencapai dua sasaran
tersebut yaitu mengembangkan pasar tunggal dan dasar produksi Asean. Melalui MEA,
Asean dapat merupakan kekuatan ekonomi dunia yang tangguh, disamping Tiongkok dan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 72
India dari jajaran negara berkembang. Hal ini tentu mempunyai dampak yaitu timbulnya
persaingan yang ketat. Setiap anggota MEA termasuk Indonesia harus dapat memperkuat
daya saing dalam segala bidang khususnya dalam bidang ketenagakerjaan.
Beberapa kondisi yang harus menjadi perhatian antara lain :
1. Agenda MEA mulai tahun 2016 menuntut perubahan dari berbagai sudut pandang.
2. MEA lebih menganut pandangan horizontal daripada vertical atau dengan kata lain
lebih memandang keluasan daripada kedalaman.
3. Kegiatan berorientasi pemanfaat teknologi ICT.
4. Penekanan kepada pola efisiensi dan efektifitas.
5. Waktu bisnis 24 jam.
Tuntutan kebutuhan agenda MEA dalam kondisi tersebut memaksa peran sekretaris
yang sekarang bergesar ke peran personal assistant (PA). Peran PA lebih cocok (match)
dengan kebutuhan dan tuntutan MEA.
Rekomendasi
Untuk dapat menjawab tantangan Indonesia dalam menghadapi MEA maka semua
pihak yang terkait harus saling mendukung, antara lain :
1. Institusi penyelenggara program vokasi perlu menyesuaikan kurikulum program studi
sekretari ke kurikulum yang menghasilkan seorang personal assistant.
2. Bagi mereka yang berprofesi sebagi sekretaris saat ini perlu mengambil sikap. Bila
ingin mengikuti tuntutan MEA, sesuaikan diri menjadi seorang yang mempunyai
kompetensi seorang PA.
3. Bagi dunia usaha dan dunia industri di era MEA sebagai pengguna lulusan perguruan
tinggi perlu memperjelas kriteria kebutuhan personal assistant.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 73
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern
Secretary: Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit
PPM. Jakarta. 2010.
Kompas, 14 Desember 2015. “Pemahaman tentang MEA Minim: Semangat Berkompetisi
Kuat”, halaman 1.
http://www.kompasiana.com/pak_giexz/may-day-2014-pasar-bebas-asean-2015-vs-
kesejahteraan-buruh_54f778f3a33311c4668b4603, “May Day 2014: Pasar
Bebas Asean 2015 vs Kesejahteraan Buruh” , diakses tanggal 28 November
2015
http://www.unib.ac.id/2015/09/kuliah-umum-peluang-dan-tantangan-profesi-sekretaris/,
diakses tanggal 11 Desember 2015
http://www.beacukaimedan.net/component/content/article/44-opini/201-sekilas-tentang-
masyarakat-ekonomi-asean-mea-.html, “SEKILAS TENTANG
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)”, diakses tanggal 28 November
2015
http://www.bestsampleresume.com/resumes/assistant/personal-assistant-resume.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekretaris, diakses tanggal 28 November 2015
http://www.teruskan.com/24365/7-tips-penting-agar-menjadi-personal-assistant-yang-
professional.html, “7 Tips Penting agar Menjadi Personal Assistant yang
Professional”, diakses tanggal 28 November 2015
(Seminar Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Pasar Asean pada Selasa (25/06) di
Ruang SG 1-5 Gedung Bappenas). (sdm-berkualitas-kunci-sukses-hadapi-era-
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 74
masyarakat-ekonomi-asean, “SDM Berkualitas Kunci Sukses Hadapi Era
Masyarakat Ekonomi Asean”, diakses tanggal 28 November 2015))
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 75
RAJIN, JUJUR, BERETIKA SEBAGAI FAKTOR UTAMA BERJAYA
DALAM KARIER
Oleh: Drs. R. Sriyono DH, Bc. Th.
(Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])
ABSTRACT
Everyone expects to reach its heyday in the career. Heyday can be achieved through
sacrifice and be positive, including the attitude of diligent, honest, ethical. These attitudes
must be maintained within themselves in order heyday in the career can be lasting. But in
reality many people are not able to maintain an honest and ethical attitude. Currently
being shown to the world how honest and ethical attitude was not worth anymore. Any
person who does not appreciate the value of honest and ethical then gradually her value
will be lost. Honest and ethical values that have been lost will automatically eliminate
heyday especially in a career. Many steps can be taken to maintain the value of building
an honest and ethical conduct by: think clearly, beautifully behaved, think clean, stay
healthy.
Kata kunci : heyday, honest, ethical
PENDAHULUAN
Saat ini sedang ramai dipertontonkan dan dipertaruhkan nilai kejujuran dan tindakan
beretika. Nilai-nilai yang baik dari tindakan yang jujur dan beretika dapat berdampak
buruk bagi karier seseorang apabila salah dalam memaknai arti jujur dan perilaku etis.
Karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik yaitu tahu nilai kebaikan, mau berbuat
baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan, yang terpatri
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 76
dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Nilai-nilai ini diharapkan menjadi perilaku
otomatis.
Beberapa contoh fakta perilaku tidak etis dalam dunia kerja dan dunia usaha masih
sering terjadi. Perilaku tidak etis dimaksud meliputi perilaku dalam sejumlah hal, yang
pada dasarnya melakukan sesuatu perbuatan yang merugikan seseorang atau sesuatu yang
lain.
Perilaku tidak etis adalah perilaku yang bukan sekedar masalah uang. Perilaku ini juga
dapat dalam bentuk praktik amoral, seperti memperlakukan wanita sebagai obyek seks dan
membuat komentar yang tidak pantas untuk mereka atau menyentuh mereka secara
seksual. Tidak sedikit para perkerja di dunia usaha baik besar maupun kecil yang
mengalami kebangkrutan atau kehancuran karena perilaku tidak etis.
Dengan melakukan kesalahan dalam usaha untuk menipu mereka, untuk berbohong
kepada orang-orang, untuk menipu karyawan atau mitra kerja dari hak yang seharusnya
mereka terima, atau untuk mengatakan bahwa barang-barang yang diterima tidak pernah
disampaikan, padahal barang-barang itu rusak ketika dilakukan pembongkaran atau
pengepakan. Perbuatan seperti itu adalah perilaku yang tidak etis.
Orang-orang yang berada dalam dunia usaha, khususnya perilaku yang tidak etis tidak
mungkin akan bertahan dalam usahanya untuk waktu yang lama karena tidak ada yang
akan percaya. Memang tidak satupun berkehendak melakukan penipuan dan kebohongan
secara sukarela atau sadar.
Setiap orang yang berada dalam dunia usaha, yang telah memperoleh reputasi untuk
perilaku tidak etis akan menjadi lebih baik, karena tidak ada lagi orang yang mau percaya
dan bermitra dengan kita, atau menggunakan jasa kita.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 77
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah bahwa
pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang
baik” (moral knowing), tetapi juga “merasakan dengan baik” atau “loving the good” (moral
feeling), dan “perilaku yang baik” (moral action). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya
dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Diharapkan melalui pendidikan karakter dengan menanamkan kebiasaan tantang hal
mana yang baik sehingga mahasiswa bukan saja menjadi pahan (cerdas) tentang mana
yang baik dan mana yang salah, mahasiswa juga mampu merasakan (menjadi sigap) atas
nilai yang baik dan mampu melakukannya dengan hati, rajin, jujur, dan beretika sehingga
diharapkan nantinya setelah bekerja sebagai seorang sekretaris profesional, mereka adalah :
1. Sekretaris profesional yang memiliki keepribadian matang dan tangguh serta dewasa.
2. Sekretaris profesional yang religius, bermoral dan taqwa.
3. Sekretaris profesional yang berwawasan luas.
4. Sekretaris profesional yang tanggap dan mampu memenuhi tuntutan perubahan zaman
dan pasar kerja global.
Metode analisis yang digunakan dalam karya tulis ini adalah studi pustaka (library
research).
LANDASAN TEORI
Secara filosofis dan sosiologis pendidikan karakter diharapkan berguna bagi
kehidupan seseorang dalam kedudukannya sebagai pribadi, anggota masyarakat sekaligus
warga Negara suatu bangsa. Pendidikan karakter adalah sebuah usaha terus menerus untuk
mendidik para mahasiswa agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 78
kepada para mahasiswa adalah nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi dan
budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat
menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya,
suku dan agama.
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik sehingga para mahasiswa sebagai peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor).
Pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang
baik” (moral knowing), tetapi juga “merasakan dengan baik” atau “loving the good” (moral
feeling), dan “perilaku yang baik” (moral action). Jadi pendidikan karakter erat kaitannya
dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan termasuk
nilai rajin, jujur, dan beretika yang sering diabaikan.
Karena pendidikan karakter merupakan suatu habit, maka pembentukan karakter
seseorang itu memerlukan communities of character yang terdiri dari keluarga, lembaga
pendidikan, institusi keagamaan, media, pemerintahan dan berbagai pihak yang
mempengaruhi nilai-nilai para mahasiswa sebagai generasi muda.
Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan suatu keteladanan,
intervensi, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan penguatan. Dengan perkataan
lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan,
intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus menerus dalam jangka
panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 79
1. Membangun sikap mental yang rajin
Setiap orang yang bekerja atau menjalankan usahanya pasti ingin agar apa yang
mereka kerjakan dapat berhasil dan sukses. Kesuksesan menjadi dambaan bagi setiap
orang, karena dengan meraih kesuksesan maka hidup mereka akan menjadi lebih
nyaman dibanding yang keadaan mereka sebelumnya. Tapi tidak banyak yang
mengetahui bahwa kesuksesan merupakan hasil kerja keras dan ketekunan (rajin)
dalam jangka waktu tertentu. Tidak akan ada kesuksesan tanpa usaha. Dan untuk
meraih kesuksesan kadang-kadang akan melewati kegagalan demi kegagalan di
dalamnya. Kegagalan yang terjadi tidak boleh berhenti berusaha. Ketika menghadapi
kegagalan dan berhenti di titik tersebut, maka akan kehilangan kesuksesan yang telah
menanti.
Tidak sedikit juga orang yang ingin meraih keberhasilan tidak mau bekerja keras
atau bahkan tidak melakukan apapun untuk mendapatkannya. Demikian diharapkan
setiap orang memiliki semangat juang yang tinggi dan mau bekerja keras dalam
menggapai kesuksesan dalam kariernya.
2. Bertindak jujur
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi
kehidupan mahasiswa. Tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya akademik
sangatlah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-
mana termasuk dalam kehidupan di kampus. Jika mahasiswa terbukti melakukan
tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup akademik maupun sosial, maka selamanya
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 80
orang lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai
akibatnya mahasiswa akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain
karena selalu merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang terlihat selalu berbuat
curang atau tidak jujur.
Selain itu jika seorang mahasiswa pernah melakukan kecurangan ataupun
kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan dari mahasiswa
lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan
tindakan kecurangan maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran harus
dapat dipegang teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-masa ini untuk memupuk dan
membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi mahasiswa.
Banyak orang bilang kejujuran itu mahal harganya. Ungkapan itu benar adanya.
Sebab, bertindak jujur memang tidak mudah untuk dilakukan. Terkadang, ada saja
godaan untuk mendapatkan hasil akhir yang memuaskan dengan menempuh jalan
pintas. Meski sudah tahu jalan itu tidak benar, tapi ketika ada tawaran atau kesempatan
di depan mata, kerap tergiur untuk melakukan ketidakjujuran. Bertindak jujur memang
perbuatan terpuji. Namun tidak semua orang bisa melakukannya. Sebab, tak jarang
ketika sudah bersikap jujur, malahan terkena akibat buruk. Misalnya saja, Meta sudah
memutuskan bersikap jujur. Tapi tidak menutup kemungkinan ia mendapatkan nilai
ulangan jelek, karena ia tidak belajar dan mengurungkan niat untuk menyontek. Belum
lagi, kalau nilai ulangannya jelek, ia bisa kena marah orang tuanya. Dengan kata lain,
untuk bersikap jujur, perlu keberanian yang besar. Termasuk keberanian menanggung
risiko yang terburuk sekali pun. Namun demikian, tidak perlu takut untuk bertindak
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 81
jujur. Sebaliknya, justru mesti membiasakan diri untuk selalu jujur. Dengan begitu,
tentu banyak orang akan menghargai dan mempercayai. Lagi pula, dengan bersikap
jujur, perasaan akan jauh lebih tentram dan tenang, tidak akan dihantui perasaan
bersalah.
3. Berperilaku etis (beretika)
Membiasakan para mahasiswa berperilaku etis merupakan dasar utama.
Pemahaman tentang benar dan salah akan membuat paramahasiswa bisa berperilaku
etis dan hidup harmonis. Tentu ada berbagai perilaku salah dan dilarang yang lain, tapi
tetap anak lakukan. Seringkali, ada mahasiswa jelas-jelas tahu, menyakiti atau
mengambil barang milik orang lain itu "salah", karena sudah ribuan kali dikatakannya.
Tetapi, meski tahu tentang perilaku yang benar, ia tidak berperilaku sesuai
pemahamannya akan yang benar itu. Sebab, mengetahui dan berperilaku benar, bagi
para mahasiswa merupakan dua hal yang berbeda. Michele Borba, penulis buku
Building Moral Intelligence; the Seven Essential Virtues that Teach Kids to do the
Right Thing, mendefinisikan kesadaran (conscience) sebagai pengetahuan tentang yang
benar, dan berperilaku berdasarkan pengetahuan akan yang benar itu. Terjadinya
tawuran, vandalism, pelanggaran aturan, atau perusakan lingkungan, jika mengacu
pada Borba, menunjukkan tidak adanya kesadaran pada seseorang atau sebagian
masyarakat.
Ahli lain, Stanley Greenspan, MD, pengajar di Bagian Psikiatri, ilmu-ilmu
Perilaku dan dokter anak dari Universitas George Washington, Amerika Serikat,
menyebutkan dua elemen kesadaran. Pertama, mengenali. Mahasiswa mengenali
bahwa perilaku tertentu itu salah. Kedua, pengendalian diri. Anak mengendalikan diri
untuk tidak melakukan hal yang salah. Untuk hal ini, sebaiknya dibiasakan sejak kecil.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 82
Menurut Sharon Lamb, Ed. D, pengajar psikologi di Faith Michael College,
Vermont, anak mulai paham benar dan salah pada usia 18 bulan. Anak usia ini dapat
melarang diri sendiri saat ingin melakukan hal-hal yang salah.
PEMBAHASAN
Setiap orang yang ingin membangun karier dalam bidang apapun dan memulainya
dengan kesungguhan tentu tidak ingin karirnya berhenti di tengah jalan, atau sering
berganti-ganti karier dalam waktu yang relatif singkat. Orang selalu akan mempertahankan
kariernya dan berjaya di dalam kariernya, mendapatkan buah manis yaitu terpenuhinya
kebutuhan baik finansial maupun kepuasan batin. Atau dengan kata lain hidup mapan
secara sosial, financial dan spiritual/psikologis. Untuk mencapai hal tersebut perlu
pembiasaan diri dalam berkarya selalu bersikap rajin – jujur dan beretika. Hanya dengan
semangat itu orang akan berjaya dan bertahan dalam keriernya serta menikmati buahnya.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dalam rangka pendidikan karakter ASEKMA Don Bosco ingin mewujudkan
penanaman kebiasaan tentang hal tersebut dalam bentuk ASEKMA cerdas, ASEKMA
sigap, dan ASEKMA bekerja dengan hati kepada para mahasiswanya, sehingga nantinya
diharapkan setiap mahasiswa berperilaku otomatis : cerdas, sigap, dan dengan hati.
Dalam rangka pendidikan karakter ASEKMA Don Bosco ingin mewujudkan
penanaman kebiasaan tentang hal tersebut dalam bentuk ASEKMA cerdas, ASEKMA
sigap, dan ASEKMA bekerja dengan hati kepada para mahasiswanya, sehingga nantinya
diharapkan setiap mahasiswa berperilaku otomatis : cerdas, sigap, dan dengan hati.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 83
Orang yang berkarier akan mengawalinya dengan persiapan yang panjang, tentunya
setelah berkarier tidak ingin berkarier hanya untuk sementara dan berhenti di tengah jalan,
karena jika dengan demikian segala apa yang telah dipersiapkan dengan memakan banyak
waktu, tenaga dan biaya akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu semua orang yang sudah
memasuki dunia karier pasti ingin bertahan lama dan bahkan ingin kariernya dari hari ke
hari semakin jaya. Dan idaman bagi setiap pekerja adalah berjaya dalam karier. Tidak
semua orang dapat mencapainya walaupun semua orang menginginkannya. Kalau begitu
apa yang harus disiapkan. Yang harus dipersiapakan adalah sikap dan perilaku dalam
berkarier yaitu: rajin, jujur, dan beretika, dan tampil menarik dan membangun jaringan
komunikasi yang luas.
Membangun Perilaku
1. Berpikir jernih melalui olah pikir
Supaya cerdas, kreatif, inovatif, berpikir terbuka, produktif, berorientasi ke IPTEKS,
rasa ingin tahu, dan refleksif diperlukan suatu tindakan untuk berpikir jernih melalui
olah pikir. Orang yang berjaya dalam karier harus sanggup berpikir jernih, bekerja
keras, semua perlu berpikir jernih. Dengan berpikir jernih, bisa melihat, memilah, dan
merumuskan masalah bangsa dengan lebih baik. Dengan berpikir jernih pula bisa
menghasilkan solusi menyeluruh bagi masalah yang dihadapi. Dengan berpikir jernih,
berharap solusi itu benar-benar menjawab permasalahan sehari-hari. Berpikir jernih
tentu butuh kondisi ideal.
2. Berperilaku indah melalui olah rasa
Supaya ramah, saling menghargai, toleran, peduli, mengutamakan kepentingan umum,
kerja keras dan meliliki etos kerja diperlukan suatu tindakan untuk berperilaku indah
melalui olah rasa.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 84
3. Berhati bersih melalui olah hati
Supaya beriman dan taqwa, jujur, amanah, bertanggung jawab, berempati, pantang
menyerah, rela berkorban, berjiwa patriot dan selalu bersyukur diperlukan suatu
tindakan untuk berhati bersih melalui olah hati.
4. Berbadan sehat melalui olah raga
Supaya sehat, bersih, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
kompetitif dan gigih diperlukan suatu tindakan untuk berbadan sehat melalui olah raga.
Membangun Spiritualitas
1. Semangat
Kata semangat sama halnya dengan sebuah kata motivasi agar membuat orang
menjadi lebih termotivasi. Dengan kata semangat membuat kita menjadi lebih
semangat tentunya tidak ada lesu. Kata semangat di bawah ini mungkin bisa berguna.
a. Bila tidak mempunyai semangat hidup maka janganlah berpikir mati yaitu tujuan
hidup. Yakinlah hidup ini tidak dulu inginkan kamu mati tidak berarti.
b. Yakinlah pada diri sendiri, yakinlah pada kemampuanmu. Tanpa keyakinan diri
pada apa yang dipunyai, tak lagi berhasil maupun bahagia.
c. Jangan dahulu berpikir bahwa tidak dapat, berpikirlah bahwa tentu dapat bisa
dikarenakan satu orang yang optimis dapat mengalahkan beberapa ribu orang yang
pesimis.
d. Seorang yang kreatif terpacu dengan hasrat dapat prestasi, bukan hanya hasrat
dapat mengalahkan orang lain.
e. Ikutilah mimpi, dan bekerja keraslah meraihnya, berlatihlah dengan telaten,
berolahragalah serta jagalah pola hidup sehatmu.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 85
2. Bangga
Sebagai generasi muda yang mendapat kesempatan untuk dapat menikmati masa
muda dan mendapat kesempatan berkembang, belajar dan menyiapkan masa depan.
Kita patut bangga karena memiliki memiliki masa depan yang lebih baik. Rasa bangga
sebagai anak yang diterapkan dalam lingkungan kampus dapat diwujudkan dengan
patuh terhadap orang tua dengan menggunakan kesmpatan yang diberikan oleh orang
tua dengan sebaik-baiknya. Serta selalu sopan terhadap orang yang lebih tua. Dalam
lingkungan keluarga dan kampus ataupun nantinya di tempat kerja rasa bangga bisa
diwujudkan ketika belajar, mengikuti kegiatan kampus, ketika bekerja, yaitu dengan
berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan di kampus atau di lingkungan
kantor tempat kita bekerja.
Rasa bangga adalah sikap mulia yang wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa karena
kita keunggulan dibandingkan dengan orang lain. Manfaat rasa bangga antara lain: (1)
Adanya perasaan ikut memiliki; (2) Terciptanya sikap rela berkorban; (3) Rela
berkorban demi alma mater; dan (4) Mempunyai rasa percaya diri artinya tidak
tergantung kepada orang lain.
Rasa bangga dapat dilakukan / diungkapkan dengan cara: (1) Melanjutkan cita-
cita perjuangan lembaga / kampus yaitu dengan belajar tekun; (2) Menghargai hasil
karya para dosen dan karyawan; (3) Bangga sebagai mahasiswa ASEKMA Don Bosco.
dan produknya; (4) Menggunakan dan menghayati nilai-nilai yang dicanangkan
ASEKMA Don Bosco dengan baik dan benar; (5) Menghormati nama baik alma mater;
(6) Mewakili almamater dalam berbagai event di luar kampus; dan (7) Menghormati
lambang-lambang kebanggaan lembaga ASEKMA Don Bosco misalnya hormat
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 86
dengan khidmat, menyanyikan lagu Mars dan Himne ASEKMA Don Bosco dengan
penuh semangat.
Sebagai warga ASEKMA Don Bosco, harus bisa menerima kelebihan dan
kekurangan lembaga. Bisa melakukan banyak hal untuk menunjukkan bangga terhadap
ASEKMA Don Bosco, dengan cara: (1) Memakai jaket alma mater; (2) Mentaati
aturan yang berlaku; (3) Mengerjakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab.
3. Komunikatif
Menjadi seseorang sekretaris yang menarik tentu sangat diinginkan banyak mahasiswa
ASEKMA Don Bosco. Apalagi di dalam pergaulannya, menjadi seorang sekretaris
yang menarik akan mempermudah kita dalam bergaul entah sesama rekan kerja
ataupun pimpinan. Sekretaris yang mudah bergaul artinya selalu komunikatif, dan
seorang sekretaris yang komunikatif lebih banyak memiliki peluang untuk sukses dan
hidup bahagia dari pada mereka yang kurang komunikatif dan tidak menghargai orang
lain.
Berjaya Dalam Karier
Melakukan pekerjaan dan bagaimana menghayati pekerjaan sangat tergantung dari
bagaimana orang melihat, menilai dan menghayati dan memberi alasan mengapa harus
bekerja/ berprofesi.
Ada 2 alasan mengapa orang harus bekerja yaitu : (1) Alasan praktis : untuk mencari
nafkah; mencari sukses dan hidup enak; sekedar mengisi waktu; dan demi gengsi/trend
malu bila dikatakan sebagai pengangguran. (2) Alasan yang lebih mendalam : menjawab
panggilan Tuhan; manusia dicipta secitra dengan Allah, secitra dalam hal kreasi dan
inovasi; bekalnya akal budi dan kehendak bebas.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 87
Dalam kenyataan sehari-hari, alasan-alasan praktis sebagaimana disebutkan di atas
sering terjadi. Sebagai akibatnya orang akan kehilangan atau tidak menemukan makna
yang mendalam dalam pekerjaan atau dalam karier karena hanya mencari kepuasan atau
kesenangan.
Seseorang akan mendapatkan makna yang mendalam dalam pekerjaannya, maka ia
harus mampu menghayati dan melihat pekerjaan sebagai (a) anugerah/ rahmat dari Tuhan;
(b) amanah yang harus dipertanggung jawabkan; (c) panggilan hidup; (d) aktualisasi diri;
(e) ibadah/ungkapan iman; (f) seni yang membutuhkan kreativitas; (g) kehormatan; dan (h)
pelayanan.
Selain hal tersebut, orang juga harus mampu melihat bahwa di dalam pekerjaan ada
nilai–nilai yang terkandung dan perlu dimaknai antara lain (a) personal : melalui kerja
manusia merealisasikan, mengaktualkan dirinya untuk pemenuhan diri, menjadi semakin
manusiawi; (b) sosial : simbol sosialisasi, yang menyatukan dan saling menyempurnakan;
(c) etis: melalui kerja akan terungkap kejujuran, tanggung jawab, keadilan dan
kepercayaan; (d) spiritual : melalui kerja diperlihatkan karakter seseorang yang meliputi
integritas, rendah hati, sabar dan reflektif.
Memperkuat Etos Kerja Keras
Ada banyak saran dan pendekatan yang dapat dikembangkan. Pertama,
kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras. Kedua, bahwa kerja keras
merupakan ongkos mengembangkan benih keagungan dalam diri kita yang sekaligus juga
berarti pengembangan diri kita. Ketiga, bahwa bekerja keras itu baik karena menyehatkan
dan menguatkan diri kita.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 88
Mutiara etos kerja diartikan sebagai kerja sebagai aktualisasi diri dengan pemahaman
sebagai berikut :
1. Kerja keras adalah usaha luhur untuk menggali potensi maksimum diri dan lingkungan
kita. Dia hanyalah jalan yang patut kita lalui, bukan tujuan itu sendiri.
2. Mengeluh kurang waktu tidak pernah membukakan jalan-jalan yang buntu, karena
masalah sebenarnya adalah rendahnya semangat, lemahnya tekad, dan kurangnya niat
untuk bekerja keras.
3. Orang-orang luar biasa memiliki satu persamaan: memiliki misi yang jelas komitmen
yang kuat untuk mewujudkannya sehingga kerja keras merupakan kenikmatan.
4. Semua sukses datang dari keberanian memulai. Maka, jangan tunda lagi sampai besok
mungkin terlambat.
5. Dia yang berani memulai pada dasarnya adalah seorang pemenang, namun dia yang
berusaha dengan tekun adalah seorang pemenang sejati.
6. Setiap kali sebuah pintu tertutup, percayalah, pintu lain akan terbuka. Karena itu
janganlah tawar hati. Cari dan ketuklah selalu pintu itu.
Selain etos kerja juga diperlukan motto dalam bekerja: “Bekerjalah dengan cinta”. Jika
engkau tidak dapat bekerja dengan cinta, lebih baik engkau meninggalkannya, dan
mengambil tempat di depan pintu-pintu gerbang candi-candi, rumah-rumah ibadah, lalu
minta sedekah kepada mereka yang mau bekerja dengan penuh cinta. “Berpegang pada
kepercayaan”, karena kepercayaan adalah bagian dari kehidupan. Ketika seseorang
mempercayaimu pertahankanlah itu di dalam hatimu, hargai, dan rawatlah karena ketika
kepercayaan itu hilang, maka semuanya akan hilang.
Banyak keuntungannya jika kita menjadi orang yang memiliki jaringan luas, banyak
kawan, banyak sharing-sharing serta mendapatkan partner untuk bekerja sama. Ciri-ciri ini
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 89
banyak dimiliki oleh orang yang berkarier di bidang sekretari. Selain ciri-ciri tersebut,
masih ada ciri yang lain yaitu :
1. Selalu tersenyum
Tersenyum itu dapat membangkitkan emosi dalam diri dan mendapatkan
kebahagiaan secara tiba-tiba. Bandingkan mana yang lebih disukai apakah melihat
orang yang tersenyum atau manyun cemberut? Tapi harus diingat tersenyum juga ada
batasnya, jangan tersenyum sendiri dan berlebihan.
2. Jangan putus komunikasi
Menyambung silaturahim dan membangun komunikasi wajib dilakukan. Jangan
tinggalkan teman lama maupun saudara jauh. Sedikit banyak mereka dapat membagi
informasi dan pengalaman. Sekarang untuk mendapatkan jaringan yang luas juga
menjadi mudah, karena sudah ada banyak sarana komunkiasi tersedia dan dapat
dimanfaatkan kapan dan di mana saja.
3. Jangan mudah mengeluh
Jadilah orang yang selalu optimis dan positive thinking dan jangan jadikan keluhan
sebagai pelampiasan. Keluhan dapat dihilangkan dengan selalu bersikap optimis. Kita
harus lebih banyak bergaul dan memilih bergaul dengan orang yang optimis. Jangan
berfikir negatif atas perilaku teman atau dosen yang, misalnya tiba-tiba marah-marah,
berfikirlah positif dulu, mungkin tenan atau dosen tersebut sedang ada masalah. Coba
jalin komunikasi kembali.
4. Jadilah pendengar yang baik
Hargailah orang lain jika kita juga ingin dihargai. Menghargai orang lain bisa
diwujudkan dengan menjadi pendengar yang baik. Dengarkan dan perhatikan ketika
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 90
ada yang sedang berbicara maupun bercerita, cobalah membantu atau memberi
tanggapan yang sifatnya membangun, dengan begitu, orang tersebut akan merasa
nyaman.
5. Tidak egois
Egois adalah penyakit semau gue. Banyak yang tidak nyaman terhadap orang yang
memiliki sifat egois. Salah satu ciri orang egois yakni lebih mementingkan diri sendiri
dari pada orang lain. Hanya orang yang memiliki sifat sabar yang luar biasa yang dapat
bertahan untuk berteman dengan orang egois.
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap orang atau siapapun yang ingin berjaya dan tahan lama dalam karier serta dapat
menikmati buah kariernya maka haruslah memiliki sikap positif. Sikap positif meliputi
tidak merusak/bertindak baik; adil; respek terhadap diri; jujur; bertanggung jawab; rendah
hati; otonomi moral; dan realistis dan cermat. Dengan kata lain haruslah selalu rajin, jujur
dan beretika.
Saran
Bagi pemula dan para mahasiswa yang nantinya akan menjadi wanita karier,
hendaklah setelah memasuki dunia kerja dan mendapatkan posisi yang diidamkan maka
hendaklah : (a) tulus penuh syukur; (b) benar penuh tanggung jawab; (c) tulus penuh
integritas; (d) keras penuh semangat; (e) serius dan penuh kecintaan; (f) cerdas penuh
kreativitas; (g) tekun penuh keunggulan; dan (h) paripurna penuh kerendahan hati.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 91
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Sekretari dan Manajemen (ASEKMA) Don Bosco. Handbook of Modern Secretary:
Panduan Sukses Secretaris dalam Dunia Kerja Modern. Penerbit PPM. Jakarta.
2010.
Jansen Sinamo. 8 Etos Kerja Profesional: Mengantar Anda Menuju Sukses. Grafika Mari
Yuana. Bogor. 2005.
Kasdin Sihotang, Drs.,M.Hum. dan R. Sriyono DH, Drs., Bc,Th. Etika Profesi - Diktat Etika
Profesi. ASEKMA Don Bosco. Jakarta. 2015
[email protected]. Kebiasaan Sopan Santun Dalam Berkomunikasi”, diakses tanggal 24
Nopember 2015.
Jurnal ADB’S Secretary Vol.5, No.1, Januari 2016 92
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
1. Naskah merupakan tulisan yang bersifat ilmiah baik dari dosen, mahasiswa, pegawai
ASEKMA Don Bosco di bidang Sekretaris.
2. Naskah merupakan hasil penelitian lapangan, studi kasus, dan studi kepustakaan yang
bersifat objektif, sistematis, analitis dan deskriptif.
3. Naskah harus asli dan belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
4. Kata atau istilah asing yang belum diubah menjadi kata Indonesia atau belum menjadi
istilah teknis diketik dengan huruf miring (italic).
5. Naskah diketik dalam Microsoft Word huruf Times New Roman 12, jarak baris 2 spasi,
jumlah halaman seluruhnya 14-20 lembar ukuran A4, dengan margin kiri dan bawah 3
cm, margin kanan dan atas 2.5 cm dan dikirim ke alamat redaksi.
6. Sistematika terdiri dari : Judul, Nama Penulis, Instansi, Alamat Email, ABSTRAK
(jika makalah ditulis dalam Bahasa Indonesia maka abstrak ditulis dalam Bahasa
Inggris dan demikian sebaliknya), PENDAHULUAN (latar belakang, permasalahan,
tujuan, manfaat, dan metodologi), PEMBAHASAN, PENUTUP (kesimpulan dan
saran), dan DAFTAR PUSTAKA.
7. ABSTRAK merupakan intisari (substansi) yang mencakup pendahuluan, pendekatan,
metode, hasil dan kesimpulan; ditulis dalam Bahasa Inggris/Indonesia kurang lebih
100-200 kata, dalam 1 paragraf.
8. Daftar Pustaka ditulis tanpa nomor, diurutkan secara alfabetis: Nama pengarang (tanpa
gelar). Judul (cetak miring). Penerbit. Kota. Tahun Penerbitan.
Contoh: Ignatius Wursanto. Kompetensi Sekretaris Profesional. Andi. Yogyakarta.
2004.
9. Isi naskah bukan tanggungjawab redaksi. Redaksi berhak memilih naskah dan
mengedit redaksionalnya tanpa mengubah arti.