VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

60
1 VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Transcript of VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Page 1: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

1VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Page 2: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Redaksi menerima sumbangan tulisan atau artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi. Artikel atau tulisan yang dimuat akan diberikan honor sesuai

Standar Biaya Umum (SBU). Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Inspektorat Jenderal

Pelindung: Inspektur Jenderal, Penasihat: Sekretaris Inspektur Jenderal, Inspektur I, Inspektur II, Inspektur III, Inspektur IV, Inspektur V, Inspektur VI, Inspektur VII, Inspektur Bidang Investigasi, Penanggung jawab: Alexander Zulkarnaen, C.M. Susetya, Pimpinan Redaksi: M. Hisyam Haikal, Redaktur: Delima Frida P., Agus Rismanto, Dianita Wahyuningtyas, Rahmawati Setyaningsih, Mujaini, Putra Kusumo Bekti, Sumarsono, Penyunting : Dedhi Suharto, Budi Prayitno, Tito Juwono Pradekso, M.C. Kinanti Raras Ayu, Desain Grafis/ Fotografer: Nyoman Andri Juniawan, Putu Chandra Anggiantara Sekretariat: Dede Mulyani, Hendaryati, Arfan Sahrul Ramadhan, Eli Susiani br. Ginting

ISSN : 1411 - 9455Alamat: Jl. Dr. Wahidin No. 1, Gedung Juanda II Lantai IV - XIII,

Telp. (021) 3865430 fax. (021) 3440907 Kode Pos : 10710e-mail : [email protected]

Auditorial 3

Auditama 4

Ragam Pengawasan 16

Alexander on Leadership 35

Auditoase 38

Profil 40

Sudut Kantor 44

Photography 47

Pojok Psikologi 52

Hobby 54

Iklan 56

Resensi Buku 58

10

20

28

35

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 20142

CONTENS

Page 3: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Vito Andolini“The Godfather” karya Mario Puzo yang diterbitkan tahun 1969 adalah satu di antara sederet novel fenomenal yang pernah ada. Hingga sekarang, hampir setengah abad berlalu, karya ini masih banyak dibicarakan orang. Lebih dahsyat lagi karena pada tahun 1972, “The Godfather” diangkat ke layar lebar di bawah besutan sutradara kawakan Francis Ford Copolla. Para penikmat film yang tak gemar membaca bisa larut dalam lika-liku dunia mafioso.

Vito Andolini adalah nama asli sang Godfather. Nama itu kemudian tenggelam dan berganti menjadi Don (Vito) Corleone. Vito kecil, seorang pendiam, adalah satu-satunya keluarga Andolini yang tersisa. Ayah, saudara dan terakhir ibu kandungnya, tewas dibunuh Don Ciccio. Vito harus meninggalkan Sisilia demi keselamatannya. Berpuluh tahun kemudia, saat pria kecil ini menjelma menjadi Don, ia kembali ke Sisilia hanya untuk –dengan dingin- merobek perut buncit Don Ciccio yang telah menghabisi keluarganya.

Bukan omong kosong bila kita berbicara tentang Vito Andolini. Tahun-tahun 2007 hingga 2010 nama Vito Andolini adalah fenomena di dunia maya keluarga besar Itjen. Tulisan-tulisan satire karyanya sangat poluper di masa itu. Boleh dikata, itulah kurun waktu kejayaan Forum Itjen. Hampir setiap pegawai membicarakannya, tentu dengan berbagai nada. Nada setuju, nada tidak setuju bahkan nada marah. Toh itu malah semakin membuat populer sang pemuja akun anonim, Vito Andolini. Hingga kini, para pegawai Itjen beberapa kali masih sering membicarakannya.

Satu-satunya alasan kenapa orang masih membicarakannya adalah, karena ia menulis. Orang boleh tiada, tapi tulisan boleh jadi akan tetap ada, selama orang masih bisa membaca. Mungkin ini yang dimaksud Pramoedya AT sebagai “menulis untuk keabadian”. Kita boleh saja bicara sepuasnya macam penjual obat, kita boleh saja vokal dalam setiap rapat, kita boleh saja jadi narasumber di mana-mana, tapi bila kita tak menulis, semua itu akan menguap begitu saja.

Anda benar, menulis bukanlah tugas auditor. Tugas auditor adalah audit. Tapi auditor yang mampu menulis (apalagi ilmiah) jelas punya nilai plus. Auditor yang mampu dan mau menulis punya rekam jejak atas sepak terjangnya dalam dunia audit. Auditor yang mau meluangkan sedikit waktunya untuk menulis akan beroleh manfaat yang tidak sedikit. Angka kredit tentu saja dambaan para auditor, tapi manfaat menulis tentu tidak “sekecil” angka kredit.

Maka kami tak pernah bosan mengajak anda untuk menulis. Menulislah, untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan tentu saja untuk Institusi kita tercinta, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Btw, siapa sih Vito Andolini itu sebenarnya? (cwl)

3VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditorial

Page 4: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Mendekati penghujung tahun lalu, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan mengirimkan 18 pegawainya

ke negeri Belanda untuk mengikuti tailor-made Training “Investigation audit capacity building to improve governance and performance of the Ministry Financial”. Hampir setahun berselang memang, tapi begitu banyak hal yang bisa disajikan dari training luar negeri yang –dalam sejarah Itjen- paling banyak diikuti peserta.

Pelatihan ini terlaksana berkat kerjasama Itjen Kemenkeu dengan lembaga Nuffic Neso Indonesia. Nuffic Neso berpartisipasi sebagai lembaga penyedia pelatihan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, termasuk penunjukan Event Organizer (EO) pelatihan, sedangkan Inspektorat Jenderal menyediakan dana

Belajar INTEGRITAS, INVESTIGASI DAN ETIKA KEPEMIMPINAN Ke Negeri Kincir Angin

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 20144

auditama

Page 5: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

untuk uang harian peserta.

Dalam pelatihan ini, para peserta diberi pengetahuan dalam bidang audit investigasi dalam bentuk pelatihan dalam kelas (in-class training) dengan model pelatihan workshop, dan juga studi banding ke beberapa institusi di Negeri Belanda yang merupakan instansi yang terkait dengan tema audit investigasi.

Sejak awal, pelatihan ini dimaksudkan auntuk Meningkatkan kompetensi teknis terkait pelaksanaan audit investigasi, sehingga tidak aneh bila sebagian besar peserta adalah para auditor dan pegawai pada Inspektorat Bidang Investigasi (IBI). Di samping itu, pelatiahan ini juga ditujukan untuk meningkatkan wawasan seputar teknik investigasi sekaligus mendapatkan gambaran bagaimana institusi yang dijadikan obyek studi banding menjalankan audit investigasi dan melakukan upaya pemberantasan fraud. Satu hal yang justru paling penting dari pelatihan ini adalaha bagaimana para peserta dituntut untuk mendapatkan bahan yang cocok untuk menjadi referensi pengembangan model audit investigasi di Inspektorat Jenderal.

Dalam pelatihan, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan tidak melulu dilakukan di dalam kelas, tetapi juga kunjungan ke berbagai Institusi publik negeri Belanda.

In-Class Training Kegiatan pelatihan dalam kelas (in-class

training) dilakukan dalam kampus VU University

yang terletak di beberapa lokasi di Amsterdam. Topik pelajaran beragam mulai dari teknik investigasi beserta tahapannya, digital forensic, penyusunan manual investigasi, teknik wawancara, hukum internasional terkait pemberantasan korupsi; hingga teknik pengajaran (train of trainer).

Pengajar yang dihadirkan berasal dari beberapa lembaga, yaitu Akademisi dari VU University Amsterdam; KPMG Office Netherland; Deloitte Office Netherland dan Praktisi lainnya.

VU University Amsterdam didirikan tahun 1880. Universitas ini terkenal karena pendekatannya yang khas pada ilmu pengetahuan, level riset akademik dan pendidikannya yang tinggi. Menawarkan berbagai program pendidikan di bidang akuntansi, kecerdasan artifisial dan lain-lain. Di VU University yang terpenting bukan hanya masalah penyerapan pengetahuan, tapi juga meluaskan pengetahuan. Maka menyerap ilmu dari para akademisi VU University Amsterdam tentu hal yang sangat bermanfaat, buat peserta, juga buat Itjen Kemenkeu.

Dari mereka, para peserta belajar tentang Integrity and Corruption. Topik Integrity and Corruption mengenalkan kembali peserta dengan konsep integritas dan korupsi, serta usaha pembangunan sistem good governance. Pokok bahasan dari topik ini diantaranya pendifinisian integritas dan korupsi, fraud triangle, integrity and good governance system, fraud risk management, dan strategies and leadership.

Di samping itu, Sylvie Blekker dari VU University juga memaparkan tentang Interview Techniques. Dalam topik ini dibahas mengenai apa saja teknik yang digunakan dalam wawancara dan bagaimana teknik ini diterapkan dalam kasus investigasi. Pada sesi ini para peserta diajarkan pengetahuan mengenai teknik dan mencoba mempraktikannya di dalam kelas dengan panduan dari pengajar.

Para pakar audit investigasi dari KPMG Office Netherlands juga memaparkan materi yang sangat bermanfaat bagi peserta. Sebagaimana kita ketahui, KPMG adalah salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia. KPMG mempekerjakan 104.000

5VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 6: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

orang dalam partnership global menyebar di 144 negara. KPMG memiliki tiga layanan utama yaitu audit, pajak, dan konsultan. KPMG sendiri KPMG berkantor pusat di Amstelveen, Amsterdam. Pas sekali kalau begitu. Menimba ilmu langsung dari sumurnya.

Dari para pakar KPMG semisal Jan-Pieter de Jong, para peserta belajar –selain tentang topik yang juga diajarkan oleh VU- tentang Preparing an Investigation. Topik Preparing an Investigation membahas mengenai pentingnya tahap persiapan dalam pelaksanaan investigasi. Tahapan ini mencakup penunjukan tim investigasi, penentuan sinyal/tanda-tanda fraud, penentuan lingkup dan tujuan, mengetahui kondisi-kondisi yang dapat membatasi investigasi, dan pelaksanaan analisis risiko.

Selain itu, juga diajarkan tentang Implementing/Executing an Investigation. Topik Implementing/Executing an Investigation membahas bagaimana mengimplementasikan dan prosedur pelaksanaan investigasi. Pokok bahasan yang disampikan dalam topik ini adalah definisi dan tanda dari fraud and irregularities, Fraud Risk Management, tahapan-tahapan utama dalam investigasi, dan fraud detection and investigation. Heleen Hoynck van Papendrecht dari KPMG Netherland juga ikut memperdalam materi tentang Interview Techniques. Membuat para peserta semakin tenggelam dalam perspektif baru dunia audit investigasi.

Para pengajar KPMG kemudian memaparkan tentang Evidence Management. Topik ini membahas bagaimana perlakuan terhadap digital evidence dan physical evidence.

Benda-benda yang termasuk digital evidence harus diperlakukan dengan hati-hati karena sifatnya yang umumnya mudah rusak dan rentan terhadap modifikasi. Benda-benda ini diantaranya media penyimpanan data, disk image file, file gambar, video, maupun suara. Bahasan mengenai physical evidence mencakup souce documents, document control, search and seizure, dan interview and note taking.

Topik selanjutnya adalah tentang Reporting and Quality Assurance yang disampaikan oleh Heleen Hoynck van Papendrecht dan Laurine van Teulingen, manajer dan advisor pada KPMG Netherland. Topik Reporting and Quality Assurance diberikan agar peserta mengetahui teknik-teknik penulisan laporan, alat bantu dalam menyampaikan laporan, dan menjaga kualitas laporan. Pokok bahasan dalam sesi ini adalah reporting in general, written deliverables and verbal reporting, visual aids, dan quality assurance.

Bersama dengan Nicole van Klooster, advisor pada KPMG, Heleen Hoynck van Papendrecht menyampaikan materi tentang Knowledge Management. Materi ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada peserta bagaimana mendokumentasikan kasus dan berbagi pengalaman terkait dengan pelaksanaan investigasi. Pokok bahasan dalam sesi ini adalah documentation in general, documentation file, contact with the person(s) involved, dan sharing experiences.

Materi lain yang juga tak kalah pentingnya adalah Forensic Investigation. Materi ini terdiri dari E-Discovery dan Digital Forensic. E-Discovery adalah teknik untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses, menganalisis, dan mereviu data dan dokumen yang terkait dengan suatu investigasi. Topik ini memberikan pemahaman mengenai E-Discovery dan umumnya terbagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu E-Discovery Process, E-Discovery Platforms, E-Mail Review, dan Innovations. Pembahasan mengenai E-Discovery ini terbagi dalam beberapa sesi dan dilakukan oleh praktisi dari Deloitte, KPMG, dan National Forensic Institute (NFI). Sedangkan Digital Forensic dipaparkan oleh praktisi dari Deloitte, KPMG, dan National Forensic Institute (NFI). Digital Forensic adalah suatu teknik investigasi

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 20146

auditama

Page 7: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

mengenai bagaimana barang bukti diperoleh dari suatu media penyimpanan digital. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai Digital Forensic dan umumnya terbagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu general knowledge of principals, identify and preserve, process and analyze, dan reporting.

Sebagai pelengkap, staf pengajar dari VU University memberikan materi tentang Train of Trainer. Topik ini membahas mengenai teknik presentasi dan bagaimana mempersiapkan diri ketika akan menyampaikan presentasi. Dalam sesi ini peserta diajak aktif untuk mencoba beragam teknik presentasi dan mempraktikan cara-cara mempersiapkan presentasi dengan alat-alat dan metode yang sangat mendukung persiapan presentasi.

Field StudyKegiatan studi banding (field study)

dilakukan terhadap 7 (tujuh) instansi terkait dengan pemberantasan fraud di Belanda yaitu Netherland’s Ministry of Finance, Fiscal Information and Investigation Service of the NetherLands/

FIOD Tax and Custom Administration, Netherlands Authority for the Financial Market, Dutch Central Bank (DNB), National Forensic Institute, Advice Centre of Whistleblowers, dan Dutch Council for Governmental Integrity.

Netherland’s Ministry of Finance Ministerie van Financiën atau Kementerian

Keuangan Kerajaan Belanda bertanggung jawab atas Keuangan, Perpajakan, Kebijakan Ekonomi dan Pengawasan Pasar Keuangan. Kementerian ini didirikan pada tahun 1798, saat negeri kerajaan ini tengah menjajah Hidia Belanda alias Indonesia. Netherland’s Ministry of Finance saat ini dipimpin oleh seorang Menteri dan seorang Sekretaris. Kantor pusat mereka terletak di pusat Den Haag di Korte Voorhou. Jumlah pegawai Kementerian ini sekitar 1.500 pegawai negeri sipil, bandingkan dengan Kemenkeu RI yang puluhan ribu. Di bawah Menteri, ada empat pejabat (setingkat Dirjen di Indonesia) yang membidangi Kebijakan Ekonomi, Anggaran, Fiskal dan Pajak.

Kementerian ini juga memiliki sebagian besar saham pemerintah Belanda memiliki, yang semua perusahaan dinasionalisasi seperti ABN AMRO NV Group, De Nederlansche Bank NV, NV Netherlands Gasunie, NV Netherlandse Spoorwegen, NV Luchthaven Schiphol dan banyak lagi perusahaan lain.

Kunjungan para peserta training ke Netherland’s Ministry of Finance dilakukan dalam sesi 1 hari dan materi field study disampaikan oleh Paul Heijnis, senior counselor pada Netherland’s Ministry of Finance. Materi yang disampaikan adalah mengenai Tax Administration & Integrity. Prinsip dasar Netherland’s Ministry of Finance adalah Trustworthy, Carefulness, dan Responsibility. Sedangkan filosofi yang dianut adalah Legal Certainty, Equality before Law, dan Lawfulness.

Diskusi banyak dilakukan mengenai pembandingan tugas dan fungsi masing-masing Kementerian Keuangan, sistem integritas yang efektif, bagaimana bila berhadapan dengan suatu dilema integritas dalam pekerjaan, dan praktik whistleblowing di Netherland’s Ministry of Finance.

7VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 8: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Fiscal Information and Investigation Service of the NetherLands/FIOD Tax and Custom Administration

FIOD adalah badan yang berperan sebagai criminal investigation service dari Tax and Custom Administration. Pertemuan dengan FIOD dilakukan di Den Haag setelah sesi dengan Netherland’s Ministry of Finance usai. Materi dari FIOD disampaikan oleh Roel Klein dan rekannya. Materi yang disampaikan adalah gambaran organisasi FIOD, integritas, pelanggaran yang umum terjadi dan program pencegahannya, serta contoh kasus-kasus yang ditangani FIOD.

Netherlands Authority for the Financial Market

Netherlands Authority for the Financial Market atau Autoriteit Financiele Markten (AFM) adalah badan yang menyelenggarakan pengawasan yang lebih dalam terhadap pelayanan dan sistem operasional lembaga keuangan dan pasar modal untuk memberikan perlindungan kepada konsumen dan menjaga reputasi pasar modal dan keuangan di Belanda. Di Belanda, bank sentral dan AFM memiliki peran pengawasan yang hampir mirip. Namun, bank sentral lebih berperan pada pengawasan likuiditas dan solviditas, lembaga keuangan dan perbankan, sedangkan AFM lebih memfokuskan kepada system operasional dan transparansinya.

Materi dari AFM disampaikan oleh Marcus Wagemakers, Head of Integrity Division AFM dan Ivo Thijssen, Supervision Officer, Financial Enterprises Supervision Accounts.

Materi yang disampaikan adalah introduction to the AFM, views on supervision, illegal vs harmful behaviour, conduct of business supervision, integrity supervision, operational process, dan risk indicators. Diskusi banyak dilakukan mengenai jangkauan kewenangan, leadership, contoh kasus, dan kemungkinan kerjasama antara Kementerian Keuangan dengan AFM.

Dutch Central Bank (DNB)Dutch Central Bank atau De Nederlandsche

Bank (DNB) berperan sebagai bank sentral di Belanda. Negara-negara Eropa yang tergabung

dalam Uni Eropa memilik Sistem Bank Sentra Eropa (ESCB). Sebagai bagian dari Uni Eropa, otomatis DNB merupakan bagian dari sistem yang efektif mulai berjalan pertengahan tahun 1998. Sebuah sejarah baru bagi DNB yang telah 185 tahun berdiri.

Kunjungan dilakukan ke unit Compliance and Integrity Departement dari DNB. Compliance dan Integrity Department adalah unit di DNB yang secara independen memiliki wewenang untuk menjaga tingkat integritas dan ketaatan seluruh staf DNB dan melaporkan secara langsung kepada dewan gubernur DNB. Aktifitas sehari-hari unit ini antara lain menjadi pendamping bagi staf maupun pimpinan DNB dalam hal pembentukan system integritas dan ketaatan, menangani para whistleblower, menyusun regulasi dan kode etik terkait integritas pegawai DNB, dan menyusun program pelatihan dan pembentukan integritas pegawai DNB.

Materi dari DNB disampaikan oleh Suzanne Verheij, Compliance Officer DNB dan Ashraf Khan, Head of Department, Governance and Accounting Policy DNB.

Materi yang disampaikan adalah organization and compliance function dari DNB, filososgi dari DNB, program pelatihan dan awareness yang dijalankan, kode etik dari DNB, dan risk driver behaviour, culture, and governance. Diskusi banyak dilakukan diantaranya mengenai bagaimana pendekatan DNB terhadap risk culture, kode etik yang dijalankan, dan program integrity and awareness dari DNB.

National Forensic InstituteNational Forensic Institute atau NFI adalah

suatu badan pemerintah yang menangani bidang forensik. Permintaan jasa forensik datang dari lembaga-lembaga lain di Belanda, seperti kepolisian dan kejaksaan, maupun dari lembaga-lembaga penegak hukum dari luar negeri, karena NFI dipandang sebagai salah satu lembaga terkemuka di bidang forensik di Eropa.

Materi dari NFI disampaikan oleh dr. Anick van de Craats dari NFI Academy dan Cor Veenman dari Knowledge and Expertise Centre for Intelligent Data Analysis (KECIDA).

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 20148

auditama

Page 9: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Yang menjadi pokok bahasan dalam materi tersebut adalah pengenalan terhadap NFI, kewenangan dan jasa forensik yang dilakukan oleh NFI, teknologi seputar forensik dan investigasi, contoh kasus, serta jasa pelatihan forensik. Diskusi banyak dilakukan terutama mengenai teknologi yang digunakan dalam investigasi, khususnya di bidang digital forensic.

Advice Centre of WhistleblowersAdvice Centre of Whistleblowers atau

Adviespunt Klokkenluiders adalah lembaga yang kegiatannya didanai oleh Pemerintah dan menangani whistleblower baik dari dalam pemerintahan maupun sektor swasta.

Materi dari Adviespunt Klokkenluiders disampaikan oleh Klasien Versteeg dan Fanny Tahalele. Yang menjadi pokok bahasan dari materi ini adalah gambaran whistleblowing di Belanda, penjelasan tugas dan fungsi Adviespunt Klokkenluiders, definisi dari whistleblower di Belanda, dan contoh kasus. Diskusi banyak dilakukan mengenai pembandingan sistem whistleblower di Belanda dan sistem yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan RI.

Dutch Council for Governmental Integrity

Dutch Council for Governmental Integrity atau Onderzoeksraad Integriteit Overheid (OIO) adalah lembaga yang menerima dan menangani laporan terhadap penyimpangan yang dilakukan pegawai pemerintah dan kepolisian Belanda.

Materi dari OIO dilakukan dalam sesi setengah hari dan disampaikan oleh Margriet Dent beserta staff. Topik yang disampaikan adalah mengenai tugas dan fungsi OIO serta hubungannya dengan lembaga whistleblowing lain, pendefinisian penyimpangan, prinsip dasar OIO, dan kasus-kasus yang ditangani OIO. Diskusi banyak dilakukan terutama mengenai sistem pelaporan penyimpangan dan seputar organisasi OIO.

Apa yang bisa diterapkan di Itjen Kemenkeu?

Pelatihan dan kunjungan yang sarat diskusi

selama 20 hari ini tentu saja harus membawa manfaat bagi Itjen Kemenkeu, karena biaya yang dikeluarkan tentu tidak sedikit. Paling tidak ada 5 hal yang bisa diidentifikasi untuk ditindaklanjuti oleh Itjen Kemenkeu dari pelatihan ini.

Yang pertama, Penerapan Fraud Risk Management di Inspektorat Jenderal untuk memetakan risiko-risiko terjadinya penyimpangan dalam organisasi serta identifikasi langkah-langkah mitigasinya perlu dilakukan untuk mendukung upaya menciptakan organisasi yang berintegritas. Kemudian, Pengembangan kompetensi para auditor/investigator terkait teknik investigasi perlu dilakukan secara berkelanjutan. Teknik-teknik penting yang perlu lebih didalami diantaranya adalah teknik pengumpulan data, teknik wawancara, dan teknik analisis data (digital forensic). Selain itu, Perlu dibuat suatu sistem manajemen kasus yang berisi monitoring progress penugasan, manajemen dokumen, dan knowledge management untuk mendukung kegiatan pengawasan yang dilakukan. Satu hal yang mutlak ada untuk menciptakan suatu sistem integritas yang efektif dalam organisasi, tindakan yang mendukung terciptanya hal tersebut harus dimulai dari level pimpinan dari suatu organisasi, kemudian lingkungan yang baik yang mendukung keamanan pegawai baik dari segi finansial, kenyamanan kerja maupun dalam penyampaian pengaduan/komplain atas ketidakpuasan pegawai. Sanksi tegas diberikan kepada pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran bahkan publikasi atas pegawai yang telah melakukan pelanggaran/penyelewengan. Dengan demikian, perlu didorong budaya keterbukaan diantara sesama rekan kerja, dimana seorang pegawai dapat mengingatkan/menegur rekan kerjanya atas dugaan pelanggaran yang dilakukan. Demikian pula pengaduan dapat dilakukan berjenjang hingga ke atasan dari atasan langsung pegawai yang diduga melakukan pelanggaran. (cwl, disarikan dari berbagai sumber)

9VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 10: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Integritas merupakan nilai pertama dan utama bagi seluruh jajaran aparatur Kementerian Keuangan. Oleh karena itu, seluruh aparatur Kementerian Keuangan diharapkan senantiasa berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral dalam menjalankan tugas untuk mewujudkan visi Kementerian Keuangan yaitu: “Menjadi Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Inklusif di Abad Ke 21”.

Integritas itu,dimulai dari Pemimpin (Chatib Basri)

Dalam seminar “Integritas, Investigasi dan Etika Kepemimpinan” yang diselenggarakan Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan, Bapak Chatib Basri menyampaikan pokok-pokok pikirannya. Meski sudah beberapa lama berlalu, pandangan beliau tentang integritas sungguh masih relevan hingga sekarang. Maka tak ada salahnya bila Auditoria berbagi dengan para pembaca, dengan harapan pandangan beliau menancap di benak dan perilaku kita.

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201410

auditama

Page 11: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Integritas tidak hanya merupakan nilai utama bagi Kementerian Keuangan tapi juga bagi Kementerian/Lembaga lainnya. Integritas sangat diperlukan untuk mewujudkan good and clean governance di lingkungan pemerintahan Indonesia. Rendahnya integritas akan memunculkan perilaku koruptif yang merugikan bangsa ini. Banyaknya pemberitaan korupsi di berbagai lembaga pemerintahan patut menjadi perhatian kita bersama. Hal tersebut menjadi indikator perlunya upaya terus menerus dan kerja keras dari seluruh komponen bangsa untuk meningkatkan integritas, bukan saja bagi para aparatur sipil negara di pemerintahan, tapi juga seluruh masyarakat. Karena kejadian-kejadian korupsi tidak hanya melibatkan aparatur negara secara sepihak tapi hampir selalu berkaitan dengan pelaku usaha yang menjadi mitra pemerintah. Perlunya peningkatan integritas juga tercermin dari Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang pada tahun 2013 baru mencapai 3,2 dari nilai indeks tertinggi 10, yang menempatkan Indonesia di urutan ke 114 dari 177 negara yang dilakukan survei.

Capaian IPK yang belum mengembirakan tersebut dan banyak terungkapnya kasus-kasus korupsi pada skala nasional maupun daerah, cukup memprihatinkan karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Dana APBN dan APBD yang semestinya menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi nasional menjadi kurang efektif karena adanya kebocoran akibat korupsi. Dampak dari perilaku koruptif akan langsung dirasakan masyarakat berupa tidak maksimalnya pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik, yang pada akhirnya akan menghambat multiplier effect yang diharapkan dari pembangunan nasional, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan nasional.

Kita tentu tidak ingin terus berada dalam kondisi tersebut. Untuk itu upaya peningkatan integritas pada seluruh lapisan masyarakat perlu terus dilakukan. Bagi kita yang berada di pemerintahan, upaya tersebut patut lebih diperhatikan karena dalam pengelolaan keuangan negara, kita adalah pemeran utama yang menjadi benteng dari

kebocoran. Kita harus bahu membahu menjadi pejuang penegak integritas sekaligus aparatur yang profesional untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Prasyarat ini sangat diperlukan untuk terus meningkatkan perekonomian nasional agar pertumbuhannya dapat selalu kita jaga.

Berdasarkan McKinsey Report (September 2012), kondisi perekonomian Indonesia masuk dalam 16 terbesar di dunia yang ditandai dengan tingkat National GDP Indonesia sebesar US$0,8 Triliun dan pertumbuhan rata-rata 5,2% selama kurun waktu 10 tahun (2000-2010). Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi ketiga di dunia. Melihat tren positif pertumbuhan GDP tersebut McKinsey memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ke-7 terbesar di dunia pada tahun 2030. Proyeksi tersebut dapat dicapai bila pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 9% per tahun dalam periode 2014 - 2030. Tantangan ini terasa berat mengingat pada rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir (2008-2012) hanya mencapai 5,9% dan untuk tahun 2014 Pemerintah dan DPR mengasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4%.

Untuk itu upaya dan kerja keras harus terus kita lakukan untuk setahap demi setahap menurunkan tingkat korupsi, sehingga pengeluaran pemerintah melalui APBN dan APBD dapat menjadi stimulus yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi. Upaya tersebut harus didukung oleh tiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah serta masyarakat. Setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah harus melakukan upaya-upaya peningkatan integritas bagi tiap aparaturnya dan melakukan tindakan pencegahan, pendeteksian serta penindakan korupsi di lingkungan masing-masing.

Dalam bidang pencegahan, upaya tersebut harus terus dipromosikan baik melalui pendidikan dan pelatihan anti korupsi, pembangunan lingkungan kerja yang mempersulit praktik-praktik korupsi, maupun pemberian penghargaan bagi aparatur/instansi yang telah memiliki budaya anti korupsi. Pada sisi lain, pendeteksian dan penindakan korupsi juga harus diperkuat melalui peningkatan keahlian investigasi bagi aparatur yang ditugaskan pada unit-

11VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 12: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

unit investigasi. Pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri, serta penyelenggaraan seminar seperti hari ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi teknis audit investigasi untuk mendapatkan referensi pengembangan model audit investigasi.

Di lingkungan Kementerian Keuangan, peningkatan kompetensi SDM melalui pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri telah dijalankan secara mandiri dan melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional, seperti World Bank, JICA, AusAid dan Nuffic NESO. Khusus kerja sama dengan Nuffic NESO, telah dimulai sejak tahun 2011 dalam bentuk pemberian bea-siswa program tailor-made-training oleh Kementerian Keuangan melalui Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal. Adapun dengan lembaga lain, kerja sama dilakukan dalam bentuk kepesertaan pada seminar dan konferensi internasional, training, dan magang pada lembaga-lembaga keuangan internasional.

Kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia dengan lembaga donor seperti Nuffic NESO telah cukup banyak memberikan manfaat bagi Kementerian Keuangan, antara lain berupa transfer of knowledge, information and experience dari para experts di Belanda dan Eropa kepada para peserta diklat. Pada tahap selanjutnya apa yang diperoleh dari Nuffic NESO ditularkan kepada para pegawai lain melalui program knowledge management dan knowledge sharing dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM Kementerian Keuangan secara menyeluruh.

Mengingat besarnya manfaat dari kerja sama semacam ini, alangkah baiknya bila Kementerian/

Lembaga lainnya dapat pula memanfaatkan fasilitas pembiayaan dari lembaga

seperti Nuffic NESO untuk membantu

meningkatkan kapasitas SDM, khususnya Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dalam rangka perbaikan kualitas pengawasan keuangan negara. Kerja sama seperti ini dapat saja difasilitasi oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) sebagai wadah koordinasi APIP.

Perlunya peningkatan kapasitas SDM pengawasan pada tiap APIP secara nasional pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan tingkat Internal Audit Capability Model (IACM) lembaga pengawasan. Sebagaimana dimaklumi, hasil penilaian dari BPKP atas tingkat IACM APIP dari skala 1 sampai dengan 5 (terbaik) menunjukkan bahwa dari 331 APIP Pusat dan Daerah yang dinilai, 311 APIP atau 93,96% berada di tingkat 1 (Initial), 19 APIP atau 5,74% berada di tingkat 2 (Infratructure), dan hanya 1 APIP atau 0,30% berada di tingkat 3 (Integrated). Idealnya semua APIP dapat meningkatkan tingkat IACM-nya sebagai bukti peningkatan perannya dalam memberikan nilai tambah bagi setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih juga diperlukan kepemimpinan yang berkualitas dalam mengelola sumber daya organisasi. Pembentukan integritas bangsa secara ideal akan lebih mudah bila dimulai dari tingkat pemimpin, terutama para pemimpin lembaga publik yang menerima mandat dari rakyat untuk menjalankan penyelenggaraan negara. Pemimpin-pemimpin yang berintegritas tinggi akan membantu mengentaskan negara ini dari KKN. Para pemimpin sudah seyogyanya memiliki integritas yang mumpuni dan beretika, karena akan menjadi role-model dan dapat menentukan arah kebijakan organisasi sehingga menjadi prime-mover dalam pelayanan publik dan pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang selalu dinamis dan berubah. Seluruh jajaran pimpinan di lingkungan Kementerian Keuangan di kantor pusat dan daerah dapat menjadikan integritas dan etika sebagai landasan dalam bertindak dan mengambil keputusan sehingga dapat menjadi teladan bagi para pegawai lainnya. Demikian juga para pemimpin di Kementerian dan Lembaga lainnya serta Pemerintah Daerah.

(cwl, disarikan dari pidato Menteri Keuangan)

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201412

auditama

Page 13: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

untuk implementasi TABK. Tahun ini Itjen juga sudah melakukan pengadaan jasa konsultan untuk IT Audit. Pendampingan Itjen dalam melakukan TABK dalam melakukan tugasnya.

Namun percuma jika sarana yang baik tak dibarengi dengan SDM yang mumpuni. Inspektorat Jenderal dalam mengawal proses perkembangan pemanfaatan TIK, dilaksanakan dalam bentuk tugas pengawasan terkait TIK serta peningkatan kapasitas internal. Tentu dalam melakukan pengawasan TIK, pegawai Itjen harus mempunyai bekal yang mumpuni. Lebih menguasai dibandingkan dengan auditan. Maka dari itu, Itjen masih memandang perlu adanya kegiatan pelatihan TIK yang bersifat khusus pengawasan atau Audit TIK.

MIS Training Institute di Orlando – Florida menjadi pilihan Itjen untuk mengirimkan tiga orang pegawainya mengikuti training Successful Audit Data Analystics. Apa itu?

The SourceLayanan Training ini diselenggarakan oleh MISTI (Management Information Systems Training Institue). Didirikan pada tahun 1978, MIS Training Institute adalah penyelenggara training berskala internasional dalam audit dan keamanan informasi, berkantor di Amerika Serikat, Inggris, dan Asia. Keahlian MIS mengacu pada pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan lebih dari 200.000 yang tersebar di lima benua. Instruktur bernama Steve Biskie, CGMA, CPA, CITP, CISA, merupakan pendiri dari High Water Adivisor, konsultan yang membantu organisasi meningkatkan tata kelola, manajemen risiko, kepatuhan dan proses audit.

Pelatihan ini diikuti oleh 14 peserta yang pada umumnya adalah seorang data analisis yang

Orlando meninggalkan sebuah cerita

Apa yang terlintas dalam benak pembaca ketika mendengar Orlando? Disney World, ya benar. Inilah salah satu kota wisata

favorit di Amerika Serikat. Orlando terletak di negara bagian yang terkenal dengan pantainya yang indah, Florida. Kota Orlando kota wisata favorit di Amerika dan Dunia adalah salah satu kota besar dari negara bagian Florida, Amerika Serikat. Daya tarik utama kota in tentu saja taman hiburan raksasa lengkap dengan resor, hotel dan puluhan wahana bermain, Disney World. Di samping itu juga terdapat SeaWorld dan Universal Orlando Resort. Seiap tahunnya, Orlando dikunjungi tak kurang dari 50 juta wisatawan. Tak heran, bila dari segi jumlah kamar hotel, Orlando adalah kota terbesar kedua di Amerika Serikat.

Oops, tapi bukan itu yang hendak kami ceritakan di sini. Sebuah training tentang TI yang dikuti beberapa pegawai Itjen tentu menarik buat kita cermati.

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang biasa disingkat dengan TIK, menjadi sangat sering terdengar di kalangan para auditor, pegawai dan bahkan para pejabat di Inspektorat Jenderal. Kemajuan teknologi modern ini ternyata mau tak mau juga mendorong kemajuan dalam peran pengawasan oleh Inspektorat jenderal.

Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) menjadi salah satu produk IT dari Itjen. Mulai dari tahun kemarin sudah dilakukan persiapan untuk pelaksanaan TABK ini. Akuntan publik Ernest & Young menjadi konsultan Itjen dalam cetak biru pemetaan pegawai

13VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 14: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

diantaranya bekerja pada First Citizen Bank, Food Lion LLC, Employee Retirment Sys Govt VI, Energy Future Holding, Keybank, dan dari Itjen Kemenkeu. Jumlah peserta yang ideal untuk pelatihan luar negeri karena akan dapat dilakukan interaksi yang lebih intens antara pengajar dan peserta maupun peserta satu dengan lainnya. Mengingat pelatihan ini diikuti peserta dari berbagai negara, berbagai jenis isntitusi. Satu yang membuat mereka sama adalah ingin belajar ilmu tentang audit analisis data untuk perkembangan IT audit.

What’s the point?Training Successful Audit Data Analystics ini pelatihan tentang TIK atau Audit TIK dengan tema analisis data audit. Diadakan oleh MIS Training Institute di Orlando – Florida selama tiga hari. Pengetahuan tentang efektifitas mengintegrasikan data untuk dilakukan analisis, atau Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dalam proses pemeriksaan. Dalam pelatihan ini peserta dapat mempelajari dasar-dasar continuous auditing, proses dari analisis dasar menjadi tahap mode berulang terotomatis, dan bagaimana teknologi dapat digunakan lebih efisian dan efektif mencapai hasil yang diinginkan. Serta bagaimana kita sumbang saran analisis semua siklus proses bisnis utama.

Pelatihan ini membantu peserta untuk bisa meninjau hambatan yang dapat terjadi, memanfaatkan kekuatan analisis data untuk meningkatkan nilai organisasi secara berkelanjutan. Tujuan dari pelatihan ini sendiri adalah peserta mampu bergerak dari pemahaman teknik analitik dasar menjadi teknik yang lebih tinggi seperti fuzzy matching, benford law, analisis statistik dan analisis regresi.

Bisa dikatakan fuzzy matching adalah metode untuk memproses permintaan pencocokan berbasis kata, menemukan yang cocok sebuah frase atau kalimat dari database. Metode ini terutama digunakan dalam terjemahan yang dibantu komputer dan aplikasi terkait. Benford law adalah hukum matematika yang berlaku untuk setiap jumlah penduduk yang berasal dari jumlah lain. Dengan kata lain sebuah hukum yang dapat memperkirakan frekuensi kemunculan sebuah angka dalam serangkaian data numerik. Hukum ini banyak digunakan oleh auditor untuk mengidentifikasi populasi angka fiktif.

Standar kode yang digunakan dalam pelatihan ini juga memungkinkan peserta dengan mudah mempraktekkan apa yang telah dipelajari dan menerjemahkannya ke software institusi masing-masing. Karena melihat heterogennya peserta pelatihan dari berbagai institusi yang memakai beragam software yang berbeda pula.

Ternyata topik yang cukup kini mengenai IT juga dibahas dalam pelatihan ini seperti visual analytics, risk score carding, and spatial analysis. Misal, visual analytics atau analisis visual adalah ilmu penalaran analistis yang difasilitasi oleh antar muka visual interaktif. Penalaran analistis, interaksi, transformasi data, representasi untuk perhitungan dan visualisasi, pelaporan analistis dan transisi teknologi. Analisis visual menyatukan beberapa komunitas ilmiah dan teknis dari ilmu komputer, visualisasi informasi, ilmu kognitif dan persepsi, desain interaktif, desain grafis dan ilmu-ilmu sosial.

Hasil yang diharapkan dengan diadakannya pelatihan IT ini adalah terciptanya kompetensi untuk menganalisis data audit bagi pegawai Itjen. Dimana para pegawai tersebut akan memiliki dan menguasai dasar-dasar kompetensi untuk bagaimana melakukan analisis data dengan software apapun yang digunakan.

The showPelatihan yang berlangsung selama 3 hari di Orlando ini ternyata cukup menyita waktu para peserta karena jadwal yang cukup padat. Namun diakui oleh peserta bahwa pelatihan kali ini lebih banyak materi yang didapat ketimbang praktek

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201414

auditama

Page 15: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

yang mendetail. Hal ini dikarenakan juga peserta yang dari berbagai institusi dan menggunakan software yang berbeda-beda pula. Maka dari itu diambil materi secara global sebagai dasar untuk mengaplikasikan ke institusi masing-masing dengan penyesuaian software yang digunakan institusi peserta.

Tentu inilah yang menjadi keunggulan dari training ini, dimana para peserta dituntun untuk benar-benar menguasai materi yang diberikan lalu menyesuaikannya dengan yang ada di institusi. Berbekal ilmu selama pelatihan bisa membuat terobosan-terobosan baru dalam IT audit di Itjen. Jika disamakan dengan peperangan. Pelatihan ini memberikan serbuk mesiu yang bisa diaplikasikan dalam berbagai senjata.

Narasumber dalam memberikan materi menggunakan metode hands-on, melibatkan interaktif antara instruktur dalam setiap sesi dan diakhiri dengan adanya diskusi diujung pelatihan. Materi tanpa contoh kasus seperti sayur asam tanpa asam. Para peserta juga diberikan contoh-contoh kasus terkait materi di setiap sesinya. Membantu peserta memahami seberapa jauh yang sudah diserap, sehingga bisa menanyakan apa yang belum dipahami melalui contoh kasus yang ada.

Seperti pelatihan-pelatihan yang sudah ada, selain melatih interaksi pengajar dengan peserta juga melatih interaksi antar peserta. Apalagi peserta dengan latar belakang negara yang berbeda. Setiap kelompok diberikan contoh kasus kembali oleh instruktur untuk dibahas bersama kelompok dan dipresentasikan dalam kelas. Inilah salah satu penyebab mengapa pelatihan luar negeri

mensyaratkan toefel diatas 500. Kemampuan berbahasa inggris sangat menunjang pemahaman materi selama pelatihan.

Pada akhirnya training Successful Audit Data Analystics menyediakan konsep yang harus dikuasai oleh peserta sebagai analisis data untuk audit ketika melakukan pemeriksaan. Peserta memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung menggali dan menafsirkan data yang memungkinkan digunakan di Itjen, dan melakukan analisis data untuk audit. Tak hanya menggali ilmu baru, peserta juga dituntun untuk menggali sampai mana kemampuan yang dimiliki.

Our Hope..Apa salahnya kita berharap? Harapanlah yang senantiasa membuat kita tetap melangkah dalam kehidupan ini. Apa salahnya juga kita berharap pada rekan-rekan kita yang telah menuntut ilmu ke negara seberang yang cukup jauh disana. Berharap membawa pembaharuan dalam audit yang dilakukan Itjen, khususnya IT audit yang coba selalu dikembangkan di Itjen ini. Serta membagi ilmu kepada rekan-rekan lainnya juga menjadi harapan kami yang tak terlalu muluk.

Sebenarnya pelatihan ini cukup menarik dan aktual dengan apa yang terjadi di Itjen. IT Audit yang sedang dikembangkan disertai dengan pengembangan para SDM-nya pula. Semoga pelatihan-pelatihan berikutnya juga dapat meninggalkan cerita bagi kami yang ada di Itjen. Kepada ketiga rekan training, kami ucapkan terima kasih banyak, karena telah bersedia berbagi ilmu dan ceritanya di Auditoria ini (kin)

15VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

auditAMA

Page 16: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

PERAN APIP K/L DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN MELALUI REVIU RKA-K/L

Oleh: Heru Susanto dan Chindy Chresna – Auditor Inspektorat VI

Menurut Prof. Mardiasmo (Kepala BPKP), diperlukan penguatan peran APIP K/L pada aspek perencanaan. “sekarang saatnya mengedepankan pre-audit. Reviu RKA-K/L dapat membantu mendeteksi adanya overlapping pada penganggaran dana dekonsentrasi dan dana perimbangan dalam rangka otonomi daerah (pemborosan uang rakyat). Post audit itu bagai nasi sudah menjadi bubur”.

Pendahuluan Perencanaan anggaran yang baik merupakan kunci awal dari keberhasilan pelaksanaan program kementerian Negara/lembaga. Atas dasar itulah, APIP-K/L diharapkan dapat meningkatkan kualitas dokumen perencanaan anggaran di Kementerian Negara/Lembaga-nya. Berdasarkan pasal 5 dan pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2013 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) sebagaimana telah diubah dengan PMK 194/PMK.02/2013, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian Negara/Lembaga (APIP-K/L) harus melakukan reviu terhadap RKA-K/L yang disusun oleh pejabat eselon I atau pejabat lain yang memiliki alokasi anggaran (portofolio) dan sebagai penanggung jawab program. Dengan PMK tersebut, maka peran APIP K/L saat ini masuk dalam tahap perencanaan penganggaran melalui reviu RKA-K/L. Peran APIP K/L pada tahun sebelumnya berada pada tahap pelaksanaan anggaran melalui audit (sesuai tugas dan fungsi APIP melalui performance audit atau compliance audit) dan tahap pelaporan anggaran melalui reviu laporan keuangan (sesuai PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah). Atas hal tersebut, Inspektorat Jenderal melalui Inspektorat VI telah melakukan reviu RKA-K/L Kementerian Keuangan TA 2014 dan TA 2015 baik berdasarkan pagu anggaran maupun pagu alokasi anggaran (penyesuaian RKA-K/L).

Gambar IPeran APIP-K/L dalam Pengawasan

Latar Belakang Reviu RKA-K/LPada lokakarya APIP tanggal 22 Februari 2012 bertempat di Gedung Dhanapala, Wakil Presiden

RI memberikan arahan kepada peserta yaitu “yang lebih baik lagi memang APIP jangan terpukau pada ex post. Karena kalau kita kembali pada khittoh-nya, APIP tidak hanya masalah ex-post tetapi mendukung kinerja dari instansi. Ini artinya mulai dari perencanaan harus sudah mulai memikirkan peranannya. Karena disitulah awal sukses tidaknya suatu kegiatan. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasannya, dan kemudian pengendalian untuk koreksi kalau ditemukan kesalahan.” Sejalan dengan arahan tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan surat Nomor B/2362/M.PAN-RB/2012 tanggal 23 Agustus 2012 meminta kepada Menteri Keuangan agar APIP tidak hanya berperan mereviu Laporan Keuangan tetapi diharapkan juga mereviu tahap penyusunan anggaran dalam hal ini RKA-K/L. MenPAN RB mengharapkan agar APIP melakukan pengawasan dini sehingga diharapkan saat pelaksanaannya tidak terjadi pemborosan/penyimpangan keuangan Negara.

Berdasarkan hal dimaksud, telah dilakukan pembahasan dan kajian internal oleh Direktorat

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201416

ragam pengawasan

Page 17: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Jenderal Perbendahaan, Direktorat Jenderal Anggaran dan Inspektorat Jenderal. Hal-hal yang diperoleh berdasarkan hasil kajian adalah:

1. Proses reviu yang akan dilakukan oleh APIP K/L dilaksanakan sejak awal penyusunan anggaran sampai dengan RKA-K/L disampaikan kepada Menteri Keuangan;

2. Proses reviu yang dilakukan oleh APIP dilaksanakan pada saat penyusunan RKA-K/L Unit Eselon I;

3. Reviu RKA-K/L oleh APIP K/L akan berpengaruh terhadap proses penelaahan RKA-K/L oleh DJA. Dengan demikian, penelaahan yang dilakukan DJA tidak lagi menelaah sampai detail (komponen), namun lebih pada menelaah hal-hal yang bersifat makro strategis.

Berdasarkan hasil kajian tersebut, Direktorat Jenderal Anggaran menyusun rancangan Peraturan Menteri Keuangan Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dengan melibatkan Inspektorat Jenderal dan Biro Perencanaan dan Keuangan serta Biro Hukum. Rancangan PMK ini kemudian ditetapkan menjadi PMK Nomor 94/PMK.02/2013 Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Juksunlah RKA-K/L) dan diubah dengan PMK 194/PMK.02/2013. Untuk tahun 2014 telah dilakukan perubahan kembali dengan PMK Nomor 136/PMK.02/2014 Tentang Juksunlah RKA-K/L untuk tahun 2015. Hal yang paling substansial dalam dua PMK ini dibandingkan dengan PMK Juksunlah RKA-K/L tahun sebelumnya (PMK Nomor 112/PMK.02/2012) adalah sebagai berikut:

a. kewajiban Sekretariat Jenderal/Sekretariat Utama/Sekretariat c.q. Biro Perencanaan/Unit Perencanaan K/L untuk meneliti atas RK-K/L yang disusun oleh pejabat eselon I atau pejabat lain yang memiliki alokasi anggaran (portofolio) dan sebagai penanggung jawab program sebelum RKA-K/L disampaikan ke Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran;

b. kewajiban APIP K/L untuk mereviu atas RK-K/L yang disusun oleh pejabat eselon I atau pejabat lain yang memiliki alokasi anggaran (portofolio)

dan sebagai penanggung jawab program sebelum RKA-K/L disampaikan ke Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran.

Reviu RKA-K/L oleh APIP-K/LReviu RKA-K/L itu sendiri diartikan sebagai

penelaahan atas penyusunan dokumen rencana keuangan yang bersifat tahunan berupa RKA-K/L oleh auditor APIP K/L yang kompeten, untuk memberikan keyakinan terbatas (limited assurance) bahwa RKA-K/L telah disusun berdasarkan Pagu Anggaran K/L dan/atau Alokasi Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Renja K/L, RKP hasil kesepakatan pemerintah dengan DPR dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN, standar biaya, dan kebijakan pemerintah lainnya serta memenuhi kaidah perencanaan penganggaran, dalam upaya membantu menteri/pimpinan lembaga untuk menghasilkan RKA-K/L yang berkualitas.

Adapun tujuan dari Reviu RKA-K/L adalah untuk memberi keyakinan terbatas (limited assurance) bahwa informasi dalam RKA-K/L sesuai dengan Pagu Anggaran K/L dan/atau Alokasi Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Renja K/L, RKP hasil kesepakatan pemerintah dengan DPR dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN,

17VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 18: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

standar biaya, kebijakan pemerintah lainnya, dan memenuhi kaidah perencanaan penganggaran serta dilengkapi dokumen pendukung. Reviu RKA-K/L tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaimana dalam audit karena reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian atas dokumen sumber dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu audit.

Sehubungan dengan pergeseran sebagian tugas dan fungsi dari Direktorat Jenderal Anggaran ke APIP K/L, maka Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan menyiapkan Pedoman Reviu RKA-K/L untuk dimasukkan sebagai lampiran III dalam PMK Juksunlah RKA-K/L TA 2015 guna dapat dijadikan referensi bagi seluruh APIP K/L dalam melaksanakan reviu RKA di Kementerian Negara/Lembaga masing-masing. Pedoman Reviu RKA-K/L sebagai lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PMK Juksunlah. Pedoman ini digunakan sebagai petunjuk pelaksanaan reviu RKA-K/L untuk merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil reviu. APIP

K/L dapat menyesuaikan dan mengembangkan pedoman reviu RKA-K/L sesuai kebutuhan dan proses bisnis organisasi masing-masing K/L.

Dengan demikian mulai tahun 2013 untuk RKA-K/L TA 2014 dan dilanjutkan tahun ini, kita sudah tidak melihat pegawai Sekretariat Jenderal/Sekretariat Utama/Sekretariat c.q. Biro Perencanaan/unit Perencanaan Kementerian/Lembaga membawa dokumen RKA-K/L dengan koper dan bahkan menggunakan trolly pada saat penelaahan di Direktorat Jenderal Anggaran baik saat penelaahan RKA berdasarkan pegu anggaran (bulan Juli) maupun penelaahan RKA berdasarkan pagu alokasi anggaran (bulan November) karena proses penelitian dan reviu sudah dilakukan oleh Biro Perencanaan dan APIP-K/L. Untuk itu peran baru ini merupakan tantangan yang harus disikapi dengan komitmen yang besar dari APIP K/L antara lain agar proses penyusunan perencanaan dan penganggaran idealnya tidak lagi berbasis penganggaran yang didasarkan penyerapan anggaran namun penganggaran berbasis kinerja bahkan seyogianya penyusunan anggaran oleh manajer keuangan diikuti dengan penyusunan kinerja oleh manajer kinerja. Berdasarkan hasil evaluasi memang masih banyak APIP K/L yang belum menjalankan peran baru dalam reviu RKA-K/L secara optimal mengingat reviu RKA-K/L bukan hal yang menarik bagi seorang auditor. Hal ini dikarenakan (1) waktu reviu RKA-K/L bersamaan

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201418

ragam pengawasan

Page 19: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

dengan waktu reviu Laporan Keuangan Semester I yang memang sudah biasa dilakukan oleh APIP K/L dan yang menarik adalah reviu Laporan Keuangan dapat dilakukan ke satker-satker di daerah, pada Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA), Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W), sedangkan untuk reviu RKA-K/L pelaksanaan reviu cukup dilakukan di Kantor Pusat Unit Eselon I mengingat seluruh RKA-K/L satker akan dihimpun menjadi RKA-K/L Unit Eselon I di Kantor Pusat beserta dokumen pendukungnya (Term of Reference (TOR), Rencana Anggaran Biaya (RAB), dan dokumen dukung lainnya) dan (2) faktor risiko dalam mereviu RKA-K/L bila dibandingkan dengan tugas lainnya.

PenutupReviu RKA-K/L memang hal yang baru dan

terdengar asing awalnya bagi APIP K/L. Namun demikian, tugas baru ini merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh APIP K/L mengingat tanggung jawab kualitas RKA-K/L saat ini merupakan tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yaitu antara Unit Eselon I Penyusun RKA-K/L, Biro Perencanaan/Unit Perencanaan Kementerian Negara/Lembaga dan APIP K/L. Hal ini mengingat bahwa APIP K/L yang lebih memahami proses bisnis dan tugas fungsi di Kementerian Negara/Lembaga-nya.

Gambar IISinergi Antara APIP K/L, Biro Perencanaan, dan Unit Penyusun RKA-K/L

ItjenRevieu RKA-

K/L

BiroPerencanaan

Penelitian RKA-K/L

Unit Eselon IPenyusunRKA-K/L

RKA-K/L

Kemenkeuc.q. DJA:

Penelaahan

19VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 20: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Pendahuluan Banyak pihak yang mengandalkan peran auditor internal, terutama dalam mengembangkan

dan menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, menjamin terlaksananya pengelolaan resiko, dan menjamin terciptanya corporate governance untuk menghindari kemungkinan terjadinya keterpurukan serta kegagalan dalam organisasi. Internal auditor dapat memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, direksi, komite audit, pimpinan organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban untuk menjaga sistem pengendalian intern dan memberi nilai tambah bagi organisasi.

Ciri utama auditor internal adalah kesediaannya untuk menerima tanggung-jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak yang dilayani, oleh karena itu mereka perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan memiliki standar praktik atas pelaksanaan pekerjaan yang handal. Dengan semakin berkembangnya kegiatan bisnis dan operasional perusahaan, penting bagi pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan beberapa tugas dan tanggung jawab pengawasan secara langsung kepada bagian audit internal. Nantinya, bagian audit internal inilah yang akan bertanggung jawab membantu manajemen dalam mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan bisnis dan operasional perusahaan, penting bagi pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan beberapa tugas dan tanggung jawab pengawasan secara langsung kepada bagian audit internal. Nantinya, bagian audit internal inilah yang

Pedoman Praktek dan IndikatorKualitas Audit Internal

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201420

ragam pengawasan

Page 21: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

akan bertanggung jawab membantu manajemen dalam mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Departemen Audit Internal dibentuk secara formal dan khusus dengan tujuan untuk memberikan informasi strategis kepada manajemen berkaitan dengan proses penetapan sebuah kebijakan, prosedur serta dalam proses pengambilan sebuah keputusan bisnis maupun operasional. Jadi, dalam hal ini bagian audit internal bertanggung jawab untuk meningkatkan kepastian informasi yang nantinya informasi ini akan menjadi bahan (input/masukan) bagi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Departemen Audit Internal ini perlu dibentuk secara formal dalam struktur organisasi perusahaan dengan maksud agar supaya manajemen nantinya dapat meminta pertanggung jawaban secara resmi dari bagian ini yang memang bertugas “menyaring” informasi yang masih simpang-siur yang mungkin terjadi dalam perusahaan, menjadi informasi yang lebih dapat dipercaya dan lebih dapat diandalkan, yaitu melalui hasil auditnya.

Agar peran dari para pengawas internal ini dapat berjalan dengan efektif, maka penulis mencoba mengidentifikasi bahwa paling tidak terdapat lima hal yang dapat dijadikan sebagai benchmark dalam menilai kualitas dari dilakukannya sebuah audit internal dalam perusahaan. Kelima indikator tersebut adalah : “Watchdog”, Kinerja Audittee, Preventif, Konsultan Internal, dan Pengetahuan.

Pedoman Praktek Audit InternalPedoman Praktek Audit Internal (PPAI)

yang berlaku sejak tanggal 01 Januari 2005 wajib diterapkan oleh para profesional audit internal. Keseluruhan PPAI terdiri atas: Definisi Audit Internal, Kode Etik Profesi Audit Internal, Standar Profesi Audit Internal, dan Interpretasi dari Profesi Audit Internal. Definisi Audit Internal yang dikembangkan dari IIA (Institute of Internal Auditors), yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan di Indonesia, yaitu sebagai suatu kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah bagi kegiatan operasional perusahaan.

Sedangkan Kode Etik Profesi Audit Internal memuat standar perilaku, sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Isi dari Kode Etik Profesi Audit Internal ini adalah sebagai berikut :

• Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung-jawab profesinya.

• Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani, namun secara sadar tidak boleh terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.

• Auditor internal secara sadar tidak boleh terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.

• Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya, atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung-jawab profesinya secara objektif.

• Auditor internal tidak boleh menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya, yang patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

• Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan

21VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 22: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

kompetensi profesional yang dimilikinya.

• Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya (tidak boleh menggunakan informasi rahasia yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi).

• Auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya dalam melaporkan hasil pekerjaannya, karena fakta yang tidak diungkap dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview atau dengan kata lain tidak berusaha menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum/peraturan.

• Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas serta kualitas pelaksanaan tugasnya (dengan kata lain wajib mengikuti pendidikan profesional secara berkelanjutan).

Standar Profesi Audit Internal mempunyai tujuan sebagai berikut:

• Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal.

• Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup, dan tujuan audit internal.

• Mendorong peningkatan praktik audit internal yang baik dalam organisasi.

• Memberikan kerangka dalam pelaksanaan dan pengembangan kegiatan audit internal yang nantinya akan memberikan nilai tambah serta meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi.

• Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal.

• Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya (international best practices).

Standar Profesi Audit Internal (SPAI) terdiri atas:

• Standar atribut: berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar ini

berlaku untuk semua penugasan.

• Standar kinerja: menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar kinerja ini memberikan praktik-praktik terbaik dalam pelaksanaan audit, mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar ini berlaku untuk semua penugasan.

• Standar implementasi: hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar yang diterbitkan adalah standar implementasi untuk kegiatan assurance, kegiatan consulting, kegiatan investigasi, dan standar implementasi atas control self assessment

Lima Indikator Kualitas Audit Internal1. “Watchdog”

Orientasi pelaksanaan audit internal seyogyanya tidak hanya terbatas pada pengawasan ketaatan atau kepatuhan terhadap segala prosedur, ketetapan dan kebijakan manajemen semata. Dalam era globalisasi, sifat pekerjaan audit internal yang hanya sebatas pada compliance audit ini sudah tidak lagi memenuhi harapan manajemen.

Auditor internal jangan lagi bertindak seolah-olah seperti polisi manajemen tetapi dapat mengarahkan seluruh aktivitas auditnya layaknya sebagai seorang konsultan internal. Jangan sampai auditor internal terkesan mencari-cari kesalahan audittee melalui auditnya yang hanya terbatas pada sebuah pengecekan internal (internal checking); yang tentu saja pengecekan internal ini tidak lain adalah pengecekan yang sifatnya lebih mengarah kepada kesalahan-kesalahan perilaku manusia (audittee) semata.

Di samping itu, penting bagi auditor internal untuk melaporkan setiap temuan selama pemeriksaan berlangsung kepada pihak manajemen. Auditor internal tidak boleh ragu dan takut dalam membeberkan ketidakberesan yang terjadi dalam perusahaan, apalagi menjadi “terbungkam” sebagai akibat tindakan kolusi dengan audittee. Auditor internal harus dapat memutuskan atau membedakan antara tindakan yang benar dengan tindakan yang salah (melanggar

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201422

ragam pengawasan

Page 23: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

hukum), tanpa terkecuali, tanpa pandang bulu, dan tanpa ada kolusi. Auditor internal tidak boleh menempatkan posisinya dalam “grey area”, dimana di sini terjadi/terdapat ketidakpastian dan keragu-raguan dalam mengambil sikap apalagi berdiam diri karena “disuap/disogok”. Auditor internal harus dapat memutuskan mana yang benar (“white area”) dan mana yang salah (“black area”).

Sesungguhnya, yang menjadi pokok keberhasilan auditor internal adalah bukan dihitung dari banyaknya kasus temuan yang terjadi, akan tetapi justru sebaliknya, yaitu apabila tidak terjadi kasus temuan oleh siapapun juga, termasuk oleh pemeriksaan yang dilakukan secara internal dan eksternal. Auditor internal tidak hanya sekedar menjadi penjaga yang menunggu hingga proses pemeriksaan dilakukan di tahap akhir, akan tetapi sudah sejak dari awal seharusnya auditor internal dapat membantu memberi keyakinan dan masukan konsultatif kepada direksi secara independen untuk memastikan bahwa keseluruhan proses telah berada pada jalur yang benar.

2. Kinerja AuditteeHiro dalam sebuah Jurnal Akuntansi yang

berjudul : “Pengaruh Peran Auditor internal, serta Faktor-Faktor Pendukungnya terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja Perusahaan : Survey pada 102 BUMN/BUMD”, mengatakan bahwa jasa audit internal yang berkualitas akan berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa audit internal yang dilakukan dalam sebuah organisasi ternyata akan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

Penelitian lainnya di luar negeri telah dilakukan oleh Applegate dalam Jurnal Internal Auditor yang berjudul : “Measuring Success Performance”. Menurutnya, aktivitas audit internal yang dilakukan oleh auditor internal dapat dikatakan berkualitas jika seiring dengan perkembangan (kemajuan) kinerja audittee (perusahaan).

Dalam melakukan auditnya, auditor internal diantaranya harus menempatkan sasaran analisisnya pada peningkatan profitabilitas perusahaan. Auditor internal harus dapat menilai,

23VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 24: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

mengevaluasi, termasuk memberikan rekomendasi kepada manajemen mengenai seberapa jauh tingkat efisiensi dari penggunaan sumber daya yang ada dalam perusahaan. Auditor internal harus berperan aktif untuk memantau apakah di dalam kegiatan operasional perusahaan telah terjadi in-efisiensi yang tidak perlu yang pada akhirnya hanya akan membebankan profitabilitas perusahaan.

Rekomendasi diberikan auditor internal dengan maksud untuk memperkecil atau mengurangi tingkat “pembuangan” sumber daya yang seharusnya tidak perlu terjadi selama perusahaan beroperasi. Jangan sampai auditor internal hanya berdiam diri saja atau bersikap pasif dan tak berdaya melihat “kebocoran-kebocoran”, yang nantinya tentu saja jika hal ini dibiarkan secara terus menerus maka akan berdampak terhadap timbulnya sebuah masalah krisis keuangan yang sangat serius. Tak jarang dijumpai bahwa seharusnya Departemen Audit Internal turut bertanggung jawab atas masalah ke-terpuruk-kan kondisi keuangan yang terjadi dalam perusahaan, karena walau bagaimanapun juga auditor internal tetap memiliki andil/peran dalam memonitor serta mempertahankan tingkat going concern perusahaan. Kebangkrutan yang terjadi dalam perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung tetap akan menjadi tanggung jawab bagi setiap auditor internal.

Beberapa contoh masalah/kasus yang dapat dianggap membebankan tingkat profitabilitas perusahaan, diantaranya adalah : banyaknya mesin produksi (mesin operasional) yang tidak terpakai (idle capacity), adanya hambatan/kemacetan dalam proses produksi (bottle neck), adanya budaya kerja pegawai yang tidak efisien dan efektif, tidak tepatnya proses produksi (operasional), buruknya pengawasan dalam saluran distribusi yang

membawa pada munculnya (berkembangnya) black market, membengkaknya biaya entertain yang tidak perlu, dan lain-lain. Sebuah audit internal yang berkualitas tentu saja harus dapat mengatasi masalah-masalah tersebut di atas dan secara langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Auditor internal sesungguhnya memiliki pengaruh yang kuat atau turut membantu upaya manajemen dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jadi dalam hal ini, kegiatan auditor internal cenderung mengarah pada profit oriented, dengan cara mengeliminir sedini mungkin segala sesuatu yang dapat membebankan tingkat profitabilitas perusahaan.

Auditor internal harus terlibat langsung dalam perencanaan dan strategi organisasi, terutama pada tingkat operasional. Auditor internal juga harus dapat mengidentifikasi resiko usaha yang signifikan serta mengidentifikasi peluang usaha yang ada dalam menghasilkan profit.

3. Preventif Audit internal terhadap kegiatan

operasional perusahaan perlu dilakukan secara teratur, baik sebelum dirasakan adanya suatu masalah maupun sesudah terlanjur terjadi masalah. Audit internal yang dilakukan secara teratur dapat mencegah terjadinya suatu masalah, karena auditor internal akan dapat dengan segera mengetahui dan mengatasi masalah serta sebab-sebabnya sebelum masalah tersebut menjadi berkelanjutan. Auditor internal dapat secara tepat mengidentifikasi masalah yang sebenarnya, sumber-sumber penyebabnya dan mengambil langkah-langkah yang efektif untuk mengatasinya. Efektifnya peran audit internal di dalam sebuah organisasi tentu saja akan dapat meningkatkan kinerja organisasi yang bersangkutan.

Suatu audit internal dapat dikatakan berkualitas, diantaranya jika bagian dari audit internal ini mampu melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan manajemen sebagai trouble shooting. Seringkali pihak manajemen memiliki sebuah problem yang sedemikian rumitnya sehingga perlu meminta bantuan dari Departemen Audit

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201424

ragam pengawasan

Page 25: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Internal untuk bersama-sama mencarikan jalan keluarnya. Dalam hal ini, pihak manajemen akan dapat melihat sampai seberapa jauh bagian audit internal mampu membantunya dalam mengatasi permasalahan yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh Reeve dalam Jurnal Internal Auditor yang berjudul : “Internal Audit in the Millenium Year”, diantaranya dikatakan bahwa auditor internal harus dapat meyakinkan manajemen dengan cara semampu mungkin melakukan tugas-tugas khusus sebagai trouble shooting.

Menurut Glover dalam Jurnal Internal Auditor yang berjudul : “ Internal Auditing Can Help Eliminate Mistakes That Commonly Derail Organization”, mengatakan bahwa salah satu peran auditor internal yang berkualitas adalah turut serta secara aktif membantu perusahaan dalam mengeliminasi kesalahan yang terjadi, dengan kata lain sebagai tindakan preventif sebelum kesalahan-kesalahan tersebut menimbulkan masalah yang sangat signifikan dapat merugikan perusahaan. Jadi auditor internal harus memiliki keahlian dan kemampuan dalam mendeteksi suatu kelemahan, kecurangan dan ketidakberesan yang terjadi dalam organisasinya.

Auditor internal mendukung usaha manajemen untuk menciptakan sebuah budaya kerja yang beretika, jujur, dan berintegritas. Auditor internal membantu manajemen dengan mengevaluasi pengendalian internal yang digunakan untuk menemukan atau memperkecil tindakan kecurangan (fraud), mengeavaluasi resiko fraud, dan juga ikut terlibat dalam melakukan investigasi fraud.

Auditor internal yang kompeten haruslah memiliki keahlian teknis yang cukup untuk dapat mengevaluasi pengendalian internal organisasi. Dengan keahlian yang dimilikinya tersebut, ditambah dengan pemahamannya atas indikator fraud, memungkinkan auditor internal untuk menilai resiko fraud dan memberikan nasehat kepada manajemen mengenai langkah-langkah apa saja yang diperlukan ketika indikator fraud muncul. Menciptakan budaya kerja yang berintegritas adalah merupakan hal yang paling kritis dalam pengendalian atas fraud. Dalam hal ini, auditor internal dapat memberikan nasehat kepada

manajemen mengenai metode-metode apa saja yang dapat dijalankan untuk menjamin integritas. Auditor internal juga dapat memainkan peranan yang penting dalam menemukan fraud.

4. Konsultan InternalSeperti telah disinggung pada bagian

sebelumnya (yaitu waktu membahas tentang “Watchdog”) bahwa pekerjaan seorang auditor internal tidak hanya sebatas pada audit kepatuhan saja tetapi diharapkan dapat lebih dari itu. Pihak manajemen menginginkan agar auditor internal dapat menjadi seorang konsultan internal yang professional, yang akan membantu manajemen dalam hal pemberian informasi strategis (termasuk di dalamnya meningkatkan keandalan informasi) sebagai bentuk pelayanan prima nya kepada manajemen. Ingat bahwa peran Konsultan Internal merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawas internal.

Penulis akan membahas peran konsultan internal ini dari dua segi/aspek, yaitu yang pertama adalah konsultan internal yang akan memberikan informasi strategis kepada manajemen dalam hal pemberian alternatif pemecahan suatu masalah (solusi) sedangkan aspek yang ke dua adalah konsultan internal yang memberikan informasi strategis kepada manajemen bukan untuk pemecahan suatu masalah tetapi lebih kepada penciptaan sebuah inovasi dan kreativitas dari auditor internal.

Bedanya adalah bahwa peran yang pertama timbul sebagai akibat dari adanya suatu masalah/problem yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Jadi, peran yang pertama ini timbul lebih karena aspek permintaan dari manajemen kepada bagian audit internal untuk membantu mencarikan alternatif solusi. Sedangkan peran yang ke dua timbul bukan karena ada suatu problem yang tidak/belum bisa diselesaikan/dipecahkan manajemen, tetapi justru auditor internal ini mampu melahirkan sebuah ide, gagasan, penemuan yang sifatnya untuk mengembangkan kemajuan atau keberhasilan perusahaan. Sebagai contoh, auditor internal yang menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam merancang dan mengembangkan

25VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 26: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

sebuah produk baru yang lebih kompetitif dan inovatif di pasaran dan bahkan ide nya tersebut mengungguli para pesaingnya yang belum sempat sama sekali terpikirkan selama ini. Jadi, peran yang ke dua ini merupakan peran auditor internal yang lebih fantastik di mata manajemen, karena perannya ini timbul secara proaktif tanpa adanya dorongan/permintaan khusus terlebih dahulu dari manajemen.

Namun intinya adalah, bahwa agar supaya aktivitas audit internal dapat dikatakan berkualitas maka para auditor internal ini harus dapat menempatkan posisinya bukan hanya sekedar sebagai pengawas saja tetapi lebih mengarah kepada seorang konsultan internal yang akan memberikan informasi yang strategis, akurat, tepat waktu, serta dapat lebih diandalkan oleh manajemen bagi sebuah proses pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan. Aktivitas auditor internal sebagai konsultan manajemen telah menjadi bagian dari pemeriksaan internal selama bertahun-tahun, dan aktivitas konsultan ini (dalam era globalisasi) merupakan pekerjaan auditor internal yang sesungguhnya. Auditor internal dapat memberikan nilai tambah dalam setiap penugasannya dengan cara memberikan metode-metode, pengetahuan, serta praktek terbaiknya dalam membantu manajemen memecahkan masalah perusahaan.

5. PengetahuanAuditor internal memiliki peran yang

sangat strategis dalam sebuah organisasi yang kegiatan bisnis dan operasionalnya sudah semakin luas. Aspek pemeriksaan dari bagian audit internal tidak hanya terfokus pada urusan finansial saja

tetapi juga termasuk memantau dan mengevaluasi jalannya kegiatan operasional perusahaan apakah sudah efisien dan efektif. Bahkan dalam pandangan baru mengenai modern internal auditing, dikatakan bahwa di samping audit finansial dan audit operasional, auditor internal juga dapat melakukan audit lingkungan hidup dan social audit.

Dengan semakin beratnya tantangan ke depan yang harus dihadapi oleh auditor internal, maka mau tidak mau mengharuskan tim audit internal untuk tidak hanya memiliki keahlian dalam bidang financial accounting, cost accounting, auditing, perpajakan dan ilmu finance saja tetapi juga diperlukan pengetahuan yang memadai dalam bidang lainnya seperti bidang EDP audit, memahami Hukum Bisnis, Akuntansi Internasional, Marketing Strategy, Manajemen Operasional bahkan ilmu perancangan dan pengembangan produk.

Memang merupakan sesuatu yang mustahil untuk menemukan seorang auditor internal yang memiliki keahlian yang berbeda secara sekaligus, oleh sebab itu penting bagi pimpinan audit internal untuk membentuk tim nya yang solid dengan mempertimbangkan faktor : keahlian apa saja yang harus dimiliki anggota staf nya yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Kualitas /kinerja auditor internal sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan/keahlian (sebagai unsur dari profesionalisme) yang dimilikinya.

Tak kalah penting, seringkali si auditor internal melakukan audit sepanjang tahun atas kegiatan operasional perusahaan tetapi tanpa memahami atau mengetahui terlebih dahulu apa yang sesungguhnya menjadi philosophy

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201426

ragam pengawasan

Page 27: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Keadaan menjadi lebih parah lagi dengan dijumpai seorang auditor internal yang melakukan audit atas kinerja audittee tetapi tanpa mengetahui secara pasti apa sebenarnya yang menjadi description job dari si audittee tersebut, akibatnya rekomendasi sebagai hasil kerja auditor internal seringkali dianggap/di cap mempersulit proses dan cara kerja audittee.

Di samping itu, departemen audit internal alangkah baiknya jika bisa menjadi sarana atau “tempat latihan” bagi para eksekutif muda yang umumnya masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai perusahaan secara keseluruhan. Sudah saatnya, bagian audit internal yang berkualitas dapat menjadi fasilitator dalam hal mentransfer “ilmu” kepada para eksekutif muda. Dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor internal setidaknya bisa menjadi masukan bagi eksekutif muda dalam menjalankan aktivitas/kinerja nya ke arah yang lebih baik.

Sehubungan dengan peran auditor internal dalam menemukan fraud, auditor internal juga diharapkan dapat memberikan berbagai training yang terkait dengan kebijakan integritas dan fraud. Ketika auditor internal memiliki

tanggung jawab utama atas fraud, maka auditor internal bersangkutan haruslah memiliki kompetensi khusus yang dapat diperolehnya baik melalui spesialisasi training maupun pengalaman yang terkait. Auditor internal ini juga sebaiknya memiliki

sertifikasi profesi yang diakui secara internasional sebagai Certified Fraud Examiner (CFE).

Menurut AICPA dalam laporan publikasinya yang berjudul : “Audit Committee Toolkit”, bahwa untuk mengevaluasi kinerja dan efektivitas dari tim audit internal, berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian :

a). apakah tingkat pengalaman yang dimiliki auditor internal cukup memadai?

b). prosedur apa yang telah dijalankan oleh tim audit internal untuk menjamin objektivitas-nya?

c). apakah pengetahuan yang dimiliki oleh satuan audit internal secara teknis sudah mencukupi untuk menjamin pelaksanaan tugas secara tepat?

d). apakah departemen audit internal memiliki program pendidikan berkelanjutan yang tepat?

e). adakah anggota dari satuan audit internal yang memiliki keahlian yang memadai dalam bidang audit sistem informasi untuk menangani teknologi informasi yang digunakan perusahaan?

f). apakah kerja satuan audit internal telah direncanakan secara tepat?

g). jenis laporan audit apa yang diterbitkan oleh satuan audit internal dan kepada siapa laporan tersebut ditujukan?

h). apakah laporan audit internal diterbitkan atas dasar ketepatan waktu?

i). apakah manajemen menanggapi secara layak dan tepat waktu atas saran-saran dan rekomendasi yang diberikan (diajukan) oleh auditor internal?

j). apakah prosedur audit internal mencakup bidang operasional dan finansial?

k). apakah keterlibatan departemen audit internal dalam melakukan audit tahunan sudah berjalan dengan efektif?

l). untuk masa yang akan datang, apa yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan efektivitas dan efisiensi departemen audit internal?

m). kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan dan memprioritaskan antara audit internal tahunan dengan audit internal jangka panjang?

n). apakah kerja satuan audit internal hanya memusatkan perhatian pada sesuatu/area/bagian yang memiliki resiko yang tinggi (besar)?

Hery, S.E., M.Si.Dosen FE Unika Atma Jaya08129735510

27VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 28: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Tanggal 19 Mei 2014 yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2014 tentang

Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2014. Dengan Inpres ini Presiden menginstruksikan para Pengguna Anggaran untuk melakukan self blocking atas program dan kegiatan masing-masing Kementeria/Lembaga serta memastikan anggarannya tidak dicairkan.

Dalam Inpres tersebut juga ditegaskan, penghematan dan pemotongan utamanya dilakukan terhadap belanja honorarium, perjalanan dinas, biaya rapat/konsinyering, iklan, pembangunan gedung kantor, pengadaan kendaraan operasional, belanja bantuan sosial, sisa dana lelang atau swakelola, serta anggaran dari kegiatan yang belum terikat kontrak.

Disadari atau tidak, sebenarnya langkah presiden ini merupakan “pemaksaan” revolusi mental di kalangan birokrat. Betapa tidak, titik-titik yang diutamakan untuk dilakukan pemotongan adalah titik-titik paling rawan dalam pelaksanaan. Paling tidak, honorarium, perjalanan dinas, rapat/konsinyering, pembangunan gedung kantor, dan pengadaan kendaraan operasional adalah belanja-belanja yang cenderung boros, mubazir dan mudah diselewengkan.

Pertama, Honorarium. Sudah jadi tradisi di kalangan birokrat untuk kreatif dalam menciptakan tim, panitia, satuan tugas dan sebagainya dalam berbagai kegiatan. Ajaibnya, kegiatan yang dimaksud tidak lain adalah kegiatan yang memang bagian dari tugas dan fungsi organisasi. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan honorarium yang sebanyak-banyaknya. Lalu, untuk apa gaji dan tunjangan besar yang diterima para pejabat dan pegawai itu selama ini. Celakanya lagi, sebelum ada pembatasan dari Kementerian Keuangan, setiap pejabat bisa mendapatkan honorarium sebanyak-banyaknya karena namanya tercantum dalam setiap tim yang ada. Tidak heran kalau ada rumor beberapa Kementerian/Lembaga yang menolak remunerasi karena bisa “mengganggu” penerimaan dari honorarium yang luar biasa ini.

Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 52/PMK.02/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014, melakukan pembatasan terhadap honorarium yang diterima aparat pemerintah. Sebagai contoh, bagi Pejabat Negara, Eselon I, dan Eselon II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian/Lembaga yang bersangkutan paling banyak 2 (dua) tim pelaksana kegiatan. Begitu juga dengan pejabat-pejabat eselon di bawahnya hingga pelaksana, semua dibatasi.

Pemotongan Anggaran, Revolusi Mental Birokrasi

Oleh : M. Hisyam Haikal

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201428

ragam pengawasan

Page 29: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Namun demikian, kontrol atas pembatasan honorarium tersebut belum memadai. Bisa saja dalam satu unit honorarium dibatasi, tetapi seorang pejabat menerima honorarium dari unit lain. Hal semacam ini banyak terjadi dan belum ada kontrol yang memadai dalam mencegahnya. Maka pemotongan anggaran honorarium memaksa para pejabat untuk –mau tidak mau, sukarela atau terpaksa- membatasi jumlah honorarium atau jumlah tim kerja. Inpres ini merupakan revolusi mental bagi jajaran birokrat untuk mengubah anggapan bahwa setiap pekerjaan harusa ada honorariumnya. Pekerjaan harus tetap diselesaikan sesuai target dan rencana, karena untuk itulah mereka dibayar gaji dan berbagai tunjangan.

Kedua, perjalanan dinas. Perjalanan dinas adalah aktivitas yang cenderung boros dan paling sering disalahgunakan. Dikatakan boros karena seringkali tujuan perjalanan dinas tidak terlalu penting dan tidak perlu dilakukan. Dengan teknologi informasi (TI) yang berkembang demikian pesat, banyak perjalanan dinas yang seharusnya tidak perlu dilakukan lagi. Kegiatan mengantar berkas, mengirimkan laporan, bahan rapat, monitoring, evaluasi dan reviu semestinya dapat

dilakukan dengan memanfaatkan TI. Apalagi bila dicermati betapa besar dana yang dialokasikan untuk membangun dan mengembangkan TI di Kementerian/Lembaga. Betapa ironisnya bila alokasi anggaran pengembangan TI diikuti juga dengan alokasi perjalanan dinas yang semakin besar pula. Jangan heran kalau kita dapati sebagian besar penumpang pesawat Garuda sekarang ini adalah para pejabat dan pegawai negeri.

Selain boros, perjalanan dinas juga cenderung mudah dan sangat sering disalahgunakan. Sudah tradisi dalam birokrasi bahwa perjalanan dinas adalah penghasilan tambahan bagi pejabat dan pegawai. Maka tidak heran kalau perjalanan dinas fiktif masih saja terjadi di beberapa Kementerian/Lembaga. Modusnya sederhana saja, Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang diterbitkan jauh lebih banyak dari pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas. Kuitansi penginapan dan boarding pass pesawat sangat mudah dipalsukan. Di internet bertebaran jasa penyediaan pertanggungjawaban lengkap perjalanan dinas. Ada demand tentu ada supply. Maka negara membayar jauh lebih besar dari–kalau ada- prestasi yang didapat.

29VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 30: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Belum lagi bila kita bicara tentang perjalanan dinas ke luar negeri. Studi banding, training, konferensi atau apapun namanya, patut dipertanyakan efektivitasnya. Manfaat yang diperoleh negara sangat tidak seimbang dengan biaya besar yang telah dikeluarkan. Perjalanan dinas luar negeri ini kadang menjadi modus bagi aparat birokrasi untuk pesiar ke luar negeri dengan biaya negara.

Maka langkah pemerintah dalam melakukan pemotongan anggaran perjalanan dinas sangatlah tepat. Dengan dana yang terbatas, Kementerian/Lembaga dipaksa untuk melakukan perjalanan dinas dengan sangat selektif. Imbauan saja tidaklah cukup untuk menghentikan atau mengurangi pemborosan biaya perjalanan dinas.

Ketiga, biaya rapat/konsinyering. Rapat-rapat atau konsinyering yang dilakukan Kementerian/ Lembaga adalah suatu kegiatan yang patut dipertanyakan. Kecenderungan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, hotel-hotel selalu dipenuhi para pegawai negeri. Seminar, rapat, sosialisasi, pembahasan dan sebagainya. Tidak jarang pula rapat/konsinyering diselenggarakan di luar kota yang jauh dari tempat kedudukan Kementerian/Lembaga. Daerah tujuan wisata seperti Bali, NTB, Jogyakarta, Batam adalah daerah tujuan favorit penyelenggaran rapat. Wajar bila tujuan penyelenggaraan rapat dipertanyakan, benar-benar rapat atau rekreasi atas biaya negara?

Sebenarnya, Direktur Jenderal Perbendaharaan pernah mengeluarkan peraturan nomor 22/PB/2013 yang antara lain mengatur dengan ketat penyelengaraan rapat/konsinyering. Dalam

peraturan tersebut antara lain ditetapkan syarat untuk melaksanakan rapat/konsinyering di luar kantor adalah surat pernyataan bahwa fasilitan kantor tidak memadai. Seharusnya peraturan ini bisa mengerem pemandangan tak elok di mana para pegawai negeri lebih banyak berkeliaran di hotel ketimbang di kantor. Tapi ternyata fakta berbicara lain, atas nama penyerapan anggaran rapat-rapat di hotel tidak juga berkurang. Peraturan tinggal peraturan, apalah sulitnya membuat surat pernyataan bahwa fasilitas kantor tidak memadai, meski bertentangan dengan kenyataannya.

Bahkan bila diperhatikan, sebenarnya rapat demikian bisa diselenggarakan di kantor, karena gedung-gedung kantor Kementerian/Lembaga tak pernah berhenti dibangun dan dipercantik. Ruang-ruang rapat yang tersedia di beberapa kantor Kementerian/Lembaga justru tak kalah megah dibanding hotel. Miris bukan?

Maka pemotongan anggaran rapat/konsinyering tentu saja akan memaksa Kementerian/Lembaga untuk lebih selektif dalam menyelenggarakan rapat/konsinyering di luar kantor. Imbauan atau bahkan peraturan saja bahkan tak cukup menghentikan kebiasaan Kementerian/Lembaga mengadakan rapat di hotel.

Keempat, pembangunan gedung kantor. Banyak Kementerian/Lembaga berlomba-lomba membangun gedung kantor yang megah dengan alasan jumlah pegawai yang makin bertambah, meningkatkan kenyamanan pegawai, gedung yang ada kurang memadai dan sebagainya. Hal ini

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201430

ragam pengawasan

Page 31: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

tentu saja bisa dimengerti, karena semua itu akan bermuara kepada meningkatnya pelayanan publik. Bila kita cermati, ternyata tidak sedikit gedung kantor Kementerian/Lembaga baik di pusat maupun di daerah yang idle atau tidak digunakan sesuai tugas dan fungsi. Alangkah baiknya bila pemerintah memprioritaskan pemanfaatan gedung-gedung yang ada daripada membangun gedung baru. Kementerian/Lembaga harus mau melepas gedung/tanah yang sebetulnya tidak terlalu mereka butuhkan untuk dimanfaatkan Kementerian/Lembaga yang lain. Egoisme Kementerian/Lembaga harus disingkirkan jauh-jauh. Mereka harus diajak berfikir lebih luas tentang pemanfaatan gedung kantor untuk kepentingan negara, bukan kepentingan Kementerian/Lembaga mereka saja.

Maka pemotongan anggaran pembangunan gedung kantor harus dilakukan dengan selektif mengingat beberapa Kementerian/Lembaga memang benar-benar membutuhkan gedung kantor yang lebih layak dan memadai. Karena tidak dapat dipungkiri kebutuhan gedung kantor memang meningkat seiring meningkatnya jumlah pegawai dan upaya meningkatkan layanan publik. Selain itu, hal ini harus tetap diimbangi dengan pemanfaatan gedung kantor yang idle. Kalau perlu pemerintah dapat memaksa Kementerian/Lembaga untuk melepaskan gedung kantor idle yang dikuasainya untuk digunakan Kementerian/Lembaga lain yang lebih membutuhkan.

Kelima, pengadaan kendaraan operasional. Kendaraan operasional atau kendaraan dinas yang dimiliki Kementerian/Lembaga selama ini lebih cenderung menjadi beban negara ketimbang memberikan manfaat. Biaya pemeliharaan kendaraan dinas jauh lebih besar daripada manfaat

yang diterima negara. Dengan biaya pembelian dan pemeliharaan yang besar, penggunaan kendaraan dinas ternyata lebih melekat kepada orang atau pejabat sebagai pemegang kendaraan dinas ketimbang operasional kantor Kementerian/Lembaga. Dengan demikian penyalahgunaan kendaraan dinas untuk kepentingan pribadi tentu sulit dihindari. Jangan heran kalau kita melihat kendaran dinas digunakan untuk keperluan pribadi keluarga pejabat.

Pemotongan anggaran pengadaan kendaraan dinas tentu langkah yang bijak, menambah jumlah kendaraan dinas hanya menambah beban negara dalam hal pemeliharaan aset, dengan manfaat yang belum pasti diterima negara.

Akan tetapi akan lebih baik kalau kebijakan pemotongan ini diikuti dengan pembenahan pengelolaan kendaraan dinas secara lebih menyeluruh dan substantif. Mengingat sulitnya “memaksa” para pemegang kendaraan dinas untuk memisahkan kepentingan dinas dan pribadi, mungkin ada baiknya mengubah peraturan yang selama ini berlaku. Wacana memberlakukan uang sewa dan pembebanan biaya pemeliharaan kepada pemegang kendaraan dinas layak dicuatkan kembali. Pembebanan uang sewa dan pemeliharaan akan mengubah biaya menjadi pendapatan, dan ini jelas akan berdampak positif terhadap keuangan negara. Setiap pejabat yang memegang kendaraan dinas diwajibkan menandatangani kontrak berisi hak dan kewajibannya termasuk dalam menjaga aset negara.

Secara umum, jelas kebijakan pemotongan anggaran oleh pemerintah patut didukung semua pihak yang menginginkan reformasi birokrasi. Lagipula kebijakan ini akan sedikit mengurangi beban Kementerian/Lembaga dalam menyerap anggaran. Mungkin memang harus dengan “tangan besi” pemerintah berupa pemotongan anggaran untuk mengubah mental aparat birokrasi ke arah yang lebih positif. Apabila ternyata pemotongan anggaran tidak banyak menurunkan kinerja Kementerian/Lembaga, tentu ini akan dapat dijadikan baseline dalam penyusunan anggaran tahun-tahun yang akan datang. Sehingga anggaran belanja negara tidak over budgetted seperti yang banyak disinyalir selama ini.

31VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

ragam pengawasan

Page 32: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Dessy Febrita Shanty (Dessy)Dulu Tau Itjen Gak Sih?Awal masuk aku juga gak tau itjen itu apa, wong aku baru lulus kuliah dari Fakultas Hukum jurusan pidana lagi, yang tiap hari diskusinya kasus pencurian,

pembunuhan, penggelapan, korupsi dsb. Dan parahnya yang daftarin cpns itu temen aku sendiri dan bukan aku. Hihi

Setelah nama aku dinyatakan lulus cpns Kemenkeu dan di tempatin di unit “ITJEN” baru deh aku mulai searching internet Itjen itu apa sih. Sekilas aku baca ternyata Itjen itu pengawas alias pemeriksa yang kerjanya ntar ngaudit dsb. Aku dapat cerita juga dari temenku kalo di tempatin di Itjen itu kerjaannya ntar jalan2 keliling Indonesia, ditakuti orang, trus gak akan mutasi kemana2 alias di Jakarta aja. Senengnyaa dibilang gitu.

Bagaimana Setelah Masuk Itjen?Well, setelah masuk aku dapat program induksi dari para atasan dan senior2 yang kelihatannya ramah banget serta welcome banget sama anak2 baru. Disana kita bersepuluh (karena yg diterima

Tidak semua orang mengetahui Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan (Itjen). Begitu pula bagi pegawai baru penerimaan Sarjana tahun 2014. Bagi mereka, penempatan di Itjen memiliki cerita tersendiri. Pada saat itu, mereka mempunyai anggapan yang masih awam mengenai unit Itjen. Namun setelah penempatan, mereka seperti tercerahkan mengenai seluk

beluk yang berkaitan dengan Itjen. Mulai dari tugas-fungsinya, lokasi, sampai kepada pola mutasinya. Harapan untuk Itjen-pun terbersit di hati mereka tatkala sudah mulai bekerja di unit tercinta ini. Tim Auditoria sudah mewawancarai beberapa pegawai terkait cerita tersebut. Berikut kutipannya:

hanya 10 orang di Itjen) dapat banyak motivasi dan wejangan dari atasan yang bikin kita lebih semangat. Setelah itu lanjut dengan OJT dan pindah-pindah dari Inspektorat ke Sekretariat. Aku baru tau kalo di Itjen itu struktur Organisasinya ada Inspektorat dan Sekretariat. Setelah itu aku mulai memahami sedikit demi sedikit tentang proses kerja di Itjen. Hmmm awalnya bingung sih, tapi belajar sedikit demi sedikit emang butuh waktu untuk paham tapi setidaknya aku mulai menikmati pekerjaanku (walaupun di TU). Mulai dr urusan surat menyurat sampai diikut sertakan workshop dan ikut Dinas Luar itu rasanya seneng banget. Walaupun masih ga ngerti tapi ya inilah namanya proses. Bagi aku Itjen adalah tempat dimana aku bisa bekerja dan menimba ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya karena sedikit banyaknya kita bisa tau mengenai tentang proses bisnis di unit-unit eselon I seperti di Pajak, Bea Cukai, Perbendaharaan,dll.

Harapannya Kedepannya Seperti Apa?Harapan aku semoga Itjen (khususnya para pegawai) tetap bisa menjaga nilai-nilai Kementerian Keuangan terutama INTEGRITAS dan PROFESIONALISME agar bisa menjadi contoh bagi unit Eselon I lainnya, gak ada lagi cerita zaman “jahiliah”, gak ada lagi cerita KKN dsb. Semoga semakin maju dan Jaya.

SumarniDulu Tau Itjen Gak Sih?Waktu mendaftar Kementerian Keuangan sempat bingung mau pilih unit apa. Sebenarnya saya tertarik memilih Ditjen Pajak karena berharap bisa ditempatkan di KPP Bengkulu sehingga bisa dekat

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201432

Speakout

Page 33: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

dengan orang tua. Tetapi ternyata waktu saya memilih tidak ada pilihan ditjen pajak. Seingat saya cuma ada pilihan Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal (Itjen). Saya jadi berpikir mungkin Ditjen Pajak bagian dari Itjen. Akhirnya saya memilih Itjen dengan memilih dua jabatanya itu analis pajak dan penata laporan keuangan.

Waktu pengumuman saya sangat senang karena bisa lulus di Kemenkeu. Benar-benar tidak menyangka bisa mengalahkan ribuan orang. Walaupun agak kecewa karena penempatannya tidak sesuai harapan yaitu di Inspektorat Jenderal (Itjen). Waktu itu saya benar-benar tidak tahu apa itu Itjen. Sayapun langsung bertanya kepada teman saya yang sudah lulus duluan di Kemenkeu. Saya sempat kaget karena ternyata Itjen adanya cuma di Jakarta. Yahhh… tidak ada harapan bisa dekat dengan orang tua. Jadi bingung tetap lanjut apa mundur. Akhirnya dengan kemantapan hati mungkin emang sudah jalan saya di sini saya pun tetap maju dan daftar ulang ke Itjen.

Bagaimana Setelah Masuk Itjen?Setelah masuk Itjen dan ikut OJT selama beberapa bulan saya menjadi lebih banyak tahu tentang Itjen. Dan saya malah bersyukur bisa masuk Itjen karena mutasinya yang hanya pindah lantai. Tidak seperti unit lain yang mutasinya pindah-pindah daerah belum lagi kalau dapat penempatan yang jauh. Selain itu pegawainya ramah-ramah dan pintar-pintar. Luar biasa deh pokoknya…. Oh ya ada lagi yang menarik dari Itjen sering tugas ke daerah-daerah jadi bisa keliling Indonesia gratis he..he…. Saya merasa bangga bisa menjadi pegawai Itjen karena sebagai unit pengawasan internal untuk seluruh organ Kemenkeu. Dengan demikian kita dituntut untuk mengetahui tugas dan fungsi unit lain beserta peraturan-peraturannya. Bagi saya itu adalah tantangan yang cukup berat karena harus mempelajari banyak hal. Tetapi saya yakin saya bisa melakukannya.

Harapannya Kedepannya Seperti Apa?Harapan saya semoga bisa menjadi pegawai Itjen yang berkualitas dan berintegritas. Saya bisa berkontribusi untuk kemajuan Itjen.

Tina Safitri (Tina)Dulu Tau Itjen Gak Sih?Dulu waktu diminta untuk pilih unit eselon I denger ITJEN langsung terbayang audit, karena kalau dari kepanjangannya Inspektorat Jenderal sudah sedikit ada gambaran kalau core-nya ITJEN itu audit..tapi belum tau kalau ITJEN itu internal auditnya Kemenkeu..

Bagaimana Setelah Masuk Itjen? Tugasnya berat juga ya. Dengan auditi yang tersebar di seluruh Indonesia, dan dengan auditor yang tidak terlalu banyak di ITJEN (mungkin ya..) tapi ITJEN masih tetap bisa menjalankan tugasnya dengan baik..

Harapannya Kedepannya Seperti Apa?

Semoga dengan saya bergabung di ITJEN, bisa memberikan manfaat dan kontribusi bagi ITJEN dan Kemenkeu dan Negara tentunya... hehe

Dhermaga Surya Wicaksana (Dhermaga)Dulu Tau Itjen Gak Sih?“Dulu, ketika pengumuman penerimaan CPNS ditampilkan di website, ternyata saya diterima di Inspektorat Jenderal Kemenkeu. Tapi saya sendiri tidak tahu Itjen itu

apa. Bener-bener kayak alien bagi saya. Setelah searching di Google baru tahu kalo Itjen itu fungsinya sebagai pengawas. Tapi pengawas yang bagaimana saya juga kurang tahu maksudnya.”

Bagaimana Setelah Masuk Itjen? “Setelah masuk di Itjen, apalagi setelah mengikuti Program Induksi, saya jadi makin tau tentang Itjen. Ternyata Itjen memiliki tugas melaksanakan pengawasan internal dalam lingkungan Kemenkeu. Karena aku sebetulnya punya saudara yang bekerja sebagai auditor di lembaga audit juga, saya jadi sedikit ngerti tentang bagaimana core business

33VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Speakout

Page 34: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Itjen. Mengetahui hal itu, saya kemudian jadi makin tertarik dengan Itjen.”

Harapannya Kedepannya Seperti Apa? “Saat ini saya ditempatkan di Bagian Sistem Informasi Pengawasan. Saya senang ditempatkan di sini karena orang-orangnya ramah, kompak, dan punya banyak ide kreatif. Di sini saya juga banyak dapat ilmu baru terutama yang berkaitan dengan IT. Hal yang tidak saya dapatkan di bangku kuliah, sehingga saya berharap dengan ditempatkan di sini saya bisa semakin mengembangkan diri saya. Dibagian SIP ini, saya berharap bisa makin berguna bagi bangsa dan Negara walaupun tidak secara langsung.”

Dhika Pungky Ranisa (Icha)Dulu Tau Itjen Gak Sih?

Nggak tahu.

Kenapa milih itjen bukan eselon 1 lain?Saya anak hukum, terus ada pembukaan PNS lalu aku ikut. Aku benar-benar nggak ngerti kemenkeu itu apa, unit eselon 1 lain itu apa. Waktu masukin pilihan, seingetku aku masukinnya Perben dan Anggaran. Akhirnya alhamdulliah saya masuk Itjen. Itjen kan ga dipindah-pindah. Baru sadar kalau di perben itu dipindah-pindah. Trus akhirnya aku di sini OJT, akhirnya masuk IR7.

Bagaimana Setelah Masuk Itjen?Itjen itu enak ya, ga pindah-pindah. Sisi kerjaan, enak sih. Kita ngikutin alur aja. Aku baru dapat IKU surat masuk surat keluar, RM, dan digitalisasi. Tapi baru sibuk di surat masuk dan surat keluar. Ikutin alur aja enak sih di sini. Kerjaan sih santai, ga pernah lembur.

Harapannya Kedepannya Seperti Apa?

Tetap bekerja semaksimal mungkin, berikan yang terbaik. Sebagai unit audit, biar Kemenkeu baik. Kata orang Itjen itu kan tahu semua, kita dilihat banget. Melihat cara diri kita bersikap gimana. Harus lebih baik. Makin jaya aja Itjen.

Christina Chintya Lestari Tampubolon (Christina)Dulu Tau Itjen Gak Sih?Dulu sebelum keterima di Itjen,cuma tau kalau Itjen itu audit internal nya Kemenkeu.

Bagaimana Setelah Masuk Itjen?Setelah masuk Itjen baru deh tau kalo lingkup kerja Itjen itu luas banget. Dari Ir 1 sampai IBI. Trus di Itjen tuh kayanya harus “khatam” sama peraturan-peraturan terkait auditee nya.

Dan di Itjen juga ada sekretariat yang mensupport kerjaan auditor-auditor.

Harapannya Kedepannya Seperti Apa?Harapannya semoga bisa bermanfaat di Itjen, trus semoga bs mengembangkan diri sendiri juga.

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201434

Speakout

Page 35: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Service Master adalah perusahaan yang sukses dan dinamis di bidang kebersihan dan maintenance rumah sakit, sekolah dan gedung-gedung lainnya. Perusahaan ini

melayani setidaknya 12 juta pelanggan di Amerika Serikat dan 44 negara di dunia dengan tingkat pendapatan tidak kurang dari USD7 milyar.. Bidang yang digelutinya bukanlah bidang yang “bergengsi”. Pekerjaannya tidak lain adalah membersihkan tolilet, menggosok lantai, dan membasmi hama di dalam dan luar gedung.

Meskipun demikian, Service Master telah menanamkan pada para pegawainya rasa kebanggaan dan tanggung jawab. Semua itu berkat pendekatan kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpinnya yaitu C. William Polard. C. William Pollard bergabung dengan Service Master pada tahun 1977 dan menjadi CEO untuk dua masa jabatan sejak 1983.

Polard memiliki keyakinan bahwa mengambil hak pegawai untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan adalah tidak bermoral. Pollard berpendapat bahwa pemimpin memiliki tangungjawab moral untruk membantu bawahannya mengembangkan potensi dirinya secara penuh. Hal tersebut dilakukan dengan mengembangkan keterampilan mereka, memberikan informasi, perangkat, dan kewenangan yang dibutuhkan bagi pegawai untuk bertindak secara independen.

Pollard menggambarkan dirinya sebagai “pemimpin yang memimpin dengan hati melayani” dan mendorong pemimpin lain dalam perusahaannya untuk bertindak yang sama. Para pemimpin di perusahaannya tidak melihat tugas mereka hanya membuat orang-orang di bawahnya dapat berkinerja baik tetapi mendorong mereka tumbuh secara individu secara optimal.

Para pemimpin di Service Master memperhatikan bagaimana perasaan bawahannya terhadap pekerjaan, dan terhadap rekan kerja yang lain. Service Master menekankan perlunya pemimpin mengambil kebijakan pintu terbuka dan harus bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan bawahan.

Bagi Pollard, pemimpin yang sejati bukanlah “orang yang paling terkenal dan tinggi

KEPEMIMPINANYANG

MELAYANI“It is the duty of the leader to be a servant to those

responsible to him.”

Robert Woods Johnson

35VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Alexander on Leadership

Page 36: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

gajinya atau yang paling lama mengabdi pada perusahaan….. tetapi orang yang merupakan role model , pengambil risiko, bukannya orang yang mempromosikan dirinya sendiri tetapi yang dapat mempromosikan orang lain.”

---000---

Menjadi pemimpin pada hakekatnya adalah melayani orang banyak, termasuk bawahan. Itulah konsep pemimpin yang melayani. Untuk menjadi pemimpin yang melayani membutuhkan kekuatan moral tertentu. Betapa banyak orang yang setelah diangkat menjadi pemimpin menjadi berubah perilakunya menjadi menjaga jarak dengan bawahan.

Pemimpin yang melayani akan menghargai orang lain sebagai manusia yang bermartabat bukan sekedar pekerja. Mereka, para bawahan, adalah manusia yang berakal budi dan memiliki keinginan serta mimpi-mimpi. Pemimpin yag melayani harus memiliki motivasi yang lebih dari sekedar menumpuk kepemilikan benda-benda sebagai cermin keserakahan.

Lalu bagaimana cara menjadi pemimpin yang melayani?

Robert Greenleaf menulis dalam bukunya mengenai kepemimpinan yang melayani empat prinsip pemimpin yang melayani.

Pertama, utamakan pelayanan dan bukan kepentingan pribadi. Pemimpin yang melayani dengan sadar memilih mendedikasikan kemampuannya untuk merubah dan mengembangkan orang lain dan organisasi. Keinginan membantu orang lain lebih didahulukan dibandingkan dengan nafsu untuk memperoleh kedudukan kepemimpinan yang formal atau memperoleh jabatan bergengsi. Pemimpin yang melayani lebih menjalankan apa yang menurutnya benar dan baik bagi orang lain dan organisasi meskipun tidak ada imbalan jangka pendek berupa uang atau fasilaitas lain.

Kedua, dahulukan mendengar untuk memahami orang lain. Pemimpin yang melayani tidak memiliki jawaban, dia mengajukan pertanyaan. Salah satu sumbangan terbesar pemimpin yang melayani adalah kemampuannya mendengar, pemahamannya yang penuh akan masalah yang dihadapi, dan menumbuhkan kepercayaan diri anak buahnya. Pemimpin yang melayani mencoba memahami keinginan kelompok dan mendorongnya sejauh mungkin. Pemimoin tidak perlu menekankan keinginannya sendiri kepada bawahan. Hanya dengan memahami bawahan, pemimpin dapat mendorong tindakan terbaik bawahan.

Ketiga, bangkitkan suasana saling percaya (trust) dengan menunjukkan bahwa pemimpin dapat dipercaya. Pemimpin yang melayani membangun kepercayaan dengan melaksanakan apa yang diucapkan, senantiasa jujur, dan fokus terhadap

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201436

Alexander on Leadership

Page 37: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

kesejahteraan bawahan. Pemimpin yang melayani akan menyampaikan informasi baik yang baik maupun yang buruk kemudian mengambil tindakan untuk kebaikan seluruh anggota organisasi. Kepercayaan (trust) juga ditumbuhkan dengan mempercayai bawahan mengambil keputusan. Kepercayaan tersebut pada gilirannya akan meningkatkan keterlibatan bawahan dan kinerja organisasi.

Keempat, bantu bawahan memenuhi harapan mereka. Pemimpin yang melayani akan memperhatikan semangat bawahannya. Pemimpin tersebut memahami potensi bawahan yang dapat memberikan pengaruh positif bagi organisasi. Pemimpin yang melayani membantu bawahannya menemukan kekuatan semangat dalam melaksanakan tanggung jawab. Hal tersebut mensyaratkan sang pemimpin harus terbuka dan berbagi dalam kondisi seburuk apa pun. Dengan berbagi pada keadaan yang buruk sekalipun, pemimpin akan lebih dekat dengan bawahan dan memperoleh dukungan yang penuh dari bawahan untuk mengatasi setiap permasalahan.

Singkatnya, pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mendorong bawahannya untuk mengembangkan potensi diri dan membantu bawahanya memaknai tujuan bekerja yang lebih luas.

Wah, mengapa konsep ini kok membuat figur pemimpin kurang macho, bahkan terlalu lunak dan jadi seperti orang yang tidak penting (karena fungsinya hanya melayani)?

Memang figur pemimpin yang lebih atraktif, macho dan agitatif sering menyita perhatian. Akan tetapi, coba perhatikan, pemimpin yang melayani tingggal dalam ingatan peradaban lebih lama dari pemimpin jenis yang pertama tadi…..

Percaya……?

(Catatan: Orang yang kata-katanya dikutip di awal tulisan ini, mengembangkan perusahaannya dari sebuah perusahaan kecil menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia yang produknya hampir pasti ada di rumah kita, Johnson&Johnson)

Jakarta, 23 12 2013

37VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Alexander on Leadership

Page 38: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Nasionalisme. Apa itu nasionalisme? Sebuah istilah yang telah didengungkan ke telinga kita sejak duduk di bangku sekolah. Sebuah

istilah yang tertanam di benak setiap warga negara Indonesia. Sebuah istilah yang kita cukup tau. Ya, hanya cukup tau, karena jika ditanya arti nasionalisme akan keluar jawaban yang luber kemana-mana.

Memperbincangkan nasionalisme mungkin terdengar klise dan membosankan. Tema yang muncul musiman, seringnya saat musim perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Banyak orang yang skeptis jika ada perbincangan mengenai nasionalisme. Sedih rasanya saat berapi-api mengagung-agungkan negara lain, seperti Jepang dan Singapura, namun enggan untuk memperbincangkan negara kita sendiri untuk sekedar mencari ide kecil yang bermanfaat.

Banyak orang ingin tinggal di luar negeri karena pendapatan yang mereka dapat bisa berkali lipat,

lembaga pendidikan yang mentereng, fasilitas hidup yang serba terbaik dan gengsi. Di

Jakarta memang transportasi masih amburadul, pekerjaan dengan gaji

layak susah didapat, lingkungan tempat tinggal masih

berantakan, tapi inilah negara kita yang sedang

berproses. Indonesia terdiri dari

ragam budaya, suku, dan agama. Wilayahnya membentang 1,904,569 km2 dengan 237.556.363 manusianya. Membandingkan Korea atau Singapura dengan Indonesia itu tidak relevan!

Mengutip ucapan Pandji Pragiwaksono, “What we are right now is a product of our past. If we dont like what we see today, we change it. We make it happen. It may not be for the benefit of our own, but by God, it will be for the benefit of our children’s children”.

Jika kita dan bangsa ini ingin terus bergerak dinamis mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, maka kita harus terus belajar dan terus membuka diri. Karena wawasan akan ilmu pengetahuan dan mental yang telah ditempa dengan matang akan membawa Indonesia berproses secara cepat untuk mencapai check-point yang diidamkan para pendahulu bangsa. Bukalah diri untuk mengamati sekeliling negara dan bangsa ini yang akan menunjukkan bahwa kita tidak miskin! Tuhan memberikan tanah air Indonesia dengan segala kekayaan dan keberagaman yang sejatinya dapat kita manfaatkan untuk kemaslahatan bangsa.

Memang banyak yang harus kita perbaiki, baik dari sistem yang mengatur proses berjalannya negara kita maupun mental warganya yang sejatinya menjadi cikal bakal kemajuan bangsa Indonesia. Kita harus optimis! Kita harus percaya! Tengoklah ke belakang saat negara ini belum punya institusi yang bernama KPK. Sejak merdeka sampai selesainya rezim Presiden Soeharto tidak pernah terdengar penangkapan koruptor. Bayangkan saja berapa triliun APBN yang terhambur ke tangan oknum-oknum birokrat. Lahirnya KPK membawa angin surga yang turut menyembuhkan penyakit

NasioNalisme dalam KebiNeKaaN

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201438

AUDITOASE

Page 39: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

menaun negara ini. Jika korupsi itu penyakit kanker, aksi KPK ini seperti kemoterapi. Penyakit yang tidak bisa sekali babat habis, perlahan tapi pasti kita kikis habis.

Negara ini semakin membaik. Warganya semakin melek akan kondisi bangsanya, walaupun ada pakar yang bilang negara kita sedang terpuruk, sumber daya alam kita dikeruk, dan oknum birokrat yang mentalnya buruk. Kita akui itu semua. Saat kita telah disadarkan dengan kondisi yang ada, saatnya kita mulai bergerak dari sekarang. Bergerak dari tempat kita masing-masing. Keberagaman bangsa ini bukan lagi alasan yang dijadikan kambing hitam untuk maju. Keberagaman menjadi tolak loncatan kita untuk ke depan. Pegawai negeri sipil memiliki bermacam cara untuk melaksanakan loncatan itu karena kita bersentuhan langsung dengan kepengurusan negara ini. Menjadi PNS bukan berarti pikiran kita terkungkung, melainkan kita juga harus mengembangkan kreativitas yang pada akhirnya menghasilkan inovasi-inovasi dalam bekerja. Figur pimpinan setiap lembaga negara juga punya peran krusial karena mereka salah satu trigger berlangsungnya perubahan sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti yang dilontarkan CM Susetya, Pejabat Eselon III Inspektorat Jenderal, bahwa setiap pemimpin harus punya mimpi. Jika tidak punya mimpi, apa yang mau diraih?

Setiap orang punya mimpi. Setiap golongan pun demikian. Keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan saling melengkapi tujuan dan impian Indonesia. Sering negara kita digoyang oleh paham-paham radikal yang ingin menjadikan Indonesia menjadi satu bentuk tertentu, tapi setiap itu pula kita bisa mementahkannya. Menurut saya negara kita sudah ada di koridor yang tepat. Kita harus terus menjaga ritme yang dinamis ini agar terus bergerak ke arah yang baik. Atmosfer demokrasi negara kita semakin baik untuk kehidupan manusia-manusia yang ada didalam naungannya. Munculnya pemimpin-pemimpin yang menawarkan ide cemerlang dan gagasan baru untuk era menandai semakin sehatnya negara kita. Salah satu gagasan terbaik atas dasar kecintaan pada negeri ini ialah Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Anies Baswedan. Sebuah program yang menggabungkan pelajaran dari berbagai generasi, perjalanan

aktivitas pengabdian maupun interaksi dengan berbagai masyarakat, serta pengetahuan modern yang dipetik dari dunia akademik global. Pengajar Muda (sebutan untuk volunteer Indonesia Mengajar-red) menyebar dari Kabupaten Aceh Utara hingga Kabupaten Fak-Fak.

Selanjutnya ada seorang pemuda bernama Dokter Gamal Albinsaid memilih membuka Klinik Asuransi Sampah sebagai bentuk dedikasinya terhadap bangsa. Klinik Asuransi Sampah adalah program asuransi kesehatan dengan premi sampah sebagai pembiayaan program kesehatan. Warga cukup menyerahkan sampahnya kepada Klinik Mawar Husada. Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai “Dana Sehat” melalui dua cara, untuk sampah organik dijadikan pupuk dengan Metode Takakura, sedangkan untuk sampah anorganik dijual ke pengepul.

Banyak sekali cara bagi kita untuk menjaga gelombang semangat nasionalisme ini agar terus bergulir.Mendukung tim nasional yang berlaga di GBK pun bisa jadi bukti nyata tentang semangat nasionalisme yang timbul dari hati masing-masing tanpa ada tendensi politik atau kepentingan pribadi. Stadion yang mampu menampung seratus ribu orang bergemuruh saat Lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Rasa bangga dan haru bercampur jadi satu.

Setiap insan di bumi Indonesia memiliki peran masing-masing untuk menunjukkan seberapa besar cintanya terhadap negeri ini. Bangsa yang dibangun dari budaya dan asal yang heterogen menjadikannya sebagai tantangan tersendiri untuk menjaga konsistensi kemajuan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Mengutip ucapan Pandji, “Bahwa yang benar adalah bukan dijadikan SATU tapi dijadikan BERSATU”. (ARF)

39VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

AUDITOASE

Page 40: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Bicara soal surat tugas dan perjalanan dinas, awak Inspektorat Jenderal pasti akan menyebut namanya. Siapa lagi kalau bukan pria muda yang mengisi rubrik profil Itjen kali ini, Ludovikus Agwin Primana. Cukup bersabar untuk bisa bertemu dan berbincang langsung dengan , ‘dovi” biasa dia disapa. Bagaimana tidak, dari pagi hingga sore hari meja nya penuh dengan surat tugas yang perlu ia reviu.

Pria yang cukup enjoy dengan status single ini lahir di Madiun tanggal 25 Juni 1987. Masa kecil hingga cukup dewasa, ia habiskan di kota tercintanya Surakarta. Anak sulung dari 3 (tiga) bersaudara ini menuturkan perjalanan masa sekolahnya. SD Widya Wacana X menjadi tempat pendidikan pertamanya. Dengan prestasi yang ia peroleh semasa sekolah dasar, ia mampu melanjutkan pendidikan di SLTP N 1 Surakarta dan kemudian SMA N 1 Surakarta. Kedua sekolah negeri ini merupakan sekolah terbaik di kota Surakarta saat itu.

Setelah lulus jenjang SMA, ia memperoleh peruntungan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Ini kali pertama baginya harus berpisah dengan keluarga

dalam jangka waktu cukup lama karena harus hijrah dan hidup kost di Jakarta. Pengalaman ini membuahkan pengaruh baik baginya karena paling tidak ia mau tidak mau berusaha untuk hidup mandiri. Perjalanan pendidikan nya di STAN berjalan dengan lancar dan hingga masa penempatan kerja. Sesuai dengan minat nya, ia pun ditempatkan di Inspektorat Jenderal pada Desember 2008 lalu.

Pria berjambang yang terkenal ‘eksis’ di Inspektorat Jenderal ini bercerita bahwa dari awal masa kerja nya di Inspektorat Jenderal ± 6 tahun ini, ia ditempatkan di Bagian Umum yaitu Subbagian Penugasan Pengawasan dan belum mengalami proses mutasi ke unit lainnya. “Masih dipercaya di sini kali ya, jadi masih tetep disini.” ungkapnya sambil tersenyum.

Mulanya, ia ditugaskan sebagai konseptor atas surat tugas di Inspektorat Jenderal dan membantu melakukan reservasi tiket pesawat. Cukup sulit menurutnya karena keterbatasan pegawai pada Subbagian Penugasan Pengawasan pada saat itu, tapi sekarang dengan bertambahnya pegawai baru, pekerjaan lebih teratur sesuai tugas masing-masing. Sekarang ini, tugas nya sehari-

Yang Muda, Yang Membara...

Profil Ludovikus Agwin PrimanaPelaksana Senior Bagian Umum Inspektorat Jenderal

“Tawanya, celoteh spontan dan gayanya. Inilah yang membuatnya menjadi sosok yang dipandang unik di Inspektorat Jenderal. Siapa yang tak kenal dia?

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201440

PROFIL

Page 41: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

hari meliputi reviu konsep Surat Tugas, reviu Surat Perjalanan Dinas, dan merangkap sebagai LO Keuangan terkait dengan pembiayaan tiket perjalanan dinas. Belum lagi ditambah kegiatan diluar tugasnya yang seringkali menyita banyak waktu hingga ia harus pulang hingga larut.

Banyaknya kegiatan yang menjadi tugas sehari-harinya, membuatnya cukup banyak mendapat pengalaman menarik. Baik dalam hal pembuatan surat tugas dan penyediaan perjalanan dinas dalam waktu yang mendesak, permintaan lain-lain dari auditor yang melaksanakan perjalanan dinas terkait maskapai penerbangan, dan berbagai pengalaman lain.

Pria yang dikenal punya kepribadian “unik” ini menjelaskan bahwa pengalaman seru juga sering ia temui ketika ditunjuk menjadi koordinator lapangan pada kegiatan-kegiatan Itjen. Belum lama ini misalnya, pada kegiatan Konferensi Aparat Intern Pemerintah (AIP) dimana Itjen Kemenkeu ditunjuk sebagai ‘host’ dan mengundang perwakilan seluruh aparat intern di lingkungan Kementerian, Non Kementerian, dan Pemerintah Daerah, ia terlibat banyak dalam tim penyelenggaraan acara. Mulai dari konfirmasi undangan, koordinasi dengan pihak terkait baik Event Organizer (EO), tim penyedia materi, komite, dan lain-lain. Ia pun juga turut membantu dalam administrasi persuratan dalam kegiatan ini. “Capek sih, tapi seru bisa nambah pengalaman”, tambahnya mengomentari konferensi AIP lalu.

Lalu, kira-kira apa harapan nya untuk pelaksana baru di Bagian Umum dan masa depan Inspektoral Jenderal ?

Pelaksana baru yang nantinya ikut membantu pelaksanaan kegiatan di Bagian Umum harus bangga dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Mungkin anggapan orang mengenai tugas kerja Bagian Umum dinilai sederhana dan simple, itu tidak tepat. Jauh dari anggapan itu, peran Bagian Umum dalam sebuah instansi, termasuk Inspektorat Jenderal cukup penting. Bagian Umum merupakan pendukung utama pada suatu instansi dalam menjalankan tugas fungsinya dengan baik. Di Inspektorat Jenderal misalnya, dalam menjalankan core busineess nya dalam hal auditing, Bagian Umum dilibatkan dalam penyediaan sarana prasarana yang mendukung kegiatan tersebut.

“Yang Muda ya harusnya yang lebih membara, lebih aktif gitu”, tuturnya ketika berpendapat untuk proyeksi masa depan Bagian Umum. Menurutnya, dengan load pekerjaan non tusi di Bagian Umum yang sangat menyita waktu, memang diperlukan jiwa yang aktif dan kreatif. Kreativitas sangat diperlukan disini. Selain itu, jiwa melayani dan tidak kaku dinilai sebagai kunci positif sikap yang hendaknya dimiliki awak Bagian Umum.

“Untuk Itjen Kemenkeu tercinta ini saya selalu berharap Itjen terus dan terus berkembang terutama berinovasi dalam kegiatan pengawasan”, harapnya pada Itjen. Menurutnya, dalam proses reformasi birokrasi yang berjalan ini, Itjen Kemenkeu dinilai cukup berhasil dan mampu dijadikan contoh bagi yang lain. Inovasi produk pengawasan yang selama ini dilakukan Itjen seharusnya terus menerus digali agar Itjen Kemenkeu menjadi pionir bagi unit pengawas intern lainnya di negeri ini. (DIT)

41VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

PROFIL

Page 42: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Malam itu, hujan pun dengan lebatnya hadir. Hadir di tengah-tengah malam kami. Pikirku pun melayang, rasanya nikmat sekali kalau perut kami malam itu diisi dengan hidangan yang hangat. Tanpa berfikir panjangpun kami sekeluarga bergegas keluar rumah mencari apa yang kami cari. Yakk,,hidangan hangat nan nikmat. Berkeliling menyusuri jalan yang sepi karena hujan yang tak kunjung berhenti. Dan akhirnya kami menemukan apa yang kami cari, “Yes, akhirnya!”, celoteh kami spontan. Pilihan kami tertambat pada warung kecil di ujung jalan yang menjual nasi dan mie jawa. Api-api kecil yang pecah ketika arang itu dikipas oleh si abang, yang membuat kami tertarik untuk mampir.

Kami bergegas memilih menu untuk kami santap. Segala yang kami inginkan, kami pesan. Kali itu kami seolah punya nafsu makan yang meledak. Kami santap hidangan yang tersaji. Kami nikmati kuah hangat yang tersaji di piring kami, “shrluupp lezat”, tambah kami. Setelah perut kami tidak lagi berteriak-teriak seperti setengah jam sebelumnya ketika kami di rumah, kami memutuskan untuk menyudahi obrolan kita di warung itu. Berjalanlah saya ke ibu yang duduk melamun di pojok ruangan,

ibu itu adalah istri si abang yang bertugas menghitung pesanan dan menerima uang. Ibu setengah baya dengan mata yang terlihat sayu itu pun menghitung jumlah makanan yang kami pesan. Kalkulator pun ditekannya berkali-kali, terlihat betul ibu ini cukup sulit untuk menghitung tanpa kalkulator. “Betul tuh bu segitu?” tanya saya karena kaget dengan harga yang harus saya bayar. Bagaimana tidak, makanan selezat dan porsi yang banyak kita hanya membayar sekian ribu. “Memang segini mbak”, jawab ibu itu dengan logat jawa yang kental. Setelah membayar dan kemudian menerima uang kembalian, saya bergegas keluar tanpa menghitung kembali uang kembalian yang saya terima.

Setibanya di rumah, betapa kagetnya ketika melihat uang kembalian yang terlihat kumal di dalam kantong. Banyak sekali ini uang kembalian, gumam saya dalam hati. Terbesit niat untuk kembali menghitung harga makanan tadi dari nota kecil sederhana dari si ibu tadi. Ternyata kelebihan uang kembalian nya. Dua puluh ribu rupiah. Terbayang raut letih si abang dan istrinya ketika menanti para pembeli singgahi warungnya. Mungkin bagi kami uang itu tidak seberapa, tapi untuk keluarga si abang pasti sangat berharga tentunya.

Tanpa berfikir lama, saya putuskan untuk mengeluarkan kendaraan roda dua untuk kembali ke warung itu. Butuh waktu cepat fikirku waktu itu, takut warung itu sudah tutup kalau saya berlama-lama kembali. Mantel dan gerimis temani perjalanan saya dan kakak kesana. Sesampainya di warung itu,

Dimana Hati Nurani Mereka Sebenarnya?Implementasi Sederhana Sebuah Makna Kejujuran

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201442

resonasi

Page 43: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

terlihat si abang dan istri sedang berbenah hendak menutup warungnya. Saya bergegas menghampiri, saya sodorkan nota sederhana dan uang kembalian kumal dalam kantong. “Coba ibu hitung ulang lagi ya”, pinta saya pada si ibu. Kalkulator berulang kali di tekannya. “Oiya mbak, kembaliannya kebanyakan”, jawab si ibu lirih. “Matur suwun nggih mbak.” ucap si abang dan istri dengan mata berkaca-kaca.

Hati ini pun lega tiada tara. Bagi saya, keputusan yang saya pilih ini tepat. Bisa-bisa kalau uang kembalian itu tidak kami kembalikan kepada yang berhak, pasti saya tidak bisa tidur tenang malam itu. “Jujurlah, insyaallah kamu bahagia”, pesan ayah kepada saya dalam setiap wejangannya. Itu ternyata berlaku betul dan itulah yang berusaha kami tanam ke sanubari anak-anak kami kelak, kejujuran. Sesuatu yang sederhana untuk diucapkan, tapi cukup sulit untuk senantiasa diterapkan dalam hidup kita. Batin ini bertanya, berbanding di dua sisi kehidupan. Di satu sisi adakalanya seseorang merasa bersalah dengan kelebihan uang yang bukan hak nya. Namun, disisi lain, kita banyak tahu para koruptor berlenggang menikmati uang rakyak triliunan rupiah untuk kepentingan pribadinya. Dimana hati nurani mereka sebenarnya??? (DIT)

43VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

resonasi

Page 44: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Saya masih ingat, sekitar empat tahun lalu tepat saya diterima di Itjen, saya mengeluhkan tidak adanya kantin di gedung Djuanda II. Meskipun

saya amini bahwa sudah ada kantin di Gedung Djuanda I yang dikelola oleh Sekjen. Bagi saya, ini adalah kekurangan yang membuat saya kesal. Persoalan perut, sekali lagi. “Sekjen ada, DJA ada, BKF ada, kok cuma Itjen sih yang ga ada kantin”, demikian omel saya. Saya senang karena saya tidak sendiri, teman-teman dan senior merasakan hal yang sama. Tidak ada kantin. Seolah mengurangi nilai kenyamanan di Itjen. Sekali lagi, persoalan perut. Persoalan kebutuhan makan.

“Tapi kan Itjen ada koperasi. Sekjen belum ada lho...”, begitu kata teman saya berusaha memberi angin segar. “Ya beda lah, kantin kan untuk makan. Makan besar. Koperasi mah... adanya wafer”. Sebegitunya saya meng-underestimatekoperasi. Karena kantin masih menempati posisi yang istimewa di hati saya. Kantor yang ideal harus ada fasilitas untuk memenuhi semua kebutuhan pegawainya. Titik. Itu menurut saya.

Pun sebenarnya, kebutuhan saya akan makan selama ini tidak pernah terganggu. Meski tak ada kantin. Pun sebenarnya, saya masih bisa dan selalu makan siang. Meski di Itjen tak ada kantin. Kenyataannya saya tetap melakukan aktivitas makan siang sebagaimana lazimnya manusia. Entah itu ke kantin DJA, BKF, atau di sepanjang jalan Wahidin Dua. Hingga suatu saat saya merasa kurang cukup dengan sarapan dan makan siang saja.

Aktivitas saya, sama halnya dengan pegawai yang lain, lebih banyak di ruangan ber-AC, duduk bekerja dengan layar monitor. Hal ini terkadang membuat saya merasa lapar di luar jam-jam makan. Baik sarapan maupun makan siang. Jam 10 pagi dan jam 3 sore, menjadi jam-jam rawan lapar. Apalagi, saat kita mengikuti diklat, kita dimanjakan oleh ketersediaan coffee break pagi dan sore. Ketika selesai diklat, perut benar-benar manja. Ritual coffee break pagi dan sore terbawa hingga ke kegiatan rutin di kantor. Hahaha.. Lupakan, ini hanya pembelaan saya yang mudah lapar.

Suatu ketika, perut saya sudah berteriak minta diisi. Meskipun saat itu masih jam 10.30 pagi. Bukan waktu yang tepat untuk sarapan, pun belum juga

Koperasi, Sang Penolong

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201444

sudut kantor

Page 45: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

waktunya makan siang. Ternyata bubur ayam yang saya santap pagi itu, kurang bisa membungkam perut saya hingga jam 12 siang. Pikiran saya saat itu otomatis tertuju ke kantin. Bergegas saya ke kantin terdekat, di basement Djuanda I. Sesampainya di sana saya tertegun. Barulah saya berpikir. Makanan di kantin sebagian besar adalah makanan berkarbohidrat. Belum waktunya makan siang, dan saya sudah merasakan lapar. Namun kembali pikiran saya bekerja, ada waktu 1,5 jam lagi sampai dengan istirahat. Dan bagaimana jika saya kembali lapar di jam 3 sore?

Rasa penasaran tiba-tiba menghinggapi benak saya. Sebuah pertanyaan di kepala, “di koperasi ada apa ya?”. Meskipun saya tau letak koperasi Itjen, tak pernah membuat saya melangkahkan kaki kesana untuk sekedar menengok ‘seperti apa koperasi Itjen itu’. Saya memutuskan keluar dari kantin dan bergerak menuju koperasi Itjen. Itulah untuk pertama kalinya saya memasuki koperasi Itjen.

Kesan pertama, banyak makanan ringan disana. Memang tidak bisa dikatakan makanan pengobat lapar. Namun justru inilah yang dibutuhkan diluar jam-jam makan. Saya amati rak-rak tinggi di kanan kiri saya. Saya katakan, ini supermarket mini. Mungkin perut saya tersenyum juga mengetahui ini. Ia tinggal berteriak dan saya sudah tau kemana saya akan melakangkahkan kaki saya.Beberapa

botol dan kalengminuman tersusun rapi di rak sebelah kiri. Ketika saya tolehkan kepala ke kanan, saya melihat ada barang-barang kebutuhan seperti sabun mandi, pasta gigi, body lotion. Saya bagaikan menemukan sebuah solusi. Teringat kejadian minggu sebelumnya ketika saya lupa membawa pasta gigi saat ada kegiatan konsinering. Sekarang saya tidak perlu khawatir lagi. Hampir semua sudah ada di koperasi.

Saya berbelok menuju rak di sisi kanan. Berbagai merk kopi instan, creackers, dan tentu saja.... wafer. Barang-barang kebutuhan wanita juga terpajang di rak yang berhadapan dengan rak yang memajang kopi instan. Tanpa sadar saya tersenyum. Kembali saya memutari rak dan mengambil beberapa kaleng minuman, snack dan beberapa sachet kopi instan. Saatnya membawa barang-barang di genggaman saya, lebih tepatnya di gendongan saya karena begitu banyak yang saya beli, ke kasir.

Di kasirpun mata saya masih menatap sekeliling. Ada gorengan dan makanan basah lainnya. Sebuah rencana sudah tersusun di kepala saya. Bahwa sehari atau paling lama dua hari setelah ini, saya akan kembali ke koperasi. Membeli apa-apa yang saya ingin beli, tapi tidak bisa saya beli saat itu karena keterbatasan kekuatan beban tangan saya. Saya kembali ke ruangan kerja. Dan ketika berpapasan dengan rekan kerja yang kemudian

45VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

sudut kantor

Page 46: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

menanyakan ‘darimana saya’, saya menjawabnya dengan suka cita, “dari koperasi”.

Cerita tentang koperasi ternyata tidak hanya seputar makanan dan minuman atau kebutuhan pokok lainnya. Pernah suatu ketika seorang teman ingin mengganti ponselnya dengan ponsel pintar layar sentuh. Pak Hari Purnomo, Kasubbag Protokoler dan Rumah Tangga Bagian Umum, memberi pilihan untuk membeli di koperasi dengan sistem mencicil. Sungguh membuat saya terkejut, ‘membeli ponsel di koperasi?’. Sedikit aneh bagi saya, bahwa tersedia ponsel di koperasi. Ternyata memang saya yang kurang informasi, katakanlah kurang pergaulan, bahwa di koperasi Itjen pun kita bisa melakukan pembelian barang-barang elektronik dengan

sistem mencicil. Tidak hanya ponsel, koperasi juga membantu jika kita ingin membeli sepeda motor.

Koperasi Itjen yang saat ini diketuai oleh Kabbag Kepegawaian Bapak Dudung Rudi Hendratna telah berdiri kurang lebih 30 tahun. Dua orang pegawai outsource ditempatkan di koperasi untuk melayani pegawai Itjen. Layanan di koperasi Itjen ternyata tidak hanya seputar penjualan makanan dan minuman serta barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ternyata juga ada layanan pembelian dengan sistem cicilan. Tidak hanya itu, koperasi Itjen juga memberikan layanan simpan pinjam. Sebagai pegawai Itjen, saya pribadi merasakan manfaat dengan adanya koperasi di Itjen.

Demikianlah, pada akhirnya koperasi menjadi tempat yang rutin saya kunjungi setidak-tidaknya sekali dalam seminggu. Sudah empat tahun, dan koperasi menjadi sebuah kata yang sering saya ucapkan terutama ketika perut sudah bergumam (ya, perut tidak sampai berteriak-teriak lagi, sejak saya menemukan supermarket mini bernama koperasi ini).

Dan saat ini, sambil menyesap kopi instan yang saya beli di koperasi pagi tadi, saya berceletuk, “untung ya, di Itjen ada koperasi...”. (Rhm / Nym)

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201446

sudut kantor

Page 47: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Smartphone sebagai alat yang selalu kita bawa kemana-kemana, bukan hanya karena fungsinya sebagai alat komunikasi namun juga karena ia memiliki kemampuan multi fungsi di antaranya pemutar musik, GPS, perekam,aplikasi aplikasinya pun kian semakin memanjakan anda dan tentu saja kameranya, yang kini perkembanganya semakin mengagumkan dilihat dari fitur dan resolusi

dan hampir mengalahkan kamera digital. Dengan terus bertambahnya kemampuan kamera smartphone (megapiksel, kualitas lensa dan adanya flash), frekuensi dan jumlah penggunanya pun juga semakin banyak. Sayangnya, hasil foto menggunakan kamera ini masih tetap terbatas. Bukan semata karena kualitas kamera namun juga mungkin cara kita menggunakannya.

“It’s not the camera, but who’s behind the camera” –Anonymous

Pernahkah anda mendengar quote tersebut? Ya quote tersebut bermaksud menekankan bahwa peran man behind the gun atau fotografer itu sendiri lebih penting ketimbang peralatannya. Nah pada edisi kali ini penulis akan berbagi tips tentang bagaimana memaksimalkan foto anda walau hanya lewat smartphone, menarik bukan? cekidot

1. KomposisiKomposisi diartikan sebagai cara menyusun elemen-elemen obyek foto yang penting secara keseluruhan yang ada dalam foto. Sama halnya seperti chef yg menyajikan makanan, apa saja yang ingin dimasukkan ke dalam piring tersebut dan bagaimana menatanya. Jika penyajiaannya berantakan, warnanya tidak menggugah tentu anda tidak ingin mencicipinya bukan? Kecuali anda lapar. Elemen-elemen dalam komposisi bisa berupa garis, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang maupun pola.

sumber: Uggboy sumber: Valeriano Della Longa

Perhatikan foto sebelah kiri, gambar ini adalah elemen komposisi pertama, yaitu garis, garis itu sendiri bisa garis horizontal, vertikal, maupun lengkung sedangkan foto sebelah kanan adalah contoh komposisi garis diagonal.

Smartphone Photography, berkarya lewat ponsel

47VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

photography

Page 48: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

sumber: belfot.com sumber: Enche Tjin

Gambar sebelah kiri adalah contoh komposisi warna. Secara visual, masing-masing warna memiliki makna dan pesan yang merangsang orang yang melihat. Foto diatas adalah foto yang memanfaatkan dua warna komplementer dalam roda warna karena merah dan hijau saling berseberangan dalam diagram roda warna (jika ingin mendalami komposisi warna silahkan dicari tentang roda warna). Foto sebelah kanan adalah contoh komposisi dg elemen tekstur.

Framing

sumber: Darren Rowse sumber: www.calxibe.com

Salah satu tips komposisi dasar adalah teknik framing, yakni dengan menempatkan subyek utama foto atau Point of Intereset (POI) dalam posisi yang sedemikian rupa sehingga dikelilingi elemen lain dalam foto. Teknik ini menuntut anda untuk menjadi lebih jeli dalam memperhatikan lingkungan sekitar. Be creative and unique!

Background

Walaupun anda menggunakan kamera smartphone, namun background tetap hal penting yang harus diperhatikan. Anda tentu tidak ingin karya anda tidak sedap dipandang hanya karena background ‘bocor’ seperti ada orang lewat, benda yang menggangu dsbgnya. Kurangi elemen yang tidak seirama. Jika menurut anda ada elemen tertentu yang merusak irama dan keharmonisan foto, singkirkan – tutupi – atau pindahkan sudut pemotretan supaya elemen tersebut hilang sehingga background foto anda lebih ‘bersih’.Perhatikan dua gambar di bawah ini, menurut anda mana yang lebih baik?

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201448

photography

Page 49: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Rule of Third

Komposisi rules of thirds adalah salah satu prinsip komposisi fotografi yang paling dikenal dan paling populer bagi mayoritas penggemar potret memotret. Aturan komposisi ini menjadi pondasi bagi keseimbangan elemen foto sehingga secara keseluruhan foto tampak lebih enak dilihat.

Pada rules of thirds, bidang foto dibagi menjadi tiga bagian sama besar baik secara vertikal maupun horisontal sehingga anda memiliki 9 area yang sama besar. Dengan demikian, kita sekarang memiliki pertemuan empat titik. Keempat titik pertemuan yang diwarnai merah diatas bisa kita sebut sebagai empat titik mata. Nah teori komposisi rules of thirds mengatakan bahwa kalau kita menempatkan “point of interest” alias bagian paling menarik dari sebuah foto di salah satu titik tersebut, maka secara keseluruhan foto akan menjadi lebih balance dan enak dilihat. Jika anda mengabadikan rekan anda misalnya, posisikanlah matanya pada empat titik perpotongan seperti contoh foto paling kanan.

49VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

photography

Page 50: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Jika anda ingin memotret lansekap pantai misalnya, maka letakkanlah horizon pantai pada garis horisontal (pembagi foto menjadi 3 bagian) atas atau bawah. Pemilihan garis atas atau bawah umumnya ditentukan mana yang lebih menarik, langit atau daratannya. Seperti foto sebelah kiri karya Nyoman Andri berikut yang diambil dari smartphone dengan lokasi Pantai Pelabuhan Buleleng. Sedangkan contoh foto lainnya merupakan hasil dari smartphone milik Mujaini dengan lokasi Tomohon yang diambil menjelang malam di kala danau berkabut. Selain jenis komposisi diatas ada juga yang dinamakan komposisi perspektif yang penulis tidak bahas, takutnya artikel ini jadi buku.

2. Momen yang tepat atau Decisive MomentMomen yang tepat dalam memotret sulit dideskripsikan, tapi bisa dirasakan atau dilihat. Tidak mudah memotret “decisive moment” karena selain momennya harus tepat, komposisinya harus cocok atau sebaliknya, tidak cukup hanya komposisi yang cocok, tapi momennya juga harus pas.

Untuk meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan decisive moment, kita harus selalu siap dengan kamera, sabar menunggu dan mengaktifkan fungsi foto berturut-turut. Cara populer lainnya yaitu mencari latar belakang yang menarik terlebih dahulu, dan menunggu sampai ada subjek menarik yang lewat.

Seperti contoh di bawah ini, salah satu karya yang apik dari Enche Tjin, fotografer professional yang juga pendiri Infofotografi. Enche memotret sebuah keluarga dengan perahu yang mendekat, setelah mengambil beberapa foto akhirnya terpilihlah foto yang kedua. Pemilihan ini dikarenakan momen yang pas, yaitu ekspresi anak yang kuat (tidak terhalang oleh dayung) dan ekspresi orang tuanya yang menatap ke depan. Langkah selanjutnya melakukan komposisi yaitu cropping dan komposisi warna dengan membuatnya hitam putih, karena dengan hitam putih akan membuat fotonya lebih dramatis.

Contoh berikutnya adalah ketika penulis jalan-jalan ke Cagar Alam Pantai Pangandaran, cie…ehm. Saat itu ada kijang yang menarik perhatian untuk difoto. Ketika menggunakan smartphone dan dihadapkan dengan obyek yang jauh, mendekatlah dan jangan menggunakan fitur zoom (dijelaskan di bagian selanjutnya) alhasil kijang pun kabur dan foto yang pertama gelap. Akhirnya penulis hanya memotret siluet bukit dengan menurunkan sedikit exposure (karena situasi masih terlalu terang), tetapi tak disangka ternyata datang kijang-kijang yang lain dan berkumpul sedemikian rupa. Namun penulis tetap sabar, menunggu komposisi yang pas, sampai akhirnya kepala kijang membelakangi matahari dan “ctrek” jadilah foto ketiga.

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201450

photography

Page 51: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

3. Teknis Kameraa. Hindari menggunakan fitur zoom, mendekatlah ke obyek foto, zoom akan menurunkan resolusi

foto anda secara keseluruhan dan membuat foto tidak Jernih dan tajam

b. Setting di resolusi paling tinggi, Resolusi tertinggi berarti foto yang dihasilkan memiliki detail lebih banyak dan bisa dicetak lebih besar

c. Jangan goyang saat memotret menggunakan smartphone, kalau perlu tahan nafas sebelum meng’klik’ kamera

d. Gunakan Flash Kamera, Cahaya flash mampu menghasilkan kualitas gambar lebih baik, karena tidak semua momen atau objek yang kita foto memiliki cahaya yang cukup, bahkan ketika siang hari, flash membuat foto anda nampak lebih tajam

e. Perhatikan kebersihan lensa

f. Cobalah angle yang ekstrim, Apa yang membuat smartphone lebih hebat dibanding kamera DSLR yang berat? ukurannya yang mungil, bobot enteng dan gampang dibawa kemana-mana. Manfaatkanlah kelebihan ini dan eksplorasi lagi dengan menggunakan tongsis

g. Filter, filter, filter!

Cobalah pahami opsi filter yang ada di smartphone anda. Kalau anda penggila instagram atau path misalnya, pahami bagaimana masing-masing filter mengubah sebuah foto. Selain itu anda bisa menggunakan aplikasi editing tambahan untuk cropping, menaikkan kontras, mengatur saturasi dsbgnya

h. Pilihlah White Balance (WB) yang tepat,

Smartphone kini sudah memiliki fitur pengaturan white balance. Seringkali kita menggunakan mode auto, padahal tidak selalu WB auto sesuai dengan keinginan kita. Misalnya ketika kita ingin memotret sunrise atau sunset, maka pergunakan mode daylight atau mode shade agar foto nampak lebih kekuningan. Apa itu white balance? Saat kondisi apa kita menggunakan berbagai tipenya? Sudah banyak diulas di berbagai situs fotografi.

i. Smartphone Attachable Lens, gunakan lensa kamera tambahan untuk pelengkap fitur mode pengambilan gambar baik macro, zoom, maupun fish eye yang kini sudah banyak dijual pasaran.

Jadi bagaimana, sudah muncul banyak inspirasi dalam benak anda? Segera abadikan! Ingin karya foto anda dimuat dalam edisi auditoria selanjutnya? segera kirim ke [email protected]. Kami tunggu ya ;) CDR

51VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

photography

Page 52: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Anda Bahagia?Saat dikemukakan pertanyaan diatas, ada yang langsung menjawab, “tentu saya bahagia”, tapi ada juga yang to the point menjawab “tidak” lalu wajahnya muram mendung bak mau turun hujan. Lalu muncul dibenak pikiran, “Bahagia itu apa? Perasaankah? Perilakukah? Atau apakah?”.

Banyak juga yang berpendapat bahwa bahagia itu bukan tujuan, bukan kalau kita sudah berbahagia lantas berhenti, mereka berpendapat.. Bahagia itu sebuah perjalanan.. Bahagia itu pilihan, bahagia ituu..

Kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif berdasarkan penilaian subjektif, ditandai dengan adanya perasaan dan aktivitas positif, yang meliputi kepuasan terhadap masa lalu, kebahagiaan terhadap masa kini dan rasa optimis terhadap masa depan (Sudana, 2009)

Dalam bukunya Seligman mengatakan bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama untuk meraih kebahagiaannya dan kita masing-masing telah dibekali karakter-karakter tertentu untuk merespon dunia luar, jika kita mengetahui character strengths apa yang kita miliki dan menggunakannya maka hidup akan terasa lebih penuh dan bahagia. Kalau dari pendapat Seligman tersebut, bahagia itu perjalanan sekaligus tujuan, apabila kita memiliki dan menggunakan kekuatan karakter dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Terus karakter itu apa?Character didefinisikan sebagai sistem noninsting yang relatif permanen, dimana melalui karakter tersebut manusia menghubungkan dirinya dengan manusia lain dan alam semesta. Kita mengenali character strengths sebagai trait dimensional – perbedaan individu –yang tampil dalam derajat yang berbeda (Linley & Joseph, 2004).

Kekuatan karakter dibagi dalam 5 nilai :

Wisdom and Knowledge1. Creativity (Kreativitas)

2. Curiosity (Rasa Penasaran)

3. Open-mindedness (Keterbukaan pikiran)

4. Love of learning (Kecintaan untuk belajar)

5. Perspective (Bijaksana)

Courage1. Bravery (Keberanian)

2. Persistence (Keuletan)

3. Integrity (Integritas)

4. Vitality (Vitalitas)

Humanity (Love)1. Love (Cinta)

2. Kindness (Baik hati)

3. Social Intelligence (Kecerdasan Sosial)

Justice1. Citizenship (Kewargaan)

2. Fairness (Keadilan)

3. Leadership (Kepemimpinan)

Temperance1. Forgiveness and mercy (Memaafkan)

2. Humility/Modesty (Rendah hati)

3. Prudence (Hati-hati)

4. Self-regulation (Pengaturan diri)

Auditor yang BahagiaAuditor ITJEN Bahagia, Kemenkeu Terjaga

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201452

pojok psikologi

Page 53: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Transcendence1. Appreciation of beauty and excellence

(menghargai keindahan dan kesempurnaan)

2. Gratitude (Bersyukur)

3. Hope (Harapan)

4. Humor (Humoris)

5. Spirituality (Spiritualitas)

Kira-kira, kekuatan karakter manakah yang perlu dimiliki oleh auditor Inspektorat Jenderal agar tugas pengawasan intern di Lingkungan Kementerian Keuangan berjalan dengan baik dan para auditornya bahagia?

INTEGRITYYES, jika para auditornya memiliki kekuatan karakter integrity maka dapat dicirikan dengan auditor Inspektorat Jenderal mampu mengutarakan kejujuran, menampilkan diri secara genuine dan berperilaku dengan tulus, serta bertanggungjawab terhadap perasaan dan perilakunya. Jadi auditor yang memiliki integrity tidak hanya jujur, namun juga bertanggung jawab. Kekuatan ini dimasukkan kedalam virtue courage karena hal yang diutamakan dari kekuatan ini adalah kebutuhan untuk mencari integritas didalam situasi-situasi

dan keadaan dimana hal yang mudah dilakukan bukanlah hal yang benar untuk dilakukan. Auditor Inspektorat Jenderal dapat merasakan kebahagiaan bahkan kebanggaan yang memuncah saat karakter berIntegritas mendarah daging dalam dirinya dan digunakan dalam keadaan apapun, bahkan dihadapan siapapun.

“What is wrong is wrong, even if everyone is

doing it. Right is still right, even if no one else is doing it.” - William Penn

Daaann tentu saja masih ada 23 kekuatan karakter lainnya yang perlu anda eksplor untuk mencari tahu kekuatan karakter manakah yang dapat membuat anda lebih bahagia jika menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari..

Selamat Memilih Untuk Bahagia.. (TS)

53VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

pojok psikologi

Page 54: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Kawan, pernahkah engkau merasakan asyiknya menulis surat? berkirim kabar dengan seseorang nun jauh di seberang

dengan media konvensional, secarik kertas, amplop, kartu pos dan perangko. Jika pernah merasakan asyiknya, engkau pasti termasuk golongan orang-orang “antik” karena hal tersebut sudah semakin “langka”, jarang dilakukan di zaman sekarang dengan teknologi tinggi yang hanya perlu waktu sekejap mata untuk berkirim kabar. Postcrossing merupakan hobi yang cocok bagi mereka yang merindukan asyiknya berkirim kabar dengan media kartu pos.

Postcrossing merupakan kegiatan saling berkirim kartu pos yang asyik. Kita dapat berkirim kabar melalui kartu pos kepada teman-teman kita dimanapun, selama alamatnya masih dijangkau oleh kayuhan sepeda Pak Pos. Berkirim kartu pos ke teman-teman yang baru kita kenal dari luar ngeri adalah yang paling asyik. Dengan bermodal

kartu pos dan perangko, serta alamat jelas teman-teman di luar negeri, kita akan merasakan “sensasi” menanti Pak Pos datang mengantar surat atau kartu pos dari teman kita nun jauh di seberang. Jika beruntung, surat atau kartu pos akan diantar tepat waktu. Namun jika kurang beruntung, surat atau kartu pos akan diantar berbulan-bulan kemudian atau lebih parah lagi surat atau kartu pos tersebut tidak akan pernah sampai. Begitulah “seni” dari kegiatan postcrossing.

Selain berkirim kartu pos, postcrossing juga dijadikan ajang untuk bertukar cinderamata.

Postcrossing, berkirim pesan melintas batas

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201454

hobby

Page 55: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Biasanya bertukar cinderamata dilakukan oleh postcrosser (orang yang bertukar kartu pos) yang berbeda negara. Cinderamata unik mulai dari gantungan kunci, pembatas buku, magnet kulkas, dan barang kerajinan rajutan tangan. Untuk yang memiliki hobi Numismatik, postcrossing juga dapat dijadikan ajang untuk bertukar uang kertas (banknotes) dan koin (token) dari negara di seluruh dunia.

Di dunia maya, kegiatan postcrossing difasilitasi melalui situs www.postcrossing.com yang dapat diakses dengan bebas. Situs yang dibuat oleh Paulo Magalhães ini sudah diakses lebih dari 400.000 anggota dari 214 negara di seluruh dunia. Tagline proyek ini adalah “Send a postcard and receive a postcard back from a random person somewhere in the world!” . Mulailah sekarang dan rasakan “sensasi” postcrossing, saling berkirim kartu pos dengan orang-orang dari seluruh dunia. (BPG)

55VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

hobby

Page 56: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Deretan jejak takkan terbentuk tanpa langkah-langkah kecil. Untaian kalimat takkan terbentuk tanpa rangkaian kata. Tuangkanlah buah pikiranmu dalam sebuah tulisan dan bagi pengetahuanmu dengan sesama. Bebas tanpa batas namun tetap bernorma ke: [email protected]

Seorang penulis adalah seorang pembicara yang

mampu menembus ruang dan waktu.

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201456 VOL VI No. 38 | Edisi Juli - September 201456

IKLAN

Page 57: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang”Seno Gumira Ajidarma

Naskah yang dikirimkan untuk dimuat, menjadi hak redaktur dan akan dipilah/diseleksi terlebih dahulu.

57VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014 57VOL VI No. 38 | Edisi Juli - September 2014

IKLAN

Page 58: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

The Power of DisciplinePenulis : Heru Susanto

Penerbit : Elex Media Komputindo

No. ISBN : 9789792798463

Disiplin diri merujuk pada pelatihan yang didapatkan seseorang untuk memenuhi tugas tertentu atau untuk mengadopsi pola perilaku tertentu, walaupun orang tersebut lebih senang melakukan hal yang lain.

Banyak orang sukses, terutama dalam karier, karena mereka disiplin. Kata disiplin merupakan kunci utama orang bisa meraih apa yang mereka cita-citakan. Tak ada kata lain yang lebih bermakna dalam kamus orang sukses. Mau sukses, cukup lakukan sesuatunya secara disiplin.

Disiplin. Mudah diucap tapi sulit dibuat sebagai kebiasaan. Memang tidak mudah menjaga disiplin di tengah tantangan situasi yang mendorong untuk tidak disiplin. Justru karena kondisi semacam inilah, kita merasa perlu berbagi pendapat bahwa disiplin itu penting, disiplin itu seharusnya dijadikan bagian dari budaya, dan disiplin yang dilakukan secara konsisten dapat menjadi ”habitus” atau kebiasaan hidup sehari-hari. Aspek disiplin penting untuk ditumbuhkembangkan di masyarakat. Disiplin harus menjadi bagian dari identitas masyarakat jika kita ingin menjadi negara yang maju.

Manusia memiliki tujuan hidup beraneka ragam, kadang-kadang tujuan masing-masing bertentangan karena memang kondisinya berbeda, tetapi tidak sedikit dengan kondisi dan latar belakang yang sama memiliki tujuan yang sama pula. Kelompok manusia yang memiliki tujuan yang sama ini bergabung dalam keeratan hubungan sosial yang tinggi dan membentuk apa yang disebut organisasi.

Bagaimana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan? manusia dalam organisasi ini mulai menata potensi yang dimiliki dan membuat ketentuan-ketentuan atau aturan main bagi para pelaku organisasi yang dirumuskan dan dibahas sehingga memperoleh persepsi yang sama dan akhirnya terwujudlah kesepakatan-kesepakatan yang harus ditaati bersama. Berarti para pelaku organisasi

dalam kiprahnya sehari-hari sudah melekatkan dirinya dengan ketentuan-ketentuan/kesepakatan tersebut. Dengan demikian modal dasar pemilikan disiplin diri para pelaku organisasi sangat dituntut keberadaan dan pemberdayaannya, tanpa ini tujuan organisasi tersebut tidak akan tercapai.

Apa pun aspek kehidupan yang sedang anda perbaiki dalam hidup anda: finansial, keluarga, karier, hanya dapat anda dapatkan jika anda melakukannya dengan kedisiplinan. Banyak hal mengajarkan kedisiplinan, yang bukan hanya sekedar tindakan tetapi sebuah kebiasaan. Itulah yang membedakan pemenang (winner) dan pecundang (looser). Oleh karenanya buku ini, akan memberikan kekuatan untuk bertahan di badai krisis dan meningkatkan apa pun yang anda inginkan, penting untuk pembaca dengan beraneka latar belakang.

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201458

resensi buku

Page 59: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

Titik Nol:Makna Sebuah PerjalananPenulis : Agustinus Wibowo

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

No. ISBN : 978-979-22-9271-8

‘Titik Nol’, buku karya Agustinus Wibowo yang mengulas makna perjalanan yang telah dilaluinya, menyuguhkan cerita yang berbeda dari buku perjalanan lainnya. Mengawali titik nolnya dari Lumajang, Jawa Timur pada usia 19 tahun, ia melanjutkan kuliah di Universitas terbaik di China. Namun kemudian memutuskan untuk mengarungi Tibet, India, Nepal, hingga Afganistan, dan bukan untuk melamar pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan S2.

Dengan gaya penulisannya yang detil, Agustinus menggambarkan petualangannya bertemu dengan orang-orang disepanjang perjalanannya. Mencari cara untuk berbaur dengan penduduk setempat di Tibet agar lebih mudah berpindah tempat dan mendapatkan harga lebih murah dengan dananya

yang terbatas, hingga petualangannya bisa lolos dari zona perang tanpa terluka sedikitpun.

Buku setebal 552 halaman ini menggabungkan dua cerita penting dalam hidup seorang Agustinus, kisah mengenai makna sebuah perjalanan dan kesulitan ibunda yang berjuang melawan kanker ovarium. Dituliskan secara bergantian, dikorelasikan di tiap-tiap bagiannya, yang menjadikan kekuatan dan nilai lebih bagi si penulis dalam menggambarkan sebuah kehidupan.

Ada cerita tentang kemiskinan dan rasa sakit akut di negara-negara yang dilaluinya, seakut kanker sang ibu, sepedih luka hatinya sebagai keturunan etnis minoritas yang pernah terhina, seakut sakit Hepatitis yang membuatnya sering kali ambruk di negeri orang, seakut kepolosannya sampai ia harus mengalami pelecehan seksual di negara mayoritas berpenduduk Muslim, dan seakut perang atas nama Tuhan dan agama.

Perjalanannya ini terus ia ceritakan kepada ibundanya yang sesekali memuji atau menertawakannya. Keyakinan akan harapan hidup ibu yang telah melahirkannya, membawanya pergi ke China, bekerja dan mengumpulkan uang untuk membayar biaya pengobatan dan melunasi hutang yang kian menggunung. Tapi saat ia sedang berjuang, ibunya berpulang. Kembali ke titik nol, ke kekosongan, dan menyisakan cibiran orang-orang yang menganggapnya anak durhaka karena tak berada disisi ibunda saat ia menghembuskan nafas terakhir.

Dalam buku ini, penulis mengajak pembaca untuk melihat dari dua sisi. Bahwa arti kehidupan adalah keberanian, keikhlasan, keterbukaan untuk menerima, dan pada akhirnya, penghargaan dan rasa syukur terhadap apa yang dimiliki. Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan. (Liam Li, Oktober 2012)

59VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

resensi buku

Page 60: VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 2014

VOL VI No. 37 | Edisi Januari - Maret 201460