Vol. 06, No. 01, Januari 2018

18
Vol. 06, No. 01, Januari 2018

Transcript of Vol. 06, No. 01, Januari 2018

Vol. 06, No. 01, Januari 2018

Published: 2018-01-19

Articles

PENYELESAIAN SENGKETA PERALIHAN HAK ATAS TANAH PADA TANAH HAK

PENGELOLAAN YANG DILAKUKAN PIHAK KETIGA DI PELABUHAN BENOA

I Kadek Arinata, I Made Sarjana, I Nyoman Darmadha

o PDF

POLITIK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Ida Ayu Imasz Casabana, Desak Putu Dewi Kasih

o PDF

AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK TANAH MAKAM MUSLIM DI DESA BANYU BIRU

KABUPATEN JEMBRANA

Dicky Virdianto Joened, Marwanto Marwanto, I Nyoman Darmadha

o PDF

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA

PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR: 01/PDT.SUS-PHI/2015/PN.DPS

I Gusti Bagus Oka Budi Sudarma, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha

o PDF

PEMBEBASAN KEWAJIBAN PENANGGUNG ASURANSI MEMBAYAR GANTI RUGI,

DISEBABKAN OLEH KELALAIAN TERTANGGUNG

Rika Basa Sabatini, Ida Bagus Putra Atmadja, A.A Sagung Wiratni Darmadi

o PDF

IMPLEMENTASI TERHADAP PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PADA

PERUSAHAAN-PERUSAHAAN TAMBANG BAHAN GALIAN GOLONGAN BATUAN DI

KABUPATEN KARANGASEM

Komang ` Tatik Triana Robed, I Made Sarjana, I Made Dedy Priyanto

o PDF

PELAKSANAAN KETENTUAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI

WILAYAH KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

Ida Bagus Gede Bayu Suryagara, Ni Ketut Supasti Dharmawan, Anak Agung Sri Indrawati

o PDF

UPAYA HUKUM BAGI PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

AKIBAT TIDAK DIPENUHI HAK-HAK NYA OLEH PERUSAHAAN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN

HUBUNGAN INDUSTRIAL

Anak Agung Lita Cintya Dewi, I Made Dedy Priyanto, Ida Bagus Putu Sutama

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KONTRAK DALAM PEMUTUSAN

HUBUNGAN KERJA PADA MASA KONTRAK

Komang Dendi Tri Karinda, Suatra Putrawan

o PDF

PENYELESAIAN WANPRESTASI BERKAITAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA PADA PT

ADIRA DINAMIKA MULTIFINANCE CABANG DENPASAR

Bella Intan Permata Sari, Anak Agung Ketut Sukranatha

o PDF

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT TERHADAP BARANG KIRIMAN

APABILA MENGALAMI KERUSAKAN (STUDI PADA PT.GED DENPASAR BALI)

Kadek Ayu Anggreni Putri, Anak Agung Ketut Sukranatha, I Made Pujawan

o PDF

ANALISIS PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

Made Agus Arya Wirawan, I Ketut Westra, I Nyoman Darmadha

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA OJEK ONLINE DALAM HAL

TERJADINYA KECELAKAAN YANG MENIMBULKAN KERUGIAN PADA PENUMPANG

A A Bramahasta Pramana, Dewa Gde Rudy, Suatra Putrawan

o PDF

PENERAPAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ONLINE

I Gede Krisna Wahyu Wijaya, Nyoman Satyayudha Dananjaya

o PDF

PELAKSANAAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31/POJK.05/2016

TERHADAP KERUSAKAN BARANG JAMINAN DEBITUR YANG DIKUASAI OLEH

KOPERASI KARISMA PERKASA KABUPATEN KLUNGKUNG

Putu Lingga Mahasaskara Suarta, Marwanto Marwanto, Anak Agung Sri Indrawati

o PDF

PENERAPAN PERJANJIAN BAKU PADA PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Umi Aliffa, Dewa Gede Rudy

o PDF

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI PERJANJIAN JASA INVESTASI KONDOMINIUM HOTEL

Cecilia Andriana Suwarno, I Gede Yusa

o PDF

KEDUDUKAN REKLAME DALAM JUAL BELI BARANG SECARA ONLINE

Niluh Putu Yorika Dewi, I Ketut Suardita

o PDF

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI KERAJINAN TULANG

DI DESA TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR

I Dewa Ayu Widiantari, I Wayan Wiryawan, I Nyoman Mudana

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

I Wy Subangun Wirang Garda Satria, Ni Nyoman Mas Aryani, I Mudana

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

I Wayan Subangun Wirang Garda Satria, Ni Nyoman Mas Aryani

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) YANG

BERBENTUK BUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

Ni Luh Ristha Ariani, Made Suksma Prijandhini Devi Salain

o PDF

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN SELAKU PLAYER GAME

ONLINE ATAS TERINSTALNYA KEYLOGGER PADA KOMPUTER WARNET

I Gusti Agung Krisna Ary Ananda, I Made Sarjana, Ida Bagus Putu Sutama

o PDF

PENYELESAIAN KASUS TENTANG KREDIT MACET PADA PT BPR LESTARI

Ngurah Pradita Putra, Dewa Gde Rudy, Ida Bagus Putra Atmadja

o PDF

TANGGUNG JAWAB HUKUM ATAS WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PARA

PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA

Luh Widya Utami Dewi, Ibrahim R.

o PDF

PELAKSANAAN UPAH MINIMUM KOTA DENPASAR TERHADAP PEKERJA TETAP PADA

PT. PRUDENTIAL LIFE INSURANCE CABANG RENON

I Kadek Yoga Semarayana, I Ketut Markeling, I Nyoman Mudana

o PDF

PERAN DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

Dewa Ayu Febryana Putra Nuryanti, Putu Gede Arya Sumertayasa

o PDF

PELAKSANAAN KETENTUAN PEKERJA ASING SEBAGAI PEKERJA PADA ALILA VILLA’S

ULUWATU

Ragil Prawira Ramadhan, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha

o PDF

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG TIDAK DIDAFTARKAN

Claudia Verena Maudy Sridana, I Ketut Suardita

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTA TIDAK MAMPU BPJS KESEHATAN DALAM

MENGAKSES JASA PELAYANAN KESEHATAN DI RSU PURI RAHARJA (DALAM

PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN)

Nyoman Rexa Danandhika, Suatra Putrawan, I Nyoman Bagiastra

o PDF

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN KONSUMEN

MOBIL PADA PT. CLIPPAN FINANCE DENPASAR

Anak Agung Anom Dimas Wiraputra, Anak Agung Sri Indrawati, Ida Ayu Sukihana

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP TANAH JAMINAN DEBITUR YANG

DISITA TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Ni Made Zelly Lonanza Andara Lofa, Marwanto Marwanto, I Nyoman Darmadha

o PDF

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENGANGKUTAN TERNAKMELALUI

KAPAL LAUT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PELAYARAN

I Dewa Ayu Dindi Maharani Wardana, Ngakan Ketut Dunia

o PDF

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA

PERUSAHAAN

Ni Luh Putu Astriani, I Nyoman Mudana

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BELANJA

ONLINE DI LUAR PENGADILAN

Ni Komang Ayuk Tri Buti Apsari, Dewa Gede Rudy

o PDF

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU TERKAIT FUNGSI

PENGAWASAN DINAS TENAGA KERJA TRANSMIGRASI DAN SOSIAL DI PT SARANA

ARGA GEMEH AMERTA DENPASAR

Gusti Ayu Inten Ardianti Dewi, I Nyoman Mudana

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG DIRUGIKAN AKIBAT

PEMBALUT PRODUK CHARM YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA

AA Indah Damayanthi, AA Ngurah Yusa Darmadi

o PDF

PEMEGANG POLIS YANG MELAKUKAN WANPRESTASI PEMBAYARAN PREMI DALAM

PERJANJIAN ASURANSI JIWA

Liana Gunawan Wilatikta, A. A. Gede Oka Parwata

o PDF

PEMUTUSAN KUASA SEBAGAI AKIBAT DARI WANPRESTASI (Studi Kasus : Perkara Perdata

No. 100/Pdt.G/2016/PN.SGR)

Citra Novia Antono, I Wayan Wiryawan, Suatra Putrawan

o PDF

IMPLEMENTASI KLAIM POLIS ASURANSI DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN PADA

PT PRUDENTIAL DI KOTA DENPASAR

I Putu Endra Wijaya Negara, A.A. Sri Indrawati, Ida Ayu Sukihana

o PDF

TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP KARYAWAN SAAT BANK MELAKUKAN

AKUISISI

Ni Wayan Evi Hariyastini, I Wayan Windia

o PDF

PERTANGGUNGJAWABAN DEBITOR PAILIT TERHADAP UTANG YANG BELUM

TERLUNASI DALAM PERKARA KEPAILITAN

Muhammad Ackbar, Marwanto Marwanto, A.A. Gede Agung Dharmakusuma

o PDF

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SECURITY DI ALILA VILLAS ULUWATU

I Gede Surya Prayoga, I Made Udiana

o PDF

PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN

PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Ida Ayu Ratna Kumala, Yohanes Usfunan

o PDF

1

PERTANGGUNGJAWABAN DEBITOR PAILIT TERHADAP UTANG YANG BELUM TERLUNASI DALAM

PERKARA KEPAILITAN

Muhammad Ackbar

Marwanto

A.A. Gede Agung Dharmakusuma

Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK Kepailitan tidak membebaskan seorang yang dinyatakan pailit

dari kewajiban membayar utang-utangnya. Hal ini mengakibatkan

debitor tetap bertanggung jawab terhadap sisa utang dalam perkara kepailitan serta membuat kreditor harus mengupayakan segala cara agar sisa piutangnya dapat terlunasi. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara penyelesaian sisa utang piutang dalam perkara kepailitan yang dapat ditempuh baik

oleh debitor itu sendiri maupun para kreditor yang terlibat. Permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini adalah (1) Bagaimanakah pertanggungjawaban debitor pailit terhadap sisa

utang yang belum terbayarkan kepada kreditor? (2) Apakah upaya perlindungan hukum yang dapat ditempuh kreditor yang

piutangnya belum terlunasi oleh debitor?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan meneliti bahan kepustakaan yang ada seperti peraturan perundang-undangan,

buku-buku yang berkaitan dengan hukum, serta kamus atau ensiklopedi. UUK PKPU yang berlaku sekarang belum sepenuhnya lengkap untuk dapat memberikan penyelesaian terhadap utang

yang tersisa dalam perkara kepailitan. Tidak diaturnya penyelesaian ini membuat debitor tetap bertanggung jawab

terhadap sisa utang meskipun kekayaannya sudah tidak cukup lagi untuk membayar utang tersebut, serta perlindungan hukum

Karya ilmiah ini dibuat berdasarkan ringkasan skripsi dengan judul

“pertanggungjawaban debitor pailit terhadap utang yang belum terlunasi dalam

perkara kepailitan” Muhammad Ackbar sebagai penulis pertama, mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Udayana, Korespondensi [email protected]. Dr. Marwanto, S.H., M.Hum. sebagai penulis kedua, dosen Fakultas

Hukum Universitas Udayana, Korespondensi [email protected]. A.A. Gede Agung Dharmakusuma, S.H., M.H. sebagai penulis ketiga,

dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana, Korespondensi

[email protected].

2

terhadap kreditor yang masih kurang memadai jika debitor tidak melunasi sisa utang yang tersisa dalam perkara kepailitan.

Kata Kunci: Pertanggungjawaban, Debitor, Kepailitan.

ABSTRACT

Bankruptcy does not absolve a manifested from the obligation to pay their debts in bankruptcy. This results in the debtor remains responsible for the remainder of the debt in bankruptcy as well as make creditors should seek every means so that the rest of the debt can be paid off. This research was conducted to find out how the completion of the remaining debts in bankruptcy matters which can be reached either by the debtor itself nor its creditors involved. The issues examined in this writing is (1) How the debtor was discharged of liability against the rest of the debt has not been paid to creditors? (2) Whether the legal protective measures that can be taken against the creditors of receivables that have not been repaid by the debtor?. This research uses the normative research methods by researching existing library materials such as legislation, books relating to law, as well as a dictionary or encyclopedia. UUK PKPU that applies now not yet fully equipped to provide a settlement against the remaining debts in bankruptcy. This settlement is not set up to make the debtor remains responsible for the residual debt even though his wealth is no longer enough to pay the debt, as well as legal protection against creditors who are still inadequate if the debtor does not paying off the rest of the remaining debt in bankruptcy.

Keywords: Responsibility, Debtors, Bankruptcy.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pailit merupakan suatu keadaan di mana debitor tidak mampu

untuk melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang

dari para kreditornya. Keadaan tidak mampu membayar lazimnya

disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan (financial distress)

dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran. Sedangkan

kepailitan merupakan putusan pengadilan yang meng-akibatkan

sita umum atas keseluruhan kekayaan debitor pailit, baik yang

telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. Pengurusan

3

dan pemberesan kepailitan dilakukan oleh kurator di bawah

pengawasan hakim pengawas dengan tujuan utama menggunakan

hasil penjualan harta kekayaan tersebut untuk membayar seluruh

utang debitor pailit tersebut secara proporsional (prorate parte)

dan sesuai dengan struktur kreditor.1

Kepailitan merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan

yang ada pada Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPer). Dalam Pasal 1131 KUHPer memuat

prinsip paritas creditorium, yaitu: “segala barang-barang bergerak

dan tak bergerak milik debitor, baik yang sudah ada maupun yang

akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan

debitor itu”. Sedangkan, pada Pasal 1132 KUHPer memuat tentang

prinsip pari passu prorate parte, yaitu: “barang-barang itu menjadi

jaminan bersama bagi semua kreditor terhadapnya hasil penjualan

barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-

masing kecuali bila di antara para kreditor itu ada alasan-alasan

sah untuk didahulukan”.

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK PKPU)

menjelaskan bahwa kepailitan tidak membebaskan seorang yang

dinyatakan pailit dari kewajiban untuk membayar utang-

utangnya. Utang debitor pailit akan mengikuti terus terhadapnya

dan bahkan memungkinkan untuk dipailitkan kembali lebih dari

satu kali. Hal ini dikarenakan tidak diaturnya prinsip debt

forgiveness (pengampunan utang) dalam UUK PKPU. Dalam UUK

PKPU tidak dikenal pula prinsip fresh-starting yang merupakan

manifestasi dalam prinsip debt forgiveness. Konsep dari fresh-

starting ini memberikan status kepada debitor pailit bersih sama

1 M. Hadi Shubhan, 2009, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di

Peradilan, Cet. II, Kencana, Jakarta, h. 1.

4

sekali dari utang-utangnya, dan bisa memulai kembali usaha

tanpa dibebani dengan utang-utang yang lama.

1.2. Tujuan penulisan

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk memahami,

mendalami dan menganalisa pengaturan mengenai tanggung

jawab debitor pailit serta upaya perlindungan hukum kreditor

yang diberikan oleh UUK PKPU mengenai permasalahan utang

piutang yang masih tersisa dalam perkara kepailitan.

II. ISI MAKALAH

2.1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis

normatif, yaitu penelilitian yang dilakukan dengan meneliti bahan

kepustakaan yang ada seperti peraturan perundang-undangan,

buku-buku yang berkaitan dengan hukum serta kamus atau

ensiklopedi.2 Penelitian hukum normatif sering juga disebut

sebagai penelitian hukum teoritis/doktrinal.3 Penelitian ini

menggunakan data sekunder (kepustakaan).

2.2. Hasil dan Pembahasan

2.2.1. Bentuk Tanggung Jawab Debitor Pailit Terhadap

Sisa Utang

Bentuk tanggung jawab yang bisa diberikan oleh debitor pailit

terhadap sisa utang yang belum terlunasi dalam perkara

kepailitan adalah dengan menyediakan Penanggung Utang

2 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 13-14. 3 Bambang Sunggono, 2009, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h. 81-99.

5

(Personal Guarantee). Penanggung dalam istilah bahasa Belanda

disebut Borgtoch atau Personal Guarantee dalam bahasa Inggris,

sedangkan orang yang menjadi penanggung disebut Borg dalam

istilah Belanda dan Guarantor dalam istilah bahasa Inggris dan

dalam istilah yang digunakan di Indonesia dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPer) adalah orang atau badan

hukum yang memberikan jaminan dengan mengikatkan diri

kepada kreditor bahwa dia akan menanggung atau menjamin

kewajiban debitor terhadap perikatan yang terjadi diantara

kreditor dan debitor.

perjanjian personal gaurantee yang merupakan perjanjian

accesoir atau perjanjian ikutan dimana ada pihak ketiga yaitu

guarantor yang akan menanggung kewajiban dari debitor terhadap

kreditor. Jika dilihat dari pernyataan tersebut terdapat dua debitor

dalam hal pemenuhan hak kreditor, yaitu debitor berdasarkan

perjanjian pokok dan debitor berdasarkan perjanjian personal

guarantee. Dalam hubungan hukum antara kreditor dengan

debitor sebenarnya berkedudukan sebagai pihak ketiga, namun

guarantor secara sukarela telah mengikatkan diri sebagai debitor

kepada kreditor untuk kewajiban yang sama. Jadi guarantor juga

berkedudukan sebagai debitor yang berdasarkan perjanjian

personal guarantee bertanggung jawab dengan seluruh harta

kekayaannya untuk pemenuhan perikatan pokok antara kreditor

dan debitor, sehingga dapat dikatakan bahwa sesudah debitor

wanprestasi maka kreditor memiliki dua orang debitor yang sama-

sama bisa ditagih untuk seluruh utang dan pembayaran yang satu

akan membebaskan yang lain.

Guarantor dalam kasus kepailitan adalah debitor dari

kewajiban untuk menanggung utang debitor utama (debitor dalam

perjanjian pokok). Harta guarantor baru akan digunakan untuk

6

pemenuhan utang kepada debitor ketika harta benda milik debitor

telah disita dan di lelang terlebih dahulu tetapi hasilnya tidak

mencukupi untuk membayar utangnya atau si debitor sudah tidak

memiliki harta apaun lagi yang tersisa. Tanggung jawab dari

seoarang guarantor terhadap debitor yaitu bertanggung jawab atas

pembayaran utang debitor kepada kreditor, hal ini tercantum pada

Pasal 1820 KUHPer bahwa guarantor baru akan bertanggung

jawab ketika debitor tidak atau lalai memenuhi perikatannya.

Tujuan adanya jaminan yaitu untuk meyakinkan para kreditor

bahwa debior mempunyai kemampuan untuk mengembalikan

atau melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan

persyaratan dan perjanjian kredit yang telah disepakati. Alasan

lain yang menjadi tujuan adanya penanggung adalah mempunyai

kesamaan kepentingan ekonomi dengan usaha dar si peminjam

(debitor).4 Penentuan pembayaran yang ditanggung guarantor

tidak lebih berat daripada seorang debitor yang mempunyai utang

dan menyesuaikan dengan keadaan penanggung. Guarantor dapat

mengikatkan diri untuk menjamin sebagian utang pokok debitor,

sebesar utang pokok atau utang pokok dan sebagian bunga atau

syarat-syarat lain yang lebih ringan. Apabila guarantor dibebani

dengan syarat-syarat yang lebih berat dari perjanjian maka hanya

sah untuk perjanjian pokok.5 Dalam keadaan seperti ini berarti

seorang kreditor memegang jaminan perseoarangan (personal

guarantee) apabila harta debitor pailit tidak mencukupi untuk

melunasi utang-utangnya maka disini kreditor akan menuntut

harta dari guarantor untuk ditarik kedalam harta pailit sebesar

apa yang telah ditentukan dalam perjanjian. Saat debitor pailit

4 Kwik Kian Gie, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh

Kasus, Prenada Media, Jakarta, h. 16. 5 Sutarno, 2009, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung,

Alfabeta, h. 239.

7

dengan adanya personal guarantee tersebut maka berlaku Pasal

1131 dan 1132 KUHPer, yang membuat harta dari guarantor juga

masuk dalam harta pailit sebab jika tidak bisa dibilang perjanjian

tersebut dianggap tidak pernah ada sama sekali.

2.2.2. Upaya Perlindugan Hukum terhadap Kreditor yang

Piutangnya Belum Terlunasi dalam Perkara Kepailitan

Perlindungan yang diberikan UUK PKPU berupa pencegahan

melalui PKPU, akan tetapi PKPU sendiri tidak efektif karena

singkatnya waktu yang diberikan untuk merestrukturisasi utang-

utang debitor. Hal ini mengharuskan kreditor mengupayakan cara

lain agar piutangnya terlunasi, salah satu upaya hukum yang

dapat ditempuh adalah mempailitkan usaha baru dari debitor jika

debitor masih wanprestasi dan tidak melunasi utangnya sekalipun

sudah ditagih secara baik-baik sebelumnya. Akan tetapi cara ini

pun masih tidak sepenuhnya berhasil dengan baik karena dalam

hal pencocokan utang, bukan hanya kreditor lama saja yang

mengajukan piutangnya tetapi semua kreditor (Pasal 115 Ayat (1)

UUK PKPU), yang artinya ada kemungkinan bahwa kreditor baru

baik kreditor biasa, yang memiliki jaminan ataupun kreditor yang

didahulukan pembayarannya juga melakukan pencocokan

piutang. Lalu jika cara ini masih tidak bisa melunasi keselurahan

utang yang tersisa maka kreditor harus mengupayakan upaya

hukum lain.

Upaya hukum adalah suatu upaya yang diberikan kepada

seseorang untuk hal tertentu yang melawan putusan hakim.6

Upaya hukum tersebut berupa gugatan wanprestasi melalui

pengadilan ataupun melalui arbitrase yang merupakan salah satu

6 I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan

Industrial, Udayana University Press, Bali, h. 200.

8

bentuk adjudikasi privat, untuk mengindari proses pengadilan.7

Arbitrase sendiri adalah penyelesaian sengketa perdata yang

didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh

para pihak yang bersengketa.8 Selain dua cara tersebut cara diluar

pengadilan pun dapat ditempuh, baik menggunakan Alternative

Dispute Resolution (ADR) yang meliputi Negosiasi, Mediasi, dan

Konsiliasi, tidak hanya terbatas menyelesaikan melalui ADR

penyelesaian tersebut bisa juga menggunakan jasa mediator

Prakarsa Jakarta yang merupakan lembaga khusus (ad hoc) yang

dibentuk pemereintah sebagai mediator maupun fasilitator

penyelesaian utang piutang swasta diluar pengadilan setelah

terjadi krisis moneter di Indonesia. Mediasi ini merupakan

perwujudan tuntutan masyarakat sebagai alternatif penyelesaian

sengketa yang lebih cepat dan efisien. Fungsi dari Prakarsa

Jakarta ini sebagai pranata perusahaan-perusahaan swasta yang

hendak merestrukturisasi utangnya. Sejak awal tahun 2000 yang

lalu Prakarsa Jakarta telah menerapkan sistem insentif dan sanksi

agar debitor dan kreditor lebih kooperatif dalam menyelesaikan

utang piutangnya dengan bantuan mediator ini. Salah satu bentuk

restrukturisasi utang yang diberikan Prakarsa Jakarta adalah

bekerjasama dengan Bursa Efek Jakarta yaitu melalui Prakarsa

Jakarta untuk melakukan penawaran saham perdana “Initial

Publick Offering” di bursa tersebut. Upaya IPO ini merupakan

salah satu alternatif skema untuk lebih mendorong perusahaan

perusahaan mempercepat restrukturisasi utangnya.9

7 Suyud Margono, 2000, ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek

Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 48. 8 I Made Udiana, 2011, Rekontruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa

Penanaman Modal Asing, Udayana University Press, Bali, h. 13. 9 Manahan M.P. Sitompul, 2009, “Penyelesaian Sengketa Utang Piutang

Perusahaan dengan Perdamaian Di Dalam atau Di Luar Proses Kepailitan”, Disertasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, h. 115.

9

Menggunakan skema Indonesian Debt Restructuring Agency

(INDRA) sebagai badan restrukturisasi utang Indonesia yang

dibentuk pemerintah pada tahun 1998 setelah terdapat

kesepakatan antara Pemerintah RI dengan perwakilan kreditor

asing. Badan ini didirikan adalah untuk melaksanakan Perjanjian

Frankfurt tanggal 4 Juni 1998 yang ruang lingkupnya adalah

untuk menyelesaikan utang-utang yang terjadi dalam hal

Pembiayaan Perdagangan, Utang antar Bank dan Utang Swasta

non Bank.10

Tetapi kedua lembaga yang dijelaskan diatas yaitu Satuan

Tugas Prakarsa Jakarta dan Indonesian Debt Restructuring Agency

sudah lama dibubarkan. Kedua lembaga tersebut dinyatakan

berakhir dengan berbagai alasan, sebagai gantinya dibentuklah

Pusat Mediasi Nasional (PMN). Disini PMN bukanlah satu-satunya

lembaga mediasi yang menggantikan posisi dari kedua lembaga

tersebut akan tetapi PMN bisa menjadi salah satu lembaga mediasi

yang digunakan. PMN disini memiliki tugas yang serupa dengan

yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut. Atau boleh dibilang

PMN merupakan lembaga yang dapat dipilih oleh pihak-pihak

yang bersengketa (debitor dan kreditor) untuk menyelesaikan

masalah utang-piutang yang tidak bisa diselesaikan melalui

kepailitan dengan skema baik yang digunakan oleh STPJ maupun

oleh skema INDRA.11

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

10 Ibid, h. 117. 11 www.hukumonline.com/berita/baca/hol9367/prakarsa-jakarta-bubar-

pusat-mediasi-nasional-belum-ada-kasus-masuk diakses tanggal 10 Septembar

2017.

10

Berdasarkan ketentuan dalam UUK PKPU, debitor pailit tetap

bertanggung jawab terhadap sisa utang dalam perkara kepailitan,

perjanjian penanggung utang (personal guarantee) adalah salah

satu bentuk pertanggungjawaban yang bisa diberikan oleh debitor

pailit jika utang-utangnya tidak mampu untuk dilunasi olehnya.

Upaya hukum yang dapat ditempuh kreditor yang diatur dalam

UUK PKPU juga kurang memadai dan mengharuskan kreditor

untuk mengupayakan pelunasan piutangnya diluar kepailitan baik

melalui jalur gugatan biasa melalui pengadilan, maupun arbitrase,

serta diluar proses pengadilan baik melalui ADR (Negosiasi,

Mediasi, Konsiliasi), menggunakan jasa mediator Prakarsa

Jakarta, dan menggunakan skema INDRA untuk kreditor asing

yang kemudian tugas dari Prakarsa Jakarta dan Skema INDRA

digantikan oleh PMN.

3.2. Saran-saran

a. Pengaturan prinsip debt forgiveness dalam UUK PKPU

bisa menjadi salah satu langkah yang dapat ditempuh

pemerintah agar memberikan sebuah kepastian dalam

penyelesaian tarhadap utang yang mungkin tidak mampu

lagi untuk dilunasi oleh debitor pailit.

b. Perlunya pemerintah memperbaharui UUK PKPU agar

diberikannya aturan alternatif yang dapat memberikan

penyelesaian secara menyeluruh terhadap sisa utang-

piutang jika ternyata kepailitan tidak mampu untuk

menyelesaikan permasalahan utang-piutang dan malah

menyisakan utang.

11

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Gie, Kwik Kian, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Prenada Media, Jakarta.

Margono, Suyud, 2000, ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Shubhan, Hadi M., 2009, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan

Praktik di Peradilan, Cet. II, Kencana, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2009, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sutarno, 2009, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,

Alfabeta, Bandung.

Udiana, I Made, 2011, Rekontruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing, Udayana University Press, Bali.

_______, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Udayana University Press, Bali.

Hasil Penelitian

Sitompul, Manahan M.P., 2009, “Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan dengan Perdamaian Di Dalam atau Di Luar Proses Kepailitan”, Disertasi Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Internet (Situs Resmi)

www.hukumonline.com/berita/baca/hol9367/prakarsa-jakarta-

bubar-pusat-mediasi-nasional-belum-ada-kasus-masuk di akses pada tanggal 10 September 2017

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), 2009,

diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Balai Pustaka, Jakarta.

12

Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004),

Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 131 (Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4443).