Vol. 6 No. 3 (2018): September - Desember 2018 · Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Katuk...
Transcript of Vol. 6 No. 3 (2018): September - Desember 2018 · Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Katuk...
Vol. 6 No. 3 (2018): September - Desember 2018 Diterbitkan: 2018-09-06
Artikel
1. Kualitas Fisik dan Kimia Daging Babi Landrace Persilangan yang Diberi Pakan Berbasis Sampah Kota
Denpasar Empang F. P. I., I N. T. Ariana, T. I. Putri: 529-540
2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Bawang Putih (Allium sativum) Melalui Air Minum Terhadap
Kualitas Fisik Telur Ayam Lohmann Brown Umur 22-30 Minggu: Nanda W., I G. N. G. Bidura, I. A. P. Utami:
541-551
3. Keseimbangan Protein dan Pertumbuhan Sapi Bali Dara yang Diberikan Ransum dengan Kandungan
Energi dan Protein yang Berbeda. Nasrullah H. I., I G. Mahardika, N. N. Suryani: 552-564
4. Studi Perbandingan Organoleptik Daging dari Babi Landrace yang Diberi Pakan Berbasis Sampah TPA
dengan Pakan Komersial. Sanjaya I K. W., I N. T. Ariana, N. L. P. Sriyani: 565-575
5. Analisis Pendapatan Usaha Penggemukan Kelinci Lokal (Lepus negrocollis) yang Diberi Pakan Dasar
Limbah Daun Wortel (Daucus carrota L.) dengan Suplementasi Konsentrat. Dewi E. K., B. R. T. Putri, I M.
Nuriyasa: 576-584
6. Pengaruh Pemberian Ransum dengan Level Protein dan Energi yang Berbeda Terhadap Komposisi
Tubuh Sapi Bali Dara. Tungga I. C., N. N. Suryani, N. P. Sarini: 585-595
7. Performa Produksi Babi Ras Persilangan Umur 2-6 Bulan yang Diberi Ransum dengan Suplementasi
Mineral-Vitamin Kompleks. Rusmawan I K. A., N. W. Siti, I G. N. G. Bidura: 596-605
8. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Buah Naga yang Difermentasi dengan Khamir Saccharomyces
cerevisiae dalam Ransum Terhadap Produksi Karkas Broiler. Putra I K. S. A., G. A. M. K. Dewi, I. A. P. Utami:
606-616
9. Performans Ternak Kelinci Lokal ( Lepus nigricollis ) yang Diberi Level Konsentrat Berbeda dengan
Pakan Dasar Limbah Daun Wortel (Daucus carota L.). Pertiwi I G. N. S. D., A. W. Puger, I M. Nuriyasa: 617-625
10. Pengaruh Lama Thawing pada Uji Kualitas Semen Beku Sapi Bali Produksi UPT BIBD Baturiti Sebelum
Didistribusikan. Adnyani N. L. A., N. L. G. Sumardani, N. P. Sarini: 626-636
11. Sikap Peternak Babi Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan
Abiansemal Kabupaten Badung. Noviyanti N. I. K., I N. Suparta, I N. T Ariana: 637-647
12. Populasi Bakteri Rumen Sapi Bali Dara yang Diberi Ransum dengan Kandungan Energi dan Protein
Berbeda. Saragih K., N. N. Suryani, S. A. Lindawati: 648-659
13. Hubungan Penerapan Manajemen Simantri dengan Tingkat Pendapatan Petani-Peternak di Provinsi
Bali. Tetsuya A. R, I N. Suparta, I W. Budiartha: 660-674
14. Pengaruh Suplementasi Konsentrat dengan Aras Berbeda pada Pakan Berbasis Limbah Daun Wortel
terhadap Karakteristik Karkas Kelinci Lokal (Lepus nigricollis). Paramartha D. B. K. G. R., I M. Nuriyasa, E.
Puspani: 675-683
15. Pengaruh Pemberian Probiotik Selulolitik B-6 Melalui Air Minum Terhadap Berat dan Kualitas Fisik
Telur Ayam Lohmann Brown Umur 40-48 Minggu. Dinda Dwi O, I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati: 684-
694
16. Korelasi Berat Badan dan Panjang Badan dengan Ukuran Testis Babi Bali yang Dipelihara Secara Semi
Tradisional. Andre J. S. I P., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri: 695-708
17. Pengaruh Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa oleifera) Melalui Air Minum Terhadap Warna, Kadar
Protein, Lemak dan Kolesterol Kuning Telur Ayam Lohmann Brown Umur 22-30 Minggu. Purnayasa I K.,
D. A. Warmadewi, N. W. Siti: 709-722
18. Pengaruh Abu Agnihotra dalam Pakan Komersial Terhadap Organ Dalam Ayam Broiler Umur 5
Minggu. Pratama I W. A., N. W. Siti, N. M. S. Sukmawati: 723-734
19. Pengaruh Fermentasi Alami Susu Sapi dan Susu Kambing Terhadap Flavor, Total Asam dan Kadar
Protein. Afifi M. A., I. A. Okarini, N. P. Mariani: 735-745
20. Populasi Bakteri Pengikat Nitrogen pada Rhizosfir Rumput Bahia (Paspalum notatum cv. competidor)
yang Diberi Berbagai Level Kombinasi Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalsium. Juliarta I K., N. M. Witariadi,
N. N. Suryani: 746-759
21. Perilaku Peternak dalam Pengolahan Limbah Ternak Babi di Desa Wisata Puhu, Kecamatan Payangan,
Kabupaten Gianyar. Pri Setiawan I M., I N. Suparta, N. W. Tatik Ingriati: 760-778
22. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Katuk (Sauropus androgynous L. Merr) Melalui Air Minum
Terhadap Kadar Protein, Lemak, Kolesterol, dan Warna Kuning Telur Ayam Lohmann Brown. Carolin B.
A., N. L. G. Sumardani, I G. N. G. Bidura: 779-791
23. Evaluasi Kualitas Telur Itik Selama Penyimpanan Pasca Perendaman dalam Ekstrak Gelatin dari Kulit
Sapi Bali. Ginting D. B. A., I N. S. Miwada, S. A. Lindawati: 792-802
24. Hubungan Persepsi dan Kepuasan Konsumen dengan Daya Saing Rumah Makan Babi Guling di
Kabupaten Gianyar. Hestiani P. T., I N. Suparta, K. Budaarsa: 803-816
25. Perbandingan Morfometrik Ayam Lokal Kalimantan Timur Berdasarkan Pendekatan Analisis
Diskriminan. Rahmatullah S. N., Z. Efendi, H. Mayulu, F. Ardhani, A. Sulaiman: 817-828
26. Efisiensi Pemanfaatan Air Pada Legum Lokal Centrosema pubescens dan Clitoria ternatea. Agustina N.
K. A., N. N. Candraasih, I W. Wirawan: 829-845
27. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Penerapan Manajemen Pemotongan Ayam dalam
Menghasilkan Mutu Daging ASUH di Bali. Dorothy Y. N. S., N. W. T. Inggriati, I N. S. Miwada: 846-856
28. Evaluasi Penggunaan Asap Cair pada Bakso Sapi Melalui Pendekatan Indikator Hedonik. Silaban M., I
N.S Miwada, S. A Lindawati: 857-868
29. Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Buah Naga Difermentasi Khamir Saccharomyces cerevisiae
Dalam Ransum Terhadap Organ Dalam Broiler. Mayana M.I, Dewi G.A.M.K., I M. Nuriyasa: 869-879
30. Pengaruh Penambahan Abu Agnihotra Dalam Pakan Komersial Terhadap Berat External Offal Ayam
Broiler Umur 5 Minggu. Priana I M. O., N W. Siti, N. M.S. Sukmawati: 880-892
31. Analisis Pendapatan Peternakan Ayam Broiler Dengan Sistem Kandang Tertutup (Closed House) Pada
Pola Mandiri (Studi Kasus pada CV. Sari Mulya di Desa Tunjuk, Tabanan). Wulansari P.K.P., I W. Sukanata, I
M. Suasta: 893 – 903
32. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Jenis Rumput Lokal Pada Berbagai Panjang Defoliasi.
Muhammady A.N., A. A. A. S Trisnadewi, I G. Suranjaya: 904-920
33. Hubungan Tingkat Penerapan Pola Kemitraan Babi Dengan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Pt.
Charoen Pokphand Di Bali. Dewantara I.G.P.B.S., N.W.T. Ingriati., N.L.P. Sriyani: 921-035
34. Analisis Finansial Usaha Rumah Potong Ayam Broiler Semi Modern (Studi Kasus pada UD. Giri Sari Di
Denpasar Timur). Susana I W., I W. Sukanata, I N. Suparta: 936 – 949
35. Tingkat Kontaminasi Mikroba Daging Kelinci Jantan Lokal (Lepus nigricollis) Pasca Pemotongan Yang
Diberi Limbah Wine Dalam Pakan. Adnyana P. M. W., N. L. P. Sriyani, S. A Lindawati: 950 - 960
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected] eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD
596
Performa Produksi Babi Ras Persilangan Umur 2-6 Bulan yang Diberi
Ransum dengan Suplementasi Mineral-Vitamin Kompleks
Rusmawan. I K.A., N W. Siti dan I G.N.G. Bidura
PS.Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman Denpasar
E-mail :[email protected] Telphone. 083875436395
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi mineral-vitamin kompleks
dalam ransum terhadap performa produksi babi ras persilangan umur 2-6 bulan. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri 3 perlakuan dan 4 kelompok
sebagai ulangan, pengelompokan berdasarkan berat badan. Perlakuan yang dicobakan ransum
tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks sebagai kontrol (A), ransum dengan suplementasi
0,10% mineral-vitamin kompleks (B), dan ransum dengan suplementasi 0,20% mineral-vitamin
kompleks (C). Variabel yang diamati adalah berat badan akhir, pertambahan berat badan,
konsumsi ransum dan feed conversion ratio. Hasil penelitian menunjukan suplementasi mineral-
vitamin kompleks level 0,10% dan 0,20% nyata (P<0,5) meningkatkan berat badan akhir,
pertambahan berat badan dan efisiensi dalam penggunaan ransum namun tidak nyata (P>0,5)
meningkatkan konsumsi ransum pada babi ras persilangan umur 2-6 bulan. Disimpulkan bahwa
suplementasi 0,10-0,20% mineral-vitamin kompleks dalam ransum meningkatkan berat badan
akhir, pertumbuhan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum pada babi ras persilangan.
Kata kunci : suplementasi, babi ras persilangan, performa produksi, mineral-vitamin kompleks
Supplementation of Mineral-Vitamin Complex in Ration of Growth
Performance Boar Crossbreed Age 2-6 Months
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of mineral-vitamin complex supplementation in
the ration to growth performance boar crossbreed the age of 2-6 months. The design used was a
randomized block design (RBD) comprising 3 treatments and 4 groups as replication, clustering
based on weight. The treatments were attempted diets without supplementation of mineral-
vitamin complex as the control (A), the diets with 0.10% mineral supplementation-vitamin
complex (B), and 0.20% diets supplemented mineral-vitamin complex (C). The variables
measured were final body weight, weight gain, feed intake and feed conversion ratio. The results
showed that supplementation of mineral-vitamin complex at the level of 0.10% and 0.20% (P
<0.5) can improve the final body weight, weight gain and feed efficiency in use but not
significantly (P> 0.5) increases feed intake in pigs race crosses the age of 2-6 months. It was
concluded that supplementation of 0.10 to 0.20% mineral-complex vitamins in the ration can
increase the final body weight, weight gain and feed efficiency in the use of the boar cross breed.
Key words: supplementation, pig crossbreeds, carcass production, mineral-vitamin complex
Submitted Date: August 15, 2018 Accepted Date: September 10 2018 Editor-Reviewer Article;: A. A. P. P. Wibawa & I M. Mudita
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 597
PENDAHULUAN
Ternak babi merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan daging sebagai sumber protein hewani, karena
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan seperti prolifik, efisien dalam mengkonversi bahan
pakan menjadi daging, umur mencapai bobot potong yang singkat dan persentase karkas tinggi.
Khususnya di Bali, babi merupakan ternak unggulan untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat,
hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat Bali memeluk agama Hindu dan banyaknya tradisi daerah
yang menggunakan ternak babi sebagai sesajen.
Ternak babi merupakan komoditas yang memiliki hasil produksi yang diminati masyarakat
Provinsi Bali. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan (2017) menunjukkan
peningkatan produksi daging babi dari tahun 2013– 2017 (“ tingkatan sementara”) sebesar rata-
rata 14,7 % dengan jumlah produksi daging babi per tahunnya berturut-turut sebesar 123.219 ton
(2013), 123.638 ton (2014), 150.959 ton (2015), 166.535 ton (2016), 169.766 ton (2017). Data
tersebut dapat menunjukkan peningkatan produksi daging babi pertahunnya di Provinsi Bali
yang terus meningkat seiring dengan kebutuhan konsumsi daging babi oleh masyarakat Bali.
Keberhasilan peternakan babi ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah ransum.
Ransum mengandung zat-zat makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ternak
diharapkan mampu meningkatkan mutu, dan produktivitas ternak. Pola peternakan di Indonesia
termasuk Bali merupakan peternakan yang masih bersifat tradisional dengan skala kecil. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan ransum secara maksimal adalah
suplementasi mineral-vitamin kompleks. Mineral-vitamin kompleks berguna untuk meningkatkan
daya cerna ransum yang diberikan. Mineral-vitamin kompleks mengandung berbagai trace
mineral seperti Zn yang berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses metabolisme dan enzim
karboksi peptidase yang berperan dalam metabolisme protein (Tillman et al., 1998).
Anggoro (2015) menyatakan bahwa pemberian ransum yang mengandung mineral-vitamin
kompleks berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan dan FCR, sedangkan untuk
konsumsi nutrien berbeda tidak nyata. Utama et al.,(2016) menyatakan bahwa pemberian ransum
dengan imbangan energi/protein yang berbeda yaitu dari 148 s/d 175 tidak menghasilkan
pertumbuhan yang berbeda nyata (P>0.05) baik pada berat badan awal, berat badan akhir,
pertambahan berat badan, konsumsi ransum total dan FCR. Roni et al., (2017) menyatakan
bahwa perbedaan dengan level (0,25% dan 0,50%)dalam ransum tradisional terhadap
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 598
performans babi persilangan meningkatkan konsumsi Zn, meningkatkan pertambahan bobot
badan, konsumsi ransum, energi dan protein, serta efisiensi penggunaan ransum. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang performa produksi babi ras persilangan
umur 2-6 bulan yang diberi ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan di peternakan babi ras persilangan milik petani
yang berlokasi di Banjar Lebah Jadi, Desa Jadi, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari lantai semen beton dan penyekat
dari bilah bambu dengan atap dari seng. Tiap petak kandang berukuran 1,8 m x 2 m x 0,8 m
sebanyak 12 petak. Tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.
Ternak babi
Babi yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi ras persilangan fase starter yang
diperoleh dari usaha pembibitan babi ras persilangan milik peternak di desa Sudimara, Tabanan.
Babi yang di gunakan sebanyak 24 ekor dengan berat badan awal 203,05 ± 26,6. kg
Ransum dan air minum
Ransum yang digunakan dalam peneletian ini terdiri dari jagung kuning, konsentrat TBN
01, dedak padi dan mineral-vitamin “pignox”. Air yang diberikan bersumber dari air sumur.
Komposisi bahan, nutrien dalam konsentrat TBN 01 dan pignox serta kandungan nutrien ransum
dapat dilihat dalam Tabel 1 – 4.
Alat penelitian
Adapun alat yang di gunakan dalam penelitian itu yaitu timbangan badan duduk dengan
kapasitas 500 kg dengan kepekaan 10 g yang berfungsi untuk menimbang bahan pakan dalam
jumlah yang besar dan membantu dalam proses menimbang bobot badan babi. Timbangan
Elektrik dengan kapasitas 5 kg kepekaan 1 g yang berfungsi untuk menimbang bahan pakan
dalam jumlah yang sedikit. Ember berfungsi untuk tempat mencampur ransum. Centong air
berfungsi untuk alat bantu menakar pemberian jumlah pakan bagi ternak babi. Sikat berfungsi
untuk membersihkan sisa pakan yang ada dalam tempat makan babi. Spons berfungsi untuk
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 599
mengeringkan tempat pakan babi. Cetok berfungsi untuk mengambil sisa pakan yang ada pada
tempat pakan ternak babi. Sekop berfungsi untuk membantu memebersihkan kotoran ternak babi.
Sapu berfungsi untuk membersihkan air menggenang yang ada dalam kandang. Alat tulis yang
berfungsi untuk mencatat hasil dan sebagainya.
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun ransum yang akan digunakan dalam penelitian
Komposisi Bahan (%)
Ransum1
A B C
Jagung Kuning 52 52 52
Konsentrat TBN 01 30 30 30
Dedak Padi 18 17.90 17.80
Mineral-Vitamin “pignox”2 - 0.10 0.20
Total 100 100 100 Keterangan :
1)(A) ransum tanpa suplementasi mineral-vitamin, (B) ransum dengan suplementasi mineral-vitamin
sebanyak 0,10 %, (C) ransum dengan suplementasi mineral-vitamin sebanyak 0,20 %, 2)Pignox yang
digunakan adalah Produksi PT. Medion, Bandung Indonesia.
Tabel 2. Kandungan nutrient dalam konsentrat TBN 01 Zat Nutrisi (%) Total
Metabolisme Energi (kkal/kg) 2969
Protein Kasar 40,88
Serat Kasar 3,10
Lemak 10,96
Kalsium (Ca) 2,6
Phospor (P) 1,7
Keterangan : Bidura et al. (2017).
Tabel 3. Kandungan nutrien mineral-vitamin kompleks ‘pignox’.
Nutrient Kandungan (per Kg Pignox) Olaquindox 40 mg
Vitamin A 5.000 IU
Vitamin D3 800 IU
Vitamin E 2 mg
Vitamin K3 0,8 mg
Vitamin B1 0,4 mg
Vitamin B2 0,8 mg
Vitamin B6 0,4 mg
Vitamin B12 8 ug
Nicotinic Acid 8 mg
Ca-d-Pantothenete 6 mg
Choline Chlorine 200 mg
Methionine 40 mg
Mangane 8 mg
Iodine 0,4 mg
Iron 16 mg
Cobalt 0,2 mg
Copper 20 mg
Zinc 20 mg
BHT (antioxidant) 1.5 mg
Keterangan : Pignox Produksi PT. Medion, Bandung Indonesia
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 600
Tabel 4. Kandungan nutrien dalam ransum babi umur 2-6 bulan penelitian.
Zat Nutrisi (%)1)
Perlakuan2)
A B C Standard3)
Metabolis Energi (kkal/kg) 3008 3009 3007 3265a
Protein Kasar 18,84 19,15 19,14 20,9a
Serat Kasar 3,07 4,22 4,21 5,0b
Lemak 7,30 7,30 7,29 7,0b
Kalsium (Ca) 0,81 0,83 0,83 0,70a
Phosphor (P) 0,66 0,92 0,92 0,60a
Arginin 1,07 1,23 1,23 0,46a
Histidin 0,40 0,46 0,46 0,36a
Isoleusin 0,79 0,88 0,88 0,63a
Leusin 1,51 1,67 1,67 1,12a
Lisin 1,01 1,12 1,12 1,15a
Metionin 0,40 0,44 0,44 0,30a
Penilalanin 0,78 0,87 0,87 0,68a
Treonin 0,70 0,79 0,79 0,74a
Triptofan 0,20 0,23 0,23 0,21a
Valin 0,91 1,04 1,04 0,79a
Keterangan :
1) Kandungan nutrien dalam ransum babi umur 2-6 bulan penelitian.
2) (A) ransum tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks, (B) ransum dengan suplementasi mineral-
vitamin kompleks sebanyak 0,10 % (C) ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks sebanyak
0,20%.
3) Standard nutrien ransum berdasarkan perhitungan a) NRC (1998) dan b) SNI(2006).
Penimbangan babi
Penimbangan dilakukan setiap minggu, untuk babi fase starter penimbangan dilakukan
dengan cara menggunakan keranjang plastik untuk menghindari babi stress saat penimbangan,
khususnya babi fase grower dan finisher maka penimbangan dilakukan dengan menggunakan
kandang timbang yang terbuat dari besi.
Rancangan percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK), dengan 3 macam perlakuan dan 4 kelompok (blok) sebagai ulangan, sehingga
keseluruhan terdapat 12 unit percobaan. Pengelompokan berdasarkan berat badan babi, sehingga
berat badan babi pada masing-masing kelompok adalah sama dan berat badan babi antar
kelompok adalah berbeda, blok 1 (27,58 ± 0,7 kg), blok 2 (19,75 ± 0 kg), blok 3 (13,58 ± 0,1 kg)
dan blok 4 (6,77 ± 0,4 kg). Tiap unit percobaan menggunakan 2 ekor babi, sehingga babi yang
digunakan sebanyak 24 ekor dengan rataan berat badan awal 203,05 ± 26,6 kg
Ketiga perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut :
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 601
1) Ransum tanpa menggunakan mineral-vitamin kompleks (A)
2) Ransum yang menggunakan suplementasi mineral-vitamin kompleks0,10 % (B)
3) Ransum yang menggunakan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,20 % (C)
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Konsumsi Ransum :Konsumsi ransum diamati setiap minggu, yaitu didapat dari selisih
antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
2) Berat Badan Akhir :Berat akhir merupakan berat babi yang ditimbang pada saat akhir
penelitian. Sebelum penimbangan terlebih dahulu babi dipuasakan selama lebih
kurang 12 jam.
3) Pertambahan Berat Badan :Pertambahan berat badan babi didapatkan dengan mencari
selisih antara berat badan akhir dengan berat badan awal.
4) FCR (Feed Conversion Ratio) :FCR merupakan perbandingan antarakonsumsi ransum
denganpertambahan berat badan dalam satuan waktu yang sama. FCR merupakan
tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai
FCR, berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan ransum, demikian juga
sebaliknya
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam menggunakan program SPSS versi
16.Apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), maka analisis dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan dengan tingkat signifikasi 5%. (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,10% dan
0,20% pada perlakuan B dan C nyata dapat meningkatkan berat badan akhir, pertambahan berat
badan dan menurunkan FCR, dapat berpengaruh terhadap konsumsi ransum namun tidak berbeda
nyata (Tabel 5). Pertambahan berat badan pada semua perlakuan menghasilkan nilai yang
berbeda atau dengan kata lain menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pertambahan berat badan
babi ras persilangan pada perlakuan B dan C yaitu 0,44 dan 0,48 kg/hari sedangkan menurut Roni
et al. (2017), PBBH babi ras persilangan yang diberikan ransum tradisional dengan suplementasi
pignox 0,25% dan 0,50% pertambahan berat badan adalah 0,06 dan 0,05 kg/hari.
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 602
Tabel 5. Performa Produksi Babi Ras Persilangan Umur 2-6 Bulan yang diberi Ransum dengan
Suplementasi Mineral-Vitamin Kompleks
Variabel Perlakuan
1)
A B C SEM3)
Berat badan awal (kg) 17.01a
17.00a
16.75a
0.24
Berat badan akhir (kg) 56.18c 2)
61.63b
66.00a
0.62
Pertambahan berat badan (kg/h) 0.39c
0.44b
0.48a
0.01
Konsumsi ransum (kg/h) 1.42a
1.46a
1.46a
0,02
FCR 3.77a
3.28b
3.01c
0.05
Keterangan :
1) Ransum Perlakuan
a. A = Ransum tanpa suplementasi mineral-vitamin kompleks
b. B = Ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,10 %
c. C = Ransum dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks 0,20 %
2) Nilai dengan huruf yang berbeda dan pada baris yang sama menunjukkan nilai yangberbeda nyata (P<0,05)
3) SEM: “Standard Error of the Treatment Mean”
Pertambahan berat badan yang meningkat disebabkan oleh kandungan mineral-vitamin
kompleks dalam ransum. Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok
dalam hal pertumbuhan dan reproduksi ternak, seperti metabolisme energi, metabolisme protein
serta biosintesis zat-zat essensial (Murtidjo, 1993). Kebutuhan mineral untuk ternak dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro
terdiri atas kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), dan
sulfur (S). Trace mineral terdiri atas besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), molibd (Mo), mangan
(Mn), kobal (Co), krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I).Se dalam kadar normal dalam pakan
akan menstimulir sintesis protein. Cu dan Co bersama-sama memperbaiki daya cerna serat
kasar.Sementara Zn merupakan salah satu diantara beberapa mineral mikro yang memiliki
peranan sebagai aktivator enzim.
Vitamin juga memiliki peranan yang penting bagi ternak.Vitamin A terlibat dalam sistem
penglihatan dan pengelolaan jaringan epitel di seluruh permukaan tubuh bagian luar maupun
bagian dalam serta berbagai kelenjar endokrin/gonad.Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan
kehilangan nafsu makan (anoreksia), kemudian secara cepat diikuti oleh rabun, diare yang parah,
tidak ada koordinasi dalam bergerak serta menurunkan berat badan dan kulit menjadi
kasar.Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan secara umum dari seekor ternak dalam arti lebih
banyak dibandingkan hanya untuk pertumbuhan tulang saja.Defisiensi vitamin D dapat
mempengaruhi sistem pertulangan hewan muda.Vitamin E berfungsi dalam metabolisme normal
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 603
syaraf, kontraksi urat daging, sirkulasi, respirasi, pencernaan, ekskresi, pertumbuhan, konversi
pakan dan reproduksi. Ternak yang kekurangan vitamin E akan mengganggu reproduksi.
Vitamin B-kompleks dimanfaatkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Jumlah konsumsi ransum pada ternak babi ras persilangan yang diberikan ransum dengan
suplementasi mineral-vitamin kompleks cenderung meningkat. Hal ini sejalan dengan Roni et al.
(2017), yang menyatakan bahwa konsumsi ransum /ekor/hari pada babi ras persilangan yang
diberikan ransum tradisional dengan suplementasi pignox 0,25% dan 0,50% cenderung
mengalami peningkatan berkisar antara 0,27, 0,38 dan 0,30 kg/hari. Jumlah konsumsi ransum
dipengaruhi oleh kualitas ransum seperti kandungan air, protein, energi, vitamin, lemak, mineral,
dan kandungan zat-zat lain dalam pakan. Sejalan dengan pendapat Sinaga dan Martini (2010),
bahwa salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya kualitas ransum adalah kandungan
protein, energi, vitamin, mineral, dan bahan-bahan lain yang menunjang pertumbuhan dan proses
pencernaan biologis.
Meningkatnya jumlah konsumsi ransum disetiap perlakuan disebabkan oleh kandungan
mineral-vitamin kompleks yang berbeda karena suplementasi mineral-vitamin kompleks dapat
meningkatkan kandungan protein dalam ransum.Sejalan dengan pendapat Sihombing (2006),
bahwa jumlah konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh tingkat energy dan protein ransum.
Konsumsi ransum selain dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung di dalam ransum juga
dipengaruhi oleh palatabilitas dan cara pemberian ransum. Palatabilitas akan dipengaruhi oleh
parameter fisik seperti kekerasan bahan pakan, warna, bentuk, pemotongan atau pencincangan,
tekstur dan parameter kimiawi seperti kandungan air, protein dan zat- zat dalam pakan
(Soeharsono, 2010).
Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan antara jumlah konsumsi ransum
dengan pertambahan berat badan dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan analisis statistika
nilai FCR paling efisien yaitu 3,01 pada perlakuan babi ras persilangan yang diberi ransum
dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks sebanyak 0,20% (C), sedangkan menurut Roni et
al. (2017), FCR babi ras persilangan yang diberikan ransum tradisional dengan suplementasi
0,25% dan 0,50% adalah 5,63. Konversi ransum sangat dipengaruhi oleh kualitas ransum,
bangsa ternak, penyakit dan manajemen kandang. Sejalan dengan pendapat Campbell dan Lasley
(1985), bahwa efisiensi penggunaan pakan tergantung pada kemampuan ternak dalam mencerna
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 604
pakan dan jumlah pakan yang hilang dalam proses metabolisme. Anggorodi (1985), menyatakan
bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi konversi ransum seperti umur ternak, bangsa,
kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan ternak, tatalaksana dan penggunaan
bibit yang baik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum
dengan suplementasi mineral-vitamin kompleks sebanyak 0,10% dan 0,20% pada babi ras
persilangan dapa meningkatkan berat badan akhir, pertambahan berat badan dan menurunkan
FCR, namun tidak nyata meningkatkan konsumsi ransum.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Udayana,Pembimbing Penelitian, dan seluruh pihak yang membantu
dalam pelaksanaan hingga penulisan jurnal penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berbasis Hijauan Lokal. Skripsi Sarjana Peternakan, Universitas Udayana. Bali.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dan Ilmu Makanan Ternak Unggas.Universitas
Indonesia Press. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standart Pakan Babi
Sapihan SNI 01-3912-2006: Jakarta: Departemen Perindustrian.
Bidura, I. G. N. G., N. W. Siti., B. R. T. Putri., T. I. Putri., I. M Nuriyasa., I. M. Suasta., T. G. O.
Susila. 2017. Demplot Uji Kualitas Pakan pada Bibit Babi dan Penggemukan (Gerbang
Pangan) di Kabupaten Tabanan. Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan dengan Fakultas
Peternakan Universitas Udayana Denpasar
Campbell, J. R, and J.F. Lasley. 1985. The Science of Animals that Serve Humanity. Ed. 3rd
.
McGraww-Hill Publication in the Agricultural Science.
Dirjen Peternakan. 2017. Basis Data Ekspor Komoditi Pertanian Berdasarkan Negara Tujuan.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Murtidjo, B.A. 1993. Beternak Sapi Potong. Kanisius.Yogyakarta.
National Research Council (NRC). 1998. Nutrient Requirement of Swine. 10 Revised Ed.
National Academy Press. Washington, DC.
Rusmawan et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 596 - 605 Page 605
Roni, N.G.K., N.M S. Sukmawati, N.M. Witariadi dan N.N. Candraasih K. 2017. Pengaruh
pignox dalam ransum tradisional terhadap performans babi persilangan bali-saddleback
fase grower.Makalah disampaikan Pada Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi
Ilmuan Ternak Babi Indonesia (AITBI) PotensiPengembangan Ternak Babi Sebagai
Komoditas Unggulan Ekspor Nasional.Denpasar.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjajaran Bandung
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Principle and Procedure of Statistic. McGrow Hill Book
Bo. Inc. New York.
Utama, I P. S. Y., I K. Sumadi dan I M. Suasta. 2016. Pengaruh Imbangan Energi dan Protein
Ransum Terhadap Pertumbuhan Babi Bali Jantan Lepas Sapih. Peternakan Tropika Vol.
4(3): 519 - 528