ekahartatigeo.files.wordpress.com · Web viewHujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke...
Transcript of ekahartatigeo.files.wordpress.com · Web viewHujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke...
MAKALAH HIDROLOGI DAN LINGKUNGAN
“TENTANG PENGUAPAN”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah hidrologi
DOSEN PENGAJAR
DRS.H. SIDHARTA ADYATMA, M.SI.
DR. DEASY ARISANTY, M.SC.
DI SUSUN OLEH :
EKA HARTATI A1A513038
RINA HARISNA A1A513239
M. ZAKI PUAD A1A513070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan ke arah kesempurnaan.
Banjarmasin, 27 September 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal
dari air bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpun dan air sawah.
Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bias berasal dari tubuh
manusia, binatang, tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air. Air-air tersebut
umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas
matahari. Air yang menguap melayang keudara dan akhirnya terus bergerak menuju langit
yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Akibat angina atau udara yang bergerak awan-
awan saling bertemu dan membesar menuju langit atau atmosfer bumi yang suhunya rendah
atau dingin, akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena semakin rendah suhu udara
semakin tinggi es atau salju yang terbentuk cair akan menjadi air, namun jika suhunya sangat
rendah maka akan turun tetap sebagai salju.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian evaporasi, presipitasi, evapotranspirasi, dan transpirasi ?
b. Faktor apa yang mempengaruhi evaporasi, presipitasi, evapotranspirasi, dan
transpirasi ?
c. Bagaimana bentuk dari evaporasi, presipitasi, evapotranspirasi, dan transpirasi ?
C. Tujuan
a. Mengetahui proses tejadinya hujan.
b. Mengkaji apa-apa saja yang mempengaruhi proses tejadinya hujan.
BAB II
DASAR TEORI
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut).
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan . Hujan juga
memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap berubah
menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali kebumi dan akhirnya
kembali kelaut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi.
Awalnya air hujan berasal dari air bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air
waduk, air rumpun dan air sawah. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara
juga bias berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuhan, serta benda-benda lain yang
mengandung air. Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi
akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap melayang keudara dan akhirnya
terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain.
Hujan merupakan unsur fisik yang paling baik menurut waktu maupun tempat dan
hujan juga merupakan factor penentu serta factor pembatas bagi kegiatan pertanian secara
umum. Hujan merupakansatu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es). Dibumi, hujan adalah proses kondensasi
perubahan wujudnbenda ke wujud yang lebih padat. Uap air di atmosfer menjadi butiran air
yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba didaratan. Dua proses yang mungkinterjadi
bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara
atau penambahan uap air keudara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari
butiran besar hingga butiran kecilnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Evaporasi
1. Pengertian Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air) dan masuk ke atmosfer.
Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Dalam hidrologi, penguapan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi (diberi notasi E0) juga diartikan sebagai penguapan yang terjadi dari
permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan air di atas tanah
dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan tanah), dan
permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari
air tanah adalah kecil dan dapat diabaikan.
Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki energi
yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat.
Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai
derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu
berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus
titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke
dalam gas dan "menguap"
Ada cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu
(contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki molekul-molekul
yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam pola yang cukup buat memberi
satu molekul "kecepatan lepas" - energi panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap.
Namun cairan seperti ini sebenarnya menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan
karena itu lebih tak terlihat. Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air.
Uap air di udara akan berkumpul menjadi awan. Karena pengaruh suhu, partikel uap
air yang berukuran kecil dapat bergabung (berkondensasi) menjadi butiran air dan turun
hujan. Siklus air terjadi terus menerus. Energi surya menggerakkan penguapan air dari
samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
2. Bentuk Evaporasi
a. Evaporasi potensial (ETp) menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu
lahan yang sangat ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman
pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup dan ditentukan oleh parameter-
parameter iklim.
b. Evaporasi standar (ETo) adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat
diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam
pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm.
c. Evapotranspirasi tanaman (ETc) pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas
dengan tanaman sehat berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam
pada kondisi air tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan
suatu iklm tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan
tanaman.
d. Evaporasi aktual (ETa) menggambarkan laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam
pada kondisi aktual iklim, tanaman dn lingkungan tumbuh serta pengelolaan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun
evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi : radiasi
matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan
besarnya penguapan yang terjadi diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti
BMKG, Dinas Pengairan, dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data
klimatologi.
Radiasi Matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair
menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan
panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah.
Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di
atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada
letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari
berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng
jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum
matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula
sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran
matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.
Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi.
Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain
itu semakin tinggi temperatur, energy kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air
semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena
itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub
(daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia
relatif kecil.
Kelembaban Udara
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas
permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan
tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air
bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air. Udara
lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan
tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan.
Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah
mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara
dinyatakan dengan kelembaban relatif. Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan
dengan perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara
tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada
musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah
pedalaman.
Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi
lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi
terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut
harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh
karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan
banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara
diam.Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan
angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim
kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.
4. Pengukuran Evaporasi
Cara pengukuran curah hujan ini dapat melalui alat pengukur otomatis atau yang
manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan didaerah yang alamiah sehingga curah
hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas.
B. Transpirasi
1. Pengertian Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan yang terjadi saat terjadinya proses fotosintesis oleh
tumbuh-tumbuhan pada daun, atau disebut juga pernapasan pada daun-daun. Proses ini akan
terjadi sepanjang hari. Apabila jumlah cadangan air tersedia dengan cukup maka penguapan
yang terjadi disebut Evapotranspirasi Potensial (Eto). Transpirasi berbeda dengan
penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi
oleh fisiologi tumbuhan. Seperti gambar dibawah ini :
Keterangan :
Air pasif diangkut ke akar dan kemudian ke xilem .
Kekuatan kohesi dan adhesi menyebabkan molekul air untuk membentuk kolom
dalam xylem.
Air bergerak dari xilem ke dalam sel mesofil , menguap dari permukaan dan daun
tanaman dengan cara difusi melalui stomata
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak
menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan
besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang
berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar
ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran
udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini memengaruhi perilaku stoma
yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi
pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk
mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer.
Ket : Stoma (tunggal) atau mulut daun, sebagian besar transpirasi berlangsung di bagian ini.
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika
berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya
untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang
diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang
ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan
buah. Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut
dari akar ke daun melalui xilem.
Adaptasi tumbuhan terhadap transpirasi
Daun
Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara
menggugurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-
jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan
daun tersebut tumbuh lagi. Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang
kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya
berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik.
Lapisan lilin berfungsi untuk melindungi daun dari penguapan yang berlebihan dan gangguan
serangga
Stomata
Stomata pada daun dapat membuka di siang hari dan menutup pada malam hari untuk
menghindari penguapan yang berlebihan,karena itu stomata disebut dengan mulut daun.
Akar
Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar yang panjang-panjang
sehingga dapat menyerap air lebih banyak.
2. Bentuk Transpirasi
Adapun bentuk-bentuk dari transpirasi ialah :
a. Transpirasi kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang terjadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relative tidak tembus air, dan pada sebagian besar
jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10% atau kurang jumlah air yang
hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi
melalui stomata.
b. Transpirasi stomata
Adalah sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi dinding-dinding mesofel yang jenuh akan
air menguap dari dinding basah ini keruang-ruang antar sel dan uap air bersifusi
melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer diluar. Sehingga kondisi
normal evaporasi membuat ruang itu sellau jenuh uap air. Akalkan stomata terbuka
difusi uap air keatmosfer masih terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembab.
c. Transpirasi lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang
dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar
0,1% dari total transpirasi
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu
1. Cahaya, akan bertambah jika semakin cerah.
2. Temperature.
3. Kelembapan, akan meningkat jika udara menjdi lebih kering.
4. Angin, angin akan bertambah dengan bertambahnya kecepatan angina.
5. Air tanah turun jika lengas tanah turun.
4. Pengukuran transpirasi
Ada 4 cara untuk mengukur laju pergerakan transpirasi yaitu :
Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang keudara yang diganti
dengan pengukuran uap air yang hilang kedalam kertas korbal klorida kering. Kertas ini
berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah
jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun
dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang
digunakan untuk mengubah warna biru kertas menjadi warna merah jambu dijadikan ukuran
laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
Fotometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa
bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan jumlah air yang diambil sama dengan jumlah
air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
Pengukuran uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana
tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang memuaskan diperoleh oleh tumbuhan yang tumbuh dalam
pot yang telah diatur sedemikian rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat
dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapar ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan
penimbangan langsung.
5. Pemprosesan data transpirasi
Pemprosesan data transpirasi ada 5 yaitu :
Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi
Diatur bukan stomata
Diatur beberapa macam tekanan
Terjadi dijaringan hidup
Permukaan sel basah
C. Evapotranspirasi
1. Pengertian Evapotranspirasi
Evapotranspirasi yaitu penguapan yang terjadi di permukaan lahan, yang meliputi
permukaan tanah dan tanaman yang tumbuh dipermukaan tersebut. Evapotranspirasi juga
merupakan gabungan antara hasil evaporasi dan transpirasi.
2. Bentuk Evapotranspirasi
Adapun bentuk dari evapotransiprasi yaitu :
1. Evapotranspirasi potensial
2. Evapotranspirasi Aktual
3. Evaporasi standar
4. Evapotranspirasi tanaman
Keterangan :
1. Evapotranspirasi Potensial adalah yang mungkin terjadi pada kondisi air
yang tersedia berlebihan. Evapotranspirasi potensial terjadi jika
Evapotranspirasi pada suatu daerah sempit di tengah-tengah daerah yang
luas, tidak terpisah, seluruh permukaan tertutup vegetasi yang seragam,
dalam kondisi kelembaban tanah tidakt erbatas.
2. Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi
air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi actual dipengaruhi oleh
proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed
surface) pada musim kemarau.
3. Evapotranspirasi standar adalah evaporasi padasuatu permukaan standar
yang dapat diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh olehrerumputan
hijau yang ditanam pada lahan suburberkadar air tanah cukup tinggi antara
8-15 cm.
4. Evapotranspirasi tanaman adalah evapotranspirasi dari suatu lahan luas
dengan tanaman sehat berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang
ditanam pada kondisiair tanah optimum dan mencapai produksi penuh di
bawah keadaan suatu iklm tertentu.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi Evapotranspirasi
Factor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
Faktor lingkungan
a. Sifat permukaan
Permukaan yang berwarna terang, mempunyai kemamp. untuk
memantulkan radiasi lebih besar daripada warna gelap, sehingga jumlah
energi yang diserap untuk energi penguapan menjadi berkurang.
b. Status air yang ada di permukaan
Tingkat kejernihan air atau senyawa pengikat partikel air. Semakin jernih,
penguapan lebih mudah.
c. Jenis permukaan
Penguapan akan lebih cepat pada permukaan air bebas.
d. Radiasi matahari
Semakin tinggi penerimaan radiasi surya di suatu tempat, penguapan yang
terjadi akan semakin besar.
e. Suhu udara
Semakin tinggi suhu udara akan menyebabkan kapasitas atmosfer untuk
menerima uap air akan semakin besar, sehingga akan mengakibatkan
semakin cepatnya aliran penguapan dari permukaan ke atmosfer.
f. Kelembaban nisbi udara
Perbandingan antara tekanan uap air aktual (ea) dengan tekanan uap air
jenuh (es) di permukaan penguapan.
g. Angin
Kecepatan angin tinggi, penguapan tinggi.
h. Tekanan uap air di udara
Semakin besar tekanan uap air, kelembaban udara akan semakin besar,
sehingga laju penguapan menurun.
D. Presipitasi
1. Pengertian presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut
dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di
daerah beriklim sedang. Presipitasi juga merupakan peristiwa klimatik yang bersifat alamiah
yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses
kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di
suatu wilayah DAS ( merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman
tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ). Presipitasi mempunyai
banyak karakteristik yang dapat mempengaruhi produk air suatu hasil perencanaan
pengelolaan DAS. Besar kecilnya presipitasi, waktu berlangsungnya hujan dan ukuran serta
intensitas hujan yang terjadi baik secara sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi akan
mempengaruhi kegiatan pembangunan ( proyek ). Jumlah presipitasi selalu dinyatakan
dengan dalamnya presipitasi (mm).salju, es, hujan dan lain-lain juga dinyatakan dengan
dalamnya (seperti hujan) sesudah di cairkan.
2. Klasifikasi presipitasi
Hujan juga dapat terjadi oleh pertemuan antara dua massa air, basah dan panas. Tiga tipe
hujan yang umum dijumpai didaerah tropis dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Hujan konvektif ( convectional storms ), tipe hujan ini disebabkan oleh adanya beda
panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara
diatas permukaan tanah tersebut. Sumber utama panas di daerah tropis adalah berasal
dari matahari. Beda panas ini biasanya terjadi pada akhir musim kering yang
menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sebagai hasil proses kondensasi massa
air basah pada ketinggian di atas 15 km.
2. Hujan Frontal ( frontal/ cyclonic storms ), tipe hujan yang umumnya disebabkan
oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembaban. Pada tipe
hujan ini, massa udara lembab yang hangat dipaksa bergerak ketempat yang lebih
tinggi. Tergatung pada tipe hujan yang dihasilkanya, hujan frontal dapat dibedakan
menjadi hujan frontal dingin dan hangat. Hujan badai dan hujan monsoon adalah tipe
hujan frontal yang lazim dijumpai.
3. Hujan Orografik ( Orographic storms ), jenis hujan yang umum terjadi didaerah
pegunungan, yaitu ketika massa udara bergerak ketempat yang lebuh tinggi mengikuti
bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi proses kondensasi. Tipe hujan
orografik di anggap sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karma
berlangsung di daerah hulu DAS.
Presipitasi berdasarkan mekanisme dominan dari gerak vertikal :
A. Presipitasi stratiform.
Presipitasi dari awan stratifom yang terbentuk karena gerak vertikal yang kontinu
dan menyebar luas.Hal ini terjadi karena kenaikan frontal atau orografik atau konvergensi
dalam skala besar. Presipitasi dari awan stratiform tumbuh dari proses kristal es. Awan ini
mempunyai kadar air lebih rendah sehingga koalisensi tidak efektif. Masa hidup awan relatif
lama. Jika suhu lingkungan awan mencapai -15 0C, maka proses kristal es dapat
menyebabkan presipitasi.
B. Presipitasi konvektif.
Presipitasi dari awan konvektif karena kondisi udara yang tidak stabil yang
menyebabkan gerak vertikal tetapi terlokalisir dalam skala yang tidak luas. Hujan yang
terjadi umumnya tiba-tiba dan sangat lebat (heavy shower) tetapi terjadi dalam waktu yang
singkat. Dalam awan konvektif waktu presipitasi lebih pendek tetapi kadar air lebih tinggi
dari stratiform sehingga koalisensi sangat berperan menghasilkan hujan.
Jadi mekanisme presipitasi antara awan stratiform dan awan konvektif sangat
berbeda.Sebagai pendekatan, hujan kontinu dapat dipandang sebagai keadaan mantap
(steady-state process) dimana besaran awan dapat berubah dengan ketinggian tetapi konstan
terhadap waktu pada ketinggian tertentu.Sebaliknya, hujan shower dapat didekati sebagai
sistem dimana sifat-sifat awan berubah dengan waktu tetapi konstan terhadap ketinggian pada
waktu tertentu.
3. Bentuk presipitasi
Berdasarkan posisi pembentukannya presipitasi dipilah menjadi dua yaitu presipitasi
vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal adalah presipitasi yang posisi jatuhnya ke arah
vertikal atau ke arah muka bumi. Presipitasi ini dapat diukur dengan alat penakar hujan.
Presipitasi horizontal adalah presipitasi yang dibentuk di atas muka bum
Presipitasi vertikal menurut Seyhan dapat dipilah menjadi lima jenis yaitu:
1. Hujan: air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di
atmosfer.
2. Hujan gerimis: hujan dengan ukuran tetes hujan yang sangat kecil
3. Salju: Kristal-kristal kecil dan air beku yang secara langsung terbetuk uap air di udara
bila suhunya pada saat kondensasai kurang 0 derajat.
4. hujan batu es: gumpalan es kecil dengan bentuk agak bulat dan dipresipitasikan
selama hujan salju.
5. sleet: campuran hujan dan salju, hujan ini disebut juga glaze (salju basah).
Presipitasi horizontal
1. es : salju yang sangat padat
2. Kabut : uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat
permukaan tanah
3. Embun beku : bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi.
Disebut juga emben beku putih
4. Embun : air yang terdapat di atas permukaan tubuh yang dingin terutama pada malam
hari. Embun ini menguap pada pagi hari
5. Kondensasi pada es dan dalam tanah:
Menurut Bayong Tjasyono, 2004 bentuk presipitasi disebut dengan unsur Hidrometeor
yaitu:
1. Gerimis: Tetes dengan diameter kurang dari 0,5 mm, intensitasnya kurang dari 1
mm/jam. Gerimis merupakan tetesan yang sangat kecil dengan jumlah besar yang
tampak mengapung mengikuti arus udara.
2. Hujan : tetesan dengan diameter lebih dari 0,5 mm, intensitasnya lebih dari 1,25
mm/jam. Tetes hujan lebih besar tetapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
gerimis sehingga lebih sedkit mengurangi jarak pandang kecuali untuk hujan lebat
3. Salju : kristal es putih seringkali bergumpal ke dalam bentuk serpihan. Ukuran
serpihan tergantung pada kadar air dan kelembaban disekitar kristal.
4. Batu es hujan : Bola es dengan diameter lebih dari 5 mm. Jika diameternya kurang
dari 5 mm disebut butiran es yaitu bentuk awal dari batu es hujan
5. Virga: partikel air atau es yang jatuh dari awan tetapi menguap sebelum mencapai
permukaan bumi
6. Kabut : seperti awan terdiri atas tetesan air kecil yang mengapung di udara. Secara
fisisk ada sedikit perbedaan antara kabut dan awan. Kabut terbentuk di dalam
udara dekat permukaan bumi. Kabut menatakamn suatu kondisi saat jarak
pandang berkurang akibat tetesan air mikroskpis di dalam udara
7. Embun : air mengembun pada objek di dekat tanah yang suhunya di atas titik beku
tetapi di bawah suhu titik embunya. Jika air mengembun pada suhu titik beku
disebut titik embun beku.
Presipitasi dalam bentuk cair adalah hujan (rain) dan drizzle, yang dibedakan hanya
dari ukuran butir airnya saja. Drizzle berukuran diameter < 0.5 mm.
Presipitasi dalam bentuk padat yaitu :
a. Snow yaitu kristal es yang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan awan. Pada
suhu > -5 oC, kristal es biasanya berkelompok membentuk snowflake.
b. Snow pellets atau graupel yaitu butiran es berbentuk bundar, konikal maupun
bulat tipis berwarna putih dengan diameter 2 – 5 mm. Biasanya terjadi dalam
hujan ringan ketika suhu di dekat permukaan mendekati 0 oC.
c. Snow grain, ukurannya sangat kecil < 1 mm, putih, bulat tipis.
d. Sleet atau ice pellets yaitu fenomena khas musim dingin berupa partikel es
kecil dengan diameter < 5 mm dan transparan. Terbentuk karena adanya
lapisan udara hangat di atas lapisan udara yang lebih dingin di dekat
permukaan (profil suhu inversi). Ketika butir air terbentuk dan jatuh
memasuki lapisan di bawahnya, butiran itu membeku dan jatuh dalam bentuk
butiran es kecil yang tidak lebih besar dari butir hujan sebelumnya.
e. Glaze (freezeng rain) yaitu bentuk hujan yang membeku ketika tiba di
permukaan. Kondisinya hampir menyerupai kondisi pembentukan sleet, tetapi
lapisan dingin di dekat permukaan tidak terlalu tebal sehingga butiran air yang
jatuh dapat melaluinya tanpa membeku hanya menjadi supercooled. Namun
ketika menumbuk benda padat akan membeku, sehingga menjadi lapisan es
tebal yang membungkus benda-benda padat yang ditumbuknya, yang cukup
berat untuk mematahkan batang-batang pohon.
f. Hail yaitu presipitasi dalam bentuk butir-butir es yang tidak beraturan, dengan
diameter sekitar 1 cm dengan variasi dari 5 hingga 75 mm. Hail dihasilkan
hanya oleh awan cumulonimbus yang ketika terangkat sangat kuat dan
mengandung air superdingin yang berlimpah.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presipitasi
1. Kelembaban Udara
Massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara (g) atau kerapatan uap disebut kelembaban
mutlak (absolute). Kemampuan udara untuk menampung uap adalah berbeda – beda menurut
suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat di tampung, maka
kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja.
Kelembaban relative adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dan
massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relative
ini biasanya disebut kelembaban.Salah satu fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai
lapisan pelindung permukaan bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara
menyerap atau memantulkan sekurang-kurangnya setengah radiasi matahari gelombang
panjang dari permukaan bumi pada waktu siang dan malam hari.
Sejalan dengan meningkatnya suhu udara, meningkat pula kapasitas udara dalam
menampung uap air. Sebaliknya, ketika udara bertambah dingin, gumpalan awan menjadi
bertambah besar dan pada gilirannya akan jatuh sebagai air hujan.
Pengukuran kelembaban biasanya di ukur dengan thermometer bola kering dan thermometer
bola basah.
2. Energi Matahari
Seperti telah disebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah “ mesin “ yang
mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Ia juga bersifat mempengaruhi terjadinya
perubahan iklim. Pada umumnya, besarnya energi matahari yang mencapai permukaan bumi
adalah 0,5 langley/menit. Namun demikian, besarnya energi matahari bersih yang diterima
permukaan bumi bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan
bumi.Pemukaan bumi bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari radiasi
matahari yang datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap dapat
menyerap 90% ( wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis tersebut mendorong
terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga berfungsi dalam penyebaran energi
matahari.
Energi matahari bersifat memproduksi gerakan massa udara di atmosfer dan diatas lautan.
Energi ini merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi berlangsung pada permukaan badan perairan sedangkan transpirasi adalah
kehilangan air dalam vegetasi.
Energi matahari mendorong terjadinya daur hidrologi melalui proses radiasi. Sementara
penyebaran kembali energi matahari dilakukan melalui proses konduksi dari daratan dan
konveksi yang berlangsung di dalam badan air dan atmosfer.
Konduksi adalah suatu proses transportasi udara antara dua lapisan ( udara ) yang berdekatan
apabila suhu kedua lapisan tersebut berbeda.
Konveksi adalah pindah panas yang timbul oleh adanya gerakan massa udara atau air
dengan arah gerakan vertical. Dapat juga dikatakan bahwa konveksi merupakan hasil
ketidakmantapan masa udara atau air. Seringkali dikarenakan oleh energi potensial dalam
panas tak tampak ( latent heat ) yang sedang dikonversikan kedalam gulungan massa udara.
Besarnya laju konversi ketika energi terlepaskan akan menentukan keadaan meteorology
(hujan dan angina). Umumnya gulungan massa udara yang lebih besar akan menghasilkan
curah hujan yang lebih singkat.
3. Angin
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap
permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan
angin. Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui
proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian hujan. Untuk terjadinya hujan,
diperlukan adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus menerus.Peralatan yang
digunakan untuk menentukan kecepatan angin dinamakan anemometer.
Yang disebut arah angin adalah arah dari mana angina bertiup.Untuk penentuan arah
angin ini digunakan lingkaran arah angina dan pencatat angin.Untuk penunjuk angina
biasanya digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah.Pengukuran angin diadakan di
puncak menara stasiun cuaca yang tingginya 10 m dan lain-lain.
Apabila dunia tidak berputar pada porosnya, pola angin yang terjadi semata-mata ditentukan
oleh sirkulasi termal. Angin akan bertiup ke arah khatulistiwa sebagai udara hangat dan udara
yang mempunyai berat lebih ringan kan naik ke atas di gantikan oleh udara padat yang lebih
dingin.
Apabila ada dua massa udara dengan dua suhu yang berbeda bertemu, maka akan terjadi
hujan dibatas antara dua massa udara tersebut.
Dalam suatu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-rubah. Perubahan ini sering sekali
disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Adanya beda suhu tersebut juga
dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin.
Proses kehilangan panas oleh adanya padang pasir, daerah beraspal, dan daerah dengan
banyak bangunan juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah angin. Antara dua
tempat yang tekanan etmosfernya berbeda, ada gaya yang arahnya dari tempat bertekanan
tinggi ketempat bertekanan rendah.
4. Suhu udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi.Suhu juga di
anggap sebagai salah satu factor yang dapat memprakirakan dan menjelaskan kejadian dan
penyebaran air dimuka bumi. Dengan demikian, adalah penting untuk mengetahui bagaimana
cara untuk menentukan besarnya suhu udara.Yang biasa disebut suhu udara adalah suhu yang
di ukur dengan thermometer dalam sangkar meteorology (1,20-1,50 m di atas permukaan
tanah) makin tinggi elevasi pengamatan di atas permukaan laut, maka suhu ydara makin
rendah. Peristiwa ini disebut pengurangan suhu bertahap yang besarnya disebut laju
pengurangan suhu bertahap.
Pengukuran besarnya suhu memerlukan pertimbangan-pertimbangan sirkulasi udara dan
bentuk-bentuk permukaan alat ukur suhu udara tersebut.Suhu udara yang banyak dijumpai
didalam laporan-laporan tentang meteorologi umumnya menunjukkan data suhu musiman,
suhu berdasarkan letak geografis, dan suhu untuk ketinggian tempat yang berbeda.Oleh
karnanya, besarnya suhu rata-rata harus ditentukan menurut waktu dan tempat.
D. Pengukuran presipitasi
Di dalam pengukuran presipitasi, digunakan yang namanya alat penakar curah hujan. Alat
ini terdiri dari 2 macam :
a. Alat penakar hujan tidak otomatis
Yakni alat penakar berupa ember atau kontainer dengan diameter tertentu yang dibuat
dalam bentuk bulat memanjang ke arah vertikal (untuk memperkecil percikan air hujan).
Dimensi diameter dan ketinggian di sarankan berkisar antara 15-30 cm dan 50-75 cm. Cara
kerja alat ini adalah dengan melihat air hujan yang tertampung dalam tempat penampung air
hujan dan selanjutnya diukur volumenya setiap interval waktu tertentu atau setiap satu
kejadian hujan. Kelemahan alat ini hanya diperoleh data jumlah curah hujan selama periode
waktu tertentu.
b. Alat penakar hujan otomatis
Yakni alat penakar yang mekanisme pencatatan besarnya curah hujan bersifat otomatis
(mencatat sendiri). Ada dua jenis alat penakar hujan otomatis:
1. Weighing Bucket Rain Gauge
Weighing bucket rain gauge terdiri dari corong penangkap air hujan yang ditempatkan
diatas ember penampung air yang terletak di atas timbangan dengan pencatat otomatis, yang
dihubungkan ke permukaan kertas grafik yang tergulung pada kaleng silinder.
cara kerja: setiap ada penambahan air hujan dari corong penangkap air ke dalam ember,
maka timbangan akan bergerak turun dan alat pencatat akan bergerak mencatat volume air
hujan pada kertas grafik.
kelemahan: dalam periode tertentu, kertas grafik dan tinta perlu diganti.
2. Tipping Bucket
Tipping bucket merupakan alat penakar otomatis tanpa memerlukan kertas grafik dan
tinta dalam pencatatannya, tetapi di gunakan sebuah alat, yakni logger (alat pencatat
otomatis) dan komputer.
cara kerjanya seperti timbangan, dimana salah satu ”bucket” (kantong/ember) penampung
air bergerak ke bawah setiap kali menerima air dan logger akan mencatat curahan air hujan.
Setiap ”tipping” atau jatuhan sama dengan 0,2 mm hujan. Dan selanjutnya data logger akan
dihitung dengan bantuan komputer.
Dalam pengukuran presipitasi terdapat dua masalah besar yang selalu timbul, yakni:
1. Bagaimana merancang suatu alat penakar hujan yang secara tepat dapat
mengukur presipitasi pada suatu tempat (berkaitan dengan kesalahan karena alat
(instrumen error), seperti alat mendapat gangguan angin, adanya dinding penghambat,
ukuran penangkap air hujan, dll).
2. Bagaimana menentukan lokasi jaringan kerja alat penakar agar dapat mewakili
daerah yang kita kehendaki (berkaitan dengan kesalahan yang berhubungan dengan
cara mengambil sampel/sampling error)
Pada dasarnya penyebaran data curah hujan kaitannya dengan dimensi ruang (spatial
distribution rainfall) berkaitan dengan faktor-faktor meteorologi dan topografi.
Jaringan Alat Penakar Hujan
Dalam sistem jaringan alat penakar hujan dibutuhkan suatu perencanaan kaitannya
dengan keperluan pemanfaatan data awal curah hujan yang akan dikumpulkan. Perencanaan
ini akan ditentukan oleh kondisi ekonomi dan kepadatan penduduk. Penentuan jaringan kerja
alat-alat penakar hujan yakni dengan memperhatikan:
1. pola variabilitas spasial curah hujan suatu tempat (klasifikasi karakteristik topografi,
ketinggian tempat, kemiringan lereng, dan kedudukan/arah terhadap mata angin).
2. keperluan pengukuran curah hujan
3. arah gerakan hujan
4. besarnya korelasi antar alat penakar hujan
E. Pemprosesan data presipitasi
Ada beberapa cara untuk mendapatkan data hujan wilayah yaitu:
1) Cara rata-rata aljabar
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi
rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun wilayah
tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini hanya disarankan
digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki sifat hujan yang
relative mendatar dan memiliki sifat hujan yang relative homogen dan tidak
terlalu kasar.
2) Cara polygon thiessen
Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga
memperkirakan luas wilayah yang diwakiliki oleh masing-masing stasiun
untuk digunakan sebagai salah satu factor dalm menghitung hujan rata-rata
daerah yang bersangkutan. Polygon dibuat dengan cara menghubungkan garis-
garis berat diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang ada.
3) Cara Isohiet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
tinggi hujan yang sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis
yang membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili
oleh satsiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai factor
koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata.
BAB IV
KESIMPULAN
Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk
uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi
merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah DAS
( merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban
tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ).
Evaporasi merupakan penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya
evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air.
Transpirasi adalah penguapan yang terjadi saat terjadinya proses fotosintesis oleh
tumbuh-tumbuhan pada daun, atau disebut juga pernapasan pada daun-daun. Proses ini akan
terjadi sepanjang hari. Apabila jumlah cadangan air tersedia dengan cukup maka penguapan
yang terjadi disebut Evapotranspirasi Potensial (Eto).
Evapotranspirasi yaitu penguapan yang terjadi di permukaan lahan, yang meliputi
permukaan tanah dan tanaman yang tumbuh dipermukaan tersebut. Evapotranspirasi juga
merupakan gabungan antara hasil evaporasi dan transpirasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/search?q=evapotranspirasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Presipitasi_%28meteorologi%29
http://www.winamp.com/