BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Pengertian Air Air ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Pengertian Air Air ...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.1.1 Pengertian Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang dan aspek penghematan dan
pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air
(Effendi, 2003).
Air minum yang baik seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung bakteri patogen yang
membahayakan bagi kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan
secara ekonomis. Air bersifat tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada
seluruh jaringan distribusinya. Pada hakikatnya, tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 1994).
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air
Universitas Sumatera Utara
antara lain dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan
perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).
2.1.2 Penggolongan Air
Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air
menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :
a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi,
2003).
2.1.3 Syarat Air Minum
Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi :
a. Syarat fisik
i. Air tidak boleh berwarna
ii. Air tidak boleh berasa
iii. Air tidak boleh berbau
Universitas Sumatera Utara
iv. Suhu air hendaknya dibawah sela udara (sejuk ±250C)
v. Air harus jernih
b. Syarat kimia
air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat
kimia tertentu dalam jumlah yang melampaui batas sesuai dengan yang
telah ditentukan.
c. Syarat bakteriologi
Air minum tidak boleh mengandung bakteri – bakteri penyakit (patogen)
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri – bakteri golongan coli
melebihi batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli / 100 mL air.
2.2 Pencemaran Air
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan
dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan
oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar (Darmono, 2001).
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri,
virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri
peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari
kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang
yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air disebut water-
borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, kolera, dan disentri
(Darmono, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Danau atau sungai yang terkontaminasi / tercemari mempunyai spesies
mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Di air yang tercemar
umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga mikroorganisme
yang banyak juga umumnya bersifat heterotrofik. Mikroorganisme heterotrofik
akan menggunakan bahan organik untuk metabolisme, mikroorganisme yang
banyak adalah bakteri coliform, yaitu bakteri gram negatif, berbentuk batang,
tidak berspora, umumnya berasal dari usus, dapat menfermentasikan laktosa dan
gas bila diinkubasi 24-48 jam pada suhu 370C. Mikroorganisme yang termasuk
dalam grup tersebut adalah Escherichia coli dan Enterobacter. Grup bakteri
noncoliform yang umum terdapat pada air tercemar adalah Streptococcus,
Proteus, dan Pseudomonas. Bakteri anaerob yang umum di air terkontaminasi
adalah Desulfovibrio dan Clostridium, gas yang dihasilkan dari bakteri anaerob
tersebut adalah hydrogen sulfide yang bila bereaksi dengan zat besi (Fe) atau
dengan timah akan menyebabkan lumpur berwarna hitam (Muslimin, 1996).
2.3 Teknik Sterilisasi
2.3.1 Sterilisasi Uap Panas (Autoklaf)
Prinsip kerja autoklaf adalah sama dengan “pressure cooker” ketika
molekul air menjadi panas, maka daya penetrasinya menjadi bertambah. Alat ini
berupa tangki minyak yang diisi dengan uap air. Autoklaf memiliki suatu ruangan
yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm (Waluyo, 2010).
Uap dibawah tekanan adalah agen sterilisasi yang paling efisien dan cara
utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media dan barang
– barang yang terkontaminasi untuk pembedahan. Autoklaf modern secara
Universitas Sumatera Utara
automatik mencatat sterilisasi grafik suhu dan selintas pandang pada gambar
grafik sebelum mengeluarkan isi terlihat apakah suhu yang diinginkan sudah
tercapai. Harus disadari untuk membinasakan mikroorganisme, uap sebenarnya
harus menembus seluruh muatan. Jadi tidak boleh ada satu barang pun yang
dibungkus dalam bahan seperti lembaran karet, yang tidak dapat ditembus uap,
atau ditutup rapat dalam wadah yang ketat. Jelas kiranya, untuk mensterilkan
sejumlah besar muatan bahan kain memerlukan waktu yang lebih lama dari pada
mensterilkan sejumlah instrumen. Jika 20 menit pada suhu 1210C adalah waktu
yang disarankan untuk muatan kecil, mungkin diperlukan 60 menit untuk muatan
yang lebih besar (Volk dan Wheeler, 1988).
2.3.2 Sterilisasi Panas Kering (Oven)
Sterilisasi dengan udara panas dianjurkan apabila penggunaan uap
bertekanan tidak dikehendaki atau bila terjadi kontak antara uap bertekanan
dengan benda yang akan disterilkan. Sterilisasi dengan udara panas berlaku untuk
perlatan laboratorium seperti cawan petri, pipet, siring, instrumen, jarum, alat
suntik dan bahan – bahan seperti gliserin, parafin petrolatum, perban petrolatum,
serbuk sulfonamida, serbuk talk, oksida seng, dan bahan lain yang berbentuk
serbuk dan minyak. Alat – alat yang disterilkan ditempatkan dalam oven dimana
suhunya dapat mencapai 160 – 1800C. Caranya adalah dengan memanaskan udara
dalam oven tersebut dengan gas atau listrik. Oleh karena daya penetrasi panas
kering tidak sebaik panas basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara
ini lebih lama yakni selama 1 sampai 2 jam (Waluyo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Proses Pembiakan Bakteri
2.4.1 Medium Persemaian (Enrichment Medium)
Penggunaan medium persemaian sangat dianjurkan di dalam pemeriksaan
berbagai bahan pemeriksaan, terlebih lagi bila bahan pemeriksaan tersebut adalah
tinja dari penderita yang diduga merupakan carrier penyakit (Lesmana, 2006).
Maksud dari medium persemaian adalah untuk menyuburkan pertumbuhan
kuman – kuman enterik patogen yang di dalam tubuh manusia telah mengalami
berbagai tekanan dan hambatan, atau karena kuman terdapat dalam jumlah yang
sedikit. Selain itu, medium ini juga dimaksudkan untuk menghambat flora normal
usus yang pertumbuhannya lebih cepat dari kuman patogen enterik (Lesmana,
2006).
2.4.2 Medium Biakan (Plating Medium)
Pada umumnya kebanyakan galur Enterobacteriaceae tumbuh baik pada
medium lempeng agar (plating medium) yang berupa medium padat yang
digunakan di laboratorium mikrobiologi klinik. Bahan yang dari medium lempeng
agar ini adalah :
a. Karbohidrat (laktosa, atau gabungan karbohidrat)
b. Indikator
c. Zat – zat nutrisi untuk pertumbuhan kuman dan
d. Agar – agar (Lesmana, 2006).
Karbohidrat dimasudkan untuk melihat apakah kuman meragi gula
tersebut atau tidak. Terjadinya peragian gula yang bersangkutan dapat diketahui
dari perubahan warna medium dan warna koloni kuman yang terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
adanya indikator, sedangkan agar – agar digunakan sebagai bahan untuk membuat
medium menjadi padat supaya mudah memisah – misahkan (isolasi) koloni
kuman (Lesmana, 2006).
Untuk membuat supaya suatu medium bersifat selektif, pada medium
ditambahkan zat – zat atau bahan bahan kimia tertentu. Dengan cara ini, medium
tersebut dapat menghambat suatu mikroorganisme yang tidak dikehendaki, tetapi
mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang akan dicari (Lesmana, 2006).
2.4.3 Isolasi dan identifikasi
Pada proses isolasi bahan pemeriksaan (tinja atau usap dubur) ditanamkan
langsung pada medium lempeng agar, misalnya MAC (mac conkey) dan SS
(Salmenella-Shigella agar) kemudian spesimen dimasukkan kedalam medium
persemaian. Semua biakan, baik di lempeng agar maupun dalam medium
persemaian, diinkubasi pada suhu 370C selama (20 – 24 jam). Setelah diinkubasi,
bahan media persemaian diambil dengan menggunakan sengkelit dan ditanamkan
pada lempeng agar (MAC dan SS) kemudian diinkubasi dengan cara yang sama
(370C, 20-24 jam) (Lesmana, 2006).
2.5 Pembagian Bakteri Berdasarkan Bentuk Morfologinya
Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga
golongan (Irianto, 2006), yaitu :
a. Golongan basil
Golongan basil berbentuk batang dan silindris. Basil dapat
dibedakan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
i. Monobasil (batang tunggal) contohnya Escherichia coli dan
Salmonella thyposa
ii. Diplobasil (batang bergandengan dua – dua) contohnya Klebsiella
pneumoniae
iii. Streptobasil (batang bergandengan panjang membentuk rantai)
contohnya Streptobacillus moniliformis dan Bacillus anthracis
b. Golongan Kokus (coccus)
Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknya bulat atau
bola. Golongan kokus dapat dibedakan atas :
i. Monokokus (kokus tunggal) contohnya Monococcus ghonorhoeae dan
Chlamydia trachomatis
ii. Diplokokus (bergandengan dua – dua) contohnya Diplococcus
pneumoniae dan Neisseria ghonorhoeae
iii. Tetrakokus (berdempetan berbentuk segi empat) contohnya
Pediococcus cerevisiae
iv. Streptokokus (berkelompok memanjang seperti rantai) contohnya
Streptococcus pyogenes dan Streptococcus mutans
v. Stafilokokus (berbentuk bulat seperti anggur) contohnya
Staphylococcus aureus
vi. Sarcina (bergandengan empat – empat mirip kubus) contohnya
Thiosarcina rosea
Universitas Sumatera Utara
c. Golongan spiril (spirila)
Golongan spiril merupakan bakteri yang melilit atau berbengkok –
bengkok dinamakan spirillium atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral,
yaitu :
i. Spiral (tubuhnya kaku) contohnya Thiospirillopsis floridana
ii. Vibrio (spiral tak sempurna) contohnya Vibrio cholerae
iii. Spirochaeta (spiral lentur) contohnya Treponema pallidumi (Ulya,
2014).
2.6 Bakteri Escherichia coli
Klasifikasi bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut :
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli disebut bakteri koliform karena ditemukan dalam saluran
usus manusia dan hewan. Biasanya bakteri ini digunakan sebagai indikator atau
petunjuk tercemarnya makanan atau air oleh kotoran (feses) yang disebut
kontaminasi fekal (Haryawan, 1999).
Escherichia coli disebut juga E.coli, merupakan bakteri gram negatif aerob
atau anaerob fakultatif dengan panjang 1 – 4 µm, lebar 0,4 – 1,7 µm, berbentuk
batang dan tidak bergerak. E.coli tumbuh baik pada suhu 370C tetapi dapat
Universitas Sumatera Utara
tumbuh pada suhu 8 – 400C, membentuk koloni yang bundar, cembung, halus dan
dengan tepi rata. Escherichia coli biasanya terdapat dalam saluran cerna sebagai
flora normal. Bakteri ini dapat menjadi patogen bila berada diluar usus atau
dilokasi lain dimana flora normal jarang terdapat (Ulya, 2014).
Escherichia coli memiliki ciri sebagai berikut, yaitu berbatang pendek,
habitat utamanya adalah usus manusia dan hewan. pH minimal untuk
pertumbuhan Escherichia coli adalah 4,4. Escherichia coli dipakai sebagai
organisme indikator, karena jika terdapat dalam jumlah yang banyak
menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman dan
Sherrington, 1981).
Biasanya yang termasuk dalam famili Enterobaceriaceae berbentuk
batang kecil, bergerak atau tidak bergerak. Parasit pada hewan. Mungkin tidak
dapat ditumbuhkan dalam medium biasa, memerlukan cairan tubuh. Kebanyakan
tidak dapat mengadakan fermentasi glukosa secara anaerob (Dwidjoseputro,
2010).
Organisme yang termasuk di dalam famili Enterobacteriaceae adalah :
a. Kuman berbentuk batang, gram negatif
b. Tidak berspora
c. Bergerak melalui flagel peritrik, beberapa tidak bergerak
d. Tumbuh baik pada medium biakan umum
e. Tidak memerlukan NaCl untuk tumbuhnya
f. Hidup secara aerob atau fakultatif anaerob
g. Meragi gula – gula, seringkali dengan membentuk gas
h. Katalase positif
Universitas Sumatera Utara
i. Oksidasi negatif
j. Mereduksi nitrat menjadi nitrit (Lesmana, 2006).
Jika di dalam 100 mL air minum terdapat 500 bakteri Escherichia coli,
dapat memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh
demam tifus. Escherichia coli dalam keadaan tertentu dapat mengalahkan
mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat menyebabkan infeksi (Suriawiria,
1986).
Dalam suatu percobaan dengan Escherichia coli dapat diketahui bahwa
bakteri ini tiap 20 menit mengadakan divisio, jika faktor – faktor luar seperti
medium, kebasaan, pH, temperatur itu tetap baik. Kita dapat menghitung, betapa
besar jumlah satu Escherichia coli setelah dibiarkan berbiak selama 24 jam, yaitu
272
; 272
= 22 x 2
70 atau lebih dari 4 x 10
21 (Dwidjoseputro, 2010).
Bakteri tersebut tidak selamanya hidup, pada kenyataannya sampai
sekarang dunia belum penuh dengan Escherichia coli. Ini disebabkan oleh
beberapa faktor kematian E.coli yaitu antara lain :
a. Mungkin zat makanan yang diperlukan bakteri E.coli menjadi
berkurang, sehingga terjadi paceklik.
b. Mungkin juga hasil ekskresi bakteri E.coli sendiri menjadi bertimbun,
sehingga mengganggu pembiakan dan pertumbuhan.
Meskipun kedua faktor ini dapat dihindarkan, namun kenyataan menunjukkan
adanya pertumbuhan koloni yang maksimal sebelum faktor – faktor tersebut
mengganggu (Dwidjoseputro, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.7 Uji Konfirmasi Mikrobakteria Secara Biokimia
Untuk menentukan spesies mikrobakteria secara tepat perlu dilakukan
serangkaian pemeriksaan yang didasarkan pada sifat dan kemampuan
mikrobakteria. Beberapa jenis pemeriksaan pernah dilakukan manusia untuk
mengidentifikasi mikrobakteria dan jenis pemeriksaan itu nampaknya semakin
bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Manusia senantiasa berusaha
menemukan jenis pemeriksaan yang sensitif, spesifik, murah dan mudah
dilaksanakan (Sanjaya, 1992).
Untuk tujuan penelitian, para ahli telah merancang suatu metode
pemeriksaan yang canggih dengan peralatan yang canggih pula. Namun untuk
keperluan pemeriksaan rutin harus dirancang suatu metode dengan beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan sehari – hari di laboratorium sederhana, tetapi
dengan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan (Sanjaya, 1992).
Inti dari identifikasi mikrobakteria adalah pada pemeriksaan biokimia.
Tanpa pemeriksaan biokimia akan sulit sekali menentukan spesies dari kuman
yang berhasil di isolasi (Sanjaya, 1992).
Kuman yang tumbuh pada media isolasi harus terlebih dahulu diperhatikan
bentuk koloninya, kemudian koloni yang tersangka sebagai koloni mikrobakteria
diuji secara biokimia untuk ditentukan spesiesnya. Tiap spesies mikrobakteria
menimbulkan reaksi tertentu terhadap uji biokimia yang dilakukan terhadapnya
(Sanjaya, 1992).
Untuk mempertahankan kehidupannya seperti pada makhluk hidup lain,
mikroba dapat menyesuaikan diri dengan keadaan demi kelanjutan hidup
keturunanya, mikroba menggunakan bahan – bahan kimia (dalam bentuk larutan)
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat di sekitarnya sebagai sumber energi dan zat pembangun
pertumbuhan (Muchtadi dan Betty, 1980).
Semua aktivitas metabolisme sel mikroba dilaksanakan oleh enzim, yaitu
suatu biokatalisator yang dapat mengkatalisa reaksi di dalam sel. Pada peristiwa
metabolisme ini akan tersangkut sejumlah enzim, yang bekerja secara cepat untuk
membentuk reaksi kimia yang kompleks. Hasil akhir reaksi enzimatis ini yaitu
hilangnya atau berkurangnya beberapa senyawa dari medium yang kemudian
dapat diukur atau dideteksi. Dilakukan pembedaan atau pengenalan mikroba dari
spesies yang berdekatan dengan menggunakan pengujian tertentu berdasarkan
sifat – sifat biokimia suatu mikroba (Muchtadi dan Betty, 1980).
Pengujian sifat biokimia mikroba tersebut meliputi:
a. Perubahan – perubahan karbohidrat
b. Penguraian protein dan asam – asam amino
c. Hidrolisa lemak
d. Reduksi bermacam – macam unsur
e. Pembentukan pigmen
f. Pengujian – pengujian biokimia khusus lainnya (Muchtadi dan Betty,
1980).
2.8 Identifikasi Bakteri Escherichia coli Secara Biokimia
Escherichia coli mula-mula diisolasi oleh Escherich tahun 1885 dari tinja
bayi. Sejak diketahui bahwa bakteri Escherichia coli tersebar pada semua
individu, maka analisis bakteriologi air minum ditujukan pada kehadiran bakteri
tersebut (Suriawiria, 1986).
Universitas Sumatera Utara
Reaksi indol, organisme yang mempunyai enzim tryptophanase mampu
merombak asam amino trytophan menjadi asam piruvat, amonia dan indol. Indol
dideteksi dengan menggunakan reagen kovacs. Indikator aldehid pada reagen ini
akan berikatan dengan indol dan menyebabkan terjadinya warna merah pada
permukaan tabung. Bakteri golongan E.coli akan menghasilkan reaksi biokimia
positif pada reaksi indol (Lesmana, 2006).
Indol adalah senyawa yang mengandung nitrogen yang dihasilkan dari
pemecahan asam amino triptofan oleh bermacam – macam bakteri. Pentingnya
pengujian indol adalah karena ternyata hanya beberapa bakteri saja yang dapat
membentuk indol. Terbentuknya indol dapat dengan mudah dideteksi secara
kimia. Pembentukan indol dari triptofan dapat digambarkan sebagai berikut :
(Muchtadi dan Betty, 1980).
Dalam suatu kultur media yang baik mengandung protein maupun
karbohidrat (tripton 1% + glukosa 1%), pembentukan asam dari karbohidrat
sangat cepat dan akan memecah protein (Muchtadi dan Betty, 1980).
2.9 Metode MPN (Most Probable Number)
Metode MPN (Most Probable Number) dilakukan dengan menggunakan
medium cair dalam tabung reaksi. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah
tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba setelah diinkubasi
Universitas Sumatera Utara
pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat
dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung
kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad
renik yang membentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya dengan
menggunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan
menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas (tabung reaksi) yang
digunakan juga lebih banyak (Waluyo, 2010).
Metode MPN dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
a. Tahap pertama ialah “uji dugaan” (presumtive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada atau tidaknya kehadiran
bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan
karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam
dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat
dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara (Muchtadi dan
Betty, 1980).
Jika dalam waktu 48 jam tabung – tabung durham mengandung
gas, test dinyatakan positif. Sebaliknya jika setelah 48 jam tidak
menghasilkan gas, maka test dinyatakan negatif dan ini berarti air aman
untuk diminum (Dwidjoseputro, 2010).
b. Tahap kedua ialah “uji kepastian” (confirmed test)
Uji ini merupakan uji lanjutan dari uji pendugaan. Pengujian
dilakukan pada tabung yang berisi media cair laktosa dan menunjukkan
adanya pertumbuhan mikroba yang menghasilkan gas berupa gelembung
Universitas Sumatera Utara
udara di dalam tabung durham pada uji pendugaan (Muchtadi dan Betty,
1980).
c. Tahap ketiga ialah “uji kesempurnaan” (completed test)
Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna terkadang
dilakukan uji terakhir yaitu uji kesempurnaan. Pada pengujian ini
diambillah inokulum dari suatu koloni terpencil pada cawan petri dari hasil
yang diatas kemudian inokulum dimasukkan ke dalam medium cair yang
mengandung laktosa, dari inokulum tersebut juga dibuat gesekan pada
agar miring. Jika kemudian timbul gas dalam cairan laktosa dan pada agar
miring ditemukan „basil – basil gram negatif yang berspora, maka pastilah
ada golongan bakteri kolon dalam contoh air yang diuji (Dwidjoseputro,
2010).
Dalam metode MPN, pengenceran sampel harus lebih tinggi dari pada
pengenceran pada hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium
cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung 1
jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari 1 sel, sedangkan
tabung yang lain tidak mengandung sel sama sekali. Dengan demikian, setelah
inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang dinyatakan
sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif (Waluyo, 2010).
Lebih lanjut mengenai metode MPN, dari setiap pengenceran masing –
masing dimasukkan 1 mL kedalam tabung yang berisi medium, dimana untuk
setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Seteleh inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif. Kriteria tabung positif
atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung durham.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, pada pengenceran pertama 3 tabung menghasilkan pertumbuhan positif,
pada pengenceran kedua tabung 2 tabung positif, pada pengenceran ketiga 1
tabung positif dan pada pengenceran terakhir tidak ada tabung yang positif.
Kombinasinya menjadi 3,2,1,0 dan jika diambil 3 pengenceran pertama
kombinasinya 3,2,1. Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan tabel
MPN. Tabel tersebut misalnya disebut „daftar Honskins‟ atau „daftar Mc‟
(Waluyo, 2010).
Universitas Sumatera Utara