Vol 25 No 1 (2016): MPI - repositori.unud.ac.id fileekspresi protein p53 pada karsinoma sel basal...

40

Transcript of Vol 25 No 1 (2016): MPI - repositori.unud.ac.id fileekspresi protein p53 pada karsinoma sel basal...

Vol 25 No 1 (2016): MPI

Published: 2018-01-21

Articles

• Ekspresi p-53 Mutant dan Ki

Chondrosarcoma dan High Grade

Dina Utami, Sjahjenny Mustokoweni

• Hubungan Ekspresi Imunohistokima Protein Gene Product (PGP9.5) dengan Derajat

Histopatologi Adenokarsinoma

Feby Yanti Harahap, Delyuzar ., T. Ibnu Alferally

• Perbedaan Ekspresi Siklin D1 dan Ki

Lysa Veterini, Sjahjenny Mustokoweni

• Analisis Ekspresi CD133 dan CXCR4 dengan Kejadian Metastasis pada Osteosarkoma

Nunik Hapsari Susilowati, Sjahjenny Mustokoweni

• Hubungan Ekspresi HER

Anandia Putriyuni, R. Z Nizar, Bethy S Hernowo

• Ekspresi Protein HPV16 E6/18 E6 dan Protein P53 pada Adenokarsinoma Serviks

Rahmi Alia, Gondo Mastutik, Faroek Hoesin

• Perbedaan Ekspresi Protein p53 antara Karsinoma Sel Basal Tipe Agresif dan Karsinoma

Sel Basal Tipe Non Agresif

Kadek Pramesti Dewi, IGA Sri Mahendra Dewi, Herman Saputra

• Ekspresi COX-2 dan VEGF pada Karsinoma Tiroid Papiler Metastase ke Kelenjar Getah

Bening

Kurnia Arik Nugroho, Tulus Panuwun, Etty Hary K

• Analisis Ekspresi Vascular Endot

Mikrovaskuler pada Invasive Breast Carcinoma of No Special Type Grade 3 dengan

Metastasis Kelenjar Getah Bening Aksila

Maria Niasari, Faroek Hoesin

• Perbedaan Ekspresi E-cadherin dan MMP

dan Non Metastasis ke Tulang

Aniek Meidy Utami, Sjahjenny Mustokoweni, Anny Setijo Rahaju

53 Mutant dan Ki-67 pada Tumor Enchondroma, Low Grade

Chondrosarcoma dan High Grade Chondrosarcoma

Dina Utami, Sjahjenny Mustokoweni

Hubungan Ekspresi Imunohistokima Protein Gene Product (PGP9.5) dengan Derajat

Histopatologi Adenokarsinoma Kolorektal

Feby Yanti Harahap, Delyuzar ., T. Ibnu Alferally

Perbedaan Ekspresi Siklin D1 dan Ki-67 pada Giant Cell Tumor of Bone Jinak dan Ganas

hjenny Mustokoweni

Analisis Ekspresi CD133 dan CXCR4 dengan Kejadian Metastasis pada Osteosarkoma

Nunik Hapsari Susilowati, Sjahjenny Mustokoweni

Hubungan Ekspresi HER-2/neu dengan Derajat Histopatologi dan Invasi Perineural

Anandia Putriyuni, R. Z Nizar, Bethy S Hernowo

Ekspresi Protein HPV16 E6/18 E6 dan Protein P53 pada Adenokarsinoma Serviks

Rahmi Alia, Gondo Mastutik, Faroek Hoesin

Ekspresi Protein p53 antara Karsinoma Sel Basal Tipe Agresif dan Karsinoma

Sel Basal Tipe Non Agresif

ewi, IGA Sri Mahendra Dewi, Herman Saputra

2 dan VEGF pada Karsinoma Tiroid Papiler Metastase ke Kelenjar Getah

Kurnia Arik Nugroho, Tulus Panuwun, Etty Hary K

Analisis Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Kepadatan

Mikrovaskuler pada Invasive Breast Carcinoma of No Special Type Grade 3 dengan

Metastasis Kelenjar Getah Bening Aksila

Maria Niasari, Faroek Hoesin

cadherin dan MMP-9 pada Adeno-karsinoma Prostat Bermetastasis

dan Non Metastasis ke Tulang

Aniek Meidy Utami, Sjahjenny Mustokoweni, Anny Setijo Rahaju

67 pada Tumor Enchondroma, Low Grade

Hubungan Ekspresi Imunohistokima Protein Gene Product (PGP9.5) dengan Derajat

67 pada Giant Cell Tumor of Bone Jinak dan Ganas

Analisis Ekspresi CD133 dan CXCR4 dengan Kejadian Metastasis pada Osteosarkoma

2/neu dengan Derajat Histopatologi dan Invasi Perineural

Ekspresi Protein HPV16 E6/18 E6 dan Protein P53 pada Adenokarsinoma Serviks

Ekspresi Protein p53 antara Karsinoma Sel Basal Tipe Agresif dan Karsinoma

2 dan VEGF pada Karsinoma Tiroid Papiler Metastase ke Kelenjar Getah

helial Growth Factor (VEGF) dan Kepadatan

Mikrovaskuler pada Invasive Breast Carcinoma of No Special Type Grade 3 dengan

karsinoma Prostat Bermetastasis

Editorial Team

MAJALAH PATOLOGI INDONESIA

Indonesian Journal of Pathology

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Indonesian Association of Pathologists

Prof. dr. Mpu Kanoko, PhD. SpPA(K)

Prof. dr. Sutisna Himawan, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Soeripto, SpPA(K),

Prof. dr. Nadjib D. Lubis, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Endang Joewarini, SpPA(K),

Prof. dr. Mpu Kanoko, PhD., SpPA(K), Prof. dr. Syarifuddin W

Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA(K), Dr. dr. Chairil Hamdani, SpPA(K),

dr. Bethy S. Hernowo, PhD., SpPA(K), dr. Nurjati Chairani Siregar, MS., PhD., SpPA(K)

dr. Totok Utoro, D.Med., SpPA(K)

dr. Endang SR. Hardjolukito MS., SpPA(K), drg. Agoeng Tjahajani, MS.,

MAJALAH PATOLOGI INDONESIA

Indonesian Journal of Pathology

Penerbitan Resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Indonesian Association of Pathologists

Penanggung Jawab Ketua Umum PP-IAPI

Pemimpin Umum Prof. dr. Mpu Kanoko, PhD. SpPA(K)

Mitra Bestari Prof. dr. Sutisna Himawan, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Soeripto, SpPA(K),

Prof. dr. Nadjib D. Lubis, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Endang Joewarini, SpPA(K),

Prof. dr. Mpu Kanoko, PhD., SpPA(K), Prof. dr. Syarifuddin Wahid, PhD., SpPA(K),

Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA(K), Dr. dr. Chairil Hamdani, SpPA(K),

dr. Bethy S. Hernowo, PhD., SpPA(K), dr. Nurjati Chairani Siregar, MS., PhD., SpPA(K)

Dewan Redaksi

Pemimpin Redaksi dr. Totok Utoro, D.Med., SpPA(K)

Wakil Pemimpin Redaksi dr. Endang SR. Hardjolukito MS., SpPA(K), drg. Agoeng Tjahajani, MS.,

Dr. Drs. Kusmardi, MS.

Prof. dr. Sutisna Himawan, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Soeripto, SpPA(K),

Prof. dr. Nadjib D. Lubis, SpPA(K), Prof. Dr. dr. Endang Joewarini, SpPA(K),

ahid, PhD., SpPA(K),

Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA(K), Dr. dr. Chairil Hamdani, SpPA(K),

dr. Bethy S. Hernowo, PhD., SpPA(K), dr. Nurjati Chairani Siregar, MS., PhD., SpPA(K)

dr. Endang SR. Hardjolukito MS., SpPA(K), drg. Agoeng Tjahajani, MS.,

Redaksi dr. Ening Krisnuhoni, MS., SpPA(K), Dr. Dra. Puspita Eka Wuyung, MS., dr. Lia Damayanti,

MS., SpPA.,

dr. Maria Francisca Ham, PhD., SpPA(K)., dr. Harijadi, SpPA(K)., Dr. dr. Indra Wijaya,

SpPA(K).,

dr. Lisnawati, SpPA(K)., dr. Budiana Tanurahardja, SpPA(K)., dr. Lidya Imelda Laksmi, SpPA.,

dr. Aswiyanti Asri, SpPA., dr. Krisna Murti, M.Biotech., PhD., SpPA., dr. Meilania Saraswati,

SpPA.,

dr. Hermin Aminah Usman, SpPA(K)., Dr. dr. Udadi Sadhana, M.Kes., SpPA., Dr. drh. Gondho

Mastutik, M.Kes., Dr. dr. Ni Putu Sriwidyani, SpPA., Prof. Dr. dr. Johanna M.Kandouw,

SpPA(K).,DFM.

Sekretaris dr. Eka Susanto, SpPA.

Alamat Redaksi dan Tata Usaha Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia

Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta 10430, Telepon & Facsimile (021) 315 2760

E-mail: [email protected] Versi on line: www.majalahpatologiindonesia.com

Terbit Setiap Empat Bulan Januari, Mei, September

Izin Terbit No. 1073/SK Ditjen PPG/STT/1986, tertanggal 4 Desember 1986

ISSN 0215-7284

EKSPRESI PROTEIN p53 PADA KARSINOMA SEL BASAL TIPE AGRESIF LEBIH

TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN TIPE NON AGRESIF

PENULIS:

1. dr KADEK PRAMESTI DEWI

2. Dr. dr. IGA SRI MAHENDRA DEWI, SpPA(K)

3. dr HERMAN SAPUTRA, SpPA(K)

INSTANSI:

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSIRAS UDAYANA.

NAMA DAN ALAMAT KORESPONDEN:

dr KADEK PRAMESTI DEWI, JALAN SANDAN GANG SANDAN NOMOR 3

BATUBULAN, GIANYAR, BALI, TELPON: 0361 299056, HP 087860923602,

FAKSIMILI: 0361 224662, E-MAIL [email protected]

Ekspresi Protein p53 pada Karsinoma Sel Basal Tipe Agresif Lebih Tinggi

Dibandingkan dengan Tipe Non Agresif

dr. Kadek Pramesti Dewi, Dr. dr. IGA Sri Mahendra Dewi SpPA(K), dr. Herman

Saputra SpPA(K)

Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar

ABSTRAK

Latar Belakang: Karsinoma sel basal umumnya merupakan keganasan yang tumbuh lambat,

tetapi beberapa subtipe cendrung tumbuh agresif dan bermetastasis. Walaupun beberapa

penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara mutasi pada gen P53 dan perilaku

agresif dari tumor epitel, hasil yang didapat pada karsinoma sel basal masih menimbulkan

pertentangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ekspresi protein p53 pada

KSB kulit tipe agresif lebih tinggi dibandingkan non agresif. Metode: Penelitian ini

menggunakan metode analitik potong lintang. Sampel penelitian adalah sediaan blok parafin

dari penderita KSB agresif dan non agresif yang telah diperiksa secara histopatologi di

Bagian/SMF Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP Denpasar dan Laboratorium Patologi

Anatomi RS Prima Medika Denpasar dari tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan 31

Desember 2013. Dilakukan re-diagnosis sediaan histopatologi dengan pengecatan rutin H&E

untuk mendapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi supaya tercapai

jumlah sampel minimal yaitu sejumlah 52 sampel terdiri dari 26 tipe agresif dan 26 tipe non

agresif. Selanjutnya dilakukan pulasan imunohistokimia p53 pada seluruh sampel. Hasil

penelitian dianalisis dengan uji t dengan kemaknaan α=0,05. Hasil: Ekspresi protein p53

lebih tinggi pada karsinoma sel basal perilaku agresif dibandingkan dengan perilaku non

agresif (p=0.001) dengan rerata ekspresi p53 sebesar 82 % pada KSB agresif dan 33% pada

KSB non agresif. Untuk variabel umur dan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang

bermakna antara kedua kelompok (p=0,071 dan p=0,510). Kesimpulan: Pemeriksaan

ekspresi p53 penting dilakukan untuk menguatkan tingkat agresifitas tumor yang ditentukan

berdasarkan tipe morfologinya untuk penanganan pasien yang lebih intensif.

Kata kunci: Karsinoma sel basal, agresif, non agresif,ekspresi p53.

Expression of p53 Protein In Aggressive Type Basal Cell Carcinoma Was Higher

Compared With Non Aggressive Type

dr. Kadek Pramesti Dewi, DR.dr.IGA Sri Mahendra Dewi SpPA(K), dr. Herman

Saputra SpPA(K)

Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar

ABSTRACT

Background: Basal cell carcinoma (BCC) generally has an indolent course but several

subtype of BCC tend to grow aggressively and even metastasize. Although some studies

have shown a positive correlation between mutations in P53 gene and aggressive behavior in

skin epithelial tumors, the results for BCC are conflicting. This study aims to prove that the

expression of p53 protein in aggressive type BCC was higher compared with non aggressive

type. Methods: This study was performed using a cross sectional analytical method.

Samples of this study were parafin blocks supply gathered from aggressive and non

aggressive basal cell carcinoma that had been studied histophatologically at Pathology

Anatomy Department Udayana University/ RSUP Sanglah Denpasar and Pathology Anatomy

Laboratory of Prima Medika Hospital Denpasar from 1st January 2011 to 31

st December

2013. Re-diagnose of histopatology was done with routine staining of H&E to get the desired

inclusion and exclusion sample to achieve the minimum sample number of 52 which consists

of 26 aggressive and 26 non aggressive type, which later stained with p53

immunohistochemistry. The study results was then analyzed by t-test with significancy level

at α=0.05. Result: P53 immunoreactivity was significantly higher in aggressive BCC than

non aggressive ones (p=0,001), with the p53 expression average of 82% on aggressive Basal

Cell Carcinoma and 33% on non-aggressive ones. There are no significant difference on the

age and sex variables (p=0.071 and p=0.510). Conclusion: P53 immunoreactivity was

significantly higher in aggressive BCC than non aggressive ones.

Keywords: Basal cell carcinoma, aggressive, non aggressive, p53, expression

PENDAHULUAN

Salah satu kanker kulit keratinosit yang berasal dari sel basal epidermis dan unit pilosebaseus

adalah KSB. Sebagian besar terjadi pada orang Kaukasia dan merupakan keganasan kulit

yang paling sering, yaitu 65 sampai 75% dari seluruh kanker kulit (Leon et al, 2006).

Insiden kanker kulit di Indonesia tahun 2010 mencapai 1.429 kasus, terdiri dari laki-laki

47,38 % dan wanita 52,62%. Kanker kulit menduduki peringkat ke empat dari 10 tumor

tersering di Bali, yaitu sebanyak 82 kasus kanker kulit dijumpai pada tahun 2010, dimana

prevalensi tertinggi terjadi pada usia 65-74 tahun terdiri dari 39 penderita laki-laki dan 43

penderita wanita (Dit Yan Med, 2010).

Predileksi utama KSB adalah pada daerah yang terpapar sinar matahari, sekitar 80%

mengenai kepala dan leher dan sebesar 15% terjadi pada badan, lengan dan kaki. Hal ini

sesuai dengan teori yang menyatakan radiasi ultra violet (UV) sebagai faktor risiko utama

KSB. Hubungan antara radiasi UV dan KSB merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain tipe kulit, serta pola dan jumlah dosis dari paparan tersebut.

Selain paparan UV, telah diketahui beberapa faktor resiko terjadinya KSB antara lain

genodermatosis, imunosupresi serta paparan berbagai karsinogen lain (Rubin et al, 2005).

Secara umum KSB ditandai oleh pertumbuhan yang lambat dan invasi minimal ke jaringan.

Walaupun demikian, sebagian kecil dari tumor ini berperilaku agresif dengan invasi ke

jaringan yang lebih dalam, kambuhan, metastasis lokal dan jauh, yang menyebabkan angka

kesakitan dan kematian yang bermakna, sehingga diagnosis awal sangat penting dalam

penatalaksanaan KSB tipe agresif (Ansarin et al, 2006). Walaupun angka kematiannya

rendah, hanya sekitar 5-10% per tahun, akan tetapi morbiditas yang ditimbulkan dari

terapinya sungguh besar diantaranya cacat kosmetik terutama bila lesinya terletak di daerah

kepala dan leher, kehilangan fungsi, biaya pengobatan yang mahal, dan efek psikologi yang

sangat merugikan penderita (Bolsakov et al, 2008).

Subtipe histologi, derajat diferensiasi, kedalaman invasi dan marka biologi p53

merupakan faktor yang berhubungan dengan prilaku biologi dari tumor ini. P53 merupakan

tumor suppressor gene dan patogenesis beberapa neoplasma ganas melibatkan mutasi P53

termasuk diantaranya kanker kulit, salah satunya adalah KSB. Dalam kepustakaan

disebutkan ada korelasi positif antara agresifitas secara klinikopatologi dan imunoreaktivitas

p53, namun beberapa peneliti melaporkan hasil yang berlawanan (Khodaeani et al, 2013).

Mutasi P53 merupakan prediktor KSB, dimana terjadi peningkatan risiko KSB seiring

dengan peningkatan frekuensi mutasi (Rady et al, 2013). Beberapa penelitian melaporkan

bahwa overekspresi p53 pada kasus KSB berkisar antara 42-92% (Khodaeiani et al, 2013).

p53 sebagian besar terekspresi pada KSB yang agresif, dibandingkan dengan KSB yang non

agresif dan tumor dengan overekspresi p53 memiliki prognosis lebih buruk. Sejumlah

penelitian menyebutkan bahwa KSB yang agresif mempunyai prognosis yang lebih buruk

dibandingkan dengan yang non agresif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran p53

terhadap agresifitas KSB.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Arsip dan blok parafin penderita

karsinoma sel basal di Departemen Patologi Anatomik RSUP Sanglah Denpasar dan

laboratorium swasta di Denpasar selama bulan Januari 2011-Mei 2013 dikumpulkan.

Berdasarkan kriteria inklusi dan penghitungan sampel, sediaan dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu KSB agresif dan KSB non

EXPRESSION of p53 PROTEIN IN AGGRESSIVE TYPE BASAL CELL

CARCINOMA WAS HIGHER COMPARED WITH NON AGGRESSIVE TYPE

Kadek Pramesti Dewi, IGA Sri Mahendradewi, Herman Saputra

Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar

ABSTRACT

Background

Basal cell carcinoma (BCC) generally has an indolent course but several subtype of BCC

tend to grow aggressively and even metastasize. Although some studies have shown a

positive correlation between mutations in P53 gene and aggressive behavior in skin epithelial

tumors, the results for BCC are conflicting. This study aims to prove that the expression of

p53 protein in aggressive type BCC was higher compared with non aggressive type.

Methods

This study was performed using a cross sectional analytical method. Samples of this study

were parafin blocks supply gathered from aggressive and non aggressive basal cell carcinoma

that had been studied histophatologically at Pathology Anatomy Department Udayana

University/ RSUP Sanglah Denpasar and Pathology Anatomy Laboratory of Prima Medika

Hospital Denpasar from 1st January 2011 to 31

st December 2013. Re-diagnose of

histopatology was done with routine staining of H&E to get the desired inclusion and

exclusion sample to achieve the minimum sample number of 52 which consists of 26

aggressive and 26 non aggressive type, which later stained with p53 immunohistochemistry.

The study results was then analyzed by t-test with significancy level at α=0.05.

Result

P53 immunoreactivity was significantly higher in aggressive BCC than non aggressive ones

(p=0.001), with the p53 expression average of 82% on aggressive Basal Cell Carcinoma and

33% on non-aggressive ones. There are no significant difference on the age and sex variables

(p=0.071 and p=0.510).

Conclusion

P53 immunoreactivity was significantly higher in aggressive BCC than non aggressive ones.

Keywords: Basal cell carcinoma; aggressive, non aggressive; p53; expression

1

PENDAHULUAN

Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor kulit ganas yang ditandai

dengan adanya sel-sel basaloid yang tersusun dalam bentuk lobulus, kolom atau

pita (sel germinatif ).1,2

Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit

keratinosit yang kebanyakan terjadi pada orang Kaukasia3, merupakan keganasan

kulit yang paling sering yaitu 65 sampai 75% dari seluruh kanker kulit.4

Penderita KSB di Amerika adalah sebanyak 407 kasus per 100.000 pria kulit putih

dan 212 kasus per 100.000 wanita kulit putih. Angka kejadian KSB meningkat

dengan bertambahnya umur. Insiden pada laki-laki dua kali lebih sering dari

pada wanita. Data terbaru mengesankan bahwa KSB juga meningkat pada

populasi usia muda. Kira-kira 5-15% kasus KSB terjadi pada usia antara 20 dan

40 tahun. Pertumbuhan agresif dari KSB ditemukan pada pasien usia muda

kurang dari 35 tahun, dibandingkan dengan pasien yang lebih tua.1,5

Etiologi

KSB masih belum jelas, tetapi faktor konstitusional, lingkungan dan faktor

genetik diperkirakan terlibat dalam etiopatogenesisnya. Faktor resiko terpenting

pada KSB adalah paparan radiasi sinar UV.4,6

Predileksi utama KSB adalah area

yang terpapar sinar matahari, sekitar 80% mengenai kepala dan leher, dan sebesar

30% terjadi pada hidung.3,6

Diagnosis KSB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi dari

biopsi kulit. Biopsi dapat dilakukan dengan cara deep shave, punch, incisional

atau excisional biopsy. Beberapa teknologi non invasive imaging sedang diteliti

untuk mengetahui kedalaman dan lebar tumor sebelum dilakukan terapi maupun

operasi. Jika kasus KSB tersebut dibiarkan dan akhirnya meluas hingga

menginvasi tulang, maka diperlukan pemeriksaan CT scan preoperatif. 4,6

Secara umum KSB ditandai oleh pertumbuhan yang lambat dan invasi

minimal ke jaringan. Walaupun demikian, sebagian kecil dari tumor ini

berperilaku agresif dengan invasi ke jaringan yang lebih dalam, kambuhan,

metastasis lokal dan jauh, yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang

bermakna, sehingga diagnosis awal sangat penting dalam penatalaksanaan KSB

tipe agresif.3,7,8

2

Walaupun angka kematiannya rendah, hanya sekitar 5-10% per tahun,

akan tetapi morbiditas yang ditimbulkan dari terapinya sungguh besar

diantaranya cacat kosmetik terutama bila lesinya terletak di daerah kepala dan

leher, kehilangan fungsi, biaya pengobatan yang mahal, dan efek psikologi yang

sangat merugikan penderita.7,9

Subtipe histologi, derajat diferensiasi, kedalaman

invasi dan marka biologi p53 merupakan faktor yang berhubungan dengan

prilaku biologi dari tumor ini. P53 merupakan tumor suppressor gene dan

patogenesis beberapa neoplasma ganas melibatkan mutasi P53 termasuk

diantaranya kanker kulit, salah satunya adalah KSB.9,10

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ekspresi protein p53 pada

karsinoma sel basal tipe agresif lebih tinggi dibandingkan karsinoma sel basal tipe

non agresif.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di

Bagian /SMF Patologi Anatomi FK Unud / RSUP Sanglah, Laboratorium

Patologi Anatomi RS Prima Medika di Denpasar dan di Bagian/SMF Patologi

Anatomi FK Universitas Gajah Mada/RSUP Sardjito, Yogyakarta dari 1 Maret

2014 -30 April 2014. Populasi penelitian ini adalah semua sediaan blok parafin

dari penderita KSB agresif dan KSB non agresif yang diperiksa secara

histopatologi dari hasil biopsi dan operasi di Bali. Sampel penelitian ini adalah

sediaan blok parafin dari penderita KSB agresif dan non agresif yang telah

diperiksa secara histopatologi dari hasil biopsi dan operasi di Bagian/SMF

Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP Denpasar dan Laboratorium Patologi

Anatomi RS Prima Medika Denpasar dari tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan

31 Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

sampel adalah sediaan berasal dari bahan biopsi dan operasi yang mengandung

jaringan tumor, sediaan merupakan tumor primer, dan sampel memenuhi syarat

untuk diinterpretasi sebagai karsinoma sel basal. Sedangkan kriteria eksklusi

sampel adalah kasus dengan diagnosis histopatologi yang belum pasti ( masih ada

diagnosis banding) dan blok parafin yang tidak cukup mengandung massa tumor.

3

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terdiri dari 26 kasus KSB

agresif dan 26 kasus KSB non agresif. KSB agresif adalah kelompok tumor kulit

ganas yang berasal dari sel germinatif ditandai dengan adanya sel-sel basaloid

yang tersusun dalam bentuk lobulus, kolom atau pita, yang mempunyai tipe

morfologi infiltratif, micronodular, morpheic dan metatypical.2 Sedangkan KSB

non agresif adalah kelompok tumor kulit ganas yang berasal dari sel germinatif

ditandai dengan adanya sel-sel basaloid yang tersusun dalam bentuk lobulus,

kolom atau pita, yang mempunyai tipe morfologi nodular dan superfisial.2

Preparat hasil pulasan Hematoksilin dan Eosin (H&E) sesuai nomor-

nomor yang telah dikumpulkan, dievaluasi ulang oleh peneliti dan dua ahli

patologi untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapat dua

kelompok data yaitu KSB agresif dan KSB non agresif. Preparat yang sulit

dievaluasi dilakukan potong ulang blok dan dipulas dengan pulasan rutin

menggunakan Harris’s Hematoksilin dan Eosin. Setelah itu baru dilakukan

pemotongan ulang blok parafin, untuk diwarnai dengan pewarnaan

imunohistokimia p53 dengan menggunakan antibodi primer monoklonal p53

clone DO7 dari Dako. Diamati secara semikuantitatif dengan mikroskop cahaya

binokuler merk Olympus dengan pembesaran 400 kali. Penghitungan dilakukan

pada seluruh bagian tumor dengan ekspresi protein p53. Sel yang

mengekspresikan p53 akan tampak berwarna coklat pada inti sel. Penilaian

ekspresi p53 ditentukan berdasarkan analisis persentase sel tumor yang positif

dengan intensitas sedang sampai kuat.3 Kontrol positif berasal dari jaringan

payudara yang telah diketahui positif terhadap p53.

Data-data pengamatan mikroskopis disajikan dalam bentuk tabel dan

dideskripsikan. Dalam penelitian ini data umur, ekspresi p53, terlebih dahulu diuji

normalitas datanya. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Shapiro-Wilk

didapatkan bahwa data umur dan ekspresi p53 berdistribusi normal sehingga

digunakan uji t-independent untuk mengetahui perbedaan nilai reratanya. Pada

penelitian ini, analisa statistik terhadap data penelitian dengan menggunakan

program komputer SPSS 16,0 for windows.

4

HASIL

Tabel 1

Karakteristik Sampel Penelitian

Variabel Kelompok

P Agresif Non Agresif

Umur 61,54±12,26 54,77±14,11 0,071

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

19

7

21

5

0,510

Rerata umur pasien dalam penelitian ini adalah 58,15±13,53 tahun dengan

rentang umur 27 sampai 89 tahun. KSB agresif dan non agresif tertinggi

ditemukan pada dekade ketujuh. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan

uji t-independent untuk variabel umur didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kelompok Agresif dengan kelompok non agresif (p=0,071).

Begitu pula uji Chi-Square untuk variabel jenis kelamin (p=0,510).

Tabel 2

Perbandingan Rerata ekspresi p53 Antara Kedua Kelompok

Kelompok N Rerata ekspresi

p53 SB T

P

Agresif

Non agresif

26

26

82%

33%

0,09

0,11

17,06 0,001

Rerata ekspresi p53 kelompok agresif adalah 82±0,09 dan rerata kelompok

non agresif adalah 33±0,11. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa nilai t = 17,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa

rerata ekspresi p53 pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p<0,05).

5

Gambar 1. Ekspresi protein p53 pada KSB non agresif. A. KSB nodular, B. KSB

solid nodular, (Pembesaran 40x)

Gambar 2. Ekspresi protein p53 pada KSB agresif, A. KSB mikronodular, B. KSB

morpheic, C. KSB Infiltrating, D. KSB Metatypical(Pembesaran 40x)

A B

A B

C D

6

DISKUSI

Karsinoma sel basal timbul setelah dekade keempat. Angka kejadian KSB

meningkat dengan bertambahnya umur.11

Data terbaru mengesankan bahwa KSB

juga meningkat pada populasi usia muda. Kira-kira 5-15% kasus KSB terjadi

pada usia antara 20 dan 40 tahun.1 Pada penelitian ini didapatkan bahwa rerata

umur pasien dalam penelitian ini adalah 58,15±13,53 tahun dengan rentang umur

27 sampai 89 tahun. Kasus KSB agresif dan non agresif tertinggi ditemukan pada

dekade ketujuh. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-independent

untuk variabel umur didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara

kelompok Agresif dengan kelompok non agresif (p=0,071). Begitu pula uji Chi-

Square untuk variabel jenis kelamin (p=0,510). Hal ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ansarin et al (2006), dan penelitian yang dilakukan oleh

Monsef et al (2012).

Karsinoma sel basal adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial

dimana faktor lingkungan dan fakttor genetik terlibat dalam karsinogenesisnya.

Mutasi P53 adalah perubahan gen yang paling sering terjadi pada kanker manusia.

Hampir 90% KSB mengandung mutasi pada gen P53.12,3

Onkogen dapat

menyebabkan mutasi pada gen P53 dan hilangnya aktifitas supresi tumor.11

Karsinogenesis merupakan proses bertahap dan kompleks dari akumulasi

perubahan genetik. Pada etiopatogenesis kanker terdapat empat gen yang berperan

penting yaitu oncogene, tumor suppressor gene, gen penyandi apoptosis dan gene

untuk repair DNA. Radiasi UV mempunyai hubungan erat dalam patogenesis

terjadinya kanker kulit termasuk KSB dan diperkirakan P53 menjadi target utama

radiasi sinar UV. Tidak hanya pada jaringan tumor ganas, mutasi P53 juga juga

dijumpai pada actinic keratosis, sehingga disimpulkan bahwa mutasi P53 terjadi

pada awal proses karsinogenesis non melanoma, bahkan sebelum manifestasi

klinisnya muncul.13,14,6

Pada peristiwa stress sel antara lain kerusakan DNA, hipoksia, stress

oksidatif maupun onkogen akan menginduksi berbagai mediator upstream untuk

aktivasi p53 seperti 14ARF dan MDM2. Pada saat p53 aktif terjadi fosforilasi

pada satu atau lebih residu serin pada N atau C terminus, selanjutnya akan terikat

7

pada elemen enhancer/promotor yang merupakan target downstream dari p53.

Tiga jalur penting sebagai downstream aktivasi p53 pada karsinogenesis KSB

adalah mengaktivasi perbaikan DNA yang rusak, menahan siklus sel pada titik

G1/S regulation point saat terjadi kerusakan DNA dan mengontrol proses

apoptosis.12,13,14

Penelitian yang dilakukan oleh Ansarin et al pada tahun 2006

mengevaluasi ekspresi protein p53 pada KSB tipe agresif dan non agresif dan

menilai hubungannya dengan beberapa parameter klinikopatologi seperti usia dan

jenis kelamin, dan lokasi tumor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada

korelasi positif antara ekspresi protein p53 dengan perilaku agresif pada

karsinoma sel basal, namun tidak ada hubungan antara imunoreaktifitas protein

p53 dengan umur dan jenis kelamin. Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang

serupa dilakukan oleh De Rosa et al (1993) dan penelitian yang dilakukan oleh

Auepemkiate et al (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Bolshakov et al (2008)

menunjukkan ekspresi protein p53 lebih tinggi pada KSB agresif dibandingkan

dengan KSB non agresif, tetapi perbedaannya tidak signifikan. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Monsef et al (2012) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara ekspresi protein p53 dengan tipe histologi karsinoma sel

basal. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena kriteria diagnostik

klasifikasi histologi tumor yang tidak konsesten, teknik pulasan dan interpretasi

p53 yang digunakan berbeda, besar sampel yang dipergunakan, seleksi kasus dan

patogenesis karsinoma sel basal yang multifaktorial. Pada penelitian ini

didapatkan bahwa rerata ekspresi p53 kelompok agresif adalah 82±0,09 dan rerata

kelompok non agresif adalah 33±0,11. Analisis kemaknaan dengan uji t-

independent menunjukkan bahwa nilai t = 17,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini

berarti bahwa rerata ekspresi p53 pada kedua kelompok berbeda secara bermakna

(p<0,05).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, ekspresi protein p53

pada KSB tipe agresif lebih tinggi dibandingkan dengan tipe non agresif.

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Rubin AI, Chen EH, Ratner D. Current Concepts Basal Cell Carcinoma. The

N Engl J Med. 2005 353: 2262-2269.

2. Kossard S, Epstein EH. Jr, Cerio R, Yu LL, Weedon D. Basal Cell

Carcinoma. In: LeBoit P.E, Burg G, Weedon D, Sarasin A. editors. WHO:

Pathology and Genetiks of Skin Tumours. Lyon: IARC; 2006. p.13-19.

3. Ansarin H, Daliri M, Arabhsahi RS. Expression of p53 in Aggressive and

Non Aggressive histologic Variant of Basal cell Carcinoma. Eur J Dermatol.

2006. 16(5):543-7.

4. Leon A, Ceausu Z, Ceausu M, Ardeleanu C, Mehedinbi T. Assessment of the

agressive feature of basal cell carcinoma in the oral and maxillofacial region,

OHDMBSC. 2006 5: 62-67.

5. Martinez AAR, Fransisco G, Cabral LS, Neto C. F, Ruiz IRG. Molecular

Genetiks of Non-melanoma Skin Cancer. An Bras Dermatol. 2006 81(5):

405-419.

6. Tilli CMLJ, Steensel MAM, Krekels GAM, Neumann HAM, Ramaekers

FCS. Review Article: Molecular Aetiology and Pathogenesis of Basal cell

Carcinoma. British Journal of Dermatology. 2005 152:1108-1124.

7. Bolsakov S, Walker CM, Storm SS, Selvan MS, Clayman GL, Naggar AE,

et al. P53 mutations in Human Agressive and Nonaggressive Basal and

Squamous cell Carcinoma. AACR. 2008; 9: 228-234.

8. Rady P, Scinicariello F, Wagner RF, Tyring SK. P53 Mutation in Basal Cell

Carcinomas. AACR. 2013 52: 3804-3806.

9. Gadheri R, Haghighi F. Mutation of P53 in Skin Cancer: a Case Control

Study. Iran J Med Sci. 2007 32(1): 5-8.

10. Ratner D, Peacocke M, Zhang H, Xiao LP, Hui CT. UV spesific P53 and

PTCH mutation in Sporadic Basal Cell Carcinoma of Sun-Exposed Skin

Acad. J Am Dermatol. 2006 44(2): 293-7.

11. Monsef A, Ansar A, Behnoud S, Monsef F, Esmaeili R. Frequency of P53

immunohistochemical expression in all histopathological types of basal cell

carcinoma and its correlation with clinicopathological feature. Life Sci J.

2012 9: 106-111.

12. Melnikova VO, Annanthaswamy HN. P53 Protein and Nonmelanoma Skin

Cancer. In: Reichrath J, editor. Molecular Mechanisms of Basal Cell and

Squamous carcinoma. New York: Springer;2006 p. 66-79.

13. Bai L, Zhu WG. P53: Structure, Function and Therapeutic Application. J

Cancer Mol. 2006 2(4): 141-153.

14. Syaifudin, M. Gen Penekan Tumor p53, Kanker dan Radiasi Pengion

[Internet]. 2010 [cited 2010 Aug. 20]. Available from: URL:

http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202007/MS_BAlara_V

ol_8_3_Apr07.pdf.

Ekspresi Protein p53 padaKarsinoma Sel Basal Tipe Agresif

Lebih Tinggi Dibandingkandengan Tipe Non Agresif

by Iga Sri Mahendra Dewi

Submission date: 25-Jun-2018 10:51AM (UTC+0700)Submission ID: 978330713File name: 2016-MPI-KADEK-PRAMESTI.pdf (5.12M)Word count: 3625Character count: 20974

13%SIMILARITY INDEX

11%INTERNET SOURCES

6%PUBLICATIONS

4%STUDENT PAPERS

1 3%

2 1%

3 1%

4 1%

5 1%

6 1%

Ekspresi Protein p53 pada Karsinoma Sel Basal Tipe AgresifLebih Tinggi Dibandingkan dengan Tipe Non AgresifORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

pps.unud.ac.idInternet Source

eprints.undip.ac.idInternet Source

Custódio, Geisiane, Luiz Henrique Locks,Maria Fernanda Coan, Carlos OtávioGonçalves, Daisson José Trevisol, andFabiana Schuelter Trevisol. "Epidemiologia doscarcinomas basocelulares em Tubarão, SantaCatarina (SC), Brasil, entre 1999 e 2008", AnaisBrasileiros de Dermatologia, 2010.Publicat ion

www.med.auth.grInternet Source

Submitted to University of Abertay DundeeStudent Paper

scholar.unand.ac.idInternet Source

7 1%

8 <1%

9 <1%

10 <1%

11 <1%

12 <1%

13 <1%

14 <1%

www.jeccr.comInternet Source

repository.usu.ac.idInternet Source

G. Fabbrocini. "p53, cyclin-D1, PCNA, AgNORexpression in squamous cell cancer of the lip: amulticenter study", PhotodermatologyPhotoimmunology and Photomedicine, 8/2000Publicat ion

www.oralhealth.roInternet Source

A.M. Durán-Rosal, J.C. Fernández, P.A.Gutiérrez, C. Hervás-Martínez. "Detection andprediction of segments containing extremesignif icant wave heights", Ocean Engineering,2017Publicat ion

Angeliki Stamatelli. "B-Raf Mutations,Microsatellite Instability and p53 ProteinExpression in Sporadic Basal Cell Carcinomas",Pathology & Oncology Research, 01/28/2011Publicat ion

repositorio.unillanos.edu.coInternet Source

www.perhati.orgInternet Source

15 <1%

16 <1%

17 <1%

18 <1%

19 <1%

20 <1%

21 <1%

22 <1%

repo.iain-tulungagung.ac.idInternet Source

sikkahoder.blogspot.comInternet Source

www.scribd.comInternet Source

A'bidah Baana Syarif, Sabar Santoso, HestyWidyasih. "Usia Ibu dan Kejadian PersalinanPreterm", Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak,2017Publicat ion

www.slideshare.netInternet Source

Dilfera Hermiati, Resnia Madona Harahap."Faktor yang Berhubungan dengan KasusSkizofrenia pada Pasien Rawat Inap RumahSakit Khusus Jiwa Soeprapto ProvinsiBengkulu", Jurnal Keperawatan Silampari,2018Publicat ion

eprints.ums.ac.idInternet Source

J. T. Lear. "Basal cell carcinoma: from hostresponse and polymorphic variants to tumoursuppressor genes", Clinical and Experimental

23 <1%

Exclude quotes On

Exclude bibliography On

Exclude matches < 2 words

Dermatology, 1/2005Publicat ion

James M. Ford. "Preferential repair ofultraviolet light-induced dna damage in thetranscribed strand of the humanp53 gene",Molecular Carcinogenesis, 06/1994Publicat ion

FINAL GRADE

/0

Ekspresi Protein p53 pada Karsinoma Sel Basal Tipe AgresifLebih Tinggi Dibandingkan dengan Tipe Non AgresifGRADEMARK REPORT

GENERAL COMMENTS

Instructor

PAGE 1

PAGE 2

PAGE 3

PAGE 4

PAGE 5

PAGE 6

PAGE 7

PAGE 8

PAGE 9

PAGE 10

PAGE 11

PAGE 12

PAGE 13

PAGE 14

PAGE 15