Vitamin

10
Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 18 November 2014 Biokimia Umum Waktu : 08.00 – 11.00 WIB PJP : Syaefudin M.Si. Asisten : Eva Selenia Desi Siti Nuraeni Amar Husha Ukdiah Tiara Astuti VITAMIN Kelompok 3 Dame Hartini Afrina G34130008 Khalik Kusnandar G34130018 Riska Susilowati G34130028 Eka Mulyani G34130055

description

koi

Transcript of Vitamin

Laporan Praktikum Hari, Tanggal: Selasa, 18 November 2014Biokimia Umum Waktu: 08.00 11.00 WIB PJP: Syaefudin M.Si. Asisten: Eva Selenia Desi Siti Nuraeni Amar Husha Ukdiah Tiara Astuti

VITAMIN

Kelompok 3Dame Hartini AfrinaG34130008Khalik KusnandarG34130018Riska SusilowatiG34130028Eka MulyaniG34130055

DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2014

PENDAHULUANVitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena vitamin dibutuhkan pada makanan manusia hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari. Defisiensi suatu vitamin dapat menimbulkan suatu penyakit. Penyakit akibat kekurangan vitamin tersebut disebut avitaminosis. Kelebihan salah satu vitamin pada tubuh dalam jumlah yang banyak dikenal dengan istilah hipervitaminosis. Kebutuhan tubuh akan vitamin ada batasnya. Kelebihan vitamin tidak selalu dibuang, tetapi ada juga yang disimpan. Peranan suatu vitamin di dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh zat-zat tertentu yang mempunyai struktur hampir sama dengan struktur vitamin tersebut. Zat tersebut dikenal sebagai zat antivitamin atau vitamin antagonis. Secara klasik, vitamin diklasifikasikan atas dasar kelarutannya, yaitu golongan vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta golongan vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin C dan kelompok vitamin B kompleks. Vitamin B kompleks ini diantaranya adalah vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B11, dan vitamin B12 (Soemardjo 2008). Sumber-sumber provitamin A yang terbaik adalah hati, susu, dan ginjal, yaitu vitamin ini terutama terdapat dalam bentuk ester asam lemak. Sumber vitamin D yang baik dapat ditemukan dalam ikan dan telur. Cahaya matahari juga membantu menciptakan vitamin D. Vitamin E dapat diperoleh dari kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran berdaun hijau. Sumber vitamin K yang paling baik adalah sayuran berdaun hijau, susu, daging, telur, dan sereal (Francis 2008). Vitamin B1 dapat diperoleh dari hati, kuning telur, ragi, susu, kacang-kacangan, dan gandum. Vitamin B2 diperoleh dari telur, hati, susu, kedelai, beras, sayuran, dan teri. Sumber vitamin B3 adalah hati, ragi, gandum, ikan, telur, daging, susu, dan kacang tanah. Vitamin B6 dapat diperoleh dari ragi, kecambah, gandum, sayuran hijau, daging, ikan, dan hati. Vitamin B12 diperoleh dari hati, ikan, telur, keju, dan susu. Vitamin C diperoleh dari buah-buahan berwarna dan berasa masam, seperti jeruk, tomat, dan semangka, atau dalam sayuran, seperti bayam, wortel, dan kubis (Kurt et al. 1999).Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan vitamin C dalam tablet dan buah.METODE PRAKTIKUMTempat dan WaktuPraktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia 1-Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaannya, yaitu pada hari Selasa , tanggal 18 November 2014 pukul 08.00 11.00 WIB.Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ialah gelas piala, pipet mohr, bulb, pipet tetes, labu Erlenmeyer, buret, sudip, dan mortar. Adapun bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, akuades dingin yang telah didihkan sebelumnya, H2SO4 2N, larutan iod 0.1 N, larutan tiosulfat 0.1 N, larutan pati, dan air jeruk. Prosedur PercobaanPenentuan Vitamin C dalam Tablet Sebanyak 50 mg tablet vitamin C dilarutkan dalam 5 mL akuades dingin yang telah dididihkan sebelumnya. Setelah itu, ditambahkan 3 mL H2SO4 2N dan 10 mL larutan iod 0.1 N. Selanjutnya, dilakukan penitraan dengan larutan tiosulfat 0.1 N dan sebagai indikator dipakai larutan pati. Kemudian, dilakukan juga titrasi blanko. Titrasi blanko ini dilakukan dengan cara yang sama dengan cara penentuan vitamin C dalam tablet, yaitu sebanyak 5 mL akuades ditambahkan dengan 3 mL H2SO4 2N dan larutan iod 0.1 N. Selanjutnya, dilakukan penitraan dengan larutan tiosulfat 0.1 N dan sebagai indikator dipakai larutan pati.Penentuan Vitamin C dalam BuahSebanyak 6 mL air jeruk disimpan dalam labu Erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 3 mL H2SO4 2N dan 10 mL larutan iod 0.1 N. Selanjutnya, dilakukan penitraan dengan larutan tiosulfat 0.1 N dan sebagai indikator dipakai larutan pati.

HASIL DAN PEMBAHASANPrinsip titrimetri didasarkan pada reaksi kimiadimana molekul sebagai analit, bereaksi dengan molekul pereaksi (titran). Pereaksi, ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebutlarutan standardan konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi.Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah pereaksi secara kimiawi sama dengan yang telah ditamabahkan kepada analit. Selanjutnya akan dikatakantitik ekivalendari titrasi telah dicapai. Hasil dari titrasi ini dinamakan titrat. Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkantitran, dapat menggunakan bahan kimia sebagai indikator yang bereaksi terhadap kehadirantitranyang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bias saja terjadi persis padatitik ekivalentetapi bias juga tidak.Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir.Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini sedekat mungkin dengantitik ekivalen. Istilahtitrasimengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapaititik ekivalen (Mulyono 2005).Penentapankadar vitamin dalam suatu bahan dilakukan dengan iodometri taklangsung. Iodometri taklangsung dilakukan dengan penitarnya adalah Natrium tiosulfat o,1N (Harjadi 1986). Larutan H2SO4 ditambahkan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan vitamin C yang bersifat oksidator. Pereaksi Iod dan pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan kadar vitamin C. Iod akan bereaksi terhadap kehadirantitranyang berlebih dengan melakukan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Amilum dengan I2 membentuk suatu komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran titran dengan berubah menjadi kuning pucat. Sehingga titik akhir titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan warna (titikekivalen) (Mulyono 2005).Reaksi: I2 + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6(merah kuningpucat) C6H8O6 + I2C6H6O6 + 2HI (biru tua kuningpucat)

Tabel 1 Kadar vitamin C dari semua sampelLarutanVolume titran (ml) Volume Kadarawal akhir terpakai terkoreksi (ml)Vitamin C (mg/tablet)Tablet27, 1 29, 9 2, 8 7, 560, 6Sari buah33, 8 39, 4 5, 6 4, 737, 976Blanko29, 7 40 10, 3Indikator : patiReaksi : I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2 HIPerubahan warna : sebelum penambahan pati : merah kuning sesudah penambahan pati : biru TBContoh perhitungan sari buahVolume terpakai : volume akhir volume awal = 39,4 33, 8 = 5, 6 mlVolume terkoreksi : volume blanko volume sampel = 10, 3 5, 6 = 4, 7 mlKadar vitamin C : Volume terkoreksi 8, 08 mg/ml = 4, 7 ml 8, 08 mg/ml = 37, 976 mg/sari buahGambar 1 Foto hasil titrasi dari seluruh sampel Uji tabletUji sari buah Uji blanko

Hasil percobaan pada uji penentuan kadar vitamin C dari tablet menggunakan indikator pati ketika larutan tersebut ditambahkan H2SO4 serta larutan iod berwarna coklat, kemudian dititrasi menggunakan tiosulfat hingga berwarna biru, kemudian ditambahkan larutan pati dan dititrasi lagi hingga menghasilkan perubahan warna menjadi kuning seulas. Sehingga didapatkan volume terkoreksi senilai 7, 5 ml dan kadar vitamin C senilai 60, 6 mg/tablet.Hasil percobaan penentuan kadar vitamin C dari sari buah setelah ditambahkan H2SO4 dan larutan iod maka cairan akan berwarna coklat. Setelah dititrasi menggunakan tiosulfat berwarna kuning pekat, dan ditambahkan larutan pati kemudian dititrasi dengan tiosulfat akan menghasilkan perubahan warna menjadi kuning seulas. Sehingga didapatkan volume terkoreksi senilai 4, 7 ml dan kadar vitamin C senilai 37, 976 mg/tablet. Sedangkan hasil percobaan pada blanko (tanpa menggunakan sampel) atau hanya menggunakan akuades didapatkan volume terpakai senilai 10, 3 ml. Hasil percobaan penentuan kadar vitamin C tidak sesuai dengan literature karena vitamin dalam bentuk sari buah lebih lama dititrasi dibandingkan dengan tablet. Sedangkan menurut Wiwik dan Suharti (2003), vitamin dalam bentuk sari buah lebih cepat dititrasi dibandingkan dengan tablet, hal ini dikarenakan kandungan vitamin C dalam tablet lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan vitamin C dalam sari buah.SIMPULAN Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan cara titrasi tidak langsung. Kadar vitamin C pada tablet vitamin C sebesar 40.04 mg/tablet, sedangkan kandungan vitamin C dalam sari buah (UC 1000) sebesar 47.96 mg/ml.Kadar vitamin C dalam sari buah lebih besar dari pada kadar vitamin C dalam tablet vitamin C.

DAFTAR PUSTAKAHarjadi.1986.Ilmu Kimia AnalitikDasar. Jakarta (ID) :Gramedia

Kurt T, Isselbacher. 1999. Harrison Prinip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie AH, penerjemah. Jakarta (ID) : EGC. Terjemahan dari : Harrisons Principles of Internal Medicine.Mulyono HAM.2005.Kamus Kimia.Jakarta (ID) :BumiAksara

Soemardjo D. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID) : EGC.

Wiwik, Suharti. 2003. Pengaruh suplementasi besi dan vitamin C terhadap asupan zat gizi dan kadar hemoglobin anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. 19 (1) : 46-47.