Visum Et Repertum

download Visum Et Repertum

of 14

description

visum

Transcript of Visum Et Repertum

Visum et repertum

Visum et repertumFakultas KedokteranUniversitas Muhammadiyah SemarangDefinisi Visum et repertum adalah keterangan tertulis dari seseorang dokter (dalam kapasitas sebagai ahli) atas permintaan resmi dari penegak hukum yang berwenang tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada objek yang diperkirakannya dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan.Landasan Hukum Dalam undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan langsung tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran Negara ) tahun 1937 No. 350 yang menyatakan : Pasal 1 :Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun di Indonesia, merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh dokter pada benda yang diperiksa. Pasal 2 ayat 1 :Pada Dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di Negeri Belanda maupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam Pasal 1 diatas, dapat mengucapkan sumpah sebagai berikut : Saya bersumpah ( berjanji ), bahwa saya sebagai dokter akan membuat pernyatan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan untuk kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan saya yang sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang melimpahkan kekuatan lahir dan batin.Macam macam VER1. Visum untuk korban hidup Yang termasuk visum untuk korban hidup adalah visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan, keracunan, perkosaan, psikiatri dan lain-lain. Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk korban hidup dapat dibedakan atas : Visum seketika (definitive)yaitu visum yang langsung diberikan setelah korban selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh dokter. Visum Sementarayaitu visum yang diberikan pada korban yang masih dalam perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka sebagai petunjuk dalam mengintrogasikan tersangka. Dalam visum sementara ini, belum ditulis kesimpulanVisum Lanjutanyaitu visum yang diberikan setelah korban sembuh atau meninggal dan merupakan lanjutan dari visum sementara yang telah diberikan sebelumnya. Dalam visum ini harus dicantumkan nomor dan tanggal dari visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini dokter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir merawat penderita. 2. Visum jenazahVisum dengan pemeriksaan luarvisum ini kurang memberikan hasil yang diharapkan dalam membuktikan faktor penyebab kematian. Hasil pemeriksaan ini adalah (1) benar/tidaknya orang tsb telah meninggal, (2) ada / tidaknya luka atau tanda keracunan, (3) mencari kemungkinan kematian akibat penyakit tertentu.jika tidak ditemukan adanya luka /kekerasan/keracunan/tidak ditemukan kematian yang wajar (bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan) dan dokter telah memperkirakan penyebab kematian akibat penyakit tertentu maka dokter dapat langsung membuat (formulir A / surat keterangan kematian)Jika pada pemerksaan luar terdapat / tanda kekerasan / dugaan keracunan / curiga kematian yang tidak wajar (bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan) maka dokter wajib melapor kematian tersebut ke polisi resort terdekat. Pada kasus ini penyidik akan mengirimkan surat permintan visum et repertum untuk dilakukan pemeriksaan luar jenazah (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan Luar dan Dalam (pemeriksaan bedah jenazah / autopsy)Visum dg pemeriksaan Luar & DalamPemeriksaan ini berarti membuka semua rongga tubuh (kepala, dada, perut, panggul) dan memeriksa organ dalamnya untuk menentukan sebab kematian maupun penyakit / kelainan pada korban. Namum pemeriksaan ini memerlukan persetujuan pada keluarga korban yang biasanya menolak untuk tindakan ini.

PerananSebagaimana yang tertulis dalam pasal 184 KUHAP, visum etbrepertum adalah salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan. Dalam fungsingya sebagai pengganati benda bukti. VER berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia dengan menguraikan sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan.BentukPembukaanBerisi kalimat projustitia : artinya untuk peradilanPendahuluanBerisi identitas lengkap daripadaKorbanPihak peminta visum & instansiDokter yang memeriksa korbanKapan dan dimana dilakukan pemeriksaanHasil pemeriksaanTidak dilakukan otopsi (korban hidup)Jikalau korban dilakukan autopsy (korban meninggal)Pada bagian ini akan dicatat segala data dan keterangan tentang hasil pemeriksaan dokter sebagaimana dokter memeriksa pasien sehingga pada bagian ini adalah bagian yang paling penting karena sifatnya faktualBagian kesimpulan / diagnosaBerisi kesimpulan dari hasil pemeriksaan dokterApabila dokter memeriksa korban hidup maka kesimpulannya adalahJensi kekerasanJenis lukaMenentukan derajat berat ringan lukaApabila dokter memeriksa korban meninggal maka kesimpulannya adalahMenentukan jenis kekerasanJenis lukaPenyebab kematianPenyebab kematian bisa ditentukan dengan autopsyApabila tidak maka dokter tidak bisa menentukannyaUntuk menentukan suatu tindak pidanan yang menimbulkan mati maka autopsy hukumnya wajib karena pihak penuntut umum akan mengetahui mengapa korban meninggalApabila tidak dilakukan autopsy maka penuntup umum tidak bisa mengetahui penyebab kematian akibatnya adalah perkara ini tidak bisa disidangkanPenutupKlarifikasi / pernyataan dari dokter bahwa keterangan ini dibuat berdasarkan pengetahuan yang sebaik baiknyaSyarat pembuatan VERDibuat secara tertulissAda permintaan dari penegak hukumMenggunakan bahasa IndonesiaPenulisan angka diganti dalam bentuk kalimatDari alinea atas kiri/awal & akhir alinea diberi garis putus - putus

AIK

17:32to top IndonesianDan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Hadis riwayat Bukhari dan Malikbahwa shafiyyah bin ubaid mengakibatkan: bahwa seseorang budak laki laki berjumpa dengan seseorang budak perempuan dan memaksanya berhubungan intim, maka khalifah umar menghukumnya dengan cambukan dan tidak menghukum perempuan itu