Visum Et Repertum Dan Pengadaan

42
PENGADAAN VISUM ET REPERTUM Budi Sampurna

Transcript of Visum Et Repertum Dan Pengadaan

Page 1: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PENGADAAN VISUM ET REPERTUM

Budi Sampurna

Page 2: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PENGERTIAN LAMAVISUM ET REPERTUM PASAL 1 STAATSBLAD 350 TAHUN

1937 VISA ET REPERTA DARI DOKTER-DOKTER, YANG

DIBUAT ATAS SUMPAH JABATAN YANG DIIKRARKAN PADA WAKTU MENYELESAIKAN PELAJARAN KEDOKTERAN DI NEGERI BELANDA ATAU DI INDONESIA, ATAU ATAS SUMPAH KHUSUS, SEBAGAI DIMAKSUD DALAM PASAL 2, MEMPUNYAI DAYA BUKTI DALAM PERKARA PIDANA, SEJAUH ITU MENGANDUNG KETERANGAN TENTANG YANG DILIHAT OLEH DOKTER PADA BENDA YANG DIPERIKSA

Page 3: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PENGERTIAN BARUVISUM ET REPERTUM

KETERANGAN TERTULIS YANG DIBUAT DOKTER ATAS PERMINTAAN TERTULIS (RESMI) PENYIDIK TENTANG PEMERIKSAAN MEDIS TERHADAP SESEORANG MANUSIA, BAIK HIDUP ATAUPUN MATI ATAU BAGIAN DARI TUBUH MANUSIA, BERUPA TEMUAN DAN INTERPRETASINYA, BERDASARKAN KEILMUANNYA, DI BAWAH SUMPAH, DAN UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN

Page 4: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

DOKTER DAN PASIEN

HUBUNGAN FIDUCIARY (BERDASAR NILAI-NILAI KEUTAMAAN : Etika dan Sumpah Dokter)

SELAIN HUBUNGAN FIDUCIARY, TERJADI PULA HUBUNGAN HUKUM DI ANTARA KEDUANYA : IUS DELICTUM (AKIBAT PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN) IUS CONTRACTUM (AKIBAT HUBUNGAN

KONTRAKTUAL - inspanningsverbintennis)

TIMBUL HAK & KEWAJIBAN BAGI DOKTER DAN BAGI PASIEN, TERMASUK RIGHT TO SELF DETERMINATION

Page 5: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

DOKTER DAN KORBAN HIDUP(terutama diatur oleh Hk. Pidana)

KORBAN TIDAK SELALU PASIEN, KADANG “HANYA” SEBAGAI KLIEN

HUBUNGAN : HUBUNGAN DOKTER-PASIEN tetap ada HUBUNGAN DOKTER DENGAN PENYIDIK

(PEMINTA PEMERIKSAAN) “SEBAGIAN” DARI KLIEN (PASIEN) = BARANG

BUKTI, HARUS DIDOKUMENTASIKAN DAN DIJADIKAN VISUM ET REPERTUM

JENASAH = SELURUHNYA BARANG BUKTI

Page 6: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

DASAR PENGADAAN VISUM ET REPERTUM (masa penyidikan)

PASAL 133 KUHAP Dalam hal penyidik untuk kepentingan

peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya

APAKAH AHLI KEDOKTERAN KEHAKIMAN SAMA TINGKATNYA DENGAN DOKTER ?

Page 7: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

Ps 133 (2-3) KUHAP: Permintaan keterangan ahli sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat

Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Page 8: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PERMINTAAN VISUM ET REPERTUMmenurut Ps 133 KUHAP

WEWENANG PENYIDIK TERTULIS (RESMI) TERHADAP KORBAN, BUKAN TERSANGKA ADA DUGAAN AKIBAT PERISTIWA PIDANA BILA MAYAT :

IDENTITAS PADA LABEL JENIS PEMERIKSAAN YANG DIMINTA DITUJUKAN KEPADA :

AHLI KEDOKTERAN FORENSIK DOKTER DI RUMAH SAKIT

Page 9: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

SANKSI HUKUM BILA MENOLAK MEMBUAT VISUM ET REPERTUM

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

PASAL 216 KUHP

Page 10: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KHUSUS PEMERIKSAAN MAYAT UNTUK PERADILAN

PASAL 222 KUHP Barangsiapa dengan sengaja

mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Page 11: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PERMINTAAN SEBAGAI SAKSI AHLI (masa persidangan)

PASAL 179 (1) KUHAP : Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai

ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

PASAL 224 KUHP : Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau

juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.

Page 12: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PERMINTAAN KETERANGAN AHLI DI MASA PRA-SIDANG

PENJELASAN PASAL 186 KUHAP tentang KETERANGAN AHLI: Keterangan ahli ini dapat juga sudah

diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan

Page 13: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PEMERIKSAAN TERSANGKA

PASAL 66 KUHAP Tersangka atau terdakwa tidak dibebani

kewajiban pembuktian

PASAL 53 UU KESEHATAN (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan

pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan

Page 14: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM

BAGI TERSANGKA (misalnya : VR psikiatris)

PASAL 120 KUHAP (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia

dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

PASAL 180 KUHAP (1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan

duduknya persoalan yang timbul di sidang Pengadilan, Hakim Ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan

Page 15: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

TENTANGKETERANGAN AHLI

MATERIEL: PASAL 1 BUTIR 28 FORMIEL: PASAL 186 DAN 187

Page 16: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KETERANGAN AHLI

PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP : Keterangan Ahli adalah keterangan yang

diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

(Pengertian K.A. secara substantif) Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan

sebagai upaya pembuktian, harus “dikemas” dalam bentuk ALAT BUKTI SAH

Page 17: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

ALAT BUKTI SAH

PASAL 183 KUHAP : Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada

seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

PASAL 184 KUHAP : Alat bukti yang sah adalah :

(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan terdakwa

Page 18: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KETERANGAN AHLI DIBERIKAN SECARA LISAN

PASAL 186 Keterangan ahli adalah apa yang seorang

ahli nyatakan di sidang pengadilan. PENJELASAN PASAL 186

Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan (BAP saksi ahli).

ALAT BUKTI SAH KETERANGAN AHLI

Page 19: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KETERANGAN AHLIDIBERIKAN SECARA TERTULIS

PASAL 187 KUHAP Surat sebagaimana tesebut pada pasal

184 ayat (1) huruf c , dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah : (c) surat keterangan dari seorang ahli yang

memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;

ALAT BUKTI SAH SURATALAT BUKTI SAH SURAT

Page 20: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PROSEDUR MEDIKOLEGAL

PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

Page 21: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PEJABAT YG BERWENANG MEMINTA VISUM ET REPERTUM

PASAL 133 KUHAP : PENYIDIK PASAL 6 (1) KUHAP :

PENYIDIK ADALAH : PEJABAT POLISI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEJABAT PNS TERTENTU YG DIBERI WEWENANG

KHUSUS OLEH UNDANG-UNDANG YG MEMBUTUHKAN VISUM ET REPERTUM

ADALAH KASUS PIDANA UMUM, SEHINGGA PENYIDIKNYA ADALAH POLISI.

PENYIDIK PNS TIDAK BERWENANG MEMINTA VISUM ET REPERTUM

Page 22: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 11 KUHAP : PENYIDIK PEMBANTU MEMPUNYAI WEWENANG

SEPERTI TERSEBUT DALAM PASAL 7 (1), KECUALI MENGENAI PENAHANAN YANG WAJIB DIBERIKAN DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG DARI PENYIDIK.

MENDATANGKAN AHLI ATAU MEMINTA VISUM ET REPERTUM BOLEH DILAKUKAN PENYIDIK PEMBANTU.

JADI, YANG BERWENANG MEMINTA VISUM ET REPERTUM ADALAH : PENYIDIK POLISI DAN PENYIDIK PEMBANTU POLISI

Page 23: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983(2) Penyidik adalah :

a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua pol (Ajun Inspektur Dua)

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983(2) Penyidik pembantu adalah :

a. Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;

b. Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau yang disamakan dengan itu.

Page 24: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak

ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.

ARTINYA : TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT PELDA KE

ATAS ADALAH PENYIDIK TIDAK SEMUA POLISI BERPANGKAT SERSAN

ADALAH PENYIDIK PEMBANTU SETIAP KAPOLSEK PASTI PENYIDIK

Page 25: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

JENJANG KEPANGKATAN POLISI

JENDERAL KOMISARIS JENDERAL INSPEKTUR JENDERAL BRIGADIR JENDERAL

KOMISARIS BESAR AJUN KOMISARIS BESAR KOMISARIS AJUN KOMISARIS INSPEKTUR SATU INSPEKTUR DUA

AJUN INSPEKTUR SATU AJUN INSPEKTUR DUA

BRIGADIR KEPALA BRIGADIR BRIGADIR SATU BRIGADIR DUA AJUN BRIGADIR AJUN BRIGADIR SATU AJUN BRIGADIR DUA SABHARA SABHARA SATU SABHARA DUA

Page 26: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

DALAM PRAKTEK :

SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM : SURAT TERTULIS SURAT RESMI (KOP SURAT, NOMOR,

TANGGAL, ALAMAT SURAT, ISI, TANDATANGAN, NAMA JELAS, PANGKAT, NRP, STEMPEL DINAS)

MENGATAS-NAMAKAN KAPOLSEK (PENYIDIK) SEBAGAI PEJABAT ATRIBUTIF. PENANDATANGAN SURAT (PEJABAT MANDAT) BOLEH

SIAPA SAJA YANG SECARA ORGANISATORIS BERWENANG MENGATASNAMAKAN PEJABAT ATRIBUTIF.

Page 27: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KETENTUAN LAIN VER KORBAN HIDUP

SURAT PERMINTAAN VER DAPAT “TERLAMBAT” : KORBAN LUKA DIBAWA KE DOKTER (RS) DULU

SEBELUM KE POLISI SPV MENYEBUTKAN PERISTIWA PIDANA YANG

DIMAKSUD VER = SURAT KETERANGAN, JADI DAPAT

DIBUAT BERDASARKAN REKAM MEDIS (RM telah menjadi barang bukti sejak datang SPV)

PEMBUATAN VER TANPA IJIN PASIEN, SEDANGKAN SKM LAIN HARUS DENGAN IJIN.

Page 28: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASIEN / KLIEN BOLEH TIDAK DIANTAR PETUGAS KEPOLISIAN, ALASAN : KORBAN LUKA DIBAWA KE DOKTER (RS)

DULU SEBELUM KE POLISI TAK ADA PERATURAN YANG

MENGHARUSKAN ADANYA PETUGAS PENGANTAR KORBAN

MEMANG SEBAIKNYA DIANTAR PETUGAS AGAR DAPAT DIPASTIKAN IDENTITAS KORBAN DAN STATUSNYA SEBAGAI “BARANG BUKTI”

MEMANG SEBAIKNYA DILENGKAPI SPV AGAR JELAS STATUSNYA SEBAGAI “BARANG BUKTI”

Page 29: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PEMERIKSAAN KORBAN MATI vs PEMERIKSAAN KORBAN HIDUP

PERLUKAH PERSETUJUAN ?DAPATKAH MENOLAK PEMERIKSAAN ?

Page 30: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

AUTOPSI

AUTOPSI ANATOMIS : UNTUK PENDIDIKAN MAHASISWA KEDOKTERAN. DASAR : UU KESEHATAN

AUTOPSI KLINIS : UNTUK KEPENTINGAN DIAGNOSIS AKHIR CARA KEMATIAN : NATURAL (SAKIT) DASAR : KESEPAKATAN (HK. PERDATA)

AUTOPSI FORENSIK : UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN CARA & SEBAB KEMATIAN : BELUM DIKETAHUI DASAR : KUHAP (HK. PIDANA)

Page 31: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

AUTOPSI FORENSIK

PASAL 134 KUHAP(1)Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk

keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberi-tahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tsb.

(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Page 32: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

APAKAH AUTOPSI FORENSIK DAPAT DIHALANG-HALANGI ?

PASAL 222 KUHP Barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Page 33: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

BAGAIMANA DENGAN PEMERIKSAAN FORENSIK BAGI KORBAN HIDUP?

DAPATKAH PEMERIKSAAN FORENSIK PADA KORBAN HIDUP DIHALANG-HALANGI? ATAU BOLEHKAH KORBAN MENOLAK PEMERIKSAAN?

TIDAK ADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGHARUSKAN ATAU MEMBERI SANKSI BAGI PELANGGARNYA

KORBAN ADALAH JUGA PASIEN YANG MASIH MEMILIKI HAK AUTONOMINYA (RIGHTS TO SELF DETERMINATION)

(STATUS BARANG BUKTI = BUKAN ORANGNYA)

Page 34: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

VISUM ET REPERTUM DAN RAHASIA KEDOKTERAN

Page 35: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

RAHASIA KEDOKTERAN

PASAL 1 PP No 10 TAHUN 1966 Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah

segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

PASAL 2 PP No 10 TAHUN 1966 Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan

oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain

Page 36: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 3 PP No 10 TAHUN 1966 Yang diwajibkan menyimpan rahasia

yang dimaksud dalam pasal 1 ialah : Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-

Undang tentang tenaga kesehatan. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas

dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan

SUMPAH DOKTER : Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang

saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter

Page 37: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 2 UU ttg TENAGA KESEHATAN Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan

dalam undang-undang ini adalah : I. Tenaga Kesehatan Sarjana, yaitu :

a. dokter b. dokter gigi c. apoteker d. sarjana lain dalam bidang kesehatan

II. Tenaga Kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah a. di bidang farmasi : asisten apoteker dsb. b. di bidang kebidanan : bidan dan sebagainya c. di bidang perawatan : perawat, fisioterapis d. di bidang kesehatan masyarakat : penilik kese-

hatan, nutrisionis dan lain-lain. e. bidang-bidang kesehatan lain.

Page 38: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

SANKSI BAGI PELANGGAR

PASAL 322 KUHP(1)Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia

yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak Rp 600.-

(2)Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Page 39: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

PASAL 112 KUHP Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan

surat-surat, berita-berita atau keterangan-keterangan yang diketahui bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun

PASAL 4 PP No 10 TAHUN 1966 Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai

wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat melakukan tindakan administratip berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan

Page 40: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

RAHASIAKAH VISUM ET REPERTUM?

KEWAJIBAN PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM DIDASARKAN ATAS UNDANG-UNDANG (Lebih tinggi dari PP No 10 / 1966)

BILA SPV DATANG : DASAR HUKUMNYA UNDANG-UNDANG

SEHINGGA MENGGUGURKAN WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN (dalam membuat VER)

Ps 50 KUHP : Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan UU, tidak dipidana.

Page 41: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

KESIMPULAN

PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM ADALAH KEWAJIBAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG, HARUS DIPATUHI.

VISUM ET REPERTUM ADALAH KET. AHLI UNTUK PERADILAN, HARUS DIBUAT MELALUI PROSEDUR HUKUM YG BENAR, BERDASARKAN PEMERIKSAAN MEDIS YG SECARA TEKNIS BENAR DAN YANG SESUAI ZAMAN (STATE-OF-THE-ART), SERTA DIINTERPRETASIKAN DG AKURAT.

Page 42: Visum Et Repertum Dan Pengadaan

TERIMA KASIH DAN INGATLAH SELALU :

CIRI SIKAP PROFESIONALCIRI SIKAP PROFESIONAL KEBEBASAN PROFESIKEBEBASAN PROFESI OBYEKTIF OBYEKTIF ILMIAHILMIAH IMPARTIALIMPARTIAL