paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan...

17
Oleh: 1.Putri aprilia 2.Atika suci 3.Syahrul khan 4.Indra maulana 5.Venoria pratiwi 6.jerry martin ose. Guru Pembimbing : Yeni isnarti ,S.pd Sma N 3 oku Tahun ajaran 2013 – 2014 PENGERTIAN dan penjelasan KAIN TAPIS Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada

Transcript of paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan...

Page 1: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Oleh: 1.Putri aprilia

2.Atika suci

3.Syahrul khan

4.Indra maulana

5.Venoria pratiwi

6.jerry martin ose.

Guru Pembimbing : Yeni isnarti ,S.pd

Sma N 3 oku

Tahun ajaran 2013 – 2014

PENGERTIAN dan penjelasan KAIN TAPIS

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan

Page 2: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Beragamnya derivasi produk Kain Tapis merupakan bukti nyata bahwa kain ini selain memiliki nilai budaya tinggi, juga memiliki nilai-nilai ekonomis. Ketika sebuah benda budaya telah teridentifikasi dan disadari mempunyai nilai ekonomis, maka biasanya akan diikuti oleh munculnya klaim-klaim untuk memiliki nilai ekonomis kain tersebut. Oleh karena itu, maka sudah seharusnya jika segenap stake holder berupaya untuk menjaga dan melindungi Kain Tapis, tidak saja pada eksistensinya, tetapi juga nilai-nilai, seperti nilai ekonomis, yang dikandungnya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga, melindungi, dan mengembangkan kain tapis, diantaranya adalah mematenkan hak cipta, sosialisasi kain tapis, dan eksplorasi nilai ekonomis Kain Tapis. Pertama, mematenkan hak cipta Kain Tapis. Kelalaian mematenkan hak cipta Kain Tapis tidak saja dapat menghilangkan hak ekonomi yang melekat pada kain, tetapi juga hilangnya kebanggaan masyarakat karena diklaim oleh pihak lain. Seringkali kita sangat bangga dengan banyaknya warisan budaya yang kita miliki, tetapi terkadang hak ekonominya tidak kita miliki sehingga warisan budaya tersebut tidak bisa digunakan untuk menopang kesejahteraan pemilik warisan budaya tersebut.

Kedua, Sosialisasi Kain Tapis. Ketika tulisan ini dibuat, cukup sulit untuk mencari referensi tentang Kain Tapis. Dari beberapa referensi yang penulis dapatkan, hampir semua isinya sama. Minimnya referensi tentang Kain Tapis ternyata juga pararel dengan minimnya orang-orang Lampung, khususnya generasi mudanya, yang mengetahui kain ini. Beberapa responden orang Lampung yang dihubungi misalnya hanya mengetahui bahwa Kain Tapis adalah kain tradisional Lampung. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan dan berbahaya terhadap kelangsungan eksistensi Kain Tapis. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan sosialisasi, khususnya kepada siswa-siswa sekolah. Misalnya dengan menjadikan  Kain Tapis sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal. Melalui cara ini, para siswa tidak hanya mengetahui bentuk formal (fisik) Kain Tapis, tetapi juga nilai-nilai yang dikandungnya.

Ketiga, agar masyarakat mempunyai ketertarikan untuk melestarikan dan mengembangkan Kain Tapis, maka keberadaan Kain Tapis harus memberikan manfaat bagi peningkatan kesehjateraan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah dan lembaga terkait harus bekerjasama untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dan memberikan kemudahan dalam bidang produksi, permodalan, distribusi, dan pemasaran.

Sejarah kain tapis Lampung

Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Page 3: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700 .Sejarah tapis juga didapat dari Muhammad Ridho Pratama Putra (Dido Zulkarnaein). Menurut Muhammad Ridho Pratama Putra,yang melakukan penelitian terhadap Sejarah Tapis Masa Pra-Sejarah, berpendapat bahwa:

Sejarah Tapis Sejak Masa Pra-Sejarah,Sejarah mencatat bahwa masyarakat Lampung telah mengenal tenun Pelepai dan Nampan sejak abad ke-2 SM. (menurut Van der Hoop = sejarawan asal Belanda).

Sejarah juga mencatat bahwa Tapis Lampung telah disebutkan dalam prasasti Raja Balitung (Abad ke-9 M.) sebagai barang yang dihadiahkan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Tapis sejak jaman dahulu merupakan barang mahal, karena pada dasarnya barang yang dihadiahkan adalah barang yg memiliki nilai-nilai tertentu. Bersamaan pada abad tersebut kain songket telah berkembang di lingkungan Kerajaan Sriwijaya, dimana kain songket telah ada sejak jaman Kerajaan Malayu (Abad ke-5 M).

Penggunaan benang emas dalam budaya tenun Indonesia merupakan hasil kontak dagang dengan bangsa China sebagai penemu benang emas sejak Masa Sebelum Masehi.

Sejarah mencatat pula, bahwa Bangsa Lampung telah melakukan kontak dagang dengan Bangsa China sejak Abad ke-5 M, ketika Kerajaan P'o-Huang (dapat dieja "Bawang" yang berarti Rawa dalam Bahasa Lampung) mengirimkan utusannya ke Negeri China pada Tahun 449 M. dengan membawa Upeti dan 41 jenis barang dari P'o-Huang yang diperdagangkan ke China (kitab Liu Sung Shu, 420-479 M.). Bahkan berdasarkan temuan keramik China masa Dinasti Han (203-220 M), mengindikasikan bahwa perdagangan antara Bangsa Lampung Kuno dengan China telah berlangsung sejak awal Abad Ke-3 M.

Penggunaan benang emas dan kapas dalam tradisi tenun Lampung merupakan kelanjutan dari teradisi menenun sejak jaman Perunggu atau Perundagian (antara 3000 - 1500 SM). Ini dapat dilihat dari ragam motif pada kain-kain tapis kuno, kain inuh dan kain bidak yang bergaya Neolitikum, seperti: pucuk rebung, meander, manusia, pohon hayat, sulur, binatang dll. Yang juga terdapat pada nekara dan bejana perunggu, serta pecahan-pecahan gerabah Neolitikum.

Sebelum mengenal kapas dari bangsa China dan India, masyarakat Lampung seperti juga masyarakat purba lainnya di dunia telah memanfaatkan kulit kayu (kulit kayu tangkil), serat pisang, serat pandan, dll. untuk dipintal menjadi benang sebagai bahan dasar kain tenun.

Untuk masyarakat Lampung, penggunaan benang emas, benang perak dan kaca merupakan kelanjutan dari tradisi prasejarah, dimana pada masa itu masyarakat Lampung purba menghiasi kain tenun mereka dengan menempelkan atau menyulam benda-benda yang dianggap berharga atau memilki kekuatan magis seperti manik-manik, kulit kerang, kepingan logam (perunggu), maupun sulaman benang / serat-serat berwarna terang, hal ini mungkin berkaitan dengan status sosial masyarakat pada masa itu, dimana semakin semarak ragam hias pakaian atau kain tenun tersebut, maka

Page 4: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

semakin tinggi pula status sosialnya. Sisa-sisa tradisi ini masih dapat kita temui dalam kain tapis kuno, kain inuh, kain bidak, maupun pada tradisi manik-manik Lampung seperti pada lakkai (wadah seserahan, terbuat dari anyaman bambu atau rotan) dan peleppai manik-manik maupun pada benda-benda peniggalan budaya lainnya.

Setelah kontak dagang dengan Bangsa China dan India terjadi, maka mulailah mereka mengenal penggunaan kapas dan menghiasinya dengan barang-barang impor seperti benang emas, benang perak, benang sutera alam, dan kaca. Dan banyak mengalami perkembangan motif seiring dengan perubahan jaman sampai masuknya pengaruh Islam yang sangat besar, dan semakin menambah kekayaan ragam hias dan jenis dari kain tapis Lampung itu sendiri.

Namun kini, dari dua ratusan motif dan jenis kain tapis yang dahulu pernah ada, saat ini tidak lebih dari tiga puluh motif dan jenis saja yang masih dikenal dan diproduksi, bahkan diantaranya kini terancam hilang dan nyaris punah. Hal ini dikarenakan rumitnya pengerjaan dan lamanya waktu proses pembuatan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu jenis kain. Mengingat jenis kain ini tidak bisa diproduksi dengan mesin.

Selain dari kurangnya kepedulian masyarakat pada keberadaan tapis-tapis kuno, juga akibat dari perburuan besar-besaran terhadap kain-kain langka tersebut oleh orang-orang asing.

Beda kain tapis dengan kain tenun lainnya

Kain tradisional yang bernama Tapis Lampung ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Lampung. Kain adat yang masih dibuat dengan peralatan sederhana ini terbuat dari kain yang berbahan benang katun dan sulaman benang emas/ perak.Keunikan Tapis Lampung yang membuatnya berbeda dengan kain tenun lain adalah terdapatnya sulaman yang menjadi hiasan motif pada kain. Sulaman yang berasal dari benang emas/ perak ini menghias kain dengan berbagai motif, seperti motif alam, flora dan fauna.Tapis Lampung kerap digunakan sebagai pakaian wanita suku Lampung. Kain tenun ini kebanyakan digunakan pada bagian pinggang ke bawah, dalam bentuk sarung.

Beberapa daerah di Sumatera memang memiliki kain tradisional yang hampir mirip satu sama lain. Lampung memiliki kain tradisional kebanggaan berupa kain tapis dengan benang-benang emasnya. Kita coba menengok sedikit ke daerah Palembang, mereka mempunyai kaintradisional berupa kain songket. Kemudian kalau kita bergerak ke arah barat menuju Medan, di sana juga terdapat kain ulos khas Batak. Kalau kita perhatikan, perbedaan dari kain-kain tersebut terletak pada teksturnya. Kain ulos memiliki tekstur yang paling halus di antara ketiganya. Kemudian kain songket memiliki tekstur yang lebih kasar dan kain tapis memiliki tekstur yang paling kasar.

Bahan dan Peralatan Tenun Tapis Lampung

Secara garis besar, ada dua macam bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kain Tapis, yaitu bahan-bahan untuk membuat kain dan motifnya, serta bahan-bahan untuk pewarna kain.

Page 5: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Kain Tapis disulan dengan benang emas

1. Bahan untuk membuat kain dan motif, di antaranya adalah:

Benang katun, adalah benang yang berasal dari bahan kapas (khambak) dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan Kain Tapis.

Benang emas, adalah benang yang berasal dari kepompong ulat sutera, dan dipakai untuk membuat ragam hias pada Tapis dengan sistim sulam.

Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang. Akar serai wangi untuk mengawetkan benang.

2. Bahan-bahan untuk pewarna kain, diantaranya adalah:

Buah pinang muda, daun pacar, dan kulit kayu kejal untuk membuat warna merah.

Kulit kayu salam dan kulit kayu rambutan untuk membuat warna hitam. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk membuat warna coklat. Buah deduku atau daun talom untuk membuat warna biru. Kunyit dan kapur sirih untuk untuk membuat warna kuning. Dan daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur

Saat ini, pengrajin Kain Tapis tidak perlu lagi mengolah bahan-bahan dasar tersebut, seperti memintal kapas untuk dijadikan benang katun atau mengolah kulit kayu salam dan kulit kayu rambutan untuk membuat warna hitam, karena bahan-bahan dasar siap pakai telah tersedia di pasaran. Tersedianya bahan-bahan siap olah tersebut menjadikan pembuatan Kain Tapis menjadi lebih cepat. Jika zaman dahulu untuk membuat selembar Kain Tapis membutuhkan waktu berbulan-bulan, maka saat ini dalam satu bulan dapat dihasilkan beberapa lembar Kain Tapis .

Kain Tapis Modern: Tapis Hitam Bawang (kiri), dan Tapis Hitam Matahari (kanan)

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk membuat Kain Tapis adalah:

Page 6: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

1. Sesang, yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.

2. Mattakh, yaitu alat untuk menenun kain. Mattakh terdiri dari:

Terikan (alat menggulung benang). Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mattakh). Belida (alat untuk merapatkan benang). Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang). Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan). Guyun (alat untuk mengatur benang). Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun). Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang

dimasukkan melintang). Terupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun). Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

4. Proses Pembuatan

Kain Tapis biasanya dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) ketika waktu senggang. Pembuatan kain ini bertujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Saat ini, pembuatan Kain Tapis dibuat oleh penenenun profesional di rumah-rumah produksi tenun, dan digunakan untuk memenuhi permintaan pasar

Tahap paling awal pembuatan Kain Tapis adalah pemintalan kapas (khambak) menjadi benang katun, dan pemintalan kepompong ulat sutera menjadi benang emas. Kemudian benang-benang tersebut diawetkan dengan cara direndam dalam air yang dicampur dengan akar serai wangi. Setelah proses pengawetan selesai, tahap selanjutnya adalah proses pewarnaan benang dengan menggunakan bahan-bahan alami. Untuk mendapatkan benang berwarna coklat misalnya, benang katun direndam dalam air yang dicampur dengan serbuk kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian. Setelah warna benang sesuai dengan warna yang diinginkan, maka benang direndam dalam air yang dicampur daun sirih. Perendaman ini bertujuan agar warna benang tidak mudah luntur.

Setelah benang yang dibutuhkan siap, maka tahap selanjutnya adalah merajut benang menjadi kain. Setelah kain terbentuk, maka tahapan selanjutnya adalah membuat motif-motif, seperti motif alam, flora, dan fauna, dengan menggunakan benang-benang berwarna. Selanjutnya motif tersebut disulam (sistim cucuk) dengan benang emas dan benang perak. Setelah disulan dengan benang emas dan perak, maka selembar Kain Tapis sudah selesai dibuat.

Proses menyulam Kain Tapis

Saat ini, bahan-bahan untuk membuat Kain Tapis telah banyak tersedia di pasaran. Oleh karena itu para pengrajin Kain Tapis tidak perlu lagi melakukan pemintalan dan pewarnaan benang sendiri. Demikian juga dengan pembuatan Kain Tapis, jika pada

Page 7: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

awalnya oleh kaum ibu dan para gadis diwaktu senggang, maka saat ini dilakukan oleh penenun profesional di rumah-rumah produksi tenun.

Untuk membuat Kain Tapis Inuh misalnya, seorang penenun membutuhkan tiga hingga empat benang yang telah diberi warna, yakni kuning, hitam, hijau, dan merah. Warna-warna benang tersebut harus dibuat redup (tidak cerah) agar mirip dengan warna asli Kain Tapis Inuh tempo dulu. Benang yang telah diwarnai tersebut kemudian ditenun secara kasar, lalu diberi motif sablon untuk memandu tenunan. Tenunan kasar itu lantas diurai hingga hanya meninggalkan motif yang diinginkan. Selanjutnya, benang yang diberi warna disisipkan membentuk motif warna. Setelah itu, kain hasil tenunan dipres dengan mesin agar halus dan ikatan tenunannya kuat. Selanjutnya disulam dengan sistim cucuk dengan menggunakan benang emas dan perak. Penyulaman merupakan proses terakhir pembuatan Kain Tapis

Pembuatan Kain Tapis di rumah produksi Kain Tapis

E. Jenis-jenis Kain Tapis

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa seiring perkembangan zaman Kain Tapis telah mengalami perkembangan yang diakibatkan pertemuan dengan kebudayaan lain dan meningkatnya kreativitas dan inovasi para pengrajin, maka Kain Tapis memiliki banyak ragam, baik jika dilihat pada aspek daerah asal Kain Tapis maupun pemakainya

1. Kain Tapis menurut daerah asalnya, di antaranya adalah:

Tapis Lampung dari Pesisir, di antaranya:  Tapis Inuh, Tapis Cucuk Andak, Tapis Semaka, Tapis Kuning, Tapis Cukkil, dan Tapis Jinggu.

Tapis Lampung dari Pubian Telu Suku, di antaranya: Tapis Jung Sarat, Tapis Balak, Tapis Laut Linau, Tapis Raja Medal, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Cucuk Handak, Tapis Tuho, Tapis Sasap, Tapis Lawok Silung, dan Tapis Lawok Handak.

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan, di antaranya: Tapis Jung Sarat, Tapis Balak, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Halom/Gabo, Tapis Kaca, Tapis Kuning, Tapis Lawok Halom, Tapis Tuha, Tapis Raja Medal, dan Tapis Lawok Silung.

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak, di antaranya: Tapis Dewosano, Tapis Limar Sekebar, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Bintang Perak, Tapis Limar Tunggal, Tapis Sasab, Tapis Kilap Turki, Tapis Jung Sarat, Tapis Kaco Mato, Tapis Kibang, Tapis Cukkil, dan Tapis Cucuk Sutero.

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego, di antaranya: Tapis Rajo Tunggal, Tapis Lawet Andak, Tapis Lawet Silung, Tapis Lawet Linau, Tapis Jung Sarat, Tapis Raja Medal, Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung, Tapis Cucuk Andak, Tapis Balak, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Cucuk Semako, Tapis Tuho, Tapis Cucuk Agheng, Tapis Gajah Mekhem, Tapis Sasap, Tapis Kuning, Tapis Kaco, Tapis Serdadu Baris.

Page 8: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

2. Kain Tapis menurut pemakainya, di antaranya adalah:

Tapis Jung Sarat. Tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Selain itu, kain ini juga dapat dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, upacara pengantin, dan muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Kain tapis jung sarat

Tapis Raja Tunggal. Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat dan pengambilan gelar, baik gelar pangeran maupun sultan. Khusus untuk daerah Abung Lampung Utara, Tapis jenis ini dipakai oleh para gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal. Tapis ini biasanya dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat, seperti upacara mengawinkan anak dan pengambilan gelar pangeran. Khusus untuk daerah Abung Lampung Utara, Tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak. Kain jenis ini biasanya dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sultan, dan oleh dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sultan.

Tapis Balak. Biasanya dipakai oleh adik perempuan dan menantu perempuan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar atau upacara mengawinkan anak. Tapis ini juga dapat dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Page 9: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Gambar tapis balak

Tapis Silung. Tapis jenis ini biasanya dipakai oleh kelompok para perempuan tua yang masih kerabat dekat dalam upacara adat, seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau. Tapis ini biasanya dipakai oleh: a) kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh ketika menghadiri upacara adat, b) para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran, dan c) gadis penari (muli cangget).

Tapis Pucuk Rebung. Tapis ini biasanya dipakai oleh para ibu/para isteri ketika menghadiri upacara adat. Di daerah Menggala, Tapis ini disebut juga Tapis Balak, yang dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Cucuk Andak. Dipakai oleh para isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sultan dalam menghadiri upacara perkawinan atau pengambilan gelar adat. Di daerah Lampung Utara, Tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat, dan di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin dalam upacara adat perkawinan.

Tapis Limar Sekebar dan Tapis Cucuk Pinggir. Kedua jenis Tapis ini biasanya digunakan oleh para isteri dalam menghadiri pesta adat, dan para gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.

Tapis Tuho (Tapis Tua). Tapis ini biasanya dipakai oleh: a) seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sultan, b) orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sultan, dan c) isteri sultan yang menghadiri upacara pengambilan gelar kerabat dekatnya.

Page 10: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Tapis Tuho dipakai oleh kalangan berstatus sosial tinggi

Tapis Agheng/Areng. Dipakai oleh para isteri yang suaminya telah mendapatkan gelar sultan pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar. Tapis ini juga biasanya dipakai oleh pengantin untuk pakaian sehari-hari.

Tapis Inuh. Kain Tapis ini biasanya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Inuh Warna hitam (kiri), dan Tapis Inuh warna coklat (kanan)

Tapis Dewosano. Di daerah Menggala dan Kota Bumi, Kain Tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat.

Tapis Kaca. Dipakai oleh para wanita ketika menghadiri upacara adat atau mengiring pengantin. Di daerah Pardasuka Lampung Selatan, Tapis ini juga dipakai oleh laki-laki ketika menghadiri upacara adat.

Page 11: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Kain tapis kaca

Tapis Bintang dan Bintang Perak. Dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil. Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Nilai-nilai

Kain Tapis merupakan salah satu bentuk pencapaian peradaban Lampung. Di dalam kain ini, tersimpan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Lampung. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai sakral, stratifikasi sosial, sejarah, pemahaman terhadap alam, kreativitas, inklusivitas, dan nilai ekonomis.

Pertama, nilai sakral. Kain Tapis biasanya dipakai dalam setiap upacara adat dan keagamaan, dan merupakan perangkat adat yang serupa pusaka keluarga. Kain ini bagi masyarakat Lampung merupakan simbol kesucian. Kain ini diyakini dapat melindungi pemakainya dari segala macam kotoran luar. Sebagai simbol kesucian, maka proses pembuatan Kain Tapis dilakukan secara cermat dan melalui tahapan-tahapan yang cukup rumit.  Nilai-nilai sakral ini juga dapat dilihat pada bentuk motifnya yang mengandung makna-makna simbolis-filosofis, seperti motif pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia, dan adanya aturan-aturan kapan dan pada acara apa kain ini digunakan.

Kedua, stratifikasi sosial. Kain ini juga berfungsi sebagai penanda status sosial seseorang. Artinya, dengan melihat Kain Tapis yang digunakan, maka kita akan mengetahui status sosial orang tersebut. Misalnya dalam upacara pengambilan gelar adat ada orang yang menggunakaan Tapis Tuho, maka orang tersebut dipastikan mempunyai status sosial yang tinggi. Menurut aturan adat, yang berhak menggunakan Tapis Tuho adalah isteri dari orang yang sedang mengambil gelar sultan, orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sultan, dan atau istri sultan yang menghadiri upacara pengambilan gelar kerabat dekatnya.

Ketiga, nilai sejarah dan pemahaman terhadap alam. Dengan melihat motif Kain Tapis, maka kita akan mengetahui sejarah perkembangan masyarakat Lampung, dan sekaligus mengetahui kondisi alam di mana masyarakat Lampung hidup. Alam bagi para pengrajin Tapis merupakan sumber inspirasi bagi penciptaan motif-motif. Misalnya penggunaan beragam jenis transportasi laut telah memberi ide penggunaan motif hias berupa aneka macam bentuk kapal. Dengan melihat motif-motif kapal tersebut, maka kita akan mengetahui bahwa sejak zaman dahulu masyarakat Lampung telah mengenal beragam bentuk dan konstruksi kapal.

Keempat, nilai kreativitas dan inklusivitas. Ragam hias dan motif pada Kain Tapis merupakan bukti dari kreativitas masyarakat Lampung. Mereka menghayati alam dan ”melukiskannya” dalam kain. Selain itu, Kain Tapis juga merupakan manifestasi dari akulturasi antara antara unsur-unsur hias kebudayaan tempatan (lama) dengan unsur-unsur hias kebudayaan lain (baru). Terjadinya akulturasi ini merupakan sifat kebudayaan Lampung yang inklusif. Para pendahulu orang Lampung mengajarkan kepada kita agar tidak merubah khazanah kebudayaan sendiri dan merubahnya dengan kebudayaan orang lain, tetapi menjadikan kebudayaan lain sebagai sumber inspirasi untuk memperkaya kebudayaan sendiri. 

Kelima, nilai ekonomi. Dalam paradigma ekonomi kreatif, maka kreativitas mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang nampaknya mulai disadari oleh masyarakat

Page 12: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Lampung. Dengan kreativitas dan inovasi, misalnya menciptakan Kain Tapis yang sesuai kebutuhan pasar, maka Kain Tapis dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat Lampung. Sebagai sumber ekonomi, maka Kain Tapis tidak hanya memberikan kebanggaan secara budaya (imateriil) kepada masyarakat, tetapi juga yang bersifat ekonomi (materiil). Namun pengembangan nilai ekonomis Kain Tapis harus dilakukan secara hati-hati dan cermat agar Kain Tapis tidak tercerabut dari akar lokalitasnya.  

PenutupKain Tapis merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup di

tengah-tengah pergaulan orang-orang Lampung. Ia merupakan pengejawantahan dari kepercayaan masyarakat Lampung terhadap yang sakral, menjadi media membangun struktur sosial, menjadi simbol sifat inklusif masyarakat Lampung, dan dalam paradigma ekonomi kreatif sebagai sumber ekonomi. Karena begitu pentingnya keberadaan Kain Tapis bagi masyarakat Lampung, maka sudah selayaknya para pemangku kebijakan melakukan persekutuan untuk melestarikan dan mengembangkan Kain Tapis.

Untuk melestarikan Kain Tapis, ada tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu mematenkan hak cipta Kain Tapis, mensosialisasikan nilai-nilai yang dikandung Kain Tapis, dan mengeksplorasi nilai ekonomis yang terkandung dalam Kain Tapis. Eksplorasi terhadap nilai ekonomis Kain Tapis harus dilakukan secara hati-hati, yaitu tidak semata-mata berorientasi pada harga jual Kain Tapis sehingga hanya mementingkan keindahan motifnya, tetapi juga harus tetap berpedoman pada nilai-nilai simbolis-filosofis yang dikandung Kain Tapis. Hanya dengan cara ini, Kain Tapis akan menjadi warisan budaya yang membanggakan secara kultural dan menyejahterakan secara finansial.

Motif dan ragam hias Kain Tapis mengandung makna simbolis-filosofis

Page 13: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).

Oleh : 1.Atika suci

2.Desi arnita

3.Ike duniar

4.Putri aprilia

5.Rara pegiya

SMA N 3 OKU

TAHUN AJARAN 2013 -2014

Page 14: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).
Page 15: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).
Page 16: paprilia885.files.wordpress.com  · Web viewTerupong/teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan). Amben (alat penahan punggung penenun).