amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk...
Transcript of amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk...
A. Tes dan Pengukuran
Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling
berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur,
pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan
penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif
berdasarkan hasil pengukuran.
Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah
mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan
sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian
tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan
pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus
dimiliki oleh guru.
Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada
peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang
memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.
B. Jenis-Jenis Tes
Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari
uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif
terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan
berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.
1. Tes uraian
Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.
Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai
dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa
dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah:
a. dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif
tingkat tinggi;
b. dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
c. dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni
berfikir logis, analitis, dan sistematis;
d. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem
solving);
e. adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga
tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung
melihat proses berfikir siswa.
Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini
antara lain adalah:
a. sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat
menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes
objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah
pertanyaan;
b. sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja
bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya
juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;
c. tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi
kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
a. Jenis-jenis tes uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay)
dan uraian terbatas (berstruktur). Dalam uraian bebas jawaban siswa
tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini
disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat
karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan
apabila bertujuan untuk:
1) mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya
beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.
3) mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu
persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa
bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif
karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam
bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau
ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: ruang
lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-
indikatornya.
Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih
terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian
juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih
mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa
lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian
bebas.
Di samping kedua bentuk uraian di atas adal pula bentuk tes
uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang
sebagai bentuk antara soal-soal objektif dengan soal-soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun
bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur
berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian
subsoal.
b. Menyusun soal bentuk uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai
sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal
berikut.
1) Dari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas
abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep,
analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan
kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan
yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa
dalam abilitas tersebut.
Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan
materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan
kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang esensial
sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial
adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar
untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila
konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan
mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep
tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai
dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang
sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan
bentuk uraian terbatas atau yang berstruktur.
2) Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga muda
diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaa.
Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.
3) Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap
materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda
sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif
daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia
untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu
banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal
hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal
yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar. Tingkat
kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang
diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan
pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis.
Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta.
4) Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan
jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan
pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab
benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang
memadai.
2. Tes Objektif
a. Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki
jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan
jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat:
1) Menyusun soalnya relatif mudah
2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara
menebak
3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4) Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:
1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun
tidak selama bentuk uraian
3) Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa
membingungkan pemeriksa
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya
berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan
pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan
yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai
untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan
prinsip.
Kebaikan bentuk soal benar-salah:
1) Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat
2) Soal dapat disusun dengan mudah
Kelemahan bentuk soal benar-salah:
1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal
adalah 50%
2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali
3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua
kemungkinan (benar dan salah)
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan
yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu
kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-
soal yang harus dicari jawabannya.
Kebaikan bentuk soal menjodohkan:
1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan
3) Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau
subpokok bahasan yang lebih luas
Kelemahan bentuk soal menjodohkan:
1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan
hafalan
2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang
mengukur hal-hal yang berhubungan
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya,
bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
- Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan
ditanyakan
- Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
- Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat
- Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci
jawaban
Kebaikan bentuk soal pilihan ganda:
1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan
2) Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat
dengan menggunakan kunci jawaban
3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah
sehingga penilainnya bersifat objekif
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:
1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup
besar
2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
C. Pengembangan Tes
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Konsep merupakan aspek
abstrak dari realitas, digunakan untuk menyebutkan sifat-sifat yang mungkin
dimiliki oleh suatu benda, orang, atau peristiwa. Pada tingkatan yang lebih
kompleks, misalnya setelah melalui proses penurunan (inferensi), sebuah
konsep selanjutnya disebut sebagai konstruk (variabel teoritis). Sedangkan
untuk dapat mengukur beragamnya nilai sebuah konstruk, dibutuhkan suatu
indikator (variabel). Konstruk berhubungan dengan sikap, minat, intelegensi,
kepemimpinan, agresivitas.
Sebuah teori menyatukan beberapa pernyataan terhadap konstruk-
konstruk yang saling memiliki hubungan kausalitas.
Dalam permodelan teori dikenal beberapa konstruk:
- Konstruk Eksogen, yaitu konstruk yang tidak memiliki penyebab atau
penyebabnya berasal dari luar teori. Variabel yang digunakan untuk
mengukur disebut sebagai variabel independen.
- Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang memiliki penyebab. Variabel
pengukurnya disebut variabel dependen.
- Konstruk interven, yaitu konstruk yang menyebabkan hubungan
persebaban tidak langsung antara dua konstruk lain.
Dua konstruk dapat menyebabkan satu sama lain di dalam sebuah proses
yang disebut persebaban resiprokal (resiprocal causation).
Konstruk memiliki validitas. Validitas konstruk adalah validitas yang
berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian
suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk
(penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding
dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk
validasi isi dan validasi kriteria.
Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas
konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu:
1) Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas
2) Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian
harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda
pada situasi tertentu
3) Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.
Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi
domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Level pembelajaran
di atas akan sangat tergantung pada pencapaian level di bawahnya.
Level pembelajaran domain kognitif:
1. Knowledge yaitu mengingat sesuatu
2. Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu
3. Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit
4. Analysis yaitu memecah sesuatu menjadi material pembentuknya
5. Synthesis yaitu menyusun bagian-bagian menjadi satu
6. Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu
Kategori utama domain afektif:
1. Receiving phenomena yaitu kewaspadaan, mau mendengar
2. Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar
3. Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku
4. Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas
5. Characterization yaitu memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku
Kategori utama domain psikomotor:
1. Perception yaitu mampu melakukan pergerakan
2. Set yaitu kesiapan bertindak
3. Guided response yaitu melakukan imitasi, trial & error
4. Mechanism yaitu menjadi kebiasaan
5. Complex overt response yaitu pola pergerakan kompleks
6. Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan
7. Origination yaitu menciptakan pergerakan baru
Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif
maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik
tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti
misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban
singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk
mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang
hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi
pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.
Spesifikasi Item
Suatu spesifikasi tes biasanya meliputi hal-hal berikut.
1. Identifikasi tujuan ukur
2. Pembatasan cakupan isi (content) test
3. Penentuan tingkat kompetensi yang akan diungkap
4. Penentuan tipe item yang akan digunakan
5. Penentuan banyaknya item
6. Tabel spesifikasi
Spesifikasi test tidak saja akan sangat membantu penyusunan test sebagai
suatu pedoman atau petunjuk, akan tetapi juga merupakan informasi bagi
siswa mengenai apa yang akan dihadapi oleh meraka di dalam ujian dan
bagaimana mereka dapat mempersiapkan diri sebagi-baiknya. Hal ini akan
lebih memberi arti bagi suatu test sebagai motivator dalam belajar (Ebel,
1979).
1. Identifikasi tujuan ukur
Tujuan pengukuran harus diketahui dengan jelas lebih dahulu oleh
seorang penyusun test. Tujuan pengajaran dapat dilihat dari fungsi
evaluasi yang dilakukan oleh suatu test, yaitu penempatan, formatif,
diagnostik, dan sumatif. Masing-masing tujuan fungsi ini menghendaki
adanya penyesuaian dalam desain test yang direncanakan. Penyesuaian
ini meliputi pertimbangan-pertimbangan pengambil sampel item dari
masing kawasan pengetahuan yang akan diukur dan pertimbangan-
pertimbangan mengenai tingkat serta penyebaran kesukaran item.
2. Membatasi cakupan isi test
Bagi suatu pelajaran atau kawasan pengetahuan yang diajarkan
seringkali meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan
mengenai relevansi ataupun pentingnya bagian pelajaran tersebut bagian
suatu program keseluruhan. Pertimbangan ini menyebabkan perbedaan
pula dalam luas serta dalamnya pembahasan yang diperlukan di dalam
kelas. Makin penting suatu unit atau bagian pelajaran maka akan semakin
banyak waktu yang diperlukan guna membicarakannya secara lebih
mendalam dan meluas.
Suatu cara yang dapat ditempuh dalam usaha menyusun test yang
berisi item yang komprehansif dan relevan ini adalah dengan melakukan
pembagian bahan ujian sesuia dengan rencana pembelajaran atau tujuan
instruksional yang telah digariskan. Pembagian ini dapat didasarkan pada
bab-bab dalam buku yang dijadikan pegangan selama program pelajaran.
3. Menentukan tingkat kompetensi yang diungkap
Tingkat kompetensi merupakan operasionalisasi tujuan instruksional
dalam suatu program. Suatu tujuan instruksional yang masih berupa
konsep umum harus dinyatakan dalam bentuk perilaku khusus agar dapat
diukur tercapai tidaknya dalam sutau program. Dalam hal ini perilaku
subjek menunjuk pada apa yang dapat dilakukan atau diperlihatkan oleh
subjek sebagai suatu indikasi bahwa ia telah mencapai hasil belajar pada
taraf tertentu. Pencapaian hasil belajar inilah yang dimaksud denngan
kompetensi yang akan diungkap oleh item-item test.
Keseluruhan item dalam test yang direncanakan biasanya dibagi atas
beberapa taraf kompetensi yang berbeda. Menetapkan taraf kompetensi
yang akan diungkap ini niasanya tidak mudah dikarenakan tingkat
kompetensi test tergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang
bersifat khusus sesuai dengan maksud test. Kecuali bila sejak awal
program instruksional tingkat kompetensi yang akan dicapai itu telah
dirumuskan dengan tegas dan manjadi bagian dari tujun instruksional
secara jelas pula.
4. Menentukan tipe item yang akan digunakan
Dalam penyusunan test prestasi, masalah menentukan format dan
tipe item yang akan digunakan adalah sangat penting dan biasanya
mencakup pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut
pertama adalah yang menyangkut hakikat hasil belajar. Suatu item
haruslah mengukur hasil belajar secara langsung, dan hal ini seringkali
menyebabkan penulis item harus memilih tipe item tertentu. Kedua
adalah kualitas item yang mungkin dibuat. Dalam hal ini, item tipe
pilihan ganda memiliki kualitas terbaik dalam arti yang akan mempunyai
fungsi pengukuran yang lebih efektif daripada item tipe lainnya.
Menurut prosedur skoring (pemberian angka), maka item dalam test
prestasi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a) Item tipe objektif. Ciri utamanya adalah adanya satu jawaban yang
dianggap benar atau dianggap terbaik
b) Item tipe karangan (essay). Beberapa ahli menggunakan istilah item
tipe subjekif untuk menunjukkan bahwa dalam skoringnya unsur
subjektivitas pemberi skor tidak dapat dihindari.
5. Menentukan banyaknya item
Batasan jumlah item dalam suatu test tidak dapat ditentukan secara
umum. Menentukan banyaknya item menyangkut beberapa
pertimbangan, baik pertimbangan teoritis maupun pertimbangan praktis.
Secara teoritis, suatu test haruslah berisi sebanyak-banyaknya item yang
independen (tidak terikat) satu sama lain. Independen maksudnya adalah
bahwa masing-masing item mengungkap bagian terkecil bahan test yang
berbeda satu sama lain menurut tingkat kompetensi tertentu. Apabila
penulis item mampu menulis item yang independent seperti yang
dimaksudkan, maka ada dua alasan untuk memasukkan sebanyak-
banyaknya item dalam suatu test. Alasan pertama adalah dasar fikiran
bahwa suatu test yang komprehensif cakupannya daripada test yang
hanya berisi sedikit item, jadi isi test itu akan lebih mewakili keseluruhan
bahan test. Alasan kedua adalah mengenai konsistensi hasil pengukuran
test tersebut yang berkaitan dengan jumlah item. Konsistensi ini
dinyatakan sebagai reliabilitas test yang secara teoritis dapat ditunjukkan
bahwa suatu test yang berisi item yang lebih banyak akan mempunyai
reliabilitas yang lebih tinggi daripada test yang berisi sedikit item.
Dengan demikian, sebenarnya suatu test haruslah terdiri dari
sebanyak mungkin item. Akan tetapi kemudian terdapat alasan-alasan
praktis yang juga tidak dapat lepas dari pertimbangan para penulis item.
Alasan tersebut antara lain menyangkut masalah tujuan diadakannya test,
waktu yang tersedia bagi penulisan item dan pemeriksaan jawaban siswa,
jumlah siswa yang akan dikenai test, waktu yang tersedia bagi siswa
untuk menjawab test, kondisi atau keadaan siswa yang dikenai test, dan
sebagainya.
Tipe item yang digunakan juga ikut menentukan jumlah item. Suatu
test yang berisi item tipe karangan tentu tidak dapat berisi banyak item
karena setiap item yang ada akan meminta waktu lebih banyak dari siswa
untuk membaca, memahami, dan menjawab soalnya. Test yang berisi
item tipe benar-salah tentu dapat terdiri dari item dalam jumlah besar.
6. Tabel spesifikasi
Tabel spesifikasi test merupakan tabel yang memuat sekaligus
cakupan isi test dan tingkat kompetesi yang akan diungkap. Tabel
semacam ini berupa tabel dua sisi yang seringkali disebut sebagai blue-
print test. Blue-print akan menjadi pegangan yang sangat membantu
sewaktu penulisan item berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan
tetap mengarahkan penuis item pada tujuan pengukuran test dan
menjaganya agar tidak keluar dari batasan isi test.
Tabel spesifikasi yang baik, di samping akan meningkatkan kualtas
item, juga sangat berguna apabila dikehendaki menyusun lebih dari satu
buah test yang paralel. Beberapa buah test yang ditulis oleh beberapa
penulis item berdasarkan spesifikasi test yang sama, akan menghasilkan
beberapa test yang paralel atau yang setara. Perbedaan yang tampak
hanyalah pada rumusan kata-kata yang digunakan dalam item-itemnya
saja.
Bentuk umum suatu tabel spesifikasi.
Komponen perilaku
A B C D Total %
Komponen isi
I
II
III
IV
Total % 100 %