amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk...

24
A. Tes dan Pengukuran Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru. Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk

Transcript of amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk...

Page 1: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

A. Tes dan Pengukuran

Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling

berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur,

pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan

penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif

berdasarkan hasil pengukuran.

Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh

deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah

mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan

sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian

tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan

pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus

dimiliki oleh guru.

Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada

peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang

memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban

dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),

atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar

kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan dan pengajaran.

B. Jenis-Jenis Tes

Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari

uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif

terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan

berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

1. Tes uraian

Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.

Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa

Page 2: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,

membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai

dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa

sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa

dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.

Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah:

a. dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif

tingkat tinggi;

b. dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun

tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;

c. dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni

berfikir logis, analitis, dan sistematis;

d. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem

solving);

e. adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga

tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung

melihat proses berfikir siswa.

Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini

antara lain adalah:

a. sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat

menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes

objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah

pertanyaan;

b. sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta

pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja

bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya

juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;

c. tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas,

pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi

kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

Page 3: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

a. Jenis-jenis tes uraian

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay)

dan uraian terbatas (berstruktur). Dalam uraian bebas jawaban siswa

tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini

disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat

karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan

apabila bertujuan untuk:

1) mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah

sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.

2) mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya

beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.

3) mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu

persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.

Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa

bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif

karena bergantung pada guru sebagai penilainya.

Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam

bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau

ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: ruang

lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-

indikatornya.

Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih

terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian

juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih

mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa

lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian

bebas.

Di samping kedua bentuk uraian di atas adal pula bentuk tes

uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang

sebagai bentuk antara soal-soal objektif dengan soal-soal esai. Soal

berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun

Page 4: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur

berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian

subsoal.

b. Menyusun soal bentuk uraian

Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai

sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal

berikut.

1) Dari segi isi yang diukur

Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas

abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep,

analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan

kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan

yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa

dalam abilitas tersebut.

Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan

materi yang ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan

kurikulumnya atau silabusnya, pilih materi yang esensial

sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan. Materi esensial

adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar

untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila

konsep esensial dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan

mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep

tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan mulai

dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang

sederhana menuju kepada yang lebih kompleks. Gunakan

bentuk uraian terbatas atau yang berstruktur.

2) Dari segi bahasa

Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga muda

diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaa.

Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.

Page 5: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

3) Dari segi teknis penyajian soal

Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap

materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda

sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif

daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia

untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu

banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal

hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal

yang tergolong sulit diberi bobot yang lebih besar. Tingkat

kesulitan soal dilihat dari sifat materinya dan abilitas yang

diukurnya. Abilitas analisis lebih sulit daripada aplikasi dan

pemahaman demikian juga sintesis lebih sulit daripada analisis.

Sedangkan dari aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta.

4) Dari segi jawaban

Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan

jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan

pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab

benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang

memadai.

2. Tes Objektif

a. Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki

jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan

jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.

Kebaikan bentuk soal jawaban singkat:

1) Menyusun soalnya relatif mudah

2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara

menebak

3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

4) Hasil penilaiannya cukup objektif

Page 6: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:

1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

2) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun

tidak selama bentuk uraian

3) Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa

membingungkan pemeriksa

b. Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya

berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan

pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan

yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai

untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan

prinsip.

Kebaikan bentuk soal benar-salah:

1) Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat

2) Soal dapat disusun dengan mudah

Kelemahan bentuk soal benar-salah:

1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal

adalah 50%

2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali

3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua

kemungkinan (benar dan salah)

c. Bentuk soal menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan

yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu

kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-

soal yang harus dicari jawabannya.

Kebaikan bentuk soal menjodohkan:

Page 7: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

1) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif

2) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana

mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan

3) Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau

subpokok bahasan yang lebih luas

Kelemahan bentuk soal menjodohkan:

1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan

hafalan

2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang

mengukur hal-hal yang berhubungan

d. Bentuk soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu

jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya,

bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

- Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan

ditanyakan

- Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban

- Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat

- Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci

jawaban

Kebaikan bentuk soal pilihan ganda:

1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan

pengajaran yang telah diberikan

2) Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat

dengan menggunakan kunci jawaban

3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah

sehingga penilainnya bersifat objekif

Page 8: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:

1) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup

besar

2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

C. Pengembangan Tes

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Konsep merupakan aspek

abstrak dari realitas, digunakan untuk menyebutkan sifat-sifat yang mungkin

dimiliki oleh suatu benda, orang, atau peristiwa. Pada tingkatan yang lebih

kompleks, misalnya setelah melalui proses penurunan (inferensi), sebuah

konsep selanjutnya disebut sebagai konstruk (variabel teoritis). Sedangkan

untuk dapat mengukur beragamnya nilai sebuah konstruk, dibutuhkan suatu

indikator (variabel). Konstruk berhubungan dengan sikap, minat, intelegensi,

kepemimpinan, agresivitas.

Sebuah teori menyatukan beberapa pernyataan terhadap konstruk-

konstruk yang saling memiliki hubungan kausalitas.

Dalam permodelan teori dikenal beberapa konstruk:

- Konstruk Eksogen, yaitu konstruk yang tidak memiliki penyebab atau

penyebabnya berasal dari luar teori. Variabel yang digunakan untuk

mengukur disebut sebagai variabel independen.

- Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang memiliki penyebab. Variabel

pengukurnya disebut variabel dependen.

- Konstruk interven, yaitu konstruk yang menyebabkan hubungan

persebaban tidak langsung antara dua konstruk lain.

Dua konstruk dapat menyebabkan satu sama lain di dalam sebuah proses

yang disebut persebaban resiprokal (resiprocal causation).

Konstruk memiliki validitas. Validitas konstruk adalah validitas yang

berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian

suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk

(penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding

Page 9: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk

validasi isi dan validasi kriteria.

Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas

konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu:

1) Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas

2) Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian

harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda

pada situasi tertentu

3) Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.

Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi

domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Level pembelajaran

di atas akan sangat tergantung pada pencapaian level di bawahnya.

Level pembelajaran domain kognitif:

1. Knowledge yaitu mengingat sesuatu

2. Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu

3. Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit

4. Analysis yaitu memecah sesuatu menjadi material pembentuknya

5. Synthesis yaitu menyusun bagian-bagian menjadi satu

6. Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu

Kategori utama domain afektif:

1. Receiving phenomena yaitu kewaspadaan, mau mendengar

2. Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar

3. Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku

4. Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas

5. Characterization yaitu memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku

Kategori utama domain psikomotor:

1. Perception yaitu mampu melakukan pergerakan

2. Set yaitu kesiapan bertindak

3. Guided response yaitu melakukan imitasi, trial & error

4. Mechanism yaitu menjadi kebiasaan

Page 10: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

5. Complex overt response yaitu pola pergerakan kompleks

6. Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan

7. Origination yaitu menciptakan pergerakan baru

Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif

maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik

tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti

misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban

singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk

mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung,

dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang

hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi

pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.

Spesifikasi Item

Suatu spesifikasi tes biasanya meliputi hal-hal berikut.

1. Identifikasi tujuan ukur

2. Pembatasan cakupan isi (content) test

3. Penentuan tingkat kompetensi yang akan diungkap

4. Penentuan tipe item yang akan digunakan

5. Penentuan banyaknya item

6. Tabel spesifikasi

Spesifikasi test tidak saja akan sangat membantu penyusunan test sebagai

suatu pedoman atau petunjuk, akan tetapi juga merupakan informasi bagi

siswa mengenai apa yang akan dihadapi oleh meraka di dalam ujian dan

bagaimana mereka dapat mempersiapkan diri sebagi-baiknya. Hal ini akan

lebih memberi arti bagi suatu test sebagai motivator dalam belajar (Ebel,

1979).

Page 11: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

1. Identifikasi tujuan ukur

Tujuan pengukuran harus diketahui dengan jelas lebih dahulu oleh

seorang penyusun test. Tujuan pengajaran dapat dilihat dari fungsi

evaluasi yang dilakukan oleh suatu test, yaitu penempatan, formatif,

diagnostik, dan sumatif. Masing-masing tujuan fungsi ini menghendaki

adanya penyesuaian dalam desain test yang direncanakan. Penyesuaian

ini meliputi pertimbangan-pertimbangan pengambil sampel item dari

masing kawasan pengetahuan yang akan diukur dan pertimbangan-

pertimbangan mengenai tingkat serta penyebaran kesukaran item.

2. Membatasi cakupan isi test

Bagi suatu pelajaran atau kawasan pengetahuan yang diajarkan

seringkali meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan

mengenai relevansi ataupun pentingnya bagian pelajaran tersebut bagian

suatu program keseluruhan. Pertimbangan ini menyebabkan perbedaan

pula dalam luas serta dalamnya pembahasan yang diperlukan di dalam

kelas. Makin penting suatu unit atau bagian pelajaran maka akan semakin

banyak waktu yang diperlukan guna membicarakannya secara lebih

mendalam dan meluas.

Suatu cara yang dapat ditempuh dalam usaha menyusun test yang

berisi item yang komprehansif dan relevan ini adalah dengan melakukan

pembagian bahan ujian sesuia dengan rencana pembelajaran atau tujuan

instruksional yang telah digariskan. Pembagian ini dapat didasarkan pada

bab-bab dalam buku yang dijadikan pegangan selama program pelajaran.

3. Menentukan tingkat kompetensi yang diungkap

Tingkat kompetensi merupakan operasionalisasi tujuan instruksional

dalam suatu program. Suatu tujuan instruksional yang masih berupa

konsep umum harus dinyatakan dalam bentuk perilaku khusus agar dapat

diukur tercapai tidaknya dalam sutau program. Dalam hal ini perilaku

subjek menunjuk pada apa yang dapat dilakukan atau diperlihatkan oleh

subjek sebagai suatu indikasi bahwa ia telah mencapai hasil belajar pada

Page 12: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

taraf tertentu. Pencapaian hasil belajar inilah yang dimaksud denngan

kompetensi yang akan diungkap oleh item-item test.

Keseluruhan item dalam test yang direncanakan biasanya dibagi atas

beberapa taraf kompetensi yang berbeda. Menetapkan taraf kompetensi

yang akan diungkap ini niasanya tidak mudah dikarenakan tingkat

kompetensi test tergantung pada pertimbangan-pertimbangan yang

bersifat khusus sesuai dengan maksud test. Kecuali bila sejak awal

program instruksional tingkat kompetensi yang akan dicapai itu telah

dirumuskan dengan tegas dan manjadi bagian dari tujun instruksional

secara jelas pula.

4. Menentukan tipe item yang akan digunakan

Dalam penyusunan test prestasi, masalah menentukan format dan

tipe item yang akan digunakan adalah sangat penting dan biasanya

mencakup pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut

pertama adalah yang menyangkut hakikat hasil belajar. Suatu item

haruslah mengukur hasil belajar secara langsung, dan hal ini seringkali

menyebabkan penulis item harus memilih tipe item tertentu. Kedua

adalah kualitas item yang mungkin dibuat. Dalam hal ini, item tipe

pilihan ganda memiliki kualitas terbaik dalam arti yang akan mempunyai

fungsi pengukuran yang lebih efektif daripada item tipe lainnya.

Menurut prosedur skoring (pemberian angka), maka item dalam test

prestasi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:

a) Item tipe objektif. Ciri utamanya adalah adanya satu jawaban yang

dianggap benar atau dianggap terbaik

b) Item tipe karangan (essay). Beberapa ahli menggunakan istilah item

tipe subjekif untuk menunjukkan bahwa dalam skoringnya unsur

subjektivitas pemberi skor tidak dapat dihindari.

5. Menentukan banyaknya item

Batasan jumlah item dalam suatu test tidak dapat ditentukan secara

umum. Menentukan banyaknya item menyangkut beberapa

pertimbangan, baik pertimbangan teoritis maupun pertimbangan praktis.

Page 13: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

Secara teoritis, suatu test haruslah berisi sebanyak-banyaknya item yang

independen (tidak terikat) satu sama lain. Independen maksudnya adalah

bahwa masing-masing item mengungkap bagian terkecil bahan test yang

berbeda satu sama lain menurut tingkat kompetensi tertentu. Apabila

penulis item mampu menulis item yang independent seperti yang

dimaksudkan, maka ada dua alasan untuk memasukkan sebanyak-

banyaknya item dalam suatu test. Alasan pertama adalah dasar fikiran

bahwa suatu test yang komprehensif cakupannya daripada test yang

hanya berisi sedikit item, jadi isi test itu akan lebih mewakili keseluruhan

bahan test. Alasan kedua adalah mengenai konsistensi hasil pengukuran

test tersebut yang berkaitan dengan jumlah item. Konsistensi ini

dinyatakan sebagai reliabilitas test yang secara teoritis dapat ditunjukkan

bahwa suatu test yang berisi item yang lebih banyak akan mempunyai

reliabilitas yang lebih tinggi daripada test yang berisi sedikit item.

Dengan demikian, sebenarnya suatu test haruslah terdiri dari

sebanyak mungkin item. Akan tetapi kemudian terdapat alasan-alasan

praktis yang juga tidak dapat lepas dari pertimbangan para penulis item.

Alasan tersebut antara lain menyangkut masalah tujuan diadakannya test,

waktu yang tersedia bagi penulisan item dan pemeriksaan jawaban siswa,

jumlah siswa yang akan dikenai test, waktu yang tersedia bagi siswa

untuk menjawab test, kondisi atau keadaan siswa yang dikenai test, dan

sebagainya.

Tipe item yang digunakan juga ikut menentukan jumlah item. Suatu

test yang berisi item tipe karangan tentu tidak dapat berisi banyak item

karena setiap item yang ada akan meminta waktu lebih banyak dari siswa

untuk membaca, memahami, dan menjawab soalnya. Test yang berisi

item tipe benar-salah tentu dapat terdiri dari item dalam jumlah besar.

6. Tabel spesifikasi

Tabel spesifikasi test merupakan tabel yang memuat sekaligus

cakupan isi test dan tingkat kompetesi yang akan diungkap. Tabel

semacam ini berupa tabel dua sisi yang seringkali disebut sebagai blue-

Page 14: amalia07.files.wordpress.com viewSedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

print test. Blue-print akan menjadi pegangan yang sangat membantu

sewaktu penulisan item berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan

tetap mengarahkan penuis item pada tujuan pengukuran test dan

menjaganya agar tidak keluar dari batasan isi test.

Tabel spesifikasi yang baik, di samping akan meningkatkan kualtas

item, juga sangat berguna apabila dikehendaki menyusun lebih dari satu

buah test yang paralel. Beberapa buah test yang ditulis oleh beberapa

penulis item berdasarkan spesifikasi test yang sama, akan menghasilkan

beberapa test yang paralel atau yang setara. Perbedaan yang tampak

hanyalah pada rumusan kata-kata yang digunakan dalam item-itemnya

saja.

Bentuk umum suatu tabel spesifikasi.

Komponen perilaku

A B C D Total %

Komponen isi

I

II

III

IV

Total % 100 %