Varicella

9
VARISELA DEFINISI Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. SINONIM Cacar air, chicken pox. EPIDEMIOLOGI Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit. ETIOLOGI Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini member pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. VZV adalah virus DNA yang tergolong dalam group herpesvirus, subfamily Alphaherpesvirinae. VZV mempunyai DNA sekuens sendiri dan amplop glikoprotein. VZV sulit diisolasikan pada kultur sel dan tumbuh paling baik tetapi

description

kedokteran

Transcript of Varicella

VARISELA

DEFINISI

Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat

gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.

SINONIM

Cacar air, chicken pox.

EPIDEMIOLOGI

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat juga menyerang orang

dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung

dari timbulnya gejala kulit.

ETIOLOGI

Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini member pengertian bahwa infeksi primer virus ini

menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. VZV adalah

virus DNA yang tergolong dalam group herpesvirus, subfamily Alphaherpesvirinae. VZV

mempunyai DNA sekuens sendiri dan amplop glikoprotein. VZV sulit diisolasikan pada kultur

sel dan tumbuh paling baik tetapi lambat pada human diploid fibroblast cells (Mehta, 2006; Fox

& Sande, 2001, CDC, 2005).

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang mendukung terjadinya varisela berat, meliputi (Mehta, 2006):

Neonatus, terutama pada ibu yang seronegatif.

Usia dewasa

Terapi steroid

Keganasan

Kondisi immunocompromised

Kehamilan

PATOGENESIS

Virus varisela zoster (VZV) mukosa saluran nafas atas atau orofaring replikasi

virus kemudian menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama) berkembang

biak di sel retikulo endothelial menyebar melalui pembuluh darah (viremia kedua) timbul

demam dan malaise. Penularan secara airbone droplet. Virus menetap dan laten pada sel saraf

reaktivasi herpes zoster.

GEJALA KLINIS

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 hari sampai 21 hari. Gejala klinis mulai gejala

prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul

timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah

menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan

berubah menjadi pustule dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul

lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf.

Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke

muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lender mata, mulut, dan saluran napas

bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.

Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa,

berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis,

otitis, arteritis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).

Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan

congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat

menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

PENUNJANG DIAGNOSIS

Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan

Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.

Laboratorium 

Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varisela dapat terlihat dari

gejala klinis. Kebanyakan pada anak-anak dengan varisela terjadi leukopeni pada 3 hari pertama,

kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri

sekunder, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri sekunder tidak

terjadi leukositosis.

Pemeriksaan serologi digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan

status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa

yang terekspos dengan varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada

kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan

cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fluorescent Antibody (IFA),

Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), dan

Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama

memberikan imunitas yang pasti pada anak.

Radiologi

Foto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya dilakukan

foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.

DIAGNOSIS BANDING

Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, member gambaran monomorf dan

penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki.

Beberapa penyakit mempunyai ruam yang sama dengan varisela antara lain (William, 2002;

Mehta, 2006):

Small pox/ cacar (ruam terkonsentrasi pada ekstremitas dan muncul pada fase yang sama)

Infeksi coxsackie virus (lebih sedikit ruam dan tidak menyebabkan krusta)

Impetigo (lebih sedikit ruam, tidak ada vesikel klasik, pewarnaan gram positif, respon

terhadap agen antimikroba, lesi perioral atau periferal)

Papular urtikaria (riwayat gigitan serangga, ruam nonvesikuler)

Skabies (tidak ada vesikel yang khas)

Parapsoaris (jarang terjadi pada anak di bawah 10 tahun, kronik atau rekuren, sering

terdapat riwayat varisella sebelumnya)

Ricketsialpox (bekas gigitan kutu, ruam yang lebih kecil, tidak berkrusta)

dermatitis herpetiformis (urtikaria kronis, pigmentasi residual)

Dermatitis kontak

Infeksi enterovirus

Infeksi Herpes Simplex Virus

PENGOBATAN

Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesic

Untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa.

Lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora) untuk

mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.

Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan oral.

Dapat pula diberikan obat-obat antivirus.

Varicella virus immunoglobulin dapat mencegah atau meringankan varisela, diberikan

intramuskuler dalam 4 hari setelah terpajan.

KOMPLIKASI

Infeksi bacterial sekunder. Varisela menyebabkan pasien lebih mudah menderita infeksi

bakteri sekunder.

Trombositopenia

Pneumonia. Pneumonia biasa terjadi pada penderita yang imunocompremised, wanita hamil,

atau dewasa dan sering menjadi fatal. Batuk, dyspnea, tacyphnea, rales, dan sianosis muncul

3-4 hari setelah onset dari ruam.

Purpura fulminans

Glomerulo Nefritis Akut (GNA). Haemorrhagic varicella

Ensefalitis pasca infeksi. Komplikasi pada CNS (sistem saraf pusat)

Herpes zoster. Merupakan komplikasi yang lambat terjadi pada varisela, yaitu beberapa

bulan sampai tahun setelah infeksi primer. Terjadi pada 15% pasien varisela. Disebabkan

oleh adanya virus yang menetap di ganglion sensoris. Gejalanya rash vesikular unilateral,

terbatas pada 1-3 dermatom. Rash ini menimbulkan rasa nyeri pada anak-anak yang lebih tua

dan dewasa.

Otitis media (5%)

Hepatitis. Hepatitis berat dengan manifestasi klinis jarang terjadi pada anak-anak sehat

dengan varisela.

VAKSINASI

Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka serokonversi mencapai 97%-

99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti,

meskipun demikian vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun.

Pemberiannya secara subkutan 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia di

atas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama.

Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan masih terjadi.

Sedangkan antibody yang cukup sudah timbul antara 3-6 hari setelah vaksinasi.

PROGNOSA

Anak-anak sehat dengan varisela mempunyai prognosa baik. Sedangkan anak-anak yang

imunocompremise mempunyai resiko yang lebih besar untuk menjadi parah dan meninggal.

Angka mortalitas pada varisela neonatus mencapai 30%. Episode ulangan varisela jarang terjadi

oleh karena imunitasnya yang bertahan seumur hidup (Mehta, 2006).

REFERENSI

. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Cetakan 1 WHO. Jakarta: Tim

Adaptasi Indonesia.

. 2005. Buku Saku Anak Pediatricia.

Dr. Rosfanty. Varisela. blogspot. com