Varicella
-
Upload
siti-umy-kulsum -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Varicella
VARISELA
DEFINISI
Infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
SINONIM
Cacar air, chicken pox.
EPIDEMIOLOGI
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, tetapi dapat juga menyerang orang
dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung
dari timbulnya gejala kulit.
ETIOLOGI
Virus varisela-zoster. Penamaan virus ini member pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. VZV adalah
virus DNA yang tergolong dalam group herpesvirus, subfamily Alphaherpesvirinae. VZV
mempunyai DNA sekuens sendiri dan amplop glikoprotein. VZV sulit diisolasikan pada kultur
sel dan tumbuh paling baik tetapi lambat pada human diploid fibroblast cells (Mehta, 2006; Fox
& Sande, 2001, CDC, 2005).
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang mendukung terjadinya varisela berat, meliputi (Mehta, 2006):
Neonatus, terutama pada ibu yang seronegatif.
Usia dewasa
Terapi steroid
Keganasan
Kondisi immunocompromised
Kehamilan
PATOGENESIS
Virus varisela zoster (VZV) mukosa saluran nafas atas atau orofaring replikasi
virus kemudian menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama) berkembang
biak di sel retikulo endothelial menyebar melalui pembuluh darah (viremia kedua) timbul
demam dan malaise. Penularan secara airbone droplet. Virus menetap dan laten pada sel saraf
reaktivasi herpes zoster.
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 hari sampai 21 hari. Gejala klinis mulai gejala
prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul
timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan
berubah menjadi pustule dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul
lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorf.
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke
muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lender mata, mulut, dan saluran napas
bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional.
Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang dewasa,
berupa ensefalitis, pneumonia, glomerulonefritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjungtivitis,
otitis, arteritis, dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan
congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat
menyebabkan varisela congenital pada neonatus.
PENUNJANG DIAGNOSIS
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan
Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varisela dapat terlihat dari
gejala klinis. Kebanyakan pada anak-anak dengan varisela terjadi leukopeni pada 3 hari pertama,
kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri
sekunder, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri sekunder tidak
terjadi leukositosis.
Pemeriksaan serologi digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan
status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa
yang terekspos dengan varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada
kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan
cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fluorescent Antibody (IFA),
Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), dan
Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama
memberikan imunitas yang pasti pada anak.
Radiologi
Foto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya dilakukan
foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
DIAGNOSIS BANDING
Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, member gambaran monomorf dan
penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki.
Beberapa penyakit mempunyai ruam yang sama dengan varisela antara lain (William, 2002;
Mehta, 2006):
Small pox/ cacar (ruam terkonsentrasi pada ekstremitas dan muncul pada fase yang sama)
Infeksi coxsackie virus (lebih sedikit ruam dan tidak menyebabkan krusta)
Impetigo (lebih sedikit ruam, tidak ada vesikel klasik, pewarnaan gram positif, respon
terhadap agen antimikroba, lesi perioral atau periferal)
Papular urtikaria (riwayat gigitan serangga, ruam nonvesikuler)
Skabies (tidak ada vesikel yang khas)
Parapsoaris (jarang terjadi pada anak di bawah 10 tahun, kronik atau rekuren, sering
terdapat riwayat varisella sebelumnya)
Ricketsialpox (bekas gigitan kutu, ruam yang lebih kecil, tidak berkrusta)
dermatitis herpetiformis (urtikaria kronis, pigmentasi residual)
Dermatitis kontak
Infeksi enterovirus
Infeksi Herpes Simplex Virus
PENGOBATAN
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesic
Untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa.
Lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora) untuk
mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.
Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa salap dan oral.
Dapat pula diberikan obat-obat antivirus.
Varicella virus immunoglobulin dapat mencegah atau meringankan varisela, diberikan
intramuskuler dalam 4 hari setelah terpajan.
KOMPLIKASI
Infeksi bacterial sekunder. Varisela menyebabkan pasien lebih mudah menderita infeksi
bakteri sekunder.
Trombositopenia
Pneumonia. Pneumonia biasa terjadi pada penderita yang imunocompremised, wanita hamil,
atau dewasa dan sering menjadi fatal. Batuk, dyspnea, tacyphnea, rales, dan sianosis muncul
3-4 hari setelah onset dari ruam.
Purpura fulminans
Glomerulo Nefritis Akut (GNA). Haemorrhagic varicella
Ensefalitis pasca infeksi. Komplikasi pada CNS (sistem saraf pusat)
Herpes zoster. Merupakan komplikasi yang lambat terjadi pada varisela, yaitu beberapa
bulan sampai tahun setelah infeksi primer. Terjadi pada 15% pasien varisela. Disebabkan
oleh adanya virus yang menetap di ganglion sensoris. Gejalanya rash vesikular unilateral,
terbatas pada 1-3 dermatom. Rash ini menimbulkan rasa nyeri pada anak-anak yang lebih tua
dan dewasa.
Otitis media (5%)
Hepatitis. Hepatitis berat dengan manifestasi klinis jarang terjadi pada anak-anak sehat
dengan varisela.
VAKSINASI
Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka serokonversi mencapai 97%-
99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti,
meskipun demikian vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun.
Pemberiannya secara subkutan 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia di
atas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama.
Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan masih terjadi.
Sedangkan antibody yang cukup sudah timbul antara 3-6 hari setelah vaksinasi.
PROGNOSA
Anak-anak sehat dengan varisela mempunyai prognosa baik. Sedangkan anak-anak yang
imunocompremise mempunyai resiko yang lebih besar untuk menjadi parah dan meninggal.
Angka mortalitas pada varisela neonatus mencapai 30%. Episode ulangan varisela jarang terjadi
oleh karena imunitasnya yang bertahan seumur hidup (Mehta, 2006).
REFERENSI
. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Cetakan 1 WHO. Jakarta: Tim
Adaptasi Indonesia.
. 2005. Buku Saku Anak Pediatricia.