Laporan Kasus Varicella

17
BAB I PENDAHULUAN Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau chicken pox. 1,2 Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. 2,3 Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili alfa herpes. Penamaan virus 1

Transcript of Laporan Kasus Varicella

Page 1: Laporan Kasus Varicella

BAB I

PENDAHULUAN

Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang

menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit

polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai

cacar air atau chicken pox. 1,2

Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang

terutama anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela

terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000

rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di Indonesia, insidennya cukup tinggi

dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius

dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang

imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini

berkisar 65%-86%. VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar

biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer

langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal.2,3

Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub

famili alfa herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus

ini menyebabkan varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster.2

Berdasarkan gejala klinisnya, varisela memiliki tiga stadium yang terdiri dari:

1. Stadium Prodromal

Biasanya 2 – 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi,

malase, dan nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari

ringan hingga berat.

2. Stadium Erupsi

Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam

waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa

tetesan embun (tear drops) dan kemudian menjadi pustul dan krusta.

Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru

1

Page 2: Laporan Kasus Varicella

sehingga menimbulkan gambaran polimorf. Penyebarannya terutama

didaerah badan, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan

ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran

napas bagian atas.

3. Stadium Penyembuhan

Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi

dalam 2 hari sampai 2 minggu.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Tzanck dengan

pewarnaan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel

datia berinti banyak.2

Pengobatan biasanya bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik dan

analgesik. Anti histamin oral dapat diberikan untuk menghilangkan rasa gatal,

sedangkan pemberian anti virus dapat memperpendek perjalanan penyakit.2

Prognosis penyakit ini ditentukan oleh perawatan yang teliti dan komplikasi

yang mungkin timbul, namun pada umumnya prognosisnya baik.

Berikut ini dilaporkan kasus varisela pada seorang laki-laki berumur 33 tahun

yang datang berobat di poliklinik Kulit dan Kelamin BLU Prof R.D Kandou tanggal

27 Juli 2011.

2

Page 3: Laporan Kasus Varicella

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS :

Nama : M. S

Usia : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Menikah

Alamat : Laikit LK IV

Pekerjaan : Pegawai swasta (bekerja sebagai teknisi TV kabel)

Suku : Minahasa

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Tanggal pemeriksaan : Rabu, 27 Juli 2011

ANAMNESIS

Autoanamnesa

Keluhan utama :

Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan sejak ± 2 hari yang lalu dan disertai

demam.

Riwayat penyakit sekarang :

Lepuh-lepuh kecil kemerahan di badan dialami sejak ± 2 hari yang lalu.

Awalnya timbul bentol-bentol kemerahan pada daerah dada yang kemudian menyebar

ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Bentol-bentol merah kemudian berubah

menjadi lepuh dan berisi cairan. Penderita juga mengeluh ada rasa gatal pada daerah

yang terdapat lepuh, rasa nyeri disangkal penderita.

Demam dialami pasien sejak ± 3 hari yang lalu, dan disertai dengan rasa

lemah badan, sakit kepala dan batuk. Menurut keterangan pasien, keponakan pasien

menderita penyakit yang sama 2 minggu yang lalu. Pasien belum pernah berobat ke

3

Page 4: Laporan Kasus Varicella

dokter ataupun mendapat pengobatan. Pasien kemudian datang ke poliklinik penyakit

kulit dan kelamin untuk mendapat pengobatan.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien belum pernah mendapat sakit seperti ini.

Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, diabetes melitus disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit keluarga :

Keponakan pasien juga mengalami sakit kulit seperti ini 2 minggu yang lalu.

Riwayat alergi :

Makanan : Disangkal

Obat : Ampicilin

Riwayat atopi :

Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat kebiasaan:

Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun cair, handuk dipakai sendiri, air

yang digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.

Riwayat sosial:

Rumah permanen, lantai dan dinding beton, atap seng, dihuni oleh 3 orang

dengan jumlah kamar 3. Kamar mandi dan WC berada di dalam rumah dan terpisah.

Sumber air sumur dan sumber listrik PLN.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata:

Keadaan umum: Cukup kesadaran: Kompos mentis

4

Page 5: Laporan Kasus Varicella

TD: 120 / 80 mmHg, Nadi: 88 x/menit, Respirasi: 22 x/menit, SB: 37,5 0C

Kepala : Mata: Konjungtiva anemis (-/-)

Sclera Ikterus (-/-)

Mulut: lesi (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (–)

Thoraks : Pergerakan napas kiri = kanan

Suara pernapasan vesikuler

Wheezing (–), rhonki (–)

Stem fremitus kiri = kanan

Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (–), bising usus (+) normal,

Hati dan limpa tidak teraba

Ektremitas : Akral hangat, edema (–)

Status dermatologis :

Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papulae dengan

dasar eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+), krusta (+).

Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : papula dengan dasar

eritematous.

(a) Regio coli, regio thorakalis a/p, regio abdomen

5

Page 6: Laporan Kasus Varicella

(b) Regio fasialis

(c) Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Tzanck : Tidak ditemukan sel datia berinti banyak.

DIAGNOSIS KERJA

Varisela

6

Page 7: Laporan Kasus Varicella

DIAGNOSIS BANDING

Herpes Zoster

PENANGANAN

1. Non-medikamentosa

a. Istirahat yang cukup.

b. Makan makanan yang bergizi

c. Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat

bintik-bintik.

d. Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat

menimbulkan bekas luka garukan dikulit.

e. Tujuh hari kemudian datang kontrol ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSU Prof. dr. R. D. Kandou Manado untuk dilakukan kontrol

terhadap perkembangan penyakitnya.

2. Medikamentosa

Antivirus : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari

Analgesik/antipiretik : Parasetamol 3 x 500 mg/hari, bila panas

Salep antibiotika : Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang pecah

Topikal : Bedak salisil 2% pada lesi yang kering

Imunostimulan : 1 x 1 tablet selama 7 hari

PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah :

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

7

Page 8: Laporan Kasus Varicella

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis varisela pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah seorang laki - laki berumur

33 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela dapat juga

menyerang orang dewasa. Keluhan utama pada pasien ini adalah timbulnya bentol-

bentol kecil di badan, yang mula-mula timbul di dada dan kemudian menyebar ke

leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Bentol-bentol kemudian berubah menjadi

lepuh-lepuh berisi cairan. Dari anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi

terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan

dan lesi berbentuk khas seperti tetesan embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana

disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali di

daerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta

lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat

juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.2,4

Satu hari sebelum timbulnya lepuh-lepuh kecil tersebut, pasien merasa

badannya demam, lemah badan, kepala terasa sakit, dan batuk. Berdasarkan

kepustakaan disebutkan bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa

demam, nyeri kepala, dan malaise ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien

menyadari bila telah timbul erupsi kulit. Masa prodromal ini kemudian disusul oleh

stadium erupsi.5

Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang

lain, yaitu keponakan pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen,

kontak langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting

dalam mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak

langsung. Krusta varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi

8

Page 9: Laporan Kasus Varicella

virus cukup terbatas. Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor

lain yang berperan dalam jalur penularan.6

Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler

37,5°C yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari

status dermatologis yang didapati pada wajah, leher, dada, perut, dan punggung

pasien tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papul dengan dasar

kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien tampak papul

dengan dasar kemerahan. Jadi terdapat gambaran lesi kulit yang bermacam-macam.

Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel yang

khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops) dan memiliki gambaran polimorf.7

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga

ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan

pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu

dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa

kemudian dapat ditemukan sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya

flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi dengan cara ELISA. 2.4,6 Pada kasus ini

dilakukan pemeriksaan Tzanck, namun tidak ditemukan sel datia berinti banyak, hal

ini mungkin dikarenakan adanya kesalahan dalam pengambilan sampel atau karena

kurang terampil dalam menggunakan mikroskop. Sedangkan pemeriksaan serologi

tidak dilakukan.

Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik

yang meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih

dalam batas normal. Pada orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian

kortikosteroid dengan dosis tinggi dan lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ

maka manifestasi varisela lebih berat (lesi lebih lebar, lebih dalam, berlangsung lebih

lama, dan sering terjadi komplikasi).8

Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari

anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya

dan dari pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit

yang polimorf, tidak bergerombol, dan tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat

9

Page 10: Laporan Kasus Varicella

dieliminasi sebagai diagnosis banding varisela. Pada herpes zoster, pasien

sebelumnya sudah pernah terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi kulit berupa

vesikel yang bergerombol, unilateral sesuai dengan daerah persarafan saraf yang

bersangkutan dan biasanya timbul di daerah thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam

satu gerombol sama, sedangkan usia lesi pada satu gerombol dengan gerombol lain

berbeda.9

Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan

penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus

yaitu asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan

atau menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik dan antipiretik

parasetamol 3 x 500 mg/hari jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan

dengan maksud untuk mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan asam fusidat 2

kali aplikasi/hari untuk lesi yang sudah pecah, dan pemberian imunostimulan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.2,5,9

Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi,

menjaga kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel. Pasien kemudian

dianjurkan untuk kontrol dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari kemudian. Hal-hal

diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien, mencegah terjadinya

infeksi sekunder, mencegah terjadinya komplikasi dan munculnya jaringan parut serta

untuk mengetahui perkembangan penyakitnya.2

Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan

kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini prognosis Quo ad vitam

adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan

fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi. Prognosis Quo ad functionam adalah

bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak terganggu. Prognosis Quo ad

sanationam adalah bonam karena varisela merupakan penyakit yang bersifat self-

limiting disease dan tidak mengganggu kehidupan sosial penderita, sebab penanganan

yang cepat maka perjalanan penyakit dapat diperpendek.4,6,7

10

Page 11: Laporan Kasus Varicella

DAFTAR PUSTAKA

1. Straus SE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In : Fredberg IM, et all, ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 5 th ed. Vol. 2, New York : Mc. Grawhill inc, 1999 : 2427-50

2. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-15

3. Harahap M. Varisela. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Gramedia, 1990 : 127-29

4. Sterling JC, Kurtz JB. Viral Infection (Varicella and Zoster). In : Text book of Dermatology, Rook/Wilkonsn/Ebing, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 2000 : 995-1095

5. Rampengan TH, Laurente IR. Varisela. Dalam : Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC, 1996 :74-184

6. Landow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta : EGC, 1995 : 31-61

7. Arnold HI, Odom RB, James WD. Varicella. In : Andrews Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 8th ed. Philadelphia : WB. Saunders Comp, 1990 : 451-3

8. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpers Zoster dan varisela. Dalam : Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 1993 : 45-53

9. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC, 1995 : 74-184

11