Value Co-Creation Journals
-
Upload
ardhiansyah -
Category
Documents
-
view
298 -
download
3
description
Transcript of Value Co-Creation Journals
Co-Creation of Value
Manajemen Rantai Nilai Pelanggan
Hendra Burhanuddin – 120120110009
Nur Choirul Afif – 120120110065
M Gilang Stefandi – 120120110066
MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
ABSTRAK
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyajikan contoh-contoh teori atau
konsep, dimensi dan penerapannya pada perusahaan atau industry servis dari konsep value
co-creation
Permasalahan
Perkembangan bisnis pada masa sekarang ini telah merubah pola pembentukkan value dari
perusahaan kekonsumen, dimasa lampau value merupakan produk dan hasil kerja
perusahaan tetapi pada masa sekarang mengingat semakin ketatnya kompetisi dan
terbatasnya inovasi yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan maka konsep
pembentukkan value itu sendiribukan lagi hanya menjadi dominasi perusahaan tetapi value
juga dapat dibentuk oleh para konsumen dari perusahaan hal ini tentunya sangat merubah
pola bisnis tradisional yang telah ada jadi perusahaan bukan lagi memperlakukan konsumen
sebagai sebatas pasar tetapi perusahaan harus cerdas dalam mengelola konsumen agar
konsumen dapat menghasilkan value yang penting bagi perusahaan dan hanya tidak
sekedar menghasilkan profit semata
Pendekatan
Melalui studi literatur dengan mempelajari berbagai hasil penelitian jurnal internasional untuk
kemudian penulis merangkum dan mengkajinya
Aplikasi Praktis
Contok Kasus Pada: Danone, Coca-Cola,Google, TVU Networks, Wall-mart, Dell, Starbuks,
Tranz dan WarHammer
Kontribusi Orisinal
Kontribusi makalah ini ialah pemahaman tentang pentingnya Teori Customer Value dalam
strategi pemasaran bagi perusahaan khususnya saat ini customer value memberikan nilai
penting bagi perkembangan sebuah perusahaan.
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Industri jasa akhir-akhir ini telah meningkat secara dramatis dibandingkan dekade-dekade
sebelumnya, Hal ini bisa terlihat dari kontribusi sector industry jasa terhadap perekonomian
dunia yang telah mendominasi duapertiganya, di Eropa misalnya telah memberikan
kontribusi sebesar 80% PDB dan di Indonesia sekitar 30% nya, kontribusi ini dapat kita lihat
dari segi laba dan juga penyerapan tenaga kerjanya.
Dinamika yang terjadi pada industri jasa terlihat dari perkembangan berbagai industry jasa
seperti perbankan, asuransi, penerbangan, telekomunikasi, ritel, pariwisata dan perusahaan
jasa professional, selain itu marak juga organisasi nirlaba seperti LSM, lembaga pemerintah,
rumah sakit, universitas dan lain-lain yang kini telah makin menyadari perlunya pelayanan
kepada konsumen atau pelanggan, bahkan perusahaan-perusahaan manufaktur kini juga
telah menyadari perlunya unsure jasa pada produknya sebagai upaya untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif pada bisnisnya, implikasinya adalah makin tingginya tingkat
persaingan sehingga diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dengan
pemasaran tradisional (barang) yang telah dikenal selama ini, seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat maka konsumsi akan barang selain kebutuhan primer seperti
sandang, pangan dan papan akan semakin meningkat, begitupula dengan kebutuhan untuk
menkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan masyarakat akan adanya
peningkatkan pelayanan dan kepuasan
Munculnya suatu konsep yang bernama Rantai Nilai atau value chain atau suatu kumpulan
aktifitas bisnis dimana disetiap tahapan/langkah dalam aktivitas bisnis tersebut
menambahkan nilai/value atau kemanfaatan terhadap barang dan jasa organisasi yang
bersangkutan, dimana terdiri dari dua aktifitas yaitu aktifitas utama yaitu aktifitas perusahaan
untuk menciptakan nilai dan aktifitas pendukung yang merupakan fasilitas yang dimiliki
perusahaan baik tangible maupun intangible untuk menunjang kegiatan di Aktifitas utama
tersebut, model ini pertama kali dipopulerkan oleh Michael Porter, dia menggambarkan
bahwa setiap perusahaan adalah kumpulan aktivitas yang difungsikan untuk mendesain,
menghasilkan, memasarkan, mengeluarkan, dan menunjuang produk yang
dihasilkannya.jadi segala kerja perusahaan adalah untuk menghasilkan value bagi pada
pelangganya untuk mendatangkan margin
Selanjutnya perkembangan Industri jasa yang begitu pesat akhirnya mendorong pada
pegeseran pola berbisnis yang menjadi kearah relationship marketing dan supply dan value
Page 3
chain management, ditambah lagi business marketers harus terus meningkatkan kontribusi
mereka kepada value chain karena pasar yang terus berubah, hasilnya garis pembeda
antara pelanggan dan bisnis marketing telah menjadi blur, shifting kekuatan antara buyer
dan supplier, pada masa lalu supplier hanya menjalankan perannya untuk mengantarkan
barang kepada perusahaan tetapi seiring dengan perkmbangan teknologi dan pertukaran
informasi, pada saat sekarang supplier dapat ikut serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan
value chain suatu perusahaan
Perkembangan pesat dari industry jasa tersebut akhirnya mengarah kepada kemunculan
suatu konsep atau suatu pola piker baru yaitu Service-Dominant Logic adalah suatu pola
pikir dimana marketing sudah merupakan suatu fungsi koordinasi yang menghubungkan
kompetensi pembentukkan nilai, upstream supply, dan pengalaman dari customer dengan
cara menintegrasikan kegiatan-kegiatan operasi perusahaan dengan kegiatan
marketingnya, Tentunya hal ini membuat pengertian marketing menjadi lebih luaskarena
secara eksplisit ini menghubungkan fungsi operasi dengan fungsi marketing dan
membutuhkan analisis dan pemahaman yang lebih mendalam pada customer benefits
konsep ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Lusch dan Vargo pada tahun 2004
dimana adanya perpindahan focus perusahaan dari produk tangible menjadi pertukaran
jasa, menyadari bahwa kompetensi terpenting yang harus dimiliki adalah operant resource
(seperti kapabilitas dan kultur organisasi)
Yang pada selanjutnya bahwa proses S-D Logic ini mempunyai suatu elemen sentral atau
elemen terpenting dalam pelaksanaanya yaitu co-creation dimana suatu proses yang
melibatkan pelanggan dalam usaha perusahaan membentuk value suatu produk jasa,
keterlibatan pelanggan ini bisa dalam hal kolaborasi dalam proses pengembangan produk
dan bisa juga terjadi setelah proses pembelian dimana pelanggan mempelajari untuk
menggunakan produk untuk kemudian mereka mengembangkannya secara Pribadi supaya
terciptanya value bagi diri mereka sendiri, Service Dominant Logic memandang pelanggan
dan perusahaan berkerjasama dalam hubungan yang berkesinambungan untuk membentuk
suatu value-creation
Apa yang melatar belakangi lahirnya value co-creation?? Inovasi merupakan faktor yang
paling esensial bagi perusahaan untuk tetap survive dipersaingan bisnis yang semakin
mengetat, tetapi dapat dimaklumi bahwa sumberdaya yang dimiliki perusahaan sangat
terbatas bahkan perusahaan skala global sekalipun, maka ada suatu strategi yang jenius
untuk mengatasinya yaitu strategi dengan cara member kesempatan kepada konsumen
untuk ikut serta berinovasi, dapat dibayangkan bahwa konsumen apalagi bagi perusahaan
berskala global jumlahnya sangat lah besar, banyak ide dan saran kreatif didalamnya maka
Page 4
dari itu perusahaan berusaha untuk memberdayakan dan merangkul mereka untuk
selanjutnya dikelola supaya dapat menghasilkan value yang lebih besar daripada
perusahaan harus berkerja sendiri, dan dapat anda banyangkan bahwa strategi seperti ini
akan sangat dapat menghemat biaya dan outputnya pun luarbiasa yaitu ide ide inovasi
segar yang skalanya jauh lebih besar daripada apa yang dimiliki oleh internal perusahaan,
fenomena tersebutlah yang dinamakan dengan value co-creation
Sebelumnya diterangkan tentang konsep Value Chain dan sekarang akan dikaitkan konsep
tersebut dengan value co-creation, jadi proses co-create tidak hanya terbatas antar
hubungan konsumen dengan perusahaan tapi juga dalam proses value chain perusahaan
itu sendiri baik konsumen dan supplier dapat berperan aktif dan menjadi elemen kunci bagi
kesuksesan pembentukan value perusahaan dan atas bantuan supplier dan konsumen lah
proses value chain dari perusahaan bisa berlangsung dengan lebih efektif dan efisien
1.2 Rumusan Masalah
Maka saya merumuskan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut
1. Bagaimana Konsep dasar dan dimensi dari value co-creation di industri jasa
2. Bagaimana implementasi dari konsep value co-creation di industri jasa
1.3 Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan dimensi dari value co-creation di industri jasa
2. Untuk mengetahui implementasi dari konsep dasar value co-creation di industri jasa
Page 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Authors Model Penelitian Variabel Inti Metode penelitian &
Industri1 J. of the Acad. Mark. Sci.
(2008:85))Managing the co-creation of value
Service Dominance LogicValue co-creation
Konseptual, exploratoryMerumuskan Framework
2 Bo Edvardsson & Bård Tronvoll & Thorsten Gruber (2010:327)
Expanding understanding of service exchange and valueco-creation: a social construction approach
S-D LogicValue Co-CreationSocial Structure & System
Konseptual, exploratoryMerumuskan Framework
3 Mert Tokman and Lauren S Beitelspacher (2011:717)
Supply chain networksand service-dominant logic:suggestions for future research
Supply ChainValue co-creation
Konseptual, exploratoryMerumuskan Framework
4 Kimmy Wa Chan, Chi Kin (Bennett) Yim, & Simon S.K. Lam (2010:48)
Is Customer Participation in ValueCreation a Double-Edged Sword?
Job StressPower Distance IndexCustomer Involvement
DeskripitfVerifikatifDi Professional FinancialServices Across Cultures
5 Lih-Bin Oh and Hock-Hai Teo (2010:35)
Consumer Value Co-creation in a Hybrid Commerce
Service-Delivery System
Retail process dimension: Promotion
Information Product & Pricing
Information Transaction
Information Information Access Order Fulfillment Customer service
Deskripitif,
Store S (cellphone), Store P (books & stationary), store N (grociers)
6 Moller, Rajala, Westerlund (2008:31)
Service InnovationMyopia?
Both Client & Service Provider strategy:o Established
service innovation
o Incremental innovation
o Radical innovation
Konseptual, exploratory
7 Hearn, Greg;Pace, Cassandra (2006)
Value-creating ecologies: understanding next generation business systems
Supply chain, value chain, value ecology
Konseptual, exploratory
8 Kasouf, Darroch, Hlutman, Miles (2008:57)
Service dominant logicImplications at themarketing/entrepreneurship interface
SDL GDLValue Co-creation
Konseptual, exploratory
9 Rube´n Chumpitaz Ca´ceres (2009:430)
Introducinginteractional co-destruction of value inservice-dominant logic
Co-destruction Konseptual, exploratory
10 Jared M Hansen (2009:227)
The evolution of buyer-supplier relationships:an historical industry approach
Co-managedCo-creation
Konseptual, exploratory
Page 6
Sumber: Managing the Co-Creation of Value (2008:96)
Payne, Storbacka dan Frow (2008:95) Bagaimana sebuah proses value co-creation terjadi
pada customers, bagaimana tahapan-tahapan yang akan mereka lalui pada proses vaule
co-creation dan peneliti berusaha untuk mengkajinya dan merumuskan sebuah framework
dari proses tersebut untuk dapat memahami dan mengelola value co-creation dan hasilnya
dapat dinikmati dan dipergunakkan pada penelitian lapangan
Process-based framework dari value co-creation ini menampilkan struktur keterlibatan
konsumen, Proses tersebut konsumen melalui tiga komponen utama, yaitu:
Customer Value-Creating processes
o Dalam hubungan B to C, the processes, resources and practices which customers
use to manage their activities.
o Dalam hubungan B to B the processes are ones which the customer organization
uses to manage its business and its relationships with suppliers.
Menjelaskan juga tentang relationship experience dengan komponen emotion, cognition
dan behaviour Dan costumer learning process nya
Supplier value creating processes adalah The processes, resources and practices
which the supplier uses to manage its business and its relationships with customer and
other relevant stakeholders.
Menjelaskan tentang peluang co-creation yang mungkin terjadi yaitu
o Technological breakthrough
o Changes in industry logic
Page 7
o Changes in costumer preference & lifestyle
Lalu menjelaskan juga tentang proses planning dan implementasi itu terjadi
Encounter Porcesses adalah vides considerable insight into a number of specific
aspects of the value co-creation process.
Model encounter ini juga menjelaskan tenatng communication, usage dan service
encounter itu bisa terjadi
Model ini mengkonsepkan tentang proses kunci dalam mengelola value co-creation, ,
mengilustrasikan bahwa kenapa barang dan servis harus dilihat dari sudut pandang
proses yang fleksibel daripada dari sudut suatu yang statis dan juga menitikberatkan
pada pentingnya tiap-tiap faktor diantara konsumen & supplier dan bagaimana factor-
faktor tersebut berkontribusi secara kumulatif dalam menciptakan value co-creation
Sumber: Expanding understanding of service exchange and value co-creation (2011:333)
Edvardsson, Tronvoll dan Gruber (2011:327) Meneliti untuk menjelaskan, konseptual
study digunakkan untuk menerangkan & memahami S-D logic (terutama konsepnya dalam
pertukaran jasa & value co-creation) oleh perusahaan sebagai konsep inti dari konstruksi
social , Penelitian ini menitikberatkan pada posisi actor dan perannya dalam suatu struktur
social yang dinamis dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh dimensi-dimensi dari struktur
Page 8
social seperti meaning (signification), control (domination), dan morality (legitimation),
Struktur social diekspresikan dalam norma, nilai dan standard etika yang membimbing aktor
apakah tindakkanya bisa diterima atau tidak selama berinteraksi antara individu yang mana
memiliki implikasi pada pertukaran servis dan value co-creation
S-D Logic mendefiniskan ulang pola dari supply chain yang telah ada bersamaan dengan
ditemukannya cara yang inovatif untuk mengintegrasikan sumberdaya yang dibutuhkan,
value co creation network sebagai value yang dijalankan oleh aktor social dan ekonomi yang
berinteraksi melalui institusi dan teknologi untuk meng co-produce permintaan servis, untuk
bertukar permintaan servis dan untuk mengco-create value, Ilustrasi gambar diatas
menyajikan suatu petunjuk untuk mengkatagorikan berbagai gap yang terjadi dalam
penelitian dalam area S-D logic dan SCM, dimana kategorisasi tersebut menyajikan struktur
dari penelitian sistematik yang mungkin akan dihasilkan nantinya, dalam paper ini S-D logic
area diharapkan bisa menjadi pedoman untuk nantinya menghasilkan sesuatu yang
berpotensi berkontribusi pada perkembangan teori Supply Chain Management
Penelitian ini juga merekomendasikan key concept dalam Social Construction Theories:
Proposition 1 : Value memiliki dimensi kolektifitas dan intersubjektifdan harus di pahami
sebagai nilai dalam konteks sosial
Proposition 2 : cara dimana sumber daya dinilai bergantung pada konteks social
Proposition 3: Pertukaran servis dan value co-creation bisa asimetris
Page 9
Sumber: Supply Chain networks and service-dominant logic (2011:719)
Tokman dan Beitelspacher (2011:717) Service Dominant Logic melihat supply chain
sebagai sebuah jaringan value co-creation, dimana jaringan ini terdapat pertumbuhan
pengetahuan diantara anggota via penyebaran sumber daya dan koordinasi, pertukaran dari
pengetahuan dan utilisasi dari operant resource diantara anggota mengarah kepada co-
created service dan sebuah proposal value kepada pengguna akhir
Penelitian ini berusaha mengidentifikasi gap-gap yang mungkin terjadi yang ada diarea
dimana jaringan Supply Chain dan Service Dominant Logic, dan peneliti mengidentifikasi
ada beberapa gap yang mungkin terjadi, yaitu:
Gap dalam pertukaran pengetahuan dan utilisasi operant resource antara supplier,
manufaktur dan para ahli
Gap dalam pertukaran pengetahuan dan utilisasi internal operant resource antara
supplier, manufaktur dan para ahli
Gap dalam pertukaran pengetahuan dan utilisasi operant resource diantara
konsumen akhir dan partner dalam jaringan vaue co-creation
Page 10
Sumber: Is Customer Participation in Value Co- creation a Double Edged Sword? ( 2010:50)
Chan, Yim dan Lam (2010:48) Dalam era pemasaran sekarang apalagi dalam Service
Dominant Logic Konsumen memainkan peranan penting akan penciptaan value tapi dilain
sisi produktifitas pekerja dituntut untuk terus menerus berkerja lebih baik dan lebih baik lagi,
penelitian ini menyelidiki apakah proses pembentukkan value yang pada dasarnya
menguntungkan apakah memiliki implikasi negative pada tingkat stress pada karyawan.
Peneliti menggunakan sample 349 pasang konsumen dan pekerja dari perusahaan MNC di
dua Negara Hongkong dan Amerika dan membuat hipotesis
H1a: Semakin tinggi partisipasi konsumen berimplikasi pada kepuasan konsumen melalui
costumer economic value,
H1b: Semakin tinggi partisipasi konsumen berimplikasi pada kepuasan kerja yang menurun
melalui job stress,
H2: Semakin tinggi partisipasi konsumen berimplikasi pada peningkatan kepuasan
pelanggan melalui customer relational value dan kepuasan pekerja melalui employee
relational value
Page 11
H3: Peningkatan nilai kolektivitas konsumen akan menurunkan creation of customer
economic value dan meningkatkan efek dari creation of customer relational value
H4: Kolektivitas pekerja meningkat, partisipasi konsumen akan berimplikasi negative pada
job stress pekerja dan meningkatkan employee relational value
H5a: Customer power distance meningkat, efek Partisipasi konsumen akan menurun pada
customer economic value
H5b: Employee power distance meningkat, efek partisipasi konsumen meningkat pada
tingkat stress karyawan
Semua Hipotesis itupun signifikan atau diterima, berarti Customer participation memang
meningkatkan job stress karyawan, meningkatkan employee relational value dan
peningkatan power distance juga berimplikasi negative pada economic value dan tingkat
stress
Bin oh dan Hack Teo (2010:35) Dalam suatu Perusahaan servis hybrid retailer
menawarkan sebuah integrasi pada pelayanan customer untuk mengakses informasi,
sumber daya manusia (pekerja jasa) dan sumber teknis (kios) dimana customer dapat
mengakses baik channel fisik maupun online untuk menciptakan co-created value bagi
mereka, tidak seperti NPD tapi NSD ini adalah sebuah service encounter dimana baik
customer dan provider dapat terlibat didalamnya dalam proses aktivitas servis
Sebuah system hybrid yang terintegrasi dengan baik dikonsepkan sebagai perusahaan yang
merangkum value yang terdiri dari people, teknologi dan internal/eksternal system servis
lainnya dan juga infomasi yang di salurkan melalui channel yang beragam tersebut, Sebuah
servis-delivery menciptakan value untuk konsumen melalui pemberian akses informasi,
teknologi, dan sumber daya manusia untuk menggabungkan segala macam aktifitas untuk
mencapai tujuannya
Dalam penelitian ini ada tiga jenis customer yaitu, information oriented customer (online),
service oriented customer (offline) dan hybrid oriented customer, dengan membandingkan
promotion information, product & pricing information, transaction information, information
access, order fulfilment, customer service, dan hasil dari penelitian ini adalah kebutuhan
pembeli pada hybrid customer pada pemenuhan variable-variabel diatas adalah yang
tertinggi.\
Page 12
Sumber: Service Innovation Myopia (2008:36)
Moller, Rajala dan Westerlund (2008:31) pada penelitiannya ini dibuat untuk memahami
pemahaman tentang inovasi dari suatu servis dan peran dari kolaborasi client-provider,
dimana peneliti menyajikkan dua buah konseptual framework yaitu generic servis innovation
framework yang menjelaskan tentang berbagai pendekatan dari service innovation dan
client provider service innovation framework yang menerangkan tentang mode-mode
interaksi dari service innovation, Melalui kompetensi dan aktifitasnya customer memainkan
peran kunci pada perealisasian dari value actual yang dihasilkan dari value potential yang
ada pada service provider value poporsition
Perhatian langsung dari kompetensi provider untuk memahami sumberdaya dan kapabilitas
pada clients dan itu akan mengarahkan pada pemahaman pada kolaborasi antara client dan
provider, Perusahaan service provider yang paling sukses nantinya adalah yang tidak hanya
focus pada kapabilitas dan keunggulan bersaing mereka saja tapi juga yang berfokus pada
pengalaman dan kapabilitas client mereka yang diterapkan pada service co-creation
perusahaan yang akan bertambah kuat dari waktu ke waktu
Page 13
Hearn dan Pace (2006:55) Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengilustrasikan sebuah
perpindahan dari konsep value creation pada sebuah bisnis, jurnal ini mengacu kepada
pengembangan bisnis yang diikuti dengan munculnya value ecology, pada perpindahan ini
setidaknya ada lima cara piker bisnis yang bergeser diantaranya
1. perpindahan dari berpikir tentang customer menjadi berpikir tentag co-creators of value
2. perpindahan dari berpikir tentang value chains ke berpikir tentang value networks
3. Perpindahan tentang berpikir tentang value produk ke berpikir tentang network value
4. Perpindahan tentang berpikir tentang simple co-operation atau kompetisi ke berpikir
tentang complex co-opetition
5. Perpindahan tentang berpikir tentangstrategi individu perusahaan ke berpikir tentang
strategi dalam hubungannya pada value ecology secara keseluruhan
Perpindahan ini memang terjadi didalam semua industry, sector yang menjadi leader akan
perpindahan ini pada dasarnya adalah industry kreatif seperti film, tv, games, e-bussiness,
mobilephone yang semuanya adalah digital dan kreatif, ini terjadi karena kita sekarang hidup
didunia yang kesemuanya saling terinterkoneksi dan inovasi merupakan suatu kunci untuk
tetap bertahan.
Kasouf, Darroch, Hultman, Miles (2008: 57) Pada penelitian ini menyajikkan penjelasan
tentang Service Dominant Logic dimana SDL yang memposisikan marketing sebagai fungsi
koordinasi yang menghubungkan kompetensi pembentukkan nilai, upstream supply, dan
pengalaman dari customer dengan cara menintegrasikan kegiatan-kegiatan operasi
perusahaan dengan kegiatan marketingnya
Tentunya hal ini membuat pengertian marketing menjadi lebih luaskarena secara eksplisit ini
menghubungkan fungsi operasi dengan fungsi marketing dan membutuhkan analisis dan
pemahaman yang lebih mendalam pada customer benefits
SDL mempunyai beberapa implikasi diantaranya
Implikasi 1: dampak dari co-creation pada lingkungan online
Nilai yang dibawa oleh user dimana user membawa konten ke suatu situs dan itu
menjadikan sebuah nilai utama pada produk perusahaan
Page 14
Efek komunitas pada suatu situs: dimana sebagian situs menjadi besar dan
berkembang karena adanya komunitas didalamnya yang berinteraksi
Implikasi 2: resiko dari co-creation: Marketers mengapresiasi bahwa co-creation membantu
untuk membuat sebuah keterlibatan customer dan loyalitas tetapi ada juga resiko yang bisa
dihadapi dalam kegiatan ini baik dalam hal monetary cost maupun dalam non trivial
additional effort yang diasosiasikan pada co-creation baik customer maupun perusahaan
Implikasi 3: Interaksi dari SDL dan pasar organisasi itu lebih jelas daripada interaksinya
dengan pasar konsumen
Implikasi 4: SDL lebih tepat diaplikasikan untuk pasar yang membutuhkan kostumisasi
produk secara besar
Pled dan Caceres (2009:430) Co-Destruction belum diterangkan secara langsung dalam
literature yang ada, konsep ini masih belum jelas dan masih butuh pendefinisian, maka para
peneliti merumuskan definisi co-destruction sebagai interactional process between service
systems that results in a decline in at least one of the systems’ well-being (which, given the
nature of a service system, can be individual or organizational).
Penggunaan dari ide-ide value co-creation yang dimana sumber daya yang dipergunakkan
akan berimplikasi positif terhadap keuntungan dari kegiatan servis itu tapi juga servis system
juga dapat dipergunakkan dengan cara yang tidak sebenarnya oleh beberapa pihak yang
terlibat, seperti customer yang membeli mobil tetapi tidak menjaganya dengan baik,Mereka
dapat menyalahkan perusahaan atas nilai yang dijual kepada customer tersebut dan juga
dia bisa membuat bad word of mouth yang bisa menghancurkan value dari produk itu
sendiri, ada dua jenis penyalahgunaan value yang umum terjadi diantaranya Accidental
Misuse dan juga intentional misuse
Page 15
Sumber: The evolution of buyer-supplier relationships (2009:232)
Hansen (2009:227) Tujuan dari paper ini adalah meneliti pegeseran pola berbisnis yang
menjadi kearah relationship marketing dan supply dan value chain management, ditambah
lagi business marketers harus terus meningkatkan kontribusi mereka kepada value chain
karena pasar yang terus berubah, hasilnya garis pembeda antara pelanggan dan bisnis
marketing telah menjadi blur,
Paper ini mengkosentrasikan pada shifting kekuatan antara buyer dan supplier, pada masa
lalu supplier hanya menjalankan perannya untuk mengantarkan barang kepada perusahaan
tetapi seiring dengan perkmbangan teknologi dan pertukaran informasi, pada saat sekarang
supplier dapat ikut serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan value chain suatu perusahaan
Transisi kearah S-D Logic untuk Bussiness to Bussiness dan industry telah melebarkan
impliasi keorganisasian, Perusahaan mulai menggunakan tools seperti PartnersOnline,
Supplier internet Sites, Store Control Center, future Store initiative yang diaplikasikan pada
berbagai perusahaan retail, Ketika Perusahaan telah menemukan co-production atau co-
creationnya ini dapat menghasilkan efisiensi dan efektifitas secara besar –besaran, konsep
ini telah mulai banyak dianut oleh retailer pada pertengahan 1990-an
Page 16
2.2 Kutipan Definisi dari Value Co-Creation
Authors Kutipan definisiPrahalad and Ramaswamy (2000) a form of market or business strategy that
emphasizes the generation and ongoing realization of mutual firm-customer value. It views markets as forums for firms and active customers to share, combine and renew each others resources and capabilities to create value through new forms of interaction, service and learning mechanisms. It differs from the traditional active firm – passive consumer market construct of the past
Lusch and Vargo (2006) dalam managing the co-creation of value (2008:84)
Desirable goal as it can assist firms in highlighting the customer’s or consumer’s point of view and in improving the front-end process of identifying customers’ needs and wants
Kasouf, Darroch, Hlutman (2008: 59) The process in involving customer participation in value creation activity
Prahalad dan Rameswary merupakan orang pertama yang menegaskan teori co-creation,
meskipun jauh sebelumnya sudah ada teori yang mendekati co-creation seperti teori lead
customer dari Von Hippel pada akhir 1980 dan teori dari Norman dan Ramires pada 1992,
Prahalad dan Rameswary bisa dibilang orang pertama yang mengeluarkan teori value co-
creation dimana mereka menyadari bahwa adanya transformasi dari pelanggan pasif
menjadi pelanggan aktif
Selanjutnya ada pula Lusch dan Vargo peneliti yang melahirkan teori Service-Dominant
Logic yang sangat berkaitan dengan value-cocreation, mereka juga menegaskan dan
memperjelas kembali bahwa co-creation merupakan proses dimana pelanggan dapat
menjadi pemain kunci sebagai co-producer atau co-creator daripada hanya sekedar jadi
target dan mereka dapat terlibat diseluruh proses value chain
Yang terakhir adalah pengertian Kasouf, Darroch & Hlutman meskipun tidak sepopuler dua
kelompok peneliti dibab sebelumnya definisi dari mereka memberikan suatu pendefinisian
singkat dan tegas tentang value co-creation, jadi kesimpulan yang ditarik melihat dari
pendefinisian dari konsep value co-creation diatas adalah value co-creation merupakan
suatu proses kerjasama antar perusahaan dan konsumen yang sama-sama berperan aktif
dalam pembentukkan nilai
Page 17
BAB III
PENERAPAN DI ORGANISASI / PERUSAHAAN
Co Creation of Value
Danone
Perusahaan dari perancis ini adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia,
mengembangkan, memproduksi dan memasarkan berbagai produk seperti: susu, air,
makanan bayi dan lain-lain, Karena perusahaan ini juga memasarkan mereknya maka
Danone melakukan Value Co-Creation untuk tujuan mengkomunikasikan produknya
Contoh yang pertama ketika Danone mengadakan kompetisi untuk produk yoghurtnya
“Fantasia” dimana merek ini menantang orang-orang kreatif di Perancis untuk merumuskan
suatu ide iklan berupa sebuah fantasi seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya
Dipasar Belanda pun Danone melakukan hal yang hamper mirip dimana mereka meminta
konsumen untuk membuat iklan pada produk yoghurt Danio, Di Jerman Danone membuat
suatu survey Online pada produk yoghurt untuk anak Fruchtzwerge yang dimana mereka
menyajikan suatu alat desain online yang memungkinkan orang untuk merancang produk
Fruchzwerge yang cocok buat anak-anak dengan memilih rasa, bahan baku, kegunaan,
kemasan dan lain-lain, hal ini memungkinkan Danone untuk menexplore kebutuhan dari
konsumen dan memapping selera mereka yang dimana hasilnya dapat mereka gunakkan
sebagai pedoman dalam kegiatan New Product Developmentnya
Di Indonesia Danone menggunakan perusahaan Face Group untuk memaping konsep
aktivasi merek kepada customer dimana selanjutnya Face Group ini melakukan penelitian
pasar untuk mengumpulkan informasi-informasi tentang perilaku dan kebiasaan dari pasar,
dimana penelitian ini mengambil tempat di komunitas offline dan online dan hasilnya ada
sekitar 10 rekomendasi sarana untuk melakukan brand activation yang efektif diantaranya
melalui photo exhibition, drive thru & road show booth, mobile branding, bigbang event,
mobile & social media, gimmicks, city map, interactive lcd, website, billboard dan tv, print &
radio untuk menyebarkan pesan tagline “Mau Ngapain Lagi Hari Ini?”
Page 18
Coca-Cola
Coca-Cola merupakan salah satu Merek paling berharga di dunia yang berbasis di Atlanta,
Merek ini seringkali diKritik karena menjadi suatu perwakilan dari imperialis dan kapitalis dari
gaya hidup Amerika, bagaimanapun juga Coca-Cola juga mengupayakan penyesuaian dari
pasar local dan memang mereka harus melakukannya: Karena ini terdengar agak aneh
didalam bahasa China dan beberapa merek local melakukan pencurian ide terhadap Coca-
Cola. Dalam kegiatan Value-Co-Creationnya Coke Zero meminta generasi muda Singapura
yang kreatif untuk menginterpretasikan tagline “I’ts possible” pada situs eyeka dan baru-baru
ini Promosi Global diluncurkan untuk merayakan “Energizing Refreshment” kegiatan itu
menghasilkan hasil yang luar biasa (946 foto dan 284 video), bagaimanapun juga Coca-Cola
online engagement itu besar dan masuk diakal, perusahaan sadar bahwa perubahan tidak
hanya daatang dari investasi marketing tapi juga dari investasi di Hardware dan Desain
seperti freestyle fountain dimana itu menjadi investasi peralatan perusahaan terbesar
sepanjang sejarah
Pada Akhirnya Coca-Cola sebagai merek dan perusahaan mempunyai nilai, Uang dan
Mindset untuk menyatukan co-creation project mereka, mereka mengerti bahwwa hal ini
krusial untuk berinteraksi bersama orang-orang itu mengapa mereka menggunakan co-
creation melihat wawasan dan opini masyarakat dan mempengaruhi semangat orang untuk
menarik untuk membuat konten coca-cola yang konsumen buat sendiri.
Page 19
Saat Co-Creation berubah menjadi Co-destruction
Dell & StarBucks
Menurut Francis Gouillart salah satu praktisi & tokoh besar dalam pengembangan teori co-
creation, ketika berusaha untuk melibatkan pelanggan dalam dialog co-creation , banyak
perusahaan membuka salah satu saluran inovasi ini kepada pelanggan dan meminta
mereka untuk berkontribusi atas sebuah ide, contohnya ketika Starbucks melakukannya
dengan MyStarbucksidea.com atau Dell dengan IdeaStorm.com, dimana pendekatan ini
menimbulkan keinginan dan mobilisasi dari sejumlah pelanggan yang mana itu adalah hal
baik, tapi itu bisa jadi merupakan sebuah masalahdimana sebagian dari ide tersebut adalah
sangat baik dan sebagian yang lain adalah ide-ide tak berguna, permasalahan utamanya
adalah ide tersebut bukan merupakan unit yang tepat untuk perusahaan melakukan co-
creation. Ide biasanya diekspresikkan dalam bentuk saran yang naïf contohnya: “Kenapa
kamu tidak menyediakkan produk cokelat yang lebih banyak?” atau biasanya pada
keinginan “Saya ingin tidak menunggu jika saya pesan Frappuccino” tetapi pelanggan hanya
bisa membayangkan suatu produk atau pengalaman yang mereka dapat ditempat lain
artinya mereka sama sekali tidak meng co-creating apapun ditambah lagi pekerja di
Starbuck dan Dell tidak benar-benar berbaur dengan pelanggan di situs tersebut, mereka
hanya member rating pada paket-paket suggesti yang ada.
Sebuah awal yang lebih baik bagi pelanggan adalah jika mereka bisa berimajinasi bersama
para perwakilan perusahaan dalam suatu skema interaksi yang baru dimana mereka bisa
benar-benar berbaur dalam Starbuks dan Dell, Jika ide adalah pondasi dasar bangunan
maka tempat pengaplikasian co-creation akan sangat luas yang mana perusahaan berusaha
untuk mengco-create tiap-tiap ide dan mengelolanya secara terpusat dan itu bisa mengarah
kepada kegagalan, pendekatan yang lebih baik adalah untuk melatih pekerja dan pelanggan
untuk mengco-creation dan mengelolanya dalam sebuah team-team kecil yang berkerja di
area-area individu, jadi mereka benar-benar untuk menghasilkan ide yang berguna bukan
hanya sekedar saran dan pada akhirnya MyStarbukcIdeas.com harusnya menjadi
MyStarbucksProcesses.com dan pada Dell IdeaStorm.com menjadi InteractionStorm.com
Page 20
Dalam kasus ini saya mengambil contoh pada perusahaan Google yang digolongkan dalam
incremental service yaitu suatu value creation strategy dimana servis digunakkan untuk
menimbulkan nilai tambahan, ide pokoknya adalah melalui investasi dan adaptasi, penyedia
jasa dan klien dapat memproduksi solusi yang lebih efektif , strategi ini sangat efektif ketika
di implementasikan oleh google.
Google sudah dikenal secara luas sebagai situs pencari terbaik disamping itu untuk
menyajikan servis pencarian untuk pasar individu, google juga menyediakan jasa pencarian
untuk korporat terbasuk periklanan, penerbit dan manajer dengan biaya yang sangat efisien
dengan cakupan yang besar dalam servis pencariannya. Dari awal Developer dari Google
memahami bahwa kesuksesan situs pencarian memerlukan sebuah setup server yang baru,
Terobosan Google adalah untuk menggunakan PCs yang terkoneksi untuk merespon
pertanyaan secara cepat, Inovasi dari google ini terbayar dari cepatnya waktu respon, skala
yang melebar dan penurunan biaya
Page 21
Mc Afee
Mc Afee Digolongkan dalam incremental service innovation – Balance, Karena baik dari
pihak perusahaan dan dari pihak konsumen sama-sama berkontribusi aktif untuk
menghasilkan value, McAfee menawarkanproteksi data yang bisa hilang untuk para
pengguna internet, servis mereka ditujukan untuk menangkal kehilangan data yang
diakibatkan oleh sumber internal maupun sumber eksternal dari para penggunanya, Konsep
McAfee sites Advisor adalah inofatif, teknologi safe-search & surf yang telah dipakai lebih
dari 38 juta pengguna internet, McAfee mempunyai hubungan jangka panjang yang baik
dengan kliennya dan berbagai industry lain untuk menyajikan solusi terintegrasi yang dapat
mengurangi biaya dan kompleksitas dari pengelolaan jasa keamanan.
Bentuk strategi co-creation dari McAfee adalah membentuk suatu kolaborasi dengan klien
termasuk keterlibatan pengguna dalam menciptakan dan memantau scam yang ada dan
melaporkannya kepada McAfee, Konsep servis dari McAfee ini telah juga dianugerahi oleh
departemen komersial Amerika serikat sebagai “Recognition of Excellence in Innovation”.
TVU Networks
Inovasi ini telah banyak mengubah pola teknologi penyiaran televis, memperkenalkan
teknologi televise pada pengguna desktop baik dengan bayar biaya berlangganan atau
dengan peer to peer, Penyedia jasa membolehkan klien untuk memilih channel yang
diinginkan untuk selanjutnya channel tersebut dapat dinikmati via desktop online, teknologi
ini memungkinkan orang untuk menonton TV secara live dengan saluran Online dengan
juga adanya saluran iklan khusus, dalam hal ini provider dari TVU Networks adalah satu
contoh dari incremental service innovation yang radikal
Page 22
Skype
Hubungan Klien dan provider menciptakan suatu hubungan win-win dalam suatu inovasi
servis, Skype adalah saluran komunikasi online dengan pertumbuhan tercepat didunia yang
memungkinkan orang-orang dimanapun untuk membuat panggilan suara maupun gambar
secara gratis, “Kita tahu dari mendengarkan 75 juta pemakai Skype yang 30% nya
menggunakanya secara regular untuk bisnisnya dan sebagian besar dari mereka adalah
perusahaan kecil” Kata Niklas Zennstorm Skype CEO dan co-founder, servis ini tersedia
dalam 27 bahasa dan digunakkan dihampir seluruh Negara didunia, popularitas dari Sype
terbentuk karena memungkinkan orang untuk membuat panggilan grats dari internet,
Konsep inovasi termutakhir dari Skype adalah mempromosikan suatu ekosisitem baru yang
memungkinkan orang untuk menjual idenya tau pengalamannya ke orang lain yang ingin
membelinya, hal ini secara konsisten merupakan strategi dasar dari inovasi Skype dimana
feedback dari pengguna selalu menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan
inovasinya,
Terlebih lagi Skype mendemonstrasikan bahwa bagaimana efisiennya servis co-desain yang
membutuhkan penggunaan dan adaptasi dari kedua baik servis provider maupun
kemampuan klien dan juga servis dari Skype ini telah terintegrasi baik dari kebutuhan dari
Klien danportofolio yang disajikan oleh perusahaan, Skype merupakan contoh dari innovasi
radikal (kolom 9) yang mematahkan tradisi dan pola komunikasi tradisional yang telah
berumur ratusan tahun
Page 23
Shift dari Value Chain ke value Ecology
Games Tranz dan Warhammer
Sebuah produk game simulator kereta api yang dirilis oleh developer asal Australia Auran,
Auran Developer game seperti Auran secara rutin merilis konten tambahan untuk gamenya,
ini memungkinkan Auran untuk mempergunakkan komunitas fan dari game Tranz dan pada
intinya mengoutsource nilai value kepada konsumen, Relasi formal pada konsumennya
terbentuk melalui official Tranz third party program yang memungkinkan pengguna untuk
bertukar pikiran dan ide, know-how dan Art Content, keuntungan dari tipe pendekatan yang
seperti ini adalah banyak sekali,
Warhammer - Gameworkshop merupakan suatu perusahaan yang mengatur dan
memanage komunitas penggemar warhammer (didunia nyata), orang-orang ini sangat
antusias pada game dan juga pada interaksinya yang akhirnya menempatkan mereka pada
suatu arus ternetu, Kadang bahkan mereka berdandan seperti tokoh fiksi dari game
Warhammer, ini merupakan bagian yang tricky untuk dimanage, para gamers terlibat secara
besar dan sangat antusias, mereka ingin diakui akan keterlibatanya, dua peneliti dari prancis
(Ezan dan Civa, 2008) menindikasikan bahwa keinginan para gamers harus dikenali sebagai
value oleh Games Workshop, kalau tidak mereka bisa mengarah pada kerusakkan (boikot,
dsb),
Pada akhirnya kita tidak bisa memungkiri bahwa telah ada perpindahan dalam pola
konsumen sebagai pihak yang terisolasi dan tidak sadar dan juga pasif menjadi pihak yang
terkoneksi, terinformasi dan aktif
Page 24
Contoh Value co-creation dalam hubungan Perusahaan - Supplier dalam Value Chain
Wall-Mart
Wall-Mart adalah salah satu retailer pertama yang menggunakan computer untuk mengecek
inventori nya, seperti penggunaan barcode (1980), EDI untuk koordinasi yang lebih baik
dengan supplier (1985) dan wirless scanning gun (akhir 1980’s), peneliti menilai ini berkat
Wall-Mart
Yang menerapkan sharing permintaan Point of Sales (POS), level inventori, supply chain
cost, rencana promosi dan rencana strategis dengan para suppliernya melalui suatu system
database yang mengintegrasikan value chain dari wallmart itu sendiri dan menghasilkan
suatu interorganizational competitive advantage”
The Buyer’s trust Matrix: Service centered outcomes
Secara konsisten filosofi dari Wall-Mart yang men-share informasi, semua supplier diizinkan
untuk menikmati akses gratis ke semua report link retailer, semua supplier dibimbing oleh
seorang manajer dari Wall-Mart dan mereka dibutuhkan oleh Wall-Mart untuk co-manage
join bisnis mereka dengan para retailer, Hasilnya prakiraan/forecast dari para supplier
adalah berdasarkan dari database retailers dalam hal prioritas penjualan kepada konsumen
dan supplier pun menjual barangnya ke konsumen bukan kepada retailer, Strategi ini bisa
mengurangi intra-channel conflict dan mengarah pada value-chain yang lebih terintegrasi,
Page 25
Wall-Mart juga merangsang para supplier besar dan berpengalaman untuk berkerja sama
dengan supplier baru atau kadang-kadang dengan untuk meningkatkan utilisasi dari system
retail link tersebut, Selain itu Wall-Mart juga mulai menggunakan suatu standarisasi online
quick report yang bernama Store Within a Store (SWAS) yang bersumber dari system
retailer yang terupdate setiap harinyadi computer para supplier dan buyers, buyer dapat
mengemail dengan membuat laporan cepat kepada supplier dengan komentar atau
pertanyaan, mempercepat kolaborasi bisnis, system yang lebih baru digunakkan oleh Wall-
Mart adalah “Collaborate, Planning, Forecasting dan Replenishment” (CPFR) system yang
menyajikan supplier untuk mereview dan membuat komentar pada ramalan penjualan
barang mereka
Sistem value Chain Wall-Mart yang sangat berbeda dengan product-centered philosophy
yang dimana beberapa perusahaan manufaktur dan supplier telah menempatkan Wall-Mart
dalam co-managed inventory system dimana manufaktur menulis sendiri order pembelian
tanpa ada tandatangan dari pihak Wall-Mart, ini mengindikasikan adanya suatu
keterpercayaan yang sangat besar
Berdasarkan jurnal pertama Managing co-creation of valueada sebuah konsep pemikiran
bahwa proses co-creation dari value tidak hanya terjadi antar hubungan perusahaan dengan
konsumen saja, tapi juga hubungan perusahaan dengan suppliernya dengan terbentuknya
relationship experience design yang baik antara Wall-Mart dengan para suppliernya yang
memungkinkan terbentuknya peluang untuk meng co-create value, perencanaan dan
implementasi bersama-sama dalam prosesnya di value chain
Page 26
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Payne, Storbacka and Pennie Frow. (2007). “Managing the co-creation of value”.
Journal of Academy of Marketing Science, 2007 pp.83-96
Edvardsoon, tronvoll and Gruber (2010). “Expanding understanding of service
exchange and value co-creation: a social construction approach”. Journal of Academy
Marketing Science, April 28 2010 pp 327-339
Tokman and Beitelspacher L.S. (2011). “Supply Chain Networks and Service-
Dominant Logic: Suggestions for future research”. International Journal of Physical
Distribution & Logistics Management. Vol 41. 2011. pp 717-726
Wa Chan, Yim and S.K. Lam (2010). “Is Customer participation in Value Creation a
Double-Edged Sword”. Journal of Marketing Vol.74 May 2010, pp. 48-64
Oh, Lih Bin and H.H. Teo (2010). “Consumer Value Co-creation in a Hybrid
Commerce Service-Delivery System”. International Journal of Electronic Commerce Vol.14.
pp.35-62
Moller, Rajala and Westerlund (2008). “Service Innovation Myopia: a Receipe for
Client-Provider Value Creation”. California Management Review Vol.50,No3 Spring 2008
Hearn and Pace, Cassandra (2006). “Creating Value Ecologies: understanding next
generation business systems”. Journal of Future Studies, Strategic Thinking and Policy,
2006 pg55
Kasouf, Darroch, Hultman and Miles (2008). “Service Dominant Logic”. Journal of
Research in Marketing and Entrepreneurship Vol10 2008 pp57-69
Ple and Caceres, Chumpitas (2010) “Not Always co-creation: Introducing
interactional co-destruction of value in service dominant logic”. Journal of Service Marketing
2010 pp 430-437
Page 27
Hansen, Jared (2009). “The Evolution of Buyer-Supplier relationships: an historical
industry approach”. Journal of Bussiness & Industrial Marketing 2009 pp227-236
http://francisgouillart.com/
Page 28
BAB V
LAMPIRAN
Page 29
Page 30