Validitas dan Reliabilitas Soal UAS Bahasa Jerman Kelas XI IPS SMAN 7 Malang
-
Upload
priska-putri-lestari -
Category
Documents
-
view
177 -
download
41
description
Transcript of Validitas dan Reliabilitas Soal UAS Bahasa Jerman Kelas XI IPS SMAN 7 Malang
VALIDITAS DAN RELIABILITAS SOAL UAS BAHASA JERMAN
KELAS XI IPS SMA NEGERI 7 MALANG
Priska Putri Lestari
Dra. Rosyidah, M.Pd.
Dr. Rizman Usman, M.Pd.
Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yang
bertujuan untuk mendeskripsikan validitas dan reliabilitas butir soal. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dengan instrumen
berupa tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal UAS bahasa Jerman
kelas XI IPS 2013/2014 memiliki validitas 97% berdasarkan yakni kesesuaian
antara indikator dengan pertanyaan. Selain itu, tingkat reliabilitas soal tersebut
pun sangat tinggi. Namun, dilihat dari segi analisis butir soal, soal UAS bahasa
Jerman tersebut memiliki butir-butir soal yang tidak baik.
Kata Kunci: validitas, reliabilitas, analisis butir soal
ABSTRACT: This research is a descriptive quantitative research, which
purposed to describe the item validity and reliability of German final exam for
XI social class at SMA Negeri 7 Malang. The data collection technique used in
this research is documentation using table as the instrument. The results showed
that the final exam of German for 11th grade of social program in school year
2013/2014 has validity 97% based on the correspondence between indicator and
the question. This final exam also has very high reliability. However, the result
of item analysis show, that many items that are not good.
Keyword: validity, reliability, item analysis
Di dunia ini, terdapat beberapa bahasa yang menjadi bahasa komunikasi
internasional. Selain bahasa Inggris, yang berada di urutan pertama, bahasa
Jerman juga mulai diperhitungkan keberadaannya sebagai bahasa pengantar
internasional di lingkup Eropa. Pada kenyataannya, bahasa Jerman juga
digunakan sebagai bahasa nasional di beberapa negara, seperti Swiss, Austria,
Luxemburg, Belgia, dan Liechtenstein.
Popularitas bahasa Jerman juga semakin terangkat melalui kemajuan
ekonomi dan teknologinya yang semakin mendunia. Semua orang pasti mengenal
merk-merk kendaraan Jerman, seperti BMW, Mercedes Benz, Opel, dan bahkan
Airbus yang merupakan segelintir contoh produk Jerman yang sudah terjamin
kualitasnya. Kemajuan teknologi ini akhirnya berdampak juga pada sektor
ketenagakerjaan dan pendidikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
semakin hari semakin banyak kebutuhan akan para ahli bahasa Jerman.
Mempelajari bahasa Jerman sebagai bahasa asing tidak mudah. Selain
membutuhkan kesabaran, mempraktikkan bahasa yang dipelajari membutuhkan
ketekunan dan keberanian. Namun belajar bahasa Jerman bukanlah sesuatu yang
sulit jika dibandingkan dengan bahasa Spanyol atau Prancis, karena tata
bahasanya yang mudah dan praktis (Yuniawati, 2010). Saat ini bahasa Jerman
banyak diajarkan untuk tetap menjaga adanya kerjasama bilateral maupun
multilateral. Di Indonesia, bahasa Jerman diajarkan sebagai bahasa asing kedua
setelah bahasa Inggris di tingkat SMA.
Di SMA Negeri 7 Malang juga diajarkan bahasa Jerman sebagai bahasa
asing kedua bersamaan dengan bahasa Jepang. Selain diajarkan pada kelas bahasa,
bahasa-bahasa asing tersebut juga diajarkan di kelas non-bahasa. Bahasa Jerman
diajarkan di kelas X, XI IPS, dan XII IPS, sedangkan bahasa Jepang diajarkan di
kelas X, XI IPA, dan XII IPA. Untuk mengetahui pencapaian siswa dalam
mempelajari bahasa asing, guru melakukan evaluasi setiap selesai mengajarkan
materi, baik di tengah semester maupun di akhir semester.
Setiap tes, seperti ulangan harian, UTS, dan UAS, disusun sendiri oleh
guru pengampu mata pelajaran bahasa Jerman. Tetapi penyusunannya tanpa
didampingi oleh pakar atau ahlinya. Guru menyusun kisi-kisi terlebih dahulu,
sebelum menyusun soalnya. Soal UAS bahasa Jerman kelas XI program pilihan
yang berisi 40 butir soal, disusun satu jenis untuk lima kelas. Dari hasil
pengerjaan soal UAS tersebut terdapat 161 siswa terdapat 9 siswa yang mendapat
nilai di bawah SKM. Artinya, hampir 6 persen siswa belum melampaui nilai
SKM.
Sesuai peraturan yang berlaku di SMA Negeri 7 Malang, guru diharuskan
menganalisis hasil tes setelah melaksanakan tes/ulangan maupun ujian. Guru
diminta mengisi tabel dengan skor yang diperoleh siswa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui prosentase pencapaian siswa dalam memahami materi yang telah
disampaikan guru.
Dari fakta yang ada di lapangan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas soal UAS
Bahasa Jerman kelas XI IPS.
METODE
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam hal
ini, digunakan perhitungan statistik untuk mendeskripsikan validitas dan
reliabilitas tes. Sugiyono (2013:147) mengungkapkan bahwa “statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.” Populasi untuk mencari validitas dan reliabilitas dalam penelitian
ini adalah soal UAS bahasa Jerman kelas XI. Sampel untuk menentukan validitas
isi dan analisis butir soal dalam penelitian ini berupa butir-butir soal UTS yang
berjumlah 40 buah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dengan tabel sebagai instrumen. Terdapat tiga hal yang dianalisis
dalam penelitian ini, yaitu validitas isi dengan meminta pertimbangan ahlli,
reliabilitas dengan rumus Cronbach Alpha, dan analisis butir soal dengan mencari
tingkat kesukaran, daya beda, dan fungsi distraktor. Reliabilitas dan analisis butir
soal dianalisis dengan bantuan program ITEMAN versi 3.0.
HASIL PENELITIAN
Validitas isi soal UAS bahasa Jerman ini didapat dari analisis kisi-kisi dan
expert judgement. Dari kisi-kisi yang disusun oleh guru matapelajaran bahasa
Jerman kelas XI IPS SMA Negeri 7 Malang, dapat diketahui bahwa soal tersebut
disusun atas dua tema (kehidupan sekolah dan keluarga) dan dua kompetensi
bahasa (membaca dan menulis). Tema yang dibahas pada semester I di kelas XI
program pilihan, dalam hal ini kelas XI IPS, adalah tema keluarga. Namun, guru
menuliskannya dalam kisi-kisi dua tema sekaligus. Dilihat dari tingkat kesukaran
soal, guru tidak merencanakan soal dengan tingkat kesukaran soal tinggi (sulit).
Guru hanya menyusun soal dengan tingkat kesukaran rendah (45%) dan sedang
(55%). Selain itu, guru hanya menyusun soal pada aspek mengetahui (C1).
Adapun penggunaan kata tujuan operasional pada indikator soal menunjukkan
bahwa aspek yang digunakan tidak hanya mengetahui (C1), tetapi juga memahami
(C2) dan mengaplikasikan (C3). Seperti pada soal no. no 11 hingga no 15, siswa
diminta membuat pertanyaan dengan tepat, kata „membuat‟ termasuk dalam aspek
memahami (C2). Adapun pada soal no 6 hingga no. 10, siswa diminta untuk
menyusun kalimat dengan tepat, kata „menyusun‟ termasuk dalam aspek
mengaplikasikan (C3). Selain itu, guru juga menyebutkan kata operasional dari
aspek afektif, yakni menjawab, yang termasuk dalam kategori menerima.
Selain menentukan validitas isi soal UAS dari segi kisi-kisi, peneliti juga
meminta pertimbangan ahli untuk menentukan validitas isi soal tersebut. Ada tiga
orang ahli yang dimintai pertimbangan dalam penentuan validitas isi. Yang
dimaksud dengan valid dalam penelitian ini adalah kesesuaian antara indikator
dengan pertanyaan pada soal. Dari hasil penentuan tersebut diketahui 39 butir soal
atau 97 % soal sesuai dan 1 butir soal atau 3 % soal tidak sesuai dengan kisi-kisi.
Soal yang sesuai terdapat pada soal no 1 sampai dengan 37, 39, dan 40. Terdapat
banyak kesalahan pengetikan dan ketidaksesuaian antara pertanyaan dengan
pilihan jawaban yang disediakan. Selain itu, beberapa fungsi distraktor pun tidak
sesuai dengan prinsip penyusunan tes yang benar. Adapun soal yang tidak sesuai
terdapat pada soal no 38.
Kesalahan pengetikan ditunjukkan pada (a) pilihan jawaban „b‟ di no. 2,
Dientag seharusnya ditulis Dienstag; (b) pilihan jawaban pada no. 2 dan 4
sebaiknya diawali dengan kata Am; (c) soal no 5, kata Stunde seharusnya dalam
bentuk plural, yaitu Stunden; (d) pilihan jawaban pada no. 6, 9, dan 10 seharusnya
diawali dengan huruf kapital; (e) pada no. 13, seharusnya pada pilihan jawaban „a‟
zeit ditulis dengan Zeit, pada pilihan jawaban „b‟ seharusnya siehst du Fern ditulis
dengan Siehst du fern, pada pilihan jawaban „c‟ seharusnya viel ditulis dengan
viele; (f) pada soal no. 21 Was machen Sie? seharusnya ditulis Was machen sie?;
(g) pada soal no. 22 Was ist das Rudy? seharusnya ditulis Was ist das, Rudy?; (h)
23 kannst du mir helfen, Was ist das? seharusnya ditulis Kannst du mir sagen, was
ist das?; dan (i) pada soal no 26 brings du meine ... ? seharusnya ditulis Bringst
du meine ... ? dan entschuldigung seharusnya ditulis dengan Entschuldigung.
Pada indikator pertama, yakni mengenali jadwal pelajaran dengan tepat,
ahli berpendapat bahwa jumlah soal yang ditulis terlalu banyak. Soal yang
disajikan pun sangat mudah, karena tidak menuntut pemahaman siswa. Pada
indikator kedua, yaitu menyebutkan mata pelajaran dengan tepat, ahli menyatakan
bahwa indikator tersebut tidak cocok untuk digunakan dan dijadikan sebagai
bahan UAS.
Soal no. 21 memiliki distraktor yang tidak sesuai dengan prinsip
penyusunan tes yang benar. Seharusnya yang menjadi distraktor berupa kegiatan,
bukan nama benda. Soal no. 22 dan 23 seharusnya menggunakan distraktor dalam
bentuk unbestimmter Artikel. Distraktor pada soal no. 24 dan 25 seharusnya
dikonjugasikan sesuai subyek (er). Terdapat kekurangan berupa Akkusativobject
(sie) pada soal no. 26. Distraktor „b‟ pada soal no. 6 tidak memenuhi syarat,
karena terdapat kata kommst yang tidak tertera di soal. Soal no. 8 dan 14 memiliki
dua kunci jawaban yang dapat membingungkan siswa. Adapun soal no. 9 dan 10
memiliki distraktor yang kurang bagus. Soal no. 11 dan 13 memiliki distraktor
yang kurang bagus, karena jawaban mudah dikenali. Distraktor pada soal no 12
dan 15 tidak menyediakan jawaban yang benar. Soal no 27 hingga 36 memiliki
distraktor yang tidak bagus, seharusnya pengecoh menunjukkan jenis kelamin
yang sama. Pada soal no 36, distraktor „a‟ tidak bagus, karena terdapat kata Nein,
dan distraktor „b‟ tidak termasuk dalam hubungan keluarga. Soal pada no 37 tidak
sesuai dengan indikator yang dibuat. Distraktor pada soal no 39 dan 40 termasuk
distraktor yang buruk.
Reliabilitas butir soal UAS didapat dengan menggunakan rumus Cronbach
Alpha. Hal yang pertama dilakukan peneliti adalah mengumpulkan 161 lembar
jawaban siswa, kemudian memasukkan data pilihan jawaban ke dalam notepad.
Setelah itu, data tersebut dianalisis oleh program ITEMAN 3.0. Dari hasil analisis
tersebut diketahui bahwa reliabilitas butir soal UAS bahasa Jerman memiliki
koefisien sebesar 0,9. Berdasarkan tabel urutan tingkat korelasi, koefisien korelasi
sebesar 0,9 berarti tes tersebut memiliki tingkat reliabilitas butir soal yang sangat
tinggi.
Tingkat kesulitan soal UAS bahasa Jerman ini ditentukan dengan rumus
berikut 𝑃 =𝐵
𝐽. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 40 butir soal UAS bahasa
Jerman terdapat 32 butir atau sebesar 80% dinyatakan mudah, 6 butir soal atau
sebesar 15% memiliki tingkat kesulitan sedang, dan 2 butir soal atau sebesar 5%
dinyatakan sukar.
Langkah awal untuk menentukan daya beda adalah membagi responden
menjadi dua kelompok, kelompok tinggi dan rendah. Masing-masing kelompok
berjumlah 43 siswa. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 27 butir soal atau
sebesar 68% memiliki daya beda sangat memuaskan, 8 butir atau 20% soal
memiliki daya beda memuaskan, 3 butir atau 8% soal memiliki daya beda cukup
memuaskan, dan 2 butir soal atau sebesar 5% memiliki daya beda tidak
memuaskan. Daya beda pada soal no 34 berupa bilangan negatif yang berarti
kelompok bawah banyak menjawab benar pada no tersebut, sedangkan kelompok
atas tidak (kunci terbalik).
Distraktor dianggap berfungsi apabila dipilih oleh minimal 5% dari jumlah
seluruh siswa. Jumlah siswa yang diteliti adalah 161 orang, sehingga opsi
pengecoh akan berfungsi apabila dipilih oleh minimal 8 siswa. Dari hasil analisis
fungsi pengecoh dapat disimpulkan bahwa dari 160 opsi pengecoh (opsi pengecoh
tiap soal x jumlah keseluruhan soal) yang telah dibuat, 100 opsi pengecoh atau
90% dari jumlah seluruh opsi pengecoh tidak berfungsi dengan semestinya,
sedangkan 60 opsi pengecoh atau 10% lainnya berfungsi dengan baik. Dari
masing-masing butir soal terdapat jawaban lain yang dipilih oleh 3,1% hingga
4,3% dari jumlah 161 siswa.
PEMBAHASAN
Validitas
Validitas isi soal UAS bahasa Jerman ini didapat dari analisis kisi-kisi dan
expert judgement. Dari hasil analisis kisi-kisi dapat diketahui bahwa guru
melakukan beberapa penyimpangan dalam penyusunan kisi-kisi. Penyimpangan
tersebut antara lain pemilihan tema, proporsi tingkat kesukaran, dan aspek
taksonomi Bloom yang diterapkan. Proporsi tingkat kesukaran yang disusun oleh
guru hanya tingkat mudah dan sedang. Hal tersebut kurang sesuai dengan
pendapat Sudjana (2010:136) yang menyatakan bahwa proporsi soal adalah 30%
soal mudah, 40% soal sedang, dan 30% soal sukar atau 30% soal mudah, 50%
soal sedang, dan 20% soal sukar. Perkiraan guru dalam menyebutkan aspek
taksonomi Bloom tidak sesuai dengan pilihan kata-kata operasionalnya. Guru
hanya menyebutkan aspek mengingat (C1), hal tersebut tidak sesuai dengan hasil
analisis, karena dalam kisi-kisi soal tersebut juga terdapat aspek mengidentifikasi
(C3) dan memahami (C2). Selain itu, guru juga menyebutkan kata operasional
dari aspek afektif, yakni menjawab, yang termasuk dalam kategori menerima. Hal
tersebut bertentangan dengan aspek yang dimaksud. Aspek yang dimaksud dalam
penyusunan kisi-kisi adalah aspek kognitif.
Hasil identifikasi validitas isi berdasarkan pertimbangan ahli menunjukkan
bahwa 97% soal sesuai dan 3% tidak sesuai. Kesesuaian tersebut hanya berlaku
untuk indikator dengan pertanyaan soal saja. Terdapat banyak kesalahan
pengetikan dan ketidaksesuaian antara pertanyaan dengan pilihan jawaban yang
disediakan. Selain itu, juga terdapat fungsi distraktor yang tidak bagus. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang dilaksanakan Anggraini (2010) mengenai
validitas soal UAS bahasa Jerman kelas XI bahasa di SMA Negeri 1 Lamongan.
Dalam penelitian yang dilaksanakan Anggraini, disimpulkan bahwa validitas soal
UAS bahasa Jerman sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa soal tes buatan guru
untuk matapelajaran bahasa Jerman memiliki tingkat validitas yang bervariasi.
Diharapkan guru maupun calon guru bahasa Jerman menguji validitas tes sebelum
diujikan, agar didapat soal dengan kualitas baik.
Reliabilitas
Reliabilitas soal UAS bahasa Jerman yang diteliti memiliki koefisien
korelasi sebesar 0,9. Berdasarkan tabel urutan tingkat korelasi, koefisien korelasi
sebesar 0,9 berarti tes tersebut memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Hasil
tersebut melemahkan pendapat Arikunto (2011:147) bahwa tes buatan guru
memiliki reliabilitas sedang atau rendah. Namun, hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muliawati (2010) mengenai reliabilitas soal
ulangan blok semester 1 bahasa Jerman di SMA kelas XII. Dari penelitian
tersebut, diketahui bahwa soal ulangan blok tersebut memiliki reliabilitas yang
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa soal ulangan yang disusun oleh guru memiliki
reliabilitas yang tinggi.
Analisis Butir Soal
Dilihat dari segi analisis butir soal, dalam soal UAS tersebut terdapat 80%
soal yang dinyatakan mudah, 15% sedang, dan 5% sukar. Guru pun tidak
menyusun soal dengan tingkat kesukaran yang tinggi. Hasil ini tidak sesuai
dengan perkiraan guru, yakni 45% soal mudah dan 55% soal sukar. Selain itu,
hasil ini tidak sejalan dengan pendapat Sudjana (2010:136) mengenai proporsi
tingkat kesukaran dengan perbandingan 30%-40%-30% maupun 30%-50%-20%.
Sehubungan dengan daya beda, soal tersebut memiliki daya beda sebesar 68%
atau sangat memuaskan. Hal tersebut menandakan soal UAS tersebut dapat
membedakan siswa yang pandai dengan yang tidak. Sementara itu, fungsi
distraktornya juga tidak berfungsi dengan baik, sebab 90% dari 160 pilihan
jawaban dari soal tersebut tidak berfungsi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa hasil analisis butir soal, menunjukkan bahwa soal UAS bahasa Jerman
tersebut memiliki kualitas yang tidak baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Muliawati (2010) bahwa soal ulangan blok bahasa Jerman semester 1 memiliki
74% butir soal yang jelek.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Validitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesesuaian antara
indikator dengan pertanyaan soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal UAS
semester I Bahasa Jerman Kelas XI SMAN 7 Malang tahun ajaran 2013/2014
memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi, yaitu 97%. Selain itu, tingkat
reliabilitas soal tersebut pun sangat tinggi. Namun, dilihat dari segi analisis butir
soal, soal UAS bahasa Jerman tersebut memiliki butir-butir soal yang tidak baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sederhana ini, disarankan kepada guru
bahasa Jerman agar dalam menyusun tes mengikuti pedoman pembuatan tes yang
baik dan dikonsultasikan dengan pakar atau ahli dalam bidang evaluasi
pembelajaran bahasa Jerman. Guru juga diharapkan terlebih dahulu menguji soal
yang akan digunakan untuk UAS terlebih dahulu, sehingga didapat soal yang
benar-benar sahih dengan apa yang diukur serta ajeg. Selain itu, soal yang disusun
oleh guru hendaknya sesuai dengan indikator, pilihan jawaban yang disediakan
seyogyanya menuntut pemahaman siswa, supaya siswa tidak menjawab hanya
dengan menebak, dan proporsi soal harus sesuai dengan pedoman yang ada.
Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti validitas lain, seperti validitas konstruk,
validitas konkuren, dan lain-lain. Selain itu, perlu diteliti pula hubungan antara
validitas dan reliabilitasnya. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mampu meneliti
tes dengan lebih baik, baik tes terstandar maupun tes tidak terstandar.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, N. 2010. Validitas Tes Ujian Akhir Semester Bahasa Jerman Kelas XI
SMA Negeri 1 Lamongan Tahun 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Program Strata 1 Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Muliawati, V. 2010. Analisis Butir Soal Ulangan Blok Semester 1 Bahasa Jerman
di SMA Kelas XII. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Strata 1
Universitas Negeri Jakarta.
Sudjana, N. 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Yuniawati, R. 2010. 30 Hari Menguasai Bahasa Jerman dengan Mudah dan
Lancar. Jakarta : Transmedia