V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan...

44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Muara Angke dengan dengan luas ± 67 Ha, terletak di delta Muara Angke Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara dan secara astronomis terletak pada 106 0 52’ Bujur Timur dan 6 0 Lintang Selatan. Kawasan Muara Angke secara secara geografis berbatasan dengan: - sebelah barat : Kali Angke - sebelah selatan : Kali Angke - sebelah timur : Jalan Pluit - sebelah barat : Laut Jawa Kawasan Muara Angke mempunyai kontur permukaan tanah datar dengan ketinggian dari permukaan laut antara 0 – 1 meter. Pasang surut kawasan ini mempunyai sifat harian tunggal dan kisaran antara surut tertinggi dan terendah adalah 1,2 meter dan gerakan periodik ini walaupun kecil tetap berpengaruh pada kondisi pantai kawasan ini. Arus laut pada kawasan ini berkecepatan 1,5 knot dengan ketinggian gelombang antara 0 – 1 meter , jika terjadi angin kuat gelombang dapat mencapai 1,5 sampai 2 meter. Kawasan Muara Angke terletak didaerah yang strategis karena letaknya yang berada di tengah-tengah kawasan bisnis dan pemukiman elite daerah Jakarta Utara. Akses menuju kawasan Muara Angke sangat baik dan mudah. Jalan yang beraspal, tersedianya terminal yang memadai, dan sarana transportasi yang ada memudahkan masyarakat untuk datang ke Muara Angke. Sarana transportasi yang ada adalah angkutan kota, metromini maupun bus antar kota antar propinsi. 5.1.1 Penduduk Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi (Rusli, 1995). Selain itu Rusli juga menjelaskan bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang

Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan...

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Muara Angke dengan dengan luas ± 67 Ha, terletak di delta Muara Angke

Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara dan secara

astronomis terletak pada 1060 52’ Bujur Timur dan 60 Lintang Selatan. Kawasan

Muara Angke secara secara geografis berbatasan dengan:

- sebelah barat : Kali Angke

- sebelah selatan : Kali Angke

- sebelah timur : Jalan Pluit

- sebelah barat : Laut Jawa

Kawasan Muara Angke mempunyai kontur permukaan tanah datar dengan

ketinggian dari permukaan laut antara 0 – 1 meter. Pasang surut kawasan ini

mempunyai sifat harian tunggal dan kisaran antara surut tertinggi dan terendah

adalah 1,2 meter dan gerakan periodik ini walaupun kecil tetap berpengaruh pada

kondisi pantai kawasan ini. Arus laut pada kawasan ini berkecepatan 1,5 knot

dengan ketinggian gelombang antara 0 – 1 meter , jika terjadi angin kuat

gelombang dapat mencapai 1,5 sampai 2 meter.

Kawasan Muara Angke terletak didaerah yang strategis karena letaknya

yang berada di tengah-tengah kawasan bisnis dan pemukiman elite daerah Jakarta

Utara. Akses menuju kawasan Muara Angke sangat baik dan mudah. Jalan yang

beraspal, tersedianya terminal yang memadai, dan sarana transportasi yang ada

memudahkan masyarakat untuk datang ke Muara Angke. Sarana transportasi yang

ada adalah angkutan kota, metromini maupun bus antar kota antar propinsi.

5.1.1 Penduduk

Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu

wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi yaitu

fertilitas, mortalitas, dan migrasi (Rusli, 1995). Selain itu Rusli juga menjelaskan

bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat

berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

51

sama seperti etnis, agama, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, jenis kelamin,

dan golongan pendapatan.

Jumlah penduduk Muara Angke berdasarkan rekapitulasi bulan Juli 2008

berjumlah 43927 jiwa yang terdiri dari 22861 laki-laki dan 21066 perempuan

(Tabel 1). Komposisi jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin

menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin sebesar 108, hal ini menunjukkan bahwa

dari 100 penduduk wanita terdapat 108 jiwa penduduk laki-laki.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Muara Angke Bulan Juli Tahun 2008

Jenis Kelamin Jumlah Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan n (jiwa) Rasio Jenis kelamin

0 - 4 1889 1497 3386 126 5-9 1735 1585 3320 109

10-14 1680 1602 3282 105 15 - 19 1654 1570 3224 105 20 - 24 1707 1582 3289 108 25 - 29 1630 1500 3130 109 30 - 34 1678 1532 3210 110 35 - 39 1603 1436 3039 112 40 - 44 1687 1424 3111 118 45 - 49 1648 1306 2954 126 50 - 54 1516 1374 2890 110 55 - 59 1492 1327 2819 112 60 - 64 1164 1243 2407 94 65 - 69 898 1042 1940 86 70 - 74 541 622 1163 87

> 75 339 424 763 80 Jumlah 22861 21066 43927 108

Sumber: Rekapitulasi Jumlah Penduduk Muara Angke Tahun 2008

Kelompok usia 0 – 4 tahun merupakan kelompok usia dengan jumlah

penduduk paling banyak yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 3386 jiwa.

Kelompok usia > 75 tahun merupakan kelompok usia dengan jumlah penduduk

paling sedikit yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 763 jiwa.

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

52

Jumlah penduduk Muara Angke yang berada dalam kelompok usia

produktif (usia 15 – 39 tahun) sebanyak 15892 orang memiliki peluang tinggi

akan banyaknya usia anak-anak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk

yang berada dalam kelompok usia 0 – 4 tahun yaitu sebanyak 3386 jiwa dan

penduduk yang berada dalam kelompok usia 5 – 9 tahun yaitu sebanyak 3320

jiwa. Tingginya jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0 – 9 tahun) dapat

memberikan sedikit gambaran tentang rendahnya keberhasilan program Keluarga

Berencana di wilayah tersebut dan rendahnya pengetahuan masyarakat sekitar

mengenai Program Keluarga Berencana.

Rasio jenis kelamin untuk jumlah total penduduk sebesar 108 memberikan

informasi bahwa untuk dalam setiap jumlah penduduk perempuan sebanyak 100

orang akan terdapat penduduk laki-laki sebanyak 108 orang. Untuk usia 0-59

tahun dapat terlihat bahwa pada rentang usia tersebut lebih banyak penduduk laki-

laki dibandingkan penduduk wanita, hal ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin

yang nilainya lebih besar dari 100. Sedangkan untuk usia 60 tahun ke atas,

jumlah penduduk wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk

laku-laki.

Mayoritas nelayan yang menangkap ikan di Muara Angke umumnya

merupakan nelayan andun, yaitu nelayan yang menangkap ikan di daerah tujuan

selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal bila musim panen

telah berakhir. Kebanyakan nelayan andun yang tinggal di Muara Angke

merupakan nelayan yang berasal dari sekitar daerah pesisir Pulau Jawa seperti

Cirebon, Indramayu, Tegal, Brebes, Serang, dan beberapa ada yang berasal dari

Sukabumi dan Karawang bahkan ada juga sebagian kecil nelayan yang berasal

dari Sulawesi.

Nelayan-nelayan ini umumnya hidup mengelompok dan berkumpul pada

suatu tempat sehingga membentuk suatu komunitas berdasarkan daerah asal.

Biasanya mereka berasal dari kampung yang sama atau tetangga kampung

sehingga mereka sudah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, bahkan ada

beebrapa nelayan yang merupakan teman sepermainan sejak kecil.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

53

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Muara Angke secara umum masih

rendah (Tabel 2), hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penduduk yang memiliki

pendidikan rendah yaitu 1.702 orang (4,32%) tidak bersekolah, 7.827 orang

(19,82%) tidak tamat sekolah dasar, dan 8.623 orang (21,86% ) yang

menyelesaikan pendidikan hingga tamat sekolah dasar. Hal ini menunjukkan

bahwa sebanyak 18.152 orang (46,02%) tidak menyelesaikan pendidikan dasar.

Tabel 2. Komposisi Penduduk Muara Angke Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

Pendidikan Laki-Laki Perempuan n jiwa Persentase (%) Tidak Sekolah 778 924 1702 4,32 Tidak Tamat SD 4244 3583 7827 19,84 Tamat SD 3951 4672 8623 21,86 Tamat SLTP 4254 4489 8743 22,17 Tamat SLTA 4968 3642 8610 21,83 Tamat Akademi/ PT 2277 1659 3936 9,98 Jumlah 20472 18969 39441 100,00

Sumber: Rekapitulasi Jumlah Penduduk Muara Angke Tahun 2008

Sarana pendidikan yang tersedia di kawasan Muara Angke antara lain

enam buah taman kanak-kanak, delapan buah sekolah dasar, enam buah sekolah

menengah pertama, lima buah sekolah menengah atas yang letaknya tersebar di

seluruh wilayah Muara Angke. Saat ini, sedang dirintis sebuah lembaga

pendidikan non formal yang digagas oleh masyarakat sekitar tanpa bantuan pihak

luar baik pihak pemerintah maupun pihak swasta. Lembaga pendidikan non

formal tersebut dinamakan Yayasan Lentera Bangsa.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Pada tahun 1977 kawasan Muara Angke diresmikan sebagai sentral

pemukiman nelayan untuk merelokasi perkampungan nelayan yang semula

tersebar di berbagai lokasi Pantai Utara Jakarta dan menjadi pusat kegiatan

perikanan tradisional di Daerah Khusus Ibukota. Muara Angke dengan luas

semula 59 Ha, kemudian berkembang menjadi 67 Ha, diantaranya dimanfaatkan

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

54

untuk perumahan nelayan (21,26 Ha) yang hingga saat ini telah dibangun rumah

sebanyak 1.728 unit di atas tanah tersebut, pembibitan dan penelitian ikan (9,21

Ha), bangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) serta fasilitas penunjang lainnya (5

Ha), hutan bakau (8 Ha), kompleks pengolahan ikan (5 Ha), docking kapal (1,35

Ha), lahan kosong (6,7 Ha), pasar, bank, dan bioskop (1 Ha) serta terminal (2,57

Ha). Muara Angke memiliki tiga rukun warga (RW) yiatu RW 01, RW 011, dan

RW 20 serta terdapat tiga perkampungan nelayan tradisional di Muara Angke

yaitu, Kampung Nias, Kampung Baru, dan Empang.

Berbagai fasilitas didirikan di kawasan Muara Angke untuk menunjang

kegiatan kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Fasilitas

yang ada diklasifikasikan menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan

fasilitas penunjang. Fasilitas pokok terdiri dari lahan, dermaga, tanggul pemecah

gelombang, kolam pelabuhan, tiang pengikat kapal/bholar, dan fender kayu.

Fasilitas fungsional, yaitu TPI dan kantor lama, TPI dan kantor baru, tempat

pengepakan, cold storage, kios, gudang, kantor, pasar grosir, pasar pengecer. Kios

ikan bakar Pujaseri Masmurni, bangsal pengolahan hasil perikanan, mirasih,

gudang alat-alat perikanan, kolam penampungan, bengkel alat-alat kapal, dan

SPBU dwi fungsi.

Fasilitas penunjang terdiri atas Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas

perhubungan, Syahbandar, KPLP dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia

(HNSI) yang masing-masing terdiri dari satu unit dan didirikan untuk membantu

keperluan nelayan. Koperasi yang terdiri dari dua unit, yang salah satu fungsinya

adalah menyelenggarakan lelang. Pos polisi KP3 yang terdiri atas satu unit yang

berfungsi menjaga keamanan dan ketertiban di Muara Angke. Bank DKI terdiri

dari satu unit yang ikut membantu dalam kegiatan perikanan di Muara Angke.

Tersedia satu buah terminal bis yabg didirikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda)

DKI Jakarta. Keberadaan terminal bis di Muara Angke sangat membantu nelayan

yang ingin pulang ke daerahnya masing-masing. Kawasan Muara Angke juga

memiliki pasar inpres sebanyak satu unit untuk memenuhi kebutuhan nelayan.

Kawasan Muara Angke merupakan salah satu wilayah yang memiliki

prasarana penangkapan ikan terbesar di wilayah Indonesia bagian barat. Dalam

perkembangannya secara fungsional Muara Angke menjadi pelabuhan perikanan

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

55

yang sejajar dengan pelabuhan perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

lain yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Terdapat juga Pengolahan Hasil

Perikanan Tradisional yang cukup besar di Muara Angke yang digunakan untuk

pengolahan ikan asin, pengolahan ikan pindang, pengolahan terasi, pengolahan

kerupuk kulit pari, penyamakan kulit pari, dan pengolahan lembah ikan. Selain

itu juga terdapat tambak uji coba air payau, yang terdiri dari 26 unit tambak.

Pembuatan tambak ini ditujukan sebagai alternatif bagi para pengusaha untuk

mempelajari teknik budidaya ikan payau sehingga mereka dapat menjadikan

usaha tambak air payau sebagai alternatif mata pencaharian mereka.

Pemda DKI Jakarta membangun PPI Muara Angke dan fasilitasnya untuk

memberikan sarana dan prasarana bagi para investor dan pengusaha serta

menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha perikanan. PPI Muara Angke

diresmikan penggunaannya pada tahun 1977. Pemda DKI Jakarta menjadikan PPI

Muara Angke sebagai salah satu sentra perikanan DKI Jakarta dan sekitarnya

(UPT PPI, 2006),

5.1.4 Keadaan Umum Perikanan

a. Produksi Perikanan Muara Angke

PPI Muara Angke memiliki potensi yang sangat besar dan perlu

dikembangkan untuk memajukan perikanan di wilayah DKI Jakarta. Ikan yang

didaratkan di PPI memenuhi syarat konsumsi ikan segar dan ikan olahan di DKI

Jakarta dan daerah sekitarnya. Selain itu ikan dari Muara Angke diperuntukkan

untuk kebutuhan eksport ke beberapa negara. Ikan yang didaratkan di Muara

Angke diantaranya adalah Bawal Hitam. Bawal Putih, Bloso, Bentrong, Cakalang,

Cucut, cumi-cumi, kakap merah, tembang, tenggiri, tongkol dan masih banyak

lagi.

Berdasarkan daerah produksinya, produksi perikanan di Muara Angke

meliputi dua daerah produksi. Pertama adalah daerah produksi ikan lokal, yaitu

produksi ikan yang dihasilkan dari hasil tangkapan oleh perorangan atau badan

usaha yang memiliki izin usaha yang dikeluarkan oleh Pemda DKI Jakarta dan

melakukan pelelangan ikan di TPI yang telah ditetapkan. Daerah produksi yang

kedua adalah daerah produksi ikan asal luar daerah yang merupakan produksi ikan

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

56

yang dihasilkan dari penangkapan atau budidaya perorangan atau badan usaha

yang pendistribusian produksi perikanannya memanfaatkan fasilitas yang dikelola

oleh Pemda DKI Jakarta. Tempat pelelangan ikan dalam satu hari melayani

sekitar 15 kapal dan ± 45 perahu yang mebongkar hasil tangkapannya. Produksi

hasil tangkapan nelayan tergantung pada faktor cuaca, musim dan jumlah kapal

yang membongkar hasil tangkapannya di TPI. Sebagai gambaran produksi ikan

yang masuk ke Muara Angke dalam satu hari rata-rata mencapai 100-125 ton

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Produksi, Nilai dan Retribusi TPI Muara Angke Tahun 2007

Bulan Produksi (kg) Nilai (Rp) Retribusi (Rp) Januari 1.170.380 3.429.286.850 171.464.343 Februari 647.924 2.653.119.710 132.655.986 Maret 760.773 2.797.538.425 139.876.921 April 940.965 3.106.228.760 155.311.438 Mei 879.984 3.032.077.645 151.603.882 Juni 641.562 2.600.956.145 130.047.807 Juli 580.151 2.562.577.510 128.128.876 Agustus 771.439 2.754.775.015 137.738.751 September 867.509 2.934.451.015 146.722.551 Oktober 631.039 2.468.718.500 123.435.925 November 755.567 2.935.084.165 146.754.208 Desember 660.652 3.066.775.665 153.338.783 Jumlah 9.307.945 34.341.589.405 1.717.079.471

Sumber: UPT Pengelola PPI Muara Angke

Nilai produksi perikanan di Muara Angke bila dilihat berdasarkan jumlah

tangkapan yang diperoleh disajikan pada tabel 3 yang menginformasikan bahwa

jumlah produksi yang paling sedikit terjadi pada bulan Juli dengan jumlah hasil

tangkap sebanyak 580151 kilogram ikan, namun nilai tangkapan yang paling

sedikit terjadi pada bulan Oktober dengan nilai tangkapan sebesar Rp

2.468.718.500,00. Dari hasil tersebut terlihat bahwa terjadi perbedaan waktu

antara jumlah produksi terendah dan nilai terendah, hal ini terjadi dikarenakan

adanya perbedaan nilai antara jenis ikan satu dengan jenis ikan yang lainnya

sehingga dapat dikatakan bahwa ikan-ikan yang tertangkap pada bulan Oktober

memiliki nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan-ikan yang

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

57

tertangkap pada bulan Juli. Sedangkan jumlah hasil tangkapan tertinggi terjadi

pada bulan Januari dengan jumlah produksi sebanyak 1170380 kilogram ikan,

nilai tangkapan tertinggi juga terjadi pada bulan Januari dengan nilai tangkapan

sebesar Rp 3.429.286.850,00. Pada Bulan Januari didapatkan nilai produksi yang

sanagt tinggi, jauh diatas nilai produksi pada bulan-bulan yang lain. Sehingga

walaupun ikan-ikan yang didapat pada Bulan Januari memiliki nilai jual yang

relatif rendah dibandingkan dengan nilai jual ikan-ikan yang ditangkap pada

bulan-bulan yang lain, tetapi dengan nilai produksi yang jauh lebih besar

dibandingkan bulan-bulan yang lain maka Bulan Januari akan tetap menjadi

periode produksi dengan nilai produksi tertinggi.

Ikan-ikan yang masuk ke TPI Muara Angke tidak hanya ikan yang berasal

dari daerah penangkapan di sekitar Muara Angke saja, namun terdapat pula ikan-

ikan yang dihasilkan di daerah penangkapan di luar Provinsi DKI Jakarta dan

didaratkan di TPI Muara Angke. Selain ikan-ikan yang didaratkan di Muara

Angke, ikan-ikan yang masuk ke TPI Muara Angke adalah ikan-ikan yang

ditangkap dan didaratkan di daerah lain dan dikirim melalui jalur darat ke TPI

Muara Angke. Persentase banyaknya ikan yang didaratkan di Muara Angke dan

banyaknya ikan yang ditangkap dan didaratkan di daerah lain lalu dikirim ke TPI

Muara Angke dapat dilihat pada tabel 4.

Daerah penangkapan yang menghasilkan pasokan paling besar bagi TPI

Muara Angke adalah daerah Selat Karimata dengan persentase 13,41 %.

Meskipun Teluk Jakarta dan Karawang adalah daerah penangkapan yang paling

dekat dari TPI Muara Angke, namun daerah penangkapan ini merupakan daerah

penangkapan dengan hasil pasokan yang paling sedikit jika dibandingkan dengan

daerah penangkapan lainnya yaitu dengan hanya menyumbang jumlah pasokan

sebesar 0,75%. Daerah mengirim yang mengirimkan pasokan paling besar ke TPI

Muara Angke adalah daerah Surabaya dengan persentase pengiriman pasokan

sebesar 9,01% dan daerah pengirim yang mengirimkan pasokan ikan paling

sedikit ke Muara Angke adalah daerah Rengas Dengklok yang hanya

mengirimkan pasokan sebesar 0,11%.

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

58

Tabel 4. Gambaran Produksi Ikan yang Masuk Ke TPI Muara Angke Tahun 2007

No Daerah Penangkapan / Asal Ikan Persentase Hasil Tangkapan / Pasokan (%)

I DAERAH PENANGKAPAN 54,10 a. Perairan Bangka Belitung 8,65 b. Perairan Sumatra 10,35 c. Selat Karimata 13,41 d. Laut Jawa 11,60 e. Perairan Kalimantan Barat 5,65 f. Kepulauan Natuna 2,82 g. Teluk Jakarta dan Karawang 0,75 h. Karimun Jawa 1,41 II DAERAH PENGIRIM Atau PEMASOK 45,90 a. Tuban 1,71 b. Pekalongan 4,77 c. Tegal 3,67 d. Cilacap 0,59 e. Labuan 1,18 f. Bandung 6,73 g. Bogor 0,59 h. Lampung 2,08 i. Indramayu 8,79 j. Rengas Dengklok 0,11 k. Serang 0,14 l. Ciasem 0,48 m. Pemalang 0,42 n. Surabaya 9,01 o. Rembang 1,24 p. Juwana 0,25 q. Binuangan 2,26 r. Eretan 1,47 s. Losari 0,35

Sumber: UPT Pengelola PPI Muara Angke

Selain perdagangan ikan segar, di Muara Angke juga terkenal dengan

pengolahan ikan asinnya. Terdapat satu kawasan pemukiman di kawasan Muara

Angke yang memproduksi ikan asin. Kawasan ini dikenal dengan nama daerah

pengasinan atau PHPT. Muara Angke juga merupakan salah satu daerah

penghasil dan pengupas kerang hijau. Hasil perikanan yang juga banyak terdapat

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

59

di Muara Angke adalah otak-otak ikan. Penjual otak-otak ikan banyak ditemukan

sepanjang jalan di depan kios ikan bakar Pujaseri Masmurni.

b. Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan bagi nelayan-nelayan yang beroperasi di kawasan

Muara Angke adalah Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu, daerah Karawang,

Tangerang, dan Perairan Banten. Bagi kapal-kapal besar diatas 10 GT operasi

penangkapan sampai ke wilayah Sumatera Selatan, Bangka, Belitung,

Kalimantan, Massalembo (Sulawesi Selatan), Lampung, Perairang Karimun Jawa

dan sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa.

Kegiatan melaut di Muara Angke juga dipengaruhi oleh musim barat dan

musim timur. Pada musim barat, nelayan biasanya hanya mendapatkan hasil

tangkapan yang sedikit, sedangkan pada musim timur nelayan biasanya

mendapatkan hasil tangkapan yang relatif banyak. Di kawasan Muara Angke,

musim timur terjadi antara bulan Oktober sampai bulan April, sedangkan musim

barat terjadi antara bulan Mei sampai September.

c. Jenis Alat Tangkap dan Kapal

Alat tangkap yang digunakan di Muara Angke cukup bervariasi. Alt-alat

tangkap yang digunakan nelayan di PPI diantaranya adalah purse seine, gillnet,

jaring cumi, dan bubu. Alat tangkap bubu merupakan alat tangkap yang

penggunaannya pada tahun 2007 cukup dominan dibandingkan dengan alat

tangkap lainnya, yaitu berjumlah 127 unit. Alat tangkap yang menghasilkan

produksi terbesar pada tahun 2007 adalah Gillnet, dan alat tangkap yang

menghasilkan jumlah produksi ikan terbesar ke dua adalah purse seine.

Total jumlah kapal yang tambat labuh di Muara Angke pada tahun 2007

adalah 4.467 kapal yang terdiri dari 3.386 kapal yang memiliki berat kurang dari

30 GT dan 1.081 kapal lebih dari 30 GT. Selainkapal penangkap ikan, terdapat

pula beberapa kapal angkutan penumpang yang tambat labuh di PPI Muara Angke

pada tahun 2007 yaitu sebanyak 1.572 kapal.

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

60

5.2 Karakteristik Keluarga Nelayan

5.2.1 Umur Kepala Keluarga

Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas

seseorang. Semakin tinggi umur seseorang maka produktivitasnya semakin

menurun dan akan menyebabkan menurunnya penghasilan yang diperoleh. Umur

masyarakat nelayan akan mempengaruhi kemampuan fisik untuk bekerja dalam

mengelola sumberdaya perikanan.

Dari 40 kepala keluarga yang menjadi responden, umur kepala keluarga

berkisar antara 30 – 51 tahun dengan rata-rata 40,5 tahun (Tabel 5). Keseluruhan

kepala keluarga responden termasuk kedalam usia produktif. Usia produktif yaitu

masa dimana seseorang aktif bekerja sebelum masa pensiun dan termasuk usia

yang mempunyai produktivitas tinggi dalam menghasilkan pendapatan keluarga.

Umur ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara 24 – 47

tahun dengan rata-rata adalah 34,5 tahun (Tabel 5). Adanya perbedaan jarak yang

jauh antara umur ayah dan ibu terlihat jelas dari 40 responden. Partisipasi yang

rendah dalam pendidikan formal di jenjang yang lebih tinggi diduga menjadi

penyebab tingginya persentase penduduk wanita yang melakukan perkawinan

pertama di bawah usia 25 tahun (BPS, 2007).

Tabel 5. Gambaran Umum Umur Ayah dan Ibu

Keterangan Umur Ayah Umur Ibu Usia Maksimal 51 47Usia Minimal 30 24Usia Rata-Rata 40,5 34,6

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Pada umumnya masyarakat nelayan yang berumur muda dan sehat

memiliki kemampuan fisik yang lebih besar, cepat menerima hal-hal baru yang

dianjurlan dan berjiwa dinamis. Ini disebabkan karena nelayan muda lebih berani

mengambil resiko, dan biasanya kurang berpengalaman. Di lain pihak, nelayan

yang berumur tua mempunyai kapasitas pengelolaan cabang perikanan yang lebih

baik dan matang serta memiliki banyak pengalaman.

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

61

Tabel 6. Sebaran Contoh Menurut Umur Kepala Keluarga dan Ibu Ayah Ibu Umur Ayah

(Tahun) n (Jiwa)

Persentase (%) n (Jiwa)

Persentase (%)

24 - 27 0 0,00 2 5,00 28 - 31 2 5,00 7 17,50 32 - 35 4 10,00 17 42,50 36 - 39 10 25,00 7 17,50 40 - 43 12 30,00 5 12,50 44 - 47 8 20,00 2 5,00 48 - 51 4 10,00 0 0,00

Total 40 100,00 40 100,00 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Kekhawatiran bahwa wanita akan mengalami kesulitan dalam memperoleh

jodoh dan mengalami kesulitan saat melahirkan mendorong wanita untuk kawin

lebih dini ketimbang pria (BPS, 2007). Faktor ekonomi dan sosial budaya juga

diduga menjadi penyebab wanita melakukan perkawinan di bawah usia 25 tahun.

Kesulitan ekonomi juga cenderung mendorong orang tua mendesak anak

wanitanya agar lebih cepat menikah sehingga mengurangi beban ekonomi

keluarga. Berkeluarga berarti tanggung jawab terhadap kehidupan anak wanita

tersebut beralih kepada suaminya.

5.2.2 Pendidikan Orang Tua (Nelayan)

Pada penelitian ini tingkat pendidikan orang tua responden tergolong

masih rendah karena banyaknya orang tua responden yang hanya tamat sekolah

dasar (SD) sejumlah 41 orang yaitu 20 orang kepala keluarga (50,00%) dan 21

orang ibu (52,50%), bahkan terdapat beberapa responden yang tidak pernah

mengecap pendidikan formal sejumlah 5 orang yaitu dua orang kepala keluarga

(5,00%) dan 3 orang ibu (7,50%). Responden yang menamatkan pendidikan

hingga jenjang sekolah menengah pertama sebanyak 8 orang yaitu sejumlah 5

orang kepala keluarga (12,50%) dan 3 orang ibu (7,50%). Responden yang

menamatkan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah atas sebanyak 12 orang

yaitu sebanyak 7 orang kepala keluarga (17,50%) dan 5 orang ibu (12,50%).

Responden yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat akademi adalah sebanyak

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

62

2 orang yaitu sejumlah 1 orang untuk kepala keluarga (2,50%) dan 1 orang ibu

(2,50%).

Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga dan Ibu yang Menjadi Responden

Kepala Keluarga Ibu Jumlah Jenjang Pendidikan

Formal Orangtua

n (jiwa)

Persentase (%)

n (jiwa)

Persentase (%)

n (jiwa)

Persentase (%)

Tidak Sekolah 2 5,00 3 7,50 5 6,25Tidak Tamat SD 5 12,50 5 12,50 10 12,50Tamat SD 20 50,00 21 52,50 41 51,25Tidak Tamat SMP 0 0,00 2 5,00 2 2,50Tamat SMP 5 12,50 3 7,50 8 10,00Tidak Tamat SMA 0 0,00 0 0,00 0 0,00Tamat SMA 7 17,50 5 12,50 12 15,00Akademi 1 2,50 1 2,50 2 2,50Total 40 100,00 40 100,00 80 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Adanya anggapan yang berkembang di kalangan nelayan bahwa anak laki-

laki setelah tamat sekolah dasar harus melaut dan anak perempuan tidak perlu

sekolah karena anak perempuan hanya perlu mengurus pekerjaan rumah tangga

saja, seperti yang dinyatakan oleh Kusnadi (2001) bahwa ada tiga peranan utama

sekaligus yang dilakukan oleh perempuan, yaitu sebagai pengasuh anak,

seseorang yang menyediakan makanan, dan jika wanita ikut bekerja maka

peranannya bertambah sebagai sumber ekonomi. Hal ini ditegaskan oleh data

pada tabel 8 dimana 75% ibu, tidak menyelesaikan pendidikannya di jenjang

pendidikan dasar.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas

manusia. Tingginya tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada jenis

pekerjaannya yang kemudian turut mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga.

Pada akhirnya hal ini juga akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pangan

dalam keluarga. Pendidikan orang tua yang rendah akan menyebabkan aspirasi

terhadap masa depan anak-anaknya kurang berkembang. Semakin tinggi

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

63

pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua

yang akan ditularkan kepada anaknya. Tingkat pendidikan orang tua dapat

mempengaruhi usaha meningkatkan prestasi belajar anak.

5.2.3 Status Pekerjaan Orang Tua

Responden nelayan yang merupakan nelayan juragan adalah tujuh kepala

keluarga dan nelayan buruh adalah sebanyak 33 kepala keluarga. Sedikitnya

jumlah nelayan juragan atau pemilik yang menjadi responden dikarenakan

sebagian besar nelayan yang tinggal di Kampung Baru Muara Angke adalah

nelayan buruh. Responden yang menjadi nelayan juragan atau nelayan pemilik

pun hanya merupakan nelayan juragan atau pemilik yang memiliki kapal kecil

atau kapal dengan kekuatan mesin yang tidak terlalu besar.

Nelayan di Muara Angke yang menjadi nelayan juragan atau pemilik rata-

rata merupakan nelayan juragan atau pemilik dari luar daerah atau nelayan yang

tidak berdomisili di Muara Angke. Nelayan yang menjadi juragan atau pemilik

terdapat juga orang asing (WNA) yang memiliki kapal dan memperkerjakan

nelayan Muara Angke. Selain itu terdapat nelayan Muara Angke yang tidak lagi

menjadi nelayan juragan atau pemilik karena tidak lagi memiliki modal untuk

biaya operasional melaut. Kenaikan harga solar dan bahan kebutuhan lainnya

merupakan salah satu penyebab berkurangnya nelayan juragan atau pemilik di

Muara Angke.

Sebagian besar dari kepala keluarga responden tidak memiliki pekerjaan

tambahan. Sebanyak 27 kepala keluarga (67,50%) tidak memiliki pekerjaan

tambahan ( Tabel 8), yaitu empat orang kepala keluarga (57,14%) yang berasal

dari kelompok juragan atau pemilik dan 23 (69,70%) orang kepala keluarga yang

berasal dari kelompok buruh. Sebagaimana dikemukakan oleh Kasmin (1985)

dalam Kusnadi (2000), sebagian besar nelayan yang tidak memiliki pekerjaan

sambilan, padahal waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan lain selain

mencari ikan sangat banyak. Rendahnya tingkat penghasilan mereka disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Keterampilan nelayan terbatas sehingga mereka menghadapi kesulitan untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan lain.

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

64

2. Sistem kredit yang berlaku antara nelayan pemilik dan nelayan buruh, dan

antara pedagang perantara dan nelayan pemilik telah memperlemah daya

kreatif dan inisiatif mereka. Nelayan beranggapan, walaupun tidak turun ke

laut mereka masih mendapat pinjaman dari nelayan pemilik.

3. Tujuan hidup nelayan tampaknya sangat sederhana sehingga mereka cepat

memperoleh kepuasan, bahkan banyak di antara mereka yang merasa sudah

puas apabila sudah dapat memenuhi kebutuhan primer dalam batas yang

minimum sekalipun.

Tabel 8. Sebaran Pekerjaan Tambahan Kepala Keluarga Responden Menurut Status Nelayan

Juragan Buruh Total Pekerjaan Tambahan Kepala

Keluarga n

(jiwa) Persen-tase (%)

n (jiwa)

Persen-tase (%)

n (jiwa)

Persen-tase (%)

Tidak memiliki pekerjaan tambahan 4 57,14 23 69,70 27 67,50Pedagang 2 28,57 3 9,09 5 12,50Buruh 1 14,29 5 15,15 6 15,00Tukang Becak 0 0,00 2 6,06 2 5,00

Total 7 100,00 33 100,00 40 100,00Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Rata-rata pekerjaan utama istri nelayan Muara Angke yang menjadi

responden adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 23 orang (57,50%).

Namun ada beberapa ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan selain sebagai

ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai pedagang dilakukan oleh lima orang ibu

rumah tangga (12,50%), tiga orang ibu rumah tangga (7,50%) menjadi buruh

belah ikan, delapan orang ibu rumah tangga (20,00%) menjadi buruh cuci dan

setrika baju di pemukiman sekitar Muara Angke, serta terdapat satu orang ibu

rumah tangga (2,50%) yang menjadi pencari kerang hijau. Beberapa ibu rumah

tangga lain ikut menjadi buruh belah ikan apabila musim panen tiba. Beberapa

wanita yang merupakan istri nelayan ini memilih untuk bekerja dikarenakan

penghasilan terkadang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka pun

melakukan pekerjaan ini sebagai salah satu bentuk antisipasi ketika suami mereka

memasuki masa paceklik ikan.

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

65

Tabel 9. Sebaran Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jumlah Responden Ibu Jenis Pekerjaan n (jiwa) Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 23 57,50 Pedagang 5 12,50 Buruh Belah Ikan 3 7,50 Buruh Cuci Setrika Baju 8 20,00 Pencari Kerang Hijau 1 2,50 Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

5.2.4 Besar Keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu

rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena

perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Besar keluarga dilihat dari

jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu pengelolaan sumberdaya

keluarga. Keluarga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu keluarga inti (nuclear

family)dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti (nuclear family) yaitu

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung, anak angkat maupun

adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin atau

ibu dengan anak-anak yang belum kawin. Keluarga luas (extended family) yaitu

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu anak-anak baik yang sudah kawin atau belum,

cucu, orang tua, mertua maupun kerabat-kerabat lain yang menjadi tanggungan

kepala keluarga (Data Statistik Indonesia, 2007).

Keluarga nelayan di Muara Angke yang menjadi responden sebagian besar

termasuk tipe keluarga inti, kalaupun ada anggota keluarga lain yang tinggal di

rumah mereka sifatnya hanya menetap sementara. Keluarga yang menjadi

responden sebagian besar memiliki anggota keluarga lebih dari empat orang yaitu

sebanyak 22 kepala keluarga (55,00%). Keluarga yang memiliki anggota

keluarga sebanyak empat orang yaitu sebanyak 12 keluarga (30,00%), dan jumlah

keluarga dengan anggota keluarga kurang dari empat orang adalah sebanyak enam

kepala keluarga (15,00 persen). Apabila jumlah tanggungan keluarga ini

dikelompokkan berdasarkan kriteria Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN 2001) yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

66

4 orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga >4 orang, maka

sebagian besar keluarga responden merupakan keluarga kecil yaitu sebanyak 18

keluarga (45,00%) dan sebanyak 22 keluarga (55,00%) termasuk dalam kategori

keluarga besar (Tabel 11).

Tabel 10. Sebaran Keluarga Nelayan Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga

Total Jumlah Tanggungan Keluarga n (jiwa) Persentase (%)

Keluarga Kecil ( ≤ 4 orang) 18 45,00 Keluarga Besar (>4 orang) 22 55,00 Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga responden yang berjumlah lebih

dari empat orang memperlihatkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) di

wilayah Muara Angke belum menunjukkan hasil yang baik karena target dari

program KB adalah setiap keluarga cukup memiliki dua orang anak saja. Semakin

besar tanggungan keluarga menyebabkan pendapatan perkapita keluarga semakin

kecil. Jumlah anak yang diinginkan dapat dijadikan dasar untuk melihat

pandangan suatu masyarakat terhadap anak.

5.2.5 Pendapatan Keluarga

Pendapatan total keluarga diperoleh dari pendapatan ayah, ibu, dan anak

yang sudah bekerja serta pendapatan anggota keluarga lain uang ikut

menyumbang. Besarnya pendapatan dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Pendapatan total keluarga nelayan responden yang dikemukakan dalam penelitian

ini didapat jumlah pendapatan total keluarga selama satu bulan terakhir sebelum

penelitian dilaksanakan. Berdasarkan data yang didapat, pendapatan total keluarga

nelayan berkisar antara Rp 450.000,00 sampai dengan Rp 3.000.000,00 perbulan

dengan rata-rata Rp 1.137.375,00. Pendapatan terbesar didapat dari pendapatan

per bulan ayah.

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

67

Tabel 11. Hasil Analisis Pendapatan Keluarga

Keterangan Y

(Rp/Bulan)Y1

(Rp/Bulan)Y2

(Rp/Bulan)Y3

(Rp/Bulan) Pendapatan Maksimal 3.000.000 3000.000 600.000 250.000 Pendapatan Minimal 450.000 450.000 120.000 70.000 Pendapatan Rata-Rata 1.137.375 1.137.375 260.294 151.235

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Keterangan: Y = Pendapatan total keluarga (Rp per bulan)

Y1 = Pendapatan ayah ( Rp per bulan)

Y2 = Pendapatan ibu (Rp per bulan)

Y3 = Pendapatan anggota keluarga lain (Rp per bulan)

Pendapatan total keluarga nelayan buruh (ABK) di kawasan Muara Angke

yang menjadi responden berkisar antara Rp 450.000,00 hingga Rp 1.929.000,00

per bulan. Pendapatan rata-rata nelayan buruh (ABK) adalah sebesar Rp

1.020.000,00 dengan mayoritas buruh berpenghasilan antara Rp 820.000,00

hingga Rp 1.189.000,00 dengan jumlah nelayan buruh yang memiliki penghasilan

pada rentang penghasilan tersebut adalah sebanyak empat belas orang (42,42%).

Hanya terdapat dua orang nelayan buruh (6,06%) yang memiliki penghasilan

antara Rp 1.560.000,00 hingga Rp 1.189.000,00.

Untuk mengukur cukup atau tidaknya pendapatan yang diperoleh nelayan

buruh tersebut untuk mencukupi kehidupan digunakan Upah Minimum Regional.

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh

para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai,

karyawan, atau buruh di lingkungan usaha atau kerjanya, selain Upah Minimum

Regional ada pula Upah Minimum Propinsi yang ruang lingkupanya biasanya

hanya meliputi suatu propinsi. UMR dan UMP dihitung berdasarkan nilai

kebutuhan hidup layak (Wikipedia, 2008). Pemerintah propinsi DKI Jakarta

menetapkan Upah Minimum Propinsi untuk DKI Jakarta pada tahun 2008 sebesar

Rp 972.604,00 yang telah mengalami kenaikan sebesar delapan persen dari UMP

tahun sebelumnya yang sebesar Rp 900.555,00. Namun nilai UMP DKI Jakarta

berbeda dengan nilai KHL (Kebutuhan Hidup Layak) DKI Jakarta. Kebutuhan

Hidup Layak adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang pekerja atau

buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik, dan sosial untuk

kebutuhan selama satu bulan. KHL DKI Jakarta adalah senilai Rp 1.055.000,00

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

68

(Tempointeraktif, 2008). Berdasarkan UMP DKI Jakarta maka masih terdapat

sembilan belas orang nelayan buruh yang berpenghasilan di bawah UMP DKI

Jakarta dan jika menggunakan KHL maka masih terdapat 23 nelayan buruh

responden yang memiliki penghasilan dibawah nilai KHL DKI Jakarta.

Pendapatan yang kecil tersebut dikarenakan seluruh nelayan buruh yang

menjadi responden merupakan nelayan buruh yang bekerja pada kapal-kapal

kecil. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, seluruh anggota keluarga nelayan

bahu-membahu mencari penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Beberapa istri nelayan buruh tersebut turut bekerja mencari nafkah dan terdapat

pula beberapa anak dari keluarga buruh nelayan yang ikut bekerja. Anak-anak

yang ikut bekerja tersebut ada yang tetap melanjutkan sekolahnya, namun ada

juga beberapa anak yang setelah bekerja memutuskan untuk keluar dari sekolah.

Tabel 12. Sebaran Pendapatan Total Perbulan Berdasarkan Status Nelayan Juragan Buruh Total

Pendapatan Total Perbulan (Rupiah) n

(jiwa)

Persen-tase (%)

n (jiwa)

Persen-tase (%)

n (jiwa)

Persen-tase (%)

450.000 - 819.000 0 0,00 9 27,27 9 22,50820.000 - 1.189.000 1 14,29 14 42,42 15 37,50

1.190.000 - 1.559.000 0 0,00 8 24,24 8 20,001.560.000 - 1.929.000 5 71,43 2 6,06 7 17,501.930.000 - 2.299.000 0 0,00 0 0,00 0 0,002.300.000 - 2.669.000 0 0,00 0 0,00 0 0,002.670.000 - 3.039.000 1 14,29 0 0,00 1 2,50Total 7 100,00 33 100,00 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Untuk kelompok nelayan pemilik yang menjadi responden, pendapatan

total keluarga berkisar antara Rp 820.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 per bulan

dengan mayoritas nelayan pemilik memiliki penghasilan antara Rp 1.560.000,00

hingga Rp 1.929.000,00 yaitu sebanyak lima keluarga nelayan pemilik (71,43

persen), satu keluarga nelayan pemilik memiliki penghasilan antara Rp

820.000,00 hingga Rp 1.189.000,00 per bulan dan terdapat satu keluarga nelayan

pemilik yang memiliki penghasilan antara Rp 2.670.000,00 hingga Rp

3.039.000,00 per bulan. Terdapat satu orang nelayan pemilik yang mendapatkan

penghasilan di bawah UMR dan KHL. Jika menggunakan indikator kemisikinan

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

69

yang digunakan World Bank yaitu pengukuran tingkat kemiskinan dengan

menggunakan pendapatan perkapita. Sebuah keluarga disebut miskin jika

memiliki pendapatan perkapita kurang dari $2 atau sebesar kurang lebih Rp

20.000,00 pada bulan Agustus 2008 , dan keseluruhan nelayan responden dalam

penelitian ini tergolong ke dalam keluarga muskin karena memiliki pendapatan

perkapita kurang dari $2 sehari.

Mayoritas nelayan pemilik yang menjadi responden menggunakan armada

penangkapan ikan yang berukuran kecil dengan peralatan tangkap yang masih

sederhana. Kondisi tersebut menyebabkan terbatasnya daerah penangkapan ikan

sehingga mereka hanya mampu beroperasi dan hanya berkonsentrasi di daerah

sekitar penangkapan yang biasa mereka datangi tanpa mampu melebarkan daerah

penangkapan untuk meningkatkan produksi. Semakin sederhana peralatan

produksi yang digunakan para nelayan maka semakin besar ketergantungannya

pada alam yaitu pada musim dan iklim.

5.2.6 Akses dan Penggunaan Media Massa

Media massa merupakan sebuah sarana yang cukup efektif untuk

menyebarkan informasi-informasi penting untuk masyarakat baik itu informasi

yang berkaitan dengan politik, budaya, sosial, hukum, dan tentu saja merupakan

sebuah sarana yang cukup penting untuk menyebarkan informasi mengenai

pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian Aryani (2007) yang

menyebutkan bahwa jumlah nelayan yang mendapatkan informasi mengenai

Bantuan Operasional Pendidikan dari media massa sebanyak 59,67 persen dari

jumlah responden sebanyak 94 orang.

Tidak semua masyarakat atau nelayan pada khususnya mempergunakan

media massa untuk mendapatkan informasi kejadian sehari-hari baik yang terjadi

di dalam negeri maupun di luar negeri. Bahkan ada nelayan yang tidak memiliki

televisi maupun radio sehingga mereka mendapatkan berita dari pembicaraan

antar tetangga saja. Pada umumnya nelayan hanya memiliki televisi saja dan

kebanyakan dari mereka tidak berlangganan koran atau tidak pernah membaca

surat kabar (Gambar 2).

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

70

Tabel 13. Kepemilikan Media Massa Responden Total Kepemilikan Media Massa n (jiwa) Persentase (%)

> 1 media massa 13 32,501 media massa 20 50,00tidak memiliki 7 17,50Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Sebanyak setengah dari jumlah responden memiliki satu jenis media

massa. Responden yang memiliki media massa lebih dari satu jenis berjumlah

sebanyak tiga belas orang, dan sebanyak tujuh orang responden tidak memiliki

jenis media massa apapun. Beberapa responden yang tidak memiliki jenis media

massa menyatakan bahwa mereka belum mampu membeli kembali media massa

jenis apapun setelah kebakaran pada tahun 2007 menghabiskan harta benda yang

mereka miliki.

koran, tv, dan radio

5%tv dan koran

3%tv dan radio

24%

radio3%

tv47%

tidak memiliki

18%

Gambar 2. Sebaran jenis media massa yang dimiliki oleh nelayan responden

Jenis media massa yang paling banyak dimiliki oleh responden adalah

televisi, baik itu oleh responden yang hanya memiliki satu jenis media massa

maupun responden yang memiliki lebih dari satu media massa. Mayoritas

responden memilih televisi karena selain sebagai sarana informasi televisi juga

merupakan sarana hiburan murah bagi keluarga.

Saat ini informasi mengenai dunia pendidikan sudah banyak ditampilkan

di media massa, seperti iklan BOS yang gencar ditayangkan ditelevisi dengan

dibintangi oleh Dik Doank, Reza, dan Sakurta Ginting serta adanya sosialisasi

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

71

mengenai home schooling yang dilakukan oleh Kak Seto dan beberapa praktisi

home schooling yang dilakukan melalui talkshow yang ditayangkan di beberapa

stasiun televisi swasta bahkan beberapa tabloid juga turut mengangkat topik

mengenai pendidikan alternatif dalam artikel-artikel mereka.

5.3 Sebaran Tingkat Pendidikan Anak Nelayan di Muara Angke

Sebaran tingkat pendidikan tertinggi anak keluarga nelayan di Muara

Angke cukup menyebar mulai dari belum tamat sekolah dasar hingga sudah tamat

perguruan tinggi. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai

Sistem Pendidikan Nasional pasal 17, pendidikan dasar adalah pendidikan pada

tingkat Sekolah Dasar madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat

serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau

bentuk lain yang sederajat. Pasal 18 dari UU tersebut menyebutkan bahwa

pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah

(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),

atau bentuk lain yang sederajat dan pasal 19 menyebutkan bahwa pendidikan

tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Tabel 14. Sebaran Tingkat Pendidikan Tertinggi Anak Keluarga Responden Jumlah Tingkat Pendidikan n (jiwa) Persentase (%)

Belum Tamat Sekolah Dasar 4 10,00 Tamat Sekolah Dasar 9 22,50 Belum Tamat SMP 4 10,00 Tamat SMP 9 22,50 Belum Tamat SMA 5 12,50 Tamat SMA 5 12,50 Belum Tamat Perguruan Tinggi 2 5,00 Tamat Perguruan Tinggi 2 5,00 Jumlah 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Tabel 14 menginformasikan bahwa sebanyak tujuh belas keluarga

(42,50%) memiliki anak dengan pendidikan tertinggi belum menyelesaikan

pendidikan dasar sembilan tahun, dengan empat orang anak (10%) belum tamat

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

72

sekolah dasar, sembilan orang (22,50%) sudah tamat sekolah dasar, dan empat

orang (10,00%) belum menyelesaikan pendidikannya di sekolah lanjutan tingkat

pertama. Sebanyak sembilan keluarga (22,50%) memiliki anak dengan

pendidikan tertinggi sudah menyelesaikan pendidikan dasarnya hingga lulus

sekolah lanjutan tingkat pertama, namun mereka belum melanjutkan pendidikan

ke jenjang selanjutnya. Sebanyak lima keluarga (12,50%) memiliki anak dengan

tingkat pendidikan tertinggi belum menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah

menengah atas, jumlah tersebut sama dengan jumlah keluarga dengan pendidikan

tertinggi anak sudah menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah atas.

Terdapat empat keluarga yang memiliki anak dengan pendidikan tertinggi di

tingkat perguruan tinggi, yaitu sebanyak dua orang (5,00%) belum menyelesaikan

pendidikan di perguruan tinggi dan dua orang (5,00%) sudah menyelesaikan

pendidikannya di perguruan tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 65 % keluarga nelayan

responden yang hanya mampu menyekolahkan anaknya hingga menempuh

pendidikan dasar tanpa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, 25% keluarga

mampu menyekolahkan anaknya hingga menempuh pendidikan menengah, dan

hanya 10% keluarga yang mampu menyekolahkan anak hingga menempuh tingkat

pendidikan tinggi.

5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Aksesibilitas dan Keberlanjutan Pendidikan Anak Nelayan

Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan aksesibilitas dan

keberlanjutan pendidikan anak nelayan diuji dengan menggunakan analisis regresi

linear berganda yang menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Y = 6,9350 + 0,0015 X1 - 0,0338 X2 + 0,0828 X3 + 0,0134 X4 - 0,4269 X5

+ 0,5365 X6 + 0,1292 D1i - 0,2616 D2i

Keterangan: Y = Keberlanjutan pendidikan anak nelayan (tahun)

a = Konstanta

X1 = Umur kepala keluarga (tahun)

X2 = Lama sekolah kepala keluarga (tahun)

X3 = Usia ibu (tahun)

X4 = Lama sekolah ibu (tahun)

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

73

X5 = Jumlah tanggungan (jiwa)

X6 = Pendapatan (Rupiah/bulan)

D1i = Status usaha, i = 1 untuk nelayan pemilik

i = 0 untuk nelayan pandega

D2i = Jenis kelamin anak , i = 1 untuk anak laki-laki

i = 0 untuk anak perempuan

Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Aksesibilitas dan Keberlanjutan Pendidikan Anak Nelayan

Peubah Koefisien Regresi Standar Error t hitung

Konstanta 6,9350 2,7933 2,4827 umur KK 0,0015 0,0823 0,0183 lama sekolah KK -0,0338 0,1057 -0,3195 umur ibu 0,0828 0,0870 0,9518 lama sekolah ibu 0,0134 0,1054 0,1267 jml tanggungan -0,4269* 0,3286 -4,3419 Pendapatan 0,5365* 0,7824 6,8563 status usaha 0,1292 0,8970 -0,1441 jk anak -0,2616 0,7550 -0,3464

Keterangan: * = t hitung > t table, hipotesis nol ditolak P value < 5%, hipotesis nol ditolak Koefisien korelasi 0,8389 Koefisien determinasi disesuaikan 0,6273 Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Nilai koefisien korelasi antara pendapatan, usia kepala keluarga, jumlah

tanggungan, lama sekolah kepala keluarga, jenis kelamin anak, dan status usaha

kepala keluarga dengan keberlanjutan pendidikan anak nelayan adalah sebesar

0,8389. Nilai korelasi sebesar ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang

erat antara keberlanjutan pendidikan anak nelayan dengan faktor-faktor yang

telah disebutkan sebelumnya.

Hasil output memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi yang

disesuaikan adalah sebesar 0,6273. Untuk menilai seberapa besar variasi dari

keberlanjutan pendidikan anak yang bisa dijelaskan oleh perubahan satu variasi

dari nilai faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pendidikan anak

nelayan digunakan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan, karena

memberikan nilai yang telah disesuaikan dengan jumlah variabel independen.

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

74

Hasil koefisien determinasi yang telah disesuaikan menunjukan nilai sebesar

0,6273 yang berarti 62,73% perubahan atau variasi keberlanjutan pendidikan anak

nelayan bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi faktor-faktor yang telah

disebutkan sebelumnya yaitu pendapatan, usia kepala keluarga, jumlah

tanggungan, lama sekolah kepala keluarga, jenis kelamin anak, dan status usaha

kepala keluarga. Sedangkan 37,27% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diterangkan dalam model penelitian ini.

(a) Usia Kepala Keluarga dan Ibu

Hasil analisis regresi linear berganda untuk faktor umur kepala keluarga

memiliki nilai koefisien positif, artinya semakin tua usia kepala keluarga

menunjukkan bahwa tingkat keberlanjutan pendidikan anak akan semakin tinggi.

Setiap terjadi peningkatan usia kepala keluarga sebesar satu tahun maka akan

terjadi peningkatan keberlanjutan pendidikan anak nelayan sebesar 0,0015 tahun.

Nilai thitung faktor usia kepala keluarga (X1) sebesar 0,265 sedangkan nilai ttabel

sebesar 1,645. Dari nilai thitung dan ttabel tersebut dapat dinyatakan bahwa

hipotesis nol diterima. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa faktor usia

kepala keluarga (X1) tidak memiliki pengaruh nyata terhadap keberlanjutan

pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan 95%.

Hasil analisis regresi linear berganda untuk faktor umur ibu memiliki nilai

koefisien positif, artinya semakin tua usia ibu menunjukkan bahwa tingkat

keberlanjutan pendidikan anak akan semakin tinggi. Setiap terjadi peningkatan

usia ibu sebesar satu tahun maka akan terjadi peningkatan keberlanjutan

pendidikan anak nelayan sebesar 0,0828 tahun. Nilai thitung faktor usia ibu (X3)

sebesar 0,9518 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,645 Dari nilai thitung dan tersebut

dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol diterima. Secara statistik dapat disimpulkan

bahwa faktor usia ibu (X3) tidak memiliki pengaruh nyata terhadap keberlanjutan

pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan 95%.

Variabel usia kepala keluarga dan umur ibu menurut analisis secara

kuantitatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan Menurut Subrata (1986)

diacu dalam Heryanto (1998) mengatakan bahwa usia dapat mempengaruhi cara

berpikir seseorang, persepsi seseorang terhadap sesuatu, serta mempengaruhi cara

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

75

menyikapi sesuatu yang menjadi objeknya. Siagian (1995) diacu dalam Heryanto

(1998) mengungkapkan bahwa selain berkaitan dengan tingkat kedewasaan

seseorang, usia juga memiliki kaitan dengan kedewasaan psikologis yang berarti

bahwa semakin lanjut usia seseorang diharapkan akan menunjukkan kematangan

jiwa (dalam arti semakin bijaksana), semakin mampu berpikir secara rasional dan

semakin mampu untuk mengendalikan emosi dan sifat-sifat lainnya yang

menunjukkan kematangan intelektual dalam sisi psikologis.

Dalam hal pendidikan anak, usia responden yang lebih muda memiliki

penilaian positif dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan golongan usia

tua. Responden pada golongan usia muda lebih cepat menerima, menyerap, dan

beradaptasi terhadap lingkungan baru termasuk dalam penyerapan informasi.

Nelayan responden di Muara Angke terbagi menjadi dua kelompok dengan

jumlah nelayan yang berbeda pada kedua kelompok tersebut kelompok, yaitu

sebanyak enam belas orang (40 persen) untuk kelompok usia muda yaitu

kelompok dengan usia responden kurang dari empat puluh tahun dan sebanyak 24

orang (60 persen) untuk kelompok usia tua dengan usia responden lebih dari

empat puluh tahun. Responden pada kelompok usia tua ingin terus

menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi berdasarkan

pada kebijaksanaan dan kematangan jiwa yang mereka miliki, serta pengalaman

hidup mereka yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan pendidikan yang

lebih tinggi mampu mendapatkan penghidupan yang lebih layak dibandingkan

dengan mereka yang berpendidikan rendah. Responden pada kelompok usia

muda ingin terus menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi karena informasi yang mereka peroleh menyebutkan bahwa pendidikan

adalah hak anak dan adalah kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan

yang layak bagi anaknya. Pada kelompok usia muda selain memiliki persepsi

positif tentang pendidikan diikuti pula dengan memasukkan anaknya ke

pendidikan khusus dan mendorong anak-anaknya untuk memiliki keterampilan-

keterampilan lain yang diharapkan dapat berguna dan menjadi bekal anaknya di

masa yang akan datang.

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

76

(b) Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga dan Ibu

Hasil analisis regresi linear berganda pada faktor lama sekolah kepala

keluarga (X2) memiliki nilai koefisien negatif, artinya semakin tinggi tingkat

pendidikan kepala keluarga maka tingkat keberlanjutan pendidikan anak nelayan

akan semakin rendah. Setiap terjadi penambahan lama pendidikan kepala

keluarga selama satu tahun maka tingkat keberlanjutan pendidikan anak nelayan

akan berkurang sebanyak 0,3195 tahun. Nilai thitung faktor lama sekolah kepala

keluarga (X2) 0,297 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,645. Dari nilai thitung dan ttabel

tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol diterima. Secara stastistik dapat

disimpulkan bahwa faktor lama sekolah kepala keluarga (X2) tidak berpengaruh

nyata terhadap keberlanjutan pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan

95%.

Hasil analisis regresi linear berganda pada faktor lama sekolah ibu (X4)

memiliki nilai koefisien positif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu

maka tingkat keberlanjutan pendidikan anak nelayan akan semakin tinggi. Setiap

terjadi penambahan lama pendidikan ibu selama satu tahun maka tingkat

keberlanjutan pendidikan anak nelayan akan bertambah sebanyak 0,0134 tahun.

Nilai thitung faktor lama sekolah ibu (X4) 0,1267 sedangkan nilai ttabel sebesar

1,645. Dari nilai thitung dan ttabel tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol

diterima. Secara stastistik dapat disimpulkan bahwa faktor lama sekolah ibu (X4)

tidak berpengaruh nyata terhadap keberlanjutan pendidikan anak nelayan pada

selang kepercayaan 95%.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995) diacu dalam Heryanto (1998)

pendidikan secara langsung dan tidak langsung akan menentukan baik buruknya

pola komunikasi antara anggota keluarga dan imbas dari pendidikan orang tua

akan mempengaruhi persepsinya terhadap pentingnya atau tidaknya pendidikan.

Berdasarkan hasil uji statistik pada kasus keluarga nelayan responden di Muara

Angke, tingkat pendidikan kepala keluarga dan ibu yang diukur berdasarkan lama

sekolah kepala keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberlanjutan pendidikan anak.

Hal ini terjadi karena banyaknya responden yang hanya pernah mengecap

pendidikan di tingkat pendidikan dasar saja namun mereka memiliki kesadaran

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

77

akan pentingnya pendidikan bagi anak sebagai bekal untuk masa depan anak yang

ditunjukkan oleh perilaku responden yang menyekolahkan anak mereka ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat dilihat di tabel 16 dari

sebaran tingkat pendidikan anak pada keluarga nelayan responden di Muara

Angke.

Tabel 16 . Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga dan Anak Tingkat Pendidikan Anak Responden Jenjang

Pendidikan Formal

Orangtua

BT SD

Tamat SD

BT SMP

Tamat SMP

BT SMA

Tamat SMA

BT PT

Tamat PT

Tidak Sekolah 1 1 Tidak Tamat SD 2 1 1 1 Tamat SD 4 3 3 6 2 1 1 Tidak Tamat SMP Tamat SMP 2 1 1 1 Tidak Tamat SMA Tamat SMA 1 2 1 2 1 Akademi 1 Total 4 9 4 9 5 5 2 2

Keterangan: BT = Belum Tamat Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Tabel 16 memperlihatkan bahwa sebanyak empat belas belas orang anak

nelayan responden (35,00 persen) mendapatkan pendidikan tingkat menengah

(tamat sekolah menengah atas dan belum tamat sekolah menengah atas) hingga

pendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi hingga belum tamat perguruan tinggi),

sebanyak sembilan orang (22,50 persen) diantaranya berasal dari keluarga nelayan

dengan kepala keluarga yang hanya pernah mengecap pendidikan dasar bahkan

terdapat satu orang anak yang berasal dari keluarga dengan kepala keluarga yang

tidak pernah merasakan pendidikan formal sama sekali.

Berdasarkan hasil penelitian Heryanto (1998) disebutkan bahwa

pengalaman pendidikan memberikan kontribusi yang besar terhadap partisipasi

menyekolahkan anak ke tingkat SLTP atau tingkat yang lebih tinggi. Hal tersebut

tidak terjadi pada nelayan responden Muara Angke, karena walaupun nelayan

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

78

responden memiliki pendidikan rendah mereka tetap menginginkan kemajuan

pendidikan bagi anak-anaknya.

Berdasarkan hasil regresi linear berganda, tingkat pendidikan kepala

keluarga yang dihitung berdasarkan lama sekolah orang tua memiliki koefisien

negatif. Koefisien negatif tidak menjelaskan secara mutlak bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan orang tua nelayan maka akan semakin rendah tingkat

pendidikan anak nelayan, karena ada faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor

yang paling utama mempengaruhi adalah setengah dari jumlah keseluruhan

responden (nelayan responden) masih berusia muda, sehingga belum memiliki

anak pada jenjang pendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan orang tua juga mempengaruhi keterlibatan dan

perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Bagi orang tua yang memiliki

pendidikan tinggi tidak memandang pendidikan semata-mata hanya untuk

menambah wawasan tetapi memandang pendidikan sebagai bekal untuk masa

depan anaknya dan mereka tidak segan untuk mengeluarkan biaya yang lebih

tinggi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.

(c) Jumlah Tanggungan

Hasil analisis regresi linear berganda pada faktor jumlah tanggungan

keluarga (X5) memiliki nilai koefisien negatif, artinya semakin banyak jumlah

tanggungan keluarga dalam keluarga nelayan tersebut maka tingkat keberlanjutan

pendidikan anak akan semakin rendah. Setiap terjadi penambahan jumlah

tanggungan keluarga sebanyak satu orang maka tingkat keberlanjutan pendidikan

anak nelayan dalam keluarga tersebut akan berkurang sebanyak 0,4269 tahun.

Nilai thitung faktor jumlah tanggungan kepala keluarga (X5) sebesar -4,3416

sedangkan nilai ttabel sebesar 1,645. Dari nilai thitung dan ttabel tersebut dapat

dinyatakan bahwa hipotesis nol ditolak. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa

faktor jumlah tanggungan keluarga (X5) berpengaruh nyata terhadap keberlanjutan

pendidikan anak nelayan pada selang kecepercayaan 95%.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan regresi linear berganda,

jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberlanjutan pendidikan anak nelayan dan koefisien yang didapatkan memiliki

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

79

nilai negatif yang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam

keluarga tersebut maka tingkat pendidikan anak akan semakin rendah. Besar

kecilnya jumlah tanggungan akan sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan

dan pengeluaran untuk keluarga ternasuk pengeluaran untuk biaya pendidikan.

Besarnya jumlah tanggungan akan sangat mempengaruhi pengeluaran

untuk keluarga. Pengeluaran yang diperoleh akan lebih banyak dihabiskan untuk

mencukupi kebutuhan-kebutuhan primer anggota keluarga sehingga pendapatan

yang dialokasikan untuk pendidikan anak akan semakin sedikit. Apalagi untuk

keluarga yang tinggal di DKI Jakarta karena Jakarta merupakan kota dengan biaya

hidup termahal kedua di Indonesia setelah Balikpapan, kota dengan biaya hidup

termahal kedua setelah Singapura di ASEAN dan bahkan Jakarta menduduki

peringkat ke sebelas kota dengan biaya hidup termahal di Asia (Detikfinance,

2008). Dengan semakin mahalnya biaya untuk mencukupi kebutuhan primer di

Jakarta maka biaya yang dialokasikan untuk biaya pendidikan anaknya akan

semakin sedikit sehingga dengan semakin banyaknya jumlah tanggungan maka

tingkat pendidikan anak akan semakin rendah. Nelayan perlu mengatur jarak

kelahiran anak dan menerapkan program Keluarga Berencana untuk

mengantisipasi besarnya biaya untuk membesarkan anak.

(d) Pendapatan Keluarga

Berdasarkan hasil persamaan regresi di atas, hasil analisis regresi untuk

faktor pendapatan keluarga memiliki koefisien yang positif, artinya semakin besar

pendapatan keluarga maka tingkat keberlanjutan pendidikan anak nelayan akan

semakin tinggi. Nilai thitung faktor pendapatan keluarga (X6) adalah sebesar 6,8563

sedangkan nilai ttabel sebesar 1,645. Dari nilai thitung dan ttabel dapat dinyatakan

bahwa hipotesis nol ditolak. Secara stastistik dapat disimpulkan bahwa faktor

pendapatan keluarga (X6) memiliki pengaruh nyata terhadap keberlanjutan

pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan 95%.

Faktor pendapatan keluarga yang memiliki pengaruh yang signifikan

bertolak belakang dengan hasil penelitian Suryani (2004) yang menyatakan bahwa

pendapatan nelayan tidak mempengaruhi tingkat pendidikan anak nelayan.

Rendahnya tingkat pendidikan anak pada keluarga nelayan di Muara Angke

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

80

disebabkan oleh kurang terjangkaunya biaya pendidikan, walaupun untuk

pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sudah terdapat

keringanan dengan adanya program BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Nelayan responden mengatakan bahwa jarak sekolah yang jauh dari tempat

tinggal nelayan responden menyebabkan orangtua nelayan harus mengeluarkan

dana lebih untuk biaya transportasi anak-anak mereka menuju sekolah, sehingga

walaupun sudah ada program BOS mereka harus tetap menyiapkan biaya yang

cukup besar untuk biaya pendidikan anak mereka. Menurut beberapa orang

responden transportasi anak nelayan ke sekolah rata-rata menggunakan becak dan

sekali menggunakan alat transportasi tersebut penumpang becak dikenai ongkos

sebesar Rp 3000,00. Selain biaya transportasi adanya biaya-biaya tambahan di

sekolah seperti biaya pembelian LKS (Lembar Kerja Siswa) dan biaya untuk

kegiatan ekstrakurikuler membuat biaya pendidikan semakin tinggi sehingga

keluarga nelayan merasa tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.

Ketika sudah lulus sekolah lanjutan tingkat pertama kepala keluarga

nelayan menganggap bahwa anaknya sudah cukup dewasa untuk menentukan

pilihan, apakah anak nelayan tersebut akan melanjutkan sekolah atau ikut bekerja

membantu orang tua. Sikap tersebut kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Seperti diakui oleh salah seorang nelayan yang menginginkan anaknya untuk tetap

berada di daerah asalnya yang bukan merupakan daerah nelayan dengan alasan

anaknya akan disekolahkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Nelayan

tersebut tidak mau anaknya terkontaminasi dengan keadaan lingkungan Muara

Angke. Menurut nelayan tersebut rata-rata anak –anak nelayan yang tinggal di

Muara Angke berpendidikan rendah dan kebanyakan mulai bekerja mencari

nafkah sejak mereka kecil sehingga anak-anak nelayan tersebut melupakan

pendidikannya.

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

81

Tabel 17. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Tingkat Pendidikan Anak Tingkat Pendidikan Anak Responden

Pendapatan total perbulan (Rupiah) BT

SDT

SD BT

SMP T

SMP BT

SMA T

SMA BT PT

T PT

450.000 - 819.000 2 2 3 2 820.000 - 1.189.000 2 6 1 1 2 3 1.190.000 - 1.559.000 1 4 3 1 1 1.560.000 - 1.929.000 2 1 1 1 1.930.000 - 2.299.000 2.300.000 - 2.669.000 2.670.000 - 3.039.000 1 Total 4 9 4 9 5 5 2 2

Keterangan: T = Tamat BT = Belum Tamat

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Dilihat dari sebaran pendapatan, mayoritas nelayan yaitu sebanyak 24

orang (60 persen) berada pada selang pendapatan Rp 450.000,00 – Rp

1.189.000,00 dan 23 orang diantaranya memiliki penghasilan dibawah nilai KHL

(Ketetapan Hidup Layak) dan nilai Upah Minimum Regional (UMR) yang sudah

ditetapkan di Propinsi DKI Jakarta. Upah yang mereka dapatkan seringkali hanya

mampu mencukupi kebutuhan dasar hidup mereka, yaitu kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan tempat tinggal sehingga mereka tidak memiliki biaya lebih

untuk meningkatkan pendidikan anaknya. Tabel 17 memperlihatkan bahwa

tingkat pendidikan tertinggi anak nelayan yang berpenghasilan di bawah UMR

adalah tamat SLTP.

(e) Status Usaha

Status usaha dalam masyarakat nelayan yang dibedakan berdasarkan akses

terhadap kepemilikan armada dan alat tangkap yaitu status usaha sebagai nelayan

pemiliki atau juragan dan status usaha sebagai nelayan buruh (ABK). Status

usaha tersebut diukur dengan menggunakan variabel dummy. Hasil analisis

regresi linear berganda pada faktor status usaha (D1i) menunjukkan nilai thitung

sebesar -0,1441 dan ttabel sebesar 1,645. P value untuk status usaha nelayan

sebesar 0,8864, lebih besar dari 0,05. Dari nilai thitung dan ttabel serta p value

tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol diterima. Secara stastistik dapat

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

82

disimpulkan bahwa faktor status usaha (D1i) tidak berpengaruh nyata terhadap

keberlanjutan pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan 95%.

Untuk menilai kedudukan responden di dalam penelitian ini digunakan

pendekatan objektif yaitu dengan menilai kedudukan sosial nelayan berdasarkan

status usaha. Status usaha nelayan dibagi berdasarkan kepemilikan armada dan

alat tangkap. Berdasarkan kepemilikan armada dan alat tangkap status usaha

nelayan dibedakan menjadi dua yaitu nelayan pemilik atau juragan dan nelayan

pandhega atau nelayan buruh atau biasa juga disebut nelayan ABK.

Berdasarkan uji statistik, status usaha tidak berpengaruh nyata terhadap

keberlanjutan pendidikan anak nelayan. Hal ini menunjukkan bahwa baik nelayan

pemilik maupun nelayan buruh sama-sama berusaha memberikan pendidikan

terbaik untuk anak-anaknya. Uji statistik menunjukkan hasil positif yang

menggambarkan bahwa semakin tinggi status usaha nelayan maka keberlanjutan

pendidikan anak nelayan akan semakin tinggi, hal ini dikarenakan nelayan dengan

status usaha yang lebih tinggi memiliki penghasilan yang lebih besar sehingga

mereka memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menyekolahkan anaknya

hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(f) Jenis Kelamin Anak

Jenis kelamin anak yang dibedakan antara anak perempuan dan anak laki-

laki diukur dengan menggunakan variabel dummy. Hasil analisis regresi linear

berganda pada faktor jenis kelamin anak (D2i) menunjukkan nilai thitung sebesar -

0,3464 sedangkan nilai ttabel sebesar 1,645. P value untuk faktor jenis kelamin

anak sebesar 0,7314. Dari nilai thitung dan ttabel serta p value tersebut dapat

dinyatakan bahwa hipotesis nol diterima. Secara stastistik dapat disimpulkan

bahwa faktor jenis kelamin anak (D1i) tidak berpengaruh nyata terhadap

keberlanjutan pendidikan anak nelayan pada selang kepercayaan 95%.

Jenis kelamin anak digunakan sebagai salah satu faktor yang diduga

mempengaruhi keberlanjutan pendidikan anak nelayan karena diduga masih

terdapat perlakuan yang membedakan antara hak anak perempuan dan hak anak

laki-laki. Dalam pemenuhan hak pendidikan anak, para responden menyatakan

mereka tidak membeda-bedakan hak anak dalam mendapatkan kesempatan untuk

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

83

merasakan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Mereka menyatakan

keinginan untuk bersekolah dikembalikan lagi pada sang anak, selama mereka

merasa mampu untuk membiayai pendidikan anak mereka akan memberikan hak

pendidikan yang layak kepada anak-anak mereka tanpa memandang jenis kelamin

anak tersebut. Nelayan responden menyatakan banyaknya anak laki-laki yang

menempuh pendidikan lebih tinggi dikarenakan anak-anak perempuan mereka

memilih untuk berkeluarga di usia yang relatif muda.

(g) Keterdedahan terhadap informasi

Keterdedahan terhadap informasi mempengaruhi tingkat pendidikan

nelayan karena dari informasi yang didapat oleh nelayan itulah akan terbentuk

pola pikir mengenai penting atau tidaknya pendidikan anak. Informasi yang

didapatkan nelayan mengenai pendidikan sangat terbatas, hal itu dapat dilihat dari

penggunaan media informasi yang digunakan oleh nelayan. Media informasi

yang banyak dimiliki oleh nelayan adalah radio dan televisi, namun hal yang

sangat disayangkan adalah kebanyakan nelayan menggunakan kedua media

informasi tersebut hanya untuk mendapatkan hiburan. Hal ini menyebabkan para

nelayan lebih terfokus pada tayangan-tayangan yang bersifat hibutan dan kurang

memperhatikan informasi-informasi terkini terutama informasi yang terkait

dengan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari intensitas nelayan memanfaatkan

media informasi di tabel 18.

Tabel 18. Intensitas Penggunaan Media Massa Jumlah Intensitas penggunaan media massa

n (jiwa) Persentase (%) sangat sering 23 69,70 Sering 6 18,18 Jarang 4 12,12 Total 33 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Dari tabel 18 terlihat bahwa masyarakat yang sangat sering menggunakan

media massa adalah sebanyak 23 orang (69,70%) dari 33 orang nelayan yang

memiliki media massa, enam orang sering (18,18%) menggunakan media massa,

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

84

dan hanya empat orang (12,12%) yang jarang menggunakan media massa.

Namun dari tabel 19 terlihat bahwa mayoritas responden mendapatkan informasi

mengenai pendidikan dari orang lain, yaitu dari pemuka masyarakat dan dari

obrolan antar warga. Selain dari pemberitaan di media massa, informasi-

informasi mengenai pendidikan didapatkan responden dari sumber informasi lain

yaitu pemuka masyarakat setempat, serta dari obrolan antar tetangga di

lingkungan mereka.

Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Sumber Informasi Pendidikan Sumber informasi n (jiwa) Persentase (%) Orang Lain (Pemuka Masyarakat, Obrolan antar tetangga) 7 17,50 Televisi 8 20,00 Orang lain dan televisi 13 32,50 Orang lain dan radio 1 2,50 Televisi dan radio 5 12,50 Koran dan televise 1 2,50 Orang lain, radio, dan televisi 2 5,00 Koran, radio, dan televisi 3 7,50 Total 40 100

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Dari tabel 19 diatas diketahui bahwa sebanyak tujuh orang responden

(17,50%) mendapatkan informasi pendidikan dari orang lain yaitu pemuka

masyarakat setempat dan dari obrolan antar tetangga dan delapan orang (20,00%)

mendapatkan informasi pendidikan dari televisi. Mayoritas responden

mendapatkan informasi pendidikan dari orang lain dan televisi yaitu dengan

jumlah responden sebanyak tiga belas orang (32,50%), satu orang (2,50%)

mendapatkan informasi pendidikan dari orang lain dan radio, lima orang (12,5%)

mendapatkan informasi pendidikan dari televisi dan radio, dan terdapat satu orang

yang mendapatkan informasi pendidikan dari koran dan televisi. Sebanyak dua

orang (5,00%) responden mendapatkan informasi pendidikan dari orang lain,

radio, dan televisi dan sebanyak tiga orang (7,5%) mendapatkan informasi

pendidikan dari koran, radio, dan televisi.

Kurangnya penerimaan informasi tidak semata-mata disebabkan oleh

kurang efektifnya penggunaan media massa tetapi juga akibat kurang tersedianya

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

85

informasi mengenai pendidikan di media massa, terutama radio dan televisi.

Informasi-informasi pendidikan sebenarnya cukup banyak diberitakan di koran

dan media cetak lain, namun penggunaan media cetak tersebut masih sangat

terbatas di lingkungan nelayan. Selain kurang efektifnya penggunaan media

massa, kurangnya peran pemerintah dalam mempopulerkan jenis-jenis pendidikan

non-formal membuat mayoritas masyarakat nelayan tidak mengetahui adanya

jenis pendidikan lain selain pendidikan formal.

(h) Persepsi Nelayan Responden Mengenai Pendidikan Anak

Persepsi yang dimiliki oleh seseorang mengenai pendidikan anak dapat

berbeda dengan persepsi orang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi orang tua nelayan mengenai pendidikan anak adalah pengalaman masa

lalu orang tua mengenai pendidikan, penerimaan informasi dari pihak lain,

keinginan dan cita-cita yang akan diwujudkan, serta harapan orang tua terhadap

anaknya.

Tabel 20. Persepsi Responden Nelayan Mengenai Tingkat Kepentingan Pendidikan Anak

Total Persepsi orang tua n (jiwa) Persentase (%) Sangat penting 34 85,00Cukup Penting 6 15,00tidak begitu penting 0 0,00Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Mayoritas responden menyatakan bahwa pendidikan anak merupakan hal

yang sangat penting, hal ini dapat dilihat pada tabel 20. Tabel tersebut

memperlihatkan bahwa sebanyak 34 orang (85 persen) responden menyatakan

bahwa pendidikan anak sangat penting. Hanya enam orang responden yang

menyatakan bahwa pendidikan anak cukup pentingdan tidak ada satu responden

pun yang menyatakan bahwa pendidikan anak tidak begitu penting. Persepsi

mayoritas nelayan responden mengenai pentingnya pendidikan untuk anak mereka

belum dapat menggambarkan kemampuan responden dalam menyekolahkan anak.

Hal ini berkaitan dengan persepsi responden mengenai biaya pendidikan anak.

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

86

Rata-rata responden menyatakan bahwa pendidikan anak sangat penting, namun

keinginan kuat untuk menyekolahkan anak tersebut tidak diimbangi oleh

tersedianya biaya sehingga tingkat pendidikan anak nelayan masih tetap rendah.

Biaya pendidikan anak tersebut mencakup biaya bulanan sekolah, biaya untuk

membeli peralatan sekolah (buku, Lembar Kerja Siswa, dan alat tulis), biaya

kegiatan ekstrakurikuler sekolah, hingga biaya transportasi menuju sekolah setiap

harinya.

Tabel 21. Persepsi Responden Nelayan Mengenai Biaya Pendidikan Anak Total Persepsi orang tua n (jiwa) Persentase (%)

Murah 0 0,00Sedang 11 27,50Mahal 29 72,50Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Mayoritas responden menyatakan bahwa biaya pendidikan anak

tergolong mahal untuk keluarga mereka. Jumlah nelayan responden yang

menyatakan bahwa biaya pendidikan tersebut mahal adalah sebanyak 29 nelayan

responden (72,50%), sebelas responden (27,50%) menyatakan bahwa biaya

pendidikan tergolong sedang, dan tidak ada satupun nelayan yang menyatakan

bahwa biaya pendidikan tergolong murah.

Alokasi dana pendidikan terendah diberikan oleh keluarga yang memiliki

anak dengan pendidikan tertinggi tamat sekolah dasar yaitu sebesar 8,89%. Dana

pendidikan sebesar 8,89% tersebut dialokasikan oleh keluarga yang memiliki

rentang pendapatan sebesar Rp 1.190.000,00 hingga Rp 1.559.000,00. Rendahnya

alokasi pendapatan tersebut dikarenakan banyaknya anggota keluarga sehingga

pendapatan per bulan diduga lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan primer.

Alokasi dana pendidikan tertinggi diberikan oleh keluarga yang yang memiliki

anak dengan pendidikan tertinggi tamat sekolah menengah atas yaitu sebesar

29,57%. Dana pendidikan sebesar 29,57% tersebut dialokasikan oleh keluarga

yang memiliki rentang pendapatan antara Rp 820.000,00 hingga Rp 1.189.000,00.

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

87

Tabel 22. Hubungan Pendapatan Orang Tua dan Rata-Rata Alokasi Dana Untuk Pendidikan

Rata-Rata Alokasi Dana Pendidikan Perjenjang Pendidikan (%) Pendapatan Total

Perbulan (Rupiah) BT SD T SD

BT SMP

T SMP

BT SMA

T SMA

BT PT T PT

450.000- 819.000 19,44 17,38 23,42 22,82 820.000 - 1.189.000 10,26 12,92 16,67 18,28 28,26 29,57

1.190.000 - 1.559.000 8,89 11,99 18,06 20,00 29,17 1.560.000 - 1.929.000 10,30 18,18 21,88 26,321.930.000 - 2.299.000 2.300.000 - 2.669.000 2.670.000 - 3.039.000 16,67Keterangan: T = Tamat

BT = Belum Tamat Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Persepsi terhadap biaya pendidikan anak cukup mempengaruhi orang tua

dalam membuat keputusan tentang pendidikan anak. Namun selain itu, perasaan

orang tua responden mengenai pendidikan di institusi pendidikan formal pun

memberikan pengaruh kepada orang tua dalam membuat keputusan-keputusan

tentang pendidikan anak. Mayoritas orang tua nelayan yang menjadi responden

menyatakan bahwa mereka sangat senang telah menyekolahkan anaknya di

lembaga pendidikan formal seperti yang tergambarkan pada tabel 22.

Tabel 23. Pendapat Responden Mengenai Perasaan Mereka Ketika Anak Mereka Bersekolah di Lembaga Pendidikan Formal

Total Perasaan Responden n (jiwa) Persentase (%)sangat senang 19 47,50biasa saja 11 27,50kurang senang 10 25,00Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Mayoritas responden yang menyatakan bahwa mereka sangat senang

menyekolahkan anak mereka menyatakan bahwa mereka sangat senang karena

mereka telah mampu menyekolahkan anak mereka dalam keterbatasan yang

dihadapi keluarga responden dan hal itu dianggap sebagai sebuah kebanggaan

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

88

tersendiri bagi mereka. Selain itu, responden pun merasa sangat senang telah

menyekolahkan anak mereka di lembaga pendidikan formal karena dengan begitu

responden merasa telah menjadikan anak-anak mereka menjadi insan yang lebih

baik dari generasi sebelumnya. Selain adanya responden yang merasa sangat

senang telah menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan formal, ada pula

sebagian responden yang merasa biasa saja dan bahkan merasa kurang senang

telah menyekolahkan anak mereka di lembaga pendidikan formal. Sebanyak

sebelas orang (27,50 persen) merasa biasa saja, dan sebanyak sepuluh orang (25

persen ) merasa kurang senang, responden yang merasakan kedua hal tersebut

menyatakan bahwa mereka merasa lembaga pendidikan formal tidak mampu

membuat kehidupan mereka dan anak mereka menjadi lebih baik seperti yang

mereka harapkan ketika mereka memasukkan anak mereka ke lembaga

pendidikan formal. Bahkan ada salah satu responden yang menyatakan bahwa dia

merasa kurang senang menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan formal

karena menurut responden tersebut sistem pendidikan di Indonesia masih buruk

dan perlu dibenahi lagi.

(i) Penyebab Anak Putus Sekolah

Terputusnya pendidikan anak di tengah jalan merupakan hal yang tidak

diinginkan oleh orang tua manapun, namun terkadang hal ini tidak dapat dihindari

jika keadaan ekonomi orang tua kurang mampu mengimbangi kebutuhan akan

biaya hidup keluarga sehingga anak-anak mereka pun harus meninggalkan bangku

sekolah pada waktu mereka belum menyelesaikan pendidikan mereka. Masalah

ekonomi bukan satu-satunya penyebab anak putus sekolah, sikap permisif orang

tua yang dalam mendidik anak juga dapat menjadi penyebab putusnya pendidikan

anak di tengah jalan. Sikap permisif ini dapat terlihat ketika orang tua

mengizinkan sang anak untuk keluar dari sekolah walaupun belum menyelesaikan

pendidikannya. Sikap seperti ini biasanya dibarengi dengan alasan bahwa anak-

anak tersebut lebih memilih untuk ikut bekerja dan membantu orang tua mencari

nafkah dan bahkan pada beberapa anak perempuan sikap permisif ini terlihat

ketika orang tua mengizinkan anaknya untuk menikah sebelum lulus sekolah.

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

89

Tabel 24. Sebaran Responden yang Memiliki Anak Putus Sekolah Total Keberadaan Anak

Putus Sekolah n (jiwa) Persentase (%) 0 25 62,501 9 22,50

>1 6 15,00Total 40 100,00

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2008

Tabel 23 memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak memiliki anak

putus sekolah, sebanyak 25 (62,50%) keluarga responden nelayan tidak memiliki

anak putus sekolah. Terdapat sembilan keluarga nelayan (22,50%) yang memiliki

anak putus sekolah sebanyak satu orang. Terdapat enam keluarga (15,00%)

responden yang memiliki anak putus sekolah lebih dari satu orang, dari enam

keluarga tersebut diketahui terdapat empat belas orang anak putus sekolah. Empat

keluarga responden memiliki dua orang anak putus sekolah dan dua keluarga

responden memiliki tiga orang anak putus sekolah. Terdapat beberapa alasan dari

putusnya pendidikan anak-anak nelayan responden tersebut, beberapa diantaranya

adalah kekurangan biaya, membantu orang tua bekerja, dan anak tidak menyukai

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Gambar 4 memperlihatkan persentase

alasan-alasan tersebut.

Membantu orang tua bekerja

37%

Tidak senang sekolah

7%

kekurangan biaya56%

Gambar 3. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Putus Sekolah Anak

Gambar 3 memperlihatkan bahwa alasan utama dari putus sekolahnya

anak-anak mereka adalah kekurangan biaya, responden mengatakan bahwa

pendapatan yang mereka peroleh selama sebulan hanya mampu mencukupi

kebutuhan dasar mereka. Alasan ke-dua yang banyak diutarakan nelayan sebagai

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

90

penyebab anak-anak responden putus sekolah adalah anak-anak mereka lebih

memilih untuk membantu orang tua bekerja. Anak-anak usia sekolah dasar ada

yang ikut membantu orang tua bekerja sambil tetap bersekolah. Anak-anak yang

sudah lulus sekolah dasar atau sekolah lanjutan pertama lebih memilih untuk

bekerja saja tanpa kembali bersekolah. Dari lima belas keluarga responden yang

memiliki anak putus sekolah tidak terdapat satu keluarga pun yang memberikan

jenis layanan pendidikan lain di luar pendidikan formal untuk anak mereka.

(j) Pendidikan Alternatif

Orang tua yang tidak mampu untuk memberikan pendidikan formal bagi

anak-anaknya sebaiknya memberikan pendidikan lain diluar sekolah fromal atau

biasa disebut pendidikan alternatif. Hal ini dikarenakan agar anak-anak tersebut

tetap mampu mendapatkan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan

sebagai bekal mereka untuk menjalani kehidupan setelah mereka dewasa. Namun

dari sejumlah lima belas orang responden yang memiliki anak putus sekolah, tidak

satupun dari orang tua tersebut yang memberikan pendidikan alternatif.

Responden menyatakan bahwa mereka sebelumnya tidak mengetahui adanya

jenis pendidikan lain di luar pendidikan formal di sekolah karena sebelumnya

tidak ada sosialisasi mengenai jenis-jenis pendidikan alternatif seperti Sanggar

Kegiatan Belajar, PKBM, ataupun home schooling.

Saat ini beberapa warga di Muara Angke berinisiatif untuk membuka

sebuah yayasan pendidikan yang bernama Yayasan Lentera Bangsa. Yayasan ini

berfungsi sebagai sebuah pendidikan alternatif yang akan memberikan beberapa

pelatihan kepada anak putus sekolah yang ada di wilayah Muara Angke. Para

penggagas yayasan itu berencana memberikan pelatihan berupa pelatihan

menjahit untuk wanita dan pelatihan montir untuk laki-laki dan direncanakan

yayasan ini akan mulai beroperasi pada awal tahun 2009. Nelayan responden

yang mengetahui rencana pendirian yayasan ini pun memiliki beberapa harapan

yang dapat dilihat pada gambar 4.

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

91

pendidikan yang bersifat

kejuruan18%

adanya penyaluran

kerja31%

dan lain-lain5%

waktu belajar fleksibel

6%

biaya pendidikan

murah40%

Gambar 4. Sebaran Responden Berdasarkan Harapan Terhadap Pendidikan Alternatif

Gambar 4 memperlihatkan bahwa harapan terbesar masyarakat terhadap

pendidikan alternatif adalah agar biaya pendidikan lebih murah sehingga biaya

pendidikan alternatif tersebut dapat dijangkau oleh responden. Responden pun

sangat mengharapkan adanya penyaluran kerja yang dilakukan oleh lembaga

pendidikan alternatif karena responden menginginkan anak-anak mereka memiliki

pekerjaan tetap yang dapat dijadikan sandaran keluarga ketika terdapat kebutuhan-

kebutuhan yang mendesak. Responden menginginkan jenis pendidikan alternatif

yang bersifat kejuruan dengan harapan anak mereka akan memiliki kemampuan

yang spesifik dan dengan kemampuan tersebut responden berharap anak-anak

mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebagian responden

menginginkan waktu belajar yang fleksibel sehingga anak-anak mereka bisa

bekerja sambil tetap mendapatkan pengetahuan dari lembaga pendidikan alternatif

tersebut. Harapan lain yang diinginkan responden adalah lokasi lembaga

pendidikan yang dekat dengan rumah mereka sehingga tidak memerlukan biaya

transportasi dan harapan lainnya adalah adanya pengajar berkualitas yang

mengajar di lembaga pendidikan alternatif tersebut.

Harapan-harapan nelayan tersebut memberikan sedikit informasi mengenai

jenis pendidikan alternatif yang relevan untuk anak nelayan. Harapan nelayan

tersebut digabungkan dengan potensi sumber daya alam serta karakteristik

keluarga responden nelayan sehingga didapat jenis pendidikan alternatif yang

relevan untuk nelayan. Potensi sumber daya alam terbesar yang dimiliki Muara

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

92

Angke adalah pasokan ikan yang melimpah. Posisi Muara Angke yang terletak di

ibu kota sehingga posisi Muara Angke sangat dekat dengan pusat kegiatan

ekonomi dan informasi. Posisi Muara Angke tersebut memudahkan masyarakat

Muara Angke untuk melakukan usaha kecil dan menengah, baik usaha di bidang

pengolahan hasil perikanan ataupun jenis usaha di bidang lain.

Hal utama yang menyebabkan masyarakat nelayan kesulitan

meningkatkan tingkat pendidikan anaknya adalah rendahnya penghasilan

sehingga masyarakat nelayan tidak mampu memberikan akses pendidikan yang

layak bagi anak mereka. Oleh karena itu jenis pendidikan alternatif yang

diperlukan oleh masyarakat nelayan adalah jenis pendidikan yang mampu

memberikan kepastian yang lebih tinggi terhadap kondisi ekonomi yang lebih

baik. Jenis pendidikan yang biasa dipilih untuk mendapatkan kepastian yang

lebih tinggi terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik adalah jenis pendidikan

kejuruan. Di tingkat perguruan tinggi, jenis pendidikan ini disebut juga

pendidikan vokasi pendidikan tinggi yaitu jenis pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu

maksimal setara dengan program sarjana (Penjelasan Pasal 15 Undang Undang

No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Titik berat dari

pendidikan vokasi ini adalah adanya keahlian terapan tertentu yang dapat

dimanfaatkan untuk mengaktualisasikan diri di dunia kerja atau sebagai bekal

untuk membuka lapangan kerja baru dengan basis keahlian terapan yang dimiliki.

Bentuk pendidikan vokasi yang umum di masyarakat adalah kursus. Pendidikan

vokasi merupakan jenis pendidikan yang dapat dipilih oleh masyarakat nelayan,

namun jenis pendidikan ini masih cukup sulit untuk digapai nelayan karena biaya

pendidikan vokasi yang cukup tinggi.

Masih banyaknya anak nelayan yang putus sekolah di tingkat pendidikan

dasar memberikan petunjuk lain mengenai jenis pendidikan alternatif yang

relevan untuk nelayan, yaitu jenis pendidikan yang memiliki beberapa program

pendidikan. Program pendidikan yang dimaksud adalah program pendidikan

paket A, paket B, dan paket C serta program pendidikan kejuruan. Jenis layanan

pendidikan yang memiliki keseluruhan program adalah SKB dan PKBM. Namun

untuk SKB masih agak sulit diterapkan karena SKB hanya didirikan di satu

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi … · bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat ... selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal

93

tempat untuk satu kotamadya di Propinsi DKI Jakarta dan untuk SKB Jakarta

Utara pun letaknya cukup jauh dari pusat konsentrasi nelayan. Jenis layanan

alternatif lain yang relevan untuk anak nelayan adalah PKBM. PKBM dapat

dibentuk dan dikelola oleh masyarakat sendiri ataupun dibentuk dan dikelola oleh

gabungan masyarakat dan pemerintah. Kurikulum pada PKBM pun dapat

ditentukan sendiri oleh pengelola PKBM tersebut, sehingga pengelola dapat

membuat kurikulum pendidikan yang sesuai dengan keadaan masyarakat.

PKBM yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat nelayan

adalah PKBM yang memiliki program Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket

C dan kejuruan. Kejar Paket A, dan Kejar Paket B merupakan program yang

ditujukan untuk anak-anak nelayan yang putus sekolah dan untuk anak-anak

nelayan yang tidak mampu mengakses pendidikan di sekolah formal, dengan

adanya paket ini sekaligus juga membantu pemerintah dalam mewujudkan

gerakan wajib belajar sembilan tahun. Adanya program Kejar Paket A dan Kejar

Paket B ini sekaligus sebagai pemberian bekal bagi anak nelayan untuk menerima

pendidikan di level yang lebih tinggi, yaitu level pendidikan menengah. Kejar

Paket C dan pendidikan kejuruan setara SMK ditujukan bagi anak nelayan yang

ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah. Kejar Paket C

dapat dimanfaatkan untuk meraih ijazah SMA yang nantinya dapat digunakan

untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan

kejuruan setara SMK dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk berwirausaha.

Program kejuruan yang sebaiknya diberikan adalah program kejuruan di bidang

pengolahan hasil perikanan seperti pengolahan kerupuk kulit kerang, pengolahan

manik-manik kulit kerang, pengolahan tepung ikan, dan jenis-jenis pengolahan

hasil perikanan yang lain. Program kejuruan pengolahan perikanan tersebut

diadakan karena jenis pendidikan tersebut dapat langsung dipraktikan oleh anak

nelayan untuk usaha kecil yang akan memberikan penghasilan bagi keluarga

nelayan, selain itu dengan potensi sumber daya alam yang ada maka bahan baku

akan mudah didapatkan. Saat ini di Maura Angke belum terdapat PKBM, namun

sudah ada keinginan nyata dari orang tua nelayan untuk meningkatkan tingkat

pendidikan anak mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari didirikannya Yayasan

Lentera Bangsa oleh warga Kampung Baru Muara Angke.