V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel...

46
58 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Desa Pandanajeng Secara geografis Desa Pandanajeng terletak pada posisi 800’10.08” Lintang Selatan dan 11244’2.4” Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 450 m di atas permukaan air laut. Wilayah Desa Pandanajeng terdiri dari 4 dusun dan 27 Rukun Tetangga (RT) yang dikelompokkan ke dalam 6 Rukun Warga (RW). Tujuan dari digunakannya istilah RW untuk pembagian kelompok-kelompok RT agar lebih mempermudah pemerintahan desa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pemerintahan desa. Desa Pandanajeng termasuk wilayah yang memiliki pegunungan dan sebagian besar terdiri atas dataran tinggi. Desa Pandanajeng berada di antara lima desa lain yang juga masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Tumpang dan Kabupaten Malang. Desa Pandanajeng merupakan salah satu dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Desa Pandanajeng memiliki jarak tempuh sejauh 5 kilometer ke pusat Kecamatan Tumpang, dan 21 kilometer ke pusat Pemerintahan Kabupaten Malang, serta 89 kilometer ke Ibukota Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Pandanajeng dikelilingi oleh desa-desa dari Kecamatan Tumpang kecuali bagian Utara yang dibatasi oleh Desa Banjarejo yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pakis dan bagian Selatan yang dibatasi oleh Desa Argosuko Kecamatan Poncokusumo. Sebelah Barat Desa Pandanajeng berbatasan dengan Desa Kidal dan Desa Kambingan. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pulungdowo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngingit, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Slamet. Peta perbatasan wilayah Desa Pandanajeng dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Transcript of V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel...

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Letak Geografis Desa Pandanajeng

Secara geografis Desa Pandanajeng terletak pada posisi 800’10.08”

Lintang Selatan dan 11244’2.4” Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini

adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 450 m di atas permukaan air laut.

Wilayah Desa Pandanajeng terdiri dari 4 dusun dan 27 Rukun Tetangga (RT)

yang dikelompokkan ke dalam 6 Rukun Warga (RW). Tujuan dari digunakannya

istilah RW untuk pembagian kelompok-kelompok RT agar lebih mempermudah

pemerintahan desa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pemerintahan desa.

Desa Pandanajeng termasuk wilayah yang memiliki pegunungan dan

sebagian besar terdiri atas dataran tinggi. Desa Pandanajeng berada di antara lima

desa lain yang juga masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Tumpang dan

Kabupaten Malang. Desa Pandanajeng merupakan salah satu dari 15 desa yang

ada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Desa

Pandanajeng memiliki jarak tempuh sejauh 5 kilometer ke pusat Kecamatan

Tumpang, dan 21 kilometer ke pusat Pemerintahan Kabupaten Malang, serta 89

kilometer ke Ibukota Propinsi Jawa Timur.

Batas-batas wilayah Desa Pandanajeng dikelilingi oleh desa-desa dari

Kecamatan Tumpang kecuali bagian Utara yang dibatasi oleh Desa Banjarejo

yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pakis dan bagian Selatan yang dibatasi

oleh Desa Argosuko Kecamatan Poncokusumo. Sebelah Barat Desa Pandanajeng

berbatasan dengan Desa Kidal dan Desa Kambingan. Sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Pulungdowo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngingit, dan

sebelah utara berbatasan dengan Desa Slamet. Peta perbatasan wilayah Desa

Pandanajeng dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

59

Gambar 5.1. Peta Perbatasan Wilayah Desa Pandanajeng

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Pandanajeng, 2014

5.1.2. Keadaan Pertanian Desa Pandanajeng

Keadaan pertanian di Desa Pandanajeng dalam penelitian ini dijelaskan

dalam aspek pola penggunaan lahan dan komoditas pertanian yang dihasilkan.

Keseluruhan luas wilayah Desa Pandanajeng adalah 255,167 ha yang dapat

dikelompokkan menjadi pemukiman, sawah, perkebunan/tegalan, perkantoran,

sekolah, lapangan olahraga, dan pemakaman umum. Pola penggunaan lahan di

Desa Pandanajeng dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

60

Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013

No. Penggunaan Luas lahan (ha) Persentase (%) 1. Pemukiman 85,076 33,34 2. Sawah 141,928 55,62 3. Perkebunan/tegalan 21,483 8,42 4. Perkantoran 0,500 0,20 5. Sekolah 2,520 0,99 6. Lapangan olahraga 1,560 0,61 7. Pemakaman umum 2,100 0,82

Jumlah 255,167 100,00 Sumber: Data sekunder diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Pandanajeng, 2014

Berdasarkan Tabel 5.1. diketahui bahwa penggunaan lahan di Desa

Pandanajeng paling banyak dimanfaatkan untuk pertanian dalam bentuk sawah

dengan luas sebesar 141,928 ha (55,62%). Pemanfaatan lahan untuk pemukiman

memiliki luas yang sedikit lebih rendah dari sawah yaitu seluas 85,076 ha

(33,34%). Pola penggunaan lahan di Desa Pandanajeng berikutnya adalah

perkebunan atau tegalan dengan luas 21,483 ha (8,42%). Pola penggunaan lahan

untuk perkantoran, sekolah, lapangan olahraga, serta pemakaman umum memiliki

persentase masing-masing kurang dari 1% dengan persentase terkecil pada

perkantoran. Tanah basah atau sawah biasa digunakan oleh masyarakat untuk

tanaman sayur-mayur, padi dan palawija. Jenis tanah kering atau tegal yang

kurang produktif biasa dimanfaatkan sebagai lahan peternakan.

Komoditas pertanian di Desa Pandanajeng terdiri atas berbagai macam

tanaman mulai dari tanaman pangan, palawija, buah, hingga sayur-sayuran.

Komoditas pertanian yang utama di desa ini adalah sayur-sayuran seperti

kangkung, sawi, bayam, kubis, tomat, dan lain-lain. Berikut adalah perincian hasil

panen untuk seluruh komoditas pertanian di Desa Pandanajeng pada tahun 2013,

dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

61

Tabel 5.2. Hasil Panen Komoditas Pertanian di Desa Pandanajeng Tahun 2013

No. Tanaman Satuan Hasil Panen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

Kangkung Bayam Sawi Padi Jagung Cabai Rawit Cabai Besar Kubis Tomat Kacang Panjang Kelapa

Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Butir

450 385 320 280 140 3 6 175 160 8

150.000

Sumber: Data sekunder diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pandanajeng, 2014

Berdasarkan data pada Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa produksi sayur-

sayuran yang meliputi kangkung, bayam, sawi, kubis, dan tomat merupakan hasil

panen komoditas pertanian yang paling produktif di Desa Pandanajeng. Hasil

panen yang paling tinggi adalah komoditas kangkung yaitu sebesar 450 ton,

sedangkan hasil panen terendah adalah komoditas cabai rawit yaitu sebesar 3 ton.

Komoditas kelapa memiliki satuan yang berbeda dengan komoditas lainnya, hasil

panen kelapa pada tahun 2013 adalah sebesar 150.000 butir.

Tanah di Desa Pandanajeng yang mayoritas berwarna hitam kecoklatan

sangat cocok untuk pertanian terutama jenis sayur-sayuran. Masyarakat

menggunakan lahan basah atau sawah untuk tanaman sayur-mayur, padi, dan

palawija, sedangkan lahan kering atau tegal yang kurang produktif dimanfaatkan

sebagai lahan peternakan. Sumber daya alam berupa air diperoleh secara mudah

oleh penduduk Desa Pandanajeng baik untuk kebutuhan pokok (mandi, minum,

dan mencuci) maupun untuk irigasi lahan pertanian. Petani di Desa Pandanajeng

mempergunakan aliran sungai Amprong untuk penunjang pertanian yaitu irigasi

dan memandikan sapi atau kerbau setelah dipergunakan dalam pengolahan lahan

sawah.

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

62

5.1.3. Kependudukan Desa Pandanajeng

Jumlah penduduk di Desa Pandanajeng secara keseluruhan pada akhir tahun

2013 sebanyak 4.013 jiwa yang terdiri dari 49,34% laki-laki dan 50,66%

perempuan. Penduduk Desa Pandanajeng yang paling banyak berdasarkan

golongan usia adalah jumlah penduduk pada golongan usia 30-44 tahun sebanyak

1.019 jiwa (25,39%). Jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada golongan usia

di atas 59 tahun yaitu sebanyak 376 jiwa (9,37%). Selain berdasarkan usia dan

jenis kelamin, jumlah penduduk Desa Pandanajeng berdasarkan mata pencaharian

ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Desa Pandanajeng Berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun 2013

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Petani Buruh Tani Buruh Bangunan Karyawan Swasta Pedagang Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Lain-lain (Sopir, Pensiunan, Jasa, Peternak)

654 618 279 197 101 743

65 77

23,92 22,60 10,21

7,21 3,69

27,18 2,38 2,81

Jumlah 2.734 100,00

Sumber: Data sekunder diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pandanajeng, 2014

Tabel 5.3. di atas menjelaskan bahwa di Desa Pandanajeng jumlah

penduduk yang bermatapencaharian sebagai wiraswasta memiliki jumlah yang

paling banyak yaitu 743 jiwa (27,18%). Selain wiraswasta, jumlah penduduk

dengan mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani juga memiliki persentase

yang tinggi, tidak terlalu jauh berbeda dengan wiraswasta. Jumlah penduduk yang

memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu 654 orang (23,92%), kemudian buruh tani

sebanyak 618 orang (22,60%). Apabila jumlah penduduk yang

bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani dijumlahkan, maka sebesar

46,52% penduduk Desa Pandanajeng bekerja di bidang pertanian. Hal ini

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

63

menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai wiraswata, petani, dan buruh tani

merupakan pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Desa

Pandanajeng.

Selain bekerja di bidang pertanian, sebagian penduduk Desa Pandanajeng

juga memiliki pencaharian utama sebagai pedagang walaupun jumlahnya tidak

terlalu dominan 3,69%. Pekerjaan sebagai pedagang biasanya berhubungan

dengan pertanian karena komoditas pertanian yang dihasilkan oleh petani Desa

Pandanajeng dipasarkan di pasar tradisional oleh pedagang di desa tersebut. Para

penduduk Desa Pandanajeng yang bermatapencaharian utama sebagai petani juga

memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang dengan memasarkan produk

pertaniannya di pasar tradisional.

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan masyarakat untuk dapat

memajukan tingkat kesejahteraan dan tingkat perekonomian Dengan tingkat

pendidikan yang tinggi maka biasanya dapat meningkatkan pola pikir individu

dan mempermudah untuk menerima informasi yang lebih maju. Tabel 5.4. di

bawah ini merupakan tabel yang menunjukan jumlah penduduk Desa Pandanajeng

berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Desa Pandanajeng Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tidak/Belum Sekolah Tidak Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma I/II Akademi/Diploma III Diploma IV/Strata I/Strata II

520 650 1448

704 525 19 38

109

12,96 16,20 36,08 17,54 13,08 0,47 0,95 2,72

Jumlah 4.013 100,00

Sumber: Data sekunder diolah dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Pandanajeng, 2014

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

64

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa penduduk Desa Pandanajeng yang

bersekolah sampai tingkat SD atau sederajat memiliki jumlah paling tinggi yaitu

1448 orang (36,08%). Tingkat pendidikan yang paling rendah yaitu tidak tamat

SD/sederajat memiliki jumlah sebesar 650 orang (16,20%). Jumlah penduduk

yang menempuh pendidikan hingga Diploma I/II merupakan jumlah paling sedikit

dari tingkat pendidikan lainnya yaitu sebanyak 19 orang (0,47%). Jumlah

penduduk Desa Pandanajeng yang menempuh pendidikan hingga tingkat tertinggi

(Diploma IV/Strata I/Strata II) memiliki persentase 2,72%. Angka tersebut

menunjukkan bahwa penduduk yang telah menempuh pendidikan hingga tingkat

tertinggi memiliki status dan peranan sosial yang cenderung lebih tinggi. Salah

satu contoh dari pentingnya tingkat pendidikan dalam menentukan status dan

peranan sosial di Desa Pandanajeng adalah Ketua Gapoktan Sumbersuko

merupakan lulusan S1 dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Beliau

dipercaya sebagai Ketua Gapoktan Sumbersuko karena dianggap memiliki

pengetahuan lebih luas daripada anggota dan pengurus Gapoktan Sumbersuko

yang lain.

5.2. Gambaran Umum Gapoktan Sumbersuko

Gabungan Kelompok Tani Sumbersuko merupakan gabungan dari susunan

kelompok-kelompok tani yang berada di Desa Pandanajeng. Kelompok-kelompok

tani yang dimaksud adalah Sumber Tani I, Sumber Tani II, Sumber Tani III, dan

Sumber Tani IV. Keempat kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan

Sumbersuko dibagi berdasarkan 4 dusun di Desa Pandanajeng yaitu Dusun

Bangilan, Dusun Tamiajeng, Dusun Bletok, dan Dusun Pandaan. Nama

Sumbersuko diambil dari nama-nama kelompok tani yang berada di Desa

Pandanajeng yaitu Sumber Tani. Menurut Ketua Gapoktan Sumbersuko,

pemberian nama Sumbersuko berasal dari usul salah seorang Petugas Penyuluh

Lapang dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kecamatan Tumpang yaitu Bapak

Kusdiono.

Gapoktan Sumbersuko berdiri pada tahun 1997 atas prakarsa dari Dinas

Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang dan warga Desa Pandanajeng.

Tujuan yang ingin dicapai oleh Gapoktan Sumbersuko yaitu memajukan bidang

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

65

usaha pertanian dengan mengunggulkan kualitas produk dan sumber daya

manusianya, melalui pengembangan usaha tani yang bertaraf interlokal (pasar

modern) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah, terutama

sayur-sayuran yang identik dengan Desa Pandanajeng. Gambar 5.2. berikut ini

adalah struktur organisasi Gapoktan Sumbersuko.

Gambar 5.2. Struktur Kepengurusan Gapoktan Sumbersuko di Desa Pandanajeng

Sumber: Data primer diolah, 2014

Struktur kepengurusan Gapoktan Sumbersuko merupakan hasil musyawarah

antara anggota Gapoktan dalam rapat anggota Gapoktan yang diadakan minimal

tiap 6 bulan sekali atau apabila ada kepentingan tertentu yang perlu dirundingkan

bersama. Struktur kepengurusan yang dijelaskan pada Gambar 5.2. telah berjalan

selama kurang lebih 6 tahun. Bapak Abdul Ghofur telah menjabat sebagai ketua

Gapoktan Sumbersuko mulai tahun 2002. Ketua Gapoktan Sumbersuko baru

mengalami pergantian sebanyak dua kali, ketua Gapoktan yang pertama menjabat

adalah Bapak Ahmad Tho’if (Alm.).

Apabila terdapat permasalahan mengenai pertanian di Desa Pandanajeng

yang perlu untuk dibicarakan bersama, maka Ketua Gapoktan bertugas untuk

mengorganisir dan mengkoordinasikan pertemuan dan diskusi bersama para

pengurus dan anggota Gapoktan. Pertemuan Gapoktan Sumbersuko biasa

diadakan di kediaman salah satu pengurus Gapoktan maupun di rumah packaging

yang terletak di Dusun Pandaan Desa Pandanajeng. Kegiatan yang dilakukan oleh

Gapoktan Sumbersuko untuk mengembangkan pertanian sayuran dimulai dari

proses budidaya, pasca panen hingga pemasaran ke pasar modern. Komoditas

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

66

yang paling banyak diproduksi oleh petani di Desa Pandanajeng adalah sayuran

kangkung, sawi, dan bayam. Gapoktan Sumbersuko merupakan wadah bagi petani

di Desa Pandanajeng untuk memperkuat posisi tawar petani dalam menentukan

harga hasil pertanian termasuk sayuran tanpa tergantung kepada tengkulak. Oleh

sebab itulah Gapoktan Sumbersuko mengarahkan para petani untuk memasarkan

hasil panen ke pasar modern yang memberikan keuntungan ekonomi lebih tinggi.

Pada tahun 2002-2010 petani Desa Pandanajeng yang memasarkan produk

sayurannya ke pasar modern baru sejumlah 8 orang. Pada tahun-tahun tersebut

Gapoktan Sumbersuko hanya dapat mengirimkan sayuran dalam jumlah sedikit

dan belum dapat mengembangkan jaringan pemasaran hasil pertanian di pasar

modern. Setelah bekerjasama dengan CV. Agri Fresh, kemudian Gapoktan

Sumbersuko juga memasarkan sayuran ke pasar modern melalui supermarket

Hero dan Giant. Mulai bulan Juli 2014, Gapoktan Sumbersuko juga

memasarkankan sayuran ke Mahadaya Apartment di Kota Malang.

Pengembangan jaringan pemasaran di pasar modern ini dapat menampung petani

sayuran dalam jumlah lebih besar sehingga petani anggota Gapoktan yang

memasarkan ke pasar modern hingga tahun 2014 bertambah menjadi 14 orang.

5.3. Peranan Gapoktan dalam Pengendalian Mutu Kangkung

Peranan Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu kangkung

dideskripsikan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Gapoktan untuk

mengatasi rendahnya mutu kangkung dan luas lahan kangkung milik petani yang

relatif sempit agar dapat memenuhi permintaan pasar modern. Berdasarkan data

pada periode Mei-Juni 2014 petani kangkung anggota Gapoktan Sumbersuko

belum dapat sepenuhnya menghasilkan produk kangkung yang sesuai standar dari

pasar modern. Hal ini dapat dilihat dari jumlah return kangkung atau kangkung

yang dikembalikan oleh pihak pasar modern kepada Gapoktan.

Menurut Hermanto (2007) Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan

melakukan fungsi-fungsi yang meliputi:

1. Pemenuhan kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga).

2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida dan

lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya.

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

67

3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman

kepada para petani yang memerlukan.

4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading,

pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah.

5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani

kepada pedagang atau industri hilir.

Sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka peneliti menjelaskan peranan

yang dilakukan Gapoktan dalam pengendalian mutu dan pemasarannya ke pasar

modern. Akan tetapi Gapoktan Sumbersuko tidak melakukan penyediaan modal

usaha maupun menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para petani yang

memerlukan. Untuk mengatasi permasalahan mutu kangkung agar sesuai dengan

permintaan pasar modern, maka Gapoktan Sumbersuko perlu melakukan kegiatan

peningkatan mutu, pelayanan informasi, peningkatan pengetahuan, penerapan

teknologi, dan pengadaan sarana pengolahan produk dalam pengendalian mutu

sayuran kangkung.

5.3.1. Peranan Gapoktan dalam Peningkatan Mutu

Gapoktan Sumbersuko berupaya untuk menjaga agar mutu kangkung yang

dihasilkan oleh petani dapat sesuai dengan permintaan pasar modern. Upaya yang

dilakukan oleh Gapoktan adalah dengan mengidentifikasi mutu yang diinginkan

pasar terlebih dahulu, dalam penelitian ini adalah pasar modern berupa

supermarket. Setelah diketahui standar mutu kangkung yang diinginkan oleh pasar

modern, maka kemudian dilakukan perencanaan bersama para petani kangkung

anggota Gapoktan agar standar mutu kangkung dapat terpenuhi. Apabila produk

kangkung yang dihasilkan oleh petani kangkung anggota Gapoktan Sumbersuko

masih belum memenuhi standar yang diminta oleh pasar modern, maka perlu

dilakukan peningkatan mutu terhadap produk kangkung yang diproduksi.

Standar mutu produk kangkung yang dikirimkan Gapoktan Sumbersuko ke

pasar modern ditunjukkan oleh Tabel 5.5.

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

68

Tabel 5.5. Standar Mutu Kangkung yang Dikirimkan Gapoktan Sumbersuko ke Pasar Modern

Komoditas Ukuran Kriteria Fisik Proses Pengendalian Mutu

Kangkung Daun berukuran sedang, tidak terlalu lebar dengan ukuran daun ± 3 cm dan panjang ± 10 cm.

Daun tampak masih segar, tidak layu, warna daun tidak ada yang menguning dan tidak ada cacat atau lubang pada daun.

a. Kangkung dipanen pada usia ± 30 hari tidak boleh terlalu tua.

b. Proses pasca panen dilakukan dengan mengikat kangkung yang telah ditata rapi menggunakan selotip berdasarkan ukuran daun relatif sama pada setiap ikatan.

c. Setiap satu ikatan kangkung berdiameter ± 5 cm pada bagian batang yang terkumpul dan memiliki berat 200 gram.

Sumber : Data primer diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa pasar modern memiliki

standar mutu yang harus dipenuhi oleh Gapoktan Sumbersuko untuk produk

kangkung yang akan dipasarkan. Standar mutu sayuran kangkung yang diminta

oleh pasar modern mengutamakan mutu secara eksternal atau kriteria fisik. Oleh

sebab itu Gapoktan Sumbersuko belum melakukan pengendalian mutu kangkung

secara internal seperti pengukuran kandungan zat-zat kimia berbahaya di dalam

sayuran kangkung yang telah dipanen.

Peranan Gapoktan dalam peningkatan mutu kangkung akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dimulai dari

mencari tahu tentang informasi permintaan pasar terhadap sayuran kangkung.

Jumlah permintaan dari beberapa pihak pasar modern kemudian dijumlahkan

sehingga diketahui target jumlah produksi kangkung yang harus dipenuhi setiap

harinya. Target jumlah produksi yang telah diketahui selanjutnya didiskusikan

dengan para petani kangkung anggota Gapoktan mengenai mekanisme

pemenuhannya. Pemenuhan target tersebut dilakukan dengan melakukan

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

69

perencanaan kuota petani dan perencanaan jadwal tanam. Skema perencanaan

pengendalian mutu kangkung yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko

ditunjukkan oleh Gambar 5.3. berikut ini.

Gambar 5.3. Skema Perencanaan Pengendalian Mutu Kangkung oleh Gapoktan Sumbersuko

Permintaan pasar modern terhadap sayuran yang akan dikirimkan oleh

Gapoktan Sumbersuko disertai dengan jenis sayuran apa saja yang diminta,

kontinuitas pengiriman produk, standar mutu produk, dan harga produk yang

dibayarkan oleh pasar modern. Gapoktan Sumbersuko berusaha untuk memenuhi

permintaan sayuran kangkung dari pihak pasar modern setiap harinya. Pada akhir

pekan, bulan ramadhan, dan menjelang hari raya besar agama, jumlah permintaan

meningkat dibandingkan dengan hari-hari biasa. Jenis sayuran yang diminta

terdiri dari kangkung, sawi, bayam, daun singkong, dan tomat. Sayuran kangkung

merupakan jenis sayuran yang memiliki jumlah permintaan paling tinggi

dibandingkan dengan sayuran lainnya.

Perencanaan kuota petani yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko yaitu

dengan mengidentifikasi berapa jumlah petani kangkung yang dibutuhkan untuk

memenuhi permintaan pasar modern. Perencanaan mengenai kuota petani dilihat

dari hasil produksi yang didapat petani dengan luas lahan penanaman kangkung.

Perencanaan jadwal tanam dilakukan agar kangkung dapat tersedia setiap hari

untuk dikirim ke beberapa pasar modern yang telah melakukan kontrak kerjasama

dengan Gapoktan. Petani biasanya menanam kangkung sebanyak tiga hingga lima

Permintaan Pasar Modern, meliputi:

1. Jenis komoditas 2. Kontinuitas

pengiriman produk

3. Mutu produk 4. Harga produk

Peranan Gapoktan Sumbersuko

Kuota Petani Jadwal Tanam

Anggota Gapoktan Sumbersuko

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

70

kali setiap satu bulan di lahan yang berbeda, sehingga setiap harinya terdapat

kangkung yang dapat dipanen dari 14 orang petani kangkung Desa Pandanajeng

yang memasarkan ke pasar modern. Jadwal tanam kangkung dilakukan

berdasarkan jadwal dari petani dengan menyesuaikan target produksi.

Pihak pasar modern biasa memperbarui kontrak perjanjian dengan Gapoktan

Sumbersuko setiap 3 bulan mengenai jumlah permintaan kangkung oleh

supermarket dan harga kangkung yang dibayarkan oleh pihak pasar modern.

Pengiriman atau distribusi sayuran kangkung ke pasar modern oleh Gapoktan

Sumbersuko dilakukan setiap hari pada pukul 22.00. Oleh sebab itu, para pekerja

di rumah packaging Gapoktan Sumbersuko telah mempersiapkan produk sayuran

kangkung yang akan dikirimkan mulai pukul 18.00. Pada akhir pekan dan bulan

Ramadhan pekerja rumah packaging mulai bekerja pada siang hari sekitar pukul

11.00 untuk mengantisipasi adanya penambahan order pada sore harinya.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pengendalian mutu kangkung oleh Gapoktan

Sumbersuko terdiri atas tiga tahapan yaitu budidaya, panen, dan pasca panen.

Perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya kemudian dilaksanakan oleh

petani anggota yang telah mengetahui jadwal tanamnya masing-masing. Petani

melakukan pelaksanaan produksi dari budidaya hingga panen, selanjutnya

penanganan pasca panen dilakukan di rumah packaging yang ditangani oleh para

pekerja. Rumah packaging berada di lingkungan produksi kangkung sehingga

distribusi kangkung ke rumah packaging tidak mengalami hambatan. Berikut ini

adalah tahapan produksi kangkung yang dilakukan oleh para petani di Desa

Pandanajeng.

a. Budidaya

Proses budidaya kangkung terdiri atas beberapa tahapan mulai dari

persiapan benih, persiapan lahan, pemupukan, penanaman, pemeliharaan hingga

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Varietas benih kangkung

darat yang dianjurkan oleh Gapoktan Sumbersuko terhadap para petani kangkung

adalah varietas kangkung sutra. Akan tetapi sebagian besar petani masih kurang

memahami cara pemilihan varietas kangkung yang harusnya digunakan. Para

petani Desa Pandanajeng biasa memperoleh benih dari Koperasi Unit Desa yang

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

71

terletak di Kecamatan Pakis seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak

Jupri,

“Saya biasanya beli benih di KUD Pakis mbak, kalau jenis benihnya

saya kurang ngerti yang penting saya minta yang bagus. Kata

penjualnya benih kangkung itu dikirim dari Gresik, Jombang sama

Sidoarjo”.

Pernyataan dari Bapak Jupri tersebut menunjukkan bahwa petani

kangkung di Desa Pandanajeng terbiasa untuk langsung membeli benih dari KUD

tanpa mengetahui varietas benih kangkung tersebut.

Benih kangkung yang ditanam oleh petani Desa Pandanajeng dibeli per

kilogram dengan harga sekitar Rp. 11.000,00 tiap kilogramnya. Apabila menurut

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2009) untuk luasan lahan 1 ha

diperlukan benih sekitar 10 kg, maka lain halnya dengan yang disampaikan oleh

informan penelitian ini. Para petani biasa menggunakan 20-30 kg benih

kangkung pada tiap ha lahan. Hal ini tentunya menambah biaya pengeluaran

petani dalam produksi kangkung. Petani Desa Pandanajeng tidak membuat benih

secara mandiri karena para petani tidak terbiasa untuk memproduksi sendiri benih

kangkung yang akan ditanam. Menurut keterangan dari informan, kebiasaan

untuk membeli benih di Koperasi Unit Desa dan toko pertanian mempermudah

pekerjaan petani sehingga tidak memerlukan waktu yang lama dalam

mempersiapkan benih kangkung.

Tahapan budidaya selanjutnya adalah persiapan lahan yang dilakukan oleh

petani dengan menggemburkan tanah menggunakan mesin pembajak atau

cangkul. Untuk mesin pembajak lahan, Desa Pandanajeng telah memiliki masing-

masing satu mesin di setiap wilayah RW (Rukun Warga) sehingga setiap dusun

memiliki sebanyak satu hingga dua mesin pembajak. Hal ini telah sesuai dengan

standar operasional prosedur dalam persiapan lahan kangkung untuk mencangkul

lahan sedalam kurang lebih 30 cm atau bisa menggunakan alat pembajak sawah.

Proses penggemburan lahan kangkung ini disertai dengan penambahan

pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak kambing. Untuk pemupukan

dengan pupuk kandang diperlukan dosis sebanyak satu pikul (6 kuintal) setiap ha

lahan. Selain pupuk organik berupa pupuk kandang, petani juga menggunakan

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

72

pupuk kimia berupa phonska dan urea. Pupuk phonska digunakan sebagai pupuk

dasar dengan dosis sebesar 0,5 kuintal tiap ha lahan, sedangkan pupuk urea

diberikan dua kali pada saat usia 1 minggu dan 2 minggu setelah tanam dengan

dosis 100 gr tiap ha lahan.

Setelah menggemburkan tanah maka petani membuat bedengan yang

membujur dari arah barat ke timur agar tanaman kangkung memperoleh cahaya

matahari dengan baik. Menurut petani kangkung yang menjadi informan

penelitian, lebar dan tinggi bedengan pada lahan kangkung disesuaikan dengan

datangnya musim. Panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lahan yang

tersedia. Apabila musim penghujan, maka tinggi bedengan ditambah agar benih

kangkung tidak tergenang air ataupun hanyut terbawa air. Pada musim

penghujan, lebar bedengan menjadi 1-1,5 m. Pada musim kemarau, tinggi

bedengan dikurangi sehingga hampir rata dengan tempat jalannya air untuk

mempermudah proses pengairan. Lebar bedengan juga diperlebar menjadi ± 2 m.

Hal ini perlu diperhatikan karena tanaman kangkung merupakan jenis tanaman

sayuran yang membutuhkan cukup air agar dapat tumbuh dengan baik.

Setelah persiapan lahan selesai, maka tahapan berikutnya adalah penanaman

benih kangkung pada lahan yang telah dipersiapkan. Petani kangkung Desa

Pandanajeng tidak membuat lubang tanam terlebih dahulu seperti yang

disarankan oleh Gapoktan maupun standar operasional prosedur dari Dinas

Pertanian. Para petani di desa ini biasa langsung menyebarkan benih kangkung di

atas bedengan, kemudian benih tersebut ditutup atau diuruki dengan tanah setebal

3-4 cm. Proses menutup benih dengan tanah tersebut merupakan tahapan yang

paling sulit untuk dilakukan karena apabila kurang tepat dilakukan beih

kangkung tidak akan tumbuh dengan baik. Para petani kangkung berpendapat

bahwa cara penanaman dengan menyebar benih tanpa membuat lubang tanam

lebih cepat dilakukan dan hasilnya sama saja dengan membuat lubang tanam.

Akan tetapi cara menanam seperti ini menyebabkan pertumbuhan tanaman

kangkung tidak dapat optimal karena beberapa tanaman kangkung tumbuh

berimpitan dengan tanaman kangkung lainnya.

Tahapan dalam budidaya kangkung berikutnya adalah pemeliharaan yang

meliputi pengairan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

73

kangkung. Pada musim kemarau, pengairan dengan cara leb atau menggenangi

lahan terutama pinggir bedengan dengan air sungai sebanyak tiga kali sebelum

panen. Pada musim penghujan pengairan dengan sistem leb dilakukan sekali pada

saat penanaman. Petani Desa Pandanajeng tidak kesulitan untuk memperoleh air

irigasi dikarenakan adanya aliran sungai Amprong di desa tersebut.

Pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani kangkung di Desa

Pandanajeng terdiri dari pemberian obat pembasmi gulma dan pencabutan gulma

yang disebut matun di daerah setempat. Pemberian obat pembasmi gulma

dilakukan pada saat penanaman benih kangkung. Walaupun obat pembasmi

gulma telah diberikan, namun pencabutan gulma atau matun masih dilakukan 1-2

kali sebelum panen. Untuk pekerjaan mencabuti gulma, petani biasa

menyerahkan pekerjaan kepada buruh tani wanita dengan upah sebesar Rp.

25.000,00 per orang mulai dari pukul 07.00-16.00 dan istirahat selama satu jam

pada pukul 12.00 siang.

Pada tanaman kangkung terdapat beberapa hama dan penyakit yang biasa

menyerang yaitu ulat grayak dan cabuk putih. Pengendalian organisme

pengganggu tanaman (OPT) biasa dilakukan dengan pestisida kimia, dosis yang

diberikan yaitu dua tutup botol untuk satu tangki penyemprot pestisida. Gapoktan

Sumbersuko telah menyarankan para petani untuk menggunakan pestisida nabati

untuk mengurangi residu zat-zat kimia pada tanaman kangkung. Namun para

petani lebih memilih untuk tetap menggunakan pestisida kimia karena pihak

pasar modern belum memberikan permintaan untuk memproduksi sayuran

kangkung organik. Selain itu, para petani lebih percaya pada hasil kerja dari

pestisida kimia.

b. Panen

Pelaksanaan panen kangkung dilakukan oleh petani anggota Gapoktan

Sumbersuko mulai dari pagi hingga siang hari (pukul 07.00-12.00). Hal ini

dikarenakan pada sore hari kangkung harus sudah berada di gudang atau rumah

packaging untuk perlakuan pasca panen. Petani kangkung biasa mempekerjakan

buruh tani wanita untuk penanganan panen kangkung. Usia kangkung yang telah

siap panen adalah 25-35 hari setelah tanam yang tergantung pada musim. Pada

musim penghujan usia panen kangkung lebih cepat pada 25-27 hari setelah

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

74

tanam, sedangkan pada musim kemarau kangkung dapat dipanen pada usia 30-35

hari setelah tanam. Akan tetapi usia panen juga dapat disesuaikan dengan

permintaan pasar, apabila sedang tidak ada permintaan maka petani sengaja tidak

mengairi kangkung supaya usia panen kangkung lebih lama.

Cara pemanenan kangkung dilakukan dengan mencabut tanaman kangkung

hingga ke akar, kemudian diikat sebanyak kurang lebih 20 tanaman dalam satu

ikatan kecil menggunakan tali dari bambu. Selain melakukan panen, petani pun

melakukan sortasi awal yaitu memisahkan kriteria kangkung yang dilihat dari

kecacatan dan warna daunnya saja. Pada pelaksanaan panen, petani juga

melakukan penghitungan jumlah hasil panen kangkung dan jumlah yang

dikirimkan ke rumah packaging. Penanganan yang dilakukan oleh petani selain

sortasi awal adalah pencucian dengan menggunakan air sungai di dekat lahan

kangkung. Setelah dilakukan pencucian dan penghitungan hasil panen, petani

langsung membawa hasil panen ke rumah packaging. Berikut ini adalah Gambar

pemanenan kangkung, ditunjukkan oleh Gambar 5.4.

Gambar 5.4. Proses Pemanenan Kangkung

Peranan Gapoktan Sumbersuko dalam pelaksanaan panen kangkung adalah

dengan menyediakan keranjang plastik untuk digunakan petani. Penggunaan

keranjang plastik ini bertujuan untuk menghindarkan sayuran kangkung dari

kotoran. Akan tetapi penyediaan keranjang plastik kurang dimanfaatkan oleh

petani kangkung di Desa Pandanajeng karena jumlah keranjang yang belum

memadai dalam menampung kangkung yang dipanen oleh masing-masing petani.

Pengumpulan sayuran kangkung setelah panen yaitu dengan mengikat kangkung

dalam ikatan besar menggunakan tali dari bambu setelah dialasi dengan daun

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

75

pisang. Keranjang plastik yang disediakan oleh Gapoktan Sumbersuko disimpan

di rumah packaging Gapoktan. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

peranan Gapoktan Sumbersuko dalam pelaksanaan panen kangkung masih

kurang dikarenakan petani melaksanakan pemanenan dan pengiriman ke rumah

packaging tanpa dibantu oleh Gapoktan.

c. Pasca panen

Penanganan pasca panen kangkung dilakukan oleh pekerja di rumah

packaging milik Gapoktan yang terletak di Dusun Pandaan Desa Pandanajeng.

Sayuran kangkung yang telah disetorkan oleh petani diperiksa kembali untuk

melihat apakah masih terdapat beberapa kriteria yang tidak sesuai dengan

permintaan supermarket. Apabila ada yang tidak sesuai dengan standar mutu dari

pasar modern, maka akan dikembalikan kepada petani. Para petani ataupun buruh

tani yang melakukan panen umumnya telah sortasi awal di lahan bersamaan

dengan pemanenan, sehingga jarang terjadi pengembalian kangkung oleh

Gapoktan Sumbersuko kepada petani.

Penanganan awal di rumah packaging adalah melakukan grading atau

pengkelasan terhadap sayuran kangkung berdasarkan permintaan dari pasar

modern. Harga kangkung yang dijual di pasar modern untuk ukuran 200 gr setiap

ikatan berkisar antara Rp. 1700,00 hingga Rp. 2000,00. Permintaan dari CV. Agri

Fresh dan Hero yaitu kangkung grade A saja. Sortasi dilakukan kembali di rumah

packaging oleh para pekerja dengan memisahkan produk yang tidak sesuai

dengan standar mutu pasar modern.

Ukuran daun kangkung yang diminta pasar modern memiliki lebar daun ±

3 cm dan panjang batang ± 10 cm. Penampakan luar kangkung juga tidak boleh

layu, masih tampak segar, warna daun tetap terjaga tidak menguning, dan tidak

ada cacat berupa lubang-lubang pada daun kangkung. Kangkung yang telah

sesuai dengan standar mutu pasar modern kemudian ditimbang seberat 200 gr

setiap ikatan kecil dan diikat dengan selotip berlabel “fresh”. Proses yang

dilakukan untuk menangani kangkung sebelum dipasarkan ke pasar modern

adalah menata daun hingga rapi dengan ukuran daun yang relatif sama pada tiap

ikatnya. Pada bagian bawah kangkung dipotong menggunakan pisau untuk

membuang bagian akar dan merapikan bagian batang bawah kangkung.

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

76

Gambar sayuran kangkung yang telah mengalami sortasi, grading dan

pengikatan dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Kangkung yang Telah Disortasi dan Diikat

Setelah tahapan grading dan pengikatan selesai dilakukan, berikutnya

pekerja rumah packaging melakukan pencucian dengan menggunakan air bersih.

Sayuran kangkung yang telah dicuci kemudian diatur dengan rapi dalam wadah

untuk siap dikirim ke pasar modern pada malam hari.

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan oleh Gapoktan Sumbersuko pada awalnya dilakukan secara

rutin dalam bentuk pendampingan bersama dengan PPL dan pihak perusahaan

mitra yaitu CV. Agri Fresh dengan frekuensi 2 kali dalam sebulan. Akan tetapi

dalam pelaksanaannya saat ini Gapoktan tidak lagi melakukan pemeriksaan atau

pendampingan secara rutin. Hal ini dilakukan karena petani telah dianggap

mampu dan terbiasa dalam membudidayakan kangkung sesuai dengan standar

operasional prosedur dan standar mutu dari pasar modern. Pemeriksaan tersebut

dilakukan setelah adanya bantuan pembangunan rumah packaging dari Dinas

Pertanian Kabupaten Malang. Pendampingan diberikan selama kurang lebih 4

bulan pada bulan November 2012 hingga Februari 2013 terutama meliputi

penanganan pasca panen sayuran termasuk kangkung. Untuk budidaya kangkung

sudah tidak dilakukan pendampingan maupun pemeriksaan karena petani Desa

Pandanajeng telah dianggap memahami cara-cara budidaya kangkung secara

baik.

Pihak pasar modern juga melakukan pemeriksaan terhadap mutu produk

secara eksternal. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak pasar modern pada

awalnya dilakukan tiga kali dalam sebulan, namun pemeriksaan dilakukan bagi

pihak pasar modern yang baru melakukan kontrak kerja sama dengan Gapoktan

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

77

Sumbersuko. Sebagian pihak pasar hanya melakukan pemeriksaan pada awal

kontrak saja untuk menjamin mutu kangkung yang dipasok ke pasar modern.

Skema proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dalam

pengendalian mutu sayuran kangkung dapat dilihat pada Gambar 5.6. sebagai

berikut.

Keterangan: : Bagian

: Alur pemeriksaan

Gambar 5.6. Skema Pemeriksaan dalam Pengendalian Mutu Sayuran Kangkung

Sumber: Data Primer Diolah, 2014

Berdasarkan hasil wawancara, tanggapan informan terhadap kegiatan

pemeriksaan yang dilakukan oleh Gapoktan belum cukup untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas kangkung. Hal ini dikarenakan proses pemeriksaan lebih

difokuskan kepada penanganan pasca panen saja yang sudah dikerjakan oleh para

pekerja di rumah packaging. Pemeriksaan proses produksi kangkung di lapang

dilakukan sekitar tiga kali pada tahun 2011, kemudian hasil pemeriksaan yang

diperoleh tidak diberikan kepada petani anggota agar petani dapat mengetahui

permasalahan yang dialami. Hal ini yang menyebabkan petani kangkung anggota

Pemeriksaan internal

Pemeriksaan eksternal

Gapoktan Sumbersuko didampingi oleh PPL

Pihak pasar modern

Pelaksanaan proses produksi hingga pasca panen kangkung oleh petani dan Gapoktan

Keputusan kerjasama

Pencatatan masalah untuk dilaksanakan

evaluasi

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

78

Gapoktan Sumbersuko tidak mengetahui kesalahan dalam produksi kangkung di

lahan sebagai bahan perbaikan secara detail.

4. Evaluasi

Proses evaluasi mutu sayuran kangkung dilakukan dengan melihat hasil

pemeriksaan. Hasil pemeriksaan yang dilakukan kemudian diidentifikasi oleh

pengurus dan anggota Gapoktan Sumbersuko dengan mengadakan pertemuan.

Evaluasi biasa dilakukan apabila terdapat permasalahan yang perlu untuk

dirundingkan bersama. Selain dari hasil pemeriksaan, petani kangkung pun dapat

mengemukakan permasalahan yang dialami saat produksi.

Pembahasan dalam evaluasi yang dilakukan Gapoktan adalah mengenai

produksi sayuran dan masalah yang dihadapi oleh petani sehingga menyebabkan

adanya kegagalan ataupun tidak terpenuhinya permintaan pasar. Tindakan

perbaikan dilakukan secara musyawarah dan bila terdapat masalah yang belum

dapat diatasi oleh Gapoktan, maka Gapoktan akan meminta bantuan dari Dinas

Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang. Hasil evaluasi yang didapat

kemudian dirumuskan menjadi perencaanaan kegiatan perbaikan secara bersama.

Namun evaluasi yang dilakukan kelompok saat ini tidak lagi secara rutin

dilakukan, evaluasi terakhir yang dilakukan adalah pada bulan Oktober 2013.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui tanggapan informan terhadap

kegiatan evaluasi yang dilakukan Gapoktan. Sebagian besar informan masih

memiliki tanggapan negatif terhadap proses evaluasi yang dilakukan Gapoktan.

Penyebabnya adalah Gapoktan tidak melakukan proses evaluasi secara rutin dan

pada saat ini kurang melibatkan petani untuk mendiskusikan dan musyawarah

bersama.

5.3.2. Peranan Gapoktan dalam Pelayanan Informasi

Pelayanan informasi merupakan salah satu peranan dari Gapoktan yang

harus dipenuhi kepada para anggotanya. Informasi sangat dibutuhkan oleh petani

kangkung dalam menunjang pengendalian mutu produk untuk memenuhi

permintaan pasar modern. Gapoktan Sumbersuko melakukan pelayanan informasi

dengan menyebarkan informasi yang telah didapat dan juga berusaha mencari

informasi yang dibutuhkan oleh Gapoktan dan para anggota. Aspek pelayanan

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

79

informasi terdiri atas dua, yaitu penyebaran informasi dan kebutuhan informasi

yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Penyebaran Informasi

Penyebaran informasi yang dilakukan Gapoktan Sumbersuko menggunakan

beberapa media informasi. Media informasi yang digunakan ada tiga macam yaitu

secara langsung, telepon/handphone, dan surat. Penyebaran informasi yang

dilakukan secara langsung disampaikan pada saat pertemuan kepada para anggota

Gapoktan maupun perwakilan dari keempat kelompok tani. Penggunaan

telepon/handpone dilakukan bila informasi yang datang sangat penting dan perlu

secepatnya disebarkan kepada anggota. Informasi yang disampaikan melalui

media telepon/handphone biasanya merupakan informasi dari pihak pasar modern

atau supermarket mengenai jumlah sayuran yang harus dikirim apabila terdapat

perubahan mendadak tidak sesuai dengan kontrak. Media telepon atau handphone

juga digunakan untuk memberi informasi tentang waktu akan diadakan pertemuan

para pengurus dan anggota Gapoktan Sumbersuko. Penggunaan surat digunakan

ketika penyebaran informasi bersifat formal seperti penugasan untuk pelatihan

dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang.

2. Kebutuhan Informasi

Masih dalam aspek pelayanan informasi, Gapoktan Sumbersuko juga

melakukan upaya pemenuhan informasi yang dibutuhkan oleh anggota.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa kebutuhan

informasi yang harusnya dipenuhi oleh Gapoktan antara lain mengenai jumlah

permintaan, harga kangkung di pasar modern, panduan produksi, pelatihan

budidaya kangkung, dan teknologi produksi kangkung. Pihak Gapoktan

Sumbersuko telah memenuhi kebutuhan informasi anggota mengenai jumlah

permintaan kangkung setiap harinya, harga kangkung di pasar modern, dan

panduan produksi kangkung yang sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Malang serta pihak pasar modern. Dari kelima kebutuhan

informasi anggota, pelatihan produksi kangkung dan teknologi produksi kangkung

merupakan kebutuhan informasi yang belum dapat dipenuhi oleh Gapoktan

Sumbersuko.

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

80

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat diketahui bahwa

penyebab dari belum terpenuhinya kebutuhan informasi adalah para petani

kangkung Desa Pandanajeng terbilang pasif dan jarang mengikuti pertemuan yang

diadakan oleh Gapoktan. Hal ini dikarenakan para petani beranggapan bahwa

pertemuan yang diadakan Gapoktan Sumbersuko tidak dapat memberikan solusi

bagi peningkatan mutu sayuran kangkung. Pemenuhan kebutuhan informasi yang

dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko tidak terlepas dari peran sumber informasi

yang mendukung. Sumber informasi Gapoktan yaitu berasal dari Dinas Pertanian

dan Perkebunan Kabupaten Malang, Petugas Penyuluh Lapang, pihak pasar

modern, dan akademisi yang melakukan penelitian dan magang kerja di Gapoktan

Sumbersuko.

5.3.3. Peranan Gapoktan dalam Peningkatan Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko

dilakukan untuk menunjang petani anggota Gapoktan agar menghasilkan produk

kangkung yang sesuai dengan kriteria pasar modern (supermarket). Gapoktan

Sumbersuko berperan dalam melaksanakan beberapa program pembelajaran.

Teknis pembelajaran yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko di antaranya

dengan melakukan sharing pendapat dan pengalaman antar petani kangkung dan

mengikutsertakan anggota Gapoktan dalam seminar ataupun pelatihan dari Dinas

Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang maupun dari perusahaan agribisnis

yang bermitra dengan Gapoktan Sumbersuko. Petani anggota yang mengikuti

seminar ataupun pelatihan terkait dengan produksi dan pemasaran sayuran akan

mengajarkan dan membagi ilmu yang diperoleh kepada petani anggota lainnya

dengan diadakan pelatihan mandiri oleh Gapoktan.

Proses pembelajaran dilakukan dalam periode tertentu, dalam melaksanakan

pelatihan pada saat pembangunan rumah packaging rata-rata dilakukan seminggu

2 kali. Pelatihan yang pernah dilaksanakan dalam hal produksi seperti

pengetahuan mengenai standarisasi mutu sayuran, teknis produksi sesuai SOP

(Standard Operational Procedure), GAP (Good Agriculture Practice), dan

pembuatan pupuk serta pestisida organik. Saat ini peningkatan pengetahuan

berupa pelatihan tidak lagi dilaksanakan secara rutin.

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

81

5.3.4. Peranan Gapoktan dalam Penerapan Teknologi

Penerapan teknologi budidaya kangkung secara khusus yang dilakukan oleh

Gapoktan Sumbersuko telah menyesuaikan dengan order pasar modern. Budidaya

kangkung di Desa Pandanajeng selalu memperhatikan jumlah tanaman kangkung

yang ditanam, masa panen, dan kriteria kangkung yang siap untuk dipanen. Dalam

teknis penerapan teknologi Gapoktan Sumbersuko dibantu oleh peran serta PPL

untuk pengembangan Gapoktan dalam pemanfaatan rumah packaging dan mesin

pembajak lahan. Gapoktan Sumbersuko selama ini memperoleh teknologi baru

dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang wilayah Kecamatan

Tumpang.

Penerapan teknologi yang pernah diberikan oleh Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Malang pada tahun 2013 adalah budidaya kangkung

secara organik. Pembuatan pupuk dan pestisida organik secara mandiri dengan

memanfaatkan limbah kotoran ternak seperti kotoran ayam dan kotoran kambing

yang dapat dijadikan pupuk dasar serta pestisida organik dari limbah sayuran yang

telah membusuk dan bawang putih. Akan tetapi pada saat ini pendampingan tidak

lagi dilakukan sehingga dari hasil wawancara menunjukkan bahwa semua

informan masih menggunakan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan

penyakit. Penggunaan pupuk kandang pun diperoleh petani dari membeli di

Koperasi Unit Desa.

Petani kangkung di Desa Pandanajeng masih enggan untuk membuat pupuk

organik dan biopestisida sendiri karena membutuhkan waktu lebih untuk

membuatnya. Terutama dalam penggunaan pestisida organik, petani masih merasa

kesulitan untuk mendapatkan pestisida organik dan belum terlalu paham dalam

penggunaannya. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah Gapoktan tidak

menyediakan pestisida organik. Reaksi dari pestisida organik untuk pengendalian

hama dan penyakit kangkung yang tidak instan juga menyebabkan petani lebih

memilih menggunakan pestisida kimia. Selain itu pihak pasar modern juga tidak

menuntut agar produk sayuran kangkung yang dikirimkan berupa kangkung

organik. Pasar modern yang bekerjasama dengan Gapoktan Sumbersuko

memberikan standar kualitas eksternal kangkung tanpa memperhatikan

kandungan zat-zat kimia berbahaya di dalamnya.

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

82

5.3.5. Peranan Gapoktan dalam Pengadaaan Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil Usahatani

Ketersediaan sarana produksi dan pengolahan hasil dalam berusahatani

merupakan faktor pendukung dalam pengendalian mutu sayuran agar dapat

berjalan dengan baik. Pengadaan sarana dalam menunjang pengendalian mutu

kangkung terdiri dari input produksi, peralatan pasca panen, sarana tempat

penyimpanan dan pengemasan, serta pengiriman kangkung ke pasar modern.

Pengadaan input terdiri dari pengadaan sarana produksi seperti benih, pupuk,

dan pestisida.

Pengadaan sarana yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko yaitu dalam

aspek penanganan pasca panen dan pemasaran. Sarana produksi berupa benih,

pupuk, pestisida dan lain sebagainya diperoleh sendiri oleh petani dengan cara

membeli. Selain input produksi, terdapat peralatan untuk budidaya kangkung

berupa mesin pembajak merupakan bantuan dari Pemerintah Desa Pandanajeng

yang diberikan kepada setiap wilayah Rukun Warga (RW). Mesin pembajak ini

dikelola oleh Ketua RW atau pihak yang mewakili. Salah seorang informan yang

bernama Bapak Paino misalnya, beliau bertanggung jawab dalam mengelola

mesin pembajak tanah yang diberikan kepada masing-masing RW. Bapak Paino

yang merupakan Ketua RT atau Rukun Tetangga mengatakan,

“Saya yang bertugas mengelola mesin pembajak tanah di RW ini Mbak, jadi

jika ada petani yang membutuhkan untuk membajak lahannya bisa

meminjam ke rumah saya”.

Pengadaan sarana dan prasarana dalam aspek penanganan pasca panen yang

dilakukan oleh Gapoktan adalah adanya rumah packaging yang merupakan

bantuan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang. Rumah

packaging ini terletak di Dusun Pandaan Desa Pandanajeng yang dibangun di atas

tanah milik Ketua Gapoktan Sumbersuko saat ini yaitu Bapak Abdul Ghofur.

Pembangunan rumah packaging tersebut telah dibicarakan secara musyawarah

oleh pengurus dan anggota Gapoktan Sumbersuko. Bapak Abdul Ghofur yang

menjabat sebagai Ketua Gapoktan Sumbersuko pada perencanaan pembangunan

rumah packaging merasa bertanggung jawab untuk berperan dalam pembangunan

tersebut. Selain itu, para anggota juga sepakat dikarenakan Bapak Abdul Ghofur

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

83

merupakan koordinator dalam pemasaran sayuran Di Desa Pandanajeng ke pasar

modern. Berikut ini adalah gambar dari sarana rumah packaging yang dikelola

oleh Gapoktan Sumbersuko, ditunjukkan pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Sarana Rumah Packaging yang Dikelola oleh Gapoktan Sumbersuko

Berdasarkan Gambar 5.7. dapat diketahui bahwa bangunan rumah

packaging berbentuk persegi dengan dua pintu. Dua pintu yang ada dimaksudkan

sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Lantai pada bangunan rumah packaging

terbuat dari keramik sehingga memudahkan para pekerja untuk melakukan

pembersihan. Fasilitas yang tersedia di dalam rumah packaging terdiri dari lampu

untuk penerangan, peralatan pasca panen (pisau, timbangan, selotip, plastik wrap,

dan sterofoam), keranjang plastik, dan fasilitas air bersih berupa kran air. Di

bagian depan pintu masuk terdapat rak dari bambu untuk meletakkan sayuran

kangkung yang telah dipanen namun belum diberikan perlakuan pasca panen.

Pembersihan rumah packaging dilakukan setiap kali kegiatan pasca panen telah

dilakukan.

Rumah packaging Gapoktan Sumbersuko belum memenuhi kriteria sesuai

anjuran yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 73 tahun 2013

mengenai pedoman panen, pasca panen, dan pengelolaan bangsal pasca panen

hortikultura. Menurut Peraturan Menteri Pertanian tersebut, seharusnya pekerja

yang melakukan pasca panen di rumah packaging menggunakan baju serta

perlengkapan pelindung seperti sarung tangan, masker, penutup kepala, dan

sepatu. Tenaga kerja di rumah packaging seharusnya juga melepas semua

perhiasan di tangan. Kelengkapan rambu-rambu keselamatan pekerja juga tidak

tersedia di rumah packaging Gapoktan Sumbersuko ini. Terlebih lagi penanganan

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

84

pasca panen pada sayuran kangkung dilakukan tanpa memberi alas yang bersih

sehingga sayuran ini dapat mengalami kontaminasi dengan lantai yang kotor.

Pekerja di rumah packaging yang bertugas untuk melakukan pengendalian

mutu kangkung pada tahapan pasca panen merupakan warga di Dusun Pandaan

Desa Pandanajeng. Di rumah packaging Gapoktan Sumbersuko, pekerja diupah

berdasarkan upah borongan yaitu Rp. 150,00 setiap ikatan kecil kangkung. Jumlah

pekerja di rumah packaging ini adalah 10 orang untuk berbagai jenis sayuran.

Pada penanganan pasca panen tenaga kerja yang dominan adalah perempuan yaitu

sebanyak 8 orang. Masing-masing pekerja rumah packaging biasanya

memperoleh upah sebesar Rp. 15.000,00 hingga Rp. 20.000,00. Pekerja yang

khusus menangani perlakuan pasca panen pada kangkung terdiri atas 3 orang.

Kegiatan penanganan pasca panen oleh pekerja di rumah packaging dapat dilihat

pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8. Kegiatan Penanganan Pasca Panen Sayuran di Rumah Packaging

5.4. Peranan Gapoktan dalam Pemasaran Kangkung ke Pasar Modern

5.4.1. Peranan Gapoktan dalam Perencanaan

Berbeda dengan perencanaan pada pengendalian mutu, maka perencanaan

yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke pasar

modern berkaitan dengan perencanaan target pasar yang akan dituju. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya, Gapoktan Sumbersuko pertama kali bekerjasama

dengan pasar modern dengan melakukan pemasaran kangkung ke Rodeo

supermarket di Lawang pada tahun 2002. Akan tetapi pada saat ini Gapoktan

Sumbersuko lebih memilih untuk melakukan pemasaran lewat CV. Agri Fresh,

Hero, dan Giant saja karena ketiga pihak pasar modern ini memberikan jaminan

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

85

kontrak yang lebih baik dibandingkan dengan Rodeo supermarket di Lawang.

Oleh sebab itu Gapoktan Sumbersuko kini tidak melanjutkan kerjasama

pemasaran dengan Rodeo Supermarket.

Maksud dari jaminan kontrak yang lebih baik adalah penyediaan sarana

distribusi oleh pihak pasar modern sehingga Gapoktan tidak perlu menyediakan

sarana distribusi untuk mengirimkan kangkung ke pasar modern. Harga yang

ditawarkan oleh CV. Agri Fresh, Hero, dan Giant untuk setiap ikat kangkung juga

lebih tinggi dibandingkan dengan Rodeo Supermarket. Kontrak kerjasama yang

dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dan pihak pasar modern yaitu CV. Agri

Fresh, Hero dan Giant berisi mengenai harga sayuran termasuk kangkung yang

dipasarkan melalui pasar modern, jumlah sayuran yang harus dikirimkan setiap

hari, dan penyediaan kendaraan distribusi sayuran oleh pasar modern.

5.4.2. Peranan Gapoktan Sumbersuko dalam Penentuan Harga

Harga kangkung yang dipasarkan oleh Gapoktan Sumbersuko ke pasar

modern merupakan harga yang disepakati antara kedua belah pihak yaitu

Gapoktan Sumbersuko dan pihak supermarket. Harga kangkung yang dibayarkan

oleh pasar modern kepada Gapoktan Sumbersuko telah disepakati dalam

perjanjian yang diperbarui setiap tiga bulan sekali. Menurut informan harga jual

ke pasar modern memang lebih tinggi daripada harga sayuran di pasar tradisional.

Akan tetapi yang sering menjadi permasalahan adalah jumlah permintaan pasar

modern tidak dalam jumlah besar. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar

petani kangkung Desa Pandanajeng lebih memilih untuk memasarkan produknya

ke pasar tradisional saja. Petani kangkung yang biasa memasarkan produknya ke

pasar modern pun masih memasarkan produk ke pasar tradisional. Beberapa dari

informan memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang di pasar tradisional

dan pedagang sayur keliling.

Walaupun harga yang ditawarkan oleh pasar modern lebih mahal dari harga

kangkung di pasar tradisional, namun permintaan pasar modern terhadap sayuran

termasuk kangkung masih lebih sedikit dari pasar tradisional. Harga kangkung

yang dibayarkan oleh pasar modern di tingkat petani berkisar antara Rp. 1.500,00-

Rp. 1.700,00 tiap ikatan 200 gr, sedangkan harga di pasar tradisional mulai dari

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

86

Rp. 6.000,00 sampai Rp. 10.000,00 setiap satu ikatan besar atau Rp. 300,00

hingga Rp. 500,00 tiap ikatan kecil. Setiap satu ikatan besar terdiri atas 20 ikatan

kecil kangkung. Harga jual di pasar modern atau supermarket berkisar antara Rp.

1700,00 hingga Rp. 2000,00 setiap satu ikatan kecil (200 gr). Setiap harinya

Gapoktan Sumbersuko bisa mendistribusikan 250-500 ikatan kecil kangkung ke

pasar modern. Sayuran kangkung yang dijual di pasar modern dapat dilihat pada

Gambar 5.9. di bawah ini.

Gambar 5.9. Sayuran Kangkung di Pasar Modern

Gambar 5.9. menunjukkan sayuran kangkung yang dijual di salah satu pasar

modern yaitu Hypermart Malang. Hypermart merupakan salah satu supermarket

yang dipasok oleh perusahaan mitra dari Gapoktan Sumbersuko yaitu CV. Agri

Fresh. Harga yang dibayarkan oleh CV. Agri Fresh kepada Gapoktan Sumbersuko

sejak bulan September 2013 adalah Rp. 1.700,00 setiap satu ikatan kangkung.

Harga ini mengalami peningkatan sebesar Rp. 200,00 dari harga semula yaitu Rp.

1.500,00 setiap ikatnya. Harga ini telah disesuaikan dengan harga beli Gapoktan

dari petani, upah pekerja, bahan dan peralatan di rumah packaging, maupun

marjin pemasaran hingga di pasar modern.

Harga kangkung yang dibayarkan kepada petani dan Gapoktan Sumbersuko

tentunya tidak sesuai dengan harga jual di supermarket. Apabila dilihat dari harga

jual kangkung di supermarket dan harga yang dibayarkan kepada Gapoktan, maka

dapat diketahui bahwa perbedaan harga sekitar Rp. 200,00. Akan tetapi, harga jual

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

87

di Giant supermarket bahkan lebih rendah daripada harga yang dibayarkan kepada

petani dan Gapoktan yaitu sekitar Rp. 500,00. Hal tersebut dikarenakan pihak CV.

Agri Fresh telah memperhitungkan keuntungan dari berbagai macam sayuran,

tidak hanya kangkung. Harga jagung manis yang dibayarkan pada petani oleh CV.

Agri Fresh sebagai salah satu contoh, berkisar antara Rp. 1.500,00 hingga Rp.

2.500,00 setiap kg. Di supermarket, harga jagung manis adalah Rp. 8.000,00-Rp.

9.750,00 setiap kg. Dari harga jagung manis ini tentunya pasar modern

memperoleh keuntungan untuk menutupi kerugian dari harga jual kangkung.

Adanya bantuan rumah packaging pada Gapoktan Sumbersuko juga disertai mobil

box yang dilengkapi dengan cool storage. Mobil tersebut yang kini digunakan

oleh CV. Agri Fresh untuk mengambil sayuran dari rumah packaging dan

pendistribusian ke supermarket.

5.4.3. Peranan Gapoktan dalam Penciptaan Peluang Pasar

Desa Pandanajeng merupakan salah satu desa yang menghasilkan komoditas

sayuran lebih banyak daripada komoditas lainnya. Jenis tanah dan letak geografis

desa ini sesuai untuk budidaya berbagai jenis sayuran sehingga Desa Pandanajeng

pun sering dikatakan identik dengan sayuran. Walaupun harga jual sayuran

berfluktuatif dan relatif murah, namun masa tanam yang tidak terlalu lama

merupakan salah satu alasan bagi petani Desa Pandanajeng untuk memilih

membudidayakan berbagai jenis sayuran termasuk kangkung.

Awal mula dari terciptanya kerjasama antara pihak Gapoktan Sumbersuko

dengan pasar modern adalah adanya permintaan untuk memasok tiga jenis

sayuran (kangkung, sawi, bayam) ke Rodeo supermarket di daerah Lawang. Pada

tahun 2002 Gapoktan Sumbersuko memasarkan ketiga jenis sayuran tersebut atas

bantuan dari rekan Bapak Abdul Ghofur (Ketua Gapoktan Sumbersuko) yang

bekerja di Rodeo supermarket. Pada tahun 2010 Gapoktan Sumbersuko

memperoleh undangan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur

untuk mengikuti seminar dan pelatihan mengenai Good Agricultural Practices

(GAP) produk sayuran. Berawal dari undangan tersebut, perwakilan Gapoktan

Sumbersuko memperoleh tawaran kerjasama dari CV. Agri Fresh yang

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

88

merupakan pemasok produk sayuran ke beberapa supermarket di daerah Jawa

Timur.

Gapoktan Sumbersuko tidak langsung memutuskan untuk menjalin

kerjasama dengan CV. Agri Fresh, melainkan membicarakan hal tersebut dengan

para anggota Gapoktan terlebih dahulu dalam pertemuan Gapoktan. Setelah

mempertimbangkan bahwa CV. Agri Fresh akan membantu pengajuan bantuan

untuk pembangunan rumah packaging sayuran kepada Dinas Pertanian dan

Perkebunan Kabupaten Malang, maka Gapoktan Sumbersuko menerima tawaran

untuk memasarkan sayuran (kangkung, sawi dan bayam) ke pasar modern melalui

CV. Agri Fresh.

Gapoktan Sumbersuko telah menjalin kerjasama dalam pemasaran dengan

CV. Agri Fresh selama kurang lebih 4 tahun mulai tahun 2010. Jumlah

permintaan sayuran yang harus dikirimkan oleh Gapoktan Sumbersuko ke CV.

Agri Fresh masih belum bisa menampung sebagian besar hingga seluruh hasil

panen petani sayuran kangkung di Desa Pandanajeng. Kondisi tersebut

menyebabkan pihak Gapoktan Sumbersuko mulai mencari pihak pasar modern

selain CV. Agri Fresh untuk dapat menambah jumlah sayuran kangkung yang

dipasarkan ke pasar modern. Pada awal tahun 2014 Gapoktan Sumbersuko

menerima tawaran kerjasama dengan supermarket Hero dan Giant di Malang yang

keduanya merupakan bagian dari PT. Hero Supermarket Tbk. Ketua Gapoktan

Sumbersuko yang merupakan koordinator dalam pemasaran sayuran ke pasar

modern merupakan pihak yang paling sering berhubungan atau berkomunikasi

secara langsung dengan pihak pasar modern. Mulai 14 Juli 2014 Gapoktan

Sumbersuko juga mulai bekerjasama dengan Mahadaya Apartment di Kota

Malang dalam memasok sayuran.

5.4.4. Peranan Gapoktan dalam Distribusi Produk ke Pasar Modern

Distribusi produk ke pasar modern dilakukan setiap hari pada pukul 22.00

malam. Untuk menyesuaikan dengan jadwal distribusi sayuran termasuk

kangkung, maka para pekerja di rumah packaging mulai bekerja pada pukul

18.00-21.00. Pada saat ini alat transportasi yang dipergunakan untuk

mendistribusikan sayuran ke pasar modern disediakan oleh pihak pasar modern

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

89

yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten

Malang. Oleh sebab itu dalam hal ini pihak Gapoktan tidak memberikan peranan

dalam pengadaan alat distribusi kangkung. Pada awal pemasaran ke Rodeo

supermarket di Lawang, pihak Gapoktan Sumbersuko menyewa alat transportasi

untuk mendistribusikan sayuran ke pasar modern sehingga biaya yang dikeluarkan

lebih banyak daripada saat ini.

Setelah memperluas jaringan pemasaran dengan CV. Agri Fresh dan

beberapa supermarket, maka Gapoktan Sumbersuko lebih selektif dalam memilih

pasar modern yang memberikan keuntungan lebih bagi Gapoktan dan para

anggotanya. Alat transportasi yang digunakan oleh pasar modern untuk

mengangkut kangkung dari rumah packaging Gapoktan Sumbersuko adalah mobil

box yang dilengkapi dengan cool storage. Jumlah karyawan dari pasar modern

yang bertugas untuk mengangkut kangkung dari Desa Pandanajeng adalah tiga

orang untuk satu kali pengangkutan. Ketiga karyawan tersebut terdiri dari satu

orang pengemudi dan dua orang yang memasukkan kangkung ke dalam mobil

sekaligus melakukan pencatatan jumlah kangkung yang dikirimkan.

Saluran pemasaran sayuran kangkung dari petani dan Gapoktan

Sumbersuko dalam pasar modern adalah sebagai berikut: produsen – pedagang

besar – pengecer – konsumen akhir. Petani kangkung di Desa Pandanajeng

sebagai produsen, mendistribusikan produknya kepada CV. Agri Fresh sebagai

pedagang besar. Supermarket yang dipasok oleh CV. Agri Fresh merupakan

pengecer, sedangkan konsumen akhir merupakan konsumen yang membeli

sayuran kangkung di supermarket.

Peranan yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dalam distribusi

produk ke pasar modern adalah dengan menyediakan dua orang pekerja laki-laki

di rumah packaging untuk membantu proses pengangkutan kangkung ke dalam

mobil box. Proses pengangkutan perlu untuk dipercepat supaya kerusakan

kangkung sebelum dipasarkan dapat diminimalisir. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi jumlah kangkung yang dikembalikan (return) oleh pasar modern

setelah tiga hari pengiriman.

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

90

5.5. Masalah dalam Pengendalian Mutu Kangkung

Masalah yang dialami Gapoktan Sumbersuko dalam melakukan

pengendalian mutu kangkung diidentifikasi dari pelaksanaan upaya pengendalian

mutu yang telah dijelaskan pada sub bab mengenai peranan Gapoktan dalam

pengendalian mutu kangkung sebelumnya. Pengendalian mutu kangkung yang

dimaksud meliputi lima aspek kegiatan yaitu peningkatan mutu, pelayanan

informasi, peningkatan pengetahuan, penerapan teknologi dan pengadaan sarana

dan prasarana. Berbagai masalah yang dialami oleh Gapoktan Sumbersuko

tersebut diharapkan akan ditemukan solusi untuk mengatasinya sehingga terjadi

peningkatan mutu kangkung maupun jumlah permintaan kangkung di pasar

modern. Dengan demikian jumlah petani kangkung anggota Gapoktan

Sumbersuko yang memasarkan produknya ke pasar modern pun dapat

ditingkatkan sehingga menciptakan pemerataan keuntungan bagi anggota

Gapoktan.

Berdasarkan informasi dari informan penelitian, dapat diketahui bahwa

kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang paling mudah untuk

dibudidayakan. Sayuran kangkung relatif lebih tahan terhadap hama dan penyakit

maupun kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal ini merupakan salah satu alasan

mengapa petani lebih banyak membudidayakan kangkung dibandingkan jenis

sayuran lainnya seperti sawi, bayam, kubis, dan lain sebagainya. Selain itu,

jumlah permintaan kangkung di pasar tradisional maupun modern yang lebih

tinggi dibandingkan jenis sayuran lain memberikan keuntungan tersendiri bagi

para petani. Namun demikian, tentu saja masih terdapat beberapa masalah yang

dialami oleh informan yang merupakan anggota Gapoktan Sumbersuko dalam

melakukan pengendalian mutu kangkung. Gambar 5.10. berikut ini menunjukkan

masalah utama yang dihadapi oleh Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian

mutu kangkung.

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

91

Penyampaian informasi

Curah hujan

Matahari Biopestisida

Anggota pasif

Gambar 5.10. Identifikasi Masalah dalam Pengendalian Mutu

Berdasarkan diagram sebab akibat (fishbone) pada Gambar 5.10. di atas

dapat diketahui bahwa masalah utama yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko

dalam pengendalian mutu kangkung adalah rendahnya mutu kangkung yang

diproduksi oleh petani di Desa Pandanajeng. Rendahnya mutu kangkung dapat

disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu faktor manusia, metode,

peralatan, bahan, dan lingkungan. Identifikasi masalah dalam pengendalian mutu

berdasarkan penyebabnya secara lebih rinci berdasarkan aspek-aspek

pengendalian mutu dijelaskan sebagai berikut.

5.5.1. Masalah dalam Produksi Kangkung

Salah satu masalah yang dihadapi oleh informan dalam produksi kangkung

di lahan adalah sulitnya melakukan pengurukan atau penutupan benih dengan

tanah setelah ditanam. Apabila terjadi hujan deras pada saat benih baru ditanam

dan belum tumbuh dengan kuat, maka hal tersebut dapat menyebabkan benih

terbawa oleh air. Apabila musim kemarau atau cuaca terlalu panas, maka benih

dapat mati karena mengalami kekeringan. Oleh sebab itu ketebalan tanah yang

digunakan untuk menutup benih harus diperhatikan oleh petani secara tepat.

Berikut ini adalah identifikasi permasalahan dalam produksi kangkung beserta

masalah penyebab terjadinya permasalahan tersebut dengan menggunakan

diagram sebab akibat atau fishbone, ditunjukkan pada Gambar 5.11.

Pupuk

Mutu kangkung yang diproduksi

petani masih rendah

Manusia Metode Peralatan

Bahan Lingkungan

Jadwal diskusi

Standar mutu

Ukuran

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

92

Intensitas cahaya matahari dan

curah hujan tinggi

Gambar 5.11. Identifikasi Masalah dalam Produksi Kangkung

Berdasarkan Gambar 5.11. dapat diketahui bahwa permasalahan yang

dialami petani berupa kesulitan dalam melakukan pengurukan benih kangkung

terdiri atas tiga faktor penyebab yaitu manusia, metode dan lingkungan. Faktor

manusia yaitu para petani kangkung yang terbiasa menanam benih dengan cara

menyebar tanpa membuat lubang tanam yang memiliki kedalaman sesuai dengan

SOP budidaya kangkung. Cara penanaman kangkung dengan cara menyebar benih

perlu untuk diperbaiki dengan penyebaran berdasarkan baris-baris pada bedengan

sehingga jarak tanam lebih teratur. Para petani kangkung di Desa Pandanajeng

enggan untuk mengubah cara penanaman benih sesuai dengan SOP karena waktu

yang dibutuhkan lebih lama. Faktor penyebab masalah berupa metode adalah

teknik penyampaian cara penanaman kangkung yang baik oleh pihak perusahaan

mitra, Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat, maupun Gapoktan yang tidak

disertai praktik budidaya dan evaluasi secara rutin.

Faktor penyebab masalah berupa lingkungan adalah intensitas cahaya

matahari yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan benih cepat mati dan kering

karena ketebalan tanah di atasnya terlalu sedikit. Faktor lingkungan juga berupa

curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan benih dapat terbawa oleh aliran air

hujan apabila ketebalan tanah kurang tepat. Dalam hal ini diperlukan ketepatan

dalam menentukan ketebalan tanah yang menutupi benih kangkung sehingga

benih dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi baik secara mutu maupun

kuantitas.

Petani lebih memilih cara menanam dengan

menyebar benih

Tidak ada praktik budidaya dan evaluasi rutin

Kesulitan dalam melakukan

pengurukan benih dengan tanah

Lingkungan Metode

Manusia

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

93

5.5.2. Masalah dalam Pelayanan Informasi

Berikut ini adalah identifikasi masalah dalam penyediaan informasi yang

dibutuhkan oleh petani kangkung di Desa Pandanajeng beserta penyebab masalah

tersebut dapat terjadi. Gambar 5.12. berikut adalah diagram sebab akibat

(fishbone) yang menunjukkan identifikasi masalah dan penyebabnya dalam

pelayanan informasi oleh Gapoktan Sumbersuko.

Gambar 5.12. Identifikasi Masalah dalam Pelayanan Informasi

Gambar 5.12. menunjukkan bahwa permasalahan dalam penyediaan

informasi oleh Gapoktan adalah belum terpenuhinya informasi yang diperoleh

dari pelatihan dan informasi mengenai teknologi. Hal ini disebabkan faktor

metode dan manusia yaitu pemberian informasi pelatihan dan teknologi diberikan

kepada perwakilan Gapoktan. Biasanya perwakilan Gapoktan memberikan

informasi pelatihan kepada anggota Gapoktan yang hadir dalam pertemuan

Gapoktan. Petani anggota Gapoktan Sumbersuko yang tidak hadir dalam

pertemuan atau cenderung pasif akan kekurangan informasi mengenai pelatihan.

Hal ini disebabkan sebagian besar anggota Gapoktan tidak mendapatkan manfaat

dari diadakannya pertemuan Gapoktan bagi peningkatan usahatani mereka.

5.5.3. Masalah dalam Peningkatan Pengetahuan

Pada aspek peranan Gapoktan dalam peningkatan pengetahuan,

permasalahan terdapat pada kegiatan diskusi Gapoktan. Di bawah ini akan

dijelaskan permasalahan dalam peningkatan pengetahuan, dapat dilihat pada

Gambar 5.13.

Informasi pelatihan dan teknologi belum

terpenuhi

Manusia

Metode

Banyaknya anggota Gapoktan yang pasif dan jarang hadir dalam pertemuan Gapoktan

Pemberian informasi pelatihan dan teknologi hanya pada perwakilan Gapoktan dan anggota yang aktif

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

94

Gambar 5.13. Identifikasi Masalah dalam Peningkatan Pengetahuan

Diagram fishbone pada Gambar 5.13. menunjukkan penyebab terjadinya

permasalahan yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko dalam aspek peningkatan

pengetahuan. Penyebab masalah terdiri atas dua unsur pengendalian mutu yaitu

manusia dan metode. Dalam pertemuan Gapoktan Sumbersuko, petani anggota

Gapoktan yang hadir berkisar antara 25 hingga 35 orang saja. Hal ini dikarenakan

metode penentuan jadwal pertemuan yang kurang sesuai dengan sebagian besar

petani. Sebagian besar anggota Gapoktan tersebut tidak bisa datang, terutama bagi

petani kangkung tidak menggunakan jasa buruh tani sehingga sebagian besar

waktunya dihabiskan di lahan.

5.5.4. Masalah dalam Penerapan Teknologi

Kegiatan Gapoktan Sumbersuko dalam penerapan teknologi untuk

meningkatkan mutu kangkung menghadapi permasalahan berupa banyaknya

anggota Gapoktan Sumbersuko yang belum menerapkan biopestisida. Identifikasi

masalah dalam penerapan teknologi produksi kangkung di Desa Pandanajeng

dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Sebagian besar waktu petani

dihabiskan di lahan

Penentuan jadwal diskusi tidak sesuai

dengan jadwal petani

Banyaknya anggota Gapoktan yang pasif dalam diskusi Gapoktan

Manusia

Metode

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

95

Gambar 5.14. Identifikasi Masalah dalam Penerapan Teknologi

Berdasarkan diagram fishbone pada Gambar 5.14. permasalahan yang

dihadapi Gapoktan dalam kegiatan penerapan teknologi adalah pada penerapan

teknologi biopestisida. Semua informan menyatakan belum menerapkan

penggunaan biopestisida. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan

pemahaman petani akan pentingnya penggunaan biopestisida untuk meningkatkan

mutu kangkung berkaitan dengan keamanan pangan. Selain itu adanya masalah

dalam penerapan teknologi dikarenakan belum adanya pengadaan biopestisida

oleh Gapoktan Sumbersuko sehingga petani masih kesulitan untuk mendapatkan

biopestisida. Pestisida anorganik lebih mudah diperoleh dan lebih cepat dalam

pengendalian hama dan penyakit tanaman.

5.5.5. Masalah dalam Pengadaan Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil Usahatani

Permasalahan lainnya dalam melakukan pengendalian mutu kangkung

adalah kesulitan dalam memperoleh sarana produksi berupa pupuk. Sebagian

besar petani kangkung Desa Pandanajeng harus membeli pupuk di kecamatan lain

untuk memperoleh sarana produksi yang satu ini. Pihak Gapoktan memperoleh

bantuan subsidi pupuk dari pemerintah setempat sebanyak 14 ton pupuk kimia

setiap dua bulan. Walaupun Gapoktan Sumbersuko memperoleh bantuan tersebut,

akan tetapi pembagian pupuk bersubsidi kepada masing-masing anggota

Gapoktan masih belum merata. Hal ini disebabkan jumlah petani yang tergabung

dalam Gapoktan Sumbersuko sebanyak 654 orang dan terbagi ke dalam empat

Banyaknya anggota Gapoktan belum menerapkan

biopestisida

Manusia

Bahan

Kebiasaan petani menggunakan pestisida kimia

Gapoktan belum menyediakan biopestisida

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

96

kelompok tani. Menurut informasi dari Ketua Gapoktan Sumbersuko yaitu Bapak

Abdul Ghofur, pembagian pupuk bersubsidi dikelola oleh pengurus Gapoktan dan

dibagikan kepada masing-masing ketua kelompok tani. Identifikasi masalah

dalam pengadaan sarana produksi usahatani ditunjukkan pada Gambar 5.15.

Gambar 5.15. Identifikasi Masalah dalam Pengadaan Sarana Produksi

Diagram fishbone pada Gambar 5.15. menunjukkan faktor-faktor penyebab

terjadinya masalah dalam pengadaan sarana produksi. Masalah dalam pengadaan

sarana produksi adalah sulitnya para petani kangkung Desa Pandanajeng dalam

memperoleh pupuk. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab mengenai peranan

Gapoktan dalam penyediaan sarana prasarana, dapat diketahui bahwa petani

kangkung menilai kurangnya peranan Gapoktan dalam penyediaan sarana

produksi berupa pupuk. Walaupun sarana produksi lain berupa benih dan pestisida

diperoleh para petani kangkung dengan membeli di Koperasi Unit Desa, namun

ketersediaan pupuk sering mengalami kekurangan karena distribusi pupuk yang

kurang lancar.

Faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan berupa kesulitan

memperoleh pupuk untuk budidaya kangkung terdiri dari empat faktor yaitu

bahan, manusia, dan metode. Faktor penyebab berupa bahan yaitu masih

kurangnya perhatian pemerintah setempat terhadap potensi Desa Pandanajeng

akan komoditas sayur-sayuran sehingga ketersediaan pupuk bagi sayuran masih

kurang. Pihak Gapoktan Sumbersuko beserta anggotanya berharap adanya

bantuan berupa subsidi pupuk bagi sayuran. Faktor metode yaitu belum adanya

standar mutu yang jelas dari pasar modern yang menyatakan penggunaan

Kesulitan memperoleh

pupuk

Manusia Bahan

Metode

Ketersediaan pupuk untuk sayuran

Standar mutu dari pasar modern

Banyaknya penggunaan pupuk

kimia

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

97

Fungsi perpindahan

Modal Gapoktan Komunikasi Pertemuan Gapoktan

Perubahan cuaca Sinar matahari

Jam kerja untuk panen

Proses distribusi

maksimal terhadap zat-zat kimia dalam produksi kangkung. Standar mutu dari

pasar modern sejauh ini masih menekankan pada kualitas eksternal sayuran

kangkung yang dikirimkan. Hal ini menyebabkan ketergantungan petani

kangkung pada pupuk kimia masih belum bisa dikurangi bahkan dihilangkan.

Faktor manusia adalah belum adanya kesadaran para petani untuk mulai

mengurangi penggunaan pupuk kimia dan lebih banyak menggunakan pupuk

organik dengan membuatnya sendiri. Para petani kangkung masih terbiasa

menggunakan banyak pupuk kimia atau anorganik sehingga kurangnya

ketersediaan pupuk-pupuk kimia menjadi masalah tersendiri dalam melakukan

produksi kangkung. Petani kangkung di Desa Pandanajeng juga lebih memilih

untuk membeli pupuk organik walaupun dapat membuat sendiri dengan mudah.

5.6. Masalah dalam Pemasaran Kangkung ke Pasar Modern

Masalah yang dialami Gapoktan Sumbersuko dalam melakukan pemasaran

kangkung ke pasar modern dapat dilihat dari faktor-faktor penyebab masalah yang

timbul dalam pelaksanaan pemasaran kangkung ke pasar modern. Dengan

mengidentifikasi berbagai masalah yang dialami oleh Gapoktan Sumbersuko

dalam pemasaran tersebut, diharapkan akan ditemukan solusi untuk mengatasinya

sehingga jumlah permintaan kangkung di pasar modern dapat ditingkatkan.

Dengan demikian jumlah petani kangkung anggota Gapoktan Sumbersuko yang

memasarkan produknya ke pasar modern juga dapat ditingkatkan.

Gambar 5.16. berikut ini menunjukkan masalah utama yang dihadapi oleh

Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke pasar modern beserta

faktor-faktor penyebab masalahnya.

Gambar 5.16. Identifikasi Masalah Utama dalam Pemasaran ke Pasar Modern

Kinerja Gapoktan Jumlah

permintaan pasar modern

lebih sedikit dari pasar tradisional

Ekonomi Sosial

Budaya Lingkungan

Teknis

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

98

Berdasarkan diagram fishbone pada Gambar 5.16. di atas dapat diketahui

bahwa masalah utama yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran

kangkung ke pasar modern adalah jumlah permintaan kangkung di pasar modern

masih rendah. Masalah ini menyebabkan sedikitnya jumlah petani kangkung yang

dapat memasarkan produknya ke pasar modern. Rendahnya jumlah permintaan

kangkung di pasar modern dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu teknis,

sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Identifikasi masalah dalam pemasaran

kangkung ke pasar modern secara lebih rinci berdasarkan aspek-aspek pemasaran

dijelaskan sebagai berikut.

5.6.1. Masalah dalam Perencanaan

Masalah yang dialami Gapoktan dalam perencanaan pemasaran yaitu pihak

pasar modern sering melakukan penambahan order sayuran termasuk kangkung

secara mendadak biasanya pada sore hari. Apabila terdapat penambahan jumlah

sayuran yang harus dikirimkan, maka Gapoktan Sumbersuko harus mencari petani

kangkung yang dapat melakukan pemanenan sebelum jam pekerja di rumah

packaging dimulai. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar petani di Desa

Pandanajeng lebih memilih untuk memasarkan sayuran kangkung ke pasar

tradisional saja. Pasar tradisional tidak menerapkan standar dan aturan tertentu

dalam menentukan jumlah sayuran yang dipasarkan seperti pada pasar modern.

Identifikasi masalah dalam perencanaan pemasaran ke pasar modern dapat dilihat

pada Gambar 5.17.

Gambar 5.17. Identifikasi Masalah dalam Perencanaan

Kesulitan dalam memenuhi

permintaan sayuran bertambah secara

mendadak

Teknis

Sosial

Kurang komunikasi antara anggota dan pengurus Gapoktan

Kurangnya kinerja pengurus Gapoktan

Pertemuan Gapoktan kurang efektif

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

99

Berdasarkan diagram sebab akibat (fishbone) pada Gambar 5.17. di atas,

dapat diketahui bahwa penyebab masalah yang dialami Gapoktan Sumbersuko

dalam melakukan perencanaan pemasaran kangkung ke pasar modern terdiri atas

faktor sosial dan teknis. Faktor sosial adalah kurangnya komunikasi antara

anggota Gapoktan Sumbersuko dengan para pengurus yang membantu pemasaran

ke pasar modern. Faktor sosial ini juga yang menyebabkan petani yang

memasarkan produk sayurannya ke pasar modern masih sangat sedikit

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan petani kangkung di Desa Pandanajeng.

Sebagian besar petani yang memasarkan produknya ke pasar modern

merupakan anggota kelompok tani Sumber Tani I yang berada di Dusun Pandaan,

sedangkan sebagian kecil petani saja yang merupakan anggota dari Sumber Tani

II, III, dan IV. Hal ini dikarenakan kehadiran anggota Gapoktan Sumbersuko

dalam pertemuan antara pengurus beserta anggota Gapoktan biasanya dihadiri

oleh 25 hingga 35 petani saja dan sebagian besar merupakan anggota Sumber Tani

I. Faktor teknis yang menyebabkan terjadinya permasalahan ini adalah kurangnya

kinerja pengurus Gapoktan dalam melakukan perencanaan jadwal tanam dan

kuota petani. Para petani kangkung masih terbiasa untuk menanam komoditas

sayuran berdasarkan kemauan petani sendiri karena belum adanya aturan dan

arahan yang jelas dari Gapoktan Sumbersuko.

5.6.2. Masalah dalam Penentuan Harga

Masalah yang dihadapi oleh Gapoktan Sumbersuko dalam penentuan harga

adalah komoditas sayuran termasuk kangkung selalu mengalami fluktuasi harga

pada periode waktu yang tidak terduga. Apabila harga kangkung tengah

meningkat drastis, maka seringkali kangkung di lahan yang siap untuk dipanen

tidak dapat memenuhi permintaan pasar modern. Beberapa petani kangkung yang

melihat harga kangkung di pasar tradisional lebih tinggi daripada harga kontrak

dengan pasar modern, memilih untuk menjual produknya ke pasar tradisional.

Pada saat kondisi demikian terjadi, maka Gapoktan Sumbersuko yang mengalami

kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar modern dengan mencari tambahan

kangkung dari petani lain yang biasanya tidak memasarkan ke pasar modern.

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

100

Apabila Gapoktan Sumbersuko kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar

modern yang mendadak, maka Gapoktan biasanya membeli kangkung dari

pedagang di pasar tradisional untuk mengatasi sulitnya mencari petani kangkung

yang memiliki produk sayuran kangkung siap panen. Pihak Gapoktan

Sumbersuko beberapa kali mengalami kerugian apabila kondisi fluktuasi harga

terjadi, karena harga kangkung yang dibeli oleh Gapoktan lebih tinggi dari harga

kontrak dengan pasar modern. Gambar 5.18. berikut menunjukkan identifikasi

mengenai masalah yang dihadapi oleh Gapoktan Sumbersuko dalam penentuan

harga kangkung di pasar modern.

Gambar 5.18. Identifikasi Masalah dalam Penentuan Harga

Berdasarkan Gambar 5.18. dapat dilihat bahwa harga sayuran yang kerap

mengalami fluktuasi merupakan masalah yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko

dalam penentuan harga kangkung di pasar modern. Penyebab masalah tersebut

terdiri dari faktor sosial dan lingkungan. Faktor lingkungan yang menyebabkan

terjadinya fluktuasi harga kangkung yaitu perubahan cuaca yang tidak menentu

sehingga pola tanam dan jadwal pemanenan tidak dapat dilakukan sesuai dengan

rencana. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara kebutuhan sayuran di pasar

dengan jumlah produksi kangkung oleh petani. Faktor ekonomi yang

menyebabkan harga kangkung fluktuatif adalah kurangnya penyebaran produk

sayuran kangkung ke berbagai wilayah yang memiliki kebutuhan sayur yang

tinggi serta tidak dapat memproduksi sendiri. Hal ini menyebabkan harga sayuran

Harga kangkung fluktuatif

Ekonomi

Lingkungan

Kurangnya fungsi perpindahan

Kebutuhan kangkung di daerah lain lebih tinggi

Perubahan cuaca tidak menentu

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

101

yang murah di tempat yang memproduksi komoditas sayuran secara berlimpah,

begitu pula sebaliknya.

5.6.3. Masalah dalam Penciptaan Peluang Pasar

Permasalahan dalam penciptaan peluang pasar ke pasar modern adalah

kurang adanya kepercayaan Gapoktan Sumbersuko terhadap karyawan pasar

modern dalam pencatatan dan penghitungan jumlah sayuran kangkung yang

dikirim setiap harinya. Hal ini disebabkan oleh sistem kerja Gapoktan

Sumbersuko yang belum tertata rapi sehingga pihak pasar modern saja yang

melakukan pencatatan dan penghitungan. Pengurus Gapoktan Sumbersuko sering

merasa dirugikan karena jumlah sayur yang dikirimkan ke pasar modern lebih

banyak daripada uang yang diterima dari pasar modern khususnya CV. Agri

Fresh. Berikut adalah identifikasi mengenai faktor masalah terjadinya

permasalahan dalam penciptaan peluang pasar, ditunjukkan pada Gambar 5.19.

Gambar 5.19. Identifikasi Masalah dalam Penciptaan Peluang Pasar

Diagram sebab akibat (fishbone) pada Gambar 5.19. di atas menunjukkan

bahwa kurangnya kepercayaan Gapoktan terhadap kinerja karyawan pasar modern

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu teknis dan ekonomi. Faktor teknis yang

dimaksud adalah tidak adanya catatan terperinci oleh Gapoktan Sumbersuko

mengenai jumlah order dan pembelian komoditas. Catatan yang dimiliki oleh

Gapoktan Sumbersuko berupa catatan kecil yang kurang terperinci sehingga

kemungkinan terdapat ketidakcocokan antara catatan yang dibuat oleh pihak

Gapoktan dengan catatan pihak pasar modern. Faktor ekonomi yang dimaksud

adalah belum adanya sarana yang lebih menunjang dalam pencatatan dan

penghitungan jumlah order maupun pembelian produk yang dimiliki oleh

Kurangnya kepercayaan Gapoktan

terhadap karyawan pasar modern

Teknis

Ekonomi

Gapoktan tidak memiliki catatan terperinci

Gapoktan kekurangan modal

Page 45: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

102

Gapoktan. Kurangnya modal yang dimiliki oleh Gapoktan menyebabkan sarana

yang ada dalam menunjang pemasaran ke pasar modern terkesan seadanya.

Padahal apabila melihat Gapoktan dan kelompok tani yang lebih maju seharusnya

sarana seperti kantor, kendaraan distribusi, komputer dan jaringan internet telah

dimiliki untuk mengembangkan jaringan pemasaran sayuran di Desa

Pandanajeng.

5.6.4. Masalah dalam Distribusi Produk Ke Pasar Modern

Masalah yang dihadapi oleh Gapoktan Sumbersuko dalam distribusi produk

ke pasar modern adalah pengembalian atau return produk kangkung kepada

Gapoktan Sumbersuko apabila mutu kangkung yang dikirimkan tidak sesuai

dengan keinginan pasar. Hal ini sering terjadi apabila sayuran kangkung yang

dikirimkan memiliki daun yang layu karena proses pemanenan yang terlalu awal.

Jam kerja para pekerja di lahan kangkung dimulai pada pukul 07.00 pagi hingga

siang hari pada saat intensitas cahaya matahari tinggi. Padahal pihak pasar modern

telah meminta agar pemanenan dilakukan pada sore hari sehingga pada saat

dilakukan penanganan pasca panen kangkung masih dalam kondisi segar. Berikut

ini adalah identifikasi masalah dalam distribusi produk ke pasar modern yang

dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko beserta penyebabnya, ditunjukkan oleh

Gambar 5.20.

Gambar 5.20. Identifikasi Masalah dalam Distribusi Produk ke Pasar Modern

Berdasarkan diagram fishbone pada Gambar 5.20. dapat dijelaskan bahwa

masalah dalam distribusi kangkung ke pasar modern berkaitan dengan budaya

para buruh tani yang tidak terbiasa untuk melakukan panen pada sore hari. Para

Sinar matahari

Return kangkung dari pasar

modern kepada Gapoktan

Budaya

Lingkungan

Teknis

Proses distribusi Jam kerja untuk panen

Page 46: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi …repository.ub.ac.id/129850/9/8.pdf · 60 Tabel 5.1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Pandanajeng Tahun 2013 No. Penggunaan Luas lahan

103

buruh tani memiliki jam kerja mulai pagi hingga siang hari untuk melakukan

pemanenan kangkung, padahal intensitas matahari yang tinggi mulai pukul 08.00

pagi dapat menyebabkan kangkung cepat layu walaupun telah dilakukan

pencucian dengan air bersih. Masalah ini juga disebabkan oleh faktor lingkungan

berupa paparan sinar matahari yang menyebabkan daun kangkung menjadi layu

sebelum dikirimkan ke pasar modern. Faktor lain penyebab terjadinya masalah ini

adalah faktor teknis yaitu proses distribusi ke pasar modern di luar kota yang

terlalu lama. CV. Agri Fresh tidak hanya mengirimkan sayuran kangkung kepada

Carefour dan Hypermart supermarket di Kota Malang, namun juga Carrefour

supermarket di Kota Surabaya dan Madiun.

Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah return kangkung yaitu

perbaikan jam kerja pada buruh tani yang melakukan panen dan penciptaan

inovasi untuk memanfaatkan limbah sayuran kangkung yang dikembalikan oleh

supermarket. Pada saat penelitian ini dilakukan belum ada arahan dari Gapoktan

Sumbersuko untuk memanfaatkan limbah sayuran kangkung yang dikembalikan

dari pasar modern. Sayuran merupakan komoditas yang memiliki sifat cepat rusak

sehingga apabila tidak laku dalam beberapa hari maka petani biasa membuang

produk tersebut begitu saja. Oleh sebab itulah diperlukan pengetahuan dan

keterampilan petani dalam mengelola limbah sayuran agar dapat dimanfaatkan

untuk pupuk organik dan biopestisida misalnya.