Uveitis Anterior

18
UVEITIS ANTERIOR I. PENDAHULUAN Gejala penyakit traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu. Misalnya, karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan mengeluh sakit dan fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan penglihatan kecuali bila prosesnya berat atau cukup lanjut hingga mengeruhkan humoe aqueus, kornea atau lensa. Penyakit koroid sendiri tidak menimbulkan sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid pada retina, penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina (misalnya korioretinitis). Jika pada daerah makula retina terkena, penglihatan sentral akan terganggu. Viterus juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid dan retina yang meradang. Gangguan penglihatan proporsional dengan densitas kekeruhan vitreus dan bersifat reversibel bila peradangan mereda. Dokter memeriksa penyakit pada traktus uvealis anterior dengan lampu senter dan kaca pembesar atau slit lamp, dan penyakit pada traktus uvealis posterior dengan oftalmoskopi. Penyakit utama yang mengenai traktus uvealis adalah peradangan dan tumor.

description

uveitis

Transcript of Uveitis Anterior

Page 1: Uveitis Anterior

UVEITIS ANTERIOR

I. PENDAHULUAN

Gejala penyakit traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu.

Misalnya, karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan

mengeluh sakit dan fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan

penglihatan kecuali bila prosesnya berat atau cukup lanjut hingga mengeruhkan

humoe aqueus, kornea atau lensa. Penyakit koroid sendiri tidak menimbulkan

sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid pada retina, penyakit

koroid hampir selalu melibatkan retina (misalnya korioretinitis). Jika pada

daerah makula retina terkena, penglihatan sentral akan terganggu.

Viterus juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid

dan retina yang meradang. Gangguan penglihatan proporsional dengan densitas

kekeruhan vitreus dan bersifat reversibel bila peradangan mereda.

Dokter memeriksa penyakit pada traktus uvealis anterior dengan lampu senter

dan kaca pembesar atau slit lamp, dan penyakit pada traktus uvealis posterior

dengan oftalmoskopi. Penyakit utama yang mengenai traktus uvealis adalah

peradangan dan tumor.

Gambar 1. Pembagian traktus uvealis

II. DEFINISI

Uveitis anterior adalah proses radang yang mengenai uvea bagian anterior.

Struktur uvea terdiri dari 3 bagian, yaitu iris, badan silier, dan koroid yang

Page 2: Uveitis Anterior

merupakan jaringan vaskuler di dalam mata, terletak antara retina dan sklera.

Secara anatomis uvea dapat dibedakan menjadi uvea anterior yang terdiri dari

iris dan badan silier, serta uvea posterior yang terdiri dari koroid.

Sesuai dengan pembagian anatomisnya tersebut, maka uveitis juga dibedakan

menjadi :

Uveitis anterior : Apabila mengenai iris (iritis), badan silier (siklitis), atau

kedua-duanya (iridosiklitis).

Uveitis posterior : Apabila mengenai jaringan koroid (koroiditis). Sering

disertai dengan retinitis, disebut korioretinitis.

Panuveitis : Apabila mengenai ketiga lokasi tersebut diatas.

Gambar 2. Skema uveitis anterior dan uveitis posterior

III. EPIDEMIOLOGI

Keadaan uveitis dapat terjadi antara 10-15 % pada kasus kebutaan total pada

negara berkembang. Insidensi Uveitis di Amerika diperkirakan terjadi 15 kasus

baru per 100.000 populasi setiap tahun.

IV. ETIOLOGI

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen

lain dari luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,

Page 3: Uveitis Anterior

mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi

tuberkulosis, herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam :

1. Berdasarkan spesifitas penyebab :

- Penyebab spesifik (infeksi)

Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,ataupun parasit yang spesifik.

- Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau

antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen

antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

2. Berdasarkan asalnya:

- Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intra

okuler, ataupun iatrogenik.

- Endogen : Dapat disebabkan oleh fokal infeksi di organ lain ataupun

reaksi autoimun.

3. Berdasarkan perjalanan penyakit :

    - Akut : Apabila serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh

sempurna diluar serangan tersebut.

    - Residif : Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai

penyembuhan yang sempurna di antara serangan-serangan

tersebut.

    - Kronis : Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh

sempurna di antaranya.

4. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi:

- Non granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan

limfosit.

- Granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan

makrofag.

V. PATOFISIOLOGI DAN KOMPLIKASI

Page 4: Uveitis Anterior

Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi

pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi

perikorneal atau pericorneal vascular injection). Peningkatan permeabilitas ini

akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor, sehingga terjadi

peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan

biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu

partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek Tyndal). Kedua gejala tersebut

menunjukkan proses keradangan akut.

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel

radang di dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam

BMD, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis)

dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut

sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic precipitate, yaitu :

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen

yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.

2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat

pada jenis non granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan

berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan

fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian

anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang

disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil,

yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang,

disebut oklusio pupil.

Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-

sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mat belakang ke

bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan

akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya

tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma

sekunder.

Page 5: Uveitis Anterior

Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang

menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila

peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif

berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan

kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan

kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).

Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera

ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang

semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi

akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier.

Secara garis besar, patofisiologi dan komplikasi dari uvitis anterior dapat

digambarkan dengan bagan berikut:

Hiperemi perikorneal, dilatasi pembuluh darah kecil (pericorneal vascular

injection)

Permeabilitas pembuluh darah ↑

Iris edema, pucat, pupil reflex ↓ s/d eksudasi hilang, pupil miosis

BMD keruh, sel dan migrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD, flare (+), efek

tyndal (+)

Sel radang menumpuk di BMD hipopion (bila proses akut)

Migrasi eritrosit ke BMD, hifema (bila proses akut)

Page 6: Uveitis Anterior

Sel-sel radang melekat pada endotel keratic precipitate kornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan sinekia posterior, iris melekat

pada kapsul lensa anterior atau sinekia anterior, iris melekat pada endotel kornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup seklusio pupil / oklusio pupil

Gangguan pengaliran keluar cairan mata dan peningkatan tekanan glaukoma

sekunder intra okuler

Pada lensa, Gangguan metabolisme lensa : keruh, katarak komplikata

endoftalmitis, peradangan menyebar luas menjadi panoftalmitis

Symphatetic ophtalmia : Mengenai mata sebelahnya

Page 7: Uveitis Anterior

Gambar 3 . Keratik precipitat granulomatous dan sinekia posterior

VI. MANIFESTASI KLINIK

Pada anamnesa penderita mengeluh:

1. Mata terasa ngeres seperti ada pasir.

2. Mata merah disertai air mata.

3. Nyeri, baik saat ditekan ataupun digerakkan. Nyeri bertambah hebat bila

telah timbul glaukoma sekunder.

4. Fotofobia, penderita menutup mata bila terkena sinar

5. Blefarospasme.

6. Penglihatan kabur atau menurun ringan, kecuali bila telah terjadi katarak

komplikata, penglihatan akan banyak menurun.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

- Kelopak mata edema disertai ptosis ringan.

- Konjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis.

- Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus,

dan keratic precipitate.

- Bilik mata depan keruh (flare), disertai adanya hipopion atau hifema bila

proses sangat akut. Sudut BMD menjadi dangkal bila didapatkan sinekia.

- Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris bombans.

Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior.

- Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, refleks lambat sampai negatif.

- Lensa keruh, terutama bila telah terjadi katarak komplikata.

- Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder.

VII. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan

atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi

penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu

Page 8: Uveitis Anterior

diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi

yang tidak diharapkan.

Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi :

Terapi non spesifik

1. Penggunaan kacamata hitam

Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat

pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat

Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus

untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat

lebih cepat.

3. Midritikum/ sikloplegik

Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier

relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat

panyembuhan. Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk

mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah ada.

Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:

- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4. Anti inflamasi

Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan

dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.

Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :

- Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)

- Prednisolone succinate 25 mg (1 ml)

- Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)

- Methylprednisolone acetate 20 mg

Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone oral mulai 80 mg per

Page 9: Uveitis Anterior

hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.

Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang

mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih

dari dua minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.

Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior

telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang

sering diberikan berupa antibiotik, yaitu :

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid

Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid secara per oral dengan

Chloramphenicol 3 kali sehari 2 kapsul.

Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.

Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan

diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa

memandang penyebabnya.

Terapi terhadap komplikasi

1.Sinekia posterior dan anterior

Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior,

perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.

2.Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada

uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain:

Terapi konservatif :

Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam

Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam

Terapi bedah :

Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi.

- Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi

Page 10: Uveitis Anterior

perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS)

dilakukan bedah filtrasi.

- Sudut terbuka : bedah filtrasi.

3. Katarak komplikata

Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang

diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan

jenis katarak serta kemampuan ahli bedah.

Page 11: Uveitis Anterior

VIII.PEMERIKSAAN ANJURAN

Oftalmoskopi

Tonometri

Slitlamp

Pemeriksaan laboratorium.

Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan

non spesifik, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih

lanjut. Sementara bagi penderita yang tidak responsif , diusahakan untuk

menemukan diagnosis etiologinya melalui pemeriksaan laboratorium.

Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk pemeriksaan tuberkulosis

dan toksoplasmosis. Untuk kasus-kasus yang rekurens (berulang), berat,

bilateral, atau granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto Rontgen

untuk mencari kemungkinan tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda

dengan arthritis sebaiknya dilakukan tes ANA. Pada kasus psoriasis, uretritis,

radang yang konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan pemeriksaan HLA-

B27 untuk mencari penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis,

dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM.

IX. DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang memberikan gejala menyerupai uveitis anterior antara

lain konjungtivitis akut dan glaukoma akut.

X. PROGNOSIS

Dengan pengobatan, serangan uveitis non granulomatosa umumnya berlangsung

beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis granulomatosa

berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan

eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan

penglihatan nyata walau dengan pengobatan yang terbaik.

Page 12: Uveitis Anterior

DAFTAR PUSTAKA

Department of Ophthalmology and Visual Sciences, The Chinese University of Hong Kong Sept 2002. www.afv.org.hk/Uveitis/uveitis_3.jpg

Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-3, Cetakan ulang 2008, Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2008.

Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.

www.preventblindness.org /uveitis/eye_sections.jpg

www.cehjournal.org/images_uveitis/ceh_18_53_072_f02.jpg

www.nature.com/uveitis anterior/v17/n5/images/6700392f1.jpg

www.pedomanpengobatanpenyakit.com/uveitis anterior.