UVEITIS

9
UVEITIS Peradangan traktus uvealis banyak penyebabnya dan dapat mengenai satu atau ketiga bagian secara bersamaan, seperti pada sarkoidosis. Bentuk uveitis paling sering adalah uveitis anterior akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur; mata merah (merah sirkumkorneal) tanpa tahi mata purulent; dan pupil kecil atau ireguler. Penting dibuat diagnosis secepatnya dan mendilatasi pupil untuk mencegah terbentuknya synechiae posterior permanen. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus tidak diketahui penyebabnya. Pada uveitis posterior, retina hamper selalu terinfeksi secara sekunder. Ini dikenal sebagai korioretinitis. Berdasarkan patologi, dapat dibedakan dua jenis besar uveitis ; yang non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Karena pada jenis non-granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme pathogen dan karena berespons baik terhadap terapi kortikosteroid, diduga peradangan ini adalah semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (mis., Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu pathogen ini jarang ditemukan, dan diagnosis etiologic pasti jarang ditegakan. Kemungkinan-kemingkinan seringkali dapat dipersempit oleh pemeriksaan klinik dan laboratorium. Uveitis non-grulomatosa terutama timbul dibagian anterior traktus traktus ini, yakni , iris dan corpus ciliare. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli anterior. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang bagian traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit didaerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologic spesifik dapat ditegakkan secara histologic pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista Toxoplasma, basil tahan

description

dokumen

Transcript of UVEITIS

UVEITISPeradangan traktus uvealis banyak penyebabnya dan dapat mengenai satu atau ketiga bagian secara bersamaan, seperti pada sarkoidosis. Bentuk uveitis paling sering adalah uveitis anterior akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur; mata merah (merah sirkumkorneal) tanpa tahi mata purulent; dan pupil kecil atau ireguler. Penting dibuat diagnosis secepatnya dan mendilatasi pupil untuk mencegah terbentuknya synechiae posterior permanen. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus tidak diketahui penyebabnya. Pada uveitis posterior, retina hamper selalu terinfeksi secara sekunder. Ini dikenal sebagai korioretinitis.Berdasarkan patologi, dapat dibedakan dua jenis besar uveitis ; yang non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Karena pada jenis non-granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme pathogen dan karena berespons baik terhadap terapi kortikosteroid, diduga peradangan ini adalah semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (mis., Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii). Meskipun begitu pathogen ini jarang ditemukan, dan diagnosis etiologic pasti jarang ditegakan. Kemungkinan-kemingkinan seringkali dapat dipersempit oleh pemeriksaan klinik dan laboratorium.Uveitis non-grulomatosa terutama timbul dibagian anterior traktus traktus ini, yakni , iris dan corpus ciliare. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli anterior.Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang bagian traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit didaerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologic spesifik dapat ditegakkan secara histologic pada mata yang dikeluarkan dengan menemukan kista Toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirochaeta pada siflis, tampilan granuloma khas pada sarkoidosis atau oftalmia simpatika, dan beberapa penyebab spesifik langka lainnya.Meskipun ada usaha untuk menggolongkan semua bentuk uveitis menurut lokasi dan morfologinya, perlu disadari kemungkinan adanya saling tumpang tindih. Jadi sarkoidosis dapat menunjukkan tuberkel-tuberkel non-perkijuan nyata, atau dapat terlihat sebagai uveitis difusa.

Tabel 7-1. Perbedaan uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa.Non-granulomatosaGranulomatosa

OnsetAkut Tersembunyi

SakitNyataTidak ada atau ringan

FotofobiaNyataRingan

Penglihatan kaburSedangNyata

Merah sirkumkornealNyata Rringan

Presipitat keratikPutih halusKelabu besar

Pupil Kecil dan tak teraturKecil dan tak teratur (bervariasi)

Synechiae posteriorKadang-kadangKadang-kadang

Nodul irisKadang-kadangKadang-kadang

TempatUvea anteriorUvea anterior dan posterior

Perjalanan AkutMenahun

RekurensSeringKadang-kadang

Temuan Klinika. Gejala KlinikPada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, injeksi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkumkorneal yang disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh darah limbus. Deposit putih halus (presipitat keratik, KP) pada permukaan posterior kornea dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan kaca pembesar. Pupilnya kecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di kamera anterior. Jika terdapat synechiae posterior, bentuk pupil tidak teratur.Pasien harus ditanya tentang adanya riwayat artritis dan kemungkinan terpajan terhadap toksoplasmosis, histoplasmosis, tuberculosis, dan sifilis. Kemungkinan adanya focus infeksi jauh dalam tubuh harus juga dicari.Pada uveitis granulomatosa (yang dapat menimbulkan uveitis anterior, uveitis posterior, atau keduanya), biasanya insetnya tidak kentara. Penglihatan berangsur kabur, dan mata tersebut memerah secara difus daerah sirkumkornea. Sakitnya minimal, dan fotofobianya tidak sama berat dengan bentuk nongranulomatosa. Pupil sering mengecil dan menjadi tidak teratur karena terbentuk synechiae posterior. KP mutton fat besar-besar terllihat di permukaan posterior kornea dengan slit-lamp. Tampak kemerahan (flare) dan sel-sel dikamera anterior, dan nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih tampak ditepian pupil iris (nodul Koeppe). Nodul-nodul ini dan dengan KP mutton fat. Nodul serupa di seluruh stroma iris disebut nodul Busacca.Lesi koroid dan retina yang aktif dan segr tampak sebagai bercak-bercak puti-kekuningan samar-samar dengan oftalmoskop melalui corpus vitreum berkabut. Kasus posterior demikian pada umumnya digolongkan sebagai penyakit granulomatosa. Karena retina dan koroid saling ,elekat erat, retinanya hampir selalu ikut terkena (korioretinitis). Dalam proses penyembuhan, kabut vitreus berangsur hilang, dan pigmentasi berangsur timbul ditepian bintik-bintik putih kekuningan . pada tahap sembuh, umumnya terdapat deposit pigmentasi yang cukup banyak. Jika macula tidak terkena, kesembuhan penglihatan sentral umumnya sempurna. Pasien umumnya tidak menyadari adanya skotoma diperifer lapangan pandang sesuai dengan daerah perut.b. Temuan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis anterior, apalagi jika jenisnya nongranulomatosa atau jelas responsive terhadap pengobatan nonspesifik. Pada uveitis anterior maupun posterior yang tetap tidak responsive, harus diusahakan menemukan diagnosaetiologiknya. Tes kulit terhadap tuberkilosis dan histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibody terhadap toksoplasmosis. Berdasarkan tes-tes ini dan gambaran kliniknya, sering kali dapat ditegakkan diagnosis etiologiknya.Diagnosis BandingPada konjungtivitis, penglihatan tidak kabur, respons pupil normal, ada tahi mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris.Pada keratitis atau keratokonjuungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada synechiae posterior, dan korneanya beruap.Setelah serangan berulang kali, uveitis non-granulomatosa dapat menunjukkan ciri uveitis granulomatosa. Belakangan ini, perbedaan kurang ditonjolkan dan beberapa ahli malah mengabaikan hal ini sama sekali. Meskipun begitu, pembedaan ini tetap berguna sebagai pegangan untuk pengobatan dan prognosis.Komplikasi dan SekueleUveitis anterior dapat menimbulkan synechiae anterior perifer, yang menghalangi humor akueus keluar disudut kamera anterior dan berakibat glaukoma dengan memungkinkan berkumpulnya humor akueus dibelakang iris, sehingga menonjolkan iris kedepan. Pelebaran pupil sejak dini dan terus menerus mengurangi kemungkinan timbulnya syenechiae posterior. Gangguan metabolism lensa dapat menimbulkan katarak. Ablasio retina kadang kadang timbul akibat tarikan pada retina oleh benang benang vitreous. Edema kistoid macular dan degenerasi dapat terjadi pada uveitis anterior yang berkepanjangan.

Terapi a. Uveitis Non GranulomatosaAnalgetika sistemik secukupnya untuk rasa sakit, dan kaca mata gelap untuk fotophobia. Pupil harus tetap dilebarkan. Kesanggupan atropine untuk menghilangkan spasme siliaris taka da bandingnya. Sekali sudah reda, terapi dilanjutkan dengan dilatator kerja singkat seperti cyclopentolate untuk mencegah spasme dan terbentuknya synechiae posterior. Tetes steroid local biasanya cukup efektf untuk kerja anti radangnya. Pada kasus berat dan tidak responsive, dapat diberikan suntikan steroid periokuler, dan kadang kadang sekali bahkan steroid sistemik.b. Uveitis GranulomatosaJika segmen anterior terkena, diindikasikan pelebaran pupil dengan atropine 2%.

Penanganan komplikasiGlukoma adalah komplikasi yang umum. Terapi terhadap uveitis sangat penting, khhususnya melebarkan pupil dengan atropine (untuk mengecilkan pupil, seperti pada semua glaucoma primer). Betablocker topikel sering berguna, dan kadang kadang beta-agonis dipivefrin sedikit menolong. Pada kasus berat, inhibitor anhydrase karbonik sistemik sangat membantu. Obat ini juga bekerja mengurangi produksi humor akuous.Katarak sering timbul pada uveitis menahun. Prognosis operasi katarak pada kasus demikian tergantung pada penyebab uveitis, selain kesanggupan ahli bedah mengendalikan radang intraokuler pra-bedah. Hal yang sama berlaku untuk operasi ablatio retina.

Perjalanan Penyakit & PrognosisDengan pengobatan, serangan uveitis nongarnulomatosa berlangsung bulan bulan sampai tahunan, kadang kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan nyata walau dengan pengobatan terbaik. Prognosi bagi lesi korioretinal perifer fokal jauh lebih baik, sering sembuh tanpa gangguan penglihatan yang berarti.

UVEITIS ANTERIOR1. Uveitis pada penyakit persendianSekitar 20% anak dengan artritis rheumatoid juvenilis bentuk pauciartikular menunjukan adanya iridosiklitis nongranulo matosa bilateral menahun. Wanita jauh lebih banyak yang terkena daripad pria (4 : 1). Umur rata rata deteksi uveitis adalah 5,5 tahun. Pada kebanyakan kasus onsetnya tidak kentara, penyakit ini baru ditemukan bila anak itu terlihat mempunyai warna yang berbeda pada kedua mata, berbeda ukuran atau bentuk pupil, atau timbulnya stramismus. Tidak ada korelasi antara onset anatritis dan uveitis. Uveitis dapat mendahului artritis 3 10 tahun. Lutut adalah sendi yang paling sering terkena. Tanda utama penyakit ini adalah sel sel dan kilauan merah dalam kamera anterior, KP putih berukuran kecil sampai sedang dengan atau tanpa bintik bintik fibrin pada endotel, synechiae posterior, katarak berkomplikasi, aneka bentuk glaucoma sekunder, edema macular, dan keratopati pita berkapur diakhir perjalanan penyakit.Pengobatan penyakit ini menarik. Kortiko steroid tropical, agen anti inflamasi non steroid, dan midriatika ternyata bernilai. Pada kasus yang resisten,diperlukan imuno supresif sistemik dan methotrexate setiap minggu dikatakan berhasil baik oleh sejumlah ahli. Prognosis bagi operasi katarak hati hati.Timbulnya iridosiklitis pada artritis rheumatoid perifer dewasa semata mata kebetulan. Kelompok dewasa lebih besar kemungkinan menimbulkan skleritis dan sklerouveitis. Sayangnya sel sel dan kilauan (flare) dihumor akuous itu di tafsirkan sebagai iridosiklitis. Sekitar 10-60% pasien dengan spondylitis ankilosis Marie-Struempell berkembang menjadi uveitis anterior. Pasien pria jauh lebih banyak. Uveitis tampak sebagai iridosiklitis tipe non-granulomatosa ringan sampai sedang, dengan injeksi siliaris sedang sampai hebat, sakit, penglihatan kabur, dan fotophobia. Biasanya kambuh dan akhirnya menimbulkan kerusakan permanen jika tidak diobati memadai. Antigen HLA-B27 yang kompatibel histologic terdapat pada sekitar 90% pasien dengan spondylitis ankilosans. Pemeriksaan mata menampakkan injeksi siliaris, jumlah sel sedang, dan kiloan didalam camera anterior, dan adanya presipitat keratik putih halus terutama dibagian bawah kornea (segitiga Arlt). Synechiae posterior, synechiae anterior perifer, katarak, dan galukoma merupakan komplikasi umum setelah serangan peradangan yang hiperakut. Edema macular timbul pada 1% kasus iridosiklitis anterior berat. Edema persisten berakibat degenerasi kistoid dan hilangnya penglihatan sentral. Pemastian diagnosis adalah dengan sinar X sendi sakroiliak. Pada sekitar 50% pasien, tidak ada tanda dan gejala klinik penyakit spinal sehingga diagnosis hanya dapat ditegakkan oleh ahli radiologi.Laju endap darah ( LED ), meski tidak spesifik dan kadang kadang normal pada kasus ringan, meningkat pada kebanyakan pasien, yang menunjukkan penyakit aktif. Test factor rheumatoid tidak ada manfaatnya. 2. Uveitis Heterokrom (Iridosiklitis Heterokrom fuch)Penyakit yang tidak diketahui penyebabnya ini mencakup sekitar 3% dari semua kasus uveitis. Sebenarnya ini adalah siklitis tenang, dengan depigmentasi iris pada mata yang sama. Secara patologik iris dan korpuciliarie menunjukkan atrophi sedang, depigmentasi berbentuk bercak lapis berpigmen, dan infiltrasi difus limfosit dan sel plasma. Yang terkena khas unilateral, namun dapat bilateral, dan irisnya berlainan warnanya. Diawal perjalanan penyakit, perbedaan warna tidak Nampak jelas, dan paling jelas di siang hari.Onsetnya tidak kentara pada decade ketiga atau keempat, tanpa kemerahan, sakit, atau fotophobia; pasien sering tidak menyadari adanya penyakit ini sampai katarak yang terbentuk mengganggu penglihatannya. Dengan slit-lamp (kaca pembesar), tanpa deposit putih halus tersebar difus merata pada permukaan posterior kornea. Presipitat keratik stellate ini khas untuk penyakit ini. Juga terlihat kilauan (flare) dan sel sel dalam kamera anterior dan iris yang sedikit atrofik. Bahan-bahan yang terapung dianterior dapat dilihat dengan ofthalamoskop atau slit-lamp. Pembuluh darah telangiektatik terlihat disudut kamera dengan gonioskopi.Dalam beberapa tahun timbul katarak pada sekitar 15% kasus. Glaucoma terjadi pada 10-15% kasus. Biasanya tidak perlu melebarkan pupil, karena ini adalah sejenis uveitis yang jarang menimbulkan synechiae posterior. Penyakit ini tidak sembuh secara spontan, namun prognosis visualnya baik karena kataraknya biasanya dapat dikeluarkan dengan aman meski ada uveitis aktif ringan. 3. Uveitis Terinduksi LensaHingga kini be,um ada data yang menyokong bahwa materi lensa itu sendiri yang toksik, sehingga istilah uveitis fakotoksik hendaknya tidak dipakai lagi untuk menunjukkan uveitis terinduksi-lensa. Istilah fakogenik atau uveitis terinduksi-lensa lebih sesuai bila merujuk pada penyakit autoimmune sekunder terhadap antigen lensa. Kasus klasik uveitis terinduksi-lensa terjadi bila lensa mengalami katarak hipermature. Kapsula lentis bocor dan materii lensa meresap ke kamera posterior dan anterior, menimbulkan reaksi radang yang ditandai pengumpulan sel plasma, fagosit mononuclear, dan sedikit sel polimorfonuklear. Mata memerah dan sedikit sakit; pupil kecil; dan penglihatan sangat menurun (kadang-kadang sampai hanya persepsi cahaya). Uveitis terinduksi-lensa dapat pula terjadi setelah katarak traumatic.Endoftalmitis fako-anafilatika, ungkapan yang dipakai untuk bentuk-bentuk uveitis terinduksi-lensa yang lebih berat, bila operasi serupa pernah dilakukan pada mata sebelah dan pasien itu telah mengalami sinsitisasi terhadap materi lensanya sendiri. Tampak banyak leukosit polimorfonuklear dan fagosit mononuclear dalam kamera anterior. Matanya memerah dan sakit, penglihatannya kabur. Karena sebagian besar materi lensanya telah dikeluarkan, pengobatannya hanya konservatif, terdiri atas kortikosteroid local dan sistemik ditambah tetes atropine untuk menjaga agar pupil tetap lebar. Jika ini tidak efektif, insisi kataraknya harus dibuka dan kamera anterior dibilas. Glaucoma (glaucoma fakolitik) adalah komplikasi umum pada uveitis terinduksi-lensa. Pengobatan berupa ekstraksi lensa setelah tekanan intraokuler dapat dikendalikan. Jika ini telah dilakukan baik uveitis maupun glaukomanya sembuh, dan prognosis visualnya baik jika pproses ini telah berlangsung tidak lebih dari 1-2 minggu.

Uveitis intermediate (Pars Planitis, Siklitis Menahun)Uveitis intermediate adalah sebentuk peradangan yang tidak mengenai uvea anterior atau posterior secara langsung. Sebaliknya, ini mengenai zona intermediate mata. Ini terutama terjadi pada orang dewasa muda dengan keluhan utama melihat bintik-bintik mengapung. Didalam lapangan penglihatannya. Pada kebanyakan kasus kedua mata terkena.

Uveitis PosteriorKebanyakan kasus uveitis posterior bersamaan dengan salah satu bentuk penyakit sistemik. Penyebab uveitis posterior seringkali dapat ditegakkan berdasarkan (1) morfologi lesi, (2) cara onset dan perjalanan penyakit, atau (3) hubungannya dengan penyakit sistemik. Pertimbangan lain adalah umur pasien dan apakah timbulnya unilateral atau bilateral. Tes laboratorium membantu memastikan.Gejala : Penurunan penglihatan Injeksi mata SakitTanda : Hipopion Jenis uveitis Galukoma Vitritis