uu

21
BAB I PENDAHULUAN Prosedur penatalaksanaan seorang pasien dilakukan secara simultan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Setelah melalui prosedur tersebut maka diagnosis yang tepat dapat ditegakkan berdasarkan keluhan utama dan gejala penyerta lainnya. Selanjutnya akan dilakukan upaya penyembuhan terhadap diagnosis yang telah ditegakkan dengan berbagai cara misalnya melalui upaya pembedahan, fisioterapi, penyinaran, dengan obat dan lain-lain. Namun secara umum, terapi awal dilakukan dengan menggunakan obat. 1,2 Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. 3 Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan menggunakan resep. Satu resep umumnya

description

rr

Transcript of uu

Page 1: uu

BAB I

PENDAHULUAN

Prosedur penatalaksanaan seorang pasien dilakukan secara simultan mulai

dari anamnesa, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

Setelah melalui prosedur tersebut maka diagnosis yang tepat dapat ditegakkan

berdasarkan keluhan utama dan gejala penyerta lainnya. Selanjutnya akan

dilakukan upaya penyembuhan terhadap diagnosis yang telah ditegakkan dengan

berbagai cara misalnya melalui upaya pembedahan, fisioterapi, penyinaran,

dengan obat dan lain-lain. Namun secara umum, terapi awal dilakukan dengan

menggunakan obat.1,2

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena

penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari

tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.3

Obat yang diberikan kepada penderita harus dipesankan dengan

menggunakan resep. Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu

penderita. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau

dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan

tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan perwujudan akhir

dari kompetensi, pengetahuan dan keahlian dokter dalam menerapkan

pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan terapi. Resep juga perwujudan

hubungan profesi antara dokter, apoteker dan pasien. Selain sifat-sifat obat yang

diberikan dan dikaitkan dengan variabel dari penderita, maka dokter yang menulis

Page 2: uu

resep idealnya perlu pula mengetahui penyerapan dan nasib obat dalam tubuh,

ekskresi obat, toksikologi serta penentuan dosis regimen yang rasional bagi setiap

penderita secara individual. Resep juga perwujudan hubungan profesi antara

dokter, apoteker dan penderita.1,2

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan resep mengharuskan

dokter untuk lebih teliti dalam menulis resep. Penulisan resep dan penggunaan

obat yang tidak rasional dapat menurunkan mutu pengobatan dan pelayanan

kesehatan secara langsung maupun tidak langsung. Kerasionalan penulisan resep

adalah kesesuaian kombinasi obat dari sudut terjadinya interaksi antar obat dalam

resep yang meliputi interaksi farmakodinamik dan/atau interaksi farmakokinetik.3

1.1. Definisi dan Arti Resep

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang resep adalah permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan

obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.1

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.4

Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana

komunikasi profesional antara dokter (penulis resep), APA (apoteker

penyedia/pembuat obat), dan penderita (yang menggunakan obat). Resep ditulis

dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka isi resep

Page 3: uu

merupakan refleksi/pengejawantahan proses pengobatan. Agar pengobatan

berhasil, resepnya harus benar dan rasional.1

1.2. Kertas Resep

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm. Dokumentasi berupa pemberian obat kepada

penderita memang seharusnya dengan resep; permintaan obat melalui telepon

hendaknya dihindarkan.2,5

Blanko kertas resep hendaknya oleh dokter disimpan di tempat yang aman

untuk menghindarkan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab, antara lain dengan menuliskan resep palsu meminta obat bius.

Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut

pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Setelah lewat

tiga tahun, resep-resep oleh apotek boleh dimusnahkan dengan membuat berita

acara pemusnahan seperti diatur dalam SK. Menkes RI

no.270/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotek.2

1.3. Resep Lengkap

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di apotek. Resep yang lengkap terdiri atas:2,5

a. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula

dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

b. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

c. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil” (superscriptio).

Page 4: uu

d. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya (inscriptio).

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat pokok

ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau bau

obat (corrigens saporis, coloris dan odoris).

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalau resep berupa

komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya konstituens obat

minum air.

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk bahan

padat (mikrogram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan (tetes,

milimeter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”.

e. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio) misalnya

f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat berupa puyer.

f. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signatura, biasanya disingkat S.

g. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi penderita, dan

sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan memudahkan penelusuran

bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

Page 5: uu

h. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menuliskan

resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep obat suntik dari

golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap oleh dokter/dokter

gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup dengan paraf saja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan resep adalah:2

1. Resep harus ditulis dengan tinta

2. Penulisan nama obat, jumlah, cara pemakain harus terbaca oleh apoteker atau

asisten apoteker.

3. Menulis nama obat harus dengan huruf latin untuk zat kimianya atau nama

generiknya.

4. Hindarkan penulisan singkatan yang meragukan.

5. Dalam pemilihan obat perlu juga memperhatikan tingkat ekonomi penderita.

Resep dikatakan sah bila mencantumkan hal-hal berikut:2

1. Untuk resep dokter swasta terdapat nama, izin kerja, alamat praktek dan rumah,

serta paraf dokter pada setiap signatura.

2. Resep dokter rumah sakit/klinik/poliklinik terdapat nama dan alamat rumah

sakit/klinik/poliklinik, nama dan tanda tangan/paraf dokter penulis resep

tersebut serta bagian/unit di rumah sakit.

3. Pemberian tanda tangan untuk golongan narkotik dan psikotropik.

4. Pemakaian singkatan bahasa latin dalam penulisan resep harus baku.

Cara penulisan resep ada 3 macam, yaitu:2

1. Formula magistralis dimana obat ini merupakan racikan, sesuai dengan formula

yang ditulis oleh dokter yang membuat resep tersebut.

Page 6: uu

2. Formula officinalis dimana obat ini merupakan racikan yang formulanya sudah

standar dan dibakukan dalam formularium Indonesia dan diracik oleh apotek

apabila diminta oleh dokter pembuat resep.

3. Formula spesialistis dimana obat ini sudah jadi, diracik oleh pembuatnya,

dikemas dan diberi nama oleh pabrik pembuatnya serta bentuk sediaannya

lebih kompleks.

1.4. Resep Tepat dan Rasional

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk pasiennya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual.1

Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis

secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini

perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya

hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda.2

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut:2

1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko, rasio

antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.

Page 7: uu

2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh faktor obat (sifat kimia, fisika, dan

toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rectal, local), faktor penderita

(umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas, sensitivitas individu

dan patofisiologi).

3. Tepat bentuk sediaan obat; menetukan bentuk sediaan berdasarkan efek

terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis, dan

harga murah.

4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja

obat, bioavaibilitas, serta pola hidup pasien (pola makan, tidur, defekasi, dan

lain-lain).

5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengam keadaan penderita yaitu bayi,

anak-anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan

hal-hal sebagai berikut:2

Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

1.5. Resep Tidak Rasional

Page 8: uu

Penggunaan obat yang tidak rasional pada dasarnya tidak tetap secara

medik, yaitu tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, cara dan lamanya pemberian,

serta tidak tepat informasi yang disampaikan sehubungan pengobatan yang

diberikan. Ketidakrasionalan penggunaan obat juga terjadi bila risiko penggunaan

obat lebih besar dari manfaatnya. Dalam praktek sehari-hari ketidakrasionalan

penggunaan obat banyak dijumpai dan beragam jenisnya, mulai dari pereesepan

obat tanpa indikasi, pembnerian yang tidak tepat, peresepan obat yang mahal atau

manfaatnya masih diragukan serta praktek polifarmasi.6

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat diklasifikasikan menjadi:2,6

a. Extravagant prescribing (peresepan yang boros)

Keadaan ini ditemukan pada pemberian obat yang harganya mahal (biasanya

obat baru), padahal masih ada obat lama yang harganya masih lebih murah.

b. Over prescribing (peresepan yang berlebihan)

Keadaan ini dtemukan pada pemberian obat yang tidak diperlukan, manfaatnya

diragukan, diberikan dalam dosis yang berlebihan, atau jangka pemberian

terlalu lama.

c. Incorret prescribing (peresepan yang salah)

Keadaan ini ditemukan pada pemberian obat untuk diagnosis yang salah,

indikasi yang salah atau tidak mempertimbangkan pengaruh factor genetic

maupun lingkungan.

d. Multiple prescribing (peresepan majemuk)

Page 9: uu

Keadaan ini ditemukan pada pemberian banyak obat untuk satu indikasi yang

sama atau pemberian banyak obat untuk penyakit yang berkaitan dengan

penyakit primer.

e. Under prescribing (peresepan kurang)

Keadaan ini ditemukan bila obat yang dibutuhkan tidak diresepkan atau

pemberian obat dengan dosis kurang atau jangka waktunya kurang.

BAB II

ANALISIS RESEP

Page 10: uu

2.1 Resep

Kelengkapan resep

Klinik : Poliklinik Mata

Tanggal : 9 Agustus 2011

Nama Pasien : Hj Asiah

Umur : 53 tahun

No. RMK : 67-62-67

Alamat : Jl Sultan Adam no 17 rt 25

Pekerjaan : -

Keluhan : Pasien datang dengan mata kemerahan dan gatal semenjak

2 hari yang lalu

Diagnosa RS : Konjungtivitis.

Page 11: uu

2.2 Analisis Resep

2.2.1 Penulisan Resep

- Pada resep ini, penulisan obat tidak semua dapat dibaca secara jelas. Pada

penulisan resep yang benar tulisan harus dapat dibaca dengan jelas agar

tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.

- Bentuk sediaan obat dan petunjuk penggunaan obat pada resep ini tidak

ditulis dengan baik. Penulisan bentuk sediaan jelas tetapi satuan berat obat

tidak jelas. Bentuk sediaan obat sebaiknya ditulis dengan bahasa latin,

sehingga tidak akan menimbulkan persepsi ganda antara satu daerah dengan

daerah lain tentang bentuk sediaan obat yang diberikan. Begitu pula cara

dan waktu pemberian hendaknya ditulis dengan baik dan menggunakan

bahasa latin sehingga tidak terdapat persepsi yang ganda.

- Resep pada penulisan sudah ditulis dengan menggunakan tinta, sehingga

diharapkan tulisan pada kertas resep tidak akan hilang selama penyimpanan.

- Pada resep ini ukuran kertas yang digunakan lebarnya 21 cm dan

panjangnya 16 cm. Ukuran kertas resep yang ideal adalah lebar 10-12 cm

dan panjang 15-18 cm. Berdasarkan ketentuan tersebut ukuran kertas yang

digunakan pada resep ini, hanya ukuran panjang kertas resep yang sudah

ideal dan untuk lebar tidak ideal. Keseluruhan kertas resep belum ideal.

2.2.2 Kelengkapan Resep

1. Nama dan alamat dokter

Page 12: uu

Pada bagian atas tidak tercantum nama rumah sakit, kota rumah sakit, tetapi

tercantum nama dokter, dan nama bagian instansi rumah sakit tempat dokter

tersebut bekerja. Nama dokter dan bagian instansi rumah sakit diketahui dari cap

stempel yang ada di bawah kanan resep. Namun, pada bagian atas tidak tercantum

alamat lengkap rumah sakit dan nomor surat izin praktek dokter bersangkutan

yang merupakan kelengkapan suatu resep.

2. Nama kota serta tanggal resep ditulis

Nama kota dan tanggal pembuatan resep tidak ditulis pada resep.

3. Superscriptio

Tanda R/ (superscriptio) pada resep ini tidak ditulis pada setiap obat yang

ditulis pada resep. Tanda R/ yang merupakan singkatan dari recipe ini berarti

“harap diambil”, seharusnya ditulis pada setiap obat yang ditulis pada resep.

4. Inscriptio

a) Jenis/bahan obat dalam resep ini, terdiri dari:

- Remedium Cardinale atau obat pokok yang digunakan adalah Inmatrol.

- Remedium Adjuvans atau obat tambahan yang digunakan adalah Interhistin dan

Somerol.

- Remedium Corrigens tidak digunakan.

- Constituens atau vehikulum tidak digunakan.

b) Pada resep ini tidak disebutkan jumlah bahan obat yang dinyatakan dalam

suatu berat sediaan seperti miligram atau mililiter pada semua nama obat.

c) Resep ini sudah mencantumkan berapa jumlah obat yang ingin diberikan.

5. Subscriptio

Page 13: uu

Resep ini bukan merupakan resep magistralis sehingga obat diberikan dalam

bentuk apa adanya, tidak mengguakan subscriptio.

6. Signatura

Pada bagian signatura yaitu petunjuk cara penggunaan obat, telah diberikan

keterangan waktu pemakaian apakah sebelum makan (a.c) atau sesudah makan

(p.c), sehingga nantinya didapatkan hasil yang optimal. Pada bagian signatura

untuk obat kausatif (antibiotik) harus diberikan setiap berapa jam obat diminum,

misalnya tiap 8 jam (o.8.h). Pada resep simptomatik juga seharusnya dicantumkan

pemakaian apabila gejala saja timbul (p.r.n). Penulisan signatura kurang jelas dan

sulit dibaca sehingga sulit mengetahui berapa frekuensi penggunaan obat.

7. Identitas penderita

Nama penderita tertulis di atas kanan resep dan alamat pada bawah

resep .Sedangkan berat badan dan umur penderita tidak tertulis. Hal tersebut

untuk menghindari kemungkinan nama yang sama, jika terdapat alamat penderita

maka kemungkinan untuk tertukar akan kecil sekali terjadi. Jika seperti resep di

atas, penulisan No.RMK dapat membantu agar tidak terjadi resep yang tertukar.

8. Kesahan resep

Pada resep tidak terdapat paraf dokter di masing-masing resep yang ditulis

setelah garis pemisah antar resep . Terdapat tanda tangan dokter di bawah sebelah

Page 14: uu

kanan resep. Tidak terdapat tanda penutup (seperti tanda S berkelok) ,sehingga

dapat terjadi penambahan resep oleh orang lain.

2.2.3 Keabsahan Resep

Pada resep ini sudah dicantumkan kop RSUD Ulin, nama dokter, tanda

tangan dan paraf dokter pada setiap signatura sehingga menunjukkan bahwa resep

ini sah.