UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE...

31
UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1998 (5/1998) Tanggal: 28 SEPTEMBER 1998 (JAKARTA) _________________________________________________________________ Tentang: PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentuk penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia harus dicegah dan dilarang; b. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasional menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia; c. bahwa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, di dalam sidangnya pada tanggal 10 Desember 1984, telah menyetujui Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia) dan Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani konvensi tersebut pada tanggal 23 Oktober 1985; d. bahwa konvensi tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia serta selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuk secara terus-menerus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan d dipandang perlu mengesahkan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan *9052 dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia) dengan Undang-undang. Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat (1), Pasal 21

Transcript of UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE...

Page 1: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 5 TAHUN 1998 (5/1998)

Tanggal: 28 SEPTEMBER 1998 (JAKARTA)

_________________________________________________________________

Tentang: PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL,INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANGPENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAKMANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggiharkat dan martabat manusia serta menjamin semua warga negarabersamaan kedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentukpenyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidakmanusiawi, atau merendahkan martabat manusia harus dicegah dandilarang;

b. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasionalmenghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi prinsip dan tujuanPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Deklarasi Universal Hak-hakAsasi Manusia;

c. bahwa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, di dalam sidangnyapada tanggal 10 Desember 1984, telah menyetujui Convention AgainstTorture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment(Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lainyang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia) danPemerintah Republik Indonesia telah menandatangani konvensi tersebutpada tanggal 23 Oktober 1985;

d. bahwa konvensi tersebut pada dasarnya tidak bertentangan denganPancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan peraturan perundang-undanganRepublik Indonesia serta selaras dengan keinginan bangsa Indonesiauntuk secara terus-menerus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hakasasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan ddipandang perlu mengesahkan Convention Against Torture and OtherCruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (KonvensiMenentang Penyiksaan *9052 dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yangKejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia) denganUndang-undang.

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat (1), Pasal 21

Page 2: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINSTTORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT(KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAINYANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA).

Pasal 1

(1) Mengesahkan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman orDegrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan danPerlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atauMerendahkan Martabat Manusia) dengan Declaration (Pernyataan) terhadapPasal 20 dan Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal 30 ayat (1).

(2) Salinan naskah asli Convention Against Torture and Other Cruel,Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi MenentangPenyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, TidakManusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia), Declaration(Pernyataan) terhadap Pasal 20, dan Reservation (Pensyaratan) terhadapPasal 30 ayat (1) dalam bahasa Inggeris, dan terjemahannya dalambahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian yang takterpisahkan dari Undang-undang ini.

Pasal 2

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganUndang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1998 PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA

ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 September 1998 *9053 MENTERINEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ttd AKBAR TANDJUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 164

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMANOR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAANDAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAUMERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA)

I. UMUM

Pada tanggal 9 Desember Tahun 1975 Majelis Umum PerserikatanBangsa-Bangsa telah menerima Deklarasi tentang Perlindungan Semua

Page 3: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Orang dari Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, TidakManusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia. Deklarasi tersebutmemuat perlindungan terhadap semua orang dari sasaran penyiksaan danperlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkanmartabat manusia, dan menyatakan perlunya langkah-langkah yang efektifuntuk menjamin pelaksanaan Deklarasi tersebut. Langkah-langkah inimencakup antara lain perbaikan cara interogasi dan pelatihan bagisetiap aparatur penegak hukum dan pejabat publik lain yang bertanggungjawab terhadap orang-orang yang dirampas kemerdekaannya. Adapunpengertian penyiksaan dalam Deklarasi ini adalah tindak pidana,menurut ketentuan dalam hukum pidana. Namun, karena deklarasi itubersifat tidak mengikat secara hukum, Komisi Hak Asasi ManusiaPerserikatan Bangsa-Bangsa telah menyusun rancangan Konvensi MenentangPenyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, TidakManusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia yang selanjutnya diajukankepada Sidang Majelis Umum PBB untuk disahkan. Majelis UmumPerserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui secara konsensus rancangankonvensi tersebut pada tanggal 10 Desember 1984 yang menyatakan mulaiberlaku secara efektif pada tanggal 26 Juni 1987. Pemerintah RepublikIndonesia menandatangani konvensi itu pada tanggal 23 Oktober 1985.Deklarasi dan Program Aksi Wina 1993 sepakat antara lain menghimbaunegara-negara anggota PBB untuk secepatnya mengesahkanperangkat-perangkat internasional yang sangat penting di bidang hakasasi manusia (HAM), termasuk Konvensi Menentang Penyiksaan. Sesuaidengan isi Deklarasi Wina 1993, Pemerintah Indonesia telah menyusunRencana Aksi Nasional HAM Indonesia 1998-2003 yang berisikegiatan-kegiatan prioritas dalam rangka pemajuan dan perlindunganHAM. Prioritas kegiatan tahun pertama Rencana Aksi tersebut mencakuppengesahan tiga perangkat internasional di bidang *9054 HAM, termasukKonvensi Menentang Penyiksaan. Karena didorong oleh rasa tanggungjawab untuk memajukan dan menegakkan hak asasi manusia dan pembangunanhukum di Indonesia, DPR-RI memutuskan menggunakan hak inisiatifnyauntuk mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan KonvensiMenentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia yang telah diterimaoleh masyarakat internasional sebagai salah satu perangkatinternasional di bidang HAM yang sangat penting. Saat ini Konvensitelah disahkan oleh 105 negara. Sebagai negara berdaulat dan sesuaidengan ketentuan hukum internasional yang berlaku, Indonesiamemutuskan untuk menyampaikan suatu pernyataan (declaration) terhadapPasal 20 Konvensi. Pernyataan ini menegaskan bahwa dalam melaksanakankewajiban-kewajiban sebagaimana dimuat dalam konvensi, kedaulatannasional dan keutuhan wilayah Negara Pihak harus tetap dihormati dandijunjung tinggi. Pernyataan (declaration) ini tidak mempunyaikekuatan mengikat secara hukum sehingga pernyataan tersebut samasekali tidak menghapuskan kewajiban atau tanggung jawab Negara Pihakuntuk melaksanakan isi Konvensi. Sesuai dengan ketentuan Konvensi,Indonesia juga menyatakan Pensyaratan (Reservation) terhadap Pasal 30ayat (1) Konvensi yang mengatur upaya penyelesaian sengketa mengenaipenafsiran dan pelaksanaan konvensi melalui Mahkamah Internasional(International Court of Justice). Sikap ini diambil antara lain ataspertimbangan bahwa Indonesia tidak mengakui jurisdiksi yang mengikatsecara otomatis (compulsory jurisdiction) dari Mahkamah Internasional.Pensyaratan tersebut bersifat prosedural sesuai dengan ketentuan hukuminternasional yang berlaku.

II. POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI

1. Penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidakmanusiawi, atau merendahkan martabat manusia masih terus terjadi di

Page 4: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

berbagai negara dan kawasan dunia, yang diakui secara luas akan dapatmerapuhkan sendi-sendi tegaknya masyarakat yang tertib, teratur, danberbudaya. Dalam rangka menegakkan sendi-sendi masyarakat demikianitu, seluruh masyarakat internasional bertekad bulat melarang danmencegah segala bentuk tindak penyiksaan, baik jasmaniah maupunrohaniah. Masyarakat internasional sepakat untuk mengatur pelarangandan pencegahan tindak penyiksaan ini dalam suatu wadah perangkatinternasional yang mengikat semua Negara Pihak secara hukum. 2. Dalamkaitan itu, Majelis Umum PBB telah menerima Deklarasi Universal HAMpada tanggal 10 Desember 1948. Pasal 5 Deklarasi ini menjaminsepenuhnya hak setiap orang untuk bebas dari segala bentuk penyiksaandan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, ataumerendahkan martabat manusia. 3. Selanjutnya, perangkat internasionaldi bidang HAM yang bersifat sangat penting lainnya, yakni KovenanInternasional tentang Hak-Hak Sipil dan *9055 Politik (Pasal 7),menetapkan bahwa hak tersebut merupakan hak fundamental yang tidakboleh dikurangi dengan alasan apa pun (non-derogable rights).

III. ALASAN INDONESIA MENJADI NEGARA PIHAK DALAM KONVENSI

1. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia danUndang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional,menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia seperti tercermin dalamSila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Asas ini merupakan amanatkonstitusional bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk mencegah danmelarang segala bentuk penyiksaan, sesuai dengan isi Konvensi ini. 2.Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar1945, Indonesia pada dasarnya telah menetapkan peraturanperundang-undangan yang langsung mengatur pencegahan dan pelarangansegala bentuk penyiksaan yang tidak manusiawi dan merendahkan martabatmanusia. Namun perundang-undangan itu karena belum sepenuhnya sesuaidengan Konvensi, masih perlu disempurnakan. 3. Penyempurnaanperundang-undangan nasional tersebut, akan meningkatkan perlindunganhukum secara lebih efektif, sehingga akan lebih menjamin hak-haksetiap warga negara bebas dari penyiksaan dan perlakuan ataupenghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabatmanusia, demi tercapainya suatu masyarakat Indonesia yang tertib,teratur, dan berbudaya. 4. Suatu masyarakat Indonesia yang tertib,teratur, dan berbudaya akan mampu mewujudkan upaya bersama untukmemelihara perdamaian, ketertiban umum, dan kemakmuran dunia sertamelestarikan peradaban umat manusia. 5. Pengesahan dan pelaksanaan isiKonvensi secara bertanggung jawab menunjukkan kesungguhan Indonesiadalam upaya pemajuan dan perlindungan HAM, khususnya hak bebas daripenyiksaan. Hal ini juga akan lebih meningkatkan citra positifIndonesia di dunia internasional dan memantapkan kepercayaanmasyarakat internasional terhadap Indonesia.

IV. POKOK-POKOK ISI KONVENSI

1. Konvensi menentang penyiksaan terdiri atas pembukaan dengan 6paragraf dan batang tubuh dengan 3 bab yang terdiri atas 33 pasal.

a. Pembukaan meletakkan dasar-dasar dan tujuan Konvensi. Dalamkonsideran secara tegas dinyatakan bahwa tujuan Konvensi ini adalahlebih mengefektifkan perjuangan di seluruh dunia dalam menentangpenyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidakmanusiawi, atau merendahkan martabat *9056 manusia. b. Bab I (Pasal1-16) memuat ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur definisi tentangpenyiksaan dan kewajiban Negara Pihak untuk mencegah dan melarangpenyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak

Page 5: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

manusiawi, atau merendahkan martabat manusia. c. Bab II (Pasal 17 _24) mengatur ketentuan mengenai Komite Menentang Penyiksaan (CommitteeAgainst Torture) dan tugas serta kewenangannya dalam melakukanpemantauan atas pelaksanaan Konvensi. d. Bab III (Pasal 25 _ 33)merupakan ketentuan penutup yang memuat hal-hal yang berkaitan denganmulai berlakunya Konvensi, perubahan, pensyaratan (reservation),ratifikasi dan aksesi, pengunduran diri serta mekanisme penyelesaianperselisihan antar Negara Pihak.

2. Ketentuan-ketentuan Pokok Konvensi Konvensi mengatur pelaranganpenyiksaan baik fisik maupun mental, dan perlakuan atau penghukumanlain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusiayang dilakukan oleh atau atas hasutan dari atau denganpersetujuan/sepengetahuan pejabat publik (public official) dan oranglain yang bertindak dalam jabatannya. Adapun pelarangan penyiksaanyang diatur dalam Konvensi ini tidak mencakup rasa sakit ataupenderitaan yang timbul, melekat, atau diakibatkan oleh suatu sanksihukum yang berlaku. Negara Pihak wajib mengambil langkah-langkahlegislatif, administratif, hukum, dan langkah efektif lainnya gunamencegah tindak penyiksaan di dalam wilayah yurisdiksinya. Tidakterdapat pengecualian apa pun, baik dalam keadaan perang,ketidakstabilan politik dalam negeri, maupun keadaan darurat lainnyayang dapat dijadikan sebagai pembenaran atas tindak penyiksaan. Dalamkaitan ini, perintah dari atasan atau penguasa (public authority) jugatidak dapat digunakan sebagai pembenaran atas suatu penyiksaan. NegaraPihak diwajibkan mengatur semua tindak penyiksaan sebagai tindakpidana dalam peraturan perundang-undangannya. Hal yang sama berlakupula bagi siapa saja yang melakukan percobaan, membantu, atau turutserta melakukan tindak penyiksaan. Negara Pihak juga wajib mengaturbahwa pelaku tindak pidana tersebut dapat dijatuhi hukuman yangsetimpal dengan sifat tindak pidananya. Konvensi juga mewajibkanNegara Pihak memasukkan tindak penyiksaan sebagai tindak pidana yangdapat diekstradisikan. Konvensi selanjutnya melarang Negara Pihakuntuk mengusir, mengembalikan, atau mengekstradisikan seseorang kenegara lain apabila terdapat alasan yang cukup kuat untuk mendugabahwa orang itu menjadi sasaran penyiksaan. Negara Pihak lebih lanjutharus melakukan penuntutan *9057 terhadap seseorang yang melakukantindak penyiksaan apabila tidak mengekstradisikannya. Negara Pihaklebih lanjut wajib saling membantu dalam proses peradilan atas tindakpenyiksaan dan menjamin bahwa pendidikan dan penyuluhan mengenailarangan terhadap penyiksaan sepenuhnya dimasukkan ke dalam programpelatihan bagi para aparat penegak hukum, sipil atau militer, petugaskesehatan, pejabat publik dan orang-orang lain yang terlibat dalamproses penahanan, permintaan keterangan (interogasi), atau perlakuanterhadap setiap pribadi/individu yang ditangkap, ditahan, ataudipenjarakan. Negara Pihak juga wajib mengatur dalam sistem hukumnyabahwa korban suatu tindak penyiksaan memperoleh ganti rugi danmempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan layak,termasuk sarana untuk mendapatkan rehabilitasi.

3. Implementasi Konvensi Implementasi Konvensi dipantau oleh KomiteMenentang Penyiksaan (Committee Against Torture) yang terdiri darisepuluh orang pakar yang bermoral tinggi dan diakui kemampuannya dibidang HAM. Negara Pihak harus menanggung pembiayaan yang dikeluarkanoleh para anggota Komite dalam menjalankan tugasnya dan pembiayaanpenyelenggaraan sidang Negara Pihak dan sidang Komite. Menurutketentuan Pasal 19, Negara Pihak harus menyampaikan kepada Komite,melalui Sekretaris Jenderal PBB, laporan berkala mengenailangkah-langkah yang telah mereka lakukan dalam melaksanakankewajibannya menurut Konvensi. Setiap laporan akan dipertimbangkan

Page 6: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

oleh Komite, yang selanjutnya dapat memberikan tanggapan umum danmemasukkan informasi tersebut dalam laporan tahunannya kepada NegaraPihak dan kepada Sekretaris Jenderal PBB. Selain melalui penyampaianlaporan berkala oleh Negara Pihak, pemantauan atas pelaksanaanKonvensi juga dapat dilakukan melalui cara-cara berikut : a. MenurutPasal 20, apabila Komite menerima informasi yang dapatdipertanggungjawabkan (reliable), bahwa penyiksaan dilakukan secarasistematis di wilayah suatu Negara Pihak. Komite harus mengundangNegara Pihak tersebut untuk bekerja sama membahas informasi tersebutdan Komite menyampaikan hasil pengamatannya. Komite dapat memutuskan,apabila informasi tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan,segera melaporkannya kepada Komite dan menugaskan anggotanya seorangatau lebih, melakukan suatu penyelidikan rahasia dan segera melaporkanhasilnya kepada Komite. Dengan persetujuan Negara Pihak, penyelidikansemacam itu dapat berupa kunjungan ke wilayah Negara Pihak tersebut.*9058 b. Negara Pihak, sesuai dengan ketentuan Pasal 21, dapat membuatdeklarasi yang mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan membahaslaporan pengaduan (communications) suatu Negara Pihak yang menyatakanbahwa Negara Pihak lain tidak memenuhi kewajibannya berdasarkanKonvensi. Komite hanya berwenang menerima dan membahas laporanpengaduan oleh Negara Pihak yang telah membuat Deklarasi. Komite tidakberhak menerima dan membahas laporan pengaduan tentang suatu NegaraPihak yang tidak membuat suatu Deklarasi. c. Negara Pihak, sesuaidengan ketentuan Pasal 22, dapat membuat deklarasi mengakui kewenanganKomite untuk menerima dan membahas laporan pengaduan dari atau atasnama pribadi/individu yang berada dalam yurisdiksinya, yang menyatakandiri menjadi korban pelanggaran yang dilakukan Negara Pihak ituterhadap Konvensi. Komite tidak berhak menerima dan membahas laporanpengaduan jika menyangkut suatu Negara Pihak yang tidak membuatDeklarasi. Komite juga tidak berhak menerima dan membahas laporanpengaduan dari seseorang, kecuali jika Komite menyatakan bahwa : 1)Pengaduan tersebut belum pernah atau tidak sedang dibahas olehprosedur penyelesaian atau penyelidikan internasional lainnya; 2)Perorangan yang dimaksudkan sudah menggunakan segala upayapenyelesaian hukum di dalam negerinya.

4. Pensyaratan (Reservation) dan Deklarasi (Declaration) Konvensi inimemperbolehkan Negara Pihak mengajukan pensyaratan terhadap 2 pasal,yakni :

a. Menyatakan tidak mengakui kewenangan Komite Menentang Penyiksaandalam Pasal 20, sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Konvensi.b. Menyatakan tidak terikat pada pengajuan penyelesaian suatuperselisihan di antara Negara Pihak kepada Mahkamah Internasional,berdasarkan Pasal 30 ayat (1) Konvensi.

Konvensi ini juga memungkinkan Negara Pihak membuat deklarasi mengenaikewenangan Komite Menentang Penyiksaan, sebagaimana diatur oleh Pasal21 dan Pasal 22 Konvensi.

V. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Ayat (1) Diajukannya Deklarasi (Declaration) terhadap Pasal 20adalah berdasarkan prinsip untuk menghormati kedaulatan negara dankeutuhan wilayah *9059 Negara Pihak dan diajukannya Pensyaratan(Reservation) terhadap Pasal 30 ayat (1) adalah berdasarkan prinsipuntuk tidak menerima kewajiban dalam pengajuan perselisihan kepadaMahkamah Internasional, kecuali dengan kesepakatan Para Pihak. Ayat(2) Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalambahasa Indonesia, naskah yang berlaku adalah naskah asli Konvensi,

Page 7: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Deklarasi terhadap Pasal 20 dan Pensyaratan terhadap Pasal 30 ayat (1)dalam bahasa Inggeris.

Pasal 2

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3983

---------------------------

CATATAN

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANGKEJAM, TIDAK MANUSIAWI, DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olehResolusi Majelis Umum 39/46 tanggal 10 Desember 1984

Mulai berlaku : 26 Juni 1997, sesuai Pasal 27(1)

Negara-negara Pihak pada Konvensi ini,

Menimbang bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalamPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan atas hak-hak yang samadan hak-hak yang tidak boleh dipisahkan dari semua umat manusiamerupakan landasan kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia,

Mengakui bahwa hak-hak tersebut melekat pada martabat manusia sebagaipribadi,

Menimbang bahwa kewajiban Negara-negara dalam Piagam, terutama Pasal55, yaitu untuk memajukan penghormatan dan pentaatan yang universalterhadap, hak asasi dan kebebasan manusia yang mendasar,

Mengingat Pasal 5 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dan Pasal7 Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, yangmenyatakan bahwa tak seorang pun boleh menjadi sasaran penyiksaan danperlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, ataumerendahkan martabat manusia,

Mengingat pula Deklarasi Perlindungan Bagi Semua Orang dari SasaranPenyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, TidakManusiawi atau Merendahkan martabat manusia, *9060 yang diterima olehMajelis Umum pada tanggal 9 Desember 1975,

Berkeinginan untuk menjadikan lebih efektif perjuangan menentangpenyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidakmanusiawi atau merendahkan di seluruh dunia,

Telah menyepakati hal-hal sebagai berikut :

BAB I

Pasal 1

1. Untuk tujuan Konvensi ini, istilah "penyiksaan" berarti setiapperbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasasakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, padaseseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu

Page 8: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yangtelah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orangketiga, atau mengancam atau memaksa orang itu atau orang ketiga, atauuntuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi,apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atashasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengatahuan pejabat publik.Hal itu tidak meliputi rasa sakit atau penderitaan yang semata-matatimbul dari, melekat pada, atau diakibatkan oleh suatu sanksi hukumyang berlaku.

2. Pasal ini tidak mengurangi berlakunya perangkat internasional atauperaturan perundang-undangan nasional yang mengandung atau mungkinmengandung ketentuan-ketentuan dengan penerapan yang lebih luas.

Pasal 2

1. Setiap Negara Pihak harus mengambil langkah-langkah legislatif,administrasi, hukum, atau langkah-langkah efektif lainnya untukmencegah tindak penyiksaan di dalam wilayah hukumnya.

2. Tidak ada terdapat pengecualian apapun, baik dalam keadaan perangatau ancaman perang, atau ketidakstabilan politik dalam negeri ataumau pun keadaan darurat lainnya, yang dapat digunakan sebagaipembenaran penyiksaan.

3. Perintah dari atasan atau penguasa tidak boleh digunakan sebagaipembenaran penyiksaan.

Pasal 3

1. Tidak ada Negara Pihak yang boleh mengusir, mengembalikan(refouler), atau mengekstradisikan seseorang ke negara lain apabilaterdapat alasan yang cukup kuat untuk menduga bahwa orang itu beradadalam bahaya karena menjadi sasaran penyiksaan.

*9061 2. Untuk menentukan apakah terdapat alasan-alasan semacam itu,pihak berwenang harus mempertimbangkan semua hal yang berkaitan,termasuk apabila mungkin, terdapat pola tetap pelanggaran yang besar,mencolok, atau massal terhadap hak asasi manusia di negara tersebut.

Pasal 4

1. Setiap Negara Pihak harus mengatur agar tindak penyiksaan merupakantindak pidana menurut ketentuan hukum pidananya. Hal yang sama berlakubagi percobaan untuk melakukan penyiksaan dan bagi suatu tindakanpercobaan untuk melakukan penyiksaan dan bagi suatu tindakan olehsiapa saja yang membantu atau turut serta dalam penyiksaan.

2. Setiap Negara Pihak harus mengatur agar tindak pidana dapat dihukumdengan hukuman yang setimpal dengan pertimbangan sifat kejahatannya.

Pasal 5

1. Setiap Negara Pihak harus mengambil langkah-langkah diperlukandalam menetapkan kewenangan hukumnya (jurisdiction) atas pelanggaranyang disebut pada Pasal 4 dalam hal-hal berikut :

a. Apabila tindak pidana dilakukan di dalam suatu wilayah hukumnyaatau di atas kapal laut atau pesawat yang terbang yang terdaftar dinegara itu; b. Apabila pelaku yang dituduhkan adalah warga dari negara

Page 9: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

tersebut; c. Apabila korban dianggap sebagai warga negara tersebut,dan negara itu memandang perlu.

2. Setiap Negara Pihak harus mengambil tindakan yang diperlukan untukmenetapkan kewenangan hukumnya atas tindak pidana dalam kasus yangpelaku tindak pidana yang dituduh itu berada di wilayah kewenanganhukumnya dan negara itu tidak menyerarahkannya mengektradisikannyasesuai dengan Pasal 8 ke negara lain sebagaimana tersebut dalam ayat(1) Pasal ini.

3. Konvensi ini tidak mengesampingkan kewenangan hukum pidana apapunyang diberlakukan sesuai dengan hukum nasional.

Pasal 6

1. Setelah yakin, melalui pengujian informasi yang tersedia untuk itu,bahwa keadaan menhendakinya, semua Negara Pihak yang di wilayahnyaterdapat i orang yang diduga telah melakukan tindak pidana yangdisebut dalam Pasal 4, harus menahannya orang itu atau mengambiltindakan hukum lain untuk menjamin kehadirannya. Penahanan dantindakan hukum lain itu harus disesuaikan dengan hukum negaratersebut, tetapi dapat diperpanjang dalam jangka waktu tertentu yangdiperlukan agar memungkinkan prosedur pidana atau ekstradisidilaksanakan.

*9062 2. Negara tersebut harus segera melaksanakan penyelidikian awalberdasarkan fakta yang ada.

3. Seseorang yang ditahan berdasarkan ayat (1) Pasal ini harus dibantuuntuk segera berhubungan dengan perwakilan terdekat negara, tempat iamenjadi warga negara, atau jika ia tidak memiliki kewarganegaraan,dengan perwakilan negara tempat ia biasa menetap.

4. Apabila suatu negara, sesuai dengan pasal ini, telah menahanseseorang, negara tersebut harus segera memberitahukan kepada negarayang disebut dalam Pasal 5 ayat (1), tentang kenyataan bahwa orangtersebut benar berada dalam tahanan dan alasan penahanannya. Negarayang melakukan penyelidikan awal sebagaiman dimaksud dalam ayat (2)pasal ini harus segera melaporkan temuannya kepada negara termaksuddan menyampaikan apakah pihaknya akan melaksanakan kewenangan hukum.

Pasal 7

1. Negara Pihak yang di wilayah kewenangan hukumnya ditemukanseseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana sebagaimanadisebut dalam pasal 4, pada kasus yang dimaksud dalam Pasal 5, jikanegara itu tidak mengekstradisinya, harus mengajukan kasus itu kepadapihaknya yang berwenangnya untuk tujuan penuntutan.

2. Pihak-pihak yang berwenang ini harus mengambil keputusannya dengancara yang sama seperti dalam mengambil keputusan pada kasus tindakpidana biasa lain yang menurut hukum itu merupakan tindak pidanaberat. Dalam kasus yang disebut dalam Pasal 5 ayat (2), standarpembuktian yang diperlukan dan penuntutan dan penghukuman sama sekalitidak boleh kurang kerasnya dibandingkan dengan standar pembuktianyang diterapkan pada kasus-kasus yang disebut dalam Pasal 5 ayat (1).

3. Seseorang yang sedang diajukan ke sidang pengadilan sehubungandengan suatu tindak yang disebut dalam Pasal 4 harus dijaminmendapatkan perlakuan adil pada semua tahap proses pengadilan.

Page 10: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Pasal 8

1. Tindak pidana yang disebut dalam Pasal 4 harus dianggap sebagaitindak pidana yang dapat diekstradisi di dalam setiap perjanjian yangtelah dibuat di antara Negara Pihak. Negara Pihak harus memasukkantindak pidana semacam itu sebagai tindak pidana yang dapatdiekstradisi dalam setiap perjanjian ekstradisi yang disepakati diantara mereka.

2. Dalam hal suatu Negara Pihak yang mensyaratkan adanya suatuperjanjian untuk melakukan ekstradisi menerima permohonan ekstradisidari suatu Negara Pihak lain. Negara pihak yang tidak memilikiperjanjian ekstradisi dengannya, dapat menganggap Konvensi ini sebagaidasar hukum bagi ekstradisi yang berkenaan dengan tindak *9063 pidanasemacam itu. Ekstradisi ini tunduk pada syarat-syarat yang ditetapkanoleh hukum Negara yang menerima permohonan.

3. Negara-negara Pihak yang tidak mensyaratkan adanya suatu perjanjianuntuk melakukan ekstradisi harus mengakui tindak pidana semacam itusebagai tindak pidana yang dapat diekstradisi di antara mereka sendiriyang tunduk pada syarat-syarat yang ditetapkan oleh hukum negara yangmenerima permohonan.

4. Tindak pidana seperti itu harus diperlakukan, untuk keperluanekstradisi antara Negara-negara Pihak, sebagai tindak pidana yangdilakukan tidak hanya di tempat dimana tindak pidana itu terjaditetapi juga di wilayah Negara yang diminta untuk menetapkan kewenanganhukumnya sesuai dengan pasal 5 ayat (1).

Pasal 9

1. Negara-negara Pihak harus saling memberi bantuan sebesar-besarnyasehubungan dengan tindak pidana yang disebut dalam pasal 4, termasukmemberikan semua bukti yang mereka miliki yang diperlukan untukpenyelesaian perkara itu.

2. Negara-negara Pihak akan melaksanakan kewajibannya berdasarkan ayat1 pasal ini sesuai dengan setiap perjanjian timbal balik yang mungkinada di antara negara-negara tersebut.

Pasal 10

1. Setiap Negara Pihak harus menjamin bahwa pendidikan dan informasimengenai larangan terhadap penyiksaan seluruhnya dimasukkan dalampelatihan bagi para petugas penegak hukum, sipil atau militer, petugaskesehatan, pejabat publik, dan orang-orang lain yang ada kaitannyadengan penahanan, interogasi, atau perlakuan terhadap setiap orangyang ditangkap, ditahan, atau dipenjara.

2. Setiap Negara Pihak harus mencantumkan larangan ini dalam peraturanatau instruksi yang dikeluarkan sehubungan dengan tugas dan fungsiorang-orang tersebut di atas.

Pasal 11

Setiap Negara Pihak harus senantiasa mengawasi secara sistematikperaturan-peraturan tentang interogasi, instruksi, metode,kebiasaan-kebiasaan dan peraturan untuk melakukan penahanan sertaperlakuan terhadap orang-orang yang ditangkap, ditahan, atau dipenjara

Page 11: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

dalam setiap wilayah kewenangan hukumnya , dengan maksud untukmencegah terjadinya kasus penyiksaan.

Pasal 12

Setiap Negara Pihak harus menjamin agar instansi-instansi yangberwenang harus melakukan suatu penyelidikan dengan *9064 cepat dantidak memihak, setiap ada alasan yang cukup kuat untuk mempercayaibahwa suatu tindak penyiksaan telah dilakukan di dalam wilayahkewenangan hukumnya.

Pasal 13

Setiap Negara Pihak harus menjamin agar setiap orang yang menyatakanbahwa dirinya telah disiksa dalam wilayah kewenangan hukumnyamempunyai hak untuk mengadu, dan agar kasusnya diperiksa dengan segeradan tidak memihak oleh pihak-pihak berwenang. Langkah-langkah harusdiambil untuk menjamin bahwa orang yang mengadu dan saksi-saksidilindungi dari segala perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibatdari pengaduannya atau setiap kesaksian yang mereka berikan.

Pasal 14

1. Setiap Negara Pihak harus menjamin agar dalam sistem hukumnyakorban dari suatu tindak penyiksaan memperoleh ganti rugi danmempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan layak,termasuk sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin. Dalam hal korbanmeninggal dunia sebagai akibat tindak penyiksaan, ahli warisnya berhakmendapatkan kompesasi.

2. Dalam pasal ini tidak ada apapun yang boleh mengurangi hak korbanatau orang lain atas ganti kerugian yang mungkin telah diatur dalamhukum nasional.

Pasal 15

Setiap Negara Pihak harus menjamin bahwa setiap pernyataan yang telahdibuat sebagai tindak lanjut dari tindak penyiksaan harus tidakdigunakan sebagai bukti, kecuali terhadap orang yang dituduh melakukantindak penyiksaan, sebagai bukti bahwa pernyataan itu telah di buat.

Pasal 16

1. Setiap Negara Pihak harus mencegah, di wilayah kewenangan hukumnyaperlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, ataumerendahkan martabat manusia, yang tidak termasuk tindak penyiksaansebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1, apabila tindakan semacam itudilakukan oleh atau atas hasutan atau dengan persetujuan ataukesepakatan diam-diam pejabat publik atau orang lain yang bertindakdalam jabatannya. Secara khusus, kewajiban-kewajiban yang terkandungdalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 berlaku sebagaipengganti acuan terhadap tindak penyiksaan ke bentuk-bentuk lain dariperlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi ataumerendahkan martabat manusia.

2. Ketentuan Konvensi ini tidak mempengaruhi ketentuan dari setiapperangkat internasional atau hukum nasional yang melarang perlakuanatau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkanmartabat manusia, atau yang berhubungan dengan ekstradisi ataupengusiran.

Page 12: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

*9065 BAB II

Pasal 17

1. Harus dibentuk suatu Komite Menentang Penyiksaan (selanjutnyadisebut Komite) guna melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan.Komite terdiri dari sepuluh pakar yang bermoral tinggi dan diakuikemampuannya di bidang hak asasi manusia, yang harus bertugas dalamkapasitas pribadinya. Para pakar itu dipilih oleh Negara-Negara Pihakberdasarkan pada pembagian geografis yang adil dan berdasarkan manfaatdari keikutsertaan mereka yang mempunyai pengalaman di bidang hukum.

2. Para anggota Komite harus dipilih melalui pemungutan suara secararahasia berdasarkan suatu daftar dari mereka yang dicalonkan olehNegara-Negara Pihak. Setiap Negara Pihak dapat mencalonkan satu orangwarga negaranya. Negara-Negara Pihak harus mempertimbangkan manfaatpencalonan orang-orang yang juga menjadi anggota Komite Hak AsasiManusia yang didirikan dimenurut Kovenan Internasional tentang Hak-hakSipil dan Politik dan yang bersedia bertugas dalam Komite MenentangPenyiksaan.

3. Pemilihan para anggota Komite harus dilakukan pada sidang duatahunan antar Negara-Negara Pihak yang diadakan oleh SekretarisJenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam sidang itu, dua-pertigaNegara-Negara Pihak yang hadir merupakan kuorum; orang-orang yangterpilih untuk duduk sebagai anggota Komite adalah mereka yangmemperoleh suara terbanyak dan mayoritas mutlak dari suara para wakilNegara-Negara Pihak yang hadir dan memberikan suara.

4. Pemilihan pertama harus diadakan paling lambat enam bulan setelahtanggal diberlakukannya Konvensi ini. Sekurang-kurangnya empat bulansebelum tanggal setiap pemilihan, Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa mengirimkan surat kepada Negara-Negara Pihak yangmeminta agar dalam waktu tiga bulan mereka sudah mengajukancalon-calonnya. Sekretaris Jenderal menyiapkan suatu daftar menurutabjad semua calon beserta Negara-Negara Pihak yang mencalonkan merekadan kemudian menyampaikannya kepada Negara-negara Pihak.

5. Para anggota Komite dipilih untuk masa jabatan empat tahun. Jikadicalonkan kembali, mereka dapat dipilih lagi. Masa jabatan lima orangdi antara para anggota yang dipilih pada pemilihan pertama berakhirpada akhir tahun kedua; segera setelah pemilihan pertama nama-namalima orang anggota ini harus dipilih lewat undian oleh Ketua Sidangyang disebut dalam ayat (3) pasal ini.

6. Dalam hal seorang anggota Komite meninggal atau mengundurkan diriatau karena suatu alasan tidak dapat lagi menjalankan tugas-tugasnyadalam Komite, Negara Pihak yang mencalonkannya harus menunjuk seorangahli *9066 lain di antara warga negaranya untuk bertugas selama sisamasa jabatan yang ditinggalkan tersebut, setelah ada persetujuanmayoritas dari Negara-Negara Pihak. Persetujuan dianggap telahdiberikan, kecuali kalau setengah atau lebih Negara-Negara Pihakmemberi jawaban negatif dalam waktu enam minggu setelah diberitahukanoleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenaipenunjukkan orang yang diusulkan.

7. Negara-negara Pihak bertanggung jawab atas pembiayaan yangdikeluarkan oleh para anggota Komite manakala mereka melakukantugasnya.

Page 13: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Pasal 18

1. Komite memilih pejabat-pejabatnya untuk masa jabatan dua tahun dandapat dipilih kembali.

2. Komite harus menetapkan aturan tata kerjanya sendiri yangmenentukan antara lain, bahwa:

(a) Enam anggota Komite diperlukan untuk suatu kuorum; (b)Keputusan-keputusan Komite harus diambil dengan suara mayoritas daripara anggota yang hadir.

3. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menyediakan staf danfasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan efektif dari tugas Komiteberdasarkan Konvensi ini.

4. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menyelenggarakansidang pertama Komite. Setelah sidang pertama ini, Komite harusbertemu pada waktu-waktu seperti yang ditetapkan dalam aturan tatakerjanya.

5. Negara-negara Pihak harus menanggung pembiayaan yang timbulberkenaan dengan penyelenggaraan rapat-rapat Negara Pihak dan rapatKomite, termasuk penggantian pembayaran kepada PerserikatanBangsa-Bangsa atas semua pengeluaran, seperti biaya staf danfasilitas, yang telah dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsasesuai dengan ayat 3 pasal ini.

Pasal 19

1. Negara-negara Pihak harus menyerahkan kepada Komite, melaluiSekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, laporan tentangtindakan-tindakan yang telah mereka ambil dalam rangka pelaksanaandari Konvensi ini, dalam waktu satu tahun setelah diberlakukannyaKonvensi ini untuk Negara Pihak yang bersangkutan. Setelah ituNegara-Negara Pihak menyerahkan laporan pelengkap setiap empat tahunsekali tentang langkah-langkah baru yang diambil dan laporan-laporanlain yang mungkin diminta oleh Komite.

2. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus meneruskanlaporan-laporan tersebut kepada semua Negara *9067 Pihak.

3. Setiap laporan harus dipertimbangkan oleh Komite yang dapatmemberikan komentar umum terhadap laporan tersebut apabila Komitemenganggapnya tepat dan harus meneruskan komentar ini kepada NegaraPihak yang bersangkutan. Negara Pihak tersebut dapat memberikantanggapan melalui observasi-observasi yang dibuatnya kepada Komite.

4. Secara bijaksana Komite dapat memutuskan untuk memasukkan setiapkomentar yang dibuatnya sesuai dengan ayat (3) pasal ini, bersamaandengan observasi atas komentar itu dari Negara Pihak yangbersangkutan, dalam laporan tahunannya yang disusun sesuai denganPasal 24. Jika diminta oleh Negara Pihak yang bersangkutan, Komitejuga dapat menyertakan salinan laporan yang diajukan berdasarkan ayat(1) pasal ini.

Pasal 20

1. Dalam hal Komite menerima informasi terpercaya yang menurut Komite

Page 14: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

mengandung petunjuk yang cukup beralasan bahwa penyiksaan sedangdilakukan secara sistematik di wilayah suatu Negara Pihak, Komitedapat mengundang Negara Pihak itu untuk bekerjasama dalam memeriksakebenaran dari informasi tersebut dan untuk keperluan ini mengajukanobservasi berkenaan dengan informasi tersebut.

2. Berdasarkan observasi yang mungkin telah disampaikan oleh NegaraPihak dan informasi terkait lainnya yang dimiliki oleh Komite, Komitedapat memutuskan, jika hal itu dibenarkan, untuk menugaskan seorangatau lebih anggotanya untuk mengadakan suatu penyelidikan rahasia dansegera melaporkan hasilnya kepada Komite.

3. Dalam hal suatu penyelidikan yang diadakan sesuai dengan ayat (2)pasal ini, Komite harus mengupayakan kerjasama dari Negara Pihak yangbersangkutan. Melalui persetujuan dengan Negara Pihak, penyelidikansemacam itu dapat berupa kunjungan ke wilayah Negara Pihak tersebut.

4. Setelah memeriksa temuan-temuan dari anggota atau para anggotanyayang diajukan sesuai dengan ayat (2) pasal ini, Komite harusmeneruskan temuan-temuan tersebut kepada Negara Pihak yangbersangkutan bersama dengan komentar atau saran yang sepadan dengansituasi yang ada.

5. Semua tindakan yang dilakukan oleh Komite yang disebut dalam ayat(1) sampai (4) pasal ini harus bersifat rahasia, dan pada setiaptahap, harus diupayakan adanya kerjasama dengan Negara Pihak yangbersangkutan. Setelah rangkaian tindakan berkenaan dengan penyelidikandilakukan sesuai dengan ayat 2 tersebut selesai dan setelahberkonsultasi dengan Negara Pihak yang bersangkutan, Komite dapatmemutuskan untuk memasukkan laporan singkat mengenai hasil-hasilnya*9068 dalam laporan tahunannya yang disusun berdasarkan Pasal 24.

Pasal 21

1. Negara Pihak Konvensi ini setiap saat berdasarkan Pasal ini dapatmenyatakan bahwa pihaknya mengakui kewenangan Komite untuk menerimadan membahas laporan pengaduan yang menyebutkan bahwa suatu NegaraPihak menyatakan bahwa suatu Negara Pihak lain tidak memenuhikewajiban-kewajibannya berdasarkan Konvensi ini. Laporan pengaduansemacam ini dapat diterima dan dibahas sesuai dengan prosedur yangdiatur dalam pasal ini hanya jika diajukan oleh suatu Negara Pihakyang telah mengeluarkan pernyataan yang mengakui wewenang Komite.Tidak ada laporan pengaduan yang harus ditandatangani oleh Komiteberdasarkan pasal ini, jika hal itu berkenaan dengan suatu NegaraPihak yang belum mengeluarkan pernyataan seperti itu. Laporanpengaduan yang diterima berdasarkan pasal ini harus ditangani sesuaidengan prosedur berikut ini:

(a) Jika suatu Negara Pihak berpendapat bahwa suatu Negara Pihak laintidak menjalankan ketentuan-ketentuan Konvensi ini, negara tersebut,dengan laporan pengaduan tertulis, dapat mengajukan persoalan ituuntuk menjadi perhatian Negara Pihak yang bersangkutan. Dalam waktutiga bulan setelah diterimanya laporan pengaduan tersebut, negarapenerima harus memberikan kepada negara yang mengirim laporanpengaduan suatu penjelasan atau suatu pernyataan lain secara tertulisuntuk menjelaskan persoalan yang mencakup, sejauh dimungkinkan danberkaitan, acuan kepada prosedur-prosedur dalam negeri dan langkahperbaikan yang diambil yang disiapkan atau yang ada dalam masalahtersebut; (b) Jika persoalan itu ditangani secara tidak memuaskan bagikedua Negara Pihak yang bersangkutan dalam waktu enam bulan setelah

Page 15: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

diterimanya laporan pengaduan awal oleh Negara penerima, kedua Negaraberhak menyerahkan permasalahannya kepada Komite, melaluipemberitahuan yang disampaikan kepada Komite dan kepada Negara laintersebut; (c) Komite harus menangani suatu masalah yang diserahkankepadanya berdasarkan Pasal ini hanya setelah Komite memastikan bahwasemua langkah perbaikan di dalam negeri telah diupayakan dan digunakansepenuhnya dalam masalah ini, sesuai dengan prinsip-prinsip hukuminternasional yang diakui secara umum. Hal ini tidak berlaku apabilapenerapan langkah perbaikan itu diperpanjang secara tidak masuk akalatau tidak mungkin membawa perbaikan secara efektif kepada orang yangmenjadi korban dari pelanggaran hukum seperti yang diatur dalamKonvensi ini; (d) Komite mengadakan pertemuan yang harus tertutup,manakala memeriksa laporan pengaduan berdasarkan pasal ini; *9069 (e)Berdasarkan pada ketentuan sub-ayat (c), Komite memberikan jasa-jasabaiknya kepada Negara-Negara Pihak yang bersangkutan dengan maksuduntuk memecahkan permasalahan secara bersahabat dan atas dasarpenghormatan terhadap kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalamKonvensi ini. Untuk tujuan ini, apabila dipandang tepat, Komite dapatmembentuk suatu Komisi konsiliasi adhoc; (f) Dalam menangani setiapmasalah yang diajukan kepadanya berdasarkan pasal ini, Komite dapatmeminta kepada Negara-Negara Pihak yang bersangkutan, yang disebutdalam sub-ayat (b), untuk memberikan semua informasi yang berkaitan;(g) Negara-Negara Pihak yang bersangkutan, yang disebut dalam sub-ayat(b), berhak untuk memberikan pandangannya secara lisan dan/atautertulis, apabila masalah itu dibahas oleh Komite; (h) Komite, dalamjangka waktu dua belas bulan setelah diterimanya pemberitahuanberdasarkan sub-ayat (b), harus menyampaikan suatu laporan: (i) Kalausuatu penyelesaian menurut sub-ayat(e) tercapai, Komite membatasilaporannya pada pernyataan singkat tentang fakta dan penyelesaian yangdicapai; (ii) Kalau suatu penyelesaian menurut sub-ayat (e) tidaktercapai, Komite membatasi laporannya pada pernyataan singkat tentangfakta; pengajuan tertulis dan rekaman mengenai pengajuan-pengajuanlisan yang disampaikan oleh Negara-Negara Pihak yang bersangkutandilampirkan pada laporan tersebut. Dalam setiap penanganan masalah,laporan harus disampaikan kepada Negara-Negara Pihak yangbersangkutan.

2. Ketentuan-ketentuan pasal ini berlaku apabila lima Negara PihakKonvensi ini telah membuat pernyataan berdasarkan ayat (1) pasal ini.Pernyataan tersebut harus disampaikan oleh Negara-Negara Pihak kepadaSekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang harus meneruskansalinan-salinan dari padanya kepada Negara-Negara Pihak lainnya. Suatupernyataan dapat ditarik kembali sewaktu-waktu dengan pemberitahuankepada Sekretaris Jenderal. Penarikan kembali semacam itu harus tidakmempengaruhi pembahasan mengenai suatu masalah yang merupakan pokokpersoalan dari suatu laporan pengaduan yang sudah dikirimkanberdasarkan Pasal ini; tidak ada laporan pengaduan lebih lanjut darisuatu Negara Pihak harus diterima berdasarkan Pasal ini, setelahpemberitahuan mengenai penarikan pernyataan itu diterima olehSekretaris Jenderal, kecuali kalau Negara Pihak yang bersangkutanmembuat pernyataan baru.

Pasal 22

1. Suatu Negara Pihak dalam Konvensi ini setiap waktu dapat menyatakanberdasarkan Pasal ini bahwa pihaknya mengakui kewenangan Komite untukmenerima dan membahas laporan pengaduan dari atau atas namapribadi-pribadi *9070 yang tunduk pada kewenangan hukumnya, yangmenyatakan menjadi korban dari suatu pelanggaran yang dilakukan olehNegara Pihak terhadap ketentuan-ketentuan Konvensi. Laporan pengaduan

Page 16: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

tidak diterima oleh Komite kalau hal itu menyangkut suatu Negara Pihakyang belum membuat pernyataan seperti itu.

2. Komite harus tidak menerima setiap laporan pengaduan yang dibuatberdasarkan pasal ini yang tidak dibubuhi tanda-tangan (tidak jelaspengirimnya) atau yang dianggap oleh Komite sebagai penyalahgunaan hakuntuk mengajukan komunikasi semacam itu atau bertentangan denganketentuan-ketentuan Konvensi ini.

3. Berdasarkan ketentuan ayat 2, Komite harus membawa setiap laporanpengaduan yang diajukan berdasarkan pasal ini untuk mendapatkanperhatian dari Negara Pihak dalam Konvensi ini yang telah membuatpernyataan berdasarkan ayat 1 dan dituduh melanggar suatu ketentuanKonvensi ini. Dalam waktu enam bulan, negara penerima harus mengajukankepada Komite penjelasan tertulis atau pernyataan-pernyataan yangmenjernihkan permasalahan dan langkah perbaikan, kalau ada, yangmungkin telah dilakukan oleh Negara tersebut.

4. Komite harus mengadakan pembahasan terhadap laporan pengaduan yangditerima menurut pasal ini berdasarkan semua informasi yang adapadanya oleh atau atas nama pribadi dan oleh Negara Pihak yangbersangkutan.

5. Komite harus tidak mengadakan pembahasan terhadap suatu laporanpengaduan dari seorang pribadi berdasarkan pasal ini, kecuali Komitemerasa yakin bahwa:

(a) Masalah yang sama yang belum dan tidak sedang diperiksaberdasarkan suatu prosedur lain dari penyelidikan atau penyelesaianinternasional; (b) Pribadi tersebut telah menggunakan semua upayapenyelesaian yang tersedia di dalam negerinya; hal ini tidak berlakuapabila penerapan upaya penyelesaian tersebut diulur-ulur secara tidakmasuk akal atau mungkin sekali tidak membawa perbaikan efektifterhadap orang yang menjadi korbani pelanggaran dari Konvensi ini.

6. Komite memeriksa laporan pengaduan berdasarkan pasal ini dalamsidang-sidang tertutup.

7. Komite harus menyampaikan pandangan-pandangannya kepada NegaraPihak yang bersangkutan dan kepada pribadi tersebut.

8. Ketentuan-ketentuan pasal ini mulai berlaku apabila lima NegaraPihak dalam Konvensi ini telah membuat pernyataan berdasarkan ayat (1)pasal ini. Pernyataan semacam itu harus dikirimkan oleh Negara-NegaraPihak kepada Sekretaris Jenderal. Penarikan pernyataan semacam ituharus tidak mempengaruhi pembahasan mengenai suatu masalah yangmerupakan pokok persoalan *9071 laporan pengaduan yang telahdikirimkan berdasarkan pasal ini; tidak ada laporan pengaduanselanjutnya oleh atau atas nama seorang pribadi yang dapat diterimaberdasarkan pasal ini, setelah pemberitahuan mengenai penarikankembali pernyataan itu diterima oleh Sekretaris Jenderal, kecualikalau Negara Pihak tersebut membuat suatu pernyataan baru.

Pasal 23

Para anggota Komite dan Komisi-Komisi konsiliasi ad hoc yang mungkintelah ditunjuk berdasarkan pasal 21 ayat (1e), berhak atas fasilitas,hak istimewa, dan kekebalan sebagai ahli yang bekerja untukPerserikatan Bangsa-Bangsa seperti diatur di dalam bagian-bagianterkait dalam Konvensi Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Perserikatan

Page 17: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Bangsa Bangsa.

Pasal 24

Komite harus menyerahkan laporan tahunan tentang kegiatan-kegiatannyaberdasarkan Konvensi ini kepada Negara-negara Pihak dan kepada MajelisUmum Perikatan Bangsa Bangsa.

BAB III

Pasal 25

1. Konvensi ini terbuka untuk ditandatangani oleh semua negara.

2. Konvensi ini harus diratifikasi. Piagam ratifikasi harus disimpanoleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa.

Pasal 26

Konvensi ini terbuka intake aksesi oleh semua Negara. Aksesi berlakudengan penyerahan piagam aksesi kepada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 27

1. Konvensi ini berlaku pada hari ketigapuluh setelah tanggalpenyerahan piagam kedua puluh ratifikasi atau aksesi kepada SekretarisJenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Bagi setiap Negara yang meratifikasi Konvensi ini ataumengaksesinya setelah penyerahan piagam ratifikasi atau aksesi yangkeduapuluh, Konvensi ini berlaku pada hari ketigapuluh setelah tanggalpenyerahan piagam ratifikasi atau aksesi Negara tersebut.

Pasal 28

1. Setiap Negara, pada waktu menandatangani, meratifikasi ataumengaksesi, Konvensi ini, dapat menyatakan bahwa pihaknya mengakuiwewenang Komite yang ditetapkan pada Pasal 20.

*9072 2. Setiap Negara Pihak yang telah mengadakan pensyaratan sesuaidengan ayat (1) pasal ini, setiap saat, dapat menarik kembalipensyaratannya dengan pemberitahuan kepada Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 29

1. Setiap Negara Pihak dalam Konvensi ini dapat mengusulkan perubahandan mengajukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa,Sekretaris Jenderal selanjutnya harus menyampaikan perubahan yangdiusulkan tersebut kepada Negara-Negara Pihak dengan suatu permintaanagar mereka memberi tahu kepadanya, apakah mereka menyetujui untukmengadakan suatu konperensi antar Negara-Negara Pihak dengan tujuanmembahas dan memberikan suara kepada usulan itu. Apabila dalam waktuempat bulan sejak tanggal laporan pengaduan tersebutsekurang-kurangnya sepertiga dari Negara-Negara Pihak menyetujuikonperensi semacam itu, Sekretaris Jenderal harus menyelenggarakankonperensi itu di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setiapperubahan yang disahkan oleh mayoritas Negara Pihak yang hadir danmemberikan suara dalam konferensi itu harus disampaikan oleh

Page 18: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Sekretaris Jenderal kepada semua Negara Pihak untuk disetujui.

2. Suatu perubahan yang disahkan sesuai dengan ayat (1) pasal iniberlaku apabila dua pertiga Negara-Negara Pihak telah memberi tahukankepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa merekatelah menerimanya sesuai dengan proses peraturan perundang-undanganmereka masing-masing.

3. Sesudah berlaku, perubahan-perubahan itu mengikat Negara-NegaraPihak yang telah menerimanya; Negara-Negara Pihak lain masih terikatdengan ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan setiap perubahan terdahuluyang telah mereka terima.

Pasal 30

1. Setiap perselisihan antara dua atau lebih Negara Pihak mengenaipenafsiran atau penerapan Konvensi ini yang tidak dapat diselesaikanmelalui perundingan, atas permintaan salah satu dari negara tersebut,diajukan kepada arbitrasi. Jika dalam waktu enam bulan sejak tanggaldiajukannya permintaan untuk arbitrasi para Pihak itu tidak dapatmencapai kesepakatan mengenai organisasi arbitrasi, salah satu dariPara Pihak itu dapat meminta Mahkamah Internasional untukmenyelesaikan perselisihan tersebut berdasarkan ketentuan mahkamahtersebut.

2. Setiap Negara, pada saat penandatanganan atau ratifikasi Konvensiini atau aksesi terhadapnya, dapat menyatakan bahwa pihaknya tidakterikat oleh ayat (1) pasal ini. Negara-Negara Pihak lainnya harustidak terikat pada ayat (1) pasal ini dalam hubungannya dengan setiapNegara Pihak yang telah membuat *9073 pensyaratan semacam itu.

3. Setiap Negara Pihak yang telah membuat pensyaratan sesuai denganayat (2) pasal ini, setiap saat dapat menarik kembali pensyaratannyadengan memberitahukannya kepada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa .

Pasal 31

1. Suatu Negara Pihak dapat menarik diri dari Konvensi ini denganpemberitahuan tertulis kepada Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa. Penarikan diri tersebut berlaku setahun setelah tanggalditerimanya pemberitahuan tersebut oleh Sekretaris Jenderal.

2. Penarikan diri semacam itu tidak membebaskan Negara Pihak tersebutdari kewajibannya, berdasarkan Konvensi ini, berkenaan dengan setiaptindakan atau penghapusan yang terjadi sebelum tanggal penarikan diriitu berlaku, demikian pula pemisahan diri itu harus tidakmempengaruhi, dengan cara apapun, pembahasan yang berlanjut darisetiap masalah yang sudah dibahas oleh Komite sebelum tanggalpenarikan diri itu berlaku.

3. Setelah tanggal penarikan diri suatu Negara Pihak berlaku efektif,Komite harus tidak memulai pembahasan mengenai suatu masalah baruberkenaan dengan Negara itu.

Pasal 32

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus memberitahu semuaNegara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan semua negara yang telahmenandatangani atau mengaksesi Konvensi ini mengenai hal-hal berikut:

Page 19: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

(a) Penandatanganan, ratifikasi, dan aksesi berdasarkan Pasal 25 dan26; (b) Tanggal diberlakukannya Konvensi ini berdasarkan Pasal 27 dantanggal diberlakukannya setiap perubahan berdasarkan Pasal 29; (c)Penarikan diri berdasarkan Pasal 31.

Pasal 33

1. Konvensi yang naskah-naskahnya dalam bahasa Arab, Cina, Inggris,Perancis, Rusia, dan Spanyol adalah sama-sama autentik, disimpan olehSekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa menyampaikan salinan Konvensiyang telah disahkan kepada semua negara.

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANGPENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER, CRUEL, INHUMAN ORDEGRADING TREATMENT OR *9074 PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAANDAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAUMERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA) DECLARATION TO ARTICLE 20 ANDRESERVATION TO ARTICLE 30 PARAGRAPH 1 CONVENTION AGAINST TORTURE ANDOTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT

Declaration :

The Government of the Republic of Indonesia declares that theprovisions of paragraphs 1, 2 and 3 of Article 20 of the Conventionwill have to be implemented in strict compliance with the principlesof the sovereignty and territorial integrity of States.

Reservation :

The Government of the Republic of Indonesia does not consider itselfbound by the provision of Article 30, paragraph 1, and takes theposition that disputes relating to the interpretation and applicationof the Convention which cannot be settled through the channel providedfor in paragraph 1 of the said article, may be referred to theInternational Court of Justice only with the consent of all parties tothe disputes.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANGPENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER, CRUEL, INHUMAN ORDEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DANPERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAUMERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA) DEKLARASI TERHADAP PASAL 20 DANPENSYARATAN TERHADAP PASAL 30 AYAT (1) KONVENSI MENENTANG PENYIKSAANDAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, DANMERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

Pernyataan :

Pemerintah Republik Indonesia menyatakan bahwa ketentuan Pasal 20 ayat(1), ayat (2) dan ayat (3) Konvensi akan dilaksanakan dengan memenuhiprinsip-prinsip kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara.

Pensyaratan :

Page 20: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Pemerintah Republik Indonesia menyatakan tidak terikat pada *9075ketentuan Pasal 30 ayat (1) Konvensi dan berpendirian bahwa apabilaterjadi perselisihan akibat perbedaan penafsiran atau penerapan isiKonvensi, yang tidak terselesaikan melalui jalur sebagaimana diaturdalam ayat (1) pasal tersebut, dapat menunjuk Mahkamah Internasionalhanya berdasarkan kesepakatan para Pihak yang berselisih.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or DegradingTreatment or Punishment

Adopted and opened signature, ratification and Accession by GeneralAssembly resolution 39/16 of 10 December I984

Entry into force: 26 June 1987 in accordance with article 27 (1)

The States Parties to this Convention,

Considering that, in accordance with the principles proclaimed in theCharter of the United Nations, recognition of the equal andinalienable rights of all members of the human family is; hefoundation of freedom, justice and peace in the world,

Recognizing that those rights derive from the inherent dignity of thehuman person,

Considering the obligation of States under the Charter, in particularArticle 55, to promote universal respect for, and observance of, humanrights and fundamental freedoms,

Having regard to article 5 of the Universal Declaration of HumanRights and article 7 of the International Covenant on Civil andPolitical Rights. Both of which provide that no one shall be subjectedto torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment,

Having regard also to the Declaration on the Protection of All Personsfrom Being Subjected to Torture and Other Cruel, Inhuman or DegradingTreatment or Punishment, adopted by the General Assembly on 9 December1975,

Desiring to make more effective the struggle against torture and othercruel, inhuman or degrading treatment or punishment throughout theworld,

Have agreed as follows:

PART I

Article I

1. For the purposes of this Convention, the term "torture" means anyact by which severe pain or suffering, whether physical or mental, isintentionally *9076 inflicted on a person tor such purposes asobtaining from him or a third person infonnation or a confession,punishing him for an aa he or a third person has committed or issuspected of having committed, or intirni-dating or coercing him or a

Page 21: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

third person, or for any reason based on discrim-ination of any kind,when such pain or suffering is inflicted by or at the instigation ofor with the consent or acquiescence of a public official or otherperson acting in an official capacity. It does not include pain orsuffering arising only from, inherent in or incidental to lawfulsanctions.

2. This article is without prejudice to any intemational instrument ornational legislation which does or may contain provisions of widerapplication.

Article 2

1. Each State Party shall take effective legislative, administrative,judicial or other measures to prevent acts of torture in any territoryunder its jurisdiction.

2. No exceptional circumstances whatsoever, whether a state of war ora threat of war, internal political instability or any other publicemergency, may be invoked as a justification of torture.

3. An order from a superior officer or a public authority may not beinvoked as a justification of torture.

Article 3

1. No State Party shall expel, return ("refouler") or extradite aperson to another State where there are substantial grounds forbelieving that he would be in danger of being subjected to torture.

2. For the purpose of determining whether there are such grounds, thecompetent authonties shall take into account all relevantconsiderations including,, where applicable, the existence in theState concerned of a coosistent pattern of gross, flagrant or massviolations of human rigths.

Article 4

1. Each State Party shall ensure that all acts of torture are offencesunder its criminal law. The same shall apply to an attempt to committorture and to an act by any person which constitutes complicity orparticipation in torture.

2. Each State Party shall make these offences punishable byappropriate penalties which take into account tbeir grave nature.

Article 5

*9077 1. Each State Party shall take such measures as may be necessaryto establish its jurisdiction over the offences referred to in article4 in the following cases:

(a) When the offcnces arc committed in any territory under itsjurisdic-tion or on board a ship or aircraf registered in that State;(b) When the alleged offender is a national of that State; (c) Whenthe victim is a national of that State if that State considers itappropriate.

2. Each State Party shall likewise take such measures as may benecessary to establish its jurisdiction over such offences in cases

Page 22: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

where the alleged offender is present in any territory under itsjurisdiction and it does not extradite him pursuant to article 8 toany of the States mentioned in paragraph 1 of this article.

3. This Convention does not exclude any criminal jurisdictionexercised in accordance with internal law.

Article 6

1. Upon being satisfied, after an examination of information availableto it that the circumstances so warrant, any State Party in whoseterritory a person alleged to have committed any offence referred toin article 4 is present shall take him into custody or take otherlegal measures to ensure his presence. The custody and other legalmeasures shall be as provided in the law of that State but may becontinued only for such time as is necessary to enable any criminal orextradition proceedings to be instituted.

2. Such State shall immediately make a preliminary inquiry into thefacts.

3. Any person in custody pursuant to paragraph 1 of this article shallbe assisted in communicating immediately with the nearest appropriaterepresentative of the State of which he is a national, or, if he is astateless person, with the representative of the State where heusually resides.

4. When a State, pursuant to this article, has taken a person intocustody, it shall immediately notify the States referred to in article5, paragraph 1, of the fact that such person is in custody and of thecircumstances which warrant his detention. The State which makes thepreliminary inquiry contemplated in paragraph 2 of this article shallpromptly report its findings to the said States and shall indicatewhether it intends to exercise jurisdiction.

Article 7

1. The State Party in the territory under whose jurisdiction a personalleged to have committed any *9078 offence referred to in article 4is found shall in the cases contemplated in article 5, if it does notextradite him, submit the case to its competent authorities for thepurpose of prosecution.

2. These authorities shall take their decision in the same manner asin the case of any ordinary offence of a serious nature under the lawof that State. In the cases referred to in article 5, paragraph 2, thestandards of evidence required for prosecution and conviction shall inno way be less stringent than those which apply in the cases referredto in article 5, paragraph 1.

3. Any person regarding whom proceedings are brought in connectionwith any of the offences referred to in article 4 shall be guaranteedfair treatment at all stages of the proceedings.

Article 8

1. The offences referred to in article 4 shall be deemed to beincluded as extraditable offences in any extradition treaty existingbetween States Parties. States Parties undertake to include suchoffences as extraditable offences in every extradition treaty to be

Page 23: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

concluded between them.

2. If a State Party which makes extradition conditional on theexistence of a treaty receives a request for extradition from another.State Party with which it has no extradition treaty, it may considerthis Convention as the legal basis for extradition in respect of suchoffences. Extradition shall be subject to the other conditionsprovided by the law of the requested State.

3. States Parties which do not make extradition conditional on theexistence of a treaty shall recognize such offences as extraditableoffences between themselves subject to the conditions provided by thelaw of the requested State.

4. Such offences shall be treated, for the purpose of extraditionbetween States Parties, as if they had been committed not only in theplace in which they occurred but also in the territories of the Statesrequired to establish their jurisdiction in accordance with article 5,paragraph 1.

Article 9

1. States Parties shall afford one another the greatest measure ofassistance in connection with criminal proceedings brought in respectof any of the offences referred to in article 4, including the supplyof all evidence at their disposal necessary for the proceeding.

2. States Parties shall carry out their obligations under paragraph1of this article in conformity with any *9079 treaties on mutualjudicial assistance that may exist between them.

Article 10

1. Each State Party shall ensure that education and informationregard-ing the prohibition against torture are fully included in thetraining of law enforcement personnel, civil or military, medicalpersonnel, public officials and other persons who may be involved inthe custody, interrogation or treatment of any individual subjected toany form of arrest, detention or imprisonment.

2. Each State Party shall include this prohibition in the rules orinstructions issued in regard to the duties and functions of any suchperson.

Article 11

Each State Party shall keep under systematic review interrogationrules, instructions, methods and practices as well as arrangements forthe custody and treatment of persons subjected to any form of arrest,detention or impris-onment in any territory under its jurisdiction,with a view to preventing any cases of torture.

Article 12

Each State Party shall ensure that its competent authorities proceedto a prornpt and impartial investigation, wherever there is reasonableground to believe that an act of torture has been committed in anyterrytory under its jurisdiction.

Article 13

Page 24: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Each State Party shall ensure that any individual who alleges he hasbeen subjected to torture in any territory under its jurisdiction hasthe right to complain to, and to have his case promptly andimpartially examined by, its competent authorities. Steps shall betaken to ensure that the complainant and witnesses are protectedagainst all ill-treatment or intimidation as a consequence of hiscomplaint or any evidence given.

Article 14

1. Each State Party shall ensure in its legal system that the victimof an act of torture obtains redress and has an enforceable right tofair and adequate compensation, including the means for as fullrehabilitation as possible. In the event of the death of the victim asa result of an act of torture, his dependents shall be entitled tocompensation.

2. Nothing in this article shall affect any right of the victim orother persons to compensation which may exist under national law.

Article 15

*9080 Each State Party shall ensure that any statement which isestablished to have been made as a result of torture shall not beinvoked as evidence in any proceedings, except against a personaccused of torture as evidence that the statement was made.

Article 16

l. Each State Party shall undertake to prevent in any territory underits jurisdiction other acts of cruel, inhuman or degrading treatmentor punish-ment which do not amount to torture as defined in article l,when such acts are committed by or at the instigation of or with theconsent or acquiescence of a public official or other person acting inan official capacity. In particular, the obligations contained inarticles 10, 11, 12 and 13 shall apply with the substitution forreferences to torture or references to other forms of cruel, inhumanor degrading treatment or punishment

2. The provisions of this Convention are without prejudice to thepro-visions of any other international instrument or national lawwhich prohibits cruel, inhuman or degrading treatment or punishment orwhich relates to extradition or expulsion.

PART II

Article 17

1. There shall be established a Committee against Torture (hereinafterreferred to as the Committee) which shall carry out the functionshereinafter provided. The Committee shall consist of ten experts ofhigh moral standing and recognized competence in the field of humanrights, who shall serve in their personal capacity. The experts shallbe elected by the States Parties, consideration being given toequitable geographical distribution and to the usefulness of theparticipation of some persons having legal experience.

2. The members of the Committee shall be elected by secret ballot froma list of persons nominated by States Parties. Each State Party may

Page 25: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

nominate one person from among its own nationals. States Parties shallbear in mind the usefulness of nominating persons who are also membersof the Human Rights Committee established under the InternationalCovenant on Civil and Political Rights and who are willing to serve onthe Committee against Torture.

3. Elections of the members of the Committee shall be held at biennialmeetings of States Parties convened by the Secretary-General of theUnited Nations. At those meetings, for which two thirds of the StatesParties shall constitute a quorum, the persons elected to theCommittee shall be those who obtain the largest number of votes and anabsolute majority of the votes of the representatives of StatesParties present and voting.

*9081 4. The initial election shall be held no later than six monthsafter the date of the entry into force of this Convention. At leastfour months before the date of each election, the Secretary-General ofthe United Nations shall address a letter to the States Partiesinviting them to submit their nominations within three months. TheSecretary-General shall prepare a list in alphabetical order of allpersons thus nominated, indicating the States Parties which havenominated them, and shall submit it to the States Parties

5. The members of the Committee shall be elected for a term of fouryears. They shall be eligible for re-election if renominated. However,the term of five of the members elected at the first election shallexpire at the end of two years; immediately after the first electionthe names of these five members shall be chosen by lot by the chairmanof the meeting referred to in paragraph 3 of this article.

6. If a member of the Committee dies or resigns or for any other causecan no longer perform his Committee duties, the State Party whichnominated him shall appoint another expert from among its nationals toserve for the remainder of his term, subject to the approval of themajority of the States Parties. The approval shall be considered givenunless half or more of the States Parties respond negatively withinsix weeks after having been informed by the Secretary-General of theUnited Nations of the proposed appointment.

7. States Parties shall be responsible for the expenses of the membersof the Committee while they are in performance of Committee duties.

Article 18

1. The Committee shall elect its officers for a term of two years.They may be re-elected.

2. The Committee shall establish its own rules of procedure, but theserules shall provide, inter alia, that:

(a) Six members shall constitute a quorum; (b) Decisions of theCommittee shall be made by a majority vote of the members present

3. The Secretary-General of the United Nations shall provide thenecessary staff and facilities for the effective performance of thefunctions of the Committee under this Convention.

4. The Secretary-General of the United Nations shall convene theinitial meeting of the Committee. After its initial meeting, theCommittee shall meet at such times as shall be provided in its rules

Page 26: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

of procedure.

*9082 5. The States Parties shall be responsible for expenses incurredin connection with the holding of meetings of the States Parties andof the Committee, including reimbursement to the United Nations forany expenses, such as the cost of staff and facilities, incurred bythe United Nations pursuant to paragraph 3 of this article.

Article 19

l. The States Parties shall submit to the Committee, through theSecretary-General of the United Nations,reports on the measures theyhave taken to give effect to their undertakings under this Convention,within one year after the entry into force of the Convention for theState Party concerned. Thereafter the States Parties shall submitsupplementary reports every four years on any new measures taken andsuch other reports as the Committee may request.

2. The Secretary-General of the United Nations shall transmit thereports to all States Parties.

3. Each reports shall be considered by the Committee which may makesuch general comments on the reports as it may consider appropriateand shall forward these to the State Party concerned. That State Partymay respond with any observations it chooses to the Committee.

4. The Committee may, at its discretion, decide to include anycomments made by it in accordance with paragraph 3 of this article,together with the observations thereon received from the State Partyconcerned, in its annual report made in accordance with article 24. Ifso requested by the State Party concerned, the Committee may alsoinclude a copy of the report submitted under paragraph I of thisarticle.

Article 20

1. If the Committee receives reliable information which appears to itto contain well-founded indications that torture is being systemacallypractised in the territory of a State Party, the Committee shallinvite that State Party to co-operate in the examination of theinformation and to this end to submit observations with regard to theinformation concerned.

2. Taking info account any observations which may have been submittedby the State Party concerned, as well as any other relevantinformation available to it, the Committee may, if it decides thatthis is warranted, designate one or more of its members to make aconfidential inquiry and to report to the Committee urgently.

3. If an inquiry is made in accordance with paragraph. 2 of thisarticle, the Committee shall seek the co-operation of the State Partyconcerned. In agreement with that State Party, such an inquiry mayinclude a *9083 visit to its territory.

4. After examining the findings of its members submitted in accordancewith paragraph 2 of this article the Commission shall transmit thesefindings to the State Party concerned together with any or suggestionswhich seem appropriate in view of the situation.

5. All the proceedings of the Committee referred to in paragraph 1 to

Page 27: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

4 of this article shall be confidential, and at all stages of theproceedings the co-operation of the State Party shall be sought. Aftersuch proceedings have been completed with regard to an inquiry made inaccordance with paragraph 2, the Committee may, after consultationswith the State Party concerned, decide to include a summary account ofthe results proceedings in its annual report made in accordance witharticle 24.

Article 21

1. A State Party to this Convention may at any time declare under thisarticle that it recognizes the competence of the Committee to receiveand consider communications to the effect that a State Party claimsthat another State Party is not fulfilling its obligations under thisConvention. Such com-munications may be received and consideredaccording to the procedures laid down in this article only ifsubmitted by a State Party which has made a declaration recognizing inregard to itself the competence of the Committee. No communicationshall be dealt with by the Committee under this article if it concernsa State Party which has not made such a declaration. Communicationreceived under this article shall be dealt with in accordance with thefollowing procedure;

(a) If a State Party considers that another State Party is not givingeffect to the provisions of this Convention, it may, by writtencommunication, bring the matter to the attention of that State Party.Within three months after the receipt of the communication thereceiving State shall afford the State which sent the communication anexplanation or any other statement in writing clarifying the matter,which should include, to the extent possible and pertinent, referenceto domestic procedures and remedies taken, pending or available in thematter;

(b) If the matter is not adjusted to the satisfaction of both StatesParties concerned within six months after the receipt by the receivingState of the initial communication, either State shall have the rightto refer the matter to the Committee, by notice given to the Committeeand to the other State;

(c) The Committee shall deal with a matter referred to it under thisarticle only after it has *9084 ascertained that all domestic remedieshave been invoked and exhausted in the matter, in conformity with thegenerally recog-nized principles of international law. This shall notbe the rule where the application of the remedies is unreasonablyprolonged or is unlikely to bring effective relief to the person whois the victim of the violation of this Convention;

(d) The Committee shall hold closed meetings when examiningcommunications under this article;

(e) Subject to the provisions of subparagraph (c), the Committee shallmake available its good offices to the States Parties concerned with aview to a friendly solution of the matter on the basis of respect forthe obligations provided for in this Convention. For this purpose, theCommittee may, when appropriate, set up an ad hoc conciliationcommission;

(f) In any matter referred to it under this article the Committee maycall upon the States Parties concerned, referred to in subparagraph(b) to supply any relevant information;

Page 28: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

(g) The States Parties concerned, referred to in subparagraph (b),shall have the right to be represented when the matter is beingconsidered by the Committee and to make submissions orally and/or inwriting;

(h) The Committee shall, within twelve months after the date ofreceipt of notice under subparagraph (b), submit a report:

(i) If a solution within the terms of subparagraph (e) is reached, theCommittee shall confine its report to a brief statement of the factsand of the solution reached; (ii) If a solution within the terms ofsubparagraph (e) is not reached, the Committee shall confine itsreport to a brief statement of the facts; the written submissions andrecord of the oral submissions made by the States Parties concernedshall be attached to the report. ln every matter, the report shall becommunicated to the States Parties concerned.

2. The provisions of this article shall come into force when fiveStates Parties to this Convention have made declarations underparagraph 1 of this article. Such declarations shall be deposited bythe States Parties with the Secretary-General of the United Nations,who shall transmit copies thereof to the other States Parties. Adeclaration may be withdrawn at any time by notification to theSecretary-General. Such a withdrawal shall not prejudice theconsideration of any matter which is the subject of a communicationalready *9085 transmitted under this article; no further communicationby any State Party shall be received under this article after thenotification of withdrawal of the declaration has been received by theSecretary-General, unless the State Party concerned has made a newdeclaration.

Article 22

1. A State Party to this Convention may at any time declare under thisarticle that it recognizes the competence of the Committee to receiveand consider communications from or on behalf of individuals subjectto its jurisdiction who claim to be victims of a violation by a StateParty of the provisions of the Convention. No communication shall bereceived by the Committee if it concerns a State Party which has notmade such a declaration.

2. The Committee shall consider inadmissible any communication underthis article which is anonymous or which it considers to be an abuseof the right of submission of such communications or to beincompatible with the provisions of this Convention.

3. Subject to the provisions of paragraph 2, the Committee shall bringany communications submitted to it under this article to the attentionof the State Party to this Convention which has made a declarationunder paragragh 1 and is alleged to be violating any provisions of theConvention. Within six months, the receiving State shall submit to theCommittee written explanation or statements clarifying the matter andthe remedy, if any, that may have been taken by that State.

4. The Committee shall consider communications received under thisarticle in the light of all information made available to it by or onbehalfd of the individual and by the State Party concerned.

5. The Committee shall not consider any communications from an

Page 29: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

individual under this article unless it has ascertained that:

(a) The same matter has not been, and is not being, examined underanother procedure of international investigation or settlement;

(b) The individual has exhausted all available domestic remedies; thisshall not be the rule where the application of the remedies isunreasonably prolonged or is unlikely to bring effective relief to theperson who is the victim of the violation of this Convention.

6. The Committee shall hold closed meetings when examiningcommunications under this article.

7. The Committee shall forward its views to the State Party concernedand to the individual.

*9086 8. The provisions of this article shall come into force whenfive States Parties to this Convention have made declarations underparagraph 1of this article. Such declarations shall be deposited bythe States Parties with the Secretary-General of the United Nations,who shall transmit copies thereof to the other States Parties. Adeclaration may be withdrawn at any time by notification to theSecretary-General. Such a withdrawal shall not prejudice theconsideration of any matter which is the subject of a communicationalready transmitted under this article, no further communication by oron behalf of an individual shall be received under this article afterthe notification of withdrawal of the declaration has been received bythe Secretary General, unless the State Party has made a newdeclaration.

Article 23

The members of the Committee and of the ad hoc conciliationcommis-sions which may be appointed under article 21, paragraph 1 (e),shall be entitled to the facilities, privileges and immunities ofexperts on mission for the United Nations as laid down in the relevantsections of the Convention on the Privileges and Immunities of theUnited Nations.

Article 24

The Committee shall submit an annual report on its activities underthis Convention to the States Parties and to the General Assembly ofthe United Nations.

PART III

Article 25

1. This Convention is open for signature by all States.

2. This Convention is subject to ratification. Instruments ofratification shall be deposited with the Secretary-General of theUnited Nations.

Article 26

This Convention is open to accession by all States. Accession shall beeffected by the deposit of an instrument of accession with theSecretary General of the United Nations.

Page 30: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

Article 27

1. This Convention shall enter into force on the thirtieth day afterthe date of the deposit with the Secretary-General of the UnitedNations of the twentieth instrument of ratification or accession.

2. For each State ratifying this Convention or acceding to it afterthe deposit of the twentieth instrument of *9087 ratification oraccession, the Conven-tion shall enter into force on the thirtieth dayafter the date of the deposit of its own instrument of ratification oraccession.

Article 28

1. Each State may, at the time of signature or ratification of thisConvention or accession thereto, declare that it does not recognizethe competence of the Committee provided for in article 20.

2. Any State Party having made a reservation in accordance withparagraph 1of this article may, at any time, withdraw this reservationby notification to the Secretary-General of the United Nations.

Article 29

1. Any State Party to this Convention may propose an amendment andfile it with the Secretary-General of the United Nations. TheSecretary General shall thereupon communicate the proposed amendmentto the States Parties wilh a request that they notify him whether theyfavour a conference of States Parties for the purpose of consideringand voting upon the proposal. In the event that within four monthsfrom the date of such communication at least one third of the StatesParties favours such a conference, the Secretary General shall convenethe conference under the auspices of the United Nations. Any amendmentadopted by a majority of the States Parties present and voting at theconference shall be submitted by the Secretary-General to all theStates Parties for acceptance.

2. An amendment adopted in accordance with paragraph 1 of this articleshall enter into force when two thirds of the States Parties to thisConvention have notified the Secretary-General of the United Nationsthat they have accepted it in accordance with their respectiveconstitutional processes.

3. When amendments enter into force, they shall be binding on thoseStates Parties which have accepted them, other States Parties stillbeing bound by the provisions of this Convention and any earlieramendments which they have accented.

Article 30

1. Any dispute between two or more States Parties concerning theinterpretation or application of this Convention which cannot besettled through negotiation shall, at the request of one of them, besubmitted to arbitration. If within six months from the date of therequest for arbitration the Parties are unable to agree on theorganization of the arbitration, any one of those Parties may referthe dispute to the International Court of Justice by request inconformity with the Statute of the Court.

Page 31: UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11461.pdf · UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN

*9088 2. Each State may, at the time of signature or ratification ofthis Convention or accession thereto, declare that it does notconsider itself bound by paragraph 1 of this article. The other StatesParties shall not be bound by paragraph 1of this article with respectto any State Party having made such a reservation.

3. Any State Party having made a reservation in accordance withparagraph 2 of this article may at any time withdraw this reservationby notification to the Secretary-General of the United Nations.

Article 31

1. A State Party may denounce this Convention by written notificationto the Secretary-General of the United Nations. Denunciation becomeseffective one year after the date of receipt of the notification bythe Secretary-General.

2. Such a denunciation shall not have the effect of releasing theState Party from its obligations under this Convention in regard toany act or omission which occurs prior to the date at which thedenunciation becomes effective, nor shall denunciation prejudice inany way the continued consideration of any matter which is alreadyunder consideration by the Committee prior to the date at which thedenunciation becomes effective.

3. Following the date at which the denunciation of a State Partybecomes effective, the Committee shall not commence consideration ofany new matter regarding that State.

Artticle 32

The Secretary-General of the United Nations shall inform all StatesMembers of the United Nations and all States which have signed thisConvention or acceded to it of lhe following:

(a) Signatures, ratifications and accessions under articles 25 and 26:(b) The date of entry into force of this Convention under article 27and the date of the entry into force or any ammedments under article29: (c) Denunciations under article 31.

Article 33

1. This Convention, of which the Arabic, Chinese, English, French,Russian and Spanish texts are equally authentic shall be depositedwith the Secretary-General of the United Nations.

2. The Secretary-General of the United Nations shall transmitcertified copies of this Convention to all *9089 States.

Kutipan: MEDIA ELEKTRONIK SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 1998_________________________________________________________________