Liability Convention, 1972

24
Convention on International Liability for Damage Caused by Space Object, 1972.

Transcript of Liability Convention, 1972

Page 1: Liability Convention, 1972

Convention on International Liability for Damage Caused by Space Object,

1972.

Page 2: Liability Convention, 1972

4 (empat) Lingkup atau Sudut Pandang dari Liability Convention, 1972:

Lingkup GeografisMembawa kita pada pengertian tentang wilayah berlakunya konvensi (Art. II: Segenap kerugian yang disebabkan oleh benda-benda angkasa, baik kerugian itu terjadi di wilayah darat, wilayah laut, wilayah udara, dan berlaku pula di ruang angkasa serta laut bebas.

Page 3: Liability Convention, 1972

Lingkup personalDimaksudkan untuk mengetahui pihak mana saja yang dapat terlibat di dalam pelaksanaan konvensi.Yang terlibat dalam pelaksanaan konvensi:

a. Orang selaku pribadi melalui negaranya;b. Negara;c. Badan hukum;d. Organisasi internasional;e. Saluran diplomatik;f. Sekretaris Jenderal PBB; dang. Komisi penuntutan serta badan peradilan

lainnya.

Page 4: Liability Convention, 1972

Lingkup fungsional dan materilPasal 1 Ayat (b) mengenai apa yang dimaksud dengan negara peluncur, di mana negara peluncur ini harus bertanggung jawab secara internasional atas kerugian yang diderita sebagai akibat jatuhnya benda-benda ruang angkasa (space objects) di permukaan bumi atau pada pesawat udara yang sedang melakukan penerbangan. Intinya mengatur tentang pertanggungjawaban negara dalam aktivitasnya di ruang angkasa atau aktivitasnya berkenaan dengan peluncuran bendbenda ruang angkasa.

Page 5: Liability Convention, 1972

Lingkup waktuArt. XXVI, menyangkut berlakunya konvensi yang dapat ditinjau kembali setelah 10 tahun, dan setelah 5 tahun berlakunya konvensi tersebut, dapat ditinjau kembali dengan catatan harus mendapat persetujuan dari 1/3 negara peserta konvensi.

Page 6: Liability Convention, 1972

Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam Liability Convention 1972

1. Negara peluncur atau negara yang ikut bersama-sama meluncurkan atau negara yang memberi fasilitas peluncuran atau organisasi intenasional yang ikut serta dalam peluncuran benda-benda ruang angkasa, harus bertanggung jawab secara internasional atas kerusakan dan/atau kerugian yang diderita oleh negara lain, baik terhadap harta benda dan manusia, badan hukum, maupun terhadap masalah kerugian yang diderita oleh suatu pesawat udara dalam penerbangan, sebagai akibat dari pelaksanaan keantariksaan dari negara peluncur. Prinsip ini terkandung di dalam artikel I, II, IV, dan V.

Page 7: Liability Convention, 1972

2. Yang dimaksud dengan “benda-benda angkasa” atau space objects adalah juga termasuk segala peralatan dan/atau bagian dari benda angkasa yang diluncurkan ke ruang angkasa (art. I), dan yang dimaksudkan dengan damage atau kerusakan adalah termasuk kerusakan pada kesehatan manusia, harta benda, dan hilangnya jiwa manusia.

3. Kerusakan yang terjadi itu harus dipertanggung jawabkan secara internasional oleh negara peluncur, di mana kerusakan-kerusakan tersebut dapat terjadi di permukaan bumi misalnya terhadap alam, lingkungan, harta benda, individu, badan hukum dan sumber-sumber atau pusat-pusat vital, juga terhadap pesawat ruang angkasa dan pesawat udara milik negara lain yang sedang mengadakan penerbangan. Prinsip ini terkandung dalam artikel III, IV, dan XXI.

Page 8: Liability Convention, 1972

4. Tanggung jawab yang harus dipikul oleh negara peluncur adalah tanggung jawab berdasarkan kesalahan. Prinsip ini terkandung dalam artikel II, III, IV, dan VI.

5. Bahwa tanggung jawab akibat jatuhnya benda-benda ruang angkasa atau kerusakan yang terjadi sebagai akibat kegiatan ruang angkasa dapat dipikul oleh lebih dari satu negara secara bersama-sama, bila dua negara atau lebih melakukan secara bersama-sama dalam suatu peluncuran benda-benda ruang angkasa. Prinsip ini terkandung di dalam artikel V.

Page 9: Liability Convention, 1972

6. Bahwa tuntutan dari negara yang dirugikan dapat dilakukan terhadap negara peluncur dengan suatu pembayaran ganti rugi melalui saluran diplomatik, jika tidak memiliki saluran diplomatik antara negara peluncur dengan negara yang menderita kerugian, maka negara yang dirugikan dapat minta bantuan dengan negara lain yang memiliki hubungan diplomatik dengan negara peluncur atau dapat pula melalui SekJen PBB. Prinsip ini terkandung di dalam art. VIII dan IX.

Page 10: Liability Convention, 1972

7. Bahwa untuk pembayaran kompensasi atau ganti rugi, mata uang yang dipakai adalah mata uang dari negara penggugat (shall be paid in the currency of the Claimant State), kecuali jika komprnsasi akan dilakukan dalam bentuk lain, sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Prinsip ini terkandung di dalam art. XIII. Bahwa penuntutan pembayaran kompensasi atau ganti rugi dapat dilakukan dengan Komisi Penuntut yang dibentuk berdasarkan persetujuan antara pihak penuntut dan pihak yang dituntut. Prinsip ini terkandung di dalam art. XVI, XVII, XVIII, XIX, dan XX.

Page 11: Liability Convention, 1972

Sistem Tanggung Jawab yang Diatur

Art. II: Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan olehbenda-benda angkasa, di mana yang bertanggung jawab adalah negara peluncur (launching state).

Negara peluncur (Art. I ayat (c)): Negara peluncur bukan hanya yang meluncurkan benda-benda angkasa itu saja, tetapi juga negara yang mendapat kesempatan ikut meluncurkan objek ruang angkasa, negara yang wilayahnya atau yang memberi fasilitas dari mana objek ruang angkasa tersebut diluncurkan, turut bertanggung jawab atas kerugian disebabkan oleh peluncuran itu.

Page 12: Liability Convention, 1972

Syarat negara peluncur:a. Negara itu meluncurkan benda ruang

angkasa dari wilayahnya dengan menggunakan sarananya sendiri; atau

b. Negara itu meluncurkan benda ruang angkasa dari wilayah negara lain, berdasarkan perjanjian dengannya, dengan menggunakan sarananya sendiri atau sarana setempat; atau

c. Mengadakan peluncuran benda ruang angkasa negara lain atau badan nonpemerintah lainnya; atau

d. Menyediakan sarana peluncuran untuk digunakan oleh negara lain di dalam wilayah negara lain itu.

Page 13: Liability Convention, 1972

Hal-Hal yang Dipertanggungjawabkan

Negara peluncur (launching state) bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh benda-benda ruang angkasa yang diluncurkan ke ruang angkasa.

Kerugian yang dapat dipertanggungjawabkan menurut art. I ayat (a) adalah kerugian atas kerusakan yang diderita oleh orang (personil) secara individu atau kerugian yang berkaitan dengan rusaknya kesehatan seseorang atau kehilangan, rusaknya harta benda milik pribadi, badan hukum atau harta benda milik organisasi internasional yang bersifat antar pemerintah.

Page 14: Liability Convention, 1972

Alternatif pertanggung jawaban menurut art. II dan III:a. Jika kerugian terjadi di permukaan bumi, maka dalam keadaan atau kejadian semacam ini negara peluncur bertanggung jawab secara penuh dan mutlak (absolute) terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga tersebut sebesar kerugian yang diderita.b. Prinsip pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (liability based on fault). Prinsip ini diberlakukan bila kerugian itu terjadi bukan dipermukaan bumi dan di udara. Akan tetapi kerugian terjadi di ruang angkasa, yakni dalam hal benda angkasa tersebut merugikan negara lain karena telah merusak atau menabrak benda angkasa milik negara peluncur lainnya yang telah ditempatkan pada orbitnya.

Page 15: Liability Convention, 1972

Pihak-Pihak yang Berhak Atas Ganti Rugi

Berdasarkan art. I ayat (a), kerugian yang dapat dipertanggungjawabkan adalah kerusakan yang diderita oleh orang secara individu atau kerugian yang berkaitan dengan rusaknya kesehatan orang, kehilangan, rusaknya harta benda milik negara atau milik pribadi, milik badan hukum atau harata benda milik organisasi internasional antarpemerintah.

Page 16: Liability Convention, 1972

Dengan demikian, yang berhak atas ganti rugi adalah mereka yang secara nyata dirugikan, yaitu:

a. Orang secara individu;b. Negara;c. Badan hukum; dand. Organisasi internasional antar

pemerintah.

Page 17: Liability Convention, 1972

Kekecualian Dalam Penuntutan Ganti Rugi (Art. VII)

a. Warga negara dari negara peluncur kehilangan untuk memperoleh ganti rugi karena b3nda angkasa yang diluncurkan oleh negaranya sendiri atau dalam hal mereka turut serta hadir di dalam peluncuran karena adanya undangan dari negara peluncur.

b. Warga negara asing selama mereka pada waktu tertentu yang ikut melakukan operasi kegiatan.

Page 18: Liability Convention, 1972

Tuntutan Ganti Rugi

Untuk memperoleh ganti rugi atas kerugian yang diakibatkan oleh objek ruang angkasa, maka pihak-pihak yang berhak atas ganti rugi tersebut harus melakukan tuntutan terhadap negara peluncur melalui negaranya.

Page 19: Liability Convention, 1972

Menurut Space Liability Convention 1972, yang berhak menuntut kepada negara peluncur adalah negara. Perorangan maupun badan hukum tidak berhak menuntut kompensasi berdasarkan konvensi. Negara dapat bertindak atas nama warga negaranya, atas nama warga negara asing yang mempunyai tempat tinggal tetap/domisili di wilayahnya, kewarganegaraan asal kerusakan terjadi dalam yurisdiksinya.

Page 20: Liability Convention, 1972

Ketentuan tersebut menyimpang dari ketentuan yurisdiksi personal pasif negara. Ketentuan yurisdiksi personal aktif, yaitu negara hanya berhak melindungi untuk kepentingan warga negaranya, tetapi konsekuensi tersebut tidak hanya melindungi warga negaranya, melainkan siapa saja yang berada dalam yurisdiksinya.

Page 21: Liability Convention, 1972

Pertanggungjawaban Negara Mengenai Aktivitas Komersial di Ruang Angkasa

Prinsip-prinsip hukum yang telah dibakukan dalam berbagai perjanjian internasional yang dapat dijadikan dasar dalam pemanfaatan ruang angkasa guna kepentingan komersial dan perlindungannya pada negara-negara berkembang, antara lain:

1. Aktivitas harus dilakukan untuk keuntungan dan kepentingan semua negara berdasarkan prinsip nondiskriminasi (art. 1 Space Treaty 1967).

Page 22: Liability Convention, 1972

2. Adanya larangan pemilikan ruang angkasa dan benda-benda ruang angkasa lainnya (art. II Space Treaty 1967).

3. Penggunaan ruang angkasa, termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya, hanya untuk tujuan damai (Mukadimah dan art. IV Space Treaty 1967, pasal 3 Moon Agreement).

4. Kewajiban melindungi lingkungan ruang angkasa dan aktivitas ruang angkasa lainnya (art. IX Space Treaty 1967, art VII Moon Agreement dan ITU convention).

Page 23: Liability Convention, 1972

5. Menaati prosedur dan persyaratan eksploitasi sumber daya alam di ruang angkasa (peraturan-peraturan ITU dan Moon Agreement).

6. Memberikan perizinan dan mengawasi secara terus-menerus aktivitas nasionalnya (art. VI Space Treaty 1967); melaksanakan yurisdiksi dan pengawasan terhadap persawat ruang angkasa, termasuk para awaknya, yang didaftarkan di negaranya (art. VII Space Treaty 1967).

Page 24: Liability Convention, 1972

7. Mendaftarkan pesawat ruang angkasa (art IX Space Treaty 1967, Registration Convention 1975 dan art. V dari Moon Agreement).

8. Memberikan kesempatan kepada negara lain untuk melakukan pengawasan berdasarkan prinsip timbal balik (art. XII Space Treaty 1967).

9. Memberikan tanggung jawab berupa ganti rugi terhadap pihak lain yang dirugikan, manakala aktivitas ruang angkasa itu telah merugikan pihak lain tersebut (Liability Convention 1982, Space Treaty 1967).