UTS-04112010.docx

7
1. Jelaskan dengan lengkap mengenai iodimetri dan iodometri Iodimetri Iodometri Titrasi secara langsung, menggunakan iodin (I 2 ) Titrasi tidak langsung (back- titration) menggunakan iodida (I - ), I 2 yang dihasilkan dititrasi dengan tiosulfat Iodin merupakan oksidator, sehingga analit yang dianalisis adalah reduktor seperti logam As, Sn, Sb, hidrazin, tiosulfat Iodida merupakan reduktor, maka analit yang dapat dianalisis haruslah oksidator seperti penentuan MnO 4 - , Cr 2 O 7 2- Contoh: N 2 H 4 + 2I 2 N 2 + 4I - + 4H + Contoh reaksi: Cr 2 O 7 2- + I - Cr 3+ + I 2 Iodida ditambahkan berlebih I 2 sisa + S 2 O 3 2- I- + S 4 O 6 2- Indikator yang digunakan adalah starch (pati) Indikator yang digunakan adalah starch (pati) 2. Gambarkan kurva titrasi 25,0 mL 0,0500 M KI dengan 0,0500 M AgNO 3 diketahui Ksp AgI = 8,3 X 10 -17 Reaksi : I - + Ag + AgI (s) Titik ekuivalen tercapai pada penambahan: mol Ag + = mol I - = 25,0x0,0500 =1,25mmol mL Ag + = 1,25 mmol x (1 mL/0,05mmol) = 25 mL Menghitung pI sebelum titik ekuivalen: missal penambahan 1 mL Ag + I - + Ag + AgI (s) 1,25mmol 0,05mmol 0,05mmol 0,05mmol 1,20mm ol - [I - ] = 1,20mmol/26mL=0,0

Transcript of UTS-04112010.docx

Microsoft Word - uts04112010

Jawaban UTS Kimia Analitik 1 November 4, 2010 Jawaban UTS Kimia Analitik 1 November 4, 2010

1. Jelaskan dengan lengkap mengenai iodimetri dan iodometri Iodimetri Iodometri

Titrasi secara langsung, menggunakan iodin (I2) Titrasi tidak langsung (back-titration) menggunakan iodida (I-), I2 yang dihasilkan dititrasi dengan tiosulfat

Iodin merupakan oksidator, sehingga analit yang dianalisis adalah reduktor seperti logam As, Sn, Sb, hidrazin, tiosulfat Iodida merupakan reduktor, maka analit yang dapat dianalisis haruslah oksidator seperti penentuan MnO4-, Cr2O72-

Contoh: N2H4 + 2I2 N2 + 4I- + 4H+ Contoh reaksi: Cr2O72- + I- Cr3+ + I2 Iodida ditambahkan berlebih I2 sisa + S2O32- I- + S4O62-

Indikator yang digunakan adalah starch (pati) Indikator yang digunakan adalah starch (pati)

2. Gambarkan kurva titrasi 25,0 mL 0,0500 M KI dengan 0,0500 M AgNO3 diketahui Ksp AgI = 8,3 X 10-17

Reaksi : I- + Ag+ AgI(s) Titik ekuivalen tercapai pada penambahan: mol Ag+ = mol I- = 25,0x0,0500 =1,25mmol mL Ag+= 1,25 mmol x (1 mL/0,05mmol) = 25 mL Menghitung pI sebelum titik ekuivalen: missal penambahan 1 mL Ag+ I- + Ag+ AgI(s)

1,25mmol 0,05mmol

0,05mmol 0,05mmol

1,20mmol -

[I-] = 1,20mmol/26mL=0,0462 M pI = -log 0,0462 =1,336 Pada titik ekuivalen penambahan 25 mL, dimana tidak terdapat : I- dan Ag+ sehingga perhitungan [I-] diperoleh dari Ksp AgI AgI(s) I- + Ag+ Ksp =8,3 X 10-17 [I-] = 8,3 X 10-17 =9,1 x 10-9 pI = 8,04 Setelah titik ekuivalen: penambahan 25,1 mL Ag+ I- + Ag+ AgI(s) 1,25mmol 1,255 mmol

1,25mmol 1,250mmol

- 0,005mmol

= 0,005mmol/50,1mL =

[Ag+][I-] = 8,3 X 10-17/[Ag+]=12,08 Buat tabel: mL titran pI

0 1,30

1 1,336

10 1,669

24 2,991

24,5 3,297

24,9 3,999

25 8,04

25,1 12,08

25,5 12,78

26 13,07

30 13,74

Gambar kurva: 3. Sampel bubuk seberat 0,7162 g akan dianalisis kandungan Zn. Sampel dilarutkan dan dititrasi dengan EDTA 0,01645 M. Titik akhir diperoleh setelah penambahan 21,27 mL EDTA. Hitunglah persen berat Zn dalam sampel.

Zn2+ + EDTA4- [ZnEDTA]2- perhatikan perbandingan mol Zn dan EDTA, Banyaknya mol Zn sama dengan EDTA = 21,27 mL x (0,01645 mmol/mL) = 0,3499 mmol Berat Zn = 0,3499 mmol x (65,4 mg/mmol) = 22,88 mg Persen berat Zn = (22,88 mg/716,2 mg) x 100% = 3,195% 4. Suatu sampel rodentisida akan dianalisis kandungan warfarin (C19H16O4, Mr=308,34g/mol). Sampel ditambahkan dengan I2 menghasilkan iodoform (CHI3). Analisis warfarin ditentukan berdasarkan reaksi iodoform dengan Ag+ CHI3 + 3Ag+ + H2O 3AgI(s)+ 3H+ + CO(g) Iodoform yang dihasilkan dari 13,96 g sampel direaksikan dengan tepat 25 mL AgNO3 0,02979 M, kelebihan Ag+ kemudian dititrasi dengan KSCN 0,05411M hingga tercapai titik akhir setelah penambahan 2,85 mL KSCN. 1. Metoda apa dan sebutkan indikator yang digunakan 2.Tuliskan reaksi pada setiap tahap prosedur 3. Hitunglah persen berat warfarin dalam sampel

Jawaban :

a. Metoda Volhard, indikator ferri amonium sulfat b. Warfarin merupakan suatu keton,

apabila bereaksi dengan I2 akan menghasilkan iodoform dalam suasana basa

Dengan demikian reaksi setiap tahapan dalam prosedur adalah: I. C17H13O3- COCH3 + I2 C17H13COO- + CHI3 perbandingan mol warfarin dengan iodoform adalah 1:1 Kesalahan soal: seharusnya reaksi ini diberitahukan dalam soal. II. CHI3 + 3Ag+ + H2O 3AgI(s)+ 3H+ + CO(g) III. Ag+ + SCN- AgSCN c. Persen berat dapat dihitung dari banyaknya mol SCN- mol Ag+ yang bereaksi dengan CHI3 mol CHI3 mol C19H16O4 mol SCN- = 0,154 mmol mol Ag+ yang bereaksi dengan CHI3 = 0,7448 mmol - 0,154 mmol = 0,591 mmol mol CHI3= 1/3 x 0,591 mmol = 0,197 mmol mmol C19H16O4 = 0,197 mmol berat C19H16O4 = 0,197 mmol x (308,34 mg/mmol) = 3,20 mg 60,698 mg % C19H16O4 = (60,698mg /13960mg) x 100% = 0,4348% Sonny Widiarto, M.Sc. Lab. Kimia Analitik dan Instrumen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung [email protected] blog.unila.ac.id/widiarto

1) Mengapa pada saat titrasi iodometri penambahan amylum tidak boleh diawal titrasi, ? Lalu kapan saat yg tepat kita harus menambahkan amilum ?Jawabannya :Penambahan amylum tidak boleh di awal titrasi , mengapa ?Pada saat awal [I2] msh tinggi, jika kita menambahkam amilum pd keadaan tersenut kemungkinan akan I2 akan mengendap membentuk suatu granul yg tentu akan menggangu pengamatan dan memperlambat titik akhir titrasi sehingga mengurangi kekuantitatifan analisa. jd ada kemungkinan titik ekivalen tercapai tp tiitk akhir msh jauh padahal seharusnya titik ekivalen itu harus sedekat mungkin dh ttk akhir.Maka disiasati penambahan amilum menjelang akhir, yaitu pada saat [I2] sudah relatif kecil yg ditandai larutan berwarna kuning pucat. 1 blog.unila.ac.id/widiarto

1 blog.unila.ac.id/widiarto