Utopia Ham Dalam Peperangan

14
UTOPIA HAM DALAM PEPERANGAN Untuk Memenuhi Tugas UAS Pengantar Hubungan Internasional Oleh: Muhammad Darmawan Ardiansyah NIM: 1112113000007 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Transcript of Utopia Ham Dalam Peperangan

UTOPIA HAM DALAM PEPERANGAN

Untuk Memenuhi Tugas UASPengantar Hubungan Internasional

Oleh:Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA2012/2013

Pendahuluan.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah dirumuskan sejak

tahun 1948. Tujuan utama dari pembuatan deklarasi tersebut adalah

untuk menghormati hak-hak asasi setiap manusia yang hidup di dunia.1

Bagi negara yang menganut sistem demokrasi, penghormatan negara

terhadap HAM adalah modal utama untuk menjalin hubungan yang baik

dengan komunitas internasional.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembentukan deklarasi tersebut tidak

dapat menjamin terlaksananya seluruh prinsip-prinsip yang tertera di

dalamnya. Hal ini dapat kita lihat dari masih banyaknya negara-negara

yang melakukan pelanggaran HAM. Pelanggaran tersebut dapat kita

jumpai dalam bentuk pembunuhan massal, membunuh rakyat sipil yang

tidak ikut dalam perang, penuduhan yang tidak disertai bukti nyata, dan

ketidakadilan dalam proses penetapan hukuman. Pelanggaran seperti itu

adalah hal yang biasa terjadi di negara-negara yang sedang dilanda

konflik peperangan.

Kejahatan perang yang terjadi di daerah Timur Tengah hanyalah

salah satu contoh yang sangat mengerikan terhadap pelanggaran HAM.

Rakyat sipil yang tidak berdosa harus menanggung beban akibat dari

peperangan yang tidak kunjung selesai.Masih banyaknya pelanggaran

HAM yang terjadi di berbagai belahan dunia menandakan bahwa HAM

yang sangat diagung-agungkan oleh negara-negara demokrasi masih

sebatas tulisan di atas kertas. Belum ada langkah nyata dari negara-

negara di dunia untuk mewujudkan HAM yang berkeadilan. HAM hanya

dijadikan sebatas alat untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan

komunitas internasional.

Sebelum melanjutkan ke pembahasan yang selanjutnya, penulis

ingin memberi penjelasan sedikit mengenai istilah-istilah penting yang 1Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar Ilmu Politik", Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 218.

menjadi faktor utama dalam studi HI. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Power: Power dalam studi HI adalah seberapa kuat kemampuan

dan pengaruh aktor dalam permasalahan yang berkaitan dengan

dunia internasional. Dalam HI power dibagi menjadi 2, yaitu hard

power dan soft power.2

2. Actor: Aktor merupakan subjek utama dalam Hubungan

Internasional. Aktor dibagi menjadi 2, yaitu aktor State dan Non-

State. Aktor State adalah sebuah negara sedangkan Non-State

adalah organisasi, perkumpulan, himpunan, hingga individu yang

jaringannya bersifat internasional.3

3. Influence: Influence adalah daya yang dimiliki oleh aktor untuk

mempengaruhi perilaku objek yang ingin dia pengaruhi, sehingga

perilaku objek sesuai dengan apa yang dikehendakinya. 4

Pembahasan.

Sebelum membahas materi yang telah penulis paparkan di atas

adakalanya penulis ingin menjelaskan sedikit mengenai pendekatan yang

digunakan untuk mengulas materi tersebut. Pendekatan ini digunakan

sebagai kerangka berpikir dalam memahami isu-isu yang terkait dengan

HAM. Hal ini digunakan untuk mempermudah penulis dalam menganalisa

suatu permasalahan yang terdapat dalam isu tersebut.

Penulis akan menggunakan pendekatan pluralis untuk membahas

materi di atas. Dalam pandangan atau perspektif pluralisme isu-isu yang

berkaitan dengan hubungan internasional mempunyai dimensi kajian yang

sangat luas dan beragam. Kaum pluralis lebih memandang isu hubungan

internasional pada sisi yang lebih luas.5

2http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional . Diakses pada tanggal 22 Juni 2013.3 DR. Anak Agung Banyu Perwita,”Pengantar Hubungan Internasional”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hal. 11.4Ibid., hal. 31.5 Ibid., hal. 26.

1.HAM dilihat dari definisi Hubungan Internasional.

Definisi dari Hubungan Internasional adalah studi yang dilakukan

untuk mengamati interaksi yang terjadi di antara negara-negara yang telah

merdeka.6 HAM adalah salah satu kajian yang ada dalam studi HI. Apabila

kita melihat HAM dari definisi HI maka dapat kita ambil sebuah

kesimpulan bahwa, HAM merupakan prinsip-prinsip yang dirumuskan

untuk menjawab persoalan dunia yang sedang ditimpa oleh banyaknya

kejadian-kejadian yang melanggar norma-norma kehidupan seorang

individu.

Keprihatinan ini membuat beberapa individu memikirkan solusi apa

yang tepat bagi permasalahan yang sering terjadi. Dibuatlah Universal

Declaration of Human Rights sebagai salah satu cara untuk melindungi

hak-hak yang semestinya dapat diperoleh oleh seorang individu.

Diharapkan dengan dibuatnya deklarasi ini, dapat dijadikan sebagai

sebuah tameng bagi setiap individu agar tidak dilanggar hak-hak yang

seharusnya dapat dia peroleh dengan bebas.

2. HAM dilihat dari Aktornya.

Apabila kita melihat HAM dari segi aktornya maka kita akan dapat

mengidentifikasi siapa saja yang menjadi aktor-aktor dalam HAM. Setelah

membaca berbagai artikel dan buku yang berkaitan dengan HAM, penulis

menemukan beberapa aktor HAM, diantaranya yaitu: individu, NGO,

tingkat nasional, tingkat regional, dan tingkat global. Lebih jelasnya lagi

penulis akan menerangkan satu-persatu aktor-aktor di atas.

Dilihat dari segi individu maka kita dapat melihat beberapa individu

yang sering mensuarakan tegaknya HAM. Sebut saja Munir yang yang

berjuang keras dalam menyerukan agar HAM dapat ditegakkan setegak-

tegaknya. Peranan yang dilakukan oleh para pejuang HAM ini tidak dapat

6 Ibid., hal. 3.

diabaikan begitu saja. Karena mereka merupakan pelopor dari tegaknya

HAM di sebuah negara.

Kemajuan pesat di berbagai bidang di abad 20 ini menjadikan

komunikasi diantara manusia satu dengan yang lainnya dapat dilakukan

dengan mudah. Kemudahan dalam berkomunikasi menjadikan beberapa

individu berkumpul untuk membentuk sebuah perkumpulan dalam

memperjuangkan HAM. Mereka membentuk NGO yang bergerak dalam

bidang ini. Salah satunya LPHAM, sebuah LSM yang giat dalam membela

prinsip-prinsip HAM di Indonesia.

Aktor selanjutnya yang mempunyai pengaruh terbesar bagi tegaknya

HAM adalah negara atau pemerintah. Negara merupakan aktor yang

sangat vital, karena negara mempunyai kekuasaan dalam pembuatan dan

penetapan kebijakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya,

terutama kebijakan-kebijakan mengenai HAM. Wujud nyata dari kontribusi

pemerintah dalam memajukan HAM di Indonesia ini adalah dengan

dibentuknya Komisi Nasional HAM.

Kontribusi di tingkat regional juga dapat dijadikan acuan bagi negara-

negara yang tergabung dalam aliansi tersebut untuk membentuk sebuah

perjanjianataupun konvensi bagi tegaknya HAM di wilayah itu. Salah satu

perumusan regional yang telah dihasilkan di wilayah ASEAN adalah

Deklarasi Kuala Lumpur yang disusun oleh AIPO.7 Yang khas dari

deklarasi ini adalah dicantumkannya nilai-nilai agama dalam naskah

tersebut. Di tingkat global ada Amnesti Internasional yang gencar

mengecam apabila terjadi pelanggaran HAM.

Sedangkan apabila kita mengacu pada judul yang ada di atas, ada

dua aktor yang tidak dapat lepas dari pelanggaran HAM. Kelompok

kepentingan (teroris, oposisi pemerintah, militan, dsb) dan pemerintah

yang represif adalah dua aktor yang menurut hemat penulis merupakan

7Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar Ilmu Politik", Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 238.

penyebab dari terjadinya pelanggaran HAM di sekitar wilayah negara

tersebut.

3.HAM dilihat dari Perilaku dan Motif Perilaku.

Apabila kita melihat HAM dari perilakunya maka perilaku-perilaku

yang ditimbulkan adalah sebab dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

aktor-aktor HAM. Sedangkan HAM dilihat dari motif perilaku adalah

pengertian dari apa yang melatar belakangi tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh aktor-aktor HAM untuk merespon kejadian yang tidak

sesuai dengan prinsip-prinsip HAM.

Pada judul di atas yang menerangkan bahwa dalam peperangan

HAM benar-benar tidak berlaku dapat kita lihat motif yang melatar

belakangi hal tersebut. Dalam situasi negara yang sedang dilanda perang,

seringkali ancaman pelanggaran HAM tidak hanya datang dari para

teroris. Akan tetapi, negara yang notabene harus melindungi rakyatnya

juga melakukan pelanggaran HAM yang tidak kalah biadabnya.

Motif utama dari hal tersebut adalah agar rezim pemerintahan yang

dia pimpin dapat langgeng menduduki kekuasaan pemerintahan di negara

itu. Agar rezim pemerintahannya langgeng, segala hal baik dan buruk pun

ditempuh untuk mempertahankannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

suatu negara yang otoriter indikasi mengenai adanya pelanggaran HAM

pasti ada. Apalagi di negara-negara yang sedang dilanda konflik

kekuasaan ataupun peperangan dengan negara yang lain.

4.HAM dilihat dari Dampaknya.

Membicarakan lebih lanjut mengenai dampak dari pembuatan HAM

tidak lepas dari kontribusi-kontribusi yang dilakukan oleh para aktor dalam

menegakkan prinsip-prinsip HAM. Menurut penulis dampak dari dibuatnya

prinsip-prinsip tentang HAM sangat besar bagi dunia ini. Akan tetapi, tidak

adanya kesinergisan antara aktor-aktor untuk saling mendukung

menjadikan HAM hanya sebatas retorika belaka.

Lihat saja negara-negara yang ditindas oleh rezim pemerintahan

negaranya, pejuang-pejuang HAM mereka tidak bisa bersuara, karena

yang mempunyai kebijakan hanyalah pemerintah. Tidak ada jalan damai

yang bisa ditempuh dalam permasalahan ini. Maka dari itu, menurut

penulis perlawanan yang dilakukan oleh rakyat sipil pada rezim yang

otoriter merupakan jalan yang efektif untuk dapat mengambil kembali hak-

hak yang seharusnya dia peroleh. Perlawanan ini juga ingin menunjukkan

kepada dunia internasional bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan

sebagai rasa solidaritas sesama manusia.

Kesimpulan.

Setelah mengulas panjang lebar mengenai HAM serta kaitannya

dengan studi HI, penulis ingin menyimpulkan lebih jelas lagi mengenai

judul materi yang penulis ajukan. Sebelum membahas mengenai judul

materi di atas, penulis ingin memaparkan konsep-konsep HI yang saling

berkaitan untuk mengulasnya secara lebih jelas lagi. Konsep itu adalah,

Peranan, Pengaruh, dan Kerjasama.

Pandangan penulis mengenai keutopisan HAM dalam peperangan

bukanlah asumsi yang tidak berdasarkan dari fakta-fakta yang ada. Kita

lihat saja kondisi-kondisi negara yang sedang dilanda peperangan,

banyak sekali terjadi pembantaian yang tidak mengenal mana musuh dan

rakyat sipil. Semua dibantai habis untuk meredam gejolak perlawanan.

Di Palestina, Afghanistan, Suriah, serta daerah-daerah konflik di

Timur Tengah banyak sekali kita dapatkan pelanggaran HAM yang sangat

berat sekali. Media massa, baik cetak maupun digital tiada henti

memberitakan kondisi yang sedang dihadapi saudara-saudara kita yang

dihantui oleh pembunuhan setiap harinya. Sekian lama mereka

merasakan penindasan dan perampasan hak untuk hidup menjadikan

mereka hanya bisa berharap agar semua ini dapat cepat terselesaikan.

Peranan aktor-aktor HAM dalam kondisi seperti ini sangatlah

dibutuhkan. Kestrategisan posisi mereka sebagai aktor diharapkan dapat

mempengaruhi dunia internasional untuk menekan rezim otoriter agar

segera mengakhiri kediktatorannya. Peranan mereka benar-benar sangat

dibutuhkan agar di dunia ini tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran

terhadap prinsip-prinsip HAM.

Pengaruh atau influence dari para aktor-aktor HAM ini dapat terlihat

dari peranan mereka dan dampak yang ditimbulkan dari perjuangan

mereka dalam menegakkan HAM. Dampaknya dapat terlihat dari respon

yang ditimbulkan oleh dunia internasional terhadap peranan yang mereka

lakukan. Dampak ini dapat berupa dukungan, baik moral ataupun

finansial.

Kerjasama diantara para aktor-aktor HAM sangat dibutuhkan sekali

agar mereka dapat saling bahu-membahu dalam memperjuangkan HAM.

Kerjasama ini dapat terlihat dari kesinergisan antara aktor individu, NGO,

negara, wilayah regional, dan global. Apabila aktor-aktor ini dapat berjalan

sinergis dalam memperjuangkan prinsip-prinsip HAM, maka penegakan

prinsip-prinsip HAM dapat dicapai dengan mudah.

Akan tetapi, masalah utama yang timbul adalah tidak adanya

kesinergisan antara aktor-aktor tersebut. Kita lihat saja negara yang

seharusnya tugas utama dari negara adalah menjamin HAM rakyatnya.

Tapi fenomena ini tidak berlaku bagi negara otoriter. Dalam masalah ini

dapat kita simpulkan bahwa aktor-aktor HAM hanya dapat mendukung

rakyat sipil yang tertindas dengan dukungan moral dan finansial.

Mereka tidak dapat mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran

HAM di negara otoriter tersebut. Karena kekuasaan tertinggi yang ada di

negara tersebut dipegang oleh seorang diktator. Rezim diktator inilah yang

menjadi penghalang utama bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM di negara

tersebut. HAM hanya sebatas retorika seperti raungan macan yang

ompong. Tidak dapat melakukan apa-apa karena tidak memiliki otoritas

dan wewenang dalam mengambil kebijakan di negara tersebut.

Opini Berita.

Dalam makalah ini penulis menyertakan berita yang terkait dan

mempunyai hubungan dengan judul di atas. Penulis mengambil berita dari

BBC News yang memberitakan pembantaian sejumlah penduduk

berjumlah kurang lebih sekitar 200 orang. Pembantaian ini terjadi di Al-

Bayda dan Bainas yang berada di wilayah Suriah. Pembantaian ini adalah

pembantaian yang sangat mengerikan selama peperangan di wilayah ini.

Setelah membaca berita di atas penulis mencoba untuk

menganalisis berita tersebut sesuai dengan studi HI. Apabila melihat

aktornya, maka dapat kita pastikan bahwa aktor utama dalam

pembantaian ini adalah pasukan pemerintah. Sedangkan apabila kita lihat

dari power-nya, maka pemerintah cenderung menggunakan Hard Power.

Akibat dari penggunaan dari Hard Power, secara tidak langsung

pemerintah telah menimbulkan pengaruh di kalangan masyarakatnya.

Dampak utama dari pengaruh pemerintah yang ditimbulkan adalah

adanya respon dari rakyat sipil untuk melawan penindasan yang dilakukan

oleh rezim pemerintahannya. Hal inilah yang menimbulkan konflik

berkepanjangan di kawasan ini. Dalam menumpas kalangan

pemberontak, pemerintah membantai para penduduk baik laki-laki, wanita,

anak-anak, dan lansia secara membabi buta.

Hal di atas adalah benar-benar merupakan pelanggaran HAM yang

sangat berat sekali. Banyak sekali kalangan yang mengecam tindakan

tersebut, mulai dari presiden negara-negara di dunia, LSM, maupun

individu semua bersatu mengecam tindakan yang dilakukan oleh rezim

Bashar Asad. Akan tetapi, kecaman-kecaman yang dilontarkan hanyalah

seperti awan yang berlalu. Tidak ada tindakan lebih lanjut untuk

menangani hal tersebut. Karena mereka tidak mempunyai kekuasaan

dalam mengambil kebijakan di wilayah tersebut. Melawan adalah cara

satu-satunya untuk menyelesaikan konflik ini.

Daftar Bacaan:

Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar Ilmu Politik", Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional. Diakses pada tanggal

22 Juni 2013.

DR. Anak Agung Banyu Perwita,”Pengantar Hubungan Internasional”,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.