USULAN PENELITIAN

download USULAN PENELITIAN

of 11

description

penelitian jambu kristal

Transcript of USULAN PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN STEK PUCUK JAMBU KRISTAL ( Psiduim Guajava L. ) DENGAN KONSENTRASI HORMON NAA DAN MADU LIAR

Diusulkan oleh :PAMUJI 12112001 ANGKATAN 2012

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESK2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul Pengamatan Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Jambu Kristal (Psiduim Guajava L) Dengan Penambahan Madu Liar Dan Root Up Sebagai Zat Hormon Penumbuh Akar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada .................... sebagai dosen pembimbing I dan ....................... sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya usulan penelitian ini. Tidak lupa pula buat seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti. Akhirnya penulis sangat mengharapkan agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian.

Gresik, ......................

Pamuji

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR....................................................................................... iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang............................................................................................ 11.2. Tujuan Penelitian........................................................................................ 31.3. Hipotesis..................................................................................................... 32. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 42.1. Jambu Kristal ................................................................................. ........... 42.2. Syarat Tumbuh............................................................................................ 62.3. Madu Liar ................................................................................................... 72.4. Root Up....................................................................................................... 83. BAHAN DAN METODE .................................................................................... 113.1. Tempat dan Waktu ................................................................................... 113.2. Bahan dan Alat.......................................................................................... 11 3.3. Rancangan Penelitian............................................................................... 113.4. Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 12DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 19LAMPIRAN............................................................................................................... 22

Daftar lampiran

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangJambu kristal merupakan salah satu tanaman buah yang sudah memasyarakat, Jambu Kristal dipercaya merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung-Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Jambu Biji Kristal jumlah bijinya kurang dari 3% bagian buah.Tanaman jambu kristal merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun, dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 mdpl. Tanaman jambu biji kristal dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28C di sepanjang tahun sehingga cocok untuk di budidayakan sebagai penyuplai kebutuhan buah segar Indonesia . Kandungan gizi 100 g buah jambu biji masak segar : Kalori 49 kal; Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0.05 mg; Vitamin C 87 mg; Kalsium 14 mg; Fosfor 28 mg; Besi 1.1 mg; Protein 0.9 mg; Lemak 0.3 g dan air 86 g ( Ketty suketi, 2010 ). Buah jambu Kristal mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Warna daging jambu biji yang putih mengidikasikan jambu biji kaya akan vitamin C untuk kesehatan kulit. Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah dengue.

Daun jambu biji sudah dikenal sejak dahulu sebagai pencegah dan mengurangi diare. Oleh karena itu daun jambu bisa sebagai bahan baku dalam industri farmasi sehingga perbanyakan tanaman ini perlu dilakukan untuk secara industrial selain itu kebutuhan akan minuman barasa jambu juga makin di nikmati, jambu kristal bisa sebagai salah satu yang dapat berkompetensi karena memiliki keunggulan dapat berbuah sepanjang tahun, hanya membutuhkan waktu selama 7 bulan setelah tanam di lahan jambu ini dapat berproduksi dan menghasilkan buah siap konsumsi. Zat pengatur merupakan substansi organik yang secara alami diproduksi oleh tanaman, bekerja mempengaruhi proses fisiologi tanaman dalam konsentrasi rendah. Ada lima jenis zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu: 1. Auxin yang berfungsi untuk mempercepat pembentukan akar pada stek batang 2. Giberlin meningkatkan pembesaran dan perpanjangan sel 3. Sitokinin meningkatkan pembentukan dan perkembangan daun

4. Asam Absistat (ABA) diduga berfungsi suatu zat penghambat tumbuh 5. Etilen strukturnya sederhana dan berbentuk gas yang mempunyai respon terhadap kelebihan air. (Zulkarnaen, 2009)

Mengingat banyaknya manfaat dan kebutuhan akan jambu kristal perbanyakan tanaman ini perlu di giatkan karena masih belum banyak di kenal oleh masyarakat luas

1.2. Tujuan Penelitian mengenai perbanyakan jambu kristal masih belum banyak di laporkan beberapa perbanyakan tanaman beredar di masyarakat terutama di Balai Benih Kebomas Gresik yaitu dengan mencangkok, menyambung, dan menempel. Sehingga informasi mengenai teknik perbanyakan dengan stek pucuk perlu di lakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai perbanyakan tanaman jambu kristal melalui teknik stek pucuk, mengetahui manfaat madu sebagai zat perangsang pertumbuhan akar , mengetahui asal muasal pembentukan akar pada pucuk jambu kristal dan juga berguna untuk mengetahui teknik pembiakan vegetatif yang dapat diterapkan untuk melakukan perbanyakan jambu kristal.1.3. Hipotesis. Jambu kristal dapat di perbanyak dengan cara vegetatif yaitu dengan cara stek pucuk dengan perlakuan penambahan madu liar atau rooten up. Penambahan madu liar sebagai hormon penumbuh akar stek pucuk jambu kristal akan menunjukan hasil sama atau tidak berbeda nyata dengan pengunaan hormon Rooten Up sehingga madu liar bisa di gunakan sebagai hormon penumbuh akar alami

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Jambu KristalJambu kristal merupakan salah satu tanaman buah yang sudah memasyarakat, Jambu Kristal dipercaya merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung-Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik Taiwan yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Jambu Biji Kristal jumlah bijinya kurang dari 3% bagian buah.Pengembangan teknik stek pucuk dilakukan untuk memproduksi bibit secara masal. Keuntungan dari cara ini adalah anakan hasil perbanyakan membawa seluruh sifat induknya (Hamdan Adma Adinugraha, 2007) pelaksanaannya dan dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan murah (low technology).Teknologi perbanyakan tanaman vegetatif semakin berkembang salah satunya stek pucuk yang dilakukan pada berbagai tanaman kehutanan misalnya jati (Tectona grandis sp.), pasak bumi (eurycoma longiffolia jack) (arida susilowati 2010), jarak pagar (Jatropa curcas Linn) (Pasetriyani ET 2012). Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama (Naiem, 2000).Stek pucuk merupakan metode perbanyakan secar vegetatif menumbuhkan terlebih dahulu tunas tunas aksial pada media persemaian hingga tunas tersebut berakar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam yaitu kondisi fisiologi tanaman, waktu pengambilan stek serta faktor luar seperti media perakaran , suhu ,kelembapan intensitas cahaya, hormon penatur tumbuh ( naiem, 2000)Hormon yang digunakan adalah zat pengatur tumbuh Auksin dengan merek dagang Root up, yang mengandung bahan aktif (NAA). Zat pengatur tumbuh dapat merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif (cangkok dan stek) dan juga menggandung fungisida untuk mencegah jamur cendawan, infeksi, dan berbagaipenyakit di bagian yang terluka/terkena sayatan. sedangkan media tanam merupakan tempat tumbuh stek sehingga ada interaksi antara zat pengatur tumbuh dengan media sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman agar pertumbuhan stek, subur, sehat dan kuat.

1.2 Identifikasi Masalah

2.2. Syarat TumbuhMenurut kosasih et al., (2007) faktor penentu keberhasilan stek pucuk yaitu:a. Cahaya Dan Kelembapancahaya dan kelembapan merupakan faktor lingkungan yang utama yang menentukan keberhasilan pembentukan akar pada stek pucuk, cahaya yang memadai berjumlah 5000 lux dengan intensitas optimum sekitar 50 % diperlukan untuk proses fotosintesis dan kelembapan tinggi > 80%.b. Temperatur Temperatur media ideal bagi pembentukan akar bekisar 20 300 C sedangkan temperatur udara tidak lebih dari 400 C

2.3. Madu LiarMenurut Dr Filatof, ophthalmologis dari Rusia, madu mengandung perangsang biogenik yang berperanan meningkatkan kesegaran. Di dalam madu juga terdapat biose atau zat pengatur tumbuh yang mampu mempercepat pertumbuhan akar, tunas, serta pembungaan pada tanaman, selain zat antibakteria sehingga mampu membantu mencegah infeksi pada luka2.4. Rootone UpRooten up adalah hormon pertumbuhan akar, untuk merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetative (cangkok,stek). Rootone up mengandung hormon auksin ternyata dapat berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, pembentukan bunga dan buah, pertumbuhan akar pada stek batang, memperpanjang titik tumbuh, serta mencegah gugur dan fungsida untuk mencegah jamur, cendawan, infeksi dan berbagai penyakit di bagian yang terluka / terkena sayatan. Kandungan Rootone Up secara lengkap adalah sebagai berikut : Naphtalene acetamida (NAD) 0,067%, metil 1 Naphthalene acetamida (m-NAD) 0.013 %. Metil 1 Napthalene Acetic Acid (MNAA) 0.003%, Indol Butyric Acid (IBA) 0,057% dan thyram 4 %. (soemarno, 1975 dan Astuti, 2000).

BAB IIIMETODE DAN PELAKSANAAN3.1. Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Kebomas Gresik selama 3 bulan.3.2. Bahan dan AlatBahan1. Tanah2. Pasir3. Kompos4. Indukan Tanaman Jambu Kristal5. Air6. Madu Liar7. Rooten Up

Alat1. Sprayer2. Plastik Sungkup3. Baskom4. Gunting 5. Mistar / Penggaris6. Sarung Tangan7. Termometer8. Cetok9. Ember10. Pompa timer11. Polibag12. Label 13. Alat Tulis2.2 Rancangan PenelitianPenelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok (Completely Randomized Design) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yang diamati yaitu : a. Faktor jenis media P1: Pasir sungai P2: Kompos P3: Tanah P4: Campuran pasir sungai, kompos dan tanah dengan perbandingan 1: 1 : 1. b. Faktor hormon penumbuh akar M1: madu liar M2: Root UpSetiap perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri atas 10 stek, sehingga jumlah pengamatan seluruhnya sebanyak 480 stek pucuk. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai stek berumur 2 bulan. Parameter yang diamati meliputi persentase stek hidup, stek bertunas, stek berakar, panjang tunas, berat kering tunas dan volume akar.

2.3. Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan sebagai berikut:1. Penyiapan media tanamMedia tanam yang digunakan adalah pasir sungai kompos dan tanah yang diseterilkan dengan cara pemanasan. Media dimasukkan kedalam bak sebagai wadah media dengan perlakuan yang sudah di terapkan yang sudah di campur dengan perbandingan 1 : 1 : 1 lalu di ratakan dengan ketinggian 5 cm 2. Pemilihan bahan stekBahan stek yang dipilih yang bersifat autotrop yaitu tunas yang tumbuh ke atas. Pengambilan tunas dilakukan pada pagi hari dan penyetekan dilakukan secepatnya agar diperoleh tingkat keberhasilan tumbuh yang optimal. Tunas yang telah dipangkas dimasukkan ke dalam ember berisi air yang telah diberi fungisida, kemudian dibawa ke rumah kaca/persemaian untuk dibuat stek dan ditanam pada media tanam.3. Pembuatan stek pucukSetiap tunas dipotong sehingga memiliki panjang yang relatif seragam yaitu rata-rata 6-7 cm. Masing-masing tunas disisakan 2-3 helai daun dan setiap helaian daun dipotong setengah bagian. Bagian pangkal stek diiris untuk melukai jaringan pangkal stek agar terbuka dan mampu mengintensifkan penyerapan hormon penumbuh akar. Penanaman stek dilakukan dengan posisi tegak lurus pada media yang telah disediakan. Penanaman dilakukan secara hati-hati dengan terlebih dahulu membuat lubang tanam sedalam 2 cm.

4. Penyiapan larutan zat pengatur tumbuhZat pengatur tumbuh yang digunakan adalah Madu Liar dan Rootone Up dan yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 50 % hingga membentuk pasta. Setelah bahan stek dan larutan hormon tersedia maka bahan stek dicelupkan ke dalam larutan selama beberapa saat (satu menit), kemudian ditanam pada media tanam.5. Penanaman dan pemeliharaan stek pucuk.Sebelum stek pucuk ditanam, dibuat lubang tanam dengan kedalaman 2 cm. Kemudian setelah semua stek ditanam dilakukan di sparay. Setelah semua stek ditanam lalu di spray dengan air secukupnya untuk menjaga kelembapan, kelembapan udara di jaga sekitar 70-80 %, dengan intesitas cahaya matahari 25 % dan suhu rata-rata 24-28 0 C.segera ditutup dengan sungkup plastik. 6. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai stek berumur 2 bulan. Parameter yang diamati meliputi persentase stek hidup, stek bertunas, stek berakar, panjang tunas, berat kering tunas dan volume akar7. Aklimatisasi bibit stek pucukAklimatisasi bibit stek pucuk dilakukan setelah stek berumur 20- 30 hari, karena umumnya perakaran stek pucuk sudah berkembang dengan baik, yang ditandai dengan pertumbuhan panjang tunas dan penambahan jumlah daunnya. Kegiatan aklimatisasi dilakukan dalam rangka menyiapkan tanaman hasil stek pucuk agar beradaptasi dengan kondisi di luar bedengan sungkup. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuka sungkup secara bertahap. Aklimatisasi biasanya memerlukan waktu selama 2 minggu, kemudian bibit siap dipindah ke media Polibag ukuran 8 cm x 11 cm untuk mendapatkan cahaya lebih terbuka.