Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Click here to load reader
-
Upload
reni-carica -
Category
Documents
-
view
678 -
download
30
description
Transcript of Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Data Penawaran Teknis ini merupakan bagian dari Dokumen Penawaran secarakeseluruhan dari PT. WARTHA BAKTI MANDALA untuk pekerjaanPENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA DI KECAMATAN ABANG DAN KUBUDalam Dokumen Usulan Teknis ini terdapat beberapa bagian yaitu :
1. DATA ORGANISASI PERUSAHAAN2. DAFTAR PENGALAMAN KERJA3. URAIAN PENGALAMAN KERJA4. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA6. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN7. FASILITAS PENDUKUNG8. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN9. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI10. PENUTUP
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dokumen ini,kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Denpasar, Juli 2013
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
1
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
1.1. UMUMPT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan pada tanggal 10 Mei 1996 dengan
tujuan menyediakan layanan jasa konsultan bagi pihak pemerintah maupun
swasta khususnya keahlian jasa konsultan di bidang Perencanaan Kota dan
Wilayah sesuai dengan tuntutan pembangunan di masa mendatang.
Untuk menunjang tujuan tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA telah
membina sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahlian tersebut di
atas, baik tetap maupun paruh waktu.
VISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA adalah menjadi konsultan profesional
untuk menjadi bagian dalam kegiatan perencanaan pembangunan di Provinsi
Bali maupun nasional
MISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA :
1. Meningkatkan daya saing kualitas dan kuantitas SDM
2. Membangun kemitraan yang sehat dengan pemberi kerja dan antar
penyedia jasa konsultan
3. Memperluas bidang jasa layanan dan wilayah pelayanan
4. Menyediakan layanan konsultasi yang berkualitas dalam melaksanakan
pekerjaan
5. Menjunjung tinggi etika profesi dalam melaksanakan pekerjaan
konsultansi
2
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
Dalam melaksanakan proyek-proyek tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA
senantiasa berusaha memberikan yang terbaik, karena pekerjaan ditangani
oleh tenaga ahli - tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman, serta
disesuaikan dengan yang diisyaratkan dalam lingkup pekerjaan proyek.
1.2. DATA ADMINISTRASI1. Pendirian PerusahaanPT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan di Denpasar pada tanggal 10 Mei
1996 dengan Akte Notaris I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH Nomor 28,
adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultan dan
berkedudukan di Kota Denpasar. Perubahan Akte Pendirian Perusahaan
tertanggal 31 Desember 2002 Nomor 49 dengan Notaris I Gusti Ngurah
Putra Wijaya, SH.
2. Data Administrasi1. Nama Badan Usaha : PT. Wartha Bakti Mandala
2. Status Badan Usaha : Kantor Pusat
3. Alamat Badan Usaha : Jalan Trengguli Gg. XII/5 Denpasar
No. Telepon : 0361 – 463 564
No. Fax : 0361 – 463 564
E-mail : [email protected]
3. Izin Usaha, Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)No. IUJK : No. 1-002216-5171-1-
00027
Tanggal 5 Mei
2010
Masa berlaku izin usaha : 5 Mei 2013
Instansi Pemberi izin
Usaha
: Pemerintah Kota Denpasar
3
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
4. Izin Lainnya, Sertifikat Badan Usaha (SBU)No. Surat Uzin SBU : 1-5171-5-08-1-22-002216
Masa berlaku izin usaha : 28 April 2011 tanggal 28 April 2014
Instansi Pemberi izin
Usaha
: LPJK
5. Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha1. Akta Pendirian PT
a. Nomor Akta
b. Tanggal
c. Nama Notaris
: 28
: 10 Mei 1996
: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH
2. Akta Perubahan Terakhir
a. Nomor Akta
b. Tanggal
c. Nama Notaris
: 49
: 31 Desember 2002
: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH
6. PengurusA. Komisaris
No. Nama No. KTPJabatan Dalam
Perusahaan
I.
II.
III.
Ir. Wayan Hartana
Dra. Ni Wayan Sulasih
Ir. PMG. Jiwa Duarsa,
MM
5103051110540001
5171027112660014
5171040604680002
Komisaris
Komisaris
Direktur
B. Direksi/Pengurus Badan Usaha/Kemitraan
No. Nama No. KTPJabatan Dalam
Perusahaan
I. Ir. Wayan Hartana 5103051110540001 Komisaris
4
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
II.
III.
Dra. Ni Wayan Sulasih
Ir. PMG. Jiwa Duarsa, MM
5171027112660014
5171040604680002
Komisaris
Direktur
C. Data Keuangan
1. Susunan Kepemilikan Saham
No Nama No. KTP Alamat
Perse
ntase
(%)
1 Dra. Ni Wayan
Sulasih
5171027112660014 Jl. Trengguli XVII/3
Denpasar
25
2 Ir. PMG Jiwa Duarsa,
MM
5171040604680002 Jl.Tk.Yeh Aya
Gg.VII-1/BX
Denpasar
15
3 Ir. Wayan Hartana 5103051110540001 Br.Jaba
Tengah,Kel.Pemoga
n
15
4 Ir. Tumpal Herry.H. 196603120260/090
3005
Jl.Sapujagat D3/47
Bandung
15
5 Ir. Arif Yoga Samekto 196703260082/020
3046
Perumnas Sarijadi
94/1 Bandung
15
6 Ir. I Made Arca
Eriawan, MM
5171032309670004 Jl. P. Serangan
KNH 41 Denpasar
15
2. Pajak
5
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
a.
b.
c.
Nomor Pokok Wajib
Pajak
Bukti Laporan Pajak
Tahun Terakhir
Laporan Laporan
Bulanan (tiga bulan
terakhir) :
1) PPh Pasal 21
2) PPh Pasal 25/Pasal
29
3) PPN
:
:
:
:
:
01.777.450.6-904-000
No. 90403000004874
Tanggal 29 April 2011 (Terlampir)
Oktober : No. S-
01033784/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Nopember 2011 (terlampir)
Nopember : No. S-
01037090/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Desember 2011
Desember : No. S-
01002333/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2012
Tanggal 20anuati 2012
Oktober : No. S-
01033782/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Nopember 2011
Nopember : No. S-
01037093/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Desember 2011
Desember : No. S-
01002319/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2012
Tanggal 20 Januari 2012
Oktober : No. S-
01033783/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Nopember 2011
Nopember : No. S-
01037092/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011
Tanggal 21 Desember 2011
Desember : No. S-
6
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
1.3. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAANStruktur Organisasi Perusahaan PT. WARTHA BAKTI MANDALA seperti
tergambar pada diagram berikut.
Gambar 1.1DIAGRAM ORGANISASI PERUSAHAAN
PT. WARTHA BAKTI MANDALA
7
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
2.1. UMUMUnggulan layanan PT. Wartha Bakti Mandala adalah pada Bidang Tata
Lingkungan pada Sub Bidang Jasa Perencanaan Urban. Namun demikian
sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga
ahli yang dimiliki, maka bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan
Jasa Non Konstruksi.
Berdasarkan perkembangan waktu, jenis pekerjaan yang tertuang dalam
Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultan terdiri dari Jasa Konsultansi Konstruksi
dan Non Konstruksi. Lingkup pekerjan tersebut adalah :
Jasa Konsultansi Konstruksi :No Bidang Sub Bidang1 Tata Lingkungan Jasa Konsultansi Lingkungan
Jasa Perencanaan Urban
Jasa Nasehat /Pradesain tata
lingkungan lainnya
2 Sipil Jasa Nasehat /Pra desaig dan DED
Bagunan
Jasa Konsultansi Non Konstruksi :No Bidang Sub Bidang
1 Pengembangan Pertanian
dan Perdesaan Prasaran Sosial dan Pengembangan
/Partisipasi Masyarakat
Perkebunan dan mekanisasi
8
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
Pertanian
Kehutanan
Perikanan
2 Keuangan Manajemen Keuangan Perusahaan
3 Kependudukan Sub Bidang Kependudukan lainnya
4 Jasa Survey Survey teristris
Pengindraan Jauh
Sistem Informasi Geografis
5 Jasa Konsultansi
Manajemen Pelatihan dan Pengembangan SDM
Dalam kegiatan usahanya, PT. Wartha Bakti
Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di
Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, juga
telah bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain untuk menggarap
pekerjaan-pekerjaan dengan skala nasional.
9
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. Wartha Bakti Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai
keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali, juga telah mulai mengerjakan pekerjaan konsultansi skala
nasional di Kementerian dan Lembaga dan bekerjasama dengan Konsultan dari
daerah lain maupun lembaga perguruan tinggi,
Besar harapan kami, sesuai sumber daya manusia yang kami miliki saat ini
kami tetap dapat secara profesional mengerjakan semua lingkup pekerjaan di
atas jika diberi kepercayaan dan kesempatan. Dalam perjalanannya, PT Wartha
Bakti Mandala sudah banyak memperoleh kesempatan untuk mengerjakan
pekerjaan yang menjadi core bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah
dan Kota, Tata Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Beberapa layanan kerjasama yang telah dilakukan meliputi kerjasama dengan :
1. Kementerian Pekerjaan Umum
2. Kementerian Kelautan dan Perikanan
3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup
4. Bank Dunia (World Bank)
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali
6. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali
7. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Provinsi Bali
8. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali
9. Dinas Perkebunan Provinsi Bali
10. Setwilda Kabupaten Tabanan
11. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng
12. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tabanan
13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Denpasar
14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Badung
15. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar
16. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Klungkung
17. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangli
10
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana
19. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem
20. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng
21. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem
22. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tabanan
23. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Badung
24. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Denpasar
25. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gianyar
26. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng
27. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng
28. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar
29. Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar
30. Kerjasama dengan LSM
31. Kerjasama dengan Universitas Udayana
32. Kerjasama dengan Universitas Warmadewa
11
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS10 (SEPULUH) TAHUN TERAKHIR
PT. Wartha Bakti Mandala
No.
PenggunaJasa/Sumber
DanaNama Paket Pekerjaan
LingkupLayanan
PriodeOrangBulan
Nilai Kontrak Mitra Kerja
1 2 3 4 5 6 7 81 Bappeda Kab.
Badung/APBD
Kab. Badung
Penyusunan Rencana
Induk Objek Wisata
Sangeh di Kecamatan
Abiansemal
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
7 Feb. 2000 –
27 Maret
2000
11/2 Rp.
102.092.000,-
-
2 Bappeda Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan
Pengembangan
Kawasan Tertinggal
Proyek
Pengembangan
Kawasan Tertinggal
Tersebar di 9
(Sembilan) Kab./Kota
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
26 sept. 2000
– 24 Des.
2000
7/3 Rp.
194.546.500,-
-
12
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
3 Bappeda Kab.
Jembrana/APBD
Kab. Jembrana
Penyususunan Revisi
Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Jembrana
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
24 Juli 2000
– 6 Dsember
2000
6/4 Rp.
143.995.500,-
-
4 Bappeda Provinsi
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan Profil dan
Pengelolaan Sumber
Daya Alam Wilayah
Pesisir dan Laut
Kabupaten Buleleng
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
16 Agst 2002
– 14 Des
2002
9/4 Rp.
293.925.000,-
-
5 Dinas PU Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan RDTR
Kawasan Sepanjang
Jalur rencana Jalan
Arteri Beringkit-Batuan
Purnama
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
21 Juni 2002
– 18 Des
2002
7/6 Rp.
284.493.000,-
-
6 Dinas PU Prov. Bali Penyusunan RUTR
Kawasan Perkotaan
(Sarbagita)
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
13 Juni 2003
– 9
Desember
2003
9/6 Rp.
379.973.000,-
-
13
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
7 Disbudpar Kab.
Buleleng/APBD
Kab. Buleleng
Program Inovatif
Implementasi
Samudera Kertih
Berbasis Partisipasi
Masyarakat di
Kawasan Pariwisata
Lovina
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
22 April 2004
– 21 Agst
2004
5/4 Rp.
393.008.000,-
-
8 BPMD Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan Peta
Pembangunan Desa
Melalui Kegfiatan
Menggagas Masa
Depan Desa (MMDD)
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
8 Mei 2006 –
4 Nov. 2006
3/6 Rp.
305.013.500,-
-
9 Dinas PU Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Sosialisasi dan
Pembahasan Draf
Peraturan Gubernur
tentang RDTR
Kawasan Teluk Benoa
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
6 Juni 2006 –
2 Des 2006
10/6 Rp.
575.070.000,-
-
14
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
10 Bappeda Kab.
Karangasem/APB
D Kab.
Karangasem
Inventarisasi dan
Evaluasi Keluarga
Miskin
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
19 Juni 2006
– 19 Nop.
2006
6/5 Rp.
571.000.000,-
-
11 Bappeda Kota
Denpasar/APBD
Kota Denpasar
Penyusunan Pedoman
Teknis Pembangunan
Kota Denpasar
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
1 Agst. 2006
– 28 Nop.
2006
10/4 Rp.
487.795.000,-
-
12 Satker Dinas
Perikanan dan
Kelautan Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan Rencana
Pengembangan
Kawasan Konservasi
Laut Daerah Di
Provinsi Bali
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
6 Sept. 2006
– 4 Des.
2006
3/3 Rp.
83.980.000,-
-
15
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
13 BPMD Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan
Pengembangan
Kawasan Perdesaan
Terpadu Berbasis
Komunitas pada
Wilayah Kabupaten
Buleleng dan
Kabupaten
Karangasem
(Kawasan Desa
Tembok dan Tianyar)
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
5 Juni 2007 –
4 Des. 2007
9/6 Rp.
477.845.500,-
-
14 Bappeda Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Pekerjaan Kajian
Penyusunan
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
pada Kawasan
Strategis
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
2 Juli 2007 –
28 Des 2007
8/6 Rp.
285.010.000,-
-
16
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
15 Bappeda Kab.
Gianyar/APBD Kab.
Gianyar
Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan
Gianyar
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
15 Agst. 2007
– 28 Des.
2007
10/4,5 Rp.
273.000.000,-
-
16 Dirjen Kelautan,
Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
Direktorat Pesisir
dan Laut
Mitigasi Kerusakan
Terumbu Karang
Untuk Kegiatan
Perikanan dan Wisata
Bahari Kabupaten
Buleleng Propinsi Bali
Tata
Lingkungan
13 Agust.
2007 – 13
Des. 2007
12/4 Rp.
197.510.000,-
-
17 Bappeda Kab.
Badung/APBD Kab.
Badung
Penyusunan Zoning
Regulation
Pembangunan di
Kawasan Seminyak,
Legian dan Kuta
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
20 Juni 2007
– 16
Nopember
2007
7/5 Rp.
207.171.000,-
-
18 Bappeda Kab.
Klungkung
Survey dan Pemetaan
Revisi Jalur Hijau
Kabupaten Klungkung
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
9 Juli 2007 –
5 Nopember
2007
9/4 Rp.
365.783.000,-
-
17
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
19 BPMPD Prov.
Bali/APBD Prov.
Bali
Penyusunan
Pengembangan
Kawasan Perdesaan
Berbasis Masyarakat
pada Lintas Kabupaten
Tabanan dan
Kabupaten Buleleng
(Kawasan Desa
Pupuan dan Desa
Subuk)
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
15 Mei 2008
– 17 Nop.
2008
7/6 Rp.
426.783.000,-
-
20
.
Dirjen Penataan
Ruang/APBN
Peningkatan
Pelaksanaan Penataan
Ruang Kawasan
Metropolitan Sarbagita
(Denpasar-Badung-
Gianyar-Tabanan)
Propinsi Bali
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
5 Juni 2008 –
5 Des. 2009
28/18 Rp.
4.704.000.675,-
PT.
Lenggogeni
dan PT.
Arcende
18
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
21
.
Satker PKP
Bali/APBN
Pekerjaan Penyusunan
Strategi
Pengembangan
Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) Kota
Denpasar
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
20 April 2010
– 15
Desember
2010
7/8 Rp.
950.576.000,-
-
22
.
Bappeda Kab.
Jembrana/APBD
Kab. Jembrana
Pekerjaan Evaluasi
RPJMD Kabupaten
Jembrana
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
13 Okt. 2010
– 13 Des.
2010
2/2 Rp.
43.300.000,-
-
23
.
Satker PKP
Bali/APBN
Penyusunan Strategi
Pembangunan
Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) Kabupaten
Tabanan
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
18 Mei 2011
– 13
Desember
2011
9/7 Rp.
801.141.000,-
-
19
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
24
.
Bappeda Propinsi
Bali/APBD
Propinsi Bali
Penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang
Kawasan Strategis
Pariwisata Air Sanih di
Kabupaten Buleleng
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
30 Mei 2011
– 30
Nopember
2011
8/6 Rp.
427.185.000,-
-
25
.
Bappeda kab.
Bangli/APBD
Kab.Bangli
Penyusunan rencana
Detail Tata Ruang
Kecamatan Kintamani
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
1 Agustus
2011 – 13
Desember
2011
7/4,5 Rp.
337.672.000,-
-
26
.
Dinas PU Propinsi
Bali/APBD
Propinsi Bali
Penyusunan Prosedur
Insentif dan
Disinsentif
Pemanfaatan Ruang
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
2 Agustus
2011 – 29
Desember
2011
8/5 Rp.
234.603.000,-
-
27
.
Bappeda Litbang
Kabupaten
Badung/APBD
Kab. Badung
Penyusunan
Rancangan Peraturan
Daerah RDTR
Kecamatan
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
14 Juni 2011
– 12
September
2011
2/3 Rp. 97.691.000 -
20
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
28
.
Bappeda Kota
Denpasar/APBD
Kota Denpasar
Penyusunan Rencana
Rinci Kawasan
Strategis Kota
Denpasar
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
23 Mei 2011
– 19 Oktober
2011
8/5 Rp.
187.275.000,-
-
29
.
Bappeda dan PM
Kab.
Jembrana/APBD
Kab. Jembrana
Penyesuaian dan
Sosialisasi
Rancangan Peraturan
Daerah RTRW
Kabupaten Jembrana
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
22 Agustus
2011 – 20
Nopember
2011
6/3 Rp.
119.680.000,-
-
30
.
Bappeda
Kab.Tabanan/APB
D Kab. Tabanan
Penyusunan Kajian
Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) Kab.
Tabanan
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
18 Oktober
2011 – 3
Desember
2011
5/2 Rp.
91.400.000,-
-
31
.
Bappeda kab.
Klungkung/APBD
Kab. Klungkung
Penyusunan Kajian
Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS)
Kabupaten Klungkung
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
11 Nopember
2011 – 11
Desember
2011
5/1 Rp.
49.390.000,-
-
21
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
32
.
Dinas Peternakan,
Kelautan dan
Perikanan Kab.
Karangasem
Belanja Jasa
Konsultansi Pemetaan
Wilayah Tambak,
Tata
Lingkungan/
Perencanaa
n Urban
19 April 2011
– 17 Juni
2011
6/2 Rp. 78.639.00,- -
22
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
Dalam perjalanan selama usahanya, PT Wartha Bakti Mandala sudah banyak
memperoleh kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi core
bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Tata Lingkungan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Namun demikian sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga ahli yang dimiliki, maka
bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan Jasa Non Konstruksi.
Dalam usianya yang remaja ini, PT. Wartha Bakti Mandala selain telah
mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali,
juga telah bekerjasama dengan Konsultan dari
daerah lain untuk menggarap pekerjaan-
pekerjaan dengan skala nasional di
Kementerian dan Lembaga dan
bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain maupun lembaga perguruan
tinggi. Beberapa pengalaman utama PT. Wartha Bakti Mandala yang diakui
23
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
kualitasnya secara Nasional dan sejenis dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan antara lain :
1. Penyusunan Zoning Regulation Pembangunan di Kawasan Seminyak,
Legian dan Kuta Kabupaten Badung.
2. Mitigasi Kerusakan Terumbu Karang Untuk Kegiatan Perikanan dan Wisata
Bahari Kabupaten Buleleng Propinsi Bali
3. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis Kota Denpasar
4. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Laut Daerah
Di Provinsi Bali
5. Sosialisasi dan Pembahasan Draf Peraturan Gubernur tentang RDTR
Kawasan Teluk Benoa
6. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kintamani Kabupaten
Bangli
7. Perencanaan Pembangunan Wilayah Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi,
Sosial Budaya, Pelaku Usaha Perikanan dan Masyarakat Pesisir
Kabupaten Gianyar
8. Peningkatan Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Metropolitan
Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan) Propinsi Bali
9. Program Inovatif Implementasi Samudera Kertih Berbasis Partisipasi
Masyarakat di Kawasan Pariwisata Lovina Kabupaten Buleleng
10. Penyusunan RDTR Kawasan Sepanjang Jalur rencana Jalan Arteri
Beringkit-Batuan Purnama.
11. Penyusunan Pedoman Teknis Pembangunan Kota Denpasar
12. Penyusunan Profil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir
dan Laut Kabupaten Buleleng
13. Pekerjaan Kajian Penyusunan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada
Kawasan Strategis Provinsi Bali
14. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat
pada Lintas Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng (Kawasan Desa
Pupuan dan Desa Subuk)
24
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
15. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu Berbasis
Komunitas pada Wilayah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem
(Kawasan Desa Tembok dan Tianyar)
16. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pariwisata
Lebih
17. Penyusunan Rencana Sempadan Pantai Kabupaten Badung
18. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sepanjang
Jalan Arteri Tohpati – Kusamba
19. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata Air
Sanih Kabupaten Buleleng
20. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Tabanan
21. Penyesuaian dan Sosialisasi Materi Teknis dan Rancangan Peraturan
Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana
22. Penyesuaian Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK) Ibukota Kabupaten
Badung
23. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) Kota Denpasar
24. Sosialisasi dan Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Tabanan
25. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Sarbagita, (telah
menjadi peraturan presiden, Perpres No. 45 Tahun 2011.
26. Penyusunan Masterplan KDTWK Tanah Lot
27. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kediri
28. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali, (telah
diperdakan, Perda 16 Tahun 2009)
29. Penyusunan RTRW Kota Denpasar dan sebagainya.
25
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
Masterplan KDTWK Tanah Lot
RTR Kaw. Metropolitan Sarbagita
26
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
27
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
28Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
4.1. UMUMDari pemahaman yang didapat konsultan setelah mempelajari dan menelaah
KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu. secara secara umum konsultan sudah dapat memahani tujuan dan
maksud atas diselenggarakannya kegiatan pendampingan ini. Dalam konteks ini
adalah pemahaman konsultan diperoleh dari uraian efektif dan efisien yang
terjabar dalam KAK. Konsultan memahami konsep dasar atas kegiatan yang
ada, konsep dasar yang dituangkan dalam bentuk-bentuk substansi dari KAK
dengan proporsi yang seimbang tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi yang
telah tersajikan dalam KAK. Diharapkan dengan kondisi yang kondusif dengan
pemahaman yang ideal, tujuan dan manfaat dari hasil akhir kegiatan ini dapat
tersalurkan dan bermanfaat.
Terlepas dari pemahaman konsultan terhadap KAK, keinginan mendasar
konsultan terhadap keberhasilan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan di Kecamatan Abang dan Kubu adalah terlaksananya pekerjaan
ini dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan pihak-pihak terkait
lainnya. Konsultan menyadari pentingnya keberadaan peta risiko bencana
khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai
dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui
ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana.
Secara rincinya tanggapan dan saran konsultan terhadap poin-poin pokok yang
tertera dalam KAK akan dijabarkan sebagai berikut :
29Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
4.2. TANGGAPAN TERHADAP KAK4.2.1. Tanggapan Umum
Secara umum KAK telah memberikan gambaran yang cukup jelas dengan
proporsi efektif dan efisien. Semua hal-hal pokok yang diperlukan sebagai
gambaran dasar pekerjaan telah tertuang dengan proporsional. Batasan,
ruang lingkup, jenis pekerjaan, tahapan, beserta hasil yang diharapkan telah
tersaji secara runut dan ringkas, sehingga tidak sulit untuk diinterpretasikan.
Beberapa hal yang masih belum jelas ke depannya akan diajukan dalam
bentuk tanya jawab melalui panitia acara. Yang kemudian akan
didokumentasikan dalam bentuk berita acara yang menjadi daftar tambahan
bagi konsultan. Jadi pada umumnya atau garis besarnya konsultan telah
paham terhadap maksud tujuan KAK dari kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
Demi menyingsong hasil yang maksimal ke depannya diharapkan terdapat
komunikasi dalam bentuk koordinasi untuk menyatukan pemahaman dan
tujuan dari kedua belah pihak, yaitu baik dari pihak konsultan maupun pihak
pengguna jasa.
4.2.2. Tanggapan Khususa) Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Latar belakang dari KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu telah dengan apik landasan pemikiran dan
pertimbangan yang melatar belakangi diadakannya kegiatan ini. Latar
belakang memberikan gambaran tentang 21 (dua puluh satu) potensi
ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa
Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang,
Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit
Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi,
Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Kondisi dan alasan
perlu adanya kegiatan ini guna mewujudkan peta risiko bencana yang
30Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
diharapkan dapat memberi maanfaat kepada masyarakat khususnya
mengenai pencegahan dan penanggulangan potensi bencana di Kabupaten
Karangasem khususnya wilayah Kecamatan Abang dan Kubu.
b) Tanggapan Terhadap Kegiatan Yang Dilakukan dan Cara Pelaksanaan
Kegiatan
Sesuai dengan KAK, kegiatan ini adalah Penyusunan Peta Risiko Bencanadi Kecamatan Abang dan Kubu dimana di dalam KAK juga disebutkan
tahapan pekerjaan meliputi tapan persiapan, survei, pengumpulan data,
penyusunan analisa, dan penyusunan peta. Dimana yang telah tersebutkan
itu adalah poin-poin inti dari kegiatan ini secara keseluruhan. Dalam poin-poin
tersebut juga selanjutnya dijelaskan tindakan/bentuk action yang dilakukan di
lapangan. Konsultan melihat apa yang tertera pada KAK keseluruhan lingkup
pekerjaan yang masuk didalamnya bisa terlaksana sepenuhnya dengan baik,
dan sasaran dari pekerjaan yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat
waktu. Dan konsultan cukup memahami apa yang disajikan dalam KAK,
maupun penjelasan-penjelasan yang disampaikan dalam rapat penjelasan
yang telah dilakukan. konsultan berpendapat bahwa lingkup pekerjaan sudah
sangat jelas dan mudah dipahami oleh Konsultan. Hal yang perlu
dipertanyakan hanya bersifat teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c) Tanggapan Terhadap Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
Konsultan berpendapat bahwa maksud, tujuan dan sasaran dari pekerjaan
sudah cukup jelas dan konsultan berkeyakinan dapat menyelesaikannya
dengan sebaik - baiknya. Apa yang tertuang dalam maksud dan tujuan KAK
mengenai Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu dalam mewujudkan solusi dalam penanggulangan potensi bencana
dalam bentuk peta risko sudah cukup memberikan pemahaman mengenai inti
pokok utama pekerjaan secara umum.
d) Tanggapan Terhadap Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Sesuai dengan judul kegiatan ini, Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu, tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah
31Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Kecamatan Abang dan Kubu di Kabupaten Karangasem. Konsultan menilai
lokasi pengadaan kegiatan ini sudahlah tepat, mengingat latar belakang yang
bertutur tentang kondisi wilayah yang dimaksud KAK ini memang perlu
adanya dan juga dengan dukungan semua sumber daya yang ada, konsultan
optimis kegiatan ini akan berlangsung dengan baik dan bermanfaat bagi
wilayah kajian yang dimaksud ini.
e) Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang tertera dalam KAK sudah tersirat dalam tahapan
pekerjaan dengan garis besar menjelaskan cakupan materi yang menjadi
bahan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di diKecamatan Abang dan Kubu dimana memuat poin-poin utama dalam
harapan pencapaian dalam tiap cakupannnya. Dimana nanti dalam proses
pengerjaan pekerjaan ini perlu lagi dilakukan pengembangan dari tiap poin
yang ada guna mencapai poin-poin yang diharapkan serta telah mendekati
pola umum proses perencanaan tata ruang yaitu terdiri dari lingkup wilayah
perencanaan, lingkup materi serta ruang lingkup kegiatan dan metode
pelaksanaan pekerjaan.
f) Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini berlangsung selama
150 (seratus lima puluh hari) hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK.
Konsultan melihat jangka waktu yang tertera dalam KAK tersebut sudah
cukup dalam masanya memenuhi tahapan-tahapan kegiatan yang harus
dilalui demi berlangsung dengan lancar dan baiknya kegiatan ini. Untuk itu
dalam pemanfaatan waktu tersebut, konsultan melakukan manajemen waktu
melalui pembuatan jadwal kegiatan. Dimana jadwal kegiatan tersebut
berfungsi sebagai acuan konsultan dalam melaksanakan kegiatan demi
tercapainya hasil pekerjaan yang baik, maksimal, efisien, dan bermanfaat
dengan tepat waktu.
g) Tanggapan Terhadap Output/Keluaran
32Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Output atau keluaran yang diharapkan yang terjelaskan dalam KAK sudah
jelas memperlihatkan hal yang ingin dicapai sebagai keluaran, yaitu peta
risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan
Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana
yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
h) Tanggapan Terhadap Personil
Dalam pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abangdan Kubu ini, di dalam KAK sudah tercantum syarat dan kualifikasi pada
tenaga manusia yang dibutuhkan. Bahkan juga disbebutkan tentang
kepemilikan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya bagi bagi ahli ahli
geodesi dan ahli remote sensing. Syarat dan kualifikasi yang tercantum di
KAK tersbut sudah dapat dipenuhi konsultan sebagai pihak penyelengara,
sebagai bukti atas keseriusan konsultan terhadap kegiatan ini.
Kebutuhan Personil
Dilihat dari uraian KAK, dalam pekerjaan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu yang memperlihatkan
bahwa kebutuhan personil meliputi 7 (tujuh) orang tenaga ahli beserta
4 (empat) orang asisten tenaga ahli dan seornag chief surveyor, serta
tenaga penunjang di bagian surveyor sebanyak sepulu orang, dua
orang operator CD/GIS, administrasi dankeuangan, operator
komputer/typist, dan supir. Dengan kualifikasi tersebut konsultan akan
menyediakan jumlah personil dan kualifikasi yang disyaratkan sesuai
dengan KAK. Dengan pengadaan tenaga yang sesuai dan lengkap
berdasarkan list pada KAK, konsultan yakin dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan tepat waktu dan menghasilkan suatu
output/keluaran yang sesuai dengan yang diharapkan.
Uraian Tugas Personil
33Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tiap personil memiliki tugas dan tanggung jawab spesifik dalam
andilnya di kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini. Maka dari itu adanya uraian tugas
memudahkan team leader dalam memplotkan jadwal kegiatan dengan
kebutuhan personil sesuai dengan kebutuhan target yang hendak
dicapai. Sehingga tiap step kegiatan dapat berjalan lamcar dan tepat
waktu.
i) Tanggapan Terhadap Metode dan Pendekatan Pekerjaan
Metode dan Pendekatan Pekerjaan memperlihtakan bagaimana dan apa saja
aspek penysuun berkangsungnya kegiatan ini. Secara keseluruhan apa yang
tercantum di dalam (KAK) sudah dapat mewakili secara umum kegiatan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan di Kecamatan Abangdan Kubu sudah memenuhi kualifikasi metode dan pendekatan yang lazim
digunakan dalam kegiatan pemetaan. Jadi konsultan merasa yakin dan
optmis dengan memperhatikan dan menggunakan metode kerja dan
pendekatan dengan baik maka hasil pekerjaan yang didapatkan sesuai
dengan yang direncanakna dan diharaokan. Ke depannya perlu diadakan
komunikasi antara pihak-pihak yang berkepinntingan guna evaluasi dan
monitoring metode dan pendekatan pekerjaan untuk keperluan Kecamatan
Abang dan Kubu dalam aplikasinya.
5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA
5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di
Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan
pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian
bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku
dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-
lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa
salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah
menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan
kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai
dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan
rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.
Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi
yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan
pemetaan risiko bencana.
Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan
melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem
tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di
Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,
Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,
Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun
anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan
penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.
Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan
atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis
bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif
Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan
dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang
dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.
SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana
khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah
ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
b. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-
masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah
tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis
tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa
untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :
a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat
luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas
pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi
rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.
c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman
Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di
masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah
kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang
berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak
dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan
Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi
kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi
penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi
mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana
secara mandiri.
Analisis Kapasitas
Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk
mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko
Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang
disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana
Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala
minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar
bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi
Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang
disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam
proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan
DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan
apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya
pekerjaan ini.
A. APRESIASI1) Umum
Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko
bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem
yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah
manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali
potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara
pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini
menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek
mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi
merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang
sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten
Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam
penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,
dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)
potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni
Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin
Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,
Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan
Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting
sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan
risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi
bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi
sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan
yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko
yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah
dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga
masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,
diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana) :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan
daerah.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat.
Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya
disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya
disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan
dalam menghadapi ancaman bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area
yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu
dan oleh atribut non-spasialnya.
Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.
Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis
maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi
dengan kondisi sesungguhnya.
Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah
sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data
tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas
maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan
perhitungan tertentu.
Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa
pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya
tsunami.
Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul
akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah
penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.
Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana.
Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian
dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian
dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu
daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian
dan Kapasitas Daerah.
Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana
suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian
Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :
UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah
PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana
PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.
2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana.
Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.
Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat.
Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan
risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun
intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko
bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan
dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat
ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat
dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan
berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah
mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi
dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau
institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.
Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang
kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan
kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara
spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas
dan peta risiko bencana.
Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya
tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi
Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada
aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta
kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas
Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang
dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat
peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,
peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan
adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada
di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana
longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan
peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator
masing-masing análisis risiko
1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi
patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata
curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena
dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,
kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis
batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok
rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di
kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah
rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di
kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll
5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah
sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,
desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang
pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan
organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat
peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan
bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani
pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada
bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa
dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan
meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan
dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman
pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi
Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode
yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :
a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-
Up Approach)
Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,
sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah
keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan
komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari
atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada
tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam
pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan
permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
b. Pendekatan Strategis
Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara
keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi
pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala
prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur
guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif
Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan
permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu
juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,
sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini
bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait
dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas
secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya
didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan
Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah
(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan
ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai
manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai
dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk
keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat
Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,
untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk
dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional
yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta
masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.
Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak
berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam
aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi
komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat
dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis
Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal
yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;
legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.
a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal
Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal
adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang
dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-
sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah
dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui
azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon
: sudut luar
: azimuth
Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ;
n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana :
n : nomor titik poligon
: sudut luar
z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal
Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan
waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan
bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang
referensi, pekerjaan dibagi atas :
a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.
b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran
vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik
tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya
melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan
tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila
diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang
melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya
memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.
Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)
terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai
data pada peta topografi.
3) Pengukuran Detail
Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan
bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini
tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh
karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada
pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi
dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran
pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar :
A : tempat berdiri alat
B : tempat berdiri rambu
M : sudut miring
hi : tinggi alat
h : beda tinggi
BA : bacaan benang atas
BT : bacaan benang tengah
BB : bacaan benang bawah
L : BA – BB
D : jarak datar
D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;
L’ = L x cos m = L sin z
D = L’ x F = 100 sin2z
D = D’ sin z
Beda tinggi ( h )
h = D’ cos z = 100 L sin z cos z
= 100.0,5. L (2 sin z cos z)
= 50 sin 2z L
Sehingga beda tinggi ; A-B (h)
HAB = h1 + h – BT
HB = HA +h – BT
Dengan
HB = ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar
seperti di bawah :
Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap
titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 5.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris
Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan
udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di
B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat
dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi
suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar 5.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z = sudut zenith
m = sudut miring
s = jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri
Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat
di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak
(Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi
antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban
sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau
mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode
barometris.
Gambar 5.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar
Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan
garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b
adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat
dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan
waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi
nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat
sejajar dengan garis arah nivo
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan
peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-
unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata
ruang wilayah dalam berbagai skala.
2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000
Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan
peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan
citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan
simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan
karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel
E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan
Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai
macam alat, yaitu:
a) Theodolit Manual
Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut
istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar
kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu
titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang
tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA
+BB.
b) Digital Theodolit (DT)
Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan
jarak dari satu patok ke patok lain.
c) Waterpass
Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok
dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2
patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di
belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas
(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).
Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada
azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak
terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk
penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas
ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran
Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan
menggunakan metode manual atau dengan metode digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan
dengan :
a) Membuat grade pada kertas .
b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.
c) Membuat poligon tertutup.
d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)
e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil
perhitungan pengukuran memancar.
f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan
pengukuran
Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya
dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software
yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama
untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,
baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu
data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital
menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak
membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan
dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan
akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk
menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan
rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau
dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang
yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan
visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.
Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai
mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe
bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer
cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan
superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat
mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat
digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan
cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer
adalah sebagai berikut :
Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).
Penyimpanan dan manajemen data
Pengolahan dan manipulasi data
Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan
pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari
pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan
pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi
pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.
Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis
sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data
lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di
luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang
digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting
ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data
yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan
membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan
kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu
untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan
yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat
dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,
penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.
Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu
untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari
metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala
suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk
menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai
contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe
penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat
acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak
representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika
dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid
yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan
metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.
Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai
untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang
petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya
CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk
semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang
menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan
berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan
prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif
batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGIKomponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan
kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana
suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta
benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan
mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu
kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar
yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan
bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
1) Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaGambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan
overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta
Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang
dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk
dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman
bencana yang ada pada suatu kawasan.
Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaGambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh
dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko
Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan
masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia
tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman
yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi
dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas.
Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat
Risiko Bencana.
Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen KajianGambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode
penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana
terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila
diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang
telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan
Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian
Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.
Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana IndonesiaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
4) Analisis RisikoPeta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk
setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus
dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman
Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah
Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:
≈ ∗dimana:
R : Disaster Risk: Risiko Bencana
H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu
cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu
V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu
dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.
Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan
(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik
bencana
C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
pulih dari bencana tertentu.
Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set
parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung
oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam
tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya
sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini
menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan
dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum
digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar
Indonesia.
Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan
dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V
/ C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai
indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human
Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding
setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang
dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai
minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus
dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang
kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10)
daripada konversi 'linier'.
Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon
indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis.
Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan
penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam
beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu
sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan
dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan
kombinasi lapisan GIS berbasis vektor dan grid akan digunakan,
dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor,
dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta
bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari
sumber-sumber ini.
Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta
secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam
sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko
bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.
5) Analytic Hierarchy ProcessDalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya
tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor
pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli.
Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic
Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan
sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu
metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan
bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala
prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan
yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang
merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain
sehubungan dengan suatu bencana tertentu. Penjelasan skala
dijelaskan pad Gambar 5.11.
Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk PerbandinganPasangan-Bijaksana dari Indikator
Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks,
dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan
diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian
menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP
memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari
matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya
sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk LongsorMenggunakan AHP
Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan ResikoMetodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan
teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan,
Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang
digunakan :
Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor)
Penggabungan dan pemotongan layer grid
Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda
Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll)
Grid ‘perhitungan’
Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid
Persiapan rangkuman statistik dan histografis
Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada
Tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental
7) Indeks Ancaman BencanaIndeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama,
yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang
pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan
bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian
yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko
bencana, komponen komponen utama ini dipetakan dengan
menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan
setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari
sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana
dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana
8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard)Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta
bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi
dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan
dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana.
Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan
frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah
dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan
menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana :
a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa)
Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard,
gunakan nilai berikut :
Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko.
Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan
nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :
b. Longsor (ESDM)
Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3
kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :
c. Gunungapi (PVMBG)
Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung
api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG
Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG,
gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang
terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk
gunung api yang belum tersedia featurenya.
d. Banjir (PU dan Bakosurtanal)
Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan
overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk
mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :
e. Kekeringan (BMKG)
Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5
kelas menjadi 3 kelas.
Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang,
rendah)
Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari
K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi
yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi :
a. Tsunami
BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami
Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi
tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkah-
langkahnya sebagai berikut :
Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap
Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan
konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox
di ArcMap.
Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan
pemilihan dengan menggunakan query builder,
“grid_code”>=0
Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif.
Klik kanan pada layer > data expot.
Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut
titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi
tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses
overlay.
Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian
maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen
TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah
ini.
Export qery menjadi sebuah feature baru.
Lakukan pengkelasan berdasarkantinggi genangan
maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field
baru.
Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan
maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum –
1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3)
Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi
nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas
berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru.
Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi
data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan
satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100.
Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami
dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi,
gunakan pewranaan stretch raster.
b. Konflik Sosial
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah
jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian
berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan
pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk
masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan
berikut :
c. Kegagalan Teknologi
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi
adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data
perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya
kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta
RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota
dan kemudian dihitung kelas dan bobot masing-masing
parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai
berikut :
d. Epidemi dan Wabah Penyakit
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah
penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria,
demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan
dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya,
rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma
kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan
ditunjukkan sebagai berikut :
Keterangan :
A : Kepadatan penderita malaria
B : Kepadatan penderita demam berdarah
A : Kepadatan penderita HIV/AIDS
A : Kepadatan penderita campak
e. Kebakaran Gunung dan Permukiman
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung
dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai
kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban
luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya
kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot
untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan
ini terlihat sebagai berikut :
Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran
Setempat.
f. Kebakaran Hutan dan Lahan
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan
dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan,
perkebunan, padang rumput, semak belukar, dan lahan
pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk
mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot
40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan
koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi
indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :
g. Cuaca Ekstrim
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim
adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan
lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan
peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan
persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim
dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan
(current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai
dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan
ditunjukkan pada di bawah ini :
Catatan :
1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid
unit 100 x 100
2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan
zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid.
3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format
raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman
(non SNI)
4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu
peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.
9) Indeks KerentaanPeta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial,
ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan
sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk
kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik
dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri,
yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang
digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi
keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi
paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas
hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor
pembobotan.
Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama
berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES,
Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal
(penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi
tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya
tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga
akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum
dapat disajikan dalam peta tematik. Untuk peta batas administrasi
sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS.
Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah
ini:
Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis KerentaanSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
10) Indeks Penduduk TerpaparPenentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial
budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini
diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok
rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa
diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai
disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain
dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi) ,
komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar
ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk
menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.
Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar
Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan
pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan
rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata
bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri
dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat
(10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan
persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :
11) Indeks KerugianIndeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik, dan
lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-
indikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama
halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat
diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai
dususun.
Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3
kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari
ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga
akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah.
Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian
KERENTANAN EKONOMIIndikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan
produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak)
dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan
dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi
kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor
atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir
sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran
gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan
ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi,
Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi,
Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca
Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan
dalam di bawah ini:
Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman
Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di
bawah ini :
KERENTANAN FISIKIndikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan
rumah (permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan
rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau
luas desa dandibagi berdasarkan wilayah (dalam ha) dan dikalikan
dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan
fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali ancaman
kekeringan yang tidak menggunakan kerentanan fisik. Indeks
kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah
(permanen, semi-permanen dan non-permanen), ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter
konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah
Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan
Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan
Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di
bawah ini.
KERENTANAN LINGKUNGANIndikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah
penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove,
rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk
masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis
tutupan lahan. Parameter konversi indeks kerentanan
lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan
pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Hutan dan Lahan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan
nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS
dengan menggunakan raster kalkulator.
Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial,
ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang
berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua
faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari
proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan
pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.
Gempa Bumi
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran Hutan dan Lahan
Cuaca Ekstrim
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
12) Indeks KapasitasIndeks kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo
Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang
disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas
program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas
pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.
Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator
pencapaiannya adalah :
1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah
prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat
untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :
Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk
pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab
eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.
Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk
kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat
pemerintahan.
Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui
pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal
Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk
pengurangan risiko bencana
2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data
bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor
utama daerah; dengan indikator :
Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data
bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-
sektor utama daerah.
Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau,
mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan
kerentanan kerentanan utama.
Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi
untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh
lapisan masyarakat
Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas
Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk
Pengurangan Risiko
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan
untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di
semua tingkat; dengan indikator :
Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan
dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku
kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk
berbagi informasi, dst)
Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang
relevan mencakup konsepkonsep dan praktik-praktik
mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.
Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana
serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu
dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset
Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh
komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan
bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas
baik di perkotaan maupun pedesaan.
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :
Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan
dari kebijakan kebijakan dan rencana-rencana yang
berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk
pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi
terhadap perubahan iklim
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan
sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk
yang paling berisiko terkena dampak bahaya.
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang
ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi
kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat
unsur-unsur pengurangan risiko bencana termasuk
pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk
keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building
codes).
Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke
dalam proses-proses rehabilitasi dan pemulihan
pascabencana
Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-
dampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan
besar, terutama infrastruktur.
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang
efektif di semua tingkat, dengan indikator :
Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta
mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan
perspektif pengurangan risiko bencana dalam
pelaksanaannya
Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi
terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan
reguler diadakan untuk menguji dan mengembangkan
program-program tanggap darurat bencana.
Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme
antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan
darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.
Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan
pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan
selama masa tanggap darurat.
Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka
kita dapat membagi
tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :
Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil
dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan
beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.
Level 2 Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan
pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian
yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya
komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait
pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan
didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang
diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum
menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi
dampak negatif dari bencana.
Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang
menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah
telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui
ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial
ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya
pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen
dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan
jenjang pemerintahan.
Metode Penghitungan Indeks Kapasitas
Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus
kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.
Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan
Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang
diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.
Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA
yang terdiri dari:
Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana.
Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan
kebencanaan.
Pengurangan factor risiko dasar.
Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.
13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman BencanaPeta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta
Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana
disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta
kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.
Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di
tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman
analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman
analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat
kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan
skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk
kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana
(dalam jiwa
4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam
rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval
tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.
5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
Peta RisikoSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah
dipersiapkanberdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta
Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:
≈ ∗ /Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatasagar bisa
dipergunakan:
Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada
pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam
kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilai-
nilai kosong C.
Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan
pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 *
0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25).
Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:
= ∗ ∗ (1 − )Peta Risiko Multi AncamanPeta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari
indeks-indeksrisiko masing-masing ancaman berdasarkan faktor-
faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari
hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing
jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :
Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah
sebagai berikut :
Risiko Multi Ancaman :
= (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064)
+ (indeks risiko tsunami * 0,0638)
+ (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638)
+ (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim *
0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064)
+ (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064)
+ (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638)
+ (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638)
+ (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638)
+ (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi *
0,0638
14) Penguasaan GISSebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic
Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah
dikenal dan diaplikasikan diberbagai bidang termasuk dalam
perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk
pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan
Kuta Kabupaten Badung, berikut disampaikan apresiasi dan
pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
a. PendahuluanDalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua
macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka
(alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik
(disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling
terpisah. Sampai kemudian orang melihat potensi untuk
menggabungkan keduanya, yang luar biasa bila keduanya
digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya
muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan
data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta
dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu
daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu
akan muncul.
Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan
pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem
Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan
yang konsentrasinya pada pemakaian aplikasi tertentu. Pada
permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi
geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi
yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya
(lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan
dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada
penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material).
Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari
berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi,
katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar
dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi
geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak
terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan
data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang
tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi
atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis
ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian
yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat
menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi
yang lebih baik pula.
b. Pemahaman GIS1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG)Pengertian Dasar Peta
a) Prinsip Utama Peta
SistemInformasiGeografis
Kartografi
Photogrametri
Komputer Grafik
Spasial Analisis
Interpolasi
Interpolasi
Peta mempunyai peranan penting
dalam kegiatan perencanaan
pembangunan, baik dalam skala
regional maupun nasional.
Perencanaan pembangunan fisik,
sarana dan prasarana selalu
memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara
umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan
menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga
merupakan data antarmuka untuk SIG
yang berupa masukan data dan hasil
akhir dari analisa spasial.
Untuk dapat digunakan, peta
mempunyai tiga prinsip utama yaitu :
Menyatakan posisi/lokasi suatu
tempat pada permukaan bumi;
Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena
alam dan buatan manusia;
Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.
b) Jenis PetaBerdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta
topografi dan peta tematik.
Peta Topografi
Peta Topografi disebut juga peta
dasar karena digunakan sebagai dasar
untuk pembuatan peta-peta lainnya,
baik untuk pembuatan peta tematik
maupun untuk turunan peta topografi
dengan skala yang lebih kecil.
Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta
yang memperlihatkan
informasi kualitatif atau
kuantitatif dari suatu tema
tertentu, dalam
hubungannya dengan
unsur-unsur topografi yang
spesifik.
Komponen Peta Tematik :
Bentukan Geografik (Peta Dasar) Data TematikLebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :
Kualitatif Memperlihatkan
aspek spasial data
dari data numerik
(distribusi);
Biasanya
memperlihatkan
variabel tunggal;
Kemungkinan data
ordinal(<>)atau
interval/rasio (seberapa berbeda).
Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal;
Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan,
hanya dapat diestimasi.
c) Karakteristik PetaPada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan
sebagai :
a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi
(hasil transformasi matematik);
b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;
c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi,
sehingga tidak semua informasi perlu disajikan;
d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur
yang terdapat dipermukaan bumi.
d) Fungsi PetaFungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :
Memperlihatkan posisi relatif,ukuran dalam pengertian jarak danarah
1
2 Memperlihatkan bentuk atau unsuryang terdapat di permukaan bumi
Menghimpun serta menselektirdata dan informasi permukaanbumi
3
Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan PetaSecara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan
penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Proses Pembuatan PetaPada tahapan pembuatan peta ini, langkah-langkah yang
dilakukan meliputi :
Proses Seleksi
Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang
akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah
berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio.
Proses Klasifikasi
Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan
informasi yang berbeda apabila menggunakan metode
klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan
tergantung pada distribusi data.
Proses Eksagerasi
Proses Simplifikasi
Proses Simbolisasi
Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola
dapat diuraikan sebagai berikut :
Representasi Simbol :
Titik
Garis
Area
Peringkat atau Ukuran
Nominal
Ordinal
Interval
Ratio
b) Proses Penggunaan Peta
Ukuran
Bentuk
Orientasi
Skala
Jarak antar objek
Ukuran
Bentuk
Orientasi
Skala
Jarak antar objek
Pada proses penggunaan peta ini, langkah-langkah yang
dilakukan meliputi :
Membaca peta
Analisis
Interpretasi
Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan
dalam bentuk bagan di bawah ini :
Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai DenganPenggunaannya
Penyajian Data Dalam Bentuk GrafisDalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar;
b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus
difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi;
c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil
skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar
tentang suatu informasi.
Peta dan KomunikasiPeta dan gambar lainnya adalah
alat komunikasi, seperti halnya
bahasa dan angka.
Peta adalah alat komunikasi yang
menggunakan data keruangan
untuk menggambarkan suatu
benda atau fenomena. Mendesain
peta sangat diperlukan agar
terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai
hubungan peta dan komunikasi :
a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat;
b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada
yang menerimanya;
c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang
menyangkut ruang;
d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut
bisa diterima lebih mudah.
Permasalahan Komunikasi VisualDalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan
metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahan-
kelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin
disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor
berikut ini :
a) Imajinasi (daya cipta)Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang
disajikan, sehingga informasi dapat dimanfaatkan oleh
pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh
pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh
pengguna peta.
b)PersepsiInformasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan
pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut
terjadi karena :
Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’
yang disampaikan pada sebuah peta;
Tingkat pengetahuan yang berbeda;
Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak)
yang belum tentu dimengerti.
Desain PetaSalah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan
informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif
kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang
diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang
berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi
muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut
pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai
dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi
muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna,
pemilihan jenis dan ukuran huruf.
a) Prinsip-Prinsip Disain PetaSuatu peta yang mudah dibaca,
dengan kata lain dapat
mengkomunikasikan kepada para
pemakai peta, merupakan peta
yang telah didisain dengan baik,
sehingga informasi yang disajikan
dapat dimengerti oleh pemakai
peta.
Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan
merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya
dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta
berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang
disajikan pada lembar peta.
Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para
pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini,
fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua
kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai
peta.
JAKARTA
Samudera Hindia
Pada pembuatan desain suatu peta, sebelum mengambil
keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :
Perencanaan Produksi PetaSetiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga
mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau
penggunanya.
Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan
metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika
ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya
produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang
akan dihasilkan.
Isi PetaMaksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan
langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut.
Isi peta dapat dibedakan atas :
Unsur alam dan unsur buatan manusia;
Subyek pokok dan klasifikasinya.
Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu
disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan
’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah.
Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor
penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak
dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung
akan tampak sebagai latar belakang.
Skala PetaTuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah
memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi
yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat
tercakup pada beberapa lembar peta.
Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat
tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala
peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan.
Ukuran dan Tata Letak PetaUkuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain
standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar
peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta
bahan yang akan digunakan.
Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang
menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu
bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam
kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk
proses pembuatan peta tersebut.
Simbol PetaSeorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan
memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan,
kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan.
Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan
suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin
kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian.
Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung
pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi
yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan
mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran
yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan
(misalnya antara unsur daratan dan laut).
Kontras dan KeseimbanganKekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada
penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta.
Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk
unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia.
Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus
memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana
menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan
yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari
masing-masing komponen tersebut adalah wajar.
b) SimbolSalah satu pendekatan penting
di dalam mempelajari kartografi
adalah memandang peta
sebagai suatu bentuk
komunikasi visual untuk
menjelaskan hubungan spasial
di muka bumi.
Walaupun Kartografi mempunyai
hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai
perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya.
Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem
koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan
skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi
grafis, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada
pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan
penyajian grafis data statistik.
Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi,
disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis
(graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka
bumi pada suatu bidang datar.
Data dan Informasi KebumianSebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting
untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada
proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah
terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk
peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui :
Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu
tempat;
Karakteristik dari unsur yang disajikan;
Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu
peta dengan cara memanfaatkan dan memindahkan data
sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat
peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk
dapat disajikan dalam bentuk grafis.
Klasifikasi Data SpasialKenampakan muka bumi dalam bentuk spasial dapat
diklasifikasikan atas :
a) Data PosisiTitik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu
data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi
ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu
tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak
dijumpai jenisnya, mulai dari titik kedalaman pemeruman
(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan
jalan.
b) Data LinierSejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk
data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau
sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan
data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya
adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas
administrasi antara dua tempat atau garis pantai yang
membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang
nyata seperti jalan dan sungai.
c) Data LuasSecara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian
pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier
yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara,
karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.
Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial
muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk:
Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau
karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta
sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area
suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol
titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala
besar.
Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi
yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat
mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya
dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.
Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang
berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun
perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area
tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang
dibuat.
Skematik Pembuatan Disain SimbolDisain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam
menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan
pembuatan peta. Dimana mendisain suatu simbol adalah
merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu
unsur dan konsep dari pemakai peta.
Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain
simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa
cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan
disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung
terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in
ISI PETA
KARAKTERISTIKGEO-DATA
PRODUKSIDAN
ASPEK BIAYA
PERSEPSIPANDANG
VARIABELPANDANG
ASPEKPERSEPSIFISIK DAN
PSIKOLOGI
SATANDARDAN
KONVENSI
PERSYARATANPETA
DISAINSIMBOL
cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut
adalah :
a) Isi Peta
b) Karakteristik Geo-Data
c) Persepsi Pandang
d) Variabel Pandang
e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi
f) Standar dan Konvensi
g) Persyaratan Peta, serta
h) Produksi dan Aspek Biaya
Gambar 5.17.. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan Disain Simbol
Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut
adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain
simbol.
a) Isi Peta
Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan
pada peta adalah faktor utama yang betul-betul harus
dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika
“isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan
pembuatan peta bersangkutan.
Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan
pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu
dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu :
Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan;
Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang
digunakan;
Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta
Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan
pasar.
b) Karakteristik Geo-DataSesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk
maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data
sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat
dibedakan menjadi empat dasar/kategori.
c) Karakteristik PlanimetrikInformasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau
luas yang keadaannya relatif sesuai dengan skala peta.
Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan
dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.
Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau
karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta
sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area
suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai
simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada
skala besar.
Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi
yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat
mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya
dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.
Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang
berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun
perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area
tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang
dibuat.
Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas:
Piktorial atau Simbol DeskriptifSimbol dalam bentuk piktorial merupakan bentuk yang
mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan
disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial
mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat
legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah
mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan
pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta.
Geometrik atau simbol abstrakAdalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler
seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika
melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak
spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka
bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan
sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara.
Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi
suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta.
HurufSimbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari huruf-
huruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf
dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan
lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik
(mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur).
Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada
legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai.
Tingkat UkuranData dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama
dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada
hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif.
Data nominalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak
mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang
disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya
sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
Data OrdinalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang
mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta
secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut
ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti
besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan
muda.
Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai
kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.
Data Interval dan RasioSuatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan
tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu
dengan harga yang sebenarnya.
Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil
sembarang, artinya perbandingan suatu harga tidak
mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio,
titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).
Struktur dari Organisasi Data
Struktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data.
Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan
yang perlu diperhatikan.
Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan
kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya
mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air
dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari
satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga
apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian
beberapa sub katagori lagi.
Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga
dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual
dengan suatu kategori tertentu.
Karakteristik Data LainnyaUntuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan
pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set
data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung
dan hasil perkiraan (interpolasi).
d) Persyaratan Pembuatan PetaPembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk
keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan,
ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah,
umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk
diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang
dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan
dalam persepsi.
Pemilihan antara pemakaian simbol piktorial atau simbol
geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan
kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta
akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai
contoh :
Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada
jarak tertentu (digantung pada dinding) ;
Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang
cepat dalam mempelajari suatu peta ;
Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau
pada penyinaran dengan iluminasi khusus.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek
penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari
suatu simbol yang akan dibuat.
e) Variabel PandangVariabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan
simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika
disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol
yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari
terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut
berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak
pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu
yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu
peta.
Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang,
umumnya dinyatakan dalam :
Bentuk (shape/Form)
Ukuran (size)
Orientasi (orientation)
Harga (value)
Tekstur (texture)
Warna (colour)
Harga (Value)Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga
grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda
sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen
tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang
berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain.
Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai
harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan
dengan warna tua. Pemakaian
prosentase screen tidaklah selalu
proporsional dengan screen yang dipakai,
artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang
jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan dengan
daerah B, tidak selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A
adalah 2 kali dari daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel
pandang dapat digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan
luas.
Tekstur (Texture)Tekstur sebagai variabel pandang dapat
untuk memahami bermacam-macam ukuran
dari suatu harga yang tetap. Macam- macam
bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik
reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi
ukurannya dapat berbeda.
Warna (Colour)Variabel pandang untuk warna dapat
dibedakan atas tiga hal yaitu :
• Corak (hue)
Berkaitan dengan jumlah warna yang
tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna
dengan warna lainnya.
• Harga (value)
Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang
terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang
terjadi semakin tinggi. Sebagai contoh, warna coklat
mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
warna kuning.
• Kejenuhan (Saturation)
Berhubungan dengan reaksi manusia dalam
melihat suatu warna. Ada suatu warna tertentu
yang dapat menimbulkan reaksi
terhadap mata manusia, padahal warna
bersangkutan mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna
bersangkutan disebut sebagai warna yang berkurang
kejenuhannya (misalnya warna kuning).
Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu
area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk
warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan
bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan
berkurang kejenuhannya.
f) Tingkat Persepsi PandangAturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu
kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan
pengguna peta.
Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol
kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang
secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti
halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat
bersama pengguna peta.
Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat
tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :
Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu
dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ;
Persepsi selektif, simbol-simbol dapat divisualkan dalam
tingkatan grup ;
Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik
berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ;
Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan
cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).
g) Aspek Persepsi Fisik dan PsikologiPada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan
dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai
dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran
simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan
warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan
terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya.
Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga
salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam
pembuatan disain simbol.
h) Standar dan KonvensiWarna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi
konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta
unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula
halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk
tumbuh-tumbuhan.
Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah
satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari
organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol
peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta.
Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan
suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu
dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan
perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu
pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.
Kategori PetaJenis peta jumlahnya tidak terbatas
“Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us
Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972)
Masalah Bagaimana mengkategorikan peta?
Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang
Diklasifikasi berdasarkan skala
Diklasifikasi berdasarkan fungsi
Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)
a) Klasifikasi Berdasarkan SkalaPeta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang
menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam
klasifikasi ini peta dibedakan menjadi :
Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general
Sekitar 1 : 500,000 or less
Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik.
1 : 50,000 or more
Peta Skala Sedang = berada diantaranya
Tidak ada pengkelasan yang spesifik
Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)
Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)
Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)
b) Klasifikasi Berdasarkan FungsiDalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada
pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori
peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu :
Peta Referensi /Peta Dasar
Peta Tematik
Charts (Peta Navigasi)
Peta Referensi
Peta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik,
lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis
pantai, rel kereta dan sebagainya.
Peta Referensi dibagi atas :
Peta Dasar skala besar :
Peta Topografi
Photogrammetric methods
Peta dengan Skala yang lebih
besar : site location/engineering
Fokus pada akurasi posisi
Peta Dasar skala kecil :
Atlas
Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil,
tetapi detailnya lebih sedikit.
Engineering map exampleEngineering maps (a.k.a plans) are used for
guiding projects such as bridges & dams or
for estimating costs for these projects
Peta TematikPeta Tematik dikenal dengan special purpose maps
Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang
saling berhubungan
Satellite cloud cover images
Election results
Precipitation, temperature
Population
Average annual income
Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan
nama general purpose map
Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil
Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs.
abs. location)
Ketersediaan Data
Perbandingan Regional vs. site-level decisions
Peta Tematik, terdiri atas :a. Dot-distribution maps
b. Choropleth maps
c. Isoline maps
d. Flow maps
e. Chart maps
f. Cartograms
g. Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)
Dot-distribution mapMemperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut
Choropleth Maps
Thematic maps
…show spatialdistribution of attributes…show locations of objects
General reference maps
Choropleth maps:
enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an
attribute
classified : colours correspond
to value intervals
colour scales :
sequential (gradient)
diverging (double-ended)
Bar charts : one bar per
attribute, heightproportional to value
Chart maps:
sizes of chart segments areproportional to values of
several attributes
Isoline Maps
Show numerical values for continuous distributions by means of
lines joining points of equal value
(e.g. maps of temperature, pressure, etc.)
Flow Map
Proportional Circle Map
Elemen Peta
ChartsPeta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara
Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk
worked on (plot courses, determine positions)
Navigasi juga biasanya menggunakan peta general
(maritime equivalent of topographic map bathymetric map)
2 tipe aeronautical charts, yaitu :
1. visual
2. instrument navigation
Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat. Hanya
sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi
atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.
Bathymetric Example
c) Klasifikasi Berdasarkan SubjeknyaBerdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Peta Kadastral
Peta Perencanaan
d) Analisis Spasial
RemoteSensing
QuantitativeMethods
Cartography
GIS
Geomorphology
Climatology
Biogeography
Soils
HumanGeography
GeographicalTechnical
Physical
Geographical
Historical
Political Economic
Behavioral Population
SPATIAL
ANALYSIS
e) Generalisasi Statistik
Jumlah Kelas
– Sedikit atau banyak ?
– ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade
Metode Klasifikasi– Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan
informasi yang berbeda apabila menggunakan metode
klasifikasi yang berbeda.
– Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada
distribusi data.
Distribusi DataHistogram
Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik
Lihat bagaimana data terdistribusi
Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar
deviasi
Plot data sebagai histogram
Contoh Distribusi Data
15) Perangkat PendukungPersoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah
bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa
bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah
perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari
bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria
saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut
berjalan sejajar.
Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan
sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru
dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada
banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih,
dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan
memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat
orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena
terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional.
Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi
perkembangan untuk jangka waktu tertentu, sehingga
perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang
kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun
perangkat lunak.
Pengadaan Hardware :Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk
berikut :
Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya
PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi
platform.
Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat
database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta
kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa
digunakan perangkat keras satu level dibawahnya.
Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh
tampilan yang sesuai dengan kehendak kita.
Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai.
Pengadaan SoftwareSedangkan pemilihan perangkat lunak (sofware) harus
memperhatikan batasan-batasan berikut :
Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang
tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian
masalah harga
Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user
interface yang bersahabat (familiar)
Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2
dimensi
Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum
Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database
relational
Mendukung konsep Structural Query Language (SQL)
Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)
C. METODE PENGUMPULAN DATAMetode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data
yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara
kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan.
Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data
yang dibutuhkan.
1. Kegiatan Pengumpulan DataBerdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui
survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu :
a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk
mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau
perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun
peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data
yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan.
b. Survey Primer, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk
mendapatkan data primer yang dilakukan melalui pengamatan,
pengukuran kondisi lapangan.
Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh
konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai
dengan kondisi lapangan.
2. Kebutuhan DataKegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian
yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang
dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta
data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang
dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke
wilayah perencanaan (on site-visit).
5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN
5.11. PROGRAM KERJA
34Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di
Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan
pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian
bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku
dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-
lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa
salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah
menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan
kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai
dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan
rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.
Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi
yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan
pemetaan risiko bencana.
Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan
melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem
tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di
Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,
Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,
Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun
anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan
35Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.
Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan
atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis
bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif
Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan
dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang
dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.
SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana
khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah
ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
36Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
b. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-
masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah
tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis
tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa
untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :
a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat
luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas
pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi
rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.
c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman
Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di
masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan
37Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah
kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang
berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak
dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan
Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi
kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi
penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi
mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana
secara mandiri.
Analisis Kapasitas
Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk
mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko
Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang
disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana
Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala
minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar
bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi
Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang
disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam
proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan
DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di
38Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan
apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya
pekerjaan ini.
A. APRESIASI1) Umum
Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko
bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem
yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah
manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali
potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara
pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini
menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek
mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi
merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang
sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten
Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam
penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,
dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)
potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni
Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin
Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,
Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan
Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting
sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan
risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan
39Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi
bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi
sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan
yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko
yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah
dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga
masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,
diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana) :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan
daerah.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
40Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat.
Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya
disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya
disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan
dalam menghadapi ancaman bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area
yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu
dan oleh atribut non-spasialnya.
Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.
Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis
maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi
dengan kondisi sesungguhnya.
41Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah
sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data
tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas
maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan
perhitungan tertentu.
Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa
pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya
tsunami.
Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul
akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah
penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.
Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana.
Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian
dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian
dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu
daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian
dan Kapasitas Daerah.
Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana
suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian
Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :
UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
42Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah
PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana
PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.
2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana.
Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.
Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat.
Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan
risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun
intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko
43Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan
dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat
ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat
dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan
berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah
mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi
dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau
institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.
Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang
kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan
kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara
spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas
dan peta risiko bencana.
Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya
tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi
Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada
aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat
44Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta
kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta KapasitasAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang
dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat
peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,
peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan
adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada
di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana
longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan
peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator
masing-masing análisis risiko
1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi
patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata
curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena
dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,
kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis
batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok
rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di
kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah
rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di
kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll
45Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah
sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,
desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang
pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan
organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat
peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan
bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani
pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada
bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa
dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan
meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan
dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman
pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi
Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode
yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :
a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-
Up Approach)
Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,
sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah
keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan
komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari
atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada
tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam
pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan
permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
46Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
b. Pendekatan Strategis
Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara
keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi
pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala
prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur
guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif
Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan
permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu
juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,
sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini
bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait
dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas
secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya
didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan
Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah
(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan
ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai
manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai
dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk
keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat
Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,
untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk
47Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional
yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta
masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.
Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak
berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam
aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi
komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat
dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis
Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal
yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;
legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.
a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal
Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal
adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang
dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-
sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah
dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui
azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
48Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon
: sudut luar
: azimuth
Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
49Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ;
n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana :
n : nomor titik poligon
: sudut luar
z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal
Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan
waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan
bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang
referensi, pekerjaan dibagi atas :
a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.
b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran
vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik
tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya
melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan
tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila
50Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang
melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya
memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.
Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)
terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai
data pada peta topografi.
3) Pengukuran Detail
Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan
bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini
tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh
karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada
pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi
dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran
pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar :
A : tempat berdiri alat
B : tempat berdiri rambu
M : sudut miring
hi : tinggi alat
h : beda tinggi
BA : bacaan benang atas
BT : bacaan benang tengah
51Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
BB : bacaan benang bawah
L : BA – BB
D : jarak datar
D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;
L’ = L x cos m = L sin z
D = L’ x F = 100 sin2z
D = D’ sin z
Beda tinggi ( h )
h = D’ cos z = 100 L sin z cos z
= 100.0,5. L (2 sin z cos z)
= 50 sin 2z L
Sehingga beda tinggi ; A-B (h)
HAB = h1 + h – BT
HB = HA +h – BT
Dengan
HB = ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar
seperti di bawah :
Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap
titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.
52Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 5.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris
Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan
udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di
B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat
dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi
suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar 5.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z = sudut zenith
m = sudut miring
53Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
s = jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri
Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat
di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak
(Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi
antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban
sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau
mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode
barometris.
Gambar 5.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar
Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan
garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b
adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat
dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan
waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi
nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat
sejajar dengan garis arah nivo
54Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan
peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-
unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata
ruang wilayah dalam berbagai skala.
2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000
Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan
peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan
citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan
simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan
karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel
E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan
Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai
macam alat, yaitu:
a) Theodolit Manual
Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut
istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar
kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu
titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang
tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA
+BB.
b) Digital Theodolit (DT)
55Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan
jarak dari satu patok ke patok lain.
c) Waterpass
Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok
dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2
patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di
belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas
(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).
Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada
azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak
terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk
penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas
ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran
Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan
menggunakan metode manual atau dengan metode digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan
dengan :
a) Membuat grade pada kertas .
b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.
c) Membuat poligon tertutup.
d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)
e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil
perhitungan pengukuran memancar.
f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan
pengukuran
Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya
dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software
yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama
untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,
56Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu
data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital
menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak
membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan
dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan
akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk
menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan
rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau
dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang
yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan
visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.
Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai
mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe
bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer
cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan
superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat
mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat
digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan
cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer
adalah sebagai berikut :
Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).
Penyimpanan dan manajemen data
Pengolahan dan manipulasi data
Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan
pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari
pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan
57Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi
pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.
Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis
sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data
lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di
luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang
digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting
ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data
yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan
membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan
kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu
untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan
yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat
dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,
penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.
Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu
untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari
metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala
suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk
menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai
contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe
penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat
acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak
representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika
dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid
yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan
metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.
Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai
untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang
petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya
58Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk
semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang
menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan
berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan
prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif
batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGIKomponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan
kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana
suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta
benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan
mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu
kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar
yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan
bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.
1) Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaGambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan
overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta
Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang
dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk
dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman
bencana yang ada pada suatu kawasan.
59Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaGambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh
dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko
Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan
masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia
tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman
yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi
dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas.
Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat
Risiko Bencana.
60Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen KajianGambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode
penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana
terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila
diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang
telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan
Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian
Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.
61Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana IndonesiaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
4) Analisis RisikoPeta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk
setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus
dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman
Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah
Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:
≈ ∗dimana:
R : Disaster Risk: Risiko Bencana
H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu
cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu
V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu
dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.
Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan
62Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik
bencana
C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
pulih dari bencana tertentu.
Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set
parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung
oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam
tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya
sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini
menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan
dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum
digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar
Indonesia.
Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan
dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V
/ C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai
indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human
Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding
setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang
dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai
minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus
dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang
kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10)
daripada konversi 'linier'.
Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon
indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis.
Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan
penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam
beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu
sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan
63Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan
kombinasi lapisan GIS berbasis vektor dan grid akan digunakan,
dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor,
dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta
bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari
sumber-sumber ini.
Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta
secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam
sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko
bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.
5) Analytic Hierarchy ProcessDalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya
tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor
pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli.
Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic
Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan
sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu
metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan
bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala
prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan
yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang
merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain
sehubungan dengan suatu bencana tertentu. Penjelasan skala
dijelaskan pad Gambar 5.11.
64Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk PerbandinganPasangan-Bijaksana dari Indikator
Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks,
dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan
diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian
menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP
memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari
matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya
sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.
65Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk LongsorMenggunakan AHP
Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan ResikoMetodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan
teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan,
Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang
digunakan :
Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor)
Penggabungan dan pemotongan layer grid
Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda
Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll)
Grid ‘perhitungan’
Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid
Persiapan rangkuman statistik dan histografis
Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada
Tabel 5.1 berikut :
66Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental
67Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
68Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
7) Indeks Ancaman BencanaIndeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama,
yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang
pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan
bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian
yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko
bencana, komponen komponen utama ini dipetakan dengan
menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan
setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari
sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana
dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana
69Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
70Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard)Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta
bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi
dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan
dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana.
Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan
frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah
dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan
menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana :
a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa)
Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard,
gunakan nilai berikut :
Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko.
Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan
nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :
b. Longsor (ESDM)
Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3
kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :
71Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
c. Gunungapi (PVMBG)
Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung
api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG
Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG,
gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang
terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk
gunung api yang belum tersedia featurenya.
d. Banjir (PU dan Bakosurtanal)
Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan
overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk
mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :
e. Kekeringan (BMKG)
Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5
kelas menjadi 3 kelas.
72Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang,
rendah)
Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari
K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi
yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi :
a. Tsunami
BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami
Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi
tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkah-
langkahnya sebagai berikut :
Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap
Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan
konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox
di ArcMap.
Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan
pemilihan dengan menggunakan query builder,
“grid_code”>=0
Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif.
Klik kanan pada layer > data expot.
Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut
titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi
tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses
overlay.
Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian
maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen
TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah
ini.
Export qery menjadi sebuah feature baru.
73Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Lakukan pengkelasan berdasarkantinggi genangan
maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field
baru.
Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan
maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum –
1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3)
Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi
nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas
berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru.
Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi
data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan
satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100.
Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami
dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi,
gunakan pewranaan stretch raster.
b. Konflik Sosial
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah
jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian
berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan
pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk
masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan
berikut :
c. Kegagalan Teknologi
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi
adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data
perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya
kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta
74Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota
dan kemudian dihitung kelas dan bobot masing-masing
parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai
berikut :
d. Epidemi dan Wabah Penyakit
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah
penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria,
demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan
dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya,
rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma
kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan
ditunjukkan sebagai berikut :
Keterangan :
A : Kepadatan penderita malaria
B : Kepadatan penderita demam berdarah
A : Kepadatan penderita HIV/AIDS
75Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
A : Kepadatan penderita campak
e. Kebakaran Gunung dan Permukiman
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung
dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai
kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban
luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya
kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot
untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan
ini terlihat sebagai berikut :
Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran
Setempat.
f. Kebakaran Hutan dan Lahan
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan
dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan,
perkebunan, padang rumput, semak belukar, dan lahan
pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk
mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot
40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan
koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi
indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :
76Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
g. Cuaca Ekstrim
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim
adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan
lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan
peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan
persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :
h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim
dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan
(current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai
dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan
ditunjukkan pada di bawah ini :
77Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Catatan :
1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid
unit 100 x 100
2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan
zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid.
3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format
raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman
(non SNI)
4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu
peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.
9) Indeks KerentaanPeta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial,
ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan
sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk
kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik
dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri,
yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang
digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi
keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi
paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas
hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor
pembobotan.
78Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama
berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES,
Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal
(penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi
tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya
tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga
akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum
dapat disajikan dalam peta tematik. Untuk peta batas administrasi
sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS.
Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah
ini:
Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis KerentaanSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012
10) Indeks Penduduk TerpaparPenentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial
budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini
diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok
rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa
diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai
disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian
79Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain
dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi) ,
komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar
ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk
menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.
Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar
80Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan
pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan
rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata
bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri
dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat
(10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan
persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :
11) Indeks Kerugian
81Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Indeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik, dan
lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-
indikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama
halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat
diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai
dususun.
Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3
kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari
ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga
akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah.
Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian
82Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
83Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
84Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
85Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
KERENTANAN EKONOMIIndikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan
produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak)
dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan
dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi
kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor
atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir
sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran
gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan
ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi,
Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi,
Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca
Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan
dalam di bawah ini:
86Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman
Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di
bawah ini :
KERENTANAN FISIKIndikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan
rumah (permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan
rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau
luas desa dandibagi berdasarkan wilayah (dalam ha) dan dikalikan
dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan
fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali ancaman
kekeringan yang tidak menggunakan kerentanan fisik. Indeks
kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah
(permanen, semi-permanen dan non-permanen), ketersediaan
bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter
konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah
Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan
Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan
Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di
bawah ini.
87Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
KERENTANAN LINGKUNGANIndikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah
penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove,
rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk
masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis
tutupan lahan. Parameter konversi indeks kerentanan
lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan
pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :
Tanah Longsor
Gunung Api
88Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Banjir
Kekeringan
Tsunami
89Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
90Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Kebakaran Hutan dan Lahan
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan
nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS
dengan menggunakan raster kalkulator.
Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial,
ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang
berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua
faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari
proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan
pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.
91Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gempa Bumi
Tanah Longsor
Gunung Api
Banjir
Kekeringan
Tsunami
92Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Konflik Sosial
Kegagalan Teknologi
Epidemi dan Wabah Penyakit
Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran Hutan dan Lahan
93Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Cuaca Ekstrim
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
12) Indeks KapasitasIndeks kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo
Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang
disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas
program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas
pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.
Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator
pencapaiannya adalah :
1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah
prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat
untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :
Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk
pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab
eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.
Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk
kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat
pemerintahan.
Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui
pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal
94Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk
pengurangan risiko bencana
2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data
bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor
utama daerah; dengan indikator :
Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data
bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-
sektor utama daerah.
Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau,
mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan
kerentanan kerentanan utama.
Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi
untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh
lapisan masyarakat
Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas
Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk
Pengurangan Risiko
3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan
untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di
semua tingkat; dengan indikator :
Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan
dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku
kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk
berbagi informasi, dst)
Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang
relevan mencakup konsepkonsep dan praktik-praktik
mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.
Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana
serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu
dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset
95Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh
komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan
bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas
baik di perkotaan maupun pedesaan.
4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :
Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan
dari kebijakan kebijakan dan rencana-rencana yang
berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk
pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi
terhadap perubahan iklim
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan
sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk
yang paling berisiko terkena dampak bahaya.
Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang
ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi
kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat
unsur-unsur pengurangan risiko bencana termasuk
pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk
keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building
codes).
Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke
dalam proses-proses rehabilitasi dan pemulihan
pascabencana
Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-
dampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan
besar, terutama infrastruktur.
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang
efektif di semua tingkat, dengan indikator :
Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta
mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan
96Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
perspektif pengurangan risiko bencana dalam
pelaksanaannya
Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi
terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan
reguler diadakan untuk menguji dan mengembangkan
program-program tanggap darurat bencana.
Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme
antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan
darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.
Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan
pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan
selama masa tanggap darurat.
Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka
kita dapat membagi
tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :
Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil
dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan
beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.
Level 2 Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan
pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian
yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya
komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.
Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait
pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan
didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang
diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum
menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi
dampak negatif dari bencana.
Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang
menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah
telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui
ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial
97Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya
pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.
Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen
dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan
jenjang pemerintahan.
Metode Penghitungan Indeks Kapasitas
Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus
kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.
Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan
Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang
diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.
Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA
yang terdiri dari:
Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana.
Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan
kebencanaan.
Pengurangan factor risiko dasar.
Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.
13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman BencanaPeta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta
Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana
disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta
kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.
Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di
tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman
analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman
analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat
kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
98Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan
skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk
kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana
(dalam jiwa
4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam
rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval
tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.
5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
Peta RisikoSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah
dipersiapkanberdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta
Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:
≈ ∗ /Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatasagar bisa
dipergunakan:
Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada
pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam
kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilai-
nilai kosong C.
Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan
pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 *
0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25).
Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:
= ∗ ∗ (1 − )Peta Risiko Multi AncamanPeta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari
indeks-indeksrisiko masing-masing ancaman berdasarkan faktor-
99Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari
hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing
jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :
Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah
sebagai berikut :
Risiko Multi Ancaman :
= (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064)
+ (indeks risiko tsunami * 0,0638)
+ (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638)
+ (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim *
0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064)
+ (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064)
+ (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638)
+ (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638)
+ (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638)
+ (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi *
0,0638
14) Penguasaan GISSebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic
Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah
100Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dikenal dan diaplikasikan diberbagai bidang termasuk dalam
perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk
pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan
Kuta Kabupaten Badung, berikut disampaikan apresiasi dan
pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
(SIG).
a. PendahuluanDalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua
macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka
(alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik
(disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling
terpisah. Sampai kemudian orang melihat potensi untuk
menggabungkan keduanya, yang luar biasa bila keduanya
digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya
muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan
data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta
dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu
daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu
akan muncul.
Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan
pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem
Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan
yang konsentrasinya pada pemakaian aplikasi tertentu. Pada
permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi
geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi
yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya
(lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan
dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada
penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material).
Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari
101Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi,
katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG
Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar
dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi
geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak
terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan
data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang
tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi
atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis
ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian
yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat
menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi
yang lebih baik pula.
b. Pemahaman GIS1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG)Pengertian Dasar Peta
a) Prinsip Utama Peta
SistemInformasiGeografis
Kartografi
Photogrametri
Komputer Grafik
Spasial Analisis
Interpolasi
Interpolasi
102Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Peta mempunyai peranan penting
dalam kegiatan perencanaan
pembangunan, baik dalam skala
regional maupun nasional.
Perencanaan pembangunan fisik,
sarana dan prasarana selalu
memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara
umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan
menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga
merupakan data antarmuka untuk SIG
yang berupa masukan data dan hasil
akhir dari analisa spasial.
Untuk dapat digunakan, peta
mempunyai tiga prinsip utama yaitu :
Menyatakan posisi/lokasi suatu
tempat pada permukaan bumi;
Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena
alam dan buatan manusia;
Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.
b) Jenis PetaBerdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta
topografi dan peta tematik.
Peta Topografi
Peta Topografi disebut juga peta
dasar karena digunakan sebagai dasar
untuk pembuatan peta-peta lainnya,
baik untuk pembuatan peta tematik
maupun untuk turunan peta topografi
dengan skala yang lebih kecil.
Peta Tematik
103Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Peta Tematik adalah peta
yang memperlihatkan
informasi kualitatif atau
kuantitatif dari suatu tema
tertentu, dalam
hubungannya dengan
unsur-unsur topografi yang
spesifik.
Komponen Peta Tematik :
Bentukan Geografik (Peta Dasar) Data TematikLebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :
Kualitatif Memperlihatkan
aspek spasial data
dari data numerik
(distribusi);
Biasanya
memperlihatkan
variabel tunggal;
Kemungkinan data
ordinal(<>)atau
interval/rasio (seberapa berbeda).
Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal;
Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan,
hanya dapat diestimasi.
c) Karakteristik PetaPada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan
sebagai :
a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi
(hasil transformasi matematik);
b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;
104Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi,
sehingga tidak semua informasi perlu disajikan;
d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur
yang terdapat dipermukaan bumi.
d) Fungsi PetaFungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan PetaSecara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan
penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :
Memperlihatkan posisi relatif,ukuran dalam pengertian jarak danarah
1
2 Memperlihatkan bentuk atau unsuryang terdapat di permukaan bumi
Menghimpun serta menselektirdata dan informasi permukaanbumi
3
105Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
a) Proses Pembuatan PetaPada tahapan pembuatan peta ini, langkah-langkah yang
dilakukan meliputi :
Proses Seleksi
Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang
akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah
berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio.
Proses Klasifikasi
Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan
informasi yang berbeda apabila menggunakan metode
klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan
tergantung pada distribusi data.
Proses Eksagerasi
Proses Simplifikasi
Proses Simbolisasi
Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola
dapat diuraikan sebagai berikut :
Representasi Simbol :
Titik
Garis
Area
Peringkat atau Ukuran
Nominal
Ordinal
Interval
Ratio
b) Proses Penggunaan PetaPada proses penggunaan peta ini, langkah-langkah yang
dilakukan meliputi :
Membaca peta
Analisis
Ukuran
Bentuk
Orientasi
Skala
Jarak antar objek
Ukuran
Bentuk
Orientasi
Skala
Jarak antar objek
106Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Interpretasi
Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan
dalam bentuk bagan di bawah ini :
Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai DenganPenggunaannya
Penyajian Data Dalam Bentuk GrafisDalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar;
b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus
difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi;
c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil
skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar
tentang suatu informasi.
107Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Peta dan KomunikasiPeta dan gambar lainnya adalah
alat komunikasi, seperti halnya
bahasa dan angka.
Peta adalah alat komunikasi yang
menggunakan data keruangan
untuk menggambarkan suatu
benda atau fenomena. Mendesain
peta sangat diperlukan agar
terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai
hubungan peta dan komunikasi :
a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat;
b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada
yang menerimanya;
c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang
menyangkut ruang;
d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut
bisa diterima lebih mudah.
Permasalahan Komunikasi VisualDalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan
metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahan-
kelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin
disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor
berikut ini :
a) Imajinasi (daya cipta)Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang
disajikan, sehingga informasi dapat dimanfaatkan oleh
pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh
108Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh
pengguna peta.
b)PersepsiInformasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan
pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut
terjadi karena :
Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’
yang disampaikan pada sebuah peta;
Tingkat pengetahuan yang berbeda;
Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak)
yang belum tentu dimengerti.
Desain PetaSalah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan
informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif
kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang
diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang
berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi
muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut
pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai
dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi
muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna,
pemilihan jenis dan ukuran huruf.
109Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
a) Prinsip-Prinsip Disain PetaSuatu peta yang mudah dibaca,
dengan kata lain dapat
mengkomunikasikan kepada para
pemakai peta, merupakan peta
yang telah didisain dengan baik,
sehingga informasi yang disajikan
dapat dimengerti oleh pemakai
peta.
Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan
merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya
dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta
berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang
disajikan pada lembar peta.
Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para
pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini,
fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua
kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai
peta.
JAKARTA
Samudera Hindia
110Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Pada pembuatan desain suatu peta, sebelum mengambil
keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :
Perencanaan Produksi PetaSetiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga
mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau
penggunanya.
Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan
metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika
ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya
produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang
akan dihasilkan.
Isi PetaMaksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan
langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut.
Isi peta dapat dibedakan atas :
Unsur alam dan unsur buatan manusia;
Subyek pokok dan klasifikasinya.
Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu
disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan
’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah.
Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor
penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak
dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung
akan tampak sebagai latar belakang.
Skala PetaTuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah
memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi
yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat
tercakup pada beberapa lembar peta.
Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat
tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat
111Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala
peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan.
Ukuran dan Tata Letak PetaUkuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain
standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar
peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta
bahan yang akan digunakan.
Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang
menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu
bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam
kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk
proses pembuatan peta tersebut.
Simbol PetaSeorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan
memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan,
kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan.
Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan
suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin
kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian.
Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung
pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi
yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan
mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran
yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan
(misalnya antara unsur daratan dan laut).
Kontras dan KeseimbanganKekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada
penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta.
Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk
unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia.
Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus
memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana
menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan
112Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari
masing-masing komponen tersebut adalah wajar.
b) SimbolSalah satu pendekatan penting
di dalam mempelajari kartografi
adalah memandang peta
sebagai suatu bentuk
komunikasi visual untuk
menjelaskan hubungan spasial
di muka bumi.
Walaupun Kartografi mempunyai
hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai
perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya.
Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem
koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan
skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi
grafis, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada
pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan
penyajian grafis data statistik.
Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi,
disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis
(graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka
bumi pada suatu bidang datar.
Data dan Informasi KebumianSebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting
untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada
proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah
terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk
peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui :
Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu
tempat;
Karakteristik dari unsur yang disajikan;
113Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu
peta dengan cara memanfaatkan dan memindahkan data
sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan).
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat
peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk
dapat disajikan dalam bentuk grafis.
Klasifikasi Data SpasialKenampakan muka bumi dalam bentuk spasial dapat
diklasifikasikan atas :
a) Data PosisiTitik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu
data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi
ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu
tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak
dijumpai jenisnya, mulai dari titik kedalaman pemeruman
(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan
jalan.
b) Data LinierSejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk
data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau
sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan
data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya
adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas
administrasi antara dua tempat atau garis pantai yang
membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang
nyata seperti jalan dan sungai.
c) Data LuasSecara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian
pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier
yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara,
karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.
114Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial
muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk:
Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau
karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta
sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area
suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol
titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala
besar.
Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi
yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat
mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya
dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.
Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang
berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun
perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area
tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang
dibuat.
Skematik Pembuatan Disain SimbolDisain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam
menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan
pembuatan peta. Dimana mendisain suatu simbol adalah
merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu
unsur dan konsep dari pemakai peta.
Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain
simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa
cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan
disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung
terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in
115Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
ISI PETA
KARAKTERISTIKGEO-DATA
PRODUKSIDAN
ASPEK BIAYA
PERSEPSIPANDANG
VARIABELPANDANG
ASPEKPERSEPSIFISIK DAN
PSIKOLOGI
SATANDARDAN
KONVENSI
PERSYARATANPETA
DISAINSIMBOL
cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut
adalah :
a) Isi Peta
b) Karakteristik Geo-Data
c) Persepsi Pandang
d) Variabel Pandang
e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi
f) Standar dan Konvensi
g) Persyaratan Peta, serta
h) Produksi dan Aspek Biaya
Gambar 5.17. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan DisainSimbol
Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut
adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain
simbol.
a) Isi Peta
116Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan
pada peta adalah faktor utama yang betul-betul harus
dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika
“isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan
pembuatan peta bersangkutan.
Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan
pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu
dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu :
Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan;
Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang
digunakan;
Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta
Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan
pasar.
b) Karakteristik Geo-DataSesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk
maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data
sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat
dibedakan menjadi empat dasar/kategori.
c) Karakteristik PlanimetrikInformasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau
luas yang keadaannya relatif sesuai dengan skala peta.
Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan
dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.
Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau
karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta
sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area
suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai
simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada
skala besar.
Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi
yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang
117Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat
mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya
dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.
Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang
berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun
perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area
tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang
dibuat.
Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas:
Piktorial atau Simbol DeskriptifSimbol dalam bentuk piktorial merupakan bentuk yang
mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan
disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial
mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat
legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah
mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan
pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta.
Geometrik atau simbol abstrakAdalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler
seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika
melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak
spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka
bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan
sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara.
Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi
suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta.
HurufSimbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari huruf-
huruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf
dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan
lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik
(mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur).
118Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada
legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai.
Tingkat UkuranData dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama
dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada
hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif.
Data nominalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak
mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang
disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya
sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.
Data OrdinalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang
mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta
secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut
ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti
besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan
muda.
Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai
kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.
119Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Data Interval dan RasioSuatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan
tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu
dengan harga yang sebenarnya.
Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil
sembarang, artinya perbandingan suatu harga tidak
mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio,
titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).
Struktur dari Organisasi DataStruktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data.
Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan
yang perlu diperhatikan.
120Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan
kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya
mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air
dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari
satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga
apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian
beberapa sub katagori lagi.
Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga
dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual
dengan suatu kategori tertentu.
Karakteristik Data LainnyaUntuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan
pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set
data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung
dan hasil perkiraan (interpolasi).
d) Persyaratan Pembuatan PetaPembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk
keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan,
ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah,
umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk
diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang
dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan
dalam persepsi.
Pemilihan antara pemakaian simbol piktorial atau simbol
geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan
kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta
akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai
contoh :
Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada
jarak tertentu (digantung pada dinding) ;
Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang
cepat dalam mempelajari suatu peta ;
Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau
pada penyinaran dengan iluminasi khusus.
121Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek
penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari
suatu simbol yang akan dibuat.
e) Variabel PandangVariabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan
simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika
disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol
yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari
terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut
berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak
pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu
yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu
peta.
Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang,
umumnya dinyatakan dalam :
Bentuk (shape/Form)
Ukuran (size)
Orientasi (orientation)
Harga (value)
Tekstur (texture)
Warna (colour)
Harga (Value)Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga
grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda
sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen
tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang
berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain.
Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai
harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan
dengan warna tua. Pemakaian
prosentase screen tidaklah selalu
proporsional dengan screen yang dipakai,
122Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang jumlah
penduduknya 2 kali dibandingkan dengan daerah B, tidak selalu
prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari
daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat
digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan luas.
Tekstur (Texture)Tekstur sebagai variabel pandang dapat
untuk memahami bermacam-macam ukuran
dari suatu harga yang tetap. Macam- macam
bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik
reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi
ukurannya dapat berbeda.
Warna (Colour)Variabel pandang untuk warna dapat
dibedakan atas tiga hal yaitu :
• Corak (hue)
Berkaitan dengan jumlah warna yang
tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna
dengan warna lainnya.
• Harga (value)
Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang
terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang
terjadi semakin tinggi. Sebagai contoh, warna coklat
mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
warna kuning.
• Kejenuhan (Saturation)
Berhubungan dengan reaksi manusia dalam
melihat suatu warna. Ada suatu warna tertentu
yang dapat menimbulkan reaksi terhadap mata
manusia, padahal warna bersangkutan
mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna bersangkutan disebut
123Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
sebagai warna yang berkurang kejenuhannya (misalnya warna
kuning).
Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu
area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk
warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan
bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan
berkurang kejenuhannya.
f) Tingkat Persepsi PandangAturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu
kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan
pengguna peta.
Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol
kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang
secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti
halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat
bersama pengguna peta.
Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat
tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :
Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu
dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ;
Persepsi selektif, simbol-simbol dapat divisualkan dalam
tingkatan grup ;
Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik
berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ;
Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan
cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).
g) Aspek Persepsi Fisik dan PsikologiPada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan
dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai
dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran
simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan
warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan
124Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya.
Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga
salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam
pembuatan disain simbol.
h) Standar dan KonvensiWarna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi
konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta
unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula
halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk
tumbuh-tumbuhan.
Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah
satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari
organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol
peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta.
Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan
suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu
dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan
perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu
pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.
Kategori PetaJenis peta jumlahnya tidak terbatas
“Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us
Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972)
Masalah Bagaimana mengkategorikan peta?
Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang
Diklasifikasi berdasarkan skala
Diklasifikasi berdasarkan fungsi
Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)
a) Klasifikasi Berdasarkan Skala
125Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Peta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang
menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam
klasifikasi ini peta dibedakan menjadi :
Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general
Sekitar 1 : 500,000 or less
Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik.
1 : 50,000 or more
Peta Skala Sedang = berada diantaranya
Tidak ada pengkelasan yang spesifik
Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)
Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)
126Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)
b) Klasifikasi Berdasarkan FungsiDalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada
pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori
peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu :
Peta Referensi /Peta Dasar
Peta Tematik
Charts (Peta Navigasi)
Peta ReferensiPeta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik,
lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis
pantai, rel kereta dan sebagainya.
Peta Referensi dibagi atas :
Peta Dasar skala besar :
Peta Topografi
Photogrammetric methods
Peta dengan Skala yang lebih
besar : site location/engineering
Fokus pada akurasi posisi
Peta Dasar skala kecil :
Atlas
Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil,
tetapi detailnya lebih sedikit.
127Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Engineering map exampleEngineering maps (a.k.a plans) are used for guiding projects
such as bridges & dams or for estimating costs for these
projects
Peta TematikPeta Tematik dikenal dengan special purpose maps
Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang
saling berhubungan
Satellite cloud cover images
Election results
Precipitation, temperature
Population
Average annual income
Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan
nama general purpose map
Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil
Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs.
abs. location)
Ketersediaan Data
Perbandingan Regional vs. site-level decisions
128Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Peta Tematik, terdiri atas :a. Dot-distribution maps
b. Choropleth maps
c. Isoline maps
d. Flow maps
e. Chart maps
f. Cartograms
g. Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)
Dot-distribution mapMemperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut
Choropleth Maps
Choropleth maps:
enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an
attribute
classified : colours correspond
to value intervals
Thematic maps
…show spatialdistribution of attributes…show locations of objects
General reference maps
colour scales :
sequential (gradient)
diverging (double-ended)
129Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Isoline Maps
Bar charts : one bar per
attribute, heightproportional to value
Chart maps:
sizes of chart segments areproportional to values of
several attributes
130Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Show numerical values for continuous distributions by means of
lines joining points of equal value
(e.g. maps of temperature, pressure, etc.)
Flow Map
Proportional Circle Map
Elemen Peta
131Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
ChartsPeta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara
Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk
worked on (plot courses, determine positions)
Navigasi juga biasanya menggunakan peta general
(maritime equivalent of topographic map bathymetric map)
2 tipe aeronautical charts, yaitu :
1. visual
2. instrument navigation
Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat. Hanya
sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi
atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.
BathymetricExample
132Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
c) Klasifikasi Berdasarkan SubjeknyaBerdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Peta Kadastral
Peta Perencanaan
d) Analisis Spasial
e) Generalisasi Statistik
RemoteSensing
QuantitativeMethods
Cartography
GIS
Geomorphology
Climatology
Biogeography
Soils
HumanGeography
Geographical
Technical
Physical
Geographical
Historical
Political
Economic
Behavioral
Population
SPATIALANALYSIS
133Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Jumlah Kelas
– Sedikit atau banyak ?
– ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade
Metode Klasifikasi– Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan
informasi yang berbeda apabila menggunakan metode
klasifikasi yang berbeda.
– Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada
distribusi data.
134Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Distribusi DataHistogram
Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik
Lihat bagaimana data terdistribusi
Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar
deviasi
Plot data sebagai histogram
135Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Contoh Distribusi Data
15) Perangkat PendukungPersoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah
bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa
bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah
perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari
bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria
saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut
berjalan sejajar.
Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan
sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru
dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada
banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih,
dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan
memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat
orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena
terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional.
Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi
perkembangan untuk jangka waktu tertentu, sehingga
perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang
136Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun
perangkat lunak.
Pengadaan Hardware :Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk
berikut :
Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya
PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi
platform.
Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat
database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta
kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa
digunakan perangkat keras satu level dibawahnya.
Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh
tampilan yang sesuai dengan kehendak kita.
Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai.
Pengadaan SoftwareSedangkan pemilihan perangkat lunak (sofware) harus
memperhatikan batasan-batasan berikut :
Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang
tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian
masalah harga
Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user
interface yang bersahabat (familiar)
Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2
dimensi
Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum
Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database
relational
Mendukung konsep Structural Query Language (SQL)
Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)
C. METODE PENGUMPULAN DATAMetode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data
yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara
137Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan.
Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data
yang dibutuhkan.
1. Kegiatan Pengumpulan DataBerdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui
survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu :
a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk
mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau
perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun
peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data
yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan.
b. Survey Primer, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk
mendapatkan data primer yang dilakukan melalui pengamatan,
pengukuran kondisi lapangan.
Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh
konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai
dengan kondisi lapangan.
2. Kebutuhan DataKegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian
yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang
dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta
data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang
dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke
wilayah perencanaan (on site-visit).
5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATANKabupaten Karangasem berada di belahan timur Pulau Bali yang secara
administratif merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Provinsi
Bali, dengan batas batas wilayah - wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Timur : Selat Lombok
138Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
- Sebelah Barat : Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng
Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada
peta di bawah ini :
Gambar 5.22. Kabupaten Karangasem
A. Letak GeografisTerletak di Ujung Timur Pulau Bali, 8o.00’.00” – 80.41’.37,8” LS
dan115.35’.9,8”-115.54’.8,9 BT. Topographi dinamis: Dataran,
Perbukitan, Pegunungan (termasuk Gunung Agung) Pesisir pantai
sepanjang 87 km
B. Luas Kabupaten KarangasemMerupakan 1 dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali. Luas
Kabupaten Karangasem adalah 83.954 Ha /839,54 Km² (14,90% dari
luas Pulau Bali : 5.632,86 km²)
C. Wilayah AdministrasiSecara administratif Kabupaten Karangasem terdiri dari 8 wilayah
kecamatan, 78 desa/keluraha yang terdiri dari 75 desa definitif dan 3
kelurahan, 529 banjar dinas/dusun dan 52 lingkungan. Secara adat
139Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Kabupaten Karangasem terdiri dari 188 desa adat dan 605 banjar
adat.
D. Keseuaian Lahan Luas wilayah Kabupaten Karangasem : 83.954 ha
Luas lahan bukan sawah : 76.918 ha (91,62%)
Luas lahan persawahan : 7.086 ha (8,38%)
Kawasan hutan lindung : 14.056,32 ha
Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan : 34.409,11 ha
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah : 7.162 ha
Perkebunan (di luar kawasan berfungsi lindung) : 28.326,57 ha
Luas lahan kritis : 23.453 ha
E. Jumlah PendudukJumlah penduduk Kabupaten Karangasem pada pertengahan tahun
2010 berdasarkan hasil registerasi penduduk adalah 434.563 jiwa,
terdiri dari 217.327 jiwa laki-laki dan 217.209 jiwa perempuan.
Dengan jumlah rumah tangga 114.919. Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Sidemen yaitu sebesar 972 jiwa per
km2 dan kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah
Kecamatan Kubu yaitu sebesar 308 jiwa per km 2. Kepadatan
penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalah sebesar 518 jiwa per
km2
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh
terhadap berbagai sektor kehidupan kota. Salah satunya adalah
bertambahnya volume timbunan sampah yang dihasilkan oleh
penduduk. Langkah-langkah konkret dan strategis terkait pemenuhan
kebutuhan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan
diperlukan untuk mempertahankan lingkungan Bali sebagai salah satu
tujuan wisata andalan. Pertambahan penduduk yang semakin
meningkat dan membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya
jumlah sampah serta menurunnya kemampuan pengelolaan sampah
dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lin
140Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Kecamatan KubuKecamatan Kubu berada di bagian utara pulau Bali dan bersentuhan
langsung dengan laut bali serta berada di kaki gunung Agung. Kecamatan
ini merupakan salah satu daerah yang menjadi jalur aliran lahar pada saat
gunung Agung meletus pada tahun 1963. Itu pula sebabnya, saat ini,
Kecamatan Kubu menjadi daerah tambang pasir dan menjadi pemasok
utama untuk memenuhi kebutuhan pasir dan material batu untuk wilyah
Bali bagian Barat meliputi Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Negara.
Pengusaha pasir di kecamatan Kubu telah maju selangkah dibanding
daerah lainnya dengan membentuk paguyuban guna mewadahi kegiatan
penambang pasir dengan tujuan menjaga ketertiban dan pola
penambangan yang sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Karangasem.
Industri pariwisata di daerah ini belum semaju daerah bali Selatan yang
terkenal dengan pantainya yang indah serta ombaknya yang menjadi
incaran surfer dari seluruh dunia. Namun demikian bukan berarti daerah ini
tidak memiliki potensi wisata. Disepanjang pantai didaerah Kubu ini
terdapat beberapa lokasi menyelam yang banyak dikunjungi oleh turis
mancanegara. Pantainya yang lumayan curam memiliki lokasi karang dan
biota laut yang indah.
Salah satu wisata budaya dan keagamaan yang penting di Kecamatan
Kubu adalah Pura Bukit Mangun. Berada di desa Tianyar, sekitar 12
kilometer dari ibukota Kecamatan. Di puncak bukit ini terdapat satu
komplek pura yang mana untuk mencapainya harus menaiki ratusan anak
tangga. Dari lokasi ini dapat terlihat Gunung Agung dan laut Bali.
Kecamatan AbangKecamatan Abang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karangasem,
Bali, Indonesia. Luasnya adalah 134,05 km². Desa Abang terdiri dari 5
Dusun dengan jumlah penduduk 3.500 KK. Kecamatan Abang yang
141Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
menjadi wakil Kabupaten Karangasem dalam Lomba Pelaksanaan Terbaik
Hari Kesatuan Gerak PKK, Lingkungan Bersih Sehat, PHBS, Posyandu,
Administrasi PKK, HKG-KB Kes, penanggulangan KDRT, Lomba Hatinya
PKK (Halaman, Aman, Teratur, Indah, Nyaman dan Asri), Lomba Toga,
UP2K. Kecamatan Abang terdiri dari 14 desay, yaitu Ababi, Tiyingtali,
Abang, Pidpid, Nawakerti, Kesimpar, Tista, Kerta Mandala, Culik, Datah,
Labasari, Puerwakerti, Bunutan, dan Tri Buana.
5.11. PROGRAM KERJAProgram/rencana kerja merupakan gambaran menyeluruh dan
komprehensif usulan dari konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang
akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah
diberikan. Program kerja dibuat berdasarkan ketentuan teknik operasional
yang telah diuraikan oleh PT. Wartha Bakti Mandala di dalam
Pendekatan Pekerjaan dan Metodologi Pekerjaan pada sub bab
sebelumnya. Secara garis besarnya program kerja dalam pekerjaan
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubuadalah :
a. Tahap Persiapan Pekerjaan
Studi Literatur
Melakukan studi literatur yang bersangkutan dengan
masalah tata ruang maupun yang berkaitan dengan
strategi-strategi pengembangannya.
Melakukan kajian kebijakan bak dalam lingkup
kabupaten, lingkup kawasan perencanaan maupun
lingkup sekitar kawasan perencanaan.
Persiapan Dasar
Menyiapkan keperluan administrasi penunjang kegiatan
survei
Menyusun materi survei
Menyiapkan peta dasar sebagai pedoman untuk survei
lapangan
142Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Melakukan identifikasi penggunaan lahan yang berkaitan
dengan penataan ruang.
Identifikasi masalah-masalah yang terjadi
Identifikasi sarana dan prasarana/infrastruktur dan
potensi yang kiranya berpengaruh terhadap upaya
penanggulangan bencana di wilayah kajian.
Persiapan Survei Primer
Menyusun desain survei
Menyusun persiapan dan data yang dibutuhkan untuk
observasi.
Menyusun kuisioner dan check list data.
Persiapan Survei Sekunder
Menyusun data yang dibutuhkan dari setiap instansi yang
terkait dalam penyusunan Peta Risiko Bencana.
b. Tahap Kegiatan Survei
Survei Primer
Survei primer adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi wilayah yang sebenarnya secara langsung di lapangan.
Hasil survei ini berupa :
Peta dasar yang telah divalidasi
Data kuisioner untuk mengetahui tingkat kapasitas
termasuk kemudahan untuk menjangkaunya
Data fasilitas umum untuk mengetahui tingkat kapasitas
termsuk kemudahan untuk menjangkaunya.
Data geologi, klimatologi, topografi, dan lain-lain yang
dapat dijadikan acuan tentang tingkat ancaman bencana.
Pengamatan dan wawancara untuk melengkapi survei di
atas untuk memperoleh data atau informasi yang telah
rinci.
Survei Sekunder
Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi,
baik berupa uraian data angka, maupun peta yang berhubungan
143Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
dengan wilayah kajian dan terkait dengan data yang dibutuhkan
bagi penyusunan laporan.
c. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan proses seleksi data tabulasi data,
pengelompokan/mensistemkan data sesuai dengan kebutuhan. Dari
proses ini akan dihasilkan informasi yang lengkap tentang wilayah
kajian dan dapat digunakan sebagai dasar dalam penganalisaan lebih
lanjut. Data dikelompokkan dan disajikan untuk masing-masing desa di
Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.
d. Kegiatan Analisa
Kegiatan analisa merupakan penilaian kondisi daerah kajian yang ada
saat ini dengan mengacu pada kajian teori atau standar-standar yang
digunakan. Dalam kegiatan analisa diketahui tingkat ancaman, tingkat
kerentaan, dan tingkat kapasitas daerah kajian untuk selanjutnya
diolah dengan suatu formula sehingga menghasilkan tingkat risiko
bencana pada masing-masing daerah kajian. Hal pokok yang dianalisa
meliputi :
Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang
yang ada
Analisa tingkat pemahaman masyarakat tentang kebencanaan.
Analisa kondisi fisik meliputi :
Analisa Topografi
Analisa Hidrologi
Analisa Geologi
Analisa Klimatologi
Analisis sejarah kejadian bencana di daerah kajian
e. Kegiatan Penyusunan Laporan
a) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan,
daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi
144Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan
Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku
laporan.
b) Konsep Laporan Akhir
Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal
kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko
Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari
sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku
laporan.
c) Laporan Akhir
Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko
Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan
output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD
report sebanyak 10 (sepuluh) keping.
d) Album Peta
Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan
output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan
ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2
ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.
f. Pembahasan
Untuk menghasilkan produk peta yang dapat diterima secara luas
maka Konsultan wajib mengadakan konsultasi secara formal maupun
non formal kepada pemberi tugas yang bersangkutan dan instansi
terkait lainnya. Pembahasan formal dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembahasan Pendahuluan: dilakukan setelah diselesaikannya
Laporan Pendahuluan yang pada intinya merupakan kegiatan
penyampaian rencana kerja, metode pelaksanaan pekerjaan
serta penyamaan persepsi tentang substansi pekerjaan.
145Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
b. Pembahasan Konsep Laporan Akhir : dilakukan setelah selsainya
pembuatan konsep laporan akhir yang bertujuan untuk
menyampaikan progress pada kegiatan setelah laporan
pendahuluan serta garis besar hal yang akan nantinya
disampaikan pada laporan akhir.
c. Pembahasan Akhir: dilakukan setelah diselesaikannya Laporan
Akhir yang pada intinya menyampaikan hasil akhir PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.12. KELUARANProduk atau keluaran utama dari kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu disajikan dalam bentuk
laporan. Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan
ini adalah beberapa jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama
masa kontrak. Sesuai dengan KAK maka Konsultan harus menyerahkan
beberapa jenis laporan, sebagai berikut:
1. Sistem Pelaporan
a) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan,
daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi
Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan
Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku
laporan.
b) Konsep Laporan Akhir
Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal
kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko
Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari
sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku
laporan.
c) Laporan Akhir
Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko
Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan
146Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD
report sebanyak 10 (sepuluh) keping.
d) Album Peta
Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan
output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan
ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2
ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.
2. Teknik Penyajian Laporan
a) Pengetikan dengan menggunakan kertas HVS putih polos
berukuran A4
b) Sampel/cover buku warna terang dengan tulisan huruf hitam.
c) Ukuran kertas dan jumlah laporan
Laporan pendahuluan, judul buku tertulis Laporan
Pendahuluan, berukuran A4, jumlah 10 buku.
Draft Laporan Akhir, judul buku tertulis Draft Laporan Akhir,
berukuran A4, jumlah 10 buku.
Laporan Akhir, judul buku tertulis Laporan Akhir, berukuran
A4, jumlah 10 buku.
5.13. ORGANISASI DAN PERSONILDalam bab ini diuraikan bagan organisasi pengguna jasa, penyedia jasa,
struktur organisasi yang menggambarkan hubungan koordinasi antara
pengguna jasa dan penyedia jasa serta masing-masing Tim Konsultan.
Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan melibatkan tenaga
profesional dan beberapa tenaga penunjang dengan tugas dan tanggung
jawab masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk
memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka
dibuat bagan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
sesuai KAK. Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme
kontrol terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.
147Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang melibatkan beberapa
tenaga profesional, tenaga sub profesional dan tenaga penunjang dengan
tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidang
keahliannya. Dengan adanya pembagian dan penerangan alur job
description yang jelas maka akan menunjang kelancaran berlangsungnya
kegiatan. Kualifikasi dan kuantitas personil disesuaikan dengan kebutuhan
kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu yang tercantum dalam KAK. Secara rincinya mengenai kualifikasi
berserta tugas dan tanggungjawab masing-masing personil dijelaskan
sebagai berikut :
A. TENAGA PROFESIONAL1. Team Leader/Ahli Geodesi
Kualifikasi Team Leader adalah sekurang-kurangnya pendidikan
Srtata Satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di
bidang penyusunan data base berbasis System Informasi
Geografis (GIS) dan pemetaan minimal 8 tahun yang dibuktikan
dengan ijazah dan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya
Sistem Informasi Geografi.
2. Ahli Remote Sensing
Kualifikasi Ahli Remote Sensing sekurang-kurangnya pendidikan
strara satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di
bidang keilmuan penginderaan jarak jauh dan sains informasi
geografis minimal 6 tahun, dan memiliki SKA Ahli Muda Sistem
Informasi Geografis.
3. Ahli Tanah
Kualifikasi ahli tanah adalah sekurang-kurangnya pendidikan
strata satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah dengan
pengalaman di bidnag analisa karakteristik tanah dan pemetaan
kerentaan minimal 6 tahun.
4. Ahli Klimatologi
Kualifikasi ahli klimatologi adalah sekurang-kurangnya pendidikan
starta satu (S1) Teknik Meteorologi dan Geofisika cabang
148Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
keilmuan Meteorologi dengan pengalaman di bidang analisa
curah hujan, iklim, dan kondisi hidrologi, minimal 6 tahun.
5. Ahli Planologi
Kualifikasi pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Planologi cabang
keilmuan Perencaan Wilayah dengan pengalaman kerja sesuai
bidang minimal 6 tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Perencana
Kota dan Wilayah.
6. Ahli Sosial Ekonomi
Kualifikasi untuk ahli Sosial Ekonomi sekurang-kurangnya
pendidikan Strata Satu (S1_ Ekonomi dengan pengalaman kerja
minimal 6 tahun dalam bidang analisa dan kajian kondisi sosial,
perhitungan estimasi kerugian akibat bencana.
B. TENAGA SUB PROFESIONAL
1. Assisten Ahli Geodesi
Kualifikasi untuk Assiten Ahli Geodesi sekurang-kurangnya
pendidikan Starata Satu (S1) Teknik Geodesidan/atau surveying
dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 4 tahun.
2. Assiten Ahli Remote Sensing
Kualifikasi untuk Assiten Ahli Remote Sensing sekurang-
kurangnya pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Geodesi/Geografi
cabang keilmuan pengeinderaan jauh dan sains informasi
geografis dan/atau dengan pengalaman kerja sesuai bidang
minimal 4 tahun.
3. Assisten Ahli Tanah
Kualifikasi Asisten Ahli Tanah adalah sekurang-kurangnya
pendidikan Strata Satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah
dengan pengalaman di bidang analisa tanah minimal 4 tahun.
4. Chief Surveyor
Kualifikasi untuk chief surveyor dan pemetaan sekurang-
kurangnya pendidikan starta satu (S1) Teknik Geodesi atau
Geografi cabang keilmuan Pengeinderaan jauh dan sains
informasi georafis dan/atau surveying dengan pengalaman kerja
sesuai bidang minimal 4 tahun.
149Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
C. TENAGA PENDUKUNG
1. Surveyor
Kualifikasi untuk surveyor sekurang-kurangnya pendidikan
SMA/MK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5 tahun.
2. Opeator CAD/GIS
Kulifikasi untuk operator (GIS, Kartografi, CAD, dsb) sekurang-
kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja
sesuai bidang 5 tahun.
3. Administrator dan Keuangan
Kualfikasi untuk petugas adminitrasi adalah sekurang-kurangnya
pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5
tahun dalam bidang adminitrasi proyek.
4. Operator Komputer/Typist
Kualifikasi untuk petugas Administrasi adalah sekurang-
kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja
sebagai operator komputer.
Gambar 5.23. Struktur Organisasi Perusahaan
150Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA
5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di
Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan
pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian
bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku
dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-
lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.
Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa
salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah
menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan
kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai
dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan
rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.
Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi
yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan
pemetaan risiko bencana.
Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan
melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem
tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di
Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,
Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,
Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.
Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun
anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan
penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.
Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan
atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis
bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif
Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.
5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan
dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak
dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang
dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.
SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten
Karangasem.
5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana
khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah
ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.
b. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan
Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :
Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-
masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah
tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.
Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis
tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa
untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan
dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko
bencana.
5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :
a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat
luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas
pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi
rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.
c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan
Abang dan Kubu adalah :
Analisis Ancaman
Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di
masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan
memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah
kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang
berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak
dijadikan pertimbangan.
Analisis Kerentaan
Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi
kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan
pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi
penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi
mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana
secara mandiri.
Analisis Kapasitas
Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk
mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.
Analisis Risiko
Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang
disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.
Penyusunan Peta Risiko Bencana
Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala
minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar
bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan (dalam rupiah)
Legalisasi
Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu
yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang
disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam
proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan
DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di
tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan
apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi
tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya
pekerjaan ini.
A. APRESIASI1) Umum
Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko
bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem
yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah
manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali
potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara
pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini
menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek
mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi
merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang
sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,
longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten
Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam
penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)
Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,
dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)
potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni
Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin
Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,
Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama
Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan
Liquifikasi.
Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting
sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan
risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi
bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.
Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi
sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan
yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko
yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah
dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga
masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,
diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana) :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana
penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan
daerah.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu
tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat.
Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya
disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non
departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya
disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan
dalam menghadapi ancaman bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area
yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu
dan oleh atribut non-spasialnya.
Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.
Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis
maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi
dengan kondisi sesungguhnya.
Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah
sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau
manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data
tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas
maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan
perhitungan tertentu.
Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa
pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya
tsunami.
Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul
akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah
penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.
Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana.
Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian
dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian
dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk
memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu
daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian
dan Kapasitas Daerah.
Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana
suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian
Risiko Bencana suatu daerah
3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :
UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah
PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan
Penanggulangan Bencana
PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.
2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana.
Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.
4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip
pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.
Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat.
Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,
kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.
Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan
risiko bencana.
5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk
mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan.
Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun
intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko
bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan
dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program
pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam
rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.
B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat
ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat
dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan
berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah
mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi
dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau
institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.
Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang
kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan
kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara
spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas
dan peta risiko bencana.
Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya
tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi
Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada
aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat
mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta
kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas
Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang
dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat
peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,
peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan
adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada
di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana
longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan
peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator
masing-masing análisis risiko
1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi
patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata
curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena
dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,
kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis
batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok
rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di
kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah
rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di
kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll
5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah
sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,
desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang
pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan
organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat
peringatan dini.
5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan
bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani
pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada
bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa
dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan
meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan
dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman
pada KAK yang ada.
A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi
Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode
yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :
a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-
Up Approach)
Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,
sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah
keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan
komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari
atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada
tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam
pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan
permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.
b. Pendekatan Strategis
Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara
keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi
pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala
prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan
membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur
guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.
c. Pendekatan Komprehensif
Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan
permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu
juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,
sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini
bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait
dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas
secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya
didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.
d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan
Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek
kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model
pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah
(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan
ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai
manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai
dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk
keluaran kegiatan.
e. Pendekatan Masyarakat
Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan
memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,
untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk
dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional
yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta
masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.
Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak
berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam
aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi
komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat
dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.
2. Pendekatan Teoritis
Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang
digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal
yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;
legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.
a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal
Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal
adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang
dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-
sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah
dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui
azimuth untuk tiap sisi poligon.
Gambar E.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut pada poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana : ‘n : nomor titik poligon
: sudut luar
: azimuth
Gambar E.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar
Keterangan gambar :
1,2,3,… : nomor titik
1, 2, 3,… : sudut dalam
1, 2, 3, … : azimuth
Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :
a) Syarat sudut
Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)
Dimana ;
n = jumlah titik sudut poligon
= jumlah sudut luar poligon
b) Syarat sisi
d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y
d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x
c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.
Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.
d) Mengitung masing – masing garis
Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n
Dimana :
n : nomor titik poligon
: sudut luar
z : azimuth
2) Pengukuran Kerangka Vertikal
Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan
waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan
bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang
referensi, pekerjaan dibagi atas :
a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.
b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang
Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran
vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik
tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya
melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan
tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila
diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang
melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya
memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.
Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)
terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai
data pada peta topografi.
3) Pengukuran Detail
Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan
bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini
tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh
karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada
pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi
dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran
pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar E.3. Pengukuran Titik
Keterangan Gambar :
A : tempat berdiri alat B : tempat berdiri rambu M : sudut miring
hi : tinggi alat h : beda tinggi BA : bacaan
benang atas
BT : bacaan benang tengah BB : bacaan benang bawah
L : BA – BB
D : jarak datar D’ : jarak miring
Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;
L’ = L x cos m = L sin z
D = L’ x F = 100 sin2z
D = D’ sin z
Beda tinggi ( h )
h = D’ cos z = 100 L sin z cos z
= 100.0,5. L (2 sin z cos z)
= 50 sin 2z L
Sehingga beda tinggi ; A-B (h)
HAB = h1 + h – BT
HB = HA +h – BT
Dengan
HB = ketinggian titik B
Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara
memancar seperti di bawah :
Gambar E.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar
Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran
pada tiap-tiap titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA,
BB, BT dan zenith.
4) Metode Pengukuran Beda Tinggi
Gambar E.5. Metode Barometris
Pengukuran Beda Tinggi Barometris
Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan
udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di
B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat
dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi
suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.
Gambar E.6. Metode Trigonometri
Keterangan gambar :
z = sudut zenith
m = sudut miring
s = jarak A-B
Pengukuran beda tinggi trigonometri
Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila
pesawat di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring
dan sudut tegak (Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B
adalah s maka beda tinggi antara A dan B = s tan m.
Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban sehingga
menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung
atau mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik
dibandingkan metode barometris.
Gambar E.7. Metode Sipat Datar
Pengukuran beda tinggi sifat datar
Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan
menggunakan garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A
dan B. Angka a dan b adalah hasil pembacaan mistar atau rambu.
Garis mendatar ini dapat dihasilkan dengan menarik seutas benang
atau kawat dibantu dengan waterpass. Untuk menghindari
kelengkungan teropong dengan dilengkapi nivo di tengah-tengah
dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan
garis arah nivo.
b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000
tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan
pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan
peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-
unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata
ruang wilayah dalam berbagai skala.
2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000
Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan
peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan
citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan
simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan
karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel
E.1 dan Tabel E.2).
c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan
Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai
macam alat, yaitu:
a) Theodolit Manual
Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut
istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar
kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu
titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang
tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA
+BB.
b) Digital Theodolit (DT)
Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan
jarak dari satu patok ke patok lain.
c) Waterpass
Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok
dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2
patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di
belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas
(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).
Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada
azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak
terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk
penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas
ketinggian tanahnya.
2) Metode Penggambaran
Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan
menggunakan metode manual atau dengan metode digital
(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan
dengan :
a) Membuat grade pada kertas .
b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.
c) Membuat poligon tertutup.
d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)
e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil
perhitungan pengukuran memancar.
f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan
pengukuran
Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya
dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software
yang aplikatif.
Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama
untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,
baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu
data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital
menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak
membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan
mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan
dalam format hardcopy.
Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan
akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk
menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan
rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau
dihindari.
Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang
yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan
visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.
Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai
mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe
bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer
cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan
superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat
mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat
digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan
cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.
Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer
adalah sebagai berikut :
Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).
Penyimpanan dan manajemen data
Pengolahan dan manipulasi data
Menampilkan/memvisualisasikan data
Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan
pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari
pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan
pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi
pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.
Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis
sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data
lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di
luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang
digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).
Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting
ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data
yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan
membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan
kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu
untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan
yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat
dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,
penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.
Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan
pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu
untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari
metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala
suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk
menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak
mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai
contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe
penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat
acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak
representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika
dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid
yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan
metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.
Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai
untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang
petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya
CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang
menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk
semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang
menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan
berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan
prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif
batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).
B. METODELOGI
C. sadad
152Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam pekerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu jangka waktu yang diberikan KAK adalah selama 5 (lima) bulan
atau 150 hari kerja. Dalam rentang waktu yang diberikan KAK tersebut, konsultan
menindak lanjuti dengan kegiatan penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang
dimana dimaksud sebagai acuan dalam pengerjaan aplikasinya. Yang diharapkan
dapat berjalan secara lancar, tepat waktu, dan sesuai dengan harapan yang
direncanakan.
Penyusunan jadwal kegiatan merupakan suatu seni manajemen waktu, yang dimana
memerlukan keterampilan dalam mengatur kegiatan agar dapat berjalan seiraman
dengan waktu yang disediakan. Dalam jadwal pelaksanaan, koordimasi dan
komunikasi menjadi hal utama dan dasar yang harus diterapkan pihak-pihak terkait
guna tercipta kekonsistenan anatar jadwal pelaksanaan yang disusun dengan
kenyataan aplikasinya.
Ketepatan waktu dengan hasil yang maksimal menjadi tujuan utama dari
penyusunan jadwal kegiatan. Dalam pekerjaan pendampingan ini, jadwal
pelaksanaan tersaji dalam Tabel 6.1 berikut :
153Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
No. Kegiatan
Bulan ke-
KetI II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahapan Kegiatan
1 Tahap Persiapan
Studi Literatur
Persiapan Dasar
Persiapan Survei Primer
Persiapan Survei Sekunder
2 Tahap Kegiatan Survei
Survei Primer
Survei Sekunder
3 Pengumpulan Data
4 Kegaiatan Analisa
II Tahap Pembahasan
1 Laporan Pendahuluan
2 Konsep Laporan Akhir
154Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
3 Laporan Akhir
III Keluaran
1 Laporan Pendahuluan
2 Konsep Laporan Akhir
3 Laporan Akhir
4 Album Peta
155Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Jadwal penggunaan sarana dan prasarana pendukung diperlukan juga selain jadwal
pelaksanaan kegiatan, dimana sarana pendukung ini dapat digunakan untuk
mempermudah dan memperlancar pekerjaan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu ini, Konsultan menggunakan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan sebagai pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, yang pada
dasarnya telah disesuaikan dengan persyaratan yang tertuang dalam kerangka
acuan kerja. Uraian mengenai fasilitas dan sarana yang digunakan oleh Konsultan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini disajikan sebagai berikut.
Konsultan akan menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
menunjang pekerjaan ini, yang meliputi antara lain :
1. Sistem komputer (computer dan printer)
Alat ini digunakan untuk membantu dalam proses pengolahan data
penggambaran.
2. Peralatan studio/kantor, terdiri dari:
a) Alat komunikasi
b) ATK (kertas, tinta printer, CD dan alat warna)
3. Transportasi, terdiri dari:
a) Kendaraan roda 4
b) Kendaraan roda 2
Untuk menunjang pekerjaan studi diperlukan peralatan kantor seperti meja tulis,
kursi, meja gambar, komputer dan sebagainya. Daftar dan jadwal penggunaan
peralatan ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut.
156Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 7.1. Daftar dan Jadwal Penggunaan PeralatanPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
No. Kegiatan Jumlah Satuan
Bulan ke-
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Peralatan Kantor dan Studio
1. ATK 1 Bulan
2. Telepon dan Fax 1 Bulan
3. Komputer 3 Unit / Bulan
4. OM dan Printer 3 Unit / Bulan
B Tranportasi
1 Kendaraan Roda 4 1 Unit / Bulan
2 Kendaraan Roda 2 1 Unit / Bulan
157Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu keberadaan tenaga ahli merupakan hal vital pendukung
terselenggaranya kegiatan ini. Selain tenaga ahli, kegiatan ini juga di dukung oleh
asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung. Koordinasi diantara para tim, baik
diantara sesama tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung adalah
sesuatu yang menjadi ujung tobak berjalannya kegiatan dengan tepat waktu.
Adapun susunan tim tenaga ahli beserta tenaga pendukung lainnya yang ada di
kegiatan ini antara lain :
Tenaga Ahli
Geodesi (Team Leader)
Ahli Remote Sensing
Ahli Ekonomi Wilayah
Ahli Tanah
Ahli Klimatologi
Ahli Planologi
Ahli Sosial Ekonomi
Asisten Tenaga Ahli
Asisten Ahli Geodesi
Asisten Ahli Remote Sensing
Asisten Ahli Tanah
Chief Surveyor
Tenaga Pendukung
Tenaga Administrasi
Operator Komputer
Surveyor
Operator CAD/GIS
158Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Supir
Secara rinci mengenai komposisi tugas dan personil diperlihatkan pada Tabel 8.1
berikut :
159Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 8.1 Komposisi Tugas dan PersonilPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
Nama Personil Perusahaan Tenaga AhliLokal/Asing
LingkupKeahlian
PosisiDiusulkan
Uraian PekerjaanJumlahOrangBulan(OB)
TENAGA AHLI
Ir. Azam MuhammadyPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangGeodesi
Ahli Geodesi(Team Leader)
Mengkoordinir seluruh aktifitas Tim dalam
mengelola seluruh kegiatan lapangan dan
kantor.
Bertanggung jawab terhadap Pemberi
Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan
tim pelaksana pekerjaan dan pelaksanaan
pekerjaan yang berlangsung saat ini.
Membuat schedule kegiatan pekerjaan.
Memonitor progress pekerjaan yang
dilakukan tenaga ahli.
Mengarahkan seluruh anggota team dalam
menyiapkan laporan yang diperlukan.
Mengkaji ulang serta pengecekan
keseluruhan hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
Melaksanakan presentasi dengan direksi
pekerjaan dan instansi terkait.
5
160Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
Ir. Atip Supriyatna, STPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangRemoteSensing
Ahli RemoteSensing
Menyiapkan peta dasar untuk penyusunan
peta tematik
Menentukan perangkat lunak yang sesuai
untuk diaplikasikan pada kegiatan
Melakukan koordinasi pada Team Leader
dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Analisis dan dokumentasi wilayah kajian
melalui penyajian peta kondisi eksisting.
Tranfering data digital untuk menghasilkan
database dengan program khusus GIS.
Menyajikan peta dengan struktur interpretasi
wilayah kajian.
4
Lita Nurcita, S.SiPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Bidang Tanah Ahli Tanah Menganalisis kelayakan kondisi dan struktur
tanah di lokasi kajian.
Menganalisis kontur dan profil tanah di
wilayah kajian.
Melakukan koordinasi pada Team Leader
dalam pelaksanaan laporan-laporan.
4
Hafizh Ali, S.SiPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangKlimatologi
AhliKlimatologi
Menginvetarisasi data-data yang terkait
klimatologi untuk keperluan kegiatan.
4
161Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Mengalisa data-data terkait klimatologi.
Bertanggung jawab langsung pada
temaleader.
Melakukan koordinasi pada Team Leader
dalam pelaksanaan laporan-laporan.
Anni Marryam S, STPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangPlanologi
AhliPlanologi
Melakukan inventarisasi kelembagaan serta
kebijakan dan peraturan – peraturan.
Inventarisasi tata guna lahan sesuai dengan
perundang-undangan sesuai dengan
kebutuhan kajian.
Melakukan analisa terkait tata guna lahan dan
kelembagaannya untuk kepentingan kegiatan.
Melakukan koordinasi pada Team Leader
dalam pelaksanaan laporan-laporan.
4
Drs. I Putu Suyasa, SEPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Bidang SosialEkonomi
Ahli SosialEkonomi
Menganalisis kelayakan ekonomi dari
kegiatan perekonomian masyarakat pada
wilayah kajian.
Menganalisis peluang dan hambatan ekonomi
makro dan mikro di wilayah kajian.
Menganalisis keunggulan dan kelemahan
budaya masyarakat di wilayah kajian.
Merumuskan model-model rekayasa sosial
4
162Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
yang dapat diterapkan dalam upaya
penyelesaian kegiatan.
Ni Nyoman Ayu Wartini, SHPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangHukum
Ahli Hukum Ahli hukum berperan dalam mengkaji
dokumen-dokumen produk hukum terkait
kegiatan pendampingan.
4
ASISTEN TENAGA AHLI
To Be NamedPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangGeodesi
Asisten AhliGeodesi
membantu peran ahli geodesi dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
4
To Be NamedPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangRemoteSensing
Asisten AhliRemoteSensing
membantu peran ahli remote sensing dalam
mengelola produk-produk hukum terkait kegiatan
pengelolaan.
4
To Be NamedPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Bidang Tanah Asisten AhliTanah
membantu peran ahli tanah dalam mengelola
produk-produk hukum terkait kegiatan
pengelolaan.
4
To Be NamedPT. WARTHA
BAKTIMANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor ChiefSurveyor
Membantu para ahli dalam pengkoordinasian
pengumpulan data dan keperluan lainnya yang
terjadi di lapangan.
3
163Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
TENAGA PENDUKUNG
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangAdministrasi
Administrasi Bertanggung jawab atas hal-hal bersifat
administratif yang berhubungan dengan kegiatan
pendampingan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangOperatorKomputer
OperatorKomputer
Membantu operasional keperluan kegiatan
pedampingan dengan perangkat komputerisasi.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangOperatorCAD/GIS
OperatorKomputer
Membantu operasional keperluan dalam hal
penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem
GIS/CAD.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
BidangOperatorCAD/GIS
OperatorKomputer
Membantu operasional keperluan dalam hal
penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem
GIS/CAD.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Supir Supir Membantu mobilasasi segala bentuk kegiatan
yang berhubungan dengan transportasi.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
164Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
5
165Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
untuk kegiatan.
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
To Be Named PT. WARTHABAKTI
MANDALA
TENAGA AHLILOKAL
Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun
ke lapangan demi kelengkapan keperluan data
untuk kegiatan.
5
178Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini mobilisasi tenaga profesional oleh pihak
konsultan selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kerja dengan berbagai disiplin ilmu
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan ini nantinya. Selain itu, tim
konsultan juga akan memobilisasi tenaga pendukung, yang akan mendukung tenaga
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kebutuhan mobilisasi
tenaga penunjang akan selalu memperimbangkan kebutuhan tenaga profesional.
Komposisi tim berserta jangak waktu pekerjaan antara lain :
Tenaga Ahli
Ahli Geodesi (Team Leader) → 5bulan
Ahli Remote Sensing → 4 bulan
Ahli Tanah → 4 bulan
Ahli Klimatologi → 4 bulan
Ahli Planologi → 4 bulan
Ahli Sosial Ekonomi → 4 bulan
Ahli Hukum → 4 bulan
Asisten Tenaga Ahli
Asisten Ahli Geodesi → 4 bulan
Asisten Ahli Remote Sensing→ 4 bulan
Asisten Ahli Tanah→ 4 bulan
Chief Surveyor → 3 bulan
Tenaga Pendukung
1 orang Tenaga Administrasi → 5 bulan
1 orang Operator Komputer → 5 bulan
1 orang Supir → 5 bulan
1 orang Operator Komputer → 4 bulan
179Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
2 orang Operator GIS/CAD → 5 bulan
10 orang surveyor → 3 bulan
Pemberi kerja senantiasa akan memberikan instruksi/perintah kerja, serta
menyetujui hasil pekerjaan yang dihasilkan konsultan. Untuk itu, penugasan Personil
Tim Konsultan disusun berdasarkan jenis dan macam pekerjaan yang tersurat
didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tim didukung sepenuhnya oleh semua
fungsional dari PT. Warta Bakti Mandala.
Berdasarkan pengalaman konsultan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
sejenis, diperlukan pengaturan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Hubungan kerjasama
antar personil, serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan berperan penting dalam
menghasilkan kualitas kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu,
diperlukan pula pengaturan jadwal pelaksanaan penugasan personil dan sampai
sejauh mana keterlibatan masing-masing personil terhadap kegiatan pekerjaan ini,
agar dapat dicapai suatu pola tata koordinasi pelaksanaan pekerjaan secara baik.
Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam Tabel Jadwal Penugasan Personil tim
konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan dan nama personil tenaga profesional yang
terlibat secara langsung dalam kegiatan ini.
180Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Tabel 9.1 Jadwal Penugasan PersonilPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu
No. Kegiatan Jabatan Yang
Diusulkan
Bulan ke-
Oran
g/
Bula
n
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tenaga Ahli
1 Ir. Azam Muhammady Team Leader 5
2 Ir. Atip Supriyatna, ST Ahli Remote Sensing 4
3 Lita Nurcita, S.Si Ahli Tanah 4
4 Hafizh Ali, S.Si Ahli Klimatologi 4
5 Anni Maryam S, ST Ahli Planologi 4
6 Drs. I Putu Suyasa, SE Ahli Sosial Ekonomi 4
7 Ni Nyoman Ayu Wartini, SH Ahli Hukum 4
II Asisten Tenaga Ahli
1 To Be Named Asisten Ahli Geodesi 4
2
To Be Named
Asisten Ahli Remote
Sensing
4
3 To Be Named Asisten Ahli Tanah 4
181Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
4 To Be Named Chief Surveyor 3
III Tenaga Penunjang
1 To Be Named Surveyor 3
2 To Be Named Surveyor 3
3 To Be Named Surveyor 3
4 To Be Named Surveyor 3
5 To Be Named Surveyor 3
6 To Be Named Surveyor 3
7 To Be Named Surveyor 3
8 To Be Named Surveyor 3
9 To Be Named Surveyor 3
10 To Be Named Surveyor 3
11 To Be Named Operator GIS/CAD 5
12 To Be Named Operator GIS/CAD 5
13 To Be Named Adminitrasi dan
Keuangan
5
14 To Be Named Operator Komputer 5
15 To Be Named Supir 5
Total 101
182Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu
PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas
Dokumen Usulan Teknis untuk pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu “, sebagai bentuk penawaran teknis dari
konsultan dalam upaya penanganan pekerjaan tersebut diatas. Dalam hal ini konsultan
PT. Warta Bakti Mandala apabila nantinya dipercaya untuk menangani pekerjaan ini
maka akan bekerja berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan
Kerja (KAK) pekerjaan tersebut. Konsultan PT. Warta Bakti Mandala berkeyakinan
“sanggup dan mampu” untuk melaksanakan pekerjaan tersebut apabila diberi
kepercayaan berdasarkan dokumen usulan teknis yang kami tawarkan.
Dengan dukungan Tenaga Ahli yang kami usulkan dengan kualifikasi dan
pengalaman kerja di bidang perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber
daya air khususnya pembangunan sistem penyediaan air baku. Dengan berbekal
keahlian masing-masing tenaga ahli yang kami usulkan dan telah memiliki sertifikat
keahlian, maka dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dapat diselesaikan
dengan tepat waktu dan mutu pekerjaan sesuai dengan yang diminta dalam KAK.