USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL...

11
1 USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL-QURÁN TERHADAP PEMBACA DAN PENDENGARNYA Faizah Ali Syibromalisi Email. [email protected] Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak: Al-Qurán sebagai kitab suci al-Karim yang membenarkan risalah Nabi Muhammad SAW memiliki aspek estetika dan ketelitian redaksinya. Aspek ini memiliki efek psikologis terhadap pembaca dan pendengarnya sehingga ketinggian estetika Al-Qurán dianggap sebagai aspek kemukjizatan Al-Qurán. Uslub al-Hazf yaitu penghilangan kata dalam kalimat yang dikenal dalam sastra Indonesia sebagai bentuk ellipsis merupakan salah satu fenomena kemukjizatan Al-Qurán yang mencerminkan kekayaan makna dan keindahan gaya bahasa Al-Qurán. Uslub al-Hazf dimaksudkan untuk menghindari kekeringan makna dan kekosongan gaya bahasa serta memperlihatkan bahwa bentuk al-Hazf lebih fasih daripada disebutkan. Uslub al-Hazf merupakan ciri bahasa yang didukung oleh linguistik si pengarang pada akhirnya menunjukkan kepiawaian sang pengarang untuk membuktikan kebenaran Al-Qurán sebagai kalamullah. Kajian singkat tentang al-Hazf ini bertujuan bukan hanya untuk mengetahui pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat Islam tetapi juga untuk mengetahui penjelasan para pakar bahasa dan tafsir Al-Qurán terhadap kata-kata yang dihilangkan dari ayat-ayat tertentu beserta maknanya yang dirasa memerlukan penjelasan. Hal ini akan sangat membantu umat islam memahami al-qurán secara maksimal. Kata Kunci: Balaghah, Kemukjizatan Al-Qurán, al-Hazf, Pengaruh Estetika Al-Qurán terhadap pembaca dan pendengar Pendahuluan Islam sebagai ajaran sumber utamanya adalah Al-Qurán, kitab suci yang memiliki sisi keagungan sastra. Al-Qurán bahkan menjadi karya sastra ideal dan merupakan mukjizat sesuai dengan QS. 17: 88. Letak kemukjizatan Al-Qurán tidak hanya pada isinya, tapi juga pada keindahan bahasanya. Abu Zakaria al-Farra`(w.207 H) mengatakan bahwa bahasa Al-Qurán merupakan gaya bahasa Arab yang fasih secara mutlak, sehingga diposisikan sebagai bahasa Arab yang paling murni serta paling kuat kehujjahannya daripada syair. 1 Seorang sastrawan Arab jahiliyah bernama Abu al-Walid pernah diutus para elite Quraisy untuk menemui Nabi dan mengajaknya agar meninggalkan dakwah. Saat itu Nabi membaca QS. Fushilat, 41: 41 dari awal hingga akhir. Setelah mendengar bacaan surah tersebut, ia kembali kepada kawan-kawan yang mengutusnya, ia * Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta dan Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Transcript of USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL...

Page 1: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

1

USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL-QURÁN

TERHADAP PEMBACA DAN PENDENGARNYA

Faizah Ali Syibromalisi

Email. [email protected]

Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak: Al-Qurán sebagai kitab suci al-Karim yang membenarkan risalah Nabi

Muhammad SAW memiliki aspek estetika dan ketelitian redaksinya. Aspek ini

memiliki efek psikologis terhadap pembaca dan pendengarnya sehingga ketinggian

estetika Al-Qurán dianggap sebagai aspek kemukjizatan Al-Qurán. Uslub al-Hazf yaitu

penghilangan kata dalam kalimat yang dikenal dalam sastra Indonesia sebagai bentuk

ellipsis merupakan salah satu fenomena kemukjizatan Al-Qurán yang mencerminkan

kekayaan makna dan keindahan gaya bahasa Al-Qurán. Uslub al-Hazf dimaksudkan

untuk menghindari kekeringan makna dan kekosongan gaya bahasa serta

memperlihatkan bahwa bentuk al-Hazf lebih fasih daripada disebutkan. Uslub al-Hazf

merupakan ciri bahasa yang didukung oleh linguistik si pengarang pada akhirnya

menunjukkan kepiawaian sang pengarang untuk membuktikan kebenaran Al-Qurán

sebagai kalamullah.

Kajian singkat tentang al-Hazf ini bertujuan bukan hanya untuk mengetahui

pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat Islam tetapi juga untuk

mengetahui penjelasan para pakar bahasa dan tafsir Al-Qurán terhadap kata-kata yang

dihilangkan dari ayat-ayat tertentu beserta maknanya yang dirasa memerlukan

penjelasan. Hal ini akan sangat membantu umat islam memahami al-qurán secara

maksimal.

Kata Kunci: Balaghah, Kemukjizatan Al-Qurán, al-Hazf, Pengaruh Estetika Al-Qurán

terhadap pembaca dan pendengar

Pendahuluan

Islam sebagai ajaran sumber utamanya adalah Al-Qurán, kitab suci yang

memiliki sisi keagungan sastra. Al-Qurán bahkan menjadi karya sastra ideal dan

merupakan mukjizat sesuai dengan QS. 17: 88. Letak kemukjizatan Al-Qurán tidak

hanya pada isinya, tapi juga pada keindahan bahasanya.

Abu Zakaria al-Farra`(w.207 H) mengatakan bahwa bahasa Al-Qurán

merupakan gaya bahasa Arab yang fasih secara mutlak, sehingga diposisikan sebagai

bahasa Arab yang paling murni serta paling kuat kehujjahannya daripada syair.1

Seorang sastrawan Arab jahiliyah bernama Abu al-Walid pernah diutus para

elite Quraisy untuk menemui Nabi dan mengajaknya agar meninggalkan dakwah. Saat

itu Nabi membaca QS. Fushilat, 41: 41 dari awal hingga akhir. Setelah mendengar

bacaan surah tersebut, ia kembali kepada kawan-kawan yang mengutusnya, ia

* Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta dan Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 2: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

2

mengatakan: ‚Aku pernah mendengarkan kata-kata yang seindah itu, itu bukanlah

syair, bukan sihir, bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al-Qurán itu

ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhunjam ke dalam tanah, susunan

kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia, ia Maha

Agung dan tak ada yang dapat mengatasinya.2‛

Pandangan Abu al-Walid dan keterpesonaannya bisa dipahami karena salah

satu aspek kemukjizatan Al-Qurán sebagai pembenaran risalah Nabi Muhammad

SAW. adalah kitab suci yang memiliki keindahan dan ketelitian redaksinya. Tidak

mudah memang menguraikan hal ini khususnya bagi yang tidak memahaminya dan

tidak memiliki rasa bahasa Arab. Karena keindahannya diperoleh melalui perasaan

bukan melalui nalar.3

Abdul Qahir al-Jurjani (w. 471 H) menilai bahwa kemukjizatan tersebut

disebabkan susunan bahasanya yang sangat indah, harmonis antara setiap kata,

sehingga timbul hubungan timbal balik antara kata-kata itu.4 Dalam pandangan al-

Zamakhsyari (w. 538 H) bahwa komposisi Al-Qurán tidak mampu ditiru karena

disusun secara baik serta sistematis.5 Misalnya Al-Qurán menggunakan bahasa

figurative (majaz), seperti QS. Ali Imran [3]: 167, ... Mereka berkata dengan“ بف واىهم ي قولون

mulut-mulutnya‛ padahal yang dimaksud adalah lidah-lidahnya. Al-Qurán juga

menggunakan metafora (tasybih) seperti QS. Hud [11]: 42, وندى كالبال موج ف بم تري وىي اب نو نوح yang mempersamakan gelombang laut dengan gunung atau istia’rah yang

menyerupakan makhluk bukan manusia dengan sifat-sifat manusia, seperti QS. [11]: 44

,Hai bumi telanlah airmu‛. Al-Qurán juga menggunakan kinayah‚ مآءك اب لعي يأرض وقيل

seperti QS. al-Isra’*17+: 69 نقك ع إل مغلولة يدك والتعل “jangan kau jadikan tanganmu

terbelenggu di lehermu”. Yang dimaksud dengan ayat ini adalah jangan kikir.

Kekuatan sastra Al-Qurán juga terletak pada diksi atau pilihan katanya yang

indah, seperti QS. Al-Baqarah [2]: 49, .... ون ”Menyembelih anak laki-laki kalian“ كم أب نآء يذب

sebagai pengganti membunuh dalam menggambarkan usaha Firáun dalam

mempertahankan kekuasaannya. Al-Qurán menggunakan al-Hasyr, yakni

mendahulukan obyek (mafúl) daripada subyek (fail) seperti QS. al-Fatihah [1]: 5. ك إ ن عبد ياك نستعي وإيا “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong”.

Dan uslub ellipsis (al-Hazf) yaitu membuang salah satu aspek dari ayat seperti

membuang subyek atau predikat atau kata sifat, seperti QS. al-Baqarah [2]: 2 للمتاقي ىدى

Page 3: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

3

“petunjuk bagi orang yang bertakwa” Ayat ini subyeknya dibuang yaitu Al-Qurán atau al-

Kitab.

Al-Qurán dengan gaya bahasanya yang demikian sarat dengan nilai-nilai sastra

menimbulkan kesadaran umat Islam terhadap pentingnya mempelajari kaidah-kaidah

bahasa Arab, baik Nahwu dan Shorof (morfologi dan sintaksis) maupun keindahan

sastranya (balaghah6). Sastra dijadikan metode pertama dalam memahami maksud Al-

Qurán, di samping bertujuan membiarkan Al-Qurán berbicara sendiri tentang berbagai

persoalan, sastra juga digunakan selain untuk membuktikan kemukjizatan Al-Qurán,

juga membantu proses interpretasi makna dan penafsirannya sebagai aspek

fundamental dari Al-Qurán. Itu sebabnya corak tafsir pertama adalah corak sastra dan

bahasa yang timbul akibat banyaknya orang non Arab yang memeluk agama Islam

serta akibat kelemahan orang-orang Arab sendiri terhadap sastra, sehingga dirasakan

kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan keindahan

kandungan Al-Qurán.7

Pakar-pakar bahasa klasik dari abad 2 H. sampai saat ini8 nampaknya sepakat

bahwa kemukjizatan Al-Qurán dari sisi bahasa adalah aspek balaghahnya di samping

isinya. Oleh sebab itu berbagai kajian terhadap bahasa Al-Qurán tidak pernah lepas

dari aspek ke-balaghah-annya.

Aspek balaghah Al-Qurán merupakan bukti dari kemukjizatan Al-Qurán,

karena Al-Qurán diturunkan di tengah-tengah bangsa Arab yang mahir berbahasa

Arab dan menguasai sastranya. Namun ketika mereka ditantang untuk menyusun

ayat-ayat semisal Al-Qurán dari sisi komposisi dan kandungannya, mereka tidak

mampu.9

Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa semua kajian fenomena

linguistik (kebahasaan) dalam Al-Qurán tidak bisa dilepaskan keberadaannya sebagai

mukjizat Nabi SAW. yang abadi. Sehingga berbagai kajian Al-Qurán hampir

dipastikan juga tidak bisa mengenyampingkan aspek kemukjizatan Al-Qurán.

Efek Psikologis Al-Qurán Terhadap Manusia

Al-Qurán dengan keindahan bahasanya seperti dipaparkan di atas telah

memberikan pengaruh psikologis pada diri pembaca dan pendengarnya. Sejarah telah

mencatat berbagai peristiwa yang membuktikan pengaruh alqurán terhadap

pendengarnya. Kenyataan ini menambah deretan kemukjizatan Al-Qurán. Sebagai

contoh Al-Qurán yang dibacakan berulang-ulang oleh Mush’ab bin Umair ditengah-

tengah keluarganya telah memberi pengaruh yang dalam kepada mereka sehingga

Page 4: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

4

akhirnya mereka semuanya masuk Islam. Musháb pula yang mengenalkan Al-Qurán

kepada penduduk Madinah dan mengundang Rasul untuk hijrah ke Madinah,

sehingga ada pepatah ‚jika kota-kota lain ditaklukkan dengan pedang maka Madinah

ditaklukkan dengan Al-Qurán‛10.

Pengaruh estetika Al-Qurán mampu mengubah hati orang yang sangat

membenci Rasul menjadi hati yang mencintainya, bahkan bersedia berjuang demi

Rasul, seperti yang terjadi pada kisah keislaman Umar bin Khattab11 dan keislaman

Abu Dzarrin al-Ghifari dan saudaranya Anis.12 Sayyid Qutub mengatakan ada

pengaruh psikologis Al-Qurán terhadap pembaca maupun pendengarnya. Al-Qurán

memiliki kekuatan yang bisa menguasai fitrah manusia. Siapa saja yang membaca Al-

Qurán akan merasakan ada sesuatu di balik ungkapan makna-makna ayat. Itulah

rahasia Al-Qurán yang bisa dijangkau dengan cara tadabbur, mengamati dan

menganalisa struktur Al-Qurán seluruhnya.13

Tulisan berikut ini akan membahas sekilas tentang uslub al-Hazf dalam Al-

Qurán. Penulis terdorong untuk membahas masalah ini karena pengalaman penulis

ketika melatih tafsir bagi calon-calon peserta MTQ Nasional, mereka kadang-kadang

merasa bingung menafsirkan ayat-ayat yang kalau dilihat sepintas nampak tidak

sempurna susunan kalimatnya, ada bagian aspek kalimat yang hilang, baik itu

subyeknya (fail) atau obyeknya mafúl bih), kadang jawab syaratnya yang dihilangkan,

dan lain-lain. Sehingga agak sulit dipahami secara maksimal.

Kajian al-Hazf ini tidak hanya untuk mengetahui pengaruh psikologis estetika

Al-Qurán dalam kehidupan umat Islam, tapi juga untuk mengetahui reaksi para pakar

bahasa dan tafsir Al-Qurán dalam bentuk penjelasan dari makna ayat-ayat tertentu

yang dirasa memerlukan penjelasan yang menempati kata atau kalimat yang

dihilangkan. Hal itu membantu umat Islam memahami Al-Qurán secara lebih

maksimal.

Pengertian Al-Hazf

Kata al-Hazf adalah masdar dari حذف memiliki banyak arti seperti melempar,

memukul, memotong, dan menghilangkan. Kata yang terakhir ini adalah makna yang

paling tepat untuk kata al-Hazf dalam kajian ini. Sedangkan makna al-Hazf dari sisi

istilah para ulama berbeda pendapat. Misalnya al-Zarkasyi mengatakan bahwa al-Hazf

adalah menghilangkan sebagian dari kalimat atau seluruhnya karena adanya dalil.14

Pendapat al-Zarkasyi ini diikuti oleh al-Abyari (w. 1394 H) dan al-Mathlub (1399 H).

Page 5: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

5

sedangkan al-Khaufi (1395 H) memberikan definisi lebih lengkap bahwa al-Hazf adalah

menghilangkan kata atau beberapa kalimat, karena kalimat yang disebutkan sebelum

atau sesudahnya telah menunjukkan apa yang dihilangkan, baik dari sisi lafaz

maupun dari sisi konteks. Pakar bahasa Izzuddin mengatakan bahwa al-Hazf adalah

memendekkan kalimat untuk mendekatkan makna-maknanya kepada pemahaman.

Sebagai perbandingan uslub al-Hazf dalam sastra arab sebanding dengan gaya bahasa

elliptic atau ellipsis dalam teori Stilistika Indonesia, yaitu gaya bahasa yang

menghilangkan unsure kalimat yang dengan mudah dapat dipahami.15

Dari sini bisa kita katakan bahwa uslub al-Hazf adalah menghilangkan salah

satu unsur dari ayat, baik itu kata, kalimat, atau yang lainnya untuk tujuan-tujuan

kebahasaan karena ada qarinah yang menunjukkannya.

Sebab-Sebab Al-Hazf

Al-Zarkasyi menyebutkan beberapa sebab adanya penghilangan kata dari ayat,

diantaranya:

1. Untuk meringkas dan menghindari hal-hal yang tidak bermakna, di samping zahir

ayat mampu menjelaskannya. Contohnya adalah perkatan seseorang وهللا اهلالل ,

dalam kalimat ini ada subyek (mubtada’) yang dibuang, yaitu ىذا . Sebab

dihilangkannya mubtada’ adalah adanya qarinah yaitu kesaksian orang itu

terhadap situasi اهلالل, bulan tsabit yang dilihatnya.

2. Al-Hazf diutamakan karena kalimat sebelumnya atau sesudahnya memberi indikasi

kata yang dibuang tersebut. Contohnya: QS. al-Ra’d *13+: 39, وعنده وي ث بت مايشآء هللا يحو artinya Allah menghapuskan apa yang dia kehendaki dan menetapkan (apa yang الكتاب أم

dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). Frase وي ث بت

sejatinya memiliki obyek (mafúl bih) yang dihilangkan yaitu مايشآء, sebab

penghilangan kata itu adalah demi tuntutan kebahasaan. Pembaca bisa mengetahui

kata yang dibuang tersebut dari frase sebelumnya 16.مايشآء

3. Uslub al-Hazf juga digunakan untuk meringankan (bacaan) karena kata yang

dihilangkan itu sering diucapkan dalam pembicaraan sehari-hari. Contohnya:

dihilangkannya huruf داءن يا (ya kata panggilan) pada QS. Yusuf [12]: 29, أعرض يوسف ىذا عن .17

Faedah Al-Hazf

Page 6: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

6

Uslub al-Hazf merupakan salah satu fenomena kemukjizatan Al-Qurán yang

mencerminkan kekayaan makna serta keindahan gaya bahasa, karena itu tidak ada

dalam Al-Qurán bentuk ellipsis yang mengandung makna rancu atau kosong. Tidak

banyak ulama yang membahas faedah dari bentuk al-Hazf (ellips) dalam Al-Qurán,

namun ketidak acuhan ulama terhadap bentuk al-Hazf, bukan berarti tidak punya

manfaat atau faedah. Berikut ini adalah pendapat beberapa ulama seputar faedah

uslub al-Hazf.

Pertama, Abdul Qahir al-Jurjani mengatakan ‛kata apapun yang dihilangkan

(dari teks Al-Qurán) dari posisinya yang seharusnya ia disebutkan, maka

dihilangkannya kata itu lebih ablagh (fasih) dari pada disebutkan.18 Al-Zarkasyi

mengatakan di antara faedah al-Hazf adalah menambah kenikmatan pembaca atau

pendengar ketika bisa menemukan kata yang dihilangkan. Semakin sulit mencari kata

yang hilang itu, semakin menggugah kenikmatan pembacanya.19 Sementara Abu Syadi

mengatakan bahwa uslub al-Hazf menambah perhatian dan respon pembaca ketika

berhadapan dengan ayat-ayat yang dirasakan memiliki kata-kata yang dihilangkan,

kemudian ia berusaha menemukannya. Proses penemuan ini akan menambah

sempurna pemahaman terhadap kandungan ayat dan pesan-pesan yang

dikandungnya semakin mantap dalam ingatan sehingga tidak mudah dilupakan.20

Fungsi Al-Hazf Dan Pengaruhnya Pada Psikologis Pembaca Dan Pendengarnya

Seperti yang disebutkan bahwa penghilangan – ellipsis – merupakan salah satu

fenomena kemukjizatan Al-Qurán yang mencerminkan kekayaan makna serta

keindahan gaya bahasanya. Uslub al-Hazf bukan hanya memiliki tujuan kebahasaan,

tapi juga memiliki nilai psikologis yang memberi kesempatan kepada pembaca atau

pendengarnya merasakan keindahan bahasa Al-Qurán.

Berikut ini disebutkan beberapa fungsi al-Hazf dan hasil ijtihad para pakar

bahasa dan tafsir Al-Qurán dalam bentuk penjelasan makna dari kata atau kalimat

yang dihilangkan itu.

Pertama, penghilangan dimaksudkan untuk mengindikasikan sejauh mana

tersebarnya sebuah berita, sebagaimana QS. Yusuf [12]: 82: الات والعي فيها كناا الات القرية وسئل لصادقون وإنا فيها اأق ب لن . Di antara kata القرية وسئل ada kata yang dihilangkan yaitu أىل ,

sehingga ayat ini seharusnya dibaca القرية أىل وسئل yang bermakna dan tanyakanlah

penduduk kampung itu. Sebab kata itu dihilangkan bukan hanya karena mustahil

menurut logika tempat atau kampung dimana penduduk hidup disana bisa berbicara

tapi juga berita tentang Bunyamin yang mencuri benda-benda milik raja yang tak lain

Page 7: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

7

adalah kakaknya sendiri yaitu Yusuf, menurut laporan saudara-saudaranya kepada

ayahnya Ya’kub sudah begitu tersebar di kalangan masyarakat sehingga memberi

kesan seluruh kampung pun sudah mengetahuinya21.

Kedua, penghilangan diutamakan karena kata yang dihilangkan itu sudah jelas

atau sudah dikenal sehingga tidak perlu disebutkan. Contohnya QS. Al-Nisa: 28, هللا يريد ضعيفا اإلنسان وخلق عنكم يفف أن . Ayat ini sejatinya mengandung subyek (fa’il) yang

dibuang yakni Allah. Sebab membuang subyek dari ayat ini sangat penting, lebih fasih

dan menambah keagungan, karena pembaca semua tahu bahwa tak ada yang bisa

menciptakan manusia selain Allah.22

Ketiga, Meminta perhatian terhadap inti persoalan dan tidak cukupnya waktu

untuk menyebutkan kata yang dihilangkan, seandainya disebutkan juga, akan

menyebabkan terlalaikannya hal penting yang menjadi inti dari kandungan ayat.

ContohnyaQS. al-Syamsu : 13: وسقيها هللا نقة هللا رسول هلم فقال ‚Lalu Rasul Allah (Saleh)

Berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya‛. Ayat ini

seyogyanya memiliki kalimat (fiíl dan fail) yang dihilangkan sebelum هللا قة ن

yaitu وسقيها yang artinya ‘berhati-hatilah kamu (ancaman)’, dan kata sesudah احذرواyaitu تقربوىا فال artinya ‘jangan kamu dekati’. Menurut al-Zarkasyi ayat ini lengkapnya

adalah وسقيها تقربوىا فال هللا نقة احذروا . Tujuan dihilangkannya 2 kata tadi, selain tujuan

kebahasaan adalah juga memfokuskan perhatian pada kandungan ayat yaitu

peringatan keras terhadap kaum Nabi Shaleh untuk tidak mendekati, menyentuh

apalagi membunuh unta yang menjadi lambang kemukjizatan Nabi Shaleh AS yang

membenarkan risalahnya.23

Contoh dari kalimat yang memiliki indikator dari kalimat yang dihilangkan

sesudahnya adalah QS. al-Hadid [57]: 10

Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal

Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu

orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).

Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan

berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan)

Page 8: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

8

yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hadid [57]:

10)

Frase وقاتل الفتح ق بل من أنفق مان “dan orang yang menginfakkan hartanya sebelum fath

Makkah dan kemudian ikut berperang” sejatinya memiliki kalimat yang dihilangkan

sesudahnya yaitu وقاتل بعده من أنفق من , yang bermakna ‚dan orang yang menginfakkan

hartanya sesudah fath makkah dan ikut berperang”. Sebab membuang kalimat tersebut

sangat penting karena ada penunjuk (dalalah) pada potongan ayat sesudahnya, yaitu

درجة أعظم أوالئك . Ayat ini memberikan pengertian pada kita bahwa menginfakkan harta

sebelum terjadinya peperangan, nilainya lebih besar daripada sesudah peperangan.

Mengingat peperangan memerlukan berbagai persiapan yang mebutuhkan dana.

Sehingga Allah menjanjikan lebih bagi mereka yang menginfakkan hartanya sebelum

perang.

Keempat, Uslub al-Hazf digunakan sebagai al-targhib (menggalakkan dan

memotivasi) untuk mendapatkan berbagai kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah di

akhirat bagi orang-orang yang beriman, bertakwa, dan beramal shalih. QS. al-Zumar:

73.

خالدين فادخلىها طبتن عليكن سالم خصنتها لهن وقال أبىابها وفتحت جآءوها إذا حتى شهسا الجنة إلى زبهن اتقىا الرين وسيق

Ayat ini sejatinya memiliki jawab syarat (حىت) yang dibuang yaitu النعيم على صلح خالدين فادخلوىا mereka memperoleh kenikmatan yang kekal, sesudah frase , املقيم . Jawab Syarat

dihilangkan karena merupakan sesuatu yang tidak bisa dinalar akal, mengingat

kenikmatan di akhirat sangat banyak dan beragam dan tidak akan pernah berakhir.

Jawab syarat dihilangkan untuk memberikan ruang bagi akal manusia untuk menalar

dan berimajinasi membayangkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, meskipun

imajinasi manusia tidak akan mampu membayangkannya, apalagi

menggambarkannya.24 Sebab Nabi SAW. bersabda bahwa kriteria kenikmatan surga

itu adalah بشر قلب على خطر وال مسعت أذن وال رأت عي ال ما . ‚Sesuatu yang tidak pernah dilihat

mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.‛25

Kelima, Uslub al-Hazf digunakan sebagai al-Tarhib (memberi efek jera), terhadap

ancaman Allah berupa azab yang pedih di akhirat, yang juga tidak bisa dinalar

manusia sejauh mana kadar kepedihannya bagi mereka. Contohnya QS. al-Baqarah [2]:

يعا لل القواة أنا العذاب ي رون إذ ظلموا الاذين ي رى ولو لل حبا أشد ءامنوا والاذين هللا كحب يب ون هم أنداد هللا دون من ذ خ ي تا من النااس ومن .165 وأنا ج

العذاب شديد هللا . Ayat ini memiliki jawab syarat (لى) yang dibuang yaitu والندم احلسر لوقع yang

bermakna mereka meratapi diri dan menyesalinya. Sebab dihilangkannya kalimat di atas

adalah agar pembaca bebas berimajinasi membayangkan sejauh mana penyesalan yang

Page 9: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

9

menimpa orang-orang yang zalim di dunia karena menyekutukan Allah dan mencintai

sekutu-sekutu tersebut sebagaimana mereka mencintai Allah. Mereka akan di azab

Allah di akhirat. Dihilangkannya jawab syarat memberi makna yang lebih baligh

daripada disebutkan karena memberikan ruang bagi akal manusia untuk berimajinasi

membayangkan siksaan mereka sehingga mereka meratapi dan menyesali diri, namun

betapa pun manusia menghayalkan siksaan di akhirat kelak tetap saja akal tidak

mampu menggambarkannya dengan maksimal.26

Keenam, bentuk penghilangan (ellipsis) digunakan untuk menjaga perasaan atau

kejiwaan seseorang yang berada dalam situasi susah dan sedih. Kebiasaan manusia

menunjukkan bahwa orang yang sedang bersedih, pembicaraannya selalu singkat

karena tidak lagi mampu berbicara panjang lebar. Contohnya QS. Yusuf: 84, هم وت ولا عن ناه واب يضات يوسف على يأسفى وقال yang bermakna “dan dia berpaling dari كظيم ف هو احلزن من عي

mereka (anak-anaknya)‛. Frase عنهم وتول sejatinya memiliki kalimat yang dihilangkan

yang menggambarkan kesedihan Ya’qub AS. Ketika kehilangan anaknya, Yusuf.

Kalimat yang dibuang itu adalah ربك إل ويسقوا ىكيب وراح بعيدا وانصرف yang bermakna ‚ia

pergi menjauh dan mulai menangis serta mengadukan persoalaannya kepada Tuhan.‛ sesudah

kata عنهم تولو . Sebab penghilangan kalimat tersebut adalah untuk menunjukkan betapa

kesedihan mampu membungkam seseorang (seorang ayah), sehingga ia tidak lagi

dapat untuk mengungkapkan perasaannya bahkan kemarahannya terhadap anak-

anaknya, padahal sebenarnya ia tahu bahwa mereka telah mencelakakan Yusuf

dengan menipunya dengan berbagai alasan dusta.27

Ketujuh, uslub al-Hazf atau ellips juga berfungsi memperhalus teguran dan

melembutkan hati ketika datang teguran dari Allah. Contohnya surah al-Jumuáh [62]:

ها انفض وا هلوا أو تارة رأوا وإذا ,11 هللا ماعند قل قآئما وت ركوك إلي ر الراازقي خي ر وهللا التجارة ومن اللاهو من خي .

Dalam ayat ini terjadi penghilangan dhamir (kata ganti/pronomena) إليو dari frase انفض وا .

Kata ganti yang disebutkan hanya menunjuk pada kata تارة. Sebab penghilangan

dhamir pada ayat ini dimaksudkan untuk memperhalus teguran dan meringankan rasa

berdosa orang-orang mukmin yang pergi meninggalkan Rasul yang sedang

berkhutbah dan lebih memilih aktivitas perdagangan. Pada hakekatnya, mereka tidak

meninggalkan Rasulullah SAW., tetapi naluri kecintaan terhadap harta dan

mempertahankan eksistensi kehidupan lebih kuat daripada keinginan mendengarkan

khutbah Nabi SAW. Penghilangan kata ganti لهىا dimaksudkan untuk member

penjelasan bahwa perdagangan adalah sarana dan sumber kesenangan yang akan

Page 10: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

10

mewujudkan seluruh kesenangan lahiriah seseorang. Dengan kata lain, dengan hasil

perdagangan berupa keuntungan yang besar, orang bisa menikmatinya dengan

bersenang-senang.28

Kedelapan, Uslub al-Hazf (ellips) dimaksudkan untuk memfokuskan pada pesan

penting dari ayat, misalnya ayat al-Qiyamah [75] : 37

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)‛.

Frase huruf nun-nya dihilangkan untuk memberikan focus perhatian

pada kata sesudahnya yaitu نطفة yang bermakna setetes mani. Betapapun kecil dan

remehnya sel mani, tapi ia memiliki peran penting dalam penciptaan manusia dan

keberadaannya dimuka bumi ini. Dihilangkannya huruf nun dalam ayat ini memiliki

arti yang sangat penting selain untuk tujuan estetika bahasa tapi juga untuk estetika

psikologis, sehingga pendengar setelah menyadari bahwa keberadaannya berasal dari

sesuatu yang hina dan remeh mau mengambil pelajaran dari Al-Qurán dan

mengamalkan perintahnya.

Penutup

Mencermati contoh-contoh diatas bisa dirasakan bagaimana Al-Qurán dengan

estetikanya bertutur kepada pembacanya, tidak sekedar bertutur tapi menyentuh hati

sanubarinya dengan memberi pembacanya ruang dan kesempatan untuk berfikir

mengisi kata-kata yang dihilangkan. Dengan cara ini pesan-pesan Al-Qurán lebih

dipahami kandungannya dan dihayati keindahan bahasanya. Uslub al-Hazf dengan

demikian dimaksudkan untuk menghindari kekeringan makna dan kekosongan gaya

bahasa yang memperlihatkan bahwa uslub al-Hazf lebih ablagh daripada disebutkan.

Hal mana pada akhirnya menunjukkan ketinggian sastra Al-Qurán dan membuktikan

bahwa Al-Qurán bukanlah karangan Nabi Muhammad tapi adalah kalamullah.

Page 11: USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31014/1/Faizah... · pengaruh psikologis estetika Al-Qurán dalam kehidupan umat

11

DAFTAR PUSTAKA

Abu Suúd, Tafsir Irsyad al-Aqli al-Salim ala Mazaya al-Qurán al-Karim, Beirut: Dar Ihya al-

Turats, t.th

Abu al-Syadi, Musthafa Abdus Salam, al-Hazfu al-Balaghi fi al-Qurán, Kairo: Maktabah

al-Qurán th. 1992

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab al-Tafsir Bab Qauluhu taála wala ta’lamu nafsun ma

khafiya lahum min qurrati a‎‎‎’yunin

Al-Farra, Maáni al-Quran, Mesir: Dar al-Kutub al-Mashriyah, 1955

al-Hasyimi, Ahmad, Jawahir al-Balaghah fi al-Maáni wa al-Bayan wa al-Badi’, ttp: Dar

Ihya’ al-Kutub al-Árabiyah, 1960

Imam Muslim, Shahih Muslim, Tahqiq M. Fuad Abdul Baqi, Beirut: Dar Ihya al-Turats

al-Arabi, t.th

Al-Jayusyi Abdullah Muhammad, at-Ta’bir al-Quráni wa ad-Dalalah an-Nafsiyah,

Damaskus: Dar al-Ghautsani li ad-Dirasah al-Qurániyah, 2007

Al-Jurjani, Dalail al-I’jaz, Beirut, Dar al-Fikri, 1988

Kamil, Syukran, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, t.tp: Rajawali Pers, t.th

Al-Khattabi, Tsalastah al-Rasaíl, Beirut: t.p, t.th

Al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’al-Ahkam al-Qurán, Kairo, Dar al-Sya’b, 1372 H

Ridha, M. Rasyid, Tafsir al-Manar, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1973

Shihab, Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurán, Bandung al-Mizan, t.th

Umam, Khatibul, al-Muyassar fi Ílm al-Árudh, Jakarta: Hikmah Syahid, 1990

Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf an Haqaiq al-tanzil wa Úyun al-Aqawil fi Wujuh al-

Ta’wil, Mesir: Syirkah al-Maktabah wa al-Mathbaáh Musthafa al-Babi al-Halabi,

1972

Al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qurán, Kairo: Maktabah Dar al-Turats, t.th