UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

10
UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl GEDUNG BERTI NGKAT / FASI LI TAS UMUM DI TINJAU DARI KEBERADAAN SARANA NAVI GASI KOGNI TI F DAN SELF EFFI CACY Tr i st i adi Ar di Ar dani , Andik Rony Ir awan, Ar i s Yuana Yusuf, Zai nul Ar if i n Fakultas Psikologi Uni versi tas I sl am Negeri ( UI N) Maulana Mal ik I brahi m Malang Jl . Gaj ayana 50 Malang Telp. 0341- 558916 Abstrak - Kondisi dar ur at dapat mengancam kesel amatan j iwa seti ap saat , mi salnya kebakaran, gempa bumi, ker usuhan, dan sebagainya. Str uktur bangunan yang di desai n dengan berbagai ant i sipasi bencana at au kondi si kondi si dar ur at ser ta sar ana penyel amat an di r i dalam kondisi darurat bel um menjami n keselamatan j i wa pengunjung. Fasil itas yang ter sedia unt uk mengant i sipasi kondisi darur at bel um sepenuhnya ber f ungsi secar a optimal kar ena belum ter sedi anya syst em infor masi yang memadai t ent ang st r at egi penyelamat an dir i. Inf ormasi yang di beri kan hanya ber sif at t ekni s dan manager i al sehingga penyel amat an di r i pengunjung dal am berbagai per istiwa kerusuhan, kebakaran, dan gempa bumi beberapa waktu yang l alu masi h banyak menelan korban jiwa. Peneliti an i ni mer upakan peneli t ian eksper imental dengan menggunakan desai n f actor ial . Desai n i ni di pilih karena t er dapat empat kel ompok yang mendapat perlakuan yang berbeda. Populasi peneli ti an adalah mahasiswa / mahasiswi yang ada di Kot a Mal ang. Sampel peneli ti an adalah bagi an dar i populasi yang di selidiki (Hadi, 1993). Sampel peneliti an yang akan di gunakan adalah mahasiswa Univer si t as Isl am Neger i ( UIN) Maliki Mal ang sebanyak 52 or ang yang di ambi l secara r andom. Ber dasar kan t emuan dilapangan t i dak ada perbedaan upaya penyelamat an di r i di ti nj au dar i keber daan sar ana navi gasi kogni ti f dan sel f efficacy. Tidak t er dapat perbedaan upaya penyelamat an di r i dalam kondisi dar ur at di gedung ber t i ngkat di t i nj au dar i keberdaan sar ana navigasi kogni t if . Hal i ni ti dak t er bukt i sesuai dengan hasi l anali sis menunjukkan F = 0. 306 si ng = 0. 503 .Tidak t er dapat per bedaan upaya penyelamatan di r i dalam kondi si dar ur at di gedung bertingkat diti njau dar i Sel f Efficacy. Hal i ni t idak t erbukti sesuai dengan hasi l anal isis menunjukkan F = 1.916 si ng = 0.172 Kat a kunci: Upaya Penyel amat an Dir i, Sar ana Navi gasi Kogni t if, Dan Sel f Efficacy PSIKOI SLAMI KA. Jur nal Psi kol ogi Isl am (JPI) copyr i ght © 2013 Labor at or i um Peneliti an, Kaj ian Psi kol ogi I slam dan Penerbi tan. Volume 10. Nomor 1, Tahun 2013 PENDAHULUANGedung ber t ingkat banyak di gunakan sebagai Era modemisasi mendor ong tersedianya fasi l it astempat fasil it as umum. Fasil i t as umum merupakan yang lengkap dan kemudahan dal am ber bagai aspek.suat u fasilitas yang terbuka dan banyak dimanfaat kan Pesatnya per kembangan t at a kot a dan urbansasi ol eh masyarakat unt uk menjal ankan aktifitas sehar i membuat l ahan per kot aan semaki n sempit sehi ngahar i, mi salnya kampus, r umah saki t , perkant oran, memicu pengembangan f asil i tas umum denganmal l dan sebagai nya. Fasil i t as umum mayor i tas model gedung ber t i ngkat .di kunj ungi banyak orang dengan berbagai gol ongan 56Jur nal Psi koisl amika I Vol ume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Transcript of UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Page 1: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAMKONDISI DARURAT Dl GEDUNG BERTINGKAT

/ FASILITAS UMUM DITINJAU DARIKEBERADAAN SARANA NAVIGASI KOGNITIF

DAN SELF EFFICACYTristiadi Ardi Ardani,Andik Rony Irawan,

Aris Yuana Yusuf,

Zainul ArifinFakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim MalangJl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916

Abstrak - Kondisi darurat dapat mengancam keselamatan jiwa setiap saat, misalnya kebakaran,gempa bumi, kerusuhan, dan sebagainya. Struktur bangunan yang didesain dengan berbagaiantisipasi bencana atau kondisi kondisi darurat serta sarana penyelamatan diri dalam kondisidarurat belum menjamin keselamatan jiwa pengunjung. Fasilitas yang tersedia untukmengantisipasi kondisi darurat belum sepenuhnya berfungsi secara optimal karena belumtersedianya system informasi yang memadai tentang strategi penyelamatan diri. Informasiyang diberikan hanya bersifat teknis dan managerial sehingga penyelamatan diri pengunjungdalam berbagai peristiwa kerusuhan, kebakaran,dan gempa bumi beberapa waktu yanglalu masih banyak menelan korban jiwa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimentaldengan menggunakan desain factorial. Desain ini dipilih karena terdapat empat kelompokyang mendapat perlakuan yang berbeda.Populasi penelitian adalah mahasiswa / mahasiswiyang ada di Kota Malang.Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diselidiki (Hadi,1993). Sampel penelitian yang akan digunakan adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)Maliki Malang sebanyak 52 orang yang diambil secara random. Berdasarkan temuan dilapangantidak ada perbedaan upaya penyelamatan diri ditinjau dari keberdaan sarana navigasi kognitifdan self efficacy. Tidak terdapat perbedaan upaya penyelamatan diri dalam kondisi darurat digedung bertingkat ditinjau dari keberdaan sarana navigasi kognitif. Hal ini tidak terbukti sesuaidengan hasil analisis menunjukkan F = 0.306 sing = 0.503 .Tidak terdapat perbedaan upayapenyelamatan diri dalam kondisi darurat di gedung bertingkat ditinjau dari Self Efficacy. Halini tidak terbukti sesuai dengan hasil analisis menunjukkan F = 1.916 sing = 0.172

Kata kunci: Upaya Penyelamatan Diri, Sarana Navigasi Kognitif, Dan Self Efficacy

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2013 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 10. Nomor 1, Tahun 2013

PENDAHULUANGedung bertingkat banyak digunakan sebagaiEra modemisasi mendorong tersedianya fasilitastempat fasilitas umum. Fasilitas umum merupakan

yang lengkap dan kemudahan dalam berbagai aspek.suatu fasilitas yang terbuka dan banyak dimanfaatkanPesatnya perkembangan tata kota dan urbansasioleh masyarakat untuk menjalankan aktifitas seharimembuat lahan perkotaan semakin sempit sehingahari, misalnya kampus, rumah sakit, perkantoran,memicu pengembangan fasilitas umum denganmall dan sebagainya. Fasilitas umum mayoritasmodel gedung bertingkat.dikunjungi banyak orang dengan berbagai golongan

56Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Page 2: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

57Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

diri dalam kondisi darurat secara maximal karenadipengaruhi individu dalam menggunakan fungsi-fungsi kognitifnya terutama pengamatan, persepsi,berfikir, dan pengambilan keputusan.

Manusia memiliki kemampuan melakukanrepresentasi mental terorganisir atas lingkungandimana ia berada yang dikenal sebagai petakognitif. Greene dkk (1996) mendefinisikan petakognitif sebagai kerangka mental yang mengikatbeberapa representasi untuk mengorganisasikanspasial atas suatu lingkungan fisik. Peta kognitifdisimpan sebagai bayangan, atau sebagai preposisidan bisa keduanya. Proses menggunakan informasispasial yang tersimpan bersama dengan peta ataualat bantu sejenis dikenal dengan pencarian jalan,dalam prosesnya melibatkan landmark, mengingatkembali dan peta spasial. Pencarian jalan mempakanfungsi adaptif yang memugkinkan seseorang untukbergerak pada suatu lingkungan secara efisien untukmenempatkan item-item penting dalam lingkungantersebut. Upaya lain yang menyampaikan informasispasial juga dapat meningkatkan kemampuan

pencarian jalan.Peta ADS membantu individu dalam pencarian

jalan keluar dengan penunjuk arah utara sebagaiporosnya, sehingga pengunjung yang mengalamikebingungan akan mudah untuk berfikir dan mencaristrategi yang tepat dalam usaha penyelamatandiri. Strategi penyelamatan diri dalam kondisidarurat sangat penting dimiliki pengunjung denganmengoptimalkan kemampuan kognitif.

Disamping fasilitas yang lengkap untukpengamanan serta upaya penyelamatan diri jugadiperlukan pengoptimalan kemampuan kognitif yangbaik, proses penyelamatan diri tidak terlepas darikeyakinan diri individu untuk mencari jalan keluarterhadap bahaya yang mengancam. Individu dengankeyakinan diri (self efficacy) tinggi cenderung memilikikecemasan rendah (Musfirah, 2003:37-46). Individuyang memiliki kecemasan rendah cenderung lebihtenang dalam menghadapi sesuatu kondisi daruratdan cenderung lebih rasional dalam memikirkanstrategi yang tepat untuk menyelamatkan diriterlepas dari keberadaan sarana navigasi kognitifyang ada.

Beranjak pada dasar pemikiran diatas, makapermasalahan yang akan dikaji secara mendalampada penelitian ini adalah perbedaan upaya

penyelamatan diri datam kondisi darurat ditinjaudari keberadaan sarana navigasi kognitif dan se(/efficacy.

dan usia. Kenyamanan dan jaminan keselamatanpengunjung mempakan salah satu hal penting harusdiperhatikan oleh fihak instansi atau perusahaan.Beberapa fasilitas umum telah dilengkapi dengan:1) loket infomasi yang petugasnya dapat membantupengunjung untuk mencari lokasi toko/ ruangan/layanan /acara yang diperlukan, 2) petugas satpamyang menjaga keamanan dan kenyamanan mall, 3)berbagai fasilitas wajib bagi bangunan public untukkeselamatan saat terjadi kondisi darurat, sepertipintu-pintu darurat, detector asap, dan saluran pipahydrant baik didalam maupun di luar gedung, 4)beberapa gedung bertingkat dan mall telah dilengkapidengan peta ADS. Beberapa gedung bertingkat jugadipersiapkan dengan struktur bangunan yang bisamengantisipasi bahaya yang mengancam misalnyabangunan tahan gempa, tahan api dalam beberapajam serta penangkal petir. Struktur bangunan jugamemenuhi spesifikasi bangunan gedung bertingkatyang bertujuan untuk fasilitas umumdengan berbagaifasilitas untuk mengantisipasi kondisi darurat.

Kondisi darurat dapat mengancam keselamatanjiwa setiap saat, misalnya kebakaran, gempa bumi,kerusuhan, dan sebagainya. Struktur bangunan yangdidesain dengan berbagai antisipasi bencana ataukondisi kondisi darurat serta sarana penyelamatan diridalam kondisi darurat belum menjamin keselamatanjiwa pengunjung. Fasilitas yang tersedia untukmengantisipasi kondisi darurat belum sepenuhnyaberfungsi secara optimal karena belum tersedianyasystem informasi yang memadai tentang strategipenyelamatan diri. Informasi yang diberikanhanya bersifat teknis dan managerial sehinggapenyelamatan diri pengunjung dalam berbagaiperistiwa kerusuhan, kebakaran,dan gempa bumibeberapa waktu yang lalu masih banyak menelankorban jiwa. Banyaknya korban jiwa pada saatterjadi kerusuhan, kebakaran, dan gempa bumibeberapa waktu yang lalu dikarenakan pengunjungkesulitan untuk mencari jalan keluar. Pengunjungakan lebih mudah mencari jalan keluar denganmengetahui peta lokasi dimana pengunjung beradadengan menggunakan peta ADS (ada di sini).

Beberapa gedung bertingkat dan fasiltas umumada yang dilengkapi dengan peta ADS (ada di sini)dan ada yang tidak dilengkapi dengan peta ADSmeskipun sarana lain untuk evakuasi dalam kondisidarurat sudah tersedia. Sugianto (2008) menyatakan

bahwa peta ADS sangat membantu pengunjungdalam pencarian jalan keluar jika terjadi kondisidarurat. Ketersediaan peta ADS belum sepenuhnyamembantu individu dalam upaya penyelamatan

Page 3: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201358

KERANGKA KERJA TEORI DAN PENGUJIANHIPOTESIS

Deskripsi Teoritik1. Pengertian Upaya Penyelamatan Diri

Dalam kondisi DaruratUpaya penyelamatan diri adalah usaha untuk

menyelamatkan diri dalam kondisi darurat dengancara paling tepat dan cepat sehingga terlepas daribahaya yang mengancam. Upaya penyelamatandiri merupakan upaya penyelamatan terhadap diribaik dalam hal financial, kondisi psikologis, sosial,sprirtual dari segala hal yang mengancam dan dapatmengganggu kesehatan kenyamanann dan keselamatanjiwa yang disebabkan oleh kelalaian, kecelakaan,ketidaknyamanan, serta musibah yang terjadi secaratiba-tiba (http//en. wikipedia. org/wiki. safety).Keadaan darurat dapat meliputi banyak hal sepertijatuh sakit mendadak, kebakaran, kecelakaanditempat kerja, tabrakan dijalan raya, gempa bumi,banjir besar dan tenggelam dilaut. Karakteristikterpenting dari keadaan darurat adalah ancamanterhadap keselamatan seseorang atau sejumlahorang yang dapat mengakibatkan kematian jikatidak ditangani secara cepat dan benar (Hastarjo,Sugianto, Faturrohman, 1994). Kondisi darurat inimemerlukan upaya penyelamatan diri yang tepatagar tidak jatuh banyak korban jiwa.

Tipe tipe upaya penyelamatan diri terdiri dari1) nomativ safety yaitu upaya penyelamatan diridalam produk yang digunakan, artinya waspadaterhadap produk-produk yang akan digunakan. 2)substantive safety adalah upaya penyelamatan dankenyamanan yang sesungguhnya yang diinginkansetiap individu dalam setiap bidang kehidupan. 3)perceived safety adalah kenyamanan atau usahapenyelamatan diri dengan menggunakan saranapenyelamatan diri yang disediakan, contohnyatangga darurat dalam gedung bertingkat (http//en. wikipedia. org/wiki. safety).

Upaya penyelamatan diri ini merupakan visualexamination for angerous situation yaitu upayapenyelamatan diri dalam kondisi darurat disuatutempat. Kondisi darurat meliputi, kecelakaan, sakitmendadak, gempa bumi, terror bom, dan kerusuhan(http//en. wikipedia. org/wiki. Safety).

Dengan semakin banyaknya ancaman bahayateror pada bangunan tinggi, perlu dicari upayauntuk mengevakuasi 5000 orang dalam waktukurang dari 30 menit tanpa menggunakan tanggaatau lift. Juwana J.S ( 2005) menyebutkan bahwasaat ini telah dikembangkan system penyelamatandiri di gedung bertingkat tinggi dengan sabuk

PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:1.Belum optimalnya penggunaan kemampuan

kognitif individu dalam menghadapi kondisidarurat di gedung bertingkat/fasilitas umumsehingga kesulitan datam upaya menyusunstrategi penyelamatan diri terutama bangunangedung bertingkat yang tidak dilengkapi denganpeta ADS.

2.Ketersediaan fasilitas umum yang dilengkapidengan fasilitas penyelamatan diri belummenjamin keselamatan jiwa pengunjung karenapengunjung memiliki self efficacy yang rendah.Self efficacy tentang keselamatan diri dalamkondisi darurat yang rendah menjadi tinggitingkat kecemasannya, dan gugup sehingasulit untuk memikirkan upaya yang baikuntuk menyelamatkan diri. Perlu diketahuibahwasanya kondisi darurat yang mengancamsecara otomatis membuat pengunjung cemasdan gugup. Dengan demikian self efficacysangat berpengaruh dalam upaya penyelamatandiri.

3.Apakah ada perbedaan upaya penyelamatan diridalam kondisi darurat ditinjau dari keberadaansarana navigasi kognitif dan se(/ efficacy

4.Apakah aspek-aspek psikologis telahdipertimbangkan dalam pemanfaatan sarananavigasi kognitif sebagai usaha penyelamatandiri dalam kondisi darurat

TUJUAN PENELITIANSecara umum penelitian ini diharapkan mampu

membawa manfaat baik praktis maupun teoritis.Secara praktis, Memberikan tambahan khasanah danmodel upaya penyelamatan diri, bagi sebuah instansiatau lembaga, perusahaan yang peduli keselamatandan kenyamanan pengunjung. Manfaat praktis yangkedua adalah, sebagai bekal pengetahuan pengunjungjika dalam kondisi darurat di gedung bertingkat/fasilitas umum sehingga bisa meminimalkan korbanjiwa. Secara teoritis, memberikan tambahan kajiantentang upaya penyelamatan diri terhadap kondisidarurat. Sumbangan terhadap Psikologi Kognitif yangbisa dimanfaatkan pada bidang Psikologi Rekayasa,Psikologi Industri dan Organisasi.

Page 4: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

59Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

dan konstruksi bangunan. Pembangnan gedungbertingkat tidak hanya memenuhi tuntutan bentuktertutup umum dalam gedung bertingkat sertaeflsien bahan tetapi uga juga harus memenuhiketentuan lainnya yang berkaitan dengan persyaratankeamanan, kenyamanan, keselamatan dari bahayayang mengancam (Schuellerr, 2001).

Perancangan gedung bertingkat atau fasilitasumum harus memikirkan system pencegahan danpenanggulangan kondisi darurat (Juwana, 2005).Pencegahan dan penanggulangan kondisi daruratdi gedung bertingkat dapat berupa :a)Sistem pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran pasif yaitu yang bertumpupada rancangan bangunan yang memungkinkanorang keluar dari bagunan dengan selamat padasaat terjadi kebakaran atau kondisi daruratlainnya. Sistem penaggulangan kondisi daruratsecara pasif meliputi konstruksi tahan apimisalnya langit- langit yang dapat mencegaperambatan api, koridor dan jalan keluarharus dilengkapi dengan tanda "EXIT" atau"KELUAR" dengan anak panah menunjukanarah menuju pintu keluar terdekat atau tanggadarurat dan harus ditempatkan pada setiaplokasi dimana pintu keluar terdekat tidakdapat langsung dilihat serta diberi lampu yangmenyala dalam kondis darurat. Kompartemenyaitu rnenahan dan membatasi penjalaran apiagar dapat melindungi manusia atau barangagar tidak tersentuh langsung dengas sumberapi. Tangga darurat yang berupa tangga kedapapi dan asap yang merupakan tempat yangpaling aman dan harus bebas dari gas panasdan beracun. Pengendalian asap denganmemasangtirai penghalang asap, pengalamanmenunjukkan bahwa ruang yang luas sepertipusat perbelanjaan, mall bioskop dan ruangpertemuan berpeluang untuk menghasilkan

asap.b)Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya

kebakaran aktif dapat berupa alat pengindraanatau peringatan dini (detector) yaitu detectorasap dan panas akan memberikan peringatandini, hidran dan selang kebakaran, sprinkler,pasokan air yang berupa tangki air tekananair.

c)Sistem tanda bahaya atau alarm. Secara

umum system tanda bahaya ada dua yaitutanda bahaya dalam kondisi darurat terkaipada keamanan bangunan dan yang terkaitdengan keamanan penghuni dan harta benda

pengaman yang dikaitkan pada gulungan kabel.Begitu gulungan terkunci pada system inti makaorang dapat melompat dan mendarat ditanahdenga selamat. Evakuasi darurat lain yang dapatdigunakan adalah menggunakan kantong peluncur(chute s^stem) yang ditempatkan pada ruangtangga, dengan system ini, orang dapat memilih

untuk keluar bangunan melalui tangga dauratatau kantong peluncur, chute sytem ini juga dapatdigunakan oleh orang cacat untuk dapat mencapai

lantai dasar dengan selamat.

2.Gedung Bertingkat atau Fasilitas UmumGedung bertingkat adalah bangunan karya

arsitektur yang dirancang dari pertimbangan,konsep-konsep sitem bangunan (arsitektur, structural,mekanikal dan elektrikal) serta lingkungan sekitar(Juwana, 2005). Dalam merancang gedung bertingkattinggi, disamping aspek arsitektur, structural,mekanikal dan elektrikal. Keterpaduan diantarasystem bangunan akan membuat bangunan tersebutbukan saja memiliki keindahan dan dapat digunakansesuai dengan fungsinya, tetapi juga mau bertahanterhadap beban yang bekerja padanya dan mapumemiiki nilai ekonomis yang dapat dipertanggungjawabkan. Sistem struktur bangunan tinggi harusmampu memikul beban grafitasi, beban angin, danbeban goncangan akibat gempa. Sistem mekanikadan elektrikal meliputi ranspotasi vertical, systemtata udara, penanggulangan dan pencegahan bahaya,system pelistrikan dan das item pemipaan.

Bangunan tinggi yang modern diharapkandapat mendukung kebutuhan manusia yang beradadidalam bangunan. Untuk itu di dalam bangunanperlu disediakan segala sesuatu yang dibutuhkanbagi metabolism manusia seperti air yang bersih,pengolahan limbah, pengendalian suhu, kelembabanudara, privasi, keamanan, kenyamananlainnya baikbaik yang berkaitan dengan aspek visual maupunpendengaran. Oleh karena itu diperlukan pasokanenergy berupa tenaga listrik untuk mengoperasionalkanperlengkapan bangunan baik untuk transportasi,disribusi serta untuk evakuasi dalam kondisi darurat.Bangunan harus kokoh aman terhadap keruntuhan,bahaya api, sambaran peir dan gaya-gaya yangdisebabkan oleh angin dan gempa bumi.

Rancangan sebuah bangunan tinggi untukpenggunaa tunggal seperti apartemen, perkantoran,

sekolah, dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan

ganda untuk berskala besar misalnya unuk mallatau tower, memerlukan pendekatan tim antara

berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan

Page 5: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201360

yang dilakukanb)Generality, berkaitan dengan luas bidang yang

dilakukanc)Strenght, berkaitan dengan kemantapan atau

tingkat keyakinan individu

Riset TerdahuluRiset Terdahulu Tentang Upaya Penyelamatan

Diri Dalam Kondisi Darurat0' Neill (1992) meneliti upaya penyelamatan

diri dengan pencarian jalan keluar pada gedungyang sebelumnya sudah familiar. Sedangkan RaubalM (datam sugianto, 2008) telah meneliti tentangupaya penyelamatan diri dengan pencarian jalankeluar pada gedung yang lokasinya tidak familiar

Penelitian tentang upaya penyelamatan diripada kondisi darurat yang melibatkan kemampuankognitif telah dilakukan oleh Malinowski, J.C(2001), Golledge (1996b). Kemampuan kognitif yangterlibat meliputi kemampuan spatial, persepsi daningatan. Kemampuan kognitif sangat membantudalam pengunaan peta lokasi yang ada pada sebuahgedung.

Selanjutnya penelitian tentang upayapenyelamatan diri dalam kondisi darurat yangmelibatkan peta lokasi bangunan dilakukan olehBaldwin (2003). Penelitian mengenai usaha pencarianjalan keluar dengan menggunakan peta digitaldilakukan oleh Davies (2002). Pencarian jalankeluar dengan menggunakan peta lokasi sangatmembantu dalam usaha penyelamatan pengunjunggedung bertingkat.

Riset Terdahulu Tentang Sarana NavigasiKognitif

Bhitnnety-Etsem dkk (2007) telah melakukanpenelitian tentang sarana navigasi kognitif sebagaiupaya peningkatan legibilitas pada bagunan mallatau fasilitas umum. Dalam penelitian tersebut,aspek psikologismengenai persepsi, ingatan berfikir,respond an pengamblan keputusan atas stimulusyang diterima dari lingkungan telah dipertimbangkansecara seksama sebagai pelengkap aspek-aspekteknis dan ekonomis yang telah diterapkan, dalammengupayakan peningkatan kompabilitas manusiadan teknologi.

Penelitian tentang sarana navigasi kogntif yang

berikutnya dilakukan oleh Sugianto dkk (2008).Penelitian ini mengemukakan tentang sarana navigasi

kognitif sebagai upaya peningkatan kemudahanevakuasi pada bangunan mall / fasilitas umum.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwaterdapat perbedaan waktu reaksi pencarian jalan

yan ditujukan untuk menangkal kejahatan.d) Sistem penangkat petir, pada prinsipnya

menydiakan jalur menerus dari logam yangmenyalurkan petir ke tanah pada saat terjadisambaran petir pada bangunan

3.Pengertian Sarana Navigasi KognitifSarana navigasi kognitif merupakan alat yang

berfungsi sebagai sarana informasi pada situasinormal, dan alat memandu serta menuntun parapengunjung kearah dan cara yang tepat untukmenyelamatkan diri pada situasi darurat saatmereka sedang pada posisi tertentu. Sarana yangdifungsikan sebagai navigasi kognitif disini adalahpeta ADS (ada disini) (Sugianto, 2008). Peta ADSmencakup beberapa hal a) denah situasi bangunandan posisi dia berada, b) posisi pintu-pintu daruratyang terhubung ke tangga-tangga penyelamat, danc) prosedur baku penyelamatan diri.

Peta ADS sebagai sarana navigasi kognitif dalammemandu pengunjung untuk mencari jalan keluarmaka: 1) orientasi penempatan peta ADS dibuatkompatibel dengan ego reference pengunjung,sehingga untuk memahaminya dalam situasimendesak (darurat) pada saat kebakaran, gempabumi atau ancaman bom, pengunjung tidak harusmelakukan rotasi mental dari peta kognitif (yangmenganut orientasi arah utara) ke peta subjektifpengunjung, yang berakibat memperlama prosespemahaman dan pengambilan keputusan pengunjung(Wickens, 1992).

4.Pengertian Self EfficacySe(/ efficacy adalah keyakinan mengenai

sejauh mana individu memperkirakan dirinya dalammelaksanakan suatu tugas atau tindakan yangdiperlukan untuk mencapai suatu hasil. Self efficacysangat penting dalam segala aspek kehidupan selainmenurunkan kecemasan dalam kondisi darurat,dengan self efficacy yang tinggi seorang individuakan memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinyaakan berhasil dalam melaksanakan suatu tugastertentu sehingga individu tersebut akan melakukanberbagai strategi untuk bisa menyelamatkan diri.

Pada beberapa dimensi, pengharapan individuterhadap self-eficacy dalam dirinya bisa berbeda-beda dan memberikan manifestasi yang cukupberarti pada perasaan dan perilakuindividu yangpada akhirnya akan berimplikasi pada kinerja.Bandura (dalam Harjanto, 1997) menyebutkandimensi-dimensi tersebut adalah:a) Magnitude, berkaitan degan tingkat kesulitan

Page 6: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

karena di UIN MALIKI Malang juga memiliki gedungbertingkat tinggi. Penelitian dilaksanakan pada

tanggal 9 November 2010.

2.Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental

dengan menggunakan desain factorial. Desainfaktorial diartikan sebagai desain penelitian dimanaterdapat dua variable bebas atau lebih yang salingdihadapkan untuk mengkaji akibat-akibat yang mandiriterhadap suatu variable terikat (Kerlinger, 1993).Desain ini dipilih karena terdapat empat kelompokyang mendapat perlakuan yang berbeda.

3.Populasi dan Teknik PengambilanSampelPopulasi adalah totalitas dari semua nilai yang

mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran(kuantitatif maupun kualitatif) dari suatu karakteristiktertentu mengenai sekumpulan objek yang engkapdan jelas (Sujana, dalam Poerwati 1998). Populasipenelitian adalah mahasiswa / mahasiswi yang ada

di kota malang.Sampel penelitian adalah bagian dari populasi

yang diselidiki (Hadi, 1993). Sampel penelitian yangakan digunakan adalah mahasiswa Universitas IslamNegeri (UIN) Maliki Malang yang diambil secararandom. Teknik random sering pula disebut denganrandom sampling. Teknik random adalah pengambilansampel yang dilakukan secara acak (random). Cara inidianggap sebagai cara yang akurat, karena bertitiktolak pada pinsip-prinsip matematika yang kokoh.Cara ini sering pula disebut sebagai rancangan sampelprobabilitas, karena penarikan unit-unit sampelmengikuti hukum probabilitas, dimana setiap unitatau anggauta populasi memperoleh kesempatanyang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.Pemilihan sampel penetian didasarkan pada alasanbahwa pengguna terbanyak gedung bertingkat /fasilitas umum terutama Mall adalah mahasiswa.

Dalam uji coba (try out) peneltian, sampelkurang lebih terdiri dari 75 mahasiswa dan padasaat penelitian sampel berjumlah 52 orang.

Teknik Pengumpulan Data

4.Definisi KonstrukJenis data ada dua macam, data primer dan

data sekunder. Data primer adalah tanggapanatau jawaban subjek terhadap beberapa aspekpermasalahan tentang upaya penyelamatan diridalam kondisi darurat di gedung bertingkat atau

keluar antara dua jenis peta yaitu orientasi arahutara dan searah subjek. Sujek rata-rata memilikikemampuan representasi peta kognitif yang tinggisehingga dapat diberdayakan untuk keperluan

navigasi kognitif.

Riset Terdahulu Tentang Self EfficacySelf efficacy telah diteliti sebelumnya oleh

Rusmawati dan Widodo (2004) dalam penelitian ini,self efficacy dihubungkan dengan kewirausahaanpada mahasiswa prodi psikologi FK UNDIP Semarang.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakintinggi self efficacy individu maka semakin tinggipula kewirauhannya.

Telia (2007) meneliti tentang self efficacydengan penggunaan informasi elektronik sebagaipredictor dari akademik kerja. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa individu yang memiliki selfefficacy tinggi dalam menngunakan informasielektronik maka akan memiliki prestasi akademik

yang bagus.Musfirah (2003) meneliti tentang self efficacy

dan kecemasan menggunakan computer. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa semakin tinggise(/ efficacy yang dimiliki individu maka semakinrendah tigkat kecemasannya dalam menggunakankomputer.

Berdasarkan penelitian diatas menunjukkanbahwa individu yang memiliki self efficacy yangtinggi akan cenderung memiliki kecemasan yangrendah dan mudah dalam melakukan apa yangdihadapi.

Hipotesis PenelitianMenurut Sutrisno Hadi, batasan hipotesis

sebagai berikut:"Dugaan yang mungkin benar,atau mungkin

juga salah atau palsu, dan akan diterima jikafakta-fakta membenarkannya. Adapun bertolakdari kondisi di depan maka dapat dikemukakanhipotesis sebagai berikut:

Hipotesis pertama menyatakan terdapatperbedaan upaya penyelamatan diri dalam kondisidarurat di gedung bertingkat ditinjau dari keberadaansarana navigasi kognitif.

Hipotesis kedua menyatakan terdapat perbedaanupaya penyelamatan diri dalam kondisi darurat digedung bertingkat ditinjau dari Self Efficacy.

METODOLOGI PENELITIAN1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UIN MALIKI Malang

Page 7: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201362

umum yang dilengkapi dengan sarana navigasikognitif dan yang tidak dilengkapi dengan sarananavigasi kognitif. Sehingga diharapkan denganmengetahui visualisasi kondisi darurat tersebut subjekpenelitian dapat memikirkan upaya penyelamatandiri yang tepat.2)Skala upaya penyelamatan diri

Skala upaya penyelamatan diri adalah skala yangdigunakan untuk mengungkap upaya penyelamatandiri pengunjung dalam kondisi darurat. Skala upayapenyelamatan diri dalam kondisi darurat dikembangkanberdsarkan kerangka teori visual examination fordan^erous situation yaitu kondisi darurat disuatutempat yang meliputi, kecelakaan, sakit mendadak,gempa bumi, terror bom, dan kerusuhan (http//en.wikipedia. org/wiki. Safety), dan slide atau gambartentang kondisi darurat (kebakaran, gempa bumi,kerusuhan, ancaman bom, kecelakaan mendadak)di suatu gedung bertingkat/ fasilitas umum yangdilengkapi dengan sarana navigasi kognitif dan yangtidak dilengkapi dengan sarana navigasi kognitif.3)Skala Se(/ Efficacy4)Skala se(/ efficacy dalam penelitian ini adalahversi terjemahan dari self efficacy scale HAFA modeldari Born A, Schwarzer R, Yerusalem M, (1995) yangterdiri dari 10 item. Langkah ini ditujukan untukmendapatkan validitas dan reliabilitas alat ukuryang lebih baik dan cermat (http://www. healthpsych.de).

a. Instrumen Pengukuran Self EfficacyBornA, SchwarzerR, YerusalemM, (1995)telah

mengembangkan skala self efficacy yang berupa se(/efficacy scale HAFA model yang terdiri dari 10 itemdengan 4 pilihan jawaban. Alat ukur ini telah diujucobakan di berbagai Negara dan diperoleh reliabilitassebesar antara 0.76-0.90. Tujuan pembuatan itemini adalah untuk mengukur tinggi rendahnya selfefficacy individu yang mengalami stress atau yangmengalami kondisi-kondisi darurat.

Instrument Finala. Instrumen Pengukuran Upaya Penyelamatan

Diri Dalam Kondisi DaruratInstrument yang digunakan untuk mengukur

upaya penyelamatan diri dalam kondisi daruratadalah skala yang disusun berdasarkan upayapenyelamatan diri dalam kondisi darurat disuatutempat tertentu yang meliputi, kecelakaan, sakitmendadak, gempa bumi, terror bom, dan kerusuhan.

(http//en.wikipedia. org/wiki.safety). Skala inidisusun berdasarkan modifikasi Method of Summated

fasilitas umum yang dilengkapi dengan sarananavigasi kognitif dan yang tidak dilengkapidengansaran navigasi kognitif. Subjek juga menjawabbeberapa pertanyaan tentang keyakinan diri untukdapat menyelamatkan diri dalam kondisi daruratdi gedung bertingkat atau fasilitas umum terlepasada dan tidaknya sarana avigai kognitif.

Dalam penelitian ini hanya menggunakandata primer, karena jenis penelitiannya adalaheksperimen, jadi pengambilan data secara tangsungsaat peneliti mengadakan eksperimen.

5. Definisi operasional Variabel-variabel

PenelitianDefinisi operasional diperlukan karena definisi

tersebut akan menunjuk pada alat pengambilandata yang cocok digunakan dan untuk mencegahkesalahpahaman pengertian terhadap data yangdikumpulkan, disamping supaya variabel yangakan dapat dimengerti secara praktis (Suryabrata,1990).

Adapun definisi operasional variable penelitianini adalah:1)Variabel bebas: Sarana navigasi kognitif :

peta ADS ( ada di sini ) yang berguna untukmenuntun dan memandu para pengunjung kearah dan cara yang tepat untuk menyelamatkandiri pada situasi darurat saat mereka sedangberada pada posisi tertentu

Self Efficacy, keyakinan tentang sejauh mana individumemperkirakan dirinya dalammelaksanakansuatu tugas atau tindakan yang diperlukanuntuk mencapai suatu hasil

2)Vbriabel Terikat: Upaya penyelamatan diri dalamkondisi darurat di gedung bertingkat /fasilitasumum adalah usaha untuk menyelamatkandiri dalam kondisi darurat dengan cara palingtepat dan cepat sehingga terlepas dari bahayayang mengancam.

Kisi-kisi dan KalibrasiDalam penelitian ini, alat pengukuran atau

pengumpulan data terdiri dari:1) Keberadaan sarana navigasi kognitif

Instrument ini menggunakan slide/ gambartentang kondisi darurat (kebakaran, gempa bumi,kerusuhan, ancaman bom, kecelakaan mendadak)di suatu gedung bertingkat/ fasilitas umum yangdilengkapi dengan sarana navigasi kognitif dan yangtidak dilengkapi dengan sarana navigasi kognitif.Instrumen ini bias mengungkap tentang kondisidarurat disuatu gedung bertingkat atau fasilitas

Page 8: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

63Jurnal Psikoistamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Berdasarkan hasil rerata empiris dan reratahipotesis dapat diketahui bahwa subjek berkanakteristikbaik.

25

77.5

RerataHipotesis

28.038

55.2115

Rerata empiris

Self Efficacy

Upaya penyelamatandiri pada kondisi

darurat

Variabel

2

1

No

Rerata Empiris dan Rerata HipotesisPenelitian

Rerata empiris dan rerata hipotesis penelitiandiperoleh dengan membandingkan skor empiris(skor yang diperoleh) dan skor hipotesis (skor yangdimungkinkan), dari kedua skala dalam penelitianini, yang mengukur respon subjek berkaitan denganupaya penyelamatan diri dalam kondisi darurat digedung bertingkat.

Skor rerata empiris didapatkan dari hasil ujisebaran frekuensi dan histogram, sedangkan reratahipotesis di peroleh dari rumus sebagai berikut:

Xh = {(Xr,Xt) 11}Keterangan:X^ _ skor rerata empirisXr_skor terendah pada item skalaXt,skor tertinggi pada item skala

Data selengkapnya mengenai rerata empirisupaya penyelamatan diri pada kondisi daruratadalah sebagai berikut:

Tabel: 3Rerata empiris upaya penyelamatan diri pada

kondisi darurat

100%90.38%9.615%

Persentase

52475

Jumlah Subjek

PerempuanLakMaki

Jenis Kelamin

Total21

No

Data demografik jenis kelamin subjek penelitian,selengkapnya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel: 2Jenis kelamin Subjek Penelitian

100%50%50%

Persentase

522626

Jumtah

Subjek

21

Perlakuan

21

Kelompok

Total21

No

Tabel: 1Jumlah Subjek Berdasarkan Perlakuan

Rating atau disebut juga dengan Model likert. Skalaini menggunakan lima macam kategori jawaban,yaitu PD : Pasti dilakukan; SD : sering dilakukan;KK : kadang-kadang ; AJD: amat jarang dilakukan;TPD: tidak pernah dilakukan

Pada penelitian ini menggunakan uji cobaterpakai, dari 23 item yang digunakan terdapat 6item yang gugur, item yang gugur ini merupakanitem dengan daya beda negatf. Item yang negatifadalah no (2,14,15,16,18 dan 23) dengan reliabilitasrxx=0.68.

b.Alat Ukur Self Efficacyc.Rada penelitian ini menggunakan uji coba terpakai,

dari 10 item yang digunakan terdapat 1 itemyang gugur, item yang gugur ini merupakan itemdengan daya dibawah 0.20. Item yang guguradalah no ( 2) dengan reliabilitas rxx=0.702

6. Teknik Analisis DataMetode analisis data untuk menguji hipotesis

dalam penelitian ini adalah ANALISIS VARIAN 2 JALURdengan menggunakan progam SPSS Versi 16.

Uji asumsi atau uji prasarat dilakukan sebelumdilakukannya uji hipotesis . Uji asumsi terdiridari normalitas sebaran dan uji homogenitas. Ujinormalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahuiapakah data yang akan dianalisis sudah didistribusikansesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal.Kaidah yang digunakan adalah jika p >0.05 makasebarannya dikatakan normal, dan sebaliknya jikap < 0.05 maka sebarannya dikatakan tidak normal(Hadi, 2000). Uji homogenitas varians ini bertujuanuntuk mengetahui homogeny tidaknya variable yangdigunakan dalam penelitian.

DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASANDeskripsi data penelitian disajikan untuk

mengetahui beberapa data pokok yang berkaitandengan penelitian. Hal yang akan disajikan yaitu:1) keadaan demografi subjek penelitian, dan 2)rerata empiris dan rerata hipotesis penelitian.

Keadaan Demografik Subjek PenelitianData demografik subjek penelitian yang

digambarkan meliputi jumlah data yang dianalisisdan jenis kelamin subjek penelitian.

Data yang dianalisis adalah data yanglengkap sesuai hasil pelaksanaan eksperimendengan perbandingan jumlah data pada masing-masing kelompok perlakuan, disajikan pada tabelberikut.

Page 9: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201364

efficacy mempunyai nilai rata-rata 50.38Dari keseluruhan jumlah subjeM52). Skor T

dihitung dengan rumus T= 50+10 (M-XX) /S

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan temuan dilapangan tidak ada

perbedaan upaya penyelamatan diri ditinjaudari keberdaan sarana navigasi kognitif dan selfefficacy. Bencana yang sering mengancam negeri inimembuat kita untuk memikirkan alternatif upayapenyelamatan diri yang paling efektif khususnyaketika berda dalam gedung bertingkat/ fasilitasumum. Berdasarkan pengalaman yang lalu banyakterjadi korba meinggal karena terjebak dalamgedung. Pemikira yang pertama adalah denganmenyediakan peta ADS agar mudah untuk mencarijalan keluar sehingga bisa meminimalisir banyaknyajatuh korban jiwa. Berdasarkan temuan di lapanganternyata keberadaan sarana navigasi kognitif tidaberfungsi efektif. Hal ini bisa terjadi karena budayaorang Indonesia yang malas untuk membaca sehinggada atau tidak ada sarana navigasi kognitif tidakmemberikan perbedaan yang berarti dalam upayapenyelamatan diri di gedung bertingkat.

Begitu juga dengan self efficacy yang tinggipada individu tidak memberikan perbedaan yangberarti dalam upaya penyelamatan diri, budayaindonesia terbiasa dengan gugup bingung dansebagainya.

Bencana yang sering mengancam negeri ini, yangterbaru gunung meletus dengan didahului gempatremor dan gempa dengan kekuatan besar makaperlu langkah antisipatif dengan menyosialisasikandissaster awarenes, berupa pemberian pengetahuankepada masyarakat untuk tidak sekedar melakukantindakan reaktif tetapi juga antisipatif denganmemberikan peta ADS, Sinyal tanda bahaya dsb.Hal ini seperti yang dilakukan di jepang (jawa pos,5 Nov 2010) pemerintah jepang gencar melakukanlangkah antisipatif dengan menyosialisasikan dissasterawarenes, berupa pemberian pengetahuan kepadamasyarakat untuk tidak sekedar melakukan tindakanreaktif tetapi juga antisipatif yang dirangkumdalam sebuah buku dan setip rumah tangga harusmemilkinya.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Tidak terdapat perbedaan upaya penyelamatandiri dalam kondisi darurat di gedung bertingkatditinjau dari keberdaan sarana navigasi kognitif.Hal ini tidak terbukti sesuai dengan hasil analisis

Hasil Uji HipotesisUji Hipotesis ini menggunakan ANAVA 2 Jalur.

Hasil analisis tertera dalam tabel berikutHasil analisis uji hipotesis dapat diuraikan

sebagai berikut:Hipotesis pertama menyatakan terdapat

perbedaan upaya penyelamatan diri dalam kondisidarurat di gedung bertingkat ditinjau dari keberdaansarana navigasi kognitif. Hal ini tidak terbukti sesuaidengan hasil analisis menunjukkan F = 0.306 sing= 0.503

Hipotesis pertama menyatakan terdapatperbedaan upaya penyelamatan diri dalam kondisidarurat di gedung bertingkat ditinjau dari SelfEfficacy. Hal ini tidak terbukti sesuai dengan hasilanalisis menunjukkan F = 1.916 sing = 0.172

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat self

HomogenStatus

0,729P

0.124F

daruratkondisi

diri dalampenyelamatan

UpayaVariabel

Uji Homogenitas VariantHomogenitas Varian diuji dengan menggunakan

teknik Levene Statistik SPSS 16. Perhitungan skalaupaya penyelamatan diri menunjukka nilai F=0.124p= 0.726. Hal ini menunjukkan bahwa subjekhomogen.

Tabel: 5Hasil Uji homogenitas

NormalStatus

0.874P

0.592KS-Z

7.22560SD

55.2115Mean

Upayapenyelamatan

diri dalamkondisi darurat

Variabel

PENGUJIAN HIPOTESISUji Normalitas Sebaran

Tujuan diadakan uji normalitas sebaran adalahuntuk mengetahui apakah data variabel yang ditelitiberdistribusi normal atau tidak. Hal ini diperlukanuntuk menjawab syarat sampel yang representatifterpenuhi atau tidak sehingga hasil penelitian dapatdigeneralisasi pada populasi. Uji normalitas sebarandiuji dengan menggunakan teknik kolmogorov-Smirnov Googness of fit Tes SPSS 16. Perhitunganskala upaya penyelamatan diri menunjukka nilaiK S-Z = 0.592 sign = 0.874. Hal ini menunjukkanbahwa subjek berdistribusi normal

Tabel: 4Uji Normalitas Sebaran

Page 10: UPAYA PENYELAMATAN DIRI DALAM KONDISI DARURAT Dl …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Hastarjo.T.D, Sugianto, Faturrohman.1994. SistemPelayanan Keadaan Darurat. Laporan Penelitian.Fakultas Psikologi UGM.

Hadi, S . 1993. Metodology Research, Jilid 1.Yogyakarta.Andi offset.

Juwana, J.S. 2005. Panduan sistem Bangunan Tmggi.Jakarta. Erlangga

Kerlinger,F.1996. Azas-azas PenelitianBehavioral, terjemahan.Yogyakarta. GadjahMada University press

Musfirah.2003. Hubungan antara Computer SelfEfficacy dan Kecemasan Menggunakan Komputer.Psikologika. Jurnal Pemikiran dan PenelitianPsikologi.15.VIII.37-46

Malinowski, J,C. 2001 .Mental Rotation And RealWorld Wayfinding. Perseptual And Motor Skills.Missoula: Feb, Vol.92, lss.1,p.19.

O'Neil, M. 1992. Effects of Familirity and PlanComplexity on Wayfinding in SimulatedBuilding. Journal of Environmentak Psychology,12. 319-327.

Ralf, S.Yerussalem. 1995.The Genera/ Self EfficacySca/e.http//www.healtpsych.de (26 maret

2009)Santosa, S. 2003. SPSS Mengolah Data Statistik Secara

Profesional. Jakarta. Media Komputindo.Schuellerr, W. 2001. Struktur Bangunan Bertingkat

Tmggi. Bandung. Refika Aditama.Sugianto.2008. Sarana Navigasi Kognitif Sebagai

Upaya Peningkatan Kemudahan Evakuasi PadaBangunan Mall/Fasum. Jurnal Psikologi UGM.No1.41-61

Suryabrata, S. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta.C.V. Rajawali.

Telia, Omoba, R.O, Ayenni. 2007.Self Efficacy anduse of electronic Information as a Predictor ofAcademic Performance. Electronic Journal ofAcademic and Special Librarianship.v.8 no 2 (Summer 2007). http//www. southemlibrarianship.icaap. Org.(31 Maret 2009)

Wickens,C.D.1992. Engineering Psychology AndHuman Performance .2nd ed.New York: harpers

Collins publisher.

menunjukkan F = 0.306 sing = 0.503Tidak terdapat perbedaan upaya penyelamatan

diri dalam kondisi darurat di gedung bertingkatditinjau dari Self Efficacy. Hal ini tidak terbuktisesuai dengan hasil analisis menunjukkan F = 1.916

sing = 0.172

Saran Dan RekomendasiSaran, disarankan untuk menyosialisasikan

peringatan kondisi darurat kepada masyarakatdengan melakukan tindakan antisipatif berupatanda-tanda peringatan dini. Pada pengelola gedungbertingkat, untuk melakukan tindakan antisipatifpenyelamatan diri dengan menyediakan peta ADSkhususnya untuk gedung bertingkat pada gedungkuliah bersama atau Mall. Rekomendasi, Pemberianpengetahuan kepada masyarakat untuk tidak sekedarmelakukan tindakan reaktif tetapi juga antisipatifdengan memberikan peta ADS, Sinyal tanda bahayadsb. Memberikan learning system yang sempurnauntuk mengantisipasi bencana berupa keyakinandiri, pengelolaan emosi yang baik dalam kondisidarurat sehingga mudah untuk berfikir jernih.

DAFTAR PUSTAKAAzwar. S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar OffsetBaldwin, D, 2003. Wayfinding Technology: A Road

Mapto the Future. Journal of Visual Impairment& Blindness. October

Carmines,E.G and Zeller.1988, Retiability andValidity Series Quantitativ Application in theSocial Sciences, England, Sage Publising.

Davies, C ,2002. When is a Map? Task and LanguageIn Spatial Interpretations With Digital MapDisplays. Applied Cognitive Psychology, 16:273-285.

Ergonomics for Managers Back Safety & Lifting,http//en. wikipedia. org/wiki. Safety (31

Maret 2009)Golledge.R. Greene. 1999. Wayfinding Behaviour:

Cognitif Mapping And Other spatial process.Baltimore : Johns Hopkins University press

Golledge.R. Greene.1999b. Precise of WayfindingBehaviour: Cognitif Mapping And Other spatialprocess.PSYCOLOQUY, 10 (036)