UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB...

68
UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN ANTAR PELAJAR (Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung) (Skripsi) Oleh MUHAMMAD EKO SUTRISNO FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

UPAYA PENEGAKAN HUKUMTERHADAP PELAKU TAWURAN ANTAR PELAJAR(Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD EKO SUTRISNO

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

ii

ABSTRAK

UPAYA PENEGAKAN HUKUMTERHADAP PELAKU TAWURAN ANTAR PELAJAR(Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

Oleh

MUHAMMAD EKO SUTRISNO

Tawuran pelajar merupakan salah satu perbuatan anak yang dapat dikategorikansebagai kenakalan remaja (juvenile deliquency), yang menjadi tradisi mengakar dikalangan pelajar. Meningkatnya aksi tawuran pelajar sendiri dapat meningkatkanangka tindakan kriminal. Di Bandar Lampung khususnya, tidak sedikit aksitawuran terjadi baik yang melibatkan sekolah-sekolah swasta maupun negeri.Sehingga perlu adanya upaya penegakan hukum secara tegas oleh aparat penegakhukum itu sendiri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakahupaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar (Study KasusWilayah Hukum Kota Bandar Lampung), (2) Apakah faktor-faktor penghambatdalam penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar (Study KasusWilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakanpendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden penelitian terdiridari, Unit PPA Polres Kota Bandar Lampung, Jaksa Kejaksaan Negeri BandarLampung, Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang dan AkademisiHukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Data penelitian dianalisissecara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ini adalah (1) Upaya penegakanhukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar dilakukan melalui beberapa tahapyaitu: Pertama formulasi, diatur dalam Pasal 170 dan Pasal 351 KUHP sertaUndang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana anak.Kedua Aplikasi melalui upaya non-penal dengan melakukan proses restorativejustice melalui mediasi penal. Ketiga Eksekusi dengan melaksanakan upayamediasi dalam pelaksanaan penegakan hukum. (2) Faktor yang menjadipenghambat penegakan hukum terhadap pelaku tawuran terdiri dari 4 (empat)faktor yaitu faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat,faktor kebudayaan, yang paling utama adalah faktor penegak hukum dan faktor

Page 3: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

iii

Muhammad Eko Sutrisno

masyarakat. Ketidaktegasan aparat penegak hukum dan Sikap masyarakat yangkurang tanggap terhadap kejadian di sekitar mereka menjadi faktor utamapenghambat dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antarpelajar.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Aparat Pemerintah hendaknya membuatperaturan khusus yang mengatur tentang aksi tawuran, serta aparat kepolisiandalam melaksanakan upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antarpelajar hendaknya sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. (2)Aparat penegak hukum, keluarga, sekolah dan masyarakat hendaknya menjalinkerjasama dan koordinasi yang baik, sehingga penegakan hukum dapat berjalandengan baik dan menimimalisir aksi tawuran antar pelajar.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Tawuran, Pelajar

Page 4: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

UPAYA PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP PELAKU TAWURAN ANTAR PELAJAR

(Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)

Oleh

MUHAMMAD EKO SUTRISNO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,
Page 6: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,
Page 7: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,
Page 8: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Muhammad Eko Sutrisno

dilahirkan di Keputran pada tanggal 20 November 1995,

Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan

Bapak Nanang Sunardi dan Ibu Suwarsih, S.Pd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh Penulis yaitu Taman Kanak-kanak (TK)

Tunas Pertiwi Tanah Datar Riau, yang diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah

Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Keputran pada tahun 2008, setelah sebelumnya

sempat duduk di SDN 014 Simpang Tanah Datar Riau, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) diselesaikan di MTs Islamiyah Sukoharjo III pada tahun 2011,

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diselesaikan di SMK Kh. Ghalib

Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2014.

Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui seleksi jalur PMPAP, yang memfokuskan diri dengan mengambil

bagian Hukum Pidana. Pada tahun 2017, mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik

(KKN-Tematik) di Desa Nambahrejo Kota Gajah, Kab. Lampung Tengah

Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif sebagai anggota dan staff

Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (UKM-U KOPMA UNILA) yang

dibina oleh Dosen Universitas Lampung.

Page 9: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

vii

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka

apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplahbekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah,6-8)

Memulai dengan penuh keyakinan, Menjalankan denganpenuh keikhlasan dan Menyelesaikan dengan penuh

kebahagiaan.

Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang,kau harus terus bergerak.

(Albert Einstein)

Belajar dari sebuah kesalahan merupakan suatu prosesPembelajaran yang nyata dan lebih bermakna.

(Penulis)

Jangan pernah merasa putus asa dan menyerah, selagi kitamasih mampu untuk berfikir dan berusaha.

(Penulis)

Page 10: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

viii

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Rahmat danHidayah-Nya Serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW,

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ku persembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tua Tercinta,Bapakku Nanang Sunardi dan Ibuku Suwarsih, S.Pd.

Sebagai orang tua penulis yang telah mendidik, membesarkan danmembimbing serta mendoakan penulis, yang selalu memberikan kasihsayang yang tulus dan memberikan do’a yang tidak pernah putus untuk

setiap langkah yang penulis lewati.

Adik-Adik ku tersayang terimakasih atas semangat dan do’a nya,Canda tawanya yang selalu senantiasa menghibur saat berkumpul. Terimakasih

Seseorang yang spesial Aulia Putri Anasti, S.Pd., yang selalu memotivasi danselalu memberikan semangat, nasihat dan dukungan terbesar selama ini.

Para Pendidikku yang Ku HormatiTerimakasih atas segala bimbingan dan memberikan ilmu yang bermanfaat

kepadaku

Sahabat-SahabatkuSahabat ku trimakasih atas dukungan, do’a serta motivasi yang kalian berikan

dalam mengisi pengalaman dan berbagi cerita.

Semua pihak yang selalu mendukung dan menyemangatiTerima kasih atas kasih sayang yang tulus yang telah diberikan,

semoga suatu saat dapat membalas semua budi baik dan nantinya dapat menjadipribadi yang membanggakan kalian.

Almamater tercinta Universitas LampungTempatku menimba ilmu dan merancang mimpi untuk mencapai cita-cita

Sebagai langkah menuju kesuksesanku ke masa depan.

Page 11: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

ix

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadiratan Allah

SWT, karena atas rahmat dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pelaku

Tawuran Antar Pelajar (Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dan sekaligus selaku

Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu untuk penulis untuk

memberikan arahan, masukan, bimbingan dan nasihat-nasihat Sehingga

Page 12: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

x

Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekertaris Jurusan Bagian

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu untuk penulis untuk memberikan arahan,

masukan, bimbingan dan nasihat-nasihat Sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.Hum. selaku Pembahas I yang

senantiasa memberikan kritik, saran dan masukannya dalam penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Sri Riski, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang senantiasa

memberikan kritik, saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dan berharga

selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Bapak Salman Alfarasi, S.H., M.H., Bapak M. Rama Erfan, S.H., M.H.,

Bapak Bhira W. S.Kom., M.M., dan Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H.,

yang telah bersedia menjadi Narasumber serta memberikan saran kepada

penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

10. Kedua Orang tuaku Bapak Nanang Sunardi dan Ibu Suwarsih, S.Pd.,

yang teristimewa dan tersayang, terima kasih telah menuntunku,

mendoakanku, mendukung segalanya dan tidak hanya menjadi orang tua

Page 13: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xi

yang baik tetapi juga bisa menjadi sahabat yang paling baik di dunia

yang selalu setia mendengarkan keluh kesahku, yang selalu mendukung

setiap langkahku serta usaha kerasmu yang tiada henti kau lakukan.

Serta memberikanku motivasi, nasehat serta pengarahan dalam

keberhasilanku menyelesaikan studi.

11. Adik-adikku tersayang Muhammad Rio Sugiharto dan Muhammad

Khoirudin Baihaqi yang selalu mendukungku dan selalu mendoakan

serta menantikan keberhasilan dari diriku.

12. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan dan do’a

selama pembuatan skripsi ini.

13. Aulia Putri Anasti, S.Pd., yang selalu setia menemani, mendukung,

mendengarkan segala keluh kesah, memberikan dukungan dan

semangat, serta selalu mendo’akan selama menyelesaikan skripsi.

14. Teman-teman seperjuangan dari masa SMK hingga menuju Perguruan

Tinggi Negeri yaitu Noni Kurniasih adek sepupu termanja dan Della

Septi Arum, terimakasih atas support dan kebersamaan selama menimba

ilmu untuk mencapai cita-cita dan kesuksesan.

15. Sahabat-Sahabatku Tercinta: Kak Bram, Kak Andika, Kak Selamet,

Angga Setiawan, Setiawati., S.Kom, Hilmi Hibatulloh, Heri Aprilianto,

Muhmmad Erfan Lazuardi, Ayyub Al-Fattah, Iza Gembul, Azizatul

Widayasari, Bambang Irawan, Ryo Pradana dan lain-lain yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, yang selalu mendo’akan dan memberi semangat

dalam proses menyelesaikan studi di Universitas Lampung ini. Semoga

Page 14: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xii

persahabatan kita selalu kompak untuk selamanya dan kita semua bisa

menjadi orang sukses nantinya.

16. Para pembimbing non-akademik yaitu: Ibu Wartini, S.Pd., Bapak Sutejo,

M.Ti., Om Agus Riyadi, Om Iwan Priyatna, Om Mukhrozi dan Mas

Arif, yang selalu memberi masukan serta motivasi selama penyusunan

skripsi ini.

17. Seluruh teman seperjuangan Fakultas Hukum: Muhammad Fauzul

Adzim, Muhamad Amin Tohari, Ramadhani Lilalamin, Ambar

Pujotomo, Wahyu Novarianto, Novi Ratnawati, Melinda Sopiani, Rado

Widi Nugraha, Yoga Pratama, Niko Alexander, Muhammad Radindra

Jaya, Rendi Oka dan seluruh angkatan 2014 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Bersama kalian, kulewati saat manis pahit

perjalanan ini. Terima kasih atas pertemanan yang terjalin selama ini.

18. Kakak-kakak tingkat 2013 Mirna Anditasari, Fedri Rizki Ramadan, Ria

Maheresti AS dan Theresia Oktaviani yang selalu membatu serta

memberikan semangat dari proses study sampai penyelesaian skripsi ini.

19. Kopma Unila yang telah berkontribusi dalam pembelajaran organisasi

dan juga kepada seluruh pengurus dan anggota yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu atas kerjasamanya selama berkontribusi dalam

dunia organisasi. (Kak Andika Wicaksono, Kak Deo, Gugun, Tyas,

Sepni, Tami, Debby Arisandi Gusara, Ikhwan F, M. Iqbal, Santi P, Santi

Mulyani, Tiwi, Rahma, Meilani, Ayu, Adi Farianto, Mahesty, Hanifah,

Eko Setiawan, Adi Kopdig dan Ipung Purnomo). Serta para alumni Kak

Frians Muhardi, Kak Iyan Agusni, Kak Aan Dunan, Kak Novanda, Kak

Page 15: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xiii

Ono, Kak Rio, Kak Kiki Eko Suwanto, Kak Nurhidayani, Fatin

Cholidia, Qonita, Mba Rima, Mba Novi, terimakasih atas didikan dan

dedikasinya dalam memberikan arahan berorganisasi selama menjadi

bagian dari keluarga Kopma Unila.

20. Teman-teman KKN-Tematik 2017 Hendy Prasetiyo, Aldin Muharom, Atika

Faradilla, Fernanda Kusumawardani, Cindy Tirta Admaja dan Febrina Saragih,

terima kasih atas kebersamaannya selama 40 hari nya. Walaupun kita belum

lama kenal tapi paling tidak tali silaturahmi yang pernah terjalin tidak akan

terlupakan.

21. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua

bantuan, kerelaan dan dukungannya.

22. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis berdo’a semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah di

berikan akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis

ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Februari 2018Penulis,

Muhammad Eko Sutrisno

Page 16: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iABSTRAK ........................................................................................................ iiLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ivLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vRIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viMOTTO ............................................................................................................ viiPERSEMBAHAN ............................................................................................. viiiSANWACANA ................................................................................................. ixDAFTAR ISI ..................................................................................................... xivDAFTAR TABEL ............................................................................................ xviDAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ......................................................... 8

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian .......................................... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ......................................................... 9

E. Sitematika Penulisan ..............................................................................13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum Pidana .....................................................................15

B. Pengertian Pelajar dan Remaja ..............................................................18

C. Pengertian Kenakalan Remaja ...............................................................21

D. Kejahatan dan Pelanggaran yang Langsung MengenaiNyawa dan Tubuh orang ........................................................................25

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum .........................30

Page 17: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xv

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ...............................................................................36

B. Sumber dan Jenis Data ...........................................................................37

C. Penentuan Narasumber ..........................................................................39

D. Prosedur Pengumpulan dan Metode Pengolahan Data ..........................40

E. Analisis Data ..........................................................................................41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tawuran antarPelajar Studi Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ................42

B. Faktor-faktor Penghambat dalam Upaya Penegakan HukumTerhadap Pelaku Tawuran antar Pelajar Studi Kasus WilayahHukum Kota Bandar Lampung ...............................................................69

V. PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................82

B. Saran .......................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Tingkat Tawuran SMA/SMK Sederajat di Bandar Lampung ................65

Page 19: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Data Tawuran Antar Pelajar Tingkat Nasional ...................................... 5

Page 20: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kenakalan remaja sudah menjadi masalah di semua negara. Setiap tahun tingkat

kenakalan remaja menunjukkan peningkatan. Lingkungan sangat berpengaruh

besar dalam pembentukan jiwa remaja. Remaja yang salah memilih tempat atau

teman dalam bergaulnya akan berdampak negatif terhadap perkembangan

pribadinya. Tetapi, bila dia memasuki lingkungan pergaulan yang sehat, seperti

organisasi pemuda yang resmi diakui oleh pemerintah, akan berdampak positif

bagi perkembangan kepribadiannya.

Remaja disini merupakan salah satu fase yang paling rentan dalam dalam

menerima perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan arus globalisasi

karena remaja memasuki fase pencarian jati diri.1 Dalam proses pencarian jati diri

ini remaja mengekspresikannya dengan berbagai cara dan gaya karena ingin

tampil beda untuk menarik perhatian orang lain. Dan dalam fase inilah melakukan

hal-hal baru yang menurut pandangan remaja sebagai suatu hal yang menantang

dan memberikan sensasi tersendiri. Akhirnya tidak sedikit para remaja yang

1 Ramadina Savitri. 2017. Jurnal: “Kajian Kriminologi Terhadap Pelaku Tawuran Antar PelajarSekolah Menengah Atas Di Kota Yogyakarta.” Yogyakarta: FH-UGM. hlm. 3.

Page 21: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

2

terjerumus ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama,

norma sosial dan norma hidup di masyarakat.2

Masa remaja juga merupakan masa di mana perubahan cepat terjadi dalam segala

bidang pada tubuh dari luar maupun dalam, perubahan perasaan, kecerdasan dan

sikap sosial. Dalam perubahan sikap sosial, remaja-remaja tersebut sudah tidak

lagi mengenal yang namanya norma-norma di dalam masyarakat yang

keberadaannya merupakan sebagai pedoman, acuan dan patokan dalam hidup

bermasyarakat yang akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan hidup yang selalu

berubah.3 Pada masa tersebut juga merupakan masa goncangan karena banyak

perubahan yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang sering kali menyebabkan

timbulnya sikap dan tindakan yang dimana oleh orang lain dinilai sebagai

perbuatan nakal.4

Istilah remaja bukanlah istilah resmi, dan tidak ada pengertian konkrit mengenai

remaja. Hukum positif mengenal istilah anak, sebagaimana yang disebut dalam

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat

(2) menyebutkan “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”,5 sementara Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak pada Pasal 1 ayat (3) Undang-

Undang a quo menyatakan “Anak yang berkonflik dengan hukum yang

selanjutnya disebut sebagai anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas)

2 Agus Sujanto, Halem Lubis dan Taufik Hadi. 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta: AksaraBaru. hlm. 131.3 Wahyu Sasongko. 2013. Dasar Dasar Ilmu Hukum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.hlm. 11.4 Nandang Sambas. 2013. Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrument InternasionalPerlindungan Anak serta Penerapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 3.5 Lihat pasal Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Page 22: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

3

tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan

tindak pidana”.6 Undang-Undang a quo mengkategorikan anak yang berhadapan

dengan hukum, yaitu anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi

korban tindak pidana dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa

yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa

dewasa. Berdasarkan World Health Organization (WHO), masa remaja

berlangsung antara usia 10-20 tahun yang terdiri dari masa remaja awal (10-14

tahun), masa remaja tengah (14-17 tahun) dan masa remaja akhir (17-20 tahun).7

Masih menurut data WHO, 20% dari penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan

menurut pendapat lain, masa remaja (Adolescent) merupakan periode transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan

sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan

remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) jenis

delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional,

perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk

berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk

memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para

remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau

6 Lihat pasal Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem PeradilanPidana Anak.7 Sarlito Wirawan Sarwono. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 9.

Page 23: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

4

geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti

anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat

melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

Berdasarkan dalam penjelasan yang sudah di uraikan, dapat dikatakan rata-rata

usia remaja tersebut termasuk dalam kategori seorang pelajar. Yang dimana

pengertian Pelajar sendiri adalah orang-orang yang ikut serta dalam proses

belajar.8 Dalam dunia pelajar sendiri banyak sekali penyimpangan atau kenalan

yang di lakukan oleh pelajar, misalkan seperti perbuatan tawuran antar pelajar

yang dimana pelajar-pelajar itu saling menyerang.

Tawuran pelajar merupakan salah satu perbuatan anak yang dapat dikategorikan

sebagai kenakalan remaja atau juvenile deliquency yang dikemukakan oleh Alder.

Tawuran pelajar menurut Kamus Besar Bahas Indonesia atau KBBI berasal dari

kata “tawur” dan “pelajar”.9 Tawur adalah perkelahian beramai-ramai,

perkelahian massal, perkelahian yang tiba-tiba terjadi antara kedua pihak yang

berselisih. Sedangkan tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh

sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang

sedang belajar. Saat ini tawuran antar pelajar bukan saja merupakan masalah yang

di pandang sebelah mata saja, karena tawuran memberikan efek buruk bukan saja

kepada para pelajar yang terlibat namun masyarakat sekitar ikut menjadi

imbasnya dari sisi ekonomi, sosial, maupun budaya.

8 http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pelajar-menurut-para-ahli/ di akses padatanggal 15 April 2017 pukul 12.31 WIB.9 Tawuran pelajar berasal dari kata “tawur” dan “pelajar”. Tawur adalah perkelahian beramai-ramai, perkelahian massal, perkelahian yang tiba-tiba terjadi antara kedua pihak yang berselisih.Kamus Besar Bahas Indonesia atau KBBI.

Page 24: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

5

Saat ini situasi generasi muda yang cukup memprihatinkan yaitu hampir setiap

saat di media masa maupun media elektronik diberitakan kenakalan remaja dalam

bentuk tawuran antar pelajar dan bahkan kejahatan yang dilakukan pada tindak

pidana penganiayaan atau perkelahian sudah mulai meninggalkan cara-cara

tradisional yang menggunakan kayu atau mengadakan kekuatan fisik saja, tetapi

sekarang mereka sudah berani menggunakan senjata tajam yang tidak hanya dapat

mengakibatkan korban luka bahkan dapat mengakibatkan korban jiwa juga.10

Dapat dilihat berdsarkan grafik berikut :

Grafik Jumlah Kasus Tawuran Antar Pelajar

Gambar 1.1. Data Tawuran Antar Pelajar Tingkat NasionalSumber: website KPAI (www.bankdata.kpai.go.id)

Data dari website pemerintah yang terdapat pada grafik diatas dijelaskan bahwa

dari tahun 2011-2016 menunjukan bahwa anak pelaku tawuran pada tahun 2011

sebanyak 64 kasus, pada 2012 sebanyak 82 kasus, untuk tahun 2013 sebanyak 71

kasus, Kemudian pada tahun 2014 sebanyak 46 kasus, dan pada tahun 2015

10 Firganefi. 2012. Penyuluhan Hukum Tentang Larangan Tawuran Antar Siswa danPenyalahgunaan Narkoba pada Siswa SMPN 14 Bandar Lampung. FH Unila. hlm. 4.

Page 25: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

6

sebanyak 126 kasus serta ditahun 2016 sebanyak 41 kasus.11 Ketua Komnas PA

Arist Merdeka Sirait menyatakan berdasarkan Pantauan data Komisi Nasional

Perlindungan Anak, telah terjadi 147 kasus tawuran antar pelajar sepanjang tahun

2012 yang mengakibatkan 82 orang pelajar tersebut meninggal secara sia-sia.

Berdasarkan data diatas, saat ini kondisi pelajar sangat mengkhawatirkan karena

banyaknya penyimpangan yang mengakibatkan adanya pelangaran hukum. Oleh

karena itu, perlu adanya penanganan mulai dari upaya penanggulangan tawuran

antar pelajar sampai dengan penegakan hukum terhadap pelaku antar pelajar

tersebut.12 Kasus di atas adalah bukti dari efek buruk yang di timbulkan dari

tawuran tidak hanya merugikan sendiri bagi pelaku ternyata tawuran dapat

merugikan semua pihak, Dampak–damapak negatif akibat tawuran diantaranya

yaitu:13

1. kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran seperti luka- luka baik ringanmaupun luka berat karena lemparan benda tumpul atau batu dan adu fisikdengan tangan kosong,

2. masyarakat sekitar tempat terjadinya tawuran, contohnya rusaknya rumahwarga akibat pel ajar yang tawuran melempari batu dan mengenai rumahwarga.

3. menggangu kenyamanan pengendara jalan, karena tawuran banyak terjadidi pusat kota dimana banyak aktivitas dari warga masyarakat.

4. terganggunya proses belajar mengajar karena dengan adanya tawuran inipara pelajar tidak nyaman dalam mengikuti pelajaran, ini di akibatkanrasa yang berkecamuk dalam dirinya seperti rasa takut, gelisah dan rasaingin balas dendam yang mendorong diri mereka yang terlibat tawuranuntuk mengabaikan proses pembelajaran atau membolos dan memilihuntuk menyelesaikan perkara dengan jalan tawuran.

11 bankdata.kpai.go.id. diakses tanggal 04 April 2017 pada pukul 14.00 WIB.12 Selama 2012: 147 Kasus Tawuran, 82 Pelajar Mati Sia-Sia. Di kutib dariwww.bandarlampungnews.com/m/index.php?ctn=1&k=politik&i=13950 pada tanggal 16 April2017 pukul 13.13 WIB.13 Septian Bayu Rismanto, “Model Penyelesaian Tawuran Pelajar Sebagai Upaya MencegahTerjadinya Degradasi Moral Pelajar Studi Kasus Di Kota Blitar Jawa timur”, Vol.2, No.1, 2013,hlm. 9.

Page 26: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

7

5. Menurunnya moralitas para pelajar kedua sekolah, ini diwujudkan secaranyata dengan mengutamakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikankonflik dan mengumbar kata-kata kotor sebagai luapan emosi.

6. hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa dan saling menghargaiantar sesama pelajar.

Melihat pada data-data dan contoh kasus tersebut dapat dikatakan bahwa tawuran

antar pelajar tidak dapat dianggap remeh, karena jika tidak ada penanganan secara

serius oleh pihak terkait akan berdampak negatif terhadap kondisi pelajar,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya

kepastian dalam penegakan hukum yang dilakukan aparatur penegak hukum

untuk menindaklanjuti hukuman apa yang diberikan untuk pelaku tawuran antar

pelajar tersebut sehingga ada efek jera dan kedepannya nanti tidak terjadi lagi

tawuran antar pelajar. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik

mengkaji lebih lanjut dengan menuangkan dalam skripsi yang berjudul “Upaya

Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tawuran Antar Pelajar (Study Kasus

Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)”

Page 27: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

8

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar

pelajar (Study Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung)?

b. Apakah faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum

terhadap pelaku tawuran antar pelajar (Study Kasus Wilayah Hukum Kota

Bandar Lampung)?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam skripsi ini menggunakan ruang lingkung substansi, waktu

dan tempat. Adapun substansi skripsi ini ialah menitikberatkan pada penegakan

hukum terhadap para pelaku tawuran antar pelajar dan faktor-faktor penghambat

penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar tersebut. Pada penelitian

ini, ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2017 dan ruang lingkup lokasi

penelitian adalah pada wilayah hukum Kota Bandar Lampung.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dalam

penulisan ini adalah :

Page 28: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

9

a. Untuk mengetahui tentang penegakan hukum terhadap para pelaku

tawuran antar pelajar.

b. Untuk mengetahui tentang faktor-faktor penghambat penegakan hukum

terhadap para pelaku tawuran antar pelajar.

2. Keguanaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis diharapkan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

perkembangan ilmu hukum memberikan sumbangan pikiran dan salah satu

referensi untuk penelitian lain pada umumnya serta perkembangan hukum

pidana pada khususnya mengenai penegakan hukum oleh kepolisian dalam

kasus tawuran antar pelajar.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

aparat penegak hukum mengenai penegakan hukum pidana terhadap para

pelaku tawuran antar pelajar agar dapat dicari jalan keluar yang terbaik

dalam mengatasi masalah tawuran antar pelajar ini.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah konsep-konsep yang sebenernya merupakan abstraksi

dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.14

14 Soerjono Soekanto. 2005. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 123.

Page 29: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

10

a. Teori Penegakan Hukum

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan yang meyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang baik dan sepantasnya, serta sikap tindak sebagai

rangkaian penjabaran terhadap nilai akhir yang tujuannya untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian dalam

pergaulan hidup.15 Selain itu juga dalam pelaksanaan penegakan hukum

dapat dilakukan melalui upaya penal dan non-penal.

Adapun dalam proses pelaksanaan penegakan hukum harus dilakukan

berdasarkan tahapan-tahapan yang ada dalam hukum pidana, tahapan-

tahapan tersebut meliputi:

1) tahap formulasi yaitu tahapan penegakan hukum yang dimulai dari

pembuatan undang-undang oleh badan legislatif;

2) tahap aplikasi, tahapan ini merupakan bentuk penerapan terhadap

undang-undang yang telah dibuat. Tahapan aplikasi atau tahap

penerapan ini dilakukan oleh aparatur penegak hukum;

3) tahap eksekusi adalah tahapan pelaksanaan eksekusi yang dilakukan

oleh jaksa dan pihak lapas.

15 Sukanto, dikutip dari Prof. Dr. Soerjono Soekanto. 2012. hlm 5.

Page 30: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

11

b. Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum adalah teori efektivitas hukum yang dikemukakan oleh

Soerjono Soekanto mengenai penghambat penegakan hukum, yaitu:16

1) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupunmenerapkan hukum. Penegak hukum mempunyai kedudukan (status)dan peranan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentulazimnya dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu haksebenarnya wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkankewajiban adalah beban atau tugas.

2) Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam hal ini dibatasi pada undang-undang. Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yangtujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampakpositif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujuannyasecara efektif di dalam kehidupan masyarakat.

3) Faktor sarana dan Prasarana atau Fasilitas. Penegakan hukum tidakmungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana atau fasilitas.Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yangberpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yangmemadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.

4) Faktor masyarakat. Penegakan hukum berasal dari masyarakat danbertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karenaitu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapatmempengaruhi penegakan hukum tersebut.

5) Faktor kebudayaan (Culture). Kebudayaan (sistem) hukum padadasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku,nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apayang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk(sehingga dihindari).

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan

dengan istilah-istilah yang ingin atau akan diteliti.17 Adapun kerangka konseptual

16 Soerjono Soekanto. 2012.Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta:Rajawali Pers. hlm. 8.17 Soekanto Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi baru. Jakarta: Rajawali Pers. hlm.22.

Page 31: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

12

dalam penulisan skripsi ini penulis akan mempergunakan istilah-istilah atau

pengertian-pengertian yang akan dibahas, yaitu :

a. Penegakan hukum adalah suatu proses yang mencakup proses tahap

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang Pengadilan

Negeri, upaya hukum dan eksekusi. Dalam konteks penuntutan sendiri

meliputi proses pra-penuntutan dan penuntutan itu sendiri.18

b. Tindak pidana adalah perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yang

dilakukan oleh orang yang memungkinkan pemberian pidana.19

c. Tawuran adalah suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang

dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.20

d. Pelajar adalah orang-orang yang ikut serta dalam proses belajar.21

e. Tawuran pelajar adalah perkelahian beramai-ramai, perkelahian massal,

perkelahian yang tiba-tiba terjadi antara kedua pihak yang berselisih.22 W.D.

Mansur berpendapat bahwa tindakan tersebut terjadi bukan akibat dari faktor

pribadi, melainkan berasal dari pengaruh lingkungan di sekitar serta

prasangka dari masyarakat.23

f. Remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam

masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya

18 Soejono. 1996. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.hlm.3.19 Sudarto, dikutip dari Nandang Sambas, 2013. hlm. 10.20 Pengertian Tawuran di akses dari http://triwijayantiyanti.blogspot.co.id/2012/10/makalah-tentang-tawuran-pelajar.html pada tanggal 15 April 2017 Pukul 12.17 WIB21 Pengertian Pelajar menurut para ahli http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pelajar-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 15 April 2017 pukul 12.24 WIB.22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka.23 https://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran diakses pada tanggal 15 April 2017 pada pukul 12.20WIB.

Page 32: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

13

berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau

paling tidak sejajar.24

g. Kenakalan remaja menurut B. Simanjuntak kenakalan remaja adalah suatu

perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia

hidup, suatu perbuatan yang anti sosial di mana di dalamnya terkandung

unsur-unsur anti normatif.25

E. Sistematika Penulisan

Siatematika penulisan ini memuat uraian keseluruhan yang akan disajikan dengan

tujuan guna mempermudah pemahaman terhadap konteks skripsi ini secara

keseluruhan, maka penulis menyajikan penulisan dengan sistematika sebagai

berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, permasalah dan ruang lingkup, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mencakup materi-materi yang mempunyai hubungan dan dibutuhkan

dalam membantu, memahami, dan memperjelas permasalahan yang akan

diselidiki. Bab ini merupakan pengantar yang menguraikan pengertian penegakan

24 Piaget, dikutip dari Prof. Dr. Mohammad Ali, 2006. hlm. 9.25 B. Simanjuntak, dikutip dari Drs. Sudarsono,S.H., 1993. hlm. 5.

Page 33: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

14

hukum, pengertian remaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang

digunakan dalam pendekatan masalah, sumber dan jenis data, metode

pengumpulan dan pengolahan data, serta metode analisi data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian yang diperoleh penulis

mengenai peranan ahli toksikologi forensik dalam upaya pembuktian tindak

penegakan hukum terhadap para pelaku tawuran antar pelajar dan faktor-faktor

penghambat penegakan hukumnya terhadap para pelaku tawuran antar pelajar,

serta berisikan pembahasan berdasarkan hasil penelitian penulis.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan mengenai skripsi, merekomendasikan saran-saran

yang mengarah kepada penyempurnaan penulis tentang penegakan hukum

terhadap para pelaku tawuran antar pelajar.

Page 34: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum Pidana

Salah satu sarana yang ampuh untuk melindungi kehidupan masyarakat pada era

modernisasi dan globalisasi saat ini adalah melalui kebijakan penegakan hukum

(law enforcement policy), yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari politik

hukum bangsa indonesia.26 Satjipto Raharjo menyampaikan pendapatnya

mengenai penegakan hukum (law enforcement) adalah pelaksanaan hukum secara

konkrit dalam kehidupan masyarakat. Setelah pembuatan hukum dilakukan, maka

harus dilakukan pelaksanaan konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hal

tersebut merupakan penegakan hukum. Namun dalam istilah lain sering disebut

penerapan hukum, atau dalam istilah bahasa asing sering disebut rechistoepassing

dan rechtshandhaving (Belanda), law enforcement dan application (Amerika).27

Penegakan hukum menurut pendapat Soerjono Soekanto adalah kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah,

pandangan-pandangan yang mantap dan mengejawantahkannya dalam sikap,

tindak sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan

26 Maroni. 2016. Pengantar Politik Hukum Pidana. Bandar Lampung: Cv. Anugrah UtamaRaharja (AURA). hlm. 8.27 Jurnal Online tentang Penegakan Hukum: http://e-journal.uajy.ac.id/7862/3/2MIH01201.pdfdiakses tanggal 08 April 2017 Pukul 23.00 WIB.

Page 35: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

16

kedamaian pergaulan hidup.28 Penegakan hukum menurut A. Hamid S. Attamimi

seperti yang dikutip Siswanto Sunarno pada hakikatnya adalah penegakan norma-

norma hukum, baik yang berfungsi suruhan (gebot, command) atau berfungsi lain

seperti memberi kuasa (ermachtigen, to empower), membolehkan (erlauben, to

permit) dan menyimpangi (derogieren, to derogate).

Andi Hamzah mengemukakan penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris

“Law Enforcement”, bahasa Belanda “rechtshandhaving”. Beliau mengutip

Handhaving Milieurecht, Handhaving adalah pengawasan dan penerapan (atau

dengan ancaman) penggunaan instrumen administratif, kepidanaan atau

keperdataan dicapailah penataan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku

umum dan individual. Handhaving meliputi fase law enforcement yang berarti

penegakan hukum secara represif dan fase compliance yang berarti preventif.29

Jimly Asshiddiqie, mengemukakan bahwa penegakan hukum adalah proses

dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum

secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan

hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pengertian lain penegakan

hukum merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam

artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman

perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang

bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas

28 Soerjono Soekanto. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta:Rajawali pers. hlm. 5.29 Jurnal Online tentang Penegakan Hukum: http://e-journal.uajy.ac.id/7862/3/2MIH01201.pdfdiakses tanggal 08 April 2017 Pukul 23.00 WIB.

Page 36: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

17

dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-

norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.30

Bentuk kenakalan remaja seperti tawuran yang terus menerus terjadi dan upaya-

upaya penanggulangan yang sudah dilakukan tidak membuat efek jera terhadap

pelaku tawuran antar pelajar itu sendiri. Sehingga perlunya penanganan dari

penegak hukum secara tegas, ketegasan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum ini nantinya diharapkan untuk membuat efek jera terhadap pelaku tawuran

khususnya pelajar agar tidak melakukan perbuatan tawuran lagi. Seperti yang kita

ketahui, dalam terjadinya tawuran banyak menimbulkan kerugian pada si pelaku

dan masyarakat sekitar. Kerugian tersebut bisa berupa luka atau meninggalnya

pelaku tawuran atau orang lain yang terkena dampak dari tawuran tersebut, serta

kerugian materil apabila tawuran tersebut dilakukan di tempat umum yang

mengganggu msyarakat sekitar.

Penegakan hukum sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

aparat penegak hukum yang berperan sebagai pelaksana penegakan hukum itu

sendiri dan masyarakat sebagai subyek pembantu dalam menegakan hukum di

Indonesia. Penegakan hukum dalam negara dilakukan secara preventif dan

represif.31 Penegakan secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak

dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada

umumnya diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Sedangkan

30 Jimly Ashidique, Penegakan Hukum, http://www.solusihukum.com/artikel/artikel49.php,diakses tanggal 07 April 2017 pada pukul 14.50 WIB.31 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah. 2005. Politik Hukum Pidana. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. hlm. 111.

Page 37: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

18

penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan

ternyata masih juga terdapat usaha pelanggaran hukum.

B. Pengertian Pelajar dan Remaja

Pelajar merupakan orang-orang yang ikut serta dalam proses belajar.32 Pelajar

merupakan aset yang penting bagi suatu negara. Karena generasi pelajar adalah

bibit-bibit yang harus dikembangkan untuk menjadi generasi yang dapat

memajukan agama, nusa dan bangsa. Tak hanya itu, dengan adanya pelajar maka

pergaulan sosial juga semakin baik. Seorang pelajar yang baik seharusnya mampu

menempatkan diri dengan baik pula di kalangan masyarakat. Karena sebagai

seorang peserta didik, secara tidak langsung pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki juga lebih baik dibandingkan yang lain.33 Hal ini menuntut agar pelajar

berperilaku sopan agar dapat ditiru oleh masyarakat lain yang tidak berpendidikan

atau berpendidikan rendah. Namun dalam perkembangannnya, usia pelajar juga

termasuk kedalam usia seorang remaja. Sehingga kenakalan-kenakalan atau

penyimbangan sosial yang di lakuan oleh pelajar juga dapat dikatakan sebagai

kenakalan remaja.

Remaja dalam subyek skripsi ini adalah manusia yang berada diantara umur 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun

bagi pria. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

32 Pengertian Pelajar menurut para ahli http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pelajar-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 15 April 2017 pukul 12.24 WIB.33 Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: UsahaNasional. hlm. 117.

Page 38: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

19

kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber

dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.

Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.34

Bahasa latin adolescence sebenarnya memiliki arti yang luas, meliputi

kemantangan mental, emosional, sosial dan fisik. Piaget mendukung tentang

pandangan tersebut yang menyatakan bahwa secara psikologis,35 remaja adalah

suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa,

suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat

orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Konsep tentang “remaja”, bukanlah berasal dari bidang hukum, melainkan berasal

dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan

paedagogi.36 Selain itu, konsep “remaja” juga merupakan konsep yang relatif

baru. Tidak mengherankan jika dalam Undang-Undang tidak mengenal istilah

“remaja”, karena di dalam Undang-Undang khusus nya di Indonesia hanya

mengenal anak-anak dan dewasa.

Mendefinisikan untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan

definisi remaja secara umum karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku,

adat dan tingkat sosial ekonomi maupun pendidikan.37 Dalam mengartikan remaja

terlihat dalam sebuah perkembangan, baik perkembangan fisik maupun

34 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm. 9.35 Piaget, dikutip dari Mohammad Ali, 2006. hlm. 9.36 Sarlito Wirawan Sarwono. 1994. Psikologi Remja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 4.37 Ibid. hlm. 14.

Page 39: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

20

perkembangan sikap emosional. Selanjutnya, dalam remaja terdapat peyesuaian

diri yang harus dilakukan oleh remaja diantaranya yaitu.38

1. Menerima dan mengintegrasikan pertumbuhan badannya dalamkepribadiannya.

2. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekwat dalam kebudayaandi mana ia berada.

3. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dankemampuan untuk menghadapi kehidupan.

4. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat.5. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-nilai

yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.6. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan

dalam kaitannya dengan lingkungan.

Penyesuaian yang dilakukan diatas merupakan suatu bentuk perkembangan, yang

pada hakikatnya perkembangan itu sendiri adalah usaha penyesuaian diri (coping),

yaitu untuk secara aktif mengatasi “stress” dan mencari jalan keluar baru dari

berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri meuju kedewasaan ada tiga

tahap perkembangan remaja yaitu:

1. Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada atubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan itu.

2. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau

banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat

yang sama dengan dirinya.

38 Ibid. hlm. 15.

Page 40: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

21

3. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian 5 hal, yaitu:39

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesepakatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlau memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (the public).

C. Pengertian Kenakalan Remaja

Secara etimologis,40 istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency berasal

dari bahasa latin Juvenils dan delinquere. Kata juvenils sendiri memiliki arti

anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada

periode remaja. Sedangkan kata delinquere berartikan terabaikan dan

mengabaikan. Kemudian diperlus artinya menjadi jahat, asosial, kriminal,

pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,

durjana, dursila dan lain-lain. Kartini Kartono mengatakan bahwa remaja yang

nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental

39 Ibid. hal. 25.40 Nandang Sambas. 2013. Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen InternasionalPerlindungan Anak serta Penerapannya. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 13.

Page 41: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

22

disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga

perilaku mereka dinilai sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.41 Dengan

demikian, Juvenile Delinquency adalah perilaku jahat/dursila atau

kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara

sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian

sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang

menyimpang.

Simanjuntak, mengemukakan bahwa suatu perbuatan disebut delinquen apabila

perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada di

dalam masyarakat di mana ia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial yang di

dalamnya terkandung unsur-unsur antinormatif. Dalam uraian lain dijelaskan

bahwa Juvenile Delinquency adalah perbuatan dan tingkah laku perkosaan

terhadap norma hukum pidana dan pelanggaran-pelanggaran kesusilaan yang

dilakukan oleh anak berumur di bawah 21 tahun, yang termasuk dalam yurisdiksi

pengadilan anak.42

Paul Moedikdo, mengatakan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan

kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency, untuk semua tindakan yang

dilarang oleh hukum pidana, seperti: pencurian, penganiayaan dan sebagainya.43

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Bimo Walgito, bahwa

Juvenile Delinquency adalah tiap perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa,

41 Kartini Kartono, 1986. Patologis Sosial 3 Gangguan- gangguan Kejiwaan, Jakarta:CV.Rajawali. hlm. 209.42 Simanjuntak, dikutip dari Nandang Simbas, 2013. hlm. 14.43 Nandang Sambas. 2013. Loc. Cit. hlm. 14.

Page 42: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

23

maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Atau perbuatan yang melawan hukum

yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.44

Kusumanto Setyonegoro, berpendapat delinquent adalah tingkah laku individu

yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap

sebagai aksetabel dan baik oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang

berlaku disuatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu.45 Apabila individu itu

masih tergolong kedalam anak-anak maka sering tingkah laku yang serupa itu

disebut dengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal (behavior problem). Jika

dia berusia adolesant atau preadolesant, maka tingkah laku itu sekarang disebut

dengan delinquent (delinquent behavior), dan jika terang-terangan melawan

hukum disebut kriminal (criminal behavior).

Sunarwiyati S. Menyatakn bahwa betuk kenakalan remaja dibagi dalam tiga

tingkatan:46

1. kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolossekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.

2. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan sepertimengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orangtua tanpa izin,tawuran yang menyebabkan rusaknya sesuatu.

3. kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluarnikah, pemerkosaan.

Berdasarkan tingkatan kenakalan remaja diatas, banyaknya pelajar yang

membolos dan berkeluyuran di luar sekolah saat jam belajar berlangsung

mengakibatkan terjadinya tawuran antar pelajar sekolah sebagaimana dalam

penelitian ini. Terjadinya tawuran juga diakibatkan dari berbagai faktor, baik

44 Ibid.45 Tri Andrisman. 2013. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Fakultas Hukum Unila. hlm. 446 Suwarniyati Sartono. 2005. Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKIJakarta. Jakarta: laporan penelitian. Universitas Indonesia. hlm. 215.

Page 43: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

24

faktor internal maupun faktor eksternal. Pada faktor internal biasa nya karena

kondisi mental atau jiwa anak-anak yang mengalami despresi, tekanan dan

emosional yang meningkat. Sedangakan faktor eksternal sediri diakibatkan karena

bentuk pergaulan baik di dalam lingkungan sekolah ataupun lingkungan

masyarakat.

Tawuran antar pelajar merupakan fenomena kenakalan remaja di kalangan

perlajar, yang hampir dalam setiap tahunnya terdapat kasus tawuran antar pelajar

terjadi. Hal ini dipicu karena kurang tegasnya aparat penegak hukum dalam

menangani pelaku tawuran atau juga bisa disebabkan karena rasa dendam yang

berkelanjutan dan rasa tidak terima yang ditimbulkan oleh sikap emosional remaja

ketika tekanan emosionalnya meningkat. Terlebih lagi jika remaja-remaja tersebut

membuat suatu perkumpulan atau geng di sekolah atau di luar yang tidak menutup

kemungkinan tawuran tersebut dapat terus berkepanjangan karena tidak adanya

kerendahan hati untuk mengalah demi kebaikan diri sendi dan orang lain.

Tawuran ini sendiri dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri ataupun

orang lain. Sebab tawuran dilakukan secara beramai–ramai yang di mana mereka

mencari sekongkolan orang agar mau membantu mereka tawuran agar mereka

tidak kalah dan tidak ketinggalan pula mereka selalu membawa senjata tajam yang

di gunakan untuk menghakimi lawan tawurannya dan dalam tawuran akan terjadi

sebuah kekerasan yang di mana pasti di antara keduanya akan ada yang kalah dan

akan memakan korban jiwa.

Page 44: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

25

D. Kejahatan dan Pelanggaran yang Langsung Mengenai Nyawa dan TubuhOrang

Penafsiaran mengenai tawuran sangatlah membingungkan, karena kita harus teliti

dalam menentukan apakah perbuatan tawuran tersebut dapat ditindak pidana atau

tidak. Jika dilihat dari sudut pandang hukum pidana peristiwa tawuran tidak dapat

dikenakan pidana apabila tidak memakan korban jiwa, akan tetapi jika dilihat dari

lingkup sosialnya maka peristiwa tawuran ini dapat dikenakan pidana karena

mengganggu ketertiban umum. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit dalam

peristiwa tawuran terdapat korban luka maupun korban jiwa yang mengakibatkan

timbulnya suatu perbuatan tindak pidana. Tindak pidana yang terdapat di dalam

peristiwa tawuran, saat ini diatur berdasarkan pasal-pasal yang terdapat dalam

Buku II, Titel XIX tentang kejahatan-kejahatan terhadap nyawa orang dan Buku

II, Titel XX tentang penganiayaan sebagaimana yang terdapat dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Apabila dalam peristiwa tawuran

terdapat korban jiwa maka pelaku dapat dikenakan Pasal 338 KUHP tentang

pembunuhan, namun jika hanya korban luka pelaku dapat dijatuhi Pasal 170

KUHP tentang pengeroyokan bersama-sama serta Pasal 351 KUHP ayat 3 tentang

penganiayaan yang menyebabkan orang meninggal dunia.

1. Pembunuhan

Pelaku pembunuhan di dalam KUHP dapat dijerat Pasal 338 KUHP yang

menyebutkan:47 “Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain,

diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas

47 Lihat pasal 338 KUHP

Page 45: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

26

tahun”. Akan tetapi, dalam proses penerapan pasal ini harus dapat diketahui

unsur-unsurnya terlebih dahulu, unsur-unsur tersebut meliputi:48

a) bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbulseketika itu juga (dolus repentinus atau dolus impetus), ditujukan denganmaksud agar orang itu mati.

b) melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang “positif”walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

c) perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang, seketika itu juga, ataubeberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu.

2. Pengeroyokan

Pengeroyokan diatur didalam Pasal 170 KUHP yang menytakan bahwa:

“barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”.

Pengeroyokan juga termasuk tindak pidana yang terjadi dalam peristiwa

tawuran. Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pasal tersebut adalah:

a) dimuka umum, kejahatan yang dilakukan ditempat umum yang dapat

dilihat oleh publik (masyarakat umum).

b) bersama-sama melakukan kekerasa, pada kekerasan tersebut dilkukan

secara bersama-sama sedikit-dikitnya oleh dua orang tau lebih, orang

yang hanya terlibat dan tidak benar-benar turut melakukan kekerasan

tidak dapat dikenakan Pasal 170 KUHP.

c) barang siapa, meliputi siapa saja (pelaku) yang melakukan perbuatan

pidana dan unsur barang siapa adalah subyek atau pelaku dari peristiwa.

d) menyebabkan sesuatu terluka/luka, sebab luka apabila kekerasan

merupakan akibat yang tidak disengaja oleh si pelaku.

48 Tri Andrisman. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP. Bandar Lampung: Universitas Lampung.hlm. 133.

Page 46: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

27

e) luka berat pada tubuh.

f) menyebabkan matinya orang.

Terhadap pelaku yang dinyatakan bersalah dapat diancam :49

a. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengajamenghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakanmengakibatkan luka-luka;

b. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasanmengakibatkan luka berat;

c. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasanmengakibatkan maut.

3. Penganiayaan

Penganiayaan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang

menimbulkan rasa tidak enak (nyaman) rasa sakit atau luka pada korban.

Sedangkan dalam Pasal 351 ayat (4) KUHP, penganiayaan diartikan sebagai

tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merusak

kesehatan orang lain. Ketentuan Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP), menyebutkan :50

a. penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahundelapan bulan.

b. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakanpidana penjara paling lama lima tahun.

c. jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuhtahun.

d. penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.e. percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Ditinjau dari sudut kepentingan umumnya, penjatuhan pidana terhadap para

pelaku tawuran sangatlah perlu untuk diteliti dan dikaji oleh aparat penegak

hukum. Kacamata hukum pidana memandang, bahwa adanya pengecualian

49 Soterio E. M. Maudoma. 2015. Jurnal: Penggunaan Kekerasan Secara Bersama dalam Pasal170 dan Pasal 358 KUHP.50 Lihat pasal 351 KUHP

Page 47: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

28

terhadap pelaku tawuran, karena kebanyakan pelaku tawuran sendiri

merupakan anak-anak atau remaja yang usianya belum cakap hukum menurut

hukum pidana. Penjatuhan pidana bagi anak-anak atau remaja diatur di dalam

Pasal 59 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Pelindungan Anak, bahwa seorang anak yang berhadapan dengan hukum

diberikan perlindungan hukum khusus yaitu:51

a) Perlakuan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuaidengan umurnya.

b) Pemisahan dari orang dewasa.c) Pemberian bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.d) Pemberlakuan kegiatan rekreasional.e) Pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang

kejam, tdak manusiawi serta merendahkan martabat dan derajatnya.f) Penghindaran dari penjatuhan pidana mati dan/atau pidana seumur

hidup.g) Penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali

sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.h) Pemberian keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak

memihak dan dalam sidang yang tertutup untuk umum.i) Penghindaran dari publikasi atas identitasnya.j) Pemberian pendampingan orang tau/wali dan orang yang dipercaya

oleh anak.k) Pemberian advokasi sosial.l) Pemberian kehidupan pribadi.m) Pemberian aksesibilitas, terutama bagi anak penyandang disabilitas.n) Pemberian pendidikan.o) Pemberian pelayanan kesehatan.p) Pemberian hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak, juga terdapat peraturan mengenai tindakan dan jenis pidana yang dapat

dijatuhkan kepada anak yang berhadapan dengan hukum. Mengenai tindakan

yang diberikan diatur dalam Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Sistem

peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan

51 Lihat Pasal 64 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Page 48: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

29

Restoratif”. Dan juga Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Pada tingkat

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri

wajib diupayakan Disversi”. Sedangkan mengenai jenis pidana yang

dijatuhkan diatur dalam Pasal 71 yang menyatakan bahwa:

(1) Pidana Pokok bagi anak terdiri atas: a) Pidana Peringatan, b) Pidanadengan Syarat ( (i). Pembinaan di luar Lembaga, (ii). Pelayananmasyarakat dan (iii). Pengawasan ), c) Pelatihan kerja, d) Pembinaandalam lembaga dan e) Penjara.

(2) Pidana Tambahan yang terdiri atas: a) Perampasan keuntungan yangdiperoleh dari tindak pidana dan b) Pemenuhan kewajiban adat.

(3) Apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif berupa penjaradan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja.

(4) Pidana yang dijatuhkan kepada anak dilarang melanggar harkat danmartabat anak.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaa pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diaturdengan peraturan pemerintah.

Pada ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 7 ayat (1) dan

Pasal 71 di atas dan ditambah aturan yang terkandung di dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, memberikan

jenis pidana yang berbeda dari ketentuan Pasal 10 KUHP. Di dalam Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

menjelaskan bahwa, ancaman pidana maksimal bagi pelaku tindak pidana

anak-anak setengah dari ancaman pidana bagi pelaku orang dewasa atau juga

dapat diupayakan restoratif justice dan diversi.52

Diaturnya ketentuan penjatuhan pidana bagi pelaku yang belum dewasa

tersebut, apabila pelaku tawuran diajukan ke pengadilan maka mereka masih

memiliki kemungkinan untuk di bebaskan dari tuntutan hukum. Namun akan

52 Penjelasan terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan PidanaAnak.

Page 49: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

30

timbul permasalahan jika pelaku tawuran dibebaskan begitu saja, dan apakah

masalah yang melatar belakangi tawuran ini akan dapat diselesaikan.

Bukankah selama penyebab dan pelaku tindak tawuran belum ditangani maka

tawuran tersebut kemungkinan besar akan masih terjadi, bahkan apabila

pelakunya pun sudah berada di Lembaga Pemasyarakatan mungkin saja itu

akan terjadi.

E. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum

untuk menanggulangi tawuran, ternyata masih belum berjalan secara maksimal.

Hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi upaya

penegakan hukum, baik faktor penghambat maupun faktor pendukung dari

berbagai pihak atau instansi terkait yang mempengaruhi semakin tingginya angka

tawuran yang terjadi. Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum terhadap pelaku tawuran adalah teori hukum

yang dijabarkan oleh Soerjono Soekanto mengenai penghambat upaya penegakan

hukum, yaitu:53

1. Faktor penegak hukum,

Penegak hukum merupakan pihak-pihak yang membentuk maupunmenerapkan hukum. Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) danperanan (role). Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnyadinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnyawewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalahbeban atau tugas.54

53 Soerjono Soekanto. Loc. Cit.54 Ibid.

Page 50: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

31

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang

hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan

aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat

pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu menjalankan atau

membawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka.

Ada beberapa halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan yang

seharusnya dari golngan sasaran atau penegak hukum, Halangan-halangan

tersebut, adalah:55

1) Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam perananpihak lain dengan siapa dia berinteraksi.

2) Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi.3) Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan,

sehingga sulit sekali untuk membuat proyeksi.4) Belum ada kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan

tertentu, terutama kebutuhan material.5) Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan

konservatisme.

Halangan-halangan tersebut dapat diatasi dengan membiasakan diri dengan

sikap-sikap, sebagai berikut:56

1) Sikap yang terbuka terhadap pengalaman maupun penemuan baru.2) Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai kekurangan

yang ada pada saat itu.3) Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.4) Senantiasa mempunyai informasi yang selengkap mungkin mengenai

pendiriannya.5) Orientasi ke masa kini dan masa depan yang sebenarnya merupakan

suatu urutan.6) Menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya.7) Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada nasib.8) Percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam

meningkatkan kesejahteraan umat manusia.9) Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, maupun kehormatan diri

sendiri dan ihak lain.

55 Loc. Cit. hlm. 34.56 Ibid.

Page 51: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

32

10) Berpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil atas dasarpenalaran dan perhitingan yang mantap.

2. Faktor hukumnya sendiri

Hukum yang di dalam hal ini dibatasi pada undang-undang.57 Terdapat

beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar

undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-

undang tersebut mencapai tujuannya secara efektif di dalam kehidupan

masyarakat. Undang-Undang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi

negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan yang

mengatur kewenangan pembuatan undangundang sebagaimana diatur dalam

Konstitusi negara, serta undang-undang dibuat haruslah sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut

diberlakukan.

Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang

tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang

positif. Asas-asas tersebut antara lain yaitu:58

a) Undang-undang tidak berlaku surut.b) Undang-undang yng dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi.c) mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.d) Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang

yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama.e) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang

yan berlaku terdahulu.f) Undang-undang tidak dapat diganggu guat.g) Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan

spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi, melaluipelestaian ataupun pembaharuan (inovasi).

57 Soerjono Soekanto. Loc. Cit.58 Op. Cit. hlm. 12.

Page 52: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

33

3. Faktor sarana dan Prasarana atau Fasilitas.

Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor

sarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga

manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan

yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.

Sarana atau fasilitas mempunyai peran yang sangat penting dalam penegakan

hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin

penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang

aktual. Khususnya untuk sarana atau fasilitas tesebut, sebaiknya dianut jalan

pikiran sebagai berikut:59

a. Yang tidak ada, diadakan yang baru dan benar.

b. Yang rusak atau salah, diperbaiki atau dibetulkan.

c. Yang kurang, ditambah.

d. Yang macet, dilancarkan.

e. Yang mundur atau merosot, dimajukan atau ditingkatkan.

4. Faktor masyarakat.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut

tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

Dalam kehidupan, masyarakat juga mempunyai pengetahuan yang pasti

mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka menurut hukum. Kalau

masyarakat sudah mengetahui hak dan kewajibannya, maka masyarakat akan

59 Op. Cit. hlm. 44.

Page 53: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

34

mengetahui aktivitas-aktivitas penggunaan upaya hukum untuk melindungi,

memenuhi dan mengembangkan kebutuhan masyarakat dengan aturan yang

ada. Hal itu semua biasanya dinamakan kompetensi hukum yang tidak

mungkin ada, apabila masyarakat:60

a. Tidak mengetahui atau tidak menyadari, apabila hak-hak merekadilanggar atau terganggu.

b. Tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungikepentingan-kepentingannya.

c. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik.

d. Tidak mempunyai pengalaman menjadi anggota organisasi yangmemperjuangkan kepentingan-kepentingannya.

e. Mempunyai pengalaman-pengalaman kurang baik di dalam prosesinteraksi dengan berbagai unsur kalangan hukum formal.

5. Faktor kebudayaan (Culture).

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang

mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa

yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Pasangan nilai yang berperan

dalam hukum adalah sebagai berikut:61

a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.

b. Nilai jasmani/kebendaan dan nilai rohani/keakhlakan.

c. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.

Bagaimana hukum yang ada bisa masuk ke dalam dan menyatu dengan

kebudayaan yang ada, sehingga semuanya berjalan dengan baik. Secara garis

60 Loc. Cit. hlm. 56.61 Soerjono Soekanto. Loc. Cit. hlm. 60.

Page 54: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

35

besar bekerjanya hukum dalam masyarakat akan ditentukan oleh beberapa

faktor utama. Faktor-faktor tersebut dapat:

a. Bersifat yuridis normatif (menyangkut pembuatan peraturan perundang-

undangan).

b. Penegakannya (para pihak dan peranan pemerintah).

c. Serta faktor yang bersifat yuridis sosiologis (menyangkut pertimbangan

ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis).62

62 Suteki. 2008. Rekonstruksi Politik Hukum Tentang Hak Menguasai Negara Atas Sumber DayaAir Berbasis Nilai Keadilan Sosial (Studi Privatisasi Pengelolaan Sumber Daya Air), (Disertasipada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang). hlm. 34.

Page 55: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

36

III. METODE PENELITIAN

Penelitian Hukum Merupakan Kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu

atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisannya. Disamping

itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebut,

untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.63

A. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis

Normatif dan pendekatan yuridis Empiris :

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara

mempelajari bahan–bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-

undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal

ini adalah yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap pelaku tawuran

antar pelajar.

63Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.hlm. 32.

Page 56: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

37

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara

menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan guna mengetahui

secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis

melakukan wawancara dengan narasumber yang berkompeten dalam

penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar dan faktor-faktor

penghambat dalam penegakan hukum guna mendapatkan informasi yang

akurat.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara lisan dari pihak-pihak yang

terkait dalam penelitian ini melalui wawancara. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara terhadap pihak yang

berkompeten terhadap penegakan hukum. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar

pelajar dan faktor-faktor penghambat penegakan hukum tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan

perundang-undangan terkait, buku-buku Hukum, dan dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Page 57: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

38

a. Bahan Hukum Primer (Primary Law Material).

Bahan–bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti

perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainya yang terdiri dari :

1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Mengubah

Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen (Stbl. 1948 Nomor

17) dan Undang-undang Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun

1948.

2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).

4) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

5) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Anak.

b. Bahan Hukum Sekunder (Secondary Law Material).

Bahan-bahan yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer, yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer,64 terdiri

dari buku-buku, literatur, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

64 Abdulkadir Muhammad. 2004. Loc. Cit. hlm. 82.

Page 58: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

39

c. Bahan-bahan tersier yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan.

Memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, bukann merupakan bahan hukum, secara signifikan

dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum

dilapangan, seperti kamus besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, majalah,

artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainya yang sifatnya seperti

karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini.

C. Penentuan Narasumber

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini

adalah wawancara terhadap para narasumber atau informan. Wawancara ini

dilakaukan dengan metode depth Interview (wawancara langsung secara

mendalam).

Adapun narasumber atau responden yang akan diwawancarai adalah:

1. Unit PPA Polres Kota Bandar Lampung : 1 Orang

2. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 Orang

3. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang : 1 Orang

4. Dosen Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 Orang +

Jumlah : 4 Orang

Page 59: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

40

D. Prosedur Pengumpulan dan Metode Pengolahan Data

1. Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh

prosedur sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai litertur yang ada

hubunnganya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan

perundang-undangan, majalah-majalah, serta dokumen lain yang

berhubungan denga masalah yang dibahas.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan penelitian langsung

pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan dengan wawancara

kepada para informan yang sudah ditentukan.

2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Identifikasi Data

Identifikasi yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan

penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar dan faktor-faktor

penghambat dalam penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar

pelajar.

Page 60: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

41

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok

yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk

dianalisis.

c. Sistematika Data

Sitematis data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga data tersebut

dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

E. Analisis Data

Pada kegiatan penelitian skripsi, data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara

deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat

yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan

pemahaman hasil analisis guna menjawab permasalahan yang ada. Selanjutnya

data yang diperoleh dari penelitian, baik data primer maupun data sekunder,

kemudian dianalisis dengan menggunakan metode induktif, yaitu suatu cara

berpikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus, dilanjutkan

dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum dan selanjutnya dari berbagai

kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.

Page 61: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

82

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada

bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan terkait dengan hasil

peneletian dan pembahasan tentang upaya penegakan hukum terhadap pelaku

tawuran antar pelajar dan faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan

hukum terhadap para pelaku tawuran antar pelajar sebagai berikut:

1. Upaya penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar di

wilayah hukum kota Bandar Lampung dilakukan melalui beberapa

tahapan yaitu: Pertama, tahap formulasi yaitu pengaturan terhadap aksi

tawuran diatur dalam Pasal 170 dan Pasal 351 KUHP serta apabila

pelaku masih dalam kategori usia anak maka diatur dalam Pasal 5 dan

Pasal 7 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak. Kedua, tahap aplikasi yaitu pada tahap aplikasi yang

dilakukan oleh aparat kepolisian dilakukan melalui upaya penal serta

upaya non-penal. Upaya penegakan hukum terhadap para pelaku tawuran

antar pelajar di wilayah hukum kota Bandar Lampung yaitu melalui upaya

Non-Penal dengan pengupayaan Restorative Justice berupa Mediasi

kepada siswa serta pihak sekolah yang terlibat dalam tawuran. Ketiga,

tahap eksekusi yaitu sebagai bentuk pelaksanaan penegakan hukum

Page 62: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

83

terhadap pelaku tawuran antar pelajar, dilakukanlah upaya mediasi penal

yang melibatkan pihak sekolah dan siswa yang terlibat dalam aksi tawuran

tersebut.

2. Faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum terhadap

pelaku tawuran antar pelajar di wilayah hukum kota Bandar Lampung

terdiri dari 4 (empat) faktor. Faktor pertama dari penegak hukumnya

sendiri, dimana penegak hukum tidak dapat bersikap tegas terhadap pelaku

tawuran. Faktor kedua, merupakan sarana atau fasilitas yang terbatas,

dalam hal ini sarana dan fasilitas dilingkungan sekolah serta sarana dalam

lingkungan keluarga, dan fasilitas yang tidak memadai terkait Lembaga

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS). Faktor ketiga,

masyarakat seharusnya dapat ikut serta dan berperan aktif dalam upaya

pencegahan, maupun dalam bersikap yang tanggap dengan melapor ke

pihak Kepolisian apabila melihat kejadian tawuran. Faktor keempat,

kebudayaan merupakan faktor penghambat dimana tawuran sudah menjadi

tradisi yang terjadi di kalangan pelajar. yang paling utama adalah faktor

penegak hukum dan faktor masyarakat. Ketidaktegasan aparat penegak

hukum dan Sikap masyarakat yang individualis atau acuh terhadap

kejadian di sekitar mereka serta tidak melapor apabila terjadi tindak

tawuran antar pelajar menjadi faktor utama penghambat dalam upaya

penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar.

Page 63: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

84

B. Saran

Bertolak dari data hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, terlihat

bahwa aparat penegak hukum telah berusaha secara maksimal untuk melakukan

upaya penegakan hukum terhadap para pelaku tawuran antar pelajar, akan tetapi

masih belum optimal dan berhasil dengan baik, oleh karena itu penulis perlu

untuk memberikan saran atau masukan sebagai berikut :

1. Aparat Pemerintah hendaknya membuat peraturan khusus yang mengatur

tentang aksi tawuran, serta aparat kepolisian dalam melaksanakan upaya

penegakan hukum terhadap pelaku tawuran antar pelajar hendaknya sesuai

dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

2. Aparat penegak hukum, keluarga, sekolah dan masyarakat hendaknya

menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik, sehingga penegakan hukum

dapat berjalan dengan baik dan menimimalisir aksi tawuran antar pelajar.

Dalam lingkungan keluarga dapat melakukan proses sosialisasi kepada

anak agar dapat mengontrol kegiatan anak di dalam maupun di luar rumah,

pihak sekolah seharusnya lebih mengoptimalkan perannya dalam

membimbing para siswanya, dengan cara memperbanyak kegiatan

ekstrakurikuler. Selain itu sekolah dapat menerapkan sistem scoresing

(merumahkan) pelajar yang kedapatan melakukan tawuran, sehingga

memberikan efek jera.

Page 64: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2006. Psikologi Remaja PerkembanganPeserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

___________. 2013. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Fakultas HukumUnila.

Dewi, Erna dan Firganefi. 2013. Sistem Peradilan Pidana Indonesia (dinamikadan perkembangan). Bandar Lampung: PKKPU FH Unila.

Firganefi. 2012. Penyuluhan Hukum Tentang Larangan Tawuran Antar Siswa danPenyalahgunaan Narkoba pada Siswa SMPN 14 Bandar Lampung.Bandar Lampung: FH Unila.

Kartono, Kartini. 1986. Patologis Sosial 3 Gangguan- gangguan Kejiwaan.Jakarta: CV. Rajawali.

Maroni. 2016. Pengantar Politik Hukum Pidana. Bandar Lampung: Cv. AnugrahUtama Raharja (AURA).

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1993. Teori-Teori dan Kebijakan HukumPidana. Bandung: Alumni.

Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Semarang: BadanPenerbit Undip.

_______. 1997. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana,Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 65: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

Mulyadi, Mahmud. 2008. Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy danNon Penal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan:Pustaka Bangsa Press.

Nawawi Arief, Barda. 2001. Pemberdayaan Court Management Dalam RangkaMeningkatkan Fungsi Mahkamah Agung (Kajian dari Aspek systemPeradilan Pidana), Makalah Pada Seminar Nasional PemberdayaanCourt Manajement di Mahkamah Agung R.I., dan diskusi Buku FungsiMahkamah Agung. Salatiga: F.H., UKSW.

Prasetyo, Teguh dan Barkatullah Halim, Abdul. 2005. Politik Hukum Pidana.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purbacaraka, Purnadi., dan Soeekanto, Soerjono. 1986. Sendi-Sendi Ilmu hukumdan Tata Hukum. Bandung: Alumni.

Rahardjo, Satjipto. 1983. Masalah Penegakan Hukum. Bandung : Sinar Baru.

Sambas, Nandang. 2013. Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan InstrumentInternasional Perlindungan Anak serta Penerapannya. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sartono, Suwarniyati. 2005. Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap KenakalanRemaja di DKI Jakarta. Jakarta: laporan penelitian, UniversitasIndonesia.

Sarwono Wirawan, Sarlito. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Sasongko, Wahyu. 2013. Dasar Dasar Ilmu Hukum. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

Soejono. 1996. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2005. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi baru. Jakarta:Rajawali Pers.

. 2012. Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: Rajawali Pers.

Sudarsono. 1993. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Page 66: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

Sudarto. 1986. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni.

Sujanto, Agus. Lubis, Halem. dan Hadi, Taufik. 1986. Psikologi Kepribadian.Jakarta: Aksara Baru.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan.Surabaya: Usaha Nasional.

Kamus

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahas Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.

Perundang-Undangan:

1) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Mengubah

Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen (Stbl. 1948 Nomor 17)

dan Undang-undang Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948.

2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

4) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak.

Jurnal:

Deri Ciciria. 2013. Skripsi: Faktor-Faktor Pencegah Tindak Tawuran AntarPelajar Di Smk 2 Mei Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013.Bandar Lampung: FKIP Unila.

Ramadina Savitri. Jurnal: “Kajian Kriminologi Terhadap Pelaku Tawuran AntarPelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota Yogyakarta”. FH-UGM. 2017.

Page 67: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

Sahuri Lasmadi. Jurnal: Mediasi Penal Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia

Soterio E. M. Maudoma. 2015. Jurnal: Penggunaan Kekerasan Secara Bersamadalam Pasal 170 dan Pasal 358 KUHP.

Suteki. 2008. Rekonstruksi Politik Hukum Tentang Hak Menguasai Negara AtasSumber Daya Air Berbasis Nilai Keadilan Sosial (Studi PrivatisasiPengelolaan Sumber Daya Air), (Disertasi pada Program Doktor IlmuHukum Universitas Diponegoro Semarang).

Rismanto, Septian Bayu. 2013. Jurnal: Model Penyelesaian Tawuran PelajarSebagai Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi Moral Pelajar, StudiKasus Di Kota Blitar Jawa timur.Vol.2. No.1

Internet:

Data anak sebagai pelaku tindak pidana. Di kutib dari www.bankdata.kpai.go.iddiakses tanggal 04 April 2017 pada pukul 14.00 WIB.

Jimly Ashidique. Penegakan Hukum.http://www.solusihukum.com/artikel/artikel49.php diakses tanggal 07April 2017 pada pukul 14.50 WIB.

Jurnal Online tentang Penegakan Hukum:http://e-journal.uajy.ac.id/7862/3/2MIH01201.pdf diakses tanggal 08April 2017 Pukul 23.00 WIB.

Pengertian Pelajar pada web:http://www.duniapelajar.com/2014/08/06/pengertian-pelajar-menurut-para-ahli/ di akses pada tanggal 15 April 2017 pukul 12.31 WIB.

Pengertian Tawuran di akses darihttp://triwijayantiyanti.blogspot.co.id/2012/10/makalah-tentang-tawuran-pelajar.html pada tanggal 15 April 2017 Pukul 12.17 WIB

Pengertian Tawuran di akses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran padatanggal 15 April 2017 pada pukul 12.20 WIB.

Selama 2012: 147 Kasus Tawuran, 82 Pelajar Mati Sia-Sia. Di kutib dariwww.bandarlampungnews.com/m/index.php?ctn=1&k=politik&i=13950pada tanggal 16 April 2017 pukul 13.13 WIB.

Page 68: UPAYA PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TAWURAN …digilib.unila.ac.id/30332/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · (S tudy Kasus Wilayah Hukum Kota Bandar Lampung ... Yoga Pratama,

Tawuran Antar Pelajar Oleh SMKN 3 Bandar Lampung dengan SMAN 8 BandarLampung di kutib darihttp://www.harianlampung.com/m/index.php?ctn=1&k=hukum&i=12415 pada tanggal 14 April 2017 pada pukul 15.42 WIB.

Wawancara:

Wawancara Pada Tanggal 09 Oktober 2017, Salman ALfarasi, S.H., M.H., SelakuHakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang Bandar Lampung.

Wawancara Pada Tanggal 25 Oktober 2017, Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., SelakuDosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Wawancara Pada Tanggal 27 September 2017, M. Rama Erfan, S.H., M.H.,Selaku Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung.

Wawancara Pada Tanggal 20 Oktober 2017, Bhira W., S.Kom., M.M., SelakuKBO Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Kota Bandar Lampung.