UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA...

132
UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG – TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : AINUROHMAN NIM. 1113044000067 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2019 M / 1440 H

Transcript of UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA...

Page 1: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA

MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DI YAYASAN

RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG – TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

AINUROHMANNIM. 1113044000067

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2019 M / 1440 H

Page 2: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 3: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 4: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 5: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

ABSTRAK

Ainurohman. NIM 1113044000067. UPAYA PASANGAN SUAMIISTRI TUNANETRA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DIYAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN SERPONG – TANGERANGSELATAN. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019M/1440H. viii+91halaman.

Keluarga sakinah merupakan tujuan dari setiap pernikahan dan tentumenjadi dambaan bagi setiap pasangan suami istri, tak terkecuali dengan pasangansuami istri tunanetra, tentu cara pasangan suami istri tunanetra membentukkeluarga sakinah berbeda dengan pasangan suami istri normal pada umumnya.Tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama untuk mengetahui pemahamanpasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah, Kedua untuk mengetahuiupaya pasangan suami istri tunanetra membentuk keluarga sakinah.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu field research (penelitian lapangan),dengan Pendekatan Normatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dariYayasan Raudlatul Makfufin Serpong. Penelitian ini bersifat deskriptif analitikdengan mengumpulkan data yang valid melalui sumber-sumber terpercaya.Teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan lima pasangan suami istritunanetra dan satu orang pengurus Yayasan Raudlatul Makfufin. Analisis datamenggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil studi dari penelitian ini yaitu pertama, pemahaman pasangan suamiistri tunanetra tentang keluarga sakinah terbagi menjadi empat, yaitu 1) keluargayang diliputi dengan kasih sayang dan jarang bertengkar. 2) Keluarga yang selaluberpegang pada ajaran agama Islam. 3) Keluarga yang ekonomi berkecukupanserta pendidikan yang layak, dan 4) Keluarga yang terjamin dalam kesehatan sertaaktif dalam hidup bersosial. Dengan demikian, pasangan suami istri tunanetra diYayasan Raudlatul Makfufin serpong, memahami bahwa keluarga sakinah itutidak dinilai dari sempurnanya fisik pasangan. Kedua, upaya pasangan suami istritunanetra membentuk keluarga sakinah adalah dengan: 1) ekonomi, para pasangansuami istri tunanetra tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga,diantaranya sebagai guru dan karyawan, 2) pengasuhan anak, sebagian pasangantunanetra tersebut ada yang mandiri dalam mengasuh anak, dan ada pula yangdibantu dengan orang lain, 3) hubungan biologis, pasangan suami istri tunanetrasaling menerima satu sama lain tanpa melihat adanya kekurangan padapasangannya, serta 4) pengurusan tugas rumah tangga, sebagian pasangantunanetra mengurus rumah tangga secara mandiri, namun adapula yang dibantuorang lain.

Kata Kunci : Keluarga Sakinah, Tunanetra, Yayasan Raudlatul Makfufin

Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, M.AgDaftar Pustaka : 1973 s.d. 2015

Page 6: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الحمن الحيم

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA MEMBENTUK

KELUARGA SAKINAH DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN

SERPONG – TANGERANG SELATAN. Sholawat serta salam tak lupa kita

curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta para

keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik kita sebagai umatnya untuk menuju

jalan kebenaran.

Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari

dukungan, arahan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan

rasa syukur penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Indra Rahmatullah S.H.I., M.H.,

Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Hj. Mesraini, M.Ag., Pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan serta

saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Hj. Hotnidah Nasution, MA., Dosen Penasihat Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

5. Budi Santoso, S.Sos.I., Ketua Umum Yayasan Raudlaul Makfufin

yang telah mengizinkan kepada penulis atas diadakannya penelitian

ini, serta kepada Rafiq Akbar yang telah berkenan menjadi narasumber

dalam skripsi ini.

6. Bapak. Ade Ismail dan Istri, Yanto dan Istri, Abdul Hay dan Istri,

Abdurrahman dan Istri serta Juanda dan Istri yang telah berkenan

Page 7: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

vii

menjadi narasumber dalam skripsi ini. Serta memberikan banyak

insprasi juga motivasi kepada penulis

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar pada lingkungan

program studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum yang

telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk

di bangku perkuliahan.

8. Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staff

Perpustakaan Fakultas Syarifah dan Hukum, yang telah memberikan

fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

9. Orang tua Penulis ayahanda tercinta H. M. Idris dan Ibunda Hj.

Rodiah, Kakak-kakak Penulis, Ratna Puspita, Rita Astuti, Lukmanul

Hakim dan Belda Edrit yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan dan doanya untuk kesuksesan penulis,

10. Suheri, Abdul Wahid, M. Irsyad, M. Fadli dan Para sahabat dan kawan

seperjuangan Administrasi Keperdataan Islam, dan Hukum Keluarga

2013,

11. Naicerline Sandhy, Putri Dwi dan Kawan-kawan KKN Lintang Kerti

2016 di Desa Bojongloa Cisoka yang telah memberikan banyak

pelajaran dan pengalaman kepada penulis selama di KKN.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini semoga Allah membalasnya. Aamiin.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya

untuk mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 1 April 2019

Penulis

Ainurohman

Page 8: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4

C. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................................. 6

F. Review Studi Terdahulu ..................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 11

BAB II PERNIKAHAN, KELUARGA SAKINAH DAN TUNANETRA

A. Pengertian Pernikahan

1. pengertian pernikahan ..................................................................... 13

2. Tujuan Pernikahan........................................................................... 17

3. Rukun dan Syarat Pernikahan ......................................................... 19

4. Hukum Pernikahan .......................................................................... 21

5. Hak dan Kewajiban suami istri dalam Pernikahan ......................... 25

B. Keluarga Sakinah

1. Pengertian Keluarga sakinah ........................................................... 30

2. Unsur-unsur Keluarga Sakinah ....................................................... 33

3. Kriteria dan Tahapan Keluarga Sakinahn ....................................... 35

4. Proses Pembentukan Keluarga Sakinah .......................................... 39

Page 9: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

ix

C. Tunanetra

1. Pengertian Tunanetra....................................................................... 41

2. Klasifikasi Tunanetra ...................................................................... 42

3. Dampak Tunanetra .......................................................................... 44

BAB III GAMBARAN UMUM KEHIDUPAN PASANGAN TUNANETRA

DI YAYASAN DARUL MAKFUFIN

A. Deskripsi Singkat Yayasan Raudlatul Makfufin

1. Profil Umum Lembaga .................................................................... 46

2. Sejarah Lembaga ............................................................................. 48

3. Struktur Organisasi Lembaga .......................................................... 50

4. Program Kegiatan Lembaga ............................................................ 53

B. Deskripsi Singkat Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin ................ 54

C. Deskripsi Singkat Kehidupan Pasangan Tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin

1. Pasangan 1 ....................................................................................... 56

2. Pasangan 2 ....................................................................................... 57

3. Pasangan 3 ....................................................................................... 59

4. Pasangan 4 ....................................................................................... 60

5. Pasangan 5 ....................................................................................... 62

BAB IV KELUARGA SAKINAH : PENGALAMAN PASANGAN

TUNANETRA DI YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN

A. Pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga

sakinah ……………………………………………………………...65

B. Upaya pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga

sakinah ............................................................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 89

B. Saran ................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mensyariatkan pernikahan, dalam islam

pernikahan tidaklah hanya semata-mata sebagai hubungan atau kontrak

keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah, maka, amatlah tepat

jika kompilasi hukum islam menegaskan bahwa pernikahan sebagai akad yang

sangat kuat untuk mentaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan nilai

ibadah. pernikahan dalam islam bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang

sakinah, sebagaimana di jelaskan pada surat Ar-Rum (30): 21:

ة إن في ذلك ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم

آليات لقوم يتفكرون

Artinya:”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih sayang, sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berpikir”.

Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, rukun dan damai.

Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua anggota

keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.1 Sedangkan dalam

keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor:

D/71/1999 tentang Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3

menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas

perkawinan yang sah mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak

dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan

1 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4, h.,

16

Page 11: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

2

lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati

dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.2

Rasulullah SAW bersabda dalam hadist riwayat Ad-Dailami dari Anas

menyatakan “Tatkala Allah menghendaki anggota keluarga menjadi baik, maka

Dia memahamkan mereka tentang agama, mereka saling menghargai. Yang muda

menghormati yang tua, Dia memberikan rizki dalam kehidupan mereka, hemat

dalam perbenlanjaan mereka, dan mereka saling menyadari kekurangan-

kekurangan lantas mereka memperbaikinya, dan apabila Dia menghendaki

sebaliknya, maka Dia meninggalkan mereka dalam keadaan merana”. (HR. Ad-

Dailami dari Anas)3

Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa keluarga sakinah menjadi

dambaan dan idaman setiap keluarga, keluarga sakinah merupakan impian dan

harapan setiap insan yang merencanakan dan melangsungkan pernikahan, serta

menjadi tujuan dari pernikahan itu sendiri

Untuk mewujudkan keluarga sakinah perlu ditetapkan hak dan kewajiban

antara suami dan istri. Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung

jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan

hati, sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian

tujuan pernikahan akan terwujud sesuai tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah

wa rahmah. Berbicara tentang hak pasti dibarengi dengan berbicara tentang

kewajiban. Hak dan kewajiban ibarat dua sisi satu mata uang. Luas dan fungsinya

juga sama dan berimbang. Bila terjadi ketimpangan di mana hak lebih ditekankan

atau lebih luas dari kewajiban, atau sebaliknya, niscaya akan tercipta ketidak

adilan. Dalam lingkungan keluarga, hak dan kewajiban yang berjalan seimbang

amat menentukan keberlangsungan dan keharmonisan hubungan keduanya. Islam

sangat memperhatikan hak dan kewajiban dalam ikatan keluarga, hak dan

kewajiban suami istri dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa, yaitu meliputi

2 Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan

Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, 2004), h., 21 3 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, h.,18

Page 12: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

3

hak dan kewajiban suami terhadap istri, hak dan kewajiban istri terhadap suami

serta hak dan kewajiban bersama suami istri. Adanya hak dan kewajiban antara

suami istri dalam kehidupan rumah tangga itu dapat dilihat pada surat Al-Baqarah

(2): 228:

جال ع ولهن مثل الذي عليهن بالمعروف وللر زيز حكيم عليهن درجة وللا

Artinya: “Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan

kelebihan daripada istrinya, Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Pentingnya hak dan kewajiban dalam berumah tangga haruslah sangat di

perhatikan, karna tak jarang salah satu penyebab munculnya kegoncangan pada

keluarga yaitu perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan tidak adanya

pengetahuan suami dan istri terhadap haknya masing-masing atau pengabaian hak

pasangan. Oleh karena itu untuk menciptakan keluarga sakinah, suami istri

dituntut untuk mengerti, memahami serta melaksanakan kewajibannya terhadap

pasangannya. Yang dimaksud dengan kewajiban disini adalah hal-hal yang wajib

dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari suami atau istri untuk memenuhi

hak dari pihak lain. Suatu pekerjaan melaksanakan kewajiban guna memenuhi

hak-hak antara suami istri inilah yang disebut fungsi keluarga, adalah pekerjaan

atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar keluarga. Masalah krisis

keluarga dapat diduga muncul sebagai akibat tidak berfungsinya tugas dan

peranan keluarga yang sudah ditetapkan dalam hak dan kewajiban. Dalam buku

pegangan kursus pra nikah untuk calon pengantin disebutkan bahwa terdapat 8

(delapan) fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi keagamaan, fungsi sosial-

budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi

sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan4.

4 Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan

Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 24

Page 13: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

4

Apabila setiap keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya

berjalan didalam kehidupan keluarga, maka keluarga sakinah yang merupakan

tujuan pernikahan pun akan tercapai. Namun permasalahannya bagaimana jika

dalam sebuah keluarga terdiri dari pasangan suami istri tunanetra? Bagaimana

pasangan tersebut mampu menjalankan hak dan kewajibannya dalam keluarga?

Bagaimana cara suami tunanetra menjalankan kewajibannya sebagai kepala

keluarga? Bagaimana cara suami istri menyelesaikan permasalahan dalam

keluarga? Bagaimana pasangan suami istri tunanetra menciptakan keluarga yang

sakinah? Apa pemahaman suami istri tunanetra terhadap keluarga sakinah?

Di Yayasan Raudlatul Makfufin, Kelurahan Buaran Kecamatan Serpong

Kota Tangerang Selatan terdapat 8 (Delapan) Pasang suami istri tunanetra yang

telah menjalani hidup berumah tangga selama beberapa tahun pernikahan, dalam

sebuah keluarga pasangan ini pasti terdapat permasalahan dan tantangan yang

dihadapi dalam memebentuk keluarga sakinah, tentu berbeda dengan keluarga lain

pada umumnya, bahkan mungkin lebih sulit, mengingat kondisi salah satu atau

keduanya yang kurang sempurna. Meskipun demikian, kenyataan membuktikan

bahwa pasangan ini masih bisa mempertahankan keluarganya dengan cukup baik

hingga saat ini, hal ini menjadi menarik, mengingat dalam upaya membentuk

keluarga sakinah sangat dibutuhkan usaha dan kerja keras, lalu bagaimana upaya

keluarga tunanetra ini dalam membentuk keluarga sakinah. Berdasarkan realita

tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh yang dituangkan dalam bentuk

skripsi dengan judul “Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra membentuk

Keluarga Sakinah di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong – Tangerang

Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apa makna keluarga sakinah yang dipahami oleh pasangan tunanetra?

Page 14: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

5

2. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri bagi pasangan yang

tunanetra?

3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri tunanetra dalam

membentuk keluarga sakinah?

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pasangan tunanetra dalam

membentuk keluarga sakinah?

5. Bagaimana sikap negara bagi pasangan tunanetra dalam mewujudkan

keluarga sakinah?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar,

penulis membatasi masalah yang dikaji hanya berkaitan dengan pemahaman

pasangan suami istri tunanetra terhadap keluarga sakinah dan upaya mereka dalam

membentuk keluarga sakinah. Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan pasangan

suami istri tunanetra adalah pasangan suami istri yang keduanya tunanetra, suami

normal sedangkan istri tunanetra, dan suami tunanetra sedangkan istri normal.

Kemudian yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah sebuah keluarga yang

dibina atas perkawinan yang sah mampu memenuhi hajat spiritual dan material

secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga

dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,

menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan , ketakwaan dan akhlak mulia.

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong

Tangerang Selatan, mulai Januari 2018 sampai Maret 2018.

2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Bagaimana pemahaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin Serpong mengenai keluarga sakinah?

Page 15: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

6

b. Apa upaya pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul

Makfufin Serpong dalam pembentukan keluarga sakinah?

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka yang menjadi tujuan

dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pemahaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin Serpong mengenai keluarga sakinah

b. Untuk mengetahui upaya pasangan suami istri tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin Serpong dalam membentuk keluarga sakinah

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini selain bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca

pada umumnya, bahwa betapa pentingnya berkeluarga, rasa pengertian dan

saling menerima kondisi pasangan, sehingga tercipta suatu keluarga yang

tentram dan kuat dalam menghadapi tiap permasalahan yang ada dalam

membentuk keluarga sakinah

b. Sebagai sumbangan untuk memperkaya khazanah keilmuan khususnya

pada pembahasan keluarga sakinah bagi pasangan tunanetra, sehingga

kelak dapat dijadikan motivasi bagi penulis dan pembaca

.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan “yuridis

sosiologis”. Secara yuridis yang ditelaah yakni tentang peraturan perundang-

undangan hukum perdata khususnya dalam masalah pernikahan. Sedangkan dari

segi sosiologisnya dengan mengamati pendapat/tanggapan pasangan suami istri

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan mengenai

upaya pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga sakinah,

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (studi

lapangan), yaitu peneliti langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada

Page 16: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

7

objek yang dibahas, yakni dimaksudkan untuk mempelajari secara mendalam

mengenai suatu cara unit sosial. Dalam hal ini peneliti mencoba memahami

berbagai pendapat serta pengalaman pasangan suami istri tunanetra di Yayasan

Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan tentang keluarga sakinah serta

upaya pasangan suami istri tunanetra tersebut dalam membentuk keluarga

sakinah.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer, yakni data-data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, yang diperoleh

berupa data atau pendapat dari hasil wawancara dengan pasangan

suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong

Tangerang Selatan dan juga para pihak yang berkompeten.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data-data yang bukan diusahkan sendiri

oleh penelitii. Data sekunder ini meliputi dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian,

dan lainnya. Data sekunder ini membantu peneliti untuk mendapatkan

bukti maupun bahan yang akan di teliti, sehingga peneliti dapat

memecahkan atau menyelesaikan suatu penelitian yang baik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis,

karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Bila dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan interview atau

wawancara

Metode interview dalam pengumpulan data pada penelitian ini merupakan

primer atau utama. Adapun teknik yang digunakan adalah interview bebas

terpimpin, yaitu kombinasi antara interview terpimpin dalam pelaksanannya

pewawancara membawa serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci, serta

Page 17: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

8

dilaksanakan dalam suasana santai namun serius.5 Dengan kata lain, pewawancara

mengajukan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya, dan informan dapat

menjawab dengan bebas (tidak di tentukan oleh pewawancara tentang alternatif

jawabannya).

Di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong terdapat 8 (Delapan) Pasang

suami istri tunanetra, yang menjadi objek penelitian ini adalah sejumlah. 5 (Lima)

Pasang. Pasangan yang diteliti ditentukan oleh pengelola Yayasan Raudlatul

Makfufin dengan syarat memenuhi kriteria yaitu,

1) Suami Tunanetra & Istri Tunanetra berjumlah 2 pasang

2) Suami Tunanetra & Istri Normal berjumlah 3 Pasang.6

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, dengan

mengumpulkan dan menganalisis hal-hal yang berupa buku, makalah, artikel dan

sebagainya.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diproses dengan proses diatas, maka tahapan selanjutnya

adalah pengolahan data. Dan untuk menghindari agar tidak terjadi banyak

kesalahan dan mempermudah pemahaman maka peneliti dalam menyusun

penelitian ini akan melakukan beberapa upaya diantaranya adalah:

a. Editing

Editing merupakan proses penelitian kembali terhadap catatan,

berkas-berkas, informasi dikumpulkan oleh pencari data.7 Dalam hal

ini peneliti menganalisis kembali hasil penelitian yang didapatkan

5 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1993), h., 127-128 6 Pada dasarnya peneliti memberikan tiga kriteria pasangan untuk menjadi objek

penelitian, yaitu Suami&Istri tunaetra, suami Tunanetra & istri normal dan suami normal & istri

tunanetra, akan tetapi untuk kriteria ke-3 (suami normal & istri tunanetra) penulis tidak

mendapatkannya di lapangan. 7 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2006), h., 45

Page 18: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

9

seperti wawancara, observasi ataupun dokumentasi. Proses editing

diharapkan mampu meningkatkan kualitas data yang hendak diolah

dan dianalisis, karena bila data yang dihasilkan berkualitas, maka

informasi yang dibawapun juga ikut berkualitas.

b. Klasifikasi (pengelompokan)

Klasifikasi adalah mereduksi data yang ada dengan cara menyusun

dan mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam pola tertentu atau

permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya. Pada

penelitian ini, setelah proses pemeriksaan atas data-data yang diambil

dari masyarakat Kotalama selesai, kemudian data-data tersebut

dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori kebutuhan akan data-

data penelitian dimaksud, dengan tujuan agar lebih mudah dalam

melakukan pembacaan dan penelaahan. Disini peneliti menelaah

kembali data yang dihasilkan kemudian mengklasifikasikan sesuai

dengan data yang diperlukan.

c. Pemeriksaan (Verifying) Data

Setelah diklasifikasikan langkah yang kemudian dilakukan adalah

verifiikasi (pemeriksaan) data yaitu mengecek kembali dari data-data

yang sudah terkumpul untuk mengetahui keabsahan datanya apakah

benar-benar sudah valid dan sesuai dengan yang diharapkan oleh

peneliti. Dalam tahap verifikasi, peneliti dapat meneliti kembali

mengenai keabsahan datanya di mulai dari responden, apakah

responden tersebut termasuk yang diharapkan peneliti atau tidak.

d. Analisis Data

Langkah selanjutnya adalah menganalisis data-datayang sudah

terkumpul kemudian mengkaitkan antara data-data yang sudah

terkumpul dari proses pengumpulan data yaitu melalui wawancara dan

observasi dengan sumber datanya seperti buku-buku Ensiklopedi,

kitab-kitab, jurnal dan lain sebagainya untuk memperoleh hasil yang

lebih efisien dan sempurna sesuai dengan yang peneliti harapkan.

Page 19: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

10

Metode analisis yang dipakai penulis adalah deskriptif kualitatif,

yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena

dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan.

e. Kesimpulan

Setelah proses analisa data selesei, maka dilakukan kesimpulan

dari analisis data untuk menyempurnakan penelitian tersebut, dengan

tujuan untuk mendapatkan suatu jawaban dari hasil penelitian yang

dilakukan

5. Teknik Penulisan

Adapun Teknik penulisan menggunakan buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2017”

F. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga membaca, menelaah serta

mengambil teori dari studi-studi terdahulu, diantaranya :

1. Skripsi dengan judul “Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single

Parent”(Studi kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten

Gresik) oleh Lailatul Furqoniyah, mahasiswa Peradilan Agama Fakultas

Syariah dan Hukum, Tahun 2014 dibawah bimbingan Drs. Abu Thamrin,

SH., M.Hum. Skripsi ini membahas terkait bagaimana keluarga single

parent dalam memandang keluarga sakinah . Kesimpulannya adalah, para

pelaku single parent memahami konsep keluarga sakinah, hanya saja

dalam kenyataanya, para suami atau istri pekaku single parent harus

menjalani peran ganda, baik sebagai suami maupun istri.

2. Skripsi dengan judul “Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Kehidupan

Perkawinan Keluarga/Pasangan Tunanetra” (Studi di ITMI (Ikatan

Tunanetra Muslim Indonesia) Kabupaten Sleman) oleh Rusia Ningsih,

mahasiswa Al Akhwal Asy Syakhsiyyah Fakultas Syariah, UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009 dibawah bimbingan Lebba, S.Ag., M.Si.

Page 20: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

11

Skripsi ini membahas terkait bagaimana pasangan suami istri tunanetra

dalam menjalankan kehidupannya, yang berkaitan dengan hak dan

kewajibannya dalam keluarga. Kesimpulan nya adalah, pasangan suami

istri harus menerima satu sama lain, saling menjaga, memahami,

pengertian dan tak banyak menuntut, sehingga tercipta saling menjalankan

kewajiban serta mendapatkan hak dalam keluarga.

Dari 2 (dua) penelitian tersebut penulis mendapatkan kesimpulan

bahwasanya tampak bahwa apa yang penulis lakukan berbeda dengan apa yang

sudah dilakukan keduanya. Mereka menitik beratkan kepada hal-hal yang

mengenai pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, sedangkan penulis lebih

kepada bagimana pemahaman suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah dan

apa upaya keduanya untuk membentuk keluarga sakinah.

Disamping perbedaan pembahasan penelitian, perbedaan juga terdapat

pada lokasi penelitian. Keduanya melakukan penelitian di Desa Gumeng

Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik dan di ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim

Indonesia) Kabupaten Sleman. Sedangkan penulis melakukan penelitian di

Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong Tangerang Selatan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, Peneliti akan memberikan gambaran

mengenai hal apa saja yang akan dilakukan. Maka secara garis besar gambaran

tersebut dapat dilihat melalui sistematika skripsi berikut ini :

Bab pertama, merupakan Pendahuluan yang berisikan latar belakang

masalah, Identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu serta sistematika

penulisan.

Bab kedua berisikan tinjauan umum tentang Pernikahan, Keluarga Sakinah

dan Tunanetra, diawali dari pengertian pernikahan, tujuan pernikahan, rukun dan

syarat pernikahan, hukum pernikahan serta hak dan kewajiban suami istri dalam

pernikahan. Kemudian membahas keluarga sakinah, diawali dari penegertian

Page 21: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

12

keluarga sakinah, unsur-unsur keluarga sakinah, kriteria keluarga sakinah serta

upaya pembentukan keluarga sakinah. Selanjutnya membahas tunanetra, diawali

dengan pengertian tunanetra, klasifikasi tunanetra dan dampak tunanetra.

Bab ketiga berisikan gambaran umum tentang Yayasan Raudlatul

Makfufin dimulai dari deskripsi singkat Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi

letak geografis, kedudukan lembaga, tugas dan wewenang serta struktur

organisasi dan kegiatan lembaga, selanjutnya membahas Deskripsi Singkat

Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi kondisi umum penghuni,

kondisi sosial pendidikan, kondisi sosial keagamaan dan kondisi sosial ekonomi,

selanjutnya membahas deskripsi singkat kehidupan pasangan tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi pengalaman hidup dari 5 (Lima)

pasangan suami istri tunanetra

Bab keempat berisikan tentang Pengalaman Pasangan Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makfufin yang berisi hasil penelitian dan analisis, seperti

pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah, serta upaya

mereka dalam membentuk keluarga sakinah

Bab kelima, penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan

kesimpulan dan saran-saran

Page 22: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

13

BAB II

PERNIKAHAN, KELUARGA SAKINAH DAN TUNANETRA

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Nikah berasal dari kata nakaha, yankihu, nikahan yang berarti

mengumpulkan. Menurut bahasa, nikah berarti suatu ikatan (akad) pernikahan

dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.1 Nikah juga berarti penggabungan

dan percampuran. dan bisa juga berarti kebersamaan, berkumpul, dan menjalin

ikatan antara suami istri.2

Nikah menurut bahasa adalah al-jam’u dan ad-dhamu yang artinya

kumpul atau bercampur. Maka nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu at-tazwij

yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan wath’u al-zaujah yang bermakna

menyetubuhi istri.3

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nikah berarti perjanjian antara

seorang laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri secara resmi.4 Sedangkan

kata nikah menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau persetubuhan.5

Sedangkan menurut istilah syara’ nikah adalah akad yang meliputi rukun-

rukun dan syarat-syarat dengan tujuan istima’, menjalin rasa kasih sayang untuk

mencaai kepuasan lahir batin untuk menghindari pandangan mata yang haram

serta melestarikan keturunan yang shaleh.6 Dalam keterangan lain, nikah adalah

akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai pustaka, 1994), Cet. Ke-3, edisi ke-2, h., 179 2 Musifin As’ad dan H.Salim Basyarahil, Pernikahan dan Masalahnya.(Jakarta : Pustaka

Al-kautsar, 2002), hal., 17 3 Amir Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), h., 37 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h., 614 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h., 456 6 Syamsudin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib, Pengantar Fiqih Imam Syafi’I,

(Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010), h., 247

Page 23: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

14

memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.7

Dalam Islam pernikahan merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan

karena hal itu merupakan cara yang dipilih Allah SWT untuk melestarikan

kehidupan manusia dalam mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan hidup.8

Di dalam Al-Qur’an pernikahan banyak terdapat dalam beberapa ayat,

diantaranya dalam surat yasin (36): 36:

ا تنبت ال ا ال يعلم نفسهم وم رض ومن أ سبحان الذي خلق الزواج كلها مم ون م

Artinya: “Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,

baik apa yang ditumbuhkan dari bumi dan dari diri mereka maupun apa yang

tidak mereka ketahui”.

Dalam surat An Nisa (4): 1:

اس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما يا أيها الن

ثيرا ونساء رجاال ك

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya,

dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak”.

Dalam surat an nahl (16): 72:

جا وجعل لكم ن أنفسكم أزو جعل لكم م جكم م وٱلل بنين وحفدة ن أزو

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kami sendiri dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu”

Dalam Al-Quran sebagaimana diatas sudah jelas bahwa status ikatan

pernikahan adalah merupakan ikatan yang kokoh dan perjanjian yang kokoh

7 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada

Media, 2004), h., 12 8 As-Sayid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Anabi, 1973), h., 6

Page 24: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

15

(mitsaqan ghalidzan), oleh karena itu, maka pernikahan harus dilakukan secara

benar.

Secara istilah nikah dapat didefinisikan sebagaimana yang dijelaskan oleh

beberapa ulama, yaitu :

a. Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam kitabnya al-Mahalli

وشرعا يتضمن اباحة وطئ بلفظ انكاح او تزويج

“Nikah menurut syara’ (istilah) adalah suatu akad yang membolehkan

wath’I (hubungan seksual) dengan menggunakan lafadz Inkah atau

Tazwij”.9

b. Menurut Imam Syafi’I :

ن ملك وط ما انكاح او تزويج او معناه ئ بلفظ النكاح بانه عقد يتضم

“Adakalanya suatu akad yang mencangkup kepemilikan terhadap wath’I

dengan lafadz inkah atau tazwij atau dengan menggunakan lafaz yang

semakna dengan keduanya”.10

c. Menurut Imam Hambali

ى منفعة االستمتاع عقد بلفظ انكاح او تزويج علالنكاح هو

“suatu akad yang dilakukan dengan menggunakan lafaz inkah atau tazwij

untuk mengambil kenikmatan (kesenangan).11

d. Menurut Imam Maliki

بينة قبلة غيرية غير موجب قيمتها بالنكاح بانه عقد على مجرد متعة التلدد بادم

“nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum semata-

mata untuk membolehkan watha’, bersenang-senang dan menikmati apa

yang ada pada diri seseorang perempuan yang boleh dinikahinya.

e. Menurut Imam Hanifah

اح بانه عقد يفيد ملك المتعة قصداالنك

“Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan dengan

sengaja”.

9 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli, Juz III, (Indonesia, Nur Asia, t,th), h., 206 10 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli, h., 3 11 Jalaluddin Al-Mahalli, Al-Mahalli,, h., 4

Page 25: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

16

Adapun asas pernikahan dalam Islam adalah monogami (tawahud al-

zawj), sedangkan prinsip pernikahan adalah kerelaan (al-taraadli), kesetaraan (al-

musawah), keadilan (al-adalah) , kemaslahatan (al-maslahah), pluralisme (al-

ta’addudiyah), dan demokrasi (al-muqrathiyah). Asas-asas dan prinsip pernikahan

tersebut berpegang pada konsep al-kulliyatu al-khams/ad-dharuriyat al-khams

yaitu menjaga agama, akal. Jiwa, keturunan dan harta sebagai dasar filosofinya.12

Dalam hukum positif pernikahan di jelaskan dalam Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu : “Perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarakan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.13

Ada beberapa hal dari rumusan tersebut yang perlu di perhatikan :14

Pertama, digunakannya kata “seorang pria dengan seorang wanita”

mengandung arti bahwa pernikahan itu hanyalah antara jenis kelamin yang

berbeda. Hal ini menolak pernikahan sesame jenis yang waktu ini telah dilegalkan

oleh beberapa negara barat.

Kedua, digunakannya ungkapan “sebagai suami istri” mengandung arti

pernikahanitu adalah bertemunya jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah

tangga, bukan hanya dalam istilah “hidup bersama”.

Ketiga, dalam definisi tersebut disebutkan tujuan pernikahan, yaitu

membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, yang menafikan sekaligus

pernikahan temporal sebagaimana yang berlaku dalam pernikahan mut’ah dan

pernikahan tahlil.

Keempat, disebutkannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

menunjukan bahwa pernikahan itu bagi Islam adalah peristiwa agama dan

dilakukan untuk memenuhi perintah agama.

12 Tim Pengurus Utama Gender, Pembaruan Hukum Islam, CLD KHI, (Jakarta: Depag

RI, 2004), h., 142 13 Undang-undang perkawinan: UU No, 1 Th. 1974, PP No.9 Th. 197, PP No.10 Th.1983,

(Semarang:Beringin Jaya), h., 7 14 Mardani, Hukum Pernikahan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011), h., 5

Page 26: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

17

Pencantuman berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena

Negara Indonesia berdasarkan kepada pancasila yang sila pertamanya berbunyi

Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa pernikahan

mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian, sehingga

pernikahan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani tetapi juga memiliki

unsur batin atau rohani.15

Sedangkan dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam tentang Dasar-dasar

Pernikahan menyebutkan bahwa : “Pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau

mitsaqon ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah”.16 Kata mitsaqan ghalidzan tersebut diambil dari firman

Allah SWT dalam surat An-Nisa (4): 21:

اقا غليظاذن منكم ميث أفضى بعضكم إلى بعض وأخ وكيف تأخذونه وقد

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan

kepada istrimu, padahal. Sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang

lain sebagi suami istri , dan merka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu

perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalidzan)”.

2. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir dan batinnya, sehingga timbullah

kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.17

Dalam keterangan lain, tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk

memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, untuk berhubungan antara laki-laki

dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan

dorongan dasar cinta kasih, serta untuk memperoleh keturunan yang sah dalam

15 Amir Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2004), h., 43 16 Tim Tedaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2011),

h., 2 17 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h., 22

Page 27: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

18

masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariah

sehingga dari keluarga-keluarga itu akan membentuk suatu umat, yaitu umat

Islam.18

Selain itu ada pendapat yang mengatakan bahwa tujuan pernikahan dalam

Islam selain untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani manusia, juga

sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan

dalam menjalankan hidupnya di dunia ini, juga untuk mencegah perzinahan, agar

tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman

keluarga dan masyarakat.19.

Dalam hukum positif, tujuan pernikahan tertera jelas dalam Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang merumuskan bahwa:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarakan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Dari rumusan tersebut dapat dimengerti bahwa tujuan pokok pernikahan

adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu

saling membantu agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya,

membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Selain itu, tujuan

material yang akan diperjuangkan oleh suatu perjanjian pernikahan mempunyai

hubungan yang erat sekali dengan agama, sehingga bukan saja mempunyai unsur

lahir atau jasmani, tetapi unsur batin atau rohani juga yang mempunyai peranan

penting.

Jadi, pernikahan adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang

laki-laki dan perempuan dengan tujuan material, yaitu membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

sebagai asas pertama dalam pancasila. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan

pernikahan dapat dirumuskan sebagai berikut :20

18 M. Thalib, Analisa dan Bimbingan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h., 119 19 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, (Jakarta: Bulan

Bintang,1987), h., 13 20 Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis Drai Undang-Undang No. 1

Tahun 1974, (Jakarta: Bumi Askara, 1996), h., 21

Page 28: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

19

a. Melaksanakan ikatan pernikahan antara pria dan wanita yang

sudahdewasa guna membentuk kehidupan rumah tangga

b. Mengatur kehidupan seksual antar seorang laik-laki dan perempuan

sesuai dengan ajaran dan firman Tuhan Yang Maha Esa

c. Memperoleh keturunan untuk melanjutkan kehidupan kemanusiaan

dan selanjutnya memelihara pembinaan terhadap anak-anak untuk

masa depan

d. Memberikan ketetapan tentang hak kewajiban suami dan istri dalam

membina kehidupan keluarga

e. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang terartur, tentram dan damai

dalam suatu ikatan pernikahan

3. Rukun dan Syarat Pernikahan

Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya

sesuatu pekerjaan, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian perkerjaan itu.21

Adapun rukun nikah adalah:

a. Mempelai laki-laki

b. Mempelai perempuan

c. Wali

d. Dua orang saksi

e. Sighat ijab Kabul

Sedangkan syarat adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah

atau tidaknya suatu pekerjaan, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu.

Adapun syarat pernikahan adalah :

a. Syarat-syarat suami

1) Bukan mahram dari calon istri

2) Tidak terpaksa atas kemauan sendiri

3) Orang nya tertentu, jelas orangnya

21 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Press, 2009),

h., 12

Page 29: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

20

4) Tidak sedang ihram

b. Syarat-syarat istri

1) Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan

mahram, tidak sedang dalam iddah

2) Merdeka, atas kemauan sendiri

3) Jelas orangnya

4) Tidak sedang berihram

c. Syarat-syarat wali

1) Laki-laki

2) Baligh

3) Waras akalnya

4) Tidak dipaksa

5) Adil

6) Tidak sedang ihram

d. Syarat-syarat saksi

1) Laki-laki

2) Baligh

3) Waras akalnya

4) Adil

5) Dapat mendengar dan melihat

6) Bebas, tidak dipaksa

7) Tidak sedang mengerjakan ihram

8) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab kabul

4. Hukum Pernikahan

Syariat nikah berupa anjuran dan beberapa keutamaannya merupakan

realita yang tidak ada perdebatan di dalamnya. Nikah pada satu sisi adalah sunnah

yang dilakukan para Nabi dan Rasul dalam upaya penyebaran dan penyampaian

Risalah Illahiyah. Nikah pada sisi yang lain, berfungsi sebagai penyambung

Page 30: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

21

keturunan agar silsilah keluarga tidak terputus yang berarti terputusnya mata

rantai sejarah dan hilangnya keberadaan status sosial seseorang.22

Kesinambungan mata rantai sebuah keluarga amat penting bagi generasi

hadapan agar mereka berkaca dan meneladani hal-halyang baik dan menjauhi hal-

hal yang buruk. Meskipun demikian, tidak berarti diambil kesimpulan bahwa

menikah menjadi sesuatu hal yang mutlak adanya tanpa melihat beberapa kondisi

pendukungnya.

Untuk mengetahui kedudukan nikah dilihat dari sudut pandang hukum

perlu dikemukakan beberapa hukum nikah. Menurut perspektif fikih, nikah

disyariatkan dalam Islam berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma’. Ayat

yang menunjukan nikah disyariatkan adalah firman Allah dalam surat An-Nur

(24): 32, berikut :23

الحين من عبادكم و إمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم هللا و أنكحوا اليامى منكم و الص

ليم واسع ع من فضله و هللا

Artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-

orang yang layak (untuk kawin) diantara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki

dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memeberikan kemampuan kepada merek adengan karunia-Nya".

Tentang hukum melakukan pernikahan, Ibnu Rusyd menjelaskan

segolongan fuqoha, yakni jumhur ulama berpendapat bahwa nikah itu hukumnya

sunnah, golongan Zahiriah berpendapat bahwa nikah itu hukumnya wajib, para

ulama Malikiyah Mutaakhiriin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian

orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah bagi segolongan yang lain.24

Hukum nikah sangat erat hubungannya dengan pelakunya, dilihat dari segi

kondisi orang yang melaksanakan serta tujuan melaksanakannya, maka

22 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, .(Jakarta : Prima Heza Lestari), h., 7 23 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,

(Jakarta:Elsas, 2008), h.,4-5 24 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakaha., h., 16

Page 31: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

22

melakukan pernikahan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunat, haram, makruh

ataupun mubah.25

a. Hukum wajib mekakukan pernikahan

Orang yang diwajibkan kawin, ialah orang yang sanggup untuk kawin,

sedang ia khawatir terhadap dirinya akan melakukan p0erbuatan yang dilarang

Allah melakukannya. Sehingga melakukan pernikahan merupakan satu-satunya

jalan baginya untuk menhindakan diri dari perbuatan yang dilarang Allah,

berdasarkan hadist Nabi SAW :

عن عبد هللا بن مسعود قال : قال لنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يا معشر الشباب ،

، ومن لم يستطع من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر ، وأحصن للفرج

فعليه بالصوم فإنه له وجاء )رواه بخارئ مسلم(

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, telah berkata kepada kami

Rasulullah SAW: “Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah

sanggup kawin, maka hendaklah ia kawin, maka sesungguhnya kawin itu

menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama) dan memlihara

faraj. Dan barang siapa yang tidak sanggup, hendaklah ia bepuasa, karena puasa

itu adalah perasai baginya”. (HR. Bukhori dan Muslim).26

b. Hukum Sunnah melakukan pernikahan

Orang yang telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk

melangsungkan pernikahan, tetapi kalau tidak nikah tidak dikhawatirkan berbuat

zina, maka melakukan pernikahan bagi orang tersebut adalah sunnat. Alasannya

anjuran Al-Quran seperti dalam surat An-Nur ayat 32 dan hadist Nabi yang

diriwayatkan Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud tersebut berbentuk

perintah, tetapi berdasarkan qarinah-qarinah yang ada, perintah Nabi tidak

memfaedahkan hukum wajib, tetapi hukum sunnat saja.27

25 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, h., 18 26 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, t.th), h., 304 27 Abdul Rahman Ghozali, Fikih Munakahat, h., 20

Page 32: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

23

c. Hukum Haram melakukan pernikahan

Melakukan pernikahan menjadi haram apabila orang yang melakukannya

tidak mempunyai keinginan dan kemampuan, serta tanggung jawab untuk

menjalankan kewajiban-kewajibandalam berkeluarga. Disamping itu haram

hukumnya bagi orang yang yakin akan menzalimi dan membawa mudharat

kepada istrinya karena ketidakmampuan dalam member nafkah lahir batin.28 Allah

SWT berfirman dalam surat al-baqarah (2): 195 :

لى التهلكة وال تلقوا بأيديكم إ

Artinya: "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan".

d. Hukum makruh melakukan pernikahan

Orang yang makruh melakukan pernikahan ialah orang yang tidak

mempunyai kesanggupan untuk kawin (dibolehkan melakukan pernikahan tetapi

ia dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan pernikahannya),29 karena itu

dianjurkan sebaiknya ia tidak melakukan pernikahan. Firman Allah SWT dalam

surat An-Nur (24): 33 :

هللا من فضله ا حتى يغنيهم و ليستعفف الذين ال يجدون نكاح

Artinya: Hendaklah menahan diri orang-orang yang tidak memperoleh (alat-alat)

utnuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebahagiaan karunia-Nya”.

e. Hukum Mubah melakukan Pernikahan

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi

apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila

melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri. Pernikahan orang tersebut

hanya didasarkan untuk meemnuhi kesenangan bukan dengan tujuan menjaga

kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera. Hukum mubah ini juga

28 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h., 6 29 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Pernikahan, h., 24

Page 33: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

24

ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya itu sama,

sehingga menimbulkan keraguan orang yang akan melakukan kawin.30

Sedangkan, jika dilihat dari hukum Indonesia, maka tak lepas dari

Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, berdasarkan pasal 2 ayat

(1), perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya. Serta pasal dua ayat (2), menyatakan tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku. Sehingga,

setiap perkawinan harus tercatat di Kantor Urusan Agama.31.

Hukum pernikahan didasarkan pada alasan pernikahan, yang

dikelompokan menjadi lima, yaitu:

1) Wajib, bagi seseorang yang sudah cukup umur, mampu member

nafkah, dan khawatir tidak mampu menahan nafsu atau takut berzina

2) Sunnah, bagi seseorang yang sudah mempunyai kemampuan member

nafkah dan berkeinginan melangsungkan pernikahan

3) Haram. Bagi seseorang yang mempunyai maksud menyakiti hati

suami/istri atau menyia-nyiakannya

4) Mubah, bagi seseorang yang belum mampu memberi nafkah,

sementara dirinya tidak mampu menahan nafsu dan khawatir akan

berzina

5) Makruh, bagi orang yang belum sanggup memberikan nafkah,

sementara dia masih mampu menahan nafsu yang mengarah pada

zina.32

30 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Pernikahan, h., 25 31 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, (Jakarta:

BKKBN, 2004), h., 3 32 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4

Page 34: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

25

Melihat dari penjelasan diatas, menurut penulis seseorang dapat dihukumi

wajib, sunah, haram, makruh ataupun mubah dalam melakukan pernikahan yaitu

dengan melihat dari kondisi orang tersebut.

5. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Pernikahan

Apabila akad nikah telah berlangsung dan memenuhi syarat rukunnya,

maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akad tersebut menimbulkan

juga hak serta kewajibannya selaku suami istri dalam keluarga, yang meliputi hak

suami istri secara bersama, hak suami atas istri, dan hak istri atas suami,

diantaranya:33

a. Hak dan kewajiban suami istri

Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya

masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan

hatisehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan

demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan

tuntunan agama, yaitu sakinah, mawadah, dan rahmah.

1) Hak bersama suami istri

Dengan adanya akad nikah, maka antara suami dan istri

mempunyai hak dan tanggung jawab secara bersama, yaitu sebagai

berikut:34

a) Suami dan istri dihalalkan mengadakan hubungan seksual.

Perbuatan ini merupakan kebutuhan suami istri yang

dihalalkan secara timbale balik, suami halal melakuka apa saja

terhadap istrinya, demikian pula sebaliknya. Mengadakan

kenikmatan hubungan merupakan hak bagi suami istri yang

dilakukan secraa bersamaan

33 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h.,153 34 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h.,155

Page 35: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

26

b) Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun

istri tidak boleh melakukan pernikahan dengan saudaranya

masing-masing

c) Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling

mewarisi apabila salah seorang diantara keduanya telah

meninggal meskipun belum bersetubuh

d) Anak mempunyai nasab yang jelas

e) Kedua belah pihak wajib bertingkah laku dengan baik

sehingga dapat melahirkan kemesraan dalam kedamaian

hidup.

2) Kewajiban bersama suami istri

Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa, kewajiban

suami istri, secara rinci adalah sebagai berikut:35

a) Suami istri memilkul kewajiban yang luhur untuk menegakan

rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang

menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat

b) Suami istri wajib saling mencintai, menghormati, setia, dan

memberi bantuan lahir batin

c) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan

memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan

jasmani, rohani, maupun kecerdasannya, serta pendidikan

agamanya

d) Suami istri wajib memelihara kehormatannya

e) Jika suami istri melalaikan kewajibannya, masing-masing

dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama.

35 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat., h.155

Page 36: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

27

3) Hak dan Kewajiban Suami terhadap Istri

a) Hak suami atas istri

Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya, yang paling

pokok adalah :

(1) Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat

(2) Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami

(3) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat

menyusahkan suami

(4) Tidak bermuka masam di hadapan suami

(5) Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami36

b) Kewajiban Suami terhadap Istri

Kewajiban suami terhadap istri mencangkup kewajiban materi

berupa kebendaan dan kewajiban non materi yang bukan berupa

kebendaan. Kewajiban materi berupa kebendaan tentu sesuai dengan

penghasilan suami, kewajiban materi berupa kebedaan seperti:

(1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal

(2) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan

bagi istri dan anak

(3) Biaya pendidikan bagi anak

c) Kewajiban Istri terhadap Suami

Diantara beberapa kewajiban seorang istri terhadap suami adalah

sebagai berikut:

36 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, h., 158

Page 37: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

28

(1) Taat dan patuh kepada suami

(2) Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman

(3) Mengatur rumah dengan baik

(4) Menghormati keluarga suami

(5) Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami

(6) Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk

maju

(7) Ridha dan syukur terhadap apa yang diberikan suami

(8) Selalu berhemat dan suka menabung

(9) Selalu berhias, bersolek untuk atau di hadapan suami

(10) Jangan selalu cemburu buta

Selain penjelasan diatas, dalam Undang-undang Perkawinan ada Bab

tersendiri yang mengatur mengenai Hak dan Kewajiban Suami Istri, yaitu

berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tetang Perkawinan, suami istri

memiliki kewajiban sebagai berikut :37

a. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup

bermasyarakat

b. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum

c. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga

d. Suami istri mempunyai tempat kediaman yang tetap

e. Suami istri wajib saling mencintai, hormat-menghormati. Setia

member bantuan kahir, dan batin kepada pasangannya

37 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, (Jakarta:

BKKBN, 2004), h., 5

Page 38: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

29

f. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya

g. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya

h. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Bagaimanapun hak dan kewajiban tersebut hendaklah dilakukan

sebagaimana yang tertuang dalam pasal 33 undang-undang perkawinan, dimana

suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia, dan

memberikan bantuan lahir batin yang satu pada yang lain.

Dalam satu keluarga, tak lengkap jika rasanya hanya terdiri dari pasangan

suami-istri, tentu hadirnya seorang anak akan melengkapi susunan keluarga

tersebut, namun hal ini tentu berlaku otomatis bagi orangtua untuk melaksanakan

kewajibannya terhadap anak, dan anak itu sendiri berhak mendapatkan hak-

haknya sebagai seorang anak. Di Indonesia, anak-anak dilindungi oleh Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

(UUPA). Dan kewajiban anak terhadap orang tua pun terdapat didalamnya, yaitu

pada Pasal 26 Ayat 1UUPA yang menyebutkan bahwa “orang tua berkewajiban

dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi

anak; membiayai mulai dari pangan, sandang, pendidikan; menumbuh

kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; dan mencegah

terjadinya perkawinan pada usia anak-anak”.38

Oleh karena itu, ayah ibu dan anak merupakan satu paket lengkap dalam

sebuah keluarga, seperti yangtelah tertuang pada UU No. 52 Tahun 2009 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, disebutkan bahwa

“keluarga adalah untit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau

suami, istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. Tugas utama

keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota

keluarganya mencangkup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, pembimbingan

38 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 8

Page 39: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

30

perkembangan kepribadian anak-anak, dan memenuhi kebutuhan emosional

anggota keluarganya”.39

B. Keluarga Sakinah

1. Pengertian Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan sakinah.

Keluarga dalam istilah fikih disebut Usrah atau Qirabah yang telah menjadi

bahasa Indonesia yakni kerabat.40 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

keluarga adalah sanak saudara.41 Sedangkan kata sakinah dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah damai, tempat yang aman dan damai. Sakinah berasal

dari kata “sakana-yaskunu-sakinatan” yang berarti rasa tentram, rasa aman, dan

damai.42

Kata sakinah berasal dari sakana yang mempunyai makna berlawanan

(antonim) dari guncangan atau gerakan. Dari sini muncul kata sakan (tempat

tinggal menetap) yang berarti segala sesuatu yang membuat seseorang menetap

padanya karena kecintaan. Begitu pula kata sikkin (pisau) karena dipakai

menyembelih dan karenanya mendiamkan semua gerakan sembelihan, lalu kata

sakinah yang berarti ketenangan atau kedamaian (al-waqar). Menurut Ibnu

Abbas, sebagaimana dikutip dalam Tajul-‘Arus min Jawahiril-Qamus, bahwa

semua kata sakinah dalam Al-Qur’an mempunyai makna tenteram, damai, tenang

(tuma’ninah).43

Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang,

tentram, rukun, dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan

39 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 14 40 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Jakarta:

Departemen Agama, 1984/1985), Jilid II, Cet. Ke-2, h., 156 41 Muhamad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tt), h., 175 42 Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) h.,

851 43Departemen Agama RI, Membangun Keluarga Harmonis (Tafsir Al-Qur’an Tematik),

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), h., 2-4.

Page 40: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

31

harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan

kasih sayang.44

Keluarga sakinah adalah keluarga yang mebndapatkan limpahan rahmat

dan berkah dari Allah, menjadi dambaan dan idaman setiap insane sejak

merencanakan pernikahan, serta merupakan tujuan dari pernikahan itu sendiri.45

firman Allah dalam Surat Ar-Rum (30): 21 :

ة إن ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم

في ذلك آليات لقوم يتفكرون

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa keluarga sakinah merupakan impian dan

harapan setiap muslim yang melangsungkan pernikahan dalam rangka melakukan

pembinaan keluarga. Demikan pula dalam keluarga terdapat peraturan-peraturan

baik yang secara rinci maupun global yang mengatur tiap individu maupun

keseluruhanya sebagai kesatuan. Islam memberikan ajaran agar rumah tangga

menjadi surga yang dapat menciptakan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan.

Dalam upaya mengantisipasi pengaruh budaya luar yang negativ. Demikanlah ciri

khas keluarga sakinah yang Islami. Mereka (suami- istri) berserikat dalam rumah

tangga itu untuk berkhidmat pada aturan dan beribadah kepada Allah SWT.46

Berdasarkan Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan

Haji Nomor : D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga

Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa Keluarga Sakinah adalah keluarga

yang dibina atas pernikahan yang sahm mampu memenuhi hajat spiritual dan

material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota

44 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4,

h., 16 45 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, h., 17 46 Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, (Surakarta: Intermedia,

2001), Cet Ke-3, h., 37

Page 41: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

32

keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,

menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak

mulia.47

Dalam beberapa definisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

keluarga sakinah adalah sebuah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang hidup secara harmonis, diliputi rasa kasih sayang,

terpenuhinya kebutuhan setiap anggota keluarga, baik lahir maupun batin secara

seimbang dan didalamnya terdapat ketenangan, kedamaian serta mengamalkan

ajaran agama sekaligus merealisasikan akhlak mulia.

2. Unsur-unsur Keluarga Sakinah

Suatu keluarga dapat disebut keluarga sakinah apabila telah memenuhi

kriteria antara lain:48 kehidupan keagamaan dalam keluarga, dari segi

keimanannya kepada Allah murni tidak melakukan kesyirikan, taat terhadap

ajaran Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada Rasulullah dengan mengamalkan

misinyang diembannya, mengimani kitab-kitab Allah dan Al-Qur’an, mempelajari

dan memperdalam maknanya, mengimani yang ghaib, hari pembalasan serta

mengimani qadla dan qadar, sehingga ia berupaya untuk mencapai yang terbaik,

sabar dan tawakal menerima qadar Allah. Dari segi ibadah, mampu melaksanakan

ibadah sunnah seperti shalat dhuha, puasa sunnah senin dan kamis dan

sebagainya.

Dari segi pengetahuan agama, memiliki semangat untuk memepelajari,

memahami dan memperdalam ajaran islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak

yang mulia, disamping itu kondisi rumah nya islami.

Di samping itu pendidikan keluarga dalam suatu keluarga, orang tua

mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi terhadap pendidikan formal

bagi setiap anggota keluarga, membudayakan suka membaca, mendorong anak-

47 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama

Provinsi Jawa Barat, 2004), h., 21 48 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007) h.,

8

Page 42: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

33

anak untuk melanjutkan dan menyelesaikan sekolahnya terutama bila mampu

sampai tingkat sarjana

Selanjutnya kesehatan keluarga, semua anggota keluarga menyukai

olahraga, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit segera menggunakan

pertolongan puskesmas atau dokter, mendapatkan imunisasi pokok, keadaan

rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah sehat, mendapatkan

cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar, lingkungan rumah

bersih ada saluran pembuangan air, tidak terdapat sarang nyamuk dan sebagainya.

Kemudian ekonomi keluarga, suami atau istri mempunyai penghasilan

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, pengeluaran tidak melebihi

penghasilan yang cukup mampu menabung, kebutuhan pokok yang harus

dipenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sandang, tempat tinggal, pendidikan,

kesehatan dan sebagainya

Terakhir hubungan sosial keluarga yang harmonis, hubungan suami istri

saling mencintai, menyayangi, menghormati, mempercayai, membantu, saling

terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan saling memaafkan.

Demikian pula hubungannorang tua tehadap anak, orang tua mampu menunjukan

rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan perhatian, bersikap adil, mampu

membuat suasana terbuka sehingga anak merasa bebas mengutarakan

permasalahannya sehingga suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat

bernaung yang indah, aman dan segar.49

Begitu pula hubungan anak dan orang tua, anak terhadap orang tua

berkewajiban menghormati, mentaati dan menunjukan cinta dan kasih sayangnya

terhadap orang tua dan tak kalah pentingnya si anak selalu mendoakannya.

Sedangkan hubungan dengan tetangga, diupayakan menjaga keharmonisan

dengan jalan saling menolong, menghormati, mempercayai dan mampu ikut

berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya dan ikut berduka atas duka

tetangganya, mampu tidak bermusuhan dan mampu saling memaafkan

Keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan

keluarga terpenuhi dengan mewujudkan kehidupan bersama, menciptakan suasana

49 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah, h., 15

Page 43: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

34

keislaman, pendidikan keluarga yang mantap, kesehatan yang terjamin, ekonomi

keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga harmonis dan terjalin

hubungan yang baik. Inilah gambaran keluarga sakinah sebagai upaya membina

bangsa, sebab keluarga merupakan miniature masyarakat dan bangsa.50

3. Kriteria dan Tahapan Keluarga Sakinah

Dalam Program Pembinaan Keluarga Sakinah disusun kriteria-kriteria

umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah

I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III Plus yang

dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut :51

a. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui

ketentuan pernikahan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar

spiritual dan material (basic need) secara mnimal, sepeti keimanan,

shalat, zakat fitrah, puasa, sndang, pangan, papan dan kesehatan.

b. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan

yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material

secara minimal tetapi masih belum bisa memenuhi psikologisnya

seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam

keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan

lingkungannya.

c. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan

yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan

kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan

ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu

mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi

belum mampu mengahayati serta mengembangkan nilai-niali

keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal

jariyah, menabung dan sebagainya.

50 Imam Musbikin, Membangun Keluarga Sakinah, h., 9 51 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21-25

Page 44: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

35

d. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh

kebutuhan keimanan, ketaqwan, akhlaqul karimah, sosial psikologis,

dan pengembangan keluarganya, tetepi belum mampu menjadi suri

tauladan bagi lingkungannya

e. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga yang telah dapat memeuhi

seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah secara

sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta

dapat menjadi suri teladan bagi lingkungannya.

Untuk mengukur keberhasilan program keluarga sakinah tersebut

ditentukan tolak ukur masing-masing tingkatan. Tolak ukur ini juga dapat

dikembangkan sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya. Adapun tolak ukur umum

adalah sebagai berikut:52

a. Keluarga Pra Sakinah

1. Keluarga dibentuk tidak melalui pernikahan yang sah

2. Tidak sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku

3. Tidak memiliki dasar keimanan

4. Tidak melakukan shalat wajib

5. Tidak mengeluarkan zakat fitrah

6. Tidak menjalankan puasa wajib

7. Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis

8. Termasuk kategori fakir atau miskin

9. Berbuat asusila

10. Terlibat perkara-perkara kriminal

b. Keluarga Sakinah I

1. Pernikahan sesuai dengan peraturan syariat dan UU nomor 1 tahun

1974 tentang pernikahan

52 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah., h. 21-25. Lihat juga: Sutarmadi,

Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4 Bekerjasama dengan BKM

Jawa Timur, 1997), h., 11-13

Page 45: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

36

2. Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain sebagai bukti

pernikahan yang syah

3. Mempunyai perangkat shalat sebagai bukti melaksanakan shalat

wajib dan dasar keimanan

4. Terpenuhi kebutuhan makanan pokok, sebagai tanda bukan

tergolong orang yang fakir miskin

5. Masih sering meninggalkan shalat

6. Jika sakit sering pergi ke dukun

7. Percaya pada tahayul

8. Tidak datang di pengajian/majelis taklim

9. Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD

c. Keluarga Sakinah II

1. Tidak terjadi perceaian, kecuali sebab kematian atau hal sejenis

lainnya yang mengharuskan terjadinya perceraian tersebut.

2. Penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok, sehingga bisa

menabung

3. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMP

4. Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana

5. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial

keagamaan

6. Mampu memenuhi standar makanan yang sehat/ memenuhi 4 sehat

5 sempurna

7. Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan

perbuatan amoral lainnya.

d. Keluarga Sakinah III

1. Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan

di masjid-masjid maupun dalam keluarga

2. Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial

kemasyarakatan

Page 46: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

37

3. Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan

kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya

4. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA keatas

5. Pengeluaran zakat, infaq dan wakaf senantiasa meningkat

6. Meningkatnya pengeluaran qurban

7. Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan

agama dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

e. Keluarga Sakinah III Plus

1. Keluarga yang telah melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria

haji mabrur

2. Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang

dicintai oleh masyarakat dan keluarganya

3. Pengeluaran zakat, infaq, sodaqoh, jariyah, wakaf meningkat baik

secara kualitatif maupun kuantitatif

4. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyakat sekelilingnya

dalam memenuhi ajaran agama

5. Keluarga mampu mengembangkan ajaran agama

6. Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana

7. Nilai-nilai ketaqwaan, keimanan dan akhlaqul karimah tertanam

dalam kehidupan pribadi dan keluarganya

8. Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang secara selaras,

serasi dan seimbang dalam anggota keluarga dan lingkunganya

9. Mampu mejadi suri tauladan masyarakat sekitarnya.

Yang menjadi karakteristik dari keluarga sakinah atau ciri-ciri keluarga

sakinah antara lain:53

a. Adanya ketenangan jiwa yang ditandai dengan ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa

53 Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, (Yogyakarta: LPPK IKIP,

1976), h., 19

Page 47: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

38

b. Adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain

dan antara idivbidu dengan masyarakat

c. Terjamin kesehatan dan rohani serta sosial

d. Cukup sandang, pangan dan papan

e. Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia

f. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar

g. Adanya jaminan di hari tua

h. Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.

4. Proses Pembentukan Keluarga Sakinah

Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan senyum dan

tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan isteri. Karena itulah,

ketika hendak melangkah ke jenjang pernikahan dianjurkan memilih jodoh yang

baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk bertujuan dalam

membina pernikahan yang bahagia, sakinah dan harmonis. Untuk itu, dalam

upaya membina keluarga yang sakinah perlu diperhatikan berbagai aspek secara

menyeluruh, di antaranya peranan masing-masing suami dan isteri, baik yang

individual maupun yang dimiliki bersama.54

Namun selain mengetahui peranan masing-masing suami dan isteri,

terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membentuk keluarga

sakinah, yaitu:

a. Saling pengertian.

b. Saling sabar.

c. Saling terbuka.

d. Toleransi.

e. Kasih sayang.

f. Komunikasi.

g. Adanya kerjasama55

54 Dedi Junaedi, Pernikahan Membina Keluarga Sakinah menurutAl-Qur’an dan As-

sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo,2003) h., 220 55 Ali Qaimi,Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor: Cahaya,

2003), h., 178

Page 48: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

39

Ahmadi Sofyan mengatakan ada empat kiat minimal menuju keluarga

yang sakinah:56

a. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ketentraman bathin dan

ketenangan jiwa. Keluarga/rumah tangga adalah sebuah institusi

terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk

mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera

dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggota-anggotanya.

Sesungguhnya rumah tangga itu bisa dijadikan pusat ketenangan,

ketentraman dan kenyamanan bathin para penghuninya. Sehingga

ketika sang suami sudah berlumuran keringat, bersimbah peluh,

bekerja keras, ia akan selalu merindukan untuk pulang ke rumah.

Ketika rumah mampu dijadikan sebagai pusat ketentraman bathin dan

ketenangan jiwa, maka anak-anak pun akan rindu berkumpul bersama

dengan orang tuanya. Menciptakan rumah sebagai pusat ketenangan

bathin dan ketenangan jiwa, akan mampu menjadi pelepas dahaga.

b. Jadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu rumah tangga yang

ditingkatkan derajatnya oleh Allah swt. Bukanlah rumah tangga yang

memiliki status sosial keduniawian. Tidak pula rumah tangga yang

para penghuninya adalah penuh dengan deretan titel dan gelar. Bahkan

justru hal seperti itu seringkali memisahkan kita dengan kebahagiaan

bathin dan ketentraman jiwa. Tidak jarang pula rumah tangga yang

berlimpah dengan kekayaan justru membuat penghuninya

di.miskinkan. oleh keinginan-keinginan, diperbudak dan dinistakan

oleh apa yang dimilikinya. Hendaknya sesudah memantapkan niat kita

kepada Allah untuk mengarungi bahtera rumah tangga, maka kekayaan

yang harus dimiliki dalam berkeluarga adalah ilmu. Merawat dan

mendidik anak merupakan tugas bersama suami istri.

c. Jadikan rumah tangga sebagai pusat nasehat, suami istri hendaknya

mengetahui bahwa semakin hari semakin banyak yang harus

56 Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam,(Jakarta: Lintas Pustaka, 2006), h., 37

Page 49: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

40

dilakukan. Untuk itulah kita membutuhkan orang lain agar bisa

melengkapi kekurangan kita guna memperbaiki kesalahan kita. Rumah

tangga bahagia adalah rumah tangga yang dengan sadar menjadikan

sikap saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi

dalam kebenaran dan kesabaran sebagai kekayaan yang berharga

dalam rumah tangga. Suami yang baik adalah suami yang mau

dinasehatin oleh sang istri, begitu pula sebaliknya. Karena keduanya

tidaklah boleh merasa lebih baik dan lebih berjasa dalam membangun

rumah tangga. Apabila sebuah rumah tangga mulai saling menasehati,

maka rumah tangga tersebut bagaikan cermin, yang tentu cermin akan

mampu membuat sebuah penampilan penghuninya menjadi lebih baik.

Tidak ada koreksi yang paling aman selain koreksi dari keluarga kita

sendiri.

d. Jadikan rumah tangga sebagai pusat kemuliaan, hendaknya suami istri

mampu menjadikan rumah tangga seperti cahaya matahari. Menerangi

kegelapan, menumbuhkan bibit-bibit, menyegarkan yang layu, selalu

dinanti cahayanya dan membuat gembira bagi yang terkena pancaran

cahayanya. Keluarga yang mulia adalah keluarga yang bisa menjadi

contoh kebaikan bagi keluarga yang lainnya. Sehingga tidak ada yang

diucapkan selain kebaikan tentang keluarga yang telah dibangun.

Empat kiat upaya menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah diatas

hendaknya dilakukan oleh keluarga muslim di era modern ini. Karena betapa

memilukan sekaligus memalukan jika ada keluarga muslim yang melakukan

tindakan kekerasan rumah tangga seperti yang akhir-akhir ini terjadi.

C. Tunanetra

1. Pengertian Tunanetra

Tunanetra dilihat dari segi etimologi bahasa, tuna berarti rugi dan netra

berarti mata atau cacat mata, istilah tunanetra yang mulai populer dalam dunia

pendidikan dirasa cukup tepat untuk menggambarkan keadaan penderita yang

Page 50: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

41

mengalami kelainan indera pengelihatan, baik kelainan itu bersifat berat maupun

ringan. Sedangkan istilah buta pada umumnya melukiskan keadaan mata yang

rusak, baik sebagian (setengah) maupun seluruhnya (kedua-duanya), sehingga

mata itu tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya.57

Menurut Agustyawati dan Solicha, tunanetra adalah salah satu jenis

hambatan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk melihat,

baik menyeluruh (total blind) ataupun sebagian (low vision). Dengan kata lain

tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan

sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan indera penglihatannya secara

fungsional.58

2. Klasifikasi Tunanetra

Secara garis besar tunanetra diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu

total blind (buta) dan low vision:59

a. Total Blind (Buta), Dikatakan buta apabila sama sekali tidak mampu

menerima rangsangan cahaya dari luar

b. Low Vision, Bila masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar,

tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau berdasarkan tes anak hanya

mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat

dibaca pada jarak 21 meter.

Selain dua klasifikasi besar tersebut, tunanetra juga dapat diklasifikasikan

menjadi empat , yaitu:60

1) Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan

a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali

tidak memiliki pengalaman penglihatan.

57 Soekini Pradopo, Suharto dan L Tobing, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra, (Bandung:

Masa Baru,t.tp.), h., 12. 58 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,(Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h., 5 59 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h., 10-12 60 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h., 13

Page 51: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

42

b) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki

kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah

terlupakan.

c) Tunanetra pada usia sekolahatau pada masa remaja; mereka telah

memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang

mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

d) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan

segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian

diri.

e) Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti

latihan-latihan penyesuaian diri.

2) Berdasarkan kemampuan daya penglihatan

a) Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang

memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih

dapat mengikuti program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b) Tunanetra setengah berat (partially sighted), yakni mereka yang

kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan

menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa

atau membaca tulisan yang bercetak tebal.

c) Tunanetra berat (totally blind), yakni mereka yang sama sekali

tidak dapat melihat

3) Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata

a) Myopia: adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus

dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau

objek didekatkan.

b) Hyperopia: adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus

dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek

dijauhkan.

Page 52: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

43

c) Astigmatisme: adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang

disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada

permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik

pada jarak jauh maupun dekat tidak terfokus jatuh pada retina.

3. Dampak Ketunanetraan

Ketunanetraan memiliki dampak baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap penyandangnya. Dampak secara langsung menyebabkan

tunanetra tidak dapat menggunakan penglihatan dalam kegiatan sehari-hari seperti

membaca, menulis berjalan dan sebagainya. Sebagai gantinya mereka harus

menggunakan indera perabaan untuk melakukan aktifitasnya. Sedangkan dampak

secara tidak langsung sangat tergantung pada banyak faktor, misalnya seberapa

berat ketunanetraan yang dialami, kapan ketunanetraan terjadi, serta bagaimana

sikap keluarga dan masyarakat terhadap penyandang tunanetra tersebut. Dampak

tidak langsung inilah yang justru sering kali menimbulkan dampak negatif. 61

Ketika lingkungan dapat melakukan aktiftas sehari-hari dengan cara yang

efektif maka lain halnya dengan penyandang tunanetra, mereka sangat bergantung

dengan lingkungan sekitar, tak jarang pandangan negative lingkungan sekitar

dapat mempengaruhi psikologis tunantera. Oleh karena itu, dukungan moral dari

lingkungan sekitar bagi penyandang tunanetra sangatlah dibutuhkan.

Ketunanetraan memberi dampak yang tidak begitu baik bagi keluarga. Salah

satu contoh dampak ketunanetraan bagi keluarga, yaitu:

a. Sebagian orang awam (kurang mengerti) menganggap bahwa

ketunanetraan yang terjadi pada anak diakibatkan oleh dosa orang

tuanya sehingga anak menjadi “wadal” dari dosa yang diperbuat

orang tua. Asumsi sebagian masyarakat tersebut seringkali

dijadikan bahan olok-olokan bagi konsumsi masyarakat.

b. Sebagian orang berpendapat pula bahwa ketunanetraan yang

terjadi pada diakibatkan oleh penyakit atau kelainan yang diderita

61 Affifah Azzahro, Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-Hari,

(Bandung: Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), h., 7

Page 53: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

44

orang tuanya, misalkan kedua orang tuanya merupakan penderita

tunanetra.62

Sedangkan dampak yang diakibatkan ketunanetraan bagi masyarakat,

yaitu:

a. Ketidakpercayaan masyarakat kepada penderita tunanetra

mengenai segala aspek yang dimilikinya, seperti keterampilan,

kelayakan untuk bekerja dan lain-lain sehingga asumsi ini lebih

merugikan penderita tunanetra.

b. Melalui sistem pendidikan yang lebih terbuka (segresi ke integrasi

hingga inklusif) memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

setiap individu tanpa pandang bulu untuk mendapat pendidikan

yang bermutu sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing

individu.63

62 Affifah Azzahro, Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-Hari,

h., 8 63 Anak Berkelainan Mata (Tunanetra), azwarfikum.blogspot.co.id/2017/03/gangguan-

penglihatan-ketunanetraan.html.

Page 54: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

45

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN RAUDLATUL MAKFUFIN

A. Deskripsi Singkat Yayasan Raudlatul Makfufin

1. Profil Umum Lembaga

Sesuai namanya Raudlatul Makfufin yang berarti taman tunanetra. Itu

artinya, sejumlah santri yang mukim maupun yang tidak mukim di yayasan

Raudlatul Makfufin adalah para penyandang tunanetra. Mereka berasal dari

berbagai wilayah di Indonesia. Tiada mata tak hilang cahaya adalah ungkapan

yang pantas untuk mereka karena di Yayasan Raudlatul Makfufin inilah, mereka

yang ditakdirkan Allah SWT memiliki keterbatasan dalam penglihatan, justru

memiliki keluasan dan kelapangan mata hati untuk menimba ilmu dan

menebarkannya terkhusus ilmu agama. Yayasan Raudlatul Makfufin bergerak

dalam bidang pembinaan agama dan mental serta kesejahteraan yang didirikan

atas dasar kepedulian sosial terhadap orang-orang penyandang tunanetra.Karena

pada saat itu, belum ada satupun lembaga di Tangerang Selatan yang secara

khusus menangani pembinaan agama. Pada umumnya lembaga ketunanetraan

lebih banyak bergiat di bidang rehabilitasi dan pendidikan atau latihan serta upaya

kesejahteraan sosial dalam arti umum dan yayasan ini juga memproduksi al-

Qur’an braille yang terbitannya menjadi rujukan penulisan dan penerbitan al-

Qur’an braille di Indonesia.

Yayasan ini terletak di JL. H. Jamat, Gg. Masjid, Kp. Jati No. 10A RT.

02/05, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten 15316. Lokasinya yang cukup jauh dari jalan utama, dan tidak ada

kendaraan yang berlalu-lalang di sekitar daerah tersebut, lingkungan yang asri dan

sepi dari keramaian membuat kenyamanan tersendiri bagi santri Raudlatul

Makfufin.

Visi Yayasan Raudlatul Makfufin adalah terwujudnya peningkatan

kualitas kehidupan beragama dan kesejahteraan sosial tunanetra muslim menuju

pada kebahagiaan dunia akhirat melalui pendidikan, pembinaan agama,

peningkatan keterampilan berusaha dan bantuan kesejahteraan sosial yang diikuti

Page 55: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

46

dengan penyediaan sarana atau layanan khusus. Sedangkan Misi Yayasan

Raudlatul Makfufin yaitu:

1) Menyelenggarakan pendidikan formal maupun non formal dan kursus-

kursus keagamaan dan dakwah.

2) Menyediakan buku-buku sumber agama dalam huruf braille atau

rekaman dan penyiapan tenaga pelaksana yang profesional.

3) Menyelenggarakan kursus keterampilan usaha.

4) Mengupayakan bantuan sosial bagi tunanetra yang membutuhkan.1

Kegiatan di yayasan Raudlatul Makfufin antara lain yakni menghafal al-

Qur’an, muraja’ah, ilmu tajwij, kajian kitab-kitab seperi Riyadu as sholihin,

Aqidatu al Awwamu, Fiqhul Ibadah2 dan ilmu agama lainnya. Keterampilan seni

musik islami seperti marawis, hadrah, kemudian pelatihan mengetik 10 jari,

pelatihan komputer dengan screen reader, dan pendidikan kejar paket A, B, dan

C. Ada satu lagi kegiatan di yayasan Raudlatul Makfufin yang sangat bermanfaat,

inspiratif sekaligus serta memotivasi. Kegiatan itu adalah penyusunan dan

pencetakan al-Qur’an menggunakan huruf braille. Untuk penyusunannya,

sebenarnya sudah berlangsung sejak 1996 lalu, sementara pencetakannya baru

dimulai pada tahun 2000, dan masih dilakukan hingga kini.

Tahun 2016 Yayasan Raudlatul Makfufin memulai rintisan pendirian

SKh-IT Yarfin (Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin)

untuk tunanetra muslim dengan keunggulan dalam hafalan (tahfidz) al-Qur’an dan

hadist, hingga penelitian ini dilakukan jumlah anak didik SKh-IT Yarfin

berjumlah 12 siswa, dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 4 siswi perempuan.3

1 https://makfufin.id/profil/ 2 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Februari 2018 3 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Februari 2018

Page 56: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

47

2. Sejarah Berdirinya Yayasan Raudlatul Makfufin

Yayasan Raudlatul Makfufin didirikan pada tanggal 26 November

1983 di Jakarta Timur oleh R.M. Halim (Alm) bersama beberapa rekan

tunanetra dan non tunanetra, karena pada saat itu belum ada satupun

lembaga di Jakarta yang secara khusus menangani pembinaan agama bagi

tunanetra. Saat itu yayasan belum memiliki kantor sekretariat sendiri, jadi

masih berpindah. Pada tahun 1991, Bapak Munawir Sjadzali, yang waktu itu

menjabat Menteri Agama, memiliki perhatian khusus, dengan memberikan

pinjaman sebidang tanah milik Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di

kawasan Kertamukti, Ciputat, atau seberang gedung kampus Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berada. Tak hanya itu, Bapak Munawir juga

ikut andil dalam mensukseskan pembangunan gedung untuk pusat kegiatan

yayasan Raudlatul Makfufin. Pada 1992, pak Munawir juga yang

meresmikan kantor sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin. Sejak saat itu,

seluruh kegiatan yayasan Raudlatul Makfufin dapat terpusat di satu lokasi.4

Seiring waktu berjalan, pada 2009, muncul kebijakan dari

Pemerintah yang mengharuskan yayasan Raudlatul Makfufin berpindah

lokasi. Kebijakan ini memang mengharuskan seluruh aset-aset negara,

termasuk lahan yang ditempati sebagai kantor sekretariat yayasan Raudlatul

Makfufin, dikembalikan lagi kepada negara, dalam hal ini Departemen

Agama untuk kepentingan pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Menurut Rafiq Akbar, tanah yayasan yang awalnya memang hanya

sebatas hak guna pakai, maka ketika si pemilik tanah akan mengambilnya,

maka yayasan harus memberikannya, Rafiq Akbar menegaskan bahwa

“Kami sepenuhnya menyadari, tanah yang selama ini dimanfaatkan

yayasan Raudlatul Makfufin hanya sebatas pinjaman dengan status hak

guna pakai, jadinya ketika lahan tanah ini diminta kembali, sudah tentu

kami kembalikan kepada yang memang berhak memilikinya.”5

4 https://makfufin.id/profil/ 5Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Februari 2018

Page 57: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

48

Kebijakan pengembalian lahan tanah pinjaman tadi memang

mengharuskan yayasan Raudlatul Makfufin berpikir keras untuk mencari

lokasi baru dan membangun kembali gedung sekretariat baru. Masalahnya,

untuk membangun kembali gedung sekretariat baru, tentu butuh dana yang

tidak sedikit. Melalui jalur perundingan dengan pimpinan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, akhirnya disepakati bahwa UIN Syarif Hidayatullah

akan membantu pembangunan gedung sekretariat baru saja. Artinya, tanpa

disertai upaya pengadaan lahan tanahnya, Alhamdulillah, kami mendapatkan

tanah wakaf dari seorang hamba Allah, seluas 1.000 meter persegi, yang

kami tempati sekarang ini. Itu berarti, lahan tanahnya sudah ada, tinggal

membangun gedungnya. Bersyukur, pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aktif mengumpulkan dana sosial dengan tujuan pembangunan gedung

sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin, salah satu caranya dengan

melaksanakan fund raising ke banyak pihak. Sekaligus ini membuktikan

tanggung jawab pihak kampus UIN Syarif Hidayatullah untuk mengganti

bangunan gedung yayasan Raudlatul Makfufin sebelumnya. Pembangunan

gedung baru sekretariat yayasan Raudlatul Makfufin akhirnya terlaksana

secara baik hingga akhirnya, pada 2010, Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof Komaruddin Hidayat membubuhkan tanda tangannya dengan

tinta emas di atas batu prasasti berwarna hitam, sebagai pertanda peresmian

gedung. Akan tetapi menurut pengurus yayasan, kehadiran Rektor UIN pada

saat itu tidak ada hubungan Formalitas antara yayasan Raudlatul Makfufin

dengan UIN Jakarta, dengan kata lain hanya sebatas peresmian gedung.

Rafiq Akbar menegaskan bahwa

“Ya meski diresmikan oleh Rektor UIN waktu itu, tapi yayasan tidak

ada sangkut pautnya secara formal dengan Kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kehadiran Pak Komaruddin waktu itu, cuma

ngerismiin gedung baru, sebagai tindak lanjut dari kebijakan perapihan aset

milik negara dan sekretariat lama yayasan Darul Makfufin dibongkar. Tapi

sampai sekarang, hubungan secara nonformal dengan Kampus UIN Syarif

Page 58: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

49

Hidayatullah tetap terjalin baik,”6

Kemudian alasan dasar pendirian yayasan Raudlatul Makfufin

karena:

a. Kemiskinan dan kebodohan dekat dengan kekufuran

b. Ketunanetraan tidak menanggalkan kewajiban beribadah

c. Perlu strategi, metodologi dan sarana khusus untuk tunanetra

belajar agama

d. Pendekatan agama cara efektif memahami makna penderitaan atau

musibah

e. Tunanetra berbakat berpeluang untuk mengabdikan diri dibidang

agama jika diberi kesempatan dan didukung sarana yang memadai

f. Perlu lembaga pengelola dana masyarakat untuk kesejahteraan sosial

tunanetra.7

3. Struktur Organisasi Yayasan Raudlatul Makfufin

Susunan pengurus disebuah lembaga berperan penting demi

tercapainya tujuan bersama. Setiap bagian serta posisi suatu susunan dan

hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau

perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.

a. Dewan penyantun:

1) Hj. Lea Irawan (ketua)

2) Dr.H. Marzuki Usman,SE.

3) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat

4) dr. Hj. Okke Hattarajasa

5) dr. Eko Prihaningsih

6) Hj. Lina Liputri

7) Hj. Ningrum Maurice Nugroho

6 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Februari 2018. 7 https://makfufin.id/profil

Page 59: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

50

b. Dewan Pembina:

1) Ahmad Joni Watimena (Ketua)

2) Drs. Nur Kholiq, S.Q.

3) Drs. Ngatija AS.

c. Dewan Pengawas

1) Ade Ismail,S.Pd. (Ketua)

2) H. Akrom Hasani, S.Ag

3) H. Abas Sukardi, S.Pd.I

d. Dewan Pengurus

1) Ketua Umum BudiSantoso,S. Sos. I.

2) Sekretaris Umum : Rafik Akbar, S.Pd.I

3) Bendahara Umum :Diah Rahmawati,S. Pd.I

e. Kepala Bidang :

1) Bidang Organisasi & Kesejahteraan Umat : Ahmad Joni Watimena

2) Bidang Diklat & Pengembangan Seni Budaya Islam : Rantiani

Permata, S.Pd

3) Bidang Pesantren & Dakwah : H. Muhyi Khoirudin S.Q

4) Bidang Pengembangan Usaha dan Ekonomi Kreatif : Aryani Sri

Ramadhani

5) Bidang Hubungan Masyarakat : Despa Dendi Irawan

f. Unit Pelaksana :

1) Kepala Percetakan Braille : Agus Sulaiman, S.Pd.

2) Kepala Pesantren Al Quran : Sapto Wibowo S.Sos

3) Kepala Sekolah Khusus Islam Terpadu : Drs. Ngatijo

Page 60: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

51

TABEL 3.1

Susunan Pengurus Yayasan Raudlatul Makhfufin

DEWAN PENGURUS

1. Budi Santoso, S.Sos.I

(Ketua)

2. Rafik Akbar, S.Pd.I

(Sekretaris)

3. Diah Rahmawati,

S.Pd.I (Bendahara)

DEWAN

PENGAWAS

1. Ade Ismail, S.Pd

2. H. Akrom Hasani,

S.Pd

3. H. Abbas Sukardi,

S.Pd. I

DEWAN PEMBINA

1. Ahmad Joni W.

(Ketua)

2. Drs. Nur Kholiq, S.Q.

3. Drs. Ngatija

DEWAN PENYANTUN

1. Hj. Lea Irawan(Ketua)

2. Prof. Dr. KomaruddinHidayat

3. Dr. H. MarjukiUsman,SE.

4. dr. Hj. Okke Hattarajasa

5. dr. Eko Prihaningsih

6. Hj. LinaLiputri

7. Hj. Ningrum Maurice N.

UNIT PELAKSANA

1. Kepala SKh-IT Yarfin: Drs. Ngatija

2. Kepala Pesantren: Sapto Wibowo, S. Sos

3. Kepala Percetakan

Braille: Agus Sulaiman, S.Pd

PENGURUS IKJAR

(Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin)

1. Abdurrahman (Ketua)

2. Sena Rusli

3. Ja’far Gumelar

4. Marlina

5. Nur Kholidah, S.Pd

KEPALA BIDANG

1. Bidang Organisasi &

Kesejahteraan Umat:

Ahmad Joni W.

2. Bidang Diklat &

Pengembangan Seni

BudayaIslam:

Rantiani Permata, S.Pd

3. Bidang Pesantren &

Dakwah:

H. Muhyi Khoirudin, SQ.

4. Bidang Pengembangan

Usaha & Ekonomi

Kreatif:

Aryani Sri Ramadhani

Page 61: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

52

4. Program Kegiatan Yayasan Raudlatul Makfufin

Guna mewujudkan visi dan misi yang tersebut di atas, Yayasan Raudlatul

Makfufin melaksanakan beberapa program, diantaranya:

a. Pesantren Al Quran.

- Pembinaan baca-tulis Al Quran Braille

- Pembinaan menghafal AL Quran 30 juz.

- Pembinaan pengetahuan Islam seperti aqidah, akhlak, tajwid dan

fiqih.

- Pembinaan keterampilan dakwah.

b. Ikatan Jama’ah Raudlatul Makfufin (Majelis Ta’lim Tunanetra).

- Program pemberantasan buta huruf Al Quran Braille.

- Pembinaan seni musik Islam seperti marawis dan hadroh.

- Pembinaan seni baca al qur’an (tilawatil qur’an).

- Pembinaan pengetahuan Islam seperti Bahasa Arab, Hadits,

Terjemah Quran dan sejarah Islam.

c. Sekolah Khusus Islam Terpadu (SKH-IT)

- Pelayanan pendidikan formal usia sekolah mulai tingkat dasar

hingga menengah atas.

- Pelayanan pendidikan formal usia nonsekolah (kejar paket), mulai

tingkat dasar hinga menengah atas.

d. Percetakan Braille.

- Pengadaan dan pendistribusian Al Quran Braille.

- Pengadaan dan pendistribusian buku-buku sumber Keislaman

Braille).8

8https://makfufin.id/profil.

Page 62: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

53

Selain program kegiatan diatas, Yayasan Raudlatul Makfufin juga

melakukan kegiatan-kegiatan sosial diantaranya :

a. Memberikan Al-Qur’an Braille cuma-cuma keseluruh tunanetra

yang membutuhkan.

b. Berkurban tiap hari Raya Idul Adha untuk saling membantu.

c. Pelatihan membaca al-Qur’an braille.

d. Memberikan buku-buku keagamaan dalam bentuk huruf braille

kepada yang membutuhkan.

e. Pengadaan pengajian-pengajian keagamaan

B. Deskripsi Singkat Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin

Penghuni yayasan Raudlatul Makfufin berjumlah 21 orang, dengan 15

orang santri dan 6 orang pengurus yayasan, dengan rincian 15 orang laki-laki dan

6 orang perempuan, dengan usia antara 14 – 23 tahun.9

Tabel 3.2

Jumlah Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin

Jumlah Laki – laki 15 orang

Perempuan 6 orang

Usia

14 – 17 tahun 6 orang

18 – 21 9 orang

21 – 27 6 orang

Dalam hal pendidikan, pendidikan merupakan hal penting yang mutlak

harus didapatkan warga negara Indonesia, tanpa terkecuali. Oleh karena itu,

disamping pendidikan keagamaan (pesantren) sejak 2016 Yayasan Raudlatul

Makfufin membentuk sekolah khusus islam terpadu. Hingga saat penulis

9 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Febreuari 2018.

Page 63: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

54

melakukan penelitian, jumlah murid sekolah khusus Islam terpadu Yayasan

Raudlatul Makfufin berjumlah 12 siswa, yang seluruhnya adalah penghuni tetap

Yayasan Raudlatul Makfufin.10

Tabel 3.3

Jumlah Siswa SKh-IT Yayasan Raudlatul Makfufin

Tingkat 1 5 siswa

Tingkat 2 7 siswa

Sarjana 4 orang pengurus Yayasan

Lain halnya dengan faktor keagamaan, bagi penghuni (santri) Yayasan

Raudlatul Makfufin sangatlah diutamakan, seperti membacan dan menghafal Al

Qur’an dan pengetahuan ilmu-ilmu agama lainnya, hal ini menjadi kegiatan

sehari-hari penghuni yayasan Raudlatul Makfufin selepas melaksanakan kegiatan

belajar di sekolah.

Tabel 3.4

Kegiatan Keagamaan Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin

Hari Jam Kegiatan

Sabtu– Kamis

05.00– 06.00 Belajar Ilmu Al Qur’an (Tahfidz,

Tajwiz dan Murojaah)

18.30– 20.00

Belajar Kitab-kitab Agama (Aqidatul

Awwam, Riyadlus Solihin dan Fikih

Ibadah)

Ahad 11.00– 12.00 Ta’lim Ahad untuk umum

Dalam segi ekonomi dan kebutuhan hidup, para penghuni yayasan

Raudlatul Makfufin masih mendapatkan uang saku dari orang tua mereka masing-

10 Rafiq Akbar, Sekretaris Yayasan Raudlatul Makfufin, Interview Pribadi, Serpong, 4

Februari 2018.

Page 64: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

55

masing, terkecuali bagi penghuni yang sudah memiliki sumber biaya hidup

tersendiri, seperti para pengurus yayasan yang memiliki biaya tambahan dari

pekerjaannya, seperti mengajar, dan berwirausaha.

C. Deskripsi Singkat Kehidupan Pasangan Tunanetra Di Yayasan Raudlatul

Makfufin

Dalam penelitian ini, peneliti menemui beberapa informan untuk

memperoleh data guna melengkapi pembahasan dalam penelitian ini. Beberapa

informan yang dipilih berasal dari beragam latar belakang pekerjaan, usia, dan

usia pernikahan. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dalam penelitian ini.

Informan-informan tersebut antara lain adalah:

1. Pasangan Ade Ismail dan Tri

Ade Ismail (I.1) adalah salah satu orang yang di-tuakan di Yayasan

Raudlatul Makfufin. Berbekal pengalaman dan latar belakang pendidikannya yang

merupakan lulusan sarjana pendidikan, pria umur 34 tahun ini dipercaya untuk

mengampu sebagai pengajar pelajaran agama di YRM sebagaimana sama dengan

kurikulum yang diterapkan di SLB (Sekolah Luar Biasa) di luar sana.

Karakterisktik informan ini ketika ditemui oleh peneliti sangat bersahabat.

Beliau menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan detail.

Peneliti memilih informan ini atas rekomendasi dari pengurus YRM. Benar saja,

rupanya Kak Ade begitu beliau disapa, menderita ketunanetraan sejak berusia dua

tahun karena penyakit campak ini telah menjalani kehidupan berumah tangga,

beliau jatuh hati pada seorang wanita bernama Tri (I.2), umur 32 tahun, dengan

pendidikan terakhir lulusan sekolah menengah atas, dengan penglihatan yang

normal sehingga dirinya dipercaya sebagai bagian administrasi di YRM,

Keduanya bertemu disebuah yayasan di bilangan Jakarta Barat. Dan telah

,menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri selama 1,5 tahun. Hingga

kini keduanya tinggal disebuah rumah kontrakan di belakang yayasan YRM.

Pasangan yang tengah bahagia karena sedang menanti anak pertamanya ini

memaparkan bahwa , kunci untuk membina keluarga sakinah adalah dengan cara

saling memahami satu sama lain, saling menjaga komunikasi dan menhindari hal-

Page 65: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

56

hal yang menyebabkan pertengkaran. Menurut Ade, “yang saya ketahui tentang

keluaga sakinah itu adalah keluarga yang tenang, bahagia dan berkah”11. Hal

yang sama pun disampaikan oleh Tri ketika ditanyabtentang kiat-kiat menciptakan

keluarga sakinah, menurut dia, “ya kita mah berusaha untuk saling memahami

kekurangan masing-masing, dan juga ngejauhin hal-hal yang bisa bikin kita

berantem”12

Banyak sekali pelajaran dan nasehat yang peneliti terima sembari

mewawancarai informan. Salah satunya adalah pesan untuk menerima segala

kekurangan pasangan karena kekurangan pasangan adalah kekurangan kita juga.

Beliau juga menuturkan bagaimana tips menyelesaikan masalah dalam rumah

tangga, karena sangat wajar bila di dalam rumah tangga timbul suatu masalah.

Namun, masalah tersebut hendaknya jangan diperbesar dan harus segera

diselesaikan. Ade menegaskan bahwa.“masalah dalam rumah tangga ya pasti

terjadi, namun kita harus cepat menyelesaikan nya, misalkan dengan langsung

minta maaf, dan tidak mengulanginya lagi”.13

2. Pasangan Yanto dan Yuliasari

Informan selanjutnya yang peneliti pilih bernama Yanto (I.3), Pria

berumur 42 tahun yang juga lulusan SMA ini mengalami tunanetra sejak remaja

karena mengalami kecelakaan, kini ia bekerja sebagai marketing sebuah Bank

ternama di Jakarta, Beliau adalah salah satu orang yang menemukan tambatan hati

di YRM, Yanto jatuh hati pada seorang wanita berumur 30 tahun bernama

Yuliasari(I.4), atau lebih akrab di panggil Yuli, yang juga lulusan SMA ini telah

menjalani hidup dengan tunantra sejak kecil. Keduanya bertemu pada pengajian

ahad pagi yang memang terbuka untuk umum. Terdapat hal yang menarik bagi

peneliti adalah cara kedua pasangan ini bisa saling jatuh cinta dan memutuskan

untuk menjadi pasangan suami istri adalah dengan mendengar suaranya. Anto

menyatakan bahwa. “awalnya saya juga enggak menyangka, bisa berjodoh

dengan dia, tapi ketika saya mendengar suaranya, saya merasa enak aja gitu,

11 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 12 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 13 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018

Page 66: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

57

enak didengar, lembut, dan ketika saya ngobrol dengan dia, saya nyaman aja”14.

Berbeda halnya dengan Yuli, yang menyatakan bahwa Ia tertarik dengan Yanto

karena tegas dan berwibawa.“saya merasakan Mas anto itu orang nya

berwibawa, sabar dan tegas, terdengar dari suaranya dan cerita dari teman-

teman nya, sehingga saya bisa menerima dia sebagai suami”.15

Keduanya telah menjalani hidup bersama selama 1 tahun, dan sedang

menanti kehadiran anak pertama, pernikahan keduanya tercatat di KUA

Kecamatan Pamulang yang juga domisili tempat tinggal istri.

Karakterisktik informan ini ketika ditemui oleh peneliti sangat bersahabat.

Beliau menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan detail.

Adapun ketika ditanya tentang keluarga sakinah, mereka menyatakan bahwa

keluarga sakinah adalah keluarga yang saling menyayangi dan bahagia. Yanto

menyatakan bahwa.“keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling

menyayangi, pengertian, jarang berantem, ya pokoknya keluarga yang bahagia

dah”.16 Sedangkan ketika ditanya tentang pemenuhan nafkah lahir dan batin

antara suami istri, keduanya mengaku cukup terpenuhi dan tak ada

kendala.sebagaimana yang dikatakan oleh Yuli. “kalau nafkah, saya sangat

terpenuhi, Mas Anto kan bekerja sebagai marketing bank, yang mana penghasilan

nya cukup untuk kami berdua, atau bahkan lebih, karena kami masih tinggal

berdua”.17

Banyak sekali hal-hal yang dapat menjadi pelajaran dan inspirasi bagi

peneliti terutama bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga dalam

ketunanetraan, seperti apa yang diungkapkan oleh Yanto. “Dalam rumah tangga

kami, meskipun kami tunanetra, tapi kami tidak merasa tunanetra, kami

menjalani hidup selayaknya orang normal, karena tunanetra itu bukan

kekurangan mas, itu kelebihan yang patut disyukuri, yang penting saling menjaga

satu sama lain”.18

14 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 15 Yuliasari, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 16 Yanto, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 17 Yuliasari, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018. 18 Yanto, Informan Peneliti. Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018.

Page 67: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

58

3. Pasangan Abdul Hay dan Murni

Informan ketiga yang peneliti pilih bernama Abdul Hay (I.5). Laki-laki

yang lebih akrab disapa Dul ini berumur 40 tahun dan lulusan pondok pesantren

ini adalah salah satu tunantera yang dihormati di YRM, beliau bukanlah salah satu

pengurus yayasan, akan tetapi seorang guru pengajar tahfidz quran di YRM.

Dirinya mengalami tunanetra sejak kecil, sehingga sudah kenyang menjalani

hidup sebagai tunanetra.“Saya tunanetra sejak kecil Mas, dulu tinggal di Jawa,

lalu pergi ke Jakarta , saya sudah kenyang menelan asam garam kehidupan

sebagai tunanetra, jatuh bangun sebagai tunantera dan menemukan jodohpun di

yayasan tunanatera”.19

Sebagaimana paparan beliau diatas, Abdul menemukan jodoh nya 12

tahun yang lalu, keduanya bertemu di YRM yang kala itu masih berlokasi di

Kertamukti Ciputat-Tangerang Selatan. Istri beliau bernama Murni (I.6),

perempuan 41 tahun dengan penglihatan yang normal. Dengan hanya berijazah

SMA sehingga pekerjaannya hanya sebagai ibu rumah tangga namun terkadang ia

juga diminta untuk menjadi cleaning service di sekolah yang juga menjadi tempat

suaminya mengajar. Keduanya menikah pada tahun 2006 dan telah dikaruniai 3

orang anak. Dan kini mereka tinggal di Bambu Apus Pamulang Tangerang

Selatan.

Ketika ditanya tentang keluarga sakinah keduanya kompak memaparkan

bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan ajaran islam,dan

selalu bertujuan untuk mencari keridhoan Allah SWT. Seperti yang diungkapkan

oleh Abdul bahwa. “Keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan

ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling menyayangi, saling

mengerti, tidak melenceng dari ajaran agama dan selalu mengikuti apa yang

diperintahkan Allah dan Rasulnya”.20

Menjalani kehidupan rumah tangga dengan kondisi tunanetra tentu

menjadi tantangan tersendiri bagi Abdul dan istri, bagaimana dirinya dan istri

19 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 20 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.

Page 68: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

59

merawat serta mendidik anak adalah ispirasi tersendiri bagi peneliti. Sebagaiman

yang diungkapkan oleh Murni bahwa.

“Anak-anak saya sudah diberi pengertian dan pemahaman sejak kecil, baik

oleh saya maupun suami, bahwa dia harus menerima dan memahami bahwa

ayahnya adalah seorang tunanetra, dan harus saling menguatkan satu sama lain,

dan Alhamdulillah mas, 16 tahun saya menjalani rumah tangga semua terasa

baik-baik saja”.21

Banyak sekali pelajaran dan nasehat yang peneliti terima sembari

mewawancarai informan. Salah satunya adalah pesan untuk menerima segala

kekurangan pasangan karena kekurangan pasangan adalah kekurangan kita juga.

Dan selalu menjaga pasangan karena itu adalah amanah dari Allah SWT. Seperti

apa yang dikatakan oleh Abdul Hay bahwa. Istri dan anak-anak itu adalah

amanah dari Allah mas, jadi saya harus menjaga mereka dalam kondisi apapun,

insya Allah kalau kita menuntun keluarga kita sebagaimana yang diperintahkan

Allah dan Rauslnya, maka Allah pun akan menjaga keluarga kita”.22

4. Pasangan Bapak Abdurrohman dan Ibu Fitriyani

Informan keempat yang peneliti pilih bernama Abdurohman (I.7), atau

lebih dikenal dengan Rohman, seorang laki-laki 32 tahun yang juga lulusan SMK

ini mengalami penglihatan yang low vision. Menikah dengan Fitriyani (I.8),

perempuan yang juga seorang Guru ini berusia 33 tahun yang hanya lulusan SMA

dan dengan penglihatan yang normal, Keduanya sudah menjalani bahtera rumah

tangga selama 6 tahun dan belum memiliki anak. Dan kini keduanya tinggal di

sebuah kontrakan yang terletak persis di belakang YRM.

Rohman bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan travel haji

dan umroh, selain itu beliau juga aktif sebagai ketua Ikatan Jamaah Raudlatul

Makfufin. Sedangkan istrinya, Fitri hanya mengaku sebagai ibu rumah tangga,

meskipun terkadang ia juga bantu-bantu di YRM, ketika disinggung tentang

keluarga sakinah, keduanya mengaku cukup familiar dengan dua kata tersebut,

21 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 22 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.

Page 69: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

60

akan tetapi bingung untuk mengutarakannya. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Rohman, “apa ya, yang saya tahu sih mas, keluarga sakinah itu adalah

keluarga yang harmonis, tidak pernah berpatok pada materi, tidak pernah cekcok

dan selalu penuh dengan kekeluargaan”.23

Berbeda halnya dengan penuturan Fitri yang menyatakan bahwa keluarga

sakinah itu adalah keluarga yang bahagia, saling menyayangi dan selalu

berpegangan pada ajaran Islam.“kalau menurut saya, keluarga sakinah adalah

keluarga yang selalu berpegang teguh pada ajaran Islam, yang pastinya diliputi

dengan kasih sayang agar jadi keluarga yang bahagia”.24

Kemudian penulis menyinggung bagaimana kedua pasangan tersebut

menjalani hak dan kewajibannya sebagai suami istri, seperti kewajiban suami

yang menafkahi lahir serta batin sang istri, ataupun kewajiban istri sebagai ibu

rumah tangga. Keduanya mengaku bahwa hak dan kewajiban masing-masing

sudah dijalankan meskipun dengan kekurangan penglihatan, seperti yang

diungkapkan oleh Rohman. “Alhamdulillah mas, saya merasa istri saya sudah

menjalankan peran sebagai istri dengan baik, menjadi ibu rumah tangga yang

baik, justru saya salut sama dia mas, bisa bertahan selama ini hidup dengan saya

yang tunanetra”.25 Senada dengan apa yang diungkapkan suaminya, Fitri pun

merasa bahwa meskipun memiliki suami tunanetra, akan tetapi haknya tercukupi.

“saya juga begitu mas, saya bangga memiliki suami seperti beliau, meskipun

memiliki kekurangan di penglihatan, tapi beliau tetap berusaha menjalankan

peran sebagai suami dengan sebaik mungkin, seperti mencari nafkah, bergaul

sama warga”.26

5. Pasangan Muhammad Firman dan Ibu Tihana

Informan kelima yang peneliti pilih adalah Muhammad Firman (I.9),

seorang pria lulusan SMK berumur 33 tahun yang juga penyandang tunanetra low

vision, Firman begitu beliau akrab disapa, bekerja sebagai Staff Telefunding Bank

23 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 24 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 25 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018. 26 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018.

Page 70: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

61

CIMB Gajah Mada, dan telah menjalani hidup berumahtangga dengan Tihana

atau Ana (I.10), seorang perempuan 35tahun yang juga lulusan SMA ini

merupakan penyandang tunantera total yang berprofesi sebagai pengajar SLB El

Saffan, Jakarta Timur.

Keduanya bertemu di pengajian Ahad YRM sembilan tahun silam dan

mantap untuk memutuskan hidup bersama setahun kemudian, delapan tahun

sudah keduanya bidup bersama .Dalam perjalanan menjalani kehidupan bersama,

rupanya pasangan ini belum dikaruniai putra. Mereka dengan sabar hingga waktu

yang tepat Allah SWT menitipkan amanah berupa anak kepada mereka. Ketika

disinggung tentang keluarga sakinah, Firman menuturkan bahwa keluarga sakinah

adalah keluarga yang bahagia dan merupakan amanah dari Allah. “Keluarga

sakinah adalah keluarga yang jarang cekcok kali ya, intinya sama-sama saling

tebuka, saling pengertian dan komunikasi antara suami istri itu gaboleh putus”. 27

Lain halnya dengan Ana, ia memaparkan bahwa keluarga sakinah merupakan

tujuan bagi terbentuknya sebuah keluarga, “Keluarga sakinah menurut saya itu,

keluarga yang tenang sih ya, terutama kalau lagi ada masalah, karena engga

semua masalah yang kita hadapi itu semua orang harus tahu, apalagi ke keluarga

terdekat, ya pokoknya tunjukan yang baik-baik saja lah”.28

Kemudian ketika disinggung terkait kiat-kiat khusus menjalani rumah

tangga yang sakinah, keduanya tampak tersenyum dan malu menjawab, Ana

menyatakan bahwa salah satu kiat rumah tangga sakinah adalah tetap menjalani

tugas sebagai istri walaupun sibuk dalam pekerjaan.“kalau saya sih ya mas,

sesibuk apapun seorang istri di luar rumah ia harus tetap ingat akan kewajiban

utamanya pada suami, berusaha menjadi istri yang baik, ya itu salah satu cara

saya agar menjadi keluarga sakinah”.29 Berbeda dengan apa yang diungkapkan

oleh Firman,yang mengatakan bahwa kunci sakinah dalam rumah tangga adalah

adanya kekompakan antara suami istri dalam menjalani hak dan kewajiban.“kalau

meurut saya, cara untuk menciptakan keluarga sakinah adalah adanya

27 Muhammad Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018. 28 Tihana, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018. 29 Tihana, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018.

Page 71: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

62

kekompakan dalam keluarga tersebut, masing-masing menjalankan hak nya

masing-masing tanpa melupakan kewajibannya masing-masing”.30

Identitas informan dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 3.5

Ket Nama Usia Agama Pekerjaan Status

I.1 Ade Ismail 35 tahun Islam Guru Tunanetra

I.2 Tri 33 tahun Islam Karyawan Normal

I.3 Yanto 42 tahun Islam Karyawan Tunanetra

I.4 Yulia Sari 37 tahun Islam IRT Tunanetra

I.5 Abdul Hay 40 tahun Islam Guru Tunanetra

I.6 Murni 41 tahun Islam Karyawan Normal

I.7 Abdurrohman 33 tahun Islam Karyawan Tunanetra

I.8 Fitriyani 33 tahun Islam Guru Normal

I.9 Muhamad Firman 33 tahun Islam Karyawan Tunanetra

I.10 Anna 35 tahun Islam Guru Tunanetra

30 Muhammad Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018.

Page 72: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

63

BAB IV

KELUARGA SAKINAH

PENGALAMAN PASANGAN TUNANETRA DI YAYASAN

RAUDLATUL MAKFUFIN

A. Pemahaman Pasangan Suami Istri Tunanetra tentang keluarga sakinah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, rukun, dan damai.

Dalam keluarga sakinah terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua

anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.1

Dalam Al-Qur’an telah tertulis bahwa ciri-ciri keluarga sakinah adalah

keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang, sebagaimana tertera dalam surat

Ar-Rum (30): 21 :

ة إن في ذلك ومن آياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة ورحم

آليات لقوم يتفكرون

Artinya: “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”.

Sedangkan menurut keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

Urusan Haji Nomor : D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan

Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa Keluarga Sakinah adalah

“keluarga yang dibina atas pernikahan yang sah mampu memenuhi hajat

spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang

antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu

1 Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. Ke-4, h.,

16

Page 73: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

64

mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan

dan akhlak mulia”.2

Dalam pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwasanya keluarga

sakinah adalah sebuah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak yang hidup secara harmonis, diliputi rasa kasih sayang, terpenuhinya

kebutuhan setiap anggota keluarga, baik lahir maupun batin secara seimbang dan

didalamnya terdapat ketenangan, kedamaian serta mengamalkan ajaran agama

sekaligus merealisasikan akhlak mulia.

Dari beberapa pengertian diatas, wajarlah bila keluarga sakinah merupakan

dambaan bagi setiap pasangan dalam membina rumah tangga, atau mungkin

menjadi tujuan dari setiap perencanaan pernikahan. Akan tetapi sebelum

mencapai tujuan tersebut, alangkah lebih baik untuk mengerti dan memahami apa

arti dari tujuan tersebut, maksudnya, ketika seorang laki-laki dan perempuan

memutuskan untuk melaksanakan pernikahan dengan tujuan membentuk keluarga

sakinah, maka mereka haruslah mengetahui terlebih dahulu apa itu keluarga

sakinah, unsur-unsur keluarga sakinah serta cara untuk menciptakan keluarga

sakinah.

Begitupula dengan para keluarga tunanetra, keluarga sakinah menjadi

tujuan serta dambaan bagi mereka, ketika ditanya tentang keluarga sakinah,

masing-masing pasangan tunanetra memiliki teori tersendiri dalam memahami apa

itu keluarga sakinah, ada yang menyebutkan bahwasanya keluarga sakinah adalah

keluarga yang tenang dan bahagia. Seperti yang dijelaskan oleh pasangan Ade

Ismail dan Tri : “yang saya ketahui, keluarga sakinah itu adalah keluarga yang

tenang, tentram dan berkah.”3

Sejalan dengan pemahaman pasangan diatas, pasangan Yanto dan istri pun

menjelaskan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia, tentram dan

jarang bertengkar, “keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling

2 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung: Departemen Agama

Provinsi Jawa Barat, 2004), h. 21 3 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018

Page 74: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

65

menyayangi, saling pengertian dan jarang berantem, ya pokoknya keluarga yang

bahagia dah”.4

Dengan demikian tampak bahwa pemahaman tentang keluarga sakinah

menurut dua pasangan di atas adalah lebih mengedapankan saling menyayangi,

dan jarang berantem, hal inipun di amini oleh pasangan Firman dan istri yang

memahami dengan hal serupa.“keluarga sakinah adalah keluarga yang jarang

cekcok”.5

. Akan tetapi ada satu pemahaman lain tentang keluarga sakinah yang

dipahami oleh pasangan tunanetra lainya, yaitu oleh pasangan Abul Hay dan istri

dan Pasangan Abdurahman dan istri, yang lebih menitik beratkan keluarga

sakinah kepada ajaran agama.“keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai

dengan ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling mengerti dan

menyayangi, serta tidak melenceng dari ajaran agama dan selalu mengikuti apa

yang dperintahkan Allah dan Rasulnya”.6

Begitupula dengan apa yang di ucapkan oleh Abdul Hay :“kalau menurut

saya, keluarga sakinah adalah keluarga yang selalu berpegang teguh pada

ajaran Islam, yang pastinya diliputi dengan kasih sayang agar jadi keluarga yang

bahagia”.7

Kemudian untuk memperdalam pemahaman keluarga tunanetra tentang

keluarga sakinah, peneliti menggali pemahaman mereka tentang beberapa bagian

yang termasuk dalam unsur-unsur keluarga sakinah seperti agama, pendidikan,

kesehatan, ekonomi dan hubungan sosial.

1. Agama

Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam

kandungan, keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.

Pemahaman agama dalam sebuah keluarga haruslah sangat diperhatikan, terlebih

4 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 5 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 6 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 7 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 75: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

66

dari segi keimanannya kepada Allah murni tidak melakukan kesyirikan, taat

terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, dan dari segi pengetahuan agamanyapun

sebuah keluarga haruslah memiliki semangat untuk memepelajari, memahami dan

memperdalam ajaran islam, taat melaksanakan tuntunan akhlak yang mulia,

disamping itu kondisi rumah nya islami. Agama juga menjadi dasar bagi setiap

keluarga untuk menjalani hidup menajdi teratur dan juga untuk mencapai

kebahagiaan.

Pentingnya agama dalam pembentukan keluarga sakinah pun tetera dalam

potongan Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji

Nomor: D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah

Bab III Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “keluarga sakinah harus mampu

mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan

dan akhlak mulia”.8

Sejalan dengan pemahaman diatas, ke-lima pasangan tunanetra yang

menjadi informan peneliti juga menyatakan bahwa agama adalah faktor yang

sangat penting dalam sebuah keluarga, seperti yang diutarakan oleh Ade Ismail

(I.1), “Sangat penting dong, karena semua segalanya sudah diatur di dalam

agama.”9

Begitu pula dengan Firman (I.9) yang menyatakan bahwa agama adalah

pedoman, dan patokan dalam keluarga. “Sangat penting itu, ibaratnya agama itu

sebagai buku pedoman bagi keluarga, karena kan kalau kita jauh dari agama,

Allah ga ridho, bisa jadi ke keluarga tuh imbasnya”.10.

Berbeda dengan pemahaman diatas, Abdul Hay (I.5) lebih menitik

beratkan agama kepada anak-anak, “Sangat penting, apalagi jaman sekarang,

kalau anak-anak kita ga dibekali dasar agama yang baik, duh, bisa kacau dah.

pergaulan bebas ga bisa dihindari.”11

8 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21 9 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 10 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 11 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 76: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

67

Menurutnya, pemahaman agama itu haruslah dimulai dari keluarga dan

diawali dari anak-anak kita, sehingga anak mengetahui batasan-batasan yang

diajari dalam agama, sehingga tidak terjerumus ke jalan yang salah.

2. Pendidikan

Pendidikan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting dalam

suatu keluarga, baik itun pendidikan agama, maupun pendidikan ilmu

pengetahuan lainnya. orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-

anaknya. Hal ini pula yang Allah perintahkan kepada Luqman untuk memberi

pendidikan kepada anaknya, sebagaimana yang tertera pada surat Luqman (31):

13:

رك لظلم عظيم تشرك وإذ قال لقمان لبنه وهو يعظه يا بني ل إن الش بالل

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia

member pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-

benar kezhaliman yang besar.

Selain berfungsi sebagai pendidik, dan pendamping dalam tumbuh

kembang anak. Orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan motivasi

terhadap pendidikan formal bagi setiap anggota keluarga, membudayakan suka

membaca, mendorong anak-anak untuk melanjutkan dan menyelesaikan

sekolahnya terutama bila mampu sampai tingkat sarjana, hal itu tertera dalam

Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26 yang menyatakan bahwa

“orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara,

mendidik dan melindungi anak”. Dalam UUPA juga dijelaskan bahwa salah satu

hak anak adalah “hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam

rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasan sesuai minat dan

bakatnya”.12

Sejalan dengan pemahaman diatas, beberapa pasangan tunanetra

menyatakan bahwa pentingnya faktor pendidikan dalam sebuah keluarga, baik

12 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 10

Page 77: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

68

pendidikan bagi dirinya sendiri maupun kepada anak-anaknya, hal ini dibuktikan

oleh Murni (I.6) yang ketiga anaknya telah mendapatkan pendidikan yang layak,

mulai dari pendidikan usia dini sampai sekolah Dasar,“yang paling besar 10tahun

sudah SD, yang paling kecil masih di PAUD”.13

Pemahaman keluarga tunanetra tentang pentingnya pendidikan dalam

keluarga pun dibuktikan dengan masih adanya hasrat dan keinginan mereka untuk

melanjutkan pendidikan, sebagaimana yang dirasakan oleh Yuli (I.4) yang ingin

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, “saya ingin sekolah lagi

ini, gak sampe SMA, pengen S1”.14

selain hasrat dan keinginan untuk melanjutkan pendidikan sebagaimana

diatas, ada pula penyesalan dalam putusnya pendidikan, sebagaimana yang

dirasakan oleh Abdurohman (I.7) yang menyatakan bahwa beliau menyesal ketika

berhenti kuliah yang saat itu sudah semester 3. “Saya nyesel juga itu berenti

kuliah, pengen nya sampe S1”.15

3. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah keluarga,

lingkungan rumah yang bersih, sehingga tidak mudah sakit, kalau ada yang sakit

segera menggunakan pertolongan puskesmas atau dokter, mendapatkan imunisasi

pokok, keadaan rumah dan lingkungan memenuhi kriteria lingkungan rumah

sehat, mendapatkan cahaya matahari yang cukup, sanitasi lengkap dan lancar,

lingkungan rumah bersih ada saluran pembuangan air, tidak terdapat sarang

nyamuk dan sebagainya. Begitupun dengan anggota keluarganya, kesehatan

anggota keluarga akan mempengaruhi keadaan keluarga tersebut, terutama

kesehatam anak, yang memang menjadi haknya untuk hidup sehat, dalam hal ini

pemerintah tekankan dalam UUPA yang menjelaskan salah satu hak anak adalah

“hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial”.16

13 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 14 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 15 Abdurrohman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 16 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 10

Page 78: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

69

Pentingnya kesehatan dalam keluargapun menjadi perhatian pemerintah

dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 5 Pasal 12

ayat 1 yang menyatakan bahwa “ kesehatan keluarga diselenggarakan untuk

mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia dan sejahtera”.

Sejalan dengan pemahaman diatas tentang pentingnya kesehatan dalam

keluarga, para pasangan tunanetra juga menyatakan bahwa kesehatan adalah salah

satu faktor yang sangat penting dalam keluarga, sebagaimana yang diutarakan

oleh Fitri (I.8) “kesehatan diri, kesehatan lingkungan penting juga tuh, karena

kan kalau sakit, kita ga Cuma ngerepotin pasangan, tapi juga keluarga besar”.17

Bagi Fitri kesehatan lingkungan yang berdampak pada keshetan keluarga

adalah hal yang penting, karena jika salah satu dari mereka sakit, maka akan

merepotkan pasangannya, atau bahkan sampai keluarga besarnya.

Peran dan tindakan yang cepat ketika salah satu anggota keluarga

menderita sakit pun dirasa sangatlah penting, hal inilah yang dilakukan oleh

pasangan Abdul Hay (I.5) dan Istri, dimana ketika salah satu anakya menderita

sakit, maka keduanya langsung membawa anaknya ke pelayanan kesehatan

terdekat, “kalau anak sakit, langsung saya bawa ke puskesmas. Atau seenggaknya

dengan obat warung dulu”18

Hal tersebut sangatlah harus diperhatikan bagi setiap orang tua, karena

orang tua memiliki tanggungjawab untuk mendidik membimbing, mengasuh dan

memperhatikan kesehatan anaknya.

4. Ekonomi

Faktor ekonomi adalah salah satu yang terpenting dalam sebuah keluarga,

ketika ekonomi dalam sebuah keluarga lancar dan teratur, maka keluarga itupun

akan tenang dan sejahtera, namun sebaliknya, jika ekonomi tersebut tersendat dan

tidak teratur, maka tak ayal, keretakan dalam rumah tangga pun terkadang tidak

dapat dihindari. Berbagai macam contoh pemenuhan ekonomi dalam keluarga,

misalnya suami atau istri mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi

17 Fitriyani, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 18 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 79: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

70

kebutuhan pokok, pengeluaran tidak melebihi penghasilan yang cukup mampu

menabung, kebutuhan pokok yang harus dipenuhi kebutuhan makan sehari-hari,

sandang, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah (2) ayat 233 menjelaskan bahwa

salah satu tugas suami adalah memenuhi kebutuhan keluarganya.

وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya

dengan cara yang ma’ruf”.

Dalam UU No.1 tahun 1974 pasal 34 ayat 1 tentang perkawinan juga telah

disebutkan bahwa salah satu kewajiban suami adalah “melindungi istrinya dan

memberikan segala keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya”.19

Sejalan dengan pemaparan diatas terkait pentingnya ekonomi dalam

keluarga, para pasangan tunanetra pun sangat paham akan pentingnya ekonomi,

bahkan mereka seakan kompak menyatakan bahwa ekonomi adalah hal yang

utama dan terpenting dalam keluarga, bahkan ketika ekonomi dalam keluarga

tidak jalan, maka dampaknya adalah kleuarga menjadi amburadul. Seperti yang

diungkapkan oleh Yanto (I.3) yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan hal

yang sangat penting, “kalau ini sangat penting mas, kalau ekonomi gak berjalan,

keluarga juga jadi amburadul nantinya”.20

Seakan sejalan dengan apa yang diutarakan Bapak Anto, Bapak Abdul

Hay (I.5) juga sangatlah menyadari akan pentingnya ekonomi keluarga, bahkan ia

menyadari bahwasanya salah satu faktor perceraian dalam keluarga adalah

ekonomi, “kalau itu sangat penting. Ekonomi sangat mempengaruhi keluarga,

jangankan kita yang keluarga tunanetra, yang keluarga normal aja bisa putus

ditengah jalan gara-gara ekonomi”.21

Begitu pentingnya ekonomi bagi kehidupan berkeluarga, maka tak jarang

kegiatan bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tidak hanya dilakukan

19 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4 20 Yanto, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 21 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 80: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

71

oleh suami saja, terkadang istri pun ikut bekerja, hal ini pula lah yang terjadi pada

Pasangan Firman (I9) dan Anna (I.10) dan juga pasangan Abdurrahman (I.7) dan

Fitri (I.8) yang mana para suami mengijinkan istri untuk ikut bekerja mencari

nafkah guna membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Hubungan Sosial

Hubungan sosial haruslah ada dalam setiap keluarga, karena pada

dasarnya, manusia adalah mahluk sosial. Artinya, manusia dalam kehidupannya

saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan

bermasyarakat, setiap manusia mempunyai sistem sosial terkecil yaitu keluarga,

hubungan suami istri saling mencintai, menyayangi, menghormati, mempercayai,

membantu, saling terbuka dan bermusyawarah bila mempunyai masalah dan

saling memaafkan.

Bahkan Allah mengibaratkan suami istri itu seperti pakaian, yang mana

berarti sebagai pelindung serta penutup bagi pasangannya, sebagaimana yang

terulis pada surat Al-Baqarah (2): 718 :

هن لباس لكم وأنتم لباس لهن

Artinya: “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi

mereka”

Demikian pula hubungan orang tua terhadap anak, orang tua mampu

menunjukan rasa cinta dan kasih sayangnya, memberikan perhatian, bersikap adil,

mampu membuat suasana terbuka sehingga anak merasa bebas mengutarakan

permasalahannya sehingga suasana rumah tangga itu mampu menjadi tempat

bernaung yang indah, aman dan segar. begitu pula, hubungan dengan tetangga,

diupayakan menjaga keharmonisan dengan jalan saling menolong, menghormati,

mempercayai dan mampu ikut berbahagia terhadap kebahagiaan tetangganya dan

ikut berduka atas duka tetangganya, mampu tidak bermusuhan dan mampu saling

memaafkan.

Sejalan dengan pemahaman diatas, para pasangan tunanetra pun

menyatakan pentingnya bersosial dalam kehidupan, baik dalam keluarga maupun

kepada lingkungan sekitar. Seperti yang di utarakan oleh Ade Ismail (I.1) yang

Page 81: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

72

menyatakan bahwa ia sebagai tunanetra sangatlah butuh akan bantuan lingkungan

sekitar.“Sangat penting, apalagi sayakan tunanetra, jadi sangat butuh dengan

orang lain.22

Begitupula yang dilakukan oleh Abdul Hay (I.5) yang selalu menekankan

kepada istri dan anak-anaknya akan pentingnya menjaga persaudaraan dengan

keluarga besarnya, karena baginya, silaturahim dan hubungan sosial kepada

lingkungan sekitar akan berdampak baik bagi dirinya dan keluarga.“penting juga

sih itu, saya selalu bilang ke istri dan anak-anak, jangan sampai putusin

silaturahmi sama keluarga besar, kaya kakek-neneknya, uwa, mamang, bibi,

karena pasti kita butuh mereka suatu saat nanti.”23

Dari beberapa pemaparan dari pengertian keluarga sakinah diatas, ketika

ditanyakan kepada pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin

Serpong dapat disimpulkan bahwa ternyata mereka memiliki pemahaman yang

sama meskipun mereka memaparkan dengan bahasa yang berbeda. Bahwa yang

mereka maksud tentang keluarga sakinah adalah keluarga yang penuh dengan

kasih sayang, jarang bertengkar, berpegang teguh pada agama, keluarga yang

eknomi berkecukupan, berpendidikan, sehat dan aktif bersosial. Hal ini jelas

sesuai dengan apa yang tertera pada surat Ar-Rum ayat 21 diatas, bahwa keluarga

sakinah adalah keluarga yang cenderung tentram, dan penuh rasa kasih sayang,

begitu pula dengan apa yang tertulis dalam keputusan Jenderal Bimas Islam dan

Urusan Haji nomor D/71/1999 tentang petunjuk pelaksaan keluarga sakinah, yang

menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang tercukupi hajat

spiritual dan material, diliputi rasa kasih sayang antar anggota keluarga dan

lingkungannya, serta mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama.

B. Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra Dalam Membentuk Keluarga

Sakinah

Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak selalu berisikan senyum dan

tawa, tetapi sesekali terdapat perselisihan antara suami dan isteri. Karena itulah,

22 Ade Ismail, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 23 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 82: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

73

ketika hendak melangkah ke jenjang pernikahan dianjurkan memilih jodoh yang

baik (sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk bertujuan dalam

membina pernikahan yang bahagia, sakinah dan harmonis. Untuk itu, dalam

upaya membina keluarga yang sakinah perlu diperhatikan berbagai aspek secara

menyeluruh, di antaranya peranan masing-masing suami dan istri, baik yang

individual maupun yang dimiliki bersama. Namun selain mengetahui peranan

masing-masing suami dan isteri, terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam membentuk keluarga sakinah, yaitu saling pengertian, saling sabar, saling

terbuka, saling meningkatkan kasih sayang, komunikasi yang terjalin dengan baik

serta adanya kerjasama antara suami, istri maupun anak.

Banyak faktor penting yang dapat mempengaruhi terbentuknya keluarga

sakinah, seperti sisi agama, yang diawali dengan perkawinan yang sah, serta

mampu melaksanakan kewajibannya seperti shalat, puasa zakat. Dan juga aktif di

kegiatan sosial maupun keagamaan di masyarakat. Selanjutnya dilihat dari sisi

ekonomi, keluarga sakinah dapat tercipta jika ekonomi dalam suatu keluarga

tercukupi, misalkan, pemasukan perbulan jelas dan tetap, serta pengeluaran

bulanan yang tidak lebih besar dari pemasukan itu sendiri, bisa menabung atau

tidak, suami bekerja atau istri ikut bekerja, dan juga hubungan sosial dalam

keluarga, komunikasi yang terjalin baik antar anggota keluarga merupakan salah

satu kunci terbentuknya keluarga sakinah, selain itu, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitar pun patut di perhatikan, terutama bagi keluarga tunanetra yang

memang sangat butuh akan bantuan orang lain.

Upaya membentuk keluarga sakinah yang dilakukan keluarga tunanetra

tentu tidaklah sama dengan keluarga normal lainnya, pasti terdapat tantangan

tersendir untuk mewujudkannya, akan tetapi keluarga tunanetra tentu memiliki

cara dan upaya tersendiri dalam mewujudkan keluarga sakinah. Dalam hal ini

peneliti membagi dalam beberapa faktor yang menurut peneliti merupakan hal

yang penting dalam terbentuknya keluarga sakinah, seperti ekonomi, pengasuhan

anak, hubungan biologis, dan aktivitas dalam. rumah tangga.

Page 83: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

74

1. Ekonomi keluarga

Dalam segi ekonomi keluarga, pemahaman keluarga tunanetra pun tak

berbeda pada keluarga umum lainnya, para suami dalam keluarga tunanetra juga

menyadari bahwa mencari nafkah guna menafkahi keluarga adalah kewajibannya.

Tentu hal ini sangatlah sesuai dengan apa yang di jelaskan dalam Al-Qur’an pada

surat Al-Baqarah (2): 233 :

وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف

Artinya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya

dengan cara yang ma’ruf”.

Berdasarkan penelitian dilapangan ada beberapa pekerjaan yang dilakukan

para informan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, diantaranya:

a. Guru/Pendidik

Sebagai guru atau pendidik adalah salah satu pekerjaan yang cukup

banyak dilakukan oleh Informan, seperti Ade Ismail (I.1), Abdul Hay (I.5),

Fitriyani (I.8) dan Anna (I.10), lokasi mengajar nya pun berbeda-beda, Ade dan

Fitri mengajar di Yayasan Raudlatul Makfufin, Abdul Hay mengajar di SD

Ashidiqiyah Pamulang, dan Anna mengajar di SLB El Shaffa Jakarta. Akan tetapi

ketika peneliti singgung tentang besaran pendapatan perbulan dari mengajar,

hanya Tri (Suami Ade) saja yang menyebutkan bahwa besaran hasil dari

suaminya mengajar adalah kisaran 1-2 juta perbulan, “kalau Mas Ade, dia ngajar

disini, Alhamdulillah pengasilan 1-2juta per bulan”. 24

Sedangkan ketiga informan lainnya enggan untuk menyebutkan

besarannya, mereka hanya menyatakan cukup, bersyukur dan Alhamdulillah.

“kalau penghasilan, cukuplah”.25

b. Karyawan

Menjadi karyawan sebuah lembaga atau perusahaan dalah salah satu jalan

yang diambil sebagian informan untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti Firman (I.9) dan Yanto (I.3) yang berkerja sebagai staff

24 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 25 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 84: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

75

telefunding di Bank CIMB Gajah Mada Jakarta, dan juga Abdurrohman (I.7) yang

berkerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan konveksi di daerah tangerang,

selain itu, ia juga berkerja sebagai marketing pada sebuah perusahaan Travel Haji

dan Umroh di Pamulang. Ketika peneliti singgung tentang kisaran pendapatan

bulanan, ketiga informan tersebut kompak bahwa penghasilan bulanan mereka

sesuai dengan besaran UMR masing-masing daerah. “kalau penghasilan, sekitar

UMR lah”.26

Menjadi karyawan sebuah lembaga juga dijadikan sebagai salah satu

sumber penghasilan bulanan, adalah Ibu Tri (I.2) yang bekerja sebagai staff

administrasi di Yayasan Raudlatul Makfufin, tetapi beliau tidak ingin mengatakan

besaran pendapatannya, ia hanya mengatakan “Alhamdulillah dan cukup”.27

c. Cleaning Service

Cleaning service menjadi salah satu jalan yang diambil oleh asalah satu

informan, adalah Murni (I.6) yang menjadi Cleaning Service di SD Ashidiqiyah

pamulang, hal itu ia lakukan guna membantu suaminya dalam memenuhi

kebutuhan rumah tangga, akan tetapi sama dengan beberapa informan diatas, Ibu

Murni pun tidak ingin memberikan berapa kisaran pedapatan bulanan dari

pekerjaannya. “Kalau penghasilan, jangan disebutin ah, alhamduillah cukup

pokoknya.”28

26 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018 27 Tri, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 28 Murni, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018

Page 85: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

76

Pekerjaan informan dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 4.1

No Nama Pekerjaan Jumlah Pendapatan

1 Bapak Ade Ismail Guru 1-2 juta/bulan

2 Bapak Abdul Hay Guru Cukup

3 Ibu Fitri Karyawan Cukup

4 Ibu Anna Guru Cukup

5. Bapak Firman Karyawan UMR

6. Bapak Anto Karyawan UMR

7. Bapak Abdurrohman Karyawan UMR

8 Ibu Tri Karyawan Cukup

9. Ibu Murni Cleaning Service Cukup

Berdasarakan data-data diatas, bekerja untuk memenuhi ekonomi keluarga

tidak hanya dilakukan oleh suami, akan tetapi istri juga ikut turun tangan berkerja

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. padahal hukum tertulis menyatakan bahwa

mencari nafkah untuk keperluan hidup adalah kewajiban suami, seperti yang telah

diuraikan diatas pada UU No, 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 34 ayat 1,

yang menjelaskan bahwa “suami wajib melindungi istrinya dan memberikan

segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya.”29 Begitu juga yang tertera pada KHI pasal 80 ayat 2 yang

menjelaskan bahwa “suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya”30 akan tetapi

dalam konteks lain, istri diperbolehkan bekerja guna membantu suami memenuhi

biaya rumah tangga dengan catatan ada izin dari suami tersebut

29 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 4 30 Ahmad Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Minakahat, h., 160

Page 86: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

77

2. Pengasuhan Anak

Keluarga merupakan tempat pertama dalam kehidupan anak, tempat anak

belajar dan berperan sebagai mahluk sosial, di Indonesia anak-anak dilindungi

oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, dan berdasarkan UU Perlindungan Anak (UUPA) pasal 26

menyatakan bahwa “orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak”.31

Agama Islam pun sangat memeperhatikan tentang pengasuhan anak,

seperti yang tercantum pada surat An Nisa (4): 9 :

وليقولوا قول وليخش الذين من خل ية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا للا فهم لو تركوا من خلفهم ذر

سديدا

Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka

meninggalkan anak-anaknya yang dalam keadaan lemah, yang mereka

khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebabitu, hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”

Berdasarkan pemaparan diatas, tampaklah bahwa didalam sebuah

keluarga orang tua wajib menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejuk bagi

anak. Serta wajib memberikan pola pengasuhan kepada anak. Hal itu pula yang

wajib dilakukan oleh keluarga tunanetra, berdasarkan fakta dilapangan, dari ke-

lima pasangan tunanetra yang menjadi informan peneliti, hanya satu pasangan

yang sudah memiliki anak, dua pasang sedang menunggu kedatangan sang buah

hati, lalu dua pasang lainnya masih belum ada tanda-tanda akan hadirnya sang

anak. Kemudian lebih jauh peneliti membagi upaya keluarga tunanetra dalam

mengasuh anak kepada beberapa bagian, diantaranya

a. Pengasuhan anak dilakukan oleh Istri

Dalam konteks ini isteri mempunyai andil yang lebih besar dalam

pengasuhan anak disbanding suami, segala urusan dan kebutuhan anak dilakukan

sepenuhnya oleh isteri sedangkan suami hanya bertugas mencari nafkah untuk

kebutuhan keluarganya. Hal ini tentu dilakukan oleh pasangan tunanetra yang

31 BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, h., 8

Page 87: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

78

kategori B (Suami Tunanetra & Isteri Normal), seperti pasangan Ade Ismail dan

Tri (I.1 dan I.2) yang sudah memasuki usia kandungan 8 bulan, pasangan

Abdurohman dan Fitriyani (I.7 dan I.8) yang masih menunggu hadirnya sang

anak, dan juga pasangan Abdul Hay dan Murni (I.5 dan I.6) yang sudah memiliki

3 orang anak.seperti yang di ucapkan oleh Abdul Hay. “Ya kalau itu urusan istri

saya dah mas, saya kan gabisa melihat”.32

b. Pengasuhan anak dibantu oleh orang lain

Dalam konteks ini, pengasuhan anak tak sepenuhnya dapat dilakukan oleh

pasangan suami istri tunanetra, sehingga mereka butuh adanya bantuan orang lain

dalam melaksanakan pengasuhan anak, baik itu orang tua, saudara maupun

tetangga. Hal ini tentu dilakukan oleh pasangan tunanetra kategori A (Suami

tunanetra & Istri Tunanetra). Seperti yang direncanakan oleh pasangan Anto dan

Yuliasari (I.3 dan I.4) yang sudah memasuki usia kandungan 3 bulan, dan juga

pasangan Firman dan Anna (I.9 dan I.10) yang masih menunggu hadirnya sang

buah hati, kedua pasangan tersebut berencana akan meminta bantuan orang tua

dan saudara dalam melakukan pengurusan anak.“ya, nanti pasti ada caranya,

minta dibantu sama orang tua mungkin ya”33

3. Hubungan Biologis

Hubungan biologis yang dimaksud disini adalah upaya mereka

menciptakan keluarga sakinah dalam sisi pribadi antara suami dan istri,

bagiamanakah pasangan suami-istri tunanetra dapat mampu menerima

pasangannya dari segala arah, seperti nafkah lahir dan nafkah bathin, bagaimana

cara mereka menyikapi perselisihan dalam rumah tangga serta puas atau tidaknya

menjalani hidup dengan pasangannya, serta apa saja bumbu-bumbu cinta diantara

mereka sehingga dapat mewujudkan keluarga sakinah, dalam surat Al-Baqarah

(2): 187 :

32 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 33 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Maret 2018

Page 88: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

79

هن لباس لكم وأنتم لباس لهن

Artinya: “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi

mereka”

Ayat diatas sangat jelas bahwa Islam sangat memperhatikan ikatan

biologis antara suami istri, dengan analogi sebuah pakaian, Islam menggambarkan

bahwasanya suami suami istri itu adalah sebuah pakian yang menyatu dalam diri,

saling melindungi, saling melengkapi, membuat pantas, pakaian yang pas dan

bagus tentunya akan sedap dipandang dan terasa nyaman. Tetapi Karena terus

digunakan, pakaian bisa lusuh juga, tentu disinilah bagaimana seorang suami istri

harus pandai merawatnya.

Berdasarkan fakta dilapangan, peneliti mendapatkan bahwa dalam segi

nafkah lahir dan juga bathin, ke-lima pasangan suami istri tunanetra yang menjadi

informan peneliti, mengatakan bahwa mereka puas dengan nafkah lahir bathin

yang diberikan oleh pasangannya masing-masing, seperti yang di uraikan oleh

Abdul Hay (I.5) bahwasanya meskipun ia tunanetra akan tetapi dalam berumah

tangga ia selalu melakukan kewajibannya kepada isteri dan sebaliknya, isterinya

pun melakukan kewajibannya kepada suami, rasa cinta yang sudah tumbuh dalam

hati masing-masing itu mereka buktikan dengan bertahan nya rumah tangga

selama 12 tahun.“Alhamdulillah, terpenuhi lahir bathin, ya buktinya kami sudah

12 tahun berumah tangga”.34

Hubungan biologis juga menyinggung bagaimana si isteri dapat menerima

pemberian nafkah suami dengan sukarela apa adanya, hal inilah yang diutarakan

oleh Yuliasari (I.4) yang menyatakan bahwa dirinya menerima sepenuh hati

berapapun penghasilan sang suami, baginya, yang penting masih bisa makan

berdua dan cukup untuk kebutuhan keluarga.“Saya mah terima saja berapapun

penghasilan suami, yang penting bisa makan buat saya dan suami dan cukup juga

untuk kebutuhan keluarga”.35

Hubungan biologis juga mencangkup tentang bagaimana cara pasangan

suami isteri tunanetra menyikapi masalah-masalah yang timbul dalam keluarga,

34 Abdul Hay, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 4 Maret 2018 35 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018

Page 89: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

80

karena jangankan mereka yang tunanetra, pasangan suami isteri yang normal pun

kadang menemukan persilisihan dalam rumah tangga, bahkan jika tidak

diselesaikan bisa menimbulkan perceraian. Lalu apa yang dilakukan oleh

pasangan suami istri tunanetra ketika ada perselisihan diantara mereka.

Berdasarkan hasil yang ditemui peneliti, ada beberapa cara yang dilakukan

pasangan suami istri tunanetra dalam mengatasi perselisihan dalam rumah tangga,

diantaranya: pertama rasa cinta dan rasa mengalah adalah kunci bagi redamnya

perselisihan diantara mereka, maksudnya, ketika terjadi perselisihan atau

pertengkaran diantara pasangan suami istri tunanetra tersebut, maka salah satu

diantara mereka haruslah ada yang mengalah, lebih tenang, lebih kalem dan sabar.

Sehingga tidak menimbulkan emosi yang berlebih. Hal ini pulalah yang dilakukan

oleh pasangan Firman dan Anna “Ya saling ngobrol aja, kadang kita cekcok

karena masalah hal sepele, tapi ya gitu harus ada yang ngalah salah satunya”.36.

Yang kedua, memperbaiki komunikasi diantara kedua pasangan adalah salah satu

obat pereda dalam panasnya perselisihan rumah tangga, hal ini diterapkan oleh

pasangan Yanto dan Yuli, karena bagi mereka, tak jarang pertengkaran yang

terjadi diantara mereka adalah berawal dari komunikasi, oleh karena itu

memperbaiki komunikasi adalah salah satu cara agar menghindari perselisihan

dalam keluarga. “Kalau saya sih, paling memperbaiki komunikasi aja kali ya,

saling dijelasin maunya apa, gitu”.37

4. Pembagian Tugas Rumah Tangga

Tugas rumah tangga merupakan tanggung jawab keluarga itu sendiri, baik

tugas sejak bangun tidur sampai tidur lagi pun itu menjadi tugas yang wajib

dilaksanakan oleh anggota keluarga masing-masing. Lantas bagiamana dengan

keluarga tunanetra, keterbatasan yang mereka miliki apakah berpengaruh bagi

mereka dalam melaksanakan aktifitas tugas rumah tangga, dalam hal ini

berdasarkan fakta dilapangan, peneliti membagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Dilakukan oleh kedua pasangan tunanetra

36 Firman, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 37 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018

Page 90: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

81

Hal ini dilakukan oleh hampir semua pasangan tunanetra. Bagi mereka

pembagian tugas rumah tangga adalah tanggung jawab mereka tanpa

mengesampingkan kewajiban masing-masing. Contoh misalkan yang dilakukan

oleh Anna (I.10) yang juga yang harus melakukan tugasnya sebagai istri dan juga

sebagai ibu rumah tangga, Ia merasa harus bangun lebih awal sebelum suami, dan

menyiapkan sarapan untuk suami sebelum suami berangkat kerja. “saya sebagai

istri minimal harus bangun lebih dulu, siapin sarapan sebelum dia berangkat

kerja dan lain-lain”.38

Ketika disinggung bagaimana cara melakukan itu semua ditengah

keterbatasanyang dimiliki, ternyata jawabannya adalah karena ia sudah

mengetahui dimana letak barang-barangnya dan yang paling utama, ia sudah

terbiasa melakukannya.“Ya, kita kan sudah tahu letak barang-barang kita, dan

gaboleh pindah posisi, misalkan sapu, itu ada disini, gelas disini, ya begitu”.39

b. Dibantu Orang Lain

Ditengah keterbatasan yang dimilkinya, wajar bila para penyandang

tunanetra meminta atau menharapkan bantuan dari orang lain, begitu pula dengan

apa yang dilakukan oleh Yuli (I.4) yang menyatakan bahwa pembagian tugas

rumah tangga terkadang Ia dibantu oleh orang tuanya, hal ini pun menjadi hal

yang lumrah dikarenakan Yuli tinggal satu rumah dengan orang tuanya.

“Pembagian tugasnya ya itu mas, paling saya urus rumah, sama orang tua

disana”.40

Dari beberapa pemamaparan tentang upaya pasangan suami istri tunanetra

dalam membentuk keluaga sakinah diatas, dapat disimpulkan bahwa a) terkait

ekonomi, para pasangan suami istri tunanetra tetap bekerja untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, dan tidak bergantung kepada orang lain, diantaranya sebagai

guru dan karyawan, b) berkaitan pengasuhan anak, sebagian pasangan tunanetra

tersebut ada yang mandiri dalam mengasuh anak, namun ada pula yang dibantu

dengan orang lain, c) terkait hubungan biologis, pasangan suami istri tunanetra

38 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 39 Anna, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018 40 Yuliasari, Informan Peneliti, Interview Pribadi, Serpong, 18 Februari 2018

Page 91: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

82

saling menerima satu sama lain tanpa melihat adanya kekurangan pada

pasangannya, dan mengaku puas menjalani dalam hidup bersama pasangannya

serta d) terkait pengurusan tugas rumah tangga, sebagian pasangan tunanetra

mengurus rumah tangga secara mandiri, namun adapula yang pengurusannya

dibantu orang lain.

Berikut penulis ingin mendudukan bagaimana status pasangan suami isteri

tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin masuk ke kriteria keluarga sakinah

manakah, karena dalam Program Pembinaan Keluarga Sakinah disusun kriteria-

kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga

Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III

Plus. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut :41

a. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui

ketentuan pernikahan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar

spiritual dan material (basic need) secara mnimal, sepeti keimanan, shalat,

zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.

Tolak ukur Keluarga Pra Sakinah Keluarga Pra Sakinah adalah 1).

Keluarga dibentuk tidak melalui pernikahan yang sah, 2). Tidak sesuai

ketentuan undang-undang yang berlaku, 3). Tidak memiliki dasar

keimanan, 4). Tidak melakukan shalat wajib, 5). Tidak mengeluarkan

zakat fitrah, 6). Tidak menjalankan puasa wajib, 7). Tidak tamat SD, dan

tidak dapat baca tulis, 8). Termasuk kategori fakir atau miskin, 9). Berbuat

asusiladan 10). Terlibat perkara-perkara kriminal

b. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan yang

sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara

minimal tetapi masih belum bisa memenuhi psikologisnya seperti

kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya,

mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.

41 Departemen Agama Kantor Wilayah Propvinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama

Islam, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, h., 21-25

Page 92: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

83

Tolak ukur Keluarga Sakinah I adalah, 1) Pernikahan sesuai

dengan peraturan syariat dan UU nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan,

2). Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain sebagai bukti pernikahan

yang sah, 3). Mempunyai perangkat shalat sebagai bukti melaksanakan

shalat wajib dan dasar keimanan, 4). Terpenuhi kebutuhan makanan

pokok, sebagai tanda bukan tergolong orang yang fakir miskin, 5). Masih

sering meninggalkan shalat, 6). Jika sakit sering pergi ke dukun, 7).

Percaya pada tahayul, 8). Tidak datang di pengajian/majelis taklim, dan 9).

Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD

c. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga yang dibangun atas pernikahan yang

sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga

telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta

bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi

sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu

mengahayati serta mengembangkan nilai-niali keimanan, ketaqwaan, dan

akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya.

Tolak ukur Keluarga Sakinah II adalah 1). Tidak terjadi perceaian,

kecuali sebab kematian atau hal sejenis lainnya yang mengharuskan

terjadinya perceraian tersebut, 2) Penghasilan keluarga melebihi

kebutuhan pokok, sehingga bisa menabung, 3) Rata-rata keluarga memiliki

ijazah SMP, 4) Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana, 5) Keluarga

aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan, 6). Mampu

memenuhi standar makanan yang sehat/ memenuhi 4 sehat 5 sempurna,

dan 7) Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan

perbuatan amoral lainnya

d. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh

kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah, sosial psikologis, dan

pengembangan keluarganya, tetepi belum mampu menjadi suri tauladan

bagi lingkungannya

Page 93: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

84

Tolak ukur Keluarga Sakinah III adalah Aktif dalam upaya

meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan di masjid-masjid maupun

dalam keluarga. 1) Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan

dan sosial kemasyarakatan, 2) Aktif memberikan dorongan dan motivasi

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat

pada umumnya, 3) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA keatas, 4)

Pengeluaran zakat, infaq dan wakaf senantiasa meningkat, 5)

Meningkatnya pengeluaran qurban, dan 6) Melaksanakan ibadah haji

secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

e. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga yang telah dapat memeuhi

seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah secara

sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat

menjadi suri teladan bagi lingkungannya.

Tolak ukur Keluarga Sakinah III Plus adalah 1) Keluarga yang telah

melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria haji mabrur, 2) Menjadi tokoh

agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang dicintai oleh

masyarakat dan keluarganya, 3) Pengeluaran zakat, infaq, sodaqoh,

jariyah, wakaf meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 4)

Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyakat sekelilingnya dalam

memenuhi ajaran agama, 5) Keluarga mampu mengembangkan ajaran

agama, 6) Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana, 7) Nilai-

nilai ketaqwaan, keimanan dan akhlaqul karimah tertanam dalam

kehidupan pribadi dan keluarganya, 8) Tumbuh berkembang perasaan

cinta kasih sayang secara selaras, serasi dan seimbang dalam anggota

keluarga dan lingkunganya dan 9) Mampu mejadi suri tauladan

masyarakat sekitarnya

Page 94: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

85

Dari kelima kriteria keluara sakinah diatas, dapat disimpulkan bahwa dari

lima pasangan suami istri tunanetra yang ada di Yayasan Raudlatul Makfufin

tidak ada satupun yang masuk ke dalam kriteria Keluarga Pra Sakinah

dikarenakan semua tolak ukur yang ada pada Keluarga Pra Sakinah tidak sesuai

dengan kehidupan pasangan tunanetra, begitu pula dengan tolak ukur pada

Keluarga Sakinah I, meskipun ada sebagian yang telah terpenuhi oleh pasangan

tunanetra, seperti pernikahan sesuai aturan, keluarga memiliki surat nikah,

terpenuhi kebutuhan pokok, akan tetapi ada beberapa tolak ukur yang juga tidak

sesuai dengan kehidupan pasangan tunanetra, seperti percaya pada tahayyul, pergi

ke dukun dan rata-rata berijazah SD. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa

tidak ada satupun dari lima pasangan suami istri tunanetra yang masuk kedalam

kriteria Keluarga Sakinah I.

Begitu juga tidak ada satupun dari lima pasangan tunanetra yang masuk

kedalam kategori Keluarga Sakinah III Plus, dikarenakan ada beberapa tolak ukur

yang tidak terpenuhi, seperti telah melaksanakan haji, menjadi tokoh agama,

pengeluaran zakat, infaq dan wakaf yang terus meningkat, serta rata-rata anggota

keluarga memiliki ijazah sarjana.

Pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin ternyata

masuk kedalam kriteria sebagai berikut:

1. Keluarga Sakinah II

Keluarga pasangan suami istri tunanetra yang masuk dalam kategori

Keluarga Sakinah II adalah :

a. Pasangan Yanto dan Ibu Yuliasari

b. Pasangan Abdurrohman dan Ibu Fitriyani

c. Pasangan Firman dan Anna

Hal ini didasari oleh penilaian peneliti yang tentu menyesuaikan ketiga

pasangan tersebut dengan ciri-ciri atau tolak ukur dalam kriteria Keluarga Sakinah

II seperti penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok, sehingga bisa

menabung, keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan,

Page 95: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

86

mampu memenuhi standar makanan yang sehat, serta tidak terlibat dalam perkara-

perkara kriminal.

2. Keluarga Sakinah III

Keluarga pasangan suami istri tunanetra yang masuk dalam kategori

Keluarga Sakinah III adalah :

a. Pasangan Ade Ismail dan Tri

b. Pasangan Abdul Hay dan Murni

Masuknya kedua pasangan diatas kedalam kategori Keluarga Sakinah III

didasari karena keduanya aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah

keagamaan di masjid-masjid maupun dalam keluarga, aktif menjadi pengurus

kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat, aktif memberikan dorongan kepada

lingkungan sekitar dalam segi kesehatan dan keagamaan, dan sudah melaksanakan

ibadah Umroh atau Haji

Page 96: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

86

BAB V

PENUTUP

Upaya Pasangan Suami Istri Tunanetra

Membentuk Keluarga Sakinah Di Yayasan

Raudlatul Makfufin Serpong – Tangerang Selatan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang upaya

pasangan suami istri tunanetra dalam membentuk keluarga sakinah di Yayasan

Raudlatul Makfufin, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pemahaman pasangan suami istri tunanetra tentang keluarga sakinah

tampak bahwa mereka memiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda dengan apa

yang disebutkan dalam keputusan Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor

D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah.

Keluarga sakinah menurut pasangan suami istri tunanetra adalah Keluarga

yang diliputi dengan kasih sayang dan jarang bertengkar, Keluarga yang selalu

berpegang pada ajaran agama Islam, Keluarga yang ekonomi berkecukupan serta

pendidikan yang layak dan Keluarga yang terjamin dalam kesehatan serta aktif

dalam hidup bersosial.

Upaya membentuk keluarga sakinah yang dilakukan keluarga tunanetra

adalah:

a. Ekonomi keluarga. Ekonomi merupakan hal utama dalam keluarga,

begitupula dengan keluarga tunanetra yang tetap bekerja dengan

berbagai profesi demi mememuhi kebutuhan dalam rumah tangganya,

seperti sebagai tenaga pengajar (4 orang), karyawan (4 orang) dan

cleaning service (1 orang).

b. Pola pengasuhan anak. Pola asuh anak yang diterapkan oleh pasangan

suami istri tunanetra adalah :

1) Pengasuhan dilakukan oleh istri, hal ini dilakukan oleh tiga pasang

keluarga, yang mana masuk pada kategori B (suami tunanetra &

istri normal)

Page 97: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

87

2) Pengasuhan dibantu orang lain, hal ini dilakukan oleh dua pasang

keluarga yang masuk dalam kategori A (suami tunanetra & istri

tunanetra), dan pengasuhan dibantu oleh oranglain, seperti orang

tua, ataupun kerabat lainnya.

c. Hubungan biologis. Pasangan suami istri tunanetra sangat merasa puas

serta bahagia dalam menjalani biduk rumah tangga bersama

pasangannya masing-masing, hal ini tentu menjadi kunci terciptanya

keluarga sakinah.

d. Pembagian tugas rumah tangga. Pembagian tuga srumah tangga yang

diterapkan oleh pasangan suami istri tunanetra adalah:

1) Dilakukan oleh kedua pasangan tunanetra. Ini terjadi hampir

disemua pasangan tunanetra, dengan kata kunci mereka sudah

hapal betul dimana letak serta posisi barang yang akan mereka

gunakan.

2) Dibantu orang lain, ini terjadi disebagian pasangan tunanetra,

dalam hal ini pekerjaan tugas rumah tangga dilakukan oleh orang

tua atau kerabat lainnya.

Berdasarakan Keputusan Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor :

D/71/1999 tentang petunjuk pelaksanaan pembinaan keluarga sakinah, klasifikasi

pasangan suami istri tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin terbagi menjadi

dua, yaitu keluarga sakinah II yang berisi tiga pasang, dan dua pasang lainnya

masuk kedalam kategori keluarga sakinah III.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai upaya pasangan suami istri

tunanetra membentuk keluarga sakinah di Yayasan Raudlatul Makfufin, maka

penenliti memiliki beberapa saran, antara lain:

1. Saran Akademik

penelitian ini kiranya dapat memberikan saran untuk pengembangan ilmu

hukum keluarga khususnya mengenai keluarga sakinah, terutama dalam pasangan

Page 98: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

88

suami-istri tunanetra. Harapan peneliti adalah dengan diketahui pemahaman serta

upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk keluarga sakinah dapat

membantu pasangan suami istri tunanetra dalam usaha dan membentuk keluarga

sakinah. Saran peneliti, hendaknya dilakukan kajian lebih dalam mengenai hukum

keluarga pada pasangan suami istri tunanetra, tidak hanya sekadar keluarga

sakinah saja. Hal ini akan bermanfaat untuk yayasan tunanetra, pasangan suami

istri tunanetra, orang tua yang memiliki anak tunanetra dan aktivis yang

menangani kegiatan sosial untuk para tunanetra. Pada akhirnya semoga penelitian

ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis dan dapat diteliti lebih lanjut.

2. Saran Praktis

a. Kepada Dinas Sosial

Pihak Dinas Sosial diharapkan dapat mengadakan seminar pra-nikah ,

pelatihan mengurus bayi newborn, dan seminar parenting yang diperuntukan

khusus untuk para penyandang tunanetra. Hal ini peneliti rasa perlu dilakukan

agar para pasangan tunanetra mendapatkan ilmu yang memadai untuk menjalani

kehidupan rumah tangga mereka dan bersosialisasi dengan masyarakat.

b. Kepada Yayasan Raudlatul Makfufin

Yayasan Raudlatul Makfufin diharapkan dapat mengadakan kegiatan

rutin mingguan maupun bulanan untuk para pasangan suami istri tunanetra guna

menyambung silaturahmi dan melatih keterampilan wirausaha untuk membantu

memenuhi kebutuhan tangga para pasangan suami istri tunanetra.

c. Kepada Pasangan Suami Istri Tunanetra

Para pasangan tunanetra hendaknya memperbanyak sosialisasi dengan

masyarakat agar dapat meruntuhkan stigma negatif tentang pasangan

tunanetra yang ada di masyarakat. Peneliti juga menyarakan para pasangan

tunanetra untuk rutin mengikuti kajian, seminar, dan pelatihan yang

berhubungan dengan kehidupan rumah tangga. Hal ini peneliti rasa akan

bermanfaat untuk meminimalisir konflik dalam rumah tangga pasangan suami

istri tunanetra.

Page 99: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

89

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan, Jakarta: Prima Heza Lestari,

2008.

Abdillah, Syamsudin Abu, Terjemah Fathul Qarib, Pengantar Fiqih Imam

Syafi’I, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010

Ali, Muhamad, Kamus Lengkap Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, tt.

Agustyawati, dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Al-Mahalli, Jalaluddin, Al-Mahalli, Juz III, Indonesia: Nur Asia, t.th

Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Rajawali Pers, 2006

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 1993.

As’ad, Musifin, dan H. Salim Basyarahil, Pernikahan dan Masalahnya, Jakarta:

Pustaka Al-kautsar, 2002).

azwarfikunm.blogspot.co.id/2017/03/gangguan-penglihatan-ketunanetraan.html,

diakses pada 25 Mei 2018

Azzahro Affifah, " Dampak Ketunanetraan Terhadap Kegiatan Kehidupan Sehari-

Hari", Bandung: Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, 2014

Basri, Hasan, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta: Pustaka Antara, 1996.

BKKBN, Buku Pegangan Petugas BP4 tentang Kursus Calon Pengantin, Jakarta:

BKKBN, 2004.

Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, Yogyakarta: LPPK

IKIP, 1976

Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat, Petunjuk Pelaksanaan

Pembinaan Keluarga Sakinah, Bandung: Departemen Agama Provinsi Jawa

Barat, 2004.

Departemen Agama RI, Membangun Keluarga Harmonis (Tafsir Al-Qur’an

Tematik), Jakarta: Departemen Agama RI, 2008.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai pustaka, 1994

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, Jakarta:

Departemen Agama, 1984/1985.

Page 100: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

90

Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003.

Hasan M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, Jakarta: Prenada

Media, 2004

Interview Pribadi dengan Rafiq Akbar, Sekretaris YRM, Serpong, 5 Februari 2018

Interview Pribadi dengan Ade Ismail, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari

2018

Interview Pribadi dengan Tri, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018

Interview Pribadi dengan Yanto, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018

Interview Pribadi dengan Yuliasari, Informan Peneliti, Serpong, 18 Februari 2018

Interview Pribadi dengan Abdul Hay, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018

Interview Pribadi dengan Murni, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018

Interview Pribadi dengan Abdurrahman, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret

2018

Interview Pribadi dengan Fitriyani, Informan Peneliti, Serpong, 4 Maret 2018

Interview Pribadi dengan Firman, Informan Peneliti, Serpong, 18 Maret 2018

Interview Pribadi dengan Tihanna, Informan Peneliti, Serpong, 18 Maret 2018

Junaedi, Dedi, Pernikahan Membina Keluarga Sakinah menurutAl-Qur’an dan

As-sunah, Jakarta: Akademika Pressindo,2003.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012

Keputusan Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor

D/71/1991 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah

makfufin.id/profil, diakses pada tanggal 27 mei 2018

Mardani, Hukum Pernikahan Islam di Dunia Islam Modern, Yogyakarta: Graha

Ilmu , 2011.

Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Pernikahan, Jakarta: Bulan

Bintang,1987

Musbikin, Imam, Membangun Keluarga Sakinah,Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2007

Muslim, Imam, Shahih Muslim, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah. T.th

Nurudin, Amir, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,

Jakarta: Kencana, 2004).

Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Pradopo, Soekini, Suharto dan L Tobing, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra,

Bandung: Masa Baru, t.tp

Page 101: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

91

Qaimi, Ali, Single Parent Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, (Bogor:

Cahaya, 2003.

Ramulyo, Idris, Hukum Pernikahan Islam Suatu Analisis Dari Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974, Jakarta: Bumi Askara, 1996.

Sabiq, As-Sayid, Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar Al-Kitab Al-Anabi, 1973.

Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,

Jakarta: Elsas, 2008

Sofyan, Ahmadi, The Best Husband in Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2006.

Takariawan, Cahyadi, Pernik-pernik Rumah Tangga Islami, Surakarta:

Intermedia, 2001.

Thalib, Muhamad, Analisa dan Bimbingan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987.

Tihami, Ahmad dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Rajawali Press,

2009.

Tim Pengurus Utama Gender, Pembaruan Hukum Islam, CLD KHI, Jakarta:

Depag RI, 2004.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Nuansa Aulia,

2011.

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Page 102: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

LAMPIRAN

Page 103: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 104: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 105: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 106: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
Page 107: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 01

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Rafiq Akbar (Pengurus Yayasan Raudlatul

Makfufin)

Tipe Subjek : Tunanetra

Topik : Kondisi Penghuni Yayasan Raudlatul Makfufin

Waktu Wawancara : Minggu, 4 Februari 2018, Pukul 14.38 WIB

Tempat : Halaman Teras Yayasan Raudlatul Makhfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di halaman teras Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Mas Rafiq, saya mau tanya-tanya tentang

yayasan nih

Mas Rafiq

:

Waalaikum salam, oiya silahkan, nanti yang bisa saya jawab ya

Peneliti

Mas Rafiq

Penliti

Mas Rafiq

Penliti

Mas Rafiq

:

:

:

:

:

:

Mas Rafiq mulai masuk ke Yayasan sejak masih di ciputat sana

apa sudah di serpong?

Saya masuk sejak yayasan amsih di kertamuki sana

Lalu ketika dipondahkan kesini, apa tidak ada yang complain mas?

Ya gimana ya, Kami sepenuhnya menyadari, tanah yang selama ini

dimanfaatkan yayasan Raudlatul Makfufin hanya sebatas pinjaman

dengan status hak guna pakai, sehingga ketika lahan tanah ini

diminta kembali, sudah tentu kami kembalikan kepada yang

memang berhak memilikinya

Yang saya tahu, gedung baru ini di resmikan oleh Rektor UIN, apa

yayasan ini masih satu lembaga sama UIN mas?

Ya meski diresmikan oleh Rektor UIN waktu itu, tapi yayasan

tidak ada sangkut pautnya secara formal dengan Kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Kehadiran Pak Komaruddin waktu itu,

cuma ngerismiin gedung baru, sebagai tindak lanjut dari kebijakan

perapihan aset milik negara dan sekretariat lama yayasan Darul

Page 108: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti

:

Makfufin dibongkar. Tapi sampai sekarang, hubungan secara

nonformal dengan Kampus UIN Syarif Hidayatullah tetap terjalin

baik”,

Jumlah penghuni di yayasan ini ada berapa mas ?

Mas Rafiq : Kalau jumlah, itu ada 21, yang cewe nya 6, sisanya cowo,

Peneliti : Kalau kisaran umur, rata-rata penghuni yayasan itu berapa aja

mas?

Mas Rafiq :

Kalau umur, jika di rata-ratakan itu sekitar 16 – 19, kalau yang

paling kecil itu ada yang 14, kalau yang paling besar itu 37, kalau

yang sekolah aja, itu ada 12 orang

Peneliti : Disini sudah ada yang berkeluarga mas? Maksudnya berkeluarga

dan tinggal di Yayasan

Mas Rafiq

Peneliti

Mas Rafiq

:

:

:

Disini belum ada yang berkeluarga, dan memang kalau ada yang

sudah berkeluargapun, ga bisa lama-lama disini,

Kalau mau jajan kayak gitu, apa ngga ketuker tuh mas rafiq?

(melihat salah satu santri tunanetra sedang jajan)

Ya ada trik nya, misalkan uang 5rb ditaro dikantong sebelah

kanan, yang laen di sebelah kiri

Peneliti : Kalau kegiatan santri itu apa aja mas? Mulai dari abangun tidur

sampai tidur lagi.

Mas Rafiq : Santri itu bangun jam 4, lalu shalat subuh

Peneliti : Di masjid depan itu?

Mas Rafiq : Iya disitu, habis subuh lalu kalau dari senin dan kamis itu hafalan

quran, terus selasa pagi, murojaah, rabu pagi belajar tajwij,

Peneliti : Kalau kegiatan sekolah itu dimulai jam berapa mas?

Mas Rafiq : Nah itu, kegiatan ngaji tadi beres jam 6, lalu santri mandi dan

sarapan, nah jam 07.30 itu yang sekolah, ya ikut sekolah dah

Peneliti : Guru nya dari luar?

Mas Rafiq : Kalau sekolah itu kebanyakan dari yayasan ini, tapi ada sebagian

dari luar

Peneliti : Apa ada kendala tersendiri mas di dalam kegiatan belajar

mengajar?

Mas Rafiq : Paling ada kendalanya itu di media ya, misalkan kita mau belajar

Page 109: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

mengenal bangun ruang, kubus misalkan. itu kan kita gabisa

dikasih gambar, minimal harus ada miniaturnya, paling ga , ada

bendanya gitulah.

Peneliti : Kurikulum nya bagaimana mas? Apa sama dengan sekolah di luar?

Mas Rafiq : Ya sama, kita mengikuti aturan kemendikbud itu.

Peneliti : Kegiatan disini setiap hari mas? Apa ada liburnya?

Mas Rafiq

Peneliti

Mas Rafiq

:

:

:

Kalau kita disini libur nya itu Jum’at, jadi kegiatan itu mulai sabtu

sampe kamis,.

Kalau pasangan suami istri tunanetra, itu adanya setiap hari apa

mas?

Pasangan tunanetra itu datang setiap minggu, karena detiap

minggun itu kan ada ta’lim ahad, untuk umum, jadi siapa aja boleh

datang, dari dalam maupun dari luar, nah biasanya yang udah

berkeluarga padadateng dah tuh.

Peneliti : Kalau jumlah pasangan tunanetra di yayasan ini ada berapa mas?

Mas Rafiq

Peneliti

Mas Rafiq

Peneliti

Mas Rafiq

:

:

:

:

:

:

Waduh berapa ya, sekitar 20 lebih lah, tapi yang aktif itu dibawah

10 lah, sekarang sudah jarang yang aktif sih

Itu macam-macam mas? Ga semuanya tunanetra?

ya iya, macem-macem, ada yang dua-aduanya tunanetra, suami

nya aja, atau istrinya aja juga ada

rata-rata sudah punya anak semua tuh mas?

Belum juga sih, rata2 masih pada baru-nikah nya, apalagi tahun

kemaren tuh, lumayan banyak juga, ada 2 apa 3 gitu yang nikah

Peneliti

Mas Rafiq

:

:

Nikahnya disini mas?

Kalau itu sih kita serahkan ke keluarga masing-masing ya

Serpong, 4 Frbruari 2018

Ttd

Rafiq Akbar

Page 110: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 02

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Ade Ismail dan Tri (I.1 dan I.2)

Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal

Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk

keluarga sakinah

Waktu Wawancara : Minggu, 18 Februari 2018, Pukul 14.15 WIB

Tempat : Ruang Tamu Yayasan Raudlatul Makhfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Mas Ade, dan Mba Tri Mohon maaf

sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan

sudah berapa lama?

I.1 : Dulu saya sempat bisa melihat mas, tapi saat umur 2 tahun, saya

sakit, dan berakhir dengan ya ini, tunanetra.

Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan

untuk saling menikah itu gimana ?

I.2 : Saya bertemu Mas Ade itu di Yayasan Mitranetra, saya bekerja

disana, bantu-bantu, dan waktu itu Mas Ade sedang berkunjung

kesana, lalu berkenalan dan beberapa bulan kemudian kami

memutuskan menikah

Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu

itu?

I.2 : Sudah 1,5 tahun, dan tercatat di KUA kampung saya, di

Purwokerto

Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal

dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?

I.2 : Belum, kami masih mengontrak di belakang yayasan, dan tinggal

Page 111: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti

I.2

:

:

hanya saya aja sama suami berdua, kalau anak, ini saya lagi

mengandung, Alhamdulillah sudah 8 bulan

Wah, bentar lagi ya Mba,

Iya nih, semoga lancar, mohon doanya ya mas

Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya? Dibantu Mas Ade

juga?

I.2 : Ya seperti biasanya, paling nanti saya ajarkan Mas Ade cara-cara

mengurus anak, ya seperti gantiin baju, ganti popok dan lain-lain

Peneliti : Kita sudah masuk ke inti pertanyaan nih Mba, Untuk keagamaan,

apakah Mas dan Mba selalu menjalankan perintah Allah ? seperti

shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah sudah Haji?

I.2 : Alhamdulillah mas, kalau soal itu, saya dan suami selalu

menjalankan, ga pernah ditinggal, kalau Haji, kita belum, paling

Suami saya saja yang udah Umroh

Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?

I.2 : Kalau saya lulusan SMK, kalau Mas Ade sih S1, di UNJ kalau

tidak salah

Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara criminal?

I.2 : Alhamdulillah tidak pernah

Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?

Lalu berapa penghasilannya?

I.2 : Kalau sayasih sebagai bantu-bantu administrasi disini, gaji sih

Alhamdulillah, kalau Mas Ade, dia ngajar disini, Alhamdulillah

pengasilan 1-2juta per bulan

Peneliti : Dengan kondisi mas Ade yang tunantera seperti itu, apakah ada

pengaruh nya terhadap pekerjaan?

I.2 : Yang saya lihat sih, ngga ada ya. Saya melihat Mas Ade kaya

normal aja gitu

Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?

I.2

Peneliti

:

:

Wah kalau itu, saya gak tau, biar suami saya aja yang jawab ya.

Nah loh, bagaimana tuh Mas Ade, apa yang mas tahu dari keluarga

Page 112: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

I.1

:

sakinah?

Apa ya, yang saya ketahui tentang keluaga sakinah itu adalah

keluarga yang tenang, bahagia dan berkah dah pokoknya

Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Istri membagi

tugas dalam keluarga?

I.1 : Ya seperti biasanya mas, tapi kalo ngurus rumah, lebih ke istri

saya, kalau saya cari nafkah semampunya.

Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?

I.1 : Kalau soal itu, Alhamdulillah terpenuhi

Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?

I.1

Peneliti

I.2

:

:

:

masalah dalam rumah tangga ya pasti terjadi, namun kita harus

cepat menyelesaikannya, misalkan dengan langsung minta maaf,

dan tidak mengulanginya

Nah, kalau menurut Mba, bagaimana tuh?

Kalau, menurut saya sih mas, cara menyelesaikan masalah dalam

rumah tangga ya dengan saling memperbaiki komunikasi, karena

kadang-kadang masalah itu muncul karena kurangnya komunikasi

antara sesama, terus, Ya kita mah berusaha untuk saling

memahami kekurangan masing-masing, dan juga ngejauhin hal-hal

yang bisa bikin kita berantem

Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam

membina keluarga?

I.1 : Alhamdulillah, sangat puas.

Peneliti : Selanjutnya, menurut Mas Ade, Apakah faktor agama sangat

penting dalam keluarga?

I.1 : Sangat penting dong, karena semua segalanya sudah diatur di

dalam agama

Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas juga penting?

I.1 : Iya, penting juga itu, apalagi di jaman sekarang,

Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mas penting dalam keluarga?

I.1 : Penting juga, kalau sakit, makin repot nanti keluarga kita,

Page 113: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan

mba?

I.1 : Kalau ekonomi, sangat penting, kalau ekonomi gak berjalan. Mau

makan apa kita.

Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas

dan Mba?

I.1 : Nah ini sangatpenting, apalagi sayakan tunanetra, jadi sangat

butuh dengan orang lain.

Peneliti : Yang terakhir Mas Ade, apa trik dan upaya Mas dan Mba dalam

menciptakan keluarga sakinah?

I.1 : Kalau kami sih, berjalan apa adanya aja ya, menghindari segala

sesuatu yang bisa bikin berantem, dan menciptakan sesuatu yang

bisa bikin harmonis, gitu aja.

Peneliti : Apa pesan untuk saya dan yang lainnya bagi yang ingin menikah?

I.1 : pesan saya, jangan takut untuk menikah, nikah aja dulu dah, rezeki

dan jalan hidup mah udah diatur sama Allah.

Serpong, 18 Maret 2018

Ttd

Ade Ismail

Page 114: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 03

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Yanto dan Yuliasari (I.3 dan I.4)

Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Isteri Tunanetra

Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk

keluarga sakinah

Waktu Wawancara : Minggu, 18 Februari 2018, Pukul 15.48 WIB

Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Mas Anto, dan Mba Yuli Mohon maaf

sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas dan Mba menjadi

tunanetra? Dan sudah berapa lama?

IU.3

IU.4

:

:

Kalau saya sejak SMA mengalami tunanetra

Kalau saya dari kecil sudah tuananetra, karna sakit awalnya,

Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan

untuk saling menikah itu gimana ?

I.3

Peneliti

I.3

Peneliti

I.4

:

:

:

:

:

Kita bertemu tuh ya disini, di pengajian yang hari minggu itu.

Wah, kalau saya boleh tau, bagaimana ceritanya Mas? Bisa yakin

kalau Mba Yuli itu jodoh Mas gitu

Awalnya saya juga enggak menyangka, bisa berjodoh dengan dia,

tapi ketika saya ngedenger suaranya, saya ngerasa enak aja gitu,

enak didenger, lembut dan ketika saya ngobrol sama dia, saya

nyaman aja.

Kalau Mba Yuli gimana tuh?

Saya merasakan kalau Mas Anto itu orang nya berwibawa, sabar

dan tegas, terdengar dari suaranya dan cerita dari teman-temannya,

sehingga saya bisa nerima mas Anto sebagai suami.

Page 115: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu

itu?

I.3 : Alhamdulillah sudah 1 tahun, tercatat di KUA Pamulang, karna

istri saya tinggal di pamulang

Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal

dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?

I.3

I.4

:

:

Belum, kalau saya kost di daerah gajah mada, kalau istri tinggal di

rumah orang tuanya di pamulang.

Kalau anak, belum ada, tapi kata dokter saya sedang hamil 3 bulan

Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya?

I.4 : Ya paling nanti saya minta dibantu sama orang tua mas.

Peneliti : Untuk keagamaan, apakah Mas dan Mba selalu menjalankan

perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah

sudah Haji?

I.4 : Alhamdulillah kalau itu mas, insya Allah puasa zakat selalu, kalau

kurban paling istri saya aja yang sudah, kalau haji, masih

kepengen aja sih.

Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?

I.4 : Kita berdua terakhir SMA ya mas (kepada suaminya)

Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?

I.4 : Alhamdulillah ga pernah, dan jangan sampe sih ya

Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?

Lalu berapa penghasilannya?

I.3

I.4

:

:

Kalau saya kerja di bank CIMB Niaga sebagai staff telefunding,

Alhamdulillah pengahasilan UMR Jakarta,

Kalau saya sebagai ibu rumah tangga saja mas,

Peneliti : Dengan kondisi mas dan mba yang tunantera seperti ini, apakah

ada pengaruh nya terhadap pekerjaan? Terutama mas nya nih.

I.3 : Saya merasa gak ada sih ya, semua lancar-lancar saja, karna

memang ada pelatihan dulu sebelumnya, jadi sudah terbiasa.

Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?

I.3 : Menurut saya, keluarga sakinah itu keluarga yang bahagia, saling

Page 116: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

I.4

:

menyayangi, pengertian, jarang berantem, ya pokoknya keluarga

yang bahagia dah,

Kalau menurut saya, keluarga sakinah itu adalah keluarga yang

saling pengertian, saling sayang menyayangi, dan saling mengisi

kekurangan satu sama lain.

Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi

tugas dalam keluarga?

I.4 : Pembagian tugasnya ya itu mas, paling saya urus rumah, sama

orang tua disana, sedangkan suami saya cari nafkah.

Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?

I.3

I.4

:

:

Alhamdulillah, kita ngerasa terpenuhi, baik lahir maupun bathin,

karna kan saya juga pulang semingu sekali ke rumah istri

Kalau nafkah, saya sangat terpenuhi, mas Anto kan bekerja

sebagai marketing bank, dan penghasilannya cukup untuk kami

berdua, atau kadang lebih, kan kami masih tinggal berdua. Saya

mah terima saja berapapun penghasilan suami, yang penting bisa

makan buat saya dan suami dan cukup juga untuk kebutuhan

keluarga.

Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?

I.3

I.4

:

:

Kalau saya pribadi sih, saya sendiri yang lebih adem gitu, saya

sendiri yang duluan minta maaf sama dia, lebih mengalah sih lebih

tepatnya

Kalau saya sih, paling memperbaiki komunikasi aja kali ya, saling

dijelasin maunya apa, gitu

Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam

membina keluarga?

I.3 : Alhamdulillah, kalau itu gak perlu ditanya dah, pokonya puas lahir

bathin

Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?

I.3 : Kalau menurut saya sih sangat penting, karena tujuan berkeluarga

pun karena ibadah ya, jadi faktor agama sangat penting dalam

keluarga

Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mba juga penting?

I.4 : Penting sih, malah saya ingin sekolah lagi ini, gak sampe SMA,

Page 117: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

pengen S1, biar bisa cari kerja dan bantu suami.

Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mas dan Mba penting dalam

keluarga?

I.3 : Itu juga penting, kalau salah satu dari kita sakit kan yang jadi

ngerepotin yang lain nya.

Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan

mba?

I.3 : Wah, kalau ini sangat penting mas, kalau ekonomi gak berjalan,

keluarga juga jadi amburadul nantinya

Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas

dan Mba?

I.3 : Bagi saya cukup penting sih, meskipun saya tunanetra, tapi saya

ngerasa juga butuh bersosial

Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam

menciptakan keluarga sakinah?

I.3

I.4

Peneliti

I.3

:

:

:

:

Ya kalau kita sih komunikasi ya, karna kita kan tunanetra,

bahasanya pun bahasa suara, jadi apapun keinginan dan

permasalahan harus di komunikasiin dulu,

Kalau saya ya sama, komunikasi, paling ditambah dengan saling

terbuka, ga ada yang di tutup-tutupin, dan saling memahami aja

satu sama lain

Ada tambahan Mas? Sebagai kata-kata penutup

Apa ya, dalam rumah tangga kami, meskipun kami tunanetra, tapi

kami tidak merasa tunanetra, kami menjalani hidup selayaknya

orang normal aja gitu, karena tunanetra itu bukan kekurangan sih

ya mas, itu kelebihan yang patut di syukuri, yang penting saling

menjaga satu sama lain. Itu aja sih.

Serpong, 18 Februari 2018

Ttd.

Yanto

Page 118: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 04

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Abdul Hay dan Murni (I.5 dan I.6)

Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal

Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk

keluarga sakinah

Waktu Wawancara : Minggu, 4 Maret 2018, Pukul 16.05

Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Bang Dul, Mohon maaf sebelumnya, apa yang

menyebabkan Bang Dul menjadi tunanetra? Dan sudah berapa

lama?

IU.5

: Waalaikum salam, saya tunanetra sejak kecil mas, dulu tinggal di

Jawa, lalu pindah ke Jakarta, saya udah kenyang menelan asam

garam kehidupan sebagai tunanetra, jatuh bangun sebagai

tunanetra, dan menemukan jodohpun di yayasan tunanetra

Peneliti : Pertama kali Bang Dul dan Mba bertemu dan akhirnya

memutuskan untuk saling menikah itu gimana ?

I.5

I.6

:

:

Kita bertemu tuh di Raudlatul Makfufin, tapi masih di gedung

yang lama, yang masih di ciputat dulu, bener gak bu?

Iya waktu itu saya lagi anterin temen disana, lalu ketemu sama

suami saya ini, sempat kenal beberapa bulan, langsung kami

menikah

Peneliti : Bang Dul dan Mba Murni sudah menikah berapa lama ya?

Tercatat dimana waktu itu?

I.5 : Saya menikah sama istri tuh tahun 2006, sudah 12 tahun berarti

Page 119: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

yah, kalau tercatatnya, di KUA Magetan, di kampung nya istri

Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Bang? Di rumah tinggal dengan siapa

saja? Apa sudah memiliki anak?

I.5

I.6

:

:

Alhamdulillah, itu rumah saya disana, di Bambu Apus Pamulang,

dekat sekolah ashidiqiyah, kebetulan saya juga ngajar disana,

ngajar tahsin

Kalau anak, sudah ada 3, yang paling besar 10tahun sudah SD,

yang paling kecil masih di PAUD.

Peneliti : Lalu bagaimana cara mengurus anaknya?

I.5

Peneliti

I.6

I.5

:

:

:

:

Ya kalau itu urusan istri saya dah mas, saya kan gabisa melihat,

(sambil tertawa),

Kalau menurut Mba bagaimana?

Ya saya urus anak sama seperti yang lain saja, tapi ya tetap, anak-

anak saya sudah diberi pengertian sejak kecil, baik oleh saya

maupun suami, bahwa dia harus menerima kalau ayahnya adalah

seorang tunanetra, dan harus saling menguatkan satu sama lain,

dan Alhamdulillah mas, 16 tahun saya menjalani rumah tangga

semua terasa baik-baik saja.

Pernah sesekali saya dengar cerita istri kalau anak saya nangis

setelah pulang bermain karena diejek temen-temennya karena

ayahnya tunanetra, ya namanya juga anak-anak ya, akhirnya diberi

pengertian dan motivasi oleh istri saya

Peneliti : Untuk keagamaan, apakah Bang Dul dan Mba selalu menjalankan

perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah

sudah Haji?

I.5 : Alhamdulillah, karena saya juga seorang guru tahfidz juga ya,

kadang jadi imam di masjid, insya Allah, kalau agama saya dan

keluarga selalu menjaganya. Kalau haji, masih menjadi keinginan,

cita-cita mungkin ya.

Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Bang Dul dan Mba

apa ya?

I.6 : Saya lulusan SMP, kalau suami, lulusan Aliyah

Peneliti : Apakah Bang Dul atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?

I.6 : Alhamdulillah ngga pernah, nauzubillah sih ya,

Page 120: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Terkait ekonomi nih Bang Dul dan Mba, apa pekerjaan nya

sekarang? Lalu berapa penghasilannya?

I.5

I.6

:

:

Kalau saya sih Cuma ngajar aja, kadang disini, kadang juga di

sekolah yang dekat rumah saya itu, kalau penghasilan, cukuplah

Kalau saya hanya ibu rumah tangga aja, tapi kadang nyambi juga

jadi tukang bersih-bersih di sekolah. Kalau penghasilan, jangan

disebutin ah, alhamduillah cukup pokoknya.

Peneliti : Dengan kondisi Bang Dul yang tunantera seperti ini, apakah ada

pengaruh nya terhadap pekerjaan?

I.6 : Kalau pengaruh sih pasti ada ya mas, apalagi saya kan yang

berhadapan langsung dengan anak-anak, jadi gatau muka nya kaya

gimana, sikap dia ke saya kaya gimana, tapi ya, saya udah tebiasa,

jadi santai aja ngejalanin nya,

Peneliti : Menurut Bang Dul dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?

I.5

I.6

:

:

Sakinah itu kan tenang ya, kan ada tuh dalam Al Qur’an litaskunu

ilaiha, nah taskunu nya ke sakinah yang artinya tenang, jadi ya

gitu keluarga yang tenang, lalu disambung dengan mawaddah wa

rahmah yaitu cinta dan kasih sayang.

Apa ya, keluarga sakinah adalah keluarga yang sesuai dengan

ajaran agama Islam, yakni keluarga yang bahagia, saling

menyayangi, saling mengerti, tidak melenceng dari ajaran agama

dan selalu mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.

Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba Murni

membagi tugas dalam keluarga?

I.5 : Pembagian tugas sih sederhana ya, urusan rumah tangga, istri saya

yang kerjain, kalau saya bantu yang saya bisa saja, terutama cari

nafkah.

Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?

I.5

I.6

:

:

Tanya istri saya dah kalau itu (sambil tertawa)

Alhamdulillah, terpenuhi lahir bathin, ya buktinya kami sudah 12

tahun berumah tangga

Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?

I.5 : Nah kalau saya sih gini ya, kalau yang satu panas, yang satu lagi

jangan panas juga, bisa meledak nantinya, gitu istilahnya mah, ya

pokonya kalau istri saya lagi panas, ya saya yang adem, jadi es lah

istilahnya.

Page 121: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam

membina keluarga?

I.5

I.6

: Kalau saya bukan puas lagi, sangat bersyukur saya mempunyai

istri seperti beliau ini

Alhamdulillah, bersyukur juga

Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?

I.5 : Sangat penting, apalagi jaman sekarang, kalau anak-anak kita ga

dibekali dasar agama yang baik, duh, bisa kacau dah. pergaulan

bebas ga bisa dihindari

Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mba juga penting?

I.6 : Penting juga sih mas, makanya anak saya sekolahkan semua,

sampe kuliah juga pengennya, jangan seperti orang tuanya yang

cuma sampe SMA

Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?

I.6 : Iya, penting juga itu, biasanya sih kalau anak sakit, langsung saya

bawa ke puskesmas. Atau seenggaknya dengan obat warung dulu

Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas ?

I.5 : Wah, kalau itu sangat penting. Ekonomi sangat mempengaruhi

keluarga, jangankan kita yang keluarga tunanetra, yang keluarga

normal aja bisa putus ditengah jalan gara-gara ekonomi

Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Bang

Dul dan Mba?

I.5 : Ya bisa dibilang penting juga sih itu, saya selalu bilang ke istri dan

anak-anak, jangan sampai putusin silaturahmi sama keluarga besar,

kaya kakek-neneknya, uwa, mamang, bibi, karena pasti kita butuh

mereka suatu saat nanti.

Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upayaBang Dul dan Mba dalam

menciptakan keluarga sakinah?

I.5 : Ya kalau menurut saya sih, saling memahami satu sama lain aja

ya, masa sih saya sudah 12 tahun menikah ga kenal kebiasaan dan

kemauan istri, begitu juga istri saya, pasti sudah hapal bener dan

sifat saya,

Page 122: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Apa pesan untuk saya dan yang lainnya bagi yang ingin menikah?

I.5

: Pesan saya sih mas, cari jodoh itu jangan berpatokan sama fisik ya,

meskipun fisik juga salah satu syarat sih ya, tapi jangan di jadikan

prioritas. Yang penting agama nya lah.dan juga, istri dan anak-

anak itu adalah amanah dari Allah mas, jadi kita harus menjaga

mereka dalam kondisi apapun, insya Allah kalau kita menuntun

keluarga kita sebagaiman yang diperintahkan Allah, maka Allah

juga akan menjaga keluarga kita.

Serpong, 4 Maret 2018

Ttd

Abdul Hay

Page 123: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 06

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Abdurrohman dan Fitriyani (I.7 dan I.8)

Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Normal

Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra dalam

membentuk keluarga sakinah

Waktu Wawancara : Minggu, 4 Maret 2018, Pukul 13.47 WIB

Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Mas Rohman, dan Mba Fitri Mohon maaf

sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan

sudah berapa lama?

IU.7

: Kalau saya sejak SMA mengalami tunanetra, karna sakit waktu itu,

tapi saya masih termasuk yang low vision, jadi kalau siang begini

saya masih bisa lihat, meskipun ga begitu jelas, samar-samar lah.

Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan

untuk saling menikah itu gimana ?

I.7

I.8

:

:

Kita bertemu tuh ya disini juga di mitra juga

Iya, di dua yayasan kita ketemu, di sini sama di yayasan

mitranetra, udah kenal cukup lama sih,

Peneliti : Sudah menikah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat dimana waktu

itu?

I.7 : Alhamdulillah sudah 7 tahun, menikah tuh tahun 2011

Peneliti : Sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba? Di rumah tinggal

dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?

I.7

:

Belum, kita mengontrak di belakang yayasan. Kalau anak, belum

ada, masih kepengen

Page 124: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peniliti

I.8

:

:

Wah, semoga bisa disegerakan dan diberikan yang terbaik ya Mas

Amiinn mas

Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya?

I.7 : Kalau pengurusan anak, saya serahin semua ke istri, beliau kan

normal bisa melihat.

Peneliti : Lalu untuk hal keagamaan, apakah Mas dan Mba selalu

menjalankan perintah Allah ? seperti shalat, puasa, zakat,

berqurban atau apakah sudah Haji?

I.8 : Alhamdulillah, tapi kalau haji belum.

Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?

I.7

I.8

:

:

Kalau saya SMA, sempet kuliah di UIN, di tarbiyah dulu, tapi

Cuma sampe semester 3

Kalau saya SMA juga,

Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara kriminal?

I.8 : Ga pernah, jangan sampe pernah juga sih ya

Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaannya sekarang?

Lalu berapa penghasilannya?

I.7

I.8

:

:

Saya kerja di Kreo tangerang, di konveksi, packing kasur sih lebih

tepatnya. Kalau penghasilan dibawah UMR lah

Kalau saya, mengajar aja, kalau penghasilan, Alhamdulillah cukup

Peneliti : Dengan kondisi mas yang tunantera seperti ini, apakah ada

pengaruhnya terhadap pekerjaan?

I.7 : Saya ngerasa ga ada sih ya, karna emang sudah terbiasa, di awal-

awal sih rada sulit ya, tapi kesini-sini udah biasa aja gitu

Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?

I.7

Peneliti

I.8

:

:

:

Apa ya, ya keluarga sakinah itu keluarga yang harmonis, tidak

berpatok pada materi, tidak perbah cekcok dan selalu penuhdengan

kekeluargaan

Kalau menurut Mba Fitri, keluarga sakinah itu apa?

Kalau menurut saya, keluarga sakinah adalah keluarga yang selalu

berpegang teguh pada ajaran Islam, yang pastinya diliputi dengan

kasih sayang agar jadi keluaga yang bahagia

Page 125: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi

tugas dalam keluarga?

I.7 : Untuk sementara ini ya kita jalani aja kaya keluarga yang lainnya,

bagi tugas bareng-bareng, kalau pagi sampe sore saya masih bisa

bantu-bantu, itupun sebelum atau sepulang kerja.

Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?

I.7

Peneliti

I.8

:

:

:

Alhamdulillah mas, saya ngerasa istri saya udah menjalankan

tugas sebagai istri dengan baik, menjadi ibu rumah tangga yang

baik, justru saya salut sama dia mas, bisa betahan selama ini hidup

dengan saya yang tunanetra.

Kalau Mba Fitri bagaimana?

Saya juga begitu mas, saya bangga memiliki suami seperti dia,

meskipun suami saya memiliki kekurangan di penglihatan, tapi dia

tetep berusaha menjalankan peran sebagai suami dengan sebaik

mungkin, seperti mencari nafkah, bergaul sama warga juga

Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?

I.7

I.8

:

:

Ya kalau menurut saya sih, harus saling memahami sih ya, dan

harus ada yang mengalah

Intinya paling harus saling memperbaiki komunikasi aja kali ya

Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam

membina keluarga?

I.7 : Alhamdulillah sangat puas

Peneliti : Apakah faktor agama sangat penting dalam keluarga?

I.7 : Sangat penting, karna emang itulah patokan kita sebagai keluarga,

kan ada tuh watawas soubil haq watawas soubil shobri yang

intinyan saling menasehati dalam kebaikan. Terutama dalam

keluarga

Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas dan Mba juga penting?

I.7 : Penting itu, ya gimana ya, saya nyesel juga itu berenti kuliah,

pengen nya sampe S1

Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?

I.8 : Iya penting juga itu, kalo kita sakit kan, pasti ngerepotin pasangan

Page 126: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

kita,

Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan

mba?

I.7 : Wah kalau itu, sumber utama dalam keluarga mas, jangan ditanya

dah. sangat penting itu.

Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mas

dan Mba?

I.7

Peneliti

I.8

:

:

:

Sosial ke dunia luar maksudnya? Penting itu, istilahnya kita

semakin banyak punya kenalan dengan orang banyak, rezeki ga

putus-putus dah

Menurut mba bagaimana?

Ya penting juga sih, makanya saya liat suami saya banyak

kenalannya, reseki nya ada aja.

Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam

menciptakan keluarga sakinah?

I.7

I.8

:

:

Kalau saya sih, ya, keluarga itu harus berpatokan sama agama sih

ya, ya yang saya bilang tadi, agama sangat penting dalam keluarga.

Kalau saya sih, kembali ke pertujuan awal kita melakukan

pernikahan, yaitu ibadah, meskipun ada cekcok, berantem, ya

anggaplah itu sebagai warna warni kehidupan, yang penting kita

jadikan pernikahan itu sebagai ladang ibadah buat kita.

Serpong, 4 Maret 2018

Ttd

Abdurrahman

Page 127: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Pasangan Suami Istri Tunanetra di

Yayasan Raudlatul Makhfufin Tangerang Selatan

Transkrip 06

Peneliti : Ainurohman

Subjek : Firman dan Anna (I.9 dan I.10)

Tipe Subjek : Suami Tunanetra dan Istri Tunanetra

Topik : Upaya pasangan suami istri tunanetra membentuk

keluarga sakinah

Waktu Wawancara : Minggu, 18 Maret 2018, Pukul 13.30 WIB

Tempat : Ruang Kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

Situasi Wawancara:

Berada di ruang kelas Yayasan Raudlatul Makhfufin, informan sangat terbuka

dengan pertanyaan dari peneliti, suasana bersahabat, dan sangat cair.

Peneliti : Assalamualaikum, Mas Firman, dan Mba Anna Mohon maaf

sebelumnya, apa yang menyebabkan Mas menjadi tunanetra? Dan

sudah berapa lama?

I.9

I.10

:

:

Kalau saya sejak lulus SMA kayanya, umur 18an lah, karena sakit

awalnya.

Kalau saya dari kecil sudah tunanetra.

Peneliti : Pertama kali Mas dan Mba bertemu dan akhirnya memutuskan

untuk saling menikah itu gimana ?

I.9

I.10

:

:

Kita bertemu tuh ya disini, di yayasan, kenal dulu, terus PDKT,

nikah dah

Ya begitu, kenal dulu PDKT tuh via watsapp, kadang telponan,

kan ketemu nya Cuma seminggu sekali

Peneliti : Kalau menikah, sudah berapa lama Mas dan Mba? Tercatat

dimana waktu itu?

I.9

I.10

:

:

Alhamdulillah saya sama istri sudah berjalan 9 tahun sih sampe

sekarang

Kalau tercatat, di KUA Pamulang sih, nikahnya juga kita di KUA

Peneliti : Kalau tempat tinggal, sudah punya rumah sendiri Mas dan Mba?

Di rumah tinggal dengan siapa saja? Apa sudah memiliki anak?

I.9

:

Belum, masih kontrak di daerah pamulang, anak juga masih belum

ada, belum dikasih mungkin ya sama Allah

Page 128: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

Peneliti

I.10

:

:

Insya Allah sebentar lagi Mas, semoga diberi yang terbaik ya

Amiinn.

Peneliti : Lalu bagaimana nanti cara mengurus anaknya tuh Mba?

I.10 : Ya bagaimana ya, nanti pasti ada caranya, minta dibantu sama

orang tua mungkin ya, atau sebisa mungkin kita yang ngasuh.

Peneliti : Sekarang kita masuk ke pertanyaan inti nih, untuk hal keagamaan,

apakah Mas dan Mba selalu menjalankan perintah Allah ? seperti

shalat, puasa, zakat, berqurban atau apakah sudah Haji?

I.9 : Alhamdulillah, shalat ga pernah ditinggal, puasa zakat,

Alhamdulillah, kalau berqurban kita mah belum, apalagi kalau haji

mah, masih menjadi kepengen,

Peneliti : Lalu terkait pendidikan, pendidikan terakhir Mas dan Mba apa ya?

I.10 : Kalau saya sih SMA, kalau suami saya SMK

Peneliti : Apakah Mas atau Mba pernah terlibat perkara criminal?

I.10 : Alhamdulillah ga pernah

Peneliti : Terkait ekonomi nih Mas dan Mba, apa pekerjaan nya sekarang?

Lalu berapa penghasilannya?

I.10

I.9

:

:

Kalau saya kegiatan sebagai pengajar aja mas, ngajar di SLB, di

Jakarta, penghasilan cukuplah

Kalau saya, disana, di Bank CIMB sebagai staff telefunding, kalau

penghasilan, sekitar UMR

Peneliti : Dengan kondisi mas yang tunanetra seperti ini, apakah ada

pengaruh nya terhadap pekerjaan?

I.9 : Gimana ya, saya ngerasa ga ada ngaruhnya, karena kan sebelum

kerja dulu, udah ada pelatihannya juga tuh, dan bidang pekerjaan

nya yang kita juga ahli, jadi ya biasa aja.

Peneliti : Menurut Mas dan Mbak, keluarga sakinah itu apa sih?

I.10

Peneliti

I.9

:

:

:

:

Keluarga sakinah menurut saya itu, keluarga yang tenang sih ya,

terutama kalau lagi ada masalah, karena engga semua masalah

yang kita hadapi itu semua orang harus tahu, apalagi ke keluarga

terdekat, ya pokoknya tunjukan yang baik-baik saja lah,

Kalau menurut mas gimana?

Keluarga yang jarang cekcok kali ya, intinya sama-sama saling

tebuka, saling pengertian dan komunikasi antara suami istri itu

gaboleh putus.

Peneliti : Sebagai pasangan tunanetra bagaimana Mas dan Mba membagi

tugas dalam keluarga?

I.9

:

Ya itu sih masing-masing aja ya, istri kan memang tugasnya

dirumah, kalau saya sih lebih ke cari nafkah, tapi ya bantu-bantu

Page 129: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

I.10

Peneliti

I.10

:

:

:

juga di rumah

Intinya sih kita harus tahu apa tugas masing-masing sih ya, apalagi

saya sebagai istri minimal harus bangun lebih dulu, siapin sarapan

sebelum dia berangkat kerja dan lain-lain, ya pokoknya jangan

sampe suami komplain aja.

Di tengah kondisi penglihatan seperti ini, bagaimana cara

melakukan tugas rumah tangga nya mba?

Ya, kita kan sudah tahu letak barang-barang kita, dan gaboleh

pindah posisi, misalkan sapu, itu ada disini, gelas disini, ya begitu

Peneliti : Apakah nafkah lahir dan bathin mas dan mba selalu terpenuhi?

I.9

I.10

:

:

Alhamdulillah sih Mas, nafkah lahirkan saya bekerja, udah gitu

istri saya juga bekerja, saya sih ngerasanya sudah terpenuhi

Ya gitu, sama kaya jawaban suami saya, Alhamdulillah terpenuhi

Peneliti : Apabila terjadi pertengkaran dalam keluarga, apa yang dilakukan?

I.9

I.10

:

:

Ya saling ngobrol aja, kadang kita cekcok karena masalah hal

sepele, tapi ya gitu harus ada yang ngalah salah satunya.

Sama itu kali ya, komunikasi kuncinya, kalau ada masalah, ya kita

selalu ngobrol, dicari sumber masalahnya, cari solusi nya, gitu aja

sih

Peneliti : Apakah Mas dan Mba sudah merasa puas satu sama lain dalam

membina keluarga?

I.9

I.10

:

:

Alhamdulillah, sangat puas

Alhamdulillah, ya sama, saya juga puas,

Peneliti : Apakah menurut Mas faktor agama sangat penting dalam

keluarga?

I.9 : Sangat penting itu, ibaratnya agama itu sebagai buku pedoman

bagi keluarga, karena kan kalau kita jauh dari agama, Allah ga

ridho, bisa jadi ke keluarga tuh imbasnya.

Peneliti : Kalau pendidikan, apakah menurut Mas juga penting?

I.9 : penting juga sih ya, apalagi kalau jaman sekarang, orang yang ga

pendidikan susah cari kerja juga.

Peneliti : Kalau kesehatan, apakah menurut Mba penting dalam keluarga?

I.10 : Penting juga itu, kesehatan diri, kesehatan lingkungan penting juga

tuh, karena kan kalau sakit, kita ga Cuma ngerepotin pasangan,

tapi juga keluarga besar.

Peneliti : Kemudian ekonomi, apakah itu juga penting menurut mas dan

Page 130: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

mba?

I.9 : Sangat penting itu mas, makanya ketika istri saya minta izin untuk

kerja juga, ya saya izinin. Karena mau gak mau, kebutuhna

ekonomi itu diatas segalanya dalam keluarga,

Peneliti : Selanjutnya hubungan sosial, apakah penting juga menurut Mba?

I.10 : Bisa dibilang penting juga sih itu, kita kan manusia mahluk sosial,

juga pasti butuh tuh yang namanya orang lain.

Peneliti : Yang terakhir, apakah trik dan upaya Mas dan Mba dalam

menciptakan keluarga sakinah?

I.9

I.10

:

:

kalau meurut saya, cara untuk menciptakan keluarga sakinah

adalah adanya kekompakan dalam keluarga tersebut, masing-

masing menjalankan hak nya masing-masing tanpa melupakan

kewajibannya masing-masing

kalau saya sih ya mas, sesibuk apapun seorang istri di luar rumah

ia harus tetap ingat akan kewajiban utamanya pada suami,

berusaha menjadi istri yang baik, ya itu salah satu cara saya agar

menjadi keluarga sakinah

Serpong, 18 Maret 2018

Ttd

Firman

Page 131: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Peneliti bersama Bapak Anto dan Istri

salah satu pasangan tunanatera di Yayasan Raudlatul Makfufin

Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)

Peneliti bersama Bapak Abdurrahman, Sosok seorang tunanetra yang inspratif

bagi peneliti Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman,

2018)

Ramah dan bersahabat, dua kata yang

tepat menggambarkan sosok Mas Rafiq saat diwawancara oleh peneliti

Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)

Suasana ketika santri tunanetra belajar

membaca Al Quran braille Sumber: Foto Dokumentasi Yayasan

Page 132: UPAYA PASANGAN SUAMI ISTRI TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46491/...lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam

FOTO-FOTO DOKUMENTASI

Gedung Yayasan Raudlatul Makfufin

Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)

Suasana ketika santri tunanetra belajar

membaca Al Quran braille Sumber: Foto Dokumentasi Yayasan

Plang Nama Yayasan Raudlatul Makfufin

Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman, 2018)

Para Santri Tunanetra sedang menuju

masjid untuk menunaikan shalat Sumber: Foto Peneliti (Ainurohman,

2018)