RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA...

89
RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA DENGAN STRATEGI BERWIRAUSAHA KERUPUK KELILING DI JAKARTA (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: PUTRA PERSADA NADEAK NIM: 1113054100062 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020

Transcript of RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA...

Page 1: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA

DENGAN STRATEGI BERWIRAUSAHA KERUPUK

KELILING DI JAKARTA

(Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

PUTRA PERSADA NADEAK

NIM: 1113054100062

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020

Page 2: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

i

Page 3: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,
Page 4: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,
Page 5: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

iv

ABSTRAK

PUTRA PERSADA NADEAK

Resiliensi Penyandang Disabilitas Tunanetra Dengan Strategi

Berwirausaha Kerupuk Keliling Di Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Resiliensi pen-

yandang disabilitas tunanetra yang berwirausaha menjadi penjual

kerupuk keliling di Kecamatan Pesanggrahan Kota Jakarta Se-

latan. Resiliensi sendiri merupakan konsep yang memperlihatkan

kemampuan seseorang dalam mengatasi serta beradaptasi pada

saat masa-masa sulit yang dihadapi. Tunanetra adalah seseorang

yang memiliki gangguan maupun hambatan penglihatan serta

ketidakfungsian indera penglihatan.

Bentuk metode yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data, dilakukan dengan

teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan para in-

forman yang bertujuan untuk mengetahui tingkat resiliensi

penjual kerupuk tunanetra di tempat tersebut. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan tujuh kemampuan dalam pembentukan

resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls,

optimisme, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan

peningkatan aspek positif, serta tiga faktor yang mempengaruhi

resiliensi yaitu I am, I Have, dan I can.

Kata Kunci: Resiliensi, Tunanetra, Penjual Kerupuk

Page 6: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senan-

tiasa memberikan karunia tak terhingga kepada penulis, juga

memberikan kesehatan sehingga penulis mendapatkan kemu-

dahan dalam menyelesaikan tugas akhir dalam kuliah yaitu

skripsi yang berjudul “Resiliensi Penyandang Disabilitas Tuna-

netra Dengan Strategi Berwirausaha Kerupuk Keliling di Jakarta

(Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan)”.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, para sahabat, tabi‟in dan umat islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak keku-

rangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun

penulis sudah berusaha untuk menyusun skripsi ini sebaik mung-

kin. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah

SWT.

Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan ban-

tuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Page 7: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

vi

2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hj.

Nunung Khoriyah, MA selaku sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Arief Subhan, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing

skripsi saya, yang secara sabar dan ikhlas dalam

membimbing dan memberikan pemahaman, petunjuk

serta arahan baik dalam penulisan skripsi. Semoga Allah

SWT selalu memberikan perlindungan kepada beliau.

4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pengajaran, dan bimbingan selama penulis

menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Kepada para informan yang telah membagi cerita dan

pengalamannya sehingga membuat penulis dapat lebih

memahami mengenai penelitian ini.

6. Kepada kedua Orangtua penulis, Bapak Hairul Nadeak

dan Ibu Wiwik Dwi Candra yang telah mendidik,

memberikan semangat serta selalu mendoakan anak-

anaknya. Semoga saya bisa menjadi anak yang selalu ber-

bakti dan sholeh terhadap kedua orang tua saya.

7. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan

2013 yang selalu memberikan energi positif kepada

penulis dan Keluarga besar mahasiswa Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

berperan besar dalam penulis selama menjadi mahasiswa

Page 8: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

vii

dan menerima penulis dalam Keluarga Kesejahteraan

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Untuk kawan-kawan Kuwuk, yang tidak lain adalah Arief,

Faiz, Ridwan, Agus, Jaki, Alfa, Bahir, dan Sidiq. Mereka

adalah kawan-kawan terhebat yang penulis kenal selama

di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih

atas canda dan tawa, nasehat, dukungan serta doa kalian

untuk proses penyelesaian skripsi penulis.

9. Untuk Fauziyah Dita Effendy yang selalu memberikan

semangat setiap saat, diwaktu saya malas dan sebagainya,

ia tetap menemani dan tidak pernah lelah memberitahu

saya untuk melanjutkan menulis skripsi.

Jakarta, 9 Juni 2020

Penyusun.

Putra Persada Nadeak

1113054100062

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................... ii

Page 9: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................... iii

ABSTRAK ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .......... 7

1.Pembatasan Masalah ............................................... 7

2.Perumusan Masalah ................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 8

1.Tujuan Penelitian ..................................................... 8

2.Manfaat Penelitian ................................................... 9

D. Metodologi Penelitian ............................................... 10

1. Pendekatan Penelitian ............................................ 10

2. Jenis Penelitian ....................................................... 11

3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 11

4. Teknik Pemilihan Informan Penelitian ................... 11

5. Macam dan Sumber Data ....................................... 12

6. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 12

7. Teknik Analisis Data ............................................... 13

8. Teknik Keabsahan Data ........................................ 14

Page 10: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

ix

E. Teknik Penulisan ........................................................ 14

F. Sistematika Penulisan ................................................. 15

BAB II KAJIAN TEORI

A. Resiliensi ..................................................................... 17

1. Definisi Resiliensi ................................................. 17

2. Komponen Resiliensi ............................................. 19

3. Faktor – faktor Resiliensi ....................................... 22

B. Tunanetra .................................................................... 26

1. Definisi Tunanetra .................................................. 26

2. Alasan Terjadinya Ketunanetraan .......................... 27

3. Karakteristik Tunanetra .......................................... 27

C. Pengusaha Penyandang Disabilitas ............................. 30

1. Pengertian Pengusaha Penyandang Disabilitas ...... 30

D. Kerangka Berpikir ........................................................ 37

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN

PESANGGRAHAN

A. Kondisi Geografis ...................................................... 38

1. Luas Wilayah .......................................................... 38

2. Geografi ................................................................... 40

B. Kondisi Demografi ..................................................... 41

1. Kependudukan ......................................................... 41

2. Data Penyandang Disabilitas Tunanetra Di

Kecamatan Pesanggrahan. ....................................... 43

Page 11: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

x

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Resiliensi Penyandang Disabilitas Tunanetra

dengan Berwirausaha Kerupuk Di Kecamatan

Pesanggrahan ............................................................ 45

1. Aspek Resiliensi ...................................................... 45

2. Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi .................. 50

BAB V PEMBAHASAN

A. Resiliensi Penyandang Tunanetra Berwirausaha

Kerupuk Keliling Di Kecamatan Pesanggrahan .......... 53

1. Aspek Resiliensi ...................................................... 53

2. Faktor yang mengalami Resiliensi .......................... 55

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................ 57

B. SARAN .................................................................... 58

Daftar Pustaka

Lampiran Dokumentasi

Page 12: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Letak Geografis Wilayah Kecamatan Pesanggrahan .. 40

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Menurut

Kelurahan .................................................................... 41

Tabel 3.1 Penduduk menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin 2017

..................................................................................................... 42

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Penyandang

Disabilitas Di Kecamatan Pesanggrahan 2017 ........... 43

Tabel 5.1 Jumlah Penyandang Disabilitas Tunanetra di

Kecamatan Pesanggrahan ........................................... 44

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan ................. 39

Page 13: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika

skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Disabilitas atau yang lebih banyak diartikan sebagai

kecacatan, seringkali dikaitkan dengan masalah keterbata-

san, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, penyakit, dan

anggapan lain yang membuat penyandangnya cenderung

memperoleh persepsi negatif dan mengarah pada dis-

kriminasi (Masduqi, 2010).

Menurut data laporan International Labour Organiza-

tion (ILO) dalam World Report on Disability dari

berbagai negara di dunia di tahun 2003, angka employ-

ment rates penyandang disabilitas berada jauh dibawah

employment rates penduduk non disabled. Di Amerika

Serikat misalnya, dari seluruh jumlah penduduk non disa-

bled usia kerja, 73,2% terserap dalam lapangan kerja. Se-

mentara, hanya 38,1% penyandang disabilitas yang

terserap dari seluruh penduduk penyandang disabilitas

usia kerja di negara tersebut. Keadaan serupa terjadi di

Negara Inggris dengan perbandingan 68,6% dan 38,9%

1

Page 14: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

2

dan India dengan perbandingan 62,5% dan 37,6%.

Menurut data dari OECD (Organisation for Economic Co-

operation and Development) menunjukkaan bahwa dari

27 negara yang masuk dalam pendataannya, hanya 44%

penyandang disabilitas usia produktif yang dapat diserap

sebagai tenaga kerja, tidak sampai separuhnya bila

dibandingkan penyerapan tenaga kerja usia produktif non

disabled yang mencapai 75% (Chan and Zoellick, 2011).

Di Indonesia, jumlah penyandang disabilitas men-

galami pertumbuhan yang cukup signifikan sejak tahun

2006. Menurut data The Asia-Pacific Development Centre

on Disability di tahun 2006, jumlah penyandang disabili-

tas di Indonesia mencapai 1,38% dari keseluruhan popu-

lasi penduduk. Menurut data World Health Organization

(WHO), angka tersebut meningkat hingga mencapai 10-

15% di tahun 2010, sejalan dengan data dari ILO yang

menunjukkan persentase 10% atau sekitar 24 juta orang

dari seluruh penduduk di Indonesia, dimana 11 juta orang

diantaranya merupakan tenaga kerja. Salah satu permasa-

lahan sosial yang harus diatasi adalah pengangguran. Per-

soalan tersebut bertambah dengan tidak sebandingnya

lapangan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)

Suryamin mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada

Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen

(Sawitri, 2016). Jika jumlah angka pengangguran terus

meningkat maka akan berdampak pada kondisi masyara-

Page 15: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

3

kat. Kondisi meningkatnya pengangguran dapat dimini-

malkan dengan meningkatkan jumlah wirausaha.

Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha yang artinya

wira adalah pejuang dan usaha adalah berbuat sesuatu

(Hendro, 2011).

Jadi, wirausaha adalah pejuang yang melakukan

sesuatu dengan inovasinya sendiri secara mandiri. Akan

tetapi jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit dari

jumlah penduduk. Data dari Global Entrepreneurship

Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru

mempunyai sekitar 1,65 persen pelaku wirausaha dari to-

tal jumlah penduduk 250 juta jiwa (Primus, 2016). Jumlah

tersebut masih dibawah negara tetangga di kawasan asia,

yang berada diatas 2 persen dari jumlah penduduk.

Menurut Presiden Joko Widodo, ketakutan untuk bersaing

dan berkompetisi merupakan penyebab sedikitnya jumlah

wirausaha di Indonesia (Zuraya, 2016). Ketakutan untuk

bersaing dan berkompetisi juga dirasakan oleh penyan-

dang disabilitas karena keterbatasan fisik. Hak-hak pen-

yandang disabilitas sering terpinggirkan, seperti akses un-

tuk beraktivitas. Sedangkan untuk masuk dunia kerja

ataupun bekerja mereka terkendala. Seperti diketahui

bahwa penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak

dan kewajiban yang sama dengan warga Negara non disa-

bilitas.

Menjadi bagian dari warga Negara Indonesia, sudah

sepantasnya penyandang disabilitas mendapat perlakuan

Page 16: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

4

khusus, yang dimaksudkan sebagai cara perlindungan dari

kerentanan terhadap bermacam-macam tindakan dis-

kriminasi dan terutama perlindungan dari berbagai

pelanggaran hak asasi manusia.

Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai maksi-

malisasi penghormatan, pengajuan, perlindungan, dan

pemenuhan hak asasi manusia universal, terutama pada

hak ketenagakerjaan (El-Muhtaj, 2008).

Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penyandang dis-

abilitas pada 9 provinsi di Indonesia sebanyak 299.203

jiwa, sekitar 67,33% disabilitas dewasa tidak memiliki

ketrampilan dan pekerjaan. Jenis ketrampilan utamanya

adalah pijat, petani, pertukangan, buruh dan jasa (Nawir,

2009).

Tunanetra terbilang golongan yang tidak mudah dalam

mendapatkan pekerjaan, sangat jarang ada perusahaan

yang menerima karyawan dari golongan tunanetra, perus-

ahaan akan berpikir ulang untuk menerima karyawan dari

golongan tunanetra atau dengan gangguan penglihatan.

Menurut UU No. 4 Tahun 1997 pasal 14 berbunyi: “Pe-

rusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1

(satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyara-

tan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, untuk

100 (seratus) orang karyawan”. Namun dari pasal tersebut

tidak dijelaskan secara spesifik jenis cacat atau disabilitas

seperti apa, sehingga tidak memberikan kewajiban

mengikat untuk menerima tunanetra sebagai pekerja.

Page 17: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

5

Sama halnya dengan orang normal, penyandang tuna-

netra juga memerlukan pekerjaan yang layak agar dapat

melanjutkan kehidupan walaupun dengan segala

keterbatasan yang dimiliki. Diantaranya, penyandang dis-

abilitas tunanetra yang tidak bisa melihat dan

menggunakan alat bantu untuk berjalan atas keterbatasan

fisiknya. Berbagai perusahaan belum sepenuhnya mau

menampung mereka sebagai tenaga kerja.

Perilaku dari berbagai masyarakat terhadap orang-

orang dengan kecacatan fisik telah diselidiki. Menunjukan

bahwa sikap yang diungkapkan dengan kata-kata terhadap

orang yang cacat akan sedikit menyenangkan, tetapi bagi

sebagian kecil mungkin benilai negatif. Perilaku lebih

dalam yang tidak diungkapkan lebih sering menimbulkan

rasa permusuhan. Terkadang kecacatan fisik yang

mencolok dapat mengundang ejekan (Semiun, 2006).

Para penyandang tunanetra memiliki berbagai macam

permasalahan dimasyarakat, diantaranya kurangnya

akses, merasa dirinya berbeda dari orang lain, serta

berbagai pengucilan yang diterimanya. Permasalahan

tersebut yang menyebabkan kecemasan dan tekanan

dalam diri mereka. Tunanetra yang peran sosialnya

terhambat adalah tunanetra yang merasa mengalami

penolakan dan perlakuan yang berbeda. Semua tekanan

yang mereka rasakan, seorang penyandang tunanetra tetap

harus melanjutkan dan menjalani kehidupannya untuk

mencapai kesejahteraan di masyarakat. Maka dari itu,

Page 18: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

6

diperlukan resiliensi atau ketahanan pada diri tunanetra

untuk mengatasi tekanan hidup yang mereka hadapi.

Resiliensi menurut Revich dan Shatte adalah kemampuan

seseorang untuk bangkit dan berkembang dalam

menghadapi tekanan hidup yang menimpanya.

Para penyandang disabilitas tunanetra di Jakarta seba-

gian besar bekerja sebagai tukang pijat (refleksi). Dengan

profesi tersebut setidaknya bisa untuk memenuhi kebu-

tuhan keluarga walaupun dengan pendapatan yang tidak

menentu. Di Jakarta banyak sekali tempat pijat yang lebih

modern yang membuat pendapatan para penyandang tun-

anetra semakin berkurang, sehingga sebagian besar para

penyandang tunanetra lebih memilih berwirausaha

kerupuk keliling di Jakarta. Meskipun mempunyai

kecacatan fisik, tetapi semangat hidupnya sangat tinggi

dalam berwirausaha kerupuk keliling di Jakarta. Terlihat

seperti para penyandang disabilitas tidak mengenal lelah,

atau putus asa dalam menjalankan profesinya. Bukan

tanpa alasan, banyak penyandang tunanetra menjadi ber-

wirausaha kerupuk untuk membiayai kehidupannya. Salah

satu alasan kenapa penyandang tunanetra berwirausaha

kerupuk keliling karena barang yang dijualnya itu ringan

untuk dibawa kemana-mana. Selain bebannya ringan,

berwirausaha kerupuk juga tidak terlau beresiko besar.

Banyak masyarakat di Jakarta yang menyukai kerupuk

sebagai cemilan, dan itu salah satu alasannya juga kenapa

para penyandang tunanetra memilih untuk berwirausaha

Page 19: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

7

kerupuk keliling di Jakarta (Putra, 2018). Dengan

berbagai macam kesulitannya, para penyandang tunanetra

yang berwirausaha kerupuk keliling nyaman tinggal di

ibukota, karena banyaknya penyandang tunanetra yang

berwirausaha kerupuk keliling di Jakarta . Ada beberapa

tunanetra yang bergabung di beberapa paguyuban di Ja-

karta. Kegiatan yang sering dilakukan adalah arisan, yang

tujuan utamanya bukan sekedar mendapatkan uang, tetapi

hanya saling berbagi cerita selama hidup di Jakarta.

Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengkaji

tentang resiliensi penyandang tunanetra dan bagaimana

mereka bertahan dalam menghadapi setiap masalah terse-

but. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian yaitu RESILIENSI PENYANDANG DISA-

BILITAS TUNANETRA DENGAN STRATEGI

BERWIRAUSAHA KERUPUK KELILING DI JA-

KARTA (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan,

Jakarta Selatan)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya permasalahan yang berkaitan

dengan penyandang disabilitas maka peneliti

mencoba memfokuskan penelitian pada pekerja

penyandang disabilitas tunanetra. Karena peneliti

menyadari adanya keterbatasan waktu dan

kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan

Page 20: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

8

masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian

ini tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih

terfokus dan efektif terhadap apa yang akan

disimpulkan. Penelitian ini berfokus pada Resiliensi

Penyandang Disabilitas Tunanetra Dengan Strategi

Berwirausaha Kerupuk Keliling di Kecamatan Pe-

sanggrahan, Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut dapat diuraikan

beberapa permasalahan atau pernyataan penelitian.

Penulis akan merumuskan dalam permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah:

Bagaimana resiliensi penyandang disabilitas tun-

anetra dalam berwirausaha kerupuk keliling di Jakar-

ta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan maka

tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk memahami upaya penyandang disabilitas

tunanetra dalam berwirausaha kerupuk keliling di

Jakarta.

b. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan

penghambat dari upaya berwirausaha kerupuk

keliling di Jakarta, sehingga muncul

Page 21: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

9

kemungkinan-kemungkinan yang dianggap dapat

menjadi solusi.

2. Manfaat Penelitian

a. Segi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

dan menambah wawasan keilmuan bagi Ilmu

Kesejahteraan Sosial, pada teori dan aplikasi di

bidang Kesejahteraan Sosial dan profesi Pekerja

Sosial. Serta dapat dijadikan sebagai bahan

referensi atau bahan kepustakaan bagi

pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

b. Segi Praktis

1) Sumbangan bagi penentu kebijakan dalam

bidang ketenagakerjaan penyandang

disabilitas pada beragam tingkatan, yang dapat

digunakan untuk pemahaman dan

pengembangan kebijakan dan program yang

berkaitan dengan kesejahteraan penyandang

disabilitas.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran dan dijadikan bahan untuk

mengetahui Upaya Pemberdayaan Disabilitas

Dalam Mencapai Kesejahteraan. Dan

diharapkan dapat memberikan wawasan

kepada masyarakat terutama mahasiswa UIN

Page 22: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

10

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

mahasiswa jurusan Kesejahteraan Sosial.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus

dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan

dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi

menjadi, sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode penelitian

kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Penelitian Kualitatif digunakan untuk

memahami, mencari makna dibalik data, untuk

menemukan kebenaran, baik kebenaran empirik

sensual, empirik logik dan empirik etik (Kasiram,

2010).

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tipe penelitian

deskriptif. Penelitian ini didasarkan pada pertanyaan

“Bagaimana”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui

apa masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin

mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi.

Dengan demikian temuan-temuan penelitian deskriptif

Page 23: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

11

lebih luas dan lebih terperinci daripada penelitian

eksploratif. Dikatakan lebih luas karena kita meneliti

tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-

variabel lain yang berhubungan dengan masalah itu.

Lebih terperinci karena variabel-variabel tersebut

diuraikan atas faktor-faktornya. Untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik, penelitian dilakukan dengan

penarikan sampel (Gulo, 2002).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan

Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan .

b. Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada bulan Desem-

ber 2019 sampai dengan bulan Maret 2020.

4. Teknik Pemilihan Informan Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif

teknik pemilihan responden dalam penelitian ini

adalah purposive sampling yang memberikan

keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi

responden yang sesuai dengan tujuan penelitian

(Meleong, 1989). Yang terpenting disini bukan

jumlah respondennya melainkan potensi dari tiap

kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang

lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Page 24: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

12

5. Macam dan Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian

ini terbagi menjadi 2 (dua) sumber yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh

dari para informan pada waktu penelitian. Data

primer ini diperoleh melalui wawancara dengan

informan. Dalam penelitian ini data primernya

adalah penjual kerupuk tunanetra di Kecamatan

Pesanggrahan Jakarta Selatan.

b. Data Skunder

Data skunder adalah data yang dikumpulkan

melalui sumber-sumber informasi tidak langsung

seperti perpustakaan, dokumentasi masa lampau

.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data

yang dipakai adalah dengan melakukan wawancara

langsung dengan responden, karena untuk

memperoleh informasi yang lengkap mengenai

responden yang bersangkutan maka peneliti harus

terjun langsung ke lapangan, dengan cara melakukan

wawancara terhadap responden. Selain itu guna

memperkuat penelitian ini, peneliti juga menambah

dengan menggunakan beberapa sumber kepustakaan,

Page 25: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

13

baik itu berupa buku, artikel, dan sejenisnya, yang ada

hubungannya dengan obyek yang diteliti.

Dalam penelitian ini teknik wawancara yang

peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya

peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara

mendalam yang berhubungan dengan fokus

permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal

sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive

Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan,

sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

7. Teknik Analisis Data

Yaitu teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk

keperluan pemeriksaan atau perbandingan terhadap

data tersebut. Hal ini akan dicapai dengan

membandingkan hasil wawancara di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan

dokumen yang berkaitan (Meleong, 1989).

8. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan

telah teruji dan valid. Dalam hal ini peneliti menulis

keabsahan data diuji lewat diskusi atau sharing,

referensi teori dan melihat realitas sosial serta tentang

isu-isu yang sedang berkembang. Oleh karena itu

Page 26: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

14

peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk

mendapatkan dat yang relevan.

Teknik keabsahan data yang penulis lakukan

adalah dengan ketekunan pengamatan, ketekunan

pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.

Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan

dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah

saja.

E. Teknik Penulisan

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang

dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku Pedoman

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun

oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan

oleh UIN Jakarta Press. 2017.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka

penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab

yang mana rinciannya sebagai berikut :

Page 27: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

15

BAB I: PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, perumusan ma-

salah, dan batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodolo-

gi penelitian, tinjauanpustaka, dan siste-

matika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas mengenai

Kerangka Teori yang berkaitan dengan

fokus penelitian. Penulis akan

menggunakan Teori Resiliensi.

BAB III: GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

Bab ini peneliti menjelaskan tentang gam-

baran umum Kecamatan Pesanggrahan.

BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berisi tentang uraian penyajian data dan

temuan penelitian.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian yang mengaitkan

latar belakang, teori, dan rumusan teori

penelitian.

Page 28: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

16

BAB VI : PENUTUP

Bab terakhir berisi tentang kesimpulan

berdasarkan hasil dari pelaksanaan

penelitian, implikasi, dan saran-saran

yang menjadi penutup pada pembahasan

penelitian.

Page 29: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

17

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada pembahasan di Bab II ini, peneliti lebih menjelaskan

kepada teori yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab

permasalahan. Adapun teori-teori yang akan digunakan dalam

penelitian, yakni Teori Resiliensi.

A. Resiliensi

1. Definisi Resiliensi

Resiliensi adalah suatu konsep yang menunjukan kemampuan

seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap masa-masa

sulit yang dihadapi. Resiliensi diri seseorang juga menentukan

keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupannya (Jackson,

2004). Istilah resiliensi telah digunakan untuk menggambarkan

proses dimana orang mengelola tidak hanya untuk menanggung

kesulitan tetapi juga untuk menciptakan dan mempertahankan

kehidupan yang memiliki makna dan berkontribusi bagi orang-

orang sekitar mereka. Ungkapan “sukses melawan peluang sering

digunakan untuk menangkap esensi dari ketahan”. Oleh karena

itu, ketahanan menciptakan kesuksesan dalam kehidupan mes-

kipun terpapar resiko tinggi (Fraser et al., 2004).

Stewart, Reid dan Mangham (1997) menggambarkan sebagai

“kapasitas individu untuk berhasil mengatasi perubahan, kesu-

litan, atau resiko yang signifikan”. Meskipun harus menghadapi

peristiwa hidup yang sulit dapat membuat beban, proses menga-

17

Page 30: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

18

tasi keberhasilan menyebabkan peningkatan kepercayaan diri dan

meningkatkan ketahanan atau resiliensi (Hook, 2019).

Resiliensi berasal dari bahasa Latin yaitu “resilire” yang

artinya kembali. Dalam bahasa Inggris yaitu “resiliency” atau

“resilient” adalah suatu kondisi individu yang berhasil keluar dari

kondisi terburuk. Secara umum, resiliensi adalah kemampuan

seseorang atau individu untuk mengembalikan kondisi semula

atau awal dari kondisi terpuruk (Zainal 2011, 131).

Wangild dan Young (1993) menyebutkan resiliensi adalah

kekuatan pada setiap individu yang berasal dari dalam dirinya,

sehingga ia mampu mengahadapi kesulitan yang sedang menimpa

hidupnya.“Resilience‟ connotes emotional stamina and has been

used to describe person who display courage and adaptability in

the wake of life‟s misfortunes.” (Wangnild dan Young 1993,

166).

Menurut (Grotberg, 1999), Resiliensi menggambarkan ke-

mampuan untuk bertahan dan beradaptasi, serta kapasitas manu-

sia untuk melawan dan memecahkan masalah setelah mengalami

kesengsaraan. Masten dan Coatsworth, 1998 dalam Kalil (2003)

mendefinisikan secara umum bahwa resiliensi di tandai oleh

sejumlah karakteristik, yaitu: adanya kemampuan dalam menga-

tasi kesulitan, ketangguhan dalam menghadapi stress ataupun

bangkit dari trauma yang dialami. Resiliensi juga dapat di ketahui

ketika individu berhadapan dengan hambatan atau kesulitan yang

signifikan, dimana individu tersebut kemudian mampu menun-

jukan adaptasi positif terhadap hambatan tersebut/ kesulitan ter-

sebut (Dr. Wiwin Hendriani, M.Si 2018, 22-24).

Page 31: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

19

Dari beberapa definisi diatas mengenai resiliensi, maka pe-

niliti dapat mendeskripsikan resiliensi adalah kemampuan

seseorang untuk tetap bertahan, bangkit dari kondisi yang ter-

puruk dengan berbagai cara yang tidak merusak, memiliki rasa

optimis untuk membuat keadaan menjadi lebih baik, serta orang

resilien memiliki karakteristik untuk tidak menunggu bantuan

orang lain agar keluar dari kondisi yang terburuk sekalipun. Re-

siliensi diri seseorang juga menentukan keberhasilan atau kegaga-

lan dalam kehidupannya.

2. Komponen Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kemam-

puan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang

berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam

keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan

(adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya. Reiv-

ich dan Shatte (2002) juga mamaparkan tujuh komponen yang

membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut:

1.1 Regulasi emosi, adalah kemampuan untuk tetap

tenang dalam kondisi yang penuh tekanan. Individu

yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat

mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat

mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga

mempercepat dalam pemecahan suatu masalah.

Pengekspresian emosi, baik negative ataupun positif,

merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dil-

akukan dengan tepat. Pengekpresian emosi yang tepat

Page 32: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

20

merupakan salah satu kemampuan individu yang resil-

ien.

1.2 Pengendalian Impuls, merupakan kemampuan

mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta

tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Indi-

vidu dengan pengendalian impuls rendah sering men-

galami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung

mengendalikan perilaku dan pikiran. Individu mudah

kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan

berlaku agresif pada situasi-situasi kecil yang tidak

terlalu penting, sehingga lingkungan sosial di seki-

tarnya merasa kurang nyaman yang berakibat pada

munculnya permasalahan dalam hubungan sosial.

1.3 Optimisme, individu yang resilien adalah individu

yang optimis. Individu memiliki harapan di masa de-

pan dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya.

Dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu

yang optimis lebih sehat secara fisik, tidak mengalami

depresi, berprestasi lebih baik di sekolah, lebih

produktif dalam kerja, dan lebih berprestasi dalam

olahraga. Optimisme mengimplikasikan bahwa indi-

vidu percaya dapat menangani masalah-masalah yang

muncul di masa yang akan datang.

1.4 Empati, menggambarkan bahwa individu mampu

membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang

lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu

Page 33: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

21

mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi

orang lain.

1.5 Analisis penyebab masalah, yaitu merujuk pada

kemampuan individu untuk secara akurat mengidentif-

ikasi penyebab-penyebab dari permasalahan individu.

Jika individu tidak mampu memperkirakan penyebab

dari permasalahannya secara akurat, maka individu

akan membuat kesalahan yang sama.

1.6 Efikasi diri, merupakan keyakinan pada kemam-

puan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan

masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti

meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. In-

dividu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen

dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan me-

nyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang

digunakan itu tidak berhasil. Individu yang memiliki

efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam

menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu ka-

rena memiliki kepercayaan yang penuh dengan ke-

mampuan dirinya. Individu ini akan cepat menghadapi

masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang di-

alami.

1.7 Peningkatan aspek positif, Resiliensi merupakan

kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif

dalam hidup . Individu yang meningkatkan aspek

positif dalam hidup, mampu melakukan dua aspek ini

dengan baik, yaitu: (1) mampu membedakan risiko

Page 34: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

22

yang realistis dan tidak realistis, (2) memiliki makna

dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar

dari kehidupan. Individu yang selalu meningkatkan

aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi

permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkat-

kan kemampuaninterpersonal dan pengendalian emosi

(Zahrotul Uyun 2012).

3. Faktor – faktor Resiliensi

Ada beberapa faktor yang dapat menunjukan resiliensi individu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi menurut

Grotberg (1995), antara lain:

1.1 I Am, merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri

individu, seperti tingkah laku, perasaan, dan kepercayaan

yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor I am ini

dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Bangga pada diri sendiri

Individu memiliki rasa bangga terhadap dirinya

sendiri serta mengetahui dan menyadari bahwa

dirinya adalah seseorang yang penting. Selain itu, in-

dividu juga tidak akan membiarkan orang lain

menghina dan meremehkannya. Oleh karena itu, indi-

vidu harus mampu bertahan dan menyelesaikan masa-

lah yang sedang dihadapinya. Salah satu yang dapat

membantu untuk bertahan dalam menghadapi masa-

lah adalah kepercayaan diri yang tertanam dalam diri

masing-masing individu.

Page 35: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

23

b. Perasaan dicintai dan sikap yang menarik.

Individu dapat mengatur sikap ketika menghadapi re-

spon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan

orang lain. Individu akan mampu bersikap baik ter-

hadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya.

Individu mampu merasakan mana yang benar dan

mana yang salah serta ingin ikut didalamnya. Indi-

vidu mempunyai kepercayaan diri dan iman dalam

moral dan kebaikan, serta dapat mengekspresikannya

sebagai kepercayaan terhadap Tuhan dan manusia

yang mempunyai spiritual yang lebih tinggi.

c. Mencintai, empati, altruistik

Ketika seseorang mencintai orang lain, maka individu

tersebut akan peduli terhadap segala sesuatu yang ter-

jadi pada orang yang dicintainya. Adanya ketid-

aknyamanan dan penderitaan jika orang yang dicintai

terkena masalah, kemudian menimbulkan adanya

keinginan untuk menghentikan penderitaan tersebut.

d. Mandiri dan bertanggungjawab

Tanggung jawab berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya. Setiap manusia se-

bagai makhluk Allah bertanggungjawab atas per-

buatannya. Manusia mempunyai kebebasan untuk

melakukan segala sesuatu sesuai dengan ke-

hendaknya. Individu juga harus mampu menerima

segala konsekuensi dari tindakan tersebut. Seseorang

Page 36: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

24

mampu mengerti dan memahami batasan-batasan

tehadap berbagai kegiatan yang dilakukan.

1.2 I Have, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi

resiliensi yang berasal dari luar. Adapun sumber-

sumbernya, adalah:

a. Struktur dan aturan rumah

Di dalam keluarga ada aturan-aturan yang harus di-

taati oleh setiap anggota keluarga yaitu adanya huku-

man dan peringatan jika aturan tersebut tidak dil-

aksanakan. Sebaliknya, jika peraturan itu dil-

aksanakan akan diberikan pujian atau bahkan akan

diberikan reward.

b. Role Models

Role models yaitu orang-orang yang dapat menunjuk-

kan apa yang individu harus lakukan seperti informasi

terhadap sesuatu dan memberi semangat agar individu

mengikutinya.

c. Mempunyai hubungan

Selain dukungan dari orang-orang terdekat seperti

suami, istri, orang tua, dan anak, individu juga mem-

butuhkan dukungan dan cinta dari orang lain yang di-

anggap mampu memberikan kasih sayang yang

mungkin tidak dapat diperoleh dari orang-orang

terdekat.

1.3 I Can, merupakan salah satu faktor resiliensi yang berkai-

tan dengan kompetensi sosial dan interpersonal

seseorang. Bagian-bagian faktor I Can, adalah:

Page 37: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

25

a. Mengatur berbagai perasaan rangsangan Individu

mampu mengenali rangsangan, dan segala jenis

emosi kemudian menunjukkan dalam bentuk kata-

kata ataupun tingkah laku dan perbuatan. Individu

juga mampu mengatur rangsangan untuk berbuat

kekerasan terhadap orang lain seperti memukul,

merusak barang, dan perbuatan lainnya.

b. Mencari hubungan yang dapat dipercayaIndividu

mampu mendapatkan seseorang yang dapat di-

percaya untuk membantu menyelesaikan masalah

yang sedang dihadapinya, diajak berdiskusi, ataupun

dimintai pertolongan. Kepercayaan kepada orang

lain berarti percaya terhadap kata hatinya, perbuatan

yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebena-

rannya.

c. Ketrampilan berkomunikasi Kemampuan individu

untuk menunjukkan pikiran dan perasaan kepada

orang lain serta kemampuan untuk mendengar dan

memahami perasaan yang dirasakan oleh orang lain.

d. Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain

Kemampuan untuk dapat memahami temperamen

dirinya sendiri dan temperamen orang lain baik

ketika diam, mengambil resiko ataupun ketika

bertingkah laku. Dengan adanya kemampuan untuk

memahami temperamen seseorang, maka akan

membantu individu dalam berkomunikasi.

Page 38: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

26

e. Kemampuan memecahkan masalahKemampuan in-

dividu dalam menilai suatu masalah, kemudian

mencari hal-hal yang dibutuhkan dalam usaha

pemecahan masalah tersebut. Individu dapat mem-

bicarakan masalahmasalah yang sedang

dihadapinya dengan orang lain. Kemudian

menemukan pemecahan masalah yang sesuai. Indi-

vidu akan tetap bertahan pada masalah itu sampai

masalah tersebut dapat terpecahkan. Individu yang

beresiliensi tinggi harus memiliki tiga faktor terse-

but, yaitu I am, I have dan I can. Individu yang

hanya memiliki salah satu faktor saja tidak terma-

suk orang yang beresiliensi tinggi atau rendah (Mu-

hammad Riza dan Ike Herdiana 2012).

B. Tunanetra

1. Definisi Tunanetra

Menurut asal usul katanya, tunanetra terdiri kata „tuna‟

yang berarti gangguan, dan „netra‟ yang berarti mata atau

penglihatan. Tunanetra adalah seseorang yang mempunyai

gangguan atau hambatan terhadap penglihatan atau tidak

berfungsi indera penglihatan.

Menurut Sutjihati Soemantri, tunanetra adalah individu

yang indera penglihatannya kedua-duanya tidak berfungsi

sebagai saluran penerima informasi dalm kegiatan sehari

hari (Agustyawati and Solicha, 2009a).

Page 39: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

27

2. Alasan Terjadinya Ketunanetraan

Seseorang mengalami gangguan kebutaan dikarenakan be-

berapa alasan yaitu:

a. Faktor pre-natal: keturunan, pertumbuhan seseorang

dalam kandungan seperti gangguan waktu ibu hamil

dan infeksi karena beberapa hal penyakit kotor seper-

ti cacar air dan tumor.

b. Post-natal: kerusakan pada mata atau saraf mata pada

waktu persalinan, pada waktu persalinan ibu men-

galami penyakit gonorrhoe, dan mengalami penyakit

mata yang menyebabkan ketunanetraan misalkan

xeropthalmia yakni penyakit mata karena kekurangan

vitamin A (Agustyawati and Solicha, 2009b).

3. Karakteristik Tunanetra

Pada tunanetra terdapat beberapa karakteristik diantaranya

adalah:

1. Karakteristik Fisiologis

Karakteristik fisik atau fisiologis tunanetra dapat dikenali

dengan melihat dari jenis tunanetra tersebut yaitu dengan

melihat ciri-ciri sebagai berikut:

a. Karakteristik buta (totally blind): tidak mampu melihat,

kerusakan nyata pada kedua bola mata, mata bergoyang

terus, bagian mata yang hitam berwarna keruh,

peradangan hebat pada kedua bola mata dan lain

sebagainya.

b. Karakteristik low vision: terlihat tidak menatap lurus

kedepan, memicingkan mata atau mengerutkan kening

Page 40: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

28

terutama dicahaya terang, mata terlihat putih di tengah

mata dan lain sebagainya.

2. Karakteristik Kognitif

Menurut Lowenfeld (1948) ada tiga hal yang berpengaruh

buruk terhadap perkembangan kognitif dengan keterbatasan

penglihatan antara lain:

a. Jarak dan beragamnya pengalaman yang dimiliki oleh

mereka dengan keterbatasan penglihatan, kemampuan ini

terbatas karena mereka mempunyai perasaan tidak sama

dengan mereka yang mampu melihat.

b. Kemampuan yang telah diperoleh akan berkurang dan

akan berpengaruh terhadap pengalamanya dilingkungan.

c. Mereka dengan keterbatasan penglihatan tidak memiliki

kendali yang sama terhadap lingkungan dan diri sendiri.

3. Karakteristik Sosial

Kemajuan sosial tunanetra bergantung pada bagaimana

perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan

keluarga terhadap tunanetra itu sendiri. Penerimaan secara

realistik terhadap tunanetra dengan segala keterbatasannya

adalah yang paling utama menumbuhkan rasa percaya

dirinya. Sikap yang ditunjukkan dengan pemberian kasih

sayang dan pemberian perlakuan yang sama dengan mereka

yang normal akan membuat mereka terbuka terhadap

permasalahan yang dihadapinya dan menjadi motivator

tersendiri untuknya menggapai masa depan.

Page 41: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

29

Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan tunanetra

adalah hubungan dengan ibu, ayah, anggota keluarga lain

yang ada dilingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua

dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran

tunanetra, sehingga muncul ketegangan atau kegelisahan

diantara keluarga. Hal ini sebagai akibat dari keterbatasan

rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain

terhadap dirinya.

4. Perkembangan Kepribadian

Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan

kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain:

a. curiga terhadap orang lain: ini diakibatkan dari

keterbatasan visual, tunanetra kurang mampu

berorientasi dengan lingkungan sehingga kemampuan

mobilitaspun akan terganggu.

b. perasaan mudah tersinggung: perasaan mudah

tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya

rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-

hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan

seorang tunanetra yang emosional (Agustyawati and

Solicha, 2009c).

Page 42: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

30

C. Pengusaha Penyandang Disabilitas

1. Pengertian Pengusaha Penyandang Disabilitas

Individu yang pintar atau berbakat dalam mengenali

produk baru, menentukan bagaimana produk baru, adalah

pengertian dari pengusaha. Membangun operasi untuk

pengadaan produk baru, menawarkannya serta mengatur

permodalan operasinya (Zimmerer, 2008). Para pengu-

saha umumnya menyimpan karakter penunjang yang

membuat sebuah usaha berhasil atau tidak, sejauh mana

karakter tersebut melekat pada pengusaha dan

pengaruhnya terhadap tujuan mengelola usaha (Jumaedi,

2012). Drucker (1985) mendefinisikan kewirausahaan

sebagai semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu

dalam menangani usaha yang mengarah pada upaya

mencari, menciptakan, teknologi, dan produk baru

dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka mem-

berikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh ke-

untungan yang lebih besar. Sangat diperlukan kreativitas

dan penemuan-penemuan baru untuk mendapatkan keun-

tungan. Kewirausahaan adalah proses yang memiliki

resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah produk

yang berguna bagi masyarakat dan mendatangkan ke-

makmuran bagi pengusaha.

Penyandang disabilitas diserap dari bahasa Inggris disa-

bility dengan bentuk jamak disabilities yang artinya adalah

ketidakmampuan atau cacat. Penyandang disabilitas adalah

seseorang yang sistem biologisnya atau keadaan fisiknya

Page 43: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

31

berbeda dengan orang lain pada umumnya. Penyandang

disabilitas mewujudkan salah satu upaya untuk membangun

pandangan, pemahaman dan persepsi masyarakat pada

seorang penyandang disabilitas adalah seseorang yang tidak

normal, cacat dan tidak mempunyai kemampuan. Maka

dengan menggunakan kata penyandang disabilitas bisa

merubah persepsi dan memperhalus kata serta pemahaman

masyarakat bahwa setiap manusia diciptakan berbeda dan

seorang penyandang disabilitas hanyalah sebagai seseorang

yang memiliki perbedaan kondisi fisik namun tetap mampu

melakukan segala aktifitas dengan cara pencapaian yang

berbeda.

Pengusaha penyandang disabilitas adalah seseorang yang

memiliki kreatifitas, berinovatif, dan mempunyai semangat

yang kuat, serta memiliki kemampuan dalam mengem-

bangkan usahanya dan memperoleh keuntungan yang lebih

besar dengan keterbatasan yang dimiliki. Pengusaha pen-

yandang disabilitas tidak membuat keterbatasan dalam

dirinya untuk selalu dikasihani orang lain atau bersikap tid-

ak berdaya. Pengusaha penyandang disabilitas akan

meluaskan usahanya dengan potensi yang dimilikinya.

Menurut Somantri (2007) penyandang disabilitas meru-

pakan suatu keadaan yang menghambat kegiatan seseorang

sebagai akibat dari kerusakan atau gangguan pada tulang,

otot, dan sendi. Penyandang disabilitas terdiri dari tiga jenis,

yaitu Penyandang disabilitas fisik, mental, serta fisik dan

mental. Pada penelitian ini yang akan dibahas oleh peneliti

Page 44: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

32

adalah Penyandang disabilitas fisik. Hardman (2002)

menyatakan Penyandang disabilitas fisik sebagai suatu kon-

disi yang disebabkan oleh kehilangan atau gangguan pada

fisik seseorang untuk menggunakan anggota tubuhnya

dengan efektif (Anggraini and Hendriani, 2015).

Semua manusia tidak terlahir dalam keadaan fisik yang

sempurna atau lengkap, yang sering disebut sebagai pen-

yandang disabilitas fisik. Penyandang disabilitas fisik juga

sering diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat

kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan

pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas nor-

mal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri

sendiri (Somantri, 2006).

Secara definisi disabilitas fisik adalah ketidakmampuan

anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan

oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk

melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit,

atau pertumbuhan tidak sempurna (Efendi, 2009). Menurut

Departemen Sosial dikutip oleh Mangunsong (Damayanti

and Rostiana, 2003) Penyandang disabilitas fisik diartikan

sebagai ketidaksempurnaan anggota tubuh disebabkan

faktor bawaan dari lahir, kecelakaan, maupun akibat penya-

kit yang menyebabkan terganggunya mobilitas yang ber-

sangkutan, contohnya amputasi tangan/kaki, paraplegia,

kecacatan tulang, dan cerebral palsy.

Penyandang disabilitas fisik juga dapat mengacaukan

mental seseorang sehingga menjadi rendah diri atau se-

Page 45: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

33

baliknya terlalu berlebihan. Penyandang disabilitas fisik

mengakibatkan kesulitan pula khususnya ada anak umur

sekolah, yang membutuhkan perhatian khusus baik dari

orang tua maupun guru di sekolah. Keterbatasan fisik me-

nyebabkan tidak dimilikinya keterampilan kerja (produksi).

Hal ini menyebabkan rendahnya pendapatan dan berada di

bawah garis kemiskinan (Winasti, 2012).

Menurut Somantri (2006) Penyandang disabilitas di-

artikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai

akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot

dan sendi dalam fungsinya yang normal atau dapat diartikan

juga sebagai keadaan yang menghambat kegiatan individu

sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan

otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk

mengikuti pendidikan dan berdiri sendiri. Keadaan ini dapat

disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, atau dapat juga

disebabkan oleh bawaan sejak lahir.

Dari beberapa definisi di atas tentang pengertian penyan-

dang disabilitas, dapat disimpulkan bahwa penyandang dis-

abilitas adalah keterbatasan seseorang atau individu dalam

melaksanakan aktivitas karena terjadi penurunan kemampu-

an dalam dirinya atau gangguan pada anggota badan indi-

vidu.

2. Jenis-Jenis Penyandang Disabilitas

Semua orang tidak dilahirkan dalam kondisi yang

lengkap atau sempurna, yang diartikan sebagai penyandang

Page 46: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

34

disabilitas. Ditemukan beberapa jenis penyandang disabili-

tas, diantaranya:

a) Penyandang Cacat Fisik, yaitu individu yang men-

galami kehilangan organ sehingga mengakibatkan

gangguan fungsi tubuh dan kelainan kerusakan fungsi

organ tubuh. Misalnya gangguan penglihatan, pen-

dengaran, dan gerak.

b) Penyandang Cacat Mental, yaitu individu yang men-

galami kelainan mental dan atau tingkah laku akibat

bawaan atau penyakit. Individu tersebut tidak bisa

mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum

dilakukan orang lain (normal), sehingga menjadi

hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

c) Penyandang Cacat Fisik dan Mental, yaitu individu

yang mengalami kelainan fisik dan mental sekaligus

atau cacat ganda seperti gangguan pada fungsi tubuh,

penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara

serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku,

sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan

kegiatan sehari-hari selayaknya.

Penjelasan diatas menyebutkan bahwa penyandang Disa-

bilitas memiliki beberapa jenis, yaitu penyandang cacat fisik

yang merupakan gangguan pada anggota tubuhnya, penyan-

dang cacat mental merupakan individu dengan kelainan pada

tingkah laku akibat bawaan atau penyakit, dan penyandang

cacat fisik dan mental yaitu individu yang mengalami ke-

lainan ganda.

Page 47: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

35

3. Klasifikasi Penyandang Disabilitas

Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat, ada berbagai macam penyebab serta permasalahan

kecacatan, maka jenis-jenis kecacatan dapat di kelompokkan

sebagai berikut :

a) Penyandang Cacat Fisik

1. Tuna Netra

Kurangnya penglihatan. Dengan adanya keluarbiasaan

ini, menuntut pelayanan khusus sehingga potensi yang

dimiliki oleh para tunanetra dapat berkembang secara

optimal.

2. Tuna Rungu

Tuna Rungu, ialah seseorang atau individu yang men-

galami kerusakan alat atau organ pendengaran, me-

nyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau me-

nangkap bunyi serta suara.sedangkan Tuna Wicara,

ialah individu yang mengalami kerusakan atau ke-

hilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-

kata, ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi

suara.

3. Tuna Daksa

Tuna daksa berarti cacat fisik. Kelompok tunadaksa an-

tara lain adalah individu yang menderita penyakit epi-

lepsy (ayan), kelainan tulang belakang, gangguan pada

tulang dan otot,serta yang mengalami amputasi. cacat

pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna daksa dapat di-

Page 48: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

36

artikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu, se-

bagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tu-

lang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan

atau dapat juga disebabkan oleh

pembawaan sifat lahir (Somantri, 2006).

b) Pernyandang Cacat Mental

1. Tuna Laras

Dikelompokkan dengan individu yang mengalami

gangguan emosi. Gangguan yang muncul pada individu

yang berupa gangguan perilaku seperti suka menyakiti

diri sendiri, suka menyerang teman, dan lainnya.

2. Tuna Grahita

Lebih dikenal dengan cacat mental, yaitu kemampuan

mental individu yang berada di bawah normal. Tolak

ukurnya adalah tingkat kecerdasan. Tuna grahita dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a) Penyandang Cacat Mental Eks Psikotik

b) Penyandang Cacat Mental Retardasi

3. Penyandang Cacat Mental dan Fisik (Ganda)

Kelompok penyandang jenis ini adalah individu-

individu yang menyandang lebih dari satu jenis

keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan

tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai

dengan tuna grahita atau bahkan sekaligus.

Page 49: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

37

D. Kerangka Berpikir

Tunanetra adalah kondisi seseorang yang mengalami

gangguan pada indra penglihatan. Ada beberapa faktor apabila

mengalami gangguan penglihatan, yaitu karena faktor pre-natal

dan karena faktor post-natal.

Di Jakarta ada beberapa tunanetra yang bekerja sebagai

penjual kerupuk keliling, karena banyak masyarakat yang me-

nyukai kerupuk sebagai makanan untuk cemilan. Itu adadalah

salah satu dari berbagai alasan kenapa banyak penyandang tuna-

netra yang berjualan kerupuk di Jakarta.

Dibutuhkan upaya resiliensi untuk para penyandang tunanetra

dalam berjualan kerupuk di Jakarta, karena di dalam situasi sulit

tersebut penyandang tunanetra harus bisa beradaptasi untuk me-

menuhi kebutuhan hidupnya. Ada tujuh komponen dalam mem-

bentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, op-

timisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan pen-

ingkatan aspek positif.

Page 50: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

38

BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN PESANGGRAHAN

Bab gambaran umum latar penelitian ini berisi tentang gambaran

umum wilayah Kecamatan Pesanggrahan seperti kondisi geo-

grafis, luas wilayah, kondisi demografi, data jumlah penyandang

disabilitas di Kecamatan Pesanggrahan, pembagian wilayah

Kecamatan Pesanggrahan.

A. KONDISI GEOGRAFIS

1. Luas Wilayah

Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu kecama-

tan diwilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, sesuai

dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor : 1251 Tahun 1986, Nomor : 435

Tahun 1966 Dan Nomor: 1986 Tahun 2000, maka luas

wilayah Kecamatan Pesanggrahan adalah 13,45 km2 yang

terdiri atas 51 Rw Dan 527 Rt dengan luas masing-masing

kelurahan sebagai berikut:

a. Kel. Bintaro: 4,55 Km2

b. Kel. Pesanggrahan: 2,11 Km2

c. Kel. Ulujami: 1,70 Km2

d. Kel. Petukangan Selatan 2,10 Km2

e. Kel. Petukangan Utara: 2,99 Km2

38

Page 51: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

39

Berikut adalah gambar peta wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Pesanggrahan

(Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Selatan 2018)

Page 52: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

40

2. Geografi

Batas-batas wilayah Kecamatan Pesanggrahan adalah:

Sebelah Utara: Kecamatan Kembangan,Kota Administrasi

Jakarta Barat.

Sebelah Selatan: Kecamatan Ciputat Propinsi Banten.

Sebelah Barat: Kecamatan Cileduk dan Kecamatan Pon-

dok Aren Propinsi Banten

Sebelah Timur: Kecamatan Kebayoran Lama Kota Admin-

istrasi Jakarta Selatan.

Tabel 1.1 Letak Geografis Wilayah Kecamatan Pesanggrahan

Letak dan Luas Uraian

Letak 06 15‟21”Lintang Selatan

Luas Wilayah 13,45 km

Laut Ketinggian 26,2m

Jumlah Kelurahan 5 kelurahan

Batas Wilayah

Utara Kecamatan Kembangan Kota Admin-

istrasi Jakarta Barat

Timur Kecamatan Kebayoran Lama Kota Ad-

ministrasi Jakarta Selatan

Barat Kecamatan Cileduk dan Pondok Aren

Propinsi Banten

Selatan Kecamatan Ciputat

Propinsi Banten

Sumber/Source: Stasiun Klimatologi Pondok Betung-Tangerang

Tabel 1.1 Letak Geografis Wilayah Kecamatan Pesanggrahan

Page 53: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

41

B. Kondisi Demografi

1. Kependudukan

Sumber data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang

dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus Penduduk te-

lah dilaksa-nakan sebanyak enam kali sejak Indonesia

merdeka yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010

pada bulan Mei yang lalu. Selain itu juga dalam publikasi ini

disajikan data hasil registrasi kependudukan.Berikut adalah

tabel tentang jumlah penduduk di Kecamatan Pesanggrahan

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Menurut

Kelurahan

Kelurahan Luas

Wilayah

(km2)

Rumah

Tangga

Penduduk Kepadatan

Penduduk

Per km2

Bintaro 4,56 59.140 12.984

Pesanggrahan 2,10 31.392 14.931

Ulujami 1,71 46.660 27.367

Petukangan

Selatan

2,11 41.570 19.787

Petukangan

Utara

2,99 60.762 20.306

Jumlah/Total 13,47 239.524 95.374

2016 13,47 221.578 16.449

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Penduduk, dan Kepadatan Menurut Kelurahan

Sumber/Source: Sudin Kependudukan Kota Administrasi Jakarta

Selatan.

Page 54: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

42

Tabel 3.1 Penduduk menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin

2017

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio

Jenis Ke-

lamin

Bintaro 29.744 29.396 59.140 101

Pesanggrahan 15.838 15.554 31.392 102

Ulujami 23.700 22.960 46.660 103

Petukangan

Selatan

20.828 20.742 41.570 100

Petukangan

Utara

30.461 30.301 60.762 101

Jumlah 120.571 118.953 239.524 101

Sumber/source: Registrasi Penduduk

Tabel 3.1 Penduduk menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin 2017

Berikut adalah adalah data jumlah penduduk menurut jenis ke-

lamin di Kecamatan Pesanggrahan tahun 2017, dalam bentuk

tabel yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

120.571 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan 118.953 jiwa,

apabila di kalkulasikan jumlahnya hampir seimbang dengan

selisih 1.618 jiwa.

2. Data Penyandang Disabilitas Tunanetra Di Kecamatan

Pesanggrahan.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, berikut adalah da-

ta penyandang diabilitas di Kecamatan Pesanggrahan.

Page 55: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

43

Table 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Penyandang

Disabilitas Di Kecamatan Pesanggrahan 2017

Kelurahan Tuna

Daksa

Tuna

Rungu

Tuna

Netra

Tuna

Wicara

Bintaro 19 4 6 2

Pesanggrahan 12 4 10 2

Petukangan

Selatan

1 4 7 4

Petukangan

Utara

19 7 8 3

Ulujami 6 0 3 1

Jumlah 57 19 34 12

Sumber/source: data.jakarta.go.id

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Penyandang Disabilitas Di Kecamatan

Pesanggrahan 2017

Untuk jumlah penduduk menurut jenis disabilitasnya di Kecama-

tan Pesanggrahan, penyandang disabilitas tunanetra berjumlah 34

jiwa. Berikut ini table untuk mengetahui jumlah penyandang dis-

abilitas tunanetra berdasarkan jenis kelamin di wilayah Kecama-

tan Pesanggrahan.

Page 56: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

44

Tabel 5.1 Jumlah Penyandang Disabilitas Tunanetra di

Kecamatan Pesanggrahan

Kelurahan Pria Wanita

Bintaro 2 4

Pesanggrahan 8 2

Petukangan Selatan 1 6

Petukangan Utara 5 3

Ulujami 2 1

Jumlah 18 16

Sumber/source: data.jakarta.go.id

Tabel 5.1 Jumlah Penyandang Disabilitas Tunanetra di Kecamatan Pesanggrah

Dengan melihat tabel diatas, bahwa bisa dipastikan penyandang

disabilitas tunanetra pria di Kecamatan Pesanggrahan lebih ban-

yak daripada wanita.

Page 57: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

45

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan mencoba memaparkan hasil

data dan temuan lapangan terkait dengan resiliensi penyan-

dang disabilitas tunanetra dalam berjualan kerupuk keliling di

Kecamatan Pesanggrahan.

A. Resiliensi Penyandang Disabilitas Tunanetra dengan

Berwirausaha Kerupuk Di Kecamatan Pesanggrahan.

Tunanetra dalam berjualan kerupuk berhasil untuk tetap ber-

tahan, tidak menyerah dengan keadaan apapun, dan selalu

semangat dalam menjalani kehidupannya. Kemampuan tuna-

netra untuk bertahan diperoleh dari 7 aspek reseliensi, yaitu

regulasi ekonomi, pengendalian impuls, optimisme, analisis

penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan peningkatan

aspek positif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

selain itu, yaitu faktor I am, I can, dan I have.

1. Aspek Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte ada 7 kemampuan dalm

pembentukan resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian

impuls, optimisme, analisis penyebab masalah, empati, efi-

kasi diri, dan peningkatan aspek positif.

A. Regulasi Emosi (Emotion Regulation).

Kondisi emosi seperti depresi dan kecemasan, keadaan

seperti ini biasanya dialami oleh penyandang tunanetra.

Mereka menatap masa depan seakan suram dengan 45

Page 58: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

46

keadaan seperti ini. Perasaan ini sempat dirasakan oleh

Ibu Cahyati yang menyandang disabilitas tunanetra.

“Dengan keadaaan seperti ini, jujur pasti sempat

merasakan depresi, putus asa, merasa sudah tidak

bisa berbuat apa-apa, tetapi setelah saya pikir kem-

bali, buat apa terlalu dipikirin, justru malah membu-

at saya semakin terpuruk, Alhamdulillah skrng saya

bisa berjualan kerupuk, untuk memenuhi kebutuhan

saya.”

B. Pengendalian Impuls (Impuls Control)

Tunanetra degan keadaan seperti itu banyak masyarakat

yang merasa bahwa orang tunanetra itu tidak berdaya,

tidak mandiri, dan selalu membutuhkan pertolongan

dari orang lain. Itu yang diungkapkan Bapak Prapto

kepada saya.

“Saya pernah di jalan sering di jailin sama oarng-orang,

padahal dengan keadaan seperti, masih ada aja oarang

yang seperti itu, saya cuma bisa sabar mas, habis mau

gimana lagi, keadaaan saya seperti ini.”

Walaupun dengan keadaan yang masyarakatnya masih

menstigma bahwa tunanetra adalah kaum yang lemah,

tunanetra juga harus bisa bertahan dalam kejahatan

yang terus dipikirkannya. Masih banyak orang yang

membeli kerupuk dengan nominal yang kurang, mereka

memanfaatkan kekurangan dari seorang tunanetra untuk

mendapatkan keuntungan.

“Namanya manusia, ada juga yang bohong dalam

membeli kerupuk dagangan saya, ada yang duitnya ku-

rang tapi masih minta kembali, ada juga yang membeli

Page 59: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

47

dengan nominal yang kurang. Terkadang sedih karna

dengan keadaan seperti ini, masih ada juga yang ber-

buat jahat seperti itu.”

C. Optimisme (Optimism)

Dengan keterbatasan yang dialami sekarang, bukan be-

rarti seorang tunanetra mengandalkan bantuan dari

orang lain. Untuk memeuhi kebutuhannya sehari-hari

harus tetap bekerja. Meski dengan serba keterbatasan

dalam bekerja, tetapi mereka tetap gigih dalam berjua-

lan kerupuk untuk biaya kehidupannya sehari-hari.

“Jujur saya dulunya tukang pijit mas, sampai sekarang

juga masih, jadi yang mau dipijit tinggal datang ke-

rumah saya, Cuma sekarang untuk bertahan menajdi

tukang pijit aja susah, banyak saingan dengan tukang

pijit modern, makanya dengan kondisi saya yang

keterbatasan seperti ini, saya memilih berjualan

kerupuk saja dari dulu, untuk perusahaan juga dengan

kondisi saya seperti ini tidak ada yang mau menerima

saya”

D. Analisis Penyebab Masalah (Causal Analys)

Seorang tunanetra dalam menjalani sesuatu selalu

melihat dari sisi positif mereka, mereka melihat ke-

hidupannya tidak semua mengalami kegagalan. Dengan

konsep kesabaran, keikhlasan, dan ketabahan yang di-

milikinya, mereka percaya akan bisa mengatasi semua

masalah yang ada. Dengan keterbatasan fisik yang ada,

mereka tidak menyerah yang sebenernya bisa menjadi

alasan yang kuat dalam meminta belas kasihan dari

Page 60: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

48

orang lain. Mengalami ketunanetraan bukan merupakan

akhir dari segalanya. Tetap berpikir selau positif, karena

dibalik derita yang dialami, pasti ada makna hidup yang

bisa didapat. Kesabaran dan keikhlasan telah ada dalam

diri tunanetra. Konsep tersebut ada dalam diri dari Ibu

Sumarni yang di ungkapkan sebagai berikut,

“Dengan keterbatasan seperti ini Alhamdulillah di

syukurin aja mas, pasti Allah kasih cobaan yang tidak

melebihi batas kemampuan dari dari hambanya”

E. Empati (Empathy)

Seorang tunanetra mempunyai kemampuan empati yang

dapat mempengaruhi hubungan sosial mereka. Dengan

kemampuan tersebut membuat hubungan dengan

tetangga dan lingkungan merasa lebih diterima dan

membuat semakin percaya diri. Seperti yang d ungkap-

kan oleh Bapak Prapto.

“Alhamdulillah d lingkungan rumah saya pada baik-

baik semua, terkadang ada yang sering ngasih sembako,

yang membuat saya menjadi tidak enak ke tetangga

saya”

F. Efikasi Diri (Self-Efficacy)

Walaupun indera penglihatan adalah indera yang pent-

ing, tetapi tidak membuat aktifitas seorang tunanetra

menjadi terhambat. Dengan melau indera yang lain sep-

erti indera peraba, akan dapat menjadi petunjuk bagi

tunanetra untuk bergerak atau berpindah. Dan seorang

Page 61: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

49

tuna netra mempunyai daya ingat yang kuat. Seperti

yang di ungkapkan oleh Ibu Cahyati sebagai berikut.

“InsyaAllah karna udah lama lewat sana jadi udah hafal

saya, mana jalan yang ada polisi tidur, harus belok kiri

apa belok kanan. Seorang tunanetra harus mempunyai

hafalan sih mas”

Walaupun tidak mempunyai indera penglihatan, tetapi

seorang tunanetra bisa memaksimalkan yang ada yang

masih berfungsi.

G. Peningkatan Aspek Positif (Reaching out)

Seorang tunanetra mempunyai aspek positif dalam diri

mereka yang bisa ditingkatkan. Seperti ada arisan sesa-

ma tunanetra, bisa saling berbagi cerita, dan setiap mal-

am ada mengaji bersama sesama tunanetra. Seperti yang

di utarakan oleh Bapak Prapto:

“Alhamdulillah setiap malam jumat ada pengajian d

mesjid dekat kontrakan saya mas, saya mengaji disana

bersama teman-teman saya yang mengalami keterbata-

san seperti saya”

2. Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi

Seorang tunanetra mempunyai ketahanan diri yang di

peroleh melalui 7 aspek resiliensi, tetapi juga bisa di

pengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam mau-

pun dari luar diri tunanetra. Untuk kemampuan individu

dalm diri pribadi digunakan istilah „I am‟, untuk dukungan

dari luardan sumber-sumbernya digunakan istilah „I Have‟,

Page 62: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

50

dan sedangkan untuk kemampuan interpersonal, digunakan

istilah „I Can‟.

1) I am (Inner Strength)

Kekuatan dalam individu yang ada pada dalam diri

pribadi disebut I am. Bapak Suprapto memiliki faktor I

am di dalam dirinya, yang bisa membuat dirinya men-

jadi lebih semakin percaya diri dan bangkit atas semua

kemampuannya. Hal ini yang di ungkapkan oleh Bapak

Suprapto:

Walaupun saya mempunyai kekurangan, tetapi saya ga

pernah menyerah, saya percaya saya juga mempunyai

kelebihan, seperti sekarang saya berjualan kerupuk, saya

mempunyai kelebihan dalam berbicara dengan orang,

setiap ada yang nanya mau beli, saya berjualan dengan

ramah kepada mereka”.

2) I Have (External Support)

I Have adalah struktur dukungan eksternal dan

dukungan keluarga. Faktor ini lebih bersifat ke ekster-

nal, yaitu ketahanan tunanetra dipengaruhi dari ling-

kungan sekitarnya. Sangat penting dalam ketahanan

seorang tunanetra mempunyai dukungan dari eksternal.

Seperti yang diutarakan oleh Ibu Sumarni:

“Saya Alhamdulillah punya 3 orang anak yang tidak

malu dengan keadaan ibunya seperti ini, itu yang

membuat saya bangkit mas untuk kerjakeras mem-

biayai mereka sampe besar nanti.”

Page 63: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

51

3) I Can (Interpersonal and Problem-solving skills)

Maksud dari kata I Can disini adalah interpersonal indi-

vidu dan keterampilan sosial, yaitu alat untuk

melakukan, menjalin hubungan, belajar, dan lain lain.

Sperti yang di ungkapkan oleh Ibu Cahyati yang mem-

iliki hubungan yang baik dengan tetangga sekitar:

“Di lingkungan rumah saya alhamdulillah sosialisasinya

bagus, dan tetanggga-tetangga saya ada yang membantu

saya misalnya nganterin jalan, bahkan ada yang kasih

sembako kerumah saya.”

Seorang tunanetra dapat bertahan dikalangan masyara-

kat dengan kemampuan dalam menjalin hubungan yang

baik. Seorang tunanetra juga bisa membuat mereka

melakukan, belajar, dan menjalin hubungan yang baik

dengan keluarga, dengan mengembangkan kemampuan

interpersonal yang baik.

Page 64: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

52

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di uraikannya hasi-hasil temuan yang berkaitan

dengan latar belakang dan teori-teori yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya. Perlu diketahui bahwa terdapat tujuh kemampu-

an yang berkontribusi dalam pembentukan resiliensi. Berikut ada-

lah hasil temuan lapangan mengenai resiliensi pada penjual

kerupuk tunanetra di wilayah Kecamatan Pesanggrahan.

A. Resiliensi Penyandang Tunanetra Berwirausaha Kerupuk

Keliling Di Kecamatan Pesanggrahan

Berdasarkan hasil penelitian tentang resiliensi tunanetra penjual

kerupuk keliling, peneliti menemukan beberapa penjual kerupuk

tunanetra tersebut mampu bertahan dalam kesulitan. Sebagaima-

na dijelaskan bahwa seseorang yang menyandang disabilitas

memiliki kapasitas untuk mencegah, meminimalkan, atau

mengatasi dampak buruk dari kesulitan hidupnya. Beberapa pen-

yandang disabilitas tunanetra yang berjualan kerupuk berhasil

mencegah, dan mengatasi kesulitannya dalam hidupnya. Kemam-

puan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Aspek Resiliensi

a) Regulasi Emosi

Kemapuan untuk tetap tenang dibawah tekanan ada-

lah regulasi emosi. Menurut hasil penelitian menun-

jukkan bahwa orang yang memiliki kemampuan un-

tuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam men-

jaga hubungan dengan orang lain. Kemampuan dalam

Page 65: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

53

mengekspresikan emosi secara tepat merupakan ba-

gian dari resiliensi.

b) Pengendalian Impuls

Kemampuan dalam mengendalikan keinginan,

dorongan, serta tekanan dalam diri, adalah pengen-

dalian impuls. Pengendalian impuls yang tinggi akan

menyebabkan berhubungan atau bersosialisai yang

baik untuk menjaga hubungan sosial dengan orang

lain.

c) Optimisme

Mereka memiliki harapan yang baik akan masa de-

pannya dan mereka percaya bahwa mereka dapat

mengontrol arah kehidupan mereka. Individu optimis

seperti seperti ini memiliki fisik yang kuat dan jarang

mengalami depresi.

d) Analisis Penyebab Masalah

Mereka harus bersikap selalu positif untuk menerima

keadaan yang diterimanya. Apabila mereka melihat

semua ini hanya kegagalan maka semua akan sia-sia,

oleh karena itu dibutuhkan sikap analisis penyebab

masalah untuk selalu mempunya harapan

kedepannya.

e) Empati

Individu yang tidak memiliki sifat empati, tidak akan

berada pada posisi orang lain, merasakan orang lain,

dan memperkirakan maksud dari orang lain. Oleh ka-

55

Page 66: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

54

rena itu dibutuhkan sikap empati dalam pembentukan

ketahanan seorang penyandang disabilitas.

f) Efikasi Diri

Seorang individu harus yakin dan dapat memecahkan

masalah yang dialami, untuk mencapai kesuksesan.

Seperti halnya dalam berjualan kerupuk dengan

keadaan yang kekurangan dalam indera penglihatan,

seorang tunanetra harus yakin akan walaupun dengan

keadaan tersebut, mereka tetap bisa bertahan hidup.

g) Peningkatan Aspek Positif

Bukan hanya tentang mengatasi dan bangkit dari

keterpurukan, tetapi selalu meningkatkan apapun

yang positif yang bisa di dapat walaupun dengan

keadaan tunanetra.

2. Faktor yang mengalami Resiliensi

a) I am (Inner Strength)

I am adalah kekuatan individu dalam diri pribadi,

sperti halnya harga diri. Faktor inilah kekuatan yang

meliputi perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan ter-

hadap diri sendiri.

b) I Have (External Support)

Struktur dukungan eksternal dan dukungan dari

keluarga adalah kekuatan yang sangat penting, hal ini

yang membuat seorang tunanetra berjualan kerupuk

semakin percaya diri terhadap dirinya.

c) I can (Interpersonal and Probling Solving Skill)

Page 67: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

55

Yang dimaksud I can disini adalah penyandang tuna-

netra harus bisa menjalin hubungan, melakukan,

belajar, dan lain-lain.

Page 68: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

56

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada aspek-aspek resiliensi menunjukkan gambaran

bahwa informan mampu beresilien dalam kehidupannya serta

menunjukkan faktor yang mempengaruhi subjek menjadi

pengusaha penyandang disabilitas untuk mencapai

kesuksessan. Hal tersebut ditunjukkan dengan informan

mampu mengatasi setiap masalah dalam kehidupannya

dengan memiliki self efficacy dan sikap optimis di dalam

dirinya. Impulse control yang subjek miliki kurang baik, hal

tersebut ditunjukkan dengan informan sering melakukan sikap

agresi seperti sering bertengkar dan sikap impulsif yang ser-

ing berkata kasar dan membuat orang lain merasa sakit hati.

Regulasi emosi yang dimiliki menunjukkan subjek

mampu mengendalikan keinginan, dorongan, maupun tekanan

yang terjadi dalam dirinya maupun usahanya. Ketika subjek

memiliki masalah, subjek mencari tahu terlebih dahulu

penyebabnya karena subjek memiliki causal analysis dalam

dirinya. Subjek suka membantu orang-orang yang membu-

tuhkan, terlebih lagi pada penyandang disabilitas lainnya, hal

tersebut ditunjukkan karena aspek empati yang dimiliki oleh

subjek. Dan juga subjek mampu mencapai kesuksessan dalam

usaha protesha dengan kemampuan reaching out yang subjek

miliki dalam diri. Faktor yang mempengaruhi kesuksessan

58

Page 69: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

57

subjek menjadi pengusaha penyandang disabilitas adalah

faktor keluarga.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diuraikan di atas

maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi subjek penelitian terkait hasil temuan penelitian,

subjek diharapkan untuk mempertahankan dan mening-

katkan resiliensinya sehingga mampu mencapai lebih

banyak lagi kesuksesan dalam hidup, serta memberikan

manfaat dan kontribusi untuk orang-orang di sekitar

subjek dan juga pada usaha yang subjek dirikan.

2. Bagi penyandang disabilitas lainnya diharap mampu

beresilien dan tetap semangat serta selalu termotivasi un-

tuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan men-

capai kesuksesan yang diinginkan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap

lebih mendalam lagi resiliensi pada pengusaha penyan-

dang disabilitas dengan metode yang lebih baik serta

rentan waktu yang lebih lama, selain itu diharapkan pula

untuk menambah jumlah subjek penelitian. Serta dalam

menentukan significant other disarankan untuk memilih

orang yang paling mengetahui subjek serta yang paling

dekat dengan subjek.

Page 70: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

58

DAFTAR PUSTAKA

Agustyawati, Solicha, 2009a. Psikologi Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus. Lembaga Penelitian Uin Jakarta,

Jakarta.

Agustyawati, Solicha, 2009b. Psikologi Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus. Lembaga Penelitian Uin Jakarta,

Jakarta.

Agustyawati, Solicha, 2009c. Psikologi Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus. Lembaga Penelitian Uin Jakarta,

Jakarta.

Anggraini, W., Hendriani, W., 2015. Resiliensi Istri Terhadap

Perubahan Kondisi Suami Menjadi Penyandang

Disabilitas Fisik. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan

Mental 4.

Chan, D.M., Zoellick, M.R.B., 2011. World Report on Disability

24.

Damayanti, S., Rostiana, 2003. Dinamika emosi penyandang

tunadaksa pasca kecelakaan. Jurnal Psikologi 8.

Efendi, M., 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Bumi Aksara, Jakarta.

El-Muhtaj, M., 2008. Dimensi-dimensi HAM: mengurai hak

ekonomi, sosial, dan budaya. Rajawali Press,

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Fraser, M.W., Kirby, L.D., Smokowski, P.R., 2004. Risk and

resilience in childhood. Risk and Resilience in Childhood:

An Ecological Perspective 13–66.

62

Page 71: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

59

Gulo, W., 2002. Metodologi Penelitian. Grasindo.

Hook, M.P.V., 2019. Social Work Practice with Families: A

Resiliency-Based Approach. Oxford University Press.

Jackson, R., 2004. Selection & Development Review 20, 5.

Jumaedi, H., 2012. Hubungan Karakteristik Wirausaha Terhadap

Keberhasilan Usaha 11.

Kasiram, M., 2010. Metodologi Penelitian: Kualitatif–Kuantitatif.

UIN-Maliki Press Malang, Malang.

Masduqi, B.F., 2010. Mencari Ruang Untuk Difabel 65.

Meleong, L.J., 1989. Metologi penelitian kualitatif. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Nawir, 2009. Expose Data Penyandang Cacat Berdasarkan

Klasifikasi ICF Tahun 2009,.

Primus, J., 2016. Menggenjot Jumlah Ideal Pelaku Wirausaha

Indonesia [WWW Document]. URL

https://money.kompas.com/read/2016/03/30/192821726/

Menggenjot.Jumlah.Ideal.Pelaku (accessed 2.25.20).

Putra, E.H., 2018. Ini Alasan Penyandang Tunanetra Jadi Penjual

Kerupuk Keliling - Tribun Jakarta [WWW Document].

URL https://jakarta.tribunnews.com/2018/11/29/ini-

alasan-penyandang-tunanetra-jadi-penjual-kerupuk-

keliling (accessed 2.25.20).

Sawitri, A.A., 2016. BPS: Pengangguran Terbuka di Indonesia

Capai 7,02 Juta Orang - Nasional Tempo.co [WWW

Document]. URL

https://nasional.tempo.co/read/768481/bps-pengangguran-

Page 72: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

60

terbuka-di-indonesia-capai-702-juta-orang/full&view=ok

(accessed 2.25.20).

Semiun, Y., 2006. Kesehatan Mental 2. Kanisius, Yogyakarta.

Somantri, S., 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Refika Aditama.

Winasti, M., 2012. Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang

Penyandang disabilitas Fisik. Jurnal Psikologi. 1.

Zimmerer, T.W., 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha

Kecil, 5th ed. Salemba, Jakarta.

Zuraya, N., 2016. Jokowi Kemukakan Alasan Jumlah Pengusaha

di Indonesia Masih Sedikit [WWW Document].

Republika Online. URL

https://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/16/05/23/o7

m7c6383-jokowi-kemukakan-alasan-jumlah-pengusaha-

di-indonesia-masih-sedikit (accessed 2.25.20).

Page 73: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

61

HASIL DOKUMENTASI

Page 74: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

62

Page 75: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

63

Page 76: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

64

Page 77: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

65

Page 78: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

66

Page 79: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

67

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Penyandang Tunanetra Penjual Kerupuk Di Kecamatan

Pesanggrahan

Hari, Tanggal Wawancara :

Waktu & Tempat

:

Nama Informan :

Usia :

Pekerjaan :

Status :

1. Apa penyebab dan sejak kapan Bapak/Ibu mengalami ketun-

anetraan?

2. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat mengetahui kondisi ke-

tunanetraan ini?

3. Hal apa yang membuat Bapak/Ibu menerima keadaan ini?

4. Bagaimana Bapak/Ibu beradaptasi dengan masayarakat seki-

tar?

5. Pernahkah Bapak/Ibu mengalami pengalaman yang kurang

menyenangkan sehingga menjadi putus asa?

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memenuhi kehidupan

sehari-hari?

7. Berapa penghasilan yang didapat oleh Bapak/Ibu dari peker-

jan menjual kerupuk?

8. Dimana lokasi Bapak/Ibu dalam berjualn kerupuk?

Page 80: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

68

9. Bagaimana suka duka yang didapat oleh Bapak/Ibu dalam

berjualan kerupuk?

10. Selain berjualan kerupuk, apakah Bapak/Ibu melakukan

pekerjaan lainnya?

11. Keahlian apa yang Bapak/Ibu miliki dan bagaimana cara

mengembangkannya?

Page 81: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

69

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan :

Ibu Cahyati

Umur :

51 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : 11 Mei 2020

Waktu Wawancara :

13.00

Tempat Wawancara :

Jl. Perumahan Alfa,

Petukangan Utara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa penyebab dan sejak kapan

Bapak/Ibu mengalami ketuna-

netraan?

Saya dari lahir mas

kondisi seperti ini,

kata ibu saya ya

dulu badan saya

panas, ibu saya

tidak berani ke

dokter.

2. Hal apa yang membuat Bapak/Ibu

menerima keadaan ini?

Syukurin aja mas,

karena ini kan

pemberian Allah,

kalau dipikirin ter-

us juga percuma,

ibu akan seperti ini

terus kan.

3. Bagaimana Bapak/Ibu beradaptasi

dengan masayarakat sekitar?

Sebisa mungkin

saya berusaha un-

tuk tidak merepot-

kan orang lain

mas, mulai dari

Page 82: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

70

nyebrang, beli ma-

kanan, belanja,

dan lain-lain.

4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu

saat mengetahui kondisi ketuna-

netraan ini?

Sabar sama ikhlas

aja saya mas, saya

juga dengan

keadaan ini masih

bisa bekerja, bisa

hidup untuk ke-

hidupan sehari-

hari.

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam

memenuhi kehidupan sehari-hari?

Saya jualan

kerupuk aja mas,

suami juga sama

kerjanya seperti

saya.

6. Berapa penghasilan yang didapat

oleh Bapak/Ibu dari pekerjan

menjual kerupuk?

Tergantung sih

mas, terkadang

bisa laku 15

bungkus sehari,

bisa 20an sehari,

engga menentu

juga.

7. Bagaimana suka duka yang

didapat oleh Bapak/Ibu dalam ber-

jualan kerupuk?

Banyak mas, saya

pernah di ambil

kerupuknya pura-

pura nanya, ambil

kerupuknya ban-

yak tapi bayarnya

sedikit.

8. Dimana lokasi Bapak/Ibu dalam

berjualan kerupuk?

Saya jualan seki-

taran perumahan

Alfa sini aja mas,

saya biasa

mangkal jualan

disini.

9. Selain berjualan kerupuk, apakah

Bapak/Ibu melakukan pekerjaan

lainnya?

Saya cuma jualan

kerupuk aja, karna

udah umur 50an,

jualan kerupuk kan

Page 83: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

71

cuma duduk aja

mas, sama nunggu

aja sampai ada

yang beli, jadi ga

terlalu capek juga

ibu jualannya.

10. Keahlian apa yang Bapak/Ibu

miliki dan bagaimana cara

mengembangkannya?

Saya ga ada keahl-

ian apa-apa mas

sekarang, Ibu udah

tua juga, paling

Ibu cuma bisa

mengaji, itu juga

harus pakai Al-

Qur‟an khusus.

Page 84: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

72

Nama Informan :

Ibu Sumarni

Umur :

60 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : 11 Mei 2020

Waktu Wawancara :

15.00

Tempat Wawancara :

Jl. Perumahan Alfa,

Petukangan Utara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa penyebab dan sejak kapan

Bapak/Ibu mengalami ketuna-

netraan?

Saya sudah lama

mas, saya dari

kecil lupa di umur

berapa, pokoknya

dulu saya sakit,

terus di suntik.

Akhirnya lama

kelamaan mata

saya burem

liatnya, yaudah

mas sampai

sekarang masih

seperti ini.

2. Hal apa yang membuat Bapak/Ibu

menerima keadaan ini?

Anak mas, saya

punya anak 3,

suami saya sudah

meninggal.

3. Bagaimana Bapak/Ibu beradaptasi

dengan masayarakat sekitar?

Karna kebiasaan

sih mas, seperti

saya kesini dari

rumah, saya jadi

tau karna terbiasa

hampir berjualan

setiap hari disini.

4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu Terima apa adanya

Page 85: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

73

saat mengetahui kondisi ketuna-

netraan ini?

aja mas, karena

saya yakin

semuanya udah di

atur sama Allah.

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam

memenuhi kehidupan sehari-hari?

Saya berjualan

kerupuk mas sama

selingan kalau

misalnya malem

ada tetangga mau

dipijit, biasanya

ada yang datang

kerumah.

6. Berapa penghasilan yang didapat

oleh Bapak/Ibu dari pekerjan

menjual kerupuk?

Intinya cukup buat

makan sehari-hari

sama bayar kon-

trakan, Alham-

dulillah anak juga

bisa sekolah mas

dari saya berjualan

kerupuk.

7. Bagaimana suka duka yang

didapat oleh Bapak/Ibu dalam ber-

jualan kerupuk?

Sukanya mungkin

saya kerja halal ya

mas, mau sebera-

papun saya dapat

itu rejeki dari Al-

lah, dukanya pal-

ing kalau kerupuk

saya ga laku, apa-

lagi kalau hujan

deres mas.

8. Dimana lokasi Bapak/Ibu dalam

berjualan kerupuk?

Saya disini aja mas

jualannya, karna

udah ga kuat jauh-

jauh juga jalannya,

paling disini

duduk nungguin

sampai ada yang

laku dagangan

saya.

9. Selain berjualan kerupuk, apakah Paling ya itu mas,

Page 86: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

74

Bapak/Ibu melakukan pekerjaan

lainnya?

kalau ada tetangga

mau dipijit ya saya

masih bisa

10. Keahlian apa yang Bapak/Ibu

miliki dan bagaimana cara

mengembangkannya?

Paling cuma mijit

aja sih mas.

Page 87: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

75

Nama Informan :

Bapak Prapto

Umur :

50 tahun

Hari, Tanggal Wawancara : 15 Mei 2020

Waktu Wawancara :

13.00

Tempat Wawancara :

Jl. Sabar, Petukangan

Selatan

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa penyebab dan sejak kapan

Bapak/Ibu mengalami ketuna-

netraan?

Saya dari lahir

keadaan mata saya

seperti ini

2. Hal apa yang membuat Bapak/Ibu

menerima keadaan ini?

Merasa putus asa

dulu pernah mas,

saya ada anak sa-

ma istri, itu yang

membuat saya ha-

rus bisa selalu ne-

rima keadaan ini

dan semangat da-

lam bekerja men-

cari nafkah

3. Bagaimana Bapak/Ibu beradaptasi

dengan masayarakat sekitar?

Selayaknya seperti

orang biasa aja

mas, walaupun

saya seperti ini,

saya berusaha

mungkin untuk

tidak mem-

bebankan diri saya

ke orang lain. Sep-

erti saya berjualan

kerupuk, Alham-

dulillah bisa buat

untuk keluarga

Page 88: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

76

hasil dagangan

saya.

4. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu

saat mengetahui kondisi ketuna-

netraan ini?

Ikhlas aja sih mas

walaupun dulu

mikirnya bakal

berat jalaninnya

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam

memenuhi kehidupan sehari-hari?

Dengan berjualan

kerupuk, saya juga

buka jasa pijit

dirumah kalau

udah sore, istri

Alhamdulillah ker-

ja juga jdi tukang

cuci dirumah

tetangga saya

6. Berapa penghasilan yang didapat

oleh Bapak/Ibu dari pekerjan

menjual kerupuk?

Cukup untuk

kebutuhan sehari-

hari aja mas

7. Bagaimana suka duka yang

didapat oleh Bapak/Ibu dalam ber-

jualan kerupuk?

Dukanya ya kalo

hujan mas, sama

ada yang beli tapi

duitnya kurang,

dengan keadaan

seperti ini kan saya

lama untuk tahu

duit yang saya

pegang nominal-

nya berapa. Tapi

intinya dari semua

kalo rejeki ga akan

kemana mas, ada

juga orang lain

yang beli da-

gangan saya

dengan uang lebih

yang banyak.

8. Dimana lokasi Bapak/Ibu dalam

berjualan kerupuk?

Saya pagi jalan

sampe siang mas,

kalo siang saya

disini mas di jalan

Page 89: RESILIENSI PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51087...resiliensi tunanetra, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme,

77

sabar.

9. Selain berjualan kerupuk, apakah

Bapak/Ibu melakukan pekerjaan

lainnya?

Itu mas saya buka

jas mijit dirumah

10. Keahlian apa yang Bapak/Ibu

miliki dan bagaimana cara

mengembangkannya?

Paling Cuma mijit

mas, kalo musik

saya gabisa sama

keahlian yang lain.

Maklum kondisi

saya seperti ini.