UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA/Upaya... · ayah (Parno) dan ibu (Marni) tercinta, yang...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA/Upaya... · ayah (Parno) dan ibu (Marni) tercinta, yang...
11
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)
PADA SISWA KELAS V SD N KARANGANYAR 03
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh
Haryani K.1205017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
22
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)
PADA SISWA KELAS V SD N KARANGANYAR 03
TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh
Haryani K1205017
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
33
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Budhi Setiawan, M. Pd Dra. Suharyanti, M. Hum.
NIP 19610524 198901 100 1 NIP 19490627 1980102 001
44
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. Sekretaris : Dra. Raheni Suhita, M. Hum. Anggota I : Dr. Budhi Setiawan, M. Pd.
Anggota II : Dra. Suharyanti, M. Hum. Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 19600727 1987021 001
55
ABSTRAK
Haryani. K1205017. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGANYAR 03 TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) dan (2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping). Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan stategi deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 yang berjumlah 27 siswa dengan guru kolaborator Pani Raharjo, A.Ma.Pd. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, analisis dokumen. Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan mulai dari prasiklus, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Karangayar 03 dan (2) terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping). Peningkatan kualitas proses terefleksi dari meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara yang meliputi siklus I 41, 4%, pada siklus II 62,8%, dan pada siklus III 76,8%. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran berbicara siswa meliputi 51,8% pada siklus I, 66,6% pada siklus II, dan 77,7% pada siklus III.
66
MOTO
“Hidup itu keniscayaan, kematian itu kepastian dan cita-cita mulia itu pilihan dan
setiap pilihan ada resiko yang harus dibayar”
(dari buku Zero to Hero)
77
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
syukur, cinta, dan terima kasihku kepada:
1. ayah (Parno) dan ibu (Marni) tercinta,
yang begitu sabar menghadapiku, terima
kasih atas cinta, kasih dan semuanya,
2. adik-adikku: Diah dan Ananda, yang telah
membuatku mengerti arti persaudaraan
dan terima kasih telah memberiku
semangat,
3. seluruh keluarga besarku yang telah
memberikan doa,
4. semua penghuni censie, yang tak bisa
kusebutkan satu-satu, terima kasih telah
memberiku hari-hari yang menyenangkan
dan pengalaman hidup yang berharga
selama ini.
88
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya, skripsi
ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univertas Sebelas Maret.
Penulis mengalami berbagai hambatan dan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas semua
bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; yang telah
memberikan izin penulisan skripsi.
2. Drs. Suparno, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FKIP-UNS yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada penulis.
3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd., selaku Pembimbing I dan Dra. Suharyanti,
M. Hum., selaku Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh
ketelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang dengan telah mengajarkan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Sukardi, S. Pd, selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
7. Bapak Pani Raharjo, A.Ma.Pd., selaku guru bahasa Indonesia kelas V SD
Negeri Karanganyar 03 yang telah bersedia memberikan waktunya untuk
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Karanganyar 03 yang telah membantu hingga
terselesaikannya penelitian ini.
99
9. Semua mahasiswa angkatan 2005 yang telah memberi semangat sehingga
skripsi ini dapat selesai.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Semoga penelitian ini berguna bagi pembaca.
Surakarta, Nopember 2009
Penulis
1100
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................... i
PENGAJUAN ..................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ................................................................................................. iii
PENGESAHAN.................................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
MOTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESISI
TINDAKAN........................................................................................................ 5
A. Kajian Teori ..................................................................................... 5
1. Hakikat Berbicara ...................................................................... 5
a) Pengertian Berbicara............................................................... 5
b) Tujuan Berbicara .................................................................... 8
2. Hakikat Pembelajaran Berbicara di SD ...................................... 10
a) Pengertian Pembelajaran......................................................... 10
b) Pengertian Pembelajaran Berbicara di SD.............................. 13
c) Bentuk-Bentuk Pembelajaran Berbicara................................. 14
1111
d) Manfaat Pembelajaran Berbicara bagi Siswa SD ................... 15
e) Aspek Penilaian Kemampuan Berbicara ................................ 16
3. Hakikat Peta Pikiran (Mind Mapping) ........................................ 20
a) Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping) ............................... 20
b) Pembelajaran Berbicara
dengan Peta Pikiran (Mind Mapping) ......................................... 24
4. Hakikat Media Pembelajaran ...................................................... 30
B. Penelitian yang Relevan.................................................................... 33
C. Kerangka Berpikir............................................................................. 34
D. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 37
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................... 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38
E. Teknik Validitas Data ...................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39
G. Indikator ........................................................................................... 41
H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 43
A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................... 43
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 48
C. Pembahasan....................................................................................... 82
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 86
A. Simpulan .......................................................................................... 86
B. Implikasi ........................................................................................... 87
C. Saran ................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 89
LAMPIRAN ....................................................................................................... 93
1122
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara .......................18 Tabel 2. Rincian Kegiatan, Waktu, dan Jenis Kegiatan Penelitian...................37 Tabel 3. Indikator Keberhasilan Penelitian...................................................... 41 Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara pada Survei Awal ............46 Tabel 5. Observasi Keaktifan Siswa pada Survei Awal....................................47 Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara pada Siklus I....................55 Tabel 7. Observasi Keaktifan siswa pada Siklus I ............................................57 Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara pada Siklus II ..................65 Tabel 9. Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II ..........................................67 Tabel 10. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara pada Siklus Idan II ......69 Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara pada Siklus III ...............77 Tabel 12. Observasi Keaktifan Siswa Siklus III ...............................................79 Tabel 13. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara pada Siklus I,II,
dan III ...............................................................................................81 Tabel 14. Prestasi Akhir Siswa .........................................................................82
1133
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Contoh Mind Mapping 1 .............................................................. 27 Gambar 2. Contoh Mind Mapping 2 ............................................................... 28 Gambar 3. Contoh Mind Mapping 3 ............................................................... 29
1144
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir .....................................................................35 Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ......................................................40
1155
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran Prasiklus ...........................................................................................93 Lampiran 1. Catatan Lapangan Wawancara dengan Guru Prasiklus................94 Lampiran 2. 1. Catatan Lapangan Wawancara dengan Siswa Prasiklus ..........97 Lampiran 2. 2. Catatan Lapangan Wawancara dengan Siswa Prasiklus ..........99 Lampiran 2. 3. Catatan Lapangan Wawancara dengan Siswa Prasiklus ........101 Lampiran 3. Catatan Lapangan Observasi Prasiklus ......................................103 Lampiran 4. 1 Dokumentasi Foto Survei Awal .............................................105 Lampiran 4. 2. Dokumentasi Foto Survei Awal .............................................106 Lampiran Siklus I............................................................................................107 Lampiran 5. RPP Siklus I................................................................................108 Lampiran 6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ...............................113 Lampiran 7. 1. Catatan Lapangan Wawancara Siswa Pascasiklus I ...............115 Lampiran 7. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus I .....117 Lampiran 7. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus I .....119 Lampiran 8. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siklus I ....................121 Lampiran 9. Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus I ...............................124 Lampiran 10. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus I .........................................125 Lampiran 10. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus I .........................................126 Lampiran 10. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus I .........................................127 Lampiran 11. Transkrip Berbicara Siklus I.....................................................128 Lampiran 12. Dokumentasi Foto Siswa Siklus I.............................................134 Lampiran Siklus II ..........................................................................................136 Lampiran 13. RPP Siklus II ............................................................................137 Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ............................143 Lampiran 15. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus I............145 Lampiran 15. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus II...........147 Lampiran 15. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus II...........149 Lampiran 16. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II.......151 Lampiran 17. Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus II............................154 Lampiran 18. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus II ........................................155 Lampiran 18. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus Siklus II .............................156 Lampiran 18. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus Siklus II .............................157 Lampiran 19. Transkrip Berbicara Siklus II ...................................................158 Lampiran 20. Dokumentasi Foto Siswa Siklus II ...........................................165 Lampiran Siklus III .........................................................................................167 Lampiran 21. RPP Siklus III ...........................................................................168 Lampiran 22. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III...........................173 Lampiran 23. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus III.175 Lampiran 23. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus III.177 Lampiran 23. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus III.179 Lampiran 24. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Siklus III .....181 Lampiran 25. Lembar Penilaian Keaktifan Siswa Siklus III ..........................184
1166
Lampiran 26. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus III.......................................185 Lampiran 26. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus III.......................................186 Lampiran 26. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa Siklus III.......................................187 Lampiran 27. Transkrip Berbicara Siklus III ..................................................188 Lampiran 28. Dokumetasi Foto Siswa Siklus III............................................196 Lampiran 29. 1. Surat Permohonan Izin Survei Awal ....................................197 Lampiran 29. 2. Surat Permohonan IzinResearch/Penelitian untuk Sekolah .198 Lampiran 29. 3. Surat Permohonan Izin Research/Penelitian untuk Rektor ..199 Lampiran 29. 4. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ...........................200 Lampiran 29. 5. Surat Keterangan Penelitian .................................................201
1177
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai oleh seseorang, terutama pelajar yang merupakan calon intelek-
tual. Banyak orang terampil menulis, tetapi tidak pandai berbicara. Dalam hal ini
kemampuan berbicara dalam forum resmi atau di depan umum, bukan hanya
sekedar berbicara. Terkadang ada pembicara yang mengangkat topik yang
menarik, tetapi membuat pendengar tidak mengerti bahkan merasa bosan
meskipun dengan topik yang sebenarnya menarik untuk disimak. Ada juga orang-
orang yang tidak berani berbicara di depan umum. Padahal berbicara merupakan
salah satu aspek kemampuan berbahasa dari empat aspek lainnya. Aspek berbicara
termasuk dalam pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan sejak kita masih duduk
di Sekolah Dasar. Kemampuan berbicara sering diabaikan karena ada anggapan
bahwa kemampuan berbicara dapat didapatkan secara alami sehingga tidak
banyak guru yang mengajarkan. Imam Syafi`ie (1993: 34) menggungkapkan
bahwa Kemampuan berbicara yang baik dapat dikuasai melalui proses belajar dan
berlatih secara teratur.
Seseorang dengan kemampuan berbicara tinggi tidak hanya
memperlihatkan suatu penguasan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat
menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan,
menyampaikan informasi ( fakta, peristiwa, gagasan, pendapat, tanggapan), dan
melaksanakan berbagai tugas lainnya berkaitan dengan berbicara. Kemampuan
berbicara merupakan aspek utama dan paling tampak dari kecerdasan verbal.
Selain untuk berkomunikasi, kemampuan berbicara juga penting untuk
menggunggkapkan pikiran, keingingan, dan pendapat.
Kemampuan berbicara seseorang juga akan mempengaruhi aspek
berbahasa yang lainnya misalnya, membaca dan menulis. Membaca dan menulis
merupakan kemampuan dasar dalam berkomunikasi, bahkan ketika seseorang
yang berkomunikasi dengan yang tidak dilihat maupun didengarnya. Kata-kata
1188
yang didengar merupakan dasar dari buku-buku, dan bagian dari laporan, puisi,
pidato, cerita dan surat. Seseorang yang memiliki kecerdasan dalam kata-kata
dengan mudah dapat mengalirkan dan sumber kata-kata dalam pikiran mereka.
Seseorang yang cerdas secara kata-kata pada umumnya memiliki kemampuan
mendengarkan yang sempurna yang dapat memungkinkan dia dapat
berkomunikasi dengan lancar, baik antarpribadi maupun kelompok. Seseorang
yang memiliki kemampuan mendengarkan yang baik dapat berkomunikasi dengan
ringkas dan dengan tepat menanggapi kata-kata orang lain, karena hal itu
memungkinkannya untuk merumuskan tanggapan yang efektif.
Pada umumnya siswa belum memiliki kemampuan berbicara yang baik
untuk situasi formal maupun nonformal. Padahal semakin tinggi jenjang
pendidikan seseorang, maka akan lebih membutuhkan kemampuan berbicara.
Kemampuan berbicara merupakan alat komunikasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kemampuan berbicara yang kurang baik, maka
kegiatan pebelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar. Menurut Pageyasa (2004)
dalam penelitiannya hal tersebut juga ditemukan di siswa kelas 1 MTs Sunan
Kalijogo. Siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo masih sulit berbicara tanpa bantuan.
Dengan kata lain, kemampuan berbicara siswa masih rendah. Bila dikaitkan
dengan pembelajaran berbicara, tentu ada masalah dalam hal ini yang
menyebabkan kemampuan berbicara siswa masih rendah. Praktik pembelajaran
yang kurang efektif dan kurang disenangi siswa sebagai penyebabnya.
Masalah ini juga dialami oleh siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri
Karanganyar 03. Siswanya cenderung gugup jika berada di depan kelas untuk
berbicara di depan teman sekelasnya. Siswa juga sering lupa dengan apa yang
akan disampaikan di depan kelas. Siswa menghafal semua kata-kata yang akan
disampaikan di depan kelas, tetapi setelah di depan kelas mereka dengan apa yang
akan disampaikan. Siswa juga membutuhkan waktu yang lama berpikir mengenai
apa yang akan disampaikan mengenai tema dan kata-kata yang akan disampaikan
di depan kelas. Kesulitan yang paling sering dihadapi oleh siswa adalah siswa
kesulitan menggungkapkan ide dan gagasan yang ada di pikiran mereka. Pada
akhirnya mereka kehabisan waktu hanya untuk memikirkan dan menghafal apa
1199
yang ingin disampaikan, sedangkan praktiknya jauh dari apa yang telah mereka
hafal. Dari 27 siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 belum ada sebagian dari
siswa yang mendapat nilai baik untuk materi berbicara. Mereka menghadapi
kesulitan dalam berbicara pada masalah menuangkan ide. Dari 27 siswa 5 siswa
mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 65, sisanya mendapat nilai 65 ke
bawah. Kondisi ini membuat peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas
dengan mengangka aspek berbicara. Metode yang peneliti gunakan adalah metode
peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep.
Peneliti menggunakan peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep
karena sebagian besar siswa kesulitan membuat konsep tentang apa yang akan
dibicarakan ketika berada di depan kelas. Metode menghafal tidak terlalu berhasil
untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Pendapat yang dikemukakan oleh
Tonny dan Bary Buzan bahwa peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep
merupakan cara yang paling mudah untuk memasuk informasi ke dalam otak dan
untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pikiran (mind mapping)
merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara
teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia
yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka
potensi otak. Dengan demikian siswa dapat lebih mudah menuangkan ide atau
pendapatnya ke dalam sebuah konsep untuk kemudian mengembangkannya
sebelum berbicara. Siswa akan lebih mudah menyalurkan kreativitasnya melalui
bagan-bagan untuk kemudian mengingat kembali mengeluarkan apa yang
sebelumnya ada di pikirannya.
Dari uraian di atas peneliti berharap bahwa dengan menggunakan peta
pikiran (mind mapping) atau peta konsep akan meningkatkan kemampuan
berbicara siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03. Siswa akan
lebih mudah menuangkan ide atau gagasannya melalui peta pikiran (mind
mapping). Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengingat kembali
mengenai apa yang akan disampaikan dengan melihat bagan peta pikiran (mind
mapping) atau peta konsep. Peta pikiran (mind mapping) tersebut akan membantu
membuka kembali ide-ide yang sebelumnya telah dirancang oleh siswa.
2200
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD
Negeri Karanganyar 03?
2. Bagaimanakah peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas hasil berbicara pada siswa kelas V SD Negeri
Karanganyar 03?
C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri Karanganyar 03 dengan peta pikiran (mind
mapping).
2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri Karanganyar 03 dengan peta pikiran (mind
mapping).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan berbicara.
Kemampuan berbicara siswa diharapkan akan meningkat. Siswa
dapat merancang bagan peta pikiran (mind mapping) untuk
membantu menuangkan pikirannya ketika berbicara.
2. Bagi guru, dapat memberi alternatif baru bagi pembelajaran,
terutama aspek berbicara.
3. Bagi sekolah, dapat menjadi acuan untuk pembelajaran terutama
bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia.
4. Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman dan wawasan nyata
tentang penerapan teknik pembelajaran dengan menggunakan peta
pikiran (mind mapping) untuk meningkatkan kemampuan
berbicara.
2211
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Burhan Nurgiyantoro (2001: 276) mengungkapkan pengertian berbicara
adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan
berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi
(bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan bunyi
dan akhirnya mampu untuk berbicara. Jika ingin berbicara dalam suatu bahasa
secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang
bersangkutan. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau
gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan
bicara. Sejalan dengan hal tersebut, Bambang Kaswanti Purwo (1989: 166) juga
menjelaskan bahwa pada dasarnya mekanisme berbicara adalah sebuah proses
produksi lafal perkataan oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang
membentuk rongga mulut serta kerongkongan, dan paru-paru.
Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 7) menjelaskan bahwa
berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari pengertian ini dapat dikatakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar(audible) dan kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide
yang dikomunikasikan.
Menurut Yus Rusyana dan Sutardi (1981: 69) kemampuan berbicara
merupakan kemampuan yang menggunakan sistem lambang ucapan, tekanan,
intonasi, struktur tata bahasa, dan perbendaharaan kata dengan penyampaian yang
normal dalam situasi komunikasi. Unsur-unsur bahasa maupun kefasihan perlu
2222
diperhatika dalam menguji kemampuan berbicara. Perhatian unsur-unsur bahasa
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak seseorang dapat berkomunikasi
dengan anggapan bahwa dalam berbicara beberapa kemampuan dapat
mengimbangi kekurangan kemampuan yang lain.
Aziz Syarif, Said Mursalin, Kamaruddin, Abdul Karim (1981: 78)
menyebutkan bahwa aspek-aspek kemampuan berbicara meliputi dua jenis cara
pengungkapan. Pertama, untuk mengenali kemampuan mengungkapkan gagasan
secara logis. Kedua, mengenai kemampuan membahasakan gagasan secara logis,
tepat, dan fasih. Kedua aspek tersebut sangat penting untuk menunjang
kemampuan berbicara seseorang.
I Made Denes, Anom Meko Mbete, I Ketut Ginarsa, I Ketut Mantra
(1981: 8), mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan berbahasa lisan
yang menggunakan alat berbicara untuk menghasilkan bunyi ujaran. Ucapkan
seseorang tergolong kemampuan berbicara, jika hal itu tersusun secara teratur
munurut kaidah bahasa, memiliki perbendaharaan kata yang memadai, ketetapan
lafal, dan kefasihan yang wajar sehingga pembicaraannya dapat dipahami oleh
lawan bicara tanpa mengalami banyak kesulitan.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengeskpresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar akan menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture)
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi, sedangkan untuk dapat
menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara sangat memahami
isi pembicaraannya, disamping itu juga harus dapat mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengar (Maidar G. Arsjad, Mukti U.S, 1988: 17).
Mulgrave (dalam Suharyanti, 1996: 5) menjelaskan bahwa kegiatan
berbicara lebih dari pada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara merupakan alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau
penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir secara langsung; apakah pembicaraan dipahami atau tidak oleh
2233
pembicaraannya maupun penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasan;
apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Maidar G. Arsjad, Mukti U.S (1988: 17-19) menjelaskan faktor-faktor
kebahasaan yang penunjang keefektifan berbicara antara lain; (1) ketepatan
ucapan seorang pembicara dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa harus tepat
karena pengucapan bunyi-bunyi yang tidak tepat dapat mengalihkan perhatian
pendengar; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi harus sesuai;
(3) pilihan kata yang tepat; (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan,
Mulyono Abdurrahman (2003: 183) menjelaskan mengenai komponen artikulasi
yang berkenaan dengan kejelasan pengujaran kata, komponen suara berkenaan
dengan nada, kenyaringan, kualitas wicara, dan komponen kelancaran berkenaan
dengan kecepatan wicara.
.
“Speech act theory attempts to explain how speakers use language to accomplish intended actions and how hearers infer intended meaning form what is said. Although speech act studies are now considered a sub-discipline of cross-cultural pragmatics, they actually take their origin in the philosophy of language” Joanna Jaworrow (2004).
Joanna Jaworrow (2004) mengungkapkan bahwa teori berbicara mencoba
untuk menjelaskan bagaimana pembicara menggunakan bahasa yang diharapkan
akan menyempurnakan tindakan-tindakan dan pendapat yang berbentuk arti dari
apa yang diucapkan. Meskipun pelajaran berbicara sekarang mempertimbangkan
subdisiplin persilangan budaya pragmatik, mereka biasanya mengambil sumber
asal-usul filsafat bahasa.
Suharyanti (1996: 4) menjelaskan bahwa agar pembicara berhasil baik
ketika membawakan pembicaraan, maka perlu diperhatikan ekspresi: fisik,
ucapan, dan lagu. Ekspresi berupa sikap dan mimik, ekspresi ucapan berupa
pelafalan kata yang tepat, ekspresi lagu meliputi tinggi rendahnya suara, jeda, dan
2244
kesenyapan. Pembicaraan akan berjalan lancar jika semua hal tersebut
dilaksanakan dengan tepat.
Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 8) mengungkapkan bahwa
kemahiran berbicara mempunyai prasyarat-prasyarat tertentu. Prasayarat tersebut,
misalnya; keberanian, ketenangan sikap di depan orang banyak, mampu memberi
reaksi yang cepat dan tepat, sanggup melontarkan gagasan-gagasan atau pikiran-
pikiran secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan suatu sikap dan gerak-gerik
yang tidak canggung dan kaku. Selain itu, perlu diperhatikan ekspresi fisik,
ucapan (lafalisasi), dan lagu. Ekspresi fisik berupa sikap dan mimik akan sangat
membantu menegaskan maksud pembicara.
Henry Guntur Tarigan (2008: 16) menyatakan bahwa berbicara merupakan
kemampuan untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini, berbicara merupakan suatu sistem
tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan
tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan hakikat berbicara adalah
kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan alat
komunikasi, menyampaikan pikiran sehingga antara pendengar dan pembicara
harus saling memahami pembicaraan. Dalam berbicara terdapat unsur-unsur
bahasa yang dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak seseorang dapat
berkomunikasi dengan anggapan bahwa dalam berbicara beberapa kemampuan
dapat mengimbangi kekurangan kemampuan yang lain.
b. Tujuan Berbicara
Menurut Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 12) yang dimaksud
dengan tujuan berbicara bergantung dengan apa yang dikehendaki. Suatu maksud
akan menimbulkan reaksi-reaksi tertentu pula. Pada umumnya tujuan berbicara
sebagai berikut:
2255
1) Pembicara dikatakan mendorong apabila berusaha memberi semangat,
membangkitkan keinginan atau menekankan perasaan yang kurang
baik, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Setelah
pembicaraan itu berakhir, pendengar diharapkan menunjukkan reaksi
yang berupa tergugahnya perasaan mereka terhadap hal yang
disampaikan oleh pembicara.
2) Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan pendengar. Setelah
pembicaraa selesai, diharapkan akan terjadi persesuaian pendapat,
keyakinan, dan kepercayaan antara pendengar dan pembicara.
3) Berbuat atau bertindak. Seorang pembicara mempunyai tujuan
menghendaki adanya tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar.
Dasar tindakan tersebut adalah adanya keyakinan yang sudah dalam
atau terbakar suatu emosi.
4) Memberitahu, pembicaraan yang bertujuan untuk memberitahukan,
biasanya pembicara akan memberitahukan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengarnya agar mereka benar-benar mengerti.
5) Menyenangkan. Pembicaraan dilakukan dengan maksud untuk
menggembirakan pendengarkan dalam suatu pertemuan.
Suharyanti (1996: 4) menyatakan bahwa tujuan utama dari berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Pembicara dapat menyampaikan pembicaraan
dengan efektif, jika memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan; dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengarnya; dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Imam Syafi`ie (1993: 35) mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran
kemampuan berbicara adalah agar para siswa mampu memilih dan menata
gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis, mampu menuangkannya ke
dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Siswa harus mampu mengucapkannya dengan jelas dan lancar, serta
mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi
2266
karena hal tersebut akan mempengaruhi pengertian pembicaaran antara pembicara
dan lawan bicara.
Nababan (1993: 172) menyatakan bahwa tujuan utama kemampuan
“komunikatif” ialah untuk “menyampaikan pesan kepada orang”, yakni “untuk
mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa”. Tujuan kedua untuk
“menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara sosial dapat
diterima”. Tujuan pertama dapat akan tercapai dengan aktivitas-aktivitas yang
boleh disebut “kinerja komunikatif”, sedangkan tujuan kedua dengan latihan-
latihan untuk mengembangkan kemampuan komunikatif. Selanjutnya, Henry
Guntur Tarigan (2008: 16) juga menjelaskan tujuan utama dari berbicara yaitu
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
pembicara harus dapat memahami semua pembicaraan makna yang ingin
dikomunikasikan.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara
adalah menyampaikan pesan dan berkomunikasi untuk orang lain dengan prinsip-
prinsip tertentu agar pembicara dan pendengar saling mengerti. Berbicara
mempunyai maksud-maksud tertentu, misalnya mengajak, menghibur,
meyakinkan. Berbicara berarti menuangkan ide serta gagasannya ke dalam sebuah
tuturan dengan tujuan agar dimengerti orang lain.
2. Hakikat Pembelajaran Berbicara di SD
a. Pengertian Pembelajaran
Given (2007: 57) menyatakan bahwa beberapa sirkuit memproses
sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, sedangkan beberapa akan
memproses informasi indriawi, dan sementara yang lain menangani pikiran atau
hal-hal terkait dengan gerakan, warna, dan sebagainya. Semua sistem kompleks
ini memproses informasi secara khusus, sehingga mereka disebut sistem
pembelajaran. Sejalan dengan teori tersebut, Robert Ornstain (dalam Given,
2007: 44) menjelaskan beberapa cara pembelajaran sebagai sistem operasi
alamiah otak, tetapi bukan mengenai kecerdasan majemuk yang pertama kali
diperkenalkan oleh Howard Garner dalam Frames of Mind.
2277
Sudarsono dan Eveline Siregar (dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan
Eveline Siregar, 2007: 4) juga menjelaskan mengenai istilah pembelajaran sebagai
upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
dipermudah (facilitated) pencapaiannya. Dalam kegiatan pembelajaran perlu
dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Selanjutnya,
Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 18-19) juga menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetensi atau kinerja yang
harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Pembelajaran diartikan
sebagai KBM konvensional karena guru dan peserta didik langsung berinteraksi.
Berinteraksi berarti akan terjadi proses belajar-mengajar, sehingga disebut dengan
pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 136)
juga mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri
dari suatu sistem pembelajaran, kajian isi, materi ajar, strategi pembelajaran
(metode, media, waktu, sistem penyampaian), serta asesmen belajar.
Menurut Didang Setiawan (2006), konsep pembelajaran merupakan
kegiatan guru untuk menciptakan situasi agar siswa belajar. Pengajaran dianggap
berhasil jika tidak terjadi proses pembelajaran. Meskipun metode yang digunakan
sederhana, tetapi bila mendorong para siswa banyak belajar, maka pengajaran
tersebut dianggap berhasil (efektif). Sedangkan pengertian dari pendekatan
pembelajaran adalah melihat pembelajaran sebagai proses belajar siswa yang
sedang berkembang untuk mencapai perkembangannya. Sedangkan model
pembelajaran adalah melihat pembelajaran sebagai suatu disain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa. Pengertian metode pembelajaran: berfokus pada proses belajar-
mengajar untuk bahan ajaran dan tujuan pembelajaran tertentu yang lebih terbatas.
Erman Suherman (2008) mendefinisikan pembelajaran sebagai hakikat
kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, yang berarti bahwa proses
pembelajaran akan membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa
dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang
2288
dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar,
presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan.
Didang Setiawan (2006) mengungkapkan bahwa pembelajaran akan lebih
bermakna dengan menghubungkan materi dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Materi pelajaran diberikan sebagai fokus dari materi pelajaran yang diambil dari
mata pelajaran yang lain, mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran,
memadukan kegiatan sekolah dengan pekerjaan, belajar juga memberikan layanan
dan media untuk pembelajaran siswa selama proses belajar-mengajar.
Moris (dalam Jafrizal, 2008) menyatakan bahwa pembelajaran berbicara
merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk
mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena
komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan
tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Selanjutnya Jafrizal
(2008) juga menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau
kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Yayu (2008) menjelaskan bahwa pada hakikatnya pembelajaran bertujuan
tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut, antara lain: (1) membekali siswa dengan
strategi belajar dengan efisien; (2) membantu siswa untuk mengidentifikasi cara
belajar dengan keinginan mereka sendiri; (3) membangun kemampuan yang
diperlukan untuk negosiasi yang tercantum dalam kurikulum; (4) mendorong
siswa agar menetapkan sasaran belajar mereka sendiri; (5) mendorong siswa
untuk menetapkan tujuan dan waktu belajar yang realistis dengan lingkungan
siswa; (6) membangun keterampilan siswa mengevaluasi diri sendiri.
Simpulan teori tersebut, bahwa hakikat pembalajaran adalah kegiatan yang
berisi sistem pembelajaran yang membantu siswa belajar, mencapai
perkembangan kecerdasan dan sosialnya. Pembelajaran merupakan sistem operasi
alamiah otak dalam memproses sejumlah emosi. Beberapa otak memproses
interaksi sosial, beberapa memproses informasi indriawi, sementara yang lain
menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan, warna, dan sebagainya.
2299
Semua sistem kompleks ini memproses informasi secara khusus, sehingga disebut
sistem dengan pembelajaran.
b. Pengertian Pembelajaran Berbicara di SD
Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 38) menjelaskan bahwa
sesuai dengan pengajaran Bahasa Indonesia dapat dikemukakan tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara agar para siswa mampu memilih dan menata
gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis. Selain itu, siswa diharapkan
mampu menuangkan idenya ke dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa
Indonsia sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, mampu mengucapkannya
dengan jelas dan lancar, serta mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai
dengan konteks komunikasi.
Samsuri dan Sadtono (dalam Nurokhman, 2009) menjelaskan bahwa
kemampuan berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
saat ini, ditujukan untuk arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah yang
dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit yang
dicantumkan dalam kurikulum. Secara garis besar, tujuan utama pengajaran
bahasa Indonesia agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar sesuai kaidah bahasa. Berarti bertujuan agar anak-anak mampu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa
Indonesia .
Koesworo, dkk. (dalam Lina Riyandari, 2008) menyatakan bahwa
pembelajaran berbicara di SD melatih siswa dapat berbicara dalam Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Banyak cara untuk melaksanakan pembelajaran
berbicara di SD, misalnya: siswa diminta merespon secara lisan gambar yang
diperlihatkan guru, bermain tebak-tebakan, menceritakan isi bacaan, menceritakan
pengalaman pribadi tanya jawab, melanjutkan cerita guru, dan sebagainya. Salah
satu cara yang dapat digunakan guru untuk lebih meningkatkan kemampuan
berbicara siswa agar baik dan sistematis adalah dengan cara menggunakan teknik
5W+1H. Teknik 5W+1H, lazimnya sering digunakan dalam penulisan
berita di media massa. Arti kata ini merupakan kata tanya berasal dari bahasa
3300
Inggris yang diambil dari huruf pertamanya (Who, What, Where, When, Why,
How) artinya siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.
Menurut Imam Syafi`ie (1993: 33) pada kenyataanya hakikat bahasa
adalah lambang bunyi yang diucapkan. Alasan tersebut menempatkan kemampuan
berbicara sebagai keterampilan berbahasa yang utama. Kemampuan berbicara
adalah kemampuan pertama-tama yang harus dikuasai untuk memenuhi
kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat kita berada.
Simpulan dari teori kemampuan berbicara adalah bahwa kemampuan
berbicara diajarkan kepada siswa sebagai bahan ajar untuk membantu
mengembangkan kemampuan berbicara siswa. Kemampuan berbicara merupakan
keterampilan yang berguna bahkan ketika nanti siswa terjun dalam kehidupan ber-
masyarakat. Alasan tersebut menjadikan keterampilan berbicara sangat penting
untuk dibina sejak siswa duduk di Sekolah Dasar.
c. Bentuk-bentuk Pembelajaran Berbicara
Imam Syafi`ie (1993: 37-41) menjelasakan mengenai bentuk-bentuk
pembelajaran kemampuan berbicara yang dapat diajarkan kepada siswa, antara
lain: diskusi, pidato maupun wawancara. Diskusi adalah suatu bentuk berbicara
dalam sebuah kelompok yang membahas suatu masalah untuk memperoleh
alternasi-alternasi pemecahan masalah tersebut. Beberapa macam diskusi antara
lain diskusi informal dan diskusi formal. Diskusi formal antara lain diskusi
kelompok, diskusi panel, dialog, seminar.
Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 40) mengungkapkan bahwa
terdapat berbagai bentuk kegiatan berbicara yang dapat diajarkan kepada siswa.
Pengajaran kemampuan berbicara yang penting untuk diajarkan adalah bertanya,
bercerita, berdialog (wawancara), ceramah, pidato, diskusi, kelompok, dan
sebagainya. Siswa diharapkan dapat menguasai berbagai bentuk pembelajaran
tersebut agar terampil berbicara baik dalam bentuk formal, maupun nonformal.
Burhan Nurgiyantoro (2001: 278-291) mengungkapkan bahwa terdapat
berbagaibentuk tugas kemampuan berbicara. Bentuk-bentuk tugas kemampuan
berbicara tersebut, antara lain: (1) pembicaraan berdasarkan gambar; (2)
wawancara; (3) bercerita; (4) pidato; (5) diskusi. Beberapa bentuk berbicara
3311
tersebut akan berguna bagi siswa sampai pada kehidupan sosial di lingkungan
tempat tinggalnya ketika mereka terjun di masyarakat nanti.
Simpulan dari teori tersebut bahwa bentuk-bentuk berbicara yang dapat
dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar adalah bertanya, bercerita, memberi
tanggapan, wawancara, dan pidato. Selain itu, siswa dapat diajari diskusi
kelompok dan berdialog. Berbagai bentuk tugas berbicara yang diajarkan tersebut
akan menunjang kemampuan berbicara seseorang agar lebih terampil.
d. Manfaat Pembelajaran Berbicara bagi Siswa SD
Menurut Imam Syafi`ie (1993: 34) keterampilan berbicara perlu dikuasai
oleh para siswa dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Bahkan setelah mereka
hidup di masyarakat nanti, keterampilan berbicara merupakan salah satu faktor
yang ikut menentukan keberhasilan hidup mereka. Kemampuan berbicara yang
baik dapat dikuasai melalui proses belajar dan berlatih secara teratur. Untuk itu
diperlukan perencanaan pengajaran yang baik yang disusun berdasarkan
kurikulum yang yang digunakan. Dalam perencanaan pengajaran kemampuan
berbicara yang baik dikemukakan dengan jelas tujuan pengajaran yang hendak
dicapai, materi, metode, dan teknik serta kegiatan pembelajaran, serta menilai
keberhasilan siswa.
Suharyanti (1996: 10) menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai ilmu
atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni atau praktik berbicara. Itulah sebabnya diperlukan pendidikan
berbicara. Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (1) hal-hal yang berhubungan dengan
hakikat sifat dasar ujaran; (2) hal-hal yang menyatakan proses-proses intelektual
yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik; dan
(3) hal-hal yang akan memudahkan seseorang untuk mencapai kemampuan dalam
keterampilan-keterampilan berbicara tertentu.
Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 38) mengungkapkan bahwa
sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia, dapat dikemukakan bahwa
tujuan pembelajaran keterampilan berbicara agar para siswa mampu memilih dan
menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis, mampu
3322
menuangkannya ke dalam bentuk-bentuk tuturan dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, mampu mengucapkannya dengan jelas dan
lancar, serta mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks
komunikasi.
Ahmad Rofi`udin dan Darmiyati Zuchdi (2001: 8) mengungkapkan bahwa
terdapat berbagai jenis kegiatan proses pembelajaran berbicara, antaranya
percakapan, berbicara estetik (mendongeng), berbicara menyampaikan informasi
atau untuk mempengaruhi dan kegiatan dramatik. Berbagai jenis berbicara
tersebut dapat diajarkan ketika selama kegiatan belajar-mengajar. Selanjutnya,
Burhan Nurgiyantoro (2001: 289) juga menjelaskan bahwa kemampuan bercerita
merupakan salah satu cara untuk menggungkapkan. Keterampilan bercerita secara
pragmatis meliputi dua hal yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu unsur linguistik
(bagaimana cara bercerita, bagaimana memilih bahasa) dan unsur apa yang
diceritakan oleh siswa itu sendiri. Secara lebih jelas, Kusumo Priyono (dalam
Awin Susilowati, 2008: 13) mengungkapkan bahwa bercerita atau mendogeng
tidak hanya merupakan kegiatan yang bersifat menghibur belaka, tetapi juga
bertujuan memperkenalkan lingkungan, budi pekerti, dan mendorong anak untuk
bersikap positif. Meskipun tampak sederhana, namun hal ini sangat penting
ditanamkan pada diri anak sejak dini untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak.
Simpulan dari teori-teori di atas, bahwa keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang utama dalam memenuhi kebutuhan komunikasi dengan
masyarakat pembelajaran serta masyarakat umum di mana kita berada. Dengan
keterampilan berbicara maka komunikasi akan berjalan efektif dan efisien. Jika
kita memiliki kemampuan berbicara yang memadai akan mudah bagi kita dalam
mengikuti pembelajaran di sekolah. Keterampilan berbicara bukan merupakan
keterampilan yang didapat sejak lahir, melainkan harus dipelajari dan diasah.
e. Aspek Penilaian Kemampuan Berbicara
Burhan Nurgiyantoro (2001: 276) menyebutkan bahwa tes kemampuan
berbicara perlu mempertimbangkan unsur ekstralinguistik, yaitu sesuatu yang
disampaikan di dalam bahasa. Penilaian unsur ekstralunguistik diperlukan agar
guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan berbahasa siswa. Dengan
3333
demikian, dalam penilaian kemampuan berbicara siswa diperlukan seperangkat
instrumen yang harus dipersiapkan dengan baik. Selanjutnya, Burhan
Nurgiyantoro (2001: 291) juga menjelaskan bahwa cara penilaian berbicara dapat
menggunakan model skala: 0-10 atau 1-10 dengan mengemukakan aspek-aspek
yang menurut kita belum terungkap. Aspek-aspek yang dapat dinilai misalnya:
(1) ketepatan struktur; (2) ketepatan kosakata; (3) kelancaran; (4) kualitas gagasan
yang dikemukakan; (5) banyaknya gagasan yang dikemukakan oleh siswa; (6)
kemampuan/kekritisan menanggapi gagasan; dan (7) dan kemampuan untuk
mempertahankan pendapat. Penilaian juga dapat disesuaikan dengan kepentingan
tema yang akan diangkat dalam berbicara.
Menurut Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003: 33-34) bahwa aspek
penilaian berbicara yang akan dinilai dalam tes kemampuan berbicara meliputi
aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan tersebut antara lain
meliputi: (1) pengucapan vokal; (2) pengucapan konsonan; (3) penempatan
tekanan; (4) penempatan persendian; (5) penggunaan nada/irama; (6) pilihan kata;
(7) pilihan ungkapan; (8) variasi kata; (9) tata bentukan; (10) struktur kalimat;
(11) ragam kalimat. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi: (1) keberanian dan
semangat yang diperlihatkan siswa; (2) kelancaran; (3) penyaringan suara; (4)
pandangan mata; 5) gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran; (8)
penguasaan topik.
Oller (dalam Yuni Susilowati: 2008: 15) menjelaskan bahwa perangkat
pengukuran dan penilaian yang dikembangkan FSI (Foreign Service Institute)
terdiri dari: (1) skala penilaian akhir yang terdiri dari lima tingkat kemampuan
berbicara; (2) skala pengukuran, yang terdiri dari aspek-aspek yang dijadikan
ukuran, seperti tekanan, tata bahasa, kosakata, kelancaran, dan pemahaman. Tiap
aspek tersebut dibagi menjadi lima tingkatan; (3) skala pembobotan, yang berguna
untuk memperhalus penilaian dan memberikan penekanan aspek tertentu yang
dianggap lebih diutamakan sesuai dengan tujuan pengukuran.
Simpulkan teori tersebut, bahwa penilaian berbicara memiliki aspek-aspek
tertentu. Penilaian kemampuan berbicara dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan
siswa sehingga aspek-aspek yang dinilai dalam berbicara tergantung dengan
3344
kemampuan awal serta pelajaran berbicara yang sedang dipelajari siswa. Penilaian
berbicara juga harus mempertimbangkan kemampuan berbahasa dan kemampuan
berpikir siswa. Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan bercerita
adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar penilaian observasi
(pengamatan) terhadap kemampuan bercerita siswa.
Tabel 1. Rubrik Pengamatan Penilaian Kemampuan Berbicara
Rentangan Skala No Aspek yang
Dinilai
5 4 3 2 1
Perolehan Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total Skor
Nilai
Keterangan
1. Lafal
5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar.
4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
3 Pengaruh ucapan asing(daerah) memaksa orang mendengarkan dengan
teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman.
2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman.
1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan kata-
kata.
2. Keruntutan
5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan.
3355
3 Kadang-kadang tidak runtut, tetapi tidak menganggu pembicaraan.
2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu
pembicaraan.
1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
3. Kelancaran:
5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg.
3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,
pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat.
2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat-
kalimat pendek dan telah rutin.
1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus.
4. Pemahaman:
5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal.
4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan
dan penjelasan.
3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih
perlu penjelasan dan pengulangan.
2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu
penjelasan dan pengulangan.
1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana.
Teknik penilaiannya sebagai berikut:
1. Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti
kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti
baik, nilai 5 berarti baik sekali.
2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh siswa.
3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
3366
4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
3. Hakikat Peta Pikiran (Mind Mapping)
a. Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping)
Buzan (2003: 4) menjelaskan bahwa peta pikiran (mind mapping)
merupakan cara mudah untuk menggali informasi dari dalam dan dari luar otak.
Peta pikiran (mind mapping) adalah cara untuk belajar dan berlatih dengan cepat
dan mudah dan dapat digunakan oleh semua orang. Membuat catatan dengan peta
pikiran (mind mapping) akan menyenangkan dan tidak akan membosankan. Peta
pikiran (mind mapping) adalah cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan
merencanakan proyek. Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2004: 153)
juga menjelaskan mengenai peta pikiran yang dapat membangkitkan ide-ide
orisinal dan memicu ingatan dengan mudah. Peta pikiran merupakan teknik
pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan.
Martin (dalam Trianto, 2007: 159) mengungkapkan bahwa peta pikiran
adalah ilustrasi grafis konkret yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah
konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.
Dengan demikian, peta pikiran dapat mempermudah kerja seseorang karena
gagasan dapat dapat tertuang secara konkrit. Ariany Syurfah (2007: IX)
mengungkapkan bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan teknik
3377
pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan
potensi otak dengan memanfaatkan kata-kata, image, nomer, logika, irama, dan
dimensi serta disajikan dalam pola yang unik. Sistem ini merupakan metode
mencatat kreatif yang memudahkan untuk mengingatkan banyak informasi dan
mempresentasikan secara akurat dan menyenangkan.
Dahar (dalam Trianto, 2007: 159) mengemukakan beberapa ciri dari peta
pikiran (mind mapping). Ciri-ciri peta pikiran (mind mapping), antara lain:
1) Peta pikiran (mind mapping) dapat memperlihatkan konsep-konsep
dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, contohnya dalam bidang
studi Fisika, Kimia, Biologi, Matematika. Melalui peta pikiran, siswa
dapat melihat bidang studi tersebut lebih jelas dan bermakna.
2) Peta pikiran dapat berupa gambar dua dimensi dari suatu bidang studi,
atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri-ciri inilah yang dapat
memperlihatkan hubungan yang proporsional antara konsep-konsep.
3) Tidak semua konsep peta pikiran mempunyai bobot yang sama. Ini
berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang
lain.
4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang
lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Arends (dalam Trianto, 2007) mengemukan langkah-langkah dalam
membuat peta pikiran. Langkah-langkah membuat peta pikiran adalah sebagai
berikut:
1) Mengidentifikasi ide atau pokok yang melingkupi sejumlah konsep.
Contohnya mengenai ekosistem.
2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang
menunjang ide utama. Contohnya seperti individu, populasi,
komunitas.
3) Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta pikiran.
4) Ide-ide sekunder dikelompokkan di sekeliling ide utama secara visual,
sehingga menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
3388
Buzan (2007: 10) menjelaskan mengenai cara membuat peta pikiran (mind
map). Cara membuat pikiran tersebut, antara lain:
1) Menggunakan selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa
pulpen berwarna. Tertas tersebut letakkan menyamping.
2) Membuat gambar yang merangkum subjek utama di tengah-tengah
kertas. Gambar itu melambangkan topik utama.
3) Membuat beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari
gambar di tengah kertas, masing-masing untuk setiap ide utama yang
ada mengenai subjek. Cabang-cabang utama tersebut melambangkan
subtopik utama.
4) Memberi nama pada setiap ide di atas dan memberi gambar-gambar
kecil mengenai masing-masing ide tersebut. Kegiatan tersebut
menggunakan kedua sisi otak. Setiap kata dalam mind mapping
digarisbawahi jika merupakan kata-kata kunci untuk menunjukkan
tingkat kepentingannya.
5) Setiap ide dapat ditarik garis penghubung lainnya, yang menyebar
seperti cabang-cabang pohon. Setiap cabang merupakan buah pikiran
setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-
detail yang ada.
Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2004: 156) beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk membuat peta pikiran lebih mudah diingat:
1) Ditulis atau diketik secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf
kapital.
2) Gagasan-gagasan penting ditulis dengan huruf-huruf yang lebih besar,
sehingga langsung menonjol ketika dibuka catatan kembali.
3) Gambar dalam peta pikiran akan lebih diingat jika digambar dengan
hal-hal yang berhubungan diri seseorang.
4) Menggarisbawahi dan menggunakan kata-kata tebal.
5) Kreatif dan berani dalam desain karena otak lebih mudah mengingat
hal yang tidak biasa.
3399
6) Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan hal-hal atau
gagasan-gagasan tertentu.
7) Menciptakan peta pikiran secara horizontal untuk memperbesar ruang
bagi pekerjaan.
Dahar (dalam Anwar Holil, 2008) menjelaskan bahwa langkah-langkah
menyusun peta konsep. Langkah tersebut sebagai berikut: (1) memilih suatu
bahan bacaan; (2) menentukan konsep-konsep yang relevan; (3) mengelompokkan
(mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak
inklusif; (4) menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep
yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
“A Mind Map is a powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills - word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness - in a single, uniquely powerful manner. In so doing, it gives you the freedom to roam the infinite expanses of your brain. The Mind Map can be applied to every aspect of life where improved learning and clearer thinking will enhance human performance”. (Buzan 2008).
Teori Buzan (2008) tersebut dengan kata lain menyebutkan bahwa peta
pikiran merupakan sebuah teknik grafik yang sangat kuat yang memberikan
sebuah kunci bersama untuk membuka potensi otak. Peta pikiran menggunakan
latihan penuh kemampuan selaput otak-kata, angka, gambar, logika, irama, warna,
dan ruang kesadaran pada sebuah cara khusus yang sangat kuat, dan unik. Peta
pikiran memberimu kebebasan untuk menjelajahi ruang tak terbatas dari otak.
Peta pikiran ini bisa dipakai untuk setiap aspek kehidupan untuk memperbaiki
pengetahuan dan pikiran yang akan meningkatkan kemampuan manusia.
Menurut Anton (2008) cara membuat peta pikiran atau peta konsep (mind
mapping) dengan menuliskan tema utama sebagai titik sentral/tengah dan
memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah
tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Berarti setiap mempelajari
sesuatu hal, maka fokus kita diarahkan pada tema utamanya, poin-poin penting
4400
dari tema utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting
tersebut dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa
mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area mana
saja yang masih belum dikuasai dengan baik.
Buzan (dalam Ida, 2008) menyatakan bahwa Mind Map merupakan alat
paling hebat yang dapat membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map
memberikan kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran
yang melibatkan cara kerja alami otak sejak awal. Hal ini berarti bahwa upaya
untuk mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih
mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan
tradisional. Mind Map didefinisikan sebagai cara mengembangkan kegiatan
berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut,
mengembangkan cara pikir divergen, dan berpikir kreatif. Mind Map merupakan
cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi
itu ketika dibutuhkan.
Aekmaga (2008) menjelaskan beberapa manfaat peta pikiran. Manfaat peta
pikiran (mind mapping) antara lain mempercepat pembelajaran, melihat koneksi
antartopik yang berbeda, membantu ‘brainstorming’, memudahkan ide mengalir,
melihat gambaran besar, memudahkan mengingat, menyederhanakan struktur.
Selanjutnya Erman ( dalam Anwar Holil, 2008) menjelaskan mengenai berbagai
macam peta konsep. Peta konsep ada empat macam yaitu: (1) pohon jaringan
(network tree); (2) rantai kejadian (events chain), (3) peta konsep siklus (cycle
concept map); (4) dan peta konsep laba-laba (spider concept map)”.
Anwar Holil (2008) mejelaskan bahwa peta konsep merupakan salah satu
bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi bertujuan untuk membantu
meningkatkan membantu pebelajar meningkatkan mutu bahan-bahan pelajaran
yang dipelajari. Strategi-strategi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide
atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil lagi. Strategi-strategi tersebut merupakan
pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang
lebih besar. Selanjutnya Iwan Sugiarto (dalam R. Teti Rostikawati, 2008)
4411
menjelaskan bahwa peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.
Simpulan teori-teori tersebut, bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah
satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
seseorang. Keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang
untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis
maupun secara verbal. Kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
b. Pembelajaran Berbicara dengan Peta Pikiran (Mind Mapping)
Martin (dalam Trianto, 2007: 157) menjelaskan bahwa pemetaan konsep
merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan
pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual
konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi
tersebut dipelajari. Para guru yang telah menggunakan peta pikiran agar konsep
yang digunakan akan memberi mereka basis logis untuk memutuskan ide-ide
utama apa yang akan dimasukkan atau dihapuskan dari rencana-rencana dan
pengajaran mereka. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi
guru. Pemetaan yang jelas dapat menghindari miskonsepsi yang dibentuk siswa.
Anton (2008) menjelaskan bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan
konsep yang didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-
kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang
bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang
pohon. Fakta tersebut menjelaskan scara kerja otak, yaitu menyimpan informasi,
sehingga semakin baik informasi tersimpan dalam otak, maka akan
mempermudah proses belajar.
Dahar (dalam Anwar Holil, 2008) mengungkapkan bahwa dalam salah
satu teori Ausubel menyebutkan faktor yang paling penting yang mempengaruhi
pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Supaya
4422
belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep
yang ada dalam struktur kognitif siswa (Suryadi menambahkan ini yang disebut
Teknik Konstruktivisme). Peta konsep akan membantu mengemukakan cara untuk
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna
berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep
Menurut Sur (2008) pembelajaran dengan peta pikiran (mind mapping)
mempunyai beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut, antara lain:
1) Jika terlalu banyak menggunakan kata kunci/ gambar kunci (key word/
key image), kode (asosiasi) yang hanya dimengerti oleh si pembuat,
maka orang lain akan kesulitan untuk memahaminya.
2) Cara berpikir seseorang akan menjadi divergen dan ini bisa menjadi
kelemahan dan juga sekaligus kekuatan. Kelemahan karena ia akan
menjadi kurang fokus pada satu masalah. Kekuatan karena ia terus akan
menggenerate ide dari apa yang sudah terlihat di kertas dan
menambahkan ide-ide baru yang muncul di kepalanya (otak kanan).
3) Memerlukan 2-3 kali penggambaran ulang agar peta konsep bisa
terlihat lebih rapih dan artistik
Kelebihan peta pikiran (mind mapping) : (1) dapat mengemukakan
pendapat secara bebas; (2) dapat bekerjasama dengan teman lainnya. Sedangkan
kekurangannya adalah siswa yang tidak aktif yang sulit terlibat. Peta pikiran
(mind mapping) cenderung hanya dimengerti oleh si pembuat itu sendiri karena
peta pikiran (mind mapping) merupakan hasil ide seseorang. Sedangkan kelebihan
peta pikiran (mind mapping) dapat membantu mempermudah seseorang
menyimpan serta mengeluarkan kembali informasi yang tersimpan di otak kita.
Simpulan dari teori tersebut adalah pembelajaran berbicara dengan peta
pikiran (mind mapping) akan mempermudah siswa menyerap pelajaran. Peta
pikiran (mind mapping) merupakan teknik yang mempermudah siswa memahami
konsep-konsep belajar agar lebih mudah. Dengan peta pikiran (mind mapping)
siswa akan lebih mudah mengungkapkan ide serta gagasan karena peta pikiran
(mind mapping) membantu siswa mengeluarkan informasi yang tersimpan dalam
4433
sel-sel syaraf kita. Dengan peta pikiran (mind mapping) kita akan lebih mudah
menyimpan dan mengungkapkan gagasan serta ide kita.
4444
Gambar 1. Contoh Mind Mapping 1
4455
Gambar 2. Contoh Mind Mapping 2
4466
Gambar 3. Contoh Mind Mapping 3
4. Hakikat Media Pembelajaran
Oemar Hamalik (1989: 123) menjelaskan mengenai media pendidikan dapat
ditinjau sebagai proses dan sebagai produk. Sebagai proses, media pendidikan
berfungsi sebagai alat penunjang dalam proses instruksional, yakni untuk
menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan instruksional yang telah dirumuskan
sebelumnya dapat tercapai. Konteks tersebut akan menunjang keberhasilan
belajar, sehingga akan diperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan jika proses
instruksional itu didukung oleh media atau multimedia yang relevan. Sebagai
produk, oleh karena media pendidikan merupakan hasil kemajuan teknologi, maka
bertambah meningkatnya kemajuan teknologi membuat semakin bertambah
meningkatnya perkembangan media pendidikan. Selanjutnya, Marshall McLuhan
(dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) juga berpendapat bahwa media adalah suatu
ekstensi manusia memungkinkannya untuk mempengaruhi orang lain yang tidak
mengadakan kontak langsung.
Nasution (2005: 194) menjelaskan bahwa bermacam-macam media yang
dapat digunakan untuk komunikasi dengan murid dalam proses pembelajarn. Pada
umumnya guru adalah sumber utama yang memberikan stimulus kepada murid
agar belajar. Akan tetapi, disamping guru masih ada lagi berbagai macam media
lainnya seperti benda-benda, film dan televisi, dan mesin belajar (teaching
machine). Selanjutnya, Rohani (dalam Siti Uriana Rahmawati, 2009) menjelaskan
pengertian sebagai media segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi
sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi belajar mengajar.
4477
Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (2007: 7)
mengungkapkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi. Selanjutnya, Wilkinson (1984: 57) juga
menjelaskan bahwa media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi
pencapaian siswa dan citra diri mereka, jika media tersebut dipilih dan diproduksi
secara cermat dengan memperhitungkan ciri-ciri media dan karakteristik siswa
serta diintegrasikan secara sistematik ke dalam program instruksional.
Hernick, dkk. (dalam Azhar Arsyad, 2005: 4) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-
bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media tersebut
membawa pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
makna-makna pengajaran, maka disebut sebagai media pembelajaran. Lebih
lanjut, I Wayan Santyasa (2007) menerangkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sardiman (2001: 203) menerangkan bahwa alat-alat pengajaran sebagai
media komunikasi, dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, adalah
alat-alat yang merupakan benda sebenarnya yang memberikan pengalaman
langsung dan nyata. Kedua, alat-alat yang merupakan benda pengganti yang
seringkali dalam bentuk tiruan dari benda sebenarnya yang memberikan
pengalaman buatan atau tidak langsung. Ketiga, ialah bahasa baik lisan, maupun
tertulis yang memberikan pengalaman melalui bahasa. Sedangkan peranan media
dalam proses belajar-mengajar, antara lain: (1) menghemat waktu belajar; (2)
memudahkan pemahaman; (3) meningkatkan perhatian siswa; (4) meningkatkan
aktivitas siswa; (5) mempertinggi daya ingat siswa.
Latuheru (Devid Haryalesmana, 2009) menjelaskan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan
4488
belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara
guru dan siswa yang dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar
untuk memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran
yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar-
mengajar dan dapat merangsang minat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Yudi Nugraha (2009) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat
bantu dalam pembelajaran materi ajar dengan memiliki tingkat kesukaran tertentu
sukar dipahami oleh siswa. Media pembelajaran akan membantu guru dalam
mengajarkan materi ajar yang bersifat abstrak dan rumit atau kompleks.
Hal ini menjadi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media
mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup
lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Nana Sudjana (dalam Sri Hidayati, 2009) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran yang dapat dipergunakan guru sangat luas, karena segala sesuatu
yang dapat dijadikan sarana penyampaian pesan dari materi pelajaran, disebut
media pembelajaran. Oleh karena itu, guru memiliki kebebasan untuk
mengembangkannya secara kreatif dan inovatif, sesuai kemampuan. Hal yang
perlu diperhatikan guru dalam mengembangkan media pembelajaran adalah media
tersebut harus dapat meningkatkan perhatian siswa, keaktifan siswa, mengatasi
keterbatasan sumber belajar, dan harus dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Menurut Sudjana dan Rifa’i dalam Siti Uriana Rahmawati (2009) media
pengajaran berfungsi agar pengajaran lebih menarik bagi siswa, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, memperjelas makna bahan pengajaran, membuat
metode pengajaran lebih bervariasi, dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar
lebih banyak. Dengan demikian, siswa akan berminat untuk belajar. Sedangkan,
Levie & Lentz (dalam Muhammad Win Afgani, 2008) mengemukakan empat
fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu : (1) fungsi atensi; (2)
fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; dan (4) fungsi kompensatoris.
4499
Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Simpulan teori-teori tersebut bahwa media pembelajaran sangat membantu
dalam proses belajar-mengajar. Media belajar yang tepat akan meningkatkan
minat belajar siswa. Media pembelajaran akan membantu meringankan siswa
ketika belajar materi yang sulit dicerna secara abstrak. Fungsi media dalam
pembelajaran tidak dapat dipungkiri akan membantu meningkatkan kualitas
belajar siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Tutiek Yunita Rachmawati dengan judul Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)) pada
Siswa Kelas IX D SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Simpulan
dari penelitian tersebut bahwa metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis cerpen. Hal ini ditandai dengan presentasi yang
selalu meningkat dalam setiap siklus. Presentase keaktifan siswa pada siklus I
sebesar 54%, minat dan motivasi sebesar 65% sedangkan perhatian dan kosentrasi
sebesar 65%. Pada siklus II keaktifan siswa naik sebesar 81%, perhatian dan
kosentrasi sebesar 85%, sedangkan minat dan motivasi siswa sebesar 85%. Pada
siklus III keaktifan siswa meningkat sebesar 92%, perhatian dan konsentrasi
sebesar 100%, sedangkan minat dan motivasi siswa meningkat sebesar 100%.
Penerapan metode peta pikiran juga dapat meningkatkan nilai siswa yang
meningkat pada setiap siklus, yaitu pada siklus I sebesar 60,2; pada siklus II 67,5;
sedangkan pada siklus III 71,9.
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Erma Lestari dengan judul
Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Media
Komik Tanpa Kata Pada Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2008/2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan peningkatan pada setiap siklus,
antara lain terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan
berbicara dan peningkatan kulaitas hasil keterampilan berbicara. Rerata yang
5500
dihasilkan adalah pada siklus I adalah 66,9; siklus II sebesar 69,9; sedangkan pada
siklus III adalah 73,4.
Wayan Pegeyasa juga melakukan penelitan yang relevan dengan judul
Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 1 MTs Sunan Kalijaga Malang
Melalui Strategi Pemetaan Pikiran. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
strategi ini sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara, juga
pembelajaran keterampilan berbahasa yang lainnya. Hal ini sudah dibuktikan oleh
Supercamp, California, yang telah menggunakan strategi pemetaan pikiran dalam
proses belajar mengajarnya, selain metode menyenangkan yang lainnya. Sebagai
salah satu sampel, siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo telah berhasil meningkatkan
kemampuan berbicaranya dengan melalui beberapa tahapan, antara lain:
(1) mengumpulkan bahan pembicaraan, (2) membuat kerangka pembicaraan, (3)
menguraikan secara spesifik kerangka pembicaraan, (4) mengkreasikan kerangka
pembicaraan, (5) berbicara secara akurat, relevan, terstruktur, terurut, jelas, paham
dengan isi pembicaraan, relatif nyaring, dan efektif.
C. Kerangka Berpikir
Pada umumnya siswa kesulitan berbicara di depan kelas atau forum-forum
resmi. Siswa sering merasa gugup dan tidak dapat mengingat kata-kata yang telah
mereka hafal sebelumnya. Siswa cenderung kesulitan menggungkapkan ide dan
gagasannya ketika berbicara sehingga pembicaraan siswa tidak sesuai topik atau
tema. Siswa juga kurang berminat dengan cara pembelajaran yang diterapkan guru
dengan menggunakan metode ceramah. Guru jarang menyuruh siswa praktik
berbicara. Jika menyuruh siswa praktik berbicara, guru akan menentukan tema,
kemudian siswa diberi waktu untuk menulis idenya dan menghafal sebelum maju
di depan kelas. Cara seperti ini kurang efektif bagi siswa terutama dalam
pembelajaran berbicara karena membuat siswa tidak bersemangat mengikuti
pembelajaran.
5511
Siswa tidak bersemangat mengikuti pembelajaran berbicara dan kesulitan menggungkapkan ide dan gagasan
Pembelajaran berbicara dengan menggunakan peta pikiran
(mind mapping)
(Penelitian Tindakan Kelas)
Kondisi Awal
Guru mengajar dengan cara berceramah, memberi tema, kemudian menyuruh membuat catatan sebagai pedoman untuk berbicara
kemampuan berbicara siswa rendah
5522
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan peta pikiran (mind mapping) akan membantu mempermudah
siswa dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hasil dan proses pembelajaran berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Karanganyar. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis
bahwa penggunaan peta pikiran (mind mapping) dapat:
1) Meningkatkan kualitas proses kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Karanganyar 03.
2) Meningkatkan kualitas hasil kemampuan berbicara siswa kelas V SD
Negeri Karanganyar 03.
Kualitas proses pembelajaran berbicara meningkat
Kualitas hasil pembelajaran berbicara meningkat
5533
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 03 Karanganyar yang beralamat di
Karanganyar, Weru, Sukoharjo, Telepon (0273)5331498 dengan Kepala Sekolah
Sukardi, S. Pd.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengampu kelas V SD Negeri
Karanganyar 03 adalah bapak Pani Raharjo, A.Ma.Pd. Penelitian ini dilakukan di
kelas V yang hanya terdiri dari satu kelas. Jadwal pelajaran Bahasa Indonesia tiga
kali seminggu dengan jumlah lima jam pelajaran setiap hari Senin, Jumat, dan
Sabtu. Setiap satu kali pertemuan pelajaran adalah 35 menit.
Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal pada bulan Desember
2008. Survei awal dilaksanakan pada bulan Januari 2009 dan diakhiri dengan
penyusunan laporan pada bulan Oktober 2009.
Tabel 2. Rincian Kegiatan, Waktu, dan Jenis Kegiatan Penelitian
Bulan No Kegiatan Desember
2008 Januari
Februari April/
Maret
Mei
Juni s/d Oktober
2009
1 Penyusunan proposal
xxxx
2 Persiapan xxxx xx xx
5544
survei awal 3 Perizinan
4 Pelaksanaan siklus I, II dan III dan refleksi
xxxx
5 Pengumpulan dan analisis data
xxxx
6 Penyusunan laporan
xxxx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang merupakan penelitian kolaborasi antara peneliti dengan guru,
maupun siswa dan juga staf sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kualitas hasil dan kualitas proses
dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping).
Strategi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan
kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah kenyataan proses
pembelajaran berbicara sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa peta pikiran
(mind mapping).
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03 tahun
ajaran 2008/2009. Di kelas V ini jumlah murid terdiri dari 27 orang dengan
perincian 14 orang siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Objek penelitian
adalah pembelajaran berbicara di kelas V SD Negeri Karanganyar 03.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Observasi
5555
Observasi dilakukan oleh peneliti dari pembelajaran dimulai sampai
diakhiri. Peneliti berperan sebagai partisipan pasif, sehingga hanya
mengamati proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. Peneliti
membuat bagan chek list yang berisi hal-hal yang harus diobservasi,
sehingga peneliti hanya perlu memberi chek list pada daftar yang telah
dibuat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan observasi.
2) Wawancara
Wawancara adalah cara untuk mendapat kelengkapan informasi dari
sumber yang dapat dipercaya, misalnya siswa dan guru mata pelajaran.
Wawancara ada beberapa macam, yaitu wawancara terencana,
wawancara terencana tetapi tidak teratur, dan wawancara terstruktur.
3) Analisis Dokumen
Analisis dokumen digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berbicara selama diberi tindakan. Dokumen ini berupa catatan observasi
dan hasil rekaman berbicara siswa.
E. Teknik Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi metode,
triangulasi sumber data, dan review informan. Triangulasi metode adalah teknik
untuk menguji kebenaran dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil
observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Triangulasi sumber
data adalah teknik yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan mengacu
pada kebenaraan data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain.
Review informan digunakan untuk mengetahui kevaliditasan hasil wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, analisis data untuk
Penelitian Tindakan Kelas adalah analisis kritis. Teknik ini menganalisis
kelebihan dan kelemahan kinerja guru dan siswa dalam proses pembelajaran
selama penelitian berlangsung. Teknik analisis ini membandingkan nilai
antarsiklus sebagai bahan pertimbangan untuk siklus selanjutnya. Teknik analisis
5566
kritis dilakukan dengan menganalisis dan mengkritisi (refleksi) dari siklus-siklus
sebelumnya sebagai bahan pertimbangan untuk siklus selanjutnya. Analisis
dilakukan oleh guru dan peneliti. Teknik analisis ini memelajari perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana di kelas, dan guru. Pada tahap ini, dapat terjawab
mengenai pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), seberapa jauh (to what
extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
?
Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
5577
G. Indikator
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Penelitian
Aspek Pencapaian
siklus
terakhir
Cara mengukur
Keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran (bertanya
kepada guru, maju dengan
inisiatif sendiri, memberikan
tanggapan, memperhatikan
penjelasan guru, tidak berjalan
ke sana kemari keluar tempat
duduk)
70% Diamati selama proses
pembelajaran berbicara
berlangsung. Dihitung
dari jumlah siswa yang
aktif selama proses
pembelajaran
Kemampuan siswa berbicara
dengan memperlihatkan pilihan
kata santun berbahasa (lafal,
keruntutan, kelancaran,
pemahaman)
70% Diamati selama proses
pembelajaran. Dihitung
dari jumlah siswa yang
mampu mencapai batas
ketuntasan ≥ 6,5.
5588
H. Prosedur Penelitian
Penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan 3 siklus yang
dilaksanakan dengan menempuh prosedur sebagai berikut:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Menganalisis masalah dengan mengacu pada teori-teori yang relevan.
c. Menyusun bentuk tindakan.
d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi.
2. Tahap Persiapan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Penyusunan jadwal penelitian.
b. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Penyusunan evaluasi.
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan dilakukan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yaitu untuk meningkatkan
kemampuan berbicara dengan peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V
SD Negeri Karanganyar 03. Hipotesis ini dimaksudkan untuk menguji tindakan
yang telah direncanakan.
5. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
Peneliti melaksanakan tindakan, yaitu dengan menggunakan peta pikiran (mind
mapping) dalam pembelajaran berbicara. Indikator yang telah ditetapkan
berhasil dicapai pada siklus III. Penelitian ini berlangsung sebanyak tiga siklus.
Tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti pada waktu siswa sedang
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar selama tindakan berlangsung.
6. Tahap Penyusunan Laporan
5599
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan semua kegiatan selama penelitian
dilaksanakan.
AB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian. Observasi
bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa untuk menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan ketika melaksanakan penelitian. Peneliti melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan beberapa siswa
kelas V. Peneliti melakukan observasi dengan cara mengikuti pelajaran Bahasa
Indonesia sebelum melakukan tindakan. Hasil observasi yang peneliti lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Segi Siswa
a. Sebagian siswa kurang tertarik dengan pelajaran Bahasa Indonesia,
terutama materi berbicara.
Hasil wawancara yang diperoleh peneliti menyatakan bahwa
beberapa siswa lebih menyukai pelajaran berhitung seperti Matematika
dari pada pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini karena siswa merasa jenuh
dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang menyebabkan siswa mengantuk
karena siswa biasanya hanya mendengarkan guru berceramah
menerangkan materi. Siswa cenderung pasif dan hanya mencatat materi
6600
yang diterangkan oleh guru. Setelah menerangkan materi, siswa diberi
tugas untuk mengerjakan latihan yang biasanya sudah tersedia di buku
paket. Siswa tidak memiliki buku paket sehingga mereka hanya mencatat
materi dan tugas yang ditulis di papan tulis. Guru juga tidak mencari
bahan dan materi di luar buku paket, sedangkan siswa terbiasa menerima
perintah guru sehingga mereka tidak berusaha mencari bahan lain untuk
mengembangkan kemampuan. Hal ini menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Di antara empat aspek berbahasa, materi berbicara dianggap paling
sulit oleh sebagian besar siswa, terutama siswa yang berjenis kelamin
perempuan. Siswa perempuan cenderung malu ketika harus berbicara di
depan kelas. Berbicara dianggap sulit karena siswa sering kehilangan kata
dan lupa dengan apa yang akan diucapkan ketika di depan kelas. Hal ini
karena siswa biasanya merasa gugup ketika di depan kelas. Siswa juga
merasa kesulitan dengan cara menghafal setiap kata yang akan diucapkan
karena guru menggunakan cara menghafal ketika ada materi berbicara.
Biasanya guru memberi tema, kemudian menyuruh siswa mencatat dan
menghafal apa yang akan dibicarakan di depan kelas. Guru biasanya
menyuruh siswa membuat catatan terlebih dahulu agar bisa digunakan oleh
siswa sebagai acuan untuk berbicara. Terkadang guru juga melewati
materi berbicara karena menganggap semua siswa sudah bisa berbicara
tanpa harus diajari.
b. Siswa merasa jenuh dengan metode pelajaran Bahasa Indonesia yang
selama ini mereka ikuti.
Siswa merasa jenuh dengan pembelajaran Bahasa Indonesia selama
ini karena hanya mendengarkan guru berceramah. Ceramah memang
diperlukan dalam pembelajaran, tetapi kreatifitas siswa juga harus
dikembangkan. Siswa membutuhkan cara pembelajaran yang baru untuk
mengatasi kejenuhan dan mengasah pikiran mereka agar lebih kreatif.
Siswa akan lebih antusias ketika menggunakan metode yang merangsang
ide dan kreatifitas mereka dibandingkan ketika siswa hanya mendengarkan
guru berceramah. Siswa tidak dapat aktif jika hanya mendengarkan
6611
ceramah yang dilakukan oleh guru. Siswa perlu aktif dalam setiap
pelajaran agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
termasuk dalam materi berbicara.
Siswa memerlukan praktik untuk melatih kemampuan berbicara.
Siswa memerlukan media yang mampu menuangkan ide dan gagasan
mereka. Selama ini siswa merasa kesulitan ketika harus berbicara di depan
kelas. Mereka sering lupa dengan ide-ide yang sebelumnya telah muncul,
sehingga siswa kurang lancar ketika berbicara di depan kelas.
Mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam sebuah konsep nyata di
kertas akan mempermudah mereka menuangkan ide dan gagasan yang
mereka miliki.
c. Siswa kurang aktif ketika mengikuti pelajaran
Siswa sering hanya bertindak sebagai pendengar saja ketika
pembalajaran berlangsung. Siswa tidak aktif selama pelajaran berlangsung.
Siswa hanya mendengarkan, kemudian mencatat materi pelajaran. Siswa
juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya, sehingga guru tidak
mengetahui apakah siswa sudah paham dengan pelajaran yang
disampaikan oleh guru atau belum.
2. Ditinjau dari Segi Guru
a. Guru lebih sering berceramah
Guru lebih sering berceramah sambil duduk di kursinya dan sesekali
mencatat kata-kata yang dianggap sulit di papan tulis agar siswa lebih
mudah mencatat. Guru sulit membangkitkan semangat belajar siswa. Hal
ini menyebabkan siswa yang duduk di belakang sering tidak fokus ketika
mengikuti pelajaran. Siswa yang duduk di belakang juga sering melakukan
kegiatan lain selama pelajaran, contohnya mencoret-coret buku dan
menggambar.
b. Guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran aktif dan
menyenangkan
Guru memiliki karakter yang serius, sehingga membuat suasana
kelas agak tegang. Suasana tegang terkadang membuat siswa tidak mampu
6622
menyerap pelajaran sepenuhnya. Hal ini membuat siswa kurang aktif
dalam pembelajaran siswanya. Beberapa siswa tidak berani bertanya,
sehingga pengetahuan siswa hanya terbatas pada apa yang diajarkan guru.
Guru hanya berceramah kemudian memberikan soal-soal untuk
dikerjakan. Guru kurang memberi latihan berbicara di depan kelas kepada
siswanya, sehingga siswa tidak terbiasa untuk maju berbicara di depan
kelas. Ketika ada materi berbicara seperti pidato atau mengungkapkan
pendapat, guru menyuruh menulisnya di buku, kemudian menghapal dan
maju untuk praktik. Hal ini mengakibatkan kurang terasahnya kemampuan
berbicara siswa.
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Survei Awal
Nomor
Urut Induk
Nama Siswa Skor Siklus
I
Keterangan
1 860 Retno Sari Widowati 60 Tidak tuntas
2 864 Sri Miyati 55 Tidak tuntas
3 867 Wahyu Sri Ningsih 55 Tidak tuntas
4 875 Awaludin 60 Tidak tuntas
5 886 Muh. Pratama Aji 60 Tuntas
6 891 Rahmat Sejati 70 Tuntas
7 892 Rahmat Wahyudi 65 Tuntas
8 895 Umi Sholihah 65 Tuntas
9 896 Yulianto 65 Tuntas
10 900 Anita Apriliana 60 Tidak tuntas
11 901 Adam Hermawan Hidayat 70 Tuntas
12 903 Amir Ma`arif Saifulloh 65 Tuntas
13 904 Alan Budi Kusuma 55 Tidak tuntas
14 906 Bayu Yoga Putra Pratama 65 Tuntas
15 911 Farida Al Azizah 60 Tidak tuntas
16 912 Galuh Alfian Romadhon 55 Tidak tuntas
17 913 Ismei Alfiah Pujiastuti 60 Tidak tuntas
18 914 Iput Prasetyo 70 Tuntas
6633
19 915 Ima Cahyani 70 Tuntas
20 917 Nita Wahyuningsi 65 Tuntas
21 919 Sofyan Jadi Alwandani 55 Tidak tuntas
22 921 Sekar Arum Cahyaningsih 55 Tidak tuntas
23 922 Wahab Purnomo 70 Tuntas
24 923 Widya Ari Murdatiningsih 55 Tidak tuntas
25 924 Wakhidah Nikmatul Aisah 60 Tidak tuntas
26 925 Yulfa Widiya Ike Nurhana 60 Tidak tuntas
27 1020 Abdul Rohim 55 Tidak tuntas
Presentase Keberhasilan 44,4%
Nilai rata-rata 61,4
Tabel 5. Observasi Keaktifan Siswa pada Survei Awal
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
1 Retno Sari Widowati √
2 Sri Miyati √
3 Wahyu Sri Ningsih √
4 Awaludin √
5 Muh. Pratama Aji √ √
6 Rahmat Sejati √ √ √
7 Rahmat Wahyudi √
8 Umi Sholihah √ √
9 Yulianto √
10 Anita Apriliana √ √
11 Adam Hermawan Hidayat √
12 Amir Ma`arif Saifulloh √ √ √
13 Alan Budi Kusuma √
14 Bayu Yoga Putra Pratama √
15 Farida Al Azizah √ √
16 Galuh Alfian Romadhon √ √
17 Ismei Alfiah Pujiastuti √ √
18 Iput Prasetyo √ √ √
6644
19 Ima Cahyani √ √
20 Nita Wahyuningsih √ √
21 Sofyan Jadi Alwandani √
22 Sekar Arum Cahyaningsih √
23 Wahab Purnomo √ √ √
24 Widya Ari Murdatiningsih √ √
25 Wakhidah Nikmatul Aisah √
26 Yulfa Widiya Ike Nurhana √
27 Abdul Rohim √ √
Jumlah siswa yang aktif 5 14 0 14 13
Presentase 18,5% 51,8% 0% 51,8% 48,1%
Rata-rata Presentase 41,4%
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti B : Maju dengan inisiatif sendiri C : Memberi tanggapan D : Memperhatikan penjelasan guru E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk Total perilaku amatan adalah 5
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan
tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
1. Siklus I
Penerapan pembelajaran kemampuan berbicara pada siklus I dengan
menggunakan peta pikiran (mind mapping).
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
6655
Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan di ruang tamu pada
hari Sabtu, 25 April 2009. Peneliti bersama guru Bahasa Indonesia kelas V
mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. Guru
mengungkapkan bahwa siswa mempunyai permasalahan dengan
mengungkapkan pendapat secara lisan. Hal ini yang membuat peneliti dan
guru memutuskan menggunakan peta pikiran (mind mapping) untuk
membantu siswa agar lebih mudah mengungkapkan pendapat yang disertai
dengan alasan yang logis. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan
tindakan setiap siklus dalam satu kali pelajaran untuk memudahkan
palaksanaan tindakan. Guru mengusulkan untuk menukar jam pelajaran
Seni Kebudayaan dan Keterampilan pada hari Sabtu dengan pelajaran
Bahasa Indonesia pada hari Jumat, sehingga pelajaran Bahasa Indonesia
pada hari Sabtu menjadi 4 X 35 menit. Siklus I dilaksanakan pada tanggal
16 Mei karena pada tanggal 2 Mei digunakan untuk bersih-bersih sekolah,
sedangkan tanggal 9 Mei merupakan hari libur.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I sebagai berikut:
1. Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran berbicara
dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) dengan rancangan
sebagai berikut:
a) Guru berceramah menjelaskan mengenai pelajaran berbicara.
b) Guru menjelaskan tentang peta pikiran (mind mapping) disertai
contohnya.
c) Guru memberikan permasalahan faktual yang sedang menjadi
berita dalam bentuk dialog.
d) Guru menyuruh beberapa orang siswa secara perorangan maju
ke depan untuk membacakan berita yang faktual.
e) Siswa membuat peta pikiran (mind mapping) sebagai konsep
untuk menyampaikan pendapat mengenai berita faktual
disertai dengan alasan yang tepat.
f) Siswa maju untuk memberikan komentarnya mengenai berita
yang faktual tersebut.
6666
2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi berbicara dengan
menggunakan peta pikiran (mind mapping) kemudian didiskusikan
dengan peneliti.
3. Guru dan peneliti mempersiapkan berita faktual yang akan
dikomentari siswa.
4. Peneliti menyusun penilaian unjuk kerja dan penilaian hasil
pengamatan. Penilaian unjuk kerja berdasarkan penampilan siswa
ketika mengungkapkan pendapatnya yang disertai alasan yang tepat,
sedangkan penilaian hasil pengamatan berdasarkan pengamatan
selama proses kegiatan belajar-mengajar.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali. Tindakan
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2009. Atas usul dari guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia, tindakan ini dilaksanakan sebanyak 4 X
35 menit dengan menukar jam mata pelajaran Seni Kebudayaan dan
Keterampilan untuk memudahkan pelaksanaan tindakan.
Kompetensi yang ingin dicapai pada siklus I adalah kemampuan
berbicara untuk mengomentari persoalan faktual disertai alasan
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata santun berbahasa. Siswa
menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai sarana membuat
konsep untuk mengunggkapkan idenya sebelum maju berbicara di depan
kelas. Peta pikiran (mind mapping) akan membantu siswa menggali ide
yang tersimpan di otak agar lebih mudah mengungkapkan kembali dalam
bentuk lisan.
Berikut ini adalah urutan pelaksanaan tindakan:
1) Guru mengajak siswanya untuk berdoa sebelum pelajaran
dimulai untuk menanamkan nilai keagamaan .
6677
2) Guru berceramah memberikan penjelasan mengenai materi
pelajaran berbicara dan penjelasan mengenai peta pikiran (mind
mapping) disertai contoh.
3) Guru memberikan berita yang sedang faktual yaitu mengenai
Flu Babi, kemudian menyuruh beberapa siswa maju secara
perorangan untuk membaca berita yang sebelumnya telah
diubah menjadi dialog.
4) Guru menyuruh siswa membuat peta pikiran (mind mapping)
sebelum memberi komentar yang akan mereka sampaikan
mengenai berita yang faktual tersebut.
5) Guru menyuruh siswa maju satu persatu untuk memberikan
komentarnya setelah siswa selesai membuat peta pikiran (mind
mapping).
6) Setelah semua siswa maju, guru memberikan tanggapan yang
berupa kritik dan saran.
c. Observasi dan Interpretasi
Peneliti mengambil posisi di dalam kelas sebagai pengamat dan
penilai selama proses belajar pembelajaran di kelas V. Peneliti
menggambil bagian dalam penilaian untuk menghindari subjektifitas guru.
Deskripsi proses pembelajaran berbicara yang dilaksanakan selama satu
hari dengan waktu 4 X 35 menit pada hari Sabtu pada tanggal 16 Mei
adalah sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan Rencana pelaksanaan Pembelajaran sebelum
mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah.
2) Guru membuka pelajaran dengan berdoa sesuai dengan agama
masing-masing dengan dipimpin oleh ketua kelas. Hal ini
dilakukan untuk menanamkan nilai keagamaan pada siswa.
3) Guru menjelaskan tentang materi berbicara dan peta pikiran (mind
mapping) kepada siswa.
6688
4) Guru memberikan materi yang berupa berita atau persoalan yang
faktual yaitu mengenai Flu Babi yang sudah tidak asing lagi bagi
siswa karena sedang mejadi berita di media cetak dan elektronik.
5) Guru menyuruh beberapa orang siswa untuk maju secara
perorangan untuk membaca berita tersebut.
6) Guru menyuruh siswa membuat peta pikiran (mind mapping)
sebelum memberi komentar. Komentar berupa pendapat mengenai
berita disertai dengan alasan dan menggunakan bahasa yang sopan..
Guru memberikan contoh peta pikiran (mind mapping) sederhana
untuk mempermudah siswa siswa membuat peta pikiran (mind
mapping).
7) Siswa maju satu persatu untuk memberikan komentarnya mengenai
isi berita tersebut.
8) Guru memberikan tanggapan berupa kritik dan saran untuk siswa.
Berdasarkan pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kelemahan yang
terdapat pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:
1) Guru lebih sering berada di depan kelas, sehingga siswa yang duduk
di belakang sering tidak memperhatikan dan sibuk dengan dirinya
sendiri.
2) Guru belum secara aktif mengajak siswa ketika pelajaran berlangsung.
3) Penjelasan guru tentang peta pikiran (mind mapping) kurang
mendetail, sehingga ada beberapa siswa yang belum paham.
Berikut ini kelemahan yang dimiliki oleh siswa:
1) Siswa membuat suasana gaduh dan sering keluar dari tempat
duduknya ketika sedang mengerjakan peta pikiran (mind mapping)
untuk melihat peta pikiran (mind mapping) hasil kerja temannya
karena peta pikiran (mind mapping) adalah hal yang baru bagi siswa.
2) Siswa belum percaya diri dengan peta pikiran (mind mapping) yang
telah dibuatnya.
3) Sebagian siswa ada yang belum paham cara membuat peta pikiran
(mind mapping) dengan benar.
6699
4) Sebagian siswa tidak memperhatikan ketika diberi penjelasan,
sehingga sering bertanya hal yang telah dijelaskan sebelumnya.
5) Siswa masih malu-malu untuk maju berbicara di depan kelas, terutama
siswa perempuan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
kemampuan berbicara siklus I, diperoleh gambaran tentang keaktifan
siswa mengikuti pelajaran sebagai berikut:
1) Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti sebanyak 10 siswa.
2) Maju dengan inisiatif sendiri sebanyak 14 siswa.
3) Memberi tanggapan sebanyak 5 siswa.
4) Memperhatikan penjelasan guru sebanyak 14 siswa.
5) Tidak berjalan ke sana kemari keluar tempat duduk sebanyak 13 siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas proses
pelajaran keterampilan berbicara siswa ketika mengikuti pembelajaran
berbicara pada siklus I adalah 41,4%.
Berdasarkan hasil unjuk kerja siswa selama siklus I dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Siswa yang mampu mengucapkan lafal dengan baik sebanyak 14
orang, sisanya masih sebanyak 13 orang dalam taraf sedang.
2) Siswa yang mampu berbicara secara runtut dengan taraf baik
sebanyak 6 orang, sedangkan sebanyak 21 orang dengan taraf sedang.
3) Siswa yang lancar berbicara dengan baik sebanyak 6 orang, dan
sebanyak 18 orang dalam taraf sedang, sisanya sebanyak 3 orang
dengan taraf kurang.
4) Siswa yang memiliki tingkat pemahaman baik sebanyak 7 orang,
sedangkan dengan taraf sedang sebanyak 19 orang, sisanya sebanyak
1 orang dengan taraf kurang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
keberhasilan yang mampu dicapai adalah 51, 8% dengan nilai rata-rata 62,9.
Hasil ini masih rendah karena sebanyak 14 siswa yang mampu mencapai
7700
batas ketuntasan dengan nilai skor minimal 6,5. Rata-rata nilai seluruh siswa
62,9.
d. Analisis dan Refleksi Siklus I
Tindakan siklus I ini berlangsung selama satu kali pertemuan, yaitu
hari Sabtu tanggal 16 Mei 2009 dengan memperpanjang jam pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi 4 X 35 menit. Guru menukar mata pelajaran
Seni Kebudayaan dan Keterampilan untuk memudahkan pelaksanaan
tindakan. Hal ini juga dilakukan untuk mengefektifkan waktu pada
pelaksanaan tindakan.
Kekurangan–kekurangan pada siklus I ini adalah siswa masih
sering gaduh. Siswa juga belum sepenuhnya paham dengan cara
pembuatan peta pikiran (mind mapping), siswa masih merasa malu atau
grogi ketika disuruh maju terutama siswa perempuan, bahkan menyuruh
temannya yang lain untuk maju lebih dahulu. Siswa tidak percaya diri
dengan peta pikiran (mind mapping) buatannya. Siswa sering bertanya
berulang-ulang dengan pertanyaan yang sama karena tidak memperhatikan
penjelasan guru sebelumnya. Kekurangan pada guru adalah guru lebih
sering duduk di kursinya yang berada di depan sehingga murid yang di
belakang gaduh. Guru belum memberi penjelasan yang mendetail
mengenai pembuatan peta pikiran (mind mapping). Guru juga belum
benar-benar mengajak siswanya untuk aktif ketika pelajaran berlangsung.
7711
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus I
Aspek yang dinilai NIS I II III IV
Total Skor
Nilai Keterangan
860 4 3 3 3 13 65 Tuntas
864 3 2 3 2 10 50 Tidak tuntas
867 3 2 3 3 10 50 Tidak tuntas
875 3 2 2 3 10 50 Tidak tuntas
886 4 3 3 4 14 70 Tuntas
891 4 3 4 3 14 70 Tuntas
892 3 3 4 4 14 70 Tuntas
895 4 3 3 4 14 70 Tuntas
896 4 3 4 3 14 70 Tuntas
900 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
901 4 3 3 4 14 70 Tuntas
903 4 3 4 3 14 70 Tuntas
904 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
906 4 3 4 3 14 70 Tuntas
911 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
912 4 2 3 3 12 60 Tidak tuntas
7722
913 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
914 4 3 4 4 15 75 Tuntas
915 4 3 3 4 14 70 Tuntas
917 4 3 3 3 13 65 Tuntas
919 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
921 3 2 3 3 11 55 Tidak tuntas
922 4 3 3 4 14 70 Tuntas
923 4 3 3 3 13 65 Tuntas
924 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
925 3 3 2 3 11 55 Tidak tuntas
1020 3 2 2 3 10 50 Tidak tuntas
Presentase tingkat keberhasilan 51,8%
Rata-rata 62,9
Keterangan:
NIS = Nomer Induk Siswa I : Lafal II : Keruntutan III : Kelancaran IV : Pemahaman Batas Ketuntasan Kemampuan Berbicara = 65 merupakan standar sekolah Masing-masing aspek mempunyai skor maksimal 5 Jumlah skor maksimal 4 aspek adalah 4 X 5 = 20
7733
Tabel 7. Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
1 Retno Sari Widowati √ √
2 Sri Miyati √
3 Wahyu Sri Ningsih √
4 Awaludin √
5 Muh. Pratama Aji √ √ √ √
6 Rahmat Sejati √ √ √ √
7 Rahmat Wahyudi √ √
8 Umi Sholihah √ √
9 Yulianto √ √
10 Anita Apriliana √ √
11 Adam Hermawan Hidayat √ √
12 Amir Ma`arif Saifulloh √ √ √
13 Alan Budi Kusuma √
14 Bayu Yoga Putra Pratama √ √
15 Farida Al Azizah √ √
16 Galuh Alfian Romadhon √ √
7744
17 Ismei Alfiah Pujiastuti √ √
18 Iput Prasetyo √ √ √ √
19 Ima Cahyani √ √
20 Nita Wahyuningsih √ √
21 Sofyan Jadi Alwandani √
22 Sekar Arum Cahyaningsih √
23 Wahab Purnomo √ √ √ √
24 Widya Ari Murdatiningsih √ √
25 Wakhidah Nikmatul Aisah √
26 Yulfa Widiya Ike Nurhana √
27 Abdul Rohim √ √ √
Jumlah siswa yang aktif 10 14 5 14 13
Presentase 37% 51,8% 18,5% 51,8% 48,1%
Rata-rata Presentase 41,4%
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti B : Maju dengan inisiatif sendiri C : Memberi tanggapan D : Memperhatikan penjelasan guru E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk Total perilaku amatan adalah 5
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu 23 Mei 2009. Siklus II juga
dilaksanakan satu hari dengan menggambil jam pelajaran Seni Kebudayaan dan
Kemampuan, sehingga jam pelajaran Bahasa Indonesia menjadi 4 X 35 menit.
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I. Siswa
diberi sebuah berita yang sedang faktual yang telah diubah menjadi sebuah dialog
7755
untuk dibaca secara berpasangan. Pada siklus I siswa hanya membaca sendirian di
depan, tetapi pada siklus II ini secara berpasangan. Hal ini dilakukan agar siswa
lebih percaya diri untuk maju jika berpasangan.
a. Perencanaan Siklus II
Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2009 peneliti menyampaikan hasil
siklus I kepada guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03. Peneliti
menyampaikan kelebihan dan kekurangan baik yang terdapat pada guru
maupun siswa. Guru dan peneliti kemudian berdiskusi merencanakan siklus II
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I. Guru dan
peneliti membuat beberapa perubahan dalam pembelajaran pada siklus II ini,
antara lain:
1) Siswa maju berpasangan ketika membaca berita yang telah diubah
menjadi dialog.
2) Siswa dibuat berkelompok ketika mendiskusikan berita.
3) Guru memberi motivasi agar siswa lebih percaya diri untuk maju
tanpa harus ditunjuk oleh guru.
4) Guru lebih sering mengubah posisi seperti berkeliling kelas untuk
memeriksa pekerjaan siswa.
Tahap perencanaan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran berbicara
dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) dengan rancangan
sebagai berikut:
a. Guru memberi siswa motivasi agar lebih bersungguh-sungguh belajar
dan menjelaskan pentingnya memiliki kemampuan berbicara yang
memadai.
b. Guru mengingatkan siswa dengan kesalahan dan kekurangan minggu
lalu agar tidak diulangi lagi.
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
d. Guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya.
e. Guru meminta siswa maju untuk membaca dialog secara berpasangan.
7766
f. Guru meminta siswa untuk berdiskusi mengenai isi berita secara
berkelompok, kemudian membuat kesimpulan.
g. Guru meminta siswa kembali ke meja masing-masing, kemudian
membuat peta pikiran (mind mapping).
h. Guru meminta siswa maju satu per satu untuk memberikan
komentarnya mengenai berita faktual berdasarkan peta pikiran (mind
mapping) yang telah dibuat sebelumnya.
i. Guru meminta siswa yang di belakang memberikan tanggapan untuk
siswa yang maju di depan kelas.
j. Guru memberikan kritik dan saran mengenai pembelajaran yang tadi
telah dilaksanakan.
2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) kemudian didiskusikan dengan peneliti.
3. Peneliti menyusun penilaian unjuk kerja dan penilaian hasil pengamatan.
Penilaian unjuk kerja berdasarkan penampilan siswa ketika
mengungkapkan pendapat disertai alasan yang tepat dengan bahasa yang
santun, sedangkan penilaian hasil pengamatan berdasarkan pengamatan
selama proses kegiatan belajar-mengajar.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23
di ruang kelas V. Pada siklus II ini guru meminta siswa secara berpasangan
untuk maju membaca berita yang telah diubah menjadi dialog untuk
menumbuhkan kepercayaan diri siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Guru memulai kelas dengan dengan salam dan berdoa bersama untuk
menanamkan nilai keagamaan pada siswa.
2. Guru bertanya apakah ada siswa yang tidak masuk, kemudian guru
memberikan motivasi kepada siswa agar belajar bersungguh-sungguh.
Guru juga meminta siswa lebih bersikap aktif dan bertanya jika ada hal
yang tidak dimengerti. Guru juga menjelaskan kepada siswa pentingnya
memiliki kemampuan berbicara yang baik.
7777
3. Guru menjelaskan urutan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam
pembelajaran hari ini.
4. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian
memberikan berita faktual yaitu mengenai Pesawat Hercules jatuh di
Magetan Jawa Timur.
5. Guru meminta beberapa siswa untuk maju secara berpasangan untuk
membaca berita yang telah diubah menjadi dialog.
6. Guru membantu siswa untuk membuat kesimpulan mengenai berita
tersebut.
7. Guru meminta siswa kembali ke meja masing-masing, kemudian
membuat peta pikiran (mind mapping).
8. Guru meminta siswa maju dan meminta siswa yang di belakang
memberi tanggapan mengenai temannya yang maju.
9. Guru memberi pujian kepada siswa yang berani maju dengan inisiatif
sendiri.
10. Guru memberikan kritik dan saran terhadap siswa yang telah maju.
11. Guru dan siswa melakukan refleksi belajar-mengajar yang telah
berlangsung hari ini.
12. Guru mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
c. Observasi dan Interpretasi
Pelaksanaan tindakan siklus II adalah satu kali pertemuan, yaitu pada
hari Sabtu pada tanggal 23 Mei 2009 dengan waktu 4 X 35 menit. Peneliti dan
guru sepakat mengambil jam mata pelajaran berikutnya agar semua siswa
mendapat giliran maju semua pada hari itu. Ketika proses belajar-mengajar
berlangsung, peneliti berada di dalam kelas tepatnya di belakang melihat secara
langsung kegiatan belajar-mengajar.
1) Guru mempersiapkan Rencana pelaksanaan Pembelajaran sebelum
mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang berlaku di sekolah.
7788
2) Pelajaran pada pertemuan kali ini dimulai mulai guru dengan berdoa
secara bersama-sama yang dipimpin oleh ketua kelas. Berdoa memiliki
tujuan agar siswa belajar mengenai agama dan moral.
3) Guru melanjutkan dengan mengucapkan salam setelah berdoa bersama,
kemudian menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk. Hal ini
dilakukan agar guru selalu mengetahui keadaan siswanya, serta dapat
menjalin keakraban.
4) Siswa diajak untuk mengingat kembali dengan materi minggu lalu agar
siswa tidak melupakan materi yang telah dipelajari ketika mendapat
materi yang baru. Setelah itu, guru menjelaskan langkah-langkah
kegiatan belajar.
5) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok per deret meja.
Siswa diminta bergabung dengan kelompoknya, kemudian guru
memberikan berita faktual yang telah diubah menjadi dialog.
6) Guru meminta siswa maju secara berpasangan untuk membacakan
berita tersebut.
7) Siswa diminta berdiskusi untuk membuat kesimpulan mengenai berita
tersebut secara berkelompok.
8) Siswa diminta guru untuk kembali ke meja masing-masing untuk
membuat peta pikiran (mind mapping) sebagai pedoman untuk
mengomentari berita di depan kelas.
9) Setelah semua selesai dikerjakan, guru meminta siswa untuk maju
memberikan komentarnya mengenai berita tersebut.
10) Siswa yang berada di belakang memperhatikan, kemudian memberi
tanggapan terhadap temannya yang maju. Guru memberikan pujian
kepada siswa yang berani maju dengan inisiatif sendiri.
11) Setelah semua siswa maju, guru memberikan kritik dan saran untuk
siswa yang telah maju tersebut.
12) Setelah itu guru dan siswa melakukan refleksi.
13) Guru mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
7799
Berikut ini hasil observasi terhadap proses pembelajaran tindakan pada
siklus II. Berdasarkan observasi terdapat kelemahan-kelemahan yang masih
dimiliki siswa pada siklus II antara lain:
1) Siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya
karena ada beberapa siswa yang tidak suka dengan anggota
kelompoknya.
2) Beberapa siswa belum aktif dalam proses belajar-mengajar.
3) Siswa masih malu untuk maju atau bertanya terutama siswa perempuan
padahal di antara mereka belum paham.
4) Siswa masih banyak yang gaduh untuk melihat peta pikiran (mind
mapping) hasil pekerjaan temannya yang berarti mengindikasikan
bahwa ada beberapa siswa yang tidak percaya diri dengan peta pikiran
(mind mapping) buatannya sendiri.
Kelemahan yang masih dimiliki guru antara lain:
1) Intensitas guru berkeliling kelas masih belum sering sehingga siswa masih
membuat gaduh dengan ke sana kemari keluar dari tempat duduk.
2) Guru belum bisa mengajak siswanya aktif dalam proses belajar
pembelajaran karena guru masih banyak berceramah ketika pelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
kemampuan berbicara pada siklus II, diperoleh gambaran tentang keaktifan
dan siswa ketika mengikuti pelajaran sebagai berikut:
1) Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti sebanyak 16 siswa.
2) Maju dengan inisiatif sendiri sebanyak 19 siswa.
3) Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju sebanyak 12 siswa.
4) Memperhatikan penjelasan guru sebanyak 20 siswa.
5) Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk sebanyak 18
siswa.
8800
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pelajaran
kemampuan berbicara siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara pada
siklus II adalah 62,8%.
Berdasarkan hasil unjuk kerja siswa selama siklus II dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Siswa yang mampu mengucapkan lafal dengan baik sebanyak 15
orang, sisanya masih sebanyak 12 orang dalam taraf sedang.
2) Siswa yang mampu berbicara secara runtut sebanyak 27 orang.
3) Siswa yang lancar berbicara dengan baik sebanyak 2 orang,
sedangkan sebanyak 52 orang dalam taraf sedang, sisanya sebanyak 3
orang dengan taraf kurang.
4) Siswa yang memiliki tingkat pemahaman baik sebanyak 14 orang,
sedangkan dengan taraf sedang sebanyak 13 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
keberhasilan yang mampu dicapai adalah 66,6%. Hasil ini sudah meningkat
dibandingkan dengan siklus I. Sebanyak 18 siswa yang mampu mencapai
batas ketuntasan dengan nilai skor minimal 6,5. Rata-rata nilai seluruh siswa
adalah 65,7.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan yaitu pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2009. Seperti pada siklus I
pelajaran berlangsung selama 4 X 35 menit. Proses belajar-mengajar pada
siklus II ini berjalan lebih baik dibandingkan siklus I. Siswa lebih antusias dan
bersemangat mengikuti pelajaran. Beberapa siswa perempuan mulai berani
maju untuk membacakan berita secara berpasangan dengan inisiatifnya sendiri
maupun bertanya, padahal pada siklus I tidak ada siswa perempuan yang berani
bertanya maupun maju untuk membacakan berita. Siswa yang maju dengan
inisiatif sendiri lebih banyak dari pada siklus I. Siswa juga mulai terampil
membuat peta pikiran (mind mapping). Siswa mulai lancar berbicara
8811
dibandingkan pada siklus I. Guru mulai aktif di kelas dengan berkeliling
beberapa kali untuk memeriksa pekerjaan siswa. Guru memberi semangat agar
siswa bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Guru mampu memanfaatkan
waktu dengan baik sampai pelajaran berakhir.
Siklus II ini masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan-
kekurangan yang masih dimiliki antara lain:
1) Tidak semua kelompok bisa bekerjasama dengan kelompoknya
dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak suka berada satu
kelompok dengan yang lainnya.
2) Beberapa siswa masih sering mondar-mandir keluar dari
kelompoknya. Beberapa siswa sering bergabung dengan kelompok
lainnya karena tidak bisa bekerja sama dengan baik bersama
kelompoknya.
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus II
Aspek yang dinilai NIS I II III IV
Total Skor
Nilai Keterangan
860 4 3 3 3 13 65 Tuntas
864 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
867 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
875 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
886 4 3 3 4 14 70 Tuntas
891 4 3 4 4 15 75 Tuntas
892 4 3 3 4 14 70 Tuntas
895 4 3 3 4 14 70 Tuntas
896 4 3 3 4 14 70 Tuntas
8822
900 3 3 3 4 13 65 Tuntas
901 4 3 3 4 14 70 Tuntas
903 4 3 3 4 14 70 Tuntas
904 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
906 4 3 3 4 14 70 Tuntas
911 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
912 4 3 3 3 13 65 Tuntas
913 3 3 3 4 13 65 Tuntas
914 4 3 4 4 15 75 Tuntas
915 4 3 3 4 14 70 Tuntas
917 3 3 3 4 13 65 Tuntas
919 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
921 4 3 3 3 13 65 Tuntas
922 4 3 3 4 14 70 Tuntas
923 4 3 3 3 13 65 Tuntas
924 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
925 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
1020 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
Presentase tingkat keberhasilan 66,6%
Nilai rata-rata 65,7
Keterangan:
NIS = Nomer Induk Siswa I : Lafal II : Keruntutan III : Kelancaran IV : Pemahaman Batas ketuntasan kemampuan berbicara = 65 merupakan standar sekolah Masing-masing aspek mempunyai skor maksimal 5 Jumlah skor maksimal 4 aspek adalah 4 X 5 = 20
8833
Tabel 9. Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
1 Retno Sari Widowati √ √ √ √
2 Sri Miyati √
3 Wahyu Sri Ningsih √
4 Awaludin √ √
5 Muh. Pratama Aji √ √ √ √
6 Rahmat Sejati √ √ √ √ √
7 Rahmat Wahyudi √ √ √ √
8 Umi Sholihah √ √ √ √
8844
9 Yulianto √ √ √ √
10 Anita Apriliana √ √ √
11 Adam Hermawan Hidayat √ √ √ √ √
12 Amir Ma`arif Saifulloh √ √ √ √ √
13 Alan Budi Kusuma √
14 Bayu Yoga Putra Pratama √ √ √ √
15 Farida Al Azizah √ √
16 Galuh Alfian Romadhon √ √ √ √
17 Ismei Alfiah Pujiastuti √ √
18 Iput Prasetyo √ √ √ √ √
19 Ima Cahyani √ √ √ √
20 Nita Wahyuningsih √ √ √ √
21 Sofyan Jadi Alwandani √ √ √ √
22 Sekar Arum Cahyaningsih √
23 Wahab Purnomo √ √ √ √ √
24 Widya Ari Murdatiningsih √
25 Wakhidah Nikmatul Aisah √
26 Yulfa Widiya Ike Nurhana √
27 Abdul Rohim √ √ √ √
Jumlah siswa yang aktif 16 19 12 20 18
Presentase 59,2% 70% 44,4% 74% 66,6%
Rata-rata presentase 62,8%
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti B : Maju dengan inisiatif sendiri C : Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju D : Memperhatikan penjelasan guru E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk Total perilaku amatan adalah 5
8855
Tabel 10. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara Siklus I dan II
NIS
Nama Siswa Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
860 Retno Sari Widowati 65 65
864 Sri Miyati 50 60
867 Wahyu Sri Ningsih 50 60
875 Awaludin 50 60
886 Muh. Pratama Aji 70 70
8866
891 Rahmat Sejati 70 75
892 Rahmat Wahyudi 70 70
895 Umi Sholihah 70 70
896 Yulianto 70 70
900 Anita Apriliana 60 65
901 Adam Hermawan H. 70 70
903 Amir Ma`arif Saifulloh 70 70
904 Alan Budi Kusuma 60 60
906 Bayu Yoga Putra Pratama 70 70
911 Farida Al Azizah 60 60
912 Galuh Alfian Romadhon 60 65
913 Ismei Alfiah Pujiastuti 60 65
914 Iput Prasetyo 75 75
915 Ima Cahyani 70 70
917 Nita Wahyuningsi 65 65
919 Sofyan Jadi Alwandani 60 60
921 Sekar Arum C. 55 65
922 Wahab Purnomo 70 70
923 Widya Ari M. 65 65
924 Wakhidah Nikmatul A. 60 60
925 Yulfa Widiya Ike N. 55 60
1020 Abdul Rohim 50 60
3. Siklus III
Siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Mei 2009. Pada siklus
III ini siswa akan melakukan kegiatan belajar-mengajar seperti pada siklus II yang
sebelumya telah dilaksanakan. Siswa akan melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar dengan aspek berbicara dengan peta pikiran (mind mapping).
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Pada hari Rabu tanggal 27 Mei peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia melakukan diskusi untuk merencanakan tindakan pada siklus III.
8877
Peneliti memberitahukan hasil siklus II yang sebelumnya. Peneliti
menyampaikan kekurangan-kekurangan pada siklus II agar dapat dicari
penyelesaiannya.
Guru dan peneliti berdiskusi dan mengambil keputusan untuk mengatasi
kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus II. Keputusan tersebut yaitu
bahwa siswa akan dibebaskan untuk membentuk kelompoknya sesuai dengan
keinginan mereka. Pelaksanaan siklus III akan berlangsung selama 4 X 35
menit, yaitu pada hari Sabtu tanggal 30 Mei 2009.
Tahap perencanaan pada siklus III adalah sebagai berikut:
1) Peneliti dibantu oleh guru merancang skenario pembelajaran kemampuan
berbicara untuk siklus III dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru memberikan motivasi belajar untuk siswa agar bersungguh-
sungguh dalam mengikuti pelajaran.
b. Guru memberi penjelasan mengenai kegiatan pelajaran yang akan
dilaksanakan hari ini.
c. Guru memberitahu siswa mengenai peristiwa yang sekarang sedang
aktual yang akan digunakan sebagai materi pelajaran yaitu tentang
berita tim sepak bola yang akan memenangkan piala Liga Champions.
d. Guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
mereka.
e. Guru meminta siswa berpasangan membaca berita yang telah diubah
menjadi dialog secara berpasangan di depan kelas.
f. Guru dan siswa melakukan tanya jawab jika ada yang belum
dimengerti oleh siswa ataupun istilah baru bagi siswa.
g. Siswa secara berkelompok mendiskusikan isi berita tersebut dengan
dibantu oleh guru.
h. Siswa membuat kesimpulan mengenai isi berita tersebut secara
berkelompok.
i. Siswa membuat peta pikiran (mind mapping) dengan tetap bersama
kelompoknya.
8888
j. Guru meminta siswa untuk maju satu persatu untuk memberi komentar
dengan berpedoman pada peta pikiran (mind mapping) yang telah
mereka buat.
k. Siswa yang di belakang akan memberi tanggapan terhadap penampilan
temannya.
l. Guru memberikan komentar dan kritikan.
m. Guru dan siswa melakukan refleksi.
2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kemudian
dikonsultasikan dengan peneliti.
3) Peneliti menyusun penilaian unjuk kerja dan penilaian hasil pengamatan.
Penilaian unjuk kerja berdasarkan penampilan siswa ketika mengungkapkan
pendapatnya disertai alasan yang tepat dengan bahasa yang santun,
sedangkan penilaian hasil pengamatan berdasarkan pengamatan selama
proses kegiatan belajar-mengajar.
b. Pelaksanaan Tindakan III
Tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Mei 2009.
Siklus III ini dilaksanakan selama satu hari dengan menukar jam pelajaran hari
Sabtu dengan hari Jumat dengan waktu 4 X 35 menit. Pada pertemuan ketiga,
ini siswa akan dibebaskan untuk memilih anggota kelompoknya agar lebih
leluasa jika bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Urutan pelaksaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan belajar-mengajar dimulai oleh guru dengan salam dan berdoa
yang pimpin oleh ketua kelas. Guru membiasakan siswa untuk berdoa
sebelum pelajaran dimulai. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan
moral dan nilai keagamaan.
2) Guru menanyakan keadaan siswa apakah ada yang tidak masuk atau
tidak. Guru juga memberi siswa motivasi agar belajar dengan sungguh-
sungguh.
3) Guru menjelaskan kegiatan pelajaran hari ini.
8899
4) Guru memberikan materi peristiwa yang aktual yang akan digunakan
sebagai bahan pelajaran kali ini yaitu tentang Barcelona memenangkan
piala Liga Champions.
5) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginannya dengan batas maksimal 4 siswa dalam satu kelompok.
6) Guru meminta siswa secara berpasangan untuk maju membacakan
berita yang telah dibuat dialog agar siswa lebih mudah memahami isi
berita.
7) Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai istilah-istilah baru
atau jika ada yang belum dipahami oleh siswa.
8) Siswa mendiskusikan berita secara berkelompok, kemudian membuat
kesimpulan.
9) Siswa membuat peta pikiran (mind mapping) sacara individu, tetapi
tetap bersama dengan kelompoknya. Hal ini dilakukan untuk
mencegah siswa gaduh ataupun mondar-mandir di kelas.
10) Siswa maju untuk memberikan komentar mengenai isi berita tersebut
dengan berpedoman pada peta pikiran (mind mapping) yang telah
mereka buat.
11) Siswa yang di belakang memerhatikan siswa yang maju untuk
memberikan pendapat mengenai penampilan temannya ketika di depan
kelas.
12) Guru memberi kritik, saran, dan pujian kepada siswa yang maju.
13) Guru dan siswa membuat kesimpulan pelajaran hari ini.
14) Guru mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
c. Observasi dan Interpretasi
Siklus III dilaksanakan satu kali pertemuan seperti pada siklus I dan
siklus II. Pertemuan ini dilaksanakan 4 X 35 menit pada hari Sabtu tanggal 30
Mei 2009. Peneliti berada di dalam kelas tepatnya meja paling belakang untuk
mengamati kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung.
9900
1) Pelajaran kali ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh
ketua kelas seperti yang biasa dilakukan siswa sebelum pelajaran
berlangsung.
2) Usai berdoa, guru menanyakan keadaan siswa, apakah siswa yang
tidak masuk. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa agar
bersungguh-sungguh dalam belajar.
3) Guru menjelaskan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan
dalam proses belajar-mengajar hari ini.
4) Kemudian guru memberikan materi berita atau peristiwa yang
sedang faktual, yaitu mengenai Barcelona yang memenangkan piala
Liga Champions. Guru juga membagikan kertas kosong untuk siswa
agar digunakan untuk membuat peta pikiran (mind mapping).
5) Guru menyuruh siswa membuat kelompok sesuai dengan keinginan
mereka. Hal ini dilakukan untuk memudahkan siswa berdiskusi.
Siswa akan lebih mudah mendiskusikan masalah dengan teman
yang dianggap nyaman bagi mereka.
6) Guru membatasi setiap kelompok maksimal 4 orang agar siswa
tidak menggerombol terlalu banyak karena akan menyebabkan kelas
menjadi gaduh.
7) Setelah siswa membuat kelompok, kemudian guru menyuruh
beberapa siswa yang bersedia untuk maju agar membacakan berita
tersebut dengan cara berpasangan. Guru meminta siswa
berpasangan untuk membuat siswa lebih percaya diri ketika berada
di depan kelas. Pada siklus III kali ini cukup banyak siswa
perempuan yang berani berinisiatif sendiri untuk maju.
8) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika ada istilah
baru yang belum dimengerti oleh mereka atau ada hal yang masih
belum jelas. Pada siklus III ini banyak siswa yang bertanya karena
banyak istilah baru dari luar, terutama bagaimana cara membaca
kata-kata dan nama-nama asing. Dialog di siklus III banyak terdapat
9911
nama asing, sehingga mereka menanyakan cara mengucapkannya.
Cukup banyak siswa perempuan bertanya.
9) Siswa membuat peta pikiran (mind mapping) dengan tetap bersama
kelompoknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari keributan di
dalam kelas. Pada siklus sebelumnya siswa mondar-mandir ke meja
temannya untuk melihat hasil pekerjaan temannya karena merasa
tidak percaya diri dengan hasil perkerjaan mereka sendiri. Jika
mereka tetap berada dalam kelompoknya akan membantu siswa
untuk saling mengingatkan jika ada temannya yang salah membuat
peta pikiran (mind mapping) tanpa harus mondar-mandir dan
membuat gaduh di kelas.
10) Siswa maju dengan inisiatif sendiri untuk memberi komentar
mereka mengenai berita faktual tersebut. Kali ini banyak siswa yang
berani tunjuk jari untuk maju, hampir semua siswa maju dengan
inisiatif sendiri, tetapi masih ada beberapa siswa perempuan yang
menunggu giliran terakhir untuk maju. Dalam hal ini guru terus
memberi semangat agar berani maju.
11) Siswa yang di belakang juga lebih dapat menghargai temannya yang
maju dengan memperhatikan, kemudian memberi komentar
terhadap penampilan temannya. Ketika memberi komentar, siswa
dapat menyusun kata-kata dengan lebih baik.
12) Guru memberi kritik dan saran. Sebagai penutup pelajaran, guru dan
siswa membuat kesimpulan palajaran hari ini.
13) Setelah itu Guru mengakhiri pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
kemampuan berbicara selama siklus III, diperoleh gambaran tentang
keaktifan siswa ketika mengikuti pelajaran sebagai berikut:
1) Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti sebanyak 19 siswa.
2) Maju dengan inisiatif sendiri sebanyak 21 siswa.
9922
3) Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju sebanyak 19
siswa.
4) Memperhatikan penjelasan guru sebanyak 24 siswa.
5) Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk sebanyak 21
siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas proses
pelajaran kemampuan berbicara siswa ketika mengikuti pembelajaran
berbicara pada siklus III adalah 76,8%.
Berdasarkan hasil unjuk kerja siswa selama siklus III dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Siswa yang mampu mengucapkan lafal dengan baik sebanyak 20
orang, sisanya masih sebanyak 7 orang dalam taraf sedang.
2) Siswa yang mampu berbicara secara runtut dengan taraf baik
sebanyak 1 orang, sedangkan sebanyak 26 orang dengan taraf
sedang.
3) Siswa yang lancar berbicara dengan baik sebanyak 5 orang, dan
sisanya sebanyak 22 orang dalam taraf sedang.
4) Siswa yang memiliki tingkat pemahaman baik sebanyak 12 orang,
sedangkan dengan taraf sedang sebanyak 15 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan
keberhasilan yang mampu dicapai adalah 77,7%. Hasil ini sudah meningkat
dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Sebanyak 21 siswa yang mampu
mencapai batas ketuntasan dengan nilai skor minimal 6,5. Rata-rata nilai
adalah 67,5.
d. Analisisi dan Refleksi Siklus III
Siklus III mengalami peningkatan yang cukup baik dari segi kualitas
maupun hasil selama siswa mengikuti pelajaran kemampuan berbicara. Berikut
ini hasil observasi terhadap proses pembelajaran tindakan pada siklus III:
9933
1) Guru secara berulang-ulang mengajak siswanya untuk sungguh-
sungguh belajar dan aktif mengikuti pelajaran hari ini.
2) Guru sering berkeliling kelas untuk melihat pekerjaan siswanya.
3) Siswa lebih bersemangat dan antusias ketika mengikuti pelajaran.
4) Siswa lebih aktif bekerja dengan teman kelompoknya, tetapi
beberapa siswa masih ada yang mondar-mandir keluar dari tempat
duduk.
5) Siswa lebih percaya diri untuk berinisiatif maju, baik bertanya
maupun untuk berbicara di depan kelas. Siswa perempuan sudah
lebih banyak yang berani maju dengan inisiatifnya sendiri,
meskipun ada yang menunggu giliran terakhir untuk maju.
6) Kemampuan siswa ketika berbicara di depan kelas meningkat.
Siswa lebih terampil lebih lancar dan runtut ketika berbicara di
depan kelas, dan tingkat pemahaman yang lumayan baik.
7) Kemampuan siswa membuat peta pikiran (mind mapping) lebih
baik. Siswa mulai terbiasa dan terampil membuat peta pikiran (mind
mapping).
8) Guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa ketika pelajaran
berlangsung.
Dari hasil observasi pada siklus III ini dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses pembelajaran kemampuan
berbicara pada siklus III. Peneliti mengakhiri penelitian karena semua indikator
telah tercapai. Kualitas hasil dan dan kualitas proses pembelajaran meningkat
dan telah memenuhi target batas ketuntasan yang telah ditentukan. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa kemampuan berbicara dapat meningkat dengan
menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai media untuk menuangkan
dan menggali ide dan gagasan siswa.
Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus III
Aspek yang dinilai NIS I II III IV
Total Skor
Nilai Keterangan
860 4 3 4 3 14 70
9944
864 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
867 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
875 4 3 3 3 13 65 Tuntas
886 4 3 3 4 14 70 Tuntas
891 4 3 4 4 15 75 Tuntas
892 4 3 3 4 14 70 Tuntas
895 4 3 3 4 14 70 Tuntas
896 4 3 3 4 14 70 Tuntas
900 4 3 3 4 14 70 Tuntas
901 4 3 4 4 15 75 Tuntas
903 4 3 4 4 15 75 Tuntas
904 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
906 4 3 3 4 14 70 Tuntas
911 4 3 3 3 13 65 Tuntas
912 4 3 3 4 14 70 Tuntas
913 3 3 3 4 13 65 Tuntas
914 4 4 4 4 15 80 Tuntas
915 4 3 3 4 14 70 Tuntas
917 4 3 3 4 14 70 Tuntas
919 4 3 3 3 13 65 Tuntas
921 4 3 3 3 13 65 Tuntas
922 4 3 3 4 14 70 Tuntas
923 4 3 3 3 13 65 Tuntas
924 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
925 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
1020 3 3 3 3 12 60 Tidak tuntas
Presentase tingkat keberhasilan 77,7% Nilai rata-rata 67,5
Keterangan:
NIS = Nomer Induk Siswa I : Lafal II : Keruntutan
9955
III : Kelancaran IV : Pemahaman Batas ketuntasan kemampuan berbicara = 65 merupakan standar sekolah Masing-masing aspek mempunyai skor maksimal 5 Jumlah skor maksimal 4 aspek adalah 4 X 5 = 20
Tabel 12. Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus III
No Nama Siswa Perilaku Amatan
9966
A B C D E
1 Retno Sari Widowati √ √ √ √
2 Sri Miyati √
3 Wahyu Sri Ningsih √
4 Awaludin √ √ √ √
5 Muh. Pratama Aji √ √ √ √ √
6 Rahmat Sejati √ √ √ √ √
7 Rahmat Wahyudi √ √ √ √ √
8 Umi Sholihah √ √ √ √ √
9 Yulianto √ √ √ √
10 Anita Apriliana √ √ √ √ √
11 Adam Hermawan Hidayat √ √ √ √
12 Amir Ma`arif Saifulloh √ √ √ √ √
13 Alan Budi Kusuma √ √
14 Bayu Yoga Putra Pratama √ √ √ √
15 Farida Al Azizah √ √ √ √
16 Galuh Alfian Romadhon √ √ √ √ √
17 Ismei Alfiah Pujiastuti √ √ √ √
18 Iput Prasetyo √ √ √ √ √
19 Ima Cahyani √ √ √ √ √
20 Nita Wahyuningsih √ √ √ √ √
21 Sofyan Jadi Alwandani √ √ √ √ √
22 Sekar Arum Cahyaningsih √ √
23 Wahab Purnomo √ √ √ √ √
24 Widya Ari Murdatiningsih √ √
25 Wakhidah Nikmatul Aisah √ √
26 Yulfa Widiya Ike Nurhana √ √
27 Abdul Rohim √ √ √ √
Jumlah siswa yang aktif 19 21 19 24 21
Presentase 70% 77,7% 70% 88,8% 77,7%
Rata-rata presentase 76,8%
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti
9977
B : Maju dengan inisiatif sendiri C : Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju D : Memperhatikan penjelasan guru E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk Total perilaku amatan adalah 5
Tabel 13. Perbandingan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I, II
dan III
9988
NIS
Nama Siswa Nilai
Siklus I
Nilai
Siklus II
Nilai
Siklus III
860 Retno Sari Widowati 65 65 70
864 Sri Miyati 50 60 60
867 Wahyu Sri Ningsih 50 60 60
875 Awaludin 50 60 65
886 Muh. Pratama Aji 70 70 70
891 Rahmat Sejati 70 75 75
892 Rahmat Wahyudi 70 70 70
895 Umi Sholihah 70 70 70
896 Yulianto 70 70 70
900 Anita Apriliana 60 65 70
901 Adam Hermawan H. 70 70 75
903 Amir Ma`arif Saifulloh 70 70 75
904 Alan Budi Kusuma 60 60 60
906 Bayu Yoga Putra Pratama 70 70 70
911 Farida Al Azizah 60 60 65
912 Galuh Alfian Romadhon 60 65 70
913 Ismei Alfiah Pujiastuti 60 65 65
914 Iput Prasetyo 75 75 80
915 Ima Cahyani 70 70 70
917 Nita Wahyuningsi 65 65 70
919 Sofyan Jadi Alwandani 60 60 65
921 Sekar Arum C. 55 65 65
922 Wahab Purnomo 70 70 70
923 Widya Ari M. 65 65 65
924 Wakhidah Nikmatul A. 60 60 60
925 Yulfa Widiya Ike N. 55 60 60
1020 Abdul Rohim 50 60 60
C. Pembahasan
9999
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dari siklus I, II, dan III dapat
diketahui bahwa ada peningkatan pembelajaran kemampuan berbicara pada
pelajaran Bahasa Indonesia dengan peta pikiran (mind mapping) dari siklus I ke
siklus berikutnya. Hal ini dapat diketahui dari tabel di bawah ini:
Tabel 14. Prestasi Akhir Siswa
Presentase Keberhasilan No Kualitas Pembelajaran
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Kualitas proses
pembelajaran berbicara
41,4% 62,8% 76,8%
2 Kualitas hasil
pembelajaran berbicara
51,8% 66,6% 77,7%
Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan empat tahap, yaitu: (1)
perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; (4)
analisis dan refleksi.
Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian di SD
Negeri Karanganyar 03 dengan siswa kelas V sebagai obyek penelitian. Hal ini
dilakukan sebagai tindakan awal untuk mengetahui kondisi sekolah dan siswanya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan berbicara di SD Negeri
Karanganyar 03 masih rendah. Hal tersebut disebakan karena siswa masih merasa
malu ketika harus maju untuk berbicara, siswa juga kesulitan untuk menuangkan
ide dan gagasannya sebelum maju, guru menyuruh siswa untuk menghafal dalam
praktik berbicara. Siswa juga sering lupa dengan apa yang akan disampaikan di
depan kelas. Siswa menghafal semua kata-kata yang akan disampaikan di depan
kelas, tetapi setelah di depan kelas, mereka lupa dengan apa yang akan
disampaikan. Siswa membutuhkan waktu yang lama berpikir mengenai apa yang
akan disampaikan berkaitan dengan tema dan kata-kata yang akan disampaikan
di depan kelas. Kesulitan yang paling sering dihadapi oleh siswa adalah siswa
110000
kesulitan mengungkapkan ide dan gagasan yang ada di pikiran mereka. Dari hasil
observasi tersebut peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia berdiskusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peneliti mengusulkan untuk
menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai salah satu alternatif untuk
memecahkan masalah tersebut. Setelah peneliti menjelaskan tentang peta pikiran
(mind mapping), guru menyetujuinya. Peneliti memilih peta pikiran (mind
mapping) dengan pertimbangan bahwa siswa akan lebih mudah mencurahkan dan
menggali kembali gagasan yang ada dalam pikiran mereka untuk disampaikan
ketika mereka berbicara di depan kelas. Siswa belum pernah menggunakan peta
pikiran (mind mapping) sebelumnya, sehingga siswa antusias dengan peta pikiran
(mind mapping). Peta pikiran (mind mapping) mudah untuk dibuat bahkan oleh
siswa SD sekalipun.
Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
konsultasikan dengan peneliti untuk persiapan melaksanakan siklus I. Materi yang
akan dipelajari dari siklus I sampai siklus selanjutnya adalah berbicara. Pada
siklus I ini siswa akan diberikan suatu berita atau persoalan faktual yang telah
diubah menjadi dialog, kemudian siswa akan disuruh maju untuk membacakan
berita yang telah dibuat dialog tersebut. Siswa diminta untuk memberikan
komentarnya mengenai permasalahan tersebut dengan menggunakan bahasa yang
santun. Siklus I mengambil permasalahan mengenai flu babi, karena permasalahan
tersebut sedang menjadi berita baik di media cetak maupun elektronik. Siswa akan
menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai media untuk membantu
memberikan komentar mengenai persoalan tersebut. Siklus I ini masih memiliki
banyak kekurangan seperti siswa sering membuat gaduh di kelas karena ingin
melihat dan membandingkan peta pikiran yang mereka buat dengan yang dibuat
temannya. Siswa yang merasa peta pikiran (mind mapping) buatannya kurang
bagus menjadi tidak percaya diri. Siswa masih malu-malu untuk maju, apalagi
siswa perempuan sama sekali tidak ada yang berani maju dengan kemauan sendiri.
Guru jarang berkeliling kelas ketika siswa sedang membuat peta pikiran (mind
mapping), sehingga siswa yang di belakang tidak fokus mengikuti. Kelemahan-
kelemahan yang ada pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus II.
110011
Pada siklus II siswa akan dibuat berkelompok untuk menghindari
kegaduhan. Siswa akan berkelompok, tetapi walaupun berkelompok, siswa tetap
akan membuat peta pikiran (mind mapping) secara individu. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kegaduhan di kelas. Siswa yang di belakang juga akan diminta
memberi tanggapan untuk siswa yang maju agar lebih fokus dan aktif dalam
proses belajar-mengajar. Guru juga akan lebih sering berkeliling untuk memantau
kerja siswanya. Berita yang diambil pada siklus II adalah berita mengenai pesawat
yang jatuh di Magetan, Jawa Timur. Siklus II ini memperoleh hasil yang lebih
baik dari pada siklus I. Siswa mulai terbiasa, suasana kelas lebih terkendali,
walaupun masih ada beberapa yang membuat gaduh karena tidak suka dengan
teman kelompoknya. Beberapa siswa masih melihat hasil peta pikiran (mind
mapping) buatan temannya yang berbeda kelompok. Beberapa siswa perempuan
sudah berani unjuk diri dengan maju tanpa disuruh oleh guru. Beberapa siswa juga
memberi tanggapan kepada temannya maju.
Pengamatan di siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap
keberanian siswa untuk maju, berkurangnya kegaduhan yang dibuat oleh siswa,
guru sering berkeliling untuk mengecek pekerjaan siswa, guru sering memberi
semangat agar siswa bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Kekurangan yang
masih ada di siklus II adalah beberapa siswa tidak suka jika harus berkelompok
dengan teman yang tidak disukainya, sehingga masih ada kegaduhan di kelas.
Kekurangan ini akan diperbaiki pada siklus III.
Pada siklus III, siswa akan dibebaskan untuk membentuk kelompok
masing-masing. Tiap kelompok tidak boleh lebih dari empat orang untuk
menghindari suasana kelas menjadi gaduh. Siklus III mengambil berita mengenai
kemenangan Barcelona pada pertandingan Liga Champions. Kegiatan siswa pada
siklus III sama seperti pada siklus I dan II siswa, tetapi siswa dibuat berkelompok
untuk menghindari kegaduhan di kelas. Kondisi siswa pada siklus III ini lebih
terkendali dan mudah diarahkan. Siswa juga lebih aktif dan bersemangat karena
merasa nyaman dengan teman satu kelompoknya. Siswa lebih percaya diri serta
terampil membuat peta pikiran (mind mapping). Sebagian besar siswa perempuan
sudah berani maju dengan inisiatif mereka sendiri. Hasil dari siklus III ini telah
110022
menunjukkan peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V SD Negeri
Karanganyar 03, baik dari kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran
berbicara dengan peta pikiran (mind mapping).
Peneliti mengakhiri penelitian pada siklus III karena baik kualitas proses
maupun kualitas hasil telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Keberhasilan peningkatan pembelajaran kemampuan berbicara dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Kualitas proses pembelajaran berbicara meningkat
a. Siswa semakin aktif mengikuti pelajaran dari siklus I ke siklus
berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari kesungguhan siswa menyimak
penjelasan guru, keseriusannya mengikuti pelajaran sampai selesai,
dan semangatnya membuat peta pikiran (mind mapping).
b. Siswa lebih percaya diri untuk berbicara di depan kelas maupun
bertanya jika ada hal yang belum dimengerti mengenai materi
pelajaran. Kepercayaan diri ini terutama terlihat dari siswa
perempuan yang pada awalnya pada siklus I masih malu, tetapi
pada siklus II dan III mulai menunjukkan keberanian.
2) Kualitas hasil pembelajaran berbicara meningkat
a. Siswa lebih terampilan ketika berbicara di depan kelas. Siswa lebih
pandai memilih kata-kata yang tepat ketika harus memberi
komentar. Siswa dapat menyusun kata-kata dengan baik, sehingga
membuat siswa lain yang mendengarkan lebih memahami maksud
yang dibicarakan temannya di depan kelas.
b. Kemampuan berbicara siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan yang terjadi dari siklus I sampai siklus III.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
110033
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini, antara lain:
1. Peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan berbicara.
Hal dapat dilihat dari nilai kemampuan berbicara yang meningkat pada
setiap siklus. Pada siklus I presentase ketuntasan kemampuan berbicara
51, 8%, sedangkan pada siklus II presentase meningkat menjadi 66,6%,
dan pada siklus III presentase kemampuan berbicara meningkat
meningkat menjadi 77, 7%. Dengan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kemampuan berbicara. Pada siklus I sebanyak 14 orang siswa mencapai
batas ketuntasan. Pada siklus II sebanyak 18 orang siswa yang
mencapai batas ketuntasan, sedangkan pada siklus III tercatat sebanyak
21 orang mencapai batas ketuntasan dengan standar nilai yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 6,5. Terdapat 6 orang siswa yang tidak
dapat mencapai batas ketuntasan. Penyebab dari hal ini karena ada
beberapa siswa yang tidak antusias terhadap pelajaran, ada siswa yang
sulit mengikuti pelajaran karena kekurangan fisik, dan ada siswa yang
sulit untuk memahami setiap pelajaran. Pada dasarnya kualitas hasil
kemampuan berbicara meningkat dengan telah tercapainya batas
ketuntasan yaitu 70% .
2. Peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran kemampuan berbicara. Hal ini dapat dilihat dari semakin
meningkatnya keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran berbicara.
Keaktifan yang diperlihatkan siswa antara lain siswa lebih sungguh-
sungguh dan antusias ketika mengikuti pelajaran berbicara, berani
bertanya maupun maju dengan inisiatif sendiri. Hal ini dapat dilihat dari
semakin meningkatnya presentase keaktifan siswa yang semakin
terlihat baik setiap siklusnya. Pada siklus I tercatat sebanyak 41, 4%.
Pada siklus II meningkat menjadi 62,8%, sedangkan pada siklus III
meningkat menjadi 76,8%. Peningkatan ini dapat diketahui dari jumlah
110044
siswa yang aktif selama pelajaran berbicara berlangsung. Setiap siklus
memperlihtakan peningkatan keaktifan siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai keberhasilan
peningkatan kualitas hasil dan kualitas prosesberbicara dengan menggunakan peta
pikiran (mind mapping). Hal ini tidak dapat terlepas dari pengaruh beberapa faktor
yaitu guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan sumber belajar.
Media pembelajaran yang tepat akan menghasilkan proses dan hasil pembelajaran
yang baik, begitu juga dengan faktor lainnya. Kemampuan guru untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sumber belajar yang
tepat akan memudahkan siswa menyerap pelajaran dan gembira ketika mengikuti
pelajaran. Persiapan pembelajaran yang tepat akan memberikan kualitas proses
dan hasil pembelajaran yang baik.
Kualitas hasil dan proses akan meningkat dengan metode dan media
yang tepat. Guru harus pandai memilih metode dan media yang akan digunakan
sebelum mengajar agar menghasilkan proses dan hasil yang baik. Metode dan
media harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dalam pelajaran.
Media yang tepat akan membantu siswa lebih mudah menyerap materi pelajaran.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hasil dan kualitas proses
meningkat dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) untuk kemampuan
berbicara. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan oleh guru untuk
pembelajaran. Peta pikiran (mind mapping) dapat membantu siswa menggali ide
dan gagasan yang tersimpan oleh otak untuk kemudian menuangkan kembali
dengan lebih mudah. Peta pikiran (mind mapping) menarik minat siswa serta
membuat siswa lebih aktif ketika mengikuti pelajaran. Siswa berminat ketika
belajar dengan bantuan gambar-gambar yang berwarna sekaligus dapat
mencurahkan gagasan dan idenya. Siswa lebih mudah mengungkapkan gagasan
dan idenya secara lisan dengan lebih mudah dengan menggunakan peta pikiran
(mind mapping).
C. Saran
110055
Sesuai dengan simpulan di atas maka, peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru dapat menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai
media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
b. Guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baik sebelum
menggunakan peta pikiran (mind mapping) agar pelaksanaan
pembelajaran berhasil dengan baik, sehingga sebagai media, peta
pikiran (mind mapping) dapat membantu meningkatakan kualitas
pembelajaran .
c. Guru mengajak siswanya aktif dalam pembelajaran agar media peta
pikiran (mind mapping) dapat mengembangkan kreatifitas dan
kemampuan siswa dalam pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Sebaiknya siswa aktif mempelajari konsep peta pikiran (mind
mapping) dan bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran, sehingga
akan lebih mudah menyerap materi pelajaran.
b. Sebaiknya siswa lebih percaya diri untuk bertanya kepada guru,
dan aktif dalam pembelajaran jika belum mengerti tentang konsep
dasar peta pikiran (mind mapping).
DAFTAR PUSTAKA
110066
Abd. Aziz Syarif, Said Mursalin, Kamaruddin, Abdul Karim. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar yang Berbahasa Bugis: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Kebudayaan.
Aekmaga. 2008. Peta pikiran (mind mapping): Cara mudah Memakai Otak. http://aekmaga.wordpress.com/2008/01/15/mind-mapping-cara-mudah-memakai-otak. Diakses tanggal 16 Desember 2008.
Ahmad Rofi`udin dan Darmiyati Zuchdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
AAnnttoonn.. 22000088.. PPeettaa ppiikkiirraann:: PPeettaa ppiikkiirraann ((mmiinndd mmaappppiinngg))..
hhttttpp::////ppkkaabb..wwoorrddpprreessss..ccoomm//22000088//0022//2299//ppeettaa--ppiikkiirraann--mmiinndd--mmaappppiinngg//..
DDiiaakksseess ttaannggggaall 1166 DDeesseemmbbeerr 22000088..
AAnnwwaarr HHoolliill.. 22000088.. PPeettaa KKoonnsseepp uunnttuukk MMeemmppeerrmmuuddaahh KKoonnsseepp SSuulliitt ddaallaamm
PPeemmbbeellaajjaarraann..hhttttpp::////ppkkaabb..wwoorrddpprreessss..ccoomm//22000088//0044//2233//mmeemmppeerrmmuuddaahh--
kkoonnsseepp--ssuulliitt--ddaallaamm--ppeemmbbeellaajjaarraann//.. DDiiaakksseess ttaannggggaall 2200 DDeesseemmbbeerr 22000088..
AArriiaannyy SSyyuurrffaahh.. 22000077.. MMuullttiippllee IInntteelllleeggeenncceess FFoorr IIssllaammiicc TTeeaacchhiinngg:: PPaadduuaann
MMeelleejjiittkkaann KKeecceerrddaassaann MMaajjeemmuukk AAnnaakk MMeellaalluuii PPeennggaajjaarraann IIssllaamm..
BBaanndduunngg:: SSyyaaaammiill PPuubblliisshhiinngg..
Areif S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 2007. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Awin Susilowati. 2008. Penggunaan Media Gambar Tokoh Idola untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII 6 SMP N 1 Jumapolo. Skripsi. Tidak dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Bambang Kaswanti Purwo. 1986. Pelba 2: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya: Kedua. Yogyakarta: Kanisius.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengejaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
110077
__________. 2008. Mind Maps. BuzanWorld.com. Diakses tanggal 9 Oktober 2009.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Devid Haryalesmana. 2009. Pengertian Media Pembelajaran. http://guruit07.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
Dewi Salam Prawiradilaga. 2008. Prinsip Disain Pembelajaran( Instructional Design Principal). Jakarta: Kencana Prenada Media group.
Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Didang Setiawan. 2006. Implementasi Metode Pembelajaran Interaktif dalam KTSP. smpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/bina-guru-interaktif.ppt. Diakses tanggal 11 Desember 2008.
Erman Suherman. 2008. Hakikat Pembelajaran. http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3. Diakses tanggal 20 Desember 2008.
Given, Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: Kaifa.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Ida. 2008. Mind Map Alternatif Metode Pembelajaran Efektif. http://www2.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=9359. Diakses tanggal 20 Desember 2008.
Imam Syafi`ie. 1993. Terampilan Berbahasa Indonesia 1 Petunjuk Guru Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
I Gusti Ngurah Bagus, I Made Denes, Anom Meko Mbete, I Ketut Ginarsa, I Ketut Mantra. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekoalah Dasar di Bali: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
I Wayan Santyasa. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. http://pkab.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
110088
Jafrizal. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui Teknik KWL dan Permaianan Bahasa. http://pakguruonline.pendidikan.net. Diakses tanggal 20 Desember 2008.
Joanna Jaworowska. 2004. Speech and Act. http://instructional1.calstatela.edu. Diakses tanggal 9 Oktober 2009.
Lina Riyandari. 2008. Bimbingan dan Stragegi Peningkatan Keterampilan Berbicara Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Sekolah Dasar.. digilib.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2009.
Maidar G. Arsjad, Mukti, U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Muhammad Win Afgani. 2008. Media Pembelajaran. http://muhammad-win-afgani.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurokhman. 2009. Skripsi Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Kalirejo dengan Menggunakan Pendekatan Pragmatik. Wordpress.com. Diakses tanggal 9 Oktober 2009.
Oemar Hamalik. 1989. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bandung: Bandar Maju.
____________ . 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rostikawati, Teti R. 2008. Peta pikiran (mind mapping) dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. fkip-unpak.org/teti.htm. Diakses tanggal 11 Desember 2008.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Balajar-Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sarwiji Suwandi, Budhi Setiawan. 2003. Keterampilan Berbicara. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
110099
Siti Uriana Rahmawati. 2009. Pengertian Peranan, dan Fungsi Media pengajaran. media.diknas.go.id. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
Sri Hidayati. 2009. Berharap Guru Melek Multimedia. http://www.pikiran-
rakyat.com. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
Suharyanti. 1996. Berbicara (IND.202). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Sur. 2008. Kelemahan Peta Konsep dan Solusinya. http://pkab.wordpress.com/2008/09/01/kelemahan-peta-konsep-dan-solusinya/. Diakses tanggal 27 Desember 2008.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wlkinson, Gene L. 1984. Media dalam Pembelajaran, Penelitian Selama 60 Tahun. Jakarta: CV Rajawali dan Pustekkom.
Yayu. 2008. Membangun Kesadaran Berperilaku Akademik: Dari Bangku Sekolah ke Bangku Kuliah .kharismabangsa.or.id/ppt/yayu.ppt. Diakses tanggal 20 Desember 2008.
Yudi Nugraha. 2009. Media Pembelajaran dalam Pendidikan. DIKNAS.GO.ID. Diakses tanggal 23 Nopember 2009.
Yuni Susilowati. 2008. Penerapan Metode Paired Storytelling untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Siswa Kelas V SD Masaran Sragen. Skripsi. Tidak dipublikasikan, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Yus Rusyan dan Sutardi Wirasasmita. 1981. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Sekolah Guru Negeri di Jawa Barat: Mendengarkan dan Berbicara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Kebudayaan.
111100
LAMPIRAN
PRASIKLUS
Lampiran 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru
111111
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2009
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal pembelajaran
kemampuan berbicara siswa
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang tamu SD Negeri Karanganyar 03
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan : Pani Raharjo, A.Ma.Pd. (guru kelas V)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Wawancara dilakukan di ruang tamu SD Negeri Karanganyar 03.
Wawancara dilakukan pada jam istirahat.
Deskripsi:
Informan merupakan guru kelas V SD Negeri Karanganyar 03. berikut ni
adalah hasil wawancara dengan guru tersebut:
P : Selamat pagi, Pak.
G : Selamat pagi, Mbak.
P : Pak, saya ingin melakukan wawancara dengan Bapak mengenai siswa
berkenaan dengan penelitian yang akan saya lakukan.
G : Iya, Mbak. Silakan saja.
P : Kalau menurut pengamatan Bapak selama ini, dari pelajaran Bahasa
Indonesia itu yang sulit bagi siswa itu apa, Pak?
G : Menurut saya, siswa paling susah kalau diminta mengarang dan
berbicara, tapi yang paling sulit itu berbicara.
P : Bagaimana biasanya Bapak mengajarkan materi berbicara pada siswa,
Pak?
G : Biasanya saya suruh menulis di belakang sebelum maju. Mereka saya
suruh menghafal dulu, baru maju.
P : Siswa diberi tema terlebih dahulu atau tidak, Pak?
G : Iya, Mbak. Biasanya saya sesuaikan dengan buku pelajarannya.
111122
P : Lalu bagaimana dengan siswa, Pak? Apakah kira-kira menurut Bapak
siswa berminat dengan pembelajaran seperti itu?
G : Kalau saya ajar, mereka bersikap tenang, tapi kalau nilainya masih
banyak yang rendah. Kalau disuruh maju saja mereka tidak terlalu
antusias, malah saling menyuruh temannya supaya maju lebih dulu.
P : Lalu, apakah Bapak pernah mencoba dengan metode atau media lain?
G : Biasanya saya hanya mengambil dari buku pelajaran saja, Mbak.
P : Apakah Bapak pernah mencoba menggunakan metode, media, atau cara
lain untuk mengajarkan berbicara?
G : Tidak pernah itu, Mbak. Saya hanya mencontoh yang ada di buku
pelajaran saja.
P : Apakah Bapak pernah mendengar tentang peta pikiran atau mind
mapping?
G : Belum pernah, Mbak.
P : Ini saya membawa buku tentang peta pikiran. Bagaimana kalau peta
pikiran seperti ini kita coba gunakan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa, Pak?
G : Saya rasa tidak apa-apa kalau dicoba. Apalagi semua materi yang lain
juga sudah selesai saya ajarkan.
P : Pak, saya rasa wawancaranya cukup sekian saja. Terima kasih atas
waktunya. Maaf sudah mengganggu waktu istirahat Bapak.
G : Sama-sama, Mbak.
Refleksi
Guru pelajaran yang merupakan informan mengungkapkan bahwa materi
berbicara sulit untuk diajarkan. Hal ini karena siswa tidak aktif dalam
pembelajaran. Nilai siswa masih rendah, meskipun bersikap tenang dan tidak
membuat gaduh di kelas. Guru hanya mengambil materi dari buku pelajaran,
menyuruh siswanya menuliskan ide-idenya di buku dan menghafalnya, kemudian
menyuruh siswa untuk maju. Guru memberi tanggapan positif ketika peneliti
111133
menyarankan menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Keterangan:
P : Peneliti
G : Guru
Lampiran 2. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
111144
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal siswa
Hari/Tanggal : Sabtu/11 April 2009
Waktu : 09.00 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Rahmat Sejati (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Wawancara dilakukan pada waktu jam istirahat. Suasana kelas ramai oleh
siswa yang ingin melihat wawancara. Beberapa siswa bergerombol untuk melihat
proses wawancara. Pada hari ini kebetulan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
sedang tidak ada di sekolah karena ada keperluan lain, sehingga jam pelajarannya
kosong dari jam pertama.
Deskripsi :
Informan merupakan siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03. Berikut
ini adalah hasil wawancara.
P : Namanya siapa?
R : Rahmat Sejati.
P : Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
R : Tidak.
P : Kenapa tidak suka?
R : Sulit.
P : Sulit pada bagian apa?
R : Kalau menulis dan berbicara.
P : Kesulitannya bagaimana?
R : Agak sulit berbicara kalau di depan kelas.
P : Terus sebelum maju apa yang kamu kerjakan di belakang?
R : Berpikir.
111155
P : Hasil pemikiran kamu itu ditulis atau tidak?
R : Ditulis
P : Biasanya diberi tema terlebih dahulu atau tidak?
R : Iya, tapi sulit kalau harus menulis idenya, Mbak.
P : Tapi kalau sudah di depan sering merasa gugup atau tidak?
R : Agak gugup.
P : Tapi berani maju sendiri tanpa harus disuruh guru?
R : Berani.
P : Kalau merasa gugup biasanya sering lupa atau tidak dengan hafalannya?
R : Sering lupa.
P : Pernah dengar mind mapping apa belum?
R : Belum.
P : Sudah.Terima kasih.
R : Ya.
Refleksi:
Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa tidak menyukai
pelajaran Bahasa Indonesia karena dianggap sulit untuk dipelajari. Siswa merasa
gugup jika berada di depan kelas, sehingga sering lupa dengan hafalannya dan
sulit menuliskan idenya. Siswa ini memiliki keberanian untuk maju, tapi memiliki
kendala dengan rasa gugupnya. Siswa belum pernah mendengar mengenai mind
mapping yang berarti merupakan hal baru bagi mereka.
Keterangan:
P : Peneliti
R : Rahmat Sejati
Lampiran 2. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
111166
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal siswa
Hari/Tanggal : Sabtu/11 April 2009
Waktu : 09.15 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Adam Hermawan Hidayat (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Wawancara masih dilakukan di kelas, seperti wawancara dengan
wawancara dengan siswa sebelumnya. Suasananya juga masih ramai dengan
siswa kelas V yang menonton siswa yang diwawancarai. Suasana di luar kelas
sudah lebih tenang karena semua siswa kelas lain sudah masuk dan mengikuti
pelajaran berikutnya.
Deskripsi:
Informan merupakan siswa kelas V SD Negeri Karangnyar 03. Berikut ini
merupakan hasil wawancara dengan siswa ini.
P : Nama kamu siapa?
A : Adam Hermawan Hidayat.
P : Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
A : Suka.
P : Dari semua materi kamu suka apa?
A : Menyimak.
P : Kenapa suka menyimak?
A : Lebih mudah dipelajari dari pada yang lainnya.
P : Kalau berbicara bagaimana? Apa merasa kesulitan?
A : Iya.
P : Kenapa kesulitan?
A : Sering lupa kalau di depan, Mbak.
111177
P : Merasa gugup atau tidak?
A : Gugup.
P : Kalau mau maju kamu membuat tulisan lebih dahulu atau tidak?
A : Iya. Tapi sulit nulis idenya, saya sering lupa kalau sudah di depan kelas.
P : Tapi jika maju kamu berani atau tidak?
A : Agak takut.
P : Selama ini bagaimana dengan nilai berbicara?
A : Agak bagus.
P : Sebelum ini kamu pernah mendengar mengenai mind mapping atau
belum?
A : Belum.
P : Ya sudah. Terima kasih.
Refleksi:
Siswa ini menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi merasa kesulitan
dengan kemampuan berbicara. Siswa ini menyukai materi menyimak karena
dianggap lebih mudah dipelajari dari pada materi yang lain. Walaupun siswa ini
tidak terlalu menyukai pelajaran berbicara, dia tetap mendapat nilai yang lumayan
bagus. Siswa ini juga belum pernah mendengar mengenai mind mapping.
Keterangan:
P : Peneliti
A : Adam Hermawan Hidayat
Lampiran 2. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa
111188
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal siswa
Hari/Tanggal : Sabtu/11 April 2009
Waktu : 09.15 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Ima Cahyani (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas sudah agak tenang, walaupun siswa yang tidak
diwawancarai masih memperhatikan proses wawancara. Sesekali ada siswa yang
sengaja mengeraskan suaranya ketika berbicara agar terekam, tetapi menolak
untuk diwawancarai.
Deskripsi:
Informan ini juga merupakan siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 03.
Berikut hasil wawancara dengan siswa.
P : Nama kamu siapa?
I : Ima Cahyani.
P : Kamu suka pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
I : Tidak.
P : Kenapa tidak suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia?
I : Sulit.
P : Sulitnya pada materi apa?
I : Pembicaraan.
P : Maksudnya berbicara?
I : Iya, Mbak.
P : Kenapa menurutmu berbicara itu sulit?
I : Agak lupa.
111199
P : Lupa kenapa?
I : Kalau di belakang bisa, tapi kalau di depan tidak bisa.
P : Tapi kalau maju berani?
I : Berani.
P : Merasa gugup atau tidak kalau di depan kelas.
I : Gugup.
P : Kalau maju harus menghafal lebih dulu atau tidak?
I : Iya.
P : Kesulitan menulis idenya atau tidak?
I : Iya.
P : Selain menghafal pernah menggunakan cara lain atau tidak?
I : Tidak.
P : Pernah mendengar mind mapping sebelumnya?
I : Belum.
P : Sudah. Terima kasih.
Refleksi:
Siswa ini tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena dianggap
sulit untuk dipelajari. Menurut siswa, materi berbicara dalam pelajaran Bahasa
Indonesia dianggap sulit. Siswa kesulitan untuk menulis idenya sebelum
menghafal. Siswa sering gugup jika berada di depan kelas, tetapi memiliki
keberanian untuk maju. Siswa ini juga belum mengenal mind mapping seperti
halnya dengan kedua siswa lainnya.
Keterangan:
P : Peneliti
I : Ima Cahyani
Lampiran 3. Catatan Lapangan Hasil Observasi Survei Awal
112200
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi kemampuan berbicara awal
siswa
Hari/Tanggal : Sabtu/18 April 2009
Waktu : 07.00 – 08.10 WIB
Jenis : Observasi terstruktur
Objek : 1. Guru Bahasa Indonesia
2. Semua siswa kelas V SD N Karanganyar 03
Observator : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Peneliti tiba di sekolah pada pukul 06.50 menit. Sekolah sudah ramai oleh
siswa yang berdatangan ke sekolah. Peneliti lalu menuju kantor dan menyapa
guru-guru yang berada di sana. Ruang kantor sudah dipenuhi beberapa guru
termasuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Deskripsi:
Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Guru dan peneliti menuju kelas.
Sesampainya di kelas siswa sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Guru
memperkenalkan peneliti kepada siswa serta menjelaskan tujuan peneliti berada di
kelas hari ini. Guru menyuruh salah seorang siswa menyiapkan kursi di belakang
sebagai tempat duduk peneliti. Setelah itu, guru memulai pelajaran dengan berdoa
terlebih dahulu. Selesai berdoa, guru menyuruh siswa untuk membuka buku
pelajaran yang ternyata telah disiapkan oleh siswa sebelum pelajaran dimulai.
Guru memulai menjelaskan tentang materi berbicara dengan berdasarkan
buku pelajaran yang hanya dimiliki oleh guru. Guru menjelaskan mengenai
persoalan faktual yang sedang terjadi pada saat ini. Berdasarkan buku pelajaran,
guru memberikan contoh mengenai BBM yang sedang mengalami kenaikan.
Setelah hampir dua puluh menit berceramah, guru meminta siswa untuk membuat
komentar yang menyerupai contoh. Guru memberi waktu selama sepuluh menit
112211
sebelum siswa maju untuk memberi komentar. Setelah sepuluh menit, guru
meminta siswa untuk maju. Beberapa siswa berani maju dengan inisiatif sendiri,
yang lain menunggu ditunjuk untuk maju. Beberapa siswa ada yang lancar
berbicara, tetapi pada umumnya sebagian siswa masih terbata-bata dan sering
tidak terarah pada tema yang dibicarakan. Pada siswa saat maju, guru
mendengarkan sambil memberi nilai berdasarkan penampilan siswa yang maju di
depan. Guru langsung memasukkan nilai ke dalam daftar nilai harian siswa.
Setelah semua siswa selesai maju, guru mengakhiri pelajaran. Guru meminta
siswa untuk memasukkan buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk melanjutkan
pelajaran berikutnya. Peneliti pamit setelah pelajaran Bahasa Indonesia selesai.
Refleksi:
Catatan observasi di atas menunjukkan bahwa guru hanya berpedoman
pada buku pelajaran saja. Guru hanya memberikan contoh yang ada pada buku
pelajaran, kemudian menyuruh siswa untuk membuat hal yang serupa dengan
contoh. Hal ini akan berakibat pada kreatifitas siswa Siswa hanya akan terpancang
pada buku pedoman pelajaran. Siswa bersikap tenang, tetapi beberapa siswa di
belakang ada yang mengajak berbicara temannya dan ada yang bertanya-tanya
kepada peneliti. Hal ini mungkin karena siswa merasa jenuh dengan cara
pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada saat ini. Siswa membutuhkan
sesuatu yang baru dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa
pada pelajaran.
Lampiran 4. 1. Dokumentasi Foto Siswa pada Survel Awal
112222
Gambar 4. Guru sedang memberikan penjelasan, sedangkan beberapa siswa nampak kurang bersemangat ketika mengikuti pelajaran berbicara. Ada siswa yang membaca buku, dan melakukan kegitan lain.
Lampiran 4. 2. Dokumentasi Foto Siswa pada Survel Awal
112233
Gambar 5. Siswa sedang maju praktik berbicara.
112244
LAMPIRAN SIKLUS I
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I
112255
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SD Negeri Karanganyar 03
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/2
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain drama.
Kompetensi Dasar : 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata
santun berbahasa.
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata santun berbahasa.
2. Materi Pembelajaran
Kalimat yang mengomentari persoalan faktual.
3. Metode Pembelajaran :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Penampilan
112266
4. Media/Alat Pembelajaran
a. Papan tulis dan whiteboard.
b. Kapur dan boardmaker.
c. Penghapus.
d. Peta pikiran(mind mapping).
5. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan suatu kasus atau persoalan yang faktual.
2) Guru meminta salah seorang siswa untuk tunjuk jari
membacakan persolan faktual tersebut di depan kelas.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa menganalisis kasus yang sedang faktual tersebut secara
individu.
2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab jika ada kata-kata
atau hal yang belum dimengerti.
3) Siswa disuruh membuat kesimpulan mengenai kasus tersebut.
4) Siswa membuat mind mapping untuk mengomentari
persoalan yang faktual tersebut.
5) Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat mind
mapping agar siswa lebih mudah menyusun komentarnya.
6) Guru meminta siswa maju satu persatu untuk menyampaikan
komentarnya mengenai persoalan faktual tersebut.
7) Guru meminta siswa yang di belakang untuk memberi
komentar kepada siswa yang maju.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberi kritik dan saran bagi siswa yang telah maju.
2) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari permasalahan kasus
yang sedang mereka pelajari.
3) Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran Bahasa
Indonesia hari ini.
112277
6. Sumber Belajar
a. Surat Kabar/majalah/tabloid.
b. Buku Pintar Mind Map untuk Anak karangan Tony Buzan.
c. Buku Pelajaran Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas V.
7. Penilaian
a. Tes : Kinerja (sikap dan praktik)
b. Bentuk instrument/tes : cheklist dan tes unjuk kerja atau performance
c. Soal/Instrumen :
Baca dan simaklah dialog di bawah dengan seksama!
WABAH FLU BABI
Ibu : “Rin, kamu sudah dengar berita tentang flu babi di televisi belum?”
Rina : “Iya, bu. Beritanya sedang hangat dibicarakan dan sering
ditayangkan di televisi.”
Ibu : “Kamu sudah tahu belum kalau virus ini pernah juga melanda
Indonesia?”
Rina : “Benarkah? Rina belum pernah dengar. Kapan terjadinya, bu?”
Ibu : “Virus Flu babi pernah melanda dunia dan di Indonesia pada tahun
1918-1919. Waktu itu wabah ini menewaskan 20-50 juta orang di
seluruh dunia.”
Rina : “Korbannya sebanyak itu, bu? Benar-benar menakutkan. Bagaimana
kalau di Indonesia? Apakah juga banyak, bu?”
Ibu : “Waktu itu korban di Indonesia mencapai satu juta orang.”
Rina : “Wah…. Banyak sekali. Apa virus ini menular, bu?”
Ibu : “Tentu saja virus flu babi ini menular karena itu banyak korbannya
yang meninggal.”
Rina : “Ih……… Rina benar-benar takut. Gimana nularnya, bu?”
112288
Ibu : “Virus ini menular kalau orang menyentuh babi, terus kalau dekat-
dekat orang yang terkena virus ini juga bisa tertular. Karena itu orang
yang terkena virus ini biasanya dipisahkan dari orang lain ketika
berada di rumah sakit.”
Rina : “Kok bisa ada virus babi, bu? Bagaimana kok tiba-tiba bisa ada?”
Ibu : “Virus babi ini ada karena babi terkena virus flu yang berasal dari
manusia dan hewan lain mengenai babi, sehingga muncul virus baru
seperti virus babi ini yang bernbahaya bagi manusia.”
Rina : “Terus kita harus bagaimana, bu? Rina takut sekali, bu?”
Ibu : “Tenang, Rin. Tenang, tidak usah panik seperti itu. Itu bisa di hindari
kok. Makanya jaga kebersihan, juga jangan pegang-pegang babi.
Ngomong-ngomong masalah kebersihan, apa kamu sudah mandi?”
Rina : “He…he…he…. Belum, bu.”
Ibu : “Huh…. Pantas dari tadi ibu mencium bau tidak sedap, ternyata
kamu belum mandi ya. Sana,cepat mandi biar bersih.”
Rina : “Oke….. Siap, bu. Laksanakan. Hi…hi…hi….”
Kerjakan perintahnya yang berkenaan dengan dialog di atas!
1) Buatlah komentar dengan peta pikiran (mind mapping) berdasarkan
berita tersebut!
2) Berikan komentarmu secara lisan di depan kelas dengan berpedoman
pada mind mapping yang telah kamu buat dengan kata-kata yang santun
disertai alasan yang tepat!
112299
Rentangan Skala No Aspek yang
dinilai 1 2 3 4 5
Perolehan
Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total
Nilai
Masing-masing aspek ditentukan dengan skala nilai 1-5. Jadi total nilai adalah 20
Penghitungan nilai akhir dalam skala 1-5 adalah sebagai berikut:
Perolehan skor
Nilai akhir = --------------------------------- X skor ideal (100) = ..........
skor maks (20)
Sukoharjo, April 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Sukardi, S.Pd. Pani Raharjo, A.Ma.Pd.
NIP 19580429 197802 1 001 NIP 195605101977011044
Lampiran 6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I
113300
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada siklus I
Hari/Tanggal : Sabtu/16 Mei 2009
Waktu : 07.00 – 09.20 WIB
Jenis : Observasi Kelas
Objek : 1. Guru Bahasa Indonesia
2. Semua siswa kelas V SD N Karanganyar 03
Observator : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Pagi, pada hari Sabtu pada tanggal 16 Mei siswa kelas V sudah siap
dengan rapi berada di kelas. Peneliti datang bersama dengan guru ke kelas. Kelas
sangat rapi dan bersih. Siswa menata kelas dengan rapi. Di atas dinding terdapat
foto-foto pahlawan yang dipajang dengan rapi. Di dinding bagian tengah
tertempel jadwal piket, daftar pengurus kelas, dan jadwal sekolah yang disusun
dengan rapi dan dihiasi dengan bagus. Papan tulis yang berbentuk white Board
sudah bersih tidak ada bekas tulisannya. Di sebelah kiri white Board terdapat meja
untuk meletakkan penggaris, penghapus, boardmarker. Sebelah kanan adalah
meja guru dan sebelah kanan meja guru terdapat lemari tempat menyimpan buku
pelajaran dan buku-buku tugas siswa.
Deskripsi:
Guru datang ke kelas tepat waktu, yaitu setelah bel masuk berbunyi. Guru
memulai pelajaran dengan berdoa bersama seperti biasanya. Guru kemudian
mengucapkan salam untuk memulai pelajaran. Guru mulai menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada hari ini. Guru menjelaskan mengenai peta pikiran
(mind mapping) kepada siswa. Siswa nampak antusias dengan penjelasan guru,
apalagi setelah diperlihatkan contoh gambar peta pikiran, beberapa ada yang tidak
memperhatikan penjelasan guru. Guru menjelaskan bahwa mereka akan
mengomentari persoalan faktual yang sedang terjadi saat ini dengan menggunakan
peta pikiran. Guru mulai membagikan kertas yang berisi berita mengenai flu babi
113311
yang telah diubah menjadi dialog. Guru meminta beberapa siswa untuk
membacanya. Ada beberapa siswa laki-laki yang menunjukkan jari untuk maju,
tetapi tidak ada seorang murid perempuan yang berani menujukkan jari. Setelah
beberapa siswa maju, guru mengajak siswa untuk menganalisis isi berita.
Kemudian siswa disuruh membuat peta pikiran yang berisi komentar isi berita
tersebut. Guru memberikan contoh gambar peta pikiran di white Board.
Siswa mulai membuat peta pikiran. Banyak siswa yang mondar-mandir ke
meja temannya. Beberapa siswa laki-laki bertanya kepada gurunya apakah peta
pikiran yang dibuatnya sudah benar. Siswa perempuan tidak ada yang berani
bertanya pada guru, tetapi bertanya kepada peneliti karena ada beberapa hal yang
belum dimengerti dan tidak berani bertanya kepada guru. Guru tidak banyak
berkeliling kelas. Setelah selesai membuat peta pikiran, siswa diminta untuk maju.
Beberapa siswa menunjukkan jari untuk maju. Sebagian besar siswa masih malu-
malu untuk maju. Beberapa siswa masih terbata-bata ketika berada di depan kelas.
Guru dan peneliti menilai penampilan siswa secara garis besar yang berpedoman
pada lembar penilaian yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah semua siswa
maju guru, memberikan sedikit kritik dan saran mengenai penampilan siswa tadi.
Refleksi:
Berdasarkan observasi, siklus I berjalan lancar walaupun nilainya masih
rendah. Siswa masih sering mondar-mandir untuk melihat peta pikiran yang
dibuat temannya karena merasa tidak percaya diri. Hanya beberapa siswa laki-laki
yang berani maju dengan inisiatif sendiri. Semua siswa perempuan menunggu
ditunjuk untuk maju. Guru belum sering berkeliling kelas. Tidak semua siswa
berani bertanya kepada guru jika ada hal yang belum dimengerti. Keseluruhan
siklus I berjalan lancar, tetapi belum memenuhi batas ketuntasan yang ditetapkan
oleh sekolah.
Lampiran 7. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus I
113322
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping)
Hari/Tanggal : Sabtu/16 Mei 2009
Waktu : 09.30 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Iput Praseyto (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Wawancara dilakukan di kelas setelah pelajaran Bahasa Indonesia selesai.
Ruangan sudah sepi, hanya terdapat beberapa siswa yang masih tinggal di kelas
untuk melihat teman sekelasnya diwawancarai, termasuk siswa lain yang bersedia
diwawancarai. Semua siswa menuju ruang komputer karena pelajaran selanjutnya
adalah komputer.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
I : Iput Prasetyo.
P : Suka dengan palajaran Bahasa Indonesia?
I : Suka.
P : Kenapa?
I : Karena asyik.
P : Menurutmu apa yang paling sulit dipelajari dari semua materi Bahasa
Indonesia?
I : Berbicara.
P : Kenapa?
I : Kalau di depan itu sering lupa, terus sulit mengungkapkan apa yang ada
dipikiran.
P : Lalu bagaimana dengan pelajaran berbicara hari ini yang menggunakan
peta pikiran?
113333
I : Lebih gampang.
P : Apa lebih mudah mengingat?
I : Iya.
P : Senang belajar berbicara dengan peta pikiran?
I : Senang. Apalagi ada gambarnya, saya suka menggambar.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa menyukai peta pikiran karena merupakan sesuatu yang dianggap
memudahkan dalam pelajaran berbicara. siswa menyukai gambar, sehingga lebih
senang belajar bebicara dengan peta pikiran. Siswa tidak perlu dorongan yang
lebih agar menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena dari awal ia sudah
menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, hanya saja mengalami kesulitan dalam
materi berbicara. Menurutnya peta pikiran dapat membantunya menyusun dan
mengingat apa yang ingin ia ungkapkan di depan kelas.
Keterangan:
P : Peneliti
I : Iput Prasetyo
Lampiran 7. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus I
113344
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping)
Hari/Tanggal : Sabtu/16 Mei 2009
Waktu : 09.45 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Wahab Purnomo (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Seperti wawancara sebelumnya, wawancara ini juga dilakukan di kelas.
Kelas semakin sepi karena banyak siswa yang berada di ruang komputer. Selain
siswa yang akan diwawancarai, beberapa siswa lain tetap tinggal di kelas
menunggu temannya selesai diwawancarai karena belum mendapat giliran untuk
mengoperasikan komputer.
Deskripsi:
P : Nama kamu siapa?
W : Wahab Purnomo.
P : Kamu suka pelajaran Bahasa Indonesia?
W : Suka.
P : Dengan materi apa?
W : Bercerita tentang pemandangan alam.
P : Jadi suka bercerita. Kadang-kadang mengalami kesulitan atau tidak?
W : Gugup, Mbak. Jadi sering lupa kalau di depan kelas.
P : Bagaimana dengan peta pikiran yang kita coba dalam pelajaran berbicara
kali ini?
W : Senang.
P : Lebih mudah atau tidak belajarnya jika dengan peta pikiran?
W : Iya. Apalagi ada menggambarnya, jadi mudah mengingat.
P : Terima kasih.
113355
Refleksi:
Siswa dari awalnya sudah menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga
tidak sulit menumbuhkan minatnya pada pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa juga
menyukai peta pikiran yang merupakan hal baru bagi siswa ini. Bagi siswa,
dengan menggunakan gambar akan memudahkan ia mengingat.
Keterangan:
P : Peneliti
W : Wahab Purnomo
Lampiran 7. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus I
113366
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping)
Hari/Tanggal : Sabtu/16 Mei 2009
Waktu : 10.00 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Sekar Arum Cahyaningsih B. (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas lebih sepi dari sebelumnya. Informan hanya ditemani oleh
dua orang temannya, sedangkan yang lain sudah ke ruang komputer semua.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
S : Sekar Arum Cahyaningsih Budiar.
P : Suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
S : Suka.
P : Suka dengan materi apa?
S : Membaca.
P : Kalau berbicara suka atau tidak?
S : Biasa saja, Mbak.
P : Merasa kesulitan atau tidak kalau berbicara?
S : Agak sulit, Mbak. Harus mikir dan nulis dulu di buku, sering gugup
kalau di depan.
P : Kalau di depan sering lupa atau tidak?
S : Sering.
P : Bagaimana dengan peta pikiran yang kamu pelajari hari ini?
S : Suka.
P : Materi berbicara jadi lebih mudah atau tidak jika dibantu dengan peta
pikiran?
113377
S : Jadi lebih gampang ingat.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi merasa kesulitan
dengan materi berbicara. Siswa juga menyukai peta pikiran yang dianggapnya
lebih mempermudah dalam materi berbicara. Siswa merasa lebih mudah
mengingat ketika menggunakan peta pikiran sebagai pedoman untuk berbicara.
Lampiran 8. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara
113388
Rentangan Skala No Aspek yang
Dinilai
5 4 3 2 1
Perolehan Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total Skor
Nilai
Keterangan
1 Lafal
5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar.
4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
3 Pengaruh ucapan asing(daerah) memaksa orang mendengarkan dengan
teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman.
2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman.
1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan kata-
kata.
2 Keruntutan
5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan.
3 Kadang-kadang tidak runtut, tetapi tidak menganggu pembicaraan.
2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu
pembicaraan.
1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
3 Kelancaran:
5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
113399
4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg.
3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,
pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat.
2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat-
kalimat pendek dan telah rutin.
1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus.
4 Pemahaman:
5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal.
4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan
dan penjelasan.
3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih
perlu penjelasan dan pengulangan.
2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu
penjelasan dan pengulangan.
1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana.
Teknik penilaiannya sebagai berikut:
1 Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti
kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti
baik, nilai 5 berarti baik sekali.
2 Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap
unsur penilaian yang diperoleh siswa.
3 Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
114400
5. Batas ketuntasan kemampuan berbicara = 6,5 merupakan standar sekolah.
Lampiran 9. Lembar Penilaian Keaktifan Siswa
114411
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
Jumlah siswa yang aktif
Presentase
Rata-rata presentase
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti
B : Maju dengan inisiatif sendiri
C : Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju
D : Memperhatikan penjelasan guru
E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk
Total aspek amatan adalah 5
Lampiran 10. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa
114422
Lampiran 10. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa
114433
Lampiran 10. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa
114444
Lampiran 11. Transkrip Berbicara Siswa
114455
Transkrip Berbicara Siklus I
1. Yulianto (9)
Flu Babi. Kejadian. Apa yang terjadi? Flu Babi sudah mewabah diseluruh
dunia. Dulu sudah terjadi tahun 1918-1919. Virus ini disebabkan oleh
H1N1. Alasanku karena bisa menular dan menewaskan orang.
Pencegahannya. Dapat dicegah dengan tidak memegang dan menjaga
kebersihan. Pendapatku, sangat mengerikan dan berbahaya. Terima kasih.
2. Wahab Purnomo (24)
Kejadian. Kejadian ini tentang Flu Babi terjadi di dunia. Kejadian ini
terjadi pada seribu Sembilan belas, 1918-1919. Terjadi karena virus H1N1.
Alasanku Flu Babi sangat menakutkan dan menular. Pencegahannya.
Menjaga kesehatan dan jangan menyentuh babi yang terkena virus.
Pendapatku menular. Flu Babi menular dan sangat berbahaya.
3. Rahmat Wahyudi (7)
Flu Babi. Kejadian Flu Babi sudah merambat di dunia dan terjadi pada
tahun 1918-1919. Virus ini dinamakan virus H1N1. Alasanku karena
berbahaya dan menular. Pencegahan Flu Babi, menjauhi Flu Babi dan
tidak pegang babi. Pendapat, mengerikan, membahayakan, dan
mematikan. Sekian dulu teman-teman.
4. Sofyan Jadi Alwandani (22)
Flu Babi. Kejadian. Flu Babi. Di mana flu burung sudah ada di dunia. Flu
babi terjadi pada tahun 1918-1919. Vi-virus flu babi dinamakan H1N1.
Alasanku bis-bisa mengancam nyawa, bisa juga menular kepada orang lain
dan membahayakan kita. Pencegahan. Jaga kebersihan, hati-hati terhadap
flu babi, jangan pegang babi yang sudah terkena virus. Pendapatku, sang-
sangat mengerikan, takut, dan berbahaya. Sekian dari saya.
5. Iput Prasetyo (19)
Flu babi. Kejadian tentang flu babi. Pernah mewabah di dunia dan telah
terjadi pada tahun 1918-1919. Disebabkan oleh virus H1N1. Pendapatku,
mengerikan dan menakutkan. Alasanku karena bisa mematikan penderita
114466
flu babi dan bisa menular. Pencegahan, tidak menyentuh unggas, menjauhi
orang terkena flu babi. Sekian. Terima kasih.
6. Awaludin (4)
Flu babi. Flu babi. Ter-ter. Virus ini dinamakan flu babi. Terjadi di dunia.
Virus ini menyebar satu Sembilan, 1918-1919. Virus ini dinamakan virus
H1N1. Pendapatku menakutkan, mengerikan. Alasan bisa menular. Pen-
pencegahannya tidak memegang babi, jaga kesehatan.
7. Adam Hermawan Hidayat (11)
Flu babi. Kejadian tentang flu babi. Pernah mewabah di dunia. Pernah
terjadi pada tahun 1918-1919. Virus ini disebabkan oleh virus H1N1.
Pendapatku mengerikan, menakutkan, dan berbahaya. Alasannya karena
menular, karena dapat membunuh manusia. Cara pencegahan tidak
memegang babi yang terkena virus, menjaga kebersihan, membersihkan
kadang babi. Terima kasih.
8. Alan Budi Kusuma (13)
Flu babi. Kejadian. Flu babi. Pernah mewabah di seluruh dunia, pada
tahun 1918-1919. Virus ini disebabkan virus H1N1. Alasanku karena
dapat menular ke orang dan ke teman-temannya. Virus ini dapat
membunuh orang la-orang yang menderita. Penyegahannya jangan-jangan
menyentuh flu babi yang terkena virus, menjauhi orang yang terkena virus
flu babi. Pendapatku mengerikan dan menyakitkan. Terima kasih.
9. Ima Cahyani (20)
Flu babi. Kejadian yang disebabkan oleh flu babi. Tersebar di dunia. Virus
ini dinamakan H, H1N1. Terjadi pada tahun 1918-1919. Pendapat
mengerikan dan membahayakan. Alasan karena dapat menewaskan
manusia dan bisa menular. Pencegahan jangan pegang-pegang babi yang
terkena virus, menghindari babi dan menjaga kebersihan. Terima kasih.
10. Sekar Arum Cahyaningsih Budiar (23)
Flu babi. Kejadian. Karena flu babi di mana di dunia terjadi 1918-1919.
Terjadi, terkena virus H1N1. Pendapatku menakutkan, mengerikan,
114477
bahaya. Alasanku menular, mematikan manusia. Pencegahan jaga
kebersihan, jaga-jangan memegang babi.
11. Abdul Rohim (28)
Flu babi. Terjadi karena virus-manusia. Flu-flu babi terjadi di dunia. Pada
tahun 1918-1919. Virus ini dinamakan virus H1N1. Alasanku sebaiknya
babi dimusnahkan agar tidak terjadi orang meninggal dan tidak menular.
Pencegahan jangan dekat-dekat kepada orang yang terkena flu babi, tidak
bermain dengan babi, membersihkan kandang babi. Pendapat mengerikan,
menakutkan dan membahayakan. Terima kasih.
12. Bayu Yoga Putra Pratama (14)
Flu babi. Kejadian flu babi. Terjadi di dunia. Pada tahun 1918-1919. Virus
ini dinamakan virus H1N1. Pendapatku mengerikan, menular, berbahaya.
Pencegahan tidak menyentuh babi, menjaga kebersihan, membersihkan
kandang babi. Alasan bisa menular, dapat membunuh manusia. Terima
kasih.
13. Rahmat Sejati (6)
Flu babi. Kejadian babi. Pernah mewabah di dunia pada tahun 1918-1919.
Virus ini disebabkan virus H1N1. Pendapatku mengerikan, menakutkan,
dan berbahaya. Alasanku, flu babi dapat menularkan dan flu babi dapat
mematikan. Pencegahan jangan meme’gang babi yang terkena virus dan
menjaga kebersihan. Sekian dari saya. Terima kasih.
14. Widya Ari Murdianingsih (25)
Kejadian. Flu babi sudah tersebar di dunia pada tahun 1918-1919. Virus
ini dinamakan H1N1. Pendapatku menakutkan, mengerikan, dan
membahayakan. Pencegahan jaga kebersihan, jaga kesehatan, dan
menjauhi babi. Alasanku karena menular dan mematikan. Terima kasih.
15. Muh. Aji Pratama (5)
Flu babi. Kejadian flu babi. Pernah mewabah di dunia. Terjadi pada tahun
1918-1919. Virus ini disebabkan virus H1N1. Pendapatku mengerikan dan
menakutkan. Alasanku karena flu babi dapat menular di seluruh dunia.
114488
Pencegahan tidak menyentuh babi, menjaga kebersihan dan menghindari
babi. Sekian. Terima kasih.
16. Ismei Alfiah Pujiastuti
Flu babi. Kejadian ini tentang flu babi. Mewabah di dunia. Terjadi pada
tahun 1918-1919. Virus H1N1. Alasanku karena menular, karena bisa
membunuh manusia. Pendapat menakutkan, berbahaya. Pencegahan tidak
menyentuh babi, kebersihan dijaga. Terima kasih.
17. Anita Apriliana (10)
Flu babi. Kejadian babi. Kejadian flu babi tersebar di dunia. Terjadi pada
tahun 1918-1919. Virus ini dinamakan H1N1. Pendapatku mengerikan,
menular, dan berbahaya. Alasanku karena flu babi dapat menular, dapat
membahayakan manusia dan mematikan. Cara pencegahan menghindari
babi, menjaga kebersihan dan jangan meme’gang babi. Sekian dan terima
kasih.
18. Farida Al Azizah (16)
Flu babi. Kejadian ini tentang flu babi. Wabah ini tersebar di seluruh
dunia. Pada tahun 1918-1919. Virus ini disebabkan oleh virus H1N1.
Pendapat saya menakutkan dan berbahaya. Alasan saya menular, dapat
membunuh manusia. Cara pencegahan tidak memegang babi dan menjaga
kebersihan. Sekian. Terima kasih.
19. Nita Wahyuningsih (21)
Flu babi. Kejadian ini tentang flu babi. Flu babi sudah menyebar di seluruh
dunia. Flu babi telah terjadi pada tahun 1918-1919. Flu-virus ini
dinamakan H1N1. Pendapatku tentang flu babi menakutkan dan
mengerikan. Alasanku karena menular dan berbahaya. Pencegahan tidak
memegang babi dan menjaga kebersihan.
20. Wahyu Sri ningsih (3)
Flu babi. Kejadian flu babi ini sudah tersebar di dunia. Pada tahun 1918
dan – 1919. Flu ini, virus ini dinamakan virus H1N1. Alasanku karena
menular, dan bisa mematikan manusia. Pendapatku mengerikan,
114499
menakutkan, dan berbahaya. Pencegahan jaga kebersihan, dan pe-pegang
babi. Sekian.
21. Retno Sari Widowati (1)
Flu babi. Kejadian flu babi yang terjadi di dunia. Pada tahun 1918-1919.
Virus ini disebabkan virus H1N1. Pencegahan tidak menyentuh babi, tidak
memegang babi, dan menjaga kebersihan. Pendapatku mengerikan,
menular, dan berbahaya. Alasanku karena bisa menular, bisa mematikan,
dan berbahaya bagi manusia. Sekian. Terima kasih.
22. Sri Miyati (2)
Flu babi. Kejadian tentang flu babi. Terjadi di dunia. Terjadi pada
tahun1918-1919. Disebabkan oleh virus H1N1. Penyegahan jangan
meyentuh jangan, jaga kebersihan, jangan mendekati. Pendapatku
sebaiknya tidak mendekati atau menyentuh babi, dan tidak memelihara
babi. Alasanku berbahaya, karena dapat menimbulkan virus, dapat
menular, dan dapat membunuh menusia. Sekian. Terima kasih.
23. Wakhidah Nikmatul Aisah (26)
Flu babi. Kejadian flu babi. Pernah terjadi di dunia. Terjadi pada tahun
1918-1919. Terjadi karena virus H1N1. Pendapatku mengerikan,
menakutkan, dan berbahaya. Alasanku dapat mematikan juga menular.
Pencegahan jangan- jaga kebersihan dan tidak memegang babi. Sekian.
24. Galuh Alfian Romadhon (17)
Flu babi. Kejadian ini dinamakan flu babi. Pernah di-pernah ada di dunia.
Pada-pada tahun 1918-1919. Dinamakan virus H1N1. Pendapatku
mengerikan, menakutkan. Alasanku bisa menular ke manusia dan bisa
mematikan manusia. Penyegahan jaga kebersihan. Sekian. Terima kasih.
25. Yulfa Widiya Ike Nurhana
Flu babi. Kejadian flu babi pernah mewabah di dunia pada tahun 1918-
1919. Virus ini dinamakan virus H1N1. Alasanku flu babi dapat menular,
flu babi dapat mematikan dan dapat mengganggu masyarakat sekitar.
Pendapatku mengerikan, membahayakan, dan menular. Pencegahan
menghindarinya, menjaga kebersihan dan tidak memegang. Sekian.
115500
26. Amir Ma`arif Saifulloh (12)
Flu babi. Kejadian flu babi. Flu babi ini sudah melanda di dunia. Flu babi,
flu babi-pernah, pernah pada tahun-1918-1919. Virus ini dinamakan virus
H1N1. Alasan karena menular, dapat membunuh manusia. Pendapatku
mengerikan, membaha-berbahaya, dan menakutkan. Pencegahan tidak
pegang-pegang babi, jagalah kebersihan, membersihkan kandang babi.
27. Umi Sholihah (9)
Flu babi. Kejadian flu babi. Pernah terjadi tahun 1918-1919. Virus ini
dinamakan H1N1. Pendapatku-alasanku-pendapatku berbahaya dan
menakutkan. Alasan, dapat menular. Penyegahan, jaga kebersihan dan
tidak pegang babi. Terima kasih.
115511
Lampiran 12. 1. Dokumentasi Foto Siswa pada Siklus I
Gambar 6. Siswa sedang membacakan berita faktual mengenai flu babi
secara individu di depan kela, sedangkan ada beberapa siswa di belakang yang tidak memperhatikan temannya yang sedang maju
115522
Lampiran 12. 2. Dokumentasi Foto Siswa pada Siklus I
Gambar 7. Siswa sedang membuat peta pikiran sebelum memberikan komentar di depan kelas
115533
LAMPIRAN SIKLUS II
115544
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SD Negeri Karanganyar 03
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/2
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain drama.
Kompetensi Dasar : 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata
santun berbahasa.
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
4. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata santun berbahasa.
2. Materi Pembelajaran
Kalimat yang mengomentari persoalan faktual.
3. Metode Pembelajaran :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Penampilan
115555
4. Media/Alat Pembelajaran
a. Papan tulis dan whiteboard
b. Kapur dan board maker
c. Penghapus
d. Peta pikiran(mind mapping)
5. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengevaluasi kesalahan siswa pada pembelajaran
berbicara yang sebelumnya, kemudian guru memberi saran
agar siswa tidak mengulangi kesalahannya lagi.
b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan suatu kasus/berita atau persoalan yang
faktual.
2) Guru menyuruh siswa untuk membacanya berdialog di depan
kelas secara berpasangan.
3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab jika ada istilah atau
hal yang belum dimengerti dari kasus atau persoalan faktual
tersebut.
4) Siswa disuruh berkelompok dibantu guru menganalisis kasus
yang sedang faktual tersebut.
5) Siswa membuat kesimpulan mengenai kasus tersebut.
6) Siswa membuat mind mapping.
7) Guru membimbing dan mengarahkan siswa agar lebih mudah
membuat mind mapping sebagai pedoman untuk berkomentar
mengenai persoalan faktual.
8) Siswa mengomentari persoalan yang faktual tersebut
berdasarkan mind mapping yang telah dibuat sebagai
acuannya.
9) Guru meminta siswa maju satu persatu untuk menyampaikan
komentarnya mengenai persoalan faktual tersebut.
115566
10) Guru meminta siswa yang di belakang untuk memberi
komentar untuk temannya yang maju.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberi kritik dan saran bagi siswa yang telah maju.
2) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari permasalahan
kasus yang telah mereka pelajari.
3) Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran Bahasa
Indonesia hari ini.
6. Sumber Belajar
a. Surat Kabar/majalah/tabloid
b. Buku Pintar Mind Map untuk Anak karangan Tony Buzan
c. Buku Pelajaran Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas V
7. Penilaian
a. Teknik : Kinerja (sikap dan praktik)
b. Bentuk instrumen : cheklist dan tes unjuk kerja atau performance
c. Soal/Instrumen :
Baca dan simaklah dialog di bawah dengan seksama!
PESAWAT HERCULES JATUH DI MAGETAN JAWA TIMUR
Rayi : “Boma….Boma…. Ayo main bola di lapangan,yuk.”
Boma : “Eh….Rayi, ayo ke sini. Duduk dulu.”
Rayi : “Ada apa. Diajak main kok malah ngajak duduk. Kamu ini
bagaimana,sih.”
Boma : “Tenang dulu, sobat. Ke sini sebentar aku beritahu berita yang
sedih dari koran yang tadi pagi dibeli ayahku.”
Rayi : “Ada berita yang menarik, Bom?”
115577
Boma : “Iya, ada berita yang mengejutkan. Ada pesawat jatuh di
Magetan.”
Rayi : “Mana, Bom. Coba aku ikut baca.”
Boma : “Makanya kamu ke sini dulu. Jangan berdiri di luar pagar begitu.”
Rayi : “Apa pesawatnya, Bom?”
Boma : “Pesawat Hercules.”
Rayi : “Wah…. Terbakar dan menabrak rumah. Pasti banyak korbannya.”
Boma : “Ada 99 orang yang tewas dan 15 orang yang selamat. Tapi yang
selamat juga luka parah sehingga mereka harus dirawat di rumah
sakit terdekat yaitu RSUD dr. Soedono dan Iswahyudi.”
Rayi : “Pasti sakit sekali, ya. Ada 5 orang yang mengalami gegar otak.
Pasti sembuhnya lama.”
Boma : “Tentu saja sakit. Kita berharap saja agar yang selamat itu cepat
sembuh.”
Rayi : “Coba baca, Bom. Pesawatnya baru jatuh tadi pagi, pukul 06.25.
Masih pagi sekali, Bom.”
Boma : “Iya, malang sekali, padahal hari Rabu ini tanggal 20 Mei
merupakan Hari Kebangkitan Nasional.”
Rayi : “Iya, kasihan para korban dan keluarganya. Di Koran ini ditulis ada
anak baru berusia dua tahun yang selamat, tapi ibu dan kedua
kakaknya tewas, sedangkan ayahnya tugas di luar Jawa.”
Boma : “Kasihan sekali anak itu. Padahal dia masih kecil sekali. Mudah-
mudahan dia cepat sembuh.”
Rayi : “Mudah-mudahan begitu. Jadi, ngomong-ngomong kamu mau ikut
main bola atau tidak? Teman-teman sudah menunggu di lapangan.
Aku juga sudah tidak sabar ingin menceritakan berita ini pada
mereka.”
Boma : “Ayo. Tapi ngomong-ngomong juga, Rayi, jangan panggil aku
Bom. Panggilan itu seperti “Bom” yang suka meledak itu.”
Rayi : “Iya….Boma temanku yang baik. Mau ikut atau tidak? Aku tinggal
lho.”
115588
Boma : “Tunggu aku, Rayi!”
Kerjakan perintah yang berkenaan dengan dialog di atas!
1) Buatlah komentar dengan peta pikiran (mind mapping) berdasarkan
berita tersebut!
2) Buatlah komentar secara lisan di depan kelas dengan kata-kata yang
santun disertai alasan yang tepat, tetapi terlebih dahulu buatlah mind
mapping sebagai pedomannya!
Rentangan Skala No Aspek yang
dinilai 1 2 3 4 5
Perolehan
Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total
Nilai
115599
Masing-masing aspek ditentukan dengan skala nilai 1-5. Jadi total nilai adalah 20
Penghitungan nilai akhir dalam skala 1-5 adalah sebagai berikut:
Perolehan skor
Nilai akhir = --------------------------------- X skor ideal (100) = ..........
skor maks (20)
Sukoharjo, Mei 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Sukardi, S.Pd. Pani Raharjo, A.Ma.Pd.
NIP 19580429 197802 1 001 NIP 195605101977011044
116600
Lampiran 14. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada siklus II
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Mei 2009
Waktu : 07.00 – 09.20 WIB
Jenis : Observasi Kelas
Objek : 1. Guru Bahasa Indonesia
2. Semua siswa kelas V SD N Karanganyar 03
Observator : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Sekolah sudah ramai dengan siswa yang berdatangan ketika peneliti
sampai di sekolah. Peneliti masuk ke kantor untuk menyapa beberapa guru yang
sudah datang ke sekolah. Setelah bel tanda masuk berbunyi, guru pelajaran
mengajak peneliti untuk masuk ke kelas. Siswa sudah berada di kelas semua
ketika guru dan peneliti masuk. Mereka duduk dengan rapi di tempat duduk
masing-masing. Kelas nampak rapi dan bersih dengan gambar-gambar pahlawan
yang tertempel di dinding.
Deskripsi:
Guru membuka pelajaran denagan salam. Setelah itu guru menanyakan
apakah ada siswa yang tidak masuk. Hari ini siswa kelas V masuk semua. Guru
memulai pelajaran dengan berdoa. Guru mulai menjelaskan semua kegiatan
pembelajaran hari ini. Guru memberikan berita atau persoalan faktual yang saat
ini sedang terjadi, yaitu mengenai pesawat Hercules yang jatuh di Magetan, Jawa
Timur. Selanjutnya siswa dikelompokkan secara berderet ke belakang. Setelah itu
guru meminta siswa untuk maju secara berpasangan untuk membaca berita yang
telah dibuat dialog agar siswa lebih percaya diri. Setelah itu, siswa secara
116611
berkelompok dibantu guru membuat kesimpulan dari berita tadi. Setelah selesai,
siswa disuruh kembali ke tempat duduk masing-masing dan membuat peta pikiran
sebagai pedoman untuk memberi komentar secara individu. Beberapa siswa
perempuan berani tunjuk jari untuk maju. Beberapa siswa yang di belakang
memberi komentar mengenai penampilan temannya di depan kelas. Setelah semua
siswa maju, guru memberi kritik dan saran untuk perbaikan siswa.
Refleksi:
Pembelajaran hari ini berjalan lebih baik dari pada siklus I. Siswa lebih
serius belajar. Siswa juga mulai terampilan membuat peta pikiran. Beberapa siswa
laki-laki masih suka mondar-mandir di kelas ketika sedang membuat peta pikiran.
Siswa perempuan mulai berani maju dengan inisiatif sendiri. Guru juga memberi
motivasi sebelum pelajaran dimulai. Hal ini menujukkan perhatian guru pada
perkembangan siswa.
116622
Lampiran 15. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus II
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping) pada siklus II
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Mei 2009
Waktu : 09.30 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Retno Sari Widowati (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas telah sepi. Siswa telah pergi ke ruang komputer untuk
pelajaran komputer. Beberapa siswa yang tetap berada di kelas adalah siswa yang
akan peneliti wawancarai.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
R : Retno Sari Widowati.
P : Bagaimana dengan pelajaran Bahasa Indonesia hari ini, senang atau
tidak?
R : Senang sekali, Mbak.
P : Senang membuat peta pikiran?
R : Senang sekali.
P : Sulit atau tidak membuat peta pikiran?
R : Agak sulit.
P : Menurutmu lebih mudah atau tidak menggunakan peta pikiran untuk
berbicara di depan kelas?
R : Lebih mudah, jadi gampang nulis idenya.
116633
P : Menurutmu, ada peningkatkan pada kemampuan berbicaramu atau tidak?
R : Iya, lebih mudah ingat kalau di depan kelas.
P : Apa masih banyak yang lupa kalau di depan kelas?
R : Tidak banyak yang lupa, Mbak.
P : Masih merasa gugup atau malu?
R : Iya.
P : Begitu ya. Terima kasih.
Refleksi:
Siswa merasa senang dengan peta pikiran. Siswa merasa kemampuan
berbicaranya meningkat dengan bantuan peta pikiran. Siswa masih merasa gugup
jika harus berbicara di depan kelas, tetapi dia bisa menginggat lebih banyak kata
untuk ditulis kemudian diungkapkan. Kendala yang dihadapi siswa ini adalah
perasaan malu dan gugup.
Keterangan:
P : Peneliti
R : Retno Sari Widowati
116644
Lampiran 15. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus II
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping) pada siklus II
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Mei 2009
Waktu : 09.45 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Anita Aprilia (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas lebih sepi dari sebelumnya. Siswa yang tadi telah
diwawancarai peneliti sudah pergi ke ruang komputer. Tinggal dua orang siswa
perempuan yang tetap berada di kelas siswa tersebut yang akan peneliti
wawancarai.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
A : Anita Aprilia.
P : Suka atau tidak pelajaran Bahasa Indonesia?
A : Tidak suka.
P : Kenapa tidak suka?
A : Sulit.
P : Sulitnya pada materi apa?
A : Berbicara.
P : Kenapa sulit kalau berbicara?
A : Grogi dan malu kalau di depan kelas.
116655
P : Tapi suka atau tidak dengan peta pikiran dalam pelajaran Bahasa
Indonesia hari ini?
A : Bagus, lebih mudah belajar.
P : Kesulitan atau tidak jika harus membuat peta pikiran?
A : Tidak bisa gambarnya.
P : Tapi selain membuat gambarnya kamu merasa senang membuat peta
pikiran?
A : Iya, jadi lebih mudah mengingat.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa yang peneliti wawancarai ini merasa kesulitan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, sehingga ia tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa
ini merasa kesulitan pada materi berbicara karena merasa malu dan grogi ketika
harus berbicara di depan kelas. Walaupun siswa ini tidak menyukai pelajaran
Bahasa Indonesia, tetapi ia merasa lebih mudah belajar dan mengingat ketika
menggunakan peta pikiran. Siswa juga merasa senang membuat peta pikiran.
Keterangan:
P : Peneliti
A : Anita Aprilia
116666
Lampiran 15. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara siswa pascasiklus II
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan
peta pikiran (mind mapping) pada siklus II
Hari/Tanggal : Sabtu/23 Mei 2009
Waktu : 10.00 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Ima Cahyani (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas lebih sepi dari sebelumnya. Tinggal dua orang siswa
perempuan yang tetap berada di kelas siswa tersebut. Seorang siswa yang telah
diwawancarai menemani siswa yang akan diwawancarai.
Deskripsi:
P : Nama kamu siapa?
I : Ima Cahyani.
P : Kamu suka belajar Bahasa Indonesia hari ini tidak?
I : Suka.
P : Masih kesulitan berbicara atau tidak?
I : Masih.
P : Kenapa masih kesulitan?
I : Malu, Mbak.
P : Tapi suka dengan peta pikiran atau tidak?
I : Suka.
P : Kenapa suka dengan peta pikiran?
I : Karena lebih gampang.
P : Maksudnya lebih gampang berbicara?
116677
I : Iya, jadi gampang juga mengingatnya.
P : Kesulitan atau tidak jika membuat peta pikiran?
I : Tidak.
P : Menurutmu lebih gampang atau tidak jika berbicara dengan bantuan peta
pikiran?
I : Iya, kalau nulis ide jadi gampang.
P : Merasakan ada peningkatan atau tidak selama belajar dengan peta
pikiran?
I : Iya.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Berdasarkan wawancara dengan siswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa
siswa tersebut merasa lebih mudah ketika belajar dengan menggunakan peta
pikiran. Siswa ilebih mudah menuangkan idenya dan mengingat ketika di depan
kelas. Siswa menyukai peta pikiran, walaupun masih kesulitan berbicara.
Kesulitan yang dialami siswa ini karena malu jika harus berbicara di depan kelas.
Keterangan:
P : Peneliti
I : Ima Cahyani
116688
Lampiran 16. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa
Rentangan Skala No Aspek yang
Dinilai
5 4 3 2 1
Perolehan Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total Skor
Nilai
Keterangan
1 Lafal
5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar.
4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
3 Pengaruh ucapan asing (daerah) memaksa orang mendengarkan dengan
teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman.
2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman.
1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan kata-
kata.
2 Keruntutan
5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan.
3 Kadang-kadang tidak runtut, tetapi tidak menganggu pembicaraan.
2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu
pembicaraan.
1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
116699
3 Kelancaran:
5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg.
3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,
pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat.
2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat-
kalimat pendek dan telah rutin.
1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus.
4 Pemahaman:
5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal.
4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan
dan penjelasan.
3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih
perlu penjelasan dan pengulangan.
2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu
penjelasan dan pengulangan.
1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana.
Teknik penilaiannya sebagai berikut:
1. Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti
kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti
baik, nilai 5 berarti baik sekali.
2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh siswa.
3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
117700
5. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
6. Batas ketuntasan kemampuan berbicara = 6,5 merupakan standar sekolah
117711
Lampiran 17. Lembar Penilaian Keaktifan Siswa
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
Jumlah siswa yang aktif
Presentase
Rata-rata presentase
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti
B : Maju dengan inisiatif sendiri
C : Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju
D : Memperhatikan penjelasan guru
E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk
Total aspek amatan adalah 5
117722
Lampiran 18. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus II
117733
Lampiran 18. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus II
117744
Lampiran 18. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus II
117755
Lampiran 19. Transkrip Berbicara Siswa pada Siklus II
Lampiran Transkrip Berbicara Siswa pada Siklus II
1. Alan Budi Kusuma (13)
Pesawat jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat di Magetan, Jawa Tengah.
Korban selamat ada yang meninggal. Berita diceritakan oleh Rayi dan
Boma. Pendapatku sedih, dan kasihan. Alasanku korban banyak yang
meninggal, gagar otak dan luka-luka, rugi jasmani dan harta. Harapanku
semoga lekas sembuh, keluarga sabar, tabah dan ikhlas.
2. Rahmat Wahyudi (7)
Peris-pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh di tempat Magetan
tanggal 20 bulan Mei hari Rabu jam 06 titik 25. Berita diceritakan Rayi
dan Boma. Pendapat sangat sedih, kasihan. Harapanku semoga cepat
sembuh, keluarga semoga sabar dan semoga tabah. Korban. Alasanku
Sembilan, yang mati Sembilan puluh orang, yang selamat lima belas
orang, yang gagar otak lima orang. Sekian dulu teman-teman.
Assalamualaikum.
3. Muh. Aji Pratama (5)
Peristiwa. Pesawat jatuh. Tempat Magetan, Jawa Tengah. Terjadi pada
pukul 6 lebih dua lima. Berita diceritakan oleh Rayi dan Boma. Hari Rabu
20 Mei, Rabu 20 Mei. Pendapatku sedih, kasihan, dan terharu. Alasanku
korban Sembilan puluh orang meninggal, sembilan puluh sembilan orang
meninggal, luka-luka, luka-luka. Harapanku semoga keluarga yang
ditinggalkan tabah, sem-semoga cepat sembuh.
4. Iput Prasetyo (19)
Pesawat Hercules yang jatuh-peristiwa pesawat jatuh. Korban yang
selamat lima belas, sedangkan yang meninggal mencapai sembilan puluh
117766
Sembilan. Tem-tempat Magetan, Jawa Timur. Pada pukul 6 lebih 25.
Berita ini diceritakan oleh Rani dan Boma. Pendapatku sedih, kasihan, dan
terkejut. Alasanku banyak korban yang luka-luka dan meninggal.
Harapanku semoga korban yang selamat cepat sembuh. Keluarganya
semoga sabar dan tabah. Sekian dari saya.
5. Awaludin (4)
Pesawat Hercules jatuh. Ini peristiwa pesawat jatuh. Terjadi di tempat
Magetan, Jawa Timur. Berita ini diceritakan oleh Rayi dan Boma.
Pendapatku sedih, kasihan, dan mengerikan. Alasanku korbannya banyak,
ada yang luka-luka, meninggal dan agar otak. Harapanku le-kas sembuh.
Ke-luarga sabar, ta-tabah. Terima kasih.
6. Adam Hermawan Hidayat (11)
Pesawat Hercules jatuh. Alasanku korban banyak. Ada yang luka-luka
berjumlah lima belas orang, meninggal dan berjumlah sembilan puluh
sembilan orang. Berita ini diceritakan oleh Rayi dan Boma. Peristiwa
pesawat jatuh bertempat di Magetan, Jawa Timur pukul 6 lewat 25. Ada
korban yang selamat dan ko-korban yang meninggal. Pendapatku sedih
sekali, kasihan, dan terkejut. Harapanku agar semoga lekas sembuh dan
keluarga korban sabar dan tabah. Terima kasih.
7. Galuh Alfian Romadhon (17)
Pesawat jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat Magetan, Jawa Timur.
Peristiwa pada pukul 6 lebih 25-jam 6 lebih 25. Korban selamat lima belas
orang dan korban meninggal Sembilan puluh Sembilan orang. Pendapatku
kasihan dan terkejut. Alasanku korban banyak luka-luka dan ada yang
meninggal. Harapanku lekas sembuh, keluarga sabar dan tabah. Sekian,
terima kasih.
8. Abdul Rohim (28)
Pesawat Hercules jatuh. Tempat kejadian Magetan, Jawa Timur. Pukul 06
titik 25 tanggal 20 Mei 2009. Korban mencapai sembilan puluh-sembilan
puluh sembilan orang-tewas lima belas orang selamat. Berita diceritakan
oleh Rayi dan Boma. Pendapatku sedih, kasihan, dan belas kasihan.
117777
Alasanku korban banyak lukka-luka, meninggal dan agar otak. Harapanku
semoga lekas sembuh dan keluarganya diberi kesabaran dan ketabahan.
Terima kasih.
9. Sofyan Jadi Alwandani (22)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Pesawat jatuh di tempat
Magetan, Jawa Timur pada pkul 6 lebih 25. Pada tanggal 25 Mei, hari
Rabu. Cerita ini diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku-sangat
menyedihkan dan kasihan kepada orang yang ditinggalkan oleh orang
yang dicintainya dan aku terharu. Alasanku korban ban-sebanyak sembilan
puluh sembilan orang yang meninggal ada-ada juga yang terluka.
Harapanku semoga lekas sembuh dan keluarga ikhlas, dan diberi
kesabaran dan tabah.
10. Muh. Aji Pratama (5)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa-korban meninggal sembilan puluh
sembilan orang, hidup lima belas orang. Peristiwa pesawat Hercules jatuh,
tempat Magetan, Jawa Timur, pukul 6 lebih 25, hari Rabu, hari
Kebangkitan Nasional, bulan Mei. Berita-diceritakan Rayi dan Boma.
Pendapatku sedih dan kasihan. Alasanku korban banyak yang sakit da
meninggal. Harapanku semoga korban yang masih hidup cepat sembuh
dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar. Sekian, terima kasih.
11. Bayu Yoga Putra Pratama (14)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban meninggal
sembilan puluh sembilan orang dan selamat lima belas oaring. Tempat
Magetan, Jawa Timur, pukul 6 lebih 25 menit. Pendapatku sedih, kasihan,
dan terkejut. Alasanku korban banyak. Ada yang luka-luka dan ada yang
meninggal. Harapanku semoga cepat sembuh. Keluarga sabar dan tabah.
Terima kasih.
12. Ima Cahyani (20)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban yang meninggal
sembilan puluh sembilan orang, yang selamat lima belas orang. Tempat di
Magetan, Jawa timur, jam 6 lewat 25, pada hari Rabu, bulan Mei tanggal
117788
20, tahun 2009. Pendapatku sedih, terkejut, kasihan, dan mengenaskan.
Alasanku korban banyak gagar otak, luka-luka, meninggal. Harapanku
semoga sembuh. Keluarga sabar dan tabah.
13. Wahyu Sri Ningsih (3)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban berjumlah-
berjumlah-yang selamat lima belas orang, yang meninggal sembilan puluh
sembilan orang. Tempat kejadiain Magetan, Jawa Timur, pukul 6 lebih25.
Berita diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku sedih, terharu,
kasihan. Alasanku korban banyak dan luka-luka, meninggal, dan gegar
otak. Harapanku semoga cepat sembuh. Keluarga sabar, tabah,
diikhlaskan. Terima kasih.
14. Amir Ma`arif Saifulloh (12)
Peris-pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh, tempat Magetan,
Jawa Timur, pada pukul 06 titik 25 menit. Berita diceritakan oleh Ra-Rayi
dan Boma. Pendapatku sedeh dan kasihan. Alasanku korban banyak luka-
luka dan meninggal. Harapanku semoga cepat sembuh, keluarga sabar dan
tabah. Terima kasih.
15. Yulianto (9)
Pesawat jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban meninggal se-sebanyak
sembilan puluh sembilan orang dan yang selamat lima belas orang.
Tempat kejadian di Magetan, Jawa Timur. Terjadi pada pukul 06 lebih 25
menit. Berita diceritakan-Rayi dan Boma. Pendapatku sangat menyedihkan
dan sangat kasihan. Alasanku banyak korban yang meninggal dan luka-
luka. Harapanku banyak korban yang meninggal dan luka-luka. Harapanku
korban yang selamat agar supaya lekas cepat sembuh, keluarga diberi
kesabaran dan ketabahan. Terima kasih.
16. Wakhidah Nikmatul Aisah (26)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat Mage-tan, Jawa
Timur. Korban ada sembilan puluh sembilan yang tewas dan lima belas
orang yang selamat. Berita diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku
sedih, terharu dan kasihan. Alasanku korban luka-luka, banyak meninggal
117799
dang agar otak. Harapanku semoga lekas sembuh dan keluarga yang
ditinggalkan sabar dan tabah.
17. Umi Sholihah (28)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban yang selamat
lima belas orang dan yang meninggal sembilan puluh sembilan orang.
Tempat di Magetan, Jawa Timur, pukul 6.25. Berita diceritakan Rayi dan
Boma. Pendapatku sedih, kecewa, dan kasihan. Alasanku banyak korban
yang luka-luka, meninggal, dan gagar otak. Harapanku lekas sembuh dan
keluarga tabah.
18. Sekar Arum Cahyaningsih Budiar (23)
Peris-pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban selamat
lima belas orang, meninggal lima belas orang. Tempat Magetan, Jawa
Timur, pukul 6.25. berita diceritakan Rayi dan Boma. Pendapatku sedih,
kasihan. Alasanku meninggal, luka-luka. Harapanku keluarga sabar, tabah,
cepat sembuh. Sekian, terima kasih.
19. Anita Apriliana (10)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat Magetan, Jawa
Timur, pukul 6 lebih 25. Berita diceritakan oleh Rayi dan Boma.
Pendapatku menyedihkan dan kasihan. Alasanku agar keluarga yang
ditinggalkan tabah, semoga yang selamat cepat sembuh. Sekian dan terima
kasih.
20. Yulfa Widiya Ike Nurhana (27)
Pesawaat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat Magetan, Jawa
Timur. Berita ini diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku
menyedihkan, kasihan, dan sedih. Alasanku korban banyak luka-luka,
meninggal, dan gagar otak. Harapanku semoga cepat sembuh, tidak
terjadi-keluarga yang ditinggalkan sabar dan tabah. Sekian.
21. Retno Sari Widowati (1)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Hercules-tempat
Magetan, Jawa Timur. Korban-pada pukul 6 lewat 25. Korban yang
118800
selamat lima belas orang dan korban yang meninggal sembilan puluh
sembilan orang. Berita diceritakan Rayi dan Boma pada tanggal 20 Mei.
Pendapatku sedih, kasihan, dan terkejut. Harapanku korban sedikit, korban
cepat sembuh. Alasanku banyaknya korban luka-luka, gegar otak,
meninggal dan dirawat di rumah sakit. Sekian. Terima kasih.
22. Farida Al Azizah (16)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Korban yang selamat
lima belas orang dan yang meninggal sembilan puluh sembilan orang.
Tempat Magetan, Jawa Timur. Tepat pada pukul 6 lewat 25. Berita
diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku sedih, kasihan, dan terkejut.
Alasanku korban banyak luka-luka, dan meninggal. Harapanku lekas
sembuh, keluarga pada tabah. Sekian. Terima kasih.
23. Ismei Alfiah Pujiastuti (18)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Bertempat di Magetan,
Jawa Timur. Pukul 6 lewat 25 menit. Korban-korban yang meninggal
sembilan puluh sembilan orang dan yang selamat lima belas orang. Berita
diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku menyedihkan, kasihan, dan
terkejut. Alasanku banyak korban yang luka-luka dan meninggal.
Harapanku semoga lekas sembuh, keluarga sabar dan tabah.
24. Sri Miyati (2)
Pesawat Hercules jatuh. Berita-peristiwa pesawat Hercules jatuh. Tempat
Magetan, Jawa Timur, tanggal 20 Mei 2009, pukul 6 lebih 25. Berita-
mengejutkan-diceritakan oleh Rayi dan Boma. Banyak korban selamat
lima belas orang, tewas sembilan puluh sembilan orang. Pendapatku
kasihan, sedih, terharu. Alasanku banyak korban luka, gagar otak,
meninggal. Harapanku sedikit korban, lekas sembuh. Terima kasih.
25. Widya Ari Murdianingsih (25)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa pesawat jatuh. Tempat Magetan, Jawa
Timur. Pada pukul 6 lewat 25. Korban tewas sembilan puluh sembilan
orang, selamat lima belas. Berita diceritakan dari Rayi dan Boma.
Pendapatku menyedihkan, kasihan, dan mengerikan. Alasanku korban
118811
banyak yang luka-luka, meninggal, dan gagar otak. Harapanku lekas
sembuh, keluarga diikhlaskan. Sekian. Terima kasih.
26. Nita Wahyuningsih (21)
Pesawat Hercules jatuh. Peristiwa-peristiwa ini tentang pesawat jatuh.
Korban ada yang selamat dan ada yang meninggal. Pesawat jatuh di
tempat Magetan, Jawa Timur, pada pukul 6 lebih 25 pagi. Berita
diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku sedih dan kasihan. Alasanku
banyak korban yang luka-luka dan meninggal. Harapanku lekas sembuh.
27. Rahmat Sejati (6)
Pesawat jatuh. Paristiwa pesawat jatuh. Korban yang meninggal sembilan
puluh sembilan orang dan yang selamat lima belas orang. Peristiwa ini di
tempat Magetan, Jawa timur, tepat pada pukul 6 lebih 25 pagi. Berita
diceritakan oleh Rayi dan Boma. Pendapatku sedih, kasihan, dan terkejut.
Alasanku banyak korban luka-luka dan meninggal. Harapanku lekas
sembuh, keluaraga harus tabah dan sabar. Sekian. Terima kasih.
118822
Lampiran 20. Dokumentasi Foto Siswa pada Siklus II
118833
Gambar 8. Siswa secara berpasangan membacakan berita yang telah diubah menjadi dialog. Siswa perempuan sudah berani berinisiatif maju.
Gambar 9. Siswa secara berkelompok menganalisis berita yang telah
dibacakan sebelumnya, kemudian kembali ke meja
118844
masing-masing untuk membuat peta pikiran (mind mapping)secara individu.
LAMPIRAN SIKLUS III
118855
Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SD Negeri 3 Karanganyar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/2
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain drama.
Kompetensi Dasar : 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan
mendukung dengan memperhatikan pilihan kata
santun berbahasa.
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
7. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengomentari persoalan faktual disertai alasan mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata santun berbahasa.
2. Materi Pembelajaran
Kalimat yang mengomentari persoalan faktual.
3. Metode Pembelajaran :
a. Ceramah
118866
b. Diskusi
c. Penampilan
4. Media/Alat Pembelajaran
a. Papan tulis dan whiteboard
b. Kapur dan board maker
c. Penghapus
d. Peta Pikiran(Mind mapping)
5. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Guru mengevaluasi kesalahan siswa pada pembelajaran
berbicara yang sebelumnya, kemudian guru memberi saran
agar siswa tidak mengulangi kesalahannya lagi.
b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan suatu kasus atau persoalan yang faktual.
2) Guru menyuruh siswa untuk membacanya di depan kelas.
3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab jika ada istilah atau hal
yang belum dimengerti dari kasus atau persoalan tersebut.
4) Siswa secara berkelompok dibantu guru menganalisis kasus
yang sedang faktual tersebut.
5) Siswa membuat peta pikiran (mind mapping) secara individu.
6) Siswa mengomentari persoalan yang faktual tersebut dengan
membuat mind mapping.
7) Guru membimbing dan mengarahkan siswa agar lebih mudah
menyusun komentarnya dengan mind mapping.
8) Guru meminta siswa maju satu persatu untuk menyampaikan
komentarnya mengenai persoalan faktual.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberi kritik dan saran bagi siswa yang telah maju.
118877
2) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari permasalahan berita
yang telah mereka pelajari.
3) Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran Bahasa
Indonesia hari ini.
6. Sumber Belajar
a. Surat Kabar/majalah/tabloid
b. Buku Pintar Mind Map untuk Anak karangan Tony Buzan
c. Buku Pelajaran Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
dasar Kelas V
7. Penilaian
a. Teknik : Kinerja(sikap dan praktik)
b. Bentuk instrumen : cheklist dan tes unjuk kerja atau performance
c. Soal/Instrumen :
Baca dan simaklah dialog di bawah dengan seksama!
BARCELONA UKIR SEJARAH DI ROMA
Dedi : “Bagaimana, Ter? Tim jagoanku, Barcelona menang telak atas
Manchester United, lho.”
Teru : ”Oh…ya. Aku lupa tidak menonton pertandingan Liga
Champions. Padahal Barcelona lawan MU di Roma, Italia. Hari
Kamis itu, kan.”
Dedi : “Aku juga tidak menontonnya kok. Soalnya jamnya terlalu malam
untuk anak SD seperti kita. Pertandingannya kan dini hari,
berarti kan pukul 00.00. Bisa-bisa aku tidak bisa bangun pagi
kalau menonton. Nanti telat ke sekolah. Aku hanya
membacanya di koran pagi ini.”
Teru : “Jadi MU kalah, ya. Padahal aku sudah yakin sekali kalau MU
bakalan menang. Bagaimana dengan skornya?”
Dedi : “Barcelona menang 2-0 atas MU. Keren, kan?”
118888
Teru : “Apa? Skor MU 0? Aku tidak percaya. Siapa saja yang mencetak
skor?”
Dedi : “Samuel Eto`o membuat gol pertama setelah sepuluh menit
pertandigannya berlangsung, kemudian Lionel Messi menambah
gol dengan sundulan kepalanya pada menit ke 70.”
Teru : “Jadi MU tidak bisa membalas sama sekali? Tidak bisa
mencetak satu gol pun? Jadi ini gelar yang ke berapa untuk
Barcelona, Ded?”
Dedi : “Kali ini adalah trofi Liga Champions ketiga Barcelona setelah
pernah menang pada tahun 1992 dan 2006.”
Teru : “Oh ya, apa julukan untuk Barcelona, Ded? Siapa sih pelatih,
ya?”
Dedi : “Julukan untuk Barcelona adalah The Azulgrana, sedangkan
pelatihnya Josep “Pep” Guardiola. Kalau julukan MU adalah
Set….”
Teru : “Setan Merah. Aku tahu itu. MU itu tim kesukaanku. Tentu saja
aku tahu julukannya.”
Dedi : “Iya…iya…. Teru-teru bozu.”
Teru : “Ya…iyalah, Dedi du di dam.
Kerjakan perintahnya yang berkenaan dengan dialog di atas!
1) Buatlah komentar dengan peta pikiran (mind mapping) berdasarkan
berita tersebut!
3) Buatlah komentar secara lisan di depan kelas dengan kata-kata yang
santun disertai alasan yang tepat dengan berpedoman pada mind
mapping yang telah kamu buat sebelumnya!
118899
Rentangan Skala No Aspek yang
dinilai 1 2 3 4 5
Perolehan
Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total
Nilai
Masing-masing aspek ditentukan dengan skala nilai 1-5. Jadi total nilai adalah 20
Penghitungan nilai akhir dalam skala 1-5 adalah sebagai berikut:
Perolehan skor
Nilai akhir = --------------------------------- X skor ideal (100) = ..........
skor maks (20)
Sukoharjo, Mei 2009
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Sukardi, S.Pd. Pani Raharjo, A.Ma.Pd.
NIP 19580429 197802 1 001 NIP 195605101977011044
119900
Lampiran 22. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada siklus III
Hari/Tanggal : Sabtu/30 Mei 2009
Waktu : 07.00 – 09.20 WIB
Jenis : Observasi Kelas
Objek : 1. Guru Bahasa Indonesia
2. Semua siswa kelas V SD N Karanganyar 03
Observator : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Suasana kelas sama seperti pada siklus I dan siklus II. Kelas nampak rapi
dan tenang ketika peneliti datang dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Siswa nampak lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran hari ini.
Deskripsi:
Guru dengan bersemangat dan tersenyum ramah mengucapkan salam
kepada siswa untuk membuka pelajaran. Setelah itu guru menanyakan apakah ada
siswa yang tidak masuk. Hari semua siswa masuk kelas. Guru menjelaskan
kegiatan hari ini sama seperti pada siklus I dan siklus II, tetapi mereka dibebaskan
untuk memilih teman sekelompoknya, tetapi tidak boleh lebih dari empat. Hal ini
dilakukan agar kelas tidak terlalu gaduh. Guru tidak lupa memberi nasihat agar
mereka belajar dengan sungguh-sungguh. Siswa diminta untuk membuat
kelompok. Siswa laki-laki nampak antusias dengan berita yang diangkat oleh guru
sebagai materi yaitu tentang kemenangan Barcelona dalam Liga Champions.
Beberapa siswa dengan antusias menunjukkan jari untuk membacakan berita
tersebut secara berpasangan, bahkan siswa perempuan juga banyak yang
119911
menunjukkan jari. Setelah beberapa siswa maju membacakan berita, guru
meminta siswa untuk berdiskusi dan membuat kesimpulan secara berkelompok.
Beberapa siswa bertanya mengenai beberapa istilah dan kata-kata dalam bahasa
asing. Guru dengan sabar menjawab pertanyaan siswa. Guru memberi arahan
kepada siswa.
Siswa kemudian membuat peta pikiran dengan tetap berada dalam satu
kelompok agar siswa tidak mondar-mandir di kelas. Siswa sudah terampil
membuat peta pikiran, sehingga tidak banyak bertanya cara membuat peta pikiran
seperti pada siklus-siklus sebelumnya. Setelah selesai, siswa diminta maju untuk
memberi komentar. Siswa dengan bersemangat menunjukkan jari untuk maju,
namun beberapa siswa perempuan masih menunggu giliran paling akhir untuk
maju walaupun sebagian besar siswa perempuan sudah berani menunjukkan jari.
Pembelajaran pada siklus III berjalan lebih baik. Siswa juga lebih bersemangat,
terutama siswa laki-laki yang antusias dengan berita yang diangkat oleh guru.
Siswa yang berada di belakang dengan tenang memperhatikan temannya yang
sedang berada di depan kelas untuk praktik berbicara. Setelah semua siswa maju,
guru memberikan kritik, saran dan mengajak siswa membuat kesimpulan
palajaran hari ini. Guru juga memberi pujian kepada siswa yang maju dengan
penampilan bagus. Setelah itu, guru menutup pelajaran Bahasa Indonesia.
Refleksi:
Siklus III secara keseluruhan berjalan lancar. Siswa lebih antusias ketika
mengetahui berita yang diangkat oleh guru sebagai materi hari ini. Siswa memulai
pelajaran dengan bersemangat. Guru juga memberikan semangat agar siswa serius
mengikuti pelajaran. Siswa tidak banyak bertanya karena mengenai cara membuat
peta pikiran. Meraka telah mengerti cara membuat peta pikiran, hanya beberapa
istilah asing yang ditanyakan oleh siswa tentang bagaimana cara membaca dengan
benar istilah asing tersebut. Secara keseluruhan siklus III berjalan lancar.
119922
Lampiran 23. 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus III
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam
pembelajaran berbicara dengan peta pikiran (mind mapping) pada
siklus III
Hari/Tanggal : Sabtu/30 Mei 2009
Waktu : 09.30 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Sri Miyati (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Ruang kelas sudah sepi karena siswa kelas V pergi ke ruang komputer.
Hanya ada beberapa siswa yang masih tinggal di kelas untuk diwawancarai.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
S : Sri Miyati.
P : Suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
S : Suka.
P Suka dengan materi apa?
S : Suka membaca.
P : Kalau materi berbicara, bagaimana?
S : Biasa, Mbak.
P : Biasa, bagaimana?
S : Tidak terlalu suka.
P : Kenapa tidak terlalu suka?
S : Malu kalau di depan kelas.
119933
P : Tapi suka dengan peta pikiran yang kita pelajari selama pelajaran
berbicara ?
S : Menyenangkan sekali.
P : Seperti apa menyenangkannya?
S : Saya jadi mudah menulis apa yang mau dibicarakan di depan kelas?
P : Menurutmu membuat peta pikiran sulit atau tidak?
S : Tidak.
P : Menurutmu lebih mudah menggunakan peta pikiran?
S : Lebih mudah, gampang diingat.
P : Menurutmu, kemampuan berbicara kamu meningkat atau tidak?
S : Meningkat.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa mengalami peningkatan selama pembelajaran berbicara dengan
menggunakan peta pikiran. Satu-satunya kendala yang dihadapi siswa adalah
perasaan malu ketika harus berbicara di depan kelas karena itu siswa lebih suka
membaca dari pada berbicara. Siswa ini senang belajar dengan peta pikiran dan
tidak mengalami kesulitan dengan cara membuat peta pikiran. Siswa lebih mudah
mengingat dan menuangkan idenya dengan menggunakan peta pikiran (mind
mapping).
Keterangan:
P : Peneliti
S : Sri Miyati
119944
Lampiran 23. 2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara siswa Pascasiklus III
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam
pembelajaran berbicara dengan peta pikiran (mind mapping) pada
siklus III
Hari/Tanggal : Sabtu/30 Mei 2009
Waktu : 09.45 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Amir Ma`arif Saefulloh (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Ruang kelas sudah sepi karena siswa kelas V pergi ke ruang komputer.
Tinggal tiga orang siswa yang masih tinggal di kelas untuk diwawancarai.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
A : Amir Ma`arif Saefulloh.
P : Apakah kamu senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia?
A : Senang IPA.
P : Kenapa tidak senang dengan pelajara Bahasa Indonesia?
A : Sulit.
P : Sulitnya dalam hal apa?
A : Berbicara.
P : Kenapa berbicara itu sulit bagimu?
A : Sulit menuangkan pikiran.
P : Bagaimana dengan peta pikiran? Kamu suka atau tidak?
A : Senang sekali.
119955
P : Menurutmu lebih mudah atau tidak jika menuangkan pikiran dengan
menggunakan peta pikiran?
A : Lebih mudah.
P : Kenapa menurutmu lebih mudah?
A : Karena saya suka menggambar.
P : Jadi apakah menurutmu lebih mudah menuangkan pikiran dengan
menggunakan gambar seperti dengan menggunakan peta pikiran?
A : Iya.
P : Mudah mengingat kembali atau tidak jika berbicara di depan kelas?
A : Iya.
P : Menurutmu kemampuan berbicaramu lebih meningkat atau tidak?
A : Iya.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa tersebut lebih menyukai pelajaran IPA dibandingkan dengan
pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa ini tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia
karena kesulitan menuangkan pikiran dalam kata-kata. Namun, siswa ini
menyukai peta pikiran karena lebih mudah menuangkan pikirannya disertai
dengan gambar-gambar. Menurut siswa ini kemampuan berbicaranya lebih
meningkat dibandingkan sebelumnya.
Keterangan:
P : Peneliti
A : Amir Ma’arif Saefulloh
119966
Lampiran 23. 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Pascasiklus III
Tempat : Ruang Kelas V SD Negeri Karanganyar 03
Tujuan : Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam
pembelajaran berbicara dengan peta pikiran (mind mapping) pada
siklus III
Hari/Tanggal : Sabtu/30 Mei 2009
Waktu : 10.00 WIB
Jenis :Wawancara terstruktur
Informan : Umi Sholihah (siswa)
Pewawancara : Haryani (Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia)
Setting:
Ruang kelas sudah sepi karena siswa kelas V pergi ke ruang komputer.
Tinggal dua orang siswa perempuan yang masih tinggal di kelas. Seorang siswa
menemani temannya untuk diwawancarai.
Deskripsi:
P : Namanya siapa?
U : Umi Sholihah.
P : Apakah kamu senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia?
U : Lebih senang IPA.
P : Kenapa tidak senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia?
U : Sulit, Mbak.
P : Dalam hal apa?
U : Maju berbicara.
P : Kenapa menurutmu berbicara sulit?
U : Kalau maju deg-degan terus lupa, Mbak.
P : Tapi kamu suka peta pikiran atau tidak?
U : Suka.
119977
P : Menurutmu lebih mudah atau tidak jika berbicara di depan kelas
dengan berpedoman pada peta pikiran?
U : Lebih mudah.
P : Lebih mudah dalam hal apa?
U : Menulisnya sebelum maju.
P : Kamu mengalami kesulitan atau tidak dalam membuat peta pikiran?
U : Tidak.
P : Menurutmu, kemampuan berbicaramu meningkat atau tidak?
U : Iya.
P : Terima kasih.
Refleksi:
Siswa tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi
berbicara. Ia merasa malu dan deg-degan ketika harus berbicara di depan kelas
sehingga lupa dengan apa yang akan disampaikan. Namun demikian, siswa ini
suka dengan peta pikiran karena ia menjadi lebih mudah berbicara dengan bantuan
peta pikiran. Ia lebih mudah menuliskan idenya dalam bentuk peta pikiran.
Keterangan:
P : Peneliti
U : Umi Sholihah
119988
Lampiran 24. Lembar Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa
Rentangan Skala No Aspek yang
Dinilai
5 4 3 2 1
Perolehan Skor
1 Lafal
2 Keruntutan
3 Kelancaran
4 Pemahaman
Total Skor
Nilai
Keterangan
1 Lafal
5 Tidak terjadi salah ucapan yang mencolok, ucapan standar.
4 Pengaruh ucapan asing(daerah) dan kesalahan ucapan tidak
menyebabkan kesalahpahaman.
3 Pengaruh ucapan asing(daerah) memaksa orang mendengarkan dengan
teliti, salah ucap yang menyebabkan kesalahpahaman.
2 Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman.
1 Ucapan sering tidak dapat dipahami karena kesalahan melafalkan kata-
kata.
2 Keruntutan
5 Runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
4 Terjadi sedikit ketidakruntutan dalam pembicaraan.
3 Kadang-kadang tidak runtut, tetapi tidak menganggu pembicaraan.
2 Banyak terjadi ketidakruntutan ketika berbicara yang menganggu
pembicaraan.
1 Sama sekali tidak runtut dari awal sampai akhir pembicaraan.
119999
3 Kelancaran:
5 Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
4 Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-sekali masih kurang ajeg.
3 Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap,
pengelompokkan kata kadang-kadang juga tidak tepat.
2 Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat-
kalimat pendek dan telah rutin.
1 Pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus.
4 Pemahaman:
5 Memahami segala sesuatu dalam pembicaraan formal.
4 Memahami agak baik kata-kata normal, kadang-kadang pengulangan
dan penjelasan.
3 Memahami dengan baik kata-kata sederhana, dalam hal tertentu masih
perlu penjelasan dan pengulangan.
2 Memahami dengan lambat kata-kata sederhana, sehingga perlu
penjelasan dan pengulangan.
1 Memahami sedikit isi kata-kata yang paling sederhana.
Teknik penilaiannya sebagai berikut:
1. Nilai dalam tiap unsur berkisar antara 1 sampai dengan 5: nilai 1 berarti
kurang sekali, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti
baik, nilai 5 berarti baik sekali.
2. Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur
penilaian yang diperoleh siswa.
3. Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
220000
4. Presentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
5. Batas ketuntasan kemampuan berbicara = 6,5 merupakan standar sekolah
220011
Lampiran 25. Lembar Observasi Keaktifan Siswa
Perilaku Amatan No Nama Siswa
A B C D E
Jumlah siswa yang aktif
Presentase
Rata-rata presentase
Keterangan :
A : Bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti
B : Maju dengan inisiatif sendiri
C : Memberi tanggapan untuk siswa lain yang maju
D : Memperhatikan penjelasan guru
E : Tidak berjalan ke sana ke mari keluar tempat duduk
Total aspek amatan adalah 5
220022
Lampiran 26. 1. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus III
220033
Lampiran 26. 2. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus III
220044
Lampiran 26. 3. Hasil Peta Pikiran Siswa Pada Siklus III
220055
Lampiran 27. Transkrip Berbicara Siswa pada Siklus III
Transkrip Berbicara Siklus III
1. Muh. Aji Pratama (5)
Barcelona menang atas Manchester United. Kejadian waktu pukul 00 hari
Kamis. MU kalah, skor 0, dijuluki TheRed Devil. Gelar Barca-menang 2,,
pelatih Joseph Gurdiola, julukan The Azulgrana. Pertandingan Liga
Champions, skor Barcelona 2, MU 0. Tempat stadion Olympico di Roma,
Italia. Gol Samuel Eto`o menit 10 dan Lionel Messi menit 70. Kostum
Barcelona merah biru, MU putih. Gelar Barca ketiga. Tim kesukaanku
Bayern Munchen, Inter Milan, Chelsea, Barcelona, dan Real Madrid.
Harapanku agar Inter juara, agar Chelsea dimasa depan-agar Barcelona
menang. Pendapatku senang, gembira, dan bahagia. Alasanku MU kalah,
Barcelona menang. Sekian. Terima kasih.
2. Abdul Rohim (28)
Barcelona menang di Roma, Italia. Kejadian waktu pukul 00 hari Kamis.
MU 0-Barcelona 2. MU dijuluki Setan Merah dan Barcelona dijuluki The
Azulgrana. Seragam yang dipakai MU-Manchester United adalah putih
dan Barce-Barcelona biru dan merah. Gelar yang ketiga. Pertandingan
Liga Champions-tempat di Roma, Italia. Pendapat-ku kecewa, tidak
disangka-sangka MU kalah. Alasanku Manchester United kalah,
Barcelona menang. Harapanku MU tidak kalah lagi. Tim kesukaanku
Manchester United.
3. Wahab Purnomo (24)
Kejadian gelar ketiga. Pencetak gol Samuel Eto`o menit ke 10. Waktu
pukul 00.00, hari Kamis. Barcelona memakai seragam merah biru.
Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU kalah 0-diijuluki
220066
Setan Merah, seragam putih. Pendapatku kecewa dan terkejut. Alasanku
MU kalah dan Barcelona menang. Harapanku semoga suatu saat MU bisa
membalas gol dan sukses terus Barcelona. Tim kesukaanku MU. Sekian
dari saya.
4. Awaludin (4)
Barcelona menang. Kejadian hari Kamis, pukul 00.00. MU kalah, dijuluki
Red De`vil. Barcelona menang 2. Pelatih Josep Guardiola. Pertandingan
Liga Champions. Skor Barcelona 2-MU 0. Tempat Roma, Italia. Pencetak
gol Samuel Eto`o menit 10, Lionel Messi menit ke 70. Pendapat terkejut
dan kaget. Alasan MU kalah. Harapan semoga MU menang. Tim
kesukaaku MU. Sekian dari saya.
5. Sofyan Jadi Alwandani (22)
Barcelona menang. Kejadian MU kalah dengan Barcelona. Barcelona
menang, dijuluki MU Setan Merah, Barcelona The Azulgrana. MU-
Barcelona menang gelar ketiga. Sekor Barcelona 2, MU 0. Pertandingan
Liga Championss. Samuel Eto`o, pencetak gol Samuel Eto`o menit
kesepuluh dan Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Tempat Roma, Italia.
Waktu pukul 00.00, hari Kamis. Pendapat aku kecewa karena MU kalah
dan tidak senang. Alasan, MU kalah dengan Barcelona dan Barcelona
mendapat gelar ketiganya. Harapanku pertandingan berikutnya MU bisa
menang dan mendapat gelarnya. Tim kesukaanku MU dan AC Milan.
Sekian dari saya. Terima kasih.
6. Iput Prasetyo (19)
Kejadian gelar yang ketiga Barcelona. Waktu setengah satu malam, hari
Kamis Manchester United kalah. Pelatih Alex Ferguson. Kalah 0-2,
dijuluki Setan Merah, memakai seragam putih. Barcelona menang 2,
seragam-memakai seragam merah biru. Pelatih Joseph Guardiola, dijuluki
The Azulgrana. Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2 dan
Manchester United 0. Tempat di Roma, Italia. Pencetak gol pertama
adalah Samuel Eto`o pada menit kesepuluh dan Lionel Messi pada menit
ketujuhpuluh. Pendapat, senang dan gembira. Alasan Barcelona menang
220077
dan Manchester United kalah. Harapan, semoga Barcelona selalu menang
dan selalu berjaya. Tim kesukaanku Chelsea dan Barcelona. Sekian,
terima kasih.
7. Galuh Alfian Romadhon (17)
Bercelona menang. Kejadian Barcelona mendapat gelar ketiga. Waktu
pertandingan pukul 1 lebih 30 menit, hari Kamis. Manchester United
kalah. MU dijuluki Setan Merah, seragam putih. Barcelona seragam biru
merah, menang 2. Pelatih Joseph-Joseph “Pep”. Pertandingan-
pertandingan Liga Champions. Sekor Barcelona 2, MU kosong. Pencetak
gol Samuel Eto`o menit sepuluh dan Lionel Messi menit ketujuhpuluh.
Pendapatku kecewa dan terkejut. Alasanku Barcelona menang, MU kalah.
Harapanku semoga MU menang, Barcelona kalah. Tim kesukaanku MU.
Sekian terima kasih.
8. Adam Hermawan Hidayat (11)
Barcelona menang 2-0. Kejadian pertandingan Liga Champions, MU
kalah dijuluki Setan Merah. Seragam warna put-baju putih, celana putih.
Barcelona berseragam. Warna baju merah, celana biru. Julukan The
Azulgrana. Menang 2, gelar ketiga. Terjadi pada pukul 00 titik 00. Hari
Kamis. Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU 0. Tempat
di stadion Olympico, Roma Itali. Pencetak gol pertama Samuel Eto`o
menit kesepuluh, Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku sangat
kecewa, terkejut, dan kasihan. Alasanku karena MU kalah, dan Barcelona
menang. Harapan agar MU menerima kekalahan. Tim kesukaanku MU
dan Chelsea. Terima kasih.
9. Alan Budi Kusuma (13)
Kejadian Barcelona mempunyai gelar ketiganya melawan MU. Waktu
pada pukul setengah satu, pada hari Kamis. MU kalah. MU dijuluki oleh
The Red Devil. MU memakai sragam putih dan Barce dijuluki sebagai The
Azulgrana. Sragam Barcelona adalah merah biru, menang 2-0. Pelatih
Barcelona adalah Josep Guardiola dan pelatih MU adalah Jose Morino
(dibaca Hose Morinyo). Pertandingan La Liga Champions. Sekor
220088
Barcelona 2, MU 0. Tempat stadium Olympico, Roma, Italia. Pencetak-
pencetak gol adalah Samuel Eto`o pada menit kesepuluh dan Lionel Messi
pada menit ketujuhpuluh. Pendapatku kecewa karena MU kalah. Alasanku
sangat kecewa. Harapanku agar Manchester tetap menang. Tim
kesukaanku adalah AC Milan dan Manchester United. Sekian dari saya.
10. Rahmat Wahyudi (7)
Kejadian gelar ketiga. Waktu pukul kosong-kosong, hari Kamis, Mu
kalah. Dijuluki Red Devil. Seragam putih. Barcelona berseragam merah
biru, menang. Pelatih Josep “Pep” Guardiola. Dijuluki The Azulgrana.
Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU 0. Tempat stadion
Olympico, Italia, Roma. Pencetak gol S. Eto`o pada menit sepuluh, L.
Messi menit ketujuhpuluh. Tim kesukaanku MU, Inter Milan dan Real
Madrid. Harap-panku agar menang terus. Aku atau Barcelona agar
menang. Alasanku Barcelona menang, MU kalah. Pendapatku kecewa dan
sedih. Sekian dulu.
11. Bayu Yoga Putra Pratama (14)
Kejadian MU kalah, Barcelona menang gelar ketiga. Waktu pukul 00.00,
hari Kamis. MU dijuluki The Red Devil, seragam putih. Barcelona dijuluki
The Azulgrana, seragam biru merah. Pertandingan Liga Champions. Skor
Barcelona menang 2, MU kalah. Tempat stadion Olympico, Roma, Italia.
Pencetak gol Samuel Etonos-Samuel Eto`o menit kesepuluh. Gol kedua
Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Alasanku Barcelona menang, MU
kalah. Pendapatku kecewa, terkejut. Harapanku agar MU menang di Liga
Champions musim depan. Tim kesukaanku MU dan AC Milan. Sekian.
12. Yulianto (9)
Barcelona menang 2-0. Kejadian MU kalah dengan Barcelona dengan
skor 2-0. MU dijuluki sebagai Setan Merah. Terjadi pada pukul 00.00.
Barcelona menang2-0. Pelatih bernama Josep. Skor Barcelona dengan
MU adalah 2-0. Pertandingan adalah Liga Champions. Pencetak gol
pertama ada Samuel Eto`o pada menit kesepuluh dan kedua Lionel Messi
menit ketujuhpuluh. Ini gelar yang dipunyai oleh Barcelona adalah gelar
220099
ketiga. Pendapatku sangat kecewa karena MU telah kalah dan terkejut.
Alasanku MU telah kalah dengan Barcelona. Harapanku agar MU menang.
Tim kesukaanku MU. Terima kasih.
13. Rahmat Sejati (6)
Barcelona menang. Kejadian Barcelona mempunyai gelar ketiga.
Barcelona-anu-pukul waktu pada pukul 00.00 pada hari Kamis. MU kalah
2. MU dijuluki Setan Merah, sedangkan Barcelona dijuluki Azulgrana.
Seragam MU-Barcelona berseragam biru merah. Barcelona menang 2.
Pelatih Josep “Pep” Guardiola. Pertandingan Liga Champions. Tempat
stadion Olympico, Roma, Italia. Skor Barce 2 dan MU 0. Pendapatku
kecewa dan terkejut. Harapanku MU menang, barce kalah. Tahun depan
semoga MU menang. Alasanku MU kalah, Barcelona menang. Tim
kesukaanku Inter Milan, MU, dan Chelsea. Sekian.
14. Amir Ma`arif Saefulloh (12)
Barcelona menang 2-0. Kejadian gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari
Kamis. MU kalah dijuluki Setan Merah seragam putih. Barcelona seragam
merah biru menang 2. Pelatih Josep “Pep” Guardiola. Julukan The Azul
Grana. Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU 0. Tempat
Roma, Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o sepuluh menit-menit kesepuluh,
Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku senang dan gembira. Alasan
Barcelona menang, MU kalah. Harapan agar MU menerima
kekalahannya,agar Barcelona menang terus. Tim kesukaanku Barcelona
dan Chelsea. Terima kasih.
15. Sekar Arum Cahyaningsih (23)
Barcelona menang. Kejadian gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari Kamis
MU kalah dijuluki Setan Merah dan Barcelona menang. Pelatih Josep
“Pep” Guardiola. Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU 0.
Pencetak gol Samuel Eto`o menit kesepuluh, Lionel Messi menit
ketujuhpuluh. Tempat Roma, Italia. Pendapat kecewa. Alasan Barcelona
menang, MU kalah. Harapan semoga MU menang. Tim kesukaanku MU.
221100
16. Ima Cahyani (20)
Barcelona menang gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari Kamis. MU
kalah. MU dijuluki Setan Merah, seragam putih. Barcelona menang 2,
seragam merah biru. Pelatih Josep Guardiola. Julukan The Azulgrana.
Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2,MU 0. Tempat stadion
Olympico, Roma, Italia. Pendapatku terkejut, kecewa. Alasanku MU
kalah, Barcelona menang. Harapanku MU menang, Barcelona kalah.
17. Umi Sholihah (8)
Barcelona menang gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari Kamis. MU
dijuluki Setan Merah. Barcelona seragam merah biru. MU seragam putih.
Barcelona menang 2. Pelatih Josep “Pep” Guardiola. Pertandingan Liga
Champions. Skor Barcelona 2. Tempat stadion Olympico, Roma, Italia.
Pencetak gol Samuel Eto`o menit kesepuluh, Lionel Messi menit
ketujuhpuluh. Pendapatku senang. Alasanku Barcelona menang dan yang
kalah MU. Harapanku Barcelona menang. Tim kesukaanku Barcelona.
Terima kasih.
18. Yulfa Widiya Ike Nurhana (27)
Bar-celona menang. Kejadian pukul 00.00. MU kalah. Dijuluki Setan
Merah. Barcelona menang 2. Pertandingan Liga Champions. Skor
Barcelona 2, MU 0. Tempat Roma, Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o
menit kesepuluh, Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku terkejut,
kecewa, dan sedih. Alasanku MU kalah, Barcelona menang. Harapanku
agar MU menang. Tim kesukaanku MU. Terima kasih.
19. Anita Apriliana (10)
Barce-lona menang 2-0. Kejadian gelar ketiga. Waktu pukul MU kalah 0.
MU dijuluki Setan Merah. Barcelona menang 2. Pertandingan Liga
Champions. Skor Barcelona 2, MU 0. Tempat Roma, Italia. Pencetak gol
Samuel Eto`o menit kesepuluh dan Lionel Messi menit ketujuhpuluh.
Pedapat kecewa, terkejut, dan sedih. Alasan Barcelona menang, MU
menang. Tim kesukaanku MU. Sekian, terima kasih.
221111
20. Farida Al Azizah (16)
Barcelona menang. Kejadian ini gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari
Kamis. MU kalah 0, dijuluki Setan Merah. Barcelona menang 2. Pelatih
Josep “Pep” Guardiola. Dijuluki The Azulgrana. Pertandingan Liga
Champions. Tempat Roma, Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o menit
kesepuluh dan Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku terkejut,
kecewa. Alasan MU kalah, Barcelona menang. Harapan agar MU menang.
Tim kesukaan MU. Terima kasih.
21. Wakhidah Nikmatul Aisah (26)
Barcelona menang. Kejadian Liga Champions. Tempat Roma, Italia.
Waktu pukul 00.00 hari Kamis Barcelona menang. Pendapatku kecewa,
terkejut. Alasanku MU kalah dan Barcelona menang. Harapan semoga
MU menang tahun depan dan agar MU menang. Tim kesukaanku MU.
Terima kasih.
22. Widya Ari Murdianingsih (25)
Barcelona menang. Kejadian waktu pukul 00.00 MU kalah 0. Dijuluki
Setan Merah. Barcelona menang 2 dijuluki The Azulgrana. Pertandingan
Liga Champions. Tempat Roma, Italia. Pendapatku kecewa dan sedih.
Alasan MU kalah. Harapan agar MU menang. Tim kesukaanku MU.
Terima kasih.
23. Ismei Alfiah Pujiastuti (18)
Barcelona menang. Kejadian MU-MU kalah. Gelar ketiga waktu pukul
00.00 hari Kamis. Dijuluki Setan Merah. Barcelona menang 2. Dijuluki
The Azulgrana. Pelatih Josep “Pep” Guardiola. Pertandingan Liga
Champions. Tempat di Roma, Itali-Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o
menit kesepuluh, Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku kecewa.
Alasanku menang Barcelona. Kalah MU. Harapanku agar MU menang.
Tim kesukaanku MU.
24. Nita Wahyuningsih (21)
221122
Barcelona menang. Kejadian waktu pukul 00.00 hari Kamis. Mu kalah
dijuluki Setan Merah. Barcelona menang. Skor Barcelona 2, MU kalah 0.
Pendapatku kecewa. Alasanku MU kalah. Harapanku semoga MU
menerima kekalahannya. Tim kesukaanku MU. Sekian.
25. Wahyu Sri Ningsih (3)
Barcelona menang. Kejadian gelar ketiga. Waktu pukul 00.00 hari Kamis
MU kalah. Seragam putih. Dijuluki Setan Merah. Barcelona seragam
merah biru. Julukan The Azulgrana. Pertandingan Liga Champions. Skor
Barcelona 2, MU 0. Tempat Roma, Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o
menit kesepuluh, Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pendapatku kecewa,
sedih, terkejut. Alasan MU kalah, Barcelona menang. Harapan semoga
MU menang. Tim kesukaanku MU. Sekian.
26. Retno Sari Widowati (1)
Barcelona menang. Kejadian MU kalah. Barcelona menang gelar ketiga.
Pukul 00.00 hari Kamis. MU dijuluki Setan Merah, sedangkan Barcelona
dijuluki The Azulgrana. MU memakai seragam putih, sedangkan
Barcelona merah biru. Tempat Roma, Italia. Pencetak gol Samuel Eto`o
menit kesepuluh, Lionel Messi menit ketujuhpuluh. Pelatih Barcelona
Josep “Pep” Guardiola. Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2,
MU 0. Pendapatku kecewa dan terkejut. Alasanku Barcelona menang,
sedangkan MU kalah. Harapanku agar MU menang. Tim kesukaanku MU.
Sekian, terima kasih.
27. Sri Miyati (2)
Barce-lona menang. Kejadian MU kalah, Barcelona menang.
Pertandingan Liga Champions. Skor Barcelona 2, MU 0. Tempatnya di
Italia waktu pukul 00.00 hari Kamis. Gelar kegita. Penyetak gol Samuel
Eto`o menit sepuluh, Lionel Messi ketujuhpuluh. Pelatihnya Barcelona
Josep “Pep” Guardiola. Pendapatku menyedihkan, kecwa, terkejut.
Alasanku Barcelona menang, Mu kalah. Harapanku MU menang. Tim
kesukaanku MU. Sekian dan terima kasih.
221133
Lampiran 28. Foto Siswa pada Siklus III
221144
Gambar 10. Pelajaran diawali dengan salam, kemudian guru memberi penjelasan kepada siswa, sedangkan siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan guru.
Gambar 11. Siswa sedang membuat peta pikiran dengan tetap berada dalam kelompoknya. Siswa lebih tenang dan serius dengan kelompoknya karena guru memberi kebebasan untuk memilih kelomponya sendiri.