UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA...

109
1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : AKHMAD ARIFIN NIM : 093111228 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA...

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON

KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

AKHMAD ARIFIN NIM : 093111228

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

WALISONGO SEMARANG 2011

2

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Akhmad Arifin

NIM : 093111228

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya

.

Semarang, 2 Juni 2011

Saya yang menyatakan, Akhmad Arifin NIM : 093111228

3

4

NOTA PEMBIMBING Semarang, 4 Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang.

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan , arahan, dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Akhmad Arifin NIM : 093111228 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam.

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I,

Rosidi, M.SI NIP. 197701312006041011

5

ABSTRAK Judul : Meningkatakn Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

Penulis : Akhmad Arifin NIM : 093111228

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajran al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011; dan 2) Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar mata Pelajaran al-Quran Hadits melalui implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

Skripsi ini merupakan penelitian Tindakan Kelas yang mengambil objek penelitian kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang berjumlah 31 orang. Sumber primer penelitian ini ialah pelaksanaan atau penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Jenis datanya diambil dari penerapan dan observasi langsung di lapangan, intervieu dengan kolaborator, siswa, dan Kepala MI Kebonharjo, adapun sumber skunder berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar hadir atau buku tamu, arsip, bahan bacaan, majalah, dan lain-lain.

Pembahasan hasil penelitian, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Penerapan Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa kelas IV MI Kebonharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes akhir siklus I diketahui siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan sebelum diterapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan kelompok tingkat keceradasan siswa dihasilkan data sebagai berikut : 1. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan berturut-

turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I 63,44, dan siklus II 69,66

6

2. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I 72,85, dan siklus II 73,0

3. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan siklus II 89,27.

7

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5043 b/ U/ 1987 tertanggal 22 Januari 1998 A. Huruf Hijaiyah

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan ا

- Ba’ B ب

- Ta’ T ت

Tsa S S dengan titik atas ث

- Jim J ج

Ha H H dengan titik bawah ح

- Kha Kh خ

- Dal D د

Zal Z Z dengan titik atas ذ

- Ra R ر

- Za’ Z ز

- Sin S س

- Syin Sy ش

Sad s. S dengan titikbawah ص

Dad D d dengan titik bawh ض

Ta’ T T dengan titik bawah ط

Dha Z Z dengan titik bawah ظ

Ain ‘ Koma terbalik ع

- gain G غ

- Fa F ف

- Qaf Q ق

- Kaf Kh ك

- Lam L ل

- Mim M م

- Nun N ن

8

- Wawu W و

� Ha H -

Hamzah ` Koma lurus miring ء

- Ya Y ئ

Ta’ marbutah H Dibaca ah ketikamawquf ة

ة... Ta’ marbutah t/ h Dibaca ah/ at mawquf

B. Vokal Pendek

Arab Latin Keterangan Contoh

- a Bunyi fathah pendek ا��

- i Bunyi kasrah pendek ���

- u Bunyi dhumah pendek �ا

C. Vokal Panjang

Arab Latin Keterangan Contoh

آ� ن a Bunyi fathah panjang ــــ�

��� i Bunyi kasrah panjang ــــــ� ــــ�

آ� �� u Bunyi dhumah panjang ـــــ�

D. Diftong

Arab Latin Keterangan Contoh

��ز aw Bunyi fathah diikuti waw ـــ�

آ�� ’ai Bunyi fathah diikuti ya ــــــ�

E. Pembauran Kata Sandang Tertentu

Arab Latin Keterangan Contoh

�� ا

��� ا

Al-qa

Sy-Sya

Bunyi al qomariyyah

Bunyi al syamsiyyah/ diganti

denganhuruf berikutnya

��!"#� ا

�� وا

%� وا

Wal-mu/

Wat-ta

Bunyi al Qomariya/ al

syamsiyahdiawali huruf

hidup, maka tidak terbaca

mandiri

��� �&"� وا

���'(� وا

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan sanjung penulis panjatkan

hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan bimbingan

kepada mahluknya tanpa terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada

beliau Nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, Sahabat, dan para

pengikutnya.

Syukur Alhamdulilah skripsi ini, dapat diselesaikan setelah melewati

waktu yang panjang dengan mengalamu berbagai kesulitan dan hambatan.

Berkat petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits

Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas

IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.”

Selanjutnya perkenankanlah penulis menyampaikan hormat dan terima

kasih, kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhibbin selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Dr. H. Sudja`i, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

3. Ahmad Muthohar, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Walisongo Semarang.

4. Rosidi, M.SI selaku pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan penulis

pada penyusunan skripsi ini

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun

skripsi ini.

6. Kepada orang tua dan isteriku tercinta yang selalu mendorong penulis untuk

menyelesaikan studi dan anakku yang baru lahir.

7. Kepala MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah memberikan ijin penelitian

8. Kolaborator dan siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal yang telah

membantu penelitian penulis.

9. Rekan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan semua

pihak yang membantu terselesainya penyusunan skripsi ini.

10

Penulis memohon kepada Allah SWT, agar orang-orang yang telah

membantu dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini, mendapatkan limpahan

rahmat dan amal baiknya mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT.

Apabila ada yang berbeda dengan hasil penulis didalam skripsi ini, maka

itu merupakan ragam pemikiran yang barangkali dapat merupakan rahmah sebagai

hazanah keilmuan. Tulisan ini masih perlu didiskusikan atau didialogkan lebih

jauh lagi.

Apabila pembaca mendapatkan bahwa ada beberapa hal yang belum

dikupas dalam skripsi ini maka merupakan peluang bagi semua pihak untuk

memperluas wawasan tentang tema dari penelitian ini. Demikianlah, semoga

tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih

߉ ôϑ ysø9 $# ¬! Å_Uu‘ šÏϑ n=≈ yèø9 $#

Kendal, 2 Juni 2011

Penulis

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii

PENGESAHAN .................................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

TRANSLITERASI .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Deskripsi Teori ............................................................................... 7

1. Hasil Belajar Al-Quran Hadits .................................................. 7

2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) ................ 19

B. Kerangka Berpikir........................................................................ .. 26

C. Kajian Penelitian yang Relevan ..................................................... 27

D. Hipotesis Tindakan......................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 29

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 29

12

C. Subjek Penelitian ............................................................................ 29

D. Pelaksana dan Kolaborator ............................................................. 30

E. Rancangan Penelitian ..................................................................... 30

F. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 34

G. Sumber Data ................................................................................... 41

H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41

I. Teknik Analisis Data ...................................................................... 43

J. Indikator Keberhasilan ................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL-

QURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE

TREATMENT INTERACTION (ATI) SISWA KELAS IV MI

KEBONHARJO PATEBON KENDAL TAHUN PELAJARAN

2010/2011

A. Hasil Penelitian Tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata

Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ................................ 46

1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus…. ................................... 46

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ............................................ 48

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II .......................................... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hasil Penelitian Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Quran Hadits

Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 ....................................................................................... 58

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 64

B. Saran-saran ..................................................................................... 65

C. Penutup ........................................................................................... 66

13

DAFTAR PUSTAKA

RPP

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

14

DAFTAR TABEL

TABEL

1. Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal, 47.

2. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal Pada Siklus I, 49

3. Aktivitas Belajar Siswa Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

Siklus I, 51

4. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal Pada Siklus II, 54

5. Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Siklus

II, 56

6. Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal, 58

7. Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Model Pembelajaran

Aptitude Treatment Interactian (ATI) Siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kendal, 60

15

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1. Desain Penelitian Tindakan Kelas, 31

2. Histogram Keaktivan Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal Secara Keseluruhan, 59

3. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal dari Pra Siklus sampai Siklus II, 60

4. Presentase Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Pra Siklus

sampai Siklus II, 61

5. Peningkatan Prestasi Belajar Al-Quran Hadits Siswa Berdasarkan

Kelompok dari Pra Siklus sampai Siklus II, 63

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di madrasah ibtidaiyah terutama pembelajaran Al-

Quran Hadits merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal

berbasis keislaman, karena melalui sebuah proses pembelajaranlah terjadi transfer

ilmu dari guru ke siswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan. Tujuan dari

sebuah pendidikan dapat tercapai apabila tercipta sebuah proses pembelajaran

yang berkualitas. Pada tingkat mikro, guru mata pelajaran Al Quran dan Hadits

akan bertanggung jawab secara penuh dalam sebuah proses pembelajaran agar

tercipta suasana pembelajaran yang interaktif, efektif, dan berkualitas. Pada

tingkat makro sebuah lembaga pendidikanlah yang bertanggung jawab dalam

pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat memberikan

kontribusinya dalam penciptaan proses pembelajaran nantinya.

Baik buruknya proses pembelajaran di sekolah atau madarasah

menentukan kualitas pendidikan. Sebuah proses pembelajaran bisa dikatakan

berhasil atau tidaknya dapat diukur melalui dua hal, yang pertama ialah nilai atau

kompetensi yang diperoleh peserta didik dan kedua perubahan tingkah laku

peserta didik yang dapat dilihat.1 Nilai dapat diukur jika setelah adanya proses

pembelajaran pada peserta didik terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai

yang diperoleh sebelumnya. Perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses

pembelajaran tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik atau siswa

tersebut. Menurut Catharina Tri Anni dan kawan-kawan pada proses

pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah

melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan pada tujuan pembelajaran.2

Tujuan pembelajaran Al-Quran Hadits ialah untuk mempersiapkan

peserta didik menjadi manusia yang shalih pada kehidupan bermasyarakat dan

1 Nana Sudjana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),

hlm. 37. 2 Tri Ani. Catharina, Teori Pembelajaran, (Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006),

hlm. 5

17

bernegara. Pada dasarnya tujuan Al-Quran Hadits ialah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan

diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal

untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.3

Berdasarkan uraian tersebut dibutuhkan suatu pola yang mampu

menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru

untuk memilih dan menggunakan model, metode, dan strategi pembelajaran

senantiasa perlu ditingkatkan. Kemampuan guru untuk berkreasi dan improvisasi

sangat diperlukan pada interaksi belajar mengajar, agar tercipta suasana

pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran demikian

diharapkan mampu menjadi basis pembelajaran Al-Quran Hadits yang mengacu

tercapainya hasil belajar peserta didik secara maksimal.

Ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran Al-Quran

Hadits dapat ditinjau dari guru yang kurang menguasai materi, metode dan media

yang digunakan kurang tepat, serta model pembelajaran yang masih konvensional.

Model pembelajaran tersebut sebaiknya tidak diterapkan lagi dalam pembelajaran.

Guru Al-Quran Hadits pada waktu mengajar bukan saja menggunakan metode

ceramah atau bercerita dan berdiri di depan kelas, tetapi lebih dari sekedar itu,

yaitu bagaimana teknik, strategi, dan metode guru untuk mengkomunikasikan

pesan atau materi pelajaran, berinteraksi dan mengorganisir, serta berusaha secara

maksimal mengelola peserta didik sehingga berhasil dan mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Kreativitas penerapan metode pembelajaran

yang canggih, keterlibatan emosional serta intelektual pada setiap aktivitas belajar

terutama pembelajaran Al-Quran Hadits, akan memiliki nuansa kebermaknaan

belajar yang tinggi bagi penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung

dalam Al-Quran Hadits.

Keberhasilan penanaman dan penguasaan nilai-nilai yang terkandung

pada pembelajaran Al-Quran Hadits akan tercapai apabila seorang guru mata

pelajaran Al-Quran Hadits memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran

3 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

2000), hlm. 7

18

secara baik. Metodologi pembelajaran merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang

model atau metode yang digunakan pada pekerjaan mendidik.4 Kegagalan guru

ketika mengajar tidak sedikit disebabkan kurang mampunya guru menciptakan

suasana belajar yang kreatif, di mana siswa bergairah untuk belajar, memiliki

kreativitas dan tanggung jawab untuk belajar secara mandiri, serta mencapai

kompetensi belajar yang diinginkan. Guru yang baik dan profesional tentu akan

mengusahakan model pembelajaran yang mampu merangsang motivasi dan

kompetensi/hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Dipilihnya mata pelajaran Al-Quran Hadits pada penelitian ini

berdasarkan wawancara penulis dengan guru disebabkan karena kondisi

pembelajaran mata pelajaran ini mengalami kendala rendahnya minat belajar

peserta didik dan menurunnya prestasi belajar siswa. Dalam konteks pembelajaran

di madrasah, mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan mata pelajaran penting

sebagai dasar bagi peserta didik untuk menguasai rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Hal ini mengakibatkan guru berupaya untuk mencari

solusi alternatif terhadap permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut.

Kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 penulis mengamati

bahwa peroses pembelajarannya di kelas IV masih bersifat konvensional. Guru

mata pelajaran Al-Quran Hadits masih menggunakan metode ceramah, sehingga

gurunya saja yang aktif. Siswa hanya duduk mendengarkan, jika sudah bosan

kemudian dengan teman yang lain, atau sering ijin keluar dengan alasan ke

belakang. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam

belajar sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran Hadits peserta didik

Kelas IV di bawah KKM. KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran Al-Quran

Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 ialah 7,5, tetapi kenyataannya nilai rata-rata mata pelajaran Al-Quran

Hadits peserta didik Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011 ialah 6,5.

4 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta

: Rineka Cipta, 2003), hlm. 65.

19

Problematika pembelajaran Al-Quran Hadits di atas sangat penting untuk

segera dipecahkan, terutama untuk semester berikutnya. Karena mata pelajaran

Al-Quran Hadits merupakan pelajaran yang sangat esensial peranan dan

kedudukannya baik perkembangan kepribadian peserta didik secara mikro dan

bagi nama baik lembaga sekolah (MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal)

maupun masyarakat sekitarnya secara makro).

Berdasarkan kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kendal melalui model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI).

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan

model pendekatan pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk

menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka

mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar.5 Menurut Nur, pendekatan

ini dikembangkan pertama kali oleh Cronbath & Snow tahun 1999 berdasarkan

asumsi bahwa “optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu

penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa.6

Dipilihnya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

pada mata pelajaran Al-Quran Hadits disebabkan model pembelajaran ATI

memiliki kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu mengubah sikap dan

perilaku peserta didik kearah perubahan yang kreatif dan dinamis, mendorong

minat dan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran.7 Berdasarkan teori

tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ATI

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran Al Quran Hadits, sehingga materi

pembelajaran dapat diberikan secara efektif sesuai dengan tingkat kemampuan

siswa yang beragam sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

5 Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14

6 Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajarna Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), hlm. 23.

7 Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), hlm. 37.

20

Pemahaman tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) di atas, mendorong penulis untuk

menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam

proses pembelajaran Al Quran Hadits agar kualitas pembelajaran dapat lebih

ditingkatkan, mengingat selama ini pembelajaran di madrasah, kurang begitu

memperhatikan keragamaan kemampuan peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi berbagai

masalah yang muncul berkaitan dengan tema yang penulis angkat pada penelitian

tindakan kelas ini yaitu :

1. Peranan guru yang terlalu dominan pada proses pembelajaran Al-Quran

Hadits di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Kurangnya minat guru dalam menciptakan pembelajaran yang hidup dan

mendorong minat belajar Al-Quran Hadits siswa

3. Rendahnya kesadaran untuk bekerja sama sesama siswa pada proses

pembelajaran Al-Quran Hadits

4. Peranan atau aktivitas belajar peserta didik yang cenderung pasif pada proses

pembelajaran Al-Quran Hadits.

5. Masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mata

pelajaran Al-Quran Hadits yang diberikan guru.

6. Menurunnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits.

7. Perlunya memilih metode pembelajaran khusus yang dapat meningkatkan

Hasil belajar Al-Quran Hadits peserta didik. Konsep ini berdasar pada Hadits

Rasulullah saw tentang niat di bawah ini :

,3 ا��' ا�"3���8 ا�7 456 ,"' �3 ا�12�ب ر.� ا- ,�+ *�ل �"&% وإ�"� �@� , إ�"� ا=,"�ل ������ت " ر��ل ا- :�� ا- ,��+ و��� �97ل

, D'E+ إ�� ا- ور���+ �D'EF+ إ�� ا- ور���+ �"3 آ��% ه, ا�'ئ �� ��ى +��و�3 آ��% هD'E+ إ�� د��� FK�L7� و ا�'أة D'EF� �FH@�7+ ا�� �� ه�G' ا

)رواO ا�2K�رى(

21

Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. (HR. Bukhari).8

8. Perlunya penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan Hasil

belajar Al-Quran Hadits peserta didik menggunakan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal pada Tahun Pelajaran 2010/2011 ini.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan

masalah agar penelitian tindakan kelas ini lebih terfokus pada tema pokok

penelitian. Adapun masalah yang akan dipecahkan pada penelitian tindakan kelas

(PTK) ini ialah upaya guru secara sistematis untuk meningkatkan hasil belajar Al-

Quran Hadits peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dapat

diidentifkasikan rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ?

2. Apakah impementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran al-Quran Hadits

di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011?

8 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Bandung : Al Ma`arif, 2003), hlm. 127.

22

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

dalam pembelajaran al-Quran Hadits di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Meningkatkan hasil belajar al-Quran Hadits melalui impementasi model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan masukan bagi pendidik, keluarga, dan pemerintah untuk

dijadikan bahan analisis memberdayakan peningkatan mutu

pembelajaran melalui optimalisasi penerapan metode ATI.

b. Mampu menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan khususnya

strategi dan peranann guru dalam meningatkan Hasil belajar Al-Quran

Hadits siswa melalui metode Aptitude Treatment Interaction (ATI).

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti (guru), untuk mengetahui hambatan-hambatan penerapan

metode ATI untuk meningkatkan Hasil belajar Al-Quran Hadits siswa.

b. Bagi peserta didik, agar mampu meningkatkan semangat, minat dan

ghirah dalam belajar di MI Kebonharjo Patebon Kendal.

c. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan laporan atau pedoman mengambil

kebijakan tentang peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan

metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan Hasil

belajar Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal.

d. Bagi IAIN Walisongo Semarang, sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa

dalam rangka memperluas wawasan kependidikan berkaitan dengan

metode pembelajaran aktif dan menambah koleksi buku perpustakaan

IAIN Walisongo Semarang di bidang pendidikan.

23

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Al Quran Hadits

a. Pengertian Prestasi Belajar Al Quran Hadits

Guna mendekatkan pada pengertian hasil belajar Al Quran Hadits,

terlebih dahulu penulis jelaskan tentang pengertian belajar secara umum

dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

Pengertian belajar menurut Ngalim Purwanto, yaitu suatu

perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman, di

mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,

tetapi juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.9

Menurut Roestiyah N.K., pengertian belajar ialah suatu proses usaha atau

aktivitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik yang dapat membawa

perubahan pada individu tersebut.10 Adapun pengertian belajar menurut

Muhibbin Syah, merupakan kegiatan berproses dan merupakan suatu unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan.11

Sedangkan menurut Crow dan Crow mengartikan belajar dengan :

“Leraning is modification of behavior accompanying growth processes that are brought abaut throught sensory of stimulation”.12

Artinya : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyertai proses

pertumbuhan di mana semua itu melalui penyesuaian terhadap situasi

melalui rangsangan

9 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 85.

10 Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hlm. 8. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2009), hlm. 59.

12 Lester D. Crow and Crow, Human Development and Learning, (New York : American Book Company, t.th.), hlm. 215.

24

Pengertian tentang belajar sebagaimana dikemukakan para ahli di atas

dapat penulis simpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja

dan dapat menimbulkan atau menghasilkan perubahan dalam diri seseorang

berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan serta kemampuan seseorang berkat pengalaman dan latihan melalui

interaksi dengan lingkungannya.

Komponen belajar di atas secara implisit sesuai dengan konsep belajar

yang dirumuskan oleh tokok-tokoh pendidikan dari Timur dan Barat yakni,

Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, tentang komponen belajar sebagai bagian dalam

proses pendidikan :

ا7ر* د ا,>8"%2 ه: 89س ا567ق ا,. 234 01 /.-س ا,+ *(%) و'&%$ "! ء

وا,+A3D (D 2A3D EFG? 0<H 2I%G ت ا,+.A? B@ C-ن @!8ا?$ ا,.<%23 وا,=8%

(J-,ا K.+, L!M,ا NH١٣ . و

Pendidikan ialah menanamkan akhlak mulia ke dalam jiwa anak dengan petunjuk dan nasehat sehingga akhlak yang mulia itu benar-benar melekat ke dalam jiwa (menjadi watak) kemudian membuahkan keutamaan, kebajikan dan cinta beramal.

Sir Godfrey Thomson, menjelaskan tentang komponen belajar pada

proses pendidikan :

“By upon education I mean the influence of a permanent change in his

habits behavior of thought, and of attitude”.14

“Yang saya maksud dengan pendidikan adalah pengaruh dari lingkungan

terhadap individu untuk dapat menghasilkan perubahan yang permanen

pada kebiasaan tingkah laku, pemikiran dan sikapnya”.

Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Mustaqim, ialah pengukuran

dan penilaian sebagai usaha mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dengan

13 Syeikh Mustafa Al Ghulayaini, Idhatun Nasyi`in, (Beirut : Mansyuriah, 1949), hlm. 189.

14 Sir Godfrey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London : George Allen Unwin Ltd, t.th), hlm. 9.

25

kemampuan atau potensi dirinya seperti kecerdasan atau perbuatan yang

mencerminkan penerimaan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.15

Menurut Mulyono Abdurrahman, dalam bukunya Pendidikan bagi

Anak Berkesulitan Belajar” bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh

anak setelah melalui kegiatan belajar.16 Sedangkan menurut A.J. Romiszowski,

dikutip Mulyono Abdurrahman, bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output)

dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa

bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya ialah perbuatan atau kinerja

(performance).17

Peserta didik untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai

tantangan yang harus dihadapi, disertai dengan tawakal kepada Allah SWT.

Konsep ini ditegaskan Nabi Muhammad saw. Dalam Hadits diriwayatkan oleh

Imam Bukhari dari Abu Hurairah, r.a. :

�3 7'د ا- �+ ��'ا : *�ل ر��ل ا- :�� ا- ,��+ و���: ,3 ا�� ه'7'ة *�ل

37�� )رواO ا�2K� رى(F957+ �� ا

“Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah sesuatu kebaikan, niscaya Allah akan menjadikannya faham/mengerti tentang ajaran agama”. (H.R. Bukhari).18

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana

peserta didik telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi

belajar. Proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan

dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan

keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang

dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan

15 Mustaqim Abdul Wahib,, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm.

130. 16 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2001), hlm. 37. 17 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, hlm. 38. 18 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Indonesia : Maktabah Rikhlan, t.th.), hlm. 50.

oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan

yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat

bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan ses

berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengertian di atas yang d

yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi

belajar itu sendiri diartikan sebagai

jangka waktu tertentu

Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang

mengkaji tentang ajaran

Al Quran merupakan sebuah kitab suci petunjuk yang diturunkan Allah SWT

kepada nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia.

menurut bahasa berarti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’.

demikian terdapat dalam surat Al Qiyamah ayat 16 :

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat Al Hadits menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu

yang disandarkan atau dihubungkan (

Muhammad saw.23 Hadits ada

19 Sia Tjundjing.

hlm.1 20 Utsman Najati, 21 M. Hasbi Ash Shidieqy,

Bintang, 1994), hlm. 1. 22 Soenarjo, dkk, 23 Erfan Soebahar,

RaSail, 2010), hlm. 12

26

oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan

yang telah dicapainya dalam belajar.

Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat

bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini

berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa. 19

Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan prestasi ialah hasil

yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi

belajar itu sendiri diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang siswa pada

jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang

mengkaji tentang ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Quran dan Hadits.

Al Quran merupakan sebuah kitab suci petunjuk yang diturunkan Allah SWT

da nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia.

menurut bahasa berarti ‘bacaan’ atau ‘yang dibaca’.21 Kata ‘Quran’ dalam arti

demikian terdapat dalam surat Al Qiyamah ayat 16 :

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.". (Q.S. Al Qiyamah : 16).

menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu

yang disandarkan atau dihubungkan (maudlifa/mautsira)

Hadits adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.

Sia Tjundjing. Hubungan IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi, (Solo :

Utsman Najati, Al Quran dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1995), hlm. 1. M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran,

Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 567. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknoloi Informasi,

oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan

Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing, berpendapat

bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

uatu dengan baik. Hal ini

berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

imaksud dengan prestasi ialah hasil

yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi

yang dicapai oleh seorang siswa pada

Adapun pengertian Al Quran Hadits merupakan mata pelajaran yang

ajaran yang terkandung di dalam Al Quran dan Hadits.

Al Quran merupakan sebuah kitab suci petunjuk yang diturunkan Allah SWT

da nabi Muhammad saw bagi seluruh umat manusia di dunia.20 Al Quran

Kata ‘Quran’ dalam arti

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena cepat (menguasai) nya.". (Q.S. Al Qiyamah : 16).22

menurut Erfan Soebahar, adalah sesuatu atau segala sesuatu

kepada Nabi

lah sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran.

(Solo : Anima, 2007),

(Bandung : Pustaka, 1995), hlm. 1. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran, (Jakarta : Bulan

(Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 567. Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknoloi Informasi, (Semarang :

27

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Al

Quran Hadits merupakan kompetensi yang dimiliki peserta didik setelah

mempelajarai atau belajar mata pelajaran Al Quran Hadits.

Proses pendidikan selalu ada situasi yang memerlukan sikap tegas dalam

mengambil keputusan berkaitan dengan perencanaan kegiatan penilaian,

penjaminan mutu hasil belajar secara individu atau kelompok dalam lingkungan

tertentu, dalam hal ini ialah lingkungan sekolah. Konsep tersebut secara implisit

dijelaskan Khurshid Ahmad, :

“Education is a continuous process through which moral, mental and

phisical training is provided to younger generations, who also acquire

their ideals ang culture through it”.24

Sejalan dengan pemikiran di atas Khaeruddin, menjelaskan bahwa setiap

sekolah atau madrasah wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang

bertujuan untuk memenuhi/melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Penjaminan mutu hasil belajar dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana

pada suatu program yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.25

Hasil belajar mempunyai pengertian identik dengan prestasi belajar yakni

hasil yang telah dicapai anak didik dalam menerima dan memahami serta

mengamalkan materi pelajaran Al Quran Hadits yang diberikan oleh guru atau

orang tua berupa pendidikan agama di lingkungan sekolah dan keluarga serta

masyarakat, sehingga peserta didik memiliki potensi dan bakat sesuai yang

dipelajarinya sebagai bekal hidup di masa mendatang, mencintai negaranya, kuat

jasmani dan ruhaninya, serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki

solidiritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Peran guru atau orang tua dalam

mendidik anak sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar agama yang

dikuasainya. Nabi bersabda pada Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari

Abu Hurairah, r.a. :

24 Khurshid Ahmad, Principles Of Islamic Education, (Lahore : Islamic Publication Limited, 1959), hlm. 4.

25 Khaeruddin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Semarang : Madrasah Development Center (MDC) Jawa Tengah, 2007), hlm. 74.

28

�7�� : ة *�ل,3 ا�� ه'7'Rد ا��*�ل ر��ل ا- :�� ا- ,��+ و��� �� �3 ��

+��!E"7ا�+ او'L�7دا�+ او�F7 O15'ة ����ا� )رواO �!��.( ,�� ا

“Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Tidaklah anak itu dilahirkan melainkan atas dasar fitrah, maka (tergantung) kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi. (H.R. Muslim)26

Hadits di atas menganjurkan guru/orang tua untuk membimbing dan

memperhatikan anak asuhnya sejak dini, mengajarkan dasar-dasar agama melalui

Al–Quran dan Hadits agar tertanam keimanan dan akidah yang kuat,

membiasakan anak untuk berakhlakul karimah. Untuk itu diperlukan landasan dan

teladan dari orang tua atau guru dan juga dari kejadian-kejadian di masyarakat.

Konsep tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan pakar

Psikologi Pendidikan Anak Muhammad Athiyah Al Abrasyi :

�� �7�* +�T�� �KH� ا��&� �ا�)'��� ه�� ا,�اد ا�"'ء ���H� �6� ة آ���� و7&�

"!G �&(� +�", �� ه'ا�� Oر�&V �� �9�*ر O'�@5D �� �"W�� +9�� �� X��آ +

O��� �"&� . و���H7 O'KY Z!3 ا�)&�K' ��9"+ و�!��+ و���E ا

“Pendidikan merupakan proses menyiapkan sesuatu untuk hidup yang

sempurna dan hidup bahagia, mencintai kepada negaranya, kuat jasmaninya, sempurna budi pekertinya, berurutan dalam pemikirannya, lembut perasaannya, bekerja sama dengan orang lain, benar atau baik pernyataannya dalam tulis dan lisan, dan menekuni pekerjaan dengan tangannya”.27

b. Ruang Lingkup Hasil Belajar Al Quran Hadits

Berdasarkan uraian di atas telah disimpulkan tentang hasil belajar yakni

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran, sedangkan

Al Quran Hadits pada pembahasan ini merupakan mata pelajaran yang membahas

sumber ajaran Islam.

26 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut : Daruk Qutub, tth), hlm. 2047. 27 Muhammad Athiyah Al Abrasyi, Ruhut Tarbiyah Watta`lim, (Cairo : Darul Haya,

t.th), hlm. 7.

29

Hasil belajar Al Quran Hadits yang diharapkan dapat dicapai peserta

didik pada proses pembelajaran Al Quran Hadits di sekolah penting diketahui oleh

guru, agar guru dapat merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan

penuh arti. Setiap proses pembelajaran keberhasilannya dievaluasi dari seberapa

jauh belajar yang dicapai peserta didik, di samping diukur dari segi prosesnya,

artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki peserta didik. Tipe hasil belajar

harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksional). Sebab evaluasi

menurut S. Nasution, selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk

atau tipe pengajaran yang efektif, memperbaiki dan merevisi bahan atau metode

pengajaran dan berguna untuk mengetahui sampai di manakah siswa telah

mencapai tujuan pelajaran (sesuai dengan tipe) yang telah ditentukan.28

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang

yakni, bidang kognitif (penguasaan intektual), bidang afektif (berhubungan

sikap/nilai), dan bidang psikomotor (kemampuan bertindak atau berperilaku).

Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak

dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar di sekolah. Oleh sebab itu

ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar peserta didik dari

proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah

laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan

pembelajaran. Jadi rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang

diharapkan dikuasai peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut.

Adapun tipe-tipe hasil belajar peserta didik pada proses pembelajaran Al

Quran Hadits meliputi hasil belajar bidang kognitif (cognitive domain), hasil

belajar bidng afektif (afective domain), dan hasil belajar bidang psikomotor

(psychomotor domain).29

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara

ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di

28 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2003), hlm. 78. 29 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm.

223-224.

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan pada peserta didi

isi bahan pelajaran. Di samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor

tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut merupakan tujuan yang ingin

dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala

perbuatannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada

akhirnya tercapai ke semua aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah

psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum tercapai atau ranah

kognitif dan afektif telah

dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan pada lembaga tersebut belum tercapai

secara sempurna.

Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran

surat Al Hasyr ayat 18.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hisyr : 18).

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Al Quran Hadits

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan

tingkah laku yang relatip

latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar.

Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang

lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyara

istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber

30 Soenarjo, dkk,

hlm. 119.

30

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan pada peserta didik dalam menguasai

isi bahan pelajaran. Di samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor

tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut merupakan tujuan yang ingin

dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala

tannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada

akhirnya tercapai ke semua aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah

psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum tercapai atau ranah

kognitif dan afektif telah tercapai sedang ranah psikomotor belum tercapai, maka

dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan pada lembaga tersebut belum tercapai

Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran

surat Al Hasyr ayat 18.

orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hisyr : 18).

faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Al Quran Hadits

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan

tingkah laku yang relatip menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman atau

latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar.

Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang

lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyara

istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber

Soenarjo, dkk, Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2003),

k dalam menguasai

isi bahan pelajaran. Di samping ranah kognitif, ranah afektis dan ranah psikomor

tidak boleh diabaikan, karena ketiganya tersebut merupakan tujuan yang ingin

dicapai pendidik pada anak didik agar tercapai hasil terakhir dari segala

tannya seperti suatu kondisi atau sifat dari masyarakatnya. Sehingga pada

akhirnya tercapai ke semua aspek tersabut secara keseluruhan. Apabila ranah

psikomotor, telah tercapai tetapi dua aspek lainnya belum tercapai atau ranah

tercapai sedang ranah psikomotor belum tercapai, maka

dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan pada lembaga tersebut belum tercapai

Berkenaan dengan evaluasi atau hasil belajar ini terdapat dalam Al Quran

orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hisyr : 18).30

faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Al Quran Hadits

Telah penulis uraikan di atas bahwa belajar merupakan perubahan

menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman atau

latihan, sehingga individu memperoleh sesuatu yang baru dalam belajar.

Problema belajar Al Quran Hadits tidak hanya terbatas pada ruang

lingkup di sekolah saja, akan tetapi di dalam keluarga, di masyarakat dan adat

istiadat serta keadaan geografis juga mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Keberhasilan belajar dan hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

baik internal atau eksternal. Faktor internal ialah segala faktor yang bersumber

(Jakarta : Departemen Agama RI, 2003),

31

dari dirinya sendiri, seperti faktor psikologis dan sebagainya. Sedangkan faktor

eksternal yaitu segala faktor yang bersumber dari luar dirinya sendiri, seperti

cuaca, ekonomi, agama, keluarga, sekolah dan sebagainya.

Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu

diperhatikan, karena tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada

siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk

meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di

bawah kemampuannya. Menurut Sumadi Suryabrata, secara garis besar faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi

dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 31

1) Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu :

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud ialah faktor yang berhubungan

dengan kesehatan dan pancaindera

(1) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang

lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan

program studinya.32 Dalam upaya memelihara kesehatan pisiknya, siswa

perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar

metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara

kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan

olahraga yang teratur.

(2) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu

berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara

31 Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : P.T. Rajawali Press, 2002), hlm. 233

32 Sumadi Suryabrataa, Psikologi Pendidikan, hlm. 234

32

pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar ialah mata dan

telinga.33 Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh

manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,

seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya

akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

b) Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, antara lain ialah :

(1) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai

kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat

inteligensi ialah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu

tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan

itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.34 Taraf

inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana

siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar

untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang

memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki

prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika

siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,

juga sebaliknya .

(2) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi

belajarnya. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu.35 Sikap siswa yang positif terhadap mata

33 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, hlm. 78. 34 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 45. 35 Alex Sobur, Psikologi Umum, hlm. 45

33

pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

(3) Motivasi

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi belajar pendorong

seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar

karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle motivasi belajar ialah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki

oleh siswa tercapai.36 Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat

non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat

belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar.

2) Faktor Eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa atau peserta didik, ada

hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan

diraih, antara lain :

a) Faktor Lingkungan Keluarga

(1) Sosial ekonomi keluarga

Kondisi sosial ekonomi keluarga yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari

buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

(2) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan

bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih rendah.

(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

36 Winkel, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 39.

34

berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung,

berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan

keluarga yang harmonis.37

b) Faktor Lingkungan Sekolah

(1) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan

membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk

ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat

mempengaruhi proses belajar mengajar.

(2) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi,

kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para

penggunanya akan sia-sia belaka.38 Bila seorang siswa merasa kebutuhannya

untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan

tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat

memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang

menyenangkan.

(3) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi

tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat

diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Sarlito Wirawan Sarwono, mengatakan bahwa faktor yang

paling penting ialah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,

tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi

senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,

palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.39

37 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm.

176. 38 E. Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 22. 39 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm.

133.

35

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

(1) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang

masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya

ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar

(2) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan

pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai

pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha

memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Pengukuran Prestasi Belajar

Menilai merupakan kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai

merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan

menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam

sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui

sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau

gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata,

bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru

mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.40

Syaifuddin Azwar, menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian

dalam pendidikan, yaitu : Penilaian berfungsi selektif, penempatan, dan sebagai

pengukur keberhasilan.41

1) Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir suatu program dan

hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau

tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain penilaian berfungsi

untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :

40 Sumadi Suryabrata, Op. Cit. hlm. 298 41 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi

Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2008), hlm. 11

36

a) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

b) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

c) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa.

d) Penilaian berfungsi diagnostik.42

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai

siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian,

maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing siswa.

Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dapat

segera diperbaiki.

2) Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian

dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut ditempatkan

sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi

belajar yang telah dicapainya.43 Sebagai contoh penggunaan nilai rapor SMU

kelas II menentukan jurusan studi di kelas III.

3) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program

dapat diterapkan.44 Sebagai contoh ialah raport di setiap semester di sekolah-

sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah

program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada

siswa tersebut. Penilaian pada Raport biasanya menggambil nilai dari angka

1 sampai dengan 10, terutama pada siswa SD sampai SMU, tetaapi dalam

kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai

di bawah 5 berarti buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup baik,

baik dan sangat baik.

Pada penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan

penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai

hasil mengerjakan evaluasi atau tes setiap akhir siklus.

42 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 11. 43 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 12. 44 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengukutan Prestasi Belajar, hlm. 13.

37

2. Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)

a. Hakikat dan Pengertian Pembelajaran ATI

Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI)

dapat diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah

strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu atau

peserta didik tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Pengembangan pembelajaran Al-Quran Hadits dengan pendekatan Aptitude-

Treatment-Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan

perilaku yang positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan

tahap kegiatan penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam

bentuk beragam kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan

individu secara siklus dan dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau

individu sesuai kebutuhan.45

Hal ini berarti bahwa dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik)

pembelajaran ATI merupakan sebuah konsep (model) yang berisikan

sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang sedikit banyaknya mangkus

(efektif) digunakan untuk siswa tertentu sesuai karakteristik karakteristik

kemampuannya. Didasari oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran

(treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Pernyataan di atas menggambarkan adanya hubungan timbal balik

antara hasil belajar diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran.

Hal ini berarti bahwa prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa

dipengaruhi kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru dikelas. Dengan

demikian secara implisit berarti bahwa semakin cocok perlakuan metode

pembelajaran (treatment) yang diterapkan guru dengan perbedaan

kemampuan (Aptitude) siswa makin optimal hasil belajar yang dicapai.46

45 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta :

Rineka Cipta, 2008), hlm. 27. 46 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hlm. 67.

38

Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas dapat

diperoleh beberapa makna esesensial dari pembelajaran ATI, sebagai berikut :

1) ATI approach merupaka suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah

strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu

sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

2) Sebagai sebuah kerangka teorotik pembelajaran ATI berasumsi bahwa

optimalisasi prestasi akademik ? Hasil belajar akan tercipta bila man

perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajran disesuaikan sedemikian

rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

3) Terdapat hubungan timbala balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang

diperoleh siswa (achievment) tergantung kepada bagaimana kondisi

pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas (treatment).

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran ATI

Pembelajaran ATI berupaya menemukan dan memilih sejumlah

pendekatan, metode/cara, strategi, kiat yang akan dijadikan sebagai perlakuan

(treatment) yang tepat yaitu ttreatment yang sesuai dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa. Kemudian melalui suatu interaksi yang bersifat multi plikatif

dikembangkan perlakuan-perlakuan (treatment) tersebut dalam pembelajaran,

sehingga akhirnya dapat diciptakan optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar.

Keberhailan model pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) mencapai

tujuan dapat dilihat sebagaimana terdapat pesesuaian antara perlakuan-perlakuan

(treatment) yang telah dimplementasikan dalam pembelajaran dengan

kemampuan siswa.

Dengan demikian bahwa tujuan utama pengembangan model pendekatan

Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah terciptanya optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar. Melalu penyesuaian pembelajran (treatment) dengan

perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Agar tingkat keberhasilan (efektifitas) pengembangan metode

pendekatan ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu

diperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan Snow sebagai berikut :

39

1) Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa dipengaruhi variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi.

2) Bahwa lingkungan belajar yang sangan struktur cocok bagi siswa yang memilik kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur fleksibel lebih pas untuk siswa yang pandai.

3) Bahwa bagi siswa yang memilik rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri, cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sanga tertstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memilik rasa percaya diri tinggi (independent) belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).47

c. Desain Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Secara subtantif dan teoritik Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) dapat

diartikan sebagai suatu konsep pendekatan yang memilik sejumlah strategi

pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk individu atau peserta didik

tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengembangan

pembelajaran Al-Quran Hadits dengan pendekatan Aptitude-Treatment-

Interaction (ATI) bertujuan untuk mengoptimalkan perubahan perilaku yang

positif dan prestasi akademik siswa. Kegiatan pembelajarannya dibagi menjadi

tiga bagian, yaitu tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan

penutup. Ketiga tahapan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk beragam

kegiatan sesuai dengan model klasikal, kelompok, dan individu secara siklus dan

dapat dimulai dari klasikal, kelompok, atau individu sesuai kebutuhan.48

Pembelajaran Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) melibatkan lima

komponen strategi pembelajaran, yaitu peragaan, bertanya, inkuiri, masyarakat

belajar, dan penilaian nyata. Secara garis besar langkah penerapan pembelajaran

Aptitude-Treatment-Interaction dalam kelas adalah (1) Kembangkan pemikiran

bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya; (2)

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (3) Laksanakan sejauh

47http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang

Menyenangkan.rtf.html, diunduh tanggal 15 April 2011. 48 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), (Jakarta :

Rineka Cipta, 2008), hlm. 27.

40

mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; (4) Ciptakan ’masayarakat belajar’

(belajar dalam kelompok-kelompok); (5) Hadirkan ’model’ sebagai contoh

pembelajaran; (6) Lakukan refleksi di akhir pembelajaran; dan (7) Lakukan

penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara lalu dokumentasikan hasilnya.

Al-Quran Hadits diberikan kepada siswa pendidikan dasar untuk

membekali siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta

mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Sementara itu, penguasaan Al-Quran Hadits siswa di Indonesia masih rendah. Hal

ini dapat diketahui dari rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa Indonesia

yang menduduki peringkat ke 32 dari 38 negara peserta pada tahun 1999 dan

peringkat 37 dari 46 negara peserta pada tahun 2003. Salah satu penyebabnya

adalah belum efektifnya proses pembelajaran.49

Untuk menguasai Al Quran Hadits secara baik diperlukan model

pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu siswa. Hal ini sesuai

prinsip pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, yakni siswa harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan

untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan.

Keberhasilan implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan

(KTSP) khususnnya mata pelajaran Al-Quran Hadits banyak dipengaruhi oleh

kemampuan guru. Artinya, pada diri guru keberhasilan implementasi KTSP

dibebankan. Makna lebih lanjutnya, sebaik apapun desain KTSP jika guru tidak

mampu mengimplementasikannya desain KTSP tersebut tidak akan pernah

terwujud di dalam proses pembelajaran.50

Bagaimana realitasnya di lapangan? Ada kesan umum, bahwa

kemampuan guru Al-Quran Hadits dalam implementasi KTSP masih kurang

memadai. Sebagian besar dari mereka masih berpredikat sebagai pelaksana KTSP

49 Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction, hlm. 4. 50 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2003), hlm. 42.

41

dan bahkan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan lebih bersifat rutinitas. Guru

belum siap menghadapi berbagai perubahan, akses pada materi mutakhir terbatas;

wawasan dan keterampilan pembelajaran juga terbatas.

Guru dalam pembelajaran di kelas hanya menekankan pada

pengembangan pengetahuan yang bersifat fakta dan ingatan, dan melupakan aspek

proses dan konteks dalam pembelajara. Menurud Sediadi, kompetensi guru-guru

di Indonesia saat ini masih memprihatinkan.51 Motivasi dan kesiapan belajar

siswa rendah. Di samping itu, waktu belajar kurang, lingkup materi sangat luas,

serta akselerasi di bidang ilmu sangat cepat, teknologi dan seni begitu cepat.

Keterbatasan media pembelajaran baik jenis maupun jumlahnya, serta

kemampuan memanfaatkan media masih kurang. Suasana kelas kurang

memotivasi siswa melakukan kegiatan belajar. Interaksi pembelajaran belum

optimal. Kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan metode

yang variatif juga kurang. Ini semua diperlukan upaya mengatasinya jika kualitas

pembelajaran menjadi tuntutan utama. Model pembelajaran apapun yang

dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan

pembelajaran haruslah berpijak pada permasalahan yang ada. Jika tidak, strategi

pembelajaran manapun tidak akan bermakna.

Pertanyaan yang perlu segera dikemukakan ialah bagaimana cara

mengimplementasikan model pembelajaran dengan pendekatan aptitude treatment

interaction berbasis portofolio? Apakah model pembelajaran dengan pendekatan

aptitude treatment interaction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

peningkatan mutu pembelajaran, dan optimalisasi implementasi KTSP mata

pelajaran Al-Quran Hadits di sekolah dasar ?

Banyak model pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi yang

telah dikembangkan para ahli, melalui penelitian maupun kajian konseptual.

Namun ketika model-model diterapkan guru-guru di sekolah seringkali hasilnya

kurang efektif dan kurang adaptabel yang disebabkan belum adanya model yang

bisa dijadikan contoh oleh guru. Oleh karena itu, melalui penelitian dan

51 Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, (Jakarta : Gema Insani Press,

2007), hlm. 13.

42

pengembangan ini diharapkan diperoleh pengembangan model pembelajaran

dengan pendekatan aptitude treatment interaction untuk peningkatan kompetensi

guru dan untuk mengoptimalkan implementasi KTSP mata pelajaran Al-Quran

Hadits di sekolah dasar.

Peningkatan kompetensi guru ialah peningkatan kemampuan guru dalam

beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran (TIK), mengintegrasikan kurikulum

dengan TIK, mengintergrasikan beragam keterampilan guru di sekolah, dan

mengakomodasi beragam bahan pembelajaran dari kenyataan yang teraktual.52

Apabila para guru telah mengetahui model pengembangan pembelajaran

sebagai contoh guru dipastikan akan mampu mengembangkan pembelajaran

dengan pendekatan aptitude treatment interaction. Pada gilirannya mutu

pembelajaran dapat meningkat lebih baik dan peningkatan mutu pembelajaran ini

diyakini akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini juga berarti para guru

memiliki kompetensi guru dalam mengajar lebih baik dan sesuai dengan tuntutan

era teknologi informasi yang mendukung optimalisasi implementasi KTSP.

Keyakinan ini didukung oleh pengalaman peneliti-peneliti terdahulu sebagaimana

telah dikemukakan di atas.

d. Spesifikasi Metode Pembelajaran ATI (Aptitude-Treatment-Interaction)

Aptitude-Treatment-Interaction (ATI) merupakan model pendekatan

pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran

dengan karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan prestasi akademik atau

hasil belajar.53 Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa

“optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalu penyesuaian

antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.54

Pembelajaran Aptitude treatment interaction (ATI) yang dikembangkan

dalam pembelajaran Al-Quran Hadits melalui penelitian tindakan kelas ini

dirancang dengan spesifikasi khusus, terdiri dari empat tahapan sebagai berikut :

52 Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004),

hlm. 14. 53 Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, hlm. 14

54 Abdul Madjid, Pembelajaran Inovatif., hlm. 23.

43

1) Perlakuan Awal

Pemberian perlakuan treatment awal pada siswa dengan menggunakan

aptitude testing, perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan

menetapakan klasifikasi kelompok siswa berdasrkan tingkat kemampuan, dan

sekaliguss juga untuk mengetahui potesi kemapuan masing-masing siswa

dalam menghadpai informasi/ pengetahuan ataupun kemampuan yang baru.

2) Pengelompokan Siswa

Pengelompokan siswa yang didasrkan pada hasil aptitude testing. Siswa

didalam kelas diklasisfikasikan menjadi tiga kelompok yan gterdiri dari yang

berkemapuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Memberikan Perlakuan

Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang

dipandang sesuai dengan karakteristiknya. Dalam pendekatan ini kepada siswa

yang berkemampuan “tinggi” diberikan perlakuan (treatment) berupa self

learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan “sedang” diberikan

pembelajaran secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok

siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan perlakuan (treatment) dalam

bentuk regular teaching + tutorial. Tutorial dapat diberikan oleh guru Al-Quran

Hadits sendiri atau oleh para tutor dan mentor yang sudah menerima petunjuk

dan bimbingan dari guru.

4) Pemberian Test di akhir Setiap Pelaksanaan Pembelajaran

Uji coba dilakukan dalam penilaian prestasi akademik/hasil belajar

setelah diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran kepada masing-masing

kelompok yang senuai dengan kemampuan siswa (tinggi sedang dan rendah)

melalui beberapa kali uji coba dan perbaikan serta revisi (dalam rentang waktu

yang sudah di jadwalkan), diadakan achievement test untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa terhadap apa yang sudah dipelajarinya.

B. Kerangka Berfikir

Materi pelajaran Al-Quran Hadits untuk Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang disampaikan guru

44

Al-Quran Hadits dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan konsep–

konsep yang masih bersifat abstrak atau masih dalam gagasan serta disampaikan

dengan metode yang kurang menarik sehingga keaktifan siswa dalam belajar PAI

rendah dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa

Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits, berbagai

strategi dan metode pembelajaran telah dilakukan oleh guru Al-Quran Hadits,

tetapi semua yang dilakukan itu belum dapat mencapai hasil seperti yang

diharapkan.

Oleh karena itu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) sebagai alternatif yang dilakukan guru Al-Quran Hadits untuk

meningkatkan Prestasi Belajar siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011, karena model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) semua kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits dilaksanakan

dalam suasana yang menyenangkan, diselingi sebuah diskusi/kompetisi tim dan

tetap serius. Dengan hal ini diharapkan siswa merasa senang, tertarik dan

memberikan motivasi tersendiri kemudian memahami materi pelajaran Al-Quran

Hadits itu dengan sendirinya serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C.

D.

E.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, guru di dalam proses

pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model Aptitude Treatment

Guru

Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011

Peningkatan Prestasi Belajar

Al-Quran Hadits

Model Pembelajaran

“ Aptitude Treatment Interaction (ATI)” Mata

Pelajaran Al-Quran Hadits

45

Interaction (ATI). Penggunaan model tersebut disampaikan secara fleksibel sesuai

dengan waktu yang digunakan.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

Skripsi karya Nurul Huda, (2008) Universitas Wahid Hasyim Semarang

yang berjudul Paradigma Al-Quran Hadits dalam Perspektif Al Quran. Meneliti

tentang konsepsi Al Quran dalam mengkaji peranan metode dan strategi

pendidikan menuurt konsep yang tertuang dalam Al Quran. Skripsi ini bersifat

kualitatif (library research) dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, dalam konsep Al Quran, paradigma pendidikan pada saat ini

memerlukan strategi atau metode khusus agar pembelajarn menjadi lebih berbobot

dan berkualitas. Penerapan metode atau strategi baru dapat menunjang kompetensi

peserta didik sehingga mampu diaplikasikan di zaman post modern ini.

Burhanuddin, Skripsi, IAIN Walisongo Semarang, tahun 2005. Berjudul

“ Implementasi Pembelajaran Interaktif pada Proses Pembelajaran Al-Quran

Hadits untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 01 Tejorejo

Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2005-2006”. Skrpsi ini meneliti tentang

penerapan model pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran Al-Quran

Hadits sehari-hari di kelas sebagai upaya atau solusi alternatif yang dilakukan

guru mata pelajaran Al-Quran Hadits untuk meningkatkan prestasi belajar Al-

Quran Hadits siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Tejorejo Gemuh Kendal Tahun

Pelajaran 2005/2006.

Dwi Nur Istikomah, UNNES, (2008), berjudul “Efektivitas Model

Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction pada Mata Pelajaran IPS Sejarah

Siswa Kelas IVIII SMP PGRI Gemuh Kendal Tahun Ajaran 2008/2009”

Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) pada proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas IVIII SMP PGRI

Gemuh Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2008/2009.

Penelitian pertama di atas lebih memfokuskan pada bagaimana

implementasi pendidikan berpedoman konsep Al Quran. Adapun pada penelitian

46

kedua, penerapan pembelajaran interaktif untuk meningkatkan prestasi belajar Al-

Quran Hadits. Sedangkan penelitian ke tiga, mengkaji tentang efektivitas model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata pelajaran IPS

Sejarah di kelas VIII SMP PGRI Gemuh Kabupaten Kendal. Mengacu pada

penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, adalah

bahwa penelitian ini lebih terfokus pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al-

Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat

memecahkan masalah yang akan diatasi dengan pelaksanaan penelitian tindakan

kelas. Adapun hipotesis pada peneliti ini sebagai berikut :

Kemampuan guru menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar Al Quran Hadits

siswa di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011.

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas (classroom action research) merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiaan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.55

Pendekatan tindakan kelas menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek

dengan menggunakan cara dan aturan metode tertentu untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan

dilaksanakan berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi melalui

tindakan di dalam kelas secara bersama.56

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Al Quran

Hadits Melalui Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011” dilaksanakan oleh peneliti dimulai tanggal 12 Pebruari sampai 12

April 2011.

Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di MI Kebonharjo Patebon

Kendal yang berlokasi di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten

Kendal. Lokasi penelitian (MI Kebonharjo Patebon) ini berbatasan dengan :

1. Sebelah utara dengan Perumahan penduduk Desa Kebonaharjo

2. Sebelah selatan dengan masjid Al Muttaqien

3. Sebelah barat dengan perumahan penduduk Desa Kebonharjo

4. Sebelah timur dengan Jalan Irigasi dan Perumahan Patebon Indah.

55 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.

91 56 Ibid, hlm. 3

48

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas IV

semester II MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 dengan jumlah responden atau siswa terdiri dari 31 orang dengan

rincian siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa perempuan berjumlah 11

orang siswa MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kedal Tahun Pelajaran

2010/2011.

D. Pelaksana dan Kolaborator

1. Pelaksana

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri selaku

guru mata pelajaran Al Quran Hadits di MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di

kelas IV, karena selaku guru mata pelajaran Al Quran Hadits peneliti melihat

adanya problematika dalam pembelajaran di kelas IV yang harus segera

ditemukan solusi alternatifnya melaui penerapan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI), yaitu beragamnya kompetensi peserta didik

dalam memahami materi pelajaran Al Quran Hadits.

2. Kolaborator

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga

diperlukan kolaborator sebagai mitra kerja. Adapun yang menjadi kolaborator

pada penelitian ini adalah Ibu Nur Wahidah, S.Pd.I selaku Kepala MI

Kebonharjo Patebon Kendal dan kolaborator yang kedua adalah Bapak A. NA

Huda, S.Ag, beliau adalah guru senior di MI Kebonharjo Patebon Kendal.

Pengalaman mengajar beliau dalam mendidik anak sudah tidak diragukan lagi

yaitu 11 tahun. Menjadikan beliau sebagai kolaborator, diharapkan akan

banyak diperoleh informasi penting tentang berbagai macam strategi yang

harus diterapkan oleh seorang guru untuk mengatasi masalah pada kegiatan

penerapan metode ATI pada pembelajaran al-Quran Hadits di MI Kebonharjo

Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

49

E. Rancangan Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses berdaur

(bersiklus) yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan penelitian, melakukan

tindakan, observasi dan melakukan refleksi. Setelah satu siklus selesai,

barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum

tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama

seperti pada siklus pertama. Rangkaian dalam penelitian tindakan kelas dapat

digambarkan sebagai berikut :

Siklus I

SIKLUS II

Gambar 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan ulang

Perencanaan ulang

Refleksi

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Aksi

Observasi

Refleksi

Aksi

Observasi

Refleksi

50

Menurut Taggart, dalam Aqib, prosedur pelaksanaan PTK mencakup

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penetapan fokus masalah penelitian

1) Merasakan adanya masalah

2) Analisis masalah

3) Perumusan masalah

b. Perencanaan Tindakan

1) Membuat skenario pembelajaran

2) Mempersiapkan fasilitas dan saran pendukung yang diperlukan di

kelas. Jika digunakan instrument pengamatan tertentu, perlu

dikemukakan bagaiman pembuatannya, siapa yang akan

menggunakan dan kapan akan digunakan.

3) Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan.

4) Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk

menguji keterlaksanaan rancangan.

c. Pelaksanakan Tindakan

Dalam bagian ini skenario tindakan yang telah dirancang sebelumnya,

mulai untuk dilaksanakan dalam situasi yang actual. Pada saat ini kegiatan

ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti

dengan kegiatan refleksi.

d. Pengamatan Interprestasi

Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses

dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan

data adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat

dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

e. Refleksi

51

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah,

dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap

dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.57

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 tahap :

a. Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

1) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah melalui

perbincangan dengan guru bidang studi Al-Quran Hadits serta memantau

kegiatan belajar mengajar di kelas.

2) Bersama guru bidang studi berkolaborsi menentukan tindakan yang akan

dilakukan untuk menentukan aktivitas yang perlu dibenahi dan ditingkatkan.

3) Pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI). Membuat skenario pembelajaran

dengan menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran,

dan membuat kuis dan evaluasi untuk siswa

4) Menyiapakan perangkat pembelajaran.

5) Membuat lembar observasi meliputi lembar penilaian untuk menilai

performance guru dalam pengajaran, lembar penilaian untuk menilai

keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran di Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal.

b. Rancangan Penelitian

Penelitian ini sebagai sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dilaksanakan dengan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh

dalam setiap siklus sebagai berikut :

1) Perencanaan (Planning)

57 M. Aqib, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rosdakarya, 2006), hlm.

30.

52

Dalam tahap perencanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang

dilakukan guru atau peneliti meliputi ; menyusun rencana pembelajaran,

menyiapkan bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, menyiapkan

media yang akan digunakan, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan

sumber belajar, dan menyiapkan evaluasi/tes.

2) Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pelaksanaan penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang

pelaksanaannya menurut rencana pembelajaran yang telah direncanakan.

Dalam penelitian ini bentuk tindakan yang dilakukan untuk tiap siklusnya

hampir sama, dimana tiap pelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tahap–

tahap model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

3) Pengamatan (Observing)

Kegiatan ini, observer mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan metode pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam meningkatkan pretasi belajar

siswa yang dapat dilihat melalui bagaimana kondisi atau keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran dan nilai-nilai yang diperoleh siswa. Observasi dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disiapkan. Hasil pelaksanaan tindakan kelas yang meliputi

data tes dan non tes. Data tes berupa hasil tes evaluasi siswa. Data non tes

berupa hasil pedoman observasi, hasil wawancara dan dokumentasi foto.

4) Refleksi (reflecting)

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan

sebagai upaya untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah terjadi

pada tahap tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis terhadap hasil

tes dan nontes yang berupa hasil tes evaluasi, hasil perolehan skor kuis siswa,

hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara yang telah dilakukan.

Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan pada siklus I

sehingga nantinya dapat dicari pemecahannya dan mempertahankan atau

meningkatkan kelebihan yang terdapat dalam siklus I. Berdasarkan hasil

53

refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan pada

siklus I dan selnjutnya siklus II.

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Pra Observasi

Peserta didik Di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011 merupakan kelas transisi. Disebut sebagai kelas

transisi sebab di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal mulai Tahun Pelajaran

2010-2011 mulai menerapkan guru bidang studi yang sifatnya masih baru, bukan

guru kelas yang selama ini diterapkan. Disebabkan sifatnya yang masih baru,

banyak dijumpai kesulitan pada pelaksanaannya. Seperti bagaimana membuat

perangkat pembelajaran, menyediakan alat-alat peraga yang dibutuhkan sesuai

bidang studi tersebut, mengetahui perbedaan karakteristik anak yang bergaam,

dan yang terpenting ialah menyusun evaluasi pembelajaran di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kendal sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru.

Metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) diterapkan di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kendal berdasarkan rapat guru dan kepala sekolah, kemudian

direalisasikan terlebih dahulu melalui penelitian tindakan kelas oleh salah satu

guru yakni Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd,I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

kepada Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I, penelitian yang beliau lakukan di samping

untuk menguji validitas penerapan metode Aptitude Treatment Interaction (ATI)

di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal guna meningkatkan kemampuan

bahasa anak, juga sekaligus sebagai tugas skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

(STIT) Muhammadiyah Kendal.

Pelaksanaan pembelajaran pada masa transisi ini di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal menemui banyak kendala yang

menunjukkan suasana kelas riuh dan ramai namun keriuhan dan keramaian ini

bukan mengarah pada materi pelajaran. Peserta didik suka bermain dengan tidak

mengenal waktu, apabila guru memutuskan untuk mengganti materi

pelajaran baru, anak didik cenderung enggan untuk belajar, bermain sendiri serta

tidak ada unsur minat dan motivasi untuk belajar. Pada saat guru memberikan

54

materi pelajaran kepada peserta didik, peserta didik banyak yang kebingungan dan

tidak mendengarkan penjelasan guru atau mereka mendengarkan tetapi kurang

berkonsentrasi dalam belajar disebkan gangguan dari teman-temannya, atau

bahkan beberapa peserta didik diserang rasa kantuk pada saat pembelajaran

sedang berlangsung, hal ini terbukti pada saat diberi pertanyaan oleh guru tentang

materi yang baru saja dibahas atau diterangkan guru, peserta didik tidak mampu

menjawab pertanyaan yang diberian guru, atau sebaliknya ketika guru memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila kurang memahami

penjelasan guru, peserta didik jarang yang bertanya, sebaliknya peserta didik

mengatakan sudah paham apabila ditanya guru tentang pemahaman mereka

terhadap materi pelajaran yang baru diberikan guru. Di samping itu banyak anak

didik yang bergurau sendiri dengan temannya, atau bahkan beberapa siswa laki-

laki cenderung berkelahi untuk memperebutkan mainan. Adapun peserta didik

perempuan suka mau menang sendiri, atau cenderung cengeng bila permainnanya

direbut anak laki-laki yang pada akhirnya menangis. Fenomena tersebut

menunjukkan potret pembelajaran yang memprihatinkan disebabkan kurangnya

empati, kesadaran diri, dan prestasi belajar Al-Quran Hadits sesama anak didik di

kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal.

Setiap mengajar guru sudah berusaha memperbaiki diri. Persiapan

sebelum mengajar biasanya materi pada esok hari telah diberitahukan kepada

peserta didik terlebih dahulu. Perbaikan lainnya yang dilakukan guru pada

pembelajaran ialah upaya guru menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran

yang bervariasi, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Secara umum gejala-gejala yang nampak pada perilaku peserta didik di

kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, menunjukkan mereka kurang

interes (tertarik) dan kurang memiliki empati sosial untuk bergaul dengan

temannya atau egois, kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pelajaran,

kurang memiliki perhatian dan tanggung jawab kepada tugas belajar, dan kurang

mampu memahami materi pelajaran yang diterangkan guru. Fenomena ini dapat

dilihat pada saat pelaksanaan pembelajaran, peserta didik tidak memberikan

respon yang positip atas rangsangan dari guru baik berupa pertanyaan, tugas

55

belajar, sikap belajar ketika guru sedang menerangkan dan mendemontrasikan

materi pelajaran, permainan, maupun kerapian berpakaian. Indikasi lain yang

menunjukkan adanya kurang empati dan toleransi dalam belajar yakni munculnya

perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti suka bermain

sendiri, bergurau, tidak disiplin, mengantuk di dalam kelas ketika diterangkan,

suka mengganggu teman-temannya, berbicara sendiri pada saat pembelajaran

berlangsung, dan bahkan mereka ada yang menangis, suka berkelahi, dan

berkeliaran tidak karuan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang sering

melanggar peraturan kelas seperti sering keluar masuk ruangan, melempar alat

permainan, datang terlambat, suka membolos, sering bergurau, dan yang paling

parah serta menghawatirkan adalah rendahnya tingkat kesadaran untuk mengikuti

materi pelajaran, dan pembiasaan akhlak seperti mengucapkan salam.

Indikasi lainnya ialah anak laki-laki suka mengganggu anak perempuan

atau bahkan berkelahi dengan teman sesama laki-laki, dan enggan mengikuti

pelajaran. Di samping itu nilai pelajaran Al-Quran Hadits mengalami penurunan

dari waktu ke waktu. Menurut wawancara dengan Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I,

belakangan ini jika diukur nilai aspek kemampuan belajar dan kreativitas peserta

didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal dua tahun belakangan

ini cenderung menurun, dan yang cukup memprihatinkan penurunan tersebut

adalah pada Tahun Pelajaran 2010/2011 saat ini.

Guna mengetahui skala nominal prestasi belajar Al-Quran Hadit speserta

didik di kelas V MI Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011, berikut ini penuliti paparkan estimasi nilai skala nominal pengukuran

prestasi belajar Al-Quran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon

Kabupaten Kendal yang peneliti peroleh dari hasil UAS di kelas V MI

Kebonharjo PatebonKabupaten Kendal yang peneliti susun pada tabel 1 di bawah

ini :

56

Tabel 2

Tabel Distribusi Frekuensi

Prestasi belajar Al-Quran HaditsSiswa

Di Kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal

O

NILAI KUALITAS FREKU

ENSI

PROSE

NTASE

BAIK 4 18,2 %

CUKUP 7 31,8 %

KURANG 11 50 %

JUMLAH 22 100 %

Tabel distribusi frekuensi di atas dapat dinterpretasikan dengan jelas

bahwa rata prestasi belajar Al-Quran Haditsanak didik dengan predikat baik

sebesar 18,2 %, predikat cukup hanya 31,8 prosen, sedangkan predikat kurang

sebesar 50 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar Al-

Quran Haditspeserta didik di kelas V MI Kebonharjo Patebon Kendal masih

rendah, yang ditunjukkan dengan dominasi predikat kurang sebesar 50 %.

Berdasarkan data tentang distribusi frekuensi di atas, kemudian

divisualisasikan dalam bentuk histogram seperti dalam gambar berikut :

18.2

31.8

50

0

10

20

30

40

50

60

Baik Cukup Kurang

Pro

sen

tase

Kemampuan Belajar Al-Quran Hadits

57

Gambar I

Histrogram Prestasi belajar Al-Quran Hadits Pra Siklus

Meskipun rekapitulasi di atas menunjukkan rata-rata prosentase prestasi

belajar Al-Quran Hadits rendah, ada hal khusus yang perlu memperoleh perhatian

pada pembelajaran kesenian seperti matematika, IPS, dan Kesenian di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal. Menurut Ibu Hj. Nur Wahidah, S.Pd.I,

selaku kepala MI Kebonharjo, pada pembelajaran IPS, Matematika, dan Kesenian,

peserta didik justeru menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan

pembelajaran lainnya seperti materi pelajaran Al-Quran Hadits. Peserta didik

menunjukkan kegembiraan apabila guru memberitahukan bahwa sekarang

pelajaran menari atau menyanyi. Selanjutnya pada proses pembelajaran kesenian

tersebut peserta didik begitu antusias menyimak dan mengikuti pelajaran sampai

selesai, apalagi jika menggunakan metode demonstrasi, metode jigsaw, atau rool

playing, peserta didik sangat bergembira, bersemangat dan tekun mengikuti

pelajaran sampai jam pembelajaran selesai. Hasilnyapun sebagaian besar anak

didik sangat antusias sehingga memahami materi pelajaran yang telah diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal, yaitu Ibu Inayatul Abadiyah, S.Pd.I,

memang apabila diberikan pelajaran kesenian biasanya anak didik satu persatu

atau secara bersama peserta didik disuruh menari atau bernyanyi, atau mengambar

atau member warna pada gambar atau objek tertentu, dan anak-anak sangat

tertarik sekali, berbeda dengan pemberian materi pelajaran lainnya. Mungkin

karena sifat anak-anak yang suka bermain dan kebebasan berkreasi dan

bereksplorasi sehingga mereka suka menari, menyanyi atau menggambar.

Sebaiknya untuk materi lainnya diperlukan metode yang sama dengan sifat-sifat

anak-anak seumur itu, tentu saja disertai dengan alat permainan tertentu sesuai

dengan bahan yang diajarkan.

Realitas sebagaimana digambarkan ibu Fitriana Sari di atas, memang

sesuai problematika pembelajaran di lapangan, penulis melihat anak-anak begitu

menyukai pelajaran kesenian, bahkan untuk pelajaran ini, anak di kelas V MI

58

Kebonharjo Patebonini patut berbangga hati, karena mereka mampu berprestasi

menjuarai ajang lomba menyanyi, baca puisi, dan mewarnai gambar di tingkat

maupun tingkat kabupaten Kendal meskipun yang terakhir hanya sebagai juara

harapan.

Mengapa siswa tersebut kurang tertarik dengan materi pelajaran selain

kesenian ? Mengapa siswa sering berkeliaran atau berkelahi atau berkelahi yang

tidak mengarah pada proses belajar ? Mengapa siswa rendah kesadaran untuk

mengikuti pelajaran dan mengucapkan salam atau berjabat tangan ? Apakah

materinya yang terlalu sulit atau apakah faktor guru dalam memilih metode yang

tidak tepat ? Atau apakah karena kelemahan siswa sendiri atau karena kurangnya

motivasi, kurang berempati, kesadaran siswa untuk belajar ? Atau kurangnya

perhatian guru atau orang tua terhadap perkembangan emosional dan psikologis

dan motorik peserta didik ?. Mengapa justeru pada pembelajaran IPS dan

kesenian, serta matematika anak didik menunjukkan minat yang besar terhadap

pelajaran bahasa tersebut, yang ditunjukkan dengan prestasi dan penghargaan

yang mengagumkan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten ? Deretan

pertanyaan tersebut berdasarkan pantauan peneliti merupakan suatu pertanyaan

yang sering muncul dalam setiap diskusi para guru atau pada saat rapat guru dan

kepala MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal.

Berdasarkan hasil sharing tersebut muncullah ide yang disepakai bersama

antara guru, kepala madrasah dan peneliti untuk menerpkan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas V MI

Kebonharjo Patebon Kendal.

2. Implementasi Aptitude Treatment Interaction (ATI) p ada Mata Pelajaran

Al-Quran Hadits

Rancangan pelaksanaan penelitian penulis deskripsikan mulai dari

siklus I sampai siklus II.

1. Diskripsi Siklus I

Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu :

a. Perencanaan

59

Tahap perencanaan meliputi :

1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus I.

2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.

3) Membuat instrumen penelitian yaitu:

a) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa

dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen

karena hasil belajar Al Quran Hadits dicapai jika siswa benar-benar

mengikuti proses pembelajaran.

b) Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa.

4) Menyiapkan alat pembelajaran

5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di

kelas.

b. Tindakan

1) Pra Pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal, ruang kelas dan tempat duduk ditata sesuai kebutuhan

2) Kegiatan awal (5 menit menit )

a) Guru mengucapkan salam

b) Guru bersama siswa membaca doa belajar

3) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran

kepada siswa

b) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan

kepandaian tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan

pembelajaran sebagai berikut :

• Siswa berkepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching

(belajar sendiri). Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di

laboratorium IPA. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti

pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS;

(4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5)

Kegiatan belajar diakhiri dengan postes.

60

• Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula

bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati

kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang

ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3)

Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.

• Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan

pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati

tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok

dengan kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial

yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai

konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2)

Menggunakan media alat pembeljaran secara maksimal; (3) Memberi

dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4)

Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain.

(5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk

bergabung dengan kelompok siswa dengan kecerdasan tinggi sekitar 10

menit.

c) Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus

memberikan dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa.

d) Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali

untuk mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui

diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai.

e) Metode pembelajaran menggunakan Aptitude Treatment Interaction (ATI)

telah selesai.

f) Guru menyimpulkan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran Al Quran

Hadits menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai

siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal

Tahun Pelajaran 2010/2011.

61

4) Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Guru membagikan soal-soal evaluasi

b) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

b. Obervasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan

tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, yang perlu dilaksanakan yaitu :

1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).

2) Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas.

3) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang

diberikan guru

4) Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan

5) Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman.

6) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi.

7) Pengamatan pada kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran

8) Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

bersama guru.

9) Penggunaan waktu yang direncanakan.

10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes.

c. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi

diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi :

1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara

berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I.

2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.

3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut untuk perbaikan yang akan diterapkan

pada proses pembelajaran siklus II.

2. Siklus II

62

Tahapan kegiatan pembelajaran siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kendal pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan kegiatan

pembelajaran pada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I :

Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu :

a. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi :

1) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II.

2) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.

3) Membuat instrumen penelitian yaitu:

a) lembar observasi untuk mengumpulkan data keaktifan siswa pada

pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena

prestasi belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti pembelajaran.

b) Tes formatif sebagai alat pengukur prestasi belajar siswa.

4) Menyiapkan alat pembelajaran

5) Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di

kelas.

b. Tindakan

1) Pra Pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai di Kelas IV MI Kebonharjo, tempat

duduk/pembelajaran ditata sesuai kebutuhan

2) Kegiatan awal (5 menit menit )

a) Guru mengucapkan salam

b) Guru bersama siswa membaca doa belajar

3) Kegiatan Inti (50 menit)

a) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran

kepada siswa

b) Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan

kepandaian tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan pembelajaran

sebagai berikut :

* Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar

sendiri), kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif, serta

63

pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni

di laboratorium IPA dengan diawasi kolaborator yaitu wali kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal. Kemudian siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti

pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS; (4) Bergabung

dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5) Kegiatan belajar

diakhiri dengan postes.

* Siswa berkepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula bercampur

dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok tempat

duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi perlakuan

dengan pembelajaran konvensional dengan cara berceramah dan diselingi tanya

jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3)

Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.

* Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan pada

kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk

pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan

kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial yaitu : (1)

Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-

konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media

alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan

reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan

soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama

kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan

untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.

c) Guru mengamati aktivitas belajar siswa bersama kolaborator, sekaligus

memberikan dorongan dan arahan terhadap proses belajar siswa.

d) Setelah pemberian treatmen selesai, siswa dijadikan satu ruangan kembali

untuk mendengarkan apresiasi masing-masing kelompok belajar melalui

diskusi singkat untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang baru selesai.

e) Metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) telah selesai.

64

f) Guru menyimpulkan pembelajaran Al Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran ATI hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang

belum dikuasai siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal.

4) Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Guru membagikan soal-soal evaluasi

b) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

c. Obervasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan

tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, hal yang perlu dilaksanakan

adalah :

1) Guru mengajak teman sejawat mengamati jalannya kegiatan pembelajaran

Al Quran Hadits melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI).

2) Pengamatan terhadap penempatan kelompok dalam kelas.

3) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian siswa kepada petunjuk yang

diberikan guru

4) Pengamatan terhadap keaktivan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan

5) Pengamatan terhadap keaktifan siswa berdiskusi dan membantu teman.

6) Pengamatan terhadap pemusatan perhatian dan penguasaan materi.

7) Pengamatan terhadap kegiatan mengerjakan tugas dan mencari bahan

pelajaran

8) Pengamatan terhadap keikutsertaan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

bersama guru.

9) Penggunaan waktu yang direncanakan.

10) Pengamatan terhadap kemandirian siswa mengerjakan tes.

d. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan di atas dijadikan bahan refleksi diri

untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi :

1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara

berkaitan dengan proses pembelajaran pada siklus I.

2) Mengevaluasi hambatan-hambatan yang muncul sebagai bahan diskusi.

65

3) Mendiskusikan hasil analisis tersebut sebagai bahan menyusun laporan

penelitian.

G. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah sumber primer

dan sumber skunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung dari

subjek penelitian menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.58 Data

primer penelitian ini adalah subjek penelitian yaitu siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang

diperoleh melalui pengamatan dan refleksi oleh Tim peneliti atau

kolaborator dan hasil tes/ulangan.

2. Sumber Data Skunder

Sumber skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian sumber

skunder ialah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh penelitian dari subjek penelitian.59 Data skunder pada

penelitian ini berupa, papan monografi, literatur, notulen rapat, daftar

hadir atau buku tamu, komputer, arsip, buletin, bahan bacaan,

perpustakaan sekolah, majalah, OHP, HP, dan lain-lain. Data skunder ini

bersifat mendukung terhadap data primer yang berasal dari siswa Kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas ini meliputi :

1. Teknik Tes

58 Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Semarang : Aneka Ilmu, 2008), hlm. 91 59 Ibid, hlm. 91

66

Teknik yang digunakan dengan cara mengujikan soal evaluasi yang

berjumlah 10 soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator materi. Untuk

memperoleh data tes dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap akhir siklus I, dan

akhir siklus II. Tes diberikan kepada seluruh siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kabupaten Kendal secara individu. Setelah tes pada akhir siklus I

dilaksanakan, peneliti kemudian menganalisi hasil tes tersebut sehingga diketahui

kelemahan-kelamahan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya siswa diberi

pembekalan lebih lanjut untuk mengahadapi tes pada siklus II, kemudian peneliti

menganalisa hasil tes tersebut sehingga diketahui kelemahan yang dialami siswa

pada siklus II. Target tingkat keberhasilan siswa apabila siswa dapat memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan sebelumnya yaitu dapat

mencapai 75.

2. Teknik Non tes

Teknik non tes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

terjadi selama proses pembelajaran. Teknik non tes ini meliputi :

a. Teknik Observasi

Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan

dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.60

Metode observasi atau pengamatan langsung pada penelitian ini penulis

gunakan untuk menyelidiki penerapan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar Al Quran

Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011.

b. Teknik Wawancara/Intervieu

Teknik wawancara atau intervieu yaitu teknik pengumpulan data

dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis

berlandaskan pada tujuan penelitian.61 Metode ini peneliti gunakan kepada :

1). Kepala MI Kebonharjo Patebon, untuk memohon ijin penelitian dan

60 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2003), hlm. 136. 61 Ibid, hlm. 71

67

penggalian data aktivitas belajar siswa. 2). Guru, untuk menggali data tentang

penerapan Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada

untuk meningkatkan pretasi belajar pada pembelajaran Al-Quran Hadits siswa

Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. 3).

Siswa, untuk mengetahui aktvitas siswa Kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam mengikuti pembelajaran Al-Quran

Hadits melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI).

Wawancara dilakukan peneliti setelah pembelajaran selesai

dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan

wawancara yaitu : (1) Mempersiapkan lembar wawancara yaitu berisi daftar

pertanyaan yang diajukan pada siswa, (2) Menentukan siswa yang nilai tesnya

rendah, cukup dan baik kemudian diajak wawancara, (3) Merekam dan

mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir

pertanyaan.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengan jalan

pengambilan keterangan secara tertulis tentang inventarisasi, catatan,

transkrip nilai, notulen rapat, agenda dan sebagainya.62 Metode dokumentasi

pada penelitian ini penulis gunakan untuk menggali data tentang pelaksanaan

Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pembelajaran Al-

Quran Hadits melalui absensi siswa, jurnal, notulen rapat, dan evaluasi

pembelajaran untuk mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan

pembelajaran berdasarkan nilai ulangan harian dan nilai rapot siswa Kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini meliputi :

62 Ibnu Hajar, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Jaya, 2000), hlm. 69.

68

1. Teknik Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil belajar atau

Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada

setiap akhir siklus. Apakah dengan dipergunakannya model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Al-Quran Hadits siswa Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rumus yang digunakan untuk

menghitung nilai masing-masing siswa adalah:

� ��

�� ���

Keterangan :

S = Nilai yang dicari

R = Jumlah skor yang dijawab

N = Skor maksimum.

Hasil perhitungan nilai tes tersebut dari tes siklus I dan siklus II

dibandingkan sehingga diketahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Al-

Quran Hadits siswa dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI).

2. Teknik Kualitatif

Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengetahui bagaimana

motivasi siswa terhadap pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), dan untuk mengetahui

aktivitas belajar siswa. Data kualitatif yang diambil antara lain :

a. Lembar observasi kinerja guru

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh

data tentang kegiatan guru pada saat menerapkan metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas Kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Data

diambil sekali dalam setiap siklus sehingga diperoleh gambaran perubahan

kegiatan guru. Data tentang kinerja guru dengan cara mencheklist (√) indikator

yang telah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.

69

b. Lembar observasi keaktifan siswa

Lembar observasi keaktifan siswa digunakan untuk mengetahui

keaktifan siswa kelas Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten Kendal

dalam kegiatan pembelajaran PAI menggunakan model Aptitude Treatment

Interaction (ATI). Analisis data keaktifan siswa yaitu dengan menghitung rata-

rata keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran. Kriteria keaktifan siswa 75 %

dari seluruh siswa memperoleh nilai keaktifan ≥ 75 atau siswa yang aktif

meningkat.

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas tentang upaya

meningkatankan hasil belajar bidang studi Al-Quran Hadits menggunakan model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas Kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

ini sebagai berikut :

1. Secara individual mencapai nilai yang ditetapkan dalam KKM minimal 70, dan

secara klasikal minimal 75 % dari seluruh peserta didik Kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 yang telah mencapai ketuntasan.

2. Hasil belajar siswa terhadap pembelajaran bidang studi Al-Quran Hadits secara

umum bisa meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AL-

QURAN HADITS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ATI SISWA

KELAS IV MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A. Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-

Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa Kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

Hasil penelitian tindakan kelas ini mendiskripsikan hasil observasi dan

tindakan pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada

hari Kamis tanggal 12 Pebruari 2011, dan tindakan pada siklus II yang

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Pebruari 2011. Pokok materi bahasan

ialah pembelajaran Al-Quran Hadits. Lokasi penelitian di kelas IV MI Kebonharjo

Patebon Kendal. Adapun Subjek penelitian ialah siswa kelas IV MI Kebonharjo

Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang.

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan oleh

peneliti dan dibantu oleh kolaborator yaitu wali kelas IV. Pada setiap akhir proses

pembelajaran yang dilaksanakan tes formatif dan akan dianalisa untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan pembelajaran yakni untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran Al-Quran Hadits di

kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus

Tinjauan awal tentang kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas

IV MI Kebonharjo diperlukan untuk mengetahui problem-problem

pembelajaran yang muncul agar dapat diidentifikasi dan menentukan solusi

alternatif terhadap tindakan pembelajaran ayang akan ditempuh selanjutnya.

Hasil observasi terhadap kondisi awal penelitian ini ditemukan :

a. Kondisi pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal menunjukkan masih terdapat kesenjangan antara kurikulum mata

71

pelajaran Al-Quran Hadits dengan kinerja mengajar yang ditampilkan guru.

Layanan pembelajaran belum bias mengakomodasi dan mengapresiasi

perpedaan kemampuan (aptitude) siswa dalam rangka mengoptimalkan

prestasi belajar siswa. Kondisi demikian berdampak pada prestasi belajar siswa

kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal. Hasil pra Survey pada semester gasal

Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa 45 % siswa tidak tuntas.

b. Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal pra

siklus, penyampaian materi berjalan monoton, guru masih menggunakan

metode ceramah secara dominan sehingga pembelajaran kurang bergairah dan

kurang mendapat apresiasi dari siswa. Kondisi ini menimbulkan penurunan

prestasi belajar siswa yang berakibat pada hasil KKM rendah.

c. Anaisis kondisi kemampuan atas kepandaian siswa menunjukkan tidak sama

dan bervariasi dengan rincian siswa yang tergolong mempunyai kepandaian

tinggi sebesar 40 %, siswa berkepandaian sedang 35 % , dan siswa

berkepandaian rendah sebesar 25 %. Berikut ini ditampilkan tabel kondisi

kepandaian siswa kelas IV MI Kebonharjo.

Tabel 1

Kondisi Awal Kepandaian Siswa Kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kendal

NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE

1 Tinggi 12 40

2 Sedang 11 35

3 Rendah 8 25

Berdasarkan hasil pengamatan pra siklus teradap kondisi pembelajaran

Al Quran Hadits dan kondisi kepandaian siswa yang bervariasi maka diperlukan

pemecahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa keas V MI

Kebonharjo. Pemecahan masalah terhadap kondisi di atas diperlukan metode yang

cocok yaitu model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), karena

72

metode ini secara khusus sangat tepat diterapkan untuk kelas yang memiliki

siswa dengan kepandaian beragam (menjadi 3 tinggi, sedang, dan rendah).

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI

Kebonharjo pada siklus I ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana

Pembelajaran pada siklus I dengan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3 kelompok sesuai

dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas.

Adapun skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode

Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada siklus I sebagai berikut :

a. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching

(belajar sendiri). Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri yakni di

laboratorium mikro teaching. Kemudian siswa diberi kegiatan (1)

Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan

LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu);

dan (5) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes.

b. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula

bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati

kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang

ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan (3)

Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.

c. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan

pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati

tempat duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok

kepandaian rendah ini diberi pembelajaran Al Quran Hadits dengan re-

teaching dan tutorial yaitu : (1) Mengulang menyajikan pelajaran kepada

siswa dengan memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau

sering); (2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3)

Memberi dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4)

73

Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama kelompok lain.

(5) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan untuk

bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10 menit.

Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI

Kebonharjo berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer

mengadakan pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

pada siswa kelas IV terutama data-data penting berkaitan dengan evaluasi yang

telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan sebagai berikut :

Pada siklus I dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar observasi.

Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan perhatian

siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai

fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas dari

dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus

mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan

adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran.

Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal

tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar

siswa semakin meningkat.

Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses

pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

sebagai berikut :

TABEL 2

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS I

NO KETERANGAN DATA AWAL SIKLUS I

1. Nilai Tertinggi 85 90

2. Nilai Terendah 55 60

3. Nilai Rata-rata 64,5 72,2

74

4. Jumlah Tuntas 17 25

5 Jumlah Tidak Tuntas 14 6

6 Tuntas Klasikal (%) 45 % 80,6

7 Tidak Tuntas (%) 55 % 19,4

Jumlah Siswa 31 31

Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan

metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal di atas, siswa yang tidak tuntas diberi

tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum dikuasai sampai mencapai

nilai yang ditargetkan. Adapaun jumlah siswa yang mengalami remidi sebanyak 7

orang.

Permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran Al-Quran Hadits

melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di

kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I

antara lain :

a. Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa atau peserta didik

dengan berkepandaian tinggi memerlukan tambahan sumber belajar dan

referensi buku yang lebih variatif, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan

pembelajaran dengan sumber dan perbandingan yang memadai dan lebih

variatif.

b. Pembelajaran Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian

sedang dan rendah terlihat siswa sudah aktif bertanya dan mengadakan

diskusi.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui

penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV

MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 diperoleh data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa sebagai

berikut :

75

TABEL 3

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS I

NO AKTIVITAS SISWA PRA

SIKLUS

SIKLUS

I

RATA-

RATA

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 3 4 3,5

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

4 4 4

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

3 4 4

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5 5 5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

3 4 4

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran

5 5 5

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru

4 4 4

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4 4 4

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham

3 4 3,5

10 Menyimpulkan materi bersama guru 3 3 3

Skor total 37 41 40

Persentase Aktivitas Keseluruhan 74 % 82 % 78 %

Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas

IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 pada siklus I sebagai berikut :

a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa dengan

kepandaian tinggi belum efektif disebabkan sumber belajar masih kurang,

oleh karena itu sumber belajar perlu ditambah agar siswa dapat mengkaji

materi pelajaran secara lebih representatif.

76

b. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa dengan kepandaian

sedang dan rendah sudah bagus. Konsistensi guru dalam melibatkan siswa

perlu ditambah. Pendekatan Aptitude Treatment Interaction (ATI) perlu

ditingkatkan, terutama penjelasan ulang pelajaran kepada kelompok siswa

dengan kepandaian rendah, dna contoh-contoh yang lebih relevn secra

optimal, misalnya penggunaan media atau alat sebagai sumber belajar siswa.

c. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) siswa di kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 secara keseluruhan pada

siklus I secara keseluruhan sebesar 78 %, nilai persentase ini belum

memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator keberhasilan

pembelajaran, yaitu 80 %.

d. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus I yaitu 72,23.

Nilai ini masih berada 2,5 % di bawah standar ketuntasan belajar klasikal

yang telah ditetapkan, yaitu 85 %.

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Deskripsi pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits kelas IV MI

Kebonharjo pada siklus II ini peneliti laksanakan sesuai dengan Rencana

Pembelajaran pada siklus II dengan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dengan cara membagai siswa menjadi 3 kelompok sesuai

dengan tingkat kepandaian sebagaimana terangkum pada tabel 1 di atas. Adapun

skenario pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) pada siklus II sebagai berikut :

a. Siswa dengan kepandaian tinggi diberi pelajaran dengan self-teaching (belajar

sendiri), kemudian dilanjutkan kepada diskusi dan tanya jawab interaktif,

serta pembahasan soal-soal latihan. Siswa ditempatkan pada ruangan

tersendiri yakni di laboratorium mikro teaching dengan diawasi kolaborator

yaitu wali kelas IV MI Kebonharjo. Kemudian siswa diberi kegiatan (1)

Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan modul; (3) Mengerjakan dengan LKS;

77

(4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa terdahulu); dan (5)

Kegiatan belajar diakhiri dengan postes.

d. Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan semula

bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati kelompok

tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang ini diberi

perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara berceramah dan

diselingi tanya jawab interaktif dan mengerjakan soal-soal latihan. Adapun

urutan pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini; dan

(3) Kegiatan belajar diakhiri dengan postes bersama kelompok yang lain.

e. Siswa dengan kelompok belajar rendah, penempatannya seperti dijelaskan

pada kelompok siswa dengan kepandaian sedang, namun menempati tempat

duduk pada kelompok tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok dengan

kepandaian rendah ini diberi pembelajaran re-teaching dan tutorial yaitu : (1)

Mengulang menyajikan pelajaran kepada siswa dengan memulai konsep-

konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering); (2) Menggunakan media

alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi dorongan atau motivasi dan

reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab interaktif; (5) Mengerjakan

soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan mengikuti postes bersama

kelompok lain. (7) Sebelum pembelajaran, kelompok ini diberi kesempatan

untuk bergabung dengan kelompok dengan kecerdasan tinggi sekitar 10

menit.

Selama pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI

Kebonharjo berlangsung sebagaimana tersusun di atas, kolaborator atau observer

mengadakan pengamatan dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

pada siswa kelas IV terutama berkaitan dengan data-data penting berkaitan

dengan evaluasi yang telah dilaksanakan, yang peneliti deskripsikan sebagai

berikut :

Pada siklus II dicari data menggunakan tes Formatif dan lembar

observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, keaktifan, dan

perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa

sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas

78

dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus

mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan

adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran.

Keaktifan dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal

tersebut baik maka diharapkan materi benar-benar dipahami sehingga hasil belajar

siswa semakin meningkat.

Dari hasil evaluasi melalui tes yang diberikan kepada siswa dalam proses

pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal

sebagai berikut :

TABEL 4

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS II

NO KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II

1. Nilai Tertinggi 90 90

2. Nilai Terendah 60 64

3. Nilai Rata-rata 72,2 77,9

4. Jumlah Tuntas 25 30

5 Jumlah Tidak Tuntas 6 1

6 Tuntas Klasikal (%) 80,6 96,8

7 Tidak Tuntas (%) 19,4 3,2

Jumlah Siswa 31 31

Berdasarkan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits menggunakan

metode Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 di atas, siswa

yang tidak tuntas diberi tugas, remidi terhadap materi pelajaran yang belum

79

dikuasai sampai mencapai nilai yang ditargetkan. Adapun jumlah siswa yang

mengalami remidi sebanyak 1 orang.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran Al-Quran Hadits

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas

IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal pada siklus II antara

lain :

a. Kelompok Siswa dengan Kepandaian Tinggi

1) Aktivitas pembelajaran Al-Quran Hadits dengan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo pada

kelompok siswa berkepandaian tinggi untuk mencari bahan belajar

semakin meningkat.

2) Berkembangnya self-learning ke arah diskusi dan tanya jawab interaktif

serta pembahasan soal-soal latihan

3) Situasi cara belajar peserta didik atau siswa cenderung bebas tetapi tetap

terkontrol karena disamping siswa sudah tahu tanggung jawab untuk

belajar, juga proses pembelajaran di laboratorium ini diawasi oleh

kolaborator.

b. Kelompok Siswa dengan kepandaian sedang dan rendah

1) Peningkatan terhadap frekuensi keterlibatan tanya jawab siswa pada

proses Pembelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal

2) Menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk mengajukan dan menjawab

pertanyaan serta sering mengerjakan tugas

3) Frekuensi keharian dan keaktifan siswa dalam setiap kegiatan semakin

meningkat.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar Al-Quran Hadits menggunakan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

diperoleh data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus II sebagai

berikut :

80

TABEL 5

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS II

NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS

I

SIKLUS

II

RATA-

RATA

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4 4 5

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

4 5 4.5

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

5 5 5

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 4 5 4,5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

3 3 3

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran

4 4 4

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru

5 5 5

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 5 5 5

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham

4 4 4

10 Menyimpulkan materi bersama guru 5 5 5

Skor total 42 45 44

Persentase Aktivitas Keseluruhan 84 % 90 % 88 %

Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran Al-Quran Hadits

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di kelas

IV MI Kebonharjo pada siklus II sebagai berikut :

a. Perlakuan pembelajaran Al-Quran Hadits kepada kelompok siswa V MI

Kebonharjo dengan kepandaian tinggi sudah efektif dan kondisi pembelajaran

sudah berkembang dari hanya mencari sumber belajar pada siklus I menjadi

lebih berkembang ke arah diskusi, tanya jawab interaktif, dan pembahasaan

soal-soal latihan. Situasi kelas berubah kea rah lebih bebas.

81

b. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits pada kelompok siswa V MI Kebonharjo

dengan kepandaian sedang dan rendah sudah bagus dan rasa percaya diri siswa

sudah bertambah. Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang

mengajukan pertanyaan maupun sisiwa yang berani menjawab pertanyaan

tersebut. Kondisi kelas menjadi lebih hidup dengan adanya tanya jawab

interaktif dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. Kehadiran

siswa pada setiap kegiatan pada siklus II ini juga meningkat.

c. Aktivitas belajar Al-Quran Hadits melalui metode Aptitude Treatment

Interaction (ATI) siswa di kelas IV MI Kebonharjo secara keseluruhan pada

siklus II sebesar 88 % meningkat 10 % dari siklus I yang hanya 78 %. Nnilai

persentase ini sudah memenuhi target yang telah ditetapkan dalam indikator

keberhasilan pembelajaran, yaitu 80 %.

d. Nilai persentase prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI

Kebonharjo pada siklus II yaitu 77,88. Nilai ini berada 2,5 % di atas standar

ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 85 %.

e. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa Kelas IV yakni

Muhammad Fatchurrozi, Insani Hayati, dan Muhammad Abdul Mujib, dapat

diketahui hasil sebagai berikut :

Menurut Muhammad Fatchurrozi, menyatakan bahwa : “Saya merasa

lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar saat digunakan metode ATI,

karena kami merasa lebih mudah memahami materi pelajaran dari guru, bisa

saling membantu dengan teman, dan aktif mencari jawaban sendiri untuk

menyelesaikan tugas dari guru”. Menurut Insani Hayati, mengatakan bahwa :

“Kalau memakai metode ini saya jadi bisa belajar bersama teman satu kelompok

yang sama-sama pandainya, bisa bertukar pikiran jadi materinya bisa lebih

mudah. Belajar Al-Quran Hadits jadi lebih menyenangkan saat berdiskusi dan

tanya jawab”. Menurut Muhammad Abdul Mujib, mengatakan bahwa : “Bisa

menjadi lebih termotivasi untuk belajar, ingin bisa tuntas dalam evaluasi,

karena malu kalau terus-terusan dikatakan siswa yang bodoh. Cara belajar yang

dilakukan saya dengan membaca Lembar kegiatan di rumah, dan bertanya jawab

dengan teman satu kelompok agar bisa tuntas nilainya”.

82

B. Pembahasan Hasil Penelitian Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata

Pelajaran Al-Quran Hadits Melalui Model Pembelajaran ATI Siswa

Kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits melalui model

Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI Kebonharjo Patebon

Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh data aktivitas

belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai berikut :

Tabel 6

Presentase Aktivitas Belajar Al-Quran Hadits Siswa

Kelas IV MI Kebonharjo

NO AKTIVITAS SISWA PRA

SIKLUS

RERATA SIKLUS

I

RERATA SIKLUS

II 1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 1 3,5 4

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

1 4 4,5

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

2 4 5

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 3 5 4,5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

1 4 3

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran

3 5 4

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru

2 4 5

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman

2 4 5

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham

2 3,5 4

10 Menyimpulkan materi bersama guru 1 3 5

Skor total 17 40 44

Persentase Aktivitas Keseluruhan 34 % 78 % 88 %

83

Berdasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa nilai keaktivan

belajar siklus I sebesar 78 % aktivitas tersebut meningkat 36 % dari data awal pra

siklus yaitu 34 % menjadi 78 % dengan kategori baik. Kemudian aktivitas belajar

siswa tersebut meningkat 10 % pada siklus II menjadi 88 % dengan kategori

sangat baik. Deskripsi tentang peningkatan aktivitas belajar Al-Quran Hadits

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa

kelas IV MI Kebonharjo mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat

divisualisasikan melalui histogram di bawah ini :

Gambar 4.7 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus – Siklus III

Gambar 2

Histogram Keaktifan Belajar Al-Quran Hadits secara Keseluruhan

Selanjutnya berdasarkan hasil paparan pelaksanaan penelitian tindakan

kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Al-Quran Hadits menggunakan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV MI

Kebonharjo Patebon Kendal mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II diperoleh

data prestasi belajar Al-Quran Hadits siswa kelas IV secara keseluruhan sebagai

berikut :

34

78

88

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Aktivitas Belajar Al

Quran Hadits

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

84

Tabel 7

Rerata Hasil Belajar Al-Quran Hadits dengan Metode ATI

Siswa Kelas IV MI Kebonharjo

Rerata Sebelum ATI Setelah ATI Rata-rata Siklus I

dan Siklus II Siklus I Siklus II

64,5 72,23 77,88 75,05

Berdasarkan hasil nilai belajar di atas dapat di jelaskan bahwa rata-rata

pada siklus I mengalami peningkatan 7,73 dari awal atau pra siklus 64,5 menjadi

72,23. Kemudian pada siklus II dari siklus I mengalami peningkatan 5.65 dari

siklus I 72,23 menjdi 77,88 pada siklus II. Sedangkan peningkatan dari sklus II

dari data awal atau pra siklus terpaut angka 13,38 dan 64,5 menjadi 77,88.

Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits

melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas IV

MI Kebonharjo Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 mulai dari pra siklus,

siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan melalui histogram di bawah ini :

Gambar 4.9 Keaktifan Siswa dari Siklus I – III

Gambar 3 Prestasi Belajar Siswa dari Para Siklus sampai Siklus II

58 6064

8290 90

64.572.23

77.88

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

85

Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diketahui siswa kelas IV MI

Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal yang mengalami ketuntasan

belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut menunjukkan adanya

peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan

meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25 orang siswa yang

mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai rata-rata 72,23,

sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada pembelajaran Al

Quran Hadits di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kendal.

Penjelasan secara rinci tentang presentase ketuntasan belajar Al-Quran

Hadits melalui model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa

kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan

melalui histogram di bawah ini :

Gambar 4.9 Keaktifan Siswa dari Siklus I – III

Gambar 4 Ketuntasan Belajar Al-Quran Hadits Siswa dari Para Siklus sampai Siklus II

Kemudian perubahan dan peningkatan oleh masing-masing kelompok

(tinggi, sedang, dan rendah) yang diperoleh dari peningkatan nilai rata-rata setiap

kelompok siswa tiap siklus adalah :

45

82.5

97.5

22

71

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

86

1. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan

berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I

63,44, dan siklus II 69,66.

2. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan

berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I

72,85, dan siklus II 73,0

3. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan berturut-

turut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I 84,27, dan

siklus II 89,27.

Penjelasan secara rinci tentang peningkatan hasil belajar Al-Quran Hadits

melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

siswa kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun

Pelajaran 2010/2011 berdasarkan kelompok dengan kepandaian tinggi, sedang,

dan rendah, mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat divisualisasikan

melalui histogram di bawah ini :

B.

C. Gambar 4.9 Keaktifan Siswa dari Siklus I – III

D.

E.

F.

G.

H.

I.

J.

K.

L.

M.

Gambar 5 Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kelompok dari Para Siklus sampai Siklus II

5763

6963

72 7375

8489

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

87

Dari hasil wawancara dari sampel 3 siswa, yaitu 1 siswa dari kelompok

nilai tinggi, 1 siswa dari kelompok nilai sedang dan 1 siswa dari kelompok nilai

rendah dapat diketahui bahwa :

1. Siswa menjadi lebih tertarik dalam pembelajaran Al-Quran Hadits dengan

model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) karena dalam

model pembelajaran seperti ini siswa bisa belajar dalam kelompok sehingga

bisa saling bertukar pikiran dan bekerjasama untuk memahami materi

pelajaran.

2. Pembelajaran dengan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) suasana belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan, karena siswa

dikelompokkan sesuai dengan tingkat kepandaiannnya. Dengan model seperti

ini siswa yang bodoh merasa bahwa dia harus berusaha lebih baik agar tidak

dikatakan bodoh lagi.

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan

bahwa upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits melalui

penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) siswa kelas

IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran

2010/2011 telah berhasil.

88

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan beberapa uraian dan analisis di atas, dapat ditarik simpulan

sebagai berikut :

1. Implementasi model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

pada pembelajaran Al-Quran Hadits siswa kelas IV MI Kebonharjo

Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011

diterapkan dengan cara guru membagi kelas berdasarkan tingkat

kepandaian siswa menjadi tiga kelompok tinggi, sedang, dan rendah

dengan rincian sebagai berikut : 1) Siswa dengan kepandaian tinggi diberi

pelajaran dengan self-teaching (belajar sendiri) berkaitan dengan materi

hadits tentang niat. Siswa ditempatkan pada ruangan tersendiri. Kemudian

siswa diberi kegiatan (1) Mengikuti pretes; (2) Belajar dengan buku paket

dengan cara siswa mencari hadits berhubungan dengan niat; (3)

Mengerjakan LKS; (4) Bergabung dengan kelompok lain (kelompok siswa

terdahulu. 2) Siswa dengan kepandaian sedang ditempatkan pada ruangan

semula bercampur dengan siswa berkepandaian rendah, namun menempati

kelompok tempat duduk yang berbeda. Kelompok berkepandaian sedang

ini diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional dengan cara

berceramah atau lebih dikenal dengan regular teaching. Adapun urutan

pembelajaran ialah : (1) Kegiatan pendahuluan; (2) Kegiatan ini, yaitu

guru menjelaskan hadits tentang niat, manfaat dan hikmah yang

terkandung di dalamnya, selanjutnya kegiatan tanya jawab, dan

demonstrasi. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan doa dan bergabung

dengan kelompok semula. 3) Siswa dengan kelompok belajar rendah,

penempatannya seperti dijelaskan pada kelompok siswa dengan

kepandaian sedang, namun menempati tempat duduk pada kelompok

tersendiri. Kegiatan pembelajaran kelompok kepandaian rendah ini diberi

pembelajaran Al Quran Hadits dengan re-teaching dan tutorial yaitu :

89

(1) Mengulang menyajikan pelajaran hadits tentang niat kepada siswa dengan

memulai konsep-konsep esensial (secara berulang-ulang atau sering) dalam hal

ini siswa diberi penjelasan secara detail, kemudian siswa diharapkan untuk

membaca secara bersama-sama dan berulang sampai setengah hafal dan jelas;

(2) Menggunakan media alat pembelajaran secara maksimal; (3) Memberi

dorongan atau motivasi dan reward pada waktu yang tepat. (4) Tanya jawab

interaktif; (5) Mengerjakan soal-soal latihan; (6) Pembelajaran diakhiri dengan

mengikuti postes bersama kelompok lain.

2. Upaya meningkatkan pretasi belajar siswa melalui penerapan metode Aptitude

Treatment Interaction (ATI) di kelas IV MI Kebonharjo Patebon Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 menunjukkan keberhasilan. Indikator

keberhasilan tersebut terlihat dari hasil tes akhir siklus I diketahui siswa yang

mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits sebesar 82,23 %. Hasil tersebut

menunjukkan adanya peningkatan sebesar 45 % sebelum diberi tindakan dan

setelah diberi tindakan meningkat 38 % dari 31 siswa pada siklus I terdapat 25

orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Al-Quran Hadits dengan nilai

rata-rata 72,23, sehingga jauh lebih besar nilainya jika dibandingkandengan

sebelum diterapkan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI). Adapun prestasi belajar berdasarkan kelompok tingkat keceradasan

siswa dihasilkan data sebagai berikut :

a. Siswa dengan kelompok kepandaian rendah, mengalami peningkatan

berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 57,44 kemudian siklus I

63,44, dan siklus II 69,66

b. Siswa dengan kelompok kepandaian sedang, mengalami peningkatan

berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 63,84 kemudian siklus I

72,85, dan siklus II 73,0

c. Siswa dengan kelompok kepandaian tinggi, mengalami peningkatan

berturut-turut yaitu dari data awal atau pra siklus 75,54 kemudian siklus I

84,27, dan siklus II 89,27.

B. Saran

Untuk dapat meningkatkan pretasi belajar Al-Quran Hadits siswa, maka

90

yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Sekolah/Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya

meningkatkan pembinaan kepada guru-guru terutama guru Al-Quran Hadits,

karena guru Al-Quran Hadits mempunyai tugas dan tanggung jawab yang lebih

rumit dari guru pelajaran umum. Diharapkan dari pembinaan tersebut semakin

baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.

2. Guru

Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan

profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi

yang digunakan, sehingga penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa

tidak merasa bosan. Tidak hanya itu, kemampuan meyiapkan perkakas

pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH, Silabus, dll. Bila

persiapan telah matang, mengajar tidak akan terkesan seadanya dan

mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.

3. Kepada peserta didik

Bagi peserta didik di Kelas IV MI Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, hendaknya tingkatkanlah

belajar, manfaatkanlah fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia baik di

sekolah atau keluarga, dan rajinlah membiasakan pretasi belajar yang baik

dalam pergaulan agar tercapai prestasi belajar lebih baik dan optimal.

4. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak keluarga,

sekolah, masyarakat, dan negara. Oleh sebab itu, kerja sama yang baik dan

iklim yang kondusif sangat membantu cita-cita pendidikan bersama, orang tua,

sekolah, masyarakat, anak-anak dan Bangsa Indonesia.

C. Kata Penutup

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi

membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan

skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.

91

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak

kekurangan maupun kesalahan. Maka saran dan kritik yang membangun diterima

penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

92

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang : Aditya Media, 2001

Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta : Gramedia, 2001

Al Gulayaini, Syeikh Mustafa, Idhatun Nasyi`in, Beirut : Mansyuriah, 1949

Aqib, Muhammad, Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rosdakarya, 2006.

Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Antara Pendidikan Sekolah dan Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2007

Azwar, Saefuddin, Metodologi Penelitian, Semarang : Aneka Ilmu, 2008

Bruno, Frank J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta : Kanisius, 1989

Catharina, Tri Ani., Teori Pembelajaran, Semarang : UPT MKKS UNNES, 2006

Depag RI., Al Qur an Al Ally, CV Diponegoro, Bandung, 2000

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Hajar, Ibnu, Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya, 2000

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Mengajar, Jakarta : Rineka, 2000

Hermawan, Strategi Aptitude Treatment Interaction, Jakarta : Bumi Aksara, 2004

http://www.ziddu.com/download/10277447/Cara-Membaca-yang Menyenangkan.rtf.html, diunduh tanggal 15 April 2011.

Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989

Madjid, Abdul, Pembelajaran Inovatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2007

93

Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 1997

Muhaimin dan Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : Trigenda Karya, 2000

Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003

Nasution, S., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003

Pratini, Siti, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta; C.V. Studing,2001

Prayetno, Agus, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2006

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press, 1988

Sediadi, Realitas Wajah Pendidikan di Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 2007

Sudjana, Nana, dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Sinar Baru, 1989

Sudjana, Nana, Model-model Pembelajaran CBSA, Bandung : Sinar Baru, 2000

Sudjana, Nana, Proses dan Hasil Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta, 2007

Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Bandung : Tarsito, 1982

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Sutomo, Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction ATI, Jakarta : Rineka Cipta, 2008

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

Tirtonegoro, Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta : Bina Aksara, 1999

94

Tu’u, Tulus, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004

Zuhairini, Metodologi Al-Quran Hadits, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

95

Lampiran 1

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

PRA SIKLUS

NO KETERANGAN PRA SIKLUS

1. Nilai Tertinggi 85

2. Nilai Terendah 55

3. Nilai Rata-rata 64,5

4. Jumlah Tuntas 17

5 Jumlah Tidak Tuntas 14

6 Tuntas Klasikal (%) 45 %

7 Tidak Tuntas (%) 55 %

Jumlah Siswa 31

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

96

Lampiran 2

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS I

NO KETERANGAN SIKLUS I

1. Nilai Tertinggi 90

2. Nilai Terendah 60

3. Nilai Rata-rata 72,2

4. Jumlah Tuntas 25

5 Jumlah Tidak Tuntas 6

6 Tuntas Klasikal (%) 80,6

7 Tidak Tuntas (%) 19,4

Jumlah Siswa 31

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

97

Lampiran 3

PRESTASI BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

SIKLUS II

NO KETERANGAN SIKLUS I

1. Nilai Tertinggi 90

2. Nilai Terendah 64

3. Nilai Rata-rata 77,9

4. Jumlah Tuntas 30

5 Jumlah Tidak Tuntas 1

6 Tuntas Klasikal (%) 96,8

7 Tidak Tuntas (%) 3,2

Jumlah Siswa 31

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

98

Lampiran 4

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PRA SIKLUS

NO AKTIVITAS SISWA PRA SIKLUS

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 3

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

4

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

3

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

3

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran

5

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 4

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 3

10 Menyimpulkan materi bersama guru 3

Skor total 37

Persentase Aktivitas Keseluruhan 74 %

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

99

Lampiran 5

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS I

NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS I

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

4

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

4

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

4

6 Mengerjakan tugas atau mencari bahan pelajaran 5

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 4

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 4

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 4

10 Menyimpulkan materi bersama guru 3

Skor total 41

Persentase Aktivitas Keseluruhan 82 %

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

100

Lampiran 6

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS II

NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS II

1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 4

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

5

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

5

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

3

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran 4

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru 5

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman 5

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham 4

10 Menyimpulkan materi bersama guru 5

Skor total 45

Persentase Aktivitas Keseluruhan 90 %

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

101

Lampiran 7

PRESENTASE RATA-RATA AKTIVITAS BELAJAR AL-QURAN HADITS

SISWA KELAS IV MI KEBONHARJO

DARI PRA SIKLUS SAMPAI SIKLUS II

NO AKTIVITAS SISWA PRA

SIKLUS

RERATA SIKLUS

I

RERATA SIKLUS

II 1. Menjawab/merespon pertanyaan guru 1 3,5 4

2. Mendengarkan uraian guru tentang tujuan pembelajaran

1 4 4,5

3. Memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan guru

2 4 5

4. Mencatat pelajaran ke buku catatan 3 5 4,5

5 Mendengar dan memperhatikan contoh-contoh yang disampaikan guru

1 4 3

6 Mengerjakan tugas atau mencarai bahan pelajaran

3 5 4

7 Memperhatikan petunjuk yang diberikan guru

2 4 5

8 Aktif berdiskusi dan membantu teman

2 4 5

9 Bertanya terhadap materi yang belum paham

2 3,5 4

10 Menyimpulkan materi bersama guru 1 3 5

Skor total 17 40 44

Persentase Aktivitas Keseluruhan 34 % 78 % 88 %

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

102

Lampiran 8

KONDISI AWAL KEPANDAIAN SISWA KELAS IV

MI KEBONHARJO PATEBON KENDAL

NO KUALITAS JUMLAH PERSENTASE

1 Tinggi 12 40

2 Sedang 11 35

3 Rendah 8 25

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

103

Lampiran 9 DAFTAR NAMA-NAMA SISWA KELAS IV

BERDASARKAN TINGKAT KEPANDAIAN

No Nama L/P KUALITAS

1. Muhammad Abdul Mujib L

TINGGI

2. Puput Fatimah P 3. Khoirun Nisa` P 4. Agung Pranomo L 5. Riska Putri Wulandari L 6. Arifin L 7. Arisa Himatus Salamah P 8. Anggoro Gupta Sakti L 9. Azimatul Khofidhoh P 10. Ana Nurjanah P 11. Agus Septiyanto L 12. Anggi Lusiana P. P 13. Bagus Sulton Nur L

SEDANG

14. Diky Abdul Faqih L 15. Elfara Damayanti P 16. Heru Setyo L 17. Insani Hayati P 18. Lia Warokah P 19. Makrus Muhaimin L 20. Muhammad Arifudin L 21. Muhammad Uli Nuha L 22. Muhammad Imron L 23. Muhammad Fatchur Rozi L 24. Muhammad Sifaun Jihan L

RENDAH

25. Adi Irfan L 26. M. Azim Al Matrut L 27. Rizki Mutamadiul U. L 28. Sofan Thohir L 29. Sri Mursidah P 30. Teguh Tri Wibowo L 31. Uswatun Khasanah P

Kebonharjo, Maret 2011

Guru peneliti

Akhmad Arifin

104

Lampiran 10

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA KELAS IV

1. Apakah anda menyukai metode yang digunakan guru ?

2. Apakah anda lebih mudah menerima materi pelajaran yang diberikan guru

dengan metode pembelajaran tersebut ?

3. Bagaimanakah perasaan anda ditempatkan dalam kelompok belajar di

kelas IV menggunakan metode tersebut ?

4. Apakah anda aktif bertanya atau menjawab pertanyaan guru ?

5. Apakah anda aktif dalam diskusi kelas ?

6. Apakah anda ikut ambil bagian dalam kegiatan menyimpulkan hasil

pembelajaran ?

7. Apakah anda merasa lebih mudah mengerjakan soal tes dari siklus I ke

siklus II ?

8. Apakah anda merasa termotivasi untuk lebih giat belajar setelah

diterapkan metode belajar tersebut ?

105

Lampiran 11 DATA MENTAH NILAI TES SISWA

PRA SIKLUS No Nama L/P Nilai Tes

1. Muhammad Abdul Mujib L 85 2. Puput Fatimah P 67 3. Khoirun Nisa` P 60 4. Agung Pranomo L 65 5. Riska Putri Wulandari L 67 6. Arifin L 65 7. Arisa Himatus Salamah P 59 8. Anggoro Gupta Sakti L 65 9. Azimatul Khofidhoh P 66 10. Ana Nurjanah P 65 11. Agus Septiyanto L 66 12. Anggi Lusiana P. P 65 13. Bagus Sulton Nur L 58 14. Diky Abdul Faqih L 57 15. Elfara Damayanti P 65 16. Heru Setyo L 60 17. Insani Hayati P 50 18. Lia Warokah P 66 19. Makrus Muhaimin L 58 20. Muhammad Arifudin L 65 21. Muhammad Uli Nuha L 65 22. Muhammad Imron L 70 23. Muhammad Fatchur Rozi L 65 24. Muhammad Sifaun Jihan L 66 25. Adi Irfan L 65 26. M. Azim Al Matrut L 65 27. Rizki Mutamadiul U. L 70 28. Sofan Thohir L 67 29. Sri Mursidah P 66 30. Teguh Tri Wibowo L 67 31. Uswatun Khasanah P 60

JUMLAH 2000 RATA-RATA 64,51613

Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti

Akhmad Arifin

106

Lampiran 12 DATA MENTAH NILAI TES SISWA

SIKLUS I No Nama L/P Nilai Tes

1. Muhammad Abdul Mujib L 90 2. Puput Fatimah P 78 3. Khoirun Nisa` P 76 4. Agung Pranomo L 75 5. Riska Putri Wulandari L 72 6. Arifin L 73 7. Arisa Himatus Salamah P 64 8. Anggoro Gupta Sakti L 75 9. Azimatul Khofidhoh P 74 10. Ana Nurjanah P 80 11. Agus Septiyanto L 75 12. Anggi Lusiana P. P 70 13. Bagus Sulton Nur L 72 14. Diky Abdul Faqih L 65 15. Elfara Damayanti P 70 16. Heru Setyo L 70 17. Insani Hayati P 60 18. Lia Warokah P 75 19. Makrus Muhaimin L 60 20. Muhammad Arifudin L 70 21. Muhammad Uli Nuha L 71 22. Muhammad Imron L 80 23. Muhammad Fatchur Rozi L 70 24. Muhammad Sifaun Jihan L 75 25. Adi Irfan L 65 26. M. Azim Al Matrut L 80 27. Rizki Mutamadiul U. L 70 28. Sofan Thohir L 72 29. Sri Mursidah P 75 30. Teguh Tri Wibowo L 75 31. Uswatun Khasanah P 62

JUMLAH 2239 RATA-RATA 72,22581

Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti

Akhmad Arifin

107

Lampiran 13 DATA MENTAH NILAI TES SISWA

SIKLUS II No Nama L/P Nilai Tes

1. Muhammad Abdul Mujib L 90 2. Puput Fatimah P 85 3. Khoirun Nisa` P 80 4. Agung Pranomo L 78 5. Riska Putri Wulandari L 75 6. Arifin L 78 7. Arisa Himatus Salamah P 70 8. Anggoro Gupta Sakti L 75 9. Azimatul Khofidhoh P 85 10. Ana Nurjanah P 80 11. Agus Septiyanto L 81 12. Anggi Lusiana P. P 85 13. Bagus Sulton Nur L 72 14. Diky Abdul Faqih L 70 15. Elfara Damayanti P 74 16. Heru Setyo L 76 17. Insani Hayati P 70 18. Lia Warokah P 85 19. Makrus Muhaimin L 64 20. Muhammad Arifudin L 80 21. Muhammad Uli Nuha L 75 22. Muhammad Imron L 85 23. Muhammad Fatchur Rozi L 75 24. Muhammad Sifaun Jihan L 80 25. Adi Irfan L 75 26. M. Azim Al Matrut L 88 27. Rizki Mutamadiul U. L 76 28. Sofan Thohir L 70 29. Sri Mursidah P 78 30. Teguh Tri Wibowo L 80 31. Uswatun Khasanah P 80

JUMLAH 2415 RATA-RATA 77,90323

Kebonharjo, Maret 2011 Guru peneliti

Akhmad Arifin

108

Lampiran 12

SOAL TES AL-QURAN HADITS

SIKLUS I

1. Apa pengertian rukun iman ?

2. Sebutkan rukun iman yang ke empat, dan jelaskan maksudnya !

3. Hari Qiyamat termasuk rukun iman yang keberapa ?

4. Sebutkan tanda-tanda terjadinya hari kiamat, tiga saja !

5. Apa tugas Malaikat Jibril selain membagi rijki ?

6. Siapa Malikat pencabut nyawa ?

7. Malaikat termasuk makhlauk apa ?

8. Apa perbedaan Nabi dan Rasul ?

9. Siapakah yang termausk Rasul Ulul Azmi ?

10. Apa artinya Rasul Ulul Azmi ?

109

Lampiran 13

SOAL TES AL-QURAN HADITS

SIKLUS II

1. Apakah arti iman menurut istilah ?

2. Sebutkan dalil yang menunjukkan iman kepada Allah SWT !

3. Sebutkan kitab-kitab suci yang wajib diimani !

4. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi ?

5. Apa perbedaan Qadla dan Qadar ?

6. Qadla dan Qadar termasuk rukun iman yang keberapa ?

7. Ketentuan Allah yang belum terjadi disebut !

8. Sebutkan nama lain kitab suci Al Quran, tiga saja ?

9. Sebutkan nama lain nabi Muhamad, saw ?

10. Sikap tawakkal termasuk pengamalan rukun iman yang keberapa ?