UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

23
Universitas Indonesia UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG MELAMPAUI KEWENANGAN LEMBAGA PRAPERADILAN (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN NO. 38/PID.PRAP/2012/PN.JKT.SEL ATAS NAMA BACHTIAR ABDUL FATAH) Beatrik Dwi Septiana Flora Dianti Febby Mutiara Nelson Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum ABSTRAK Judul : Upaya Hukum Atas Putusan Praperadilan Yang Melampaui Kewenangan Lembaga Praperadilan (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel Atas Nama Bachtiar Abdul Fatah). Pengaturan mengenai praperadilan yang terdapat di dalam KUHAP saat ini sudah tidak lagi memadai. Pengadilan yang berwenang melakukan pemeriksaan Praperadilan yang bertujuan melindungi pihak-pihak yang dirugikan akibat upaya paksa justru dapat menimbulkan permasalahan baru. Misalnya terkait upaya hukum yang dapat dilakukan dalam hal putusan praperadilan berada di luar kewenangan lembaga tersebut. Tidak adanya pengaturan lebih lanjut terhadap kemungkinan tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian hukum terhadap pihak- pihak yang berperkara dan kasus serupa yang mungkin timbul di masa depan. Agar dapat menjelaskan mengenai pengaturan praperadilan yang ada saat ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan untuk dapat memberi gambaran mengenai permasalahan hukum yang terjadi serta upaya hukum yang dapat dilakukan atas suatu putusan praperadilan yang telah melampaui batas kewenangan. Hasil dari penulisan ini menyarankan agar segera dilakukan pembaharuan KUHAP agar tercipta kepastian hukum mengenai pengaturan praperadilan. Selain itu tulisan ini juga memberi solusi terhadap pihak yang ingin melawan putusan yang melampaui kewenangan institusi tersebut, yaitu melalui permohonan kepada Mahkamah Agung. Kata kunci: Praperadilan, putusan, upaya hukum. ABSTRACT Title : Remedy for Pretrial Ruling that Exceeds the Authority of Pretrial Institution (Case Study No.38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel on Behalf of Bachtiar Abdul Fatah) Recently Regulation regarding Pretrial Review (Habeas Corpus) which is stated in the Code of Criminal Procedure is no longer sufficient. District Court's Competency to do the examination of Pretrial Review (Habeas Corpus), aims to protect the parties violated by coercive measures, however could make new problems. For example, a problem related to legal remedy in terms of a pretrial Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Transcript of UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

Page 1: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

 

Universitas Indonesia

UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG MELAMPAUI KEWENANGAN LEMBAGA PRAPERADILAN (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN NO.

38/PID.PRAP/2012/PN.JKT.SEL ATAS NAMA BACHTIAR ABDUL FATAH)

Beatrik Dwi Septiana Flora Dianti

Febby Mutiara Nelson Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

ABSTRAK Judul : Upaya Hukum Atas Putusan Praperadilan Yang Melampaui Kewenangan

Lembaga Praperadilan (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel Atas Nama Bachtiar Abdul Fatah).

Pengaturan mengenai praperadilan yang terdapat di dalam KUHAP saat ini sudah tidak lagi memadai. Pengadilan yang berwenang melakukan pemeriksaan Praperadilan yang bertujuan melindungi pihak-pihak yang dirugikan akibat upaya paksa justru dapat menimbulkan permasalahan baru. Misalnya terkait upaya hukum yang dapat dilakukan dalam hal putusan praperadilan berada di luar kewenangan lembaga tersebut. Tidak adanya pengaturan lebih lanjut terhadap kemungkinan tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian hukum terhadap pihak-pihak yang berperkara dan kasus serupa yang mungkin timbul di masa depan. Agar dapat menjelaskan mengenai pengaturan praperadilan yang ada saat ini maka digunakan metode penelitian yuridis normatif. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan untuk dapat memberi gambaran mengenai permasalahan hukum yang terjadi serta upaya hukum yang dapat dilakukan atas suatu putusan praperadilan yang telah melampaui batas kewenangan. Hasil dari penulisan ini menyarankan agar segera dilakukan pembaharuan KUHAP agar tercipta kepastian hukum mengenai pengaturan praperadilan. Selain itu tulisan ini juga memberi solusi terhadap pihak yang ingin melawan putusan yang melampaui kewenangan institusi tersebut, yaitu melalui permohonan kepada Mahkamah Agung.

Kata kunci: Praperadilan, putusan, upaya hukum.

ABSTRACT Title : Remedy for Pretrial Ruling that Exceeds the Authority of Pretrial Institution (Case Study No.38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel on Behalf of Bachtiar Abdul Fatah) Recently Regulation regarding Pretrial Review (Habeas Corpus) which is stated in the Code of Criminal Procedure is no longer sufficient. District Court's Competency to do the examination of Pretrial Review (Habeas Corpus), aims to protect the parties violated by coercive measures, however could make new problems. For example, a problem related to legal remedy in terms of a pretrial

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 2: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

2

Universitas Indonesia

judgment which is exceeds the competency of the Pretrial review. This lack of regulation is more likely shall create legal uncertainty for litigants parties and similar cases that may arise in the future. Normative research method is used in order to illustrate the current pretrial rules. This writing is also intended to be an overview of legal issues and remedies on a pretrial judgment that have exceeded the competency. Results of this study suggest that immediate revision of the Criminal Procedure Code in order to create legal certainty of pretrial issues. In addition, this paper also gives solutions to those who want to challenge the pretrial judgment or court decision that exceeds their competency.

Keywords: Pretrial, ruling, remedy

A. Pendahuluan

Sistem peradilan pidana Indonesia mengenal adanya lembaga praperadilan

yang diatur secara khusus dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 82 Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Adapun putusan praperadilan yang

dapat dibanding adalah putusan yang menetapkan tidak sahnya penghentian

penyidikan atau penuntutan. Dengan demikian pengadilan tinggi berfungsi

sebagai pengadilan tingkat akhir dalam proses praperadilan tersebut. Akan tetapi

kemudian berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011

hal tersebut telah dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945

(UUD 1945) sehingga tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.1

Permasalahan timbul ketika hakim yang memeriksa dan memutus

permohonan praperadilan kemudian mengeluarkan putusan yang berada di luar

kewenangannya. Pada putusan a quo hakim memandang bahwa penahanan yang

dilakukan terhadap tersangka tidaklah sah sehingga status tersangka yang menjadi

dasar penahanan menjadi tidak sah pula. Hal inilah yang kemudian menimbulkan

pertanyaan apakah putusan yang seperti itu dapat diajukan banding atau apakah

terdapat upaya hukum lain selain banding karena KUHAP tidak memberikan

fasilitas untuk upaya hukum setelah putusan praperadilan karena pada dasarnya

praperadilan menerapkan proses peradilan cepat.2 Contoh kasus akan diambil dari

putusan praperadilan atas nama Bachtiar Abdul Fatah.

                                                                                                                         1 Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pengujian Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Nomor 65/PUU-IX/2011.

2 Afiah, Op.Cit., hlm. 104.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 3: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

3

Universitas Indonesia

Tulisan ini akan membahas permasalahan-permasalahan hukum yang timbul

dari adanya suatu proses praperadilan yang dapat dinyatakan dalam pertanyaan-

pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut.

1. Permasalahan hukum apa sajakah yang dapat ditimbulkan akibat suatu

putusan praperadilan yang berada di luar kewenangan lembaga

praperadilan terkait putusan mengenai tidak sahnya penetapan status

tersangka?

2. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan terkait dengan adanya putusan

yang berada di luar wewenang lembaga praperadilan (Studi kasus Putusan

Nomor 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel atas nama Bachtiar Abdul Fatah)?

Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menelaah dan memberikan penjelasan

mendetail mengenai hal-hal yang terkait dengan lembaga praperadilan di

Indonesia serta dalam RKUHAP dan negara lain seperti Perancis dan Amerika

Serikat. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan

tentang permasalahan-permasalahan hukum apa saja yang dapat timbul atas suatu

putusan mengenai tidak sahnya penetapan tersangka dan mengetahui secara lebih

mendalam bagaimana tindak lanjut atau upaya hukum yang dapat dilakukan

terkait dengan putusan praperadilan Bachtiar Abdul Fatah yang mengabulkan

permohonan praperadilan dari tersangka.

Penelitian hukum normatif merupakan metode penelitian yang tepat untuk

diterapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan jenis data yang digunakan maka

penulisan ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer akan didapatkan melalui wawancara dengan Prim Hariyadi selaku

Ketua Hakim Pengadilan Negeri Depok, Ariawan Agustiartono selaku Jaksa dari

Satuan Khusus Penanganan Tindak Pidana Korupsi Divisi Penuntutan di

Kejaksaan Agung Republik Indonesia, dan Maqdir Ismail selaku penasihat hukum

Bachtiar Abdul Fatah. Data sekunder akan diperoleh penulis dari hasil penelaahan

buku-buku yang berkaitan dengan hukum acara pidana Indonesia terutama terkait

lembaga praperadilan. Bahan hukum yang akan digunakan dalam tulisan ini

mencakup bahan hukum primer dan sekunder. Terkait dengan metode analisis

data maka metode analisis data yang tepat adalah secara kualitatif dimana penulis

akan menganalisis putusan yang menjadi objek kajian penulisan ini dikaitkan

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 4: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

4

Universitas Indonesia

dengan teori-teori yang berkembang di Indonesia dan melakukan

perbandingannya dengan negara lain.

B. Pembahasan

Tinjauan Teoritis

Sebelum menganut KUHAP, terkait dengan hukum acara pidana, Indonesia

berpedoman pada kitab undang-undang hukum acara pidana colonial yang dikenal

sebagai Herziene Inlands Reglement (HIR). Adapun yang menjadi maksud dan

tujuan diselenggarakannya lembaga praperadilan adalah demi tegaknya hukum

dan perlindungan hak asasi manusia, khususnya terjaminnya hak-hak tersangka

dan terdakwa dalam pemeriksaan tingkat penyidikan, penuntutan, dan di

pengadilan. Pengaturan mengenai lembaga praperadilan seperti yang terjelma

dalam KUHAP saat ini, sebelumnya telah melalui beberapa proses pembentukan.

Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang dibuat dan diajukan ke

Dewan Perwakilan Rakyat- Republik Indonesia (DPR-RI) pada tahun 1974

memuat konsep yang disebut sebagai ‘Konsep 1974’. Pada konsep tersebut

diperkenalkan lembaga hakim komisaris yang berperan dalam tahap pemeriksaan

pendahuluan. Rancangan KUHAP kemudian diajukan oleh Pemerintah dibawah

Menteri Kehakiman Mudjono ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun

1979. Akan tetapi rancangan tersebut masih menuai protes keras dari kalangan

LBH/YLBHI, Persatuan Advokat Indonesia (Peradin), akademisi, hingga

kalangan pers yang menilai bahwa rancangan tersebut masih berorientasi terhadap

penguasa sehingga mereka mengajukan RUU tandingan.3 Gagasan lembaga

praperadilan tersebut sebenarnya tidak terlepas pula dari diterapkannya hak

Habeas Corpus yang memberikan hak pada seseorang untuk menuntut pejabat

yang melakukan penahanan atas dirinya, seperti polisi atau jaksa, dengan

membuktikan bahwa penahanan tersebut memang tidak sah dan telah melanggar

hukum. 4

                                                                                                                         3 Adnan Buyung Nasution, Praperadilan versus Hakim Komisaris,

http://www.legalitas.org/content/pra-peradilan-vs-hakim-komisarisbeberapa pemikiranmengenai keberadaan keduanya, Diunduh 22 Maret 2013.

4 Ibid.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 5: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

5

Universitas Indonesia

Secara etimologi praperadilan terdiri dari dua kata, yaitu pra dan peradilan.

Pra berarti sebelum, peradilan berarti suatu proses pemeriksaan perkara di depan

pengadilan. Dengan demikian praperadilan adalah proses pemeriksaan yang

dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap pokok perkara yang berlangsung di

pengadilan. Oleh karena itu praperadilan hanya bersifat accessoir dari perkara

pokok tersebut sehingga putusannya bersifat voluntair.

Kewenangan dan tugas-tugas praperadilan seperti pada Pasal 1 butir 10

KUHAP mencerminkan bahwa praperadilan mengemban fungsi pengawasan dan

kontrol terhadap tindakan penyidikan dan penuntutan, yaitu pengawasan oleh

Hakim Praperadilan terhadap Penyidik dan Penuntut Umum terutama menyangkut

upaya paksa. Tujuan praperadilan adalah untuk menempatkan pelaksanaan hukum

pada proporsi yang sebenarnya demi terlindunginya hak-hak asasi manusia

khususnya hak-hak tersangka dalam pemeriksaan ditingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di depan pengadilan.5

Berdasarkan Pasal 1 butir 10 jo. Pasal 77 KUHAP, ruang lingkup lembaga

praperadilan adalah memeriksa dan memutus tentang:

a. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau

penghentian penuntutan;

b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara

pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Berdasarkan Pasal 79, Pasal 80, Pasal 95 ayat (2), dan Pasal 97 ayat (3)

ditentukan pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan praperadilan yaitu:

- Tersangka, keluarganya, atau kuasanya

- Penuntut Umum

- Penyidik

- Pihak ketiga yang berkepentingan.

Sebelum suatu permohonan praperadilan dapat diperiksa oleh pengadilan

negeri maka terlebih dahulu pemohon praperadilan atau surat kuasanya harus

mendaftarkan surat permohonan pemeriksaan praperadilan kepada Ketua

Pengadilan Negeri melalui bagian kepaniteraan pengadilan negeri yang

                                                                                                                         5 Darwan Prints, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Djambatan, 1989), hlm.

3.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 6: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

6

Universitas Indonesia

bersangkutan untuk mendapatkan nomor register perkara. Ketua Pengadilan

Negeri kemudian menunjuk seorang hakim untuk memimpin sidang praperadilan

yang dibantu oleh seorang panitera.6 Dihitung sejak diterimanya permohonan

maka dalam waktu tiga hari hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri

harus menetapkan hari sidang.7 Pada saat menetapkan hari sidang, hakim

sekaligus menyampaikan panggilan kepada para pihak pada sidang pertama yang

telah ditetapkan itu. Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) butir c KUHAP pemeriksaan

dilakukan dengan acara cepat dimana selambat-lambatnya dalam tujuh hari hakim

sudah menjatuhkan putusannya.

Berdasarkan ketentuan mengenai isi putusan praperadilan sebagaimana

tersebut dalam Pasal 83 ayat (2) dan (3) KUHAP dapat dikatakan bahwa putusan

praperadilan bersifat declaratoir,8 yang pada dasarnya merupakan suatu putusan

yang menegaskan bahwa seseorang memiliki hak.

Berdasarkan Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP ditegaskan bahwa “Dalam

hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh Pengadilan Negeri, sedangkan

pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka

permintaan tersebut gugur”. Terkait hal ini terdapat perbedaan pendapat menurut

beberapa ahli dimana menurut Andi Hamzah tidak ada upaya hukum terhadap

putusan praperadilan karena praperadilan menganut acara cepat dan yang menjadi

objek pemeriksaan terbatas pada proses administrasi dan mekanisme dari sebuah

penyidikan dan penahanan yang dilakukan aparat instansi penegak hukum

sehingga pokok perkara dari penyidikan dan penuntutannya tidak masuk dalam

ranah praperadilan.9 Lain pula dengan yang diungkapkan oleh Bagir Manan,

                                                                                                                         6 Indonesia, Op.Cit., Ps. 78 ayat (2). 7 Ibid., Ps. 82 ayat (1) huruf a.

8 Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Acara Perdata di Indonesia, menyatakan bahwa putusan yang bersifat declaratoir yaitu apabila putusan yang diminta itu mempunyai akibat hukum. Meskipun putusan yang bersifat declaratoir artinya menentukan sifat suatu keadaan dengan tidak mengandung perintah kepada suatu pihak untuk berbuat ini dan itu, tetapi pemohon terang mempunyai kepentingan atas adanya ini, oleh karena ada akibat hukum yang nyata dan penting dari putusan ini. Lihat dalam R.Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 126.

9 Kmb 3, “Hindari Penumpukan Perkara, Putusan Praperadilan Tidak Dapat Dikasasi,”

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/2/21/n1.htm, diunduh pada 14 Mei 2013.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 7: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

7

Universitas Indonesia

beliau menyetujui bahwa berdasarkan undang-undang maka tidak ada upaya

hukum atas suatu putusan praperadilan namun hal tersebut tidak dapat

diterjemahkan secara teoritis saja karena pada praktiknya hakim pasti dapat

melakukan kekeliruan. Selain itu Mahkamah Agung juga pernah melakukan

terobosan hukum dengan menerima kasasi putusan praperadilan sehingga

dimaksudkan agar hal ini dapat mencegah terhambatnya proses mencari

keadilan.10

Perbandingan Lembaga Praperadilan Pada RKUHAP dan di Negara Lain Ruang Lingkup Hakim Komisaris, Juge d’Instruction, dan Magistrate Judge

Berdasarkan Pasal 111 RKUHAP, hakim komisaris berwenang menetapkan

atau memutuskan:

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, atau penyadapan;

b. Pembatalan atau penangguhan penahanan; c. Bahwa keterangan yang dibuat tersangka atau terdakwa dengan melanggar

hak untuk tidak memberatkan diri sendiri; d. Alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat

dijadikan alat bukti; e. Ganti kerugian dan/ atau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau

ditahan secara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara tidak sah;

f. Tersangka atau terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi oleh pengacara;

g. Bahwa penyidikan atau penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah;

h. Penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan yang tidak berdasarkan asas oportunitas;

i. Layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan;

j. Pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang terjadi selama tahap penyidikan.

Berdasarkan ketentuan-ketetentuan yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui

bahwa hakim komisaris di dalam RKUHAP memiliki kewenangan yang lebih luas

dibandingkan dengan hakim praperadilan.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              10 ZAE, “MA Tegaskan Tak Akan Tutup Upaya Hukum Kasasi Terhadap Putusan

Praperadilan,” http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol12161/ma-tegaskan-tak-akan-tutup-upaya-kasasi-terhadap-putusan-praperadilan, diunduh pada 14 Mei 2013.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 8: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

8

Universitas Indonesia

L’instruction (pre-trial) merupakan tahap pemeriksaan pendahuluan yang

dilakukan oleh Juge d’ Instruction dimana kewenangan juge d’instruction

sangatlah luas terutama dalam hal melakukan investigasi. Selain itu pada Pasal

164 Code de Procedure Penale, juge d’instruction juga berwenang untuk

memeriksa terdakwa, saksi-saksi, dan alat-alat bukti yang lain seperti meminta

hasil atau laporan investigasi dari seorang ahli seperti ahli psikiatri. Selain itu ia

juga dapat membuat berita acara, penggeledahan rumah, dan tempat-tempat

tertentu, melakukan penahanan, penyitaan, dan menutup tempat-tempat tertentu.11

Kewenangan lain adalah apabila tersangka berumur dibawah 21 tahun maka juge

d’instruction berwenang untuk memerintahkan dilakukannya pemeriksaan latar

belakang si tersangka, baik latar belakang keluarga maupun kehidupan sosialnya.

Akan tetapi tidak semua perkara harus melalui lembaga juge d’instruction, hanya

perkara-perkara besar dan sulit pembuktiannya saja atau yang tergolong dalam

tindak pidana serius (crimes). Bagi perkara yang pembuktiannya tidak sulit,

pemeriksaan pendahuluan cukup dilakukan sendiri oleh polisi dengan perintah dan

petunjuk dari jaksa.12 Dengan luasnya wewenang yang dimilikinya tersebut maka

juge d’instruction yang bertugas pada perkara tersebut tidak diperbolehkan untuk

menjadi hakim saat proses pengadilan (trial) perkara yang sama.

Apabila dibandingkan dengan lembaga praperadilan yang ada di Indonesia

maka jelas bahwa kewenangan juge d’instruction sangatlah luas karena mencakup

kewenangan investigasi. Berbeda dengan ruang lingkup kewenangan hakim

praperadilan dimana hanya terbatas pada peranannnya sebagai examining judge

yang hanya menangani perkara perihal sah atau tidaknya suatu upaya paksa

seperti penangkapan atau penahanan yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Magistrates judge memiliki wewenang yang diatur dalam Federal Rules of

Criminal Procedure dimana magistrate judge memiliki kewenangan seperti

halnya hakim komisaris dalam RKUHAP untuk mengeluarkan surat perintah,

seperti surat perintah penangkapan, penyitaan, penggeledahan, hingga                                                                                                                          

11 Pasal 122 Code de Procedure Penale.

12 Hamzah, Op.Cit., hlm. 184. Seperti yang telah dikutip dari Lintong Oloan Siahaan, Jalannya Peradilan Perancis Lebih Cepat dari Peradilan Kita, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 92-94.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 9: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

9

Universitas Indonesia

pemasangan alat lacak untuk melacak pergerakan orang atau barang di dalam

wilayahnya, wilayah lain, maupun kedua wilayah. Selain itu Magistrate judge

berperan dalam menentukan apakah suatu perkara layak dimasukkan ke dalam

proses full trial atau tidak. Peran hakim magistrate di sini justru sebelum suatu

tindakan akan dilakukan, dan bukan seperti halnya fungsi hakim dalam

praperadilan dimana hakim praperadilan akan berperan setelah adanya suatu

tindakan. Hakim pada preliminary hearing melakukan pemeriksaan sebelum

terjadinya suatu penangkapan sehingga apabila terjadi suatu penangkapan ataupun

suatu penahanan maka telah didukung oleh dasar hukum yang telah dikeluarkan

oleh pengadilan. Apabila kita perbandingkan dengan fungsi praperadilan di

Indonesia, maka hakim praperadilan barulah berfungsi setelah adanya suatu

tindakan penangkapan maupun penahanan dimana tindakan penangkapan maupun

penahanan tersebut dikira tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan yang

telah ada.

Prosedur Hakim Komisaris, Juge d’Instruction, dan Magistrate Judge

Permohonan mengenai hal-hal yang masuk di dalam kewenangan hakim

komisaris diajukan oleh tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut

umum kecuali ketentuan mengenai layak atau tidaknya suatu perkara dilakukan

penuntutannya ke pengadilan hanya dapat dilakukan oleh penuntut umum.13

Dalam hal hakim komisaris menetapkan atau memutuskan penahanan tidak sah

maka di dalam putusannya hakim komisaris menetapkan jumlah pemberian ganti

kerugian dan/ atau rehabilitasi. Selain itu penyidik atau penuntut umum pada

tingkat pemeriksaan masing-masing harus mengeluarkan tersangka dari tahanan. 14 Terkait penyitaan apabila hakim komisaris menetapkan penyitaan tidak sah

maka dalam waktu satu hari setelah ditetapkan benda yang disita harus

dikembalikan kepada yang paling berhak kecuali terhadap benda yang terlarang.

Sedangkan apabila hakim komisaris menetapkan bahwa penghentian penyidikan

atau penghentian penuntutan tidak sah maka maka penyidik atau penuntut umum

                                                                                                                         13 Ps. 111 ayat (2) RKUHAP. 14 Ps. 113 RKUHAP.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 10: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

10

Universitas Indonesia

harus segera melanjutkan penyidikan atau penuntutan.15 Terkait dengan hakim

komisaris melakukan pemeriksaan atas permohonan ganti kerugian atau

rehabilitasi maka dalam jangka waktu lima hari kerja setelah menerima

permohonan harus mulai meyidangkan permohonan. Apabila perkara sudah

diperiksa oleh pengadilan negeri maka permohonan ganti kerugian atau

rehabilitasi tidak dapat diajukan kepada hakim komisaris.16 Dengan demikian

terdapat sedikit perbedaan prosedur pada hakim komisaris tergaantung dari

perkara atau gugataan yang diajukan. Akan tetapi pada dasarnya persidangan

praperadilan menganut proses yang cepat sehingga jangka waktu yang dibutuhkan

tidak akan lebih dari tujuh hari kerja dihitung sejak permohonan diajukan hingga

putusan.

Sebelum seseorang diajukan kepada juge d’instruction tentunya telah ada

tahapan atau proses yang harus dilaluinya. Di Perancis proses tersebut dimulai

dari penangkapan kemudian penahanan oleh polisi (dinamakan tahap garde a

vue)17, pelimpahan perkara kepada jaksa (procereur), pemeriksaan oleh juge

d’instruction, hingga trial. Tentu saja semua tahapan tersebut tergantung dari jenis

tindak pidana yang dilakukan.18 Selama berlangsungnya instruction, juge

d’instruction harus selalu mengkomunikasikannya kepada procureur de la

Republique untuk menghormati kedudukannya terkait dengan kewenangannya

dalam mengeluarkan surat perintah penangkapan, perintah penangguhan

penahanan, dan pengawasan yudisial. Setelah proses instruction (pemeriksaan

pendahuluan) selesai, juge d’instruction harus memberi waktu kepada procureur

de la Republique selama tiga bulan (satu bulan apabila tersangka ditahan) untuk

memberikan komentar atau tanggapan sebelum ditentukan apakah suatu perkara

perlu dilimpahkan ke pengadilan atau tidak. Jika cukup alasan untuk

melimpahkannya ke pengadilan maka ia akan mengirimkan perkara tersebut

                                                                                                                         15 Ps. 113 RKUHAP. 16 Ibid. 17 West, Op.Cit., hlm. 240. 18 Law Commission, “French Criminal Procedure,”

http://www.lawcom.govt.nz/sites/default/files/french_criminal_procedure.pdf, diunduh 23 April 2013.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 11: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

11

Universitas Indonesia

dengan surat pengiriman yang disebut ordonance de Renvoi. Sebaliknya jika tidak

terdapat cukup alasan maka ia harus membebaskan tersangka dengan ordonance

de non lieu.19

Suatu investigasi yang dilakukan oleh juge d’instruction dapat memakan waktu

berbulan-bulan hingga tahunan. Biasanya hukuman yang dijatuhkan pada proses

pre trial ini diberikan oleh juge d’instruction akan tetapi belakangan peran untuk

memberikan detensi diserahkan kepada juge des libertes et de la detention.20

Akibat panjangnya proses yang dilalui tentunya waktu yang dibutuhkan juga akan

lebih lama dan membutuhkan lebih banyak biaya. Oleh karena itu terkadang jaksa

akan menggolongkan suatu crimes menjadi delit dan mengirimkan perkara

tersebut ke tribunal correctionnel untuk menghindari panjangnya proses

instruction dan trial pada Cour d’Assises atau bahkan jaksa juga dapat

memutuskan untuk tidak memprosesnya.21

Prosedur magistrate court di Amerika Serikat diatur dalam Title II mengenai

Preliminary Proceedings. Apabila terjadi suatu pelanggaran (offense) tindak

pidana di suatu daerah dan tersangka ditangkap di daerah dimana kejahatan

tersebut dilakukan maka magistrate judge yang berwenang untuk menangani

perkara tersebut adalah magistrate judge dimana tindak pidana tersebut dilakukan.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa proses seseorang dibawa menuju trial

adalah bermula dari ditangkapnya pelaku tindak pidana oleh polisi. Setelah

dirinya didata meliputi sangkaan yang dikenakan, foto, dan sidik jari, tersangka

tersebut kemudian dibawa ke hadapan magistrate judge oleh polisi dimana hakim

kemudian akan memberitahukan tersangka mengenai hak-haknya salah satunya

yaitu untuk mendapat pendampingan hukum. Pada dasarnya pengadilan yang

wajib menyediakan penasihat hukum baginya akan tetapi apabila tersangka

menghendaki sendiri dan memiliki uang maka ia dapat memilih sendiri

pengacaranya. Sebelum dibawa ke trial tersangka akan diproses oleh jaksa

terlebih dahulu sebelum dibawa ke magistrate dimana jaksa akan mengumpulkan

                                                                                                                         19 Ibid., hlm. 260. 20 Buchanan, loc.cit. 21 Law Commision, loc,cit.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 12: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

12

Universitas Indonesia

informasi-informasi yang diperlukan. Kemudian magistrate akan mendengarkan

hasil dari pemeriksaan jaksa yang terwujud dalam tuntutan jaksa dimana pada

tahap ini magistrate belum memutuskan apakah tersangka bersalah atau tidak.

Magistrate memiliki tiga pilihan yaitu apabila magistrate merasa tidak ada tindak

pidana yang terjadi maka ia akan membebaskan tersangka, menyatakan bahwa

kejahatan tersebut merupakan tindak pidana ringan, atau ia dapat memutuskan

bahwa jelas ada kasus dan dapat diproses lebih lanjut dan diproses dalam full trial.

Apabila perrkara tersebut dilanjutkan ke trial maka perkara tersebut akan

dilimpahkan ke pengadilan tindak pidana (court for felonies) dimana apabila di

California pengadilan ini disebut sebagai superior court.22

Di Amerika Serikat suatu praperadilan yang disebut pre trial merupakan

sidang yang dilangsungkan karena merupakan bagian dari prosedur pokok

peradilannya. Setiap kasus yang ditangani pasti akan melewati prosedur pre trial

tersebut sebelum memasuki tahap persidangan yang sebenarnya. Dengan

demikian sulit untuk membandingkan antara prosedur yang berlaku di Amerika

Serikat dan Indonesia karena hal yang ditangani juga sangat berbeda satu sama

lain.

Upaya Hukum Atas Putusan Hakim Komisaris, Juge d’Instruction, dan Magistrate Judge

Pada RKUHAP secara jelas telah disebutkan bahwa putusan yang

dikeluarkan oleh hakim komisaris tidak dapat diajukan upaya hukum apapun,

dalam hal ini upaya hukum banding maupun kasasi. Hal ini tercantum dalam

Pasal 122 RKUHAP yang berbunyi bahwa penetapan atau putusan hakim

komisaris tidak dapat diajukan hukum banding atau kasasi. Dengan demikian

semua perkara praperadilan yang sudah diputus dalam mekanisme hakim

komisaris tidak membuka peluang upaya hukum apapun.

Sebagai lembaga yang tidak hanya berperan sebagai examining judge tetapi

juga sebagai investigating judge tentunya wewenang yang dimiliki oleh juge

d’instruction sangat besar. Oleh karena itu dipandang perlu adanya lembaga lain

yang turut mengawasi juge d’instruction dalam menjalankan perannya sebagai

                                                                                                                         22 Friedman, Op.Cit., hlm. 164.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 13: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

13

Universitas Indonesia

investigating judge. Lembaga yang sesuai untuk mengawasi kinerja juge

d’instruction dalam peranannya sebagai investigating judge adalah chamber

d’accusation yang merupakan bagian dari Cour d’Appel.23 Fungsi dari lembaga

ini adalah untuk mengatur legalitas dari tindakan yang diambil oleh juge

d’instruction seperti prosedur audition yaitu pemeriksaan saksi, pemeriksaan

tersangka atau interogasi, konfrontasi antara saksi dan tersangka, dan pemeriksaan

bukti forensik oleh ahli.24 Pengawasan atau kontrol yang dilakukan oleh chambre

d’accusation terhadap tindakan-tindakan juge d’instruction hanya dapat dilakukan

berdasarkan klaim yang diajukan oleh jaksa atau juge d’instruction itu sendiri

dimana tersangka tidak dapat mengajukan petisi atas hal tersebut karena bisa saja

tersangka mengajukan petisi terhadap keduanya, yaitu jaksa dan juge

d’instruction.

Pada dasarnya upaya hukum yang dapat dilakukan setelah adanya putusan

dari magistrate judge adalah dengan mengajukannya ke pengadilan distrik

(district court). Hal ini didasarkan pada Federal Rule of Civil Procedure 72 dan

28 U.S.C. § 636, putusan magistrate judge dapat dibanding ke district court.

Dalam Pasal 72(a) Federal Rules of Criminal Procedure disebutkan bahwa keberatan

atas putusan atau perintah dari magistrate judge haruslah dibuat dalam bentuk

tulisan, dan harus diajukan dalam waktu empat belas hari sejak putusan diterima

berdasarkan penghitungan yang diatur dalam Pasal 6 Federal Rules of Civil

Procedure. Akan tetapi aturan terkait masa pengajuan tersebut tidaklah mutlak

berlaku dimana apabila dalam kondisi tertentu waktu empat belas hari tidak

terpenuhi maka hal tersebut dapat ditoleransi demi kepentingan keadilan.

Sangat berbeda dengan upaya hukum banding atas putusan magistrate judge

di Amerika Serikat, di Indonesia, upaya hukum banding apabila dimungkinkan

maka akan diajukan ke pengadilan tinggi. Hal ini dikarenakan lembaga

praperadilan terletak di dalam struktur pengadilan negeri sehingga semua perkara

banding diajukan kepada pengadilan tinggi sesuai dengan kompetennya. Hal ini

berbeda dengan Amerika Serikat yang memisahkan kedudukan magistrate court

                                                                                                                         23 West, Op.Cit., hlm. 260. 24 Ibid.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 14: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

14

Universitas Indonesia

dengan district court sehingga banding atas keputusan magistrate judge diajukan

kepada district court, bukan court of appeals, yang apabila dibandingkan dengan

Indonesia maka court of appeals merupakan pengadilan tinggi.

Analisis Kasus Putusan No. 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel

Kasus Posisi

Bachtiar Abdul Fatah dalam perkara ini adalah Pemohon praperadilan

dimana ia telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Termohon, yaitu Jaksa Agung

Republik Indonesia karena diduga telah melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3

UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP. Pemohon mengajukan

praperadilan ini karena Termohon telah melakukan penahanan tanpa

menunjukkan alasan objektif dan subjektif sesuai hukum yang mendasari

penahanan Pemohon. Adapun hakim praperadilan mengeluarkan amar putusan

sebagai berikut.

1. Menyatakan menerima dan mengabulkan permohonan praperadilan

Pemohon untuk sebagian;

2. Menyatakan tidak sah menurut hukum tindakan Termohon menetapkan

Pemohon sebagai tersangka telah melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal

3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

3. Menyatakan tidak sah menurut hukum penahanan terhadap Pemohon

sesuai Surat Perintah Penahanan Nomor Print-30/F.2/Fd.1/09/2012

tanggal 26 September 2012 sebagai Tersangka telah melanggar Pasal 2

ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

4. Memerintahkan kepada Termohon untuk membebaskan Tersangka

BACHTIAR ABDUL FATAH dari tahanan seketika setelah putusan ini

diucapkan;

5. Menghukum Termohon untuk membayar ganti rugi sebesar Rp

1.000.000,- (ssatu juta rupiah) kepada Pemohon;

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 15: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

15

Universitas Indonesia

6. Memulihkan hak-hak Pemohon dalam kemapuan, kedudukan, harkat

serta martabatnya;

7. Menolak permohonan pemohon untuk selebihnya;

8. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya yang timbul

dalam perkara praperadilan ini sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).

Menanggapi putusan tersebut Termohon ingin mengajukan banding kepada

pengadilan tinggi melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Permasalahan timbul karena pada dasarnya tidak ada upaya hukum yang dapat

ditempuh atas suatu putusan praperadilan sehingga pengadilan negeri menolak

meneruskan memori banding tersebut dikarenakan pengadilan negeri berpendapat

sama yakni bahwa tidak ada upaya hukum apapun yang dapat ditempuh terkait

dengan putusan praperadilan karena asas peradilan cepat yang dianut oleh

lembaga tersebut.25

Analisis Mengenai Permasalahan Hukum yang Dapat Ditimbulkan Akibat Suatu

Putusan Praperadilan yang Berada di Luar Kewenangan Lembaga Praperadilan

Terkait Putusan Mengenai Tidak Sahnya Penetapan Status Tersangka

Terkait dengan subjek praperadilan, subjek yang terlibat dalam permohonan

praperadilan terdiri dari Pemohon dan Termohon. Permohonan dapat diajukan

dari pihak tersangka atau terdakwa maupun dari pihak penuntut umum. Adapun

yang mengajukan permohonan praperadilan adalah pihak yang merasa dirugikan

atas suatu upaya paksa atau penghentian tahap sebelum pengadilan. Di dalam Bab

2 tentang tinjauan umum praperadilan telah disebutkan bahwa menurut Pasal 79,

Pasal 80, Pasal 95 ayat (2), dan Pasal 97 ayat (3) KUHAP, pihak-pihak yang

berhak mengajukan permohonan praperadilan yaitu tersangka, keluarganya, atau

kuasanya, penuntut umum, penyidik, dan pihak ketiga yang berkepentingan.

Adapun dalam kasus praperadilan pada topik pembahasan ini yang mengajukan

gugatan praperadilan adalah tersangka sendiri yaitu Bachtiar Abdul Fatah, melalui

kuasa atau penasihat hukumnya berdasarkan Surat Kuasa Khusus.

Jaksa Agung Republik Indonesia yang menjadi Termohon dalam kasus ini

diwakili oleh jaksa-jaksa dari Kejaksaan Agung RI dilengkapi dengan Surat                                                                                                                          

25 Pasal 82 ayat (1) huruf c “ Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya”.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 16: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

16

Universitas Indonesia

Perintah Penunjukan Jaksa Untuk Sidang Praperadilan dari Jaksa Agung RI

dengan Nomor: PRINT-098/A/JA/11/2012 tertanggal 14 November 2012. Hal ini

sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 123 HIR26 dimana pejabat

publik yang tidak dalam kapasitas sebagai wakil pemerintah akan tetapi dalam

konteks bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dilakukannya maka ia harus

memiliki Surat Kuasa Khusus. Dengan demikian, tidak ada permasalahan dalam

hal subjek praperadilan karena legal standing dari kedua belah pihak yang

berperkara dapat diterima atau sesuai dengan hukum yang berlaku sehingga

mereka layak untuk berperkara di pengadilan.

Mengenai kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai

pengadilan yang memeriksa permohonan praperadilan. Praperadilan merupakan

suatu proses peradilan yang unik karena praperadilan berada dalam ranah pidana,

akan tetapi hukum acara yang digunakan adalah hukum acara perdata. Hal ini

dikarenakan praperadilan tidak disebut dengan tuntutan, melainkan permohonan

praperadilan. Sesuai dengan hukum acara perdata maka gugatan tersebut harus

diajukan di pengadilan yang berwenang di wilayah hukum Termohon. Hal ini

sesuai dengan Pasal 118 ayat (1) HIR yang menyebutkan bahwa gugatan perdata

pada tingkat pertama yang masuk ke pengadilan negeri harus diajukan di daerah

hukum dimana tergugat bertempat tinggal. Dalam hal ini yang menjadi Termohon

adalah Kejaksaan Agung dimana Kejaksaan Agung berlokasi di Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan sehingga dengan demikian tidak terdapat permasalahan pula

mengenai pengadilan yang berwenang dalam menangani praperadilan tersebut

karena yang berwenang adalah benar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Terkait dengan objek permohonan yang diajukan ke persidangan

praperadilan, Pemohon, yaitu Bachtiar Abdul Fatah, melalui kuasa hukumnya,

pada permohonan tersebut mengajukan permohonan untuk ditetapkannya dalam

sidang praperadilan terkait dengan tidak sahnya penetapan status tersangka

Pemohon, permohonan untuk dihentikannya penyidikan terhadap Pemohon,

menyatakan tidak sahnya penahanan Pemohon, tidak sahnya Keputusan Jaksa

Agung tentang Pencegahan ke Luar Negeri atas nama Pemohon, serta ganti

                                                                                                                         26 Pasal 123 ayat (2) HIR “Pegawai yang karena peraturan umum, menjalankan perkara

untuk Indonesia sebagai wakil negeri, tidak perlu memakai surat kuasa yang teristimewa yang sedemikian itu”.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 17: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

17

Universitas Indonesia

kerugian dan rehabilitasi harkat dan martabat Pemohon. Apabila mengacu pada

Pasal 1 butir 10 jo. Pasal 77 KUHAP maka perihal sah atau tidaknya penetapan

status tersangka, penghentian proses penyidikan, serta perihal sah tidaknya

pencegahan Pemohon ke luar negeri, tidaklah termasuk ke dalam kewenangan

praperadilan. Kewenangan pemeriksaan pada praperadilan hanyalah terkait

dengan sah atau tidaknya penahanan serta menentukan besaran ganti kerugian

dimana baru akan ditentukan kemudian apabila hakim memutuskan bahwa

penahanan terhadap Pemohon tidak sah menurut hukum. Menanggapi tuntutan

ganti kerugian, hakim praperadilan sependapat dengan jawaban Termohon bahwa

jumlah yang dimohonkan oleh Pemohon telah melebihi apa yang telah ditentukan

undang-undang sehingga akan disesuaikan dengan ketentuan yang telah tercantum

dalam PP Nomor 58 Tahun 2010 dimana telah diputuskan yaitu sebesar Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah).

Akibat hukum atas putusan praperadilan dapat timbul terutama terhadap

pihak-pihak yang berperkara yaitu Pemohon dan Termohon. Dalam hal ini, terkait

dengan putusan hakim yang menyatakan bahwa penahanan Pemohon tidak sah

maka Termohon harus menghormati dan menaati perintah pengadilan dengan

mengeluarkan Pemohon dari tahanan dan membayar ganti kerugian sebesar Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada Pemohon seperti yang telah ditetapkan

dalam amar putusan. Terkait dengan penetapan tersangka yang dinyatakan oleh

hakim tidak sah, tentu saja hal ini menimbulkan kesulitan terhadap Termohon,

yaitu jaksa agung, dalam melaksanakan eksekusi putusan tersebut. Termohon

memandang bahwa hakim telah melampaui batas kewenangan lembaga

praperadilan dengan adanya putusan mengenai tidak sahnya penetapan tersangk.

Adapun mengenai penetapan tersangka adalah kewenangan dari penyidik dan

hakim tidak dapat memutus mengenai hal tersebut, apalagi di dalam ranah

praperadilan. Dengan demikian, putusan tersebut dapat menimbulkan kesulitan

dalam pengeksekusiannya karena apabila mengacu pada KUHAP maka jelas

bahwa putusan hakim mengenai tidak sahnya penetapan tersangka telah

melampaui kewenangan praperadilan yang diberikan oleh KUHAP sehingga

mendorong pihak kejaksaan untuk melakukan upaya hukum atas putusan tersebut.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 18: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

18

Universitas Indonesia

Analisis Mengenai Upaya Hukum Atas Putusan Praperadilan yang Berada di Luar

Wewenang Lembaga Praperadilan (Studi Kasus Putusan No.

38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel)

Pada KUHAP diatur mengenai tidak adanya upaya hukum banding atas

putusan praperadilan kecuali putusan mengenai sah atau tidaknya penghentian

penyidikan atau penghentian penuntutan. Akan tetapi dengan putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 65/PUU-IX/2011 sudah jelas bahwa tidak ada upaya hukum

apapun yang dapat ditempuh atas putusan praperadilan, baik mengenai sah

tidaknya penangkapan atau penahanan maupun mengenai sah tidaknya

penghentian penyidikan atau penuntutan. Walau demikian, hal ini ditanggapi oleh

beberapa kalangan dengan mengajukan upaya hukum lain yaitu kasasi. Hal ini

dikarenakan putusan praperadilan yang tidak dapat dibanding maka dapat

dikatakan bahwa perkara praperadilan tersebut berakhir pada tingkat pengadilan

negeri sehingga putusan praperadilan tersebut merupakan putusan tingkat akhir

yang dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung.

Sebenarnya upaya hukum kasasi atas putusan praperadilan sebelumnya

sudah pernah ditempuh dimana yang menjadi pemohon kasasi adalah Jaksa

Agung RI terhadap putusan praperadilan yang dikeluarkan oleh hakim pada

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Adapun permohonan kasasi atas putusan

praperadilan tersebut diterima oleh Mahkamah Agung dan menjadi yurisprudensi

Mahkamah Agung. Hal ini dapat dilihat pada salah satu yurisprudensi yaitu

putusan Mahkamah Agung Nomor 35 K/Pid/2002 tanggal 6 Maret 2002 dengan

Pemohon Kasasi adalah Jaksa Agung RI dan Termohon Kasasi Prof. Dr. Ir.

Ginanjar Kartasasmita. Hakim praperadilan yang memutus putusan yang menjadi

objek analisis tulisan ini memutus hal yang berada di luar kewenangan

praperadilan yaitu mengenai tidak sahnya status tersangka Pemohon, Bachtiar

Abdul Fatah yang tertuang pada amar Putusan No. 38/Pid.Prap/2012/PN.Jkt.Sel.

Penetapan mengenai status tersangka jelas merupakan wewenang di luar

praperadilan karena menurut KUHAP hal tersebut bukan merupakan lingkup

kewenangannya. Hal ini kemudian memunculkan kontroversi dalam

melaksanakan eksekusi dari putusan hakim tersebut. Akan tetapi berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan Ketua Pengadilan Negeri Depok, pada

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 19: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

19

Universitas Indonesia

dasarnya dalam hal bagaimanapun juga, baik putusan yang sesuai dengan

kapasitas pengadilan maupun yang melampaui kewenangan pengadilan, maka

putusan hakim tersebut harus tetap dihormati dan dilaksanakan oleh para pihak

yang terlibat di dalamnya. Apabila memang terdapat keberatan maka pihak yang

tidak puas dengan keputusan tersebut dapat mengajukan upaya hukum, baik

banding ataupun kasasi, sesuai dengan hukum yang mengaturnya. Oleh karena

praperadilan tidak memfasillitasi upaya hukum apapun terhadap putusan

mengenai sah tidaknya penangkapan ataupun penahanan maka kemudian timbul

pertanyaan mengenai upaya hukum apa yang dapat dilakukan apabila hakim

memutus hal di luar kewenangan praperadilan, apakah kasasi seperti contoh kasus

di atas dapat ditempuh juga atau tidak.

Termohon, yaitu Jaksa Agung RI, dalam kasus ini diberitakan akan

mengajukan banding kepada pengadilan tinggi melalui pengadilan negeri. Akan

tetapi oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan permohonan tersebut ditolak karena

Ketua Pengadilan Negeri memandang bahwa tidak ada upaya hukum yang dapat

ditempuh terhadap putusan praperadilan. Adapun terkait dengan upaya hukum

kasasi merupakan hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan oleh Jaksa

Agung mengingat sebelumnya upaya ini pernah dikabulkan oleh Mahkamah

Agung. Akan tetapi yang paling memungkinkan dilakukan saat ini adalah dengan

menulis permohonan kepada Mahkamah Agung untuk meminta petunjuk

mengenai apa yang harus dilakukan atas putusan praperadilan tersebut.27

Permohonan tersebut dapat dibuat oleh Jaksa Agung RI selaku Termohon dalam

gugatan praperadilan dengan dilengkapi tembusan kepada Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi terkait hal tersebut

yaitu Mahkamah Agung akan membuka peluang dilakukannya upaya hukum atas

putusan praperadilan tersebut atau memberi tanggapan bahwa tidak ada upaya

hukum apapun yang dapat ditempuh atas putusan praperadilan tersebut. Oleh

karena itu Kejaksaan Agung dalam perkara ini selain tetap mengajukan banding

kepada Pengadilan Tinggi juga telah menulis surat kepada Mahkamah Agung

terkait dengan putusan yang dikeluarkan oleh hakim praperadilan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan, Suko Harsono. Surat tersebut juga telah dijawab oleh                                                                                                                          

27 Seperti yang telah diungkapkan oleh Ketua Pengadilan Depok, Prim Hariyadi, dalam wawancara di Pengadilan Negeri Depok tanggal 23 Mei 2013.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 20: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

20

Universitas Indonesia

Mahkamah Agung dengan menyebutkan mengenai telah dijatuhinya sanksi

terhadap hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tersebut.

Dengan demikian, pada dasarnya tidak ada upaya hukum yang dapat

dilakukan atas suatu putusan praperadilan. Akan menjadi lebih baik bagi pihak

yang ingin mengajukan perlawanan atas putusan praperadilan untuk menulis surat

terlebih dahulu kepada Mahkamah Agung meminta petunjuk mengenai upaya

hukum apa yang dapat dilakukan atas suatu putusan praperadilan yang dinilai

telah melampaui kewenangan lembaga itu sendiri.

C. Penutup

Kesimpulan

1. Permasalahan hukum yang timbul adalah terkait objek pemeriksaan

praperadilan karena penetapan mengenai tidak sahnya status tersangka

bukanlah objek pemeriksaan praperadilan sehingga putusan a quo telah

melampaui batas kewenangan lembaga praperadilan.

2. Upaya hukum banding tidak dapat ditempuh dalam melawan putusan

praperadilan. Apabila melihat contoh kasus terdahulu maka yang paling

memungkinkan untuk ditempuh adalah kasasi namun sebelumnya perlu

didahului dengan mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung untuk

memohon petunjuk mengenai upaya hukum apa yang terbaik dan dapat

ditempuh terkait dengan putusan praperadilan yang demikian.

Saran

1. Perlu dilakukan pembaharuan peraturan dalam KUHAP terutama mengenai

praperadilan sehingga menimbulkan kepastian hukum bagi masyarakat.

2. Pihak yang berkepentingan sebaiknya mengajukan surat terlebih dahulu untuk

memohon petunjuk kepada Mahkamah Agung mengenai upaya hukum apa

yang dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Abraham, Henry. The Judicial Process. Ed.2. New York: Oxford University

Press, 1968. Adji, Oemar Seno. Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi. Jakarta: Erlangga,

1984.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 21: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

21

Universitas Indonesia

Afiah, Ratna Nurul. Praperadilan dan Ruang Lingkupnya. Ed.1. Jakarta: Akademika Pressindo, 2011.

Anwar, H.A.K. Mochamad, Chalimah Suyanto, Sunanto, Praperadilan. Jakarta: IND-HIL-CO, 1989.

Bureau of International Information Programs United States Department States, Outline of The U.S Legal System. Washington D.C: Bureau of International Information Programs United States Department States, 2004.

Burton, William C. Legal Thesaurus. Ed. 2. New York: Simon & Schuster and Prentice Hall International, 1992.

Departemen Kehakiman. Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, Cet. II. Jakarta: Departemen Kehakiman, 1982.

Dickson, Brice. Introduction to French Law. London: Pitman Publishing, 1994. Friedman, Lawrence M. American Law An Invaluable guide to The Many Faces

of The Law, and How It Affects Our daily Lives. New York: Norton, 1996. Hall, Kermit L. William M. Wiecek, Paul Finkelman. American Legal History:

Cases and Materials. New York: Oxford University Press, 1991. Harahap, Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:

Penyidikan dan Penuntutan. Ed. 2. Cet.11. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. _______. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Ed.2. Cet. 10. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Holten, N. Gary and Lawson L. Lamar. The Criminal Courts Structures,

Personnel, and Processes. New York: McGraw-Hill. Inc, 1991. Jenkins, Jeffrey A. The American Courts: A Procedural Approach.

Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers, 2013. Loeqman, Loebby. Praperadilan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987. Mamudji, et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Pangaribuan, Luhut. Surat-surat Resmi di Pengadilan oleh Advokat. Cet. I.

Jakarta: Djambatan, 1992. Prints, Darwan. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar Jakarta: Djambatan, 1989. Prodjodikoro, R.Wirjono. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung: Alumni, 1982. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat. Cet. 13. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Sutanto, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara Perdata

Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Alumni, 1980. Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. West, Andrew et.al. The French Legal System an Introduction. London: Format

Publishing, 1992. Jurnal

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 22: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

22

Universitas Indonesia

Freed, Doris Jonas. “Aspects of French Criminal Procedure.” Dalam Louisiana Law Review. Vol. 17. No.4. Louisiana: Louisiana State University,1957. Hlm. 730-755.

Malarangeng, Andi Bau. “Solusi Praperadilan oleh Hakim Komisaris Berdasarkan RUU KUHAP.” Dalam Pandecta. Vol. 7. No. 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2012. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta/article/download/2361/2414. Hlm. 36.

Peraturan Perundang-undangan Reglemen Indonesia yang Dibaharui [Herziene Inlands Reglement S. 1941 No.

44]. Diterjemahkan oleh M. Karjadi. Bogor: Politeia, 1992. Indonesia, Undang-undang Hukum Acara Pidana, UU No.8 tahun 1981, LN No.

76 Tahun 1981, TLN 3209. _______. Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 31

Tahun 1999, LN No. 140 Tahun 1999, TLN 3874. _______. Undang-undang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 21 Tahun 2001, LN

No. 136 Tahun 2001, TLN 4152. _______. Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana, RUU Tahun 2010. Kepolisian Republik Indonesia, Peraturan Kepala Kepolisian Repbulik Indonesia

tentang Manajemen Penyidikan, Perkap No. 14 Tahun 2012. Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia

tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus. PERJA-039/A/JA/10/2010.

Perancis, Code de Procedure Penale. 2010. Amerika Serikat, Federal Rules of Criminal Procedure. Washington: U.S

Government Printing Office, 2010. Putusan Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pengujian

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Putusan Nomor 65/PUU-IX/2011.

Wawancara Agustiartono, Ariawan. Wawancara Pribadi. 13 Juni. 2013. Hariyadi, Prim. Wawancara Pribadi. 23 Mei. 2013. Internet http://kbbi.web.id/distrik. Diunduh 28 April 2013. Rahmi, Novrieza. “Hakim Perintahkan Jaksa Bebaskan Karyawan Chevron,”

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50b4e182d6856/hakim-perintahkan-jaksa-bebaskan-karyawan-chevron. Diunduh 1 Februari 2013.

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013

Page 23: UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN PRAPERADILAN YANG …

23

Universitas Indonesia

_______. “Kejagung Verzet Atas Putusan Praperadilan Chevron,” http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt50bcbdc4432dd/kejagung-iverzet-i-atas-putusan-praperadilan-chevron. Diunduh 1 Februari 2013.

Chevron Corporation, “Profil Chevron Indonesia” http://www.chevronindonesia.com/about/. Diunduh 10 Maret 2013.

Nasution, Adnan Buyung. Praperadilan versus Hakim Komisaris, http://www.legalitas.org/content/pra-peradilan-vs-hakim-komisarisbeberapa pemikiranmengenai keberadaan keduanya. Diunduh 22 Maret 2013.

Setiyono, “Kajian Yuridis Mengenai Interpretasi Pihak Ketiga yang Berkepenntingan dalam Praktek Praperadilan” http://www.m2s-consulting.com/main/index.php/publication/artikel/5-kajian-yuridis-mengenai-interpretasi-pihak-ketiga-yang-berkepentingan-dalam-praktek-praperadilan. Diunduh 23 Maret 2013.

“Prof. Andi Hamzah: Studi Banding RUU KUHAP, KUHP Itu Perlu”, http://www.dpr.go.id/id/berita/komisi3/2013/apr/11/5634/Prof.-Andi-Hamzah-Studi-Banding-RUU-KUHAP,-KUHP-itu-Perlu. Diunduh 3 Mei 2013.

Buchanan, DSK. A Tale of Two Criminal Procedure, http://blogs.loc.gov/law/2011/10/dsk-a-tale-of-two-criminal-procedures/. Diunduh 24 April 2013.

“Steps in Trial, Pre-trial Conference”, http://www.americanbar.org/groups/public_education/resources/law_related_education_network/how_courts_work/pretrial_conference.html. Diunduh 3 Mei 2013.

“Habeas Corpus”, http://www.law.cornell.edu/wex/habeas_corpus. Diunduh 5 Mei 2013.

“Questions and Answers About Magistrate Judges” http://www.utd.uscourts.gov/judges/qa_magjudge.html. Diunduh 1 Mei 2013

Law Commission, “French Criminal Procedure”, http://www.lawcom.govt.nz/sites/default/files/french_criminal_procedure.pdf. Diunduh 23 April 2013.

“Bioremediation”, http://ei.cornell.edu/biodeg/bioremed/. Diunduh 21 Mei 2013. Nov/Ash. “Hakim Praperadilan Chevron Kena Hukuman Disiplin”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt515efe1c0bc32/hakim-praperadilan-chevron-kena-hukuman-disiplin. Diunduh 30 April 2013.

   

Upaya hukum…, Beatrik Dwi Septiana, FH UI, 2013