UNTUK MENINGKATKAN · Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah: 6-8)...
Transcript of UNTUK MENINGKATKAN · Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah: 6-8)...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
RISCHA NUR FITRIYANA
NIM : K4305040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
OLEH:
RISCHA NUR FITRIYANA
NIM : K4305040
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Rischa Nur Fitriyana. THE APPLICATION OF MODEL COOPERATIVELEARNING TYPE TGT (Teams Games Tournament) OF USING PUZZLE TOIMPROVE THE STUDENT’S RESPONSE TO BIOLOGY LEARNING IN THEVII GRADERS OF SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG. Thesis, Surakarta:Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, October 2010.
The objective of research is to improve the student’s response to Biologylearning by applying the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperativelearning using puzzle in the VII graders of SMP Negeri 1 Mojogedang.
This study belongs to a classroom action research with cycles. Each cycleconsists of 4 basic stages: planning, acting, observing and reflecting. The datacollection was done using observation, questionnaire and interview techniques.Data validity was tested using method triangulation technique. Technique ofanalyzing data employed was a qualitative descriptive analysis one.
The result of research showing that the increase in each indicator ofstudent’s response in biology learning has achieved the predetermined target. Thetarget for indicator of involvement in preparation activity, process and learningsustainability is 75%. Percentage gain of involvement in preparation activity,process and learning sustainability indicator is 77.5%. The target for indicator ofwillingness to initiate is 75%. Percentage gain of willingness to initiate indicatoris 77.5%. The target for indicator of work continuously or not stagnant in learningis 82.5%. Percentage gain of work continuously or not stagnant in learningindicator is 75%. The target for indicator of doing work without wasting time is75%. Percentage gain of doing work without wasting time indicator is 75%.
The conclusion that can be drawn is that the TGT (Teams GamesTournament) method of cooperative learning using puzzle can improve thestudent’s response in Biology learning. The research is stopped in the secondcycle considering that the target has been achieved.
Keywords: TGT (Teams Games Tournament) model of cooperative learning,puzzle, student’s response to Biology Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Rischa Nur Fitriyana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKANPUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PROSESPEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1MOJOGEDANG. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan respons siswa dalampembelajaran biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT(Teams Games Tournament) menggunakan puzzle pada siswa kelas VII C SMPNegeri 1 Mojogedang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersiklus. Tiapsiklus terdiri dari 4 tahapan dasar yaitu perencanaan, tindakan, observasi, danrefleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, angket, wawancara.Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode. Teknikanalisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Simpulan penelitian yang diperoleh adalah model pembelajarankooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle dapatmeningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Hal ini dilihat dari hasilpenelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan setiap indikator respons siswadalam pembelajaran biologi telah dapat mencapai target yang telah ditentukan.Target untuk indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dankelanjutan belajar adalah 75%. Presentase capaian indikator keterlibatan dalamkegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sebesar 77,5%. Target untukindikator kemauan untuk berinisiatif adalah 75%. Presentase capaian indikatorkemauan untuk berinisiatif sebesar 75%. Target untuk indikator kemauan untukberkreasi adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berkreasi77,5%. Target untuk indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaranadalah 75%. Presentase capaian indikator terus bekerja atau tidak macet dalampembelajaran sebesar 82,5%. Target untuk indikator melakukan pekerjaan tanpamembuang waktu adalah 75%. Presentase capaian indikator melakukan pekerjaantanpa membuang waktu sebesar 75%. Penelitian dihentikan pada siklus keduamengingat target telah tercapai.
Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams GamesTournament), Puzzle, Respons siswa dalam Pembelajaran Biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
Ada tiga perkara, barang siapa tiga perkara tersebut ada padanya, maka ia akan
merasakan manisnya iman.
Yaitu bahwa Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai dari segalanya, mencintai
seseorang hanya karena Allah, takut kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkan dari padanya, sebagaimana ia takut dilemparkan ke bara api
(HR Bukhari)
Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, kamu berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Yunus:41)
Cara termudah untuk menjadi rata-rata adalah melakukan hal-hal yang umum.
Karena, cara-cara umum hanya akan menjadikan kita orang rata-rata, yang
hidupnya diperlakukan rata-rata. Tegaslah untuk melakukan yang baru, yang
menjadikan kita pribadi menonjol yang tidak pantas untuk diperlakukan rata-rata
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Ibu, ibu dan ibuku tercinta yang senantiasa menyayangiku dan
mendoakanku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang tak pernah
henti, uraian do’a yang terus mengalir, dan peluh keringat yang takkan
terbalas dengan apapun.
Terimakasih Ibu.
Bapakku tercinta, terimakasih atas semua do’a, jerih payah, dan nasihat-
nasihat yang tak terbalas yang selalu menjadi motivasiku
Adikku satu-satunya, Ahmad Faisal yang sangat aku banggakan,
terimakasih udah bantu Mbak, I love You Full
Bu Yayin dan Bu Retno terimakasih atas bimbingannya, arahan dan
nasihatnya
Eyang Putri, matur sembah nuwun eyang atas wejangan-wejangan dan
perhatian yang diberikan kepada Rischa selama ini
Pakde dan Budhe sekalian, yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan dan semangat
Sahabat-sahabatku SMA (Wulan, Ayda, Yuri). Zaman kita selalu berjuang
bersama, tertawa bersama, menangis bersama, I love U all
Sahabat sedari kecil, Novia terimakasih atas persahabatan dan
persaudaraan kita selama ini yang takkan luntur oleh waktu dan takkan
terhapus oleh perubahan
Sahabat seperjuangan Vita, Mbak danik, Mbak Ida makasih banget udah
bantuin aku nyelesaiin skripsi dan nemenin di ujian skripsiku
Hunnyku terimakasih atas supportnya, doanya dan kasih sayangnya
Teman-teman seperjuangan Biologi ’05, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK
MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui
berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Muzayyinah, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
5. Dra. Sri Widoretno, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
6. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
pengarahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Prof. Dr. Rer. Nat Sadjidan, M.Si, selaku Sekretaris Penguji yang telah
memberikan arahan
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
9. Abdul Hamid, Spd., selaku guru mata pelajaran biologi kelas VII C yang
senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
10. Siswa siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
11. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral
maupun spriritual.
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
A. Tinjauan Pustaka 5
1. Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Menggunakan Puzzle
5
2. Respons 11
B. Kerangka Berpikir 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian 16
1. Tempat Penelitian 16
2. Waktu Penelitian 16
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 17
C. Sumber Data 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
D Teknik Pengumpulan Data 21
1. Observasi 21
2. Wawancara 21
3. Angket 22
.E Validitas Data 23
F Analis Data 24
G Prosedur Penelitian 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN 31
A Deskripsi Lokasi Penelitian 31
B Deskripsi Permasalahan Penelitian 32
C Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 37
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 65
A. Simpulan 65
B. Implikasi 65
C. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Penghargaan Tim 10
Tabel 2. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran kooperatif
Tipe TGT
34
Tabel 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa 35
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan 40
Tabel 5. Presentasi Hasil Obsevasi Prasiklus 46
Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada ObservasiRespons Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
47
Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons
Siswa Siklus I
48
Tabel 8. Persentase setiap indikator pada Angket KepuasanPenggunaan TGT (Teams Games Tournament)Siklus I
57
Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada ObservasiRespons Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
58
Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons SiswaSiklus II
59
Tabel 11. Persentase setiap indikator pada Angket KepuasanPenggunaan Model TGT (Teams Games Tournament)Siklus II
64
Tabel 12. Persentase setiap Indikator pada observasi Respons Siswa 65
Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa 67
Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasanpenggunaan TGT (Teams Games Tournament)setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Papan Puzzle 9
Gambar 2. Kerangka Berpikir 9
Gambar 3. Skema Triangulasi 14
Gambar 4. Skema prosedur penelitian 14
Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator padaObservasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus
20
Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada AngketPartisipasi Siswa Setiap Siklus
30
Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada AngketKepuasan Siswa Terhadap penggunaan TGT(Teams Games Tournament).
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN
Lampiran 1. Silabus 79
Lampiran 2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 81
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 85
Lampiran 3. a. Bahan Diskusi Kelompok Siklus 1 89
b. Bahan Diskusi Kelompok Siklus II 98
Lampiran 4. a. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam PembelajaranBiologi Pra Siklus
b. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam PembelajaranBiologi Siklus I
c. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam PembelajaranBiologi Siklus II
110
112
114
Lampiran 5. Kisi-kisi dan Hasil Angket Respons Siswa DalamPembelajaran Biologi Pada Siklus 1 dan Siklus 2
116
Lampira 6. a. Hasil Test Kognitif Siklus I 126
b. Hasil Test Kognitif Siklus II 135
Lampiran 7. Kisi-kisi dan Angket Kepuasan TGT (Teams GamesTournament) Menggunakan Puzzle pada Siklus I danSiklus II
143
Lampiran 8. a. Hasil Wawancara dengan Guru Prasiklus 156
b. Pedoman Wawancara Guru 158
c. Hasil Wawancara dengan Guru 159
d. Pedoman Wawancara Siswa 162
e. Hasil Wawancara dengan Siswa 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 9. Daftar Nama Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1Mojogedang
165
Lampiran 10. Daftar Presensi Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1Mojogedang
166
Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1Mojogedang
167
Lampiran 12. Ringkasan Materi 168
Lampiran 13 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus I 176
Lampiran 14 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus II 177
LAMPIRAN B. DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 15. a. Dokumentasi Penelitian Pra Siklus 184
b. Dokumentasi Penelitian Siklus I 185
c. Dokumentasi Penelitian Siklus II 187
LAMPIRAN C. PERIJINAN
a. Surat Permohonan Observasi
b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi
d. Surat Permohonan Research/Try Out
e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1Mojogedang
189
190
191
192
193
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa
di dalam maupun diluar kelas. Proses pembelajaran menggunakan berbagai
sumber belajar sebagai bahan kajian. Pembelajaran akan efektif jika komunikasi
antara guru dan siswa berlangsung dua arah. Pembelajaran yang dilakukan harus
lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered). Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi
siswa namun berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru tidak
mendominasi kegiatan belajar tetapi menciptakan kondisi yang mendukung
pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa agar
siswa dapat meningkatkan respons terhadap pembelajaran dan mengembangkan
potensi yang dimiliki. Respons siswa dapat dilihat dari partisipasi siswa dan
kemauan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII C semester
genap di SMP Negeri I Mojogedang menunjukkan bahwa respons siswa masih
rendah. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam
kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif
sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus
bekerja atau tidak macet sebanyak 27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%,
antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik,
menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk
dilempar-lemparkan kepada temannya. Hasil wawancara guru dan siswa kelas
VIIC menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran biologi siswa kurang
merespons pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Respons atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan
dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan respons siswa
terhadap materi pelajaran yang dikarenakan adanya interaksi siswa didalam
kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Didalam setiap kelompok, siswa
yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa
yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang
berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah akan dapat segera
menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok
akan dapat berjalan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi di SMP Negeri
1 Mojogedang yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament). TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
pelaksanaannya dibagi menjadi empat tahap pembelajaran, yaitu presentasi kelas
(penyampaian materi), belajar tim (diskusi kelompok), permainan atau turnamen,
dan penghargaan tim. Dalam observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa
banyak siswa yang bermain, antara lain menbuat pesawat-pesawatan dari kertas,
bermain rubik ataupun membuat gulungan-gulungan dari kertas untuk
dilemparkan kepada temannya tetapi tidak menunjang pada materi, untuk itu
dipilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai solusi karena didalamnya
terdapat tahap pembelajaran berupa permainan, sehingga siswa tetap dapat
bermain namun mengarah pada materi pembelajaran. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pada penelitian ini menggunakan puzzle yang dirancang untuk proses
pembelajaran biologi. Kartu puzzle didesain untuk menguji pengetahuan yang
dicapai siswa dan disusun dalam bentuk kata-kata yang berkaitan dengan materi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan judul penelitian
sebagai berikut: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1
MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi
pokok penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dengan menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam
pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran
2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan respons siswa dalam
pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran
2009/2010
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru:
Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang
dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi,
khususnya terkait dengan respons siswa.
2. Siswa
Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan
menggunakan puzzle sebagai perangsang munculnya keberanian bertanya dan
menyampaikan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
3. Sekolah
Menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran biologi pada tahap
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Menggunakan Puzzle
Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model
kooperatif tipe TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith
Edward (Slavin, 2008: 13).
Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 112) berpendapat bahwa
”Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning) adalah pembelajaran yang
berfokus pada penggunaaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Etin Solihatin dan Raharjo
(2008:4) mengemukakan bahwa ”Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007: 35) menyatakan bahwa
“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective
when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to
complete academic tasks”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu alasan yang
dapat dipercaya bahwa pembelajaran tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat
aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
akademiknya secara lengkap.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan
yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan
positif.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam
cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok.
Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga
keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini
berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk
memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan
karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa
yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka
sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota
kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.
d. Komunikasi antar Anggota
Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan
positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik
antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Menurut Mohamad Nur (2005: 40) model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap tahap
pembelajarannya kecuali dalam satu tahap yaitu sebagai ganti kuis dan sistem
skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.
Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain
yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Menurut Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007: 257) menyatakan
bahwa “TGT cooperation is more effective than interpersonal competition in
facilitating positive maths attitudes, but not in promoting maths performance.”
Pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan
juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak
dalam mempromosikan pembelajaran matematika.
TGT memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya karena
mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran. Kelebihan dari TGT
yang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri, kekompakan hubungan antar
anggota kelompok, waktu kegiatan belajar mengajar lebih singkat dan keterlibatan
siswa lebih optimal.
Menurut Slavin (2008: 166) komponen utama dalam pembelajaran TGT
adalah:
a. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game. Setelah presentasi kelas, kegiatan kelompok adalah
diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan
mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok.
Kelompok merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran TGT.
Selama belajar dalam kelompok masing-masing siswa bertugas untuk
mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila
ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Diskusi ini
meningkatkan komunikasi dua arah antar siswa dan guru.
c. Permainan (games) puzzle
Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah puzzle. Puzzle berasal
dari bahasa Perancis kuno Apose, yang berarti membingungkan (Anonim,
2010:1). Puzzle merupakan permainan edukatif dengan sistem bongkar pasang
tujuannya menggabungkan beberapa potongan-potongan atau bentuk. Permainan
ini dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa belajar sejumlah
keterampilan. Misalnya melatih motorik halus, melatih ketrampilan kognitif,
dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah. Puzzle dapat
dimainkan perseorangan atau kelompok dengan mengumpulkan poin berdasarkan
kepingan puzzle yang dapat disusun dengan benar dan tepat pada kotak kosong
yang telah disediakan. Permainan yang dilakukan oleh siswa secara kelompok
akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling
menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Bermain puzzle seperti sedang mengikuti acara kuis tebak kata berhadiah
oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana diusahakan kondusif dan
semenarik mungkin. Supaya dapat menyusun dengan benar, diperlukan koordinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan
keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan partisipasi siswa merupakan
modal untuk bertanding. Penguasaan materi yang luas dapat membantu siswa
menyusun kepingan puzzle dengan benar. Suasana yang menarik atau
menyenangkan menyebabkan siswa bersemangat dan dapat berpartisipasi secara
optimal.
Manfaat penggunaan media puzzle:
1) Meningkatkan keterampilan kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan
untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang
menarik, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan
masalah.
2) Meningkatkan keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan
kemampuan siswa menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan
jari-jari tangan. Dengan bermain puzzle tanpa disadari siswa akan belajar
secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat
tersusun membentuk bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati.
3) Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain. Puzzle yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan
meningkatkan interaksi sosial siswa. Dalam kelompok siswa akan saling
menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Sry (2010: 1)
Adapun konsep bermain sambil belajar seringkali disalahkan oleh orang
tua. Orang tua sering berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
menjadikan anak malas bekerja dan bodoh. Pendapat itu kurang bijaksana,karena
beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa perminan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Penggunaan puzzle diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
respons siswa. Belajar sambil bermain tidak selalu berakibat buruk pada prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar
dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada
peningkatan respons siswa dalam belajar biologi. Contoh papan puzzle seperti
pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema papan puzzle
Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding dalam
permainan ini. Dengan penguasaan materi yang luas siswa dapat menyusun kartu-
kartu puzzle dengan mudah. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan
menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan
yang terbaik.
d. Tournament
Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan
dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah
mencoba permainan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang
berbeda dan memainkan puzzle. Setelah tournament selesai maka dilakukan
penilaian dan penghargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Penghargaan Tim
Menurut Slavin (2008: 175) berdasarkan skor rata–rata tim maka terdapat
tiga kriteria penghargaan tim yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super.
Kriteria penghargaan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penghargaan timKriteria (rata – rata tim ) Penghargaan
404550
Tim baikTim sangat baikTim super
(Slavin, 2008: 175)
Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau
penghargaan. Belajar mengajar menggunakan TGT, meskipun dilakukan secara
berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar
individu. Dengan model pembelajaran ini siswa akan terpacu untuk lebih siap
belajar. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau
kegiatan masing-masing kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok dapat
belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Respons
a. Pengertian Respons
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:709), ”respons adalah
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban.”. Jadi respons siswa dapat merupakan
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban dari siswa. Sedangkan, ”merespon diartikan
menanggapi, memberi jawaban, menyikapi, menyambut”.
Suhaenah Suparno (2001:10) menyatakan bahwa ”Memberi respons
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang meliputi proses memaksa diri
sendiri untuk berpartisipasi serta kemauan untuk mengikuti aturan-aturan”.
Keinginan untuk merespons bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan
hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara suka
rela. Kegiatan yang dilakukan atas dasar sukarela, misalnya mempraktekan cara
hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekan kegiatan hobi dan lain
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari pengertian tersebut maka dapat diambil dua aspek utama dalam
respons, yaitu proses memaksa diri sendiri untuk berpartisipasi dan kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan yang berlaku. Pada aspek pertama berupa
partisipasi dijabarkan menjadi tiga unsur yang terkandung didalamnya berupa
keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, kemauan untuk
berinisiatif dan berkreasi. Sedangkan aspek yang kedua kemauan untuk mengikuti
aturan – aturan terkandung dua unsur berupa senantiasa bekerja atau tidak macet
dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu.
b. Jenis – jenis Respons
Menurut James Popham dalam Amirul Hadi (1992:31) merespon sudah
lebih dari hanya memperhatikan fenomena. Siswa sudah memiliki motivasi yang
cukup sehingga bukan saja mau memperhatikan melainkan sudah memberikan
respon. Tingkatan-tingkatan respons yaitu:
1) Respons terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, terjadi
dengan bimbingan orang lain
2) Respons mekanistis. Pada taraf ini siswa sudah yakinakan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan
dalam dirinya untuk berespons sesuai dengan jenis-jenis perancang dan situasi
yang dihadapi.
3) Respons kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris
yang boleh dianggap kompleks, karena pada gerakan yang dituntut sudah
kompleks.
c. Unsur – unsur Respons
Suryosubroto (2002:280) menyatakan bahwa “Unsur–unsur dalam
partisipasi meliputi keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan
oleh organisasi dan kemauan anggota untuk berinisiatif serta berkreasi dalam
kegiatan–kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi”. Keinginan untuk merespons
bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan
kegiatan untuk melakukan sesuatu secara sukarela. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan atas dasar suka rela, misalnya mempraktekkan cara hidup sehat, ikut
dalam kegiatan penelitian, mempraktekkan kegiatan hobi dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Respons siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru bisa meliputi berbagai
bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan
masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan
dirinya dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain. Dalam
proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh
mengenai respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons
inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
Suharsimi Arikunto (1992:68) menyatakan bahwa ”aspek kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan meliputi kegiatan untuk senantiasa bekerja atau
tidak macet dan melakukan pekerjaan tanpa membuang–buang waktu”.
Tanggapan siswa terhadap interaksi pembelajaran dapat berkembang dalam tiga
kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh, dan menolak Sikap menerima akan
menimbulkan perilaku seperti diam penuh perhatian, ikut berpartisipasi aktif, dan
mungkin akan bertanya karena kurang jelas. Sikap acuh tak acuh tercermin dalam
perilaku yang setengah-setengah diantara sikap yang pertama dan ketiga.
Sedangkan sikap menolak nampak pada perilaku negatif misalnya bermain
sendiri, mengalihkan perhatian kelas, dan mengganggu teman yang lain.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat ditunjukkan dengan keikutsertaan
dan partisipasi siswa dalam segala kegiatan yang dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Kemauan siswa untuk berinisiatif dalam pembelajaran
ditunjukkan dengan kegiatan memecahkan masalah yang dihadapai para siswa
dalam kegiatan diskusi, sedangkan kemauan siswa untuk berkreasi ditunjukkan
dengan pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh para siswa dalam
pembelajaran.
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang tahun ajaran 2009/2010 selama observasi dapat diketahui bahwa
respons siswa sangat kurang sehingga pembelajaran biologi masih rendah dengan
input siswa kurang tanggap dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sering
bermain sendiri dan kadang mengganggu teman yang lain, keterlibatan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang, siswa jarang mempunyai inisiatif
bertanya pada guru ataupun menjawab pertanyaan guru dengan sukarela dan
kurangnya diskusi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok, sehingga
siswa lebih dominan bersikap pasif dalam proses belajar mengajar, siswa
cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh
guru. Selain hal tersebut juga kurangnya stimulus pembelajaran yang diberikan
guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melibatkan keikutsertaan atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan kurang bervariasinya model
pembelajaran yang digunakan.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan
model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan daya
serap siswa. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Model
pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan
materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan
pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah model yang diterapkan efektif.
Mengingat kelemahan pembelajaran konvensional yang berpusat pada
aktivitas guru, tanpa melibatkan siswa maka diperlukan pembelajaran yang dapat
meningkatkan respons siswa dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar. Model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
menggunakan puzzle yang mampu meningkatkan respons siswa. Pembelajaran
kooperatif memiliki keunggulan yaitu siswa dituntut aktif dalam proses belajar,
serta dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan yang dimiliki. Pada
pembelajaran ini, belajar dapat dilakukan sambil bermain. TGT ini dilaksanakan
melalui 4 tahap yaitu presentasi guru, tim (diskusi kelompok), tournament/
permainan serta penghargaan tim. Sehingga dalam penyajian materi melibatkan
siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga mampu
memberi kontribusi pada peningkatan respons siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Penggunaan puzzle menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan menggunakan puzzle akan lebih meningkatkan respons siswa daripada
model pembelajaran konvensional yang cenderung berpusat pada guru tanpa
melibatkan partisipasi siswa. Kerangka pemikiran seperti Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Berpikir
MASALAH Respons siswa kurang Siswa cenderung bersifat pasif Siswa kebanyakan tidak mau
menjawab pertanyaan dari guru Siswa sibuk bermain sendiri siswa kurang memperhatikan
penjelasan dari guru
PENYEBAB Pembelajaran yang
digunakan kurangbervariasi
Media yang digunakanbelum optimal
TARGET Respons siswa meningkat
MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE TGT
MENGGUNAKAN PUZZLE
PROSEDUR1. Presentasi2. Tim(diskusi kelompok)3. Permainan menggunakan permainan
puzzle4. Turnament antar tim5. Penghargaan tim
SOLUSI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Mojogedang Karanganyar tahun ajaran 2009/ 2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2009/2010 dimulai pada bulan Nopember 2009-Agustus 2010. Pelaksanaan
rencana kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Bulan Nopember 2009–April 2010 : tahap persiapan meliputi pengajuan
observasi di kelas, pengajuan judul skripsi,, penyusunan proposal, seminar
proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan
konsultasi instrumen penelitian.
b. Bulan April–Juni 2010 : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang
dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan
pengambilan data.
c. Bulan Juni 2010–selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
No KegiatanTahun 2009 Tahun 2010
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop
1. Persiapan
a. Observasi xxxx
b. Identifikasi
Masalah
xxxx
c. Penentuan
Tindakan
xxxx
d. Pengajuan Judul xx--
e. Penyusunan
Proposal
--xx xxxx xxx-
f. Pengajuan Izin
Penelitian
---x
2. Pelaksanaan
a.Seminar
Proposal
x-
b.Pengumpulan
Data Penelitian
-
xxx
xx-
3. Penyusunan
Laporan
Penulisan Laporan --xx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), karena bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas
dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, sehingga
solusinya dibuat berdasarkan kajian teori pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK.
Tahap perencanaan mencakup persiapan segala keperluan pelaksanaan
PTK, mulai dari materi ajar, rencana pengajaran termasuk di dalamnya metode
mengajar, media dan teknik atau instrumen observasi. Adapun solusi untuk
mengatasi permasalahan adalah tindakan berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dilengkapi dengan puzzle untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pelaksanaan tindakan
tersebut dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle.
1. Alat dan Bahan:
a. Papan puzzle yang dibuat dari styrofoam
b. Beberapa kotak yang berisi kata-kata yang harus disusun sesuai dengan
tempatnya.
2. Cara Bermain:
a. Permainan dilakukan oleh 5 orang pemain pada setiap tim, yaitu semua
pemain memainkannya secara bekerjasama.
b. Setiap kelompok mendapatkan papan puzzle yang berbeda dengan
kelompok lainnya. Satu papan puzzle satu judul.
c. Masing-masing siswa mulai memasangkan kepingan-kepingan kartu
puzzle, siswa harus bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga
selain benar letakkanya, waktu yang mereka butuhkan juga diusahakan
seminimal mungkin
d. Setiap anak yang dapat menyusun kata dengan benar maka akan mendapat
poin sesuai dengan banyak kepingan kartu yang mereka susun
e. Pada akhir permainan yang menang sebagai juara atau pemenang adalah
pemain yang mempunyai skor tertinggi.
f. Pemain dengan poin tertinggi dari tim yang poin rata-ratanya tertinggi
berhak maju ke final dan selanjutnya memainkan puzzle yang dibuat oleh
guru dan pemenangnya akan membawa kemenangan pula pada timnya.
Pelaksana dari tindakan adalah guru dan proses jalannya tindakan
diamati oleh peneliti. Fase - fase pelaksanaan pembelajaran TGT (Teams Games
Tournaments) untuk waktu 160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang
terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen. Langkah-langkah dalam
pembelajaran TGT tiap pertemuan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pertemuan pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan
melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi ciri-ciri makhluk
hidup dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di
lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari
materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran
biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang akan di
pelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan
skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya baik
kepada teman sekelompok maupun kepada guru untuk materi yang belum jelas,
karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini
diberi waktu 40 menit.
Pertemuan kedua yaitu permainan dan tournament, dimana pada tahap ini
menggunakan puzzle yang di buat peneliti. Siswa bertugas menyusun kepingan-
kepingan puzzle tersebut secara benar. Permainan diberi waktu 60 menit. Siswa
dikelompokkan dalam 8 kelompok masing–masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Tiap–tiap kelompok telah dipersiapkan papan puzzle yang terbuat dari styrofoam
seperti yang sudah dijelaskan. Kepingan puzzle yang akan mereka susun sesuai
dengan nama kelompoknya, setiap kelompok satu dengan yang lain tidak sama.
Pada tiap kelompok yang terdiri dari 5 orang. Permainan dilakukan selama 60
menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak
berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin
tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru
maupun tim lainnya. Pada akhir pertemuan, siswa dibantu oleh guru
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Data yang dikumpulkan melalui observasi, angket dan wawancara terhadap guru
maupun siswa. Fokus yang mendapat perhatian khusus untuk diamati adalah
respons siswa dalam pembelajaran TGT menggunakan puzzle dan keterlaksanaan
sintaks pembelajaran TGT menggunakan puzzle tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi
dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan
kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi
pertimbangan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan untuk
langkah selanjutnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas ini adalah unsur yang
membentuk sebuah siklus. Siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara
berkesinambungan. Siklus berikutnya dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang
kurang berhasil pada siklus sebelumnya.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di
lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran biologi sebelum
dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan TGT dengan menggunakan puzzle.
C. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran
penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian ini. Sumber data
tersebut meliputi:
1. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang.
2. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data penelitian, yakni berbagai
kegiatan pembelajaran biologi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami
oleh siswa dengan pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) disertai
media puzzle.
3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, buku pelajaran biologi kelas VII semester I, buku penilaian dan
hasil observasi yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulakan data meliputi pengamatan/
observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat respons siswa
dalam mengikuti pelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari 2 aspek yaitu
aspek berpartisipasi/ keterlibatan siswa (siswa aktif) dan mengikuti aturan-
aturan (tertib) yang kemudian dijabarkan dalam 5 indikator yaitu keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu.
Pengamatan dilakukan oleh tiga orang pengamat (observer) yang
berada di belakang. Dalam posisi tersebut, observer dapat lebih leluasa
melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar di kelas.
Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana telah
dirancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan didalam proses
pembelajaran beserta aspek-aspek yang diteliti. Penyusunan aspek-aspek yang
diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini
dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan
dengan membubuhkan cek (√) pada pilihan yang tepat.
2. Wawancara atau Diskusi
Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dasar hasil pengamatan
dikelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan
diskusi itu, dilakukan hal-hal seagai berikut:
a. Meminta pendapat guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang
antara lain adalah mengungkap kelebihan dan kekurangan serta
permasalah lain yang bersangkut paut dengan kegiatan itu.
b. Mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatannya terhadap KBM
yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan segi-
segi kelebihan dan kekurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan bersama untuk
menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran biologi. Dengan kata lain pada setiap kegiatan
diskusi disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya
untuk meningkatkan keefektifan penerapan TGT menggunakan puzzle.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan
secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan
tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi dilakukan pada
saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk
mendapatkan masukan dalam setiap pembelajaran selanjutnya.
3. Angket
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
angket respons dan angket kepuasan penerapan TGT. Pada angket respons
aspek–aspek atau indikator yang ada didalamnya antara lain keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
terus bekerja atau tidak macet, dan melakukan pekerjaan tanpa membuang
waktu. Sedangkan indikator pada angket kepuasan penerapan TGT antara lain
kecocokan, kesesuaian, keefisienan, dan keefektifan penggunaan TGT.
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dengan menganalisis informasi
yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atau
kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
respons siswa dalam proses pembelajaran biologi.
Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sekaligus
menyediakan alternatif jawaban. Menurut Nana Sudjana (1991:80-81) skala
sikap yang digunakan adalah skala Likert. Responden/ siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang
mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket.
Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan
dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini
digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan.
Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan
capaian prosentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek
penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil
atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang
diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dijadikan
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk
menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik triangulasi.
Menurut Lexy Moleong (2007: 178), ”Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi,
angket dan wawancara dengan sumber datanya adalah siswa dan guru.
Skema triangulasi metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Skema Trianggulasi
Sumber H.B Sutopo (2002:81)
Observasi
Sumber DataWawancaraData
Angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
F. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Analisis ini dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses
pembelajaran, yakni respons siswa dalam proses pembelajaran biologi,
pengalaman dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa, strategi
pembelajaran yang diberikan guru, sikap dan motivasi guru setelah penelitian
berlangsung dan sebagainya.
Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman
(1992:16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu:
1. Reduksi data yaitu meliputi penyelesaian data melalui seleksi yang ketat,
melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola
yang lebih luas
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada
masing-masing siklus
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya pencarian makna data,
mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan
secara sistematis dan bermakna
Pada analisis data peneliti memfokuskan pada respons siswa pada saat
pembelajaran berlangsung yang diambil dengan menggunakan lembar observasi
siswa dan angket respons siswa. Indikator respons siswa meliputi : keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Penyajian datanya dalam bentuk
uraian singkat, tabel, dan grafik untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan
data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian,
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam
Rochiati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral.
Langkah-langkah operasional penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang
telah dilakukan sebelumnya, peneliti mengajukan alternatif pemecahan
masalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
menggunakan puzzle untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran
biologi. Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yang
menerapkan TGT, termasuk penyusunan silabus, rencana pengajaran dan
media pembelajaran berupa papan puzzle dan kepingan-kepingan puzzle yang
berisi tentang materi pelajaran. Instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian juga disiapkan seperti angket, lembar observasi, dan pedoman
wawancara.
2. Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan oleh guru
dalam bentuk TGT dengan menggunakan puzzle. Pelaksanaan tindakan
diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Secara
garis besar, pembelajaran diawali dengan penyajian materi oleh guru. Setelah
itu siswa dikelompokkan dalam 8 kelompok masing masing kelompok terdiri
dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok telah mempersiapkan papan permainan
puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Permainan dilakukan selama 60 menit,
siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak
berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin
tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari
guru mupun tim lainnya.
Fase–fase pelaksanaan TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu
160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang
bersifat heterogen dapat di lihat pada Tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2. Langkah – Langkah TGT.
Fase Kegiatan Waktu (menit)
1 Presentasi Kelas (Penyampaian Materi Pelajaran) 40
2 Kegiatan Kelompok (Diskusi Kelompok) 40
3 Permainan dan Turnament 60
4 Penskoran dan Penghargaan Kelompok 10
5 Penutup 10
Fase pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan
melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi secara
singkat dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di
lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari
materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan
pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena
apa yang dipelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan
membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit.
Fase kedua yaitu kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus
aktif bertanya untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini
nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit.
Fase ketiga yaitu permainan dan tournament, dimana pada penelitian
ini menggunakan permainan puzzle yang di buat peneliti. Permainan diberi
waktu 60 menit. Siswa dikolompokkan dalam 8 kelompok masing–masing
kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok diberi satu papan
permainan puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Siswa dengan poin tertinggi
berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya
sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin
tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya.
Fase keempat pensekoran dari hasil diskusi kelompok dan permainan
yang nantinya menentukan kartu penghargaan untuk masing–masing
kelompok. Penutup pada fase kelima, dimana guru menyimpulkan dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta
pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus
observasi yaitu respons siswa dalam pembelajaran TGT dilengkapi puzzle
diamati dengan bantuan lembar observasi. Selain itu observasi juga dilakukan
pada keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan. Sebagai data
pendukung observasi adalah angket dan hasil wawancara terhadap guru dan
murid. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Indikator yang diobservasi dapat
dilihat pada table 2
Table 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa
No. Indikator Jumlah siswa Cara Mengukur
1. Keterlibatan dalam
segala kegiatan
a. Keterlibatan dalam presentasi
kelas
b. Keterlibatan dalam diskusi
kelompok
c. Keterlibatan dalam tournament
d. Keterlibatan dalam pemberian
penghargaan
e. Keterlibatan dalam
menyimpulkan materi
2. Kemauan
berinisiatif
a. Menjawab pertanyaan
b. Mengeluarkan pendapat
3. Kemauan berkreasi a. Meletakkan kepingan puzzle
pada tempatnya
b. Konsisten antara kepingan yang
satu dengan yang lain sehingga
membentuk suatu konsep yang
benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Terus bekerja atau
tidak macet
Menyelesaikan tugas sampai selesai
meskipun sulit
5 Melakukan
pekerjaan tanpa
membuang waktu
Menjalankan tahap-tahap TGT
sesuai aturan waktu yang ditentukan
4. Refleksi
Pada tahap ini, menganalisis proses dan dampak dari pelaksanaan
tindakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan
dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan
langkah yang akan diambil selanjutnya.
Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan
tindakan, peneliti merumuskan indikator-indikator ketercapaiannya respons
siswa dalam pembelajaran meliputi keterlibatan dalam segala kegiatan,
kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak
macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran biologi pada kelas VII
C SMP Negeri 1 Mojogedang diperoleh beberapa data awal diantaranya yang
terlibat dalam segala kegiatan 62,5%, siswa yang berinisiatif 40,83%, siswa
yang berkreasi 0%, terus bekerja atau tidak macet 27,5%melakukan pekerjaan
tanpa membuang waktu 37,5%. Oleh karena itu indikator keberhasilan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan
KONSEP ASPEK INDIKATOR AWAL TARGET
Respons Berpartisipasi Keterlibatan dalam
segala kegiatan 62,5 % 75% *)
Kemauan untuk
berinisiatif 40,83 % 75% *)
Kemauan untuk
berkreasi*nd
75% *)
Mengikuti
aturan-aturan
(tertib)
Terus bekerja atau
tidak macet 27,5 % 75% *)
Melakukan
pekerjaan tanpa
membuang waktu
37,5% 75 % *)
*) Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakanberhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar(75%) peserta didik terlibat secara aktif.*) nd : not detected / belum terdeteksi.
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga
dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua.
Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga
dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua.
Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Urutan masing-masing tahapan jalannya penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
SIKLUS I
Gambar 4. Skema prosedur penelitian
Identifikasi masalahMengungkap permasalahansiswa pada saatpembelajaran biologi
EvaluasiHasil Belajar melalui TesKognitif
RefleksiPenyempurnaanKekurangan/Kelebihan
Tindak Lanjut
ObservasiPengamatan proses
pembelajaran
Alternatif pemecahanPenerapan metode TGTMenggunakan puzzle padatournament
Pelaksanaan TindakanPelaksanaan pembelajarandengan metode TGTMenggunakan puzzle padatournament
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mojogedang yang beralamat di
Jalan Munggur, Mojogedang, Karanganyar. SMP Negeri 1 Mojogedang
merupakan sekolah unggulan di Karanganyar yang telah terakreditasi dengan
peringkat akreditasi A. SMP Negeri 1 Mojogedang memiliki 18 ruang kelas yang
terbagi menjadi 6 ruang kelas VII, 6 ruang kelas VIII dan 6 ruang kelas IX.
Peserta didik tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 720 siswa. yang terdiri dari
240 siswa kelas VII, 240 siswa kelas VIII dan 240 siswa kelas IX. Jumlah seluruh
pengajar di SMP 1 Mojogedang adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru
tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT.
Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Mojogedang cukup
menunjang pembelajaran di sekolah tersebut. Seperti adanya perpustakaan dan
laboratorium. Meskipun cukup menunjang tapi belum dapat dikatakan lengkap.
Terlihat dari laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi) yang belum terpisah,
jumlah komputer OHP maupun LCD yang masih terbatas.
Penelitian dilakukan di kelas VII C yang memiliki jumlah siswa
sebanyak 40 siswa dengan perincian 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Adapun daftar nama siswa kelas VII C dapat di lihat dalam Lampiran. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VII C. Kelas VII C terletak di lantai 1 dan
menghadap ke arah barat. Suasana kelas cukup nyaman dengan adanya ventilasi
dan kipas angin di dalam kelas. Di ruang kelas VII C terdapat sarana yang
mendukung proses pembelajaran seperti whiteboard, boardmaker, penghapus,
penggaris dan lainnya. Di dalam kelas pada deretan paling depan terdapat satu
meja dan satu kursi untuk guru sedangkan untuk siswa tersedia 20 meja dan 40
kursi. Satu meja digunakan untuk dua siswa sedangkan jumlah kursi disesuaikan
dengan jumlah siswa. Posisi tempat duduk monoton, hampir tidak ada pergeseran
tempat duduk, sehingga siswa mendapatkan suasana yang membosankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keadaan kelas waktu mendapatkan materi pelajaran dari guru siswa
cenderung diam saja dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh
guru hal ini dapat terlihat saat guru memberi pertanyaan siswa hanya diam saja
dan harus ditunjuk baru siswa mau menjawab jadi partisipasi siswa sangat rendah
siswa cenderung diam serta mendengarkan penjelasan dari guru. Ada beberapa
siswa yang menghabiskan waktu dengan sibuk bermain sendiri tanpa
memperhatikan pembelajaran. Jadi peneliti mengambil masalah yang dominan
yaitu kurangnya respons siswa yang ada di kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Pada awal penelitian atau pra siklus dapat diketahui melalui kegiatan
observasi pada proses pembelajaran di kelas khususnya kelas VII C. Observasi
dilakukan selama 3 kali pertemuan, masing-masing dua jam pelajaran (80 menit)
di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010. Untuk
mengetahui keadaan awal serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran di kelas tersebut selain dengan observasi, untuk memperkuat
data hasil observasi juga dilakukan wawancara terhadap guru siswa, serta
penyebaran angket kepada seluruh siswa. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung, hal yang diobservasi yaitu sikap siswa selama proses
pembelajaran serta tipe pembelajaran yang digunakan, untuk wawancara
dilakukan terhadap sejumlah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang dan
guru mata pelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
Pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang
berlangsung sekali pertemuan per minggu, yaitu pada hari selasa pada jam ke 5
dan 6 (80 menit). Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di kelas
VII C SMP Negeri 1 Mojogedang menunjukkan bahwa Hal tersebut tampak pada
perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan hal-hal
sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran sebesar
62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk
berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus bekerja atau tidak macet sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6)
siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%, antara lain siswa membuat
pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik, menggambar tokoh kartun
idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk dilempar-lemparkan kepada
temannya. Secara garis besar respons siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari
besarnya persentase siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan siswa hanya
melakukan kegiatan yang dapat mengganggu pelajaran yaitu bermain dan
berbicara sendiri dengan teman sehingga tidak menunjukkan kegiatan yang
bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif dan tidak
antusias dalam pembelajaran. Kepasifan siswa semakin tampak saat guru memberi
kesempatan untuk bertanya, dan mengemukakan permasalahan yang berhubungan
dengan materi pelajaran, respons yang diberikan siswa sangat minim. Respons
siswa dapat dirangsang oleh guru dengan cara mengarahkan partisipasi siswa dan
mengarahkan siswa agar dapat menggunakan waktu belajar sebaik-baiknya yaitu
dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Partisipasi siswa pada mulanya sangat baik ditunjukkan
dengan kemauan siswa menjawab semua pertanyaan dari guru baik itu secara
serempak ataupun secara individu. Di tengah proses pembelajaran, siswa mulai
enggan menjawab pertanyaan dari guru maupun mengemukakan masalahnya,
siswa hanya mau menjawab bila ditunjuk oleh guru. Di akhir pembelajaran, hanya
ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, sebagian siswa lainnya
tampak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung dan tampak bermain-main
sendiri atau berbicara dengan temannya. Dengan berkurangnya partisipasi siswa
dan siswa cenderung tidak mengikuti pembelajaran dengan baik maka dapat
menunjukkan bahwa respons siswa masih rendah. Data persentase respons siswa
selama observasi dapat dilihat pada tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4. Persentase Hasil Observasi Prasiklus
No Indikator Observasi I(%)
Observasi II(%)
ObservasiIII
(%)
ObservasiIV(%)
1. Keterlibatan dalam kegiatanpersiapan, proses dan kelanjutanbelajar
55 70 62,5 62,5
2. Kemauan untuk berinisiatif 32,5 47,5 42,5 40,833. Kemauan untuk berekreasi *nd *nd *nd *nd4. Terus bekerja atau tidak macet 27,5 17,5 37,5 27,55. Melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu30 60 22,5 37,5
*) nd : not detected / belum terdeteksi
Pada hasil observasi yang ditunjukkan oleh tabel 4 bahwa untuk indikator
1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar pada
observasi pertama mulai meningkat tetapi pada observasi ketiga mulai menurun
hal ini disebabkan kurang tertariknya siswa terhadap materi, siswa mulai bosan
sehingga antusiasme siswa tidak ada. Untuk indikator yang kedua yaitu kemauan
untuk berinisiatif juga mengalami kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan
rasa malu berpendapat dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru.
Untuk indikator ke 3 yaitu kemauan untuk berkreasi dari observasi awal sampai
observasi ketiga tidak ada satu murid pun, kreativitas yang dibuat cenderung tidak
berhubungan dengan materi, seperti membuat pesawat-pesawatan dari kertas atau
menggambar tokoh kartun idolanya sehingga dapat mengganggu pelajaran. Untuk
indikator yang keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet mengalami kenaikan
dan penurunan. Hal ini disebabkan siswa merasa putus asa jika mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberi guru. Kemudian untuk indikator
yang kelima juga mengalami kenaikan dan penurunan, siswa cenderung lebih
banyak bermain daripada memanfaatkan waktu untuk belajar
Selain observasi, identifikasi masalah juga dilakukan dengan wawancara
dengan siswa dan guru mengenai proses pembelajaran di kelas. Hasil wawancara
dengan beberapa siswa, diketahui bahwa penyebab rendahnya respons adalah rasa
malu bila ingin bertanya kepada guru dan kurang percaya diri jika akan menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa merasa bosan dengan tipe pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
digunakan oleh guru. Ada juga siswa yang takut mengemukakan pendapat karena
dianggap mencari perhatian guru. Siswa juga mengatakan bahwa merasa bosan
dengan tipe yang digunakan guru yang kurang melibatkan siswa sehingga respons
siswa menjadi rendah. Kurangnya respons siswa selama proses pembelajaran
menyebabkan guru kurang mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa
sehingga akan berdampak pada kesulitan dalam siswa dalam memahami materi
pelajaran. Wawancara lebih lanjut dilakukan terhadap guru yaitu mengenai tipe
pembelajaran yang digunakan. Dari hasil wawancara dari guru diketahui bahwa
tipe yang digunakan belum bervariasi. Pengajaran oleh guru terfokus untuk
menghabiskan materi yang terlalu banyak tanpa memperhatikan kondisi siswa
sehingga respons siswa rendah. Sementara menurut penuturan siswa,
penyampaian materi pelajaran oleh guru lebih banyak dengan ceramah dan tanya
jawab yang berakibat pelajaran menjadi kurang menarik. Hasil wawancara dengan
guru dan siswa menunjukkan tipe pembelajaran yang digunakan guru kurang
menarik sehingga respons siswa rendah dan siswa menjadi tidak mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Setelah mengadakan observasi secara langsung terhadap proses
pembelajaran di kelas dan wawancara langsung terhadap guru dan siswa maka
dapat dikatakan bahwa respons siswa masih rendah pada saat proses pembelajaran
di kelas, oleh karena itu langkah selanjutnya adalah melakukan diskusi dengan
guru biologi tentang alternatif tindakan untuk pemecahan masalah yang ada di
kelas. Hasil dari diskusi tersebut adalah digunakannya model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle sebagai
alternatif tipe pembelajaran untuk meningkatkan respons siswa dalam
pembelajaran biologi.
TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement. Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah
Puzzle. Pemilihan permainan ini didasarkan atas hasil observasi dimana terlihat
siswa melakukan kegiatan yang mengganggu kegiatan pembelajaran seperti sibuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
bermain sendiri atau tidak mengikuti pelajaran karena merasa jenuh dengan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung, ada yang bermain pesawat dari kertas,
ada yang membuat gulungan kertas untuk dilemparkan kepada temannya, ada
yang menggambar tokoh-tokoh kartun idolanya. Permainan yang mereka lakukan
tidak mendukung materi pelajaran sama sekali, oleh karena itu dalam penelitian
ini dipilih permainan puzzle yang menggabungkan antara kotak-kotak kata,
permainan yang menarik tentu saja mendukung materi pembelajaran. Dengan
adanya permainan diharapkan siswa akan tertarik dan tidak merasa bosan lagi
dengan proses pembelajaran biologi yang dilakukan sebelumnya serta dapat
berrespons dalam belajar biologi. Selain itu dapat mengarahkan siswa dalam
suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Keterlibatan siswa dapat terlihat dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan
suatu tugas dan saat kegiatan diskusi kelompok terkait dengan konsep, fakta, atau
menilai informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Respons siswa dapat
terwadahi dalam kegiatan kerjasama dalam kelompok tersebut, baik pada saat
diskusi maupun permainan berlangsung. Sehingga siswa lebih memperhatikan dan
dapat terlibat langsung, dengan meningkatnya partisipasi dan siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik, maka respons dapat meningkat.
Penggunaan TGT dilengkapi puzzle ini diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi dan pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan
respons dapat meningkat pada saat proses pembelajaran biologi berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dengan menerapkan TGT
menggunakan puzzle. Proses pembelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas
siswa yang dimaksud adalah respons siswa dalam pembelajaran yang meliputi
keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, kemauan
siswa untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus berusaha meskipun
mengalami kesulitan, melakukan kegiatan pembelajaran tanpa membuang waktu
Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan segala keperluan untuk
pelaksanaan tindakan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Silabus untuk materi pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup dengan menerapkan
TGT menggunakan puzzle.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup
sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan TGT menggunakan puzzle.
Mempersiapkan media permainan puzzle untuk materi Ciri-Ciri Makhluk
Hidup.
3) Lembar observasi respons siswa dalam pembelajaran biologi.
4) Angket respons siswa dalam pembelajaran.
5) Angket kepuasan TGT menggunakan puzzle
6) Papan dan kepingan puzzle untuk materi pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup
b. Pelaksanaan Siklus I
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada siklus I, model pembelajaran
kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle diterapkan untuk materi Ciri-Ciri
Makhluk Hidup dan dilakukan sebanyak 2 kali tatap muka selama (4 x 40) menit,
dengan sub materi bernapas, bergerak, memerlukan makanan, tumbuh,
berkembang biak(reproduksi), iritabilita, ekskresi dan adaptasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pada pelaksanaan tindakan I, Pada awal kegiatan yang dilakukan guru di
kelas adalah memberikan pengarahan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
TGT menggunakan puzzle. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi
dan motivasi oleh guru untuk mengantarkan siswa pada materi pembelajaran.
Pada saat pembelajaran, peran guru sebagai pemberi informasi dikurangi dan
hanya berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai subjek yang belajar
secara aktif dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran dilakukan dalam
empat tahapan, yaitu presentasi guru, diskusi kelompok, turnament, dan
penghargaan. Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu siswa memahami
tugas yang akan dilaksanakan.
Guru melakukan presentasi dengan diawali dengan pemberian apersepsi
dan motivasi untuk mengantarkan siswa pada materi pembelajaran. Penyajian
materi oleh guru disampaikan dengan presentasi yang dilengkapi dengan contoh-
contoh gambar yang berkaitan dengan meteri tersebut, siswa dipancing untuk
lebih perhatian sehingga siswa selalu diberi pertanyaan agar siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, dengan adanya jawaban dari siswa maka
siswa dapat terlibat dan merespons secara langsung, setelah itu siswa dibagi dalam
8 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Siswa diberi suatu masalah yang
berkaitan dengan materi sehingga dapat digunakan sebagai bahan diskusi.
Pada pertemuan kedua, siswa melakukan turnament atau permainan puzzle
yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan poin tertinggi dengan cara
setiap siswa dapat menyusun kata yang pada tempat-tempat kosong yang telah
disediakan dengan benar sehingga siswa mendapat poin dan poin yang terkumpul
paling banyak maka siswa tersebut dapat mewakili kelompoknya untuk bermain
dalam babak final dan apabila siswa tersebut dapat menang dengan poin yang
tertinggi maka dia akan keluar menjadi pemenang dan berhak mendapat
penghargaan dari guru. Dengan adanya permainan puzzle tersebut maka respons
siswa dapat terlihat dalam pembelajaran biologi. Guru memberikan penghargaan
dan mengulang lagi materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum
dipahami berkenaan dengan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru
membuat suatu lembar kerja siswa untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
c. Observasi Siklus I
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan
terhadap respons siswa dalam pembelajaran biologi dan keterlaksanaan sintaks
model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. Observasi dan
evaluasi pada siklus I dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi
respons siswa, angket respons siswa, serta angket kepuasan siswa terhadap
penggunaan TGT. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Respons Siswa Siklus I
Data observasi respons siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I
dapat disajikan pada tabel 6. Skor pada observasi respons siswa mempunyai
rentang antara 67,5%-77,5%. Persentase respons siswa yang tertinggi terdapat
pada item nomor 4 atau indikator keempat, terus bekerja atau tidak macet.
Persentase terendah pada item nomor 2 atau indikator ke 2, yaitu kemauan untuk
berinisiatif. Persentase dari item tersebut hanya 67,5%, berarti keberanian siswa
dalam mengemukakan pendapat masih rendah. Siswa enggan berpendapat atau
menjawab pertanyaan dari guru secara sukarela karena takut salah dan kurang rasa
percaya diri. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan persiapan, proses, dan
kelanjutan belajar di siklus I ini lebih baik dari sebelumya karena pembelajaran
dengan puzzle merupakan hal baru bagi siswa. Kemauan untuk berkreasi, bekerja
dan belajar tanpa membuang waktu relatif menjadi meningkat.
Dari hasil observasi secara umum respons siswa di siklus I lebih baik
dari sebelumnya, walaupun indikator 2 dan 5 persentasenya masih di bawah
target, yaitu hanya 67,5% dan 70%. Indikator keempat memperoleh nilai terbaik
yaitu 77,5% dan sudah mencapai target.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle membuat
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berbeda
mempengaruhi siswa untuk mau mengikuti dan melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi ResponsSiswa dalam Pembelajaran Siklus I
NO IndikatorPersentase
capaianTarget capaian
1 Keterlibatan dalam segala kegiatan(persiapan, proses dan kelanjutanbelajar)
75% 75%
2 Kemauan untuk berinisiatif 67,50% 75%3 Kemauan untuk berkreasi 75% 75%4 Terus bekerja atau tidak macet 77,5% 75%5 Melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu70 % 75%
Jumlah 365%Rata-rata 73%
2) Hasil Angket Respons Siswa
Angket respons siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui respons
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan puzzle. Hasil angket respons siswa
untuk setiap indikator seperti pada tabel 7.
Persentase setiap indikator respons yang didapat dari angket mempunyai
rentang antara 72,88%-80,25% dengan rata-rata kelas sebesar 76,78% Hasil
angket ini lebih tinggi daripada hasil observasi yang hanya mencapai 73%.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6, indikator yang memperoleh nilai
tertinggi adalah indikator keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet yang
mencapai 80,25%. Model pembelajaran yang dipilih guru membuat siswa
berusaha keras untuk menyusun suatu kata yang sesuai dengan materi
pembelajaran meskipun menemui kesulitan, sehingga siswa lebih aktif dan ikut
serta dalam pembelajaran dan juga menimbulkan pembelajaran yang
menyenangkan atau tidak membosankan. Partisipasi siswa meningkat dan siswa
cenderung tidak lagi membuang waktu dalam pembelajaran
Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa Siklus I
NO IndikatorPersentase
capaianindikator
Target capaian
1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 78.38% 75%2 Kemauan untuk berinisiatif 76.81% 75%3 Kemauan untuk berkreasi 72.88% 75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
NO IndikatorPersentase
capaianindikator
Target capaian
4 Terus bekerja atau tidak macet 80.25% 75%5 Melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu75.58% 75%
Jumlah 383.9%Rata-rata 76.78%
3) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament)
Angket kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT (Teams Games
Tournament) diisi siswa bersamaan dengan pengisian angket respons yaitu pada
pertemuan kedua. Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games
Tournament) dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Prsentase setiap indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan TGT(Teams Games Tournament) Siklus I
No Indikator Persentase (%)
1 Senang 85.252 Tidak bosan 91.53 Cocok/sesuai 904 Tugas ringan 795 Motivasi belajar bertambah 846 Mampu berpikir kritis 807 Berani berpendapat 76.258 Kerjasama 87.59 Terampil berbicara 76.25
10 Saling menghormati 78.7511 Waktu 76.512 Cepat paham 81.2513 Penguasaan konsep meningkat 80.25
Jumlah 1066.5Rata-rata 82.04
Kepuasan siswa terhadap penggunaan TGT memiliki kisaran nilai 76,25%-
91,5% dengan rata-rata sebesar 82,04%. Hasil angket ini menunjukkan bahwa
siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Persentase tertinggi terdapat pada indikator ke 2, yaitu tidak bosan.
Siswa menjadi lebih tertarik. Dengan TGT menggunakan puzzle akan lebih
menarik dan tidak membosankan, karena pembelajaran ini merupakan
tpembelajaran yang baru dikenal oleh siswa, oleh sebab itu siswa merasa tertarik
dan menjadi tidak bosan. Indikator ke 8 yaitu kerjasama dalam penerapan
pembelajaran TGT menggunakan puzzle juga tinggi yaitu mencapai 92,5%, siswa
saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya agar dapat menyelesaikan
potongan-potongan puzzle dengan cepat dan benar. Siswa lebih berrespons dalam
pembelajaran biologi. Harapan siswa akan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT menggunakan puzzle cukup memuaskan yaitu mencapai 75%.
Berdasarkan persentase rata-rata kelas pada siklus I maka dapat
diketahui bahwa siswa dapat menerima penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menggunakan puzzle dalam pembelajaran biologi. Walaupun merupakan
hal baru bagi siswa namun siswa tetap berusaha menjalankan tugasnya dengan
baik.
4) Refleksi Tindakan Pada Siklus I
Tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan puzzle difokuskan pada peningkatan respons siswa dalam
pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus I terjadi
peningkatan rata-rata persentase indikator respons siswa yang dapat dilihat pada
tabel 6. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan prasiklus.
Berdasarkan observasi siswa pada siklus 1 ini setiap indikator mengalami
peningkatan yaitu keterlibatan dalam segala kegiatan (persiapan, proses dan kelanjutan
belajar) meningkat menjadi 75%, indikator kemauan untuk berinisiatif meningkat
menjadi 67,50%, indikator kemauan untuk berkreasi meningkat menjadi 75%,
indikator terus bekerja atau tidak macet meningkat menjadi 77,5%, dan indikator
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu meningkat menjadi 70%. Persentase
indikator pada siklus I menunjukkan telah mencapai target yaitu untuk indikator
keterlibatan dalam segala kegiatan (persiapan, proses dan kelanjutan belajar), indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemauan untuk berkreasi dan indikator terus bekerja atau tidak macet. Sementara untuk
indikator kemauan untuk berinisiatif dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu
hasilnya masih belum dapat mencapai target.
Frekuensi keterlibatan siswa dalam kegiatan persiapan, proses, dan
kelanjutan belajar paling sering adalah saat kegiatan kerja kelompok dan
permainan. Hal ini disebabkan siswa dituntut aktif untuk menyusun setiap kata
sehingga dapat menjadi tim pemenang. Sementara frekuensi siswa dalam
berinisiatif paling tinggi adalah saat kegiatan presentasi guru dan diskusi
kelompok. Hal ini dikarenakan siswa merasa senang dapat menanyakan hal-hal
yang belum diketahui kepada guru dan bisa bertanya kepada temannya sendiri
apabila mengalami kesulitan. Untuk usaha dan kreativitas siswa dalam
pembelajaran dapat ditunjukkan pada hasil penyusunan puzzle oleh masing-
masing kelompok. Demikian juga dengan pemanfaatan waktu belajar siswa dapat
dilihat pada waktu permainan puzzle. Hasil frekuensi indikator respons siswa
dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa aspek kegiatan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle pada siklus I yang paling banyak
berpengaruh terhadap peningkatan indikator respons siswa dalam pembelajaran
adalah kerja kelompok.
Berdasarkan hasil observasi dan angket respons siswa bahwa semua
indikator meningkat, tetapi indikator yang meningkat berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, hasil indikator yang menunjukkan persentase
paling tinggi adalah indikator keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet yang
dapat dilihat pada saat siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat
menempelkan kepingan puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar
diskusi yang mereka belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan
menyelesaikan semua pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan
puzzle, meskipun siswa masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar,
tetapi semua kepingan dapat ditempel dengan baik. Sedangkan persentase
terendah pada indikator kedua yaitu kemauan untuk berinisiatif, hasil ini
menunjukkan respons siswa dalam keberanian mengemukakan pendapat ataupun
bertanya masih tergolong rendah. Masih sedikitnya siswa yang berani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mengemukakan pendapat dapat dipengaruhi oleh sikap guru selama proses
pembelajaran. Guru kurang mampu bersikap hangat dan demokratis, sehingga
proses pembelajaran yang berlangsung cenderung kaku dan membosankan.
Persentase untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar sudah meningkat dan mencapai target. Siswa
menyusun potongan-potongan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan,
dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa
diharuskan menyusun kepingan puzzle, selain harus benar juga harus cepat, siswa
mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang
menang akan diberi penghargaan dari guru. Untuk persentase indikator yang
ketiga juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator
ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi, hal ini dapat dilihat dari penyusunan
kepingan puzzle yang telah dihasilkan oleh masing-masing kelompok. Dengan
siswa menyusun kepinganp puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons
langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam
pembuatan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara
jelas. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena yang pada awalnya
siswa hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada
TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang ada
dalam permainan.
Persentase untuk indikator yang keempat yaitu usaha yang terus menerus
atau tidak macet meningkat dan mencapai target, hal ini dapat dilihat pada saat
siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat menempelkan kepingan
puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar diskusi yang mereka
belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan menyelesaikan semua
pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan puzzle, meskipun siswa
masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar, tetapi semua kepingan
dapat ditempel dengan baik. Untuk persentase indikator yang kelima juga
mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator kelima yaitu
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu
mereka yang pada awalnya hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tidak bermanfaat, pada pembelajaran TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan
menyusun kepingan puzzle yang dalam permainan.
Terkait dengan item angket yang persentase jawaban masih kurang dari
75%, Item soal yang dimaksud terkait dengan indikator kemauan untuk
berinisiatif. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat saat guru menyampaikan
pelajaran karena takut salah dan tidak berani bertanya karena siswa malu, dan
tidak percaya diri.
Berdasarkan hasil observasi respons siswa dalam pembelajaran dapat
diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran
biologi. Peningkatan respons siswa dalam pembelajaran terlihat dari
meningkatnya, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kemauan berinisiatif,
kemauan berkreasi juga meningkat, siswa terus berusaha menyelesaikan
tanggungjawabnya meskipun sulit dan pemanfaatan waktu belajar yang sebaik-
baiknya juga meningkat. Berdasarkan data pendukung yaitu angket respons dan
angket kepuasan TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan
puzzle diketahui bahwa guru berusaha menerapkan langkah-langkah sesuai
rencana pembelajaran yang telah dibuat tetapi masih kesulitan mengefektifkan
waktu pembelajaran sehingga terdapat langkah pembelajaran yang tidak
terlaksana dengan baik.
Beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan pada
siklus I yaitu:
a) Pada kegiatan presentasi oleh guru khususnya saat menyajikan materi dengan
charta kurang menarik sehingga perhatian siswa sangat kurang.
b) Pada kesempatan bertanya dan berpendapat yang diberikan guru kepada siswa,
tidak ada siswa yang berani berpendapat maka guru harus guru harus
menciptakan suasana menjadi lebih akrab dan hangat.
c) Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi dan permainan masih kurang efektif,
karena siswa masih belum memahami permainan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
d) Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga
dalam penerapan dengan tipe tersebut kurang optimal dan diskusi dalam
kelompok kurang berjalan dengan baik.
e) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran saat kerja kelompok belum optimal
karena dijumpainya siswa yang tidak mau bekerja, acuh, mengantuk, dan
bermalas-malasan.
f) Waktu pembelajaran kurang bisa dikelola dengan baik oleh guru sehingga
terdapat langkah-langkah pembelajaran yang berjalan kurang maksimal
Berdasar hasil observasi respons siswa dalam pembelajaran biologi,
peningkatan respons siswa dalam pembelajaran biologi telah ditunjukkan pada
siklus I, tetapi belum sepenuhnya indikator respons siswa dalam pembelajaran
mencapai persentase target yang ditentukan. Dalam rangka mencapai persentase
capaian target, maka dilakukan tindakan untuk siklus berikutnya. Dengan melihat
berbagai kendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan upaya perbaikan
pelaksanaan tindakan pada siklus II yang diharapkan dapat meningkatkan
indikator respons dalam pembelajaran agar mencapai persentase target.
2. Siklus II
a) Perencanaan Tindakan pada Siklus I I
Pelaksanaan pembelajaran di siklus II masih menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle. Materi yang dipelajari
adalah tentang Klasifikasi Makhluk Hidup. Kegiatan pembelajaran dilakukan
sebanyak 2 kali tatap muka (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
pada siklus II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen
penelitian yang digunakan pada siklus I.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa peran serta siswa
dalam pembelajaran mulai meningkat, namun beberapa aspek di dalamnya belum
mencapai target. Pada perencanaan tindakan siklus II terdapat beberapa perbaikan
yang akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih
berrespons dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkat sesuai target.
Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(1) Pada kegiatan presentasi oleh guru khususnya saat menyajikan materi dengan
charta kurang menarik sehingga perhatian siswa sangat kurang, maka tampilan
pada presentasi dibuat lebih menarik dengan ditambah bentuk asli yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Pada kesempatan bertanya dan berpendapat yang diberikan guru kepada siswa,
tidak ada siswa yang berani berpendapat maka guru harus guru harus
menciptakan suasana menjadi lebih akrab dan hangat, sehingga siswa merasa
nyaman dan tidak tegang serta adanya penghargaan atau reward terhadap
siswa yang berrespons dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan dan
mengemukakan permasalahan.
(3) Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi dan permainan masih kurang efektif,
karena siswa masih belum memahami permainan tersebut sehingga guru
harus menjelaskan kembali cara bermain dengan menggunakan puzzle
sehingga siswa dapat paham semua.
(4) Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga
dalam penerapan dengan tipe tersebut kurang optimal dan diskusi dalam
kelompok kurang berjalan dengan baik sehingga guru harus menjelaskan
kembali cara bermain dengan menggunakan puzzle sehingga siswa dapat
paham semua.
(5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran saat kerja kelompok belum optimal
karena dijumpainya siswa yang tidak mau bekerja, acuh, mengantuk, dan
bermalas-malasan disebabkan ada siswa yang belum paham tentang tipe
tersebut sehingga guru harus mengulang kembali cara bermain dengan
menggunakan puzzle sehingga siswa dapat paham semua dan siswa tidak acuh
lagi dan keterlibatan siswa dapat lebih muncul.dalam berlangsungnya proses
pembelajaran.
(6) Waktu pembelajaran kurang bisa dikelola dengan baik oleh guru sehingga
terdapat langkah-langkah pembelajaran yang berjalan kurang maksimal maka
diperlukan adanya pembatasan waktu untuk setiap langkah pembelajaran yaitu
kegiatan presentasi, diskusi kelompok, turnament, dan penghargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b) Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II
Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi
kegiatan pembelajaran pada siklus I sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus II
tidak jauh beda dengan tindakan pada siklus I.
Pertemuan pertama dimulai dengan presensi dari guru, disini siswa
dijelaskan tentang Klasifikasi Makhluk Hidup dengan sub Monera, Protista,
Fungi, Tumbuhan Lumut, Tumbuhan Paku, Tumbuhan Biji, Avertebrata,
Vertebrata. Pada tahap presentasi ini dilakukan selama 40 menit. Penyajian materi
oleh guru disampaikan dengan presentasi dari guru yang dilengkapi dengan
contoh-contoh gambar yang berkaitan dengan meteri tersebut, siswa dipancing
untuk lebih perhatian sehingga siswa selalu diberi pertanyaan agar siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, dengan adanya jawaban
dari siswa maka siswa dapat terlibat dan berrespons secara langsung. Setelah itu
siswa diberi suatu masalah yang berkaitan dengan materi sehingga dapat
digunakan sebagai bahan diskusi.
Pertemuan kedua siswa melakukan turnament atau permainan puzzle yang
dilakukan setiap individu untuk mendapatkan poin tertinggi dengan cara setiap
siswa dapat menyusun kepingan-kepingan puzzle yang sesuai dengan materi
sehingga siswa mendapat poin dan poin yang terkumpul paling banyak maka
siswa tersebut dapat mewakili kelompoknya untuk bermain dalam babak final dan
apabila siswa tersebut dapat menang dengan poin yang tertinggi maka dia akan
keluar menjadi pemenang dan berhak mendapat penghargaan dari guru dengan
adanya permainan puzzle tersebut maka partisipasi siswa dapat terlihat dalam
pembelajaran biologi. Kemudian guru memberikan penghargaan dan guru
mengulang lagi materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa diberi kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dipahami berkenaan
dengan materi yang telah dipelajari lalu guru membuat suatu lembar kerja siswa
untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan siklus dua. Pada akhir pertemuan ini juga
akan dilaksanakan evaluasi dan pengisian angket. Untuk siklus dua ini
pelaksanaannya hampir sama dengan siklus satu hanya saja disini waktu sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
diperhatikan sehingga hasilnya akan lebih maksimal dan respons siswa dapat lebih
terlihat.
c) Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus II
(1) Hasil Observasi Respons Siswa Siklus II
Pada siklus II respons siswa pada proses pembelajaran lebih baik. Hal ini
ditunjukkan bahwa hasilnya naik menjadi 77,5% bahkan melampaui target, Pada
proses pembelalajaran ini siswa terlihat lebih berrespons didalamnya yaitu
ditunjukkan siswa pada persiapan, proses, dan kelanjuan belajar mencapai 77,5%.
Hal ini ditunjukkan dari respons siswa pada presentasi guru yang menampilkan
materi lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan. Siswa tidak hanya
merespons pada saat presentasi tetapi juga pada saat diskusi yang dilaksanakan.
Setelah presentasi yaitu siswa lebih banyak bertanya kepada temannya sendiri
atau kepada guru apabila mengalami kesulitan. Saat guru memberikan pertanyaan
pun siswa juga sangat antusias dalam menjawab.
Pada saat diskusi hampir semua ikut terlibat, terlihat adanya pembagian
kerja yang baik antar anggota kelompok. Setiap siswa juga berusaha memberikan
gagasan untuk memecahkan soal yang ada, tidak ada lagi siswa yang sibuk
sendiri. Hal ini ditunjukkan siswa dengan siswa banyak yang mengemukakan
pendapatnya tentang masalah yang diberikan oleh guru, siswa sangat antusias
bertanya tentang masalah yang sedang dihadapi dan berusaha menjawab semua
pertanyaan dari guru maupun dari temannya.kemauan siswa untuk berinisiatif ini
mencapai 75%.
Usaha dan kreativitas siswa meningkat yaitu 77,5%. Setiap kelompok
menyusun kepingan puzzle yang digunakan untuk bermain, dan hasilnya akan
dapat dilihat hasilnya saat siswa berturnament. Usaha terus menerus yang tidak
macet ditunjukkan dengan persentase yang meningkat menjadi 82,5%. Hal ini
dapat dilihat dengan siswa sudah berusaha dengan semaksimal mungkin
menyusun kepingan puzzle, dan pada tournament ini siswa sangat terlibat yaitu
setiap siswa dapat menyusun dengan baik. Dengan adanya permainan ini materi
yang telah disampaikan guru waktu presentasi lebih dapat dipahami dan hasil
belajar pun lebih meningkat, siswa diberi soal oleh guru dan dapat dilihat usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
siswa untuk menjawab soal dari guru mampu diselesaikan dengan baik, mereka
tidak menyerah atau macet ditengah-tengah mengerjakan sehingga usaha terus
bekerja tanpa macet pun meningkat. Siswa melakukan setiap tahap pembelajaran
dengan sungguh-sungguh tanpa membuang waktu untuk bermain ataupun
melakukan hal-hal yang mengganggu pembelajaran. Melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu meningkat sebesar 75%. Hasil observasi respons siswa tiap
indikator disajikan dalam tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi ResponsSiswa dalam Pembelajaran Siklus II
NO IndikatorPersentase
capaian indikatorTargetcapaian
1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 77,5% 75%2 Kemauan untuk berinisiatif 75% 75%3 Kemauan untuk berkreasi 77,5% 75%4 Terus bekerja atau tidak macet 82,5% 75%5 Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 75% 75%
Jumlah 387,5%Rata-rata 77,5%
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa kelima indikator yang diteliti
sudah mencapai target yaitu 75%. Persentase terendah ditempati oleh indikator 2
dan 5, yaitu keberanian mengemukakan pendapat dan melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu sebesar 75%. Keterlibatan siswa dalam persiapan, proses dan
kelanjutan belajar mencapai 77,5%. Kemauan untuk berkreasi mencapai 77,5%,
untuk usaha untuk tidak macet dalam pembelajaran mencapai 82,5%
(2) Hasil Angket Respons Siswa
Angket respons siswa pada siklus II digunakan untuk mengetahui
informasi mengenai respons siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang setelah
menggunakan TGT dengan puzzle. Hasil angket respons siswa untuk setiap
indikator seperti pada tabel 10.
Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa Siklus II
NO IndikatorPersentase
capaian indikatorTargetcapaian
1 Keterlibatan dalam segala kegiatan 84,5% 75%2 Kemauan untuk berinisiatif 76.38% 75%3 Kemauan untuk berkreasi 77.38% 75%4 Terus bekerja atau tidak macet 82,5% 75%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
NO IndikatorPersentase
capaian indikatorTargetcapaian
5 Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 82.17% 75%Jumlah 402,92%Rata-rata 80,59%
Berdasarkan pada tabel 10. dapat diketahui bahwa respons siswa dalam
pembelajaran siklus II berkisar antara 82,17% - 84,5%, dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 80.59%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase
indikator respons siswa mengalami peningkatan sebesar 3,81% dari siklus I.
(3) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament)
Angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament) diisi
siswa bersamaan dengan pengisian angket respons yaitu pada pertemuan ketiga
pada siklus II. Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games
Tournament) disajikan dalam tabel 11.
Hasil angket kepuasan penggunaan TGT (Teams Games Tournament)
pada siklus II memiliki rentang nilai antara 81,25%-93,75% dengan rata-rata kelas
sebesar 87,79%. Ini berarti bahwa pada siklus II siswa memberikan tanggapan
yang lebih baik lagi terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan Puzzle. Siswa memberikan tanggapan dengan melaksanakan
pembelajaran sebaik-baiknya. Konsep-konsep didalam materi pelajaran lebih
dapat dipahami karena siswa mengetahui banyak arti tentang semua kata yang ada
dalam materi tersebut.
Tabel 11. Persentase setiap Indikator pada Angket Kepuasan Penggunaan TGT(Teams Games Tournament) Siklus II
No Indikator Persentase (%)
1 Senang 91,252 Tidak bosan 87,53 Cocok/sesuai 93.754 Tugas ringan 855 Motivasi belajar bertambah 92.56 Mampu berpikir iritis 907 Berani berpendapat 82.58 Kerjasama 93,759 Terampil berbicara 85
10 Saling menghormati 86.2511 Waktu 81.25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
12 Cepat paham 88.7513 Penguasaan konsep meningkat 83, 75
Jumlah 1141,25Rata-rata 87,79
d) Refleksi Tindakan pada Siklus II
Hasil observasi menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan
rata-rata presentase indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi yang
dapat dilihat pada tabel 9. Hasil observasi siklus II menunjukkan adanya
peningkatan rata-rata sebesar 4,5% dibandingkan dengan siklus I.
Secara keseluruhan persentase tiap indikator respons siswa dalam
pembelajaran biologi telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi
peningkatan masing-masing indikator respons siswa dalam pembelajaran
dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, indikator keterlibatan siswa dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar meningkat sebesar 2,5%,
indikator kemauan untuk berinisiatif meningkat sebesar 7,5%, indikator kemauan
untuk berkreasi meningkat sebesar 2,5%, indikator terus bekerja atau tidak macet
meningkat sebesar 5%, dan indikator melakukan tanpa membuang waktu
meningkat sebesar 5%. Persentase capaian untuk semua indikator pada siklus II
telah mencapai target yang ditentukan.
Tabel 9 menunjukkan respons siswa pada kegiatan pembelajaran paling
sering adalah saat kegiatan presentasi. Bila dibandingkan dengan siklus I,
frekuensi indikator siswa memperhatikan kegiatan pembelajaran meningkat
sebesar 77,5%. Hal ini dikarenakan siswa merasa senang dapat menanyakan hal-
hal yang belum diketahui kepada guru. Sementara frekuensi siswa dalam
mengemukakan permasalahannya juga meningkat menjadi 75% adalah saat
kegiatan diskusi kelompok karena bisa bertanya kepada temannya sendiri apabila
mengalami kesulitan. Frekuensi berrespons (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,
proses, dan kelanjutan belajar paling sering adalah saat kegiatan kerja kelompok
dan permainan yaitu meningkat tajam menjadi 77,5% adalah saat kegiatan tatap
muka dengan guru, diskusi, dan permainan. Hal ini disebabkan siswa dituntut
aktif untuk menyusun setiap kata yang disertai pernyataan sehingga dapat menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tim pemenang. Frekuensi indikator usaha dan kreativitas siswa juga meningkat
menjadi 75% pada siklus II dalam pembelajaran ini dapat ditunjukkan pada hasil
pembuatan puzzle yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Hal ini di
tunjukkan semakin bervariasinya puzzle tersebut, Demikian juga dengan
kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada waktu permainan puzzle maka pada
siklus II ini presentasenya juga meningkat menjadi 77,5%. Hasil frekuensi
indikator respons siswa dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa aspek
kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle pada siklus II
yang paling banyak berpengaruh terhadap peningkatan indikator respons siswa
dalam pembelajaran adalah kerja kelompok.
Berdasarkan hasil observasi dan angket respons siswa pada siklus II ini
bahwa setiap indikator persentasenya lebih meningkat dan sudah mencapai target
capaian bahkan ada yang melampaui target. Untuk indikator 1 yaitu keterlibatan
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar pada observasi mencapai
77,5% dan angket 84,5% jadi persentase untuk indikator 1 sudah melampaui
target, hal ini disebabkan TGT menggunakan puzzle merupakan pembelajaran
baru bagi mereka, sehingga mereka tertarik dan mau melibatkan diri dalam segala
kegiatan pembelajaran, yang meliputi persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
Dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa
diharuskan menyusun kepingan puzzle, permainan yang mengharuskan siswa
dapat menyusun kata-kata dengan benar dan cepat. Siswa mempunyai tanggung
jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi
penghargaan dari guru.
Pada indikator kedua hasil observasi 75% dan angket 76,38%. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator kedua ini sudah mencapai target walaupun
persentasenya paling rendah dibandingkan dengan indikator yang lainnya, pada
siklus II indikator ini sudah meningkat tajam karena pada siklus I disebabkan oleh
guru yang kurang demokratis dan hangat terhadap siswa maka pada siklus II ini
guru mulai bersikap hangat dan demokratis, sehingga proses pembelajaran yang
berlangsung cenderung tidak kaku dan santai sehingga semua siswa merasa tidak
takut dan lebih percaya diri dalam mengemukakan permasalahannya sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
keberanian mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan menjadi
meningkat.
Persentase indikator yang ketiga juga mengalami peningkatan yang yang
cukup tinggi, untuk indikator ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi dapat dilihat
dari siswa menyusun kepingan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan,
Dengan siswa menyusun kepingan puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons
langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam
penyusunan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara
jelas.
Persentase untuk indikator yang kelima yaitu bekerja tanpa membuang
waktu juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa
menyusun kepingan puzzle. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena
yang pada awalnya siswa hanya sibuk sendiri dan membuang waktunya untuk
membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada TGT dengan puzzle ini siswa
diharuskan menyusun kepingan puzzle, permainan yang mengharuskan siswa
dapat menyusun kata-kata dengan benar dan cepat. Siswa mempunyai tanggung
jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang menang akan diberi
penghargaan dari guru.
Hasil indikator yang menunjukkan persentase paling tinggi adalah
indikator keempat bekerja terus atau tidak macet yang dapat dilihat pada saat
mengerjakan soal pada akhir siklus, hal ini dapat dilihat dari usaha siswa untuk
menyelesaikan soal dengan baik, meskipun menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal mereka tetap berusaha dan tidak putus asa.
Berdasarkan evaluasi dan analisis pada siklus II diketahui bahwa besarnya
persentase respons siswa sudah mencapai target yaitu sebesar 75%. Hasil
observasi menunjukkan bahwa 77,5% ikut berrespons dalam pembelajaran, data
ini tidak sebanding dengan hasil angket respons yang mencapai 80,59% . Hasil
angket kepuasan penggunaan TGT pada siklus II menunjukkan persentase
meningkat menjadi 87,79%, ini berarti pula telah mencapai target yang ditentukan
yaitu 75%. Proses pembelajaran secara keseluruhan telah mencapai target minimal
yang telah ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukan guru menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan
gambaran kondisi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
respons siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pengamatan dan diskusi presentasi,
diskusi, permainan dan penghargaan dalam pembelajaran perlu dilaksanakan terus
menerus agar respons siswa lebih meningkat dan disertai dengan hasil belajar atau
prestasi siswa pun lebih meningkat.
Dalam siklus II diperoleh hal-hal sebagai berikut:
(1) Kegiatan presentasi yang dilakukan guru baik di awal maupun di akhir
pembelajaran sudah mampu membuat siswa berrespons dalam pembelajaran
secara menyeluruh. Sebagai tindak lanjut maka guru menciptakan suasana
menjadi lebih akrab dan hangat, sehingga siswa merasa nyaman dan tidak
tegang.
(2) Siswa lebih berani mengemukakan permasalahannya saat diberi kesempatan
oleh gurunya untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya.
(3) Media yang digunakan sudah tepat karena siswa lebih dapat memahami
materi yang telah dijelaskan.
(4) Kemampuan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dan mengelola
waktu pembelajaran sudah lebih meningkat dibandingkan siklus I.
(5) Persiapan puzzle yang digunakan dalam tournament dan persiapan cara
bermainnya untuk siswa sudah tersedia dengan lengkap sehingga proses dapat
berjalan lancar dan semua siswa dapat terlibat semua.
(6) Siswa lebih berani mengemukakan permasalahannya saat diberi kesempatan
oleh gurunya untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya.
3) Deskripsi Antar Siklus
a) Hasil Observasi Respons Siswa
Observasi secara khusus dilakukan terhadap respons siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang hasilnya dituliskan pada lembar observasi. Data hasil
observasi secara keseluruhan ditunjukkan dalam tabel 11. Hasil observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menunjukkan bahwa respons siswa dalam pembelajaran biologi senantiasa
mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan TGT dilengkapi puzzle respons
siswa rendah, kemudian setelah diterapkannya TGT menggunakan puzzle pada
siklus I respons siswa naik menjadi sebesar 73%. Pada siklus II respons siswa
naik lagi sebesar 4,5% menjadi 77,5%. Pada siklus I siswa mulai merubah sistem
pembelajaran mereka yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran aktif
yang seluruh kegiatannnya berpusat pada siswa. Rata-rata respons siswa masih
relatif rendah karena siswa berada pada kondisi transisi dan penyesuaian dengan
cara belajar yang baru.
Tabel 12. Persentase setiap Indikator pada Observasi Respons Siswa
Aspek Indikator Capaian (%)
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
Berpartisipasi Keterlibatan dalam segalakegiatan
62,5 75 77,5
Kemauan untuk berinisiatif 40,83 67,5 75
Kemauan untuk berkreasi
(Suryosubroto.1997:280)
*nd 75 77,5
Mengikuti aturan-
aturan (tertib)
Dalam KamusBesar BahasaIndonesia.
Terus bekerja atau tidakmacet
27,5 77,5 82,5
Melakukan pekerjaan tanpamembuang waktu
37,5 70 75
Jumlah 168.33 365 387,5
Rata-Rata 23.6 73 77,5
*nd : not detected / belum terdeteksi.
Peningkatan persentase tiap indikator dalam lembar observasi respons
siswa dapat divisualisasikan dalam gambar 9. Dari 5 indikator yang diteliti yaitu
Keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, kemauan
untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet,
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Nilai terendah diperoleh untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
indikator 2 yaitu kemauan untuk berinisiatif. Dari siklus 1 nilai tertinggi siswa
terletak pada terus bekerja atau tidak macet. Nilai indikator 4 terus menempati
urutan pertama pada siklus II.
Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Observasi ResponsSiswa Setiap Siklus
b) Hasil Angket Respons Siswa
Hasil angket respons siswa untuk setiap indikator pada siklus I dan II
terlihat pada tabel 13. Hasil angket respons siswa menunjukkan bahwa respons
siswa dalam pembelajaran senantiasa meningkat walaupun peningkatannya tidak
setinggi hasil observasi respons siswa. Dari siklus 1 ke siklus II tejadi peningkatan
sebesar 3,37%. Peningkatan persentase tiap indikator pada angket respons siswa
dapat divisualisasikan dalam gambar 10.
Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket respons SiswaAspek Indikator Capaian (%)
Siklus I Siklus IIPartisipasi Keterlibatan dalam segala
kegiatan78,38% 80,5%
Kemauan untuk berinisiatif 76,63% 78,94%
Kemauan untuk berkreasi 72.% 77,38%Mengikuti aturan Terus bekerja atau tidak
macet80,25% 84,31%
Melakukan pekerjaan tanpamembuang waktu
75,58% 82,17%
Jumlah 383,9% 400,73%Rata-Rata 76,78% 80,15%
75 77,5
0
27,537,540,83
62,5
75 77,57067,5
75 7577,5 82,5
0102030405060708090
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Pers
enta
se C
apai
an
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket Respons SiswaSetiap Siklus
c) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan TGT (Teams Games Tournament)
Data hasil angket pada kepuasan penggunaan TGT (Teams Games
Tournament) setiap siklus dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan
bahwa persentase setiap indikator pada angket kepuasan siswa terhadap
penggunaan TGT (Teams Games Tournament). antara siklus I dan siklus II
menunjukkan peningkatan meskipun tidak sebesar hasil observasi respons siswa
dan hasil angket respons siswa. Besarnya persentase rata-rata indikator pada
siklus I adalah 85,19% mengalami kenaikan sebesar 3,08% menjadi 88,27% pada
siklus II. Data persentase setiap aspek pada angket kepuasan siswa terhadap
penggunaan TGT (Teams Games Tournament) dapat divisualisasikan dalam
gambar 7
Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasan penggunaan TGT(Teams Games Tournament) setiap siklus.
No Indikator Persentase (%)
Siklus I Siklus II1 Senang 88,75 91,252 Tidak bosan 93,75 953 Cocok/sesuai 91,25 93,754 Tugas ringan 81,25 855 Motivasi belajar bertambah 87,5 92,56 Mampu berpikir kritis 82,5 90
78,38
80,5
76,63
78,64
72,8873,38
80,25
84,31
75,58
82,17
6668
70
72
7476
78
80
8284
86
Pers
enta
se C
apai
an (%
)
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
No Indikator Persentase (%)
Siklus I Siklus II7 Berani berpendapat 80 81,258 Kerjasama 92,5 93,759 Terampil berbicara 81,25 85
10 Saling menghormati 83,75 86,2511 Waktu 78,75 81,2512 Cepat paham 88,75 88,7513 Penguasaan konsep meningkat 80,25 83,75
Jumlah 1100,00 1148,75Rata-rata 85,19 88,27
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Indikator
Pers
enta
se
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan SiswaTerhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament).
D. Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) menggunakan puzzle ini peserta didik yang semula cenderung pasif
diajak untuk bekerjasama dalam kelompok yaitu dengan cara bermain untuk
mencari pengetahuan yang lebih banyak supaya tim atau kelompoknya menang
dan mendapat penghargaan dari guru. Guru dan siswa berinteraksi satu sama lain
melalui presentasi oleh guru, diskusi, bermain (tournament), pemberian
penghargaan terhadap kelompok yang menang, kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan pada akhir pelajaran. Pembuatan papan puzzle dilakukan oleh guru,
tugas siswa adalah menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut dengan benar
pada tempat yang telah disediakan sehingga siswa berpartisipasi secara langsung,
dengan partisipasi siswa tersebut maka respons siswa akan meningkat.
Hasil observasi terhadap respons siswa dalam kegiatan pembelajaran
biologi pokok bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup hasilnya dituliskan pada lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
observasi. Puzzle yang digunakan pada siklus I berisi tentang Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Hasil observasi menunjukkan penerapan TGT menggunakan puzzle yang
sebelumnya telah diterapkan oleh guru menghasilkan respons siswa yang belum
optimal. Presentase rata-rata indikator respons hanya mencapai 73%, dengan kata
lain belum memenuhi target capaian yaitu sebesar 75%. Hal ini ditandai dengan
kemauan siswa untuk berinisiatif masih rendah, siswa kurang berani dalam
mengemukakan pendapat ataupun keberanian bertanya masih tergolong rendah.
Siswa enggan berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru secara sukarela
karena takut salah dan kurang rasa percaya diri. Masih sedikitnya siswa yang
berani mengemukakan pendapat dapat dipengaruhi oleh sikap guru selama proses
pembelajaran. Guru kurang mampu bersikap hangat dan demokratis, sehingga
proses pembelajaran yang berlangsung cenderung kaku dan membosankan..
Persentase untuk indikator 1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar sudah meningkat dan mencapai target. Siswa
menyusun potongan-potongan puzzle sampai siswa mendapat penghargaan,
dengan TGT menggunakan puzzle ini sangat melibatkan siswa karena siswa
diharuskan menyusun kepingan puzzle, selain harus benar juga harus cepat, siswa
mempunyai tanggung jawab terhadap kemenangan kelompoknya, kelompok yang
menang akan diberi penghargaan dari guru. Untuk persentase indikator yang
ketiga juga mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator
ketiga yaitu kemauan untuk berkreasi, hal ini dapat dilihat dari penyusunan
kepingan puzzle yang telah dihasilkan oleh masing-masing kelompok. Dengan
siswa menyusun kepinganp puzzle tersebut berarti siswa sudah berrespons
langsung walaupun hasilnya bervariasi tetapi dengan adanya variasi dalam
pembuatan puzzle tersebut maka usaha dan kreativitas siswa dapat dilihat secara
jelas. Dalam indikator ini persentase cukup tinggi karena yang pada awalnya
siswa hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang tidak bermanfaat, pada
TGT dengan puzzle ini siswa diharuskan menyusun kepingan puzzle yang ada
dalam permainan.
Persentase untuk indikator yang keempat yaitu usaha yang terus menerus
atau tidak macet meningkat dan mencapai target, hal ini dapat dilihat pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
siswa melakukan diskusi dengan temannya dan saat menempelkan kepingan
puzzle. Meskipun ada beberapa pertanyaan dalam lembar diskusi yang mereka
belum tahu, tetapi para siswa terus mencari jawabannya dan menyelesaikan semua
pertanyaan. Begitu pula saat menempelkan kepingan puzzle, meskipun siswa
masih bingung harus meletakkan ditempat yang benar, tetapi semua kepingan
dapat ditempel dengan baik. Untuk persentase indikator yang kelima juga
mengalami peningkatan yang yang cukup tinggi, untuk indikator kelima yaitu
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu
mereka yang pada awalnya hanya sibuk sendiri dan membuat permainan yang
tidak bermanfaat, dengan TGT menggunakan puzzle ini siswa diharuskan
menyusun kepingan puzzle yang ada dalam permainan tersebut.
Pada siklus I siswa mulai merubah sistem pembelajaran mereka yang
semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran aktif yang seluruh kegiatannnya
berpusat pada siswa. Rata-rata respons siswa masih relatif rendah karena siswa
berada pada kondisi transisi dan penyesuaian dengan cara belajar yang baru.
Pada siklus II dengan pokok bahasan Klasifikasi Makhluk Hidup respons
siswa naik lagi sebesar 4,5% menjadi 77,5%. Hasil ini diperkuat dengan hasil
angket respons siswa pada siklus II yang memiliki rata-rata indikator sebesar
80,15%.. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle
memberikan dampak yang baik bagi siswa. Siswa terlibat langsung yaitu dalam
permainan puzzle dengan begitu maka usaha dan kreatifitas siawa dapat terlihat
kemudian masing-masing siswa harus mengikuti permainan puzzle tersebut dan
setiap siswa dituntut dapat menyusun kata dengan benar dan cepat supaya menang
dan mendapat penghargaan dari guru. Siswa sudah berrespons dari awal sampai
akhir pelajaran yaitu ditunjukkan dari mulai memperhatiakn guru saat presentasi,
diskusi kelompok, penyusunan kepingan-kepingan puzzle sampai siswa menang
dan mendapat penghargaan dari guru. Siswa berrespons aktif dengan
kemandiriannya karena siswa diharapkan dapat menyusun kata-kata yang sesuai
dengan materi dan menyusun kata sebanyak-banyaknya yang berbeda dengan
temannya, dengan siswa dapat menyusun kata yang banyak maka siswa tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sudah mengumpulkan pengetahuan yang banyak pula. Sehingga dari kegiatan-
kegiatan tersebut maka respons siswa dapat meningkat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa data yang diperoleh dari
hasil angket, observasi menunjukkan ada kesesuaian hasil. Hal ini berarti bahwa
data hasil penelitian tentang peningkatan respons siswa dalam pembelajaran
dapat dikatakan valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut hasil wawancara dengan guru mengenai metode pembelajaran
TGT menggunakan puzzle sangat menarik perhatian siswa. Proses pembelajaran
yang terdiri dari berbagai tahap ini menarik dan dapat meminimalisir sikap siswa
yang pasif dan mengurangi kebosanan siswa dalam belajar. Upaya untuk
membuat siswa lebih berrespons dalam pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengikut sertakan siswa dalam persiapan, proses, dan kelajuan belajar supaya
lebih terfokus dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Lebih lanjut guru
menuturkan dengan pembelajaran TGT menggunakan puzzle, siswa dituntut aktif
bekerja sama dan lebih berpartisipaasi dalam kerja kelompoknya pada saat diskusi
dan permainan. Penerapan pembelajaran TGT menggunakan puzzle dapat
mengaktifkan belajar siswa baik aktif fisik saat permainan maupun berrespons
yang meliputi kegiatan peningkatan perhatian siswa untuk mengemukakan
pendapat, keikutsertaan dalam proses pembelajaran, usaha dan kreativitas siswa
serta menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Keterangan mengenai hasil
wawancara dengan guru dapat dilihat pada Lampiran 8.
Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa dalam
mengemukakan pendapat, siswa cenderung lebih berani baik saat kegiatan
diskusi maupun saat kegiatan yang lain. Menurut informasi siswa, dengan
pembelajaran TGT menggunakan puzzle perhatian siswa lebih meningkat dan
berrespons/terlibat aktif dalam persiapan, proses, dan kelajuan dalam
pembelajaran. Sementara keaktifan siswa dalam mengemukakan masalah, usaha,
dan kreativitas paling banyak adalah saat kegiatan kerja kelompok untuk
berdiskusi dan permaian antar kelompok. Keterangan mengenai hasil wawancara
dengan siswa dapat dilihat pada Lampiran 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah teknik
trianggulasi metode. Trianggulasi metode merupakan cara mengumpulkan data
sejenis yang menggunakan teknik/metode yang berbeda yaitu observasi, angket
dan wawancara. Teknik trianggulasi digunakan untuk menguji kemantapan dan
kebenaran informasi yang diperoleh, sehingga dengan menggunakan teknik
tersebut maka dapat diketahui ketercapaian masing-masing target untuk setiap
indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi yaitu dengan
membandingkan persentase yang diperoleh masing-masing teknik pengumpulan
data.
Data yang diperoleh dari tiap-tiap teknik pengumpulan data baik dari
hasil angket maupun observasi masing-masing menunjukkan adanya peningkatan
setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran. Kesesuaian peningkatan
persentase indikator baik dari hasil angket maupun hasil observasi menunjukkan
bahwa tindakan yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan respons siswa
dalam pembelajaran melalui penerapan TGT menggunakan puzzle sudah berhasil
dan mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
baik terhadap siswa maupun guru yang menunjukkan bahwa tindakan yang
dilakukan berupa penerapan TGT menggunakan puzzle mampu menumbuhkan
keikutsertaan siswa (berrespons) dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar,
keberanian mengemukakan masalah, kemauan untuk berkreasi, bekerja terus/
tidak macet serta menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan respons siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan dapat menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa dalam
belajar.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Agung Susilo (2008) memperlihatkan
bahwa dengan penerapan TGT mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang
terkait dengan rendahnya respons siswa dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat
oleh Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu alasan yang dapat dipercaya bahwa pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat aktif dalam bertukar pendapat dan
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademiknya secara lengkap.
Di sisi lain, Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar
individu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika
tetapi tidak dalam mempromosikan pembelajaran matematika. Berdasarkan fakta-
fakta tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan berbagai media permainan yang digunakan dalam pertandingan/turnamen
dapat meningkatkan prestasi dan respons siswa.
Dalam pengambilan suatu data masih terdapat kekurangan yaitu tidak
semua indikator dapat diamati dalam setiap tahap pelaksanaan TGT karena setiap
pelaksanaan TGT hanya terdapat beberapa indikator saja yang dapat diamati. Jadi
semua indikator harus diamati dalam semua tahap pelaksanaan TGT yang sedang
berlangsung sehingga dapat diperoleh data secara lengkap.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, angket, maupun
wawancara walaupun ada sedikit kekurangan tetapi data yang diperoleh
menunjukkan adanya kesesuaian hasil. Hal ini mengindikasikan bahwa data hasil
penelitian tentang peningkatan respons siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan
valid. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan
puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan
puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun pelajaran 2009/2010.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan respons siswa
khususnya di SMP Negeri 1 Mojogedang.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran
biologi di SMP Negeri 1 Mojogedang, yaitu respons siswa dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle.
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan puzzle membutuhkan instruksi yang jelas agar dapat
dimengerti oleh siswa dengan baik, oleh sebab itu guru hendaknya
memberikan instruksi dan arahan yang jelas kepada siswa tentang
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) menggunakan puzzle, agar kegiatan pembelajaran berjalan
dengan efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle
membutuhkan pengelolaan waktu yang baik, sehingga guru sebaiknya
mempersiapkan rencana pengajaran, alat, dan media pembelajaran dengan
matang agar ketika proses pembelajaran berlangsung dapat berjalan
seefektif mungkin.
c. Hendaknya guru dapat menerapkan TGT menggunakan puzzle dengan baik
sehingga dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi.
d. Agar dapat merangsang respons siswa dalam pembelajaran, guru
hendaknya lebih interaktif, demokratis, humoris, serta menciptakan
suasana lebih akrab dan tidak kaku dengan memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk mengungkapkan semua permasalahan yang
dihadapi sehingga keterlibatan siswa dapat terlihat.
2. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa tidak malu dan tidak ragu untuk mengemukakan
masalah bila terdapat hal-hal yang kurang dipahami terutama saat kegiatan
tatap muka dengan guru.
b. Hendaknya siswa berani mengemukakan masalahnya sehingga peran serta
siswa dapat terlihat baik saat presentasi oleh guru, diskusi, maupun saat
tournament atau permainan.
c. Hendaknya siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru agar
dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
menggunakan puzzle dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
DAFTAR PUSTAKA
Anonoim. 2010. Puzzle (online).(http://www.omochatoys.com/index.php?option=com_content&view=article&id=496:puzzle&catid=78:mainan-edukatif&Itemid=163, diaksestanggal 23 Maret 2010)
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah PendekatanEvaluasi. Jakarta: PT. Rajawali
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Dr. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo
Lie, A.2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdyakarya
Miles dan Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber TentangMetode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta :Universitas Indonesia Press.
Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika UNESA
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :Remaja Rosda Karya
Saktiyono. 2007. IPA Biologi SMP dan MTS Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis
Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Nusa Media.
Solihatin, E dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning (Analisis Model
Pembelajaran IPS). Jakarta: Bumi Aksara.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Sutopo,HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Sry. 2010. Puzzle (online).(http://paudgrobogan.wordpress.com/2010/03/14/manfaat-puzzle-untuk-pendidikan, diakses tanggal 23 Maret 2010)
Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Dirjen DIKTIDEPDIKNAS
Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka
W. James Popham & Eva L. Baker. 1992. Teknik Mengajar Secara SistematisTerjemahan Amirul Hadi. Jakarta : PT. Rineka Cipta