Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

10
SEJARAH MASUKNYA PERKEMBANGAN TASAWUF A. Landasan dan Motivasi Lahirnya Tasawuf Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang menghingapi masyarakat pada waktu itu. Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah Muhammad Menerima wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Segala pola dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad sebelum diangkat menjadi menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari kebersihan hati dan kesucian jiwanya yang sudah menjadi pembawaan sejak kecil. Dengan turunnya wahyu yang pertama pada tanggal 17 Ramadhan atau 16 Agustus 571 M, berarti Muhammad SAW telah diangkat dan diutus menjadi Rasul untuk mengembangkan amanat Allah dan menyelamatkan ummat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Demikian juga wahyu yang diturunkan itu Rasulullah dapat membenahi masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia.

Transcript of Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

Page 1: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

SEJARAH MASUKNYA PERKEMBANGAN TASAWUF

A.    Landasan dan Motivasi Lahirnya Tasawuf

Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu sendiri, yaitu

semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat manusia dan seluruh alam

semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah

berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan diri dari

masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga

Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang

menghingapi masyarakat pada waktu itu.

Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan

jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema hidup yang beraneka ragam ini, berusaha

memperoleh petunjuk dan hidayah dari pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang

dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Dalam situasi yang sedemikianlah Muhammad Menerima

wahyu dari Allah SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman

untuk ummat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.

Segala pola dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad sebelum diangkat menjadi

menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari kebersihan hati dan kesucian jiwanya yang sudah menjadi

pembawaan sejak kecil.

Dengan turunnya wahyu yang pertama pada tanggal 17 Ramadhan atau 16 Agustus 571 M,

berarti Muhammad SAW telah diangkat dan diutus menjadi Rasul untuk mengembangkan amanat Allah

dan menyelamatkan ummat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai kebahagiaan

hidup duniawi dan ukhrawi. Demikian juga wahyu yang diturunkan itu Rasulullah dapat membenahi

masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang maju sesuai dengan perkembangan peradaban dan

kebudayaan manusia.

Adapun tentang sumber-sumber yang menjadi landasan tasawuf Islam itu terdapat bermacam-

macam pendapat. Diantaranya ada yang menyatakan bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran

Islam itu sendiri. Selain itu pula ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu berasal dari persia,

Hindu Nasrani dan sebagainya.

Orientalis Messignon dalam “Encyclopedie de Islam” berkata tentang sumber tasawuf

bahwa :”ulama-ulama Islam masih bersimpang siur dalam memecahkan dan mencari sebab-sebab

terjadinya perselisihan besar dalam bidang Aqidah islam diantara pelbagai mazhab didalam Islam, yaitu

antara mazhab tasawuf dan mazhab ahli Sunnah wal-Jama`ah.” Menurut penadapat merx :”Tasawuf

Page 2: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

merupakan aliran yang datang kedalam islam yang berasal dari pendeta-pendeta Syam. Menurut Jones,

tasawuf islam itu berasal dari Filsafat Neo Platonisme atau berasal dari agama Zoroaster Persia atau

agama Hindu. (Qamar Kailany: 15)

Tentang tasawuf Islam itu berorientasi R.A  Nicholson menjelaskan sebagai berikut :

“Menetapkan tasawuf Islam merupakan import kedalam islam, tidaklah dapat diterima, yang

sebenarnya ialah kita melihat sejak lahir agama islam, bahwa bibit berfikir seperti dasar-dasar tasawuf

itu ada yang telah tumbuh didalam hati setiap keluarga Jama`ah Islam yaitu sewaktu orang islam itu

sedang membaca Al-Qur`an dan Hadist Nabinya.” (Qamar Kailany;15).

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas jelas adanya perbedaan pandangan tentang sumber

tasawuf Islam itu, namun demikian dapat dinyatakan bahwa para orientalisten yang kurang  jujur

berpendapat bahwa tasawuf Islam itu berpendapat bahwa islam itu sendiri sudah ada benih-benih untuk

tumbuh dan berkembang sesudah disemaikan didalam lubuk hati setiap muslim, karena tidak dapat

dipungkiri lagi ajaran yang menyatakan bahwa : Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat

mengatasinya,” dengan pengertian lain dapat ditegaskan bahwa kemurnian ajaran islam itu benar-benar 

mengandung nilai-nilai kerohanian yang menjadi sumber akhlak bagi setiap muslim, terutama bagi para

sufi yang senantiasa berusaha membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka dan berhias dengan

perangkai terpuji serta menjauhkan diri dari perangai tercela.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sumber dan landasan tasawuf islam itu sendiri, tetapi

dalam perkembangan selanjutnya mendapat pengaruh dari luar islam. Dalam hal ini Qamar kailany

dalam bukunya Fittashawuffiislam menjelaskan bahwa tasawuf Islam itu dalam

perkembangannya ,mempunyai unsur-unsur yang  jauh. Unsur yang dekat dan unsur-unsur yang jauh.

Unsur yang dekat ialah Al-Quran, Hadist, Sirah Nabi, Sirah Khulafaurrasyidin, Struktur Sosial dan

Firqah-firqah sedangkan unsur jauh ialah pengaruh agama Nasrani, yahudi, budha dan Persia (Khamar

Kailany: 16).

Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase, yaitu :

1. Pada abad pertama dan kedua hijriah, yaitu fase asketisme (zuhud). Sikap ini banyak dipandang

sebagai pengantar kemunculan tasawuf. Pada fase ini terdapat individu – individu dari kalangan

muslim yang lebih memusatkan dirinya pada ibadah dan tidak mementingkan makanan, pakaian,

maupun tempat tinggal.

2. Pada abad ketiga hijriah, para sufi mulai menaruh perhatian terhadap hal – hal yang berkaitan dengan

jiwa dan tingkah laku tasawuf  pun berkembang menjadi ilmu moral keagamaan atau ilmu akhlak

keagamaan. Pada masa ini tasawuf identik dengan akhlak (berkembang ± satu abad).

3. Pada abada ketiga hijriah, muncul jenis – jenis tasawuf  lain yang lebih menonjolkan pemikiran yang

eksekutif yang diwakili oleh AL-Hallaj yang kemudian dihukum mati karena menyatakan pendapatnya

Page 3: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

mengenai hulul (pada 309 H).  Boleh jadi Al-Hallaj mengalami peristiwa naas seperti ini karena paham

hululnya ketika itu sangat kontraversional dengan kenyataan di masyarakat yang tengah mengandrungi

tasawuf akhlaqi.

4. Pada abad kelima Hijriah, muncullah imam AL-Ghazali yang sepenuhnya menerima tasawuf

berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta bertujuan arketisme, kehidupan sederhana, pelurusan jiwa,

dan pembinaan moral.

5. Pada abad ke enam hijriah , sebagai akibat pengaruh kepribadian Al-Ghazali yang begitu besar,

pengaruh tasawuf sunni semakin meluas ke seluruh pelosok dunia.

6. Pada abad ke enam Hijriah,muncul sekelompok tokoh tasawuf yang memadukan tasawuf mereka

dengan filsafat, dengan teori mereka yang bersifat setengah – setengah . diantara mereka terdapat

Syukhrawardi AL-Maqtul (w.549 h), syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (w.635 h) dan sebagainya.

  

PERKEMBANGAN TASAWUF ISLAM

            Seperti yang telah disinggung dimuka, kehidupan zuhud dalam masyarakat Islam pada awalnya

sejarah merupakan langkah awal atau dari kehidupan rohani yang kemudian berkembang ketahap

lanjutan yang disebut tasawuf. Kehidupan zuhud merupakan ajaran Islam yang murni dan karena itu ia

telah dikenal dengan beberapa nama sejak permulaan lagi, seperti (zahid), (faqir), nasik dan

sebagainya. Semua istilah ini menunjukakan kepada kesalehan, ketakwaan yang sungguh-sungguh

dalam berpegang kepada ajaran dan tuntunan agama dalam kehidupan dan ibadat seperti yang diajarkan

dan diamalkan oleh Nabi sendiri.

Dalam permulaan Tarikh Islam, kehidupan zuhud belum lagi merupakan suatu gerakan

keagamaan yang meluas, yang diamalkan oleh seluruh masyarakat islam, akan tetapi ia merupakan

kegiatan dan kecendrungan pribadi, mengikuti petunjuk islam Al-Quran dan sunah Nabi. Dalam masa

ini, para sahabat lebih gemar berjihad dijalan Allah dan berdakwah untuk mengajak orang memeluk

agama Islam daripada kepedulian mereka  kepada   hidup zuhud dan beriktikaf dimesjid karena

berjihad dalam zaman ini dipandang sebagai amalan yang paling mulia dan paling tinggi mertabatnya.

Sehingga banyak umat Islam yang ingin memperoleh gelar Syahid karena gugur dalam berjihad dan

berdakwah dijalan Allah.

            Dalam zaman ini, kehidupan zuhud mempunyai dua ciri yang utama :

1.      Dari segi ibadat yang tampak dalam berbagai zikir dan salat sunat

2.      Segi akhlak yang terlihat pada kesungguhan serta keikhlasan berpegang pada sikap tawakkal yang

kemudian telah berkembang menjadi akhlak para sufi pada umumnya.

Pada akhir abad kedua Hijriah, kehidupan zuhud telah berkembang demikan rupa, sehingga telah

beralih kepada kehidupan tasawuf  yang dengan sebab itu ilmu syariat terpecah kepada dua bagian:

ilmu fikih dan Tasawuf.

Page 4: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

Ilmu fikih membahas hukum-hukum syariat yang berkenaan dengan anggota lahir , seperti salat,

puasa, zakat, haji dan sebagainya.

Sedangkan ilmu tasawuf membahas rahasia syariat atau makna-makna rohani dari syariat yang

berlaku pada hati sperti : Riya, Ikhlas, khusyu`, tama`, angkuh dan sebagainya. Pada zaman ini kedua

macam ilmu agama ini diamalkan bersama dan dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dari ajaran dan tuntutan syariat, kendati pun dari segi ilmiah dapat dibahas secara terpisah.

Dalam abad ketiga dan keempat Hijriah, ilmu tasawuf memasuki zaman kejayaan, dimana

perkembangan dan kemajuan ilmu ini telah mencapai puncaknya. Dalam zaman ini kita menyaksikan

banyak pemuka sufi yang muncul ditengah-tengah masyarakat Islam, sehingga ilmu tasawuf telah

memainkan peranan yang khas disamping ilmu-ilmu islam lainnya. Kendati ilmu tasawuf  kemudian

lahirnya dalam masayarakat Islam dibandingkan dengan ilmu tafsir dan ilmu fikih misalnya, akan tetapi

peranan yang dimainkan para pemuka sufi zaman ini adalah sangat berhasil, terutama sumbangannya

dalam membangkitkan kepedulian para ulama terhadap sisi kerohanian dari ajaran Syariat Islam.       

Dan berkat upaya mereka pula. Ilmu ini telah memperoleh kedudukan yang sah dan sejajar

dengan ilmu-ilmu Islam lainnya. Dalam zaman ini dunia ilmu tasawuf telah mengenal pemuka-pemuka

sufi yang tersohor. Antara lain:

1.      Dzun Nun al-Misri (wafat 245 H)

2.      Ma`ruf al-Kharki (wafat 200 H)

3.      Abu Sulaiman al-Darani (wafat 215 H)

4.      Al-Junaid al-Baghdadi (wafat 298 H)

5.      Sirri al-Siqti (wafat 253 H)

6.      Abu Bakar Al-Syibli (wafat 334 H)

7.      Dan lain.lain.

Dalam pengamalan dan penghayatan keagamaan, para sufi mempunyai tujuan yang diperoleh

yaitu “ Keyakinan”. Martabat yakin tidak akan memperoleh tanpa ada makrifat, lebih-lebih karena

martabat yakin yang ingin dicapai adalah martabat haq al-yaqin. Sebagaimana diketahui para sufi

membagi martabat yakin kepada tiga bagian:

1.      Ilmu Yaqin

Yang diperoleh dengan akal fikiran

2.      Ainul yaqin

Adalah ilmu yang diperoleh dengan panca indra

3.      Haqqul yaqin

Adalah ilmu yang diperoleh dengan hati atau dzauq.

            Untuk memudahkan pemahaman diberi contoh seperti asap yang menunjukkan kepada adanya

api. Selagi adanya api itu dibuktikan dengan asap maka itu disebut ilmul yaqin, dan dibuktikan dengan

Page 5: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

melihat sendiri dengan mata maka itu `ainul yaqin, sedangkan jika api itu dibuktikan adanya yang

menyentuhnya, maka itu disebut haqqul yaqin. Dalam tingkat yakin yang terakhir ini, keraguan tidak

ada lagi, karena mengetahui dengan yang diketahui sudah menjadi satu. Inilah tingkat yakin yang

paling diinginkan oleh para sufi dari berbagai mazhab dan aliran.

            Dengan demikian hanya dengan makrifah yang bersumber dari hati, orang sufi memperoleh

haqqul yaqin. Inilah sebabnya ma`ruf al-Kharki mengatakan Tasawuf adalah mengambil hakikat dan

tidak mengharapkan apa yang ada ditangan manusia.” Maksudnya mengetahui hakikat Illahi melalui

(kasyf=penyingkapan tabir) dan memilih hidup zuhud atau menahan diri dari apa yang dimiliki oloeh

manusia.

            Sebenarnya tidak sedikit bantahan terhadap tasawuf yang datang dari kalangan para ulama

ahlussunnah. Terutama setelah Tasawuf  mengalami berbagai pengaruh dari budaya asing yang

kebanyakan bercanggah dengan akidah islam. Konsep al-Hulul dan ittihad yang diperkenalkan oleh

Abu Mansur al-Hallaj dan dengannya dia menyatakan dirinya sebagai al-haqq telah berakhir dengan

fatwa ulama yang membolehkannya dibunuh. Inilah untuk pertama kali dalam sejarah tasawuf Islam

seorang sufi dihalalkan darahnya oleh para ulama karena ajarannya yang bertentangan dengan akidah

agama. Demikian juga ajaran tasawuf al-Suhrawardi, pendiri mazhab isyraqiyyah yang memaklumkan

dirinya sebagai seorang nabi yang menerima limpahan nur  Illahi dan berakhir dengan fatwa ulama

bahwa dia adalah seorang kafir yang halal darahnya. Lalu dia digantung di Aleppo pada tahun 587 H

dalam usia 38 Tahun. Demikian pula halnya dengan Ibn Sab`in yang telah mengambil jalan pintas

dengan membunuh diri karena serangan para ulama yang sangat gencar terhadap ajaran tasawuf  yang

diajarinya. Tidak sedikit pila para ulama yang membantah ajaran tasawuf Ibn Arabi yang mengajar

paham pantheisme bahwa Tuhan dan alam merupakan suatu kesatuan yang dipisahkan. Perbedaannya

hanya pada nama, sedangkan pada hakikat adalah satu.

Dengan banyaknya ajaran yang menyimpang dari syari`at, maka ilmu tasawuf pada akhirnya

mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga berakhir dengan kehilangan peranannya dalam ilmu-

ilmu Islam dan telah berubah wujudnya dalam bentuk pengalaman tarikat yang tidak membawa

sesuatau yang baru dalam ajaran kerohanian Islam selain dari pengagungan para guru atau mursyid

serta warisan ajaran yang mereka terima.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANAGAN TASAWUF

Secara historis tasawuf telah mengalami perkembangan melalui beberapa tahap, sejak pertumbuhan

hingga keadaannya sekarang.

            Tahap pertama, tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih sangat sederhana.

Yaitu, ketika pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum Muslim memusnahkan perhatian

memprioritaskan hidupnya hanya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar keuntungan akhirat Mereka

adalah, antara lain: Al-hasan Al-Basri (w. 110 H) dan Rabi`ah Al-Adawwiyah (w.185 H) kehidupan

“model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 H ketika kaum sufi mulai memperhatikan aspek-

Page 6: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

aspek teoritis psikologis dalam rangka pembentukan prilaku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu

akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam bidang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi

psikologis  dan gejala-gejala kejiwaan yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah ini

berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT. Sehingga

lahir konsepsi-konsepsi seperti Fana`, terutama Abu Yazid Al-Busthami (w. 261 H)

            Dengan demikian, suatu ilmu khusus telah berkembang dikalangan kaum sufi, yang berbeda

dengan ilmu fiqh, baik dari segi objek, metodologi, tujuan, maupun istilah-istilah keilmuan yang

digunakan. Lahir pula tulisan-tulisan antara lain : Al-Risalah Al-Qusyairiyyah karya Khusairi dan

`Awarif Al-Ma`arif karya Al-Suhrawardi Al-baghdadi. Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu setelah

sebelumnya hanya merupakan ibadah-ibadah praktis.

            Dari sisi lain, pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti Al-Juanid dan Sari

Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam

sebuah bentuk jamaah. Untuk pertama kali dalam islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan

semacam lembaga pendidikan yang memberikan berbagai pengajaran teori dan praktik kehidupan

sufisfik, kepada para murid dan orang-orang yang berhasrat memasuki dunia tasawuf. Pada periode ini

muncul pula jenis baru tasawuf yang diperkenalkan Al-Husain ibn Manshur Al-Hallaj yang dihukum

mati akibat doktrin hullulnya pada 309 H.

            Pada abad ke-5 H Imam Al-Ghazali tampil menentang jenis-jenis tasawuf yang dianggapnya

tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam sebuah upaya menegmbalikan tasawuf  kepada status

semula sebagai jalan hidup zuhud, pendidikan jiwa pembentukan moral. Pemikiran-pemikiran yang

diperkenalkan Al-Ghazali dalam bidang tasawuf dan makrifat sedemikian mendalam dan belum pernah

dikenal sebelumya. Dia mengajukan kritik-kritik tajam terhadap berbagai aliran filsafat, pemikiran-

pemikiran Mu`tazilah dan kepercayaan bathiniyah untuk menancapkan dasar-dasar yang kukuh bagi

tasawuf yang lebih Moderat dan sesuai dengan garis pemikiran teologis  Ahl Al-Sunnah wal Jama`ah.

Dalam orientasi umum dan rincian-rinciannya yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi

disebut tasawuf Sunni. Al-Ghazali menegaskan dalam Al-Munqidz  min Al-Dhalal, sebagai berikut:

            Sejak tampilnya Al-Ghazali ,pengaruh tasawuf  Sunni mulai menyebar di Dunia Islam. Bahkan

muncul tokoh-tokoh Sufi terkemuka yang membentuk tarekat untuk mendidik para murid, seperti

Syaikh Akhmad Al-Rifa`I (w.570 H) dan Syaikh Abd. Al-Qadir Al-jailani (w. 651 H) yang sangat

terpengaruh oleh garis tasawuf Al-Ghazali pilihan yang sama dilakukan generasi berikut, antara lain

yang paling menonjol adalah, Syaikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili (w.650 H) dan muridnya, Abu Al-

Abbas Al-Mursi (w.686 H), serta Ibn Atha`illah Al-sakandari (w. 709 H). model tasawuf yang mereka

kembangkan ini adalah kesinambungan tasawuf Al-Ghazali.

            Kenyataan bahwa konsepsi-konsepsi yang berkembang dalam tasawuf falsafi terpengaruh oleh

sumber-sumber asing pada gilirannya mendorong sejumlah peneliti mengasumsikan tasawuf sebagian

bersumber dari kebudayaan asing dan menutup kemungkinan bersumber pada Islam. Jadi, meski

filsafat dan menciptakan istilah-istilah serta mewarnai konsepsi-konsepsinya dengan citra filsafat,

Page 7: Untitled Sejarah Masuknya Perkembangan Tasawuf

pertumbuhannya tetap bersumber dari islam. Oleh karena itu, kebanyakan orientalis kemudian berubah

sikap dengan tetap mengakui islam sebagai salah satu sumber tasawuf. Nicholson dan Spencer

Triminham, misalnya, mengakui adanya sumber islam dalam Tasawuf. Menurut Abdul rahman badawi,

hal itu disebabkan oleh asumsi-asumsi yang tidak diperkuat oleh data-data yang ada.

            Mengakui adanya sumber islam dalam tasawuf tidak lantas mengingkari pengaruh sumber-

sumber asing, tetapi, yang dimaksudkan adalah meletakkan pengaruh tersebut pada proporsi yang

sebenarnya dan tidak dibesar-besarkan. Adalah tidak layak apabila menetapkan sumber-sumber asing

saja padahal terdapat spirit yang justru lebih dekat kepada semangat islam terutama dari prespektif Al-

Quran dan Sunnah.

]

            Namun penting dicatat bahwa tasawuf telah mengalami kemunduran sejak abad

 ke-8 H karena mereka yang berkecimpungan dalam bidang tasawuf  terbatas kegiatannya pada menulis

komentar atau meringkas buku-buku tasawuf yang dikarang oleh sufi terdahulu, kemudian

memfokuskan perhatian pada aspek-aspek praktik ritual yang umumnya dilakukan dalam bentuk

formalitas sehingga semakin jauh dari substansi. Meskipun pengikut tarekat mencatat perkembangan

pesat, tidak seorangpun yang tampil sebagai tokoh klasik, baik dalam pengalaman

Penghayatan, maupun kualitas ilmu. Barangkali, adalah kebekuan pemikiran serta spiritualitas kering

yang melanda Dunia Islam sejak masa-masa akhir periode Dinasti Usmaniah, yang menjadi faktor

penyebabnya.

            Bagaimanapun, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam tasawuf selama masa-masa

belakangan tidak berarti kelemahan ajaran tasawuf atau kesalahan metodologinya. Berangkat dari

persepsi ini kiranya dapat disimpulkan bahwa tasawuf mengalami pola perkembangan alami. Dimulai

dari gerakan zuhud pada masa  Rasulullah Hasan Al-Basri, Abd Al-Wahid Ibn Zaid, Ibrahim Ibn Ibn

Adham, rabi`ah Al-Adawiyah kemudian Ma1ruf Al-Kahrki Al-harits Al-Muhasibi, Abu yazid Al-

Busthami< Al-Junaid dan Al-Hallaj hingga abad ke-4 H.

Perlu diingat bahwa kepercayaan kaum sufi terhadap tasawuf sebagai ilmu yang mampu

menelusuri1 makna tersembunyi dan rahasia serta hikmah yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran

atau, meminjam ungkapan Al-Thusi, mencapai hakikat pemahaman Al-Quran mendorong mereka

melakukan semacam otokritik terhadap yang mereka sebut sebagai sufi-sufi palsu (ad`iya al-tashawuf).

Salah satu tujuan mereka menulis atau mengarang buku.