Untitled

6
  ACARA IIDIVERSIFIKASI PENGOLAHAN IKAN MENJADI FURIKAKEA.Tujuan praktikum Tujuan dari percobaan âdiversivikasi pengolahan ikan menjadifurikakeâ adalah untuk mem rmulasikan furikake berbasis abon ikanyang disukai anak-anak. B.Tinjauan pustaka Dasar pengawetan atau pengolahan ikan adalah mempertahankankesegaran dan mutu ik an selama atau sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan atau pengolahan ikan meninggalkan sifat-sifat khusus padatiap hasil awetan atau olahan, karena berub ahnya sifat-sifat bau (odour),citarasa (flavor), wujud atau rupa (appearance) da n tekstur (texture) dagingikan. Pengawetan atau pengolahan ikan juga bertujuan u ntuk menghambatatau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapatm enimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan. Jadi, padadasarnya pengaw etan atau pengolahan ikan bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusak an, karena perubahan yang disebabkan olehkegiatan mikroorganisme (jasad renik) p erubahan-perubahan lain yangmerugikan. Perubahan ini disebabkan oleh kegiatan en zim (antolisa) dan bakteri-bakteri pembusuk yang terdapat dalam badan ikan. Peru bahanserupa inilah yang harus dihentikan atau setidak-tidaknya dihambat, agar ik an dan hasil perikanan lainnya tidak rusak atau busuk sebelum mencapaikonsumen ( R. Moeljanto, 1982).Furikake adalah bumbumakanan asalJepangyang berbentuk but iran,tepung, atau berserat sepertiabon.Furikake tidak dibuat sewaktu ingin dimak an, melainkan dibuat sekaligus dalam jumlah besar dandimakan sedikit-sedikit di kemudian hari. Produsen makanan sekarang inimembuat furikake dalam berbagai maca m rasa dan kemasan menarik.  Semua bahan yang ingin dibuat furikake dihancurkan hingga agak halusdan diberi b umbu. Setelah dikeringkan, isi lain (sepertinori, bijiwijen, atausayur yang dik eringkan) ditambahkan ke dalam furikake sebagai penyedap. Furikake segar ( nama furikake ) adalah variasi dari furikakeyang tidak dikeringkan. Semua bahan-bahan hanya di campur dan diaduk menjadi satu. Bahan-bahan untuk furikake segar adalahikan teri ,serutankatsuobushi, potongan kecilrumput laut,kombu, abonikanataumakanan lautl ain (Anonim, 2010)Untuk menggambarkan produk furikake secara mudah adalahdengan membandingkannya dengan produk serupa di Indonesia yaituabon. Produk ini bias di taburkan diatas nasi, bubur, atau dicampurkanuntuk mempercantik dan memperlezat onigiri. Berbeda dengan abon yangdidominasi oleh daging (hewan darat ataupun ika n), dengan "satu macam"rasa, maka furikake merupakan campuran yang komposisinya bisa sangat beragam. Yang hampir selalu ada adalah daging ikan kering, wijen, da nnori. Jenis ikan yang digunakan dan bahan campurannya bisa apa saja.Karena dala m formulasinya "tidak ada" yang dominan maka dalam hal penampilan, furikake sung guh dapat berperan dalam mempercantik makanan. Disamping itu, kemasan produk ini mayoritas dibuat dengansangat "mengundang". Tambahan keunggulan produk ini adal ah penyajiannya sangat mudah, maka tak pelak lagi tingkat konsumsifurikake sanga t tinggi. Dari aspek kesehatan, furikake boleh diandalkansebagai "makanan yang k aya". Bagaimana tidak, disamping ikan dan noriyang keunggulannya sudah diketahui , biji wijen yang hampir selalu bergabung, bisa dikategorikan sebagai pangan fun gsional (Y. Sakagami,1983).Abon biasanya terbuat dari daging sapi atau kerbau. M eskipundemikian, semua jenis daging termasuk daging ikan dapet digunakanuntuk pe mbuatan abon. Abon tergolong produk olahan daging yang awet.Untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan, abon dikemasdalam kantong plastik dan ditutup denga n rapat. Dengan cara demikian  abon dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan ( HerniKusantati dkk, 2006).Abon ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi pengolahanhasil laut a tau perikanan. Pembuatan abon ikan mudah dikerjakan danhanya memerlukan peralata n sederhana. Oleh karena itu, dapat dikerjakandalam skala industri rumah tangga yang disesuaikan dengan kemampuanmodal, tenaga, dan pemasarannya (Siti Rahayu da n Titiek F. Djaafar,2010).Abon ikan yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak be rbauamis atau anyir. Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan mudah diterimaoleh konsumen. Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, abon ikanmempunyai kandungan p rotein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lamatanpa mengalami perubahan kuali

Transcript of Untitled

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 1/6

 

 ACARA IIDIVERSIFIKASI PENGOLAHAN IKAN MENJADI FURIKAKEA.Tujuan praktikumTujuan dari percobaan âdiversivikasi pengolahan ikan menjadifurikakeâ adalah untuk memrmulasikan furikake berbasis abon ikanyang disukai anak-anak.B.Tinjauan pustakaDasar pengawetan atau pengolahan ikan adalah mempertahankankesegaran dan mutu ikan selama atau sebaik mungkin. Hampir semua cara pengawetan atau pengolahan ikan

meninggalkan sifat-sifat khusus padatiap hasil awetan atau olahan, karena berubahnya sifat-sifat bau (odour),citarasa (flavor), wujud atau rupa (appearance) dan tekstur (texture) dagingikan. Pengawetan atau pengolahan ikan juga bertujuan untuk menghambatatau menghentikan kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapatmenimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan kerusakan. Jadi, padadasarnya pengawetan atau pengolahan ikan bertujuan melindungi ikan dari pembusukan atau kerusakan, karena perubahan yang disebabkan olehkegiatan mikroorganisme (jasad renik) perubahan-perubahan lain yangmerugikan. Perubahan ini disebabkan oleh kegiatan enzim (antolisa) dan bakteri-bakteri pembusuk yang terdapat dalam badan ikan. Perubahanserupa inilah yang harus dihentikan atau setidak-tidaknya dihambat, agar ikan dan hasil perikanan lainnya tidak rusak atau busuk sebelum mencapaikonsumen (R. Moeljanto, 1982).Furikake adalah bumbumakanan asalJepangyang berbentuk but

iran,tepung, atau berserat sepertiabon.Furikake tidak dibuat sewaktu ingin dimakan, melainkan dibuat sekaligus dalam jumlah besar dandimakan sedikit-sedikit dikemudian hari. Produsen makanan sekarang inimembuat furikake dalam berbagai macam rasa dan kemasan menarik. Semua bahan yang ingin dibuat furikake dihancurkan hingga agak halusdan diberi bumbu. Setelah dikeringkan, isi lain (sepertinori, bijiwijen, atausayur yang dikeringkan) ditambahkan ke dalam furikake sebagai penyedap. Furikake segar (nama furikake) adalah variasi dari furikakeyang tidak dikeringkan. Semua bahan-bahan hanya dicampur dan diaduk menjadi satu. Bahan-bahan untuk furikake segar adalahikan teri,serutankatsuobushi, potongan kecilrumput laut,kombu, abonikanataumakanan lautlain (Anonim, 2010)Untuk menggambarkan produk furikake secara mudah adalahdengan

membandingkannya dengan produk serupa di Indonesia yaituabon. Produk ini bias ditaburkan diatas nasi, bubur, atau dicampurkanuntuk mempercantik dan memperlezatonigiri. Berbeda dengan abon yangdidominasi oleh daging (hewan darat ataupun ikan), dengan "satu macam"rasa, maka furikake merupakan campuran yang komposisinyabisa sangat beragam. Yang hampir selalu ada adalah daging ikan kering, wijen, dannori. Jenis ikan yang digunakan dan bahan campurannya bisa apa saja.Karena dalam formulasinya "tidak ada" yang dominan maka dalam hal penampilan, furikake sungguh dapat berperan dalam mempercantik makanan. Disamping itu, kemasan produk inimayoritas dibuat dengansangat "mengundang". Tambahan keunggulan produk ini adalah penyajiannya sangat mudah, maka tak pelak lagi tingkat konsumsifurikake sangat tinggi. Dari aspek kesehatan, furikake boleh diandalkansebagai "makanan yang kaya". Bagaimana tidak, disamping ikan dan noriyang keunggulannya sudah diketahui

, biji wijen yang hampir selalu bergabung, bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional (Y. Sakagami,1983).Abon biasanya terbuat dari daging sapi atau kerbau. Meskipundemikian, semua jenis daging termasuk daging ikan dapet digunakanuntuk pembuatan abon. Abon tergolong produk olahan daging yang awet.Untuk mempertahankanmutunya selama penyimpanan, abon dikemasdalam kantong plastik dan ditutup dengan rapat. Dengan cara demikian abon dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan ( HerniKusantati dkk,2006).Abon ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi pengolahanhasil laut atau perikanan. Pembuatan abon ikan mudah dikerjakan danhanya memerlukan peralatan sederhana. Oleh karena itu, dapat dikerjakandalam skala industri rumah tanggayang disesuaikan dengan kemampuanmodal, tenaga, dan pemasarannya (Siti Rahayu dan Titiek F. Djaafar,2010).Abon ikan yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak be

rbauamis atau anyir. Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan mudah diterimaolehkonsumen. Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, abon ikanmempunyai kandungan protein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lamatanpa mengalami perubahan kuali

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 2/6

 

tas (Ir. Eddy Afrianto dan Ir. EviLifiyawati, 2010).Komposisi ikan yang sangat bervariasi merupakan refleksi dari perbedaan kandungan lemaknya. Ikan yang mengandung lemak lebih dari5% biasanya dagingnya lebih banyak mengandung pigmen (zat warna)kuning, merah muda atau abu-abu. Ikan dengan kadar lemak rendah biasanya dagingnya berwarna putih. Tingginya kadar protein seringmencerminkan tingginya kualitas produk pangan tersebut. Sebaliknya,semakin tinggi kadar lemaknya menjadikan produk pangan tersebut lebihcepat mengalami ketengikan dan ditolak oleh konsum

en. Perbedaan nilaiorganoleptik abon ikan tersebut disebabkan oleh perbedaan komposisikimia ikan maupun sifat daging ikan yang digunakan untuk pembuatanabon. Ikan tongkol lebih banyak menyerap dan mengandung lemak yangtinggi, sehingga kurang disukai panelis. Sebaliknya, ikan gabus,sebagaimana halnya dengan ikan nila, yang berkadar lemak rendah,ratanya 7,1 dan 7,2 (Tjipto Leksono dan Syahrul, 2001).Ikan Pari yang akan dijadikan abon dipilih yang segar lalu dicucidan dibersihkan dari kotoran-kotoran. Setelah bersih, daging disiangi laludifilet kemudian direndam dengan garam 5% selama 30 menit. Setelah itu, Ikan Pari dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan dikukus bersama daun salam, sereh, dan jahe yang telah dimemarkan selama 30menit. Sesudah dikukus,Ikan Pari didinginkan lalu dijadikan serat-serat.Serat daging Ikan Pari dicampu

r dengan bumbu-bumbu, ketumbar halus,lengkuas parut, bawang merah, dan bawang putih yang telah dihaluskan.Selain itu, juga ditambahkan santan kental, garam, dangula lalu diaduk rata. Daging selanjutnya digoreng hingga kering dengan api yang kecil.Daging yang sudah digoreng kemudian dipres dan diurai perlahan-lahan(Millah Fithrotul dan Sukesi, 2009).Di Indonesia, terdapat berbagai jenis kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk, ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensialuntuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Jenis yangmendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang sebagian besar masihdiimpor. Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia,seperti kacang kecipir,kacang tunggak (kacang tolo) kacang jogo dan koro-koroan. Tetapihasilnya ternyata masih belum memuaskan. Artinya masih belummerakyat, apalagi untuk dapat disejajarkan dengan kedelai. Kacang-kacangan dikonsumsi dalamjumlah besar di seluruh dunia. MasyarakatAfrika, India, Amerika Tengah dan Selat

an mengkonsumsi 50 sampai 150gram kacang-kacangan per hari. Meskipun belum ada angka pasti,konsumsi kacangan di Indonesia, kecuali kacang kedelai, masih kecil.Kacang-kacangan memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yangdapat dimakan. Jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100gram (1 ons), maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20 persen kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapatmenyumbangkan lebih dari 20 % dari kebutuhan suatu zat gizi per hari,maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yang tinggi(high) akan zat gizi tersebut. Disamping menghasilkan tepung sebagai bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pula menghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral danmungkin bahan-baha

n yang lebih eksotis, misalnya enzim (SutrisnoKusworo, 2010).C.Metodologi1.Bahana.Daging ikan tuna b.Seraic.Daun salamd.Bawang merahe.Bawang putihf.Gulamerahg.Ketumbar h.Lengkuasi.Garam j.Santank.Minyak gorengl.Formulasi Furikaketeri bubuk kacang korokedelai bubuk kacang polong utuh bubuk kacang polong2.AlatWajanKompor gasSoletPiring plastik kecilTimbanganPisauSendok

Baskom plastik 3.Cara KerjaIkan direbus bersama serai dan daun salam selama 30menit sampai empuk Ikan disuir-suir Ditambahkan campuran bumbu halus yang terdiridari bawang merah, bawang putih, gula merah, ketumbar,lenkuas dan aramSemua bumbu dilarutkan ke dalam santan untuk 200 gr daging ikan suir Dipanaskan campuran sampai santan agak mengeringDitambahkan minyak goreng dan dilanjutkan pemanasansampai abon kering dan berwarna kecoklatanFurikake diformulasi dengan kombinasi ka

cang korodan kacang polongDilakukan uji organoleptis (uji kesukaan) terhadap panelis maksimal kelas 5 SD 

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 3/6

 

D.Hasil dan PembahasanTabel 2.1 Hasil Uji Organoleptik Furikake NoNamaSampel 6Sampel 7Sampel 8Sampel 9Sampel 101Imasuka2Ikasuka3Goeraf suka4Udin suka5Lukman tidak suka6Beni tidak suka7Lukas tidak suka8Agung suka9Joni suka10Farahtidak suka11Lala suka12Ika tidak suka13Uki suka14Fauzi tidak suka15Achmad tidak suka16Zainudin tidak suka17Anto suka18Putra suka19Ganangtidak suka20Susansuka21Farah W suka22Amanda suka23Navasila

suka24Ajeng suka25Zahra suka26Rian suka27Geby suka28Rafa suka29Unggul suka30Fira tidak suka31Fenitidak suka32Firmantidak suka33Febri tidak suka34Maria tidak suka35Edi suka36Vita tidak suka37Dani tidak suka 38Daniel tidak suka39Gilang suka40Ayu tidak suka41Arisuka42Andrisuka43Ira suka44Roma suka45Khesia suka46Vina suka47Eisha suka48Naswa suka49Zahira suka50Viona sukaSumber: Laporan SementaraKeterangan:6 = Formulasi abon ikan dengan kacang polong utuh7= Formulasi abon ikan dengan kedelai bubuk dan koro bubuk 8= Formulasi abon ikan dengan koro bubuk dan polong bubuk 9= Formulasi abon ikan dengan teri dan polong bubuk 10 = Formulasi abon ikan dengan polong bubuk FormulasiSukaTidaksukaSampel 664Sampel 773Sampel 873Sampel 946Sampel 1073 

Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia karena kurangnya variasidalam pengolahan ikan. Salah satu produk pengolahan ikan disebut furikake,yaitu abon yang saat initelah mulai diolah dari bahan ikan bukan hanyadaging sapi. Furikake adalah produk Jepang yang dikenal produk olahan ikankering yang diformulasikan dengan bahanlain terutama wijen, rumput lautdan sayuran kering. Furikake adalah olahan yangbersifat tahan lama dandikonsumsi sebagai lauk praktis dan dapat dimakan tanpa perlakuan terlebihdahulu. Formulasi ikan dengan bahan lain disamping meningkatkandaya tarik juga nilai gizi keseluruhan produk. furikake merupakan campuran yangkomposisinya bisa sangat beragam. Jenis ikan yang digunakan dan bahancampurannya bisa apa saja. Karena dalam formulasinya tidak ada yangdominan, maka dalam halpenampilan furikake sungguh dapat berperan dalammempercantik makanan. Tambahankeunggulan produk ini adalah penyajiannya sangat mudah, maka tingkat konsumsi furikake sangat tinggi.Dari aspek kesehatan, furikake boleh diandalkan sebagai mak

anan yang kaya, bisa dikategorikan sebagai bahan fungsional.Menurut Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Lifiyawati (2010), abon ikan(furikake) yang baik mempunyai rasa yang khas, tidak berbau amis atau anyir. Dengan rasa yang khas inilah, abon ikan (furikake) mudah diterima olehkonsumen.Apalagi dibandingkan dengan ikan segar, furikake mempunyaikandungan protein lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama tanpamengalami perubahan kualitas.Pada percobaan diversifikasi pengolahan ikan menjadi furikake inidiawali dengan pembuatan abon ikan, kemudian diformulasikan dengan bahan-bahan seperti ikan teri, kacang polong utuh, bubuk kacang polong, bubuk kacang kedelai, bubuk kacang koro. Untuk kelompok 6, abon ikandifomulasikan dengan kacang polong utuh. Kelompok 7 abon ikan ditambahformulasi kedelai bubuk dan koro bubuk. Pada kelompok 8, abon ika

ndiformulasikan dengan polong bubuk dan koro bubuk. Kemudian untuk kelompok 9, abon ikan ditambah formulasi teri dan polong bubuk. Terakhir,kelompok 10, abon ikan diformulasikan dengan polong bubuk. Setelahterbentuk furikake semua kelompok,lalu diujikan secara organoleptik kepada50 panelis. Panelis ini harus anak-anakdan maksimal berumur kelas 5 SD( maksimal usia ± 11 tahun). Para panelis menentukan penilaian furikake yangmereka sukai dengan parameter suka atu tidak suka.Daritabel 2.1 dapat diketahui hasil uji organoleptis dari kelompok 6-10. Furikake yang paling disukai oleh panelis adalah pada kelompok 7,kelompok 8 dan kelompok 10yaitu jumlah panelis yang suka : tidak suka, 7 :3. Diikuti furikake kelompok 6,suka : tidak suka adalah 6 : 4. Kemudianfurikake yang paling tidak disukai panelis yaitu furikake kelompok 9, suka :tidak suka, 4 : 6. Hasil tersebut menyatakan bahwa furikake yang palingdisukai adalah formulasi antara abon ikan dengan kedelai bubuk, koro bubuk,dan polong bubuk. Hal itu karena kedelai bubuk, koro bubu

k, polong bubuk mempunyai kandungan protein yang tinggi sehingga memberikan rasagurih,dan renyah pada abon ikan. Berdasarkan teori (Sutrisno Koswara, 2010)mengatakan, jika kita mengkonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram (1ons), maka ju

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 4/6

 

mlah itu akan mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein.Apalagi tingginya kadar protein sering mencerminkan tingginya kualitas produk pangan tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi kadar lemaknya menjadikan produk pangan tersebut lebih cepat mengalami ketengikan danditolak oleh konsumen. Perbedaan nilai organoleptik abon ikan tersebutdisebabkan oleh perbedaan komposisi kimia ikan maupun sifat daging ikanyang digunakan untuk pembuata

n abon (Tjipto Leksono dan Syahrul, 2001).Akan tetapi, furikake pada kelompok 9tidak terlalu disukai panelis karenaabon ikan diformulasikan dengan teri dan polong bubuk. Biasanya anak-anak tidak suka teri, karena rasanya yang kurang enak,dan apabila dimakan agak gatal di tenggorokan.Tabel 2.2 Daftar Komposisi Zat Gizi Bahan Makanan (DKBM)KelompokEnergi Protein Lemak Karbohidrat6106,44616,272,524,6957198,10926,77816,4179,1058179,6717820,37022,714319,24879119,83322,6052,0342,18310110,53818,7232,5853,023Sumber : Laporan SementaraPerhitungan kelompok 8DKBM(Daftar Komposisi Zat Gizi Bahan Makanan)Jumlah zat gizi =a.Ikan tunaEnergi= 117Protein= 23,3Lemak= 2,7Karbohidrat= 0 b.Kacang koroEnergi= 332Protein= 24Lemak=3Karbohidrat= 55c.Kacang polongEnergi= 89Protein= 3,8Lemak= 2,2Karbohidrat= 13,1â¢

Berat furikake = abon 100 gr + koro 59 gr + polong 30 gr = 189 gr 1.EnergiAbon =100/189 x 117 = 61,9048Koro = 59/189 x 332 = 103,64Polong = 30/189 x 89 = 14,12698 Energi total = 61,9048+103,64+14,12698 = 179,671782.ProteinAbon = 100/189 x 23,2= 12,275Koro = 59/189 x 24 = 7,492Polong = 30/189 x 3,8 = 0,6032Energi total =12,275+7,492+0,6032 = 20,37023.Lemak Abon = 100/189 x 2,7 = 1,4286Koro = 59/189x 3 = 0,9365Polong = 30/189 x 2,2 = 0,3492Energi total = 1,4286+0,9365+0,3492 =2,71434.KarbohidratAbon = 100/189 x 0 = 0Koro = 59/189 x 55= 17,1693Polong = 30/189 x 13,1 = 2,0794Energi total = 0+17,1693+2,0794 = 19,2487Furikake merupakan campuran yang komposisinya bisa sangat beragam. Yang hampir selalu ada adalah daging ikan kering, wijen, dan nori.Jenis ikan yang digunakan dan bahan campurannyabisa apa saja. Karenadalam formulasinya "tidak ada" yang dominan maka dalam hal

penampilan,furikake sungguh dapat berperan dalam mempercantik makanan. Disampingitu, kemasan produk ini mayoritas dibuat dengan sangat "mengundang".Tambahan keunggulan produk ini adalah penyajiannya sangat mudah, makatak pelak lagi tingkatkonsumsi furikake sangat tinggi. Dari aspek kesehatan,furikake boleh diandalkansebagai "makanan yang kaya". Bagaimana tidak,disamping ikan dan nori yang keunggulannya sudah diketahui, biji wijen yanghampir selalu bergabung, bisa dikategorikan sebagai pangan fungsional (Y.Sakagami, 1983).Pada tabel 2.2 dapat diketahuiDaftar Komposisi Zat Gizi BahanMakanan (DKBM). Nilai energi yang tertinggi ke yang terrendah adalahkelompok 7 (198,109) yaitu formulasi abon ikan dengan kedelai bubuk dan koro bubuk, kelompok 8 (179,67178) formulasi abon ikan dengan koro bubuk dan pol

ong bubuk, kelompok 9 (119,833) formulasi abon ikan dengan teri dan polong bubuk, kelompok 10 (110,538) formulasi abon ikan dengan polong bubuk, dan yang terrendah kelompok 6 (106,446) formulasi abon ikan dengankacang polong utuh. Untuk nilai protein dari yang tertinggi ke terrendah yaitukelompok 7 (26,778), kelompok 9(22,605), kelompok 8 (20,3702), kelompok 10 (18,723), nilai terrendah kelompok6 (16,27). Nilai lemak dari terbesar keterkecil adalah kelompok 7 (16,417), kelompok 8 (2,7143), kelompok 10(2,585), kelompok 6 (2,52), dan kelompok 9 (2,034).Terakhir nilaikarbohidrat dari yang terbesar ke yang terkecil adalah kelompok 8(19,2487),kelompok 7 (9,105), kelompok 6 (4,695), kelompok 10 (3,023), dan nilaikarbohidrat terkecil kelompok 9 (2,183).Dari percobaan tersebut dapat dilihat bahwa abon ikan yangdiformulasikan dengan kedelai bubuk dan koro bubuk (kelompok 7) rata-ratamemiliki komposisi zat gizi yang tertinggi dibandingkan abon ikan yangdiformulasikan dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan teori (SutrisnoKoswara,

2010) bahwa jenis kacang-kacangan sebagai campuran memilikikandungan gizi yang tertinggi yaitu kacang-kacangan memberikan sekitar 135kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita mengkonsumsikacang-kacangan sebanyak 100 gram (1 ons

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 5/6

 

), maka jumlah itu akanmencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20 persen kebutuhan serat per hari. Menurut ketentuan pelabelan internasional, jika suatu bahan/produk pangan dapat menyumbangkan lebih dari 20 % dari kebutuhan suatu zatgizi per hari, maka dapat dinyatakan sebagai bahan atau produk pangan yangtinggi(high) akan zat gizi tersebut. Disamping menghasilkan tepung sebagai bahan makanan, industri pengolah kacang-kacangan ternyata dapat pulamenghasilkan dan menjual serat makanan, vitamin B, mineral dan mungkin bahan-bahan yang lebih eksotis,

misalnya enzim. Sedangkan, formulasi abonikan dengan polong utuh memiliki kandungan gizi yang rata-rata rendah(kelompok 6) karena formulasi yang digunakan hanya polong utuh makakurang mencukupi dari komposisi energi, protein, lemak, karbohidrat. E.KesimpulanAcara II tentang divrsifikasi pengolahan ikan menjadi furikake dapatditarik kesimpulan sebagai berikut :1.Furikake adalah produk Jepang yang dikenal produk olahan ikankering yang diformulasikan dengan bahan lain terutama wijen, rumputlaut dan sayuran kering.2.Furikake bersifat tahan lama dan dikonsumsi sebagai lauk praktis dandapat dimakan tanpa perlakuan terlebih dahulu, formulasi ikan dengan bahan lain disamping meningkatkan daya tarik juga nilai gizikeseluruhan produk.3.De

ngan rasa yang khas inilah, furikake mudah diterima olehkonsumen.4.Diversifikasipengolahan ikan menjadi furikake ini diawali dengan pembuatan abon ikan, kemudian diformulasikan dengan bahan-bahanseperti ikan teri, kacang polong utuh, bubukkacang polong, bubuk kacang kedelai, bubuk kacang koro.5.Untuk kelompok 6, abonikan difomulasikan dengan kacang polongutuh; kelompok 7 abon ikan ditambah formulasi kedelai bubuk dankoro bubuk; kelompok 8, abon ikan diformulasikan dengan polong bubuk dan koro bubuk; kelompok 9, abon ikan ditambah formulasi teridan polong bubuk; kelompok 10, abon ikan diformulasikan dengan polong bubuk.6.Furikakediujikan secara organoleptik kepada 50 panelis, panelis iniharus anak-anak dan maksimal berumur kelas 5 SD ( maksimal usia ±11 tahun) kemudian menentukan penilaianfurikake yang mereka sukaidengan parameter suka atu tidak suka.7.Furikake yangpaling disukai oleh panelis adalah pada kelompok 7,kelompok 8 dan kelompok 10 yaitu jumlah panelis yang suka : tidak suka, 7 : 3.

 8.Furikake yang paling tidak disukai panelis yaitu furikake kelompok 9,suka : tidak suka, 4 : 6.9.Furikake yang paling disukai adalah formulasi antara abon ikandengan kedelai bubuk, koro bubuk, dan polong bubuk, karena kedelai bubuk, koro bubuk, polong bubuk mempunyai kandungan protein yangtinggi sehingga memberikan rasa gurih, dan renyah pada abon ikan.10.Furikake pada kelompok 9 tidak terlalu disukai panelis karena abonikan diformulasikan dengan teri dan polong bubuk. Biasanya anak-anak tidak suka teri, karena rasanya yang kurang enak, dan apabiladimakan agak gatal di tenggorokan.11.Nilai energi yang tertinggi ke yang terrendah adalah kelompok 7(198,109, kelompok 8 (179,67178), kelompok 9 (119,833, kelompok 10 (110,538, dan yang terrendah kelompok 6 (106,446).12.Nilai protein dari yang tertinggi ke terrendah yaitu kelompok 7(26,778), kelompok 9 (22,605), kelompok 8

(20,3702), kelompok 10(18,723), nilai terrendah kelompok 6 (16,27).13.Nilai lemak dari terbesar ke terkecil adalah kelompok 7 (16,417),kelompok 8 (2,7143), kelompok 10 (2,585), kelompok 6 (2,52), dankelompok 9 (2,034).14.Nilai karbohidrat dari yang terbesar ke yang terkecil adalah kelompok 8 (19,2487), kelompok 7 (9,105), kelompok 6 (4,695), kelompok 10(3,023), dan nilai karbohidrat terkecil kelompok 9 (2,183).DAFTAR PUSTAKA Afrianto, Eddy Ir dan Ir. Evi Lifiyawati. 2010.Pengawetan dan Pengolahan Ikan.Kanisius. Jakarta.Anonim. 2010.Furikake.http://id.wikipedia.org/wiki/Furikake. Diakses padatanggal 14 Desember 2010. Pa

da pukul 13.00 WIB.Leksono, Tjipto dan Syahrul. 2001.Studi Mutu dan Penerimaan KonsumenTerhadap Abon Ikan. Jurnal Natur Indonesia III (2): 178â 184, 181.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

5/12/2018 Untitled - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/untitled-55a2382da0262 6/6

 

Universitas Riau.Millah, Fithrotul dan Sukesii. 2009.Produksi Abon Ikan Pari (Rayfish): Penentuan Kualitas Gizi Abon. Prosiding Skripsi Semester Gasal2009/2010, hal 2. Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.Kusworo, Sutrisno. 2010.Kacang-Kacangan Sumber Serat Yang Kaya Gizi. E- book pangan. Indonesia.Kusantati, Herni. 2006.Pendidikan Keterampilan

. PT Gravindo mediaPratama.Jakarta.Moeljanto, R, DRS. 1982.Penanganan Ikan Segar. Penebar swadaya. Jakarta.Rahayu, Siti dan Titiek F.Djaafar. 2010. Teknologi Pengolahan Daging IkanCucut. Kanisius.Jakarta.Sakagami, Y., 1983,Biochemistry Of Marine Algae And Their Application.Kosheisha-Koseikaku, Tokyo: 90-100. Jepang.